percobaan viii pemurnian nacl.pdf

Upload: meitri-wulandari-kohar

Post on 12-Oct-2015

409 views

Category:

Documents


12 download

TRANSCRIPT

  • 135

    PERCOBAAN VIII

    PEMURNIAN NaCl

    I. Tujuan Percobaan

    Adapun tujuan yang ingin dicapai praktikan setelah melakukan

    percobaan ini yaitu:

    1. Memahami prinsip pemurnian dan pengkristalan garam NaCl

    2. Mengkristalkan dan memurnikan garam NaCl

    II. Landasan Teori

    Natrium adalah logam putih perak yang lunak, yang melebur pada 97,5

    0C.Natrium teroksidasi dengan cepat dalam udara lembab, maka harus disimpan

    terendam seluruhnya dalam pelarut nafta atau silena. Logam ini bereaksi keras

    dengan air, membentuk Natrium Hidroksida dan Hidrogen. Dalam garam-

    garamnya natrium berada sebagai kation monovalen Na+. Garam-garam ini

    membentuk larutan tak berwarna, hampir semua garam natrium larut dalam air.

    Kebanyakan klorida larut dalam air, Merkurium (I) klorida, HgCl2, perak

    klorida, AgCl, timbale klorida, PbCl2 (yang ini larut sangat sedikit dalam air

    dingin, tetapi mudah larut dalam air mendidih), tembaga (I) klorida, CuCl,

    bismuth oksiklorida, BiOCl, stibium oksiklorida, SbOCl, dan merkurium (II)

    oksiklorida, HgOCl2, tak larut dalam air.

    (G. Svehla.1985)

    Pelelehan adalah konversi dari keadaan padat ke cair. Titik leleh normal

    suatu padatan ialah suhu pada saat padatan dan cairan berada dalam

    kesetimbangan dibawaha tekanan 1 atm. Titik leleh normal es adalah 0,00 ,

    sehingga air cair dan es berada bersama sama dalam waktu tak berhingga (dalam

    kesetimbangannya) pada suhu ini dan tekanan 1 atm. Jika suhu diturunkan sedikit

    saja, maka semua air akan membeku; jika suhu dinaikan sedikit saja , semua es

    akhirnya akan meleleh. Istilah normal sering ditiadakan dalam pembicaraan titik

    leleh sebab titik leleh kurang bergantung pada tekanan. Dibandingkan titik didih,

    titik leleh lebih bergantung pada bentuk molekul dan pada rincian interaksi

  • 136

    molekul, jadi, keragaman titik leleh kurang sistematis bila dibandingkan dengan

    gaya tarik.

    Pengendepan terkontrol dengan memainkan kelarutan adalah teknik yang

    banyak digunakan untuk memurnikan produk reaksi dalam kimia sintesis.

    Menjalankan reaksi dapat memakan waktu barjam jam , tetapi kerja lanjutannya

    (pemisahan produk mentah) dan pemurnian berikutnya membutuhkan waktu

    sampai mingguan. Rekristalisasi, satu dari metode yang paling ampuh untuk

    pemurnian zat padat, didasarkan atas perbedaan antara kelarutan zat dan

    kotorannya. Sebuah produk tidak murni dilarutkan dan diendapkan kembali ,

    berulang kali jika perlu, dengan pengawasan hati hati terhadap factor yang

    mempengaruhi kelarutan.

    Kristalisasi erupakan suatu metode untuk pemurnian zat dengan pelarut

    dan dilanjutkan dengan pengendapan. Dalam kristalisasi senyawa organik

    dipengaruhi oleh pelarut. Pelarut kristalisasi merupakan pelarut dibawa oleh zat

    terlarut yang membentuk padatan dan tergantung dalam struktur kristal kristal

    zat terlarut tersebut.

    Dalam rekristalisasi, sebuah larutan mulai mengendapkan sebuah senyawa

    bila larutan tersebut mencapai titik jenuh terhadap senyawa tersebut. Dalam

    pelarutan, pelarut menyerang zat padat dan mensolvatasinya pada tingkat partikel

    individu. Dalam pengendapan, terjadi kebalikannya: tarik menarik zat terlarut

    terjadi kembali saat zat terlarut meninggalkan larutan. Saat Litium Sulfat (Li2SO4)

    mengedap dalam air, satu molekul air ikut terbawa persatuan rumus :

    2Li+

    (aq) +

    (aq) + H2O Li2SO4.H2O(s)

    Pelarut yang mempunyai ikatan longgar seperti ini dikenl dengan pelarut

    kristalisasi. Dengan melarutkan dan kemudian mengendapkan suatu senyawa

    dapat juga menghasilkan bahan dengan rumus kimia berbeda dan massa berbeda.

