p eerraakkiittaann add ann...
TRANSCRIPT
MAK :1800.033.022
PPRROOPPOOSSAALL PPEENNEELLIITTIIAANN
PPEERRAAKKIITTAANN DDAANN PPEENNGGEEMMBBAANNGGAANN TTEESSTT KKIITT
DDAANN PPEERRAANNGGKKAATT LLUUNNAAKK PPEENNGGEELLOOLLAAAANN LLAAHHAANN
MMEENNDDUUKKUUNNGG PPEEMMBBAANNGGUUNNAANN PPEERRTTAANNIIAANN
BBEERRKKEELLAANNJJUUTTAANN
Dr. Ladiyani Retno Widowati, MSc.
Satker: 648680 BALAI PENELITIAN TANAH
BALAI BESAR LITBANG SUMBERDAYA LAHAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN
KEMENTERIAN PERTANIAN
2015
ii
LEMBAR PENGESAHAN
JUDUL RPTP : Perakitan dan Pengembangan Test Kit dan
Perangkat Lunak Pengelolaan Lahan Mendukung
Pembangunan Pertanian Berkelanjutan
UNIT KERJA : Balai Penelitian Tanah
ALAMAT UNIT KERJA : Jl. Tentara Pelajar No.12, Cimanggu, Bogor
SUMBER DANA : DIPA/RKAKL Satker: Balai Penelitian Tanah
Tahun Anggaran 2014
STATUS PENELITIAN : Lanjutan /Baru
PENANGGUNGJAWAB PROGRAM :
a. Nama : Dr. Ladiyani Retno Widowati, MSc,
b. Pangkat/Golongan : Penata/IV-a
c. Jabatan Fungsional : Peneliti Madya
LOKASI : Pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan
AGROEKOSISTEM : Sawah dan Lahan Kering
TAHUN MULAI : 2014
TAHUN SELESAI : 2016
OUTPUT TAHUNAN : ROPP 1. 1. Tersusunnya sistem informasi konservasi
tanah berbasis web dan spasial di Provinsi Jawa Timur.
2. Tersusunnya sistem informasi rekomendasi pupuk berbasis web dan spasial di Provinsi Jawa Timur
ROPP 2. 3. Tersusunnya database kadar unsur hara NPK
dan pengelolaan kesuburan tanah sawah
irigasi di Provinsi Jawa Timur, serta
mempelajari model pengelolaan serta
“leverage factors” yang mempengaruhi
produktivitas lahan sawah irigasi di Provinsi
Jawa Timur dengan pendekatan sistem
dinamis.
ROPP 3.
4. Tervalidasinya perangkat uji hara tanaman
(PUHT) untuk tanaman kelapa sawit
iii
ROPP 4.
5. Tersusunnya Perangkat Uji Tanah Sawah
(PUTS) - digital untuk meningkatkan akurasi
dalam pembacaan kadar hara tanah sawah
dan lebih tepat rekomendasinya
6. Diperolehnya informasi penerapan pereaksi
uji cepat Perangkat Uji Tanah Rawa (PUTR)
untuk sulfat masam aktual, lebak dan
gambut
7. Tervalidasinya Perangkat Uji Tanah Kering
(PUTK) - horti untuk tanaman sayuran
berdaun, berumbi dan berbuah
8. Diperolehnya informasi metode deteksi
aktivitas mikroba
OUTPUT AKHIR : ROPP 1.
1. Tersusunnya sistem informasi konservasi
tanah berbasis web dan spasial untuk seluruh
wilayah Indonesia, serta tersusunnya sistem
informasi kesuburan tanah berbasis web dan
spasial untuk seluruh wilayah Indonesia
ROPP 2.
2. Tersusunnya database kadar unsur hara NPK
dan pengelolaan kesuburan tanah sawah
irigasi dan model pengelolaan tanah sawah
irigasi spesifik lokasi dan berkelanjutan.
ROPP 3.
1. Diperolehnya PUHT yang tervalidasi untuk
jenis tanaman perkebunan pewakil
ROPP 4.
1. Diperolehnya PUTS – digital tervalidasi untuk
padi sawah
2. Diperolehnya informasi kesesuaian PUTR untuk
lahan sulfat masam aktual (SMA), rawa lebak,
iv
dan gambut dan tersusun rekomendasinya.
3. Diperolehnya PUTK Horti yang sesuai untuk
tanaman sayuran, buah, dan bunga, serta
rekomendasinya.
4. Diperolehnya pengekstrak terbaik untuk Bio-
test kit.
BIAYA PENELITIAN : Rp. 529.000.000 (Lima Ratus dua puluh sembilan
juta rupiah)
Koordinator Program
Dr. Neneng L. Nurida NIP. 19631229 199003 2 001
Penanggung Jawab RPTP
Dr. Ladiyani Retno Widowati, MSc. NIP. 19690303 199403 2 001
Mengetahui,
Plh Kepala Balai Besar Litbang Sumber Daya Lahan Pertanian
Dr. Drs. Edi Husen, M.Sc NIP. 19600910 198303 1 003
Kepala Balai Penelitian Tanah
Dr. Ali Jamil 19650830 NIP. 19650830 199803 1 001
v
RINGKASAN USULAN PENELITIAN 1 Judul Kegiatan RPTP/RDHP : Perakitan dan Pengembangan Test Kit dan Perangkat
Lunak Pengelolaan Lahan Mendukung Pembangunan
Pertanian Berkelanjutan
2 Nama dan Alamat Unit Kerja : Balai Penelitian Tanah
Jl. Tentara Pelajar, No.12, Cimanggu – Bogor
3 Sifat Usulan Penelitian : Lanjutan – Baru
4 Penanggungjawab : Dr. Ladiyani Retno Widowati, MSc.
5 Justifikasi : - Komponen produksi yang terpenuhi secara optimal
akan menghasilkan produksi yang optimum,
sehingga diperlukan informasi sistem dinamis
pengelolaan lahan sawah irigasi studi kasus di
Jawa Tengah
- Dengan perkembangan sistem informasi, sangat
dibutuhkan suatu sistem informasi lahan kering
berbasis web dalam upaya mendukung program
ketahanan pangan di Jawa
- Monitoring kadar hara dan penyusunan
rekomendasi pemupukan tanaman sawit saat ini
belum terintegrasi, sehingga penyusunan
rekomendasi tanaman kelapa sawit yang
konprehensif perlu disusun dan didukung dengan
alat bantu uji tanah secara cepat dengan PUHT
(Perangkat Uji hara Tanaman) sawit
- Peningkatan akurasi dalam pembacaan warna yang
dihasilkan dari ekstraksi hara N, P, K, pH perlu
ditingkatkan dengan cara menyusun PUTS Digital
- Pengembangan pemanfaatan PUTR untuk
penyusunan rekomendasi pemupkan lahan sulfat
masam aktual, lebak dan gambut untuk padi
diperlukan agar dapat diterapkan sistem
vi
pengelolaan hara spesifik lokasi.
- Pengembangan pemanfaatan PUTK untuk
penyusunan rekomendasi pemupukan untuk
sayuran berdaun, berumbi dan berbuah dalam
upaya meningkatkan efisiensi pemupukan dan
menekan pencemaran lingkungan karena
pemupukan yang berlebihan
- Aktivitas mikroba tanah merupakan salah satu sifat
biokimia tanah yang sangat sensitif terhadap
perubahan kualitas tanah. Peranan mikroba tanah
tercermin dari aktivitsa biokimia di dalam tanah.
Aktivitas biokimia mikroba tanah dapat
digambarkan melalui aktivitas enzimatik, antara
lain aktivitas enzim dehidrogenase.
6 Tujuan
a. Jangka Pendek : ROPP 1. 1. Menyusun sistem informasi konservasi tanah
berbasis web dan spasial di Provinsi Jawa Timur.
2. Menyusun sistem informasi rekomendasi pupuk berbasis web dan spasial di Provinsi Jawa Timur
ROPP 2. 3. Menyusun database kadar unsur hara NPK
dan pengelolaan kesuburan tanah sawah
irigasi di Provinsi Jawa Timur, serta
mempelajari model pengelolaan serta
“leverage factors” yang mempengaruhi
produktivitas lahan sawah irigasi di Provinsi
Jawa Timur dengan pendekatan sistem
dinamis.
ROPP 3.
4. Memvalidasi perangkat uji hara tanaman
vii
(PUHT) untuk tanaman kelapa sawit
ROPP 4.
5. Menyusun Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS)
- digital untuk meningkatkan akurasi dalam
pembacaan kadar hara tanah sawah dan lebih
tepat rekomendasinya
6. Memperoleh informasi penerapan pereaksi uji
cepat Perangkat Uji Tanah Rawa (PUTR)
untuk sulfat masam aktual, lebak dan gambut
7. Memvalidasi Perangkat Uji Tanah Kering
(PUTK) - horti untuk tanaman sayuran
berdaun, berumbi dan berbuah
8. Memperoleh informasi metode deteksi
aktivitas mikroba
b. Jangka Panjang : ROPP 1.
1. Menyusun sistem informasi konservasi tanah
berbasis web dan spasial untuk seluruh wilayah
Indonesia
2. Menyusun sistem informasi kesuburan tanah
berbasis web dan spasial untuk seluruh wilayah
Indonesia
ROPP 2.
1. Menyusun database kadar unsur hara NPK dan
pengelolaan kesuburan tanah sawah irigasi
2. Membuat model pengelolaan tanah sawah irigasi
spesifik lokasi dan berkelanjutan.
ROPP 3.
1. Memperoleh PUHT yang tervalidasi untuk jenis
tanaman perkebunan pewakil
viii
ROPP 4.
1. Memperoleh PUTS – digital tervalidasi untuk padi
sawah
2. Memperoleh informasi kesesuaian PUTR untuk
lahan sulfat masam aktual (SMA), rawa lebak,
dan gambut dan tersusun rekomendasinya.
3. Memperoleh PUTK Horti yang sesuai untuk
tanaman sayuran, buah, dan bunga, serta
rekomendasinya.
4. Memperoleh pengekstrak terbaik untuk Bio-test
kit.
7 Luaran yang diharapkan
a. Jangka Pendek : - 1 sistem informasi dinamis pengelolaan lahan
kering berbasis web untuk Provinsi Jawa Tengah
- 1 sistem informasi pengelolaan lahan sawah di
Jawa Tengah
- Validasi Perangkat Uji hara tanaman sawit
(PUHT)
- 1 prototipe PUTS Digital yang disempurnakan
- Informasi uji coba reagen uji cepat PUTR (sulfat
masam aktual, lebak dan gambut)
- 1 PUTK horti tervalidasi (sayuran berdaun,
berumbi dan berbuah)
- Informasi metoda deteksi aktivitas mikroba tanah
b. Jangka Panjang : - 1 sistem informasi pengelolaan lahan sawah di
Indonesia yang tervalidasi
- 1 sistem dinamis lahan sawah irigasi di Indonesia
- 1 Perangkat Uji hara tanaman (PUHT) yang
tervalidasi
- 1 Prototipe PUTS digital yang disempurnakan
- 1 Reagen uji cepat dengan PUTR yang dapat
ix
dipergunakan untuk sulfat masam aktual, lebak,
dan gambut dan rekomendasi pemupukannya
- 1 Prototipe deteksi aktivitas mikroba tanah yang
tervalidasi
8 Outcome : - Diperolehnya sistem informasi dinamis pengelolaan
lahan kering berbasis web untuk Provinsi Jawa
Tengah
- Diperolehnya sistem informasi pengelolaan lahan
sawah di Jawa Tengah
- Tervalidasinya Perangkat Uji hara tanaman sawit
(PUHT)
- Tersempurnanya prototipe PUTS Digital yang
disempurnakan
- Diperolehnya informasi uji coba reagen PUTR
untuk sulfat masam aktual, lebak dan gambut
- Tervalidasinya PUTK horti tervalidasi untuk
sayuran sayuran berdaun, berumbi dan berbuah
- Diperolehnya informasi metoda deteksi aktivitas
mikroba tanah
9 Sasaran akhir : Hasil dari penelitian ini adalah produk berupa test kit,
software dan paket informasi yang dapat
dipergunakan untuk mengelola lahan pertanian dalam
upaya mendukung upaya swasembada pangan
berkelanjutan dan lestari
10 Lokasi penelitian : Jawa Barat, Jakarta, Jawa Tengah, Jogjakarta, Jawa
Timur, Kalimatan Selatan, Kalimantan Barat,
Sumatera Selatan, dan Lampung
11 Jangka waktu : Mulai T.A. 2014, berakhir T.A. 2016
12 Sumber dana : DIPA/RKAKL Satker: Balai Penelitian Tanah, T.A.
2015
x
SUMMARY
1 Title of RPTP/RDHP : Establishment and Development of test kits and
software for land management to support
development of sustainable agriculture
2 Implementation unit : Indonesia Soil Research Institute (ISRI)
Jl. Tentara Pelajar No. 12, Cimanggu – Bogor
3 Location : West Java, Jakarta, Central Java, Jogjakarta, East
Java, South Kalimantan, West Kalimantan, South
Sumatera, Lampung
4 Objective
a. Short term : ROPP 1. 1. To develop information system of soil
conservation based on web and spatial of
East Java province.
2. To develop information system of fertilizer
recommendation based on web and spatial
of East Java province.
