perkembangan ekonomi regional provinsi … · moneter, bank indonesia ternate berperan memberikan...

109
LAPORAN TRIWULANAN PERKEMBANGAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI MALUKU UTARA BANK INDONESIA TERNATE Jl. Jos Sudarso No.1 Tenate Telp. 62-921-3121217 Fax : 62-921-3124017

Upload: doanh

Post on 08-Jul-2018

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERKEMBANGAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … · moneter, Bank Indonesia Ternate berperan memberikan masukan dengan menyusun dan menerbitkan suatu produk yaitu Laporan Perkembangan Ekonomi,

LAPORAN TRIWULANAN

PERKEMBANGAN EKONOMI REGIONAL

PROVINSI MALUKU UTARA

BANK INDONESIA TERNATE Jl. Jos Sudarso No.1 Tenate

Telp. 62-921-3121217 Fax : 62-921-3124017

Page 2: PERKEMBANGAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … · moneter, Bank Indonesia Ternate berperan memberikan masukan dengan menyusun dan menerbitkan suatu produk yaitu Laporan Perkembangan Ekonomi,

LAPORAN TRIWULANAN

PERKEMBANGAN EKONOMIREGIONAL

PROVINSI MALUKU UTARA

BANK INDONESIA TERNATE Jl. Jos Sudarso No.1 Tenate

Telp. 62-921-3121217 Fax : 62-921-31-24017

TRIWULAN I-2009

Page 3: PERKEMBANGAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … · moneter, Bank Indonesia Ternate berperan memberikan masukan dengan menyusun dan menerbitkan suatu produk yaitu Laporan Perkembangan Ekonomi,

VISI BANK INDONESIA

“Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis

yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil”

MISI BANK INDONESIA

“Mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pemeliharaan kestabilan moneter dan pengembangan

stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan jangka panjang negara Indonesia yang berkesinambungan”

TUGAS BANK INDONESIA (Pasal 8 UU No. 23 Tahun 1999)

1. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter, 2. Mengatur dan menjaga kelancaran system pembayaran, 3. Mengatur dan mengawasi bank.

Kritik, saran dan komentar dapat disampaikan kepada : Redaksi : Kelompok Kajian, Statistik, Survey dan Pengawasan Bank Kantor Bank Indonesia Ternate Jl. Jos Sudarso No. 1, Ternate Telp : (0921) 3121217 Fax : (0921) 3124017

Page 4: PERKEMBANGAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … · moneter, Bank Indonesia Ternate berperan memberikan masukan dengan menyusun dan menerbitkan suatu produk yaitu Laporan Perkembangan Ekonomi,

i

KATA PENGANTAR

Tugas Bank Indonesia berdasarkan UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia

sebagaimana telah diubah dengan UU No. 3 Tahun 2004 adalah menetapkan dan

melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan menjaga kelancaran system pembayaran

serta mengatur dan mengawasi bank dalam rangka mencapai dan memelihara kestabilan

nilai rupiah.

Sejalan dengan undang-undang tersebut, keberadaan Kantor Bank Indonesia di

daerah merupakan bagian dari jaringan kerja Kantor Pusat Bank Indonesia yang berperan

sebagai pelaksana kebijakan Bank Indonesia dan tugas-tugas pendukung lainnya di daerah.

Sebagai jaringan kerja Kantor Pusat Bank Indonesia di bidang ekonomi dan

moneter, Bank Indonesia Ternate berperan memberikan masukan dengan menyusun dan

menerbitkan suatu produk yaitu Laporan Perkembangan Ekonomi, Kinerja Perbankan dan

Sistem Pembayaran Provinsi Maluku Utara. Laporan ini diolah berdasarkan data dan

informasi di daerah untuk mendukung keberhasilan pelaksanaan kebijakan moneter Bank

Indonesia dan diharapkan dapat menjadi salah satu bahan informasi bagi penentu

kebijakan di daerah. Laporan Triwulan ini meliputi perkembangan inflasi regional; ekonomi,

moneter dan Perbankan; sistem pembayaran dan prospek ekonomi.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih menemui beberapa

kendala. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati kami senantiasa mengharapkan

kritik dan saran serta kerjasama dari semua pihak agar kualitas dan manfaat laporan ini

menjadi lebih baik di waktu yang akan datang.

Akhirnya, kepada pihak-pihak yang membantu tersusunnya laporan ini, kami

sampaikan penghargaan dan ucapkan terima kasih.

Ternate, 5 Mei 2009 BANK INDONESIA TERNATE

Sabarudin Deputi PBI

Page 5: PERKEMBANGAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … · moneter, Bank Indonesia Ternate berperan memberikan masukan dengan menyusun dan menerbitkan suatu produk yaitu Laporan Perkembangan Ekonomi,

ii

DAFTAR ISI

Halaman KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI ii DAFTAR TABEL iv DAFTAR GRAFIK v TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH viii RINGKASAN EKSEKUTIF x BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO 1 1.1 Gambaran Umum ………………………………………………………. 1 1.2 Perkembangan PDRB dari Sisi Permintaan...................................... 2 1.3 Perkembangan Ekonomi dari Sisi Penawaran................................ 8 BOKS 1 Hasil Rumusan Rapat Koordinasi Nasional Pendapatan Daerah Tahun

2009 23

BOKS 2 Kerja Forum Pemerintahan Daerah Provinsi Kepulauan Tahun 2008 27 BAB II PERKEMBANGAN INFLASI REGIONAL 31 2.1 Gambaran Umum…………………………………………………….… 31 2.2 Menurut kelompok Barang ………………………….......................... 33 2.2.1. Inflasi IHK Triwulanan (q-t-q)………………………………… 33 2.2.2. Inflasi IHK Tahunan (y-o-y)……….…………………………… 33 BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN 42 3.1 Perkembangan Perbankan ……………………………….………….. 42 a. Perkembangan Aset Bank Umum …………………………….. 43 b. Penghimpunan Dana Bank Umum ..…………………………. 45 c. Penyaluran Kredit ……………………...………………………… 48 c.1. Penyaluran Kredit Berdasarkan Bank Pelapor …........ 48 c.2 Persetujuan Kredit Baru ..………………………………… 50 c.3 Perkembangan Kredit Usaha Kecil (KUK) Bank

