nutrisi pada geriatri_refrat

53
REFERAT NUTRISI PADA GERIATRI Disusun oleh : Gizara Sugihartono G 0004104 Dewi Kartika DJ Anwar G 0005079 Fitriana Nurwinarsih G 0005099 Ismawardi G 0005118 Noer Azizah G 0005141 Pembimbing : dr. Fatichati B, Sp. PD KEPANITERAAN KLINIK SMF ILMU PENYAKIT DALAM 1

Upload: gizara

Post on 25-Jun-2015

813 views

Category:

Documents


18 download

TRANSCRIPT

Page 1: Nutrisi Pada Geriatri_REFRAT

REFERAT

NUTRISI PADA GERIATRI

Disusun oleh :

Gizara Sugihartono G 0004104

Dewi Kartika DJ Anwar G 0005079

Fitriana Nurwinarsih G 0005099

Ismawardi G 0005118

Noer Azizah G 0005141

Pembimbing :

dr. Fatichati B, Sp. PD

KEPANITERAAN KLINIK SMF ILMU PENYAKIT DALAM

FAKULTAS KEDOKTERAN UNS/RSUD DR MOEWARDI

S U R A K A R T A

2010

1

Page 2: Nutrisi Pada Geriatri_REFRAT

BAB I

PENDAHULUAN

Tetap berprestasi dimasa tua adalah harapan setiap insan, baik individu itu

sendiri maupun keluarga dan kerabatnya. Namun demikian, tidak setiap harapan

dapat diwujudkan dengan mulus. Harapan yang demikian pernah dikemukakan

oleh seorang Gerontolog dari Amerika yang menyatakan "Not only add years to

life, but also life to years" atau jangan hanya menambah tahun pada kehidupan,

tetapi juga menambah kehidupan pada tahun-tahun itu.

Dengan adanya kemajuan ilmu dan teknologi, termasuk teknologi

kedokteran, maka umur harapan hidup manusia menjadi lebih panjang dan umur

rata-rata penduduk menjadi lebih tua. Tetapi, menambah panjang umur tanpa

peningkatan kualitas hidup tentunya tidak cukup, karena hanya akan menambah

panjang penderitaan bagi individu tersebut maupun keluarga dan masyarakat, baik

ditinjau dari segi budaya, sosial, maupun ekonomi. Dengan bertambahnya usia,

ditunjang kemunduran kemampuan psikis dan fisik, serta menderita berbagai

penyakit, merupakan keadaan yang sangat tidak diharapkan. Padahal, pada

kenyataannya terdapat beberapa orang usia lanjut yang masih mempunyai

keinginan dan harapan-harapan yang ingin dicapai.

Pembahasan tentang proses menua semakin sering muncul seiring dengan

semakin bertambahnya populasi usia lanjut di berbagai belahan dunia. Telah

banyak dikemukakan bahwa proses menua amat dipengaruhi oleh faktor genetik

dan lingkungan. Proses menua bukanlah sesuatu yang terjadi hanya pada orang

berusia lanjut, melainkan suatu proses normal yang berlangsung sejak maturitas

dan berakhir dengan kematian. Namun demikian, efek penuaan tersebut menjadi

lebih terlihat setelah usia 40 tahun.1

Secara umum dapat dikatakan terjadi kecenderungan menurunnya

kapasitas fungsional baik pada tingkat seluler maupun pada tingkat organ sejalan

dengan proses menua. Akibat penurunan kapasitas fungsional tersebut, orang

berusia lanjut umumnya tidak berespon terhadap berbagai rangsangan internal

maupun eksternal. Menurunnya kapasitas untuk berespon terhadap lingkungan

2

Page 3: Nutrisi Pada Geriatri_REFRAT

internal cenderung membuat orang usia lanjut kesulitan untuk memelihara

kestabilan status fisik dan kimiawi dalam tubuh. Gangguan pada homeostasis

tubuh tersebut dapat memudahkan terjadinya berbagai disfungsi sistem organ.1

Nutrisi merupakan penentu yang sangat penting terhadap kesehatan, fungsi

fisis, dan kognitif, vitalitas, kualitas hidup keseluruhan, dan panjangnya usia.

Status nutrisi memiliki dampak utama pada timbulnya penyakit dan hendaya pada

usia lanjut. Kecenderungan pola diet saat ini di negara – negara yang sedang

berkembang adalah menuju diet tinggi lemak yang ikut menambah resiko

penyakit kronik.2

Prevalensi malnutrisi meningkat seiring dengan timbulnya kelemahan dan

ketergantungan fisik pada geriatri. Selain malnutrisi, obesitas dan defisiensi

mikronutrien juga kerap terjadi pada populasi lanjut usia yang kemudian akan

mencetuskan berbagai penyakit kronik.2

A. Batasan Usia Lanjut

Batas umur untuk usia lanjut dari waktu ke waktu berbeda. WHO

membagi umur tua sebagai berikut:

1. Umur lanjut (elderly): 60--74 tahun

2. Umur tua (old): 75--90 tahun

3. Umur sangat tua (very-old): > 90 tahun

B. Beberapa Jenis Penyakit pada Kelompok Usia Lanjut

Jenis penyakit yang ditemukan pada kelompok usia lanjut sebenarnya

tidak berbeda dengan yang ditemukan pada kelompok usia lebih muda. Penyakit

yang diketemukan pada usia lanjut antara lain osteoporosis, osteomalasia,

dementia, penyakit alzheimer, katarak, dan otosklerosis. Beberapa penyakit yang

frekuensinya lebih lebih tinggi dari usia muda lainnya antara lain osteoartritis,

artritis reumatoid, penyakit keganasan, penyakit parkinson, dan gangguan

pembuluh darah otak (cerebro-vascular disease = CVD). Beberapa penyakit lain

yang menimbulkan masalah pada kelompok usia lanjut, misalnya diabetes militus,

hipertensi, penyakit infeksi, bronkopneumonia, penyakit paru obstruksi menahun,

tuberkulosis, fraktur, dan lain-lain. 3

Page 4: Nutrisi Pada Geriatri_REFRAT

C. Transisi Nutrisi

Penyebab kematian utama pada usia lanjut adalah penyakit vaskuler dan

penyakit kronik yang menyertainya. Upaya pencegahan penyakit ini dilakukan

melalui pola hidup sehat yang mencakup aktivitas fisik, diet bergizi, dan tidak

merokok. Bersamaan dengan pesatnya peningkatan populasi usia lanjut,

didapatkan bukti perubahan tingkah laku dan pola aktivitas fisik yang

meningkatkan resiko timbulnya penyakit kronis. Hal ini disebut dengan transisi

nutrisi.2

Bagan 1. Transisi Nutrisi

D. Metabolisme Energi

Produksi energi untuk tiap m2 luas tubuh menurun secara progresif dengan

bertambahnya usia. Rata – rata penurunannya adalah 12kal/m2/jam untuk tiap

tahun antara usia 20 sampai dengan 90 tahun. Penurunan ini terjadi oleh karena

berkurangnya jaringan aktif (metabolizing tissue) sejalan dengan bertambahnya

usia.

4

adekuat & hati-hati

Nutrisi optimal

Aneka ragamTinggi lemakRendah serat

tidak hati-hati

obesitaspeny kronik

Gizi kurang, penyakit infeksi

Progresivitas Makanan olahan, Diet barat modern

Urbanisasi, pertumbuhan ekonomi, diet tradisional pedesaan

Kurang variasiKurang lemakTinggi serat

tidak adekuat

Page 5: Nutrisi Pada Geriatri_REFRAT

Produksi ini merupakan produksi untuk metabolisme basal ditambah

dengan energi untuk aktivitas. Kebutuhan energi untuk aktivitas menurun lebih

besar daripada untuk metabolism basal, terutama pada lansia.5

5

Page 6: Nutrisi Pada Geriatri_REFRAT

BAB II

ANATOMI DAN FISIOLOGI

Menua (aging) merupakan proses normal yang dimulai sejak konsepsi dan

berakhir saat kematian. Selama periode pertumbuhan, proses anabolisme

melampaui proses katabolisme. Pada saat tubuh sudah mencapai tingkat

kematangan fisiologik, kecepatan katabolisme atau proses degenerasi lebih besar

daripada proses regenerasi sel. Akibat yang timbul adalah hilangnya sel – sel yang

berdampak dalam bentuk penurunan efisiensi dan gangguan fungsi organ.