    Sebagai akibatnya, proses rekristalisasi untuk pemurnian produk hasil reaksi harus

    direncanakan dengan harti hati.

    (David W Oxtoby.2001)

    Sebenarnya rekristalisasi hanyalah sebuah proses lanjut dari kristalisasi.

    Apabila kristalisasi (dalam hal ini hasil kristalisasi) memuaskan rekristalisasi

    hanya bekerja apabila digunakan pada pelarut pada suhu kamar, namun dapat

  • 137

    lebih larut pada suhu yang lebih tinggi. Hal ini bertujuan supaya zat tidak murni

    dapat menerobos kertas saring dan yang tertinggal hanyalah kristal murni.

    (Fessenden, 1983)

    Jika suatu reagensia dengan kemurnian yang memadai untuk suatu

    penetapan tertentu tidak tersedia , maka produk termurni yang tersedia harus

    dimurnikan. Zat padat dengan bobot yang diketahui dilarutkan dalam air dengan

    volume cukup untuk memperoleh jenuh atau hamper jenuh pada titik didih: dapat

    dihunakan piala, labu Erlenmeyer, ataupun pinggan porselen. Zat padat itu

    kemudian dipisahkan dari larutan induk dengan penyaringan dengan

    menggunakan salah satu tipe corong Buchner yang ditunjukan dalam gambar

    Beberapa zat padat atau terlalu dapat larut , atau kelarutannya tidak cukup

    berubah oleh temperature, sehingga kristalisasi langsung dari dalam suatu pelarut

    menjadi tidak praktis. Dalam banyak hal, dapat diendapkan dari, katakan suatu

    larutan air yang pekat dengan penambahan suatu cairan, yang dapat campur

    dengan air, dalam mana zat padat itu kurang dapat larut. Umumnya digunakan

    etanol dalam mana banyak senyawa anorganic hamper tak larut, harus dijaga agar

    banyknya etanol atau pelarut lain yang ditambahkan tidak terlalu banyak sehingga

    kotoran ikut mengendap. Kalium hydrogen karbonat dan stibium kalium tartrat

    dapat dimurnikan dengan metode ini.

    (J. Bassett.1994)

    Kristal garam dapur terbentuk kubus, karena NaCl mengkristal dengan kisi

    kubus. Ionnya terletak pada tapak kisi yang ada diantara sesama terutama bersifat

    elektrostatik, karena gaya elektrostatiknya kuat maka kristal NaCl memiliki energi

    yang besar. Kristal NaCl relatif keras, bila terkena pukulan cenderung berantakan,

    sebab bidang-bidang ion selalu bergeser, bergerak dari keadaan tarik-menarik

    menjadi tolak-menolak.

  • 138

    (Brady, 1994)

