makalah jiwa edit
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya, kesehatan dan kesejahteraan sesuai dengan
kondisi kesehatannya.
Defisit perawatan diri merupakan suatu kondisi pada seseorang yang mengalami
kelemahan kemampuan dalam melakukan/melewati aktivitas perawatan diri secara
mandiri.
Pemeliharaan hygiene perorangan diperlukan untuk kenyamanan individu,
keamanan, dan kesehatan. Seperti pada orang sehat dapat memenuhi kebutuhan
personal hygienenya sendiri. Cara perawatan diri menjadi rumit dikarenakan kondisi
fisik atau keadaan emosional klien. Selain itu,beragam faktor pribadi dan sosial
budaya mempengaruhi praktik hygiene klien.
Karena perawatan hygiene seringkali memerlukan kontak yang dekat dengan klien
maka perawat menggunakan ketrampilan komunikasi untuk meningkatkan hubungan
terapeutik dan belajar tentang kebutuhan emosional klien. Oleh karena itu penulis
membahas makalah ini untuk mempelajari tentang defisit perawatan diri dan
mengkaji pasien dengan gangguan perawatan diri.
1.2 Tujuan Penulis
1.2.1 Tujuan Umum
Setelah membuat dan mempresentasikan makalah ini diharapkan mahasiswa
mengerti dan mengetahui tentang gangguan defisit perawatan diri.
1.2.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus dalam pembuatan makalah ini adalah sebagai salah satu syarat
untuk menyelesaikan mata kuliah Keperawatan Jiwa.Adapun tujuan lainnya yaitu:
1.2.1 Mahasiswa mengetahui dan memahami defisit perawatan diri.
1.2.2 Mahasiswa mengetahui dan memahami etiologi defisit perawatan diri.
1.2.3 Mahasiswa mengetahui manifestasi klinis defisit perawatan diri.
1.2.4 Mahasiswa mengetahui mekanisme koping defisit perawatan diri.
1 | D e f i s i t P e r a w a t a n D i r i
1.2.5 Mahasiswa mengetahui dan memahami intervensi dari defisit perawatan diri
dan dapat mengimplementasikannya.
1.3 Metode Penulis
Dalam penulisan makalah ini menggunakan penulisan metode studi pustaka, diskusi
kelompok dan browsing internet.
2 | D e f i s i t P e r a w a t a n D i r i
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Defisit Perawatan Diri
Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi
kebutuhannya guna memepertahankan kehidupannya, kesehatan dan kesejahteraan
sesuai dengan kondisi kesehatannya, klien dinyatakan terganggu keperawatan
dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan diri ( Depkes 2000). Defisit perawatan
diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas perawatan diri (mandi,
berhias, makan, toileting) (Nurjannah, 2004).
Menurut Poter. Perry (2005), Personal hygiene adalah suatu tindakan untuk
memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan
psikis, kurang perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu
melakukan perawatan kebersihan untuk dirinya ( Tarwoto dan Wartonah 2000).
Tanda dan Gejala :
Gangguan kebersihan diri, ditandai dengan rambut kotor, gigi kotor, kulit berdaki
dan bau, serta kuku panjang dan kotor
Ketidakmampuan berhias/berpakaian, ditandai dengan rambut acak-acakan,
pakain kotor dan tidak rapi, pakaian tidak sesuai, pada pasien laki-laki bercukur,
pada pasien perempuan tidak berdandan.
Ketidakmampuan makan secara mandiri, ditandai oleh ketidakmampuan
mengambil makan sendiri, makan berceceran, dan makana tidak pada
tempatnya
Ketidakmampuan eliminasi sevara mandiri, ditandai dengan buang air besar atau
buang air kecil tidak pada tempatnya, dan tidak membersihakan diri dengan baik
setelah BAB/BAK
2.2 Jenis-Jenis Perawatan Diri
1. Kurang perawatan diri : Mandi / kebersihan
Kurang perawatan diri (mandi) adalah gangguan kemampuan untuk melakukan
aktivitas mandi/kebersihan diri.
2. Kurang perawatan diri : Mengenakan pakaian / berhias.
Kurang perawatan diri (mengenakan pakaian) adalah gangguan kemampuan
3 | D e f i s i t P e r a w a t a n D i r i
memakai pakaian dan aktivitas berdandan sendiri.
3. Kurang perawatan diri : Makan
Kurang perawatan diri (makan) adalah gangguan kemampuan untuk menunjukkan
aktivitas makan.
4. Kurang perawatan diri : Toileting
Kurang perawatan diri (toileting) adalah gangguan kemampuan untuk melakukan
atau menyelesaikan aktivitas toileting sendiri (Nurjannah : 2004, 79 ).
2.3 Penyebab
Menurut Tarwoto dan Wartonah, (2000) Penyebab kurang perawatan diri adalah sebagai berikut : kelelahan fisik dan penurunan kesadaran.Menurut DepKes (2000: 20) Penyebab kurang perawatan diri adalah :1. Faktor Predisposisi
· Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga perkembangan inisiatif
terganggu.
· Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan perawatan diri.
· Kemampuan realitas turun
Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yangkurang menyebabkan
ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan diri.
· Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya. Situasi
lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan diri.
2. Faktor Presipitasi
Yang merupakan faktor presiptasi defisit perawatan diri adalah kurang penurunan
motivasi, kerusakan kognisi atau perseptual, cemas, lelah/lemah yang dialami
individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan perawatan diri.
Tanda dan Gejala
Menurut Depkes (2000: 20) Tanda dan gejala klien dengan defisit perawatan diri
adalah:
a. Fisik
4 | D e f i s i t P e r a w a t a n D i r i
Badan bau, pakaian kotor.
Rambut dan kulit kotor.
Kuku panjang dan kotor
Gigi kotor disertai mulut bau
Penampilan tidak rapi
a. Psikologis
Malas, tidak ada inisiatif.
Menarik diri, isolasi diri.
Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina.
b. Sosial
Interaksi kurang
Kegiatan kurang
Tidak mampu berperilaku sesuai norma.
Cara makan tidak teratur
BAK dan BAB di sembarang tempat
Menurut Depkes (2000: 59) Faktor – faktor yang mempengaruhi personal hygiene
adalah:
1. Body Image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri
misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli dengan
kebersihan dirinya.
2. Praktik Sosial
Pada anak – anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan akan
terjadi perubahan pola personal hygiene.
3. Status Sosial Ekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi,
shampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya.
4. Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang
5 | D e f i s i t P e r a w a t a n D i r i
baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita diabetes
mellitus ia harus menjaga kebersihan kakinya.
5. Budaya
Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh dimandikan.
6. Kebiasaan Seseorang
Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan diri
seperti penggunaan sabun, sampo dan lain – lain.
