makalah isbd
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kehidupan manusia sangatlah komplek, begitu pula hubungan yang terjadi pada
manusia sangatlah luas. Hubungan tersebut dapat terjadi antara manusia dengan manusia,
manusia dengan alam, manusia dengan makhluk hidup yang ada di alam, dan manusia dengan
Sang Pencipta. Setiap hubungan tersebut harus berjalan seimbang.
Manusia juga harus bersosialisasi dengan lingkungan, yang merupakan pendidikan
awal dalam suatu interaksi sosial. Hal ini menjadikan manusia harus mempunyai ilmu
pengetahuan yang berlandaskan ketuhanan. Karena dengan ilmu tersebut manusia dapat
membedakan antara yang hak dengan yang bukan hak, antara kewajiban dan yang bukan
kewajiban. Sehingga norma-norma dalam lingkungan berjalan dengan harmonis dan seimbang.
Agar norma-norma tersebut berjalan haruslah manusia di didik dengan berkesinambungan dari
“dalam ayunan hingga ia wafat”, agar hasil dari pendidikan –yakni kebudayaan– dapat
diimplementasikan dimasyaakat.
Pendidikan sebagai hasil kebudayaan haruslah dipandang sebagai “motivator”
terwujudnya kebudayaan yang tinggi. Selain itu pendidikan haruslah memberikan kontribusi
terhadap kebudayaan, agar kebudayaan yang dihasilkan memberi nilai manfaat bagi manusia itu
sendiri khususnya maupun bagi bangsa pada umumnya.
Dengan demikian dapat kita katakan bahwa kualitas manusia pada suatu negara akan
menentukan kualitas kebudayaan dari suatu negara tersebut, begitu pula pendidikan yang tinggi
akan menghasilkan kebudayaan yang tinggi. Karena kebudayaan adalah hasil dari pendidikan
suatu bangsa.
1.2 Tujuan Pembelajaran
1. Mengetahui makna manusia sebagai makhluk budaya
2. Mengetahui hakikat kemanusiaan dan kebudayaan
1
3. Mengetahui perbedaan antara etika dan estetika berbudaya
4. Mengetahui cara menunjukkan sifat hormat dan meghargai sesama manusia
5. Mengetahui contoh problema kebudayaan
2
BAB II
ISI
Manusia dan kebudayaan merupakan salah satu ikatan yang tak bisa dipisahkan dalam
kehidupan ini. Manusia sebagai makhluk Tuhan yang paling sempurna menciptakan kebudayaan
mereka sendiri dan melestarikannya secara turun menurun. Budaya tercipta dari kegiatan sehari
hari dan juga dari kejadian – kejadian yang sudah diatur oleh Yang Maha Kuasa.
2.1 Pengertian Manusia, Budaya dan Kebudayaan
a. Pengertian manusia
Secara bahasa manusia berasal dari kata “manu” (Sansekerta), “mens” (Latin), yang
berarti berpikir, berakal budi atau makhluk yang berakal budi (mampu menguasai makhluk
lain). Secara istilah manusia dapat diartikan sebuah konsep atau sebuah fakta, sebuah gagasan
atau realitas, sebuah kelompok (genus) atau seorang individu. Dalam hubungannya dengan
lingkungan, manusia merupakan suatu oganisme hidup (living organism). Terbentuknya pribadi
seseorang dipengaruhi oleh lingkungan bahkan secara ekstrim dapat dikatakan, setiap orang
berasal dari satu lingkungan, baik lingkungan vertikal (genetika, tradisi), horizontal (geografik,
fisik, sosial), maupun kesejarahan.
b. Pengertian Budaya dan Kebudayaan
Kata budaya merupakan bentuk majemuk kata budi-daya yang berarti cipta, karsa, dan
rasa. Sebenarnya kata budaya hanya dipakai sebagai singkatan kata kebudayaan, yang berasal
dari Bahasa Sangsekerta budhayah. Budaya atau kebudayaan dalam Bahasa Belanda di istilahkan
dengan kata culturur. Dalam bahasa Inggris culture. Sedangkan dalam bahasa Latin dari kata
colera. Colera berarti mengolah, mengerjakan, menyuburkan, dan mengembangkan tanah
(bertani). Kemudian pengertian ini berkembang dalam arti culture, yaitu sebagai segala daya dan
aktivitas manusia untuk mengolah dan mengubah alam.
