lepto spiros is
DESCRIPTION
blok 12 leptospirosisTRANSCRIPT
PendahuluanSalah satu penyakit yang dapat terjadi setelah banjir adalah leptospirosis. Leptospirosis
adalah penyakit infeksi yang dapat menyerang manusia dan hewan. Lebih tepatnya, penyakit
menular ini adalah penyakit hewan yang dapat menjangkiti manusia, termasuk penyakit
zoonosis yang paling sering terjadi di dunia. Tanah, lumpur atau air yang dicemari air
kencing hewan pun dapat menjadi sumber infeksi. Makan makanan atau minum air yang
tercemar juga kadang-kadang menjadi penyebab penyampaiannya. Dalam makalah ini, saya
akan membahaskan tentang penyakit leptospirosis dengan lebih terperinci.
AnamnesisAnamnesis berasal dari kata Yunani artinya mengingat kembali. Anamnesis adalah cara
pemeriksaan yang dilakukan dengan wawancara baik langsung pada pasien (Auto anamnese)
atau pada orang tua atau sumber lain (Allo anamnese). 80% untuk menegakkan diagnosa
didapatkan dari anamnesis. Anamnesis adalah bertujuan untuk:
mendapatkan keterangan sebanyak-banyaknya mengenai penyakit pasien
Membantu menegakkan diagnosa sementara. Ada beberapa penyakit yang sudah
dapat ditegaskan dengan anamnese saja
Menetapkan diagnosa banding
Membantu menentukan penatalaksanaan selanjutnya
Dalam skenario yang diberikan, informasi pasien yang diperoleh adalah seperti berikut:
1. Laki laki.
2. Berusia 40 tahun.
3. Daerah tempat tinggal mengalami banjir 1 minggu yang lalu.
4. Demam yang tinggi menggigil sejak 4 hari yang lalu.
5. Myalgia hebat di kedua betis.
6. Mata mulai terlihat kuning.
Infeksi dan Imunitas (Leptospirosis) 1
Pemeriksaan FisikPemeriksaan fisik adalah sebuah proses dari seorang ahli medis memeriksa tubuh
pasien untuk menemukan tanda klinis penyakit. Hasil pemeriksaan akan dicatat dalam rekam
medis. Rekam medis dan pemeriksaan fisik akan membantu dalam penegakkan diagnosis dan
perencanaan perawatan pasien.
Biasanya, pemeriksaan fisik dilakukan secara sistematis, mulai dari bagian kepala dan
berakhir pada anggota gerak. Setelah pemeriksaan organ utama diperiksa dengan inspeksi,
palpasi, perkusi, dan auskultasi, beberapa tes khusus mungkin diperlukan seperti test
neurologi.
Dengan petunjuk yang didapat selama pemeriksaan riwayat dan fisik, ahli medis dapat
menyususn sebuah diagnosis diferensial, yakni sebuah daftar penyebab yang mungkin
menyebabkan gejala tersebut. Beberapa tes akan dilakukan untuk meyakinkan penyebab
tersebut.
Sebuah pemeriksaan yang lengkap akan terdiri diri penilaian kondisi pasien secara
umum dan sistem organ yang spesifik. Dalam prakteknya, tanda vital atau pemeriksaan suhu,
denyut dan tekanan darah selalu dilakukan pertama kali. Pemeriksaan fisik yang diperoleh
daripada kasus yang dipelajari adalah seperti berikut:
1. Suhu 39,50C.
2. Tekanan darah 100/70 mmHg
3. Pemeriksaan Mata (inspeksi)
Terdapat Conjungtiva Anemis.
Terdapat Sclera Ikterik.
Subconjungtival Injection.
4. Pemeriksaan Hepar (perkusi dan palpasi)
Teraba dua jari di bawah arcus costae, bertepi tajam, lunak, nyeri tekan.
Infeksi dan Imunitas (Leptospirosis) 2
Pemeriksaan PenunjangPada penderita yang dicurigai leptospirosis, selanjutnya harus dilakukan pemeriksaan
laboratorium rutin untuk mengetehaui komplikasi dan keterlibatan beberapa organ tubuh.
Pemeriksaan kadar darah lengkap (complete blood count-CBC) sangat penting. Berdasarkan
kasus, pemeriksaan laboratorium yang didapat adalah:
