pengertian kerukunan umat beragama

Upload: wahyu-sastrawan

Post on 07-Jan-2016

69 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

j

TRANSCRIPT

PENGERTIAN KERUKUNAN UMAT BERAGAMA Kerukunan umat bragama yaitu hubungan sesame umat beragama yang dilandasi dengan toleransi, saling pengertian, saling menghormati, saling menghargai dalam kesetaraan pengamalan ajaran agamanya dan kerja sama dalam kehidupan masyarakat dan bernegara. Umat beragama dan pemerintah harus melakukan upaya bersama dalam memelihara kerukunan umat beragama, di bidang pelayanan, pengaturan dan pemberdayaan. Sebagai contoh yaitu dalam mendirikan rumah ibadah harus memperhatikan pertimbangan Ormas keagamaan yang berbadan hokum dan telah terdaftar di pemerintah daerah. Pemeliharaan kerukunan umat beragama baik di tingkat Daerah, Provinsi, maupun Negara pusat merupakan kewajiban seluruh warga Negara beserta instansi pemerinth lainnya. Lingkup ketentraman dan ketertiban termasuk memfalisitasi terwujudnya kerukunan umat beragama, mengkoordinasi kegiatan instnsi vertical, menumbuh kembangkan keharmonisan saling pengertian, saling menghormati, saling percaya diantara umat beragama, bahkan menerbitkan rumah ibadah. Sesuai dengan tingkatannya Forum Krukunan Umat Beragama dibentuk di Provinsi dan Kabupaten. Dengan hubungan yang bersifat konsultatif gengan tugas melakukan dialog dengan pemuka agama dan tokoh-tokoh masyarakat, menampung aspirasi Ormas keagamaan dan aspirasi masyarakat, menyalurkan aspirasi dalam bentuk rekomendasi sebagai bahan kebijakan. Kerukunan antar umat beragama dapat diwujdkan dengan;1. Saling tenggang rasa, saling menghargai, toleransi antar umat beragama2. Tidak memaksakan seseorang untuk memeluk agama tertentu3. Melaksanakan ibadah sesuai agamanya, dan4. Mematuhi peraturan keagamaan baik dalam Agamanya maupun peraturan Negara atau Pemerintah. Dengan demikian akan dapat tercipta keamanan dan ketertiban antar umat beragama, ketentraman dan kenyamanan di lingkungan masyarakat berbangsa dan bernegara.

PENGERTIAN KERUKUNAN UMAT BERAGAMA MENURUTISLAMKerukunan umat beragama dalam islam yakni Ukhuwah Islamiah. Ukhuah islamiah berasl dari kata dasar Akhu yang berarti saudara, teman, sahabat, Kata Ukhuwah sebagai kata jadian dan mempunyai pengertian atau menjadi kata benda abstrak persaudaraan, persahabatan, dan dapat pula berarti pergaulan. Sedangkan Islaiyah berasal dari kata Islam yang dalam hal ini menjadi atau memberi sifat Ukhuwah, sehingga jika dipadukan antara kata Ukhuwah dan Islamiyah akan berarti persaudaraan islam atau pergaulan menurut islam. Dapat dikatakan bahwa pengertian Ukhuah Islamiyah adalah gambaran tentang hubungan antara orang-orang islam sebagai satu persaudaraan, dimana antara yang satu dengan yang lain seakan akan berada dalam satu ikatan. Ada hadits yang mengatakan bahwa hubungan persahabatan antara sesame islam dalam menjamin Ukhuwah Islamuah yang berarti bahwa antara umat islam itu laksana satu tubuh, apabila sakit salah satu anggota badan itu, maka seluruh badan akan merasakan sakitnya. Dikatakan juga bahwa umat muslim itu bagaikan sutu bangunan yang saling menunjang satu sama lain. Pelaksanaan Ukhuwah Islamiyah menjadi actual, bila dihubungkan dengan masalah solidaritas social. Bagi umat Islam, Ukhuwah Islamiyah adalah suatu yang masyru artinya diperintahkan oleh agama. Kata persatuan, kesatuan, dan solidaritas akan terasa lebih tinggi bobotnya bila disebut dengan Ukhuwah. Apabila bila kata Ukhuwah dirangkaikan dengan kata Islamiyah, maka ia akan menggambarkan satu bentuk dasar yakni Persaudaraan Islam merupakan potensi yang obyektif. Ibadah seperti zakat, sedekah, dan lain-lain mempunyai hubungan konseptual dengan cita ukhuwah islamiyah. Ukhuwah islamiyah itu sendiri bukanlah tujuan, Ukhuwah Islamiyah adalah kesatuan yang menjelmakan kerukunan hidup umat dan bangs, juga untuk kemajuan agama, Negara, dan kemanusiaan. Janganlah bermusuh- musuhan, maka Allah menjinakan antara hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah orang-orang yang bersaudara (QS. Ali Imran: 103) Artinya: Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai dan berselisih sesudah dating keterangan yang jelas kepada mereka. Mereka itulah orang0orang yang mendapat siksa yang berat. (QS. Ali Imran 105). MANFAAT KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA Umat Beragama Diharapkan Perkuat Kerukunan Jika agama dapat dikembangkan sebagai faktor pemersatu maka ia akan memberikan stabilitas dan kemajuan negara Menteri Agama Muhammad Maftuh Basyuni berharap dialog antar-umat beragama dapat memperkuat kerukunan beragama dan menjadikan agama sebagai faktor pemersatu dalam kehidupan berbangsa. "Sebab jika agama dapat dikembangkan sebagai faktor pemersatu maka ia akan memberikan sumbangan bagi stabilitas dan kemajuan suatu negara," katanya dalam Pertemuan Besar Umat Beragama Indonesia untuk Mengantar NKRI di Jakarta, Rabu. Pada pertemuan yang dihadiri tokoh-tokoh agama Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, dan Konghucu itu Maftuh menjelaskan, kerukunan umat beragama di Indonesia pada dasarnya telah mengalami banyak kemajuan dalam beberapa dekade terakhir namun beberapa persoalan, baik yang bersifat internal maupun antar-umat beragama, hingga kini masih sering muncul. Menurut dia, kondisi yang demikian menunjukkan bahwa kerukunan umat beragama tidak bersifat imun melainkan terkait dan terpengaruh dinamika sosial yang terus berkembang. "Karena itu upaya memelihara kerukunan harus dilakukan secara komprehensif, terus-menerus, tidak boleh berhenti," katanya. Dalam hal ini, Maftuh menjelaskan, tokoh dan umat beragama dapat memberikan kontribusi dengan berdialog secara jujur, berkolaborasi dan bersinergi untuk menggalang kekuatan bersama guna mengatasi berbagai masalah sosial termasuk kemiskinan dan kebodohan. Ia juga mengutip perspektif pemikiran Pendeta Viktor Tanja yang menyatakan bahwa misi agama atau dakwah yang kini harus digalakkan adalah misi dengan tujuan meningkatkan sumber daya insani bangsa, baik secara ilmu maupun karakter. "Hal itu kemudian perlu dijadikan sebagai titik temu agenda bersama lintas agama," katanyaMengelola kemajemukan Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Ma'ruf Amin mengatakan masyarakat Indonesia memang majemuk dan kemajemukan itu bisa menjadi ancaman serius bagi integrasi bangsa jika tidak dikelola secara baik dan benar. "Kemajemukan adalah realita yang tak dapat dihindari namun itu bukan untuk dihapuskan. Supaya bisa menjadi pemersatu, kemajemukan harus dikelola dengan baik dan benar," katanya. Ia menambahkan, untuk mengelola kemajemukan secara baik dan benar diperlukan dialog berkejujuran guna mengurai permasalahan yang selama ini mengganjal di masing-masing kelompok masyarakat. "Karena mungkin masalah yang selama ini terjadi di antara pemeluk agama terjadi karena tidak sampainya informasi yang benar dari satu pihak ke pihak lain. Terputusnya jalinan informasi antar pemeluk agama dapat menimbulkan prasangka- prasangka yang mengarah pada terbentuknya penilaian negatif," katanya. Senada dengan Ma'ruf, Ketua Konferensi Waligereja Indonesia Mgr.M.D Situmorang, OFM. Cap mengatakan dialog berkejujuran antar umat beragama merupakan salah satu cara untuk membangun persaudaraan antar- umat beragama. Menurut dia, tema dialog antar-umat beragama sebaiknya bukan mengarah pada masalah theologis, ritus dan cara peribadatan setiap agama melainkan lebih ke masalah- masalah kemanusiaan. "Dalam hal kebangsaan, sebaiknya dialog difokuskan ke moralitas, etika dan nilai spiritual," katanya.

