naskah publikasi efektifitas pelatihan motivasi …eprints.ums.ac.id/32562/21/02.naskah...

25
NASKAH PUBLIKASI EFEKTIFITAS PELATIHAN MOTIVASI KERJA UNTUK MENURUNKAN KEBOSANAN KERJA KARYAWAN BAGIAN KASIR ASSALAAM HYPERMARKET SOLO Minat Utama Bidang Psikologi Industri dan Organisasi Diajukan Oleh: Indah Syarif Kurniawati T 100 100 148 PROGRAM PENDIDIKAN MAGISTER PSIKOLOGI PROFESI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2014

Upload: vankien

Post on 18-Mar-2019

227 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: NASKAH PUBLIKASI EFEKTIFITAS PELATIHAN MOTIVASI …eprints.ums.ac.id/32562/21/02.NASKAH PUBLIKASI.pdfEFEKTIFITAS PELATIHAN MOTIVASI KERJA UNTUK MENURUNKAN ... bulan pertama setelah

NASKAH PUBLIKASI

EFEKTIFITAS PELATIHAN MOTIVASI KERJA UNTUK MENURUNKAN

KEBOSANAN KERJA KARYAWAN BAGIAN KASIR

ASSALAAM HYPERMARKET SOLO

Minat Utama Bidang Psikologi Industri dan Organisasi

Diajukan Oleh:

Indah Syarif Kurniawati

T 100 100 148

PROGRAM PENDIDIKAN MAGISTER PSIKOLOGI PROFESI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2014

Page 2: NASKAH PUBLIKASI EFEKTIFITAS PELATIHAN MOTIVASI …eprints.ums.ac.id/32562/21/02.NASKAH PUBLIKASI.pdfEFEKTIFITAS PELATIHAN MOTIVASI KERJA UNTUK MENURUNKAN ... bulan pertama setelah
Page 3: NASKAH PUBLIKASI EFEKTIFITAS PELATIHAN MOTIVASI …eprints.ums.ac.id/32562/21/02.NASKAH PUBLIKASI.pdfEFEKTIFITAS PELATIHAN MOTIVASI KERJA UNTUK MENURUNKAN ... bulan pertama setelah
Page 4: NASKAH PUBLIKASI EFEKTIFITAS PELATIHAN MOTIVASI …eprints.ums.ac.id/32562/21/02.NASKAH PUBLIKASI.pdfEFEKTIFITAS PELATIHAN MOTIVASI KERJA UNTUK MENURUNKAN ... bulan pertama setelah

1

EFEKTIFITAS PELATIHAN MOTIVASI KERJA UNTUK

MENURUNKAN KEBOSANAN KERJA KARYAWAN BAGIAN KASIR

ASSALAAM HYPERMARKET SOLO

Indah Syarif Kurniawati

Dr. Yadi Purwanto, MM, MBA, M.Si, Psi. SusatyoYuwono, S.Psi, M.Si, Psi.

Magister Psikologi Profesi Universitas Muhammadiyah Surakarta

ABSTRAKSI

Tujuan penelitian adalah mengetahui efektifitas pelatihan motivasi kerja

untuk menurunkan kebosanan kerja karyawan bagian kasir Assalaam

Hypermarket Solo. Hipotesis dalam penelitian ini adalah pelatihan motivasi kerja

menurunkan kebosanan kerja.

Metode penelitian ini nonequivalent control group design yaitu terdapat

pretest-posttest control group design yang tidak dipilih secara random. Evaluasi

pelatihan dilakukan selama 6 bulan terbagi menjadi 2 yaitu follow up satu pada 3

bulan pertama setelah intervensi dan followup dua pada 3 bulan kedua setelah

intervensi. Subjek penelitian adalah 11 kasir sebagai kelompok eksperimen dan 7

kasir sebagai kelompok kontrol. Analisis dilakukan dengan uji statistik non

parametrik dengan uji mann whitney u, hasil analisis diperoleh nilai posttest(sig=

0.000), follow up satu (sig= 0.0015), dan follow up dua(sig= 0.033); nilai p-value

< 0.05. Selanjutnya uji wilcoxon pada kelompok eksperimen adalah hasil analisis

pretest-posttest diperoleh statistik hitung (Z) = -2,943 (sig=0,0015);pretest –

follow up satu(Z) = -2,936(sig=0,0015); pretest – follow up dua (Z) = -1.489

(sig=0,137). Hipotesis diterima, hal ini menunjukkan bahwa pelatihan motivasi

kerja dapat menurunkan kebosanan kerja pada karyawan bagian kasir Assalaam

Hypermarket Solo. Pelatihan motivasi kerja efektif menurunkan kebosanan kerja

pada karyawan bagian kasir selama tiga bulan pertama setelah pelatihan, namun

tidak efektif untuk tiga bulan kedua setelah pelatihan.

Kata kunci : kebosanan kerja, pelatihan motivasi kerja, evaluasi.

iv

Page 5: NASKAH PUBLIKASI EFEKTIFITAS PELATIHAN MOTIVASI …eprints.ums.ac.id/32562/21/02.NASKAH PUBLIKASI.pdfEFEKTIFITAS PELATIHAN MOTIVASI KERJA UNTUK MENURUNKAN ... bulan pertama setelah

1

PENDAHULUAN

Karyawan merupakan aset utama perusahaan yang harus terus dikelola dan

dikembangkan dengan sebaik mungkin. Maka fungsi manajer Sumber Daya

Manusia disini sangat dibutuhkan, hal ini berkaitan dengan bagaimana

penanganan masalah yang melibatkan karyawan dapat diselesaikan dengan

sebaik-baiknya dan tidakmengganggu kinerja dalam pencapaian target

perusahaan.

Masalah yang dapat menghambat tercapainya tujuan perusahaan salah

satunya adalah kebosanan kerja yang dimiliki oleh para karyawan. Kebosanan

kerja adalah suatu sumber frustasi fundamental bagi karyawan (Bardwick, 1988).

Maksud frustasi fundamental adalah ketika kondisi dalam pekerjaan yang tidak

seimbang antara harapan dengan kenyataan yang dialami. Gray (2001)

mendefinisikan kebosanan kerja sebagai kelelahan psikologis atau reaksi

psikologis. Reaksi psikologis ini dapat bersifat positif maupun negatif yang biasa

muncul dari ketidaknyamanan kerja dan tugas rutin karyawan.

Kebosanan kerja ditimbulkan oleh pekerjaan yang berulang-ulang dan

senada sehingga mengakibatkan minat karyawan dan energi berkerja menurun.

Tidak semua individu dapat bertahan dengan jenis pekerjaan yang berulang atau

pada pekerjaan yang sama. Karyawan atau pegawai dapat menjadi cepat lelah

dalam bekerja, sehingga akan berakibat karyawan tersebut melakukan kesalahan,

lamban dalam bekerja dan cenderung bercakap-cakap dalam bekerja.