A. Komposisi tubuh

Sarcopenia (berkurangnya massa, kekuatan, dan kualitas otot). menua

ditandai dengan kehilangan lean body mass secara progresif dan perubahan di

semua sistem dalam tubuh manusia. berikut ini adalah perubahan fisiologik

yang berhubungan dan mempengaruhi status gizi lansia.5

B. Indera

Indera pengecap, pencium, dan penglihatan menurun yang akan secara

langsung dan tak langsung mempengaruhi nafsu dan asupan makan. Papila

pengecap mulai mengalami atrofi pada usia 50 tahun, dari jumlah 245 pada

anak menjadi hanya 88 pada usia 74 – 85 tahun. Terjadi penurunan sensitifitas

terhadap rasa manis dan asin. Selain itu muncul glossodyna atau nyeri pada

lidah.3,4,5

C. Saluran Gastrointestinal

Terjadi perubahan – perubahan pada kemampuan digesti dan absorbsi

yang terjadi sebagai akibat hilangnya opioid endogen dan efek berlebihan dari

kolesistokin. Akibat yang muncul adalah anoreksia. Atropi gastritis,

menurunnya motilitas usus hingga terjadi konstipasi, gigi tanggal dan karies

sehingga menimbulkan rasa nyeri dan gangguan pengunyahan, menurunnya

sekresi saliva dan mucus hingga terjadi gangguan pengunyahan dan

penelanan, disfagia, menurunnya sekresi asam lambung, hiperchlorhidria

yakni berkurangnya sel parietal mukosa lambung yang akan mengakibatkan

penurunan absorbsi kalsium dan non-hem iron, overgrowth bakteri yang

6

Page 7: Nutrisi Pada Geriatri_REFRAT

terjadi dapat menurunkan bioavailibilitas B12, malabsorbsi lemak, penurunan

fungsi asam empedu, dan diare.3,4,5

D. Metabolisme

Pada lansia dapat terjadi penurunan toleransi glukosa yang akan

mengakibatkan kenaikan glukosa dalam plasma sekitar 1,5 mg/dl untuk tiap

dekade umur. Hal ini terjadi mungkin karena penurunan produksi insulin atau

karena respon jaringan terhadap insulin yang menurun. Metabolisme basal

(BM) menurun sekitar 20% antara usia 30 – 90 tahun. Hal ini terjadi karena

berkurangnya lean body mass pada lansia.5

E. Ginjal

Fungsi ginjal menurun sekitar 50% antara usia 30 – 80 tahun. Reaksi

respon asam basa terhadap perubahan metabolik melambat. Pembuangan sisa

metabolisme protein dan elektrolit yang harus dilakukan ginjal akan

merupakan beban tersendiri.5

F. Sistem saraf

Menurunnya regulasi selera makan, rasa haus, serta fungsi indra.3,4

G. Endokrin

Menurunnya kadar estrogen, progesterone, GH, dan toleransi glukosa.3,4

Tabel 1. Faktor fisiologis dan metabolik yang mempengaruhi kebutuhan gizi3

Faktor Efek terhadap kebutuhan

Atropik gastritis Meningkatkan kebutuhan akan folat, Ca, Vit K, B12, dan besi

Menurunnya sintesis Vit D di kulit, gangguan aktivasi renal, menurunnya respon GIT terhadap 1,25(OH)2D3

Meningkatkan kebutuhan vitamin D dan kalsium

Retensi Vitamin A, perubahan metabolisme hepar

Berkurangnya kebutuhan vitamin A

Peningkatan homosistein Meningkatkan kebutuhan folat dan vitamin B12

7

Page 8: Nutrisi Pada Geriatri_REFRAT

BAB III

JENIS GANGGUAN GIZI PADA USIA LANJUT

Gangguan gizi yang dapat muncul pada usia lanjut dapat berbentuk gizi

kurang maupun gizi lebih. Gangguan ini dapat menyebabkan munculnya penyakit

atau terjadi sebagai akibat dari penyakit tertentu. Oleh karena itu langkah pertama

yang harus dilakukan adalah menentukan terlebih dahulu ada tidaknya gangguan

gizi, mengevaluasi faktor – faktor yang berhubungan dengan gangguan gizi serta

merencanakan bagaimana gangguan gizi teresebut dapat diperbaiki.5

A. Malnutrisi Energi Protein

1. Definisi

Manutrisi energi protein adalah kondisi dimana energi dan atau

protein yang tersedia tidak mencukupi kebutuhan metabolik. Hal ini dapat

terjadi karena buruknya asupan protein atau kalori, meningkatnya

kebutuhan metabolik bila terdapat penyakit atau trauma, atau

meningkatnya kehilangan zat gizi. Usia lanjut merupakan kelompok yang

rentan terhadap malnutrisi. Banyaknya penyakit serta meningkatnya

hendaya berkaitan dengan indikator – indikator resiko nutrisi. Status

nutrisi mempengaruhi berbagai sistem pada usia lanjut seperti imunitas,

cara berjalan dan keseimbangan, fungsi kognitif, serta merupakan faktor

resiko untuk timbulnya infeksi

2. Patofisiologi

Manutrisi energi protein dapat terjadi sebagai akibat dari asupan

yang tidak adekuat, atau berhubungan dengan mekanisme fisiologis

penyakit yang mempengaruhi metabolisme, komposisi tubuh, dan selera

makan (contohnya kakeksia). Pada keadaan defisiensi kalori primer, tubuh

beradaptasi dengan menggunakan cadangan lemak sambil menghemat

protein dan otot. Perubahan fisiologis yang terjadi sering reversible dengan

kembalinya asupan dan aktivitas seperti biasa. Kakeksia dicirikan dengan

tingginya respon fase akut yang berkaitan dengan peningkatan mediator

8

Page 9: Nutrisi Pada Geriatri_REFRAT

inflamasi (seperti TNF-α dan interleukin 1) serta meningkatnya degradasi

protein dan otot yang dapat pulih dengan membaiknya asupan. Meskipun

kakeksia biasanya berhubungan dengan kondisi penyakit kronis spesifik,

keadaan ini dapat timbul pada usia lanjut tanpa penyakit yang jelas.