Ia juga menambahkan, supaya efektif dialog antar-umat beragama mesti "sepi" dari latar belakang agama yang eksklusif dan kehendak untuk mendominasi pihak lain. "Sebab untuk itu butuh relasi harmonis tanpa apriori, ketakutan dan penilaian yang dimutlakkan. Yang harus dibangun adalah persaudaraan yang saling menghargai tanpa kehendak untuk mendominasi dan eksklusif," katanya. Menurut Ketua Umum Majelis Tinggi Agama Khonghucu Budi S Tanuwibowo, agenda agama-agama ke depan sebaiknya difokuskan untuk menjawab tiga persoalan besar yang selama ini menjadi pangkal masalah internal dan eksternal umat beragama yakni rasa saling percaya, kesejahteraan bersama dan penciptaan rasa aman bagi masyarakat. "Energi dan militansi agama seyogyanya diarahkan untuk mewujudkan tiga hal mulia itu," demikian Budi S Tanuwibowo.

PendahuluanBangsa Indonesia sejak dulu dikenal sebagai bangsa yang ramah dan santun, bahkan predikat ini menjadi cermin kepribadian bangsa kita di mata dunia internasional. Indonesia adalah Negara yang majemuk, bhinneka dan plural. Indonesia terdiri dari beberapa suku, etnis, bahasa dan agama namun terjalin kerja bersama guna meraih dan mengisi kemerdekaan Republik Indonesia kita. Namun akhir-akhir ini keramahan kita mulai dipertanyakan oleh banyak kalangan karena ada beberapa kasus kekerasan yang bernuansa Agama. Ketika bicara peristiwa yang terjadi di Indonesia hampir pasti semuanya melibatkan umat muslim, hal ini karena mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam. Masyarakat muslim di Indonesia memang terdapat beberapa aliran yang tidak terkoordinir, sehingga apapun yang diperbuat oleh umat Islam menurut sebagian umat non muslim mereka seakan-seakan merefresentasikan umat muslim.. Kerukunan umat beragama adalah suatu bentuk sosialisasi yang damai dan tercipta berkat adanya toleransi agama. Toleransi agama adalah suatu sikap saling pengertian dan menghargai tanpa adanya diskriminasi dalam hal apapun, khususnya dalam masalah agama.Kerukunan umat beragama adalah hal yang sangat penting untuk mencapai sebuah kesejahteraan hidup di negeri ini. Seperti yang kita ketahui, Indonesia memiliki keragaman yang begitu banyak. Tak hanya masalah adat istiadatatau budaya seni, tapi juga termasuk agama.Walau mayoritas penduduk Indonesia memeluk agama Islam, ada beberapa agama lain yang juga dianut penduduk ini. Kristen, Khatolik, Hindu, Budha dan Konghucuadalah contoh agama yang juga banyak dipeluk oleh warga Indonesia.Setiap agama tentu punya aturan masing-masing dalam beribadah. Namun perbedaan ini bukanlah alasan untuk berpecah belah. Sebagai satu saudara dalam tanah air yang sama, kita harus menjaga kerukunan umat beragama di Indonesia untuk bersama-sama membangun negara ini menjadi yang lebih baik.Konsep Tri Kerukunan Umat Beragama di Indonesia1. Kerukunan intern umat beragama, yaitu suatu bentuk kerukunan yang terjalin antar masyarakat penganut satu agama. Misalnya, kerukunan sesama orang Islam atau kerukunan sesama penganut Kristen.2. Kerukunan antar umat beragama , yaitu suatu bentuk kerukunan yang terjalin antar masyarakat yang memeluk agama berbeda-beda. Misalnya, kerukunan antar umat Islam dan Kristen, antara pemeluk agama Kristen dan Budha, atau kerukunan yang dilakukan oleh semua agama.3. Kerukunan umat beragama dengan pemerintah, yaitu bentuk kerukunan semua umat-umat beragama menjalin hubungan yang yang harmoni dengan Negara/ pemerintah. Misalnya tunduk dan patuh terhadap aturan dan perundang-undangan yang berlaku. Pemerintah ikut andil dalam menciptakan suasana tentram, termasuk kerukunan umar beragama dengan pemerintah itu sendiri. Semua umat beragama yang diwakili oleh tokoh-tokon agama dapat sinergi dengan pemerintah. Bekerjasama dan bermitra dengan pemerintah untuk menciptakan stabilitas persatuan dan kesatuan bangsa.Seluruh peraturan pemerintah yang membahas kerukunan hidup umat beragama, harus mencakup empat pokok masalah sbb:1. Pendirian Rumah Ibadah2. Penyiaran agama3. Bantuan keagamaan dari luar negeri4. Tenaga asing bidang keagamaanKerukunan Dalam Perspektif IslamBangsa Indonesia yang mayoritas beragama Islam sebaiknya berkaca kepada sejarah yang pernah terjadi dalam dunia Islam, yaitu di Madinah. Dengan pimpinan nabi Muhammad saw mendirikan negara yang pertama kali dengan penduduk yang majemuk, baik suku dan agama, suku Quraisy dan suku-suku Arab Islam yang datang dari wilayah-wilayah lain, suku-suku Arab Islam penduduk asli Madinah, suku-suku Yahudi penduduk Madinah, Baynuqa, Bani Nadlir dan suku Arab yang belum menerima Islam. Sebagai landasan dari negara baru itu Rasulullah saw memproklamasikan peratururan yang kemudian lebih dikenal dengan nama Shahifatul Madinah atau Piagam Madinah. Menurut para ilmuwan muslim dan non muslim dinyatakan bahwa Piagam Madinah itu merupakan konstitusi pertama negara Islam.Piagam Madinah yang terdiri dari 47 pasal itu nabi Muhammad saw telah meletakkan pondasi sebagai landasan kehidupan umat beragama dalam negara yang plural dan majemuk, baik suku maupun agama dengan memasukkan secara khusus dalam Piagam Madinah sebuah pasal spesifik tentang toleransi. Secara eksplisit dinyatakan dalam pasal 25: Bagi kaum Yahudi (termasuk pemeluk agama lain selain Yahudi) bebas memeluk agama mereka, dan bagi orang Islam bebas pula memeluk agama mereke. Kebebasan ini berlaku pada pengikut-pengikut atau sekutu-sekutu mereka dan diri mereka sendiri (lil yahudi dinuhum, wa lil muslimina dinuhum, mawaalihim wa anfusuhum).Paradigma toleransi antar umat beragama guna terciptanya kerukunan umat beragama perspektif Piagam Madinah pada intinya adalah seperti berikut:1. Semua umat Islam, meskipun terdiri dari banyak suku merupakan satu komunitas (ummatan wahidah).2. Hubungan antara sesama anggota komunitas Islam dan antara komunitas Islam dan komunitas lain didasarkan atas prinsip-prinsip: 1. Bertetangga yang baik2. Saling membantu dalam menghadapi musuh bersama3. Membela mereka yang teraniaya4. Saling menasehati5. Menghormati kebebasan beragama.Lima prinsip tersebut mengisyaratkan:1. Persamaan hak dan kewajiban antara sesama warga negara tanpa diskriminasi yang didasarkan atas suku dan agama; dan2. Pemupukan semangat persahabatan dan saling berkonsultasi dalam menyelesaikan masalah bersama serta saling membantu dalam menghadapi musuh bersama.Lahirnya Piagam Madinah oleh beberapa ahli tentang Islam, seperti dikatakan oleh sejarawan Barat, Wiliam Montgomery Watt sebagai loncatan sejarah yang luar biasa dalam perjanjian multilateral. Selain sifatnya yang inklusif, Piagam Madinah berhasil mengakhiri kesalahpahaman antara pemeluk agama selain Islam dengan jaminan keamanan yang dilindungi konstitusi Negara.Semangat persamaan dan persaudaraan tanpa melihat suku dan agama dalam Piagam Madinah itu tidak lepas dari bimbingan wahyu Allah SWT, di mana Rasulullah saw tidak akan berkata sesuatu dari kehendak nafsunya kecuali merupan wahyu Allah SWT. Piagam Madinah senafas dengan inti ajaran paradigma kehidupan umat beragama yang termaktub dalam al Quran al Karim, yakni tidak ada paksaan untuk menganut suatu agama (al Baqarah:256), larangan kepada Rasulullah saw untuk memaksa orang menerima Islam (Yunus:99) dan bahwa tiada larangan bagi umat Islam untuk berbuat baik, berlaku adil dan saling tolong menolong dengan orang-orang bukan Islam yang tidak memerangi umat Islam karena agama dan tidak mengusir meraka dari kampung halaman atau negeri mereka (al Mumtahanah:89), bahwa Islam mengakui pluralitas agama bukan pluralisme agama (al Kafirun:1- 6).Kalau sebab turunnya (asbab al nuzul) ayat dalam surat al Kafirun dikaji secara seksama, ayat ini merupakan penolakan Nabi Muhammad SAW secara diplomatis dan etis atas propaganda agama lain. Ketika Nabi Muhammad SAW ditawari untuk saling tukar agama, Nabi SAW menanggapinya dengan arif dan bijaksana, bagimu agamamu, bagiku agamaku. Tidak konfrontatif, apalagi destruktif sehingga orang yang mengajaknya pun malah segan.Ke depan, guna memperkokoh kerukunan hidup antar umat beragama di Indonesia khususnya di Banyuwangi kiranya perlu membangun dialog horizontal dan dialog Vertikal.Dialog Horizontal adalah interaksi antar manusia yang dilandasi dialog untuk mencapai saling pengertian, pengakuan akan eksistensi manusia, dan pengakuan akan sifat dasar manusia yang asasi, dengan menempatkan manusia pada posisi kemanusiaannya. Artinya, posisi manusia yang bukan sebagai benda mekanik, melainkan sebagai manusia yang berakal budi, yang kreatif dan berbudaya.Suatu sifat dalam dialog, di mana seseorang melihat lawan dialognya dengan hati lapang dan penuh pernghargaan (ain al ridla), bukan sebaliknya, melihat lawan dialognya sebagai musuh dan penuh kebencian (ain al sukhth). Sikap dasar moral harus tetap dipertahankan dalam hubungan dialog horizontal. Oleh karena itu tidak seharusnya manafikan eksistensi orang lain.Dialog Vertikal berarti pemahaman dan pengkhayatan akan fungsi dan makna keagamaan secara mendalam bukan fanatisme buta dalam beragama karena kebodohannya. Dalam konteks kemasyarakatan kita, banyak yang mempertentangkan suatu agama dengan agama lain, bahkan antar sesama pemeluk agama tertentu. Karenanya para tokoh agama mengingatkan betapa pentingnya penghayatan keagamaan dan untuk memperluas cakrawala dialog vertical.Unsur penting dalam dialog vertikal adalah mendalami materi keagamaan secara intern. Artinya, kita mesti terus berlajar mendalami secara objektif makna agama kita masing-masing. Pada posisi puncak sebenarnya adalah pengejewantahan diri kita untuk mengabdi kepada Tuhan. Pengabdian kepada Tuhan inilah yang disebut dengan dialog vertical. Oleh karena itu, umat beragama tidak layak mempertentangkan dan menghancurkan eksistensi orang lain dengan mengatasnamakan agama.KesimpulanAkhirnya jika bicara tentang kerukunan maka harus bicara tentang KITA, bukan bicara tentang AKU dan KAMU sebagaimana yang dicontohkan oleh Nabi Muhaammad SAW dalam Piagam Madinah. Semoga kita selalu mampu menjaga persaudaraan kemanusiaan (Ukhuwah Basyariyah), Persaudaran Kebangsaan (Ukhuwah Wathaniyah) dan Persaudaraan seiman (Ukhuwah Diniyah) di bumi Indonesia yang kita cintai ini, agar kita dapat hidup rukun dan harmoni. Sebagai semboyan kita, Bhinneka Tunggal Ika.Img:indonesiatanahairku-indonesia.blogspot