Fenomena terjadi di Assalaam Hypermarket solo pada tahun 2012

ditemukan bahwa karyawan bagian kasir mengalami kebosanan kerja. Adapun

yang melatarbelakangi terjadi kebosanan adalah karyawan telah bekerja lebih dari

8 tahun, tidak ada rotasi jabatan pada jabatan kasir dan tidak ada kegiatan yang

membangun semangat kerja yang ada kegiatan pembaharuan SOP. Hasil survei

menunjukkan bahwa kasir mengalami hilangnya minat dan semangat kerja,

lamban dalam bekerja, cenderung bercakap-cakap, melakukan kesalahan dan

perhatian menurun. Hal ini menunjukkan bahwa masalah kebosanan sedang

terjadi di bagian kasir Assalaam Hypermarket Solo.

Page 6: NASKAH PUBLIKASI EFEKTIFITAS PELATIHAN MOTIVASI …eprints.ums.ac.id/32562/21/02.NASKAH PUBLIKASI.pdfEFEKTIFITAS PELATIHAN MOTIVASI KERJA UNTUK MENURUNKAN ... bulan pertama setelah

2

Kebosanan dalam bekerja merupakan manifestasi dari stres kerja yang

menyebabkan kurang motivasi, produktivitas menurun, ketidakpuasan kerja,

hilangnya gairah kerja (Prihatini, 2008). Pekerjaan yang membosankan akan

membawa ke arah demotivasi.

Banyak perusahaan yang melakukan berbagai tindakan pencegahan

kebosanan kerja dengan cara rotasi jabatan, melaksanakan company gathering,

memberikan kesempatan untuk melakukan cuti, mengadakan kegiatan untuk

membangkitkan atau memperbaharui motivasi kerja (Papu, 2002).Motivasi kerja

sebagai sesuatu yang menimbulkan dorongan atau semangat kerja (Manullang,

2001). Dengan kata lain motivasi kerja adalah pendorong semangat kerja untuk

mencapai prestasi kerja yang optimal.

Bentuk intervensi yang digunakan untuk menurunkan kebosanan kerja

adalah pelatihan motivasi kerja yang berorientasi pada Achievement Motivation

Training (McClelland). Achievement motivation training merupakan salah satu

kegiatan pelatihan bagi peningkatan motivasi berprestasi dalam diri seseorang.

Pelatihan ini memberi kesadaran pada seseorang untuk mengetahui potensi yang

dimilikinya dan menyuntikkan semangat yang orang bersangkutan agar

berprestasi semaksimal mungkin untuk meningkatkan produktifitas kerja.

Khususnya bagian kasir agar dapat bertahan dengan rutinitas pekerjaan dan

tingkat kebosanan menjadi berkurang, sehingga dapat memberikan pelayanan

terbaik, berkualitas dan dapat membantu mencapai tujuan perusahaan yang

optimal.

Untuk mengetahui efektifitas pelatihan motivasi kerja untuk menurunkan

kebosanan kerja, maka perlu dilakukan evaluasi pelatihan. Evaluasi

penyelenggaraan pelatihan dapat mengetahui efisiensi dan efektifitas pelatihan

(Sudiharto, 2012). Sudiharto (2012) juga mengemukakan bahwa fase evaluasi

pasca pelatihan idealnya dilaksanakan satu tahun setelah pelatihan berakhir.

Evaluasi pelatihan dalam penelitian ini dilakukan dengan harapan mengetahui

berapa lama perubahan perilaku positif terjadi setelah intervensi dilakukan. Maka

dapat diketahui efektifitas pelatihan motivasi kerja untuk menurunkan kebosanan

kerja karyawan bagian kasir.

Page 7: NASKAH PUBLIKASI EFEKTIFITAS PELATIHAN MOTIVASI …eprints.ums.ac.id/32562/21/02.NASKAH PUBLIKASI.pdfEFEKTIFITAS PELATIHAN MOTIVASI KERJA UNTUK MENURUNKAN ... bulan pertama setelah

3

LANDASAN TEORI

Wexley dan Yulk (As’ad, 1999) kebosanan disebabkan oleh aktivitas yang

sama sederhana dan berulang-ulang setiap beberapa menit atau ratusan kali setiap

hari. Sehingga untuk mengurangi rasa rasa bosan diperlukan variasi dalam

pekerjaan, menciptakan suasana kerja yang nyaman.

Gray (2001) mengemukakan kebosanan yang didefinisikan sebagai

kelelahan psikologis ini mempunyai ciri-ciri antara lain hilangnya minat terhadap

pekerjaan, menurunnya semangat kerja, adanya ketidakpuasan dalam bekerja dan

keinginan untuk mencapai tujuan berkurang.

Kebosanan kerja dapat disimpulkan bahwa suatu kondisi psikis yang

dialami seseorang yang menimbulkan perasaan dan pandangan tidak

menyenangkan terhadap tugas-tugas yang dilakukannya secara berulang-ulang,

serta enggan untuk melakukan aktivitas kerja yang sama.

Faktor yang mempengaruhi kebosanan kerja

Faktor-faktor yang mempengaruhi kebosanan kerja (Pardede, 2009),

antaralain sebagai berikut :

a. Tidak cocok dengan pekerjaannnya.

Karyawan merasa tida puas dengan kemampuannya yang digunakan

selamaini.ada keluhan bahwa mereka tidak bisa menggunakan kemampuan

yang dimiliki, sehingga kemampuannya tersebut tidak dapat berkembang.

b. Pekerjaan tidak menarik atau tidak menantang.

Karyawan menginginkan adanya perubahan, karena sudah puluhan tahun

bekerja.Sehingga sudah tidak ada lagi tantangan dalam bekerja.

c. Tidak memiliki otonomi.

Karyawan memiliki keterbatasan memilih atau memutuskan dalam melakukan

pekerjaan.Selain itu dalam bekerja mereka diawasi oleh atasan.

d. Kemungkinan promosi yang kecil.

Menurut karyawan, promosi jabatan tida bak setelah sekian lama bekerjan baru

mendapatkan kenaikan jabatan.Selain itu kriteria untuk mendapatkannya tidak

jelas.

Page 8: NASKAH PUBLIKASI EFEKTIFITAS PELATIHAN MOTIVASI …eprints.ums.ac.id/32562/21/02.NASKAH PUBLIKASI.pdfEFEKTIFITAS PELATIHAN MOTIVASI KERJA UNTUK MENURUNKAN ... bulan pertama setelah

4

e. Lingkungan kerja yang tidak menyenangkan.

Lingkungan yang bising, kotor, berdebu dan panas.

f. Pekerjaan yang monoton.

Karyawan merasa sudah terlalu lama bekerja (sudah bertahun-tahun) dan

karena pekerjaan yang monoton, hanya mengerjakan pekerjaan sehari-hari,

hingga merasa jenuh.

g. Kurangnya perhatian atas kesejahteraan karyawan.