ROPP 2. 3. To develop database on NPK nutrient
content and management of irrigated
paddy rice of East Java Province, also to
study management model and “leverage
factors” which govern irrigated lowland
productivity in East Java province with
dynamic system approach.
ROPP 3.
4. To validate nutrient test kit (PUHT) for
palm oil.
xi
ROPP 4.
5. To develop digital Paddy Soil Test Kit
(PUTS) - for improving measurement of
soil nutrient content with the intention to
improve fertilizer reccomendation
6. To obtain acurate information for
implementation of PUTR for actual sulphate
soil, swampy and peat soil
7. To validate Upland Soil Test Kit (PUTK) –
horticulture for leavy, bulbous, and fruity
vagetable
8. To obtain information on detection on
nitrogenasi and phosphatase content in soil
b. Long term : ROPP 1. 1. To develop information system of soil
conservation and fertilizer recommendation based on web and spatial of Indonesia.
ROPP 2. 2. To develop database on NPK nutrient
content and management of irrigated
paddy rice of Indonesia, also to study
management model and “leverage factors”
which govern irrigated low land productivity
in East Java province with dynamic system
approach.
ROPP 3.
3. To validate nutrient content test kit (PUHT)
for crop estate.
ROPP 4.
4. To develop Paddy Soil Test Kit digital
(PUTS) - digital for improving
measurement and reading accuration of soil
nutrient content with the intention to
xii
improve reccomendation accuration
5. To obtain acurate implementation of PUTR
for actual sulphate soil, swampy and peat
soil
6. To validate Upland Soil Test Kit (PUTK) –
horticulture for fruit crop
7. To obtain validate bio test kit prototype for
detection of nitrogenasi and phosphatase
soil content
5 Expected output
a. Short term : - 1 dynamic information system of upland
managment based on web for East Java
province
- 1 information system of lowland management
in Central Java province
- Validated plant nutrient test kit (PUHT) in palm
oil crop
- 1 enhanced Digital - PUTS prototype
- 1 packet information of implementation of
PUTR for actual sulphate soil, swampy and
peat soil
- 1 validated PUTK – horticulture for leavy,
bulbous, and fruity vagetable
- 1 informasi of detection methode of
nitrogenase and phosphatase in soil
b. Long term : - 1 unit validated information system of lowland
management in Indonesia
- 1 unit dynamic information system for irrigated
lowland in Indonesia
xiii
- 1 validated nutrient content test kit (PUHT) for
horticulture
- 1 improved prototype of digital PUTS
- 1 Reagent of quick test of PUTR which
suitable for actual sulphate soil, swampy and
peat soil and equiped with fertilizer
recommendation
- 1 validated prototype for microbes activities
detection
6 Descriptions of
methodology
: - ROPP 1 dan 2. The first step of this acitivity is
to collect database for development of soil
management model. Those model then tested
the validity, if the obtained constant is low
closeness value, then refine the model till
reach the highest constant value.
- ROPP 3. Validation of PUHT have been
conducted at oil palm plantation at Garut, West
Java province. The research plot composhed of
fertilizer rate of N, P, K. The harvest
obserbvation will be conducted after 6-12
months ater fertilizer application.
- ROPP 4. Digital PUTS will be refined with
consider to color development and value
measurement, and followed by development of
fertilizer recommendation model as part of
supporting information. Establised PUTR will be
tested for actual sulphate soil, swampy and
peat soil. Then it is followed by correlation
test. If the obtained correaltion constant is low,
xiv
the reagent will be modified. PUTK horticulture
is aimed for validated for main vagetable and
soil. Menawhile development of Bio-test kit,
for year 2015 will concentrate to select analysis
method for nitrogenase and phosphatase
content. The selected method then modified
for development of quick test kit.
7 Duration : Three Years. F.Y 2014/F.Y. 2016
8 Budget/fiscal year : Rp 580.000.000 (Five Hundred Eighty Million
Rupiahs)
9 Source of budget : DIPA/RKAKL 648680 Indonesia Soil Research
Institute (ISRI), Fiscal Year 2015
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Konsep pengembangan teknologi yang sederhana, murah, efektif dan
efisien di segala sektor pembangunan yang dikenal dengan inovasi frugal (frugal
innovation) merupakan strategi yang terbukti mampu mendorong kemajuan
pembangunan negara-negara berkembang seperti India dan Cina. Inovasi frugal
mempunyai ciri khas yaitu rumusan teknologi yang diintroduksikan mampu
melindungi kelestarian lingkungan (environmental protection), mengembangkan
ekonomi (economic development), dan kesetaraan sosial (social equity). Seiring
dengan perkembangan tersebut, pengelolaan dengan pendekatan sistem
merupakan salah satu solusi alternatif yang berpeluang untuk menjawab tujuan
pembangunan pertanian yang sudah ditetapkan dalam RPJP maupun RPJM
(Fizzanty et al., 2012).
Pendekatan sistem sudah banyak dilakukan dalam mencari solusi terhadap
masalah yang melibatkan banyak pemangku kepentingan (stakeholders), bersifat
kompleks, multidisiplin, dan interaksi (keterkaitan) yang rumit dari semua
komponen. Bersamaan dengan aplikasi pendekatan sistem, informasi geospasial
dan non geospasial yang disusun dalam bentuk database diperlukan agar
informasi model pengelolaan kesuburan lahan sawah irigasi dan lahan kering
terdegradasi menjadi lebih informatif. Hasil simulasi dalam modeling pengelolaan
lahan yang diintegrasikan dengan peta spasial secara digital akan memberikan
informasi pengelolaan lahan yang bisa diakses secara cepat oleh pengguna.
Efisiensi pupuk dan ketahanan kualitas lahan merupakan dua hal penting
yang hendak dicapai dalam sistim pertanian di Indonesia. Di satu sisi
peningkatan harga pupuk perunit hara yang dikandung tidak dapat dihindari
karena keterbatasan sumberdaya untuk produksi pupuk. Pemerintah harus
mengalokasikan dana yang cukup besar untuk pelaksanaan program subsidi
2
untuk pupuk tertentu seperti Urea, NPK majemuk, serta pupuk hayati.
Sementara itu untuk perkebunan sawit yang tidak memperoleh subsidi
berkewajiban untuk mempertahankan produktivitas lahan dan juga kelestarian
lingkungan pertanian dengan penerapan pemupukan yang benar. Badan litbang
pertanian sebagai lembaga Kementerian Pertanian, diberi mandat untuk
melaksanakan penelitian yang dituangkan dalam Rencana Strategis. Salah satu
arah kebijakan Badan Litbang Pertanian adalah memprioritaskan penyediaan
inovasi teknologi untuk optimalisasi pemanfaatan lahan (Renstra Badan Litbang
Pertanian, 2010). Paradigma Badan Litbang Pertanian dalam era pembangunan
yang makin kompetitif adalah penciptaan teknologi pertanian yang memiliki nilai
tambah ekonomi yang tinggi untuk mewujudkan peran litbang dalam
pembangunan pertanian (impact recognition) dan nilai ilmiah tinggi (scientific
recognition) untuk pencapaian status sebagai lembaga penelitian berkelas dunia
(a world class research institution).
Perbaikan sistem pengelolaan lahan termasuk teknologi pemupukan serta
serta monitoring, dan percepatan adopsi teknologi oleh petani melalui
penggunaan test kit uji tanah dan pupuk menjadi perhatian dalam riset dan
kajian di Litbang Kementerian Pertanian.
Agar program pemupukan berimbang, monitoring kualitas pupuk
anorganik makro dan perbaikan kesuburan lahan pertanian dapat berjalan baik
dan diimplementasikan secara tepat maka perlu didukung oleh alat uji cepat di
lapangan berupa test kit uji tanah dan uji pupuk. Saat ini telah digunakan secara
luas perangkat uji tanah sawah (PUTS) untuk parameter N, P, K, pH; perangkat
uji lahan kering (PUTK) untuk parameter P, K, C, pH dan kebutuhan kapur; dan
perangkat uji pupuk (PUP) untuk parameter N, P dan K, test kit uji pupuk organik
(PUPO) untuk parameter pH, C organik, N, P dan K; dan test kit uji tanah rawa
(PUTR) untuk parameter N, P, K, pH dan kebutuhan kapur. Seiring dengan
permintaan pengguna dan kebutuhan teknologi tepat guna, sedang
3
dikembangkan beberapa perangkat uji yang berpotensi seperti, Perangkat Uji
Hara Sawit (PUHS) untuk parameter N, P, K, pH, dan B, dan Perangkat Uji
Hortikultur (sayuran) untuk penetapan P, K, pH, Kebutuhan Kapur dan C-organik.
Calon pereaksi yang telah diperoleh untuk PUHS (Perangkat Uji Hara Sawit) dan
PU-Horti (Perangkat Uji Hortikultur) masih perlu disempurnakan. Selain itu akan
dilaksanakan penyusunan PUTS digital sebagai pelengkap bagi PUTS yang sudah
establish saat ini, agar pembacaan kadar hara dapat meningkat ketepatannya.
Yang tidak kalah pentingnya, kesuburan tanah tidak hanya dipandang dari
kesuburan kimia saja akan tetapi juga kesuburan biologi tanah. Pendeteksian
aktivitas mikroba merupakan salah satu pendekatan yang menunjukkan tanah
tertentu adalah suur atau tidak.
Perangkat Uji Horti diperlukan karena sayuran merupakan komoditas
penting yang mendukung ketahanan pangan dan kesehatan masyarakat. Luas
lahan sayuran dataran tinggi dan rendah sekitar 1,1 juta ha (Departemen
Pertanian, 2006b); 883,619 ha (FAOSTAT, 2005). Konsumsi pupuk untuk luasan
tersebut tentulah sangat besar mengingat untuk komoditas sayuran petani
terbiasa mengaplikasikan pupuk sumber N yang cukup tinggi (Widowati et al.,
2011). Ketidakseimbangan hara sering terjadi pada sistem pertanian ini karena
petani cenderung untuk menggunakan dalam jumlah yang sangat melebihi
kebutuhan tanaman (sumber N organik dan anorganik) sebagai upaya untuk
menjamin produksi sayuran yang tinggiDengan dibangunnya perangkat uji untuk
tanaman hortikultur, diharapkan efisiensi pupuk meningkat dan kelestarian lahan
pertanian dapat dipertahankan. Secara bertahap penyusunan rekomendasi
pemupukkan tanaman sayuran terus dilakukan yang dimulai dari jenis sayuran
yang menempati peringkat atas dari jumlah produksi dan konsumsi yakni
kentang, kubis, cabai dan bawang daun. Selanjutnya terus dikembangkan bagi
sayuran yang menempati peringakat 10 besar seperti yang tercantum dalam
4
daftar produksi sayuran Indonesia 2013 (BPS Produksi Sayuran di Indonesia, 1997-
2013).
Dalam rangka memecahkan persoalan di atas dan upaya untuk
mendukung program pemupukan berimbang dan ketahanan kualitas lahan, serta
alih teknologi ke masyarakat pengguna maka pada DIPA tahun anggaran 2015
akan dilaksanakan kegiatan penelitian pengembangan sistem informasi
kesuburan tanah, Penelitian Pengembangan Sistem Informasi Pengelolaan Lahan
Pertanian, validasi PUHS, penyusunan PUTS digital, penyempurnaan Perangkat
Uji untuk hortikultur dan rekomendasinya, serta informasi metoda deteksi
aktivitas mikroba.
1.2. Dasar Pertimbangan
1. Kebutuhan akan pangan terutama beras terus meningkat seiring dengan
pertambahan penduduk, sementara produktivitas lahan sawah cenderung
menurun atau tetap akibat pemanfaatan pupuk anorganik yang belum
diimbangi dengan pupuk organik. Selain penggunaan pupuk yang tidak
berimbang, rendahnya kadar bahan organik tanah pada sebagian besar
lahan sawah irigasi menyebabkan rendahnya efisiensi pemupukan yang
berkontribusi nyata terhadap penurunan produktivitas sawah irigasi.
Pengelolaan lahan sawah yang komprehensif dan menyeluruh dengan
pendekatan sistem merupakan alternatif yang efektif dalam upaya
meningkatkan produktivitas secara berkelanjutan. Agar informasi yang
dibangun bisa diakses secara cepat, mudah, dan terdiseminasi secara luas
maka informasi harus bisa ditampilkan dalam bentuk peta. Untuk itu,
database geospasial dan non spasial diperlukan untuk diintegrasikan ke
dalam hasil simulasi sistem dinamik sehingga informasi pengelolaan
kesuburan lahan sawah irigasi menjadi yang spesifik lokasi.
2. Pembangunan pertanian di Indonesia sangat memerlukan dukungan
teknologi informasi yang akurat, cepat, lengkap, mudah, terkini (update)
5
dan mampu diakses oleh semua orang. Perkembangan teknologi
komputer, internet dan web yang menjadi salah satu motor revolusi
pembangunan di dunia menjadi pilihan terbaik untuk dikembangkan
sebagai bagian dari motor penggerak pembangunan pertanian kita.
Teknologi informasi dalam bentuk perangkat lunak (software) berbasis
web akan menjadi pusat pencarian informasi dan pengambilan keputusan
di masa kini dan masa depan yang akan selalu berkembang sesuai
tuntutan jaman. Penggunaan teknologi spasial dalam penelitian ini
memiliki arti penting sebagai alat untuk mempermudah analisis lahan dan
operasional dari sistem pengambilan keputusan dan sistem informasi ini.