3. Presentasi klinis

Penilaian status nutrisi dengan antropometri standar, biokimia, dan

pengukuran imunologis sangat kompleks. Monitor ketat berat badan yang

mencerminkan ketidakseimbangan antara asupan kalori dan kebutuhan

energi, merupakan cara yang paling sederhana dan paling dapat dipercaya

untuk menilai malnutrisi. Perubahan berat badan dinyatakan dalam

persentase perubahan dibandingkan saat sebelum sakit. Kehilangan ≥ 5%

berat badan biasanya berkaitan dengan meningkatnya morbiditas dan

mortalitas. Bila kehilangan berat badan >10% biasanya berkaitan dengan

penurunan status fungsional dan hasil pengobatan. Kehilangan berat badan

15-20% atau lebih biasanya secara tidak langsung menunjukan manutrisi

berat. Pengukuran antropometri cadangan lemak dan massa otot dapat

membantu penilaian malnutrisi. Evaluasi klinis kehilangan turgor kulit,

atrofi otot interosseus tangan dan otot temporalis kepala juga dapat menilai

hilangnya lemak subkutan dan massa otot.Meskipun tidak ada kriteria

definitif untuk klasifikasi derajat manutrisi energi protein, bila berat badan

turun >20% berat badan sebelum sakit, albumin serum kurang dari 2,1

mg/dl, dan trasferin serum kurang dari 80 U/ul, biasanya telah terjadi

malnutrisi berat.2

4. Penyebab gizi kurang pada lansia

a. Penyebab PRIMER

Isolasi sosial

Hidup sendiri, kehilangan gairah hidup, kehilangan pasangan

hidup, tidak ada keinginan untuk memasak

Ketidaktahuan

dapat terjadi sejak kecil atau karena pengetahuan yang rendah

9

Page 10: Nutrisi Pada Geriatri_REFRAT

Gangguan fisik

Gangguan indra, hemiplegic/hemiparese, artritis

Gangguan mental

Depresi, demensia

Kemiskinan

Iatrogenik

Diet lambung jangka lama hingga terjadi kekurangan vitamin C

b. Penyebab SEKUNDER

Gangguan nafsu makan

Gangguan mengunyah

Malabsorbsi

Obat – obatan

Peningkatan kebutuhan gizi

Alkoholisme4,5

Tabel 2. Penyebab kehilangan berat badan

Penyebab Kehilangan Berat Badan2

M Medication effects

E Emotional problems

A Anorexia tardive (nervosa), alcoholism

L Late-life paranoia

S Swallowing disorder

O Oral factors

N No Money

W Wondering and other dementia-related behaviours

H Hyperthyroidism, hypothyroidism, hyperparathyroidism, hypoadrenalism

E Enteric problems

E Eating problem

L Low salt, low cholesterol diets

10

Page 11: Nutrisi Pada Geriatri_REFRAT

S Social problems

5. Penatalaksanaan

a. Atasi problem akut (jika ada) seperti mengatasi infeksi, kontrol

tekanan darah, dan menjaga kondisi keseimbangan metabolik,

elektrolit, dan cairan. Setelah masalah akut teratasi, pasien diminta

mengkonsumsi sebanyak mungkin makanan. Tujuannya adalah

memberikan asupan kalori kira – kira 35 kkal/kgBB ideal. Lakukan

upaya intervensi nutrisi yang agresif. Sebagai patokan umum, dalam

48 jam pertama perawatan sudah diberikan asupan gizi adekuat.

Pendekatan yang diambil tergantung kondisi klinis pasien, apakah

memerlukan support nutrisi jangka pendek atau jangka panjang. Bagi

yang membutuhkan support jangka pendek (<10hari) diberikan

hiperalimentasi melalui vena perifer berupa larutan asam amino,

dekstrosa 10%, dan intralipid.

b. Pemberian diet per NGT harus dihindari pada pasien usia lanjut

dengan delirium karena resiko aspirasi dan tarikan selang oleh pasien.

Bila pasien tidak delirium dapat diberikan diet per flowcare. Selang ini

tidak mengiritasi dan tidak terlalu mengganggu mobilitas atau

kemampuan menelan makanan. Untuk pasien yang membutuhkan

terapi nutrisi selama 6 minggu atau lebih, dianjurkan pemberian

melalui gastrostomi atau yeyunostomi. Diet cair harus mengandung

tidak lebih dari 1 kkal/ml dengan kecepatan 25 ml/jam agar tidak

terlalu kental dan dapat masuk ke selang dengan mudah.

c. Target utama adalah kemandirian fungsional dan meningkatkan

kekuatan otot sehingga strategi yang bertujuan memperbaiki massa

otot sangatlah penting. Latihan fisik yang sesuai dapat dilakukan untuk

11

Page 12: Nutrisi Pada Geriatri_REFRAT

tujuan ini. Sangatlah penting memahami perlunya pendekatan terpadu

dalam tatalaksana malnutrisi pada usia lanjut. Intervensi nutrisi agresif

hanya merupakan bagian dari keseluruhan strategi.2

B. Obesitas

Berat badan lebih per definisi adalah indeks massa tubuh ≥25 kg/m2.

Pasien disebut menderita obesitas bila indeks massa tubuh ≥20 kg/m2. Dengan

meningkatnya usia, biasanya terjadi peningkatan massa lemak total serta

berkurangnya massa tubuh kering dan massa tulang. Lemak terdistribusi

secara sentral dengan pertambahan lemak visceral yang dicerminkan oleh

lingkar pinggang. Bertambahnya berat badan dan massa lemak berkaitan

dengan perubahan metabolik dan fisiologis yang mempengaruhi kesehatan dan

fungsi fisik. Terdapatnya faktor – faktor resiko kardiovaskuler seperti

hipertensi, dislipidemia, dan diabetes mencerminkan adanya peningkatan berat

badan dan lemak tubuh. Pada tingkat yang lebih tinggi, lemak intraabdominal

berkaitan dengan resistensi insulin yang dapat menimbulkan abnormalitas

metabolik.

Lemak juga berperan penting dalam promosi inflamasi. lemak

merupakan jaringan penyimpan energia aktif utama untuk produksi steroid

seks dan metabolisme glukokortikoid. Saat ini diketahui bahwa jaringan lemak

secara aktif memproduksi dan mensekresi sejumlah hormone dan protein yang

disebut adipokin yang memiliki efek lokal dan sistemik. Faktor – faktor ini

mencakup leptin, angiotensin, resistin, adiponektin, plasminogen-activator

inhibitor 1, dan sitokin IL-6 dan TNF-α. Banyak dari zat ini yang

berhubungan dengan morbiditas kardiovaskuler, hendaya, atau resiko

mortalitas.

Berat badan lebih juga merupakan penyebab osteoarthritis lutut dan

panggul. Pada wanita pasca menopause, kegemukan berkaitan dengan resiko

kanker payudara dan kanker kolon. Kegemukan juga meningkatkan resiko

diabetes dan penyakit jantung koroner.2

12

Page 13: Nutrisi Pada Geriatri_REFRAT

Dilakukan dengan upaya meningkatkan aktivitas fisik dan mengurangi

asupan kalori. Terapi farmakologis harus dipertimbangkan bila tampaknya

sulit untuk mengontrol akibat metabolik obesitas. Bila program penggunaan

berat badan diambil, penting diingat bahwa tulang dan otot akan turut

berkurang selama periode penurunan berat badan. Perlu dilakukan upaya guna

mencegah kehilangan massa tulang dan otot seperti latihan aerobic dan daya

tahan atau terapi antiosteoporotik lainnya. Selain itu, restriksi kalori perlu

ditambahkan guna memastikan asupan adekuat zat gizi dan vitamin selama

periode diet.2

Tabel 3. Perbandingan antara kriteria WHO dan Asia Pasifik

KATEGORI WHO ASIA PASIFIK

Underweight < 18,5 < 18,5

Batas normal 20 – 20,5 18,5 – 22,9

Overweight > 25 ≥ 23

At risk 25 – 30 23 – 24,9

Obese I 30 – 40 25 – 29,9

Obese II > 40 ≥ 30

C. Defisiensi Vitamin dan Mineral

Tidak memadai asupan mikronutrien sering terjadi pada usia lanjut.

Sebagai contoh, vitamin B6, B12, dan asam folat dibutuhkan untuk mencegah

akumulasi homosistein, suatu asam amino yang secara konsisten berhubungan

dengan resiko penyakit vaskuler. Juga terdapat hubungan antara rendahnya

konsentrasi vtamin B dengan menurunnya fungsi kognitif.

Terdapat beberapa bukti manfaat suplementasi vitamin pada fungsi

kognitif dan penyembuhan ulkus. Kalsium dan vitamin D juga merupakan zat

gizi yang perlu mendapat perhatian pada usia lanjut. Dengan bertambahnya

usia, penurunan fungsi ginjal menyebabkan malabsorbsi kalsium dan

meningkatnya kehilangan massa tulang. Kebutuhan vitamin D juga meningkat

pada usia lanjut. Pada proses menua, kemampuan kulit membentuk provitamin

D-3 dari sinar ultraviolet berkurang.