Sebagian karyawan merasa diperlakukan dengan adil di tempat kerja,

khususnya dalam hal intensif.

h. Kurangnya umpan balik dan imbalan karyawan.

Sebagian karyawan merasa bahwa penilaian akan memberikan penghargaan

tidak jelas dan tidak sesuai dengan yang telah dilakukan. Selain itu, gaji bersih

yang diberikan belum sesuai.

i. Kurangnya motivasi dalam diri karyawan.

Karyawan merasa bahwa motivasi terasa sedikit berkurang dibandingkan

dengan awal bekerja.

Aspek-aspek yang muncul dalam kebosanan kerja

Menurut Gray (2001), aspek-aspek yang muncul dalam kebosanan kerja

adalah sebagai berikut:

a. Hilangnya minat dan semangat kerja

Pegawai menjadi tidak bergairah dalam bekerja sehingga semangat kerja

menjadi menurun.

b. Lamban dalam bekerja

Pegawai menjadi lamban dalam bekerja sehingga akan berpengaruh terhadap

tujuan dalam pekerjaannya dan waktu kurang bisa dimanfaatnya secara

optimal.

c. Cenderung bercakap-cakap saat bekerja

Pegawai sering kali berbicara saat bekerja untuk mengurangi rasa kebosanan

d. Kesalahan

Kesalahan dapat menimbulkan kerusakan pada alat yang digunakan dan

Page 9: NASKAH PUBLIKASI EFEKTIFITAS PELATIHAN MOTIVASI …eprints.ums.ac.id/32562/21/02.NASKAH PUBLIKASI.pdfEFEKTIFITAS PELATIHAN MOTIVASI KERJA UNTUK MENURUNKAN ... bulan pertama setelah

5

mengakibatkan kecelakaan kerja.

Nitiseminto (1996) mengemukakan bahwa aspek-aspek kebosanan kerja

meliputi:

a. Menurunnya semangat kerja. Pegawai yang akan mengakibatkan kegiatan-

kegiatan bekerja menjadi berkurang. Kebosanan kerja yang ada juga akan

menimbulkan kemalasan di dalam melaksanakan tugas-tugas sehingga pada

akhirnya hal tersebut akan menagkibatkan menurunnya produktivitas kerja.

b. Menurunnya perhatian. Seseorang yang telah atau merasa bosan akan

berkurang perhatiannya terhadap pekerjaannya sehingga konsentrasinya juga

akan berkurang.

c. Banyaknya kesalahan. Perhatian yang berkurang pada akhirnya akan

mengakibatkan banyak kesalahan yang dilakukan oleh pegawai di dalam

melakukan pekerjaan.

Pelatihan motivasi kerja

Pelatihan motivasi kerja adalah kegiatan yang mendorong individu untuk

memperbaiki kemampuan kerja seseorang dalam memahami pengetahuan praktis

dan penerapannya guna meningkatkan pengetahuan, keterampilan, kecakapan

serta sikap seseorang yang diperlukan organisasi dalam mencapai

tujuan.Achievement motivation training adalah salah satu jenis training yang

sering digunakan untuk berbagai kepentingan khususnya yang berkaitan erat

dengan motivasi. Pelatihan ini dikembangkan oleh McClelland. AMT merupakan

salah satu pelatihan bagi peningkatan motivasi berprestasi dalam diri seseorang.

Aspek-aspek motivasi berprestasi tinggi

Aspek motivasi berprestasi pada diri individuada enam (McClelland

(dalam Wexley & Yukl, 2000)), yaitu :

1. Bertanggungjawab dan kurang suka mendapat bantuan orang lain.

2. Mencapai prestasi dengan sebaik-baiknya.

3. Ingin hasil yang konkrit dari usahanya.

4. Memperhitungkan kemampuan diri dengan resiko sedang.

5. Tidak senang membuang-buang waktu serta gigih.

6. Memiliki antisipasi yang berorientasi kedepan.

Page 10: NASKAH PUBLIKASI EFEKTIFITAS PELATIHAN MOTIVASI …eprints.ums.ac.id/32562/21/02.NASKAH PUBLIKASI.pdfEFEKTIFITAS PELATIHAN MOTIVASI KERJA UNTUK MENURUNKAN ... bulan pertama setelah

6

Dalam penelitian ini ada tambahan aspek motivasi berprestasi Herman

(2007) yaitu :

1. Adanya dorongan untuk menyelesaikan tugas yang belum selesai.

2. Mempunyai keuletan dalam melakukan tugas yang mempunyai kesukaran

tertentu.

Evaluasi pelatihan motivasi kerja

Evaluasi pelatihan motivasi kerja disusun berdasarkan model Kirkpatrik.

Model kirkpatrik dikenalkan oleh Barclays Bank PLC dengan menggunakan

empat level evaluasi. Setiap level evaluasi pelatihan berdasarkan kepada reaksi

peserta latih yang berdampak kepada organisasi. Keempat level tersebut yaitu :

1. Level 1, reaction

Bagaimana reaksi peserta tentang program pelatihan?. Pada tahap ini

konsentrasi evaluasi pada reaksi peserta yang dapat diukur dengan

menggunakan kuesioner, segera setelah pelatihan.

2. Level 2, learning

Apa yang telah dipelajari individu?. Pada level ini konsentrasi evaluasi

kepada mengatur pemahaman peserta dan peserta telah mendemonstrasikan

hal yang telah dipelajari selama pelatihan.

3. Level 3, behavior

Apa efek jangka panjang pada penampilan individu di tempat kerjanya?

4. Level 4, result

Bagaimana perusahaan atau organisasi memperoleh keuntungan dari alumsus

peserta?. Apakah pesar moral yang telah ditingkatkan?

Dalam penelitian ini akan berfokus kepada level 3 dan 4 saja, karena level

1 dan 2 telah dilaksanakan pada masa PKPP.

METODE PENELITIAN

Subjek

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 18 karyawan bagian

kasir Assalaam. 11 kasir menjadi kelompok eksperimen dan 7 kasir menjadi

kelompok kontrol. Pengambilan sampel dilakukan dengan melakukan teknik

purposive sampling. Adapun karakteristik sampel adalah jenis kelamin laki-laki

Page 11: NASKAH PUBLIKASI EFEKTIFITAS PELATIHAN MOTIVASI …eprints.ums.ac.id/32562/21/02.NASKAH PUBLIKASI.pdfEFEKTIFITAS PELATIHAN MOTIVASI KERJA UNTUK MENURUNKAN ... bulan pertama setelah

7

dan perempuan, masa kerja minimal 8 tahun, penilaian kinerja karyawan

tergolong sedang (menggunakan standar perusahaan) dan belum pernah mengikuti

pelatihan motivasi kerja (sifat pelatihan softskill).