1. Hb 10g/dL.
2. Leukocyte 4100/uL.
3. Trombocyt 220 000/ml.
4. Albumin 3,9 gr/dL.
5. Globulin 2,8gr/dL.
6. Bilirubin Total 4,5 mg/dL
7. Ureum 116 mg/dL.
8. Creatinin 3 mg/dL
9. Widal STyO: 1/80
10. STyH: 1/80
DiagnosisDiagnosis Kerja
Pasien menghidapi Leptospirosis. Leptospirosis merupakan penyakit zoonosis yang
disebabkan oleh mikro organisme Leptospira Interogans tanpa memandang bentuk spesifik
serotipenya. Pada umumnya diagnosis awal Leptospirosis sulit, karena pasien biasanya
datang dengan Meningitis, Hepatitis, Nefritis, Pneumonia, Influenza , Sindroma Shock
Toksik, demam yang tidak diketahui asalnya dan Diatetesis Hemoragik, bahkan beberapa
kasus datang sebagai pancreatitis.Pada anamnesis, penting diketahui tentang riwayat
pekerjaan pasien, apakah termasuk dalam golongan yang berisiko tinggi. Gejala dan keluhan
yang sering muncul adalah:
1. Demam yang muncul secara mendadak.
2. Sakit kepala terutama di bagian frontal, occipital, dan temporal.
3. Nyeri otot.
4. Mata merah atau Fotofobia.
5. Mual dan muntah1
Infeksi dan Imunitas (Leptospirosis) 3
Pada pemeriksaan fisik dijumpai demam, bradikardia, nyeri tekan otot, hepatomegali
dan lain-lain. Pada pemeriksaan laboratorium darah rutin bias dijumpai lekositosis, normal
atau sedikit menurun disertai gambaran neutrofilia dan laju endap darah (LED) yang
meninggi. Pada urin dijumpai protein uria, leukosituria dan toraks (cast). Bila organ hati
terlibat, bilirubin direk meningkat tanpa peningkatan transaminase. BUN, Ureum dan
Kreatinin juga bisa meninggi bila terjadi komplikasi ginjal. Diagnosis pasti dengan isolasi
Leptospira dari cairan tubuh dan serologi.
Kultur: dengan mengambil specimen dari darah atau cairan cerebral spinal (CCS)
segera pada awal gejala. Dianjurkan untuk melakukankultur ganda dan mengambil specimen
pada fase leptospremia serta belum diberi antibiotic. Kultur urin diambil setelah 2-4minggu
onset penyakit. Pada specimen yang terkontaminasi, inokulasi hewan dapat digunakan.
Serologi: Pemeriksaan untuk mendeteksi adanya leptospira dengan cepat adalah
pemeriksaan Polymerase Chain Reaction (PCR), silver stain atau fluorescent antibody stain
dan mikroskop lapangan gelap.1
Diagnosis Banding
1. Influenza yang sporadic.
Influenza, biasanya dikenali sebagai flu di masyarakat, adalah penyakit menular
burung dan mamalia yang disebabkan oleh virus RNA dari family Orthomyxoviridae (virus
influenza). Penyakit ini ditularkan dengan medium udara melalui bersin dari si penderita.
Pada manusia, gejala umum yang terjadi adalah demam, sakit tenggorokan, sakit kepala,
hidung tersumbat dan mengeluarkan cairan, batuk, lesu serta rasa tidak enak badan. Dalam
kasus yang lebih buruk, influensa juga dapat menyebabkan terjadinya pneumonia, yang dapat
mengakibatkan kematian terutama pada anak-anak dan orang berusia lanjut.
Gejala-gejala biasanya timbul satu sampai tiga hari setelah infeksi, dan mungkin
termasuk yang berikut secara mendadak:
• demam
• sakit kepala
• sakit otot dan sendi
• sakit tenggorok
• batuk
• hidung beringus atau
tersumbat
• lelah parah
Infeksi dan Imunitas (Leptospirosis) 4
Kebanyakan penderita sembuh dalam waktu seminggu. Dibandingkan dengan
banyak infeksi lain (misalnya pilek), influenza cenderung mengakibatkan gejala dan
komplikasi yang lebih parah. Komplikasi dapat termasuk pneumonia, kegagalan
jantung atau semakin parahnya penyakit lain. 2
2. Meningitis Aseptic Viral.
Meningitis Aseptic Viral menyerupai seperti meningitis bacterial. Bedanya
adalah bakteri tidak berkembang biak didalam cairan sekeliling otak dan cairan
cerebrospinal. Penyebab-penyebab meningitis aseptic adalah:
Kanker
Infeksi di sekitar otak dan tulang
belakang.
Jamur
Obat-obatan
Mycobacteria
Sifilis
Penyakit Tick-Borne
Tuberculosis
Virus
Antara gejala-gejala penyakit ini adalah:
Nyeri abdomen
Fotofobia
Menggigil
Bingung
Pusing
Demam
Malaise
Sakit kepala
Nyeri otot
Mual dan muntah
Rash
Sakit tekak
Stiff neck3
3. Riketsiosis.
Riketsiosis juga dikenali sebagai ‘Infeksi Riketsial’ yang disebabkan oleh bakteri luar
biasa yang biasanya hanya hidup dengan organisme lain. Antara gejala bagi penyakit ini
adalah:
