pesentasi referat abses otak naila.pptx
DESCRIPTION
fgdfbfbTRANSCRIPT
KEPANITRAAN KLINIKILMU PENYAKIT SYARAF
RSUD TUGUREJO SEMARANG
Pembimbing:dr. Noorjanah Pujiastuti, Sp.S
Abses Otak Naila Miskiyatun Nisa
01.209.5961
DefinisiAbses otak adalah suatu proses infeksi dengan pernanahan yang terlokalisir diantara jaringan otak yang disebabkan oleh berbagai macam variasi bakteri, fungus dan protozoa
EtiologiSebagian besar abses otak berasal
langsung dari penyebaran infeksi telinga tengah, sinusitis (paranasal, ethmoidalis, sphenoidalis dan maxillaries)
Abses otak dapat timbul akibat penyebaran secara hematogen dari infeksi paru sistemik (empyema, abses paru, bronkiektase, pneumonia), endokarditis bakterial akut dan subakut dan pada penyakit jantung bawaan Tetralogi Fallot (abses multiple, lokasi pada substansi putih dan abu dari jaringan otak).
Faktor Predisposisi
host agent
environme
nt
Daya pertahanan susunan saraf pusat untuk menangkis infeksi
mencakup kesehatan umum yang sempurna,
struktur sawar darah otak yang utuh dan efektif,
aliran darah ke otak yang adekuat, sistem
imunologik humoral dan selular yang berfungsi
sempurna.
Kuman tertentu cenderung neurotropik seperti yang
membangkitkan meningitis bacterial akut, memiliki beberapa faktor
virulensi yang tidak bersangkut paut dengan faktor pertahanan host.
Faktor tersebut bersangkutan
dengan transisi kuman. Yang dapat
masuk ke dalam tubuh melalui kontak
antar individu, vektor, melaui air,
atau udara
reaksi radang yang difus pada jaringan otak
Astroglia, fibroblas dan makrofag mengelilingi
jaringan yang nekrotikan
Patofisiologi
Perubahan patologi AO dalam 4 stadium yaitu :
Stadium serebritis dini (Early Cerebritis)◦Terjadi reaksi radang local dengan infiltrasi
polymofonuklear leukosit, limfosit dan plasma sel dengan pergeseran aliran darah tepi, yang dimulai pada hari pertama dan meningkat pada hari ke 3.
◦Sel-sel radang terdapat pada tunika adventisia dari pembuluh darah dan mengelilingi daerah nekrosis infeksi. Peradangan perivaskular ini disebut cerebritis. Saat ini terjadi edema di sekita otak dan peningkatan efek massa karena pembesaran abses.
Stadium serebritis lanjut (Late Cerebritis)◦Pada stadium ini terjadi perubahan
histologis yang sangat berarti. Daerah pusat nekrosis membesar oleh karena peningkatan acellular debris dan pembentukan nanah karena pelepasan enzim-enzim dari sel radang. Di tepi pusat nekrosis didapati daerah sel radang, makrofag-makrofag besar dan gambaran fibroblast yang terpencar. Fibroblast mulai menjadi reticulum yang akan membentuk kapsul kolagen. Pada fase ini edema otak menyebar maksimal sehingga lesi menjadi sangat besar
Stadium pembentukan kapsul dini (Early Capsule Formation)◦ Pusat nekrosis mulai mengecil, makrofag menelan
acellular debris dan fibroblast meningkat dalam pembentukan kapsul. Lapisan fibroblast membentuk anyaman reticulum mengelilingi pusat nekrosis. Di daerah ventrikel, pembentukan dinding sangat lambat oleh karena kurangnya vaskularisasi di daerah substansi putih dibandingkan substansi abu. Pembentukan kapsul yang terlambat di permukaan tengah memungkinkan abses membesar ke dalam substansi putih. Bila abses cukup besar, dapat robek ke dalam ventrikel lateralis. Pada pembentukan kapsul, terlihat daerah anyaman reticulum yang tersebar membentuk kapsul kolagen, reaksi astrosit di sekitar otak mulai meningkat.