3
Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan
Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat
ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu
adalah Cultural-Determinism.
Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu
generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic.
Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian nilai
sosial,norma sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan
lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu
masyarakat.
Menurut Edward Burnett Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks,
yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat,
dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat.
Menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil
karya, rasa, dan cipta masyarakat.
Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan adalah
sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang
terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat
abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia
sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata,
misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain,
yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan
bermasyarakat.
4
2.2 Perwujudan Kebudayaan
JJ. Hogman dalam bukunya “The World of Man” membagi budaya dalam tiga wujud
yaitu: ideas, activities, dan artifacts. Sedangkan Koencaraningrat, dalam buku “Pengantar
Antropologi” menggolongkan wujud budaya menjadi:
a. Sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan dan
sebagainya.
b. Sebagai suatu kompleks aktifitas serta tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat
c. Sebagai benda-benda hasil karya manusia
Berdasarkan penggolongan wujud budaya di atas kita dapat mengelompokkan budaya menjadi
dua, yaitu budaya yang bersifat abstrak dan budaya yang bersifat konkret.
a. Budaya yang Bersifat Abstrak
Budaya yang bersifat abstrak ini letaknya ada di dalam alam pikiran manusia, misalnya terwujud
dalam ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan-peraturan, dan cita-cita. Jadi budaya
yang bersifat abstrak adalah wujud ideal dari kebudayaan.
b. Budaya yang Bersifat konkret
Wujud budaya yang bersifat konkret berpola dari tindakan atau peraturan dan aktivitas manusia
di dalam masyarakat yang dapat diraba, dilihat, diamati, disimpan atau diphoto. Koencaraningrat
menyebutkan sifat budaya dengan sistem sosial dan fisik, yang terdiri atas: perilaku, bahasa dan
materi.
Selain itu terdapat tiga wujud kebudayaan yaitu :
1. Wujud pikiran, gagasan, ide-ide, norma-norma, peraturan,dan sebagainya. Wujud pertama dari
kebudayaan ini bersifat abstrak, berada dalam pikiran masing-masing anggota masyarakat di
tempat kebudayaan itu hidup;
2. aktifitas kelakuan berpola manusia dalam masyarakat. Sistem sosial terdiri atas aktifitas-aktifitas
manusia yang saling berinteraksi, berhubungan serta bergaul satu dengan yang lain setiap saat
5
dan selalu mengikuti pola-pola tertentu berdasarkan adat kelakuan. Sistem sosial ini bersifat
nyata atau konkret;
3. Wujud fisik, merupakan seluruh total hasil fisik dari aktifitas perbuatan dan karya manusia dalam
masyarakat.
2.3Hakikat Manusia Sebagai Makhluk Budaya
Manusia adalah salah satu makhluk Tuhan di dunia. Kelebihan manusia dibanding
makhluk lain terletak pada akal budi. Akal, adalah kemampuan berpikir manusia sebagai kodrat
alami yang dimiliki, yang berfungsi untuk berfikir. Kemampuan berpikir manusia juga
digunakan untuk memecahkan masalah-masalah hidup yang dihadapinya.
Budi berarti akal, Sutan Takdir Alisyahbana mengungkapan bahwa budi lah yang
menyebabkan manusia mengembangkan suatu hubungan yang bermakna dengan alam
sekitarnya, dengan memberikan penilaian objektif terhadap suatu objek atau kejadian. Dengan
akal budinya juga manusia mampu menciptakan, mengkreasi, memerlakukan, memperbarui,
memperbaiki, mengembangkan, dan meningkatkan sesuatu untuk kepentingan hidupnya.
Kepentingan hidup manusia adalah dalam rangka memenuhi kepentingan hidup. Secara
umum kebutuhan manusia dibedakan menjadi dua, kebutuhan yang bersifat kebendaan (sarana-
prasarana) dan kebutuhan yang bersifat rohani atau mental (kasih sayang, pujian, dan lain
sebagainya).