Demam
Sakit kepala yang berat
Rash yang berkarakter
Malaise4
Infeksi dan Imunitas (Leptospirosis) 5
4. Semua penyakit dengan ikterus.
5. Glandular fever.
6. Bruselosis.
Brucellosis atau sering disebut keluron adalah penyakit yang disebabkan oleh
Brucella sp. dan dapat menular ke manusia. Manusia merupakan hospes aksidental dan tidak
menularkan pada individu lain. Di Indonesia brucellosis tersebar luas di Pulau Timor (NTT),
Sulawesi, Jawa, Sumatera dan Kalimantan. Pulau Bali saat ini merupakan daerah bebas
Brucellosis. Masa inkubasi bervariasi dari 5 hari sampai beberapa bulan dengan rata-rata 2
minggu. Gejala yang mula-mula dirasakan adalah:
Demam
Kedinginan dan berkeringat pada malam hari
Kelemahan tubuh dan kelelahan merupakan gejala umum
Demam umumnya bersifat intermitten
Sakit kepala
Nnyeri otot leher
Anoreksia
Konstipasi
Gelisah dan depresi mental
Batuk yang non produktif dan pneumonitis.1
7. Pneumonia atipik.
Pneumonia atipik adalah pneumonia yang memberikan gambaran klinis dan
radiologis yang berbeda dengan bentuk pneumonia tipikal.
Bakteri pathogen yang paling sering menyebabkan pneumonia adalah Streptoccus
Pneumoniae, pneumonia in memberikan gambaran klinis dan radiologis yang khas berupa
munculnya demam tiba-tiba disertai menggigil, nyeri pleura dan batuk berdahak berwarna
karat (rust colored sputum) dan disertai gambaran radiologis berupa konsolidasi segmental
ataupun lobular dan pada masa pemeriksaan sputum dijumpai diploccocus gram postif
intraselular maupun ekstraselular, gambaran khas di atas dinamakan sebagai ‘typical
pneumonia.
Pneumonia yang disebabkan oleh Mycoplasma pneumonia merupakan prototip dari
pneumonia atipik, yang memberkan gambaran klinis dan radiologis yang berbeda dengan
bentuk pneumonia tipikal.
Infeksi dan Imunitas (Leptospirosis) 6
Orang yang terinfeksi Mycoplasma Pneumoniae baisanya dimulai dengan gejala
infeksi saluran napas atas. Selanjutnya diikuti dengan gejala infeksi saluran nafas bawah,
suara serak merupakan gejala yang pertama kali dalam banyak kasus yang dialami dalam
beberapa hari, batuk tidak produktif dan semakin berat pada malam hari, sakit kepala dan
semam umumnya tidak terlalu berat.
Gejala lain dapat dsertai dengan myalgia ataupun athralgia walaupun Mycoplasma
umumnya menimbulkan gejala klinis yang ringan sampa sedang, namun pada keadaan
komplikated dapat menjadi berat.1
8. Demam Dengue Berdarah.
Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit demam akut yang disebabkan oleh
virus dengue serta memenuhi kriteria WHO untuk DBD. DBD adalah salah satu manifestasi
simptomatik dari infeksi virus dengue. Manifestasi simptomatik infeksi virus dengue adalah
sebagai berikut:
Demam tidak terdiferensiasi
Demam dengue (dengan atau tanpa perdarahan): demam akut selama
2-7 hari, ditandai dengan 2 atau lebih manifestasi klinis (nyeri kepala, nyeri
retroorbital, mialgia/ atralgia, ruam kulit, manifestasi perdarahan (petekie atau uji
bendung positif leukopenia) dan pemeriksaan serologi dengue positif atau ditemukan
pasien yang
sudah dikonfirmasi menderita demam dengue/ DBD pada lokasi dan waktu yang
sama.
DBD (dengan atau tanpa renjatan).1
9. Penyakit susunan darah yang akut.
10. Fever of Unknown Origin (FUO).
11. Serebral Malaria.
Etiologi
Infeksi dan Imunitas (Leptospirosis) 7
Leptospirosis adalah suatu penyakit zoonosis yang disebabkan oleh mikroorganisme
Leptospira interogans tanpa memandang bentuk spesifik serotipenya. Penyakit ini pertama
sekali dikemukakan oleh Weil pada tahun 1886 yang membedakan penyakit yang disertai
dengan ikterus ini dengan penyakit lain yang juga menyebabkan ikterus. Bentuk yang
beratnya dikenal sebagai Weil’s disease. Penyakit ini dikenal dengan berbagai nama seperti
mud fever, slime fever, swap fever, autumnal fever, infectious jaundice, field fever, cane
cutter fever dan lain-lain.
Leptospirosis acapkali luput didiagnosa karena gejala klinis tidak spesifik, dan sulit
dilakukan konformasi diagnosis tanpa uji laboratorium. Kejadian luar biasa leptospirosis
dalam dekade terakhir di beberapa negara telah menjadikan leptospirosis sebagai salah satu
penyakit yang termasuk the emerging infectious diseases.
Leptospirosis disebabkan oleh genus leptospira, family treponemataceae, suatu
mikroorganisme spirochaeta. Ciri khas organism ini yakni berbelit, tipis, fleksibel,
panjangnya 5-15 um. Salah satu ujung organism sering
membengkak, membentuk suatu kait. Terdapat gerak
rotasi aktif, tetapi tidak ditemukan adanya flagella.