Instrumen

a. Skala (Angket)

Skala kebosanan kerja (pretest, posttest, follow up satu dan follow up dua yang

diadaptasi dari Rahmawati, 2007 dengan koefisien reliabilitas teruji sebesar

0,945). Tipe skala yang digunakan adalah skala likert.Data dalam penelitian ini

diperoleh dari angket yang diisi oleh partisipan kelompok eksperimen dan

kelompok kontrol pada bagian kasir.

b. Panduan Wawancara

Wawancara dirancang untuk memperoleh jawaban yang relevan dengan

masalah dan hasil penelitian. Wawancara dilaksanakan saat screening problem

dan pasca intervensi. Wawancara dilakukan kepadasupervisor dan partisipan

intervensi yang diambil secara acak saat evaluasi pelatihan wawancara

dilakukan partisipan pelatihan baik kelompok eksperimen dan kontrol

c. Panduan Observasi

Lembar kerja yang digunakan untuk panduan observasi. Observasi dilakukan

selama penelitian untuk mendapatkan data mengenai sikap dan perilaku kasir

saat bekerja baik saat sreening problem, pelaksanaan intervensi dan evaluasi.

Desain penelitian

desain penelitian ini adalah nonequivalent control group design yaitu

terdapat pretest-posttest control group design. Masing-masing kelompok akan

dikenai pretest-postest. Pada kelompok eksperimen akan diberi perlakuan yaitu

pelatihan motivasi kerja (AMT), sedangkan untuk kelompok kontrol sebagai

pembanding akan diberikan placebo (waiting list) ditempat yang berbeda. Bentuk

rancangan eksperimen pretest-posttest control group design, sebagai berikut:

Page 12: NASKAH PUBLIKASI EFEKTIFITAS PELATIHAN MOTIVASI …eprints.ums.ac.id/32562/21/02.NASKAH PUBLIKASI.pdfEFEKTIFITAS PELATIHAN MOTIVASI KERJA UNTUK MENURUNKAN ... bulan pertama setelah

8

Tabel 1

Rancangan Eksperimen

Pretest Perlakuan Posttest Follow upsatu Follow updua

KE Y1 X Y2 Y3 Y4

KK Y1 X 0 Y2 Y3 Y4

Keterangan :

KE : Kelompok eksperimen adalah kelompok yang mendapat perlakuan

KK : Kelompok kontrol adalah kelompok tanpa perlakuan

Y1 : Pemberian skala kebosanan kerja (pretest)

Y2 : Pemberian skala kebosanan kerja (posttest)

Y3 : Follow up satu

Y4 : Follow up dua

X : Perlakuan

X0 : placebo (Waiting list)

Intervensi

Intervensi dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kelompok,

dikemukakan Yalom (dalam Prawitasari, 2011). Pelatihan motivasi kerja yang

berorientasi pada Achievement Motivation training ini disusun untuk menurunkan

kebosanan kerja pada kelompok kasir. Intervensi ini mengacu kepada 2 kegiatan

yaitu menonton film semut (Harun Yahya series, 2012) dan video inspiratif

berjudul “Galuh”. Sementara intervensi ini menggunakan modul yang telah

divalidasi oleh ahli (validasi dilakukan saat PKPP). Pelaksanaan pelatihan

motivasi kerja dilakukan selama 4 jam. Selanjutnya setelah pelatihan motivasi

kerja dilakukan evaluasi pretest, follow up satu dan follow up dua. Dalam

penelitian ini berfokus pada follow up satu (3 bulan pertama setelah pelatihan) dan

follow up dua (3 bulan kedua setelah pelatihan), sehingga waktu keseluruhan

adalah 6 bulan.

Analisis

Analisis data yang metode statistik yang digunakan untuk menganalisa

data penelitian ini adalah metode statistik non parametrik. Pengujian hipotesis

dianalisis menggunakan Maan Whitney U Test, karena terdiri dari 2 kelompok

Page 13: NASKAH PUBLIKASI EFEKTIFITAS PELATIHAN MOTIVASI …eprints.ums.ac.id/32562/21/02.NASKAH PUBLIKASI.pdfEFEKTIFITAS PELATIHAN MOTIVASI KERJA UNTUK MENURUNKAN ... bulan pertama setelah

9

independent sample (eksperimen dan kontrol) dan analisis pendukung dengan uji

paired sample t-test (uji Wilcoxon). Analisis kuantitatif dilakukan dengan

menggunakan programSPSS 17.00 for windows.

HASIL PENELITIAN

Uji Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah pelatihan motivasi kerja menurunkan

kebosanan kerja. Uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis mann

whitney u untuk membandingkan skor total kebosanan kerja kelompok

eksperimen dan kelompok kontrol. Hasil analisis lengkap dapat dilihat dalam

tabel berikut:

Tabel 2

Hasil analisis Mann – Whitney Test kebosanan kerja

kelompok eksperimen dan kontrol Nilai Pretest Posttest Follow_Up_Satu Follow_Up_Dua

Z -2.571 -3.494 -2.956 -1.839

Asymp. Sig. (2-tailed) .010 .000 .003 .066

Exact Sig. [1-tailed) .008a .000

a .002

a .069

a

Taraf signifikansi pada uji statistik ini menggunakan uji hipotesis satu arah

sehingga dengan ketentuan nilai signifikansi output yang didapat menggunakan

uji two tailed maka hasilnya dibagi dua. Uji hipotesis menunjukkan nilai post test

0,000/2 (sig= 0.000), follow up satu0,03/ 2 (sig= 0.0015), dan follow up dua0,066/

2 (sig= 0.033)dapat dilihat bahwa nilai p-value < 0.05, jadi dapat disimpulkan

hipotesis diterima artinya pelatihan motivasi kerja dapat menurunkan kebosanan

kerja karyawan bagian kasir Assalaam Hypermarket Solo.

Analisis wilcoxon signedrank digunakan untuk mengetahui perubahan

rank kebosanan kerja pada kelompok eksperimen yang diperoleh sebelum dan

sesudah mengikuti pelatihan motivasi kerja. Hasil analisis adalah sebagai berikut:

Tabel 9

Hasil analisis uji Wilcoxon Signed Rank kelompok eksperimen

Test Statisticsb

pretest -

posttest

pretest -

follow_up_satu

pretest -

follow_up_dua

Z -2.943a -2.936

a -1.489

a

Asymp. Sig. (2-tailed) .003 .003 .137

a. Based on negative ranks.

b. Wilcoxon Signed Ranks Test

Page 14: NASKAH PUBLIKASI EFEKTIFITAS PELATIHAN MOTIVASI …eprints.ums.ac.id/32562/21/02.NASKAH PUBLIKASI.pdfEFEKTIFITAS PELATIHAN MOTIVASI KERJA UNTUK MENURUNKAN ... bulan pertama setelah

10

Berdasarkan tabel diatas, hasil analisis antara skor pretest dan post test

didapatkan statistik hitung (Z) = -2,943a. Karena dalam penelitian ini

menggunakan uji hipotesis satu sisi (one tail) namun Asymp. Sig. (2-tailed)

(asymptotic significanceuntuk uji dua sisi), maka nilai p-value harus dibagi dua

0,003/ 2 = 0,0015; p < 0,05. Hal ini berarti hipotesis diterima, artinya pelatihan

motivasi kerjadapat menurunkan kebosanan kerja karyawan bagian kasir.

