makalah abses otak
DESCRIPTION
Makalah Abses otakTRANSCRIPT
MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN ABSES OTAK
Dosen Pembimbing :
Ilkafah S. Kep. Ners
Disususn Oleh :
1. Aprillia Khusni Syafila (10.02.01.0699)
2. Awaliyatuz Zahro Indah. A (10.02.01.0702)
3. Gurit Angga Wicaksono (10.02.01.0711)
4. Heri Dedy Prasetya (10.02.01.0712)
5. Nita Dwi Palasari (10.02.01.0725)
6. Sendiko Adi (10.02.01.0731)
7. Sri Fitrianingsih (10.02.01.0732)
8. Taswirul Bariroh (10.02.01.0735)
Kelas 4C S1 Keperawatan
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH LAMONGAN
TAHUN AKADEMIK 2011/2012
1
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum. Wr. Wb.
Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT Yang Maha Esa karena atas
Rahmat dan Karunia-Nyalah, kami selaku penulis makalah yang berjudul
”Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Abses Otak” yang mana makalah
ini sebagai salah satu tugas dalam mata kuliah Sistem Neurobehavior,
Alhamdulillah dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Maka dengan terselesainya makalah ini, kami selaku penulis tidak lupa
mengucapkan terima kasih yang sebanyak – banyaknya kepada:
1. Drs H.Budi Utomo,Amd.Kep.M.Kes, selaku ketua STIKES
Muhammadiyah Lamongan.
2. Arifal Aris S.Kep,Ns M.Kes, selaku ketua prodi S1
KEPERAWATAN STIKES Muhammadiyah Lamongan.
3. Ilkafah S.Kep.Ns selaku dosen Mata Kuliah Sistem Neurobehavior.
4. Dan semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah
ini.
Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah
ini. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya
membangun sehingga dapat digunakan untuk membantu perbaikan mendatang
dan atas perhatian dan kerjasamanya kami ucapkan terima kasih.
Wassalamu’alaikum. Wr. Wb
Lamongan, April 2012
Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .......................................................................................i
DAFTAR ISI ....................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ..............................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan ................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pathway Abses Otak.............................................................................3
2.2 Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Abses Otak ........................4
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan .........................................................................................16
3.2. Saran ...................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Abses otak dapat terjadi akibat penyebaran perkontinuitatum dari fokus
infeksi disekitar otak maupun secara hematogen dari tempat yang jauh, atau
secara langsungseperti trauma kepala dan operasi kraniotomi. Abses yang terjadi
oleh penyebaranhematogen dapat pada setiap bagian otak, tetapi paling sering
pada pertemuan substansiaalba dan grisea; sedangkan yang perkontinuitatum
biasanya berlokasi pada daerah dekat permukaan otak pada lobus tertentu. abses
otak bersifat soliter atau multipel. Yangmultipel biasanya ditemukan pada
penyakit jantung bawaan sianotik; adanya shunt kananke kiri akan menyebabkan
darah sistemik selalu tidak jenuh sehingga sekunder terjadi polisitemia.
Polisitemia ini memudahkan terjadinya trombo-emboli.
Dua pertiga abses otak adalah soliter, hanya sepertiga abses otak
adalah multipel.Pada tahap awal abses otak terjadi reaksi radang yang
difus pada jaringan otak denganinfiltrasi lekosit disertai udem,
perlunakan dan kongesti jaringan otak, kadang-kadangdisertai bintik
perdarahan. Setelah beberapa hari sampai beberapa minggu terjadi nekrosisdan
penca i ran pada pusa t l es i seh ingga membentuk sua tu rongga
abses . As t rog l ia , fibroblas dan makrofag mengelilingi jaringan yang
nekrotik. Mula-mula abses tidak berbatas tegas tetapi lama kelamaan
dengan fibrosis yang progresif terbentuk kapsuld e n g a n d i n d i n g
y a n g k o n s e n t r i s . T e b a l k a p s u l a n t a r a b e b e r a p a m i l i m e t e r
s a m p a i beberapa sentimeter. Beberapa ahli membagi perubahan
patologi abses otak dalam 4stadium yaitu :
1 . S t a d i u m s e r e b r i t i s d i n i
2 . S t a d i u m s e r e b r i t i s l a n j u t
3 .S tad ium pembentukan kapsu l d in i
4 .S tad ium pembentukan kapsu l l an ju t
4
Infeks i j a r ingan fas ia l , selulitis orbita, sinusitis etmoidalis, amputasi
meningoensefalokel nasal dan abses apikal dental dapat menyebabkan abses
otak yang berlokasi pada lobus frontalis.