Menurut Abraham Maslow, kebutuhan manusia dibagi menjadi lima tingkatan :
1. Kebutuhan fisiologis (physiological needs). Kebutuhan ini merupakan kebutuhan dasar,
primer, dan vital. Contohnya kebutuhan akan makanan atau pakaian dan sebagainya.
2. Kebutuhan akan rasa aman dan perlindungan (safety and security needs). Kebutuhan ini
menyangkut perasaan, seperti bebas dari rasa takut, kelaparan, perlakuan tidak adil, dan
sebagainya.
6
3. Kebutuhan social (social needs). Kebutuhan ini meliputi kebutuhan akan dicintai, rasa
setia kawan, persahabatan, dan sebagainya.
4. Kebutuhan akan penghargaan (esteem needs). Kebutuhan ini meliputi kebutuhan
dihargainya kemampuan, kependudukan, jabatan, dan sebagainya.
5. Kebutuhan akan aktualisasi diri (self actualization). Kebutuhan ini meliputi kebutuhan
untuk memaksimalkan penggunaan potensi-potensi, bakat, kreativitas, dan sebagainya.
Menurut Maslow, kebutuhan manusia pertama-tama diawali dari kebutuhan fisiologis
atau yang paling mendasar, mendesak, kemudian sacara bertahap beralih ke kebutuhan tingkat di
atasnya sampai tingkat tertinggi, bertingkat ,dan membentuk hierarki yang bisa digambarkan
dalam bentuk piramida sebagai berikut.
Gambar Piramida Maslow
Dengan akal budi, manusia tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan hidup, tetapi juga
mampu mempertahankan serta meningkatkan derajatnya dan mampu menciptakan kebudayaan.
Kebudayaan pada dasarnya adalah hasil akal budi manusia dalam interaksinya, baik dalam alam
maupun manusia lainnya. Manusia merupakan makhluk yang berbudaya dan pencipta
kebudayaan.
7
Oleh karena itu untuk menjadi manusia yang berbudaya, harus memiliki ilmu
pengetahuan, tekhnologi, budaya dan industrialisasi serta akhlak yang tinggi (tata nilai budaya)
sebagai suatu kesinambungan yang saling bersinergi, sebagaimana dilukiskan dalam bagan
berikut:
Hommes mengemukakan bahwa, informasi IPTEK yang bersumber dari sesuatu
masyarakat lain tak dapat lepas dari landasan budaya masyarakat yang membentuk informasi
tersebut. Karenanya di tiap informasi IPTEK selalu terkandung isyarat-isyarat budaya
masyarakat asalnya. Selanjutnya dikemukakan juga bahwa, karena perbedaan-perbedaan tata
nilai budaya dari masyarakat pengguna dan masyarakat asal teknologinya, isyarat-isyarat
tersebut dapat diartikan lain oleh masyarakat penerimanya.
8
Disinilah peran manusia sebagai makhluk yang diberi kelebihan dalam segala hal, untuk
dapat memanfaatkan segala fasilitas yang disediakan oleh Allah SWT melalui alam ini. Sehingga
dengan alam tersebut manusia dapat membentuk suatu kebudayaan yang bermartabat dan
bernilai tinggi. Namun perlu digarisbawahi bahwa setiap kebudayaan akan bernilai tatkala
manusia sebagai masyarakat mampu melaksanakan norma-norma yang ada sesuai dengan tata
aturan agama.
Diakui secara umum bahwa kebudayaan merupakan unsur penting dalam proses
pembangunan suatu bangsa. Lebih-lebih jika bangsa itu sedang membentuk watak dan
kepribadiannya yang lebih serasi dengan tantangan zamannya. Pembangunan Nasional bertujuan
untuk mewujudkan suatu masyarakat adil dan makmur yang merata, materiil dan spiritual
berdasarkan Pancasila. Bahwa hakekat pembangunan Nasional adalah pembangunan manusia
Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia. Untuk mencapai tujuan
tersebut, sudah tentu pendekatan dan strategi pembangunan hendaknya menempatkan manusia
sebagai pusat interaksi kegiatan pembangunan spiritual maupun material.