Disampaikan oleh : dr. I Nyoman MudiarcanaAnggota FKUB Kab. OKU-Sumatera Selatan

Pengantar

Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam suku bangsa, beraneka ragam ras, bermacam-macam golongan, beragam budaya. Penduduknya menganut berbagai macam agama serta penganut kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang berbeda-beda. Hal itu merupakan Anugrah dari tuhan YME. Bagaikan pelangi diangkasa, menjadi sangat indah karena disusun oleh berbagai spektrum warna yang berbeda-beda. Atau sebuah taman yang ditumbuhi berbagai macam bunga aneka warna dan tumbuh bermacam-macam pohon beraneka bentuk serta hidup bermacam-macam burung berkicau yang sangat indah.

Namun kalau tidak rukun dan bercerai-berai maka akan menimbulkan kehancuran. Ruang yang begitu indah akan menjadi porak-poranda dan menimbulkaan penderitaan. Kehancuran dan penderitaan terjadi karena sifat-sifat manusia yang serakah, mudah marah, dan nafsu yang tidak terkendali. Sifat manusia yang penuh nafsu, serakah dan cepat marah seringkali menimbulkan komplik di masyarakat. Kelalaian dalam menyikapi setiap komplik kecil dimasyarakat dapat meluas menjadi bentrokan antar suku, agama, ras dan antar golongan (SARA), sehingga menimbulkan perpecahan yang sangat merugikan kerukunan dan kesatuan bangsa.Oleh karena itu setiap pemimpin umat beragama, tokoh-tokoh adat, komponen masyarakat lainnya maupun pemerintahan agar selalu mewaspadai, munculnya potensi komplik dilingkungannya. Dapat mendeteksi dan mengambil langkah cepat dalam mengatasi setiap potensi komplik. Dan tetap menjaga Kerukunan Antara umat beragama, suku, ras dan antar golongan.Kerukunan hidup beragama Kerukunan umat beragama berarti antara pemeluk-pemeluk agama yang berbeda bersedia secara sadar hidup rukun dan damai. Hidup rukun dan damai dilandasi oleh toleransi, saling pengertian, saling menghormati, saling menghargai dalam kesetaraan dan bekerjasama dalam kehidupan sosial di masyarakat. Hidup rukun artinya hidup bersama dalam masyarakat secara damai, saling menghormati dan saling bergotong royong/bekerjasama.Manusia ditakdirkan Hyang Widdhi sebagai makhluk sosial yang membutuhkan hubungan dan interaksi sosial dengan sesama manusia. Sebagai makhluk sosial, manusia memerlukan kerja sama dengan orang lain dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, baik kebutuhan material, kebutuhan spiritual, maupun kebutuhan akan rasa aman.Kitab Weda (Kitab suci Umat Hindu) memerintahkan manusia untuk selalu menjalankan Tri Hita Karana Yaitu : selalu berbakti kepada Hyang Widdhi, hidup rukun dengan alam lingkungan, serta hidup rukun dengan sesama umat manusia. Dalam menjalin hubungan dengan umat manusia, diperinthkan untuk selalu rukun tanpa memandang : ras, kebangsaan, suku, agama, orang asing, pribumi maupun pendatang, dls. Sehingga umat Hindu selalu berdoa sebagai berikut :Samjnanam nah svebhih, Samjnanam aranebhih, Samjnanam asvina yunam, ihasmasu ni acchalam.(Atharvaveda VII.52.1Artinya : Semoga kami memiliki kerukunan yang sama dengan orang-orang yang dikenal dengan akrab, Semoga kami memiliki kerukunan yang sama dengan orang-orang asing, semoga Engkau memberkahi kami dengan keserasian (kerukunan/keharmonisan)Janam bibhrati bahudha vivacasam, nanadharmanam prthivi yathaukasam, sahasram dhara dravinasya me duham, dhruveva dhenur anapasphuranti ( Atharvaveda XII.I.45)Artinya :Semua orang berbicara dengan bahasa yang berbeda-beda, dan memeluk Agama (kepercayaan) yang berbeda-beda, Sehingga Bumi Pertiwi bagaikan sebuah keluarga yang memikul beban. Semoga Ia melimpahkan kemakmuran kepada kita dan menumbuhkan penghormatan diantara kita, seperti seekor sapi betina kepada anak-anaknyaBahkan umat Hindu selalu berdoa untuk keselamatan seluruh mahluk hidup, seperti bait ke 5 Puja Trisandya yang wajib dilantunkan 3 (tiga) kali dalam sehari oleh umat Hindu yang taat :

Om Ksamasva mam mahadewa, sarwaprani hitangkara, mam moca sarwa papebyah, palayaswa Sadasiwa) yang artinya : Hyang Widdhi ampunilah hamba, semoga semua mahluk hidup (Sarwaprani) memperoleh keselamatan ( hitangkara ),bebaskan hamba dari segala dosa dan lindungilan hamba. (Keterangan. : Mahadewa dan Sadasiwa adalah nama-nama ke-Maha Kuasa-an Hyang Widdhi Wasa/Tuhan YME).Perintah-perintah Hyang Widdhi kepada manusia supaya selalu hidup rukunDidalam pustaka suci weda terdapat perintah-perintah Hyang Widhi tentang hidup rukun diantaranya : 1. Tri Hita Karana. 2. Tri Kaya Parisudha, 3. Catur paramita 4. Tat Twam Asi 1. Tri Hita Karana

Tri Hita Karana artinya tiga penyebab kebahagiaan yaitu :1. Membina hubungan yang harmonis antara manusia dengan Hyang Widdhi Wasa/ Tuhan YME (Parahyangan)2. Membina hubungan harmonis antara manusia dengan manusia tanpa membedakan asal usul, ras, suku, agama, kebangsaan dll. (Pawongan)3. Membina hubungan harmonis antara manusia dengan alam lingkungan(Palemahan)

Ketiga-tiga hubungan yang harmonis ini dapat mendatangkan kebahagiaan, kedamaian, kerukunan bagi kehidupan manusia.