Spirochaeta ini demikian halus sehingga dalam
mikroskop lapang gelap hanya dapat terlihat sebagai
rantai kokus kecil-kecil. Dengan pemeriksaan lapangan
redup pada mikroskop biasa morfologi leptospira secara
umum dapat dilihat. Untuk mengamati lebih jelas
gerakan leptospira digunakan mikroskop lapang gelap
(darkfield microscope). Leptospira membutuhkan
media dan kondisi yang khusus untuk tumbuh dan mungkin membutuhkan waktu berminggu-
minggu untuk membuat kultur yang positif. Dengan medium Fletcher's dapat tumbuh dengan
baik sebagai obligat aerob.
Secara sederhana, genus leptospira terdiri atas dua spesies : L.imerrogans yang
patogen dan L.biflexa yang non patogen / saprofit. Tujuh spesies dari leptospira patogen
sekarang ini telah diketahui dasar ikatan DNA-nya, namun lebih praktis dalam klinik dan
Infeksi dan Imunitas (Leptospirosis) 8
epidemiologi menggunakan klasifikasi yang didasarkan atas perbedaan serologis. Spesies L.
interrogans dibagi menjadi beberapa serogrup dan serogrup ini dibagi menjadi banyak
serovar menurut komposisi antigennya. Saat ini telah ditemukan lebih dari 250 serovar yang
tergabung dalam 23 serogrup. Beberapa serovar L.inrerrogans yang dapat menginfeksi
manusia di antaranya adalah: L.icterohaemorrhagipe, L.canicola, L.pomona,
L.grippothyphosa, L.pavanica. L.celledoni, L.ballum, L.pyrogenes, L.automnalis,
L.hebdomadis. L.bataviae, L.tarassovi, L.panama, L.andamana, L.shermani, L.ranarum,
L.bufonis, L.copenhageni. L.australis, L.cynopteri dan lain-lain.
Menurut beberapa peneliti, yang tersering menginfeksi manusia ialah
L.icterohaemorrhagica dengan reservoir tikus, L.canicola dengan reservoir anjing dan
L.pomona dengan reservoir sapid an babi.1
EpidemiologiLeptospirosis tersebar di seluruh dunia, di semua benua kecuali benua Antartika,
namun terbanyak didapati didaerah tropis. Leptospira bisa terdapat pada binatang piaraan
anjing, babi, lembu, kuda, kucing, marmot atau binatang-binatang pengerat lainnya seperti
tupai, musang, kelelawar, dan lain sebagainya. Didalam tubuh binatang tersebut, leptospira
hidup di dalam ginjal/air kemihnya. Tikus merupakan vector yang utama dari
L.icterohaemorrhagica penyebab leptospirosis pada manusia. Dalam tubuh tikus, leptospira
akan menetap dan membentuk koloni serta berkembang biak di dalam epitel tubulus ginjal
tikus dan secara terus menerus dan ikut mengalir dalam liltrat urine. Penyakit ini bersifat
musiman, di daerah beriklim sedang masa puncak insidens dijumpai pada musim panas dan
musim gugur karena temperatur adalah faktor yang mempengaruhi kelangsungan hidup
leptospira. sedangkan didaerah tropis insidens tertinggi terjadi selama musim hujan.
Leptospirosis mengenai paling kurang 160 spesies mamalia. Ada berbagai jenis
pejamu dari leptospira, mulai dari mamalia yang berukuran kecil di mana manusia dapat
kontak dengannya. misalnya landak. kelinci, tikus sawah, tikus rumah, tupai, musang, sampai
dengan reptil (berbagai jenis katak dan ular), babi, sapi, kucing, dan anjing. Binatang
pcngerat terutama tikus merupakan reservoir paling banyak. Leptospira membentuk
Infeksi dan Imunitas (Leptospirosis) 9
hubungan simbiosis dengan pejamunya dan dapat menetap dalam tubulus renalis selama
berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun. Beberapa serovar berhubungan dengan binatang
tertentu, seperti L. icterohaemoragiae/copenhageni dengan tikus, L. gripporypliosa dengan
voles (sejenis tikus), L. Hardjo dengan sapi, L canicola dengan anjing dan L. Pomona dengan
babi. International Leptospirosis Society menyatakan Indonesia sebagai negara dengan
insidens leptospirosis tinggi dan peringkat ketiga di dunia untuk mortalitas.1
Di Indonesia Leptospirosis ditemukan di DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Di
Yogyakarta, Lampung, Sumatera Selatan, Bengkulu, Riau, Sumatera Barat, Sumatera Utara,
Bali, NTB, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, Kalimantan TImur, dan Kalimantan Barat.