7. Kondisi Fisik atau Psikis
Pada keadaan tertentu / sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang dan perlu
bantuan untuk melakukannya.
2.4 Mekanisme Koping
1. Regresi
2. Penyangkalan
3. Isolasi diri, menarik diri
4. Intelektualisasi
2.5 Rentang Respon Kognitif
Asuhan yang dapat dilakukan keluarga bagi klien yang tidak dapat merawat diri
sendiri adalah :
1. Meningkatkan kesadaran dan kepercayaan diri
a. Bina hubungan saling percaya.
b. Bicarakan tentang pentingnya kebersihan.
c. Kuatkan kemampuan klien merawat diri.
2. Membimbing dan menolong klien merawat diri.
a. Bantu klien merawat diri
b. Ajarkan ketrampilan secara bertahap
c. Buatkan jadwal kegiatan setiap hari
3. Ciptakan lingkungan yang mendukung
a. Sediakan perlengkapan yang diperlukan untuk mandi.
b. Dekatkan peralatan mandi biar mudah dijangkau oleh klien.
c. Sediakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi klien
6 | D e f i s i t P e r a w a t a n D i r i
misalnya,kamar mandi yang dekat dan tertutup
2.6 Pohon masalah
2.7 Masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji
a) Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri
Data subyektif
a. Klien mengatakan saya tidak mampu mandi, tidak bisa melakukan apa-
apa,
Data obyektif
a. Klien terlihat lebih kurang memperhatikan kebersihan, halitosis, badan
bau, kulit kotor
b) Isolasi Sosial
Data subyektif
a. Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa,
bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu
terhadap diri sendiri.
Data obyektif
b. Klien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif
tindakan, ingin mencederai diri/ingin mengakhiri hidup, Apatis, Ekspresi
sedih, Komunikasi verbal kurang, Aktivitas menurun, Posisi janin pada
saat tidur, Menolak berhubungan, Kurang memperhatikan kebersihan
c) Defisit Perawatan Diri
Data subyektif
a. Pasien merasa lemah
b. Malas untuk beraktivitas
c. Merasa tidak berdaya.
Data obyektif
7 | D e f i s i t P e r a w a t a n D i r i
Defisit perawatan diri
Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri
Kebersihan diri tidak adekuat (BAB/BAK, Makan minum dan
Isolasi sosial
a. Rambut kotor, acak – acakan
b. Badan dan pakaian kotor dan bau
c. Mulut dan gigi bau.
d. Kulit kusam dan kotor
e. Kuku panjang dan tidak terawat
2.8Diagnosa Keperawatan
a. Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri
b. Isolasi Sosial
c. Defisit Perawatan Diri : kebersihan diri, berdandan, makan, BAB/BAK
2.9Rencana Tindakan Keperawatan
Diagnosa 1 : Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri
Tujuan Umum : Klien dapat meningkatkan minat dan motivasinya untuk
memperhatikan kebersihan diri
Tujuan Khusus :
TUK I : Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat.
Intervensi
a. Berikan salam setiap berinteraksi.
b. Perkenalkan nama, nama panggilan perawat dan tujuan perawat
berkenalan.
c. Tanyakan nama dan panggilan kesukaan klien.
d. Tunjukan sikap jujur dan menepati janji setiap kali berinteraksi.
e. Tanyakan perasaan dan masalah yang dihadapi klien.
f. Buat kontrak interaksi yang jelas.
g. Dengarkan ungkapan perasaan klien dengan empati.
h. Penuhi kebutuhan dasar klien.
TUK II : klien dapat mengenal tentang pentingnya kebersihan diri.
Intervensi
a. Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip
komunikasi terapeutik.
8 | D e f i s i t P e r a w a t a n D i r i
b. Diskusikan bersama klien pentingnya kebersihan diri dengan cara
menjelaskan pengertian tentang arti bersih dan tanda- tanda bersih.
c. Dorong klien untuk menyebutkan 3 dari 5 tanda kebersihan diri.
d. Diskusikan fungsi kebersihan diri dengan menggali pengetahuan klien
terhadap hal yang berhubungan dengan kebersihan diri.
e. Bantu klien mengungkapkan arti kebersihan diri dan tujuan memelihara
kebersihan diri.
f. Beri reinforcement positif setelah klien mampu mengungkapkan arti
kebersihan diri.
g. Ingatkan klien untuk memelihara kebersihan diri seperti: mandi 2 kali
pagi dan sore, sikat gigi minimal 2 kali sehari (sesudah makan dan
sebelum tidur), keramas dan menyisir rambut, gunting kuku jika
panjang.
TUK III : Klien dapat melakukan kebersihan diri dengan bantuan perawat.
Intervensi
a. Motivasi klien untuk mandi.
b. Beri kesempatan untuk mandi, beri kesempatan klien untuk
mendemonstrasikan cara memelihara kebersihan diri yang benar.
c. Anjurkan klien untuk mengganti baju setiap hari.
d. Kaji keinginan klien untuk memotong kuku dan merapikan rambut.
e. Kolaborasi dengan perawat ruangan untuk pengelolaan fasilitas
perawatan kebersihan diri, seperti mandi dan kebersihan kamar mandi.
f. Bekerjasama dengan keluarga untuk mengadakan fasilitas kebersihan
diri seperti odol, sikat gigi, shampoo, pakaian ganti, handuk dan
sandal.
TUK IV : Klien dapat melakukan kebersihan perawatan diri secara
mandiri.
Intervensi
a. Monitor klien dalam melakukan kebersihan diri secara teratur, ingatkan
untuk mencuci rambut, menyisir, gosok gigi, ganti baju dan pakai
sandal.
9 | D e f i s i t P e r a w a t a n D i r i
TUK V : Klien dapat mempertahankan kebersihan diri secara mandiri.
Intervensi
a. Beri reinforcement positif jika berhasil melakukan kebersihan
diri.
TUK VI : Klien dapat dukungan keluarga dalam meningkatkan kebersihan
diri.
Intervensi
a. Jelaskan pada keluarga tentang penyebab kurang minatnya klien
menjaga kebersihan diri.
b. Diskusikan bersama keluarga tentang tindakanyang telah dilakukan
klien selama di RS dalam menjaga kebersihan dan kemajuan yang
telah dialami di RS.
c. Anjurkan keluarga untuk memutuskan memberi stimulasi terhadap
kemajuan yang telah dialami di RS.
d. Jelaskan pada keluarga tentang manfaat sarana yang lengkap dalam
menjaga kebersihan diri klien.
e. Anjurkan keluarga untuk menyiapkan sarana dalam menjaga
kebersihan diri.
f. Diskusikan bersama keluarga cara membantu klien dalam menjaga
kebersihan diri.
g. Diskusikan dengan keluarga mengenai hal yang dilakukan misalnya:
mengingatkan pada waktu mandi, sikat gigi, mandi, keramas, dan lain-
lain.