Pembangunan yang melihat manusia sebagai makhluk budaya, dan sebagai sumber daya
dalam pembangunan. Hal itu berarti bahwa pembangunan seharusnya mampu meningkatkan
harkat dan martabat manusia. Menumbuhkan kepercayaan diri sebagai bangsa. Menumbuhkan
sikap hidup yang seimbang dan berkepribadian utuh. Memiliki moralitas serta integritas sosial
yang tinggi. Manusia yang taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Dewasa ini kita dihadapkan paling tidak kepada tiga masalah yang saling berkaitan,
yaitu :
1. Suatu kenyataan bahwa bangsa Indonesia terdiri dari suku-suku bangsa, dengan latar
belakang sosio-budaya yang beraneka ragam. Kemajemukan tersebut tercermin dalam berbagai
aspek kehidupan. Oleh karena itu diperlukan sikap yang mampu mengatasi ikatan-ikatan
primordial, yaitu kesukuan dan kedaerahan.
9
2. Pembangunan telah membawa perubahan dalam maskat. Perubahan itu nampak terjadinya
pergeseran system nilai budaya, penyikapan yang berubah anggota masyarakat terhadap nilai-
nilai budaya. Pembangunan telah menimbulkan mobilitas sosial, yang diikuti oleh hubungan
antar aksi yang bergeser dalam kelompok-kelompok masyarakat. Sementara itu terjadi pula
penyesuaian dalam hubungan antar anggota masyarakat. Dapat dipahami apabila pergeseran
nilai-nilai itu membawa akibat jauh dalam kehidupan kita sebagai bangsa.
3. Kemajuan dalam bidang teknologi komunikasi massa dan transportasi, yang membawa
pengaruh terhadap intensitas kontak budaya antar suku maupun dengan kebudayaan dari luar.
Khusus dengan terjadinya kontak budaya dengan kebudayaan asing itu bukan hanya
intensitasnya menjadi lebih besar, tetapi juga penyebarannya berlangsung dengan cepat dan luas
jangkauannya.
Terjadilah perubahan orientasi budaya yang kadang-kadang menimbulkan dampak terhadap tata
nilai masyarakat, yang sedang menumbuhkan identitasnya sendiri sebagai bangsa.
a. Masalah Budaya
Perubahan cepat dalam teknologi informasi telah merubah budaya sebagian besar
masyarakat dunia, terutama yang tinggal di perkotaan. Masyarakat di seluruh dunia telah mampu
melakukan transaksi ekonomi dan memperoleh informasi dalam waktu singkat berkat teknologi
satelit dan komputer. Pemerintah dan perusahaan-perusahaan besar mampu memperoleh
kekuasaan melalui kekuatan militer dan pengaruh ekonomi. Bahkan perusahaan transnasional
mampu menghasilkan budaya global melalui pasar komersil global.
Perubahan budaya lokal dan sosial akibat revolusi informasi ini tidak dapat dielakkan.
Masyarakat perkotaan yang memiliki akses terhadap informasi merupakan kelompok masyarakat
yang langsung terkena pengaruh budaya global. Akses informasi dapat diperoleh melalui media
10
massa cetak maupun elektronik, internet, dan telepon. Masyarakat perkotaan dipengaruhi
terutama melalui reproduksi ’meme’ yang dilakukan oleh media massa (Chaney, 1996).
Dalam konteks Indonesia, masyarakat konsumen Indonesia mutakhir tumbuh beriringan
dengan sejarah globalisasi ekonomi dan transformasi kapitalisme konsumsi yang ditandai dengan
menjamurnya pusat perbelanjaan bergaya seperti shopping mall, industri waktu luang, industri
mode atau fashion, industri kecantikan, industri kuliner, industri nasihat, industri gosip, kawasan
huni mewah, apartemen, iklan barang-barang mewah dan merek asing, makanan instan (fast
food), serta reproduksi dan transfer gaya hidup melalui iklan dan media televisi maupun cetak
yang sudah sampai ke ruang-ruang kita yang paling pribadi. Hal ini terjadi di banyak masyarakat
perkotaan Indonesia.
b. Dampak budaya global
Budaya global seperti di atas telah menggusur budaya lokal Indonesia (Ibrahim,
pengantar dalam Lifestyles oleh Chaney, 1996). Contoh untuk hal ini dapat kita lihat pada
masyarakat keraton Indonesia. Dalam dua abad terakhir tata masyarakat kerajaan mulai
memudar. Kedudukan bangsawan dikudeta oleh kaum pedagang dengan senjata teknologi dan
uang. Legitimasi istana yang bersemboyan kawula gusti kini diinjak-injak oleh semangan
individualisme, hak asasi, dan kemanusiaan. Mitos dan agama digeser sekularisme dan
rasionalitas. Tata sosial kerajaan digantikan oleh nasionalisme. Akibat runtuhnya kerajaan yang
mengayomi seniman-cendekiawan istana, berantakanlah kondisi kerja dan pola produksi seni-
budaya istana (Heryanto, 2000).