Umum 51

d. Loan to Deposit Ratio (LDR) Bank Umum …………....…….… 52 e. Non Performing Loans (NPLs) Bank Umum …………..…….… 53 BOKS 3 Penelitian Lending Model Usaha Mebel Bambu Lurik 55 BAB IV PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH 63 4.1 Gambaran Umum…. ………………………………………..................... 63 4.2 Pendapatan Daerah ............................................................................ 64 4.3 Belanja Daerah………………… ………………………...………………… 65 4.4 Lain-lain………………………………. ……………………………………… 66 BOKS 4 Penandatanganan Adendum Kesepakatan Kerjasama Pengembangan

Komoditas Unggulan UMKM Kota Ternate

68

Page 6: PERKEMBANGAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … · moneter, Bank Indonesia Ternate berperan memberikan masukan dengan menyusun dan menerbitkan suatu produk yaitu Laporan Perkembangan Ekonomi,

iii

BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN 70 5.1 Transaksi Tunai…………………………. ..................…………...……… 70 5.1.1 Aliran Uang Kartal ............................................................................. 70 5.1.2 Pemusnahan Uang........................................................................... 73 5.1.3 Uang Palsu.......................................................................................... 74 5.2 Transaksi Non Tunai............................................................................ 76 5.2.1 Perkembangan Kliring Lokal ............................................................. 76 5.2.2 Perkembangan Transaksi RTGS ...................................................... 78 BAB VI PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH 79 6.1 Ketenagakerjaan.............. …………………………………………....... 79 6.1.1 Angkatan Kerja .................................................................................. 79 6.1.2 Lapangan Pekerjaan Utama............................................................ 83 6.2 Kesejahteraan..................................................................................... 84 6.2.1 Kesejahteraan Petani........................................................................ 84 6.2.2 Tingkat Upah....................................................................................... 85 BAB VII PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH 87 7.1 Prospek Pertumbuhan Ekonomi........................................................ 87 7.2 Prosoek Inflasi Daerah........................................................................ 88

Page 7: PERKEMBANGAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … · moneter, Bank Indonesia Ternate berperan memberikan masukan dengan menyusun dan menerbitkan suatu produk yaitu Laporan Perkembangan Ekonomi,

iv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 Daftar perusahaan yang sudah tidak beroperasi di Maluku Utara Tahun 2008.....................................................................................................

. 11

Tabel 1.2 Perkembangan kegiatan bank.............................................................. 20

Tabel 2.1 Inflasi Sub Kelompok Bahan Makanan……………................................ 34

Tabel 2.2 Inflasi sub kelompok makanan jadi............... ........................................ 34

Tabel 2.3 Inflasi sub Kelompok Perumahan, Listrik gas dan air bersih……………. 35

Tabel 2.4 Inflasi sub kelompok sandang………………. ........................................ 36

Tabel 2.5 Inflasi sub kelompok kesehatan..............................…………………….. 36 Tabel 2.6 Inflasi sub kelompok pendidikan………..………………………………… 37

Tabel 2.7 Inflasi sub kelompok transpor…………………………………………..... 37 Tabel 28 Inflasi sub kelompok vahan makanan……………………………………. 38

Tabel 2.9 Inflasi sub kelompok makanan jadi………………………………………. 39 Tabel 2.10 Inflasi sub kelmpok listrik………………………………………………….. 39

Tabel 2.11 Inflasi sub kelompok sandang…………………………………………….. 40 Tabel 2.12 Inflasi sub kelompok kesehatan…………………………………………… 40

Tabel 2.13 Inflasi sub kelompok pendidikan………………………………………….. 41 Tabel 2.14 Inflasi sub kelompok transpor…………………………………………….. 41

Tabel 3.1 Komposisi Kepemilikan Aset Perbankan…………………………………. 44 Tabel 3.2 Perkembangan Kredit Perbankan …………………................................ 50

Tabel 4.1 Alokasi Pemanfaatan Dana SILPA untuk Stimulus Fiskal di Maluku

Utara Tahun 2009…………………………………………………………..67

Tabel 5.1 Perkembangan Kegiatan Kas................................................................. 71 Tabel 5.2 Perkembangan Pemusnahan Uang Kertas............................................ 73

Tabel 5.3 Kegiatan Sosialisasi Keaslian Uang Rupiah............................................. 74

Tabel 5.4 PosisiUang Kartal Yang Diedarkan......................................................... 76

Tabel 5.5 Rata-rata Harian Transaksi Kliring......................................................... 76 Tabel 5.6 Rata-rata Penarikan Cek/BG Kosong..................................................... 77Tabel 5.7 Penyelesaian Transaksi RTGS................................................................. 78

Tabel 6.1 Penduduk Maluku Utara menurut kegiatan.......................................... 80

Tabel 6.2 Pertumbuhan Penduduk di Maluku Utara ……………….................... 81

Page 8: PERKEMBANGAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … · moneter, Bank Indonesia Ternate berperan memberikan masukan dengan menyusun dan menerbitkan suatu produk yaitu Laporan Perkembangan Ekonomi,

v

Tabel 6.3 Komposisi Angkatan Kerja Menurut Kota...................... ………............ 83

Tabel 6.4 Penduduk Usia Kerja Berdasarkan lapangan Kerja................................ 83

Tabel 6.5 Penduduk usia kerja menurut status pekerjaan utama.......................... 84

Tabel 6.6 Nilai Tukar Petani di Maluku Utara........................................................ 85 Tabel 6.7 Perkembangan UMP di Beberapa Daerah Sulampua............................ 86

Tabel 7.1 Indeks Ekspektasi Terhadap Harga dan Bunga...................................... 89

Page 9: PERKEMBANGAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … · moneter, Bank Indonesia Ternate berperan memberikan masukan dengan menyusun dan menerbitkan suatu produk yaitu Laporan Perkembangan Ekonomi,

vi

DAFTAR GRAFIK

Halaman Grafik 1.1 Struktur SBT SKDU Triwulan I-2009..………………………………… 1

Grafik 1.2 PDRB Maluku Utara Sisi Permintaan.................................................. 3

Grafik 1.3 Nilai Konsumsi Maluku Utara............................................................. 4

Grafik 1.4 Perkembangan Nilai Ekspor Maluku Utara ........................................ 6

Grafik 1.5 Nilai Ekspor – Impor Maluku Utara.................................................... 7

Grafik 1.6 Pertumbuhan PDRB Maluku Utara.................................................... 8

Grafik 1.7 Nilai PDRB Maluku Utara.................................................................. 9