Diagnosa 2 : Isolasi sosial
Tujuan Umum : klien tidak terjadi perubahan sensori persepsi
Tujuan Khusus :
TUK I : Klien dapat membina hubungan saling percaya
Intervensi
10 | D e f i s i t P e r a w a t a n D i r i
a. Bina hubungan saling percaya: salam terapeutik, memperkenalkan diri,
jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat
kesepakatan dengan jelas tentang topik, tempat dan waktu.
b. Beri perhatian dan penghaargaan: temani klien walau tidak menjawab.
c. Dengarkan dengan empati: beri kesempatan bicara, jangan terburu-
buru, tunjukkan bahwa perawat mengikuti pembicaraan klien.
TUK II : Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri
Intervensi
a. Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tanda-
tandanya
b. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan
penyebab menarik diri atau mau bergaul
b. Diskusikan bersama klien tentang perilaku menarik diri, tanda-tanda
serta penyebab yang muncul
c. Berikan pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan
perasaannya
TUK III : Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan
orang lain dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain.
Intervensi
A. Kaji pengetahuan klien tentang manfaat dan keuntungan berhubungan
dengan orang lain
a. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan
tentang keuntungan berhubungan dengan prang lain
b. Diskusikan bersama klien tentang manfaat berhubungan dengan
orang lain
c. Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan
perasaan tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain
B. Kaji pengetahuan klien tentang kerugian bila tidak berhubungan
dengan orang lain
a. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan
dengan orang lain
11 | D e f i s i t P e r a w a t a n D i r i
b. Diskusikan bersama klien tentang kerugian tidak berhubungan
dengan orang lain
c. Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan
perasaan tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang lain
TUK IV : Klien dapat melaksanakan hubungan sosial
Intervensi
a. Kaji kemampuan klien membina hubungan dengan orang lain
b. Dorong dan bantu kien untuk berhubungan dengan orang lain
c. Beri reinforcement positif terhadap keberhasilan yang telah dicapai
d. Bantu klien untuk mengevaluasi manfaat berhubungan
e. Diskusikan jadwal harian yang dilakukan bersama klien dalam mengisi
waktu
f. Motivasi klien untuk mengikuti kegiatan ruangan
g. Beri reinforcement positif atas kegiatan klien dalam kegiatan ruangan
TUK IV : Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah
berhubungan dengan orang lain
Intervensi
a. Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya bila berhubungan
dengan orang lain
b. Diskusikan dengan klien tentang perasaan masnfaat berhubungan
dengan orang lain
c. Beri reinforcement positif atas kemampuan klien mengungkapkan
perasaan manfaat berhubungan dengan oranglain
Diagnosa 3 : Defisit Perawatan Diri : kebersihan diri, berdandan,
makan, BAB/BAK
Tujuan Umum :
Pasien tidak mengalami defisit perawatan diri
Tujuan Khusus :
Pasien mampu melakukan kebersihan diri secara mandiri
Pasien mampu melakukan berhias/berdandan secara baik
12 | D e f i s i t P e r a w a t a n D i r i
Pasien mampu melakukan makan dengan baik
Pasien mampu melakukan BAB/BAK secara mandiri
Intervensi
1) Melatih pasien cara-cara perawatan kebersihan diri
a) Menjelasan pentingnya menjaga kebersihan diri.
b) Menjelaskan alat-alat untuk menjaga kebersihan diri
c) Menjelaskan cara-cara melakukan kebersihan diri
d) Melatih pasien mempraktekkan cara menjaga kebersihan diri
2) Melatih pasien berdandan/berhias
Untuk pasien laki-laki latihan meliputi :
a) Berpakaian
b) Menyisir rambut
c) Bercukur
Untuk pasien wanita, latihannya meliputi :
a) Berpakaian
b) Menyisir rambut
c) Berhias
3) Melatih pasien makan secara mandiri
a) Menjelaskan cara mempersiapkan makan
b) Menjelaskan cara makan yang tertib
c) Menjelaskan cara merapihkan peralatan makan setelah makan
d) Praktek makan sesuai dengan tahapan makan yang baik
4) Mengajarkan pasien melakukan BAB/BAK secara mandiri
a) Menjelaskan tempat BAB/BAK yang sesuai
b) Menjelaskan cara membersihkan diri setelah BAB dan BAK
c) Menjelaskan cara membersihkan tempat BAB dan BAK
Nn.Zana 20 th menunjukkan tanda sebagai berikut : malam keluyuran, siang tidur
terus menerus, mengalami kemunduran dalam kebersihan diri, dari badannya
tercium bau kurang sedap, rambut acak-acakan dan baju kotor. Sekolah kacau dan
sering bolos, teman bergaulnya bukan anak sekolah. Malam minggu klien dibawa
oleh polisi karena berada di diskotik dengan gejala mengulang-ulang perilaku,
curiga,agresif,mual,muntah dan euphoria. Kepada temannya ia mengatakan kurang
13 | D e f i s i t P e r a w a t a n D i r i
percaya diri, merasa tidk aman dan lebih suka menyendiri, terutama setelah ke dua
orag tuanya becerai.
Pohon Masalah
Defisit perawatan diri
Menarik diri
(lebih suka menyendiri)
Harga diri rendah
(kurang PD,merasa tidak aman)
Koping individu tidak efektif
Faktor predisposisi Faktor prepipitasi
(keluyuran tiap malam kediskotik) (perceraian orangtua)
1. Tindakan keperawatan
a. Tindakan keperawatan pada pasien
1. Tujuan keperawatan
14 | D e f i s i t P e r a w a t a n D i r i
a) Pasien mammpu melakukan kebersihan diri secara mandiri
b) Pasien mampu melakukan berhias secara baik
c) Pasien mampu melakukan makan dengan baik
d) Pasien mampu melakukan eliminasi secara mandiri
2. Tindakan keperawatan
a) Melatih pasien cara perawatan kebersihan diri dengan cara:
1. Menjelaskan pentingnya menjaga kebersihan diri
2. Menjelaskan alat-alat untuk menjaga kebersihan diri
3. Menjelaskan cara-cara melakukan kebersihan diri
4. Melatih pasien mempraktikkan cara menjaga kebersihan diri
b) Membantu pasien latihan berhias
Latihan berhias pada pria harus dibedakan dengan wanita. pada pasien laki-laki,
latihan meliputi latihan berpakaian, menyisir rambut, mencukur rambut, sedangkan
pada pasien perempuan latihan meliputi latihan berpakaian , menyisir rambut, dan
berhias/ berdandan.
c) Melatih pasien makan secara mandiri dengan cara:
1. Menjelaskan cara mempersiapkan makan
2. Menjelaskan cara makan yang tertib
3. Menjelaskan cara merapikan peralatan makan setelah makan
4. Mempraktikkan cara makan yang baik
d) Mengajarkan pasien melakukan BAB/BAK secara mandiri dengan cara:
1) Menjelaskan tempat BAB/BAK yang sesuai
2) Menjelaskan cara membersihkan diri setelah BAB dan BAK
3) Menjelaskan cara membersihkan tempat BAB dan BAK
SP 1 pasien: mendiskusikan pentingnya kebersihan diri, cara-cara merawat diri dan
melatih pasien tentang cara-cara perawatan kebersihan diri.