2. Tri Kaya Parisudha Tri Kaya Parisudha artinya tiga perilaku yang harus disucikan yaitu :1. Manacika Parisudha, yaitu mensucikan pikiran, antara lain: selalu berpikir positif terhadap orang lain, berpikir tenang (manahprasadah), lemah lembut (saumyatwam), pendiam (maunam), mengendalikan diri (atmawinigrahah), jiwa suci/lurus hati (bhawasamsuddir).2. Wacika Parisudha, yaitu mensucikan ucapan, antara lain : berkata yang lemah lembut, berkata yang tidak melukai hati/tidak menyinggung perasaan/tidak menyebabkan orang marah (anudwegakaram wakyam), berkata yang benar(satyam wakyam/satya wacana), berkata-kata yang menyenangkan (priyahitam wakyam), dapat dipercaya dan berguna.3. Kayika Parisudha, yaitu mensucikan perbuatan, antara lain : bertingkah laku yang santun, hormat pada para orang suci/pendeta, hormat pada para guru, hormat pada orang yang arif bijaksana, berperilaku suci( saucam), benar (arjawa), tidak menyakiti/membunuh mahluk lain (ahimsa).

Tri kaya Parisudha merupakan petunjuk Hyang Widdhi (BG.XVII.14-16) kepada manusia dalam mencapai kesempurnaan Hidup. Trikaya parisudha diperintahkan supaya setiap orang selalu berpikir positip terhadap orang lain, berkata-kata yang lemah lembut dan menyenangkan orang lain, serta menghindari berperilaku yang membuat orang lain tidak senang. Melaksanakan Trikaya parisudha untuk menghindari adanya rasa kurang menghormati harkat dan martabat manusia yang dapat menimbulkan kemarahan dan rasa dendam yang berkepanjangan di antara sesama manusia.

3. Catur Paramita

Di samping itu dalam pergaulanya di masyarakat manusia diperintahkan untuk selalu mendasarkan tingkah lakunya kepada Catur Paramita yaitu : 1. Maitri, mengembangkan rasa kasih sayang. 2. Mudhita, membuat orang simpati. 3. Karuna, suka menolong. 4. Upeksa, mewujudkan keserasian, keselarasan, kerukunan dan keseimbangan

4. Tat Twam Asi

Apabila diterjemahkan secara artikulasi Tat Twam Asi berarti Itu adalah Aku atau kamu adalah aku. Dalam pergaulan hidup sehari-hari manusia diperintahkan selalu berpedoman kepada Tat Twam Asi, sehingga tidak mudah melaksanakan perbuatan yang dapat menyinggung perasaan bahkan dapat menyakiti hati orang lain dan pada akhirnya menimbulkan rasa iri hati benci dan kemarahan. Dengan menganggap orang lain adalah diri kita sendiri, berarti kita memperlakukan orang lain, seperti apa yang ingin orang lain lakukan terhadap kita.

Tat Twam Asi menjurus kepada Tepa Selira atau Tenggang Rasa yang menuntun manusia dalam berpikir, berkata-kata dan berperilaku, sehingga tidak berpikir negatif terhadap orang lain, tidak berkata-kata yang dapat menyinggung perasaan orang lain, dan tidak berperilaku yang dapat merugikan orang lain.

Musuh-musuh dalam diri manusia penyebab terganggunya Kerukunan dan ketentraman :

Ada enam musuh utama dalam diri manusia yang harus dikalahkan untuk meningkatkan spiritualitas manusia, sekaligus bermanfaat menciptakan kerukunan dan kedamaian Umat manusia. Ke-enam musuh yang ada pada manusia disebut Sad Ripu yaitu :1. Kama artinya sifat penuh nafsu indriya terutama nafsu sex. 2. Lobha artinya sifat loba dan serakah. 3. Krodha artinya sifat pemarah/mudah marah. 4. Mada artinya sifat suka mabuk-mabukan5. Moha artinya sifat angkuh dan sombong. 6. Matsarya artinya sifat dengki dan iri hati

Selain enam musuh utama dalam diri manusia yang harus dikalahkan, adalagi yang disebut Sad Atatayi, yaitu enam kejahatan yang membuat manusia menderita, sehingga dilarang untuk dilakukan yaitu :1. Agnida: membakar milik orang lain. 2. Wisada: meracuni dengan racun ( insektisida maupun bahan kimia atau obat-obat terlarang) orang lain atau mahluk lain. 3. Atharwa: menggunakan ilmu hitam (black magic, misalnya santet, sihir, gendam, leak dll) untuk menyengsarakan orang lain. 4. Sastraghna: mengamuk atau membunuh . 5. Dratikrama: memperkosa termasuk juga pelecehan sexual. 6. Rajapisuna: memfitnah

Dalam Bhagavadgita XVI.21-22. Kama (nafsu sex), krodha (marah) dan lobha (serakah) disebutkan sebagai tiga jalan menuju neraka (Triwidham narakasyedam), Jalan untuk menuju kehancuran diri (dwaram nasanam atmanah ), sehingga ketiganya harus disingkirkan (tasmad etat trayam tyajet) dari diri manusia. Orang yang bisa membebaskan diri dari Kemarahan, Keserakahan, dan Nafsu sexual yang tidak pantas dan berbuat untuk kemuliaan Tuhan YME akhirnya bisa mencapai tempat yang tertinggi ( sorga bahkan moksa)

Kemarahan atau orang yang marah dapat menimbulkan penderitaan bagi orang lain. Kemarahan yang di ujudkan dengan kekerasan, misalnya membunuh, membakar, mencelakai dan lain sebagainya mengganggu ketentraman dan kedamaian.

Orang yang cepat marah atau sering marah-marah dapat menderita berbagai penyakit diantaranya : serangan jantung, hipertensi, stroke dan radang lambung (maag). Kenapa orang yang sering marah atau cepat marah mudah terserang penyakit tersebut ?, mekanismenya sebagai berikut :

Pada saat marah, tonus syaraf simpatis akan meningkat. Syaraf simpatis mempunyai target organ diantaranya di pembuluh darah, jantung dan glandula adrenal dan ginjal. Pada pemuluh darah menyebabkan penyempitan pembuluh darah, pada jantung menyebabkan denyut jantung meningkat, pada glandula adrenal memacu keluarnya hormon adrenalin yang menyebabkan pembuluh darah menyempit dan jantung berdebar-debar, sedangkan pada ginjal memacu apparatus juxta glomerularis untuk mengeluarkan renin.... dst menyebabkan penyempitan pemuluh darah dan tertimbunnya cairan pada pembuluh darah. Pembuluh darah menyempit sementara pompa jantung bekerja sangat kuat ditambah tertimbunnya cairan pada pembuluh darah menyebabkan tekanan dalam pembuluh darah sangat tinggi (Hipertensi). Tekanan darah tinggi yang tidak bisa diatasi oleh pembuluh darah bisa menyebabkan pecahnya pembuluh darah, kalau diotak disebut STROKE dan kalau di jantung bisa menyebabkan mati mendadak(SADDEN DEATH). Kemarahan juga memacu syaraf parasimpatis pada lambung, sehingga lambung mengeluaran asam lambung, penyebab radang lambung (penyakit maag). Oleh karena itu kendalikan kemarahan dengan selalu BERSABAR.

Keserakahan, misalnya: mengurangi hak orang lain, menggelapkan hak orang lain, korupsi, memindahkan patok/batas-batas tanah, merampas secara paksa hak-hak orang lain, dll dapat menimbulkan penderitan pada orang lain. Apabila si korban tidak bisa menerima perlakuan tersebut dapat menimbulkan percekcokan yang ujung-ujungya kerukunan terganggu.