Grafik 1.8 Perkembangan NTP Maluku Utara..................................................... 10

Grafik 1.9 Perkembangan Harga Hasil Perkebunan............................................ 11

Grafik 1.10 Produksi Sektor Pertanian Maluku Utara........................................... 12

Grafik 1.11 Presentase Ekspor Maluku Utara........................................................ 13

Grafik 1.12 Nilai Ekspor Nikel Maluku Utara......................................................... 13

Grafik 1.13 Perkembangan Harga Nikel Dunia..................................................... 14

Grafik 1.14 Negara Tujuan Ekspor Nikel Maluku Utara....................................... 14

Grafik 1.15 Hasil Pengelolaan Nikel Dunia........................................................... 15

Grafik 1.16 Produksi Sekstor Industri Pengolahan............................................... 17

Grafik 1.17 Perkembangan Kelistrikan daerah................................................... 17

Grafik 1.18 Produksi sektor pengangkutan dan komunikasi............................... 20

Grafik 1.19 Perkembangan Kegiatan Bank........................................................ 21

Grafik 1.20 Produksi sektor Jasa-jasa.................................................................. 22

Grafik 2.1 Perkembangan Harga di Maluku Utara ............................................. 31

Grafik 2.2 Perbandingan Inflasi Triwulanan....................................................... 32

Grafik 3.1 Perkembangan Aset Perbankan Maluku Utara .......…………………. 44

Grafik 3.2 Proporsi DPK Perbankan ..………......................................………..... 46

Grafik 3.3 Proporsi Pemberian Kredit Baru ………......................................…... 51

Grafik 3.4 Struktur Kredit Executing................................................................. 52

Grafik 3.5 Perkembangan LDR Bank Umum..................................................... 53

Grafik 3.6 Perbandingan NPL’s Perbankan Daerah.......................................... 54

Page 10: PERKEMBANGAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … · moneter, Bank Indonesia Ternate berperan memberikan masukan dengan menyusun dan menerbitkan suatu produk yaitu Laporan Perkembangan Ekonomi,

vii

Grafik 4.1 Perkembangan APBD Maluku Utara .............………………… ............ 64

Grafik 5.1 Perbandingan Jumlah Kas Keliling dan Uang yang Masuk ke BI …….. 72

Grafik 5.2 Perbandingan Persentase Penemuan Uang Palsu…….……………….. 75

Grafik 5.3 Perkembangan Rasio Uang Palsu terhadap Uang Asli………………….. 75

Grafik 5.4 Rata-rata Harian Transaksi Kliring …………..…..……………………….. 76

Grafik 5.5 Perkembangan Kegiatan Kliring…………………………………………. 78

Grafik 6.1 Perbandingan Penduduk Bekerja dan Menganggur .……………….. 82

Grafik 7.1 Ekspektasi Kegiatan Usaha................................................................ 87

Page 11: PERKEMBANGAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … · moneter, Bank Indonesia Ternate berperan memberikan masukan dengan menyusun dan menerbitkan suatu produk yaitu Laporan Perkembangan Ekonomi,

viii

TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH INFLASI & PDRB

TAHUN 2008 TAHUN 2009Tw. 4 Tw.1

MAKROIndeks Harga Konsumen (Kota Ternate) 115,88 117,33Laju Inflasi Tahunan (yoy %) 11,25 7,64PDRB - harga konstan (miliar Rp) - Pertanian 240,33 243,58 - Pertambangan & Penggalian 29,40 27,00 - Industri Pengolahan 83,35 83,72 - Listrik, Gas & Air Bersih 3,27 3,23 - Bangunan 12,44 12,07 - Perdagangan, Hotel & Restoran 168,00 171,99 - Pengangkutan & Komunikasi 54,53 55,01 - Keuangan, Persewaaan & Jasa 23,92 24,19 - Jasa 51,38 51,09Pertumbuhan PDRB (yoy %) -2,55 0,79Nilai Ekspor Nonmigas (USD Juta) 47,50 18,24Volume Ekspor Nonmigas (ribu ton) 971,48 458,87Nilai Impor Nonmigas (USD Juta) - - Volume Impor Nonmigas (ribu ton) - -

INDIKATOR

Page 12: PERKEMBANGAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … · moneter, Bank Indonesia Ternate berperan memberikan masukan dengan menyusun dan menerbitkan suatu produk yaitu Laporan Perkembangan Ekonomi,

ix

PERBANKAN

TAHUN 2008 TAHUN 2009Tw. 4 Tw.1

PERBANKANBank Umum:Total Aset (Rp triliun) 3,04281 3,014404DPK (Rp triliun) 2,800 2,828 - Giro 0,804 1,008 - Tabungan 1,469 1,254 - Deposito 0,527 0,566Kredit (Rp triliun) 1,270 1,384 - Modal Kerja 0,425 0,469 - Investasi 0,109 0,109 - Konsumsi 0,736 0,806LDR 45,35% 48,94%Kredit UMKM (Rp juta)Kredit Mikro (Rp juta) 606,712 623,267 - Modal Kerja 46,308 49,347 - Investasi 7,903 9,127 - Konsumsi 552,501 564,793Kredit Kecil (Rp juta) 301,509 364,648 - Modal Kerja 121,484 130,857 - Investasi 28,186 28,145 - Konsumsi 151,839 205,646Kredit Menengah (Rp juta) 327,212 343,813 - Modal Kerja 222,651 236,522 - Investasi 73,13 71,513 - Konsumsi 31,431 35,778Total Kredit MKM (Rp juta) 1235,433 1331,728NPL MKM (%) 3,75 3,77Keterangan:

Klredit Mikro (< Rp50 juta)

Klredit Kecil (Rp50 juta < X ≤ Rp500 juta)

Klredit Mikro (Rp500 juta < X ≤ Rp5 miliar)

INDIKATOR

Page 13: PERKEMBANGAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … · moneter, Bank Indonesia Ternate berperan memberikan masukan dengan menyusun dan menerbitkan suatu produk yaitu Laporan Perkembangan Ekonomi,

Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara

Ringkasan Eksekutif x

Ringkasan Eksekutif

GAMBARAN UMUM

Kelesuan perekonomian yang sempat terjadi di

wilayah Maluku Utara pada triwulan IV-2008 berangsur-

angsur mulai pulih. Kinerja perekonomian Maluku Utara pada

triwulan I-2009 menunjukkan pertumbuhan positif. Hal ini

tergambar dari angka pertumbuhan PDRB atas dasar harga

konstan tahun 2000 secara tahunan sebesar 4,98% (y-o-y).