15 | D e f i s i t P e r a w a t a n D i r i
Tahap – tahap dalam terapi aktivitas kelompok.
Menurut Yalom yang dikutip oleh Stuart dan Sundeen, 1995, fase – fase dalam
terapi aktivitas kelompok adalah sebagai berikut :
1. Pre kelompok
Dimulai dengan membuat tujuan, merencanakan, siapa yang menjadi leader,
anggota, dimana, kapan kegiatan kelompok tersebut dilaksanakan, proses evaluasi
pada anggota dan kelompok, menjelaskan sumber – sumber yang diperlukan
kelompok seperti proyektor dan jika memungkian biaya dan keuangan.
2. Fase awal
Pada fase ini terdapat 3 kemungkinan tahapan yang terjadi yaitu orientasi, konflik
atau kebersamaan.
- Orientasi.
Anggota mulai mengembangkan system social masing – masing, dan leader mulai
menunjukkan rencana terapi dan mengambil kontrak dengan anggota.
- Konflik
Merupakan masa sulit dalam proses kelompok, anggota mulai memikirkan siapa
yang berkuasa dalam kelompok, bagaimana peran anggota, tugasnya dan saling
ketergantungan yang akan terjadi.
- Kebersamaan
Anggota mulai bekerja sama untuk mengatasi masalah, anggota mulai menemukan
siapa dirinya.
3. Fase kerja
Pada tahap ini kelompok sudah menjadi tim. Perasaan positif dan engatif dikoreksi
dengan hubungan saling percaya yang telah dibina, bekerjasama untuk mencapai
tujuan yang telah disepakati, kecemasan menurun, kelompok lebih stabil dan
realistic, mengeksplorasikan lebih jauh sesuai dengan tujuan dan tugas kelompok,
dan penyelesaian masalah yang kreatif.
4. Fase terminasi
16 | D e f i s i t P e r a w a t a n D i r i
Ada dua jenis terminasi (akhir dan sementara). Anggota kelompok mungkin
mengalami terminasi premature, tidak sukses atau sukses.
2.10 Format Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
A. Proses keperawatan
Kondisi klien
Pasien menunjukkan tanda sebab:
Malam keluyuran, siang tidur terus menurus, mengalami kemunduran dalam
kebersihan diri, dari badannya tercium bau kurang sedap, rambut acak-acakan dan
baju kotor. Sekolahnya kacau dan sering bolos, teman bergaulnya bukan anak
sekolah.
Pada waktu malam minggu pasien dibawa oleh polisi karena berada di diskotik
dengan gejala mengulang-ngulang perilakunya, curiga, agresif, mual muntah dan
eforia.
Kepada temannya ia mengatakan kurang percaya diri, merasa tidak aman dan lebih
suka menyendiri, terutama setelah kedua orangtuanya bercerai.
Diagnosa Keperawatan
Deficit perawatan Diri
2.11 Strategi Komunikasi dalam Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
a. FASE ORIENTASI
1. Salam terapeutik
“Selamat pagi mbak, kenalkan saya suster Ratna, saya biasa dipanggil Ana.”
“Mbak siapa namanya dan senang dipanggil apa?”
“Saya yang akan merawat mbak pagi ini”.
2. Evaluasi/validasi
“Bagaimana perasaan mbak Zana hari ini ? “Dari tadi, saya lihat mbak menggaruk-
garuk badanya, gatal ya?”
3. Kontrak
Topik : “Bagaimana kalau kita bicara tentang kebersihan diri ?”
17 | D e f i s i t P e r a w a t a n D i r i
Waktu : “Berapa lama kita berbicara ? 30 menit ya....?
Tempat : Mau dimana.....? Disini saja ya?”
Baiklah jadi kita akan berbicara di sini tentang kebersihan diri selama 30 menit
b. FASE KERJA
“Berapa kali mbak Zana mandi dalam sehari? Apakah mbak Zana sudah mandi
hari ini? Menurut mbak Zana apa kegunaanya mandi? Apa
alasan mbak Zanasehingga tidak bisa merawat diri? Menurut mbak Zana apa
manfaatnya kalau kita menjaga kebersihan diri? Kira-kira tanda-tanda orang yang
tidak merawat diri dengan baik seperti apa ya….? Badan gatal ,mulut bau , apa
lagi....? Kalau tidak teratur menjaga kebersihan masalah apa
menurut mbak Zana yang bisa muncul? Betul ada kudis, kutu........... dan lain – lain?”
“Apa yang mbak Zana lakukan untuk merawat rambut dan muka? Kapan
sajambak Zana menyisir rambut? Bagaimana dengan merias muka? Apa maksud
dan tujuan menyisir dan berhias?”
“Berapa kali mbak Zana makan sehari?
Apa pula yang dilakukan setelah makan?” Betul, kita harus menyikat gigi sesudah
makan.”
“Dimana biasanya mbak Zana buang air besar / buang air kecil? Bagaimana
membersihkannya?” iya..... kita buang air kecil dan besar harus di WC.” “ Nah itu
WC di ruangan ini, lalu jangan lupa membersihkan pakai air dan sabun.”
“Menurut mbak Zana kalau mandi itu kita harus bagaimana? Sebelum mandi apa
yang perlu kita persiapkan? Benar sekali, mbak Zana perlu menyiapkan pakaian
ganti, handuk, sikat gigi, sampo, sabun, dan sisir.”
“Bagaimana kalau sekarang kita ke kamar mandi , saya akan
membimbing mbakZana melakukannya. Sekarang, buka pakaian, dan siram seluruh
tubuh mbak Zanatemasuk rambut lalu ambil shampo gosokaan pada
kepala mbak Zana sampai berbusa lalu bilas sampai bersih. Bagus sekali…
selanjutnya ambil sabun, gosokkan di seluruh tubuh secara merata lalu siram
dengan air sampai bersih, jangan lupa sikat gigi pakai odol, giginya disikat mulai
dari arah atas ke bawah. Gosok seluruh gigimbak Zana mulai dari depan sampai
belakang. Bagus, lalu kumur- kumur sampai bersih. Terakhir siram lagi seluruh
tubuh mbak Zana sampai bersih lalu keringkan dengan handuk. Mbak Zana bagus
18 | D e f i s i t P e r a w a t a n D i r i
sekali melakukannya. Selanjutnya, mbak Zanapakai baju dan sisir rambutnya
dengan baik.”
c. FASE TERMINASI
1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
“Bagaimana perasaan mbak Zana setelah mandi dan mengganti pakaian ?