13

Page 14: Nutrisi Pada Geriatri_REFRAT

Dengan transisi nutrient menuju diet tinggi lemak dan rendah serat,

perlu dijaga dan ditingkatkan asupan buah, sayuran, dan biji – bijian utuh yang

akan sangat membantu mengontrol peningkatan insidensi penyakit kronik.

Kebutuhan terhadap zat besi dan vitamin A pada usia lanjut lebih

rendah daripada dewasa muda. Pada usia lanjut terdapat penurunan klirens

vitamin A lewat hepar dan jaringan perifer lainnya. Cadangan zat besi pada

usia lanjut terakumulasi dan tingginya kadar feritin serum berkaitan dengan

makin besarnya resiko penyakit jantung koroner.2

14

Page 15: Nutrisi Pada Geriatri_REFRAT

BAB IV

KEBUTUHAN ZAT GIZI PADA LANSIA

Tiap negara mempunyai standar/baku untuk kebutuhan zat gizi dengan

menggunakan standar FAO/WHO sebagai acuan utamanya. Indonesia memiliki

Daftar Kecukupan Gizi yang Dianjurkan (KGA)

A. Menu Harian Lansia

1. Prinsip Pemberian Makan Melalui Mulut (Oral)

Pemberian makan melalui mulut dapat dilakukan untuk memenuhi

kebutuhan nutrisi bagi pasien lanjut usia yang tidak memiliki masalah

dalam menelan dan mengunyah makanan. Adapun prinsip pemberiannya

adalah sebagai berikut :

a. Siapkan makanan dan minuman yang akan diberikan

b. Posisikan pasien duduk atau setengah duduk.

c. Berikan sedikit minum air hangat sebelum makan.

d. Biarkan pasien untuk mengosongkan mulutnya setelah setiap

sendokan.

e. Selaraskan kecepatan pemberian makan dengan kesiapan

pasien, tanyakan pemberian makan terlalu cepat atau lambat.

f. Perbolehkan pasien untuk menunjukkan perintah tentang

makanan pilihan pasien yang ingin dimakan.

g. Setelah selesai makan, posisi pasien tetap dipertahankan selama

± 30 menit.

2. Para ahli gizi menganjurkan bahwa untuk manula yang sehat, menu sehari-

hari hendaknya

a. Tidak berlebihan, tetapi cukup mengandung zat gizi sesuai

dengan persyaratan kebutuhan manula.

b. Bervariasi jenis makanan dan cara olahnya

c. Membatasi konsumsi lemak yang tidak kelihatan (menempel

pada bahan pangan, terutama pangan hewani)

15

Page 16: Nutrisi Pada Geriatri_REFRAT

d. Membatasi konsumsi gula, dan minuman yang banyak

mengandung gula

e. Menghindari konsumsi garam yang terlalu banyak, merokok

dan minuman alkohol

f. Cukup banyak mengkonsumsi makanan berserat (buah-buahan,

sayuran dan serealia) untuk menghindari sembekit atau

konstipasi

g. Minuman yang cukup.

Susunan makanan sehari-hari untuk manula hendaknya tidak terlalu

banyak menyimpang dari kebiasaan makan, serta disesuaikan dengan keadaan

pisikologisnya. Pola makan disesuaikan dengan kecukupan gizi yang dianjurkan

(lihat Tabel 1.), dan menu makannya dapat disesuaikan dengan ketersediaan dan

kebiasaan makan tiap daerah.

Menu makanan manula dalam sehari dapat disusun berdasarkan konsep

“empat sehat lima sempurna” atau konsep “gizi seimbang”. Sebagai contoh menu

berdasarkan “empat sehat lima sempurna” terdiri atas kelompok makanan pangan

pokok (utama) yaitu nasi (1 porsi = 200 gram), kelompok lauk pauk misalnya

daging (1 potong = 50 gram) atau tahu (1 potong = 25 gram), kelompok sayuran

misalnya sayur bayam (1 mangkok = 100 gram ), kelompok buah-buahan

misalnya pepaya (1 potong = 100 gram) dan susu ( 1 gelas = 100 gram). Pola

susunan makan manula dalam sehari berdasarkan empat sehat lima sempurna

tersebut dapat dilihat pada Tabel 3. Masing-masing kelompok makanan tersebut

dapat diganti atau ditukar sesuai dengan kebiasaan makan dan ketersediaan

pangan di tempat (akan diuraikan kemudian).

16

Page 17: Nutrisi Pada Geriatri_REFRAT

Tabel 4. Pola susunan makanan manula dalam sehari

Kelompok Makanan

Jenis Pangan Per Porsi

Jumlah Porsi Per Hari

Laki-Laki Perempuan

Bahan Pokok

Lauk pauk

Sayuran

Buah-buahan

Susu

Nasi (1 prg = 200 g)

Daging (1 ptg = 50 g)

Tahu (1 ptg = 25 g)

Bayam (1 mgk = 100 g)

Pepaya (1 ptg = 100 g)

Skim (1 gls = 100 g)

3

1.5

5

1.5

2

1

2

2

4

1.5

2

1

Sumber : Ditjen Binkesmas, Depkes RI (1992)

Sedangkan berdasarkan konsep “gizi seimbang”, contoh menu manula

dalam sehari disajikan pada Tabel 4. Menu ini disusun berdasarkan kecukupan

energi dan gizi bagi manula.

Tabel 5. Menu untuk manula dalam sehari

Waktu makan Menu Porsi

Pagi

Selingan Siang

Selingan Malam

Roti – telur Susu Papais Nasi Semur daging Pepes tahu Sayur bayam Pisang Kolak pisang Mie baso Pepaya

1 tangkep 1 gelas 2 bungkus 1 piring 1 potong 1 bungkus 1 mangkok 1 buah 1 mangkok 1 mangkok 1 buah

Sumber : Amini Nasoetion dan Dodik Briawan (1993)

17

Page 18: Nutrisi Pada Geriatri_REFRAT

Untuk menjaga menjaga agar menu harian tidak monoton, tetapi

bervariasi, Tabel 5 menyajikan berbagai bahan makanan pengganti atau penukar

bagi kelompok makanan yang telah disajikan pada Tabel 2 dan 3. Variasi dalam

menu harian sangat diperlukan karena sangat menghindari rasa bosan dan baik

bagi kelengkapan zat gizi (komplementasi zat gizi).

Tabel 6. Berbagai kelompok makanan pengganti/penukar

Kelompok Makanan Jenis Makanan Sumber Karbohidrat Nasi, jagung, ketan, bihun, biskuit, kentang, mie instan,

mie kering, roti tawar, singkong, talas, ubi jalar, pisang nangka, makaroni

Sumber Protein Hewani Daging ayam, daging sapi, hati (ayam atau sapi), telur unggas, ikan mas, ikan kembung, ikan sarden, bandeng, baso daging

Sumber Protein Nabati Kacang tanah, kedelai, kacang hijau, kacang merah, kacang tolo, tahu, tempe, oncom

Buah-buahan Pepaya, belimbing, alpukat, apel, jambu biji, jeruk, mangga, nangka, pisang ambon, sawo, semangka, sirsak, tomat

Sayuran Bayam, buncis, beluntas, daun pepaya, daun singkong, katuk, kapri, kacang panjang, kecipir, sawi, wortel, selada

Makanan Jajanan Bika ambon, dadar gulung, getuk lindri, apem, kroket, kue pia, kue putu, risoles

Susu Susu sapi, susu kambing, susu kerbau, susu kedelai, skim

B. Asupan yang dianjurkan

Tabel 7. Asupan nutrisi yang dianjurkan

Laki – laki (60+) Perempuan (60+)

Energi (Kal) 2200 1850

Protein (gram) 62 54

Zat besi (mgram) 13 14

Kalsium (mgram) 500 500

Vit C (mgram) 60 60

Serat : perlu untuk pencegahan penyakit kronis

18

Page 19: Nutrisi Pada Geriatri_REFRAT

Lemak : 10 – 15% asam lemak jenuh tunggal dan 10% asam lemak jenuh

ganda

Protein 10-15 %

Cairan

Vitamin A. Tidak ada peningkatan kebutuhan vitamin A pada lansia. Lansia lebih

rentan mengalami retensi vitamin A dimana akumulasi dari vitamin A (>3000 Å)

akan meningkatkan resiko fraktur osteoporosis.