Tingkat inflasi di Ternate pada Triwulan I-2009

mengalami peningkatan dibandingkan dengan Triwulan IV-

2008, namun menurun apabila dibandingkan terhadap

periode yang sama tahun 2008.

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO Kinerja perekonomian Maluku Utara pada triwulan I-

2009 menunjukkan pertumbuhan positif. Hal ini tergambar

dari angka pertumbuhan PDRB atas dasar harga konstan

tahun 2000 secara tahunan sebesar 4,98% (y-o-y) yang lebih

tinggi jika dibandingkan dengan periode sebelumnya yaitu

3,78% (y-o-y). Secara triwulanan, kinerja perekonomian pada

triwulan I-2009 lebih tinggi dari triwulan IV-2008 dengan

pertumbuhan sebesar 0,79% (q-t-q), setelah pada triwulan

IV-2008 perekonomian Maluku Utara mengalami

perlambatan laju perekonomian yang mencapai minus 2,55%

(q-t-q).

Dari sisi permintaan, pada triwulan I-2009

pertumbuhan ekonomi yang terjadi di Maluku Utara

diperkirakan sebesar 4,98% (y-o-y) secara dominan ditopang

oleh peningkatan kegiatan konsumsi masyarakat dan

Di sisi permintaan, pertumbuhan tahunan didorong tingginya konsumsi...

Perekonomian Provinsi Maluku Utara pada triwulan I-2009 mengalami pertumbuhan sebesar 0,79% (q-t-q) dan 4,98% (y-o-y)...

Tingkat inflasi tahunan di Ternate mengalami penurunan...

Page 14: PERKEMBANGAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … · moneter, Bank Indonesia Ternate berperan memberikan masukan dengan menyusun dan menerbitkan suatu produk yaitu Laporan Perkembangan Ekonomi,

Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara

Ringkasan Eksekutif xi

pengeluaran pemerintah. Kegiatan ekspor dari daerah

Maluku Utara mengalami penurunan seiring dengan

penurunan permintaan akibat krisis ekonomi yang melanda

perekonomian dunia sejak awal triwulan IV-2008.

Beberapa faktor yang mendorong peningkatan

konsumsi ini diantaranya peningkatan daya beli masyarakat

terutama yang berprofesi sebagai petani dan pegawai/buruh.

Hal ini tergambar dari peningkatan NTP petani di daerah disisi

lain UMP Maluku Utara pada tahun 2009 mengalami

kenaikan sebesar 10%, berdasarkan SK Gubernur No.

136/KPTS/MU/2008 tanggal 23 Desember 2008 yang mulai

berlaku tanggal 1 Januari 2009 yaitu dari Rp700.000/bulan

menjadi Rp770.000/bulan. Selain itu kenaikan gaji PNS

sebesar 15% serta program PNPM diyakini sebagai faktor

penggerak konsumsi pada periode ini.

Pada triwulan I-2009 investasi tercatat mengalami

pertumbuhan sebesar 37,68% (y-o-y), sedangkan pada

triwulan IV-2008 investasi mengalami pertumbuhan sebesar

40,95% (y-o-y). Masih tingginya investasi disebabkan karena

pelaksanaan proyek-proyek pembangunan infrastruktur oleh

Pemerintah daerah khususnya di luar Kota Ternate, misalnya

pembangunan Kantor Gubernur di Sofifi, Kator Bupati

Halmahera Timur dan Halmahera Tengah. Dengan

pelaksanaan pemekaran daerah di wilayah Maluku Utara

seperti kabupaten Pulau Morotai, Kecamatan Hiri dan

beberapa desa di Pulau Hiri maka peningkatan kegiatan

investasi oleh pemerintah diperkirakan masih akan terus

berlanjut pada tripulan selanjutnya.

Disisi penawaran, sebagian besar sektor ekonomi di

daerah pada triwulan laporan mengalami pertumbuhan

kecuali sektor pertambangan dan penggalian serta sektor

industri pengolahan yang mengalami kontraksi. Sektor yang

memberikan kontribusi signifikan terhadap pertumbuhan ini

Di sisi penawaran, sebagian besar sektor ekonomi mengalami pertumbuhan ...

Page 15: PERKEMBANGAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … · moneter, Bank Indonesia Ternate berperan memberikan masukan dengan menyusun dan menerbitkan suatu produk yaitu Laporan Perkembangan Ekonomi,

Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara

Ringkasan Eksekutif xii

adalah sektor pertanian, sektor perdagangan, hotel dan

restoran serta sektor pengangkutan dan komunikasi.

Sub sektor tanaman bahan makanan pada triwulan ini

mengalami pertumbuhan tertinggi dengan nilai sebesar

20,00% (y-o-y) dimana pertumbuhannya pada triwulan IV-

2008 adalah 16,23% (y-o-y). Peningkatan kinerja sub sektor

ini dipengaruhi oleh penambahan jumlah transmigran dan

pembukaan lahan guna menampung transmigran baru yang

notabene merupakan daerah embrio sentra penghasil

tanaman bahan makanan di Maluku Utara. Periode Januari –

April merupakan permulaan masa panen di beberapa sentra

transmigrasi seperti daerah Halmahera Timur, Halmahera

Utara dan Halmahera Tengah

Sektor perdagangan, hotel dan industri pada triwulan

I-2009 ini mengalami pertumbuhan sebesar 7,57% (y-o-y),

lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya dengan

pertumbuhan hanya sebesar 3,89% (y-o-y). Semua sub-

sektor mengalami pertumbuhan pada triwulan ini. Pada sub-

sektor perdagangan, ekspansi dipicu dari dua sisi, yaitu

naiknya permintaan yang juga disertai naiknya harga barang

yang diperdagangkan.

INFLASI REGIONAL Secara triwulanan, Inflasi tertinggi pada triwulan ini

terjadi pada kelompok bahan makanan (3,73%). Sub

kelompok yang mengalami inflasi tertinggi pada kelompok ini

adalah ikan segar dan bumbu-bumbuan yang inflasinya

mencapai 11,41% dan 8,33%. Hal ini terutama disebabkan

oleh kenaikan harga pada sub kelompok ikan segar dan

bumbu-bumbuan. Harga ikan segar yang mengalami

kenaikan yaitu cakalang, lolosi, kembung, malalugis, tude

dan ekor kuning. Sedangkan untuk bumbu-bumbuan,

komoditas yang mengalami kenaikan harga adalah bawang

merah, bawang putih dan cabe rawit.