Pada kejadian banji besar di Jakarta tahun 2002, dilaporkan lebih dari seratus kasus
leptospirosis dengan 20 kematian. Salah satu kendala dalam menangani leptospirosis berupa
kesulitan dalam melakukan diagnostic awal. Sementara dengan pemeriksaan sederhana
memakai mikroskop biasa dapat diditeksi adanya gerakan leptospira dalam urine. Diagnostik
pasti ditegakkan dengan ditemukannya leptospirosia pada daerah atau urine atau
ditemukannya hasil serologi positip. Untuk dapat berkembang biaknya leptospira
memerlukan lingkungan opotimal serta tergantung pada suhu yang lembab, hangat, pH
air/tanah yang netral, dimana kondisi ini ditemukan sepanjang tahun di daerah tropis.1
Manusia dapat terinfeksi melalui kontak dengan air, atau tanah, lumpur yang telah
terkontaminasi oleh urine binatang yang telah terinfeksi leptospiri. Infeksi tersebut terjadi jika
terjadi luka/erosi pada kulit ataupun selaput lendir. Air tergenang atau mengalir lambat yang
terkontaminasi urine binatang infeksius memainkan peranan dalam penularan penyakit ini.
bahkan air deraspun dapat berperan. Kadang-kadang penyakit terjadi akibat gigitan binatang
yang sebelumnya terinfeksi leptospira. atau kontak dengan kultur leptospira di laboratorium.
Ekspos yang lama pada genangan air yang terkontaminasi terhadap kulit yang utuh juga
menularkan leprospira. Orang-orang yang mempunyai resiko tinggi mendapat penyakit ini
adalah pekerja-pekerja di sawah, pertanian, perkebunan, penternakan, pekerja tambang.
pekerja di rumah potong hewan atau orang-orang yang mengadakan perkemahan di hutan,
dokter hewan.1
Patogenesis
Infeksi dan Imunitas (Leptospirosis) 10
Leptospira masuk kedalam tubuh melalui kulit atau selaput lendir, memasuki aliran
darah dan berkembang, lalu menyebar secara luas ke jaringan tubuh. Kemudian terjadi respon
imunologi baik secara selular maupun humoral sehingga infeksi ini dapat ditekan dan
terbentuk antibody spesifik. Walaupun demikian beberapa organisme ini masih bertahan pada
daerah yang terisolasi secara imunologi seperti di dalam ginjal di mana sebagian
mikroorganisme akan mencapai convoluted tubules, bertahan disana dan dilepaskan melalui
urin. Leptospira dapat dijumpai dalam air kemih sekitar 8 hari sampai beberapa minggu
setelah infeksi dan sampai berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun kemudian. Leptospira
dapat dihilangkan dengan fagositosis dan mekanisme humoral. Kuman ini dengan cepat
lenyap dari darah setelah terbentuknya agglutinin. Setelah fase leptospiremia 4-7 hari,
mikroorganisme hanya dapat ditemukan dalam jaringan ginjal dan okuler. Leptospiruria
berlangsung 1-4 minggu.1
Tiga mekanisme yang terlibat pada patogenese laptospirosis :
Invasi bakteri langsung,
faktor inflamasi non specifik
Reaksi imunologi
Dalam perjalanan pada fase leptospiremia, leptospira melepaskan toksin yang
bertanggungjawab atas terjadinya keadaan patologi pada beberapa organ. Lesi yang muncul
terjadi karena kerusakan pada lapisan endotel kapiler. Pada leptospirosis terdapat perbedaan
antara derajat gangguan fungsi organ dengan kerusakan secara histologik. Pada leptospirosis
lesi histologis yang ringan ditemukan pada ginjal dan hati pasien dengan kelainan fungsional
yang nyata dari organ tersebut. Perbedaan ini menunjukkan bahwa kerusakan bukan pada
struktur organ. Lesi inflamasi menunjukkan edema dan infiltrasi sel monosit, limfosit dan sel
plasma. Pada kasus yang berat terjadi kerusakan kapiler dengan perdarahan yang luas dan
disfungsi hepatoselular dengan retensi bilier. Selain di ginjal, leptospira juga dapat bertahan
pada otak dan mata. Leptospira dapat masuk kedalam cairan serebrospinalis pada fase
leptospiremia. Hal ini akan menyebabkan meningitis yang merupakan gangguan neurologi
terbanyak yang terjadi sebagai komplikasi leptospirosis. Organ-organ yang sering dikenai
leptospira adalah ginjal, hati, otot dan pembuluh darah. Kelainan spesifik pada organ:
Infeksi dan Imunitas (Leptospirosis) 11
Ginjal. Interstitial nefritis dengan infiltarsi sel mononuklear merupakan bentuk lesi pada
leptospirosis yang dapat terjadi tanpa gangguan ñingsi ginjal. Gagal ginjal terjadi akibat
tubular nekrosis akut. Adanya peranan nefirotoksin, reaksi imunologis, iskemia ginjal,
hemolisis dan invasi langsung mikroorganisme juga berperan menimbulkan kerusakan ginjal.
Hati. Hati menunjukkan nekrosis sentilobuler fokal dengan infiltrasi sel limfosit lokal dan
proliferasi sel Kupfer dengan kolestatis. Pada kasus-kasus yang diotopsi, sebagian ditemukan
leptospira dalam hepar. Biasanya organisme ini terdapat diantara sel-sel parenkim.