11
2.4 Apresiasi Terhadap kemanusiaan dan Kebudayaan
1. Manusia dan kemanusiaan
Istilah kemanusiaan berasal dari kata manusia yang mendapat imbuhan ke- dan –an
sehingga menjadi kata benda abstrak. Kata manusia sendiri menunjuk pada kata benda konkret.
Dengan demikian kemanusiaan tidak bisa dipisahkan dari manusia.
kemanusiaan berarti hakekat dan sifat-sifat khas manusia sebagai makhluk yang tinggi
harta martabatanya. Kemanusiaan menggambarkan ungkapan akan hakikat dan sifat yang
seharusnya dimiliki oleh makhluk yang bernama manusia. Kemanusiaan merupakan prinsip
ataua nilai yang berisi keharusan/tuntutan untuk berkesesuaian dengan hakikat dari manusia.
Hakikat manusia bias dipandang secara segmental atau dalam arti parsial. Misalkan
manusia dikatan sebagai homo economicus, homo faber, homo socius, homo homini lupus, zoon
politicon, dan sebagainya. Namun, pandangan demikian tidak bias menjelaskan hakikat manusia
secara utuh.
Hakikat manusia Indonesia berdasarakan Pancasila sering dikenal dengan sebutan hakikat
kodrat monopluralis hakikat manusia terdiri atas :
1. Monodualis susunan kodrat manusia yang terdiri dari aspek keragaan, meliputi
wujud materi anoreganis benda mati, vegetatife, animalis; serta aspek kejiwaan
meliputi cipta, rasa, dan krasa.
2. Monodualis sifat kodrat manusia terdiri atas segi individu dan segi sosial.
3. Monodualis kedudukan kodrat meliputi segi keberadaan manusia sebagai
makhluk berkepribadian merdeka ( berdiri sendiri ) sekaligus juga menunjukkan
ketrebatasannya sebagai makhluk tuhan.
Manusia merupakan makhluk tuhan yang paling utuh dan sempurna karena di bekali akal
budi sehingga manusia memilki harkat dan derajat yang tinggi. Harkat adalah nilai sedangkan
derajat adalah kedudukan. Pandangan demikian berlandaskan pada ajaran agama yang diayakini
oleh manusia sendiri. contoh ajaran agama islam, yaitu surah At-Tin ayat 4 dikatakan “
sesungguhnya kami( ALLAH) telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya”.
12
Karena harkat dan derajat manusia yang tinggi tersebut maka hendaknya manusia
mempertahankan hal tersebut. Adapun caranya dengan prinsip kemanusiaan. Prinsip
kemanusiaan mengandung arti adanya pengahargaan dan penghormatan terhadap harkat dan
martabat manusia yang luhur itu. Karena manusia adalah luhur, tidak harus dibedakan
perlakuannnya hanya karena perbedaan suku, ras, keyakinan, status sosial ekonomi, asal usul,
dan sebagainya. Dengan demikian, sudah sewajarnya antar sesama manusia tidak saling
menindas, tetapi saling menghargai dan menghormati dengan pijakan prinsip kemanusiaan.
2. Manusia dan Kebudayaan
Kebudayaan bersal dari bahasa Sansekerta, yaitu buddhayah yang merupakan bentuk
jamak dari buddhi ( budi atau akal ) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan
akal. Pendapat lain mengatakan budaya berasal dari kata budi dan daya. Dimana budi merupakan
unsure rohani, sedangkan daya merupakan unsure jasmani. Sehingga budaya merupakan hasil
budi dan daya dari manusia.
Dalam bahasa inggris kebudayaan disebut culture , yang bersal dari kata latin colere,
yaitu mengolah atau mengerjakan. Dalam bahasa Belanda, cultuur berarti sama dengan culture.