3. Indentifikasi kecukupan hara dalam daun kelapa sawit sangat diperlukan
karena kadar hara yang terkandung mencerminkan kecukupan hara saat
itu. Tanaman kelapa sawit adalah tanaman tahunan sehingga respon
pemupukan baru teramati minimal 6 bulan setelah pemupukan, sehingga
identifikasi kecukupan hara adalah mendesak. Balai Penelitian Tanah telah
mendapatkan prototipe Perangkat Uji Hara Sawit pada TA 2012. Akan
tetapi untuk validitas penggunaan perangkat uji PUHS perlu dilakukan
validasi. Kegiatan validasi dimaksudkan untuk mengukur kadar hara baik
di daun dan tanah serta rekomendasi yang dihasilkan sesuai dengan
kondisi di lapang, baik kesesuaian pengukuran kadar haranya dan respon
rekomendasi pemupukannya.
4. Penetapan kadar hara tanah sawah secara cepat di lapang diperlukan
guna membantu praktisi pertanian dalam menetapkan kadar hara tanah
sawah. Mengingat akses petani ke laboratorium adalah terbatas,
sedangkan rekomendasi harus disusun secara cepat dan akurat, maka
diperlukan alat bantu berupa Perangkat Uji Cepat di Lapang. Saat ini telah
beredar perangkat uji dengan nama PUTS yang mengukur secara semi
6
kuantitatif, dan dengan diciptakannya PUTS digital akan membantu
mengukur kadar hara tanah secara kuantitatif.
5. Lahan rawa dan lebak mempunyai potensi untuk budidaya padi sawah.
Dengan pengelolaan hara dan tata kelola air yang baik, produktivitas
lahan ini dapat dioptimalkan. Saat ini telah tersedia PUTR v 1.0 untuk
lahan sawah suflat masam potensial yang bermanfaat untuk menyusun
rekomendasi pupuk padi sawah secara spesifik lokasi. Perangkat ini akan
diuji untuk lahan SMP, lebak dan gambut agar ketiga jenis tanah tersebut
dapat ditetapkan kadar haranya secara cepat dan disusun
rekomendasinya.
6. Rekomendasi pemupukan untuk tanaman hortikultur terutama sayuran
sangat bervariasi antar sumber, serta sebagian besar tidak berdasarkan
pada hasil uji tanah. Sementara itu petani yang tidak tersentuh atau
mengabaikan rekomendasi yang berlaku cenderung melakukan
pemupukan melebihi kebutuhan tanaman. Pengumpulan data pemupukan
hasil penelitian instansi yang terkait seperti Puslitbanghort dan Balitsa
merupakan sumber informasi yang sangat berharga sebagai komponen
dalam penetapan rekomendasi pemupukannya. Selanjutnya untuk
mendukung program pemupukan yang efektif dan efisien untuk sayuran
dataran tinggi diperlukan alat bantu deteksi cepat kadar hara tanah
dengan naman Perangkat Uji Horti yang dilengkapi dengan rekomendasi
untuk tanaman sayuran.
7. Masalah yang harus dihadapi dalam aplikasi pupuk hayati adalah kesiapan
tanah/habitat untuk mendukung kehidupan organisme pupuk hayati
tersebut. Sesuai dengan kondisi tipologi lahan pertanian di Indonesia,
sebagian besar tanah mineral memiliki kekahatan hara N oleh tingginya
pencucian dan hara P oleh rendahnya kadar dalam bahan mineral tanah.
7
Sehubungan dengan organisme penambatan N maupun organisme pelarut
fosfat dapat berasal dari beberapa jenis organisme tanah, maka untuk
memudahkan dalam evaluasi cukup ditetapkan besarnya aktivitas enzim
nitrogenase maupun aktivitas enzim fosfatase tanah sebagai indikator
kemampuan mikroba tanah menyediakan hara N dan P untuk produksi
pertanian.
1.3. Tujuan
a. Jangka pendek
ROPP 1. 9. Menyusun sistem informasi konservasi tanah berbasis web dan spasial di
Provinsi Jawa Timur. 10. Menyusun sistem informasi rekomendasi pupuk berbasis web dan spasial
di Provinsi Jawa Timur ROPP 2.
11. Menyusun database kadar unsur hara NPK dan pengelolaan kesuburan
tanah sawah irigasi di Provinsi Jawa Timur, serta mempelajari model
pengelolaan serta “leverage factors” yang mempengaruhi produktivitas
lahan sawah irigasi di Provinsi Jawa Timur dengan pendekatan sistem
dinamis.
ROPP 3.
12. Memvalidasi perangkat uji hara tanaman (PUHT) untuk tanaman kelapa
sawit
ROPP 4.
13. Menyusun Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS) - digital untuk meningkatkan
akurasi dalam pembacaan kadar hara tanah sawah dan lebih tepat
rekomendasinya
14. Memperoleh informasi penerapan pereaksi uji cepat Perangkat Uji Tanah Rawa
(PUTR) untuk sulfat masam aktual, lebak dan gambut
15. Memvalidasi Perangkat Uji Tanah Kering (PUTK) - horti untuk tanaman sayuran
berdaun, berumbi dan berbuah
16. Memperoleh informasi metode deteksi aktivitas mikroba
8
b. Jangka panjang
Tujuan jangka panjang penelitian ini adalah:
ROPP 1.
3. Menyusun database kadar unsur hara NPK dan pengelolaan kesuburan tanah
sawah irigasi
4. Membuat model pengelolaan tanah sawah irigasi spesifik lokasi dan
berkelanjutan.
ROPP 2.
3. Menyusun sistem informasi konservasi tanah berbasis web dan spasial
untuk seluruh wilayah Indonesia
4. Menyusun sistem informasi kesuburan tanah berbasis web dan spasial
untuk seluruh wilayah Indonesia
ROPP 3.
1. Memperoleh PUHT yang tervalidasi untuk jenis tanaman perkebunan
pewakil
ROPP 4.
1. Memperoleh PUTS – digital tervalidasi untuk padi sawah
2. Memperoleh informasi kesesuaian PUTR untuk lahan sulfat masam aktual
(SMA), rawa lebak, dan gambut dan tersusun rekomendasinya.
3. Memperoleh PUTK Horti yang sesuai untuk tanaman sayuran, buah, dan
bunga, serta rekomendasinya.
4. Memperoleh pengekstrak terbaik untuk Bio-test kit.
9
1.4. Luaran yang diharapkan
a. Jangka pendek
ROPP 1. 9. Tersusunnya sistem informasi konservasi tanah berbasis web dan spasial
di Provinsi Jawa Timur. 10. Tersusunnya sistem informasi rekomendasi pupuk berbasis web dan
spasial di Provinsi Jawa Timur ROPP 2.
11. Tersusunnya database kadar unsur hara NPK dan pengelolaan kesuburan
tanah sawah irigasi di Provinsi Jawa Timur, serta mempelajari model
pengelolaan serta “leverage factors” yang mempengaruhi produktivitas
lahan sawah irigasi di Provinsi Jawa Timur dengan pendekatan sistem
dinamis.
ROPP 3.
12. Tervalidasinya perangkat uji hara tanaman (PUHT) untuk tanaman kelapa
sawit
ROPP 4.
13. Tersusunnya Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS) - digital untuk meningkatkan
akurasi dalam pembacaan kadar hara tanah sawah dan lebih tepat
rekomendasinya
14. Diperolehnya informasi penerapan pereaksi uji cepat Perangkat Uji Tanah Rawa
(PUTR) untuk sulfat masam aktual, lebak dan gambut
15. Tervalidasinya Perangkat Uji Tanah Kering (PUTK) - horti untuk tanaman
sayuran berdaun, berumbi dan berbuah
16. Diperolehnya informasi metode deteksi aktivitas mikroba
b. Jangka panjang
ROPP 1.
1. Tersusunnya database kadar unsur hara NPK dan pengelolaan kesuburan
tanah sawah irigasi dan model pengelolaan tanah sawah irigasi spesifik lokasi
dan berkelanjutan.
10
ROPP 2.
1. Tersusunnya sistem informasi konservasi tanah berbasis web dan spasial
untuk seluruh wilayah Indonesia, serta tersusunnya sistem informasi
kesuburan tanah berbasis web dan spasial untuk seluruh wilayah
Indonesia
ROPP 3.
1. Diperolehnya PUHT yang tervalidasi untuk jenis tanaman perkebunan
pewakil
ROPP 4.
1. Diperolehnya PUTS – digital tervalidasi untuk padi sawah
2. Diperolehnya informasi kesesuaian PUTR untuk lahan sulfat masam aktual
(SMA), rawa lebak, dan gambut dan tersusun rekomendasinya.
3. Diperolehnya PUTK Horti yang sesuai untuk tanaman sayuran, buah, dan
bunga, serta rekomendasinya.
4. Diperolehnya pengekstrak terbaik untuk Bio-test kit.
1.5. Perkiraan manfaat dan dampak dari kegiatan yang dirancang
Database kadar unsur hara NPK dan pengelolaan kesuburan tanah sawah
irigasi dan model pengelolaan tanah sawah irigasi spesifik lokasi dan
berkelanjutan sangat diperlukan oleh praktisi pertanian dan pengambil kebijakan
untuk menyusun rencana kerja serta untuk mendapatkan informasi yang lebih
cepat.
Sistem informasi konservasi tanah berbasis web dan spasial untuk seluruh
wilayah Indonesia, serta tersusunnya sistem informasi kesuburan tanah berbasis
11
web dan spasial untuk seluruh wilayah Indonesia juga sangat diperlukan oleh
pengambil kebijakan dan praktisi pertanian. Informasi konservasi tanah dan
kesuburan tanah dapat diperoleh secara cepat dengan sistem yang sangat
membantu untuk pelaksanaan perencanaan dan pelaksanaan kegiatannya.
Perangkat uji cepat seperti PUHT sangat dibutuhkan oleh pengguna di lapang
seperti petani, PPL, praktisi pertanian (perkebunan) untuk penentuan
rekomendasi pemupukan. Perangkat Uji tanaman hortikultur (sayuran)
diperlukan oleh PPL dan petani sayuran agar efisiensi pupuk meningkat dan
produksi optimal sedangkan pencemaran lingkungan dapat ditekan. Dengan
tersedianya test kit digital untuk PUTS, dapat membantu pengguna mendapatkan
data kualitatif sehingga pengambilan keputusan kadar hara lebih pasti. Dengan
diperolehnya Bio-test kit untuk nitrogenase dan fosfatase secara cepat, maka
pelaksaan aplikasi pupuk hayati akan lebih efektif dan efisien.
12
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kerangka Teoritis
Pendekatan sistem adalah salah satu cara penyelesaian masalah yang
kompleks dengan metode dan alat analisis yang mampu mengidentifikasi,
menganalisis, mensimulasi, dan mendisain sistem dengan komponen-komponen
yang saling terkait, yang diformulasikan secara lintas desiplin dan komplementer
untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan (Eriyatno, 2004). Pendapat
lainnya menyebutkan keunggulan dari pendekatan sistem terletak pada cirinya
yaitu sibernetic, holistic, dan efective (SHE). Sibernetic maknanya adalah bahwa
penyelesaian masalah dalam pendekatan sistem tidak berorientasi pada pada
masalahnya (problem oriented), tetapi berorientasi pada tujuan (goal oriented).
Holistic maknanya adalah penekanan penyelesaian masalah secara utuh dan
menyeluruh. Effective maknanya adalah bahwa model yang dibangun harus bisa
diaplikasikan oleh pengguna (Hartrisari, 2007).
Hasil simulasi dalam modeling pengelolaan lahan yang diintegrasikan
dengan peta spasial secara digital akan memberikan informasi pengelolaan lahan
yang bisa diakses dengan mudah oleh pengguna. Teknologi peta juga akan
meningkatkan kualitas keputusan yang diambil dalam pemilihan teknologi
pengelolaan lahan karena bersifat lebih holistik (menyeluruh) dengan
mempertimbangkan hubungan kawasan yang lainnya dan meliputi skala kawasan
yang lebih luas. Hal ini mengisyaratkan bahwa untuk masa depan, pembangunan
pertanian di Indonesia sangat memerlukan dukungan teknologi informasi yang
akurat, cepat, lengkap, mudah, terkini (update) dan mampu diakses oleh semua
orang. Perkembangan teknologi komputer, internet dan web yang menjadi salah
satu motor revolusi pembangunan di dunia menjadi pilihan terbaik untuk
dikembangkan sebagai bagian dari motor penggerak pembangunan pertanian.
Teknologi informasi dalam bentuk perangkat lunak (software) berbasis web akan
menjadi pusat pencarian informasi dan pengambilan keputusan di masa kini dan
13
masa depan yang akan selalu berkembang sesuai tuntutan jaman. Penelitian ini
dirancang untuk bisa memenuhi tuntutan dari perkembangan teknologi komputer
yang terkait dengan pengelolaan lahan sawah irigasi dan lahan kering.