Cobambak Zana sebutkan lagi apa saja cara- cara mandi yang baik yang
sudah mbakZana lakukan tadi?”
“Bagaimana perasaan mbak Zana setelah kita mendiskusikan tentang pentingnya
kebersihan diri tadi ? Sekarang coba mbak Zana ulangi lagi tanda-tanda bersih dan
rapi.”
“Bagus sekali !
2. Rencana tindak lanjut
“Nah.., mbak Zana mau berapa kali mandi dan sikat gigi....? dua kali pagi dan sore,
Mari .... kita masukkan dalam jadwal aktivitas harian !”
“ Nah...... lakukan ya mbak Zana...., ini saya beri lembar aktivitas harian dan beri
tanda kalau sudah dilakukan seperti pada kolom M ( mandiri ) kalau dilakukan tanpa
disuruh , B ( bantuan ) kalau diingatkan baru dilakukan , dan T (tidak) tidak
melakukan.
3. Kontrak yang akan datang
Topik : “Baik, besok kita latihan berdandan ya….”
Waktu : “ Bagaimana kalau sesudah makan pagi besok? Jam 9 mungkin?” mau
berapa lama? 30 menit ya….’’
Tempat : “ tempatnya dimana? di sini saja ya”
Jadi besok kita akan berlatih cara berdandan jam 9 pagi di sini (kamar Zana).
2.12 Contoh Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
1. Identitas Klien
Nama : Nn.Z
Umur : 20 tahun
Alamat : Jalan Sriti 4, Malang
Pekerjaan : Mahasiswi
19 | D e f i s i t P e r a w a t a n D i r i
Jenis Kelamin : perempuan
Agama : Islam
No. RM : 002011
Tanggal Dirawat : 12-06-2011
Tanggal Pengkajian : 12-06-2011
Ruang Rawat : Mawar
Dx : Defisit Keperawatan diri
Dr : Dr. B
2. Alasan Masuk
Keluarga pasien mengatakan anaknya mengurung diri dan mengalami
kemunduran dalam kebersihan diri.
3 Riwayat Penyakit Sekarang dan Faktor Presipitasi
Keluarga pasien mengatakan pasien kurang percaya diri dan merasa tidak aman
dan lebih suka menyendiri, terutama setelah kedua orangtuanya bercerai.
4. Faktor Predisposisi
a. Riwayat Penyakit Masa Lalu
1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu
ð Ya
ð Tidak
Jika Ya, jelaskan: sebelumnya klien mengalami depresi dan menarik diri dari
lingkungan keluarganya.
2. Pengobatan sebelumnya
ð Berhasil
ð Kurang berhasil
ð Tidak berhasil
Jelaskan: klien tidak pernah mengonsumsi obat sebelumnya untuk mengatasi
masalah kejiwaannya.
3. Pernah mengalami penyakit fisik (termasuk gangguan tumbuh kembang)
ð Ya
ð Tidak
Bila Ya, jelaskan: klien tidak pernah mengalami penyakit fisik dari kecil hingga
saat ini.
5. Riwayat Trauma
20 | D e f i s i t P e r a w a t a n D i r i
Trauma Usia Pelaku Korban Saksi
1. Aniaya fisik - - - -
2. Aniaya seksual - - - -
3. Penolakan -
4. Kekerasan
dalam keluarga
- - - -
5. Tindakan
criminal
20 tahun Polisi Klien Teman
klien
Jelaskan:klien pernah dibawa oleh polisi saat berada di tempat diskotik bersama
teman yang tidak satu sekolah dengan pasien
1. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan (bio, psiko, sosio,
kultural, dan spiritual)
Semasa kecilnya klien selalu tidak diperhatikan oleh
orangtuanya karena kedua orangtuanya sering mengalami masalah dan
sering bertengkar sehingga menyebabkan kurang perhatian kepada anak.
Diagnosa keperawatan: deficit perawatan diri.
6. Riwayat Penyakit Keluarga
1. Anggota keluarga yang gangguan jiwa?
ð Ada
ð Tidak
Kalau ada:
· Hubungan keluarga: hubungan keluarga tidak harmonis karena kedua orangtua klien
bercerai.
· Gejala: klien tampak merasa sekelilingnya tidak aman dan lebih suka menyendiri.
· Riwayat pengobatan: tidak ada
Diagnosa keperawatan : deficit perawatan diri.
7. Status Mental
a. Penampilan
ð Tidak rapi
ð Penggunaan pakaian tidak sesuai
ð Cara berpakaian tidak seperti biasanya
21 | D e f i s i t P e r a w a t a n D i r i
Jelaskan: cara berpenampilan klien tidak rapi, rambut acak-acakkan, baju yang
dipakai kotor dan bau badan tidak sedap.
Diagnosa keperawatan: defisit perawatan diri.
b.Kesadaran Menurun:
ð Compos mentis
ð Sopor
ð Apatis/Sedasi
ð Subkoma
ð Somnolensia
ð Koma
ð Meninggi
ð Hipnosa
ð Gangguan Tidur: Ya
ð Disosiasi: -
ð Berubah
ð Gangguan perhatian
Jelaskan: setiap malam klien pergi ke diskotik bersama temannya.
Klien mengulang-ulang perilaku yang sama, agresif dan efhoria.
Diagnosa keperawatan: gangguan istirahat tidur
c.Disorientasi
ð Waktu
ð Tempat
ð Orang
Jelaskan: pasien pada malam hari pergi keluyuran, dan pada saat siang hari pasien
justru menghabiskan waktunya untuk tidur.
Diagnosa keperawatan : .defisit perawatan diri
d. Pembicaraan
ð Cepat
ð Keras
ð Gagap
ð Apatis
ð Lambat
ð Membisu
22 | D e f i s i t P e r a w a t a n D i r i
ð Tidak mampu memulai pembicaraan
ð Lain-lain: …
e. Aktifitas Motorik/Psikomotor
a. Kelambatan
ð Hipokinesia, hipoaktifitas
ð Katalepsi
ð Sub stupor katatonik
ð Fleksibilitas serea
b. Peningkatan
ð Hiperkinesia, hiperaktifitas
ð Gagap
ð Stereotipi
ð Gaduh Gelisah Katatonik
ð Mannarism
ð Katapleksi
ð Tik
ð Ekhopraxia
ð Command automatism
ð Grimace
ð Otomatisma
ð Negativisme
ð Reaksi konversi
ð Tremor
ð Verbigerasi
ð Berjalan kaku/Rigid
ð Kompulsif: sebutkan .....