Stadium pembentukan kapsul lanjut (Late Capsule Formation)Pada stadium ini, terjadi perkembangan lengkap abses dengan gambaran histologis sebagai berikut:◦ Bentuk pusat nekrosis diisi oleh acellular debris dan
sel-sel radang. ◦ Daerah tepi dari sel radang, makrofag, dan
fibroblast.◦ Kapsul kolagen yang tebal.◦ Lapisan neurovaskular sehubungan dengan
serebritis yang berlanjut.◦ Reaksi astrosit, gliosis, dan edema otak di luar
kapsul.
Abses dalam kapsul substansia alba dapat makin membesar dan meluas ke arah ventrikel sehingga bila terjadi ruptur, dapat menimbulkan meningitis.
Infeksi jaringan fasial, selulitis orbita, sinusitis etmoidalis, amputasi meningoensefalokel nasal dan abses apikal dental dapat menyebabkan AO yang berlokasi pada lobus frontalis. Otitis media, mastoiditis terutama menyebabkan AO lobus temporalis dan serebelum, sedang abses lobus parietalis biasanya terjadi secara hematogen.
Manifestasi klinisPada stadium awal gambaran klinik AO tidak
khas, terdapat gejala-gejala infeksi seperti:◦ Demam◦ Malaise◦ Anoreksi◦ Gejala-gejala TIK (berupa muntah, sakit
kepala dan kejang)
Dengan semakin besarnya abses otak gejala menjadi khas berupa trias abses otak yang terdiri dari:
◦ Gejala infeksi◦ Peningkatan TIK◦ Gejala neurologik fokal
Abses pada lobus frontalis biasanya tenang dan bila ada gejala-gejala neurologik seperti: hemikonvulsi, hemiparesis, hemianopsia homonim disertai kesadaran yang menurun menunjukkan prognosis yang kurang baik karena biasanya terjadi herniasi dan perforasi ke dalam kavum ventrikel.
Abses lobus temporalis selain menyebabkan gangguan pendengaran dan mengecap didapatkan disfasi, defek penglihatan kwadran alas kontralateral dan hemianopsi komplit. Gangguan motorik terutama wajah dan anggota gerak atas dapat terjadi bila perluasan abses ke dalam lobus frontalis relatif asimptomatik, berlokasi terutama di daerah anterior sehingga gejala fokal adalah gejala sensorimotorik. Abses serebelum biasanya berlokasi pada satu hemisfer dan menyebabkan gangguan koordinasi seperti ataksia, tremor, dismetri dan nistagmus. Abses batang otak jarang sekali terjadi, biasanya berasal hematogen dan berakibat fatal.
DiagnosisDiagnosis ditegakkan berdasarkan
anamnesis, gambaran klinik, pemeriksaan laboratorium disertai pemeriksaan penunjang lainnya. Selain itu penting juga untuk melibatkan evaluasi neurologis secara menyeluruh, mengingat keterlibatan infeksinya.
Pada pemeriksaan neurologis: mengevaluasi status mental, derajat kesadaran, fungsi saraf kranialis, refleks fisiologis, refleks patologis, dan juga tanda rangsang meningeal untuk memastikan keterlibatan meningen.
Pemeriksaan motorik sendiri melibatkan penilaian dari integritas sistem musculoskeletal dan kemungkinan terdapatnya gerakan abnormal dari anggota gerak, ataupun kelumpuhan yang sifatnya bilateral atau tunggal.
Pada pemeriksaan laboratorium, terutama pemeriksaan darah perifer yaitu pemeriksaan lekosit dan laju endap darah; didapatkan peninggian lekosit dan laju endap darah.
Pemeriksaan cairan serebrospinal pada umumnya memperlihatkan gambaran yang normal. Bisa didapatkan kadar protein yang sedikit meninggi dan sedikit pleositosis, glukosa dalam batas normal atau sedikit berkurang kecuali bila terjadi perforasi dalam ruangan ventrikel.