Suatu teknologi yang dihasilkan akan mempunyai dampak yang luas bila
produk tersebut sesuai sasaran, mudah dipergunakan, sederhana
penggunaannya, dan relatif terjangkau harganya. Sasaran utama dari perangkat
uji yang disusun (PUHS) adalah ketahanan produk perkebunan untuk kelapa
sawit dengan cara meningkatkan efisiensi pemupukan yang sesuai kebutuhan
tanaman, dan untuk ketahanan tanaman sayuran ditunjang dengan disusunnya
Perangkat Uji Tanaman Sayuran (PU-Horti). Semua rekomendasi pemupukan
tersebut akan efektif bila pupuk yang dipergunakan sesuai dengan kadar yang
tercantum pada kemasan sehingga diperlukan PUTS digital agar dapat mengukur
secara kualitatif.
Sebagai contoh pemanfaatan teknologi bahwa sejak revolusi hijau
diadopsi tahun 1960-an, produktivitas padi meningkat pesat dari hanya sekitar 1
ton/ha sehingga mencapai rata-rata nasional 4,5 ton/ha (FAOSTAT, 2007).
Kemudian diikuti dengan pencanangan program peningkatan ketahanan pangan
oleh pemerintah sehingga swasembada beras tercapai di tahun 1984. Namun
demikian, meskipun program peningkatan produksi dan produktivitas tanaman
pangan semakin berkembang akan tetapi tidak diimbangi dengan peningkatan
produktivitas lahan, malah cenderung mengalami stagnansi dan fluktuasi. Hal ini
terutama disebabkan oleh degradasi kesuburan tanah dan ketidaktepatan hara
yang diberikan. Kedua hal tersebut terutama disebabkan oleh pupuk yang tidak
berimbang dan pengelolaan lahan yang tidak optimal sehingga pupuk yang
diberikan tidak bermanfaat secara optimum dan efisien. Yang tak kalah penting
selain ketahanan pangan, yang perlu menjadi perhatian penanganan yakni
ketahanan produksi perkebunan seperti kelapa sawit, serta ketahanan tanaman
sayuran dengan sistem budidaya yang efisien dan berkelanjutan.
14
Hasil pengamatan Syahfitri (2009), menunjukkan bahwa kelapa sawit
yang tumbuh di Pusat Penelitian Kelapa Sawit di Medan memperlihatkan kadar P
dalam kisaran 0,139-0,150% lebih rendah dari standar kecukupan yakni 0.16-
0.19%. Menurut Sutarta et al., (2005), ketersediaan pupuk secara tepat dosis
sesuai dengan umur kebutuhan tanaman sering menjadi masalah bagi
perkebunan kelapa sawit, hal ini yang menyebabkan kadarnya lebih rendah dari
standar kecukupan.
Selanjutnya, dalam hal pengolaan hara yang konprehensif, dilakukan
pendekatan yang saling terkait antara komponen fisika, kimia dan biologi tanah.
Sebagaimana diketahui organisme tanah yang mampu aktif melakukan
penambatan N cukup banyak seperti Rhizobium, Azotobacter, Azospirillum, BGA,
yang mampu menyumbangkan N ke dalam tanah. Untuk menetapkan pilihan
jenis mikroorganimme yang tepat tidaklah mudah, memerlukan biaya dan waktu
yang tidak sedikit untuk identifikasi. Pada prinsipnya bahan aktif untuk
melakukan penambatan N2-bebas oleh organisme tanah diperankan oleh enzim
nitrogenase. Mekanisme penambatan N2-bebas oleh enzim nitrogenase.
Sehingga untuk memonitor aktivitas penambatan N dapat diukur dari
ketersediaan enzim nitrogenase. Selain nitrogen, bakteri pengurai P tanah juga
terdiri dari berbagai jenis mikroba. Terdapat hubungan antara kadar enzim
fosfatase dengan aktivitas pelarutan P dari matrik tanah, sehingga pendekatan
pengukuran secara cepat dapat diduga dari kadar enzim tersebut di tanah.
2.2. Hasil-hasil penelitian
Terkait dengan upaya pencapaian surplus beras 10 juta ton, Badan
Litbang Pertanian (2012) telah merekayasa model pengelolaan sumberdaya
lahan sawah irigasi teknis, semi teknis, dan sawah tadah hujan dengan
pendekatan sistem dinamis. Hasil simulasi menunjukkan bahwa leverage factors
15
dalam pemodelan tersebut adalah luas lahan, masukan sarana produksi (benih
unggul dan pupuk), ketersediaan air untuk tanaman padi dengan perbaikan
saluran irigasi, efektivitas penyuluhan untuk meningkatkan adopsi teknologi, dan
insentif produksi dan pemasaran gabah/beras berupa kebijakan pemerintah
dengan subsidi pupuk dan penetapan harga pembelian pemerintah (HPP) gabah
petani.
Pupuk sebagaiman uraian tersebut di atas dinyatakan sebagai Leverage
Factor. Hal ini harus diselesaikan permasalahannya dengan dukungan inovasi
teknologi, seperti perangkat uji cepat. Penetapan unsur hara secara cepat di
lapangan digunakan untuk menentukan dosis rekomendasi pupuk spesifik lokasi.
Penetapan sifat kimia tanah seperti N, P, K, bahan organik, dan kebutuhan kapur
di laboratorium memerlukan waktu lama dan relatif mahal. Untuk mengatasi
kesenjangan penerapan teknologi pemupukan berimbang, Balai Penelitian Tanah
(Balittanah) telah menyusun suatu perangkat uji cepat untuk menentukan
kandungan (status) hara tanah yang dapat dikerjakan di lapangan, disertai
rekomendasi pemupukannya.
Konsep awal pengembangan test kit secara umum dimulai dengan 1)
memilih jenis pengekstrak terbaik yang dapat digunakan untuk menetapkan hara
secara cepat dan 2) menentukan model rekomendasi pemupukan terbaik sebagai
komponen test kit (Nurjaya dan Setyorini, 2008). Alat bantu ini dinamakan
Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS), Perangkat Uji Tanah Kering (PUTK) dan
Perangkat Uji Pupuk (PUP). PUTS dan PUTK digunakan untuk menetapkan status
hara N, P, K pada lahan lahan sawah dan lahan kering yang dilengkapi dengan
penetapan bahan organik serta kebutuhan kapur untuk lahan kering (Nurjaya
dan Setyorini, 2008). Adopsi PUTS dan PUTK telah berkembang di seluruh
Indonesia dimana kedua test kit tersebut dipergunakan sebagai salah alat bantu
untuk penetapan rekomendasi pemupukan spesifik lokasi yang tercantum di
16
lampiran Permentan No. 40/Permentan/OT.140/04/2007 (Widowati et al., 2011b;
Koran Jakarta, 2009; Majalah Trubus, 2008). PUTS telah divalidasi pada
beberapa order tanah utama. Seluruh lokasi memberikan respon yang positif
berdasarkan perhitungan B/C ratio dibandingkan dengan rekomendasi yang
berlaku, praktek petani, dan kontrol (Widowati and Setyorini, 2011a; Widowati
and Setyorini, 2008). PUTK juga telah divalidasi pada tanah Ultisols Jagang and
Tamanbogo, Lampung, dan Andisols Segunung, Jawa Barat yang meningkatkan
hasil sebanyak 28.4 sampai 83.2% dibandingkan dengan Praktek Petani (Nurjaya
et al., 2007). Aplikasi pupuk yang tepat dapat mengurangi penggunaan pupuk
antara 10-30% N tetapi produksi tetap tinggi (Widowati et al., 2011).
Perangkat uji pupuk digunakan untuk menetapkan kandungan unsur
makro pupuk secara cepat. PUP ini sangat bermanfaat untuk menghindari
kerugian petani akibat banyaknya pupuk palsu yang beredar. Jumlah pupuk yang
memperoleh perijinan pendaftaran pada tahun 2011 sebanyak 317 dari jumlah
pendaftar 411 (Pusat Perlindungan Varietas Tanaman dan Perijinan Pertanian,
2012). Jumlah tersebut belum termasuk merek yang masih aktif masa
berlakunya. Jumlah tersebut merupakan jumlah yang sangat banyak, sehingga
diperlukan alat bantu identifikasi kadar hara secara cepat untuk praktisi
pertanian di lapang.
Selain PUTS, PUTK, PUP, PUPO dan pH-SRI yang sudah divalidasi,
beberapa test kit lainnya sedang dalam tahap pengembangan dan validasi
seperti PUHS/T (Perangkat uji hara tanaman sawit/tanaman), PU-Horti dan PUP
digital. PUPO yaitu perangkat uji pupuk organik telah dikembangkan untuk
menetapkan kandungan N, P dan pH, namun masih diperlukan penelitian untuk
menyempurnakan pereaksi untuk menetapkan C organik, K dan Fe yang tepat
(Hartatik et al., 2009). Pengawasan kadar hara pupuk organik yang beredar
dapat dibantu dengan penggunaan PUPO. Perangkat uji ini merupakan hasil
penelitian sejak 2010, yang terus mengalami penyempurnaan hingga 2012
17
(Widowati et al., 2012). Pada tahun anggaran 2013 telah diperoleh perangkat uji
pH SRI. Perangkat uji ini dapat dipergunakan untuk mengukur pH secara cepat
untuk keperluan survai pemetaan tanah.
Masalah aplikasi pupuk yang kurang tepat juga terjadi di sentra
penanaman sayuran mulai di dataran rendah sampai dataran tinggi (Widowati et
al., 2011). Sementara rekomendasi pemupukan yang tersedia untuk sayuran
belum mengacu pada sistem tanah dan tanaman. Balai Penelitian Tanah telah
menghasilkan Perangkat uji Tanah Kering yang dipergunakan untuk mengukur
kadar hara lahan kering. Perangkat tersebut mempunyai peluang untuk
dipergunakan pada sistem produksi sayuran, akan tetapi masih memerlukan
dukungan rekomendasi pemupukan yang valid berdasarkan uji tanah. Beberapa
contoh aplikasi pupuk kentang di Dieng per ha sebesar 20-25 t pukan + 750 kg
Urea + 750 kg SP-36, sedangkan di Kejajar sebesar 25-70 t pukan + 300-750
Urea + 200-300 kg NPK (15-15-15) (Haryati et al., 2000; Widowati et al., 2011c).
Dari data tersebut terlihat bahwa untuk satu jenis sayuran dengan jumlah
aplikasi berbeda.
Capaian kegiatan tahun 2014 diuraikan sebagai berikut:
- Penelitian Pengembangan Sistem Informasi Pengelolaan Lahan Pertanian
merupakan penelitian jangka panjang yang dimulai T.A 2013 meliputi
wilayah lahan kering di Prov. Jawa Barat. Pada T.A 2013 dan 2014
penelitian dilakukan pada agroekosistem lahan lahan kering di wilayah
Provinsi Jawa Barat dan hanya dibedakan pada output penelitian saja.
Sampai dengan saat ini telah dilakukan inventarisasi data base dan
penyusunan model Pengelolaan Lahan Pertanian.
- PUHS/T. Penetapan kadar hara dalam tanaman didekati dengan
mengekstrak secara cepat dengan beberapa calon pereaksi PUHS terhadap
kadar hara N, P, K, dan B tanaman kelapa sawit. Hasil analisa daun kelapa
sawit dari blok percobaan diperoleh nilai kadar hara N, P dan K dari rendah
18
hingga tinggi. Diperoleh pula hasil analisa tanah blok percobaan dengan
kadar yang rendah hingga sedang. Pada tahun anggaran 2012-13 telah
diperoleh beberapa calon pereaksi yang terpilih serta telah dilakukan
pengumpulan contoh daun dan validasinya di perkebunan kelapa sawit PMA
yaitu dari Agro Muko Plantation. Pada tahun 2014 telah diperoleh data
produksi dari blok percobaan, serta telah dilakukan pemupukan di lokasi
kedua di Kebun Kelapa Sawit swasta di garut.
- PUTR. Perangkat uji ini telah dilaunching pada tanggal 13 September 2011
oleh Kepala Badan Litbang Pertanian pada acara Pekan Rawa Nasional di
Balittra, akan tetapi masih memerlukan uji lapang (validasi) pada tanah
pewakil yang lebih banyak agar didapat populasi data yang secara scientific
dapat dipercaya. Sampai TA 2013 baru dilakukan validasi di 4 lokasi, jumlah
ini termasuk minim untuk perangkat uji yang akan dipergunakan secara
luas. Keempat lokasi tersebut adalah dua di Sumatera Selatan, dan dua lagi
di Kalimantan Selatan dan Kalimantan Barat. Pada tahun 2015, PUTR akan
diuji pada ekosistem sulfat masam potensial, lebak dan gambut.
- Prototype perangkat uji tanah digital untuk PUTS. Pada tahun anggaran
2012 telah dihasilkan prototype perangkat uji tanah digital versi 0.1 yang
diperbaiki dari TA 2011. Prinsip kerja masih sama. Untuk mengukur objek
warna pada larutan pereaksi digunakan sensor warna. Tipe sensor warna
yang digunakan adalah Sensor Warna TCS 3200. Hasil pengukuran ekstrak
tanah dengan PUTS digital akan tertera pada LCD yang terdapat pada alat.