Jelaskan:
Diagnosa Keperawatan :
f.Afek dan Emosi
ð Adekuat
ð Tumpul
23 | D e f i s i t P e r a w a t a n D i r i
ð Merasa kesepian
ð Apatis
ð Marah
ð Dangkal/Datar
ð Inadekuat
ð Labil
ð Anhedonia
ð Eforia
ð Ambivalensi
ð Depresi/Sedih
ð Cemas (Ringan, Sedang, Berat dan Panik)
Jelaskan:
Diagnosa keperawatan:harga diri rendah
g.Persepsi-Sensorik
a. Halusinasi
ð Pendengaran
ð Penglihatan
ð Perabaan
ð Pengecapan
ð Penciuman
b. Ilusi
ð Ada
ð Tidak ada
c. Depersonalisasi
ð Ada
ð Tidak ada
d. Derealisasi
ð Ada
ð Tidak ada
e. Gangguan Somatosensorik Pada Reaksi Konversi
ð Ada
24 | D e f i s i t P e r a w a t a n D i r i
ð Tidak ada
Jelaskan: -
Diagnosa keperawatan:
h.Proses Pikir
a. Arus pikir
ð Koheren
ð Inkoheren
ð Sirkumstansial
ð Neologisme
ð Tangensial
ð Logorea
ð Kehilangan asosiasi
ð Bicara lambat
ð Flight of idea
ð Bicara cepat
ð Irrelevansi
ð Main kata-kata
ð Blocking
ð Pengulangan pembicaraan/Perseverasi
ð Afasia
ð Asosiasi bunyi
Jelaskan: saat membicarakan suatu topik biasanya klien bicara terus menerus, dan
eforia
Diagnosa keperawatan: gangguan prooses pikir (arus pikir).
b. Isi pikir
ð Obsesif
ð Ekstasi
ð Fantasi
ð Alienasi
ð Pikiran bunuh diri
ð Pre okupasi
ð Pikiran isolasi sosial
25 | D e f i s i t P e r a w a t a n D i r i
ð Ide yang terkait
ð Pikiran rendah diri
ð Pesimisme
ð Pikiran magis
ð Pikiran curiga
ð Fobia, sebutkan .....
ð Waham:
ð Agama
ð Somatik/Hipokondria
ð Kebesaran
ð Kejar/Curiga
ð Nihilistik
ð Dosa
ð Sisip pikir
ð Siar Pikir
ð Kontrol pikir
c. Bentuk pikir
ð Realistik
ð Non realistik
ð Dereistik
ð Otistik
Jelaskan:pasien mengatakan kurang percaya diri dan merasa tidak nyaman dan
lebih suka menyendiri.
Diagnosa keperawatan: harga diri rendah.
i.Interaksi Selama Wawancara
ð Bermusuhan
ð Tidak kooperatif
ð Mudah tersinggung
ð Kontak mata kurang
ð Defensif
ð Curiga
26 | D e f i s i t P e r a w a t a n D i r i
Jelaskan: saat pengkajian klien menunjukkan tidak kooperatif, kontak mata dengan
klien kurang, dan klien menaruh rasa curiga terhadap perawat yang baru dijumpai,
klien merasa terancam dengan kehadiran perawat yang baru.
Diagosa keperawatan: resiko menciderai orang lain.
j.Memori
ð Gangguan daya ingat jangka panjang (>1 bulan)
ð Gangguan daya ingat jangka pendek (1 hari-1 bulan)
ð Gangguan daya ingat saat ini (<24 jam)
ð Amnesia
ð Paraamnesia
ð Konfabulasi
ð Dejavu
ð Jamaisvu
ð Fausereconnaissance
ð Hiperamnesia
Jelaskan: klien lupa dengan kejadian-kejadian yang baru saja dialaminya.
Diagnosa keperawatan : gangguan memori.
k.Tingkat Konsentrasi Dan Berhitung
ð Mudah beralih
ð Tidak mampu berkonsentrasi
ð Tidak mampu berhitung sederhana
Jelaskan: saat sedang mengobrol satu topik tiba-tiba klien bercerita tentang hal lain
yang tidak ada kaitannya dengan topik yang sedang dibicarakan bersama perawat.
Diagnosa keperawatan: ketidakmampuan berkonsentrasi.
l. Kemampuan Penilaian
ð Gangguan ringan
ð Gangguan bermakna
m. Daya Tilik Diri
27 | D e f i s i t P e r a w a t a n D i r i
ð Mengingkari penyakit yang diderita
ð Menyalahkan hal-hal diluar dirinya
Jelaskan: klien menyangkal bahwa klien saat ini sedang menderita penyakit jiwa.
Yang klien tahu hanya orangtuanya sudah bercerai.
Diagnosa keperawatan: kurangnya daya tilik diri.
8.Pemeriksaan Fisik
Tanggal :
a.Keadaan Umum: cukup
b.Tanda Vital:
· Tekanan darah: 120/70 mmHg
· Nadi: 85 kali/menit
· Suhu: 36,5°C
· RR: 20 kali/menit
c. Ukur: BB: 55 kg TB: 165cm
ð Turun
ð Naik
d. Keluhan Fisik:
ð Tidak
ð Ya
Jelaskan: sebelum sakit, klien memiliki BB 60 kg, karena semua aktivitasnya
menurun karena suka keluyuran malam ke diskotik sehingga berat badannya
menjadi turun.
e. Pemeriksaan Fisik (head to toe):
· Tidak ada abnormalitas pada bagian tubuh.
· Rambut tampak berminyak, acak-acakkan, dan kulit kotor.
· Klien memiliki bau badan yang tidak sedap.
Jelaskan: hanya penampilan klien yang tidak rapi,acak-acakan,baju px kotor.
Diagnosa keperawatan: defisit perawatan diri.
9. Pengkajian Psikososial
a. Konsep Diri
a. Citra tubuh: klien mengatakan tidak suka dengan keadaannya yang seperti itu
apalagi semenjak orangtuanya bercerai.
28 | D e f i s i t P e r a w a t a n D i r i
b. Identitas: klien mengatakan bahwa ia adalah seorang mahasiswi namun
sekarang sering tidak masuk kuliah.
c. Peran: klien merasa tidak berguna bagi keluarganya karena keluargaklien tidak
lagi harmonis(orangtua bercerai).
d. Ideal diri: klien hanya ingin keluarganya kembali harmonis dan menjadi anak
yang berguna bagi kedua orangtuanya dan keluarga lainnya.
e. Harga diri: klien mengalami harga diri rendah karena klien merasa tidak aman
dan kurang percaya diri dengan kondisinya sekarang.