Vitamin D. Pada lansia terdapat perubahan fungsi tubuh yang berpengaruh

terhadap kebutuhan vitamin D, yakni menurunnya fotosintesis di kulit,

berkurangnya kemampuan ginjal untuk mengkonversi 25-hydroxyvitamin D

menjadi vitamin D aktif (calcitriol) serta menurunnya respon usus pada

1,25(OH)2D dan menurunnya kemampuan absorbsi vitamin D, sehingga asupan

vitamin D yang adekuat penting pada lansia karena vitamin D dapat menurunkan

penyerapan kalsium yang beresiko osteomalasia dan osteoporosis.

Vitamin E. Fungsi utama vitamin ini adalah sebagai lipid antioksidan, pelindung

membrane biologis, dan menunda penyakit degeneratif. RDA menganjurkan

konsumsi vitamin E sebanyak 15 mg/hari. Sumber vitamin E yang baik adalah

minyak sayur, kacang – kacangan, margarine, dan gandum.

Vitamin K. Fungsi vitamin K adalah untuk sintesis faktor koagulan. Vitamin K

juga berperan sebagai kofaktor enzim yang mengkatalisis konversi protein-bound

glutamyl residu menjadi carboxyglutamyl residu, termasuk pembentukan

osteoocalcin, sehingga defisiensi vitamin K juga dapat meningkatkan resiko

menurunnya bone mineral density (BMD) dan fraktur.3

C. Piramida makanan

19

Page 20: Nutrisi Pada Geriatri_REFRAT

Piramida makanan dengan beragam pilihan makanan dapat menjadi

suatu petunjuk dalam memilih makanan sehat, tidak tergantung pada usia

(mulai usia 2 tahun ke atas) atau gaya hidup anda. Piramida makanan

memenuhi prinsip-prinsip dasar dari makanan sehat, yaitu variatif, seimbang,

dan terbatas.

1) Variatif

Tidak ada satupun jenis makanan yang dapat memenuhi semua  zat

gizi yang dibutuhkan. Diet bervariasi yang mengandung beberapa jenis

makanan berbeda dari lima kelompok makanan utama pada Piramida

dapat memenuhi semua zat gizi yang dibutuhkan.

2) Seimbang

Diet dengan gizi seimbang dalam jumlah yang cukup dari kelima jenis

makanan, dapat memenuhi  kebutuhan kalori dan zat gizi. Kebutuhan

setiap orang berbeda tergantung dari umur, jenis kelamin dan aktifitas

fisik yang dilakukan.

3) Tidak berlebihan

Memilih makanan dan minuman secara hati-hati akan membantu anda

mengontrol kalori dan jumlah lemak total, lemak jenuh, kolesterol,

garam, gula dan minuman beralkohol. Sistem ini juga fleksibel

sehingga anda dapat memilih dan menikmati jenis makanan yang

tersedia

20

Page 21: Nutrisi Pada Geriatri_REFRAT

Gambar 2. Piramida makanan

Suplemen

Penggunaan suplemen bermanfaat dalam meningkatkan status vitamin dan

status antioksidan serta fungsi imun. Suplemen yang digunakan sebaiknya berupa

multivitamin dengan tambahan kalsium. Kondisi yang memerlukan suplemen

antara lain adalah saat berkurangnya nafsu makan dan gangguan absorbsi zat gizi.3

Beberapa jenis vitamin yang menunjang kebugaran di usia lanjut dan

mempunyai dampak anti penuaan adalah beta karoten (provitamin A), B6

(piridoksin), B12 (sianokobalamin), asam folat, C, D, dan E (alfa tokoferol). Beta

karoten berfungsi melawan radikal bebas penyebab proses penuaan. Manfaatnya

yang telah teruji adalah menghambat pertumbuhan sel kanker, mencegah

penyumbatan arteri yang dapat menyebabkan serangan jantung, menurunkan

resiko stroke, merangsang fungsi kekebalan tubuh, dan mencegah katarak.

Vitamin B6 dalam tubuh memiliki fungsi sebagai koenzim beberapa reaksi kimia,

terutama metabolisme protein.

21

Page 22: Nutrisi Pada Geriatri_REFRAT

Vitamin B12 merupakan unsure penting untuk meningkatkan kemampuan

daya ingat. Disamping itu, bekerja sama dengan asam folat membantu

memproduksi sel darah merah dan dibutuhkan untuk sintesis asam amino.

Mengonsumsi makanan yang banyak mengandung asan folat dapat pula

menurunkan resiko terkena kanker usus besar. Vitamin C sangat bermanfaat untuk

menghambat berbagai penyakit. Fungsinya antara lain meningkatkan kekebalan

tubuh, melindungi dari serangan kanker, melindungi arteri, meremajakan dan

memproduksi leukosit, mencegah katarak, memperbaiki kualitas sperma, dan

mencegah penyakit gusi.

Untuk mempertahankan kekuatan tulang diperlukan Vitamin D serta

kalsium. Vitamin ini penting untuk membantu penyimpanan kalsium dalam tulang

serta mencegah penyakit tulang. Vitamin E berfungsi menghambat penyumbatan

arteri, mencegah serangan jantung, meningkatkan kekebalan tubuh, menghindari

kanker dan katarak, memperlambat penuaan pada otak, dan membantu

mengurangi gejala arthritis.6

Sementara itu, beberapa jenis mineral yang menunjang kebugaran di usia

lanjut dan mempunyai efek anti penuaan adalah kalsium, zat besi, seng, selenium,

magnesium, mangan, kromium, dan kalium. Kalsium berfungsi menjaga

kesehatan tulang dan gigi, menghambat tekanan darah tinggi, mencegah kanker,

dan melawan kolesterol. Zat besi diperlukan oleh tubuh untuk pembentukan

hemoglobin yang berfungsi mengangkut oksigen dan karbondioksida antara paru

dan jaringan. Kekurangan zat besi pada usia lanjut bisa menyebabkan anemia.

Vitamin C membantu tubuh menyerap zat besi. Seng dibutuhkan tubuh untuk

melawan infeksi, memperbaiki jaringan tubuh, serta mencegah gangguan prostat

dan infertilitas. Sehubungan dengan proses penuaan, mineral ini dapat

mengembalikan fungsi kekebalan dan melawan radikal bebas. Seng juga dapat

kembali mengaktifkan kelenjar timus untuk memproduksi horman timulan yang

berfungsi merangsang produksi sel T. Selenium memiliki kemampuan antioksidan

yang berpengaruh terhadap proses penuaan dan menjaga elastisitas jaringan tubuh.

Mineral ini juga berperan sebagai faktor esensial pada enzim glutation

peroksidase yang berfungsi mereduksi peroksida untuk mencegah pembentukan

22

Page 23: Nutrisi Pada Geriatri_REFRAT

radikal bebas. Magnesium berfungsi memperkuat tulang, melawan radikal bebas,

menyehatkan jantung, menurunkan tekanan darah, dan mencegah diabetes.

Mangan berfungsi untuk memperbaiki daya ingat, memperlancar metabolisme

lemak dan karbohidrat, serta untuk integritas jaringan kartilago dan tulang.