LCD merupakan perangkat elektronik yang terbuat dari kristal cair, yang
digunakan untuk menampilkan karakter atau bilangan sebagai informasi
dari kerja dari suatu sistem berbasis mikrokontroller. Setiap LCD sudah
dilengkapi IC driver yang berfungsi sebagai kontrolnya. Salah satu tipe LCD
yang banyak digunakan adalah LCD tipe M163, yaitu LCD yang mempunyai
19
2 baris tampilan dan setiap baris dapat menampilkan hingga 16 kolom
karakter. Setiap baris dan kolom mempunyai alamat sendiri-sendiri. Hasil
pengukuran tanah pewakil dengan prototipe PUTS digital didasarkan pada
kelompok warna R (red) B (blue) dan G (green). Ketiga warna pewakil ini
masih perlu perbaikan karena masih diperlukan pembacaan pada range
warna lainnya. Mengingat dalam mengektrak tanah terdapat unsur dan
komponen pengganggu dalam pembacaan warna.
20
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Pendekatan/kerangka pemikiran
Pada tahun 2015 RPTP “Perakitan dan Pengembangan Test Kit dan
perangakat lunak penglolaan lahan mendukung pembangunan pertanian
berkelanjutan” akan melaksanakan penelitian berdasarkan unit penelitina yang
lebih kecil yakni ROPP. RPTP ini terdiri dari 4 ROPP, dimana ROPP 1 dan 2 adalah
ROPP baru, dan ROPP 3 dan 4 adalah lanjutan dari TA 2014. Dua kegiatan
lanjutan yang masih perlu di validasi dan disempurnakan yaitu validasi PUHS/T
dan penyempurnaan Perangkat Uji untuk Hortikultur (sayuran). Validasi PUHS/T
dilakukan di lapang dan penyempurnaan PU-Horti dilaksanakan di rumah kaca
dan lapang untuk menentukan rekomendasi pemupukannya.
3.2. Ruang lingkup kegiatan
Pada tahun anggaran 2015 terdiri dari 4 ROPP: 1) Penelitian
Pengembangan Sistem Informasi Konservasi Tanah; 2) Penelitian Pengembangan
Sistem Informasi Kesuburan Tanah; 3). Validasi PUHS/T pada Tanaman Kelapa
Sawit, 4) Penyusunan dan pengembangan Perangkat Uji yakni PUTS-Digital,
PUTK-Horti, Bio-Test Kit. ROPP pertama dan kedua akan dilakukan secara desk
work di Balai Penelitian Tanah, inventarisasi data dan pengumpulan data/contoh
lainnya (tanah, tanaman). ROPP ketiga yakni PUHS/T divalidasi pada kebun
kelapa sawit menghasilkan di Bengkulu dan Garut dengan hasil pengukuran
kadar hara kelapa sawit yang rendah agar respon pemupukan terlihat. Dan ROPP
keempat yang terdiri dari 4 kegiatan akan dilakukan di laboratorium, rumah
kaca, dan lapang. Pengembangan PUTS digital dilakukan di laboratorium –
Balittanah dan IPB, serta BB Mektan. Perangkat Uji untuk Hortikultur (PUTK-
Horti) disusun di Laboratorium Penelitian Tanah dan Rumah Kaca – Balai
Penelitian Tanah, Bogor, dan penelitian penetapan rekomendasinya dilakukan di
rumah kaca dan lapang di Balai Penelitian Tanaman Sayuran-Lembang untuk
tanaman sayuran dataran tinggi, dan dilakukan di rumah kaca Balai Penelitian
21
Tanah untuk sayuran dataran rendah. Selain itu dilakukan uji kalibrasi di lapang,
berdasarkan takaran yang diperoleh di rumah kaca dan laboratorium. Pengujian
PUTR dilakukan dengan mengambil contoh tanah pewakil dari tanah SMA, lebak
dan gambut, dan diuji di laboratorium Balittanah. Penelitian penyusunan Bio-Test
Kit akan dilaksanakan secara desk work dan di laboratorium untuk tahun 2015.
3.3. Bahan dan metoda pelaksanaan kegiatan
Secara umum bahan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari
bahan kimia, bahan penunjang percobaan laboratorium, rumah kaca, dan
lapang. Untuk kegiatan pengembangan test kit digital dan pemrograman seperti
perangkat penyimpan data, program pengolah data, dan program-program
lainnya. Selain itu juga dibutuhkan ATK untuk pelaksanaan pembuatan proposal,
pelaporan serta kegiatan penelitian itu sendiri.
Secara khusus bahan-bahan dan alat penelitian yang digunakan untuk
setiap aktivitas dapat dijelaskan sebagai berikut:
3.3.1. Bahan dan alat yang digunakan untuk membuat Perangkat Uji (PUHS/T, PUTS,
prototipe Perangkat Uji untuk Hortikultur) terdiri dari (1) bahan kimia p.a. antara
lain seperti HClO4, HNO3, HCl, NaOH, amonium asetat pH, air demineralisasi
hidroksilamin hidroklorida, pereaksi pewarna 2,2 bipiridil, dan lainnya; (2)
penunjang perangkat uji seperti: botol pereaksi, test tube, kertas saring, botol
semprot, alat ukur, dll, (3) peralatan laboratorium seperti neraca analitik,
tabung digest, erlenmeyer, mesin kocok, rak tabung, tabung reaksi dan AAS.
Sedangkan bahan dan alat yang digunakan untuk validasi Perangkat Uji terdiri
dari: 1) bahan kimia p.a., (2) Perangkat Uji, (3) dan peralatan untuk percobaan
lapang seperti saprodi (pupuk, benih, pestisida, peralatan pertanian).
3.3.2. Bahan dan alat yang digunakan untuk menyelesaikan PUTS digital terdiri dari
komponen-komponen sebagai berikut:
22
Table 1. Bahan (komponen) elektronika yang digunakan
No. Komponen No. Komponen
1. Sensor warna TCS 3200 16. Jumper 2. IC mikrokontroler ATMEGA 16 17. ISP prog 3. Trafo DC max 5A 18. Tombol reset 4. Resistor 19. Socket AC – 6A 5. Kapasitor polar 20. Kabel AC 220 V 6. Kapasitor non polar 21. Fuse 7. IC converter to serial MAX 232 CPE 22. Serial port 8. IC Regulator LM7805CT 23. Downloader device 9. Dioda penyearah 24. USB port 10. Led 25. Terminal port 11. Bateray dan aksesoris 26. PCB 12. Saklar On/Off 27. Baut dan aksesoris 13. Kristal kapasitor Y1 1059200 28. Kabel data 14. Tombol pilihan 29. Kabel rangkaian listrik
(serabut) 15. LCD device 30. Socket port
Table 2. Peralatan yang digunakan
No. Alat No. Alat
1. Solder 11. Tang kabel 2. Timah 12. Gunting 3. Bor elektronik 13. Amplas 4. Gergaji acrylic 14. Larutan marking untuk PCB 5. Lem acrylic 15. Penghisap timah 6. Tang potong 16. Tempat solder 7. Obeng 17. Minyak pembersih solder 8. Pisau/cutter 18. Lem marking teks 9. Multi tester 19. Cat acrylic 10. Penghisap timah
3.4. Pelaksanaan Kegiatan
Pelaksanaan penelitian dapat dijelaskan dalam tahap-tahap kegiatan sebagai berikut:
3.4.1. Penelitian Pengembangan Sistem Informasi Kesuburan Tanah
Penelitian akan dilaksanakan bertahap sebagai berikut:
1. Penelitian akan dilaksanakan bertahap, yang diawali dengan kegiatan
pengumpulan data kondisi status kesuburan tanah sawah irigasi teknis yang
existing di wilayah Provinsi Jawa Tengah dengan pemanfaatan data peta
23
status P dan K lahan sawah irigasi teknis (2013), produktivitas lahan sawah
irigasi teknis, masukan pupuk N, P, K, dan pupuk organik, jenis dan tingkat
serangan hama/penyakit, harga gabah di tingkat petani. Pengumpulan data
ini dilakukan secara partisipatif dengan petani maju, PPL, kelompok tani, dan
instansi terkait melalui kegiatan FGD (focus group discussion).
2. Dari interaksi kompleks tersebut, dilakukan uji validasi statistik untuk
mengetahui tingkat kevalidan sistem secara statistik berupa AME (average
mean error) dan AVE (average variation error) pada selang kepercayaan
5%-10% untuk kasus penelitian laboratorium dan rumah kaca dimana
semua faktor lingkungan dapat dikendalikan, dan kisaran selang
kepercayaan 20-30% pada kasus penelitian lapang dimana faktor lingkungan
tidak bisa dikendalikan.
3. Selanjutnya simulasi semua faktor yang berinteraksi untuk membangun
model pengelolaan lahan sawah irigasi teknis dan lahan kering.
Tahap berikutnya adalah uji sensitivitas untuk melihat perilaku sistem dan
faktor-faktor dominan yang mempengaruhi kinerja sistem yang dibangun
(leverage factors). Pada lahan sawah irigasi teknis, faktor yang diinteraksikan
adalah lahan sawah seperti produksi dengan status kesuburannya, masukan
pupuk N, P, K, dan pupuk organik, benih padi unggul, iklim, serangan
hama/penyakit, harga gabah di tingkat petani.
3.4.2. Pengembangan Sistem Informasi Pengelolaan Lahan Pertanian
Pelaksanaan penelitian meliputi kegiatan sebagai berikut: 1) Penyusunan
sistem informasi rekomendasi pupuk berbasis web dan spasial di Provinsi Jawa
Timur, 2) Kegiatan penyempurnaan sistem pengambilan keputusan konservasi
tanah versi web yang terdiri dari rangkaian kegiatan: i) penyempurnaan atribut
peta dasar, (ii) penyempurnaan peta erodibilitas tanah (K), iii) penyempurnaan
basis data dan kalkulasi model, dan 3) Perakitan program konservasi tanah dan
24
rekomendasi pemupukan ke dalam sistem informasi pengelolaan lahan
pertanian.
Penyusunan Sistem Informasi Rekomendasi Pupuk
Penyusunan sistem informasi rekomendasi pupuk akan menggunakan data
hasil analisis tanah dari berbagai penelitian yang pernah dilakukan oleh Balai
Penelitian Tanah di seluruh wilayah Indonesia. Analisis tanah yang dilakukan
berupa analisis laboratorium dan analisis dari PUTK (Perangkat Uji Tanah Kering)
yang memiliki keunggulan dari segi efisiensi biaya dan tenaga. Ketersediaan
pupuk bagi tanaman di dalam tanah sangat dipengaruhi oleh interaksinya
dengan unsur hara yang lain, pH, kapasitas tukar kation, kejenuhan basa, Mg
dan Al dapat ditukar, dan tekstur. Rekomendasi pupuk yang baik akan
mempertimbangkan hubungan antar parameter sifat tanah tersebut.
Pengetahuan mengenai rekomendasi pupuk ini juga disusun berdasarkan
berbagai hasil percobaan di tingkat laboratorium, rumah kaca, dan lapangan
dengan mempertimbangkan jenis tanaman dan agroekosistemnya.
Sistem informasi rekomendasi pupuk ini akan menghilangkan hambatan di
tingkat pengguna terhadap akses data parameter sifat tanah tersebut. Dalam
kegiatan TA 2015 ini akan menggunakan data spasial sebagai alat bantu
interpretasi. Data spasial berupa poligon yang berisi parameter sifat tanah yang
disusun secara lengkap yang merupakan hasil dari interpretasi peta tanah skala
1:250.000.
Basis pengambilan contoh tanah untuk dianalisis adalah batas administrasi
kecamatan yang mempertimbangkan aspek homogenitas karakteristik tanah.
Data yang tersedia adalah data rekomendasi pemupukan NPK untuk komoditas
padi, padi gogo, jagung, dan kedelai per kecamatan. Jenis komoditas tersebut
paling banyak dibudidayakan oleh petani di Indonesia. Format tabuler data akan
dirubah ke format spasial dengan batas administrasi sebagai polygon boundary-
25
nya. Perubahan format tersebut akan dilakukan dengan perangkat lunak Arc GIS
maupun Arc View dengan penyelarasan format georeference-nya sehingga
memungkinkan untuk diintegrasikan dengan format spasial lainnya dalam sistem
informasi ini. Selain prinsip memudahkan bagi pengguna, integrasi sistem
rekomendasi pemupukan ke dalam sistem utama ini tetap memperhatikan segi
estetika dan validitas input dan output.
Prinsip Penentuan Rekomendasi
Peluang rekomendasi yang dihasilkan dari formula tersebut adalah
rekomendasi teknik pengelolaan lahan (P) dan pemilihan tanaman komoditas (C).
Penetuan rekomendasi di dalam DSS konservasi tanah versi web adalah teknik
penegelolaan lahan (P) karena tidak melibatkan faktor agroekosistem yang
sebagian komponennya tidak dapat dimodifikasi maupun dimanipulasi (given).
Contohnya adalah penentuan jenis tanaman komoditas yang sulit dipraktekkan
karena pemilihan tanaman komoditas sangat tergantung pada kesesuaian lahan
setempat, nilai budaya, modal, dan pemasaran. Rekomendasi teknik pengelolaan
lahan lebih mudah dilaksanakan oleh petani karena hambatannya paling sedikit.