Sedangkan Nafsu seksual yang tidak pada tempatnya (berzinah) dapat menimbulkan berbagai penyakit kelamin, HIV/AIDS dan bahkan menimbulkan pertengkaran. Oleh karenanya marah, serakah dan nafsu disebut dalam kitab suci Weda(BG. XVI.21 ) merupakan tiga jalan menuju neraka, jalan menuju kahancuran diri (Triwidham narakasyedam,dwaram nasanam atmanah)

Kerukunan beragama dalam sejarah di Indonesia Pada masa kerajaan-kerajaan di Indonesia, perselisihan antara sekte-sekte agama Hindu (sekte: Brahmanisme, Waisnawa, Siwaisme, Pasupata, Sora, Kala, Sakta, Bairawa, Ganapateya dll) dirukunkan oleh Mpu Kuturan. Mpu Kuturan yang menjabat sebagai penasehat Raja Udayana ( Th.989-1011 M) menggabungkan berbagai sekte keagamaan Hindu yang ada di Bali menjadi tiga sekte besar. Mpu Kuturan memperkenalkan konsep Tri Murti yang diaktualisasikan dalam bentuk Kahyangan Tiga, yaitu : Pura Desa, Pura Puseh dan Pura Dalem, yang disungsung oleh tiap-tiap Desa pekraman(desa Adat) di Bali.

Perbedaan antara Siwaisme dan Budisme di Indonesia, dirukunkan oleh Mpu Tantular di jaman Majapahit(Th.1380 M) menjadi Agama Siwa-Budha, yang tertuang dalam buku Sutasoma, dimana Purusadha mewakili Siwaisme dan Sutasoma mewakili Budhisme. Didalam Buku Sutasoma terdapat kalimat Bhineka Tunggal Ika, tan hana dharma mangrwa , artinya : Meskipun berbeda-beda tetap Satu, tidak ada kebenaran mendua.

Penyatuan sekte-sekte ini tidak bertentangan dengan Weda, kitab sucinya umat Hindu, kitab yang berasal dari Hyang Widdhi, seperti dinyatakan langsung oleh Hyang Widdhi dalam BG. XV.15 Weda ntakrid wedawid ewa ca ham/ Akulah pencipta weda dan Aku yang mengetahui isi weda. Kitab Weda disebut juga sastrawiddhi/ sastra brahman karena berasal dari Hyang Widdhi/Brahman/Tuhan YME.

Didalam Weda (Rg.Veda I.64.46) terdapat mantra berikut : Ekam sadvipra bahudha vadanti, yang artinya : Ia adalah Esa (Ekam Sad=Ia Satu/Esa). Para bijaksana(Vipra=orang bijak) menyebut dengan berbagai nama (bahudha vadanti=menyebut dengan berbagai nama ).

Penyatuan Siwa-Budha tidak otomatis membuat umat Budhis menjadi Siwaisme atau sebaliknya penganut Siwaisme menjadi Budhis. Penyatuan hanya dalam tataran sosial kemasyarakatan.Dengan konsep agama Siwa-Budha para menganut Siwaisme dan Budhisme bisa hidup rukun, meski tetap dalam perbedaan tata cara ritual, tempat ibadah maupun penyebutan terhadap nama Tuhan Yang Maha Esa.

Bahkan saat upacara besar seperti Tawur Agung ke Sanga, menjelang tahun baru Saka/NYEPI), ke empat Pendeta yaitu, Pendeta Siwa, Pendeta Waisnawa, Pendeta dari Brahmanisme dan Pendeta Buddha secara bersama-sama muput upacara Tawur Agung Kesanga.

Untuk mendapat gambaran lebih lanjut, di bawah ini akan disampaikan beberapa mantra/sloka Kerukunan yang terdapat dalam Kitab Weda :

1. Mantra-mantra yang memerintahkan manusia saling mencintai satu dengan lainnya, berkata-kata yang lembut, menahan nafsu dan amarah dan pengendalian diri/pengendalian indriya.

Wahai umat manusia, Aku memberimu sifat-sifat ketulusan, keikhlasan, mentalitas yang sama dan perasaan berkawan tanpa kebencian (permusuhan). Seperti halnya induk sapi mencintai anak-anaknya yang baru lahir, begitulah seharusnya kalian saling mencintai satu sama yang lain.( Sahrdayam sammanasyam, avidvesam krnomi vah, anyo anyam abhi haryata, vatsam jatam ivighnya) ( Atharvaveda III. 30.1)

Wahai umat manusia, berbicaralah dengan kata-kata yang lebih manis dari pada mentega dan madu yang dijernihkan (Ghrtat svadiyo madhunas cavovata) ( Rg.veda. VIII.24.20)

Seseorang yang berbicara dengan kata-kata yang manis menerima berkah (dari Hyang Widdhi ) (Apnoti sukta vakena asisah )( YayurvedaXIX.29)

Dia yang dapat menahan nafsu birahi dan amarah didunia ini, sebelum meninggalkan jasad raganya, dia adalah Yogi, dia adalah orang yang bahagia. (Saknoti hai wa yah sodhum, prak sarira wimoksanat, kamakrodhadbhawam wegam, sa yuktah sa sukhi narah). (Bhagavadgita V.23)

Menguasai panca indriya, perasaan dan pikiran, seseorang Muni yang berhasrat mencapai kelepasan (moksa), membuang jauh-jauh nafsu, takut dan murka/marah, mereka akan mencapai moksa. ( Yatendriya mano bhuddir, munir moksaparayanah, wigateccha bhaya krodha, yah sada mukta cwasah). (Bhagavadgita V.28) 2. Mantra-Mantra yang memerintahkan untuk saling bertoleransi dalam ber-agama/ berkepercayaan kepada Tuhan YME dan tidak saling bermusuhan dan selalu mengusahakan kesejahteraan umat manusia

Aku tidak pernah iri dan selalu bersikap adil terhadap semua mahluk, bagi-Ku tidak ada yang paling Aku benci dan tidak ada yang paling Aku kasihi, tetapi yang berbakti kepadaku, Dia berada pada-Ku dan Aku bersamanya / Samo ham sarvabhutesa, na medewsyo sti na priyah, ye bhajanti tu mam bhaktya, mayite besu capyaham, (Bhagavadgita IX.29) Denganalan apapun manusia mendekati-Ku, semuanya Kuterima sama, manusia menuju jalan-Ku dari berbagai jalan. /Ye Yatha Mam Prapadyante,Tams Tathal Va Bhajamy Aham, Mama Vartma Nuvartante, Manusyah Partha Arvasah, (Bhagawadgita, IV.11) Apapun bentuk kepercayaan yang ingin dipeluk oleh penganut Agama, Aku perlakukan kepercayaan mereka sama, supaya tetap teguh dan sejahtera/ Yo yo yam yam tanum bhaktah,sraddaya 'rcitum icchati, tasya-tasya calam sraddham, tam ewa widadhamyaham (BG.VII.21) Berpegang teguh pada kepercayaan itu, mereka berbakti pada keyakinan itu pula dan dari padanya memperoleh harapan mereka, yang sebenarnya hanya dikabulkan oleh-Ku/ Sa taya sraddhaya yuktas, tasya radhanam ihate, labhate ca tatah kaman, mayai wa wihitan hi tah, (Bhagavadgita VII.22)Akan tetapi hasil yang didapat mereka, orang-orang yang berpikiran picik adalah sementara, Yang menyembah Dewata pergi ke pemujaan Dewa-dewa, tetapi para pemuja-Ku datang langsung kepada-Ku/ Antawat tu phalam sesam, tad bhawatu alpamedhasam, dewam dewayajo yanti, mad bhakta yanti mamapi ( Bhagavadgita VII.23).

Yang bekerja untuk-Ku,menjadikan Aku sebagai tujuan utama,selalu berbakti kepada-Ku, tiada bermusuhan tehadap semua insani ( semua umat manusia), dia sampai kepada-Ku/Matkarmakrin matparamo, madbhaktah sangavarjitah, nirvairah sarvabhuteshu, yah sa mam eti (BG. XI.55)

Dengan menahan panca indrya dan hawa nafsu, selalu seimbang (tenang) dalam segala situasi, selalu berusaha untuk kesejahteraan umat manusia (semua insani), mereka juga sampai kepada-Ku/Samniyamye ndriyagramam, sarvatrasamabuddhayah, te prapnuvanti mam eva, sarvebhutahite ratah (BG.XII.4)3. Perintah Hyang Widdhi supaya umat manusia hidup Bersatu dan Rukun

Didalam Atharvaveda III.30.4 . Hyang Widdhi bersabda :

Wahai umat Manusia, persatuanlah yang menyatukan semua para Dewa, Aku memberikan yang sama kepadamu juga sehingga kalian mampu menciptakan persatuan diantara kalian./ Yena deva naviyanti, no ca vidvisate mithah, tat krnmo brahma vo grhe,samjnanam purunebhyah

Karena Aku berada dalam tubuh manusia, mereka yang dunggu tidak menghiraukan Aku, tidak mengetahui prakerti-Ku yang lebih tinggi, sebagai raja agung alam semesta/Awajananti mam mudha, manusim tanum asritam, param bhawam ajananto, mama bhutamaheswaram (BG. IX.11)