Jantung. Epikardium, endokardium dan miokardium dapat terlibat. Kelainan miokardium
dapat fokal atau difus berupa intersitital edema dengan infiltrasi sel mononuklear dan plasma.
Nekrosis berhubungan dengan infiltrasi neutrofil. Dapat terjadi perdarahan lokal pada
miokardium dari endokarditis.
Otot rangka. Pada otot rangka, terjadi perubahan-perubahan berupa lokal nekrotis,
vakuolisasi dan kehilangan striata. Nyeri otot yang terjadi pada leptospira disebabkan invasi
langsung leptospira. Dapat juga ditemukan antigen leptospira pada otot.
Mata. Leptospira dapat masuk ruang anterior dari mata selama fase leptospiremia dan
bertahan beberapa bulan walaupun antibodi yang terbentuk cukup tinggi. Hal ini akan
menyebabkan uveitis.
Pembuluh darah. Terjadi perubahan pada pembuluh darah akibat terjadinya vaskulitis yang
akan menimbulkan perdarahan. Sering ditemukan perdarahan/pteki pada mukosa, permukaan
serosa dan alat-alat viscera dan perdarahan bawah kulit.
Susunan saraf pusat. Leptospira mudah masuk ke dalam cairan serebrospinal (CSS) dan
dikaitkan dengan terjadinya meningitis. Meningitis terjadi sewaktu terbentuknya respon
antibodi, tidak pada saat memasuki CSS. Diduga bahwa terjadinya meningitis diperantarai
oleh mekanisme imunologis. Terjadi penebalan meninges dengan sedikit peningkatan sel
mononuklear arakhnoid. Meningitis yang terjadi adalah meningitis aseptik, biasanya paling
sering disebabkan oleh L.canicola.
Weil Disease. Weil disease adalah leptospirosis berat yang ditandai dengan ikterus, biasanya
disertai perdarahan, anemia, azotemia, gangguan kesadaran dan demam tipe kontinua.
Infeksi dan Imunitas (Leptospirosis) 12
Penyakit weil ini biasanya terdapat pada 1-6% kasus dengan leptospirosis. Penyebab weil
disease adalah serotype icterohaemorragica pernah juga dilaporkan oleh serotipe
conpenhageni dan bataviae. Gambaran klinis bervariasi berupa gangguan renal, hepatic atau
disfungsi vaskular.1
Gejala Klinis
Masa inkubasi 2-26 hari, biasanya 7-13 hari dan rata-rata 10 hari. Leptospirosis ada 2 fase
penyakit yang khas yaitu, Fase leptospiremia dan Fase imun.
1. Fase Leptospiremia.
Fase ini ditandai dengan adanya leptospira didalam darah dan cairan
serebrospinal, berlangsung secara tiba-tiba dengan gejala awal adalah:
Sakit kepala di bagian frontal
Rasa sakit pada otot yang hebat terutama pada paha, betis dan pinggang disertai
nyer tekan
Myalgia yang diikuti dengan hiperestesi kulit
Demam tinggi yang disertai menggigil
Mual tanpa atau disertai muntah
Diare
Pada pemeriksaan keadaan sakit yang berat, bradikardi relative dan ikterus
(50%). Pada hari ke 3-4 dapat dijumpai adanya konjungtiva suffusion dan fotofobia.
Pada kulit terdapat rash yang berbentuk makular, makulopapular atau urtikaria.
Kadang-kadang dijumpai splenomegali, hepatomegali serta limfadenopati. Fase ini
berlangsung 4-7 hari. Jika cepat di tangani pasien akan membaik, suhu akan kembali
normal, penyembuhan organ-organ yang terlibat dan fungsinya kembali normal 3-6
minggu onset. Pada keadaan sakit yang lebih berat demam turun setelah 7 hari diikuti
oleh bebas demam selama 1-3 hari, setelah itu kembali demam. Keadaan ini disebut
fase kedua atau fase imun.1
2. Fase Imun
Infeksi dan Imunitas (Leptospirosis) 13
Fase ini ditandai dengan peningkatan titer antibodi, dapat timbul demam yang
mencapai suhu 40°C disertai menggigil dan kelemahan umum. Terdapat rasa sakit
yang menyeluruh pada leher, perut, dan otot-otot kaki terutama otot betis. Terdapat
perdarahan terutama epistaksis, gejala kerusakkan pada ginjal dan hati, uremia,
ikterik. Perdarahan paling jelas terlihat pada fase ikterik, purpura, ptechiae, epistaksis,
perdarahan gusi merupakan manifestasi perdarahan yang paling sering. Conjungtiva
injection dan konjungtival suffusion dengan ikterus merupakan tanda patognomosis
untuk leptosprosis.
Terjadi meningitis merupakan tanda pada fase ini, walaupun hanya 50%
gejala dan tanda meningitis, tapi pleositosis pada CSS dijumpai pada 50-90% pasien.