    III. Prosedur Kerja

    3.1 Alat dan Bahan

    3.1.1 Alat

    1. Gelas kimia 400 mL

    2. Gelas ukur 50 mL

    3. Batang pengaduk

    4. Gelas ukur 100 mL

    5. Neraca

    6. Corong pisah

    3.1.2 Bahan

    1. Garam dapur

    2. Akuades

    3. H2SO4

    3.2 Skema Kerja

    Dilarutkan dalam 1 L air

    Disaring

    Dijenuhkan dengan gas hidrogen

    klorida

    Disaring kembali untuk

    mendapatkan endapan

    Disaring dengan corong buchner

    Dicuci sedikit dengan air dingin

    Dikeringkan dengan oven pada suhu

    200

    Ditimbang kristal yang terbentuk

    360 gr garam dapur

    Larutan garam dapur

    Endapan garam

    dapur

    HASIL

  • 139

    IV. Hasil dan Pembahasan

    4.1 Hasil

    Perhitungan rendemen NaCl

    Massa NaCl yang digunakan : 36 gram

    Massa kristal yang diperoleh : 38,3 gram

    % rendemen NaCl =

    =

    = 108,39%

    Perlakuan Hasil

    Penimbangan cawan penguap 43,6 gr

    Penimbangan kertas saring 0,76 gr

    Berat keseluruhan yang diperoleh 80,4 gr

    Berat NaCl yang dipeorleh 38,3 gr

  • 140

    4.2 Pembahasan

    Senyawa Natrium klorida yang dikenal sebagai garam dapur merupakan

    zat yang memiliki tingkat osmotik yang tinggi. Kemampuan tingkat osmotik yang

    tinggi ini apabila NaCl yang terlarut didalam air maka air tersebut akan

    mempunyai nilai atau tingkat konsentrasi yang tinggi, yang dapat mengimbibisi

    kandungan air (konsentrasi rendah). Kelarutan senyawa ionic NaCl dalam

    molekul air dapat terjadi karena terbentuknya interaksi ion-dipol antara senyawa

    ion dengan molekul air. Jika interaksi ion dipole lebih kuat daripada jumlah gaya

    tarik antar ion dan gaya antar molekul air, maka proses pelarutan akan dapat

    berlangsung.SenyawaNaCl merupakan padatan ionik yang tersusun atas ion-

    ionberlawanan muatan yang saling tarik menarik.

    Proses pemurnian NaCl dilakukan berdasarkan prinsip kristalisasi dan

    rekristalisasi. Kristalisasi merupakan suatu metode untuk pemurnian zat dengan

    pelarut dan dilanjutkan dengan pengendapan. Dalam kristalisasi senyawa organik

    dipengaruhi oleh pelarut. Pelarut kristalisasi merupakan pelarut dibawa oleh zat

    terlarut yang membentuk padatan dan tergantung dalam struktur kristal kristal

    zat terlarut tersebut.

    Dalam rekristalisasi, sebuah larutan mulai mengendapkan sebuah senyawa

    bila larutan tersebut mencapai titik jenuh terhadap senyawa tersebut. Dalam

    pelarutan, pelarut menyerang zat padat dan mensolvatasinya pada tingkat partikel

    individu. Dalam pengendapan, terjadi kebalikannya: tarik menarik zat terlarut

    terjadi kembali saat zat terlarut meninggalkan larutan.

    Percobaan ini diggunakan garam dapur yang dibeli di pasaran sebanyak 36

    gram dan dilarutkan dalam 100 mL air. Pelarutan ini bertujuan agar terjadi

    endapan (kristal) ketika dilakukan proses pemanasan. Setelah proses pelarutan

    dilakukan tahap penyaringan dimana penyaringan ini bertujuan untuk menyaring

    kotoran kotoran yang ada pada garam dapur kemasan. Larutan yang diperoleh

    kemudian dijenuhkan dengan menggunakan gas HCl, dimana gas HCl diperoleh

    dari rekksi antara garam dapur dan H2SO4 pekat, dengan persamaan rekasi sebagai

    berikut :

    2NaCl(s) + H2SO4(l) NaSO4(aq) + 2HCl(g)

  • 141

    Digunakan H2SO4 pekat karena H2SO4 merupakan asam kuat yang memiliki daya

    oksidasi yng baik. Sebelumnya dibuat larutan garam jenuh agar mendapatkan

    endapan garam yang bersih, baru setelah itu gas HCl tadi dialirkan melalui pipa

    bengkok yang ujungnya tercelup pada larutan NaCl jenuh.

    Pada percobaan ini praktikan tidak mengalirkan gas HCl tetapi

    menuangkan larutan garam dapur dan asam sulfat pekat ke dalam larutan garam

    dapur, sehingga ketika dituangkan larutan garam dapur dan asam sulfat pekat

    terbentuk asap yang tebal, penambahan larutan garam dapur dan asam sulfat pekat

    ini tentunya sangat mempengaruhi garam yang terbentuk, dimana seharusnya

    diperoleh NaCl murni tetapi disini NaCl yang diperoleh sudah terkontaminasi oleh

    garam NaSO4.

    Gas HCl yang dialirkan ke dalam larutan jenuh NaCl bereaksi dengan

    larutan jenuh NaCl membentuk kristal. Ion Na+ dari larutan jenuh bereaksi dengan

    ion Cl- dari gas HCl membentuk garam NaCl dalam bentuk kristal berwarna putih.