1.2.Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah pathway dari abses otak ?
2. Bagaimanakah asuhan keperawatan pada klien dengan abses otak ?
1.3. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pathway/ perjalanan penyakit dari abses otak.
2. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan abses otak
5
BAB II PEMBAHASAN
1.1. Pathway Abses Otak
6
Faktor predisposisi : Fokal infeksi seperti ISPA,OMP,sinusitis paralisis,mastoiditis,trauma tembus kepala,pasca operasi kepala. Hematogen. TOF.
Anemia sel sabit
Invasi bakteri/ mikroorganisme patogen pada permukaan otak
Reaksi inflamasi / infeksi
Abses otakProses fagositisis Perubahan struktur korteks sensori & motorik
Resiko tinggi penyebaran infeksiMenembus barier dalam
otak
hipertermi
Merangsang hipotalamus dalam menghasilkan
prostaglandin
Sekresi zat pirogen
Ikut dalam
sirkulasi CSS
Terserap CSS
Difusi jaringan otak dg infiltrasi
leukosit
Resiko tinggi trauma
Ketidak seimbangan koordinasi motorik
kejang
Lepasnya muatan listrik dalam otak
Merangsang pusat muntah di otak
pusing
Menghentikan aliran darah arteri / vena dlm otak
Gangguan
rasa nyaman nyeri
TIK meningkat
Terjadi penekanan cerebral
Odem jaringan
Penurunan proses interpretasi informasi
Perubahan persepsi sensori
Perubahan perfusi jaringan otak
Pertukaran gas pd tingkat seluler terganggu
Gangguan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh
Mual,muntah
Hipoksia jaringan otak
Mempengaruhui N. Glossopharyngeal
Mempengaruhi refleks menelan / disfagia
1.2. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Abses Otak
1.2.1 Pengkajian
1. Biodata
Meliputi nama, jenis kelamin (laki-laki lebih sering terkena), umur (anak lebih
rentan tekena 90% pada usia 1 bln- 5 tahun), alamat, agama, bahasa yang
dipakai, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi, golongan darah,
no. register, tanggal MRS, diagnosa medis).
2. Keluhan Utama
Biasanya yang sering menjadi keluhan utama klien adalah nyeri kepala, pusing
demam.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Biasanya klien datang dengan keluhan nyeri kepala,badanya panas terkadang
hingga disertai kejang, kepalanya pusing dan tanda-tanda neurologik fokal
yang bervariasi :
1. Lobus frontalis : mengantuk, tidak ada perhatian, hambatan dalam
mengambil keputusan,angguan intelegensi.
2. Lobus temporalis : tidak mampu menyebut objek, tidak mampu membaca,
menulis atau, mengerti kata-kata; hemianopia.
3. Lobus parietalis : gangguan sensasi posisi dan persepsi stereognostik,
hemianopia homonim, disfasia, akalkulia, agrafia. Serebelum sakit kepala
suboksipital, leher kaku, gangguan koordinasi, nistagmus, tremor
intensional.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Tanyakan apakah dahulu pasien pernah penderita ISPA,otitis media purulenta,
mastoiditis, sinusitis paralisis,trauma tembus kepala,pasca operasi kepala.
Hematogen. TOF. Anemia sel sabit.
5. Riwayat Penyakit Keluarga
7
Tanyakan apakah keluarga dari klien ada yang mempunyai riwayat penyakit
anemia sel sabit.