Pada triwulan I-2009 inflasi tertinggi dialami oleh kelompok bahan makanan ...

Page 16: PERKEMBANGAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … · moneter, Bank Indonesia Ternate berperan memberikan masukan dengan menyusun dan menerbitkan suatu produk yaitu Laporan Perkembangan Ekonomi,

Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara

Ringkasan Eksekutif xiii

Penurunan tingkat harga (deflasi) terjadi pada

kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan dengan

nilai mencapai 4,00%. Hal ini terutama disebabkan karena

perlambatan pada sub kelompok transpor yang mencapai

minus 6,71%. Perluasan jaringan komunikasi serta perang

tarif yang masih terus berlanjut antar operator telekomunikasi

diperkirakan menjadi pemicu utama penurunan harga

tersebut.

Jika dilihat secara tahunan inflasi tertinggi terjadi

pada kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga (14,50%)

disusul kelompok bahan makanan (12,59%). Satu-satunya

kelompok yang mengalami deflasi adalah kelompok transpor,

komunikasi dan jasa keuangan sebesar 0,35%. Pendidikan

merupakan sub kelompok yang mengalami inflasi tertinggi

yaitu sebesar 24,02% diikuti sub kelompok ikan segar yang

inflasinya mencapai mencapai 26,93%.

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH Pada Triwulan I-2009, kegiatan intermediasi

perbankan di daerah Maluku Utara terus menunjukkan

peningkatan. Peningkatan penyaluran kredit melebihi

peningkatan penghimpunan dana dari masyarakat tercermin

dari peningkatan LDR perbankan pada triwulan laporan.

Pada triwulan I-2009, terjadi penambahan kantor

bank umum yang beroperasi di Maluku Utara. Data yang

dimiliki oleh Bank Indonesia Ternate menunjukkan bahwa

sampai dengan Bulan Maret 2009 terdapat 10 (sembilan)

bank umum (konvensional dan syariah) dan 1 (satu) bank BPR

yang beroperasi. Dari seluruh Bank yang ada di Maluku

Utara, pelayanan kepada nasabah dilakukan oleh perbankan

melalui 38 kantor bank umum termasuk BRI Unit dan 1 BPR,

serta beberapa ATM dan payment point yang masih terpusat

kota Ternate, Kota Tidore Kepulauan dan Kabupaten

Halmahera Utara.

Inflasi tahunan tertinggi dialami oleh kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga...

Kegiatan intermediasi perbankan mengalami peningkatan ...

Kelompok transport, komunikasi dan jasa keuangan secara triwulanan mengalami deflasi ...

Page 17: PERKEMBANGAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … · moneter, Bank Indonesia Ternate berperan memberikan masukan dengan menyusun dan menerbitkan suatu produk yaitu Laporan Perkembangan Ekonomi,

Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara

Ringkasan Eksekutif xiv

KEUANGAN DAERAH Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Maluku Utara

Nomor 1 Tahun 2009 tentang Anggaran Pendapatan dan

Belanja Daerah Tahun Anggaran 2009 tanggal 21 Januari

2009 diketahui bahwa untuk tahun anggaran 2009

pendapatan daerah Provinsi Maluku Utara ditargetkan

sebesar 721,41 miliar rupiah sedangkan belanja daerah

dianggarkan sebesar 755,91 miliar rupiah. Dengan demikian

anggaran pembangunan daerah pada tahun 2009

mengalami defisit sebesar 34,5 miliar rupiah.

Pada tahun 2009, pemerintah pusat melalui anggaran

kementrian Negara/lembaga mengalokasikan stimulus fiskal

guna mendukung ekspansi sektor rii sebesar Rp12,2 triliun.

Provinsi Maluku Utara sendiri mendapatkan kucuran dana

sebesar Rp224,2 juta. Rencananya, sejumlah dana tersebut

akan disalurkan melalui kegiatan/proyek pembangunan

departemen pekerjaan umum dan departemen perhubungan.

SISTEM PEMBAYARAN Pada triwulan I-2009, total aliran uang kartal keluar

dan masuk ke Bank Indonesia tercatat sebesar Rp207,63

miliar atau mengalami penurunan sebesar minus 46,27% (q-

t-q). kondisi tersebut sejalan dengan siklus tahunan yang

menunjukkan bahwa pada awal tahun uang kartal yang

keluar dan masuk di Bank Indonesia Ternate mengalami

penurunan seiring dengan berakhirnya berbagai event

menyambut pergantian tahun serta event keagamanan yang

berlangsung pada triwulan sebelumnya.

Pada triwulan I-2009 rata-rata penyelesaian transaksi

harian melalui kliring mengalami penurunan. Rata-rata harian

nilai nominal transaksi kliring pada triwulan I-2009 sebesar

2,334 miliar rupiah atau mengalami penurunan sebesar

Deficit anggaran tahun 2009 diperkirakan mencapai Rp34,5 miliar ...

Aliran uang kartal di Bank Indonesia Ternate mengalami penurunan ...

Rata-rata transaksi kliring mengalami penurunan ...

Page 18: PERKEMBANGAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … · moneter, Bank Indonesia Ternate berperan memberikan masukan dengan menyusun dan menerbitkan suatu produk yaitu Laporan Perkembangan Ekonomi,

Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara

Ringkasan Eksekutif xv

23,86%, dimana nilai nominal transaksi pada triwulan

sebelumnya adalah 3,056 miliar. Jika dilihat rata-rata harian

jumlah warkat sebenarnya tidak terdapat perubahan dimana

jumlah rata-rata harian warkat pada triwulan IV-2008

maupun pada triwulan I-2009 sebanyak 48.

Penyelesaian transaksi ekonomi melalui sarana RTGS

di wilayah Kota Ternate pada triwulan I-2009 mengalami

penurunan. Pada triwulan I-2009 transaksi RTGS dari wilayah

Maluku Utara (outflow) tercatat sebesar Rp1,17 triliun

sedangkan transaksi dari luar wilayah Maluku Utara (to)

tercatat sebesar Rp992,88 miliar. Searah dengan nilai

transaksi RTGS, keseluruhan volume transaksi pada triwulan

laporan tercatat sebesar 3.805 kali transaksi, mengalami

penurunan sebesar minus 40,77% dibandingkan dengan

periode sebelumnya.