Tanda-tanda meningeal dapat menetap dalam beberapa minggu, tetap biasanya
menghilang setelah 1-2 hari. Pada fase ini leptospira dapat dijumpai dalam urin.1
3. Sindrom Weil
Sindrom Weil adalah bentuk Leptospirosis berat ditandai jaundis,
disfungsi ginjal, nekrosis hati, disfungsi paru-paru, dan diathesis perdarahan. Kondisi
ini terjadi pada akhir fase awal dan meningkat pada fase kedua, tetapi bisa memburuk
setiap waktu.
Kriteria penyakit Weil tidak dapat didefinisikan dengan baik. Manifestasi paru
meliputi batuk, kesulitan bernafas, nyeri dada, batuk darah, dan gagal napas.
Disfungsi ginjal dikaitkan dengan timbulnya jaundis 4-9 hari setelah gejala awal.
Penderita dengan jaundis berat lebih mudah terkena gagal ginjal, perdarahan dan
kolaps kardiovaskular. Kasus berat dengan gangguan hati dan ginjal mengakibatkan
kematian sebesar 20-40 persen yang akan meningkat pada lanjut usia.1
Pengobatan
Infeksi dan Imunitas (Leptospirosis) 14
Pengobatan suportif dengan observasi ketat untuk mendeteksi dan mengatasi keadaan
dehidrasi, hipotensi, perdarahan dan gagal ginjal sangat penting dalam leptospirosis. Ganguan
fungsi ginjal umumnya dengan spontan akan membaik dengan membaiknya kondisi pasien.
Namun ada beberapa pasien yang membutuhkan tindakan hemodialisa temporer.
Pemberian antibiotic harus dimulai secepat mungkin, biasanya pemberian dalam 4
hari setelah onset cukup efektif. Untuk kasus leptospirosis berat, pemberian intra vena
penisilin G, amoksisliin, ampisilin atau eritromisin dapat diberikan. Sedangkan untuk kasus-
kasus ringan, dapat diberikan antibiotika oral tetrasiklin, doksisiklin, ampisilin atau
amoksisilin maupun sefalosforin. Tujuan pengobatan dengan antibiotik adalah:
mempercepat pulih ke keadaan normal
mempersingkat lamanya demam
mempersingkat lamanya perawatan
mencegah komplikasi seperti gagal ginjal (leptospiruria)
menurunkan angka kematian
Obat pilihan adalah Benzyl Penicillin. Selain itu dapatdigunakan Tetracycline,
Streptomicyn, Erythromycin, Doxycycline, Ampicillin atau Amoxicillin. Pengobatan dengan
Benzyl Penicillin 6-8 MU iv dosis terbagi selama 5-7 hari. Atau Procain Penicillin 4-5
MU/hari kemudian dosis diturunkan menjadi setengahnya setelah demam hilang, biasanya
lama pengobatan 5-6 hari.
Jika pasien alergi penicillin digunakan Tetracycline dengan dosis awal 500 mg,
kemudian 250 mg IV/IM perjam selama 24 jam, kemudian 250-500mg /6jam peroral selama
6 hari. Atau Erythromicyn dengan dosis 250 mg/ 6jam selama 5 hari. Tetracycline dan
Erythromycin kurang efektif dibandingkan dengan Penicillin.
Ceftriaxone, dosis 1 g iv selama 7 hari hasilnya tidak jauh berbeda dengan pengobatan
menggunakan penicillin. Oxytetracycline digunakan dengan dosis 1.5 g peroral, dilanjutkan
dengan 0.6 g tiap 6 jam selama 5 hari; tetapi cara ini menurut beberapa penelitian tidak dapat
mencegah terjadinya komplikasi hati dan ginjal.
Infeksi dan Imunitas (Leptospirosis) 15
Sampai saat ini, penisilin masih merupakan antibiotika pilihan utama, namun perlu
diingat bahwa antibiotika bermanfaat jika leptospira masih di darah (fase leptospiraemia).
Pengobatan dengan Penicillin dilaporkan bisa menyebabkan komplikasi berupa reaksi
Jarisch-Herxheimer. Komplikasiini biasanya timbul dalam beberapa waktu sampai dengan 3
jam setelah pemberian penicillin intravena; berupa demam,malaise dan nyeri kepala; pada
kasus berat dapat timbul gangguan pernafasan.5,6
KomplikasiJika diobati selagi masih dini, prognosis leptospirosis umumnya baik. Bisa lain nasib
pasien jika terapi terlambat diberikan. Sudah disebut komplikasi leptospirosis paling jelek
jika sudah merusak ginjal , selain hati, dan otak. Jika tidak ada ikterus, penyakit jarang fatal.
Pada kasus ikterus, angka kematian 5% pada umur dibawah 30 tahun, dan pada usia lanjut
mencapai 30-40%. Pada leptospirosis, komplikasi yang sering terjadi ialah iridosiklitis, gagal
ginjal, miokarditis, meningitis aseptik dan hepatitis. Perdarahan masif jarang ditemui dan bila
terjadi selalu menyebabkan kematian.