Kromium di dalam tubuh memiliki fungsi meningkatkan efektivitas insulin dalam

memproses gula sehingga dapat menjaga kadar glukosa normal dalam darah,

metabolisme lemak, menurunkan kolesterol darah, dan meningkatkan produksi

hormone dehydroepiandrosterone (DHEA). Kalium bersama natrium berfungsi

menjaga keseimbangan cairan elektrolit dalam tubuh, fungsi lainnya adalah untuk

kontraksi otot, mengirim oksigen ke otak, dan menjaga kestabilan tekanan darah.6

D. Penentuan Status Gizi

Status gizi lansia dapat dinilai dengan cara – cara yang baku bagi berbagai

tahapan umur yakni penilaian secara langsung dan tak langsung. Penilaian secara

langsung dilakukan melalui pemeriksaan klinik, antropometri, biokimia, dan

biofisik.

Dalam melakukan pemeriksaan klinik perlu dibedakan tiga kelompok

gejala, yaitu : (1) tanda – tanda yang dianggap mempunyai nilai dalam

pemeriksaan gizi; (2) gejala – gejala yang memerlukan penyelidikan lebih lanjut;

(3) gejala – gejala yang tidak berhubungan dengan gizi. Tanda – tanda yang

masuk ketiga kategori dapat ditemukan pada berbagai organ seperti pada rambut,

lidah, konjungtiva, bibir, kulit, hati, limpa, dan sebagainya.

Pemeriksaan antropemetri adalah pengukuran variasi berbagai dimensi

fisik dan komposisi tubuh secara umum pada berbagai tahapan umur dan derajat

kesehatan. Pengukuran yang dilakukan meliputi berat badan, tinggi badan, lingkar

lengan atas, dan tebal lemak di bawah kulit. Semua hasil pengukuran tersebut

harus dikontrol terhadap umur dan jenis kelamin. Dalam melakukan interpetrasi,

digunakan beberapa standar internasional maupun nasional seperti standar WHO,

NCHC, Harvard, dan sebagainya. Perlu ditekankan di sini bahwa pemeriksaan

tinggi badan pada lansia dapat memberikan nilai kesalahan yang cukup bermakna

oleh karena telah terjadinya osteoporosis pada lansia yang berakibat kompresi

pada columna vertebra. Untuk itu para ahli sepakat bahwa sebagai gantinya tinggi 23

Page 24: Nutrisi Pada Geriatri_REFRAT

badan dapat diganti dengan panjang rentang tangan (armspan) dalam penentuan

indeks massa tubuh (BMI).

Pemeriksaan biokimia dapat dilakukan terhadap berbagai jaringan tubuh,

namun yang paling lazim, mudah, dan praktis adalah darah dan urin. Zat gizi

tertentu dapat dievaluasi statusnya melalui pemeriksaan biokimiawi seperti status

besi, vitamin A, iodium protein, dan sebagainya.

Pemeriksaan biofisik dapat dilakukan misalnya pada tulang untuk menilai

derajat osteoporosis, jantung untuk kecurigaan beri – beri. dan smear terhadap

mukosa organ tertentu.5

Untuk kekurangan kalori protein, waspadai lansia dengan riwayat pendapatan

yang kurang, kurang bersosialisasi, hidup sendirian, kehilangan pasangan hidup atau

teman, kesulitan mengunyah, pemasangan gigi palsu yang kurang tepat, sulit untuk

menyiapkan makanan, sering mangkonsumsi obat-obatan yang mengganggu nafsu

makan, nafsu makan berkurang, makanan yang ditawarkan tidak mengundang selera.

Karena hal ini dapat menurunkan asupan protein bagi lansia, akibatnya lansia menjadi

lebih mudah sakit dan tidak bersemangat.

Sementara untuk kekurangan vitamin D, biasanya terjadi pada lansia yang

kurang mendapatkan paparan sinar matahari, jarang atau tidak pernah minum susu,

dan kurang mengkonsumsi vitamin D yang banyak terkandung pada ikan, hati, susu

dan produk olahannya.

E. Anjuran Gizi Seimbang dengan Pertimbangan Berbagai Resiko Penyakit

Degenerasi pada Usia Lanjut

Khusus untuk Indonesia, Departemen Kesehatan telah menerbitkan

Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) (DepKes, 1995) yang berisi pesan

dasar gizi seimbang bagi lansia dengan dasar PUGS dan dengan

mempertimbangkan pengurangan berbagai resiko penyakit degenerasi yang

dihadapi para lansia.

1. Makanlah aneka ragam makanan

Mengkonsumsi berbagai bahan makanan secara bergantian akan

menurunkan kemungkinan kekurangan zat gizi tertentu.

24

Page 25: Nutrisi Pada Geriatri_REFRAT

2. Sumber karbohidrat komplek (serealia, umbi) dalam jumlah sesuai

anjuran. Tujuannya adalah untuk menjamin kecukupan serat, serta tidak

bersifat refined carbohydrate.

3. Batasi konsumsi lemak dan minyak yang berlebihan.

Gunakan sumber lemak nabati seperti kacang – kacangan. Tujuannya

mengurangi konsumsi lemak jenuh, trigliserida, dan kolesterol yang

merupakan faktor resiko penyakit kardiovaskuler.

4. Makan sumber zat besi secara cukup

Bergantian antara sumber hewan dan nabati, sumber hewani ada pada

daging (red meat) dan sumber nabati ada pada semua sayur yang berwarna

hijau pekat. Hal ini perlu ditekankan karena anemia masih merupakan

masalah gizi utama di Indonesia dan terdapat di berbagai kelompok umur.

5. Minum air bersih, aman, cukup jumlahnya, dan telah dididihkan.

Anjuran ini bersifat mendidik agar tiap orang meminum air bersih yang

tidak membawa kontaminan baik bahan kimiawi maupun mikroorganisme.

6. Kurangi konsumsi makanan, jajanan, dan minuman yang tinggi gula murni

dan lemak.

Anjuran ini diberikan untuk mengurangi kemungkinan terkena penyakit

diabetes mellitus.

7. Perbanyak frekuensi konsumsi hewan laut.

Lemak tak jenuh omega 3 yang banyak pada golongan ikan telah terbukti

memberikan perlindungan terhadap/mencegah terjadinya aterosklerosis.

8. Gunakan garam beryodium, namun batasi jumlahnya atau kurangi

konsumsi makanan yang diawetkan atau diolah dengan banyak

menggunakan garam, penyedap, atau pengawet lain. Penggunaan garam

iodium masih perlu dikampanyekan mengingat gangguan akibat

kekurangan iodium (GAKI) masih merupakan masalah gizi utama di

Indonesia dan dapat mengenai semua golongan umur.

9. Perbanyak sayur dan buah berwarna hijau, kuning, maupun oranye karena

banyak mengandung serat, vitamin C, provitamin A, dan vitamin E yang

melindungi sel – sel tubuh dan kerusakan yang terjadi secara dini.4,5

25

Page 26: Nutrisi Pada Geriatri_REFRAT

10. Perlu diperhatikan porsi makanan, jangan terlalu kenyang.

Porsi makan hendaknya diatur merata dalam satu hari sehingga dapat makan

lebih sering dengan porsi yang kecil.

11. Bagi pasien lansia yang proses penuaannya sudah lebih lanjut perlu

diperhatikan hal-hal sebagai berikut:

Makanlah makanan yang mudah dicerna

Hindari makanan yang terlalu manis, gurih, dan goring-gorengan

Bila kesulitan mengunyah karena gigirusak atau gigi palsu kurang

baik, makanan harus lunak/lembek atau dicincang

Makan dalam porsi kecil tetapi sering

Makanan selingan atau snack, susu, buah, dan sari buah sebaiknya

Diberikan

12. Batasi minum kopi atau teh, boleh diberikan tetapi harus diencerkan sebab

berguna pula untuk merangsang gerakan usus dan menambah nafsu makan.