TENAGA KERJA Secara tahunan, pada posisi Agustus 2008 terjadi

peningkatan jumlah orang yang bekerja sebesar 5,98% (y-o-

y) dari kondisi Bulan Agustus 2007 dimana jumlah penduduk

yang bekerja tercatat sejumlah 372,34 ribu jiwa dengan

tingkat pengangguran terbuka sebesar 6,48%. Meskipun

garis kemiskinan mengalami peningkatan, jumlah penduduk

miskin pada periode Maret 2008 tercatat sebesar 105 ribu

jiwa atau mengalami penurunan sebesar 4,46 % (y-o-y).

Selaras dengan kegiatan ekonomi masyarakat yang

terkonsentrasi di Kota Ternate, persebaran angkatan kerja,

penduduk yang menganggur maupun penduduk yang

bekerja juga terkonsentrasi di kota yang sama. Sebagian

besar penduduk usia kerja menggantungkan pekerjaan pada

sektor pertanian. Data dari BPS menunjukkan bahwa pada

periode Agustus 2008, sebanyak 59,21% penduduk usia

kerja bekerja di sektor pertanian

Penyelesaian transaksi melalui system RTGS mengalami penurunan ...

Jumlah orang yang bekerja mengalami peningkatan ...

Page 19: PERKEMBANGAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … · moneter, Bank Indonesia Ternate berperan memberikan masukan dengan menyusun dan menerbitkan suatu produk yaitu Laporan Perkembangan Ekonomi,

Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara

Ringkasan Eksekutif xvi

Pada tahun 2009, Pemerintah Provinsi Maluku Utara

berencana meningkatkan upah minimum provinsi sebesar

10% bila dibandingkan dengan tingkat upah pada tahun

2008. Pada tahun 2009 Pemerintah Daerah mengusulkan

tingkat upah minimum provinsi sebesar Rp770 ribu/bulan.

PROSPEK EKONOMI REGIONAL Pada triwulan II-2009 perekonomian daerah Maluku

Utara diperkirakan akan mengalami pertumbuhan sebesar

5,75± 1% (y-o-y). Sektor pertanian diperkirakan masih akan

mengalami pertumbuhan menyusul dilakukannya panen hasil

pertanian dan perkebunan. Masih tingginya permintaan juga

diperkirakan akan terus mendorong pertumbuhan sub-sektor

perdagangan, pada triwulan mendatang. Sub-sektor hotel

dan restoran juga optimis mengingat semakin membaiknya

infrastruktur serta pengelolaan pariwisata seperti dibukanya

penerbangan baru dan semakin kondusifnya kemanan

setelah pemilu. Dari sisi pengeluaran, kegiatan konsumsi

diperkirakan masih akan menjadi motor penggerak utama

pertumbuhan ekonomi daerah.

Infalsi pada triwulan II-2009 diperkirakan akan berada

pada level 1,3 +1% (q-t-q) dan 14,1 +1% (y-o-y). Meskipun

kondisi politik di Maluku Utara pasca pelaksanaan pemilu

legislatif relatif aman, pertumbuhan ekonomi yang terjadi

menjadi pemicu tersendiri bagi peningkatan inflasi di daerah.

Kelompok bahan makanan dan makanan jadi diperkirakan

masih memegang peranan besar terhadap pembentukan

tingkat harga pada triwulan mendatang. Trend penurunan

suku bunga SBI yang sampai saat ini menjadi salah satu

acuan perbankan dalam menerapkan kebijakan suku bunga

diperkirakan masih akan berlanjut. Dengan demikian kredit

perbankan diharapkan akan semakin terasa lebih murah

dengan penurunan bunga pengembalian.

Perekonomian daerah masih akan mengalami pertumbuhan pada triwulan II-2009 ...

Inflasi pada triwulan I-2009 juga mengalami kenaikan ...

Page 20: PERKEMBANGAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … · moneter, Bank Indonesia Ternate berperan memberikan masukan dengan menyusun dan menerbitkan suatu produk yaitu Laporan Perkembangan Ekonomi,

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

Perkembangan Ekonomi Makro 1

Perkembangan Ekonomi Makro

1.1 Gambaran Umum

Kelesuan perekonomian yang sempat terjadi di wilayah Maluku Utara pada

triwulan IV-2008 berangsur-angsur mulai pulih. Kinerja perekonomian Maluku

Utara pada triwulan I-2009 menunjukkan pertumbuhan positif. Hal ini tergambar

dari angka pertumbuhan PDRB atas dasar harga konstan tahun 2000 secara

tahunan sebesar 4,98% (y-o-y) yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan periode

sebelumnya yaitu 3,78% (y-o-y). Secara triwulanan, kinerja perekonomian pada

triwulan I-2009 lebih tinggi dari triwulan IV-2008 dengan pertumbuhan sebesar

0,79% (q-t-q), setelah pada triwulan IV-2008 perekonomian Maluku Utara

mengalami perlambatan laju perekonomian yang mencapai minus 2,55% (q-t-q).

Perkembangan kondisi tersebut sejalan dengan hasil survei kegiatan dunia usaha

(SKDU) di Provinsi Maluku Utara menunjukkan kegiatan usaha pada triwulan I-2009

mengalami ekspansi sebagaimana tercermin pada Saldo Bersih Tertimbang (SBT)

sebesar 22,33%.

Grafik 1.1

Struktur SBT SKDU triwulan I-2009

Bab I

22.33

-1.89

5.33

0.04

1.52

13.36

2.66

0.00

1.31

0.00

SBT Total

Pertanian

Pertambangan & Penggalian

Industri Pengolahan

Listrik, Gas & Air Bersih

Bangunan

Perdagangan, Hotel & Restoran

Pengangkutan & Komunikasi

Keuangan, Persewaan & Jasa Perush.