6. Riwayat psiko, sosio, spritual
Gelisah, khawatir, hubungan dengan orang lain terganggu, gangguan sensasi
dan persepsi stereognostik. Pada dewasa mengalami Ansietas karena
kurangnya pengetahuan tentang penyakit. Tingkah laku yang agresif. Pada
dewasa mengalami keterbatasan dalam memenuhi kebutuhan spiritual . Anak-
anak riwayat spiritual belum bisa terkaji.
7. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : bisa mulai dari stupor, delirium dan letargi.
TTV
- TD : Meningkat
- Nadi : Takikardi
- Suhu : Hipertermi
- RR : Takipnea
Body Of System
Pernafasan B1 ( breath )
Peningkatan kerja pernapasan pada fase awal.
Kardiovaskular B2 ( Blood )
TD meningkat, tekanan nadi berat (berhubungan dengan peningkatan
TIK dan pengaruh pada pusat vasomotor), takikardia, disritmia (pada
fase akut) seperti disritmia sinus.
Persyarafan B3 ( Brain )
Afasia, mata (ukuran/ reaksi pupil) ; unisokor atau tidak berespon
terhadap cahaya (peningkatan TIK), nistagmus (bola mata bergerak-
gerak terus menerus (gangguan pada lobus temporal).
Olfaktorius (I) : Adanya halusinasi penciuman
Optikus (II) : Gangguan dalam penglihatan seperti diplobia
8
Occulomotorius (III),Trochlearis (IV), Abducens (VI) : unisokor
atau tidak berespon terhadap cahaya, nistagmus (bola mata
bergerak-gerak terus menerus.
Trigeminus (V) , Facialis (VII): Terjadi perubahan pada fungsi
motorik dan sensori,terjadi ptosis kelopak mata.
Auditorius (VIII) : pada umumnya tidak terjadi gangguan
Glossopharyngeal (IX) : kehilangan sensasi pengecapan,menelan.
Vagus (X) : menurunan sensai perasa
Assessoryus (XI) : parastesia terjadi kekakuan pada daerah leher
dan punggung (bila persarafannya terkena).
Hypoglosus (XII): pada umumnya juga tidak terjadi gangguan.
Perkemihan B4 ( Bladder )
Adanya inkontinensia atau retensi urin
Pencernaan B5 ( Bowel )
Penurunan BB, muntah,mual, anoreksia dan kesulitan menelan,
membran mukosa kering.
Muskuloskeletal / integumen B6 ( Bone )
Turgor kulit jelek , tonus otot menurun.
Fungsional Gordon
Aktivitas Dan Istirahat
Gejala : Perasaan tidak enak (malaise). Keterbatasan yang ditimbulkan oleh
kondisinya.
Tanda : Ataksia, masalah berjalan, kelumpuhan, gerakan involunter,
kelemahan secara umum, keterbatasan dalam rentang gerak, hipotonia.
Sirkulasi
Gejala : Adanya riwayat kardiopatologi, seperti endokarditis, beberapa
penyakit jantung congenital(abses otak)
9
Tanda : tekanan darah menigkat, nadi meningkat, tekanan nadi berat
(berhubungan dengan peningkatan TIK dan pengaruh pada pusat
vasomotor).
Eliminasi
Tanda : Adanya inkontinensia dan atau retensi
Makan/Cairan
Gejala : Kehilangan nafsu makan.Kesulitan menelan (pada periode akut).
Tanda : Anoreksia, muntah, turgor kulit jelek, membrane mukosa kering.
Hygiene
Tanda : ketergantungan terhadap semua kebutuhan perawatan diri (pada
periode akut).