Rekomendasi teknik pengelolaan lahan (P) diperoleh dari persamaan
berikut:
CSLKR
AP
**** ............................................................................. (2)
Nilai A diperoleh dari persamaan: A = IBE * TSL .................................................................................... (3)
Dimana, IBE : Indeks Bahaya Erosi TSL : Erosi yang masih dapat
dibiarkan
26
IBE merupakan bilangan natural <1 sehingga diharapkan bahwa dengan
kondisi lahan sekarang, setiap alternatif teknik pengelolaan lahan yang
direkomendasikan dipastikan aman dari erosi yang berlebihan.
P adalah faktor pengelolaan lahan, merupakan indeks perlindungan lahan
terhadap agensia erosi. Kelemahan dari daftar faktor P ini adalah jumlahnya
yang terbatas, belum mengakomodir seluruh praktik pengelolaan lahan oleh
petani. Untuk mengurangi tingkat kesalahan, pengguna harus selektif dalam
memilih faktor P yang direkomendasikan oleh DSS konservasi tanah versi web.
Gambar 2. Bagan alir struktur kerja program DSS konservasi tanah versi Web
Perakitan Sistem Pengambilan Keputusan Program DSS Konservasi
Tanah dan Kebutuhan Pupuk Berbasis Web
Teknologi web pada dasarnya merupakan teknologi penyusunan dan
penyimpanan halaman informasi pada sebuah tempat yang disebut web server. Web ini
27
dapat diakses oleh pengguna yang bertindak sebagai client dengan menggunakan
referensi Uniform Resource Identifier (URI) pada web browser dan selanjutnya sistem
mencari halaman yang diminta. Permintaan tersebut segera disampaikan ke server
dengan menggunakan HTTP (HyperText Transfer Protocol). HTTP tersebut memiliki
fungsi mirip sebagai intrepetter (penerjemah bahasa) antara dua pihak yang sedang
berkomunikasi. Setelah permintaan disampaikan kepada web server dan jika halaman
yang diminta sudah ditemukan maka web server akan memberikannya kepada client
juga dengan menggunakan intepretter atau protocol yang sama yaitu HTTP. Proses ini
hanya membutuhkan waktu beberapa mikrodetik saja hingga halaman web terrdisplay
(ditampilkan) pada komputer client (Gambar 3). Tetapi kecepatan ini juga sangat
tergantung pada koneksi internet dan
Gambar 3. Skema aplikasi teknologi web
Pada kegiatan penelitian ini, halaman web yang berisi sistem informasi
konservasi tanah dan kesuburan berupa sistem pengambilan keputusan akan
dipasangkan sebagai tautan (hyperlink) pada halaman web Balai Penelitian Tanah. Hal
ini juga dimaksudkan sebagai penegasan bahwa teknologi ini merupakan produk dari
Balai Penelitian Tanah.
Pada halaman web DSS konservasi tanah dan kesuburan ini terdapat fitur “add
placemark” atau penanda lokasi yang dipilih. Setelah pengguna setuju dan memberikan
konfirmasi pada letak penanda lokasi tersebut, maka direncanakan akan langsung
muncul jendela informasi mengenai 2 hal yaitu: i) informasi koordinat bumi dan lokasi
administrasi, serta ii) pilihan masuk ke menu “simulasi SPLaSH atau Rekomendasi
URL
Display
Web
Browser
Request
Response
Web
Server
Web
Files
Header
Header
Body
Body
Client
28
Pupuk”. Menu tersebut sebenarnya merupakan menu dari sistem pengambilan
keputusan pengelolaan lahan berbasis konservasi tanah. Ada 3 sub menu yang
merupakan rangkaian tak terpisah dari sistem ini yaitu: i) sub menu Data, merupakan
menu interaktif dimana pengguna dapat memberikan input data yang diperlukan oleh
sistem ini, ii) sub menu Proses, merupakan display informasi akan hasil perhitungan
data berdasarkan input data sebelumnya, dan iii) sub menu Hasil, merupakan pilihan
teknologi pengelolaan lahan (faktor P) yang memberikan hasil erosi lebih rendah
dibandingkan dengan erosi yang masih dapat diabaikan di lokasi tersebut atau
rekomendasi kebutuhan pupuk yang efisien dan berimbang.
Sub menu Hasil juga memberikan tautan terhadap masing-masing teknologi
pengelolaan lahan terpilih tersebut yang isinya sama dengan menu “informasi teknik
konservasi tanah”. Pada aplikasi rekomendasi pupuk, maka sub menu Hasil juga
memberikan tautan terhadap identifikasi detil rekomendasi pupuk. Untuk lebih jelasnya,
berbagai menu dan hierarkinya dapat dilihat pada bagan alir Gambar 4.
Struktur Menu
Web Balai
Penelitian Tanah
Halaman Utama
DSS versi web
Menu Utama
(google map)
Info Teknik
Konservasi
Manual DSS
konservasi tanah Info lokasi
(koordinat,
admin)
Aplikasi
Rek.omendasi Pupuk
Data
Perhitungan
Hasil
Aplikasi SPLaSH
29
Gambar 4. Bagan alir struktur menu sistem informasi konservasi tanah dan
kesuburan berbasis web
3.4.3. Penyusunan Rekomendasi dan Validasi PUHS/T
Pelaksanaan penyusunan rekomendasi dan validasi PUHS/T di lapang
dilaksanakan di perkebunan kelapa sawit di Bengkulu. Penyusunan rekomendasi
meliputi percobaan lapang dengan memberikan perlakuan N bertingkat (0N;
1/2N; 3/4N; 1N; 1 1/2N), P bertingkat (0P; 1/2P; 3/4P; 1P; 1 1/2P), dan K
bertingkat (0K; 1/2K; 3/4K; 1K; 1 1/2K).
Penelitian akan dilaksanakan dengan menggunakan rancangan acak
kelompok, dimana ulangan sebagai kelompok dan diulang 4 kali. Perlakuan
ditetapkan berdasarkan kebutuhan umum pohon kelapa sawit tanaman
menghasilkan serta rekomendasi yang berlaku di PPKS serta perkebunan lainnya.
Adapun perlakuan adalah sebagai berikut :
Lokasi : Talang Pete/Propinsi Bengkulu
Dolomit : 1,5 kg/pohon/tahun
Kaptan : 1,5 kg/pohon/tahun
1. Percobaan N :
Perlakuan ada 5 :
N0 = 0 kg Urea/pohon/tahun
N1 = 1 kg Urea/pohon/tahun
N2 = 2 kg Urea/pohon/tahun
N3 = 3 kg Urea/pohon/tahun
N4 = 4 kg Urea/pohon/tahun
Pupuk dasar : SP-36 = 2 kg/pohon/tahun, KCl = 2 kg/pohon/tahun, Borax =
100 g/ph/tahun.
Ulangan : 4 masing-masing perlakuan 5 pohon (tergantung kondisi lapangan)
30
2. Percobaan P:
Perlakuan 5 :
P0 = 0 kg TSP/pohon/th
P1 = 0,75 kg TSP/pohon/th
P2 = 1,5 kg TSP/pohon/th
P3 = 2,25 kg TSP/pohon/th
P4 = 3 kg TSP/pohon/th
Pupuk dasar : Urea = 2 kg/pohon/th, KCl = 2 kg/pohon/th, Borax = 100
g/pohon/th,
Ulangan 4, masing–masing perlakuan 5 pohon (tergantung kondisi lapangan)
3. Percobaan K:
Perlakuan 5 :
K0 = 0 kg MOP/pohon/th
K1 = 0,75 kg MOP/pohon/th
K2 = 1,5 kg MOP/pohon/th
K3 = 2,25 kg MOP/pohon/th
K4 = 3 kg MOP/pohon/th
Pupuk dasar : Urea 2 kg/pohon/th, TSP = 2 kg/pohon/th, Borax = 100
g/pohon/th
Ulangan 4, jumlah pohon per perlakuan 5 pohon (tergantung kondisi lapangan)
4. Percobaan B :
B0 = 0 g Borax /pohon/th
B1 = 75 g Borax /pohon/th
B2 = 150 g Borax /pohon/th
B3 = 225 g Borax /pohon/th
B4 = 300 g Borax /pohon/th
Pupuk dasar : Urea 2 kg/pohon/th, TSP = 2 kg/pohon/th, MOP = 2 kg/pohon/th
Ulangan 4, masing-masing perlakuan 5 pohon (tergantung kondisi lapangan)
31
Pengamatan:
Pengamatan dilakukan terhadap tanaman TM (tanaman menghasilkan).
Pengamatan pertama dilakukan 6 bulan setelah perlakuan pemupukan dimulai.
Paramater yang diamati adalah:
1. Jumlah tandan isi per pohon setiap 2 minggu atau sesuai dengan jadwal lapang
2. Bobot buah per tandan/pohon (6 bulan, 1 tahun, 1,5 tahun dan 2 tahun)
3. Analisis contoh tanah dan tanaman pada awal dan akhir percobaan.
Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian
Tata letak perlakuan
Tata letak perlakuan penelitian di lapang disesuaikan dengan kondisi lapang.
Umumnya tanaman kelapa sawit ditanam dengan pola segitiga sama sisi dimana
jarak antara sisi masing-masing 9 m. Adapun tata letak perlakuan disusun
dengan ketentuan antara perlakuan dipisahkan dengan border satu tanaman
yang tanpa diberi perlakuan namun diberi pupuk dengan dosis sesuai anjuran
perusahaan.
Pemupukan
Pupuk Urea, SP-36, dan KCl diberikan 2 kali dalam satu tahun atau tanaman
dipupuk setiap enam bulan sekali. Pemupukan dilaksanakan pada awal musim hujan dan
setelah musim hujan.
Pupuk diberikan pada piringan dan ditutup. Untuk pupuk tunggal, pupuk urea,
SP-36 dan KCl dicampur terlebih dahulu.
Pengamatan
a. Kadar hara dalam daun
Pengambilan contoh daun dilakukan pada 6 bulan setelah aplikasi sampai
2 tahun penelitian. Contoh daun diambil dari bagian tengah pada pelepah daun
32
ke-17. Pengambilan contoh daun mengikuti prosedur baku (Jones, et al., 1991).
Contoh tanaman paling sedikit mewakili 10 tanaman yang letaknya diagonal.
Anak contoh tersebut selanjutnya digabung menjadi satu, separuh untuk
pengujian dengan PUHS dan separuhnya dikeringkan dan dihaluskan untuk
dianalisis. Analisis kadar hara meliputi kadar N, P, K dan B.
b. Kadar hara dalam tanah
Pengambilan contoh tanah dilakukan pada awal perlakuan dan akhir tahun
perlakuan, sehingga terdapat 3 kali pengambilan contoh tanah. Contoh tanah awal
sebelum perlakuan diambil untuk dianalisis sifat kimia yang terdiri dari pH ekstrak H2O
dan KCl, C-organik dan N-total, P dan K total (ekstrak HCl 25%), P-tersedia Bray 1, nilai
tukar kation Ca, Mg, K dan Na ekstrak NH4O-Ac 1N pH7, kejenuhan basa dan kapasitas
tukar kation (KTK). Setelah perlakuan, tanah kemudian dianalisis pH ekstrak H2O dan
KCl, N-total, P dan K total (ekstrak HCl 25%), P-tersedia Bray 1, nilai tukar kation K
ekstrak NH4O-Ac 1N pH 7.0, KTK.
Contoh tanah diambil bersamaan waktunya dengan pengambilan contoh
tanaman (daun), baik sebelum maupun setelah perlakuan pemupukan. Satu
contoh tanah komposit maksimum mewakili satu plot perlakuan. Satu anak
contoh tanah diambil dari empat titik di dalam priringan sekitar tanaman pada
arah yang berlawanan (utara, selatan, barat dan timur). Anak-anak contoh tanah
tersebut digabung menjadi satu dan dicampur sampai homogen kemudian
diambil sebanyak 1 kg untuk dianalisis di laboratorium.
c. Produksi sawit
Aspek produksi yang diamati adalah jumlah dan bobot tandan. Jumlah dan
bobot tandan diamati dan ditimbang setiap panen kemudian diakumulasikan dalam satu
bulan. Jumlah tandan (dihitung pada tahun ke dua)
33
PENGOLAHAN DATA
Untuk mengetahui pengaruh perlakuan jumlah dan bobot tandan akan dianalisis
dengan analisis sidik ragam (ANOVA) dan diikuti dengan uji lanjutan menggunakan
Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf 5 % untuk melihat perbedaan antar
perlakuan, serta dilakukan analisa regresi. Data analisis tanah dan tanaman akan
dianalisis secara deskriptif.
3.4.4. Penyusunan Perangkat Uji
3.4.4.1. Penyempurnaan test kit digital untuk PUTS
Pada tahun 2015 akan dilakukan penyempurnaan dan validasi prototype
test kit digital untuk PUP. Kegiatan ini terutama difokuskan pada perubahan
analog warna menjadi digital. Untuk itu dilakukan kerjasama dengan pihak ketiga
dalam pengembangan sistim digitalnya. Pengembangan test kit digital diawali
dengan identifikasi peralatan untuk mengukur hara terekstrak dalam cairan
bening. Prinsip kerja dari alat ini adalah mengukur kepekatan warna yang
kemudian ditangkap oleh sensor kemudian diubah menjadi bentuk data digital.
Sensor akan menangkap tiga warna utama yakni RBG (Red-Blue-Green) dan HVC
(Hue-Value-Chroma).