Jasa-jasa

Page 21: PERKEMBANGAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … · moneter, Bank Indonesia Ternate berperan memberikan masukan dengan menyusun dan menerbitkan suatu produk yaitu Laporan Perkembangan Ekonomi,

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

Perkembangan Ekonomi Makro 2

Dari sisi permintaan, secara tahunan net ekspor di Maluku Utara mengalami

perlambatan yang cukup besar namun perekonomian daerah masih dapat

mengalami peningkatan seiring dengan pertumbuhan konsumsi masyarakat

dan goverment spending. Net ekspor pada triwulan I-2009 mengalami

perlambatan hingga mencapai minus 64,39% (y-o-y). Adapun konsumsi tumbuh

sebesar 8,40% (y-o-y) dan pengeluaran pemerintah tumbuh 21,97% (y-o-y). Selain

itu investasi masih mengalami pertumbuhan tinggi yaitu sebesar 37,68% (y-o-y),

meskipun menurun dibandingkan dengan pertumbuhan tahunan pada triwulan

sebelumnya.

Disisi penawaran, sebagian besar sektor ekonomi yang ada mengalami

pertumbuhan secara tahunan. Hanya sektor pertambangan dan penggalian serta

sektor industri pengolahan yang mengalami kontraksi pertumbuhan. Sektor

pertanian tumbuh 8,76% (y-o-y); sektor pertambangan dan penggalian mengalami

kontraksi terdalam dengan nilai sebesar minus 17,58% (y-o-y); sektor industri

pengolahan yang mengalami kontraksi sepanjang tahun 2008 pada triwulan I 2009

juga masih mengalami kontraksi sebesar minus 7,26% (y-o-y); sektor listrik, gas dan

air bersih mengalami pertumbuhan 2,37% (y-o-y); sektor bangunan merupakan

sektor yang mengalami pertumbuhan tertinggi pada triwulan ini dengan angka

pertumbuhan sebesar 19,67% (y-o-y); sektor PHR mengalami pertumbuhan sebesar

7,57% (y-o-y); sektor pengangkutan dan komunikasi masih tumbuh sebesar

11,99% (y-o-y); sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan juga masih

tumbuh sebesar 11,14% (y-o-y) , dan terakhir sektor jasa-jasa mengalami

pertumbuhan sebesar 4,28% (y-o-y).

1.2 Perkembangan PDRB dari Sisi Permintaan

Setelah mengalami kontraksi ekonomi pada triwulan IV-2008, perekonomian daerah

Maluku Utara mulai menunjukkan perkembangan positif pada awal tahun 2009.

Pada triwulan I-2009 pertumbuhan ekonomi yang terjadi di Maluku Utara

diperkirakan sebesar 4,98% (y-o-y) secara dominan ditopang oleh peningkatan

kegiatan konsumsi masyarakat dan pengeluaran pemerintah. Kegiatan ekspor dari

daerah Maluku Utara mengalami penurunan seiring dengan penurunan permintaan

akibat krisis ekonomi yang melanda perekonomian dunia sejak awal triwulan IV-

2008. Meskipun demikian, pemenuhan peningkatan konsumsi masyarakat masih

Page 22: PERKEMBANGAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … · moneter, Bank Indonesia Ternate berperan memberikan masukan dengan menyusun dan menerbitkan suatu produk yaitu Laporan Perkembangan Ekonomi,

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

Perkembangan Ekonomi Makro 3

didominasi oleh barang-barang dari wilayah lain. Kondisi tersebut tergambar dari

peningkatan aktivitas impor oleh pelaku ekonomi di daerah. Konsumsi secara umum

mengalami pertumbuhan sebesar 8,40% (y-o-y), dimana sub komponen konsumsi

rumah tangga tumbuh sebesar 8,47% (y-o-y) sedangkan konsumsi swasta

mengalami pertumbuhan sebesar 2,49% (y-o-y). Pengeluaran pemerintah

mengalami pertumbuhan sebesar 21,97% (y-o-y), kemudian investasi mengalami

pertumbuhan sebesar 37,68% dan net ekspor (ekspor – impor) mengalami

kontraksi yang sangat signifikan yaitu sebesar minus 64,39%. Apabila

dikomparasikan secara parsial, ekspor mengalami kontraksi sebesar minus 23,40%

sedangkan impor tumbuh sebesar 4,26%.

Grafik 1.2 PDRB Maluku Utara Sisi Permintaan dan Kontribusinya (y-o-y)

A. Konsumsi

Tingkat konsumsi secara umum (rumah tangga dan swasta) di Maluku Utara pada

triwulan I-2009 tercatat sebesar Rp573,36 miliar atau mengalami pertumbuhan

sebesar 8,40% (y-o-y), lebih tinggi apabila dibandingkan dengan pertumbuhan

pada periode sebelumnya yang sebesar 3,61% (y-o-y). Apabila ditelusuri secara

lebih rinci, tingginya pertumbuhan konsumsi pada triwulan laporan didominasi oleh

pertumbuhan konsumsi rumah tangga yang mencapai 8,47%, yang mengalami

peningkatan bila dibandingkan dengan pertumbuhannya pada triwulan IV-2008

yang tercatat sebesar 3,61% (y-o-y). Konsumsi swasta pada triwulan laporan

Page 23: PERKEMBANGAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … · moneter, Bank Indonesia Ternate berperan memberikan masukan dengan menyusun dan menerbitkan suatu produk yaitu Laporan Perkembangan Ekonomi,

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

Perkembangan Ekonomi Makro 4

tercatat mengalami perlambatan pertumbuhan, dimana pertumbuhannya pada

triwulan IV-2008 mencapai 3,42% (y-o-y) sedangkan pada triwulan I-2009

konsumsi swasta hanya mengalami pertumbuhan sebesar 2,49% (y-o-y).

Grafik 1.3 Nilai Konsumsi Maluku Utara

Atas Dasar Harga Konstan (Juta Rupiah)

Beberapa faktor yang mendorong peningkatan konsumsi ini diantaranya

peningkatan daya beli masyarakat terutama yang berprofesi sebagai petani dan

pegawai/buruh. Hal ini tergambar dari peningkatan NTP petani di daerah disisi lain

UMP Maluku Utara pada tahun 2009 mengalami kenaikan sebesar 10%,

berdasarkan SK Gubernur No. 136/KPTS/MU/2008 tanggal 23 Desember 2008 yang

mulai berlaku tanggal 1 Januari 2009 yaitu dari Rp700.000/bulan menjadi

Rp770.000/bulan. Selain itu kenaikan gaji PNS sebesar 15% serta program PNPM

diyakini sebagai faktor penggerak konsumsi pada periode ini.