13. Makanan mengandung zat besi seperti : kacang-kacangan, hati, telur, daging

rendah lemak, bayam, dan sayuran hijau.

14. Lebih dianjurkan untuk mengolah makanan dengan cara dikukus, direbus,

atau dipanggang kurangi makanan yang digoreng

15. Perencanaan makan untuk mengatasi perubahan saluran cerna Untuk

mengurangi resiko konstipasi dan hemoroid:

a. Sarankan untuk mengkonsumsi makanan berserat tinggi setiap hari,

seperti sayuran dan buah-buahan segar, roti dan sereal.

b. Anjurkan pasien untuk minum paling sedikit 8 gelas cairan setiap hari

untuk melembutkan feses.

c. Anjurkan untuk tidak menggunakan laksatif secara rutin , karena pasien

akan menjadi tergantung pada laksatif.

F. Kebutuhan Cairan Pada Lansia

1. Faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Cairan Pada Lansia

26

Page 27: Nutrisi Pada Geriatri_REFRAT

a. Berat badan (lemak tubuh) cenderung meningkat dengan bertambahnya

usia, sedangkan sel-sel lemak mengandung sedikit air, sehingga

komposisi air dalam tubuh lansia kurang dari manusia dewasa yang lebih

muda atau anak-anak dan bayi.

b. Fungsi ginjal menurun dengan bertambahnya usia. Terjadi penurunan

kemampuan untuk memekatkan urin, mengakibatkan kehilangan air yang

lebih tinggi.

c. Terdapat penurunan asam lambung, yang dapat mempengaruhi individu

untuk mentoleransi makanan-makanan tertentu. Lansia terutama rentan

terhadap konstipasi karena penurunan pergerakan usus. Masukan cairan

yang terbatas, pantangan diit, dan penurunan aktivitas fisik dapat

menunjang perkembangan konstipasi. Penggunaan laksatif yang

berlebihan atau tidak tepat dapat mengarah pada masalah diare.

d. Lansia mempunyai pusat haus yang kurang sensitif dan mungkin

mempunyai masalah dalam mendapatkan cairan ( misalnya gangguan

dalam berjalan ) atau mengungkapkan keinginan untuk minum (misalnya

pasien stroke).

2. Masalah Cairan Pada Lansia

Masalah cairan yang lebih sering dialami lansia adalah kekurangan

cairan tubuh, hal ini berhubungan dengan berbagai perubahan-perubahan

yang dialami lansia, diantaranya adalah peningkatan jumlah lemak pada

lansia, penurunan fungsi ginjal untuk memekatkan urin dan penurunan rasa

haus.

3. Tanda-tanda kekurangan cairan

a. Tanda – tanda vital

1) Terjadi peningkatan suhu tubuh

2) Dapat terjadi peningkatan frekuensi pernafasan dan kedalaman

pernafasan (normal : 14 – 20 x/mnt)

3) Peningkatan frek. denyut nadi (normal : 60-100 x/mnt), nadi lemah,

halus

27

Page 28: Nutrisi Pada Geriatri_REFRAT

4) Tekanan darah menurun

b. Pemeriksaan Fisik

1) Kulit kering dan agak kemerahan

2) Lidah kering dan kasar

3) Mata cekung

4) Penurunan BB yang terjadi scr tiba2/drastis

5) Turgor kulit menurun (Lansia kurang akurat)

c. Perilaku:

1) Penurunan kesadaran

2) Gelisah

3) Lemah

4) Pusing

5) Tidak nafsu makan

6) Mual dan muntah

7) Kehausan (pada lansia kurang signifikan)

d. Terjadi penurunan jumlah urin

4. Tanda-tanda kelebihan cairan

a. Tanda –tanda vital:

1) Terjadi penurunan suhu tubuh

2) Dapat terjadi sesak nafas

3) Denyut nadi teraba kuat dan frekuensinya meningkat

4) Tekanan darah meningkat

b. Pemeriksaan fisik:

1) Turgor kulit meningkat (lansia kurang akurat)

2) Edema

3) Peningkatan BB secara tiba-tiba

4) Kulit lembab

c. Perilaku:

1) Pusing

2) Anoreksia / tidak nafsu makan

3) mual muntah

28

Page 29: Nutrisi Pada Geriatri_REFRAT

d. Peningkatan jumlah urin (jika ginjal masih baik)

G. Nutrisi Enteral dan Parenteral

Pada keadaan tertentu, terkadang diperlukan pemberian makan secara

enteral maupun parenteral bagi lansia terutama yang mengalami perawatan di

rumah sakit. Aspen (American Society for Parenteral and Enteral Nutrition)

Board of Disorder telah membuat pedoman umum pada tahun 1993.

Pedomannya adalah sebagai berikut :

1. Nutrisi Enteral

a. Dukungan nutrisi enteral melalui feeding tube hendaknya dilakukan

pada pasien yang akan atau telah mengalami malnutrisi, atau pada

pasien yang melalui oral feeding nya tak dapat mempertahankan status

gizinya.

b. Pada pasien yang akan mengalami home care , lansia dan

perawatnyaharus dididik tentang prosedur yang perlu dan diberi tahu

tentang komplikasi yang dapat terjadi.

c. Program nutrisinya harus sesuai dengan pemenuhan kebutuhan pola

hidup di rumah.

d. Disamping perawat/anggota keluarga yang terlatih, masih diperlukan

pemantauan berkala oleh tenaga yang memiliki pengetahuan tentang

potensi resiko infeksi, mekanik, dan metabolik dari feeding tube.

e. Efek samping utama adalah retensi cairan berlebihan. Peningkatan

berat badan dalam 2 – 3 hari pertama yang mencerminkan adanya

retensi cairan bila pertambahan berat badan berkaitan dengan

penurunan signifikan kadar hemoglobin dan albumin serum. Bila

pasien menderita gangguan fungsi ginjal maka dapat terjadi oedema

perifer atau bahkan gagal jantung. Pada kondisi ini diet dimodifikasi

menjadi bentuk yang lebih padat.

f. Masalah lain yang mungkin timbul adalah diare berat. Minimalkan

dengan pemberian infuse lambat.

29

Page 30: Nutrisi Pada Geriatri_REFRAT

g. Prinsip Pemberian Makan Melalui Sonde (Ngt)

1) Siapkan makanan cair dan minuman hangat

2) Naikkan bagian kepala tempat tidur 30 – 45 derajat pada saat

memberi makan dan 30 menit setelah memberi makan.

3) Bilas selang sonde dengan air hangat terlebih dahulu.

4) Pastikan tidak ada udara yang masuk ke dalam sonde pada saat

memberi makan atau air. Pastikan pula selang dalam keadaan

tertutup selama tidak diberi makan.

5) Periksa kerekatan selang, jika selang longgar beritahu perawat.

6) Laporkan adanya mual dan muntah dengan segera.

Lakukan perawatan kebersihan mulut dengan sering.

2. Nutrisi Parenteral

a. Calon penerima nutrisi parenteral adalah mereka yang telah mengalami

malnutrisi atau berpotensi mengalami malnutrisi namun tidak bisa

mencerna atau tidak dapat menyerap nutrient yang diberikan secara

oral.

b. Peripheral parenteral nutrition (PPN) diindikasikan untuk dukungan

nutrisi parsial atau total sampai dengan 2 minggu.

c. Total parenteral nutrition (TPN) diberikan bila nutrisi parenteral

diindikasikan lebih dari 2 minggu atau terbatasnya jalan masuk

perifer.5

d. Cara Menghitung Tetesan Infus

Adakalanya pasien lanjut usia membutuhkan asupan cairan melalui

infus. Pemberian cairan infus ini membutuhkan pengaturan yang

dihitung secara seksama. Adapun prinsip penghitungannya adalah

sebagai berikut :

Rumus :

30

N = cairan x FT

W (menit)

Page 31: Nutrisi Pada Geriatri_REFRAT

Keterangan :N = Jumlah tetesan dalam menitFT = Faktor tetes ( biasanya 15 )W = Waktu pemberian dalam menit cairan = Jumlah cairan dalam ml

e. Refeeding Syndrome

Refeeding syndrome merupakan kekacauan elektrolit yang sering

terjadi pada pasien malnutrisi yang sakit akut setelah diberi larutan

glukosa dari nutrisi parenteral dan enteral. Tanda khasnya adalah

fosfatemia, namun hipokalemia dan hipomagnesemia juga bisa terjadi.