Dia yang melihat Tuhan bersemayam didalam semua mahluk, yang tidak dapat dimusnahkan, walaupun berada pada mereka yang dapat musnah, sesungguhnya ialah yang melihat. (BG. XIII.27))/samam sarwesu bhutesu, tistantam parameswaram, winasyatawa awinasyantam,yah pasyati sa pasyati

Sesungguhnya ia yang melihat Tuhan bersemayam sama dimana-mana, ia tidak akan menyakiti jiwa dengan jiwa dan ia pun mencapai tujuan utama(BG.XIII.28)/Samam pasyani hi sarwatra, sama wasthitam iswaram,na hinasty atmanatmanam,tato yati param gatim(BG.XIII.28)

Dari beberapa kutipan tersebu dapat ditarik kesimpulan bahwa semua manusia diperintahkan untuk hidup rukun dan hidup saling hormat mengormati, karena didalam diri manusia terdapat dzat hidup yang merupakan percikan Tuhan yaitu Atma. Atman Brahman Aikiam yang artinya setiap orang mempunyai inti dari percikan suci yang sama yaitu Brahman/Tuhan YME. Sehingga setiap orang harus memperlakukan orang lain ( tidak perduli suku, ras, kebangsaan, kepercayaan, agama dll) sama. Seperti ia memperlakukan dirinya sendiri. Karena semua mahluk hidup berasal dari dzat yang sama, maka semua mahluk adalah satu keluarga, disebut juga Vasudaiva kutumbakam Fanatisme buta menutup toleransi dan kerukunan umat beragamaKeyakinan terhadap perintah Trikayaparisudha, Tat Wam Asi, Tri Hita Karana, catur paramita serta Atman Brahman Aikiam, Sad Ripu dan Sad Atatayi menuntun manusia untuk mensucikan diri dari kebodohan dan kegelapan batin, dan menjauhkan diri dari sikap marah, serakah dan nafsu. Sikap-sikap negatif yang sering muncul diakibatkan oleh ketidaktahuan (avidya), juga didorong oleh sikap fanatisme buta yaitu sikap yang tidak mau menerima kebenaran dari sumber lain (buku-buku lain), suatu sikap yang hanya meyakini kebenaran mutlak hanya ada pada satu sumber. Penganut sikap fanatisme buta ini tidak menyadari bahwa Tuhan YME adalah maha segalanya, sehingga membatasi kemahakuasaannya hanya pada satu kelompok agama, atau satu kelompok bangsa tertentu. Fanatisme yang buta sering menganggap rendah agama lain namun sensitif terhadap agamanya sendiri. Sikap seperti ini sering sekali meminta korban darah bahkan nyawa manusia untuk dipersembahkan atas nama Tuhannya. Munculnya sikap fanatisme buta semata-mata karena pengetahuan dan pemahaman yang sempit terhadap agamanya sendiri dan tidak membuka diri untuk mengetahui kebenaran dari sumber-sumber lain. Di samping sikap fanatisme buta tersebut ada juga sikap yang toleran yang dapat mewujudkan rasa kerukunan umat beragama, sikap taat pada agama yang dipeluknya tetapi tidak merendahkan agama lain. Sikap semacam ini muncul karena memiliki pengetahuan yang baik tentang agamanya dan juga membuka diri untuk mendengar kebenaran lain dari berbagai sumber, termasuk kebenaran yang terdapat dari agama lain.Langkah-langkah meningkatkan kerukunan umat beragamaUntuk meningkatkan kerukunan hidup beragama, langkah yang paling penting dilakukan adalah : Mengajarkan kepada setiap umat beragama untuk selalu berpikir positif terhadap orang lain, bertutur kata yang tidak propokatif dan tidak membuat pendengarnya sakit hati, berperilaku baik, seperti : tidak melanggar norma-norma umum, norma kesusilaan, norma adat istiadat, maupun norma hukum negara/tidak melanggar hukum Negara. Menumbuhkan penghargaan, saling pengertian, toleransi, serta belajar untuk saling memahami diantara umat beragama. Dan tidak berbuat hal-hal yang dapat menyinggung sentimen keagamaan. Untuk menumbuhkan penghargaan dan saling pengertian, maka setiap umat bergama, hendaknya mengerti secara baik dan benar tentang agamanya sendiri dan dilengkapi dengan pengetahuan yang cukup dan benar tentang agama lainnya, sehingga mengetahui hal-hal baik di agama lain dan mengetahui pula hal-hal yang sangat dilarang/ditabukan/diharamkan di agama lain.

Para pemimpin agama bekerja sama dengan pemimpin agama lainnya (Islam, Hindu, Kristen, Budha dan Konghucu) untuk mengatasi musuh bersama umat manusia yaitu : Keterbelakangan, kebodohan, kemiskinan dan penyakit sosial lainnya.

Para pemuka agama, pemimpin lembaga-lembaga keagamaan dan pemerintah, supaya selalu mempromosikan : toleransi, kerukunan dan kedamaian diantara para pemeluk agama di masyarakat, sekolah-sekolah umum, sekolah-sekolah keagamaan, maupun ditempat-tempat ibadah.

Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) lebih diberdayakan sampai kedesa-desa, dengan lebih sering mengadakan dialog-dialog kerukunan, sekaligus sebagai ajang silaturahmi antar umat beragama.

Dalam momen-momen hari penting Bangsa Indonesia, seperti HUT RI, Hari Sumpah Pemuda dls. pemerintah supaya mempasilitasi kegiatan-kegiatan yang bernuansa Kerukunan dan persatuan bangsa, seperti mensponsori seminar/simposium kerukunan beragama dengan melibatkan komponen perwakilan agama-agama.

Penutup

Demikian beberapa hal yang dapat kami sampaikan dalam forum ini, semoga peserta Forum dialog ini dapat bertindak sebagai pejuang kerukunan umat beragama dan pelopor kerukunan dimanapun berada. Mudah-mudahan dikemudian hari Negara dapat menyediakan satya lencana khusus bagi para pejuang kerukunan beragama. Serta menghukum seberat-beratnya propokator yang anti kerukunan yang selalu berlindung dibalik isu SARA.

Om sarve sukhino bhavantu, sarve sntu niramaya, sarve bhadrni pasyantu, ma kaucid dukha bhag bavet

Semoga Hyang Widhi menganugrahkan kebahagian kepada semua mahluk, menganugrahkan kedamaian kepada kami semuanya, menganugrahkan saling pengertian dan pandangan yang baik di antara kami, Semoga Hyang Widdhi menjauhkanlah kami semua dari segala kedukaan dan halangan.

Om Snti Snti Snti Om. Semoga damai, damai di langit, damai di bumi, damai di hati dan damai dimana-mana.

PANDANGAN KRISTEN PROTESTAN MENGENAI KERUKUNAN HIDUPANTAR UMAT BERAGAMAMasalah kerukunan di lingkungan umat Kristen Protestan selama lebih dari dua dasawarsa tidak mengalami permasalahan yang berarti dan menunjukkan semangat keberagamaan yang mengembirakan.Mengenai nilai - nilai kerukunan yang terdapat dalam umat Kristen Protestan yang perlu diingat yaitu terciptanya kesatuan pelayanan bersama yang berpusat pada kasih Kristus. Di depan kita ada kebinekaan masyarakat, pluralisme agama, kemiskinan maupun kekayaan yang dapat menggangu iman dan kepercayaan seseorang, adanya banyak krisis isu Kristenisasi dan isu - isu Peta Kerukunan Propinsi jawa Tengah yang lain yang menyibukkan kita sepanjang masa. Begitu banyak masalah yang dihadapi oleh masyarakat Jawa Tengah pada khususnya, akan tetapi Tuhan menempatkan umat-Nya dalam rangka rencana menyelamatkannya. Kita sadar bahwa banyak masalah - masalah yang dihadapi, namun kita harus bersyukur bahwa sudah banyak masalah yang dapat diselesaikan walaupun hasilnya belum memuaskan. Karena situasi umum masyarakat kita komplek dan menantang, begitu juga situasi kekristenan yang memprihatinkan karena berkaitan dengan pertumbuhan baik yang bersifat kuantitas maupun kualitas yang semu. Oleh karena itu perlu lebih kritis dalam menilai pertumbuhan yang bersifat ke dalam, artinya berkaitan dengan gereja - gereja, agar jangan terlalu gegabah untuk mengatakan sudah banyak yang kita perbuat dalam kesatuan pelayanan. Di samping itu kita dituntut bersama atas misi yang sama terhadap pelayanan bagi masyarakat untuk menjadi berkat bagi sentiap orang. Kesatuan pelayanan itu didasarkan atas ketaatan dan kesetiaan kepada misi yang dipercayakan sebagai umat yang satu dan yang menerima tugas yang satu, dari Kristus untuk dunia.