Diagnosa keperawatan: harga diri rendah, perubahan peran, gangguan citra tubuh.
b. Hubungan sosial
a. Orang yang berarti/terdekat: keluarga dan teman/sahabatnya.
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat: sebelum sakit klien biasa
mengikuti kegiatan keagamaan.
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain: saat sakit klien hanya
menyendiri saja, klien sering keluyuran malam dan pergi ke diskotik.
Diagnosa keperawatan: isolasi sosial.
c. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan: saat ini klien tidak bisa menjelaskan tentang
spiritualitasnya.
b. Kegiatan ibadah: klien tidak lagi menjalankan ibadah
Diagnosa keperawatan: ketidakefektifan kegiatan keagamaan.
10. Kebutuhan Persiapan Pulang
a. Makan
ð Bantuan minimal
ð Bantuan total
Jelaskan: klien hanya mampu untuk makan sendiri tetapi klien tidak mampu
dalam menyiapkan makanannya sendiri, sehingga membutuhkan orang untuk
menyiapkan makanannya.
b. BAK/BAB29 | D e f i s i t P e r a w a t a n D i r i
ð Bantuan minimal
ð Bantuan total
Jelaskan: klien mampu BAK dan BAB dengan mandiri.
c. Mandi
ð Bantuan minimal
ð Bantuan total
Jelaskan: klien mampu mandi dengan mandiri hanya saja klien butuh arahan pada
saat akan mandi harus diingatkan untuk mandi.
d. Berpakaian/Berhias
ð Bantuan minimal
ð Bantuan total
Jelaskan: klien hanya perlu diingatkan untuk mengganti pakaiannya dan
berhias karena klien malas melakukan aktifitas kebersihan dirinya.
e. Istirahat dan tidur
ð Tidur siang, lama : tidur sepanjang siang hari
ð Tidur malam, lama: jarang tidur malam karena klien sering kluyuran malam
dengan pergi ke diskotek
ð Aktifitas sebelum dan/sesudah tidur:
ð Jelaskan: klien biasanya saat siang hari hanya menghabiskan waktunya untuk
tidur, jarang tidur malam karena klien sering kluyuran malam dengan pergi ke
diskotek
f.Penggunaan obat
ð Bantuan minimal
ð Bantuan total
Jelaskan: klien hanya perlu disiapkan obatnya dan perawat harus menunggui klien
minum obat dan memastikan obat sudah benar-benar diminum oleh klien.
g.Pemeliharaan kesehatan
30 | D e f i s i t P e r a w a t a n D i r i
Ya Tidak
Perawatan lanjutan x
Sistim pendukung x
h. Aktifitas dalam rumah
Ya Tidak
Mempersiapkan makanan x
Menjaga kerapihan rumah x
Mencuci pakaian x
Pengaturan keuangan x
i. Aktifitas di luar rumah
Ya Tidak
Belanja x
Transportasi x
Jelaskan: klien keluyuran pada malam hari dengan pergi ke diskotik
Diagnosa keperawatan: hipoaktifitas
11. Mekanisme Koping
Adaptif Maladaptif
ð Bicara dengan orang lain
ð Mampu menyelesaikan masalah
ð Teknik relaksasi
ð Aktifitas konstruktif
ð Olah raga
ð Minum alkohol
ð Reaksi lambat/berlebihan
ð Bekerja berlebihan
ð Menghindar
ð Mencederai diri
Diagnosa keperawatan: inefektif koping, resiko menciderai diri dan orang lain.
12. Masalah Psikososial dan Lingkungan
31 | D e f i s i t P e r a w a t a n D i r i
ð Masalah dengan dukungan kelompok, spesifiknya klien tidak mendapatkan
dukungan dari kelompok, terutama teman sebaya untuk membantu menahan
emosinyaa.
ð Masalah berhubungan dengan lingkungan, spesifiknya lingkungan sekitar klien
memberikan stigma yang buruk terhadap klien bahwa klien adalah orang gila dan
tidak bisa disembuhkan.
ð Masalah dengan pekerjaan, spesifiknya klien tidak pernah mengikuti perkuliahan
dan tidak pernah memperhatikan kebersihan dirinya.
ð Masalah dengan perumahan, spesifiknya klien ditolak oleh lingkungan sekitar.
ð Masalah dengan ekonomi, pasien memiliki status ekonomi yang cukup dalam
mencukupi kebutuhan sehari-harinya.
ð Masalah dengan pelayanan kesehatan, spesifiknya klien tidak pernah masuk
rumah sakit sebelumnya.
Diagnosa keperawatan: isolasi sosial.
13. Pengetahuan Kurang Tentang
Apakah klien mempunyai masalah yang berkaitan dengan pengetahuan yang kurang
tentang suatu hal?
ð Penyakit/Gangguan jiwa
ð Sistem pendukung
ð Faktor presipitasi
ð Mekanisme koping
ð Penyakit fisik
ð Obat-obatan
Jelaskan: klien menyangkal bahwa klien sedang mengalami gangguan jiwa,
mekanisme koping yang digunakan klien juga tidak efektif dalam menghadapi suatu
masalah, selain itu klien juga tidak mengetahui obat-obatan apa yang dikonsumsi
klien dan manfaatnya.
Diagnosa keperawatan: kurang pengetahuan.
Analisa Data
NO. DATA DIAGNOSA KEPERAWATAN
32 | D e f i s i t P e r a w a t a n D i r i
DS:
ü Keluargapasien mengatakkan sejak
kedua orangtuanya bercerai pasien
mengatakan kurang percaya
diri .dan sering menyendiri.
ü Keluarga pasien mengatakan bahwa
pasien kurang percaya diri dengan
keadaannya yang seperti itu.
ü keluarga mengatakan ia adalah anak
yang tidak diinginkan oleh orang
tuannya.
ü Keluarga pasien mengatakkan bahwa
pasien mengalami kemunduran
dalam kebersihan dirinya.
ü Keluarga pasien mengatakan bahwa
pasien tidak pernah masuk sekolah
dan sering bolos .
ü .keluarga pasien mengatakan pasien
sering kluyuran malam dan pergi
kediskotik
ü klien mengatakan tidak pernah
melakukan ibadah lagi
DO:
Rambut pasien tampak kotor dan
acak – acakan
Badan dan pakaian kotor
dan bautidak sedap
Mulut dan gigi kotor dan bau tidak
sedap
Kulit kusam dan kotor, kuku panjang
Gangguan persepsi sensori: waham
kebesaran
Daftar Diagnosa Keperawaatan
1. Gangguan persepsi sensori halusinasi
33 | D e f i s i t P e r a w a t a n D i r i
2. Isolasi sosial.
3. Ketidakefektifan kegiatan keagamaan.
4. Harga diri rendah.
5. Perubahan peran.
6. Gangguan citra tubuh.
7. Gangguan proses pikir (arus pikir).
8. Gangguan tidur.
9. Defisit perawatan diri.
Prioritas Diagnosa Keperawatan
1. Deficit perawatan diri
2. Ketidakefektifan kegiatan keagamaan
3. Gangguan proses pikir (arus pikir).
4. Perubahan peran
5. Gangguan tidur
Rencana Tindakan
NO
.