Sedangkan hasil analisis antara skor pretest – follow up satu, statistik hitung (Z) =

-2,936a dengan Asymp. Sig. (2-tailed) = 0,003, maka nilai p-value = 0,003/ 2 =

0,0015; p < 0,05. Artinya pelatihan motivasi kerja dapat menurunkan kebosanan

kerja karyawan bagian kasir setelah pelatihan tiga bulan pertama. Kemudian hasil

analisis antara skor pretest – follow up dua, statistik hitung (Z) = -1.489a dengan

Asymp. Sig. (2-tailed) = 0,137, maka nilai p-value = 0,137/ 2 = 0,068; p > 0,05.

Artinya pelatihan motivasi kerja tidak dapat menurunkan kebosanan kerja

karyawan bagian kasir setelah pelatihan tiga bulan kedua.

PEMBAHASAN

Achievement Motivation training merupakan salah satu pelatihan yang

dikembangkan oleh McClelland sebagai usaha untuk mencapai hasil sebaik-

baiknya. Hal inilah yang mendasari penelitian ini untuk memberikan intervensi

kepada karyawan yang sedang mengalami kebosanan kerja di bagian kasir. AMT

merupakan jenis pelatihan yang dapat digunakn untuk mengembangkan dinamika

pikiran yang negatif menngantinya dengan pikiran positif sehingga dapat

menciptakan suasana hati dan muncul perilaku yang positif pula (McClelland).

Dengan harapan bahwa pelatihan ini dapat memberikan kesadaran kepada

karyawan untuk mengetahui posisi, potensi yang dimiliki dan menyuntikkan

semangat kepada yang bersangkutan untuk memiliki upaya berprestasi sebaik

mungkin, minimal didalam diri dan pekerjaannya. Karyawan mampu memberikan

sikap positif terhadap pekerjaan yang diemban, sehingga kebosanan dapat diatasi.

Motivasi pada hakikatnya dapat mencapai kinerja yang optimal (Nawas,

1997).Kinerja kasir merupakan prestasi bagi perusahaan, karena kasir merupakan

ujung tombak perusahaan yang bergerak dibidang perdagangan.Pencapaian

kinerja yang optimal dalam menyelesaikan pekerjaan merupakan salah satu

Page 15: NASKAH PUBLIKASI EFEKTIFITAS PELATIHAN MOTIVASI …eprints.ums.ac.id/32562/21/02.NASKAH PUBLIKASI.pdfEFEKTIFITAS PELATIHAN MOTIVASI KERJA UNTUK MENURUNKAN ... bulan pertama setelah

11

kebutuhan manusia.Kebutuhan ini timbul karena adanya dorongan dalam diri

seseorang, baik dari dalam mapun dari luar dirinya. Sebagai karyawan kasir juga

harus menunjukkan kinerja yang dapat membantu perusaaan mencapai tujuan

perusahaan. Motivasi kerja untuk karyawan merupakan upaya untuk

meningkatkan kemampuan diri karyawan dalam menjalankan pekerjaannya.

Kemampuan diri bisa berupa ketrampilan mengerjakan pekerjaan yang dapat

meningkatkan produktifitas. Produktifitas yang dihasilkan adalah prestasi

karyawan yang dapat menunjang tercapainya tujuan perusahaan. Sehingga

memberikan motivasi kerja bagi karyawan merupakan hal penting bagi

perusahaan untuk mencapai tujuan perusahaan. Djatmiko (2005) mengungkapkan

motivasi merupakan suatu proses yang mendorong mengarahkan dan memelihara

perilaku manusia kearah pencapaian tujuan perusahaan.

Kebosanan kerja terjadi pada karyawan umumnya karena kondisi

pekerjaan yang monoton dan diulang-ulang. Selain itu juga kurangnya motivasi

bagaimana karyawan memiliki sikap positif terhadap pekerjaan yang dilakukan.

Terutama karyawan yang telah bekerja dalam waktu yang lama, tanpa adanya

rotasi. Seperti yang dikemukakan oleh Pardede (2009) bahwa faktor yang

mempengaruhi terjadinya kebosanan kerja adalah bekerja dalam pekerjaan yang

monoton dan kurangnya motivasi terhadap karyawan.

Kebosanan kerja merupakan manifestasi dari stres kerja yang

menyebabkan kurang motivasi, produktifitas menurun, ketidakpuasan kerja dan

hilangnya gairah kerja (Prihatini, 2008). Adapun fakta yang diperoleh dari

penelitian ini adalah karyawan kurang bersemangat saat bekerja, lambat dalam

melakukan pekerjaan, senang bercakap-cakap saat bekerja, karyawan melakukan

kesalahan saat bekerja dan perhatian terhadap tugas menurun.

Hasil akhir yang diharapkan dalam penelitian ini adalah mengetahui

pengaruh pelatihan motivasi kerja untuk menurunkan kebosanan kerja pada

karyawan bagian kasir Assalaam Hypermarket Solo. Diperoleh hasil analisis data

bahwa pelatihan motivasi kerja dapat menurunkan kebosanan kerja karyawan

bagian kasir Assalaam Hypermarket Solo. Hal ini berarti variabel pelatihan

motivasi kerja dapat dijadikan variabel bebas untuk menurunkan kebosanan kerja

Page 16: NASKAH PUBLIKASI EFEKTIFITAS PELATIHAN MOTIVASI …eprints.ums.ac.id/32562/21/02.NASKAH PUBLIKASI.pdfEFEKTIFITAS PELATIHAN MOTIVASI KERJA UNTUK MENURUNKAN ... bulan pertama setelah

12

karyawan bagian kasir. Hasil analisis Mann Whitney U Test, uji hipotesis

menunjukkan nilai posttest 0,000/2 (sig= 0.000), follow up satu0,03/ 2 (sig=

0.0015), dan follow up dua0,48/ 2 (sig= 0.024)dapat dilihat bahwa nilai p-value <

0.05, jadi dapat disimpulkan hipotesis diterima. Hal ini menunjukkan bahwa

pelatihan motivasi kerja dapat menurunkan kebosanan kerja karyawan bagian

kasir Assalaam Hypermarket Solo.