Adapun tahapan yang telah dilakukan untuk PUTS digital adalah sebagai
berikut :
(1) Shop drawing / Skematik Alat
(2) Alur kerja alat ukur
(3) Pembuatan Casing / boks alat ukur
Proses pengukuran diawali dengan ekstraksi tanah dengan PUTS lalu diukur
dengan PUP digital. Dari unsur N dan P yang menggunakan sistem pewarnaan
(colorimetry) dalam pengukurannnya, akan diukur oleh sensor dan dibaca oleh model.
34
PENGOLAHAN DATA
Data yang diperoleh dari pengukuran dengan prototipe PUP digital akan
dikorelasikan atau diskoring dengan hasil pengukuran kadar hara dari hasil analisa di
laboratorium. Bila diperoleh keeratan data di atas 95 % maka PUP digital tersebut layak
dipergunakan, bila tidak maka akan dilakukan penyempurnaan kerja alat dan model
yang penyusunnya.
3.4.4.2. Pengujian PUTR untuk tanah SMP, Lebak dan Gambut
Pelaksanaan kegiatan pengujian untuk tanah SMP, Lebak, dan Gambut akan
diawali dengan pengambilan contoh tanah tersebut di Sumatera Selatan, Kalimantan
Selatan, dan Kalimantan Barat. Contoh tanah tersebut diambil pada kedalaman 0-20 cm
dari luasan yang diwakili. Contoh tanah kemudian di analisa di Laboratorium Balai
Penelitian Tanah untuk parameter N, P, K, pH, dan kadar Fe tersedia, dan juga contoh
tanah tersebut dianalisa dengan PUTR. Bila terjadi ketidaksesuaian antara hasil analisa
di laboratorium dan dengan PUTR maka, pereaksi PUTR akan diperbaiki modifikasi
hingga mempunyai kolerasi yang yang signifikan. Jumlah contoh tanah yang akan
diambil menyesuaian dengan sebaran tanah yang ada dan secara statistik mewakili
populasi contohnya.
Untuk contoh tanah dengan kadar bahan organik tinggi, biasanya akan terjadi
gangguan dalam pembentukan pewarnaan indikator, sehingga pembentukan warna ini
akan dilakukan modifikasi terhadap pereaksi maupun indikatornya agar dapat diukur
tetapkan secara semi kuantitatif.
Contoh tanah akan dianalisa dalam kondisi kadar air apa adanya dan kondisi
dikering angin. Kemudian dalam kalkulasi kadar, akan dikoreksi dengan kadar airnya.
PENGOLAHAN DATA
Data yang diperoleh akan diuji korelasinya ataupun dilakukan skoring. Uji
korelasi dianggap nyata pada taraf kepercayaan 5%. Untuk sistem skoring, nilai nyata
akan di tetapkan pada nilai 75% sesuai dengan jumlah populasi minimal 15 contoh.
35
3.4.4.3. Penyempurnaan Perangkat Uji Hortikultura (Sayuran)
Penyusunan Perangkat Uji Hortikultura (sayuran) 2014 melalui tahapan
pelaksanaan sebagai berikut : 1) Inventarisari dan identifikasi calon pereaksi untuk
pengekstrak dan pewarnaan; 2) Pengkoleksian contoh tanah pewakil dari tanah-tanah
sentra produksi sayuran di Indonesia; 3) Analisis N, P, K, pH, kebutuhan kapur, dan C-
organik contoh tanah di laboratorium; 4) Analisis calon pereaksi dengan koleksi contoh
tanah yang ada; 5) Pengolahan data dengan cara korelasi ataupun dengan sistem
skoring. Bila nilai korelasi atau kesesuaian masih rendah maka akan dilakukan perbaikan
pereaksi dan prosedur pelaksanaannya. Bila memungkinkan untuk perangkat uji ini akan
mengadopsi perangkat uji yang telah ada yakni PUTK yang akan dimodifikasi, sehingga
tahap 1 dapat dilaksanakan dengan tidak memulai dari awal dan dilanjutkan ke tahap 2.
Kemudian dilakukan penelitian korelasi di rumah kasa di Balitsa Lembang
dengan tanaman indikator cabai dan bawang daun. Serta melakukan kalibrasi
rekomendasi untuk tanaman sayuran utama seperti kentang (pewakil tanaman
berumbi), kubis (pewakil tanaman berdaun), di lapang berdasarkan data yang diperoleh
dari studi literatur dan hasil penelitian yang telah dilakukan.
Untuk penetapan status hara dan kalibrasi akan dilakukan penelitian di lapang
(2015) dengan memberikan perlakuan N bertingkat (0N; 1/2N; 3/4N; 1N; 1 1/2N), P
bertingkat (0P; 1/2P; 3/4P; 1P; 1 1/2P), dan K bertingkat (0K; 1/2K; 3/4K; 1K; 1 1/2K)
pada status hara tanah pewakil yakni P dan K antara rendah sampai tinggi atau
kombinasinya. Besaran jumlah pupuk yang dipergunakan untuk N, P, dan K akan
mempertimbangkan kadar hara tanah, varietas, dan target hasil. Dari kegiatan ini akan
diperoleh selang status hara dan rekomendasinya. Rancangan yang dipergunakan
adalah rancangan acak lengkap dengan 3 ulangan.
Untuk memperkuat informasi dan data dukung penyusunan rekomendasi
pemupukan maka dalam waktu bersamaan dilakukan pengkoleksian data hasil penelitian
pemupukan yang telah dilakukan oleh institusi terkait seperti universitas dan lembaga
penelitian.
Parameter pengamatan meliputi: 1) pengamatan agronomis (tinggi, jumlah
daun, produksi biomas dan produksi yang bernilai ekonomi), 2) analisis sifat kimia tanah
36
awal dan panen di laboratorium, 3) analisa dengan PUTK, 4) analisa serapan hara N, P
dan K.
PENGOLAHAN DATA
Data yang diperoleh kemudian akan dianalisis dengan analisis sidik ragam
(ANOVA) dan diikuti dengan uji lanjutan menggunakan Duncan Multiple Range Test
(DMRT) pada taraf 5 % untuk melihat perbedaan antar perlakuan. Serta melakukan
analisa regresi untukesesuaiannya. Data analisis tanah dan tanaman akan dianalisis
secara deskriptif. Selanjutnya karena data perlakuan adalah kontinyu, maka akan
dilakukan pembuatan grafik hubungan antara hasil analisa tanah dengan produksi, lalu
ditetapkan koefisien regresinya (linear/kuadratik).
3.4.4.4. Penyusunan Bio-test kit
Penelitian dilaksanakan di laboratorium dan rumah kaca. Tanah lapang diambil
pada lapisan olah secara komposit. Penelitian diawali dengan melakukan inventarisasi
metode analisis aktivitas enzim nitrogenase dan enzim fosfatase tanah dari beberapa
laboratorium yang ada dan dari beberapa literatur. Selanjutnya dipilih diantara metode
yang layak untuk mendukung pengembangan pertanian.
1. Analisis aktivitas enzim nitrogenase
Rancangan percobaan menggunakan Rancangan Faktorial Acak Kelompok
dengan: Faktor I : Beberapa metoda analisa aktivitas enzim nitrogenase
Faktor II : Jenis tanah (Oxisol, Ultisol, Inceptisol)
Faktor III : Kandungan bahan organik tanah (C-organik): tinggi, sedang, dan rendah
Pengamatan yang dilakukan meliputi aktivitas enzim nitrogenase tanah, kandungan
NO32- dan kandungan NH4
+.
2. Analisis aktivitas enzim fosfatase
Rancangan percobaan menggunakan rancangan Faktorial Acak Kelompok
dengan: Faktor I : Beberapa metoda analisa aktivitas enzim fosfatase
37
Fator II : Jenis tanah (Oxisol, Ultisol, Inceptisol)
Faktor III : kandungan P-potensial (P-HCl): tinggi, sedang dan rendah.
Pengamatan yang dilakukan meliputi aktivitas enzim fosfatase tanah, kandungan
P-potensial (P-HCl) dan P-tersedia.
PENGOLAHAN DATA
Pengolahan data untuk uji enzin nitorgenasi yakni uji korelasi-regresi antara
kandungan NO32- + NH4
+ dari masing-masing metode analisis. Metode analisis yang
memiliki hubungan korelasi terbaik dipilih sebagai metode analisis aktivitas enzim
nitrogenase untuk penelitian selanjutnya.
Dan untuk uji enzim fosfatase akan dilakukan uji korelasi-regresi antara
kandungan P-potensial (P-HCl) dan P-tersedia dari masing-masing metode analisis.
Metode analisis yang memiliki hubungan korelasi terbaik (R2> 0,750) dipilih sebagai
metode analisis aktivitas enzim fosfatase untuk penelitian selanjutnya.
38
IV. ANALISIS RISIKO
Dalam pelaksanaan kegiatan penelitian yang diuraikan dalam proposal ini
kemungkinan terdapat beberapa risiko, kendala dan penangannya yang dihadapi
antara lain yaitu:
4.1. Daftar Risiko
No RISIKO PENYEBAB DAMPAK
1. ROPP 1: Tidak terkoleksinya data penunjang
Ketiadaan data dukung
Tertahannya proses penyusunan model
2. ROPP 2: Tidak terkoleksinya data penunjang
Ketiadaan data dukung
Ketidaklengkapan data memperlambat proses penyusunan web
3. ROPP 3: Tidak diperolehnya data validasi yang konprehensif
Musim dan pengumpulan data panen yang tidak lengkap
Akurasi data yang berkurang
39
4. 4.1 4.2 4.3 4.4
ROPP 4: PUTR – SMP, Gambut, Lebak. - Terdapat gangguan dalam pembentukan warna Perangkat Uji Hortikultur – Rekomendasi pupuk berdasar uji tanah untuk tanaman sayuran dominan masih umum. PUTS-Digital –Kesinambungan pelaksanaan kegiatan Bio-test Kit - Tidak tersedianya metoda untuk penyusunan bio-test kit serta bahan penunjangnya
- Perbedaan ekosistem menyebabkan sifat tanah dominan yang berbeda-beda - Variasi tanah dan jenis tanaman yang tinggi. Teknisi lapang dan laboran terbatas. Harus berkoordinasi dan bekerjasama dengan tenaga Informatika dan elektronika dari luar balai. Ketidaksesuaian metoda yang diperoleh dan tidak tersedianya bahan penunjang di Indonesia
- Perlu penanganan
khusus dengan mencari komponen penyebab dan peanggulangannya
- Penelitian memerlukan waktu yang lebih lama.
- Ketergantungan terhadap pihak lain.
- Diperlukannya waktu dan biaya yang lebih
4.2. Daftar Penanganan Risiko
No RISIKO PENYEBAB PENANGGULANGAN
1. ROPP 1: Tidak terkoleksinya data penunjang
Ketiadaan data dukung
Menggali informasi dari berbagai sumber yang kompeten, menjalin kerjasama dengan berbagai pihak
2. ROPP 2: Tidak terkoleksinya data penunjang
Ketiadaan data dukung
Menggali informasi dari berbagai sumber yang kompeten, menjalin kerjasama dengan berbagai
40
pihak
3. ROPP 3: Tidak diperolehnya data validasi yang konprehensif
Musim dan pengumpulan data panen yang tidak lengkap
Meningkatkan pengawasan kepada petugas lapang dan koordinasi dengan pihak perkebunan
4. 4.1 4.2 4.3 4.4
ROPP 4: PUTR – SMP, Gambut, Lebak. - Terdapat gangguan dalam pembentukan warna Perangkat Uji Hortikultur – Rekomendasi pupuk berdasar uji tanah untuk tanaman sayuran dominan masih umum. PUTS-Digital –Ketidaksesuaian nilai ukur perolehan antara prototipe dan di hasil uji dengan PUTS, dan lab. Bio-test Kit - Sulit mendapatkan metoda untuk penyusunan bio-test kit serta bahan penunjangnya
- Perbedaan ekosistem menyebabkan sifat tanah dominan yang berbeda-beda - Variasi tanah dan jenis tanaman yang tinggi. Teknisi lapang dan laboran terbatas. Harus berkoordinasi dan bekerjasama dengan tenaga Informatika dan elektronika dari luar balai, dan pakar kimia anorganik. Ketidaksesuaian metoda yang diperoleh dan tidak tersedianya bahan penunjang di Indonesia
- Mencari pustaka
tentang pengurangan pengganggu dan melakukan pengujian
- Ditetapkan
komoditas sayuran (Berbuah-berdaun-berumbi) dan jenis tanah dominan (Andisol dan Inceptisol)
- Meningkatkan koordinasi dan kerjasama dengan pihak yang berkompeten
- Dilakukan
pengujian penyesuai pereaksi dan memodifikasi pereaksi yang bersifat hampir sama
41
V. TENAGA DAN ORGANISASI PELAKSANA
5.1. Tenaga yang terlibat dalam kegiatan
Nama lengkap, Gelar dan NIP
Jabatan Kedudukan dalam kegiatan
Alokasi waktu
(OB) Fungsional Struktural
Dr. Ir. Ladiyani R. Widowati, M.Sc NIP. 19690303 199403 2 001
Peneliti Madya - Penanggungjawab RPTP dan ROPP 4
6
Dr. Ir. I Putu Wigena, MSi.
NIP. 19581231 198703 1 004
Peneliti Madya - Penanggungjawab
ROPP 1 4
Setiari Marwanto, SP., MSi.