Culture atau cultuur bias diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani dengan demikian,
kata budaya ada hubungannya dengan kemampuan manusia dalam mengelolah sumber-sumber
kehidupan, dalam hal ini pertanian. Kata culture juga kadang di terjemahkan sebagai kultur
dalam bahasa Indonesia.
Adapun para ahli yang telah mendifinisikan kebudayaan diantaranya adalah :
a. Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun.
b. Andreas Eppink menyatakan bahwa kebudayaan mengandung keseluruhan
pengertian, nilai, norma, ilmu pengetahuan, serta keseluruhan strukutur-struktur
sosial, religious dan lain-lain.
c. Edward B. Taylor mengemukakan bahwa kebudayaan merupkan keseluruhan
yang kompleks. Dimana di dalamnya terdapat pengetahuan, kepercayaan, moral
dan hokum.
d. Selo Soemrdjan dan Soelaiman Soemardi mengatkan kebudayaan adalah sarana
hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.
13
e. Koentjaranigrat berpendapat bahwa kebudayaan adalah keseluruhan gagasan dan
karya manusia yang harus dibiasakan dengan belajar beserta dari hasil budi
pekertinya.
Dari barbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan sebagai
system pengetahuan yang meliputi sistem idea tau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia,
sehingga dalam kehidupan seharihari kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan
kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang
berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifta nyata, misalnya pola-pola perilaku,
bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain.
J.J Hoeningman membagi wujud kebudayaan menjadi tiga :
a. Gagasan ( wujud ideal )
Adalah kebudyaan yang terbentuk kumpulan ide, nilai, dan norma yang sifatnya
abstrak. Wujud kebudayaan ini terletak dalam pemikiran warga masyarakat.
b. Aktifitas ( tindakan )
Adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari manusia yang
sifatnya konkrit dalam masyarakat itu. Wujud ini sering pula disebut sistem
sosial. Sistem ini terdiri dari aktifitas manusia yang berinteraksi, mengadakan
kontrak serta bergaul dengan manusia lainnya berdasarakn adat tata kelakuan.
c. Artefak ( karya )
Adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktifitas, perbuatan, dan
karya semua manusia dalam masyarakat dimana sifat sistem paling konkrit
diantara ketika wujud kebudayaan.
Koentjaningrat juga membagi menjadi tiga wujud kebudayaan :
a. Suatu kompleks ide, gagasan, nilai, norma, dan sebagainya.
b. Suatu kompleks aktifitas aktifitas dari manusia dalam masyarakat .
c. Suatu benda hasil karya manusia
14
Sedangkan dengan unsur kebudayaan dikenal ada tujuh unsure yang bersifat
universal. Dikatakan Universal karena dapat dijumpai dalam setiap kebudayaan dimana
dan kapanpun. Adapun unsure tersebut adalah :
a. Sistem peralatan dan perlengkapan hidup
b. Sistem mata pencaharian hidup
c. Sistem kemasyarakatan
d. Bahasa
e. Kesenian
f. Sistem pengetahuan
g. Sistem religi.
Manusia merupakan pencipta kebudayaan karena manusia dianugrahi akal dan budi, oleh
karena itu manusia dapata menciptakan dan mengembangkan kebudayaan. Kebudayaan adalah
hasil interaksi manusia dengan segala isi alam raya ini hasil interaksi bianatang dengan alam
sekitar hanya mengasilkan pembiasaan Karena binatan tidak dibekali akal budi tetapi hanya
nafsu dan naluri. Selain itu kebudayaan adalah ekspresi eksistensi manusia didunia, dengan
kebudayaan manusia mampu menampakkan jejak-jejaknya dalam panggung sejarah dunia.
3. Problematika kebudayaan
Kebudayaan yang diciptakan manusia dalam kelompok dan wilayah yang berbeda-beda
menghasilkan keragaman kebudayaan. Tiap persekutuan hidup manusia memiliki kebudayaan
sendiri, membentuk ciri dan menjadi pembeda dengan kelompok lain. Dengan demikian,
kebudayaan merupakan identitas dari persekutuan hidup manusia.