Pada starvasi atau kelaparan sekresi insulin berkurang akibat asupan

karbohidrat yang rendah. Sebagai kompensasi, cadangan lemak dan

protein dikatabolisme untuk menghasilkan energi. Hal ini

mengakibatkan elektrolit intrasel terkuras terutama fosfat. Cadangan

fosfat intraseluler dari pasien malnutrisi bisa berkurang walaupun

kadar fosfat serum normal. Ketika pasien malnutrisi mulai makan

kembali pola metabolisme berubah dari lemak ke karbohidrat

menyebabkan sekresi insulin meningkat.hal ini merangsang ambilan

fosfat ke dalam sel dan bisa mencetuskan hipofosfatemia yang

signifikan. Fosfat dibutuhkan untuk menghasilkan adenin trifosfat dari

adenin monofosfat dan reaksi fosforilasi penting lainnya. Kadar fosfat

serum kurang dari 0,5 mmol/L (normal 0,85 – 1,4 mmol/L) bisa

menghasilkan gambarab klinis refeeding sindrom, yang terdiri atas

rhabdomiolisis, disfungsi leukosit, gagal nafas, gagal jantung,

hipotensi, aritmia, kejang, koma bahkan mati mendadak. Penting

diketahu nahwa gambaran klinis dari refeeding syndrome tidak

spesifik dan mungkin tidak dikenali. Fenomena ini biasa terjadi dalam

beberapa hari setelah mulai makan. Refeeding syndrom dapat

31

Page 32: Nutrisi Pada Geriatri_REFRAT

menyebabkan komplikasi metabolik, kardiovaskular, hematologi dan

neurologis.

Terapi dari refeeding syndrome dengan awalnya dengan

memberikan elektrolit, vitamin dan mineral yang dibutuhkan kemudian

dilanjutkan kadar kalori yang rendah (25% dari kebutuhan) untuk

mengurangi terjadinya refeeding syndrome.

H. Macam-macam Olah Raga/ Latihan yang Baik bagi Kelompok Usia

Lanjut

Agar tetap memperoleh gizi seimbang, selain variasi penyajian

makanan yang menarik juga perlu tetap aktif dan bergaul untuk meningkatkan

nafsu makan dan penyerapan nutrisi. Berikut ini beberapa aktivitas kegiatan

yang baik bagi kelompok usia lanjut:

1. Pekerjaan rumah dan berkebun

Pekerjaan rumah dan berkebun merupakan suatu latihan untuk

menjaga kesegaran dan daya tahan tubuh. Tetapi, pekerjaan dimaksud perlu

dilakukan secara cepat sehingga denyut jantung dan otot akan lebih cepat,

karena denyut jantung usia lanjut cenderung melemah.

2. Berjalan-jalan

Berjalan-jalan dengan baik berguna untuk meregangkan kaki dan

menjaga daya tahan tubuh. Bila berjalan dilakukan makin lama makin cepat,

akan makin sempurna.

3. Senam tera dan aerobik

Senam tera dan aerobik atau yoga memberikan keuntungan dalam

mempertahan bentuk fisik dan mental.

4. Jogging

Dilakukan dengan tidak terlalu cepat, berguna untuk memperbaiki

kemampuan pengambilan zat asam (O2) yang menyangkut fungsi jantung,

paru-paru, peredaran darah kaki, dan lain-lain.

5. Bersepeda atau berenang

32

Page 33: Nutrisi Pada Geriatri_REFRAT

Kegiatan ini dapat dilakukan apabila memungkinkan, terutama untuk

penderita artritis, karena dapat meningkatkan keregangan dan daya tahan

tubuh, tapi tidak menambah kelenturan pada derajat yang lebih tinggi.

33

Page 34: Nutrisi Pada Geriatri_REFRAT

BAB V

RINGKASAN

Penuaan merupakan proses yang terjadi secara alami. Proses menua

bukanlah sesuatu yang terjadi hanya pada orang berusia lanjut, melainkan suatu

proses normal yang berlangsung sejak maturitas dan berakhir dengan kematian.

Efek penuaan tersebut menjadi lebih terlihat setelah usia 40 tahun.

Secara umum dapat dikatakan terjadi kecenderungan menurunnya

kapasitas fungsional baik pada tingkat seluler maupun pada tingkat organ sejalan

dengan proses menua. Akibat penurunan kapasitas fungsional tersebut, orang

berusia lanjut umumnya tidak berespon terhadap berbagai rangsangan internal

maupun eksternal. Menurunnya kapasitas untuk berespon terhadap lingkungan

internal cenderung membuat orang usia lanjut kesulitan untuk memelihara

kestabilan status fisik dan kimiawi dalam tubuh. Orang lanjut usia juga

mengalami persoalan khusus tentang nutrisi. Mereka beresiko tinggi menderita

malnutrisi dan lebih rentan terkena dampak malnutrisi. Gangguan pada

homeostasis tubuh tersebut dapat memudahkan terjadinya berbagai disfungsi

sistem organ.

Penyebab kematian utama pada usia lanjut adalah penyakit vaskuler dan

penyakit kronik yang menyertainya. Upaya pencegahan penyakit ini dilakukan

melalui pola hidup sehat yang mencakup aktivitas fisik, diet bergizi, dan

menghentikan kebiasaan buruk seperti merokok dan mengkonsumsi alkohol.

34

Page 35: Nutrisi Pada Geriatri_REFRAT

KEPUSTAKAAN

1. Setiati, Siti. 2006. Proses Menua dan Implikasi Kliniknya. Dalam : Buku Ajar

Ilmu Penyakit Dalam Jilid III, Edisi IV. Jakarta : PAPDI.

2. Sari, Nina. 2006. Gangguan Nutrisi pada Usia Lanjut. Dalam : Buku Ajar

Ilmu Penyakit Dalam Jilid III, Edisi IV. Jakarta : PAPDI.

3. Wiboworini, Budi. 2009. Gizi untuk Dewasa dan Lansia. Dalam : Blok

Geriatri Fakultas Kedokteran UNS. Solo : UNS.

4. Soewoto, Sumarmi. 2009. Nutrisi pada Usia lanjut. Dalam : Blok Geriatri

Fakultas Kedokteran UNS. Solo : UNS.

5. Darmojo,R. Boedhi. 1999. Gizi pada Usia Lanjut, Dalam : Buku Ajar

Geriatri. Jakarta : FKUI

6. Proverawati, Atikah. 2009. Gizi bagi Lanjut Usia. Dalam : Buku Ajar Gizi

Untuk Kebidanan. Yogyakarta : NuMed

7. Laksmiarti, Turniani Dan Maryani, Herti. Tetap Sehat di Usia Lanjut Dengan

Gizi Sehat. Puslitbang Pelayanan dan Teknologi Kesehatan Surabaya

8. Darmojo, R. Boedhi.,dkk.1999. Buku Ajar Geriatri. Jakarta : Balai Penerbit

FKUI

9. Gallo, Joseph.1998. Buku Saku Gerontologi. Jakarta : EGC

10. Nugroho, Wahjudi.2000. Keperawatan Gerontik.Jakarta : EGC

11. Potter & Perry.2005.Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Edisi

4.Jakarta :EGC

35