DX.
DIAGNOSA
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
TUJUANKRITERIA
HASILINTERVENSI
I Defisit
Keperawatan
Diri : Higiene
Diri, Berhias,
Makan dan
Eliminsasi
Klien mampu
melakukan
kebersihan diri,
berhias, makan
dan
eliminasisecara
baik
- Klien dapat
melakukan
kebersihan
diri secara
baik
- Klien dapat
berhias
secara baik
- Klien
mampu
makan secara
mandiri
- Klien
TUK1:Klien dapat membina
Hubungan Saling
Percaya
Intervensi :
1. Salam terapetik,perkenalan
diri,
2. Jelaskan tujuan interaksi,
3. Ciptakan lingkungan yg
tenang,
4.Buat kontrak yang jelas
pada
tiap pertemuan (topic, tempat
dan waktu)
34 | D e f i s i t P e r a w a t a n D i r i
mampu
BAB/BAK
secara
mandiri
TUK2: Melatih Pasien cara
perawatan
kebersihan diri
Intervensi
Ø Menjelaskan pentingnya
perawatan diri
Ø Menjelaskan alat – alat untuk
kebersihan diri
Ø Menjelaskan cara – cara
melakukan perawatan diri
Ø Melatih klien mempraktikan
cara menjaga kebersihan diri
TUK3: Membantu klien
Latihan Berhias
Intervensi
Latihan berhias harus
dibedakan antara laki-laki dan
perempuan, latihan untuk klien
laki-laki meliputi :
1. Bepakaian
2. Menyisir rambut
3. Bercukur,dll.
Untuk klien perempuan
meliputi :
1. Berpakaian
2. Menyisir rambut
3. Berhias / berdandan,dll.
TUK4: Melatih Pasien makan
35 | D e f i s i t P e r a w a t a n D i r i
secara mandiri
Intervensi
1. Menjelaskan cara
mempersiapkan makan
2. Menjelaskan cara makan
yang tertib
3. Menjelaskan cara merapikan
peralatan makan setelah
makan
4. Mempraktikan cara makan
yang baik
TUK5: Mengajarkan Klien
melakukan
BAB/BAK
secara mandiri
Intervensi
1. Menjelaskan tempat
BAB/BAK yang sesuai
2. Menjelaskan cara membersih
kan diri setelah BAB/BAK
3. Menjelaskan cara membersih
kan tempat BAB/BAK
Implementasi dan Evaluasi
Nama: Nn. Z Ruang: Mawar No. RM: 002011
DIAGNOSA TINDAKAN KEPERAWATAN EVALUASI
Defisit
Keperawatan Diri
: Higiene Diri,
· BHSP dengan klien.
· Melatih Pasien cara
perawatan kebersihan diri
S S:
· klien mampu menjelas
kan pentingnya perawa
36 | D e f i s i t P e r a w a t a n D i r i
Berhias, Makan
dan Eliminsasi
dengan cara :
Ø Menjelaskan pentingnya
perawatan diri
Ø Menjelaskan alat – alat untuk
kebersihan diri
Ø Menjelaskan cara – cara
melakukan perawatan diri
Ø Melatih klien mempraktikan
cara menjaga kebersihan diri
tan diri klien
· klien mampu menyebut
kan alat – alat untuk per
awatan diri
· klien mampu menjelas
kan cara-cara pera watan
diri
· Klien mampu mem
praktikan cara menjaga
kebersihan diri
O:
· klien menjelaskan
pentingnya perawatan diri
klien
· Klien menyebutkan alat –
alat untuk per awatan diri
· Klien mampumenjelaska
n cara-cara perawatan diri
· Klien mampu
mempraktikan cara
menjaga kebersihan diri
A: Masalah teratasi
sebagian TAK 1.
P: lanjutkan intervensi
TAK 2 - 5
37 | D e f i s i t P e r a w a t a n D i r i
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Defisit perawatan diri merupakan suatu kondisi pada seseorang yang mengalami
kelemahan kemampuan dalam melakukan/melewati aktivitas perawatan diri secara
mandiri.
Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi
kebutuhannya guna memepertahankan kehidupannya, kesehatan dan kesejahteraan
sesuai dengan kondisi kesehatannya, klien dinyatakan
terganggu keperawatan dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan diri (Depkes
2000).
3.2 Saran
1) Sebagai mahasiswa/mahasiswi calon perawat agar dapat lebih memperdalam
ilmu serta wawasan mengenai gangguan jiwa pada klien dengan defisitperawatan
diri dan dapat mengaplikasikannya dalam dunia keperawatan.
38 | D e f i s i t P e r a w a t a n D i r i
2) Bagi masyarakat agar lebih peduli dan berpartisipasi dalam menjaga kesehatan
dan jangan mengabaikan tanda dan gejala yang muncul sebagai penyakit yang
wajar tetapi segera periksakan kedokter atau pelayanaan kesehatan yang terdekat
untuk mencegah komplikasi dan prognosis yang buruk.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8.
Jakarta : EGC.
Depkes. 2000. Standar Pedoman Perawatan jiwa.Kaplan Sadoch. 1998.
Sinopsis Psikiatri. Edisi 7. Jakarta : EGC
Keliat. B.A. 2006. Modul MPKP Jiwa UI . Jakarta : EGC
Keliat. B.A. 2006. Proses Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC
Nurjanah, Intansari S.Kep. 2001. Pedoman Penanganan Pada Gangguan
Jiwa. Yogyakarta : Momedia
Perry, Potter. 2005 . Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC
Rasmun S. Kep. M 2004. Seres Kopino dan Adaptasir Toors dan Pohon
Masalah Keperawatan. Jakarta : CV Sagung Seto
Stuart, Sudden, 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa edisi 3. Jakarta :
EGC
Santosa, Budi. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda, 2005 –
2006. Jakarta : Prima Medika.
39 | D e f i s i t P e r a w a t a n D i r i
Stuart, GW. 2002. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 5. Jakarta: EGC.
Tarwoto dan Wartonah. 2000. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta.
Townsend, Marry C. 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan pada
Perawatan Psikiatri. Edisi 3. Jakarta. EGC
40 | D e f i s i t P e r a w a t a n D i r i