Dalam rangka pemenuhan hidupnya manusia akan berinteraksi dengan manusia lain dari
waktu ke waktu dan terus berlangsung sepanjang kehidupan manusia. Kebudayaan yang ada ikut
pula mengalami dinamika seiring dengan dinamika pergaulan hidup manusia sebagai pemilik
kebudayaan.
Berkaitan dengan hal tersebut kita mengenal adanya pewarisan kebudayaan, perubahan
kebudayaan, dan penyebaran kebudayaan.
15
1. Pewarisan Kebudayaan
Pewarisan kebudayaan adalah proses pemindahan, penerusan, pemilikan, dan pemakaian
kebudayaan, dari generasi ke generasi secara berkesinambungan. Pewarisan budaya
bersifat vertikal artinya budaya diwariskan dari generasi terdahulu kepada generasi
berikutnya untuk digunakan, dan selanjutnya diteruskan kepada generasi yang akan
datang. Pewarisan kebudayaan dapat dilakukan melalui enkulturasi dan sosialisasi.
Enkulutarsi adalah proses mempelajari dan menyesuaikan pikiran dengan sistem norma,
adat, dan peraturan hidup dalam kebudayaannya dimulai sejak dini. Sosialisasi adalah
individu menyesuaikan diri dengan individu lain dalam masyarakat.
Dalam hal pewarisan budaya bias muncul masalah antara lain : penolakkan generasi
penerima terhadap warisan budaya tersebut dan munculnya budaya baru yang tidak
sesuai dengan budaya warisan.
2. Perubahan Kebudayaan
Perubahan kebudayaan adalah perubahan yang terjadi sebagai akibat adanya
ketidaksesuaian diantara unsure-unsur budayayang saling berbeda sehingga terjadi
keadaaan yang fungsinya tidak serasi bagi kehidupan. Perubahan kebudayaan di
dalamnya mencakup perkembangan kebudayaan. Pembangunan dan modernisasi
termasuk pula perubahan kebudayaan.
Perubahan akan merugikan manusia jika perubahan itu bersifat regress (kemunduran) ;
perubahan bias berdampak buruk jika dilakukan melalui revolusi berlangsung cepat dan
diluar kendali manusia.
3. Penyebaran Kebudayaan
Penyebaran kebudayaan adalah proses menyebarnya unsur-unsur kebudayaan. Dalam hal
penyebaran kebudayaan, seorang sejarahwan Arnold J. Toynbee merumuskan beberapa
dalil tentang radiasi budaya sebagai berikut.
a. Aspek budaya selalu masuk secara individual
b. Kekuatan menembus suatu budaya berbanding terbalik dengan nilainya
c. Jika satu unsur budaya masuk maka akan menraik unsur budaya lain.
16
d. Aspek budaya yang di tanah asalnya tidak berbahaya, bias menjadi berbahaya bagi
masyarakat yang didatangi
Penyebaran kebudayaan bias menimbulkan masalah. Masyarakat penerima akan
kehilangan nilai-nilai budaya lokal sebagai akibat budaya asing yang masuk contohnya
globalisasi budaya. Penyebaran merupakan bentuk kontak antar kebudayaan. Selain penyebaran,
kontak kebudayaan dapat pula berupa akulturasi dan asimilasi. Akulturasi berarti pertemuan
antar dua budaya atau lebih yang masih memperlihatkan unsur budayanya masing-masing.
Asimlasi berarti peleburan antar kebudayaan yang bertemu, berlangsung lama dan intensif.
17
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan:
- Pada hakikatnya manusia adalah makhluk yang berakal, berbudi, dan berbudaya
- Wujud budaya dapat bersifat konkret yaitu sebagai ide, gagasan, norma dan peraturan
bagi manusia dan abstrak yaitu sebagai tinfakan, peraturan, dan aktivitas manusia.
- Kebudayaan merupakan hasil cipta, karsa, rasa manusia yang diperoleh dari
perkembangan manusia sebagai masyarakat.
3.2 Saran
Dengan dibuatnya makalah ini diharapkan dapat menambah pengetahuan serta wawasan
pembaca. Selanjutnya pembuat makalah mengharapkan kritik dan saran pembaca demi
kesempurnaan makalah ini untuk kedepannya.
18