NIP. 19770713 200212 1 003
Peneliti Pertama - Penanggungjawab
ROPP 2 4
Dr. Ai Dariah Peneliti Madya 3
Dr. Irawan Peneliti Madya 3
Ir. Nurjaya MP
NIP. 19
Penelity Madya - Penanggungjawab
ROPP 3 4
Dr. Subowo Peneliti Utama - Anggota 3
Dr. Diah Setyorini Peneliti Madya - Anggota 3
Dr. Husnain Peneliti Muda - Anggota 3
Sarmah, SP. Peneliti Pertama - Anggota 3
Hamdanah, SP. Peneliti Pertama - Anggota 3
Nanan Sri Mulyani, SSi. PNK Anggota 3
Supardi Suping, MSc. PNK - Anggota 3
Rini Rosliani, MSi./Balitsa Peneliti Madya - Anggota 3
Iin Dwi Suharti, SSi PNK Anggota 3
Tia Rostaman PNK - Anggota 3
Mulyadi Teknisi - Anggota 3
Koko Kusumah Teknisi - Anggota 3
Puji Wuningrum Analis - Anggota 3
Ichwan Safari Setiawan Analis - Anggota 3
Endang Windiyati, S.Si Teknisi - Anggota 3
Eep Syaiful Anwar Teknisi - Anggota 3
Ir. Tagus Vadari Teknisi
Erich Erlangga Programmer
Moch Jazem Programmer
Dr. Ali Jamil, MP. Ka. Balai Nara Sumber 1
Dr. Sri Rochayati, MSc. - Nara Sumber 1
42
5.2. Jangka waktu kegiatan
Kegiatan Bulan (tahun 2015)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Pembuatan proposal dan rencana kegiatan
Inventarisasi data dan metoda penunjang
Pelaksanaan penelitian desk work, laboratorium, rumah kaca, dan lapang
Penyusunan model, pengujian, dan penyempurnaan
Penyusunan data capaian dan pengujian
Analisa data dan pelaporan
43
5.3. Pembiayaan
Tolak Ukur
Triwulan Total
x1.000 I II III IV
Belanja Bahan(521211)
- ATK dan komputer Supplier
3.000
3.000
2.000
2.000
10.000
- Fotocopy, penggandaan, penjilidan
2.000
3.000
3.000 2.000
10.000
- Bahan penunjang penelitian
15.000
20.000
10.000
5.000
50.000
- Bahan khemikali
12.000
13.000
10.000
15.000
50.000
Honor Output Kegiatan (521213)
- Upah tenaga kerja
15.000
25.000
15.000
5.000
60.000
- Upah analisis
10.000
15.000
11.000
3.000
39.000
- Upan progremer dan tenaga IT 5.000 5.000 5.000 5.000 20.000
- Upah penyusunan dan
penyempurnaan test kit 2.500 2.500 2.500 2.500 10.000
Belanja barang non opersional
lainnya (521219)
- Detasering penelitian 9.000 9.000 9.000 9.000 36.000
Belanja perjalanan biasa (524111)
- Perjalanan dinas dalam rangka
kegiatan penelitian
36.000
84.000
36.000
28.000
184.000
- Perjalanan dinas dalam rangka
kegiatan monev
4.000
28.000
24.000
4.000
60.000
Jumlah 113.500 207.500 127.500 80.500
529.000
44
VI. DAFTAR PUSTAKA Al-Jabri. M., Suriadikarta. D.A. 2010. Perakitan dan Pengembangan Perangkat Uji
Tanah Sawah Sulfat Masam (PUTS-SM) dan Uji Cepat Hara Tanaman Sawit (PUHS) untuk Meningkatkan Efisiensi Pemupukan >20%. Laporan akhir kegiatan penelitian insentif RISTEK. Balai penelitian tanah. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Anonimus. 2009. Sistem Dinamis. Bahan Kuliah Sistem Dinamik. Fakultas Teknik. Universitas Veteran Nasional. Jakarta.
Anonimus. 2013. Teori Sistem Dinamik. www.id.wikipedia.org. 5 Mei 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2010. Rencana Strategis 2010 – 2014. Departemen Pertanian. 24 hal.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2012. Workshop Nasional: Pengembangan Kebijakan Pertanian Mendukung Pencapaian Target Sukses Kementan 2014 Melalui Aplikasi System Modelling. Jakarta, 14 Juli 2012.
Departemen Pertanian. 2007b. Ministry of Agriculture, Republic of Indonesia. http://www.deptan.go.id/
Dirjenbun. 2009. Koreksi kebutuhan pupuk sector pertanian 2010-2025. Di unduh dari
http://ditjenbun.deptan.go.id/ tanggal 7 Agustus 2010.
Eriyatno. 2004. Ilmu Sistem: Meningkatkan Mutu dan Efektivitas Managemen. IPB Press. Bogor.
FAO. 2005. Fertiliser use by crop in Indonesia.
http://www.fertilizer.org/ifa/publicat/pdf/2005_fao_indonesia.pdf. Diunduh 7
Agustus 2010.
FAOSTAT 2005. Food and Agricultural Organization. Rome. Available at URL:
http://www.fas.usda.gov/offices.asp. Diunduh 8 Maret 2008.
Fitriatin, B.N., arief, D.H., Simarmata, T., Santosa, D.A., dan Joy, B. 2013. Aktivitas Fosfatase dan Kandungan P andisols serta Hasil Tanaman jagung manis yang dipengaruhi Bakteri Pelarut Fosfat. Pros. Semnas. Peningkatan Produktivitas Sayuran Dataran Tinggi. Balai Besar Litbang Sumber Daya Lahan Pertanian, p: 315 – 327.
Fizzanty, T., N. Grace, D. Hidayat. 2012. Inovasi Frugal di Indonesia: Kajian terhadap Permintaan Efektif, Kemampuan Teknologi, dan Kewirausahaan. Forum Tahunan
45
Ghulamahdi, M., Aziz, S.A., Melati, M., Dewi, N., dan Rais, S.A. 2006. Aktivitas Nitrogenase, Serapan Hara dan Pertumbuhan Dua Varietas Kedelai pada Kondisi Jenuh Air dan Kering. Bul.Agron. (34) (1): 32 – 38.
Giller K.E., M.H. Beare, P. Lavelle, A.M.N. Izac, and M.J. Swift. 1997. Agricutural Intensification, Soil Biodiversity and Agroecosystem Function. Applied Soil Ecology 6: 3 -16.
Hartatik, W. 2009. Laporan akhir penelitian DIPA 2009. Balai Penelitian Tanah. Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian. Badan Litbang Pertanian. Departemen Pertanian.
Haryati, U., Kurnia, U. 2000. Efek tehnik konservasi terhadap erosi dan produksi kentang (Solanum tuberosum) dari dataran tinggi Dieng. Prosiding Seminar Nasional “Reorientasi Pemanfaatan Sumberdaya Lahan, Klimat dan Pupuk” Cipayung, 31 Oktober – 2 November 2000. Pusat Penelitian Tanah. Bogor. Buku II. pp. 439-460.
Kartaatmadja, S. 2009. Benefits of promoting SSNM: Experience from Indonesia. Paper presented at IFA Crossroads Asia-Pacific Conference, 8-10 Dec 2009, Kota Kinabalu, Malaysia.
Koran Jakarta. 2009. Kuantum : Menakar Unsur Hara dalam Tanah. Terbit : 17 Juni 2009.
Lachman. L., Herbert. L., Josheph. L.K. 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri. edisi 2. Terj. Dari The Theory and Practice of Industrial Pharmacy. oleh Siti Suyatmi. Jakarta: UI Press. 860-892.
Las I., S. Rochayati., D Setyorini. 2010. Peta Potensi Penghematan Pupuk Anorganik dan Pengembangan Pupuk Organik pada Lahan Sawah. Badan Litbang Deptan.
Nurjaya, D. Setyorini. 2008. Perangkat Uji Tanah Kering. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian Vol. 30 No. 5.
Pusat Perlindungan Varietas Tanaman dan Perijinan Pertanian. 2012. Realisasi
Pendaftaran Pupuk An-organik dan Organik Tahun 2011.
http://ppvt.setjen.deptan.go.id/ppvtpp. Diunduh pada tanggal 24 Februari 2013.
Rachman. A., A. Dariah. dan D. Santoso. 2006. Pupuk Hijau. p. 41-58 dalam Pupuk Organik dan Pupuk Hayati. Balai Besar Sumberdaya Lahan Pertanian.
Rochayati S., D. Setyorini and J. Sri Adiningsih. 2001. Peranan uji tanah dalam meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk. Paper presented in seminar “Teknologi untuk Meningkatkan Efisiensi Penggunaan Pupuk di Indonesia”. BPPT. Jakarta. 6 Mei 2002.
46
Setyorini D., LR Widowati. S. Rochayati. 2004. Teknologi Pengelolaan Hara Lahan Sawah Intensifikasi . In Tanah Sawah and Pengelolaannya. Agus et al. Ed. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat.
Shargel. L., Andrew. B., C. Yu. 1998. Biofarmasetika dan Farmakokinetika Terapan. edisi 2. Terj. Dari Applied Biofarmaceutics and pharmacocinetics. oleh Fasich. Siti Sjamsiah. Universitas Airlangga Press. 1-545.
Sojka. R.E., Entry. J.A. 2007. Matrix-based fertilizer: A new fertilizer formulation concept to reduce nutrient leaching. In: Currie. L.D.. Yates. L.J.. editors. Proceedings of the Fertilizer & Lime Research Centre Workshop. Designing Sustainable Farms: Critical Aspects of Soil and Water Management. February 8-9. 2007. Palmerston North. New Zealand. p. 67-85.
Subowo, E. Santosa, dan I. Anas. 2010. Peranan Biologi Tanah Dalam Evaluasi Kesesuaian Lahan Pertanian Kawasan Megabiodiversity Tropika Basah. Jurnal Sumberdaya Lahan, Vol. 4, No. 2: 93-102.
Sulaeman Y, Nursyamsi D. 2005. PKDSS v 2.0: User Manual. Puslitbang Tanah dan Agroklimat. Badan Penelitian danPengembangan Pertanian. Departemen Pertanian.Bogor
Suriadikarta. D.A., T. Prihatini., D. Setyorini, dan W. Hartatik. 2005. Teknologi pengelolaan bahan organik tanah. p. 169-222 dalam Teknologi Pengelolaan Lahan Kering. Pusat Penelitian Tanah dan Agrklimat. Badan Litbang Pertanian. Departemen Pertanian. Review. Cisarua. Bogor 4-6 Maret 1997. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat.
Sutarta, E.S., W. Darmosarkoro, S. Rahutomo. 2005. Peluang penggunaan Pupuk Majemuk dan Pupuk Organik dari limbah kelapa sawit. http://ditjenbun.deptan.go.id//images/stiries/fruit/pupuk%20majemuk.pdf.
Syahfitri, M.M. 2009. Analis unsur hara fosfor (P) dalam daun kelapa sawit secara spektrofotometri di pusat Perkebunan Kelapa Sawit (PPKS) Medan. Skripsi S-1. Famipa. USU. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/13906/1/09E00398.pdf
Trubus (Majalah). 2008. Rahasia dalam Setengah Gram Tanah. Edisi : September 2008.
Widowati, L.R., and D. Setyorini. 2009. Fertilizer recommendation model validation on Inceptisols Karawang-West Java and Banten Serang. Proceedings of the National Seminar and Workshop: Crisis Management Strategies to Support Land Resources for Food and Energy Sovereignty. (Ed: S.D. Tarigan, B. Barus, D.R. Panuju, B.H. Trisasongko, B. Nugroho).
47
Soil Science and Land Resourches Department. Bogor Agriculture University. (In Bahasa)
Widowati, L.R., and D. Setyorini. 2011a. Persiapan penyusunan rekomendasi pemupukan dan validasi pemupukan pada tanah sawah Inceptisols dan Vertisols. Disajikan pada Seminar Nasional Sumberdaya Lahan. Banjarbaru, 13-14 Juli 2011.
Widowati, L.R., D. Nursyamsi, Sri Rochayati, and Mufrizal Syarwani. 2011b. Nitrogen Management on Agricultural Land in Indonesia. Proceedings of Internasional Seminar on Increase Agricultural Nitrogen Circulation in Asia: Technological chalange to Mitigate Agricultural Nitrogen Emissions. Thaiwan, October 2011. p.181-195.
Widowati, L.R., De Neve S., Sukristiyonubowo, Setyorini, D., Kasno, A., Sipahutar, I.A., Sukristyohastomo, D. 2011c. Nitrogen balances and nitrogen use efficiency of intensive vegetable rotations in South East Asian tropical Andisols. Nutrient Cycle in Agroecosistems 91:131-143
Widowati, L.R., Husnain, D. Setyorini, D.A. Suriadikarta, W. Hartatik. 2012. Penelitian Pengembangan Test Kit Mendukung Swasembada Pangan. Laporan Akhir DIPA-2012. Balai Penelitian Tanah. Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian. Badan Litbang Pertanian. Kementerian Pertanian.
Wolinska, A., and Stepniewska, Z. 2012. Dehydrogenase Activity in Soil Enviromnment.
http://dx.doi.org/10.5772/48294, p: 183 – 210.