Foto polos kepala memperlihatkan tanda peninggian tekanan intrakranial, dapat pula menunjukkan adanya fokus infeksi ekstraserebral; tetapi dengan pemeriksaan ini tidak dapat diidentifikasi adanya abses.
Pemeriksaan EEG terutama penting untuk mengetahui lokalisasi abses dalam hemisfer. EEG memperlihatkan perlambatan fokal yaitu gelombang lambat delta dengan frekuensi 13 siklus/detik pada lokasi abses.
Pnemoensefalografi penting terutama untuk diagnostik abses serebelum. Dengan arteriografi dapat diketahui lokasi abses di hemisfer.
Dan scanning otak menggunakan radioisotop tehnetium dapat diketahui lokasi abses; daerah abses memperlihatkan bayangan yang hipodens daripada daerah otak yang normal dan biasanya dikelilingi oleh lapisan hiperderns.
CT scan selain mengetahui lokasi abses juga dapat membedakan suatu serebritis dengan abses
Magnetic Resonance Imaging saat ini banyak digunakan, selain memberikan diagnosis yang lebih cepat juga lebih akurat.
Gambaran CT-scan pada abses :◦ Early cerebritis (hari 1-3): fokal, daerah inflamasi dan
edema.◦ Late cerebritis (hari 4-9): daerah inflamasi meluas
dan terdapat nekrosis dari zona central inflamasi.◦ Early capsule stage (hari 10-14): gliosis post infeksi,
fibrosis, hipervaskularisasi pada batas pinggir daerah yang terinfeksi. Pada stadium ini dapat terlihat gambaran ring enhancement.
◦ Late capsule stage (hari >14): terdapat daerah sentral yang hipodens (sentral abses) yang dikelilingi dengan kontras - ring enhancement (kapsul abses)
Penatalaksanaan◦ Terapi definitif untuk abses melibatkan :◦ Penatalaksanaan terhadap efek massa
(abses dan edema) yang dapat mengancam jiwa
◦ Terapi antibiotik dan test sensitifitas dari kultur material abses.
◦ Terapi bedah saraf (aspirasi atau eksisi)◦ Pengobatan terhadap infeksi primer.◦ Pencegahan kejang.◦ Neurorehabilitasi
Kebanyakan studi klinis menunjukkan bahwa penggunaan steroid dapat mempengaruhi penetrasi antibiotik tertentu dan dapat menghalangi pembentukan kapsul abses. Tetapi penggunaannya dapat dipertimbangkan pada kasus-kasus dimana terdapat risiko potensial dalam peningkatan tekanan intrakranial. Dosis yang dipakai 10 mg dexamethasone setiap 6 jam intravenous, dan ditapering dalam 3-7 hari.
Terapi optimal dalam mengatasi abses serebri adalah kombinasi antara antimikrobial dan tindakan bedah. Pada studi terakhir, terapi eksisi dan drainase abses melalui kraniotomi merupakan prosedur pilihan.
Tetapi pada center-center tertentu lebih dipilih penggunaan stereotaktik aspirasi atau MR-guided aspiration and biopsy. Tindakan aspirasi biasa dilakukan pada abses multipel, abses batang otak dan pada lesi yang lebih luas digunakan eksisi.
Pada beberapa keadaan terapi operatif tidak banyak menguntungkan, seperti: small deep abscess, multiple abscess dan early cerebritic stage.
KomplikasiAbses otak menyebabkan kecacatan
bahkan kematian. Adapun komplikasinya adalah:◦Robeknya kapsul abses ke dalam
ventrikel atau ruang subarachnoid◦Penyumbatan cairan serebrospinal yang
menyebabkan hidrosefalus◦Edema otak◦Herniasi oleh massa Abses otak
Prognosis Prognosis dari abses otak ini
tergantung dari: Cepatnya diagnosis ditegakkan Derajat perubahan patologis Soliter atau multipel Penanganan yang adekuat.