Neurosensori
Gejala :Sakit kepala (mungkin merupakan gejala pertama dan biasanya
berat). Parestesia, terasa kaku pada semua persarafan yang terkena,
kehilangan sensasi (kerusakan pda saraf kranial). Gangguan dalam
penglihatan, seperti diplobia(pada fase awal dari beberapa infeksi).Adanya
halusinasi penciuman atau sentuhan
Tanda : Afasia/ kesulitan dalam berkomunikasi. Mata (ukuran atau reaksi
pupil): tidak berespon terhadap tekanan cahaya (peningkatan TIK),
nistagmus (bola mata bergerak terus menerus). Ptosis (kelopak mata atas
jatuh). Karakteristik fasial, perubahan pada fungsi motorik dan sensori(saraf
cranial V dan VII yang terkena). Kejang umum atau local
Nyeri Dan Kenyamana
Gejala : Sakit kepala (berdenyut dengan hebat, frontal) mungkin akan
diperburuk oleh dengan ketegangan, leher/punggung kaku, nyeri pada
gerakan okuler, fotosensitivitas, sakit, tenggorokan nyeri.
Tanda : Tampak terus terjaga, prilaku distraksi atau gelisah, menangis,
mengadu, mengeluh.
Pernafasan
Gejala : Adanya riwayat infeksi sinus atau paru.
Tanda : Peningkatan kerja pernafasan(episode awal)
Perubahan mental (retalgi sampai koma) dan gelisah
10
Keamanan
Gejala : Adanya riwayat infeksi saluran nafas atas/infeksi lain, meliputi :
mastoiditis, telinga tengah, sinus, abses gigi,infelksi pelvis, abdomen atau
kulit, fungsi lumbal,pembedahan, fraktur pada tengkorak atau cidera kepala,
anemia sel sabit.
Gangguan penglihatan atau pendengaran
Tanda: Suhu meningkat, diaforesi, menggigil. Adanya ras, purpura
menyeluruh, perdarahan subkutan.
Pemeriksaan laboratorium
Analisa CSS dari pungsi lumbal
Tekanan meningkat, jumlah sel darah putih dan protein meningkat, dan
glukosa normal.
CTScan
Dapat membantu melokalisasi lesi,melihat ukuran atau letak ventrikel,
hematom daerah cerebral, hemoragik/ tumor.
EEG
Mungkin terlihat gelobang lambat secara focal atau voltasenya meningkat
Arteriografi
Mengidentifikasi letak abses lobus temporal, abses serebral posterior.
Pemeriksaan kadar leukosit meningkat
2.3.2 Diagnosa Keperawatan
Analisa Data
NO Data Etiologi Masalah1. Ds : Pasien mengeluh
badannya terasa panas
Do :
- Badan teraba
hangat
- TTV:
TD:130/100 mmHg
Proses infeksi pada otak
Hipertermi
11
RR:28 x/menit
N: 115 x/menit
T: 40ᵒC
Leukosit meningkat :
13.000 / µL (mm3)
2. Ds : Pasien mengeluh
kepalanya pusing dan
sulit untuk
berkonsentarasi.
Do :
-Nilai AGD tidak
normal (PO2 : < 80-
95 mmHg, PCO2 :
>35-45 mmHg,
HCO-3 : < 21-
26mmHg, PH
darah : <7,35 - 7,45,
SO2 : < 90-100
mmHg)
- Pasien mengalami
penurunan kesadaran,
diam, tidak banyak
bergerak
Tekanan perfusi
serebral < 60 mmHg
Hipoksia jaringan
otak
Perubahan perfusi
jaringan serebral
3 Ds : Pasien mengeluh
kapalanya terasa nyeri
Do :
- Skala nyeri 7
- Nyeri semakin
bertambah bila
Peningkatan TIK. Gangguan rasa nyaman nyeri
12
digunakan untuk
batuk,menjan ,dls
- Dan nyeri sedikit
berkurang bila
digunakan untuk tidur
dengan bantal tinggi
- Pasien tampak
menyeringai kesakitan
- Pasien tampak gelisah
- Tekanan intrakranial >
15 mmHg
Dari analisa diatas dapat diperoleh diagnosa keperawatan antara lain :
1. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi pada otak.
2. Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan hipoksia jaringan otak.
3. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan peningkatan TIK.
2.3.3 Rencana Keperawatan
Dx 1 Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi pada otak.
No Dx
Tujuan & KH Intervensi Rasional
1 Tujuan :
Setelah dilakukan
tidakan
keperawatan
selama 1 x 24 jam
diharapkan demam
klien menurun.