Pelatihan motivasi kerja dalam penelitian ini berorientasi pada AMT. Ada

4 aspek AMT yang digunakan untuk menurunkan hilangnya minat dan semangat

kerja, yaitu bagaimana individu diberikan pelajaran untuk bertanggungjawab,

mampu mencapai prestasi sebaik-baiknya, menciptakan bagaimana individu

memiliki keinginan memperoleh hasil yang konkrit dan memiliki dorongan untuk

menyelesaikan tugas. Materi ini diberikan dengan teknik audio visual menonton

film Galuh. Dimana Galuh merupakan sosok wanita diffabel yang berjuang untuk

hidupnya. Kemudian untuk menurunkan melakukan kesalahan dan perhatian

menurun digunakan 3 aspek AMT yaitu bagaimana individu mengetahui untuk

memperhitungkan diri, pentingnya memiliki keuletan dalam melakukan pekerjaan

dan mampu mengantisipasi masa depan. Materi ini diberikan dengan teknik audio

visual menonton film Semut. Dimana semut sebagai makhluk Tuhan yang

memiliki kinerja yang luar biasa. Melalui materi diatas, maka pelatihan motivasi

kerja dapat menurunkan 3 aspek kebosanan kerja yang bertahan selama 6 bulan

semenjak pelatihan motivasi kerja. Adapun aspek kebosanan yang menurun

adalah hilangnya minat dan semangat kerja, melakukan kesalahan dan perhatian

menurun. Hal ini terjadi karena pelatihan motivasi kerja (AMT) didesain dengan

pendekatan kognitif dan afektif. Metode audio visual digunakan sebagai teknik

untuk mendapatkan gambaran, pandangan dan reaksi psikologis terhadap sebuah

topik bahasan dengan tujuan belajar berada pada ranah kognitif dan afektif

(Toisuta, 2013). Selain itu 2 bulan setelah pelatihan manajemen membuat sistem

kerja baru yaitu dengan shift. Hal ini sependapat dengan Munandar (2001) bahwa

efek shift kerja yang teratur dan dilakukan variasi secara berkala dapat

miminimalisir kebosanan kerja karyawan dengan tipe pekerjaan monoton.

Page 17: NASKAH PUBLIKASI EFEKTIFITAS PELATIHAN MOTIVASI …eprints.ums.ac.id/32562/21/02.NASKAH PUBLIKASI.pdfEFEKTIFITAS PELATIHAN MOTIVASI KERJA UNTUK MENURUNKAN ... bulan pertama setelah

13

Adapun untuk menurunkan aspek lamban dalam bekerja digunakan 3

aspek AMT yaitu bagaimana individu mengetahui untuk memperhitungkan diri,

pentingnya memiliki keuletan dalam melakukan pekerjaan dan mampu

mengantisipasi masa depan. Materi ini diberikan dengan teknik audio visual

menonton film Semut.Dimana semut sebagai makhluk Tuhan yang memiliki

kinerja yang luar biasa.Hasil menunjukkan bahwa 3 aspek AMT ini tidak dapat

menurunkan aspek lamban dalam bekerja.Aspek lamban dalam bekerja bertahan

pada 3 bulan terakhir.Adapun hal yang melatarbelakangi perubahan ini adalah

aspek lamban dalam bekerja memiliki pendekatan psikomotorik sedangkan

pelatihan ini menggunakan pendekatan kognitif dan afektif sehingga tidak dapat

memberikan perubahan yang berarti.Metode audio visual digunakan sebagai

teknik untuk mendapatkan gambaran, pandangan dan reaksi psikologis terhadap

sebuah topik bahasan dengan tujuan belajar berada pada ranah kognitif dan afektif

(Toisuta, 2013).Berbeda dengan tiga bulan kedua justru menunjukkankan hasil

signifikan, bahwa perubahan yang terjadi karena ada kegiatan yang dilakukan oleh

supervisor kasir tentang standar pelayanan kasir terutama kecepatan kerja atau

pelayanan. Sehingga kondisi ini yang mempengaruhi lamban dalam bekerja

berkurang.

Aspek kebosanan kerja yang terakhir adalah cenderung bercakap-cakap

saat bekerja, hal ini dibidik menggunakan 2 aspek AMT, yaitu bagaimana

individu tidak senang membuang-buang waktu, memiliki kegigihan kerja dan

bertanggungjawab atas dirinya sendiri. Aspek ini diberikan menggunakan teknik

audio visual film Semut dan Galuh.Dimana dua film ini sangat menginspirasi

karena semut merupakan makhluk Tuhan yang memiliki kinerja yang luar biasa

dan Galuh merupakan sosok wanita diffabel yang berjuang untuk hidupnya.Hasil

dari pemberian pelatihan dengan materi ini menunjukkan hasil bahwa ada 1 aspek

yang hanya menurunkan kebosanan saja, namun tidak dapat dipertahankan yaitu

aspek cenderung bercakap-cakap saat bekerja. Adapun hal yang melatarbelakangi

adalah aspek ini memiliki pendekatan psikomotorik sedangkan pelatihan ini

menggunakan pendekatan kognitif dan afektif sehingga tidak dapat memberikan

perubahan yang berarti. Beberapa pastisipan merasa bahwa ia merasa pekerjaan

Page 18: NASKAH PUBLIKASI EFEKTIFITAS PELATIHAN MOTIVASI …eprints.ums.ac.id/32562/21/02.NASKAH PUBLIKASI.pdfEFEKTIFITAS PELATIHAN MOTIVASI KERJA UNTUK MENURUNKAN ... bulan pertama setelah

14

monoton diulang-ulang terus setiap harinya. Sehingga dirasa semakin hari

semakin bosan. Sejalan dengan teori wexley & Yulk (2000) yang menyatakan

pekerjaan yang monoton dan diulang-ulang merupakan faktor kebosanan kerja.

Selain itu ada kecenderungan ketika orang sedang bosan tidak dapat mengontrol

untuk berdiam diri. Hal ini sependapat dengan Porter dan Hackman (2000) bahwa

karyawan dalam kondisi bosan terhadap pekerjaan yang rutin tidak dapat

mengendalikan diri untuk mencari cara berekspresi.

Dalam pelatihan motivasi kerja ini ada 1 sesi terakhir yaitu komitmen.

Komitmen disini diberikan setelah menonton film Semut dan Galuh. Melalui sesi

ini partisipan diarahkan dapat berkomitmen dalam mengaplikasikan ilmu dalam

pengalamannya setelah mengikuti serangkaian pelatihan motivasi kerja yang

berorientasi pada AMT.

Penelitian ini menunjukkan bahwa pelatihan motivasi kerja efektif untuk

menurunkan kebosanan kerja.Frekuensi keberhasilan untuk menurunkan

kebosanan kerja sudah tentunya berbeda–beda. Perbedaan frekuensi ini dapat

dilihat dengan membandingkan selisih antara skor pretest dengan posttest, posttest

dengan follow up satu dan follow up satu dengan follow up dua. Perbedaan ini

juga tergantung pada seberapa besar komitmen individu yang bosan untuk

mengubah pandangan dan tingkah lakunya menjadi lebih positif. Disampaikan

juga oleh Taylor dan Sherman bahwa kebiasaan menjaga cara pikir positif dalam

menghadapi situasi yang tidak sesuai dengan dirinya dapat memperkuat

optimisme individu, sehingga menciptakan umpan balik yang positif (Linley &

Joseph, 2004).