PENCEGAHAN1. Higien Perorangan
Pekerjaan maupum aktivitas dengan risiko tinggi untuk tertular leptospira diperlukan
pakaian pelindung sesuai pekerjaan atau aktivitasnya, seperti sepatu, sarung tangan,
masker, dan lain-lain.
2. Kebersihan Lingkungan
Sebaiknya tempat tinggal tidak digunakan untuk tempat tinggal hewan perantara.
Lantai yang dilewati hewan perantara didesinfektan dengan sodium hipoklorit 1/100
atau detergen, mencegah selokan buntu dan jangan digunakan untuk populasi tikus.
3. Vaksinasi
Di beberapa negara seperti Kuba, Rusia, Cina vaksinasi untuk mencegah leptospirosis
pada manusia telah diberlakukan. Bahkan di Kuba pemberian vaksinasi dapat
mencegah 100%. Sampai saat ini belum ada publikasi tentang studi efikasi jangka
panjang vaksin anti-leptospira, nampaknya vaksinasi hanya mempunyai efikasi jangka
Infeksi dan Imunitas (Leptospirosis) 16
pendek. Vaksinasi pada binatang piaraan dapat menurunkan kejadian leptospirosis,
sehingga membantu pencegahan.
Beberapa masalah yang muncul pada pemberian vaksin untuk mencegah leptospirosis
pada manusia:
Sering adanya laporan efek samping yang tidak dapat diterima dari vaksin
bakteri yang dimatikan.
Vaksin dengan bakteri yang dimatikan nampaknya hanya memberikan
proteksi jangka pendek dan kemungkinan proteksinya tidak komplit, demikian
juga vaksinasi pada binatang.
Belum adanya vaksin yang secara umum dapat mencegah berbagai macam
leptospira yang bersifat lokal.
Vaksinasi secara teori berpotensi untuk menginduksi penyakit autoimun
seperti uvcitis.
Belum ada pengetahuan yang lengkap mengenai mekanisme kekebalan
melawan infeksi leptospira.
4. Pengobatan pencegahan
Penisilin 2juta unit perhari selama 7 hari, diberikan pada orang berisiko tinggi
bila menderita demam, tetapi jangan lupa mengambil spesimen sebelumnya.
Pemberian doksisiklin 200 mg perminggu dapat juga melindungi terjadinya
leptospirorsis.7
PrognosisTergantung keadaan umum pasien, umur, virulensi leptospira, dan ada tidaknya
kekebalan yang didapat. Kematian juga biasanya terjadi akibat sekunder dari faktor pemberat
seperti gagal ginjal, atau perdarahan dan terlambatnya pasien mendapat pengobatan.1
Penutup
Infeksi dan Imunitas (Leptospirosis) 17
Penyakit leptospirosis mungkin banyak terdapat di Indonesia terutama di musim
hujan. Pengobatan dengan antibiotik merupakan pilihan terbaik pada fase awal ataupun fase
lanjut (fase imunitas). Angka kematian pada pasien leptospirosis menjadi tinggi terutama
pada usia lanjut, pasien dengan ikterus yang parah, gagal ginjal akut, gagal pernafasan akut.
Daftar Pustaka
Infeksi dan Imunitas (Leptospirosis) 18
1. Umar Zain. Konsultan Penyakit Tropik Infeksi Bagian Ilmu Penyakit Dalam FK
Unversitas Sumatera Utara. Leptospirosis. Buku ajar penyakit dalam: 2009: ed 5th :
jilid 3: 2807-2812.
2. Rini Savitri Daulay. FK Universitas Sumatera Utara. Avian Influenza. 2008. Diunduh
dari http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/2020/1/08E00076.pdf . 27
November 2010.
3. Aseptic Meningitis. MedLine Plus. Tanggal update 15 September 2010. Diunduh dari
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000614.htm . 27 November 2010.
4. Behrman Klirgman Arvin. Demam boutonneuse dan demam berbintik riketsiosis lain.
Ilmu Kesehatan Anak: bab 240: 1179-1180.
5. Yat H. Istiantoro dan Vincent H. S. Gan. Penisilin, sefalosporin dan antibiotic
betalaktam lainnya. Farmakologi dan terapi: 2007: ed 5th :664-681.
6. Masri S Maha. Pusat Penelitian Ekologi Kesehatan, Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI, Jakarta. Gejala klinis dan
pengobatan leptospirosis. 2006. Diunduh dari
http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/10_152_Gejalaklinispengobatanleptospirosis.pd
f/10_152_Gejalaklinispengobatanleptospirosis.html . 28 november 2010.
7. Akmal Sya’roni. Konsultan Penyakit Tropik Infeksi Bagian Ilmu Penyakit Dalam FK
UNSRI. Bruselosis. Ilmu peyakit dalam: 2009: ed 5th: jilid 3: 2970-2974.
Infeksi dan Imunitas (Leptospirosis) 19