    Adapun reaksi kimia tersebut adalah sebagai berikut :

    HCl(g) H+

    (aq) + Cl-(aq)

    Na+

    (g) + Cl

    -(aq)

    NaCl(s)

    Ion Na+

    (g) pada larutan jenuh NaCl bereaksi dengan ion Cl-(aq) dari gas HCl yang

    dialirkan, sehingga hanya tinggal larutan yang berisi ion Cl-(l) dan H

    +(aq) yang

    tersisa dalam larutan jenuh NaCl. sesuai dengan konsep kelarutan yaitu kelarutan

    NaCl dengan adanya ion sejenis dari HCl, maka NaCl dari larutan jenuh akan

    mengendap, hal ini dikarenakan kesetimbangan pada reaksi akan bergeser pada

    reaktan

  • 142

    Kristal garam NaCl yang terbentuk kemudian disaring, dan dikeringkan

    dengan oven untuk mendapatkan kristal yang kering. Kemudian kristal tersebut

    ditimabang. Berat kristal yang didapatkan sebesar 38,3 gram. Berat % rendemen

    kristal NaCl 106,39%. Dapat dilihat berat dan rendemen kristal yang diperoleh

    sangat besar, seharusnya jika kristal NaCl yang diperoleh adalah senyawa murni

    berat serta rendemennya tidak besar dan melebihi berat awal garam dapur yang

    dipergunakan. Banyaknya kristal yang diperoleh melebihi massa awal garam

    dapur ini disebabkan karena kesalahan dalam melakukan prosedur kerja, dimana

    seharusnya hanya mengalirkan gas klorida ke dalam larutan garam dapur bukan

    menambahkan campuran garam dapur dan asam sulfat pekat sebagai sumber

    pembuatan gas klorida yang dibutuhkan untuk menjenuhkan larutan garam dapur

    ini, sehingga kesalahan prosedur ini mengakibatkan kristal yang diperoleh bukan

    NaCl murni melainkan campuran antara garam NaCl dan garam NaSO4.

    Selain itu seharusnya garam NaCl dilarutkan ke dalam air panas sehingga

    pengotor-pengotor berupa partikel padat bias terlepas dan menjadi koloid dalam

    larutan sehingga dapat terkumpul lalu disaring. Lalu filtrat direkristalisasi dengan

    pelarut CaO yang dapat memutihkan garam yang akan dihasilkan nantinya karena

    dapat mengikat pengotor berupa ion Ca2+

    . Selanjutnya rekristalisasi dengan

    Ba(OH)2 yang dapat khusus mengikat pengotor ion Mg2+

    atau Al3+

    . Lalu yang

    terakhir dengan penambahan pelarut. (NH4)2CO3 yang dapat mengikat sisa-sisa zat

    pengotor berupa ion SO42-

    ,I-,Br

    -, dan lain-lain. Sehingga dapat diasumsikan

    larutan garam sudah murni tanpa adanya pengotor setelah disaring.

    Kemurnian Kristal NaCl yang terbentuk dapat di uji dengan menggunakan

    uji titik lelehnya, untuk mengetahui berapa besarnya suhu yang akan merubah zat

    padat murni (kristal NaCl) menjadi cairan tetapi disini tidak dilakukan pengujian

    titik leleh kristal NaCl yang terbentuk. Jika dilakukan pengujian titik leleh dari

    kristal yang diperoleh kemingkinan dapat diketahui apakah senyawa tersebut

    murni atau tidak.

  • 143

    V. Kesimpulan dan Saran

    5.1 Kesimpulan

    1. Pemurnian NaCl dilakukan berdasarkan prinsip kristalisasi dan

    rekristalisasi

    2. Berat kristal yang didapatkan sebesar 38,3 gram. Berat % rendemen

    kristal NaCl 106,39%.

    3. Dapat digunakan Ba(OH)2 untuk mengikat pengotor ion Mg2+

    atau Al3+

    .

    Lalu yang terakhir dengan penambahan pelarut. (NH4)2CO3 yang dapat

    mengikat sisa-sisa zat pengotor berupa ion SO42-

    ,I-,Br

    -, dan lain-lain.

    4. Pengujian kemurnian suatu senyawa dapat dilakukan dengan cara

    pengujian titik leleh dari senyawa tersebut

    5.2 Saran

    Diharapkan praktikan benar benar memahami dan melakukan

    percobaan sesuai dengan prosedur yang sudah ada jangan melenceng dari

    prosedur yang ada sehingga hasil yang didapat sesuai pula sebagaimana mestinya,

    dan asisten laboratorium benar benar mengawasi jalannya praktikum sehingga

    keslahan kesalahan dapat diminimalisir. Pada percobaan ini, praktikan harus

    benar benar mengalirkan gas HCl ke dalam larutan garam bukan menambahkan

    larutan garam dan H2SO4 sebagai pembentuk gas HCl, sehingga kristal NaCl yang

    diperoleh benar benar murni.