B. Investasi

Pertumbuhan investasi di Maluku Utara pada triwulan I-2009 tergolong cukup tinggi

meskipun mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada triwulan

I-2009 investasi tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 37,68% (y-o-y),

sedangkan pada triwulan IV-2008 investasi mengalami pertumbuhan sebesar

40,95% (y-o-y). Masih tingginya investasi disebabkan karena pelaksanaan proyek-

proyek pembangunan infrastruktur oleh Pemerintah daerah khususnya di luar Kota

0

100,000

200,000

300,000

400,000

500,000

600,000

700,000

800,000

Tw. I 2007 Tw. II2007

Tw. III2007

Tw. IV2007

Tw. I 2008 Tw. II2008

Tw. III2008

Tw. IV2008

Tw. I2009*

Konsumsi Rumah Tangga

Konsumsi Pemerintah

Konsumsi Sw asta

Page 24: PERKEMBANGAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … · moneter, Bank Indonesia Ternate berperan memberikan masukan dengan menyusun dan menerbitkan suatu produk yaitu Laporan Perkembangan Ekonomi,

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

Perkembangan Ekonomi Makro 5

Ternate, misalnya pembangunan Kantor Gubernur di Sofifi, Kator Bupati Halmahera

Timur dan Halmahera Tengah.

Dengan pelaksanaan pemekaran daerah di wilayah Maluku Utara seperti kabupaten

Pulau Morotai, Kecamatan Hiri dan beberapa desa di Pulau Hiri maka peningkatan

kegiatan investasi oleh pemerintah diperkirakan masih akan terus berlanjut pada

tripulan selanjutnya. Berbeda dengan kegiatan investasi pemerintah, laboran

kegiatan investasi oleh swasta di wilayah Maluku Utara tahun 2009 sampai akhir

tripulan laporan masih nihil. Hal ini diakui oleh instansi terkait dengan kondisi

geografis Maluku Utara yang berupa kepulauan kecil dengan dukungan sarana

transportasi yang masih minim sedangkan sebagian besar kegiatan investasi swasta

berada di luar pulau Ternate. Disamping itu tingkat kesadaran/kedisiplinan pihak

investor/pengelola usaha untuk melaporkan perkembangan usahanya juga masih

rendah. Penutupan kegiatan usaha beberapa investasi swasta pada tahun 2008

diperkirakan akan berpengaruh pada melambatnya perkembangan investasi swasta

di daerah.

C. Pengeluaran Pemerintah

Konsumsi pemerintah tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 21,97% (y-o-y),

lebih tinggi apabila dibandingkan dengan periode triwulan IV-2008 yang sebesar

15,22% (y-o-y). Faktor pendorong kenaikan konsumsi pemerintah pada periode ini

disebabkan karena pembayaran gaji PNS yang mengalami peningkatan, penerimaan

CPNS dan pengangkatan tenaga honorer menjadi PNS di beberapa daerah, serta

pembangunan infrastruktur di Sofifi untuk kantor gubernur baru.

Kegiatan goverment spending pada triwulan berikutnya diperkirakan akan

mengalami peningkatan yang lebih besar. Salah satu indikasinya adalah pada

triwulan laporan beberapa proyek pemerintah baru memasuki tahap pelelangan

pekerjaan, sehingga pada triwulan berikutnya diperkirakan sudah memasuki

tahapan pengerjaan/realisasi. Beberapa proyek yang tengah dalam tahap pelelangan

tersebut antara lain: proyek tata lingkunga/perpipaan air bersih/limah di daerah

Kepulauan Sula, Halmahera Barat, Halmahera Selatan, Tidore Kepulauan dan

Halmahera Utara; serta Pembangunan tahap III Jalan Kota Baru – Bastiong di

Kotamadya Ternate.

Page 25: PERKEMBANGAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … · moneter, Bank Indonesia Ternate berperan memberikan masukan dengan menyusun dan menerbitkan suatu produk yaitu Laporan Perkembangan Ekonomi,

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

Perkembangan Ekonomi Makro 6

D. Kegiatan Ekspor-Impor

Pada triwulan I-2009 net ekspor Maluku Utara (ekspor - impor) mengalami

penurunan yang cukup besar bila dibandingkan dengan kondisi pada triwulan IV-

2008. Pada triwulan ini net ekspor tercatat mengalami kontraksi sebesar minus

64,39% (y-o-y). Meskipun kinerja net ekspor Maluku Utara memang cenderung

fluktuatif, namun trend penurunan ini sebenarnya telah dimulai sejak triwulan II-

2007, sedikit mengalami perbaikan pada triwulan II-2008, namun mengalami

penurunan kembali pada periode-periode berikutnya.

Grafik 1.4 Perkembangan Nilai Ekspor Maluku Utara

Semakin menurunnya net ekspor ini disebabkan karena selama beberapa periode

terakhir, ekspor semakin menurun namun impor semakin meningkat. Selain itu

diduga bahwa terjadinya krisis global telah menurunkan permintaan Jepang akan

nickel, yang merupakan salah satu komoditas ekspor utama Maluku Utara. Nickel

sebagai salah satu bahan logam penting dalam industri otomotif, selama beberapa

triwulan terakhir ini memang lebih banyak diekspor ke Jepang. Apabila diperhatikan

kinerja perekonomian Jepang, sejak triwulan III-2008 memang terlihat perlambatan,

dan hal ini diduga ikut mempengaruhi perlambatan ekspor selama beberapa

triwulan terakhir.

Page 26: PERKEMBANGAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … · moneter, Bank Indonesia Ternate berperan memberikan masukan dengan menyusun dan menerbitkan suatu produk yaitu Laporan Perkembangan Ekonomi,

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

Perkembangan Ekonomi Makro 7

Kinerja ekspor Maluku Utara pada triwulan I-2009 merupakan yang terendah

dibandingkan dengan beberapa periode terakhir dengan kontraksi mencapai minus

23,40% (y-o-y), jauh dalam dibandingkan periode sebelumnya yang mengalami

kontraksi sebesar minus 2,26%. Penurunan kinerja ini terutama disebabkan oleh

kontraksi pada sisi ekspor luar negeri, yang mencapai minus 27,51%, atau masih

melanjutkan trend penurunan pada triwulan IV-2008 yang kontraksinya sebesar

minus 0,17% (y-o-y). Seperti halnya pada ekspor luar negeri, ekspor antar pulau

juga menunjukan penurunan, dimana pada triwulan I-2009 terjadi kontraksi

sebesar minus 8,03% sedangkan pada triwulan IV-2008 kontraksinya tercatat

sebesar minus 9,99%.

Grafik 1.5 Nilai