KH:
1.Observasi suhu, N,
TD, RR tiap 2-3 jam
1.Sebagai pengawasan
terhadap adanya
perubahan keadaan umum
pasien sehingga dapat
diakukan penanganan dan
perawatan secara cepat dan
tepat
2.Kaji sejauh mana
pengetahuan keluarga
2.Mengetahui kebutuhan
infomasi dari pasien dan
13
-Tanda-tanda vital
dalam batas normal
• TD : 110/80
mmHg-
120/90 mmHg
• RR : 16-24
x/menit
• T : 36,5 0C -
37,5 0 C
• N : 60-100
x/menit
- - Leukosit dalam
batas normal
5000 / µL (mm3)
-11.000/ µL
(mm3)
dan pasien tentang
hypertermia
keluarga mengenai
perawatan pasien dengan
hypertemia
3.Jelaskan upaya –
upaya untuk
mengatasi hypertermia
dan bantu
klien/keluarga dlm
upaya tersebut:
Tirah baring dan
kurangi aktifitas
Banyak minum
Pakaian tipis dan
menyerap keringat
Ganti pakaian,
seprei bila basah
Lingkungan tenang,
sirkulasi cukup
3.Upaya – upaya tersebut
dapat membantu
menurunkan suhu tubuh
pasien serta meningkatkan
kenyamanan pasien
5.Anjurkan klien/klg
untuk melaporkan bila
tubuh terasa panas dan
keluhan lain
5.Penanganan perawatan
dan pengobatan yang tepat
diperlukan untuk
megurangi keluhan dan
gejala penyakit pasien
sehingga kebutuhan pasien
akan kenyamanan
terpenuhi.
6.Kolaborasi dengan
dokter dalam
pemberian obatan
antipiretik dan
antibiotik
6.obat antipiretik akan
membantu menurunkan
suhu tubuh klien dan
antibiotik akan membantu
mengatasi proses infeksi
14
6.Kolaborasi dengan
petugas lab dalam
mengobservasi kadar
leukosit
6.Penurunan kadar leukosit
menandakan perbaikan
proses infeksi.
Dx 2 perubahan perfusi jaringan b/d hipoksia jaringan otak
No
Dx
Tujuan & KH Intervensi Rasional
2 Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 2x 24 jam
diharapkan perfusi jaringan
pasien adekuat.
Dengan KH :
TTV dalam batas normal
-TD: 110/80-120/90 mmHg
Nadi: 60-100 x/menit
RR: 16-24 x/menit
Suhu :36,5-37,5 Oc
- AGD dalam batas normal :
PO2 : 80-95 mmHg, PCO2 :
35-45 mmHg, HCO-3 : 21-26
mmHg, PH darah : 7,35 -
7,45, SO2 : 90-100 mmHg)
-Kesadaran normal
-Tekanan perfusi serebral 60-
100 mmHg
1.Monitor status
neurologi setiap 2
jam: tingkat
kesadaran, pupil,
refleks,
kemampuan
motorik.
1.tanda dari iritasi
terjadi akibat
peradangan dan
mengakibatkan
peningkatan TIK
2. Observasi tanda
vital tiap 4 jam
2. normalnya auto
regulasi
mempertahankan
aliran darah ke
otak yang stabil
kehilangan auto
regulasi dapat
mengikuti
vaskularisasi
serebral local dan
menyeluruh
3.Pertahankan
posisi netral
3. posisi yang
miring pada salah
satu sisi akan
menekan vena
15
jugularis dan
menghambat
aliran darah ke
otak.
4. Kolaborasi
dengan dokter
dalam
melakukan
pengukuran
tekanan perfusi
serebral
4.Penurunan
tekanan perfusi
serebral
menandakan
menurunnya aliran
darah ke otak
5. Kolaborasi
dengan petugas
lab dalam
mengobservasi
AGD
5.Terjadinya
hipoksia jaringan
akan
mempengaruhi
nilai kenormalan
AGD
6.Kolaborasi dalam
pemberian diuretik
osmotik, steroid,
oksigen, antibiotik
6.Mengurangi
edema serebral,
memenuhi
kebutuhan
oksigenasi,
menghilangkan
faktor penyebab.