IV. NILAI NILAI YANG PERLU DIKEMBANGKAN UNTUK MENJALIN KERUKUNAN HIDUP ANTARUMAT BERAGAMA1. Saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agamanya;2. Saling hormat menghormati, menghargai dan bekerja sama antara pemeluk agama, antara berbagai golongan agama dan antara umat beragama dengan pemerintah yang sama - sama bertanggung jawab membangun bangsa dan negara;3. Saling tenggang rasa dengan tidak memaksakan agama kepada orang lain;4. Mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan kewajiban setiap manusia, tanpa membedakan suku, keturunan, agama, jenis kelamin, kedudukan sosial, warna kulit, dan lain-lain;5. Saling menolong dan tidak semena-mena terhadap orang lain.

V. FUNGSI KERUKUNAN HIDUP ANTARUMAT BERAGAMA1. Menjaga ketentraman masyarakat;2. Saling menghormati antar umat beragama;3. Mencegah terjadinya pertentangan antara agama yang satu dengan yang lainnya;4. Mempersatukan perbedaan antarumat beragama.

VI. SIKAP - SIKAP ANTARUMAT BERAGAMA1. Sikap Eksklusivisme : sikap yang hanya mengakui agamanya yang paling benar dan baik.2. Sikap Inklusivisme : sikap yang dapat memahami dan menghargai agama lain dengan eksistensinya, tetapi tetap memandang agamanya sebagai satu - satunya jalan menuju keselamatan.Misalnya agama Kristen dapat mengakui keberadaan agama lain tetapi keselamatan hanya melalui YESUS KRISTUS.3. Pluralisme : sikap yang menerima, menghargai, dan memandang agama lain sebagai agama yang baik serta memiliki jalan keselamatan.Dalam perspektif pandangan seperti ini, maka tiap umat beragama terpanggil untuk membina hubungan solidaritas, dialog dan kerja sama dalam rangka kehidupan yang lebih baik dan lebih berpengharapan.Pluralisme bangsa Indonesia merupakan keunikan serta kekayaan yang harus disyukuri. Hidup dalam masyarakat bangsa yang pluralis dangan sendirinya menuntut sikap toleransi serta solidaritas yang tinggi dan hal itu menghasilkan suatu dunia baru dimana masyarakat menjadi sangat heterogen dalam suatu wilayah tempat tinggal, maka solidaritas dan toleransi telah menjadi syarat utama dalam membangun kehidupan bersama. 4. Fundamentalisme agama adalah suatu sikap hidup beragama yang militan, yang juga tidak menghendaki idiologi - idiologi lain hidup disampingnya karena nilai-nilai kebenaran hanya ada pada dirinya.2011TOLERANSI DALAM PERSPEKTIF AGAMA-AGAMA TOLERANSI DALAM PERSPEKTIF AGAMA-AGAMA

Pada era globalisasi saat ini, umat beragama dihadapkan pada serangkaian tantangan yang tidak terlalu berbeda dari yang pernah ada sebelumya. Perbedaan agama adalah fenomena nyata yang ada dalam kehidupan, karena itu toleransi sangat dibutuhkan. Hampir semua orang tahu bahwa Islam adalah agama yang toleran terhadap pemeluk agama dan kepercayaan lain. Sebab dalam pandangan Islam setiap orang wajib dihormati kebebasannya dalam menentukan jalan hidupnya. Kebebasan dan toleransi merupakan dua hal yang sering kali dipertentangkan dalam kehidupan manusia. Secara khusus dalam komunitas yang beragam dan akan lebih rumit ketika dibicarakan dalam wilayah agama. Kebebasan beragama pada hakikatnya adalah dasar terciptanya kerukunan antar umat beragama. Tanpa kebebasan beragama tidak mungkin ada kerukunan antar umat beragama. Kebebasan beragama adalah hak setiap manusia. Hak untuk menyembah Tuhan diberikan oleh Tuhan, dan tidak seorang pun yang boleh mencabutnya. Demikian juga sebaliknya, toleransi antar umat beragama adalah cara agar kebebasan beragama dapat terlindungi dengan baik. Namun yang sering kali terjadi adalah penekanan dari salah satu pihak. Kebebasan dan toleransi tidak dapat diabaikan. Untuk dapat mempersandingkannya dibutuhkan pemahaman yang benar mengenai kebebasan beragama dan toleransi antar umat beragama dalam kehidupan sehari-hari. A. Pengertian Toleransi Toleransi dalam bahasa Arab disebut tasamuh artinya bermurah hati, yaitu bermurah hati dalam pergaulan. Kata lain dari tasamuh ialah tasahul yang berarti bermudah-mudah. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Toleransi yang berasal dari kata toleran berarti bersikap atau bersifat menenggang (menghargai, membiarkan, membolehkan), pendirian (pendapat, pandangan, kepercayaan, kebiasaan, dsb) yang berbeda atau yang bertentangan dengan pendiriannya. WJS. Poerwadarminta mengartikan toleransi dengan kelapangan dada, dalam arti suka rukun kepada siapapun, membiarkan orang lain berpendapat atau berpendirian lain, tak mau mengganggu kebebasan berpikir dan keyakinan orang lain. Dari keterangan di atas, dapat dipahami bahwa toleransi mengajarkan, hendaknya kita mempunyai sifat-sifat lapang dada, berjiwa besar, luas pemahaman, pandai menahan diri, tidak memaksakan kehendak sendiri, memberikan kesempatan kepada orang lain untuk berpendapat sekalipun berbeda dengan pendapat kita. Kesemuanya itu adalah dalam rangka menciptakan kerukunan hidup beragama dalam masyarakat.Jadi toleransi (tasamuh) beragama adalah menghargai dengan sabar, menghormati keyakinan atau kepercayaan seseorang atau kelompok lain. Kesalahan memahami arti toleransi dapat mengakibatkan talbisul haqbil bathil (mencampuradukkan antara hak dan bathil) yakni suatu sikap yang sangat terlarang dilakukan seorang muslim, seperti halnya nikah antar agama yang dijadikan alasan adalah toleransi padahal itu merupakan sikap sinkretisme yang dilarang oleh Islam. Sinkretisme adalah membenarkan semua agama.

B. Toleransi Dalam Perspektif Agama Islam Toleransi juga diajarkan dalam Agama Islam, bahkan dalam Islam termasuk ajaran yang sangat prinsip. Hal ini dapat dipahami dari Misi Agama Islam itu sendiri, yang mana Islam itu sendiri bermakna damai, yaitu damai dengan sesama manusia dan malah dengan makhluk lainnya. Dengan demikian ajaran toleransi, sudah terkandung dalam penamaan Islam itu sendiri. Berlaku baik dengan sesama manusia memang sangat dianjurkan Islam. Begitu pula halnya dalam menyebarkan agama. Islam jauh-jauh sudah mengingatkan agar jangan memaksakan keyakinan/agamanya kepada orang lain, sebagaimana firman Allah dalam Surat al-Baqarah ayat 256. Artinya : Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); Sesungguhnya Telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, Maka Sesungguhnya is Telah berpegang kepada buhul tali yang amat Kuat yang tidak akan putus. dan Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui. Adapun yang dimaksud Thaghut dalam ayat di atas ialah syaitan dan apa saja yang disembah selain dari Allah SWT. Menurut riwayat Ibnu Abbas, asbabun nuzul ayat di atas berkenaan dengan Hushain dari golongan Anshar, suku Bani Salim yang mempunyai dua orang anak yang beragama Nasrani, sedang dia sendiri beragama Islam. Ia bertanya kepada Nabi saw : Bolehkah saya paksa kedua anak itu, karena mereka tidak taat padaku dan tetap ingin beragama Nasrani. Allah menjelaskan jawabannya dengan ayat di atas, bahwa tidak ada paksaan dalam Islam?" Islam sangat menghargai eksistensi agama lain dan begitu pula dengan penganutnya. Dalam sejarah Islam tidak pernah memaksakan keyakinannya ke-pada orang lain. Pemaksaan dalam bentuk apapun agar orang lain beriman sesuai dengan agama yang memaksa adalah tindakan tidak etis dan bertentangan dengan kemauan atau kehendak Allah. Ada beberapa ayat yang dapat menuntun umat Islam untuk mengembangkan konsep kerukunan antara sesama umat manusia. Misalnya Qur'an Surat Ali Imran ayat 103 :Artinya :Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, Maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.