Berdasarkan pembahasan di atas dapat dicermati bahwa setiap aspek

menunjukkan keunikan yaitu ada 3 aspek yang masih bertahan sampai bulan

keenam, 1 aspek tidak bertahan namun hanya menunjukkan penurunan pada tiga

bulan kedua dan 1 aspek sama sekali tidak bertahan. Secara garis besar

pembahasan ini dapat di analisis menggunakan model kirkpatrik dengan 4 level.

Level 1 dan 2 telah ditelaah pada masa PKPP (terlampir), sehingga pada

penelitian ini melengkapi dengan telaah level 3 dan 4.

Page 19: NASKAH PUBLIKASI EFEKTIFITAS PELATIHAN MOTIVASI …eprints.ums.ac.id/32562/21/02.NASKAH PUBLIKASI.pdfEFEKTIFITAS PELATIHAN MOTIVASI KERJA UNTUK MENURUNKAN ... bulan pertama setelah

15

Adapun hal yang melatarbelakangi secara umum berdasarkan evaluasi

Kirkpatrik pada level 3 adalah partisipan pertama kali menganggap bahwa

pelatihan akan membosankan dan tidak bermanfaat. Namun justru di dalam

pelatihan banyak yang mengapresiasi positif acara ini.Selain itu, sebagian besar

merasakan perasaan yang positif terhadap pelatihan, hal ini berkaitan dengan

manfaat pelatihan yang didapat, metode dan suasana pelatihan yang

menyenangkan dan tidak melelahkan. Sejalan dengan pendapat supervisor kasir,

bahwa para kasir merasakan sikap yang lebih positif pasca pelatihan diantaranya

yaitu menjadi lebih semangat, lebih mau mengkoreksi diri, lebih terbuka dan ingin

mengenal antar anggota, serta ingin segera melakukan perbaikan diri dan

pekerjaan. Terutama sikap bermalas-malasan menurun, semangat kerja meningkat

dan perhatian terhadap pekerjaan meningkat, namun masih senang bercakap-

cakap dengan kasir lain saat bekerja.

Dilengkapi dengan evaluasi level 4 menunjukkan bahwa tanggapan

terhadap pelaksanaan acara dinilai positif serta apabila kita melihat pengetahuan,

sikap dan ketrampilan yang didapat oleh partisipan sesuai dengan tujuan materi

dengan yang direncanakan. Kondisi yang demikian membuat kelompok partisipan

dalam hal ini kasirmemiliki prestasi kerja meningkat, meski sikap positif terhadap

pekerjaan tidak dapat dipertahankan selama enam bulan. Hal ini terbukti bahwa

pada bagian kasir tidak terjadi komplain pelanggan dan omset perusahaan

meningkat.Sehingga dapat dikatakan bahwa masa untuk mempertahankan

kebosanan kerja efektif untuk tiga bulan pertama, namun tidak efektif untuk tiga

bulan kedua. Dengan demikian dapat disimpulkan pelatihan motivasi kerja (AMT)

efektif dapat menurunkan kebosanan kerja karyawan bagian kasir Assalaam

Hypermarket Solo.

KESIMPULAN

Berdasakan hasil analisis data dan pembahasan menunjukkan ada

perbedaan kebosanan kerja pada kasir yang mengikuti pelatihan motivasi kerja

dengan kasir yang tidak mengikuti pelatihan motivasi kerja. Analisis kelompok

kasir menunjukkan skor pretest 129,09 dengan kategori agak tinggi, skor posttest

109,27 dengan kategori sedang, skor follow up satu 114,3 dengan kategori

Page 20: NASKAH PUBLIKASI EFEKTIFITAS PELATIHAN MOTIVASI …eprints.ums.ac.id/32562/21/02.NASKAH PUBLIKASI.pdfEFEKTIFITAS PELATIHAN MOTIVASI KERJA UNTUK MENURUNKAN ... bulan pertama setelah

16

sedang dan skor follow up dua 126,4 dengan agak tinggi. Maka dapat

disimpulkan bahwa pelatihan motivasi kerja dapat menurunkan kebosanan kerja

pada karyawan bagian kasir Assalaam Hypermarket Solo. Pelatihan motivasi kerja

efektif menurunkan kebosanan kerja pada karyawan bagian kasir selama tiga

bulan pertama setelah pelatihan, namun tidak efektif untuk tiga bulan kedua

setelah pelatihan.

Page 21: NASKAH PUBLIKASI EFEKTIFITAS PELATIHAN MOTIVASI …eprints.ums.ac.id/32562/21/02.NASKAH PUBLIKASI.pdfEFEKTIFITAS PELATIHAN MOTIVASI KERJA UNTUK MENURUNKAN ... bulan pertama setelah

17

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2007). Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:

Renika Cipta

As’ad, M. (1999). PsikologiIndustri:Seri IlmuSumberDayaManusia. Edisi ke-4.

Yogyakarta: Liberty.

Atewologun, D. & Doldor, E. (2013). Women at the top: where now, what next?.

Reflection on the british psychological society’s division of occupational

psychology 2012 conference. Equality, diversity and inclusion: An

International Journal, Vol. 32. No 2

Azwar, S. (2001). Metode Penelitian. Edisi ke-3. Yogyakarta: Penerbit Pustaka

Pelajar

Azwar, S. (2009). Reliabilitas dan validitas. Yogyakarta: Sigma Alpha.

Djatmiko. (2005). Perilaku Organisasi. Bandung: CV. Alfabeta.

Geiwitz, P. J. (1996). “ Structure of Boredom” Journal of Personality and Social

Psychology. Vol. pp 592 – 600.

Gibson, J. L. (2005). Organisasi: Perilaku, Struktur; Proses, Jilid 1, Edisi Kelima.

Jakarta: Erlangga.

Gray, P. (2001). Customer relationship management”.Journal of Marketing

Research.

Halonen, J. S & Santrock, J. W. (1999). Psychology: Context and Application,

Edisi Ketiga. New York: McGraw Hill. Retrieved from 27/

produktivitaskerja. 29 September 2009

Hamidum. (2007). Produktivitas Kerja. http://hamidum.wordpress.com/ 2007/11

Heckhausen. (1967). The Anatomy of Achievement Motivation. New York :

Academic Press.

Herman, T. (2007). Pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan

kemampuan berpikir matematis tingkat tinggi sekolah menengah

pertama. Cakrawala Pendidikan.

Jewell, L. N. & Siegall, M. (1998). Psikologi Industri/ Organisasi Modern:

Psikologi Penerapan Untuk Memecahkan Berbagai Masalah Di Tempat

Kerja, Perusahaan, Industry Dan Organisasi. Ed-2. Jakarta: Arcan.