  • 144

    VI. Daftar Pustaka

    Basset, J. 1994. Buku Ajar Vogel Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik Edisi

    Keempat. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

    Fessenden, R. J. 1983. Kimia Organik. Jilid 1. Jakarta: Erlangga

    Oxtoby, David. 2001. Prinsip Prinsip Kimia Modern. Jakarta : Erlangga

    Svehla, G. 1985. Buku Ajar Vogel: Analisis Anorganik Kuantitatif Makro dan

    Semimikro. Jakarta : PT. Kalman Media Pustaka

  • 145

    PERTANYAAN

    1. Apa sebabnya untuk memperoleh NaCl murni diperlukan HCl(g)

    Jawab :

    Ada dua cara pemurnian NaCl dengan metode kristalisasi yaitu kristalisasi

    dengan penguapan dan pengendapan. Kristalisasi dengan cara penguapan

    dengan mengalirkan gas HCl menurut persamaan reaksi

    NaCl(aq) + HCl(g) NaCl(aq) + HCl(aq)

    Gas HCl disini berfungsi untuk memberikan suasana netral pada garam

    yang dihasilkan, karena sebelumnya garam yang akan di kristalisasi telah

    ditambahkan dengan larutan Ba(OH)2 maupun Ca(OH)2. Dimana Ba(OH)2

    maupun Ca(OH)2 berfungsi untuk menghilangkan pengotor yang ada dalam

    garam sehingga garam akan bersifat basa. Oleh karena garam yang

    dihasilkan harus dalam keadaan netral sehingga untuk menetralkannya perlu

    ditambahkan HCl. Selain itu juga gas HCl berfungsi untuk menjenuhkan

    larutan garam untuk menghasilkan garam yang lebih putih dan murni.

    2. Apa sebabnya HCl(g) dibuat dengan cara mereaksikan garamnya dengan

    H2SO4 bukan dengan asam yang lain. Jelaskan!

    Jawab:

    Karena kalau dengan asam yang lain, HCl yang dihasilkan bukan dalam

    bentuk gas, melainkan larutan, menurut persamaan reaksi

    2NaCl(aq) + H2SO4 -----------> Na2SO4(aq) + 2HCl(g)

    Ini disebabkan karena Gas HCl dibuat dengan cara mereaksikan garam

    dapur dengan asam sulfat, bukan dengan asam yang lain karena asam yang

    lain bukan merupakan pengoksidasi yang kuat dan HNO3 merupakan asam

    pengoksidasi yang sangat kuat sehingga memungkinkan tidak terbentuknya

    NaCl atau terbentuknya produk yang lain .

    3. Apakah HBr dan HI dapat dibuat dengan cara mereaksikan garamnya

    dengan H2SO4 pekat. Jelaskan!

    Jawab:

    HBr dan HI tidak dapat dibuat dengan cara mereaksikan garamnya dengan

    asam sulfat (H2SO4) pekat, karena H2SO4 dapat mengoksidasi bromida dan

    iodida menjadi brom dan iod.

  • 146

    2NaBr + 2H2SO4 pekat Na2SO4 + Br2 + SO2 + H2O

    2NaI + 2H2SO4 pekat Na2SO4 + I2 + SO2 + H2O

    4. Biasanya garam dapur diperoleh langsung dari penguapan air yang

    mengandung garam kalsium dan magnesium. Bagaimana

    menghilangkannya?

    Jawab :

    Garam dapur yang diperoleh dari penguapan air laut masi mengandung

    banyak pengotor yang berupa ion Ca2+

    , Fe3+

    , Al3+

    dan lain lain. Untuk

    menghilangkan kehadiran ion ion pengotor tersebut perlu ditambahkan ion

    ion tertentu yang mampu mengikat ion ion pengotor menjadi senyawa

    senyawa yang kelarutannya dalam air sangat rendah sehingga dapat

    dipisahkan melalui penyaringan.

    Ion Ca+ dihilangkan dengan penambahan CaO karena CaO akan mengikat

    ion Ca2+

    sedangkan ion pengotor lain yang tidak larut dengan CaO seperti

    ion Mg2+

    dan lain lain bisa dihilangkan dengan penambahan Ba(OH)2.

    Ba(OH)2 ini akan mengikat ion Mg2+ sehingga dapat dipisahkan.