Selain penjelasan dari al-Quran masalah toleransi juga ditemui dalam hadits. Hal ini dapat dilihat dalam perilaku nabi sehari-hari dalam bergaul dengan pemeluk agama lain. Di antara contoh perbuatan nabi yang berkaitan dengan toleransi, misalnya pada suatu ketika datang menghadap beliau di Madinah beberapa orang delegasi Kristen dari Najran yang diketuai seorang pendeta besar. Delegasi itu beliau sambut dengan cara yang sangat hormat. Beliau buka Jubahnya dan dibentangkan di lantai untuk tempat duduk para tamunya itu, sehingga mereka kagum terhadap penerimaan yang luar biasa sopannya. Kemudian ketika datang waktu sembahyang mereka, sedang gereja tidak ada di Madinah, maka Nabi mempersilahkan mereka sembahyang di Masjid Madinah menurut cara sembahyang mereka. Dengan demikian semakin jelaslah ajaran kerukunan dalam Islam, dan ajaran tersebut pada dasarnya bersumber dari al-Quran dan sunnah Rasul. Begitu komprehensifnya ajaran Islam sehingga bagaimana membina hubungan yang harmonis antara sesama manusia sehingga terjadi ketertiban dalam kancah kehidupan ini.

C.Toleransi Dalam Perspektif Agama Kristen KatholikDalam ajaran agama Katholik juga ditemui konsep tentang kerukunan, hal ini sebagaimana tercantum dalam Deklarasi Konsili Vatikan II tentang sikap, Gereja terhadap, agama-agama lain didasarkan pada asal kisah rasul-rasul 17 : 26 sebagai berikut: Adapun segala bangsa itu merupakan satu masyarakat dan asalnya pun satu juga, karena Tuhan menjadikan seluruh bangsa manusia untuk menghuni seluruh bumi." Dalam bagian lain dari Mukadimah Deklarasi tersebut disebutkan : "Dalam zaman kita ini, di mana bangsa, manusia makin hari makin erat bersatu, hubungan antara bangsa menjadi kokoh, gereja lebih seksama mempertimbangkan bagaimana hubungannya dengan agama-agama Kristen lain. Karena tugasnya memelihara persatuan dan perdamaian di antara manusia dan juga di antara para bangsa, maka di dalam deklarasi ini gereja mempertimbangkan secara istimewa apakah kesamaan manusia dan apa yang menarik mereka untuk hidup berkawan." Deklarasi konsili Vatikan II di atas berpegang teguh pada hukum yang paling utama, yakni "Kasihanilah Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu dan segenap jiwamu dan dengan segenap, hal budimu dan dengan segenap kekuatanmu dan kasihanilah sesama manusia seperti dirimu sendiri. Isi deklarasi di atas menggambarkan bagaimana bahwa pada dasamya manusia itu memiliki hak yang sama, tidak boleh membeda-bedakannya mesti mereka berlainan agama. Sikap saling hormat-menghormati agar kehidupan menjadi rukun sangat dianjurkan.

D.Toleransi dalam Perspektif Agama ProtestanSebagaimana halnya agama Kristen Katholik, dalam agama Protestan jugs menganjurkan agar antar sesama umat manusia selalu hidup rukun dan harmonis. Agama Protestan beranggapan bahwa aspek kerukunan hidup beragama dapat diwujudkan melalui Hukum Kasih yang merupakan norma dan pedoman hidup yang terdapat dalam Al Kitab. Hukum Kasih tersebut ialah mengasihi Allah dan mengasihi sesama manusia. Menurut agama Protestan, Kasih adalah hukum utama dan yang terutama dalam kehidupan. orang Kristen. Dasar kerukunan menurut agama Kristen Protestan didasarkan pada Injil Matins 22:37.

E.Toleransi dalam Perspektif Agama Hindu Dalam agama Hindu diajarkan pula tentang masalah kerukunan. Pandangan agama Hindu untuk mencapai kerukunan hidup antarumat beragama, manusia harus mempunyai dasar hidup yang dalam agama Hindu disebut dengan Catur Purusa Artha, yang mencakup Dharma, Artha, Kama, dan Moksha. Dharma berarti susila atau berbudi luhur. Dengan Dharma seseorang dapat mencapai kesempurnaan hidup, baik untuk diri sendiri, keluarga, dan masyarakat. Artha, berarti kekayaan dapat memberikan kenikmatan dan kepuasan hidup. Mencari harta didasarkan pada Dharma. Kama berarti kenikmatan dan kepuasan. Kama pun harus diperoleh berdasarkan Dharma. Moskha berarti kebahagiaan abadi, yakni terlepasnya atman dari lingkaran samsara. Moskha merupakan tujuan akhir dari agama Hindu yang setiap saat selalu dicari sampai berhasil. Upaya mencari Moskha juga mesti berdasarkan Dharma. Keempat dasar inilah yang merupakan titik tolak terbinanya kerukunan antarumat beragama. Keempat dasar tersebut dapat memberikan sikap hormat-menghormati dan harga menghargai keberadaan umat beragama lain. Tidak saling mencurigai dan saling menyalahkan.

F.Toleransi dalam Perspektif Agama Budha Pandangan agama Budha mengenai kerukunan hidup umat beragama dapat dicapai dengan melalui 4 jalan kebenaran. Yakni : 1.Hidup adalah suatu penderitaan (dukha). 2.Penderitaan disebabkan karena keinginan yang rendah (samudaya). 3.Apabila keinginan rendah dapat dihilangkan maka penderitaan akan berakhir. 4.Jalan untuk menghilangkan keinginan rendah ialah dengan melaksanakan 8 jalan utama (1. Kepercayaan yang benar. 2. Niat/pikiran yang benar. 3. Ucapan yang benar. 4. Perbuatan yang benar. 5. Kesadaran yang benar. 6. Mata pencaharian/usaha yang benar. 7. Daya upaya yang benar. 8. Semadhi/ pemusatan pikiran yang benar). Dalam pengajaran Budha Gautama kepada manusia telah dilaksanakan dengan dasar : a.Keyakinan kepada Tuhan Yang Maha Esa tidak dapat ditembus oleh pikiran manusia. b.Metta berarti belas kasih terhadap sesama makhluk. Belas kasih terhadap makhluk ini hendaknya seperti belas kasih seorang ibu terhadap putranya yang tunggal. c.Karunia, kasih sayang terhadap sesama makhluk, kecenderungan untuk selalu meringankan penderitaan orang lain. d.Mudita, perasaan turut bahagia dengan kebahagiaan makhluk lain tanpa bennda, iri hati, perasaan prihatin bila makhluk lain menderita. e.Karma (reinkarnasi). Hukum sebab akibat.

G.Toleransi dalam Perspektif dalam Agama Khonghucu Sebagaimana agama-agama lainnya seperti telah diuraikan di atas, maka dalam agama Khonghucu jugs ditemui ajaran yang dapat mengantarkan pemeluknya untuk hidup rukun dengan pemeluk agama lainnya. Di antara ajaran atau lima sifat yang mulia (Wu Chang) yang dipandang sebagai konsep ajaran yang dapat menciptakan kehidupan harmonis antara sesama adalah : a.Ren/Jin, cinta kasih, tabu diri, halus budi pekerti, rasa tenggang rasa serta dapat menyelami perasaan orang lain. b.I/Gi, yaitu rasa solidaritas, senasib sepenanggungan dan rasa membela kebenaran. c.Li atau Lee, yaitu sikap sopan santun, tata krama, dan budi pekerti. d.Ce atau Ti, yaitu sikap bijaksana, rasa pengertian, dan kearifan. e.Sin, yaitu kepercayaan, rasa untuk dapat dipercaya oleh orang lain serta dapat memegang janji dan menepatinya. Memperhatikan ajaran Khonghucu di atas, terutama lima sifat yang mulia di atas di mana Khonghucu sangat menekankan hubungan yang sangat harmonis antara sesama manusia dengan manusia lainnya, di samping hubungan harmonis dengan Tuhan dan juga antara manusia dengan alam lingkungan. Setiap penganut Khonghucu hendaknya mampu memahami dan mengamalkan kelima sifat di atas, sehingga kerukunan atau keharmonisan hubungan antar sesama dapat terwujud tanpa memandang dan membedakan agama dari keyakinan. Jadi pada dasarnya semua agama telah memberikan ajaran yang jelas dan tegas bagaimana semestinya bergaul, berhubungan dengan pemeluk agama lain. Secara dassolen semuanya menjunjung tinggi hidup rukun, saling tolong-menolong antara pemeluk masing-masing agama, namun terkadang pemeluknya lupa atau tidak mampu mengaplikasikan ajaran, tuntunan dari agamanya. Terkadang dassolen dan dessain tampak tidak sejalan.