Page 22: NASKAH PUBLIKASI EFEKTIFITAS PELATIHAN MOTIVASI …eprints.ums.ac.id/32562/21/02.NASKAH PUBLIKASI.pdfEFEKTIFITAS PELATIHAN MOTIVASI KERJA UNTUK MENURUNKAN ... bulan pertama setelah

18

Lintje. S. (2012). Kelelahan kerja. Ergonomi fit. Jurnal Kesehatan.

Linley, P. A., & Joseph, S. (2004). Positive Psychology in Practice. USA: Jonh

Wiley & Sons, Inc.

Lubis. (2013). Pengaruh Pelatihan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Karyawan

PT Perkebunan Nusantara IV (Persero). Tesis (tidak diterbitkan),

Medan.

Martoyo. (2007).ManajemenSumberDayaManusia.Edisi 5.CetakanPertama.

Yogyakarta: BPFE.

Mangkunegara, A. P. (2005). SumberDaya Manusia Perusahaan. Bandung:

Remaja Rosdakarya.

Manullang. (2001). ManajemenPersonalia. Yogyakarta.Gajah Mada University

Press.

McClelland. (1987).Human Motivation. New York:Cambridge University Press.

Moekijat. (1991). Latihan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia.

Bandung:PT Mandar Maju.

Munandar, A. S. (2001). Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta: UI-Press.

Murcita. (2008). Efektifitas Achievement Motivation Training Terhadap

Peningkatan Motivasi Berprestasi Dalam Menghadapi Ujian Nasional

Pada Siswa Kelas XII SMA Negeri 2 Ungaran. Skripsi(tidak diterbitkan),

UNIKA, Semarang.

Nitisemito, A. S. (1996). ManajemenPersonalia (Manajemen Sumber Daya

Manusia). Jakarta: Ghalia Indonesia.

Notoatmodjo, S. (2003). Pendidikandanperilakukesehatan. Jakarta: PT. Rineka

Cipta.

Nurmianto. (1998). Ergonomi: Konsep Dasar dan Aplikasi. Edisi I. cetakan II.

Jakarta: Guna Widya.

Papu, J. (2002). Kebosanan Kerja. Retrieved from html://www.e-

psikologi.com/masalah/1110902.html

Pardede. (2009). Telaah Kebosanan Kerja Karyawan Pabrik SSP II Unit

Peleburan PT. KS dan Cara Untuk Mengatasinya. Jurnal Penelitian

Psikologi. No. 1. Volume 14. Juni.

Page 23: NASKAH PUBLIKASI EFEKTIFITAS PELATIHAN MOTIVASI …eprints.ums.ac.id/32562/21/02.NASKAH PUBLIKASI.pdfEFEKTIFITAS PELATIHAN MOTIVASI KERJA UNTUK MENURUNKAN ... bulan pertama setelah

19

Porter, L. L. : Edward. E. ;dan Hackman, R. (2000). Behavior in Organization,

International Student Adition. McGraw Hill Kogakusha, Ltd Tokyo.

Prawitasari, J. E. (2011). Psikologi Klinis: Pengantar terapan mikro & makro.

Jakarta: Erlangga s

Prihatini, L. D. (2008). Analisis hubungan beban kerja dengan stress kerja

perawat di tiap ruang rawat inap RSUD Sidikalang. Thesis: Jurnalilmiah.

USU e-Resipatory.

Rahmawati. (2007). Hubungan antara karakteristik Pekerjaan Dan

SikapTerhadap lingkungan kerja dengan kebosanan kerja. Skripsi

(tidakditerbitkan), Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta.

Robbins, S. P. (2001). PerilakuOrganisasi, Konsep, Kontroversi, Aplikasi. Alih

bahasa Hadyana Puja Atmaka dan Benyamin Molan. Prenhallindo.

Riduwan. (2009). Belajar Mudah Penelitian untuk Guru, Karyawan dan Peneliti

Pemula. Bandung: Alfabeta

Santoso, S. (2014). Statistik Non Paramatrik (Edisi Revisi). Jakarta: PT. Elex

Media Komputindo.

Satriani, S. (2012). Dampak Kebosanan di Tempat Kerja. Hiffington Post.

(http://www.tempo.co) diunduh Feb 2012.

Schult, M. (2003). The Cycles of Corporate Branding: The Case of the LEGO

Company. California Management Review 46.

Siagian, S. P. (2002). Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta:PT. Gunung

Agung.

Simamora, H. (2004). ManajemenSumberDayaManusia. Edisi ketiga.

Yogyakarya: Bagian penerbit STIE YKPN.

Smith. (2011).Achievement Motivation Training: An Evidence-Based Approach

to Enhancing Performance. Retrieved from

http://counselingoutfitters.com/vistas/vistas11/Article_56.pdf

Sudiharto. (2012). Siklus Evaluasi Pelatihan. Jakarta: PT. Elex Media

Komputindo.

Sugiyono. (2008). Statistik Untuk Penelitian. Bandung: CV. ALFABETA.

Page 24: NASKAH PUBLIKASI EFEKTIFITAS PELATIHAN MOTIVASI …eprints.ums.ac.id/32562/21/02.NASKAH PUBLIKASI.pdfEFEKTIFITAS PELATIHAN MOTIVASI KERJA UNTUK MENURUNKAN ... bulan pertama setelah

20

Sukarno. (2002). Sistem Pengendalian Manajemen: Suatu Pendekatan Praktis.

Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Toisuta, W. 2013. Pelatihan Bagi Perancangan Pelatihan. Jakarta: The institute

Good governance and ragional development (IGGRD)

Wexley & Yulk. (2000). Perilaku Organisasi dan Psikologi dan Psikologi

Personalia. Alih bahasa Muh Shobaruddin. Jakarta: Rineka Cipta.

Wyatt, Langdon, & Stock. (2001). Perspektive on boredom. Psychoterapy and the

bored patient. Journal of Business and Psychology

Page 25: NASKAH PUBLIKASI EFEKTIFITAS PELATIHAN MOTIVASI …eprints.ums.ac.id/32562/21/02.NASKAH PUBLIKASI.pdfEFEKTIFITAS PELATIHAN MOTIVASI KERJA UNTUK MENURUNKAN ... bulan pertama setelah

21

DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENYUSUN

Nama : Indah Syarif Kurniawati

Tempat tanggal lahir : Kab. Semarang, 26 Desember 1987

NIM : T100 100 148

Bidang Mayoring : Psikologi Industri dan Organisasi

Judul Tesis : Efektivitas pelatihan Motivasi Kerja untuk Menurunkan

Kebosanan Kerja Karyawan Bagian Kasir Assalaam

Hypermarket Solo

Alamat : Geneng – Medayu, Rt: 20/05, Kec. Suruh, Kab. Semarang

No Hp : 085225866376

Email : [email protected]