Dx 3. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan peningkatan TIK.
No
Dx
Tujuan & KH Intervensi Rasional
1 Tujuan :
Setelah dilakukan
tindakan
1.Teliti keluhan nyeri:
intensitas, karakteristik,
lokasi, lamanya, faktor yang
1.Nyeri merupakan
pengalaman
subjektif dan harus
16
keperawatan selama
2 x 24 jam
diharapkan nyeri
berkurang/ hilang.
KH :
-wajah klien tampak
rileks dan tampak
tenang
-Skala nyeri < 3
-TTV dalam batas
normal
• TD: 110/80-120/90
mmHg
• Nadi: 60-100
x/menit
• RR: 16-24 x/menit
• Suhu :36,5-37,5 Oc
- Tekanan
intrakranial 5
mmHg - 15
mmHg
memperburuk dan
meredakan
dijelaskan oleh
pasien. Identifikasi
karakteristik nyeri
dan faktor yang
berhubungan
merupakan suatu hal
yang amat penting
untuk memilih
intervensi yang
cocok dan untuk
mengevaluasi
keefektifan dari
terapi yang
diberikan
2.Observasi adanya tanda-
tanda nyeri non verbal
seperti ekspresi wajah,
gelisah, menangis/meringis,
perubahan tanda vital dan
ukur skala nyeri klien.
2.Merupakan
indikator/derajat
nyeri yang tidak
langsung yang
dialami
3.Instruksikan
pasien/keluarga untuk
melaporkan nyeri dengan
segera jika nyeri timbul
3.Pengenalan segera
meningkatkan
intervensi dini dan
dapat mengurangi
beratnya serangan
4.Berikan kompres dingin
pada kepala
4.Meningkatkan
rasa nyaman dengan
menurunkan
vasodilatasi.
5.Kolaborasi dengan dokter
dalam pemberian obat
analgesik dan pengkuran
5.Analgesik akan
menurunkan nyeri.
Tingginya TIK akan
17
TIK memperberat nyeri,
sehingga hrus
diturunkan
BAB III
PENUTUP
18
3.1. Kesimpulan
Abses otak dapat terjadi akibat penyebaran perkontinuitatum dari fokus
infeksi disekitar otak maupun secara hematogen dari tempat yang jauh, atau
secara langsungseperti trauma kepala dan operasi kraniotomi. Abses yang terjadi
oleh penyebaran hematogen dapat pada setiap bagian otak, tetapi paling sering
pada pertemuan substansiaalba dan grisea.
Biasanya yang sering menjadi keluhan utama klien yang terkena abses
otak adalah nyeri kepala, pusing, demam.Dan pada tanda-tanda vitalnya terjadi
peningkatan pada suhu, tekanan darah,nadi, dan pada pernafasannya. Diagnosa
keperawatan yang muncul yaitu:
- Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi pada otak.
- Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan hipoksia jaringan otak.
- Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan peningkatan TIK
3.2. Saran
Dalam pembuatan makalah ini kami sadar bahwa makalah ini masih
banyak kekurang-kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,
kritik dan saran dari pembaca sangatlah kami perlukan agar dalam pembuatan
makalah selanjutnya akan lebih baik dari sekarang, dan kami juga berharap,
setelah membaca makalah ini kita menjadi lebih mengetahui bagaimana atau
tindakan apasaja yang harus kita berikan kepada klien dengan abses otak agar
kembali pada keadaan semula dan kebutuhan dasar manusianya pun bisa tepenuhi.
DAFTAR PUSTAKA
19
Carpenito, LJ (2000) Diagnosa Keperawatan, Edisi 8 EGC Jakarta
Dongoes, ME (2001) Rencana asuhan keperawatan, Edisi III, EGC Jakarta
Robbins, (1999) Dasar patologi penyakit, Edisi 5 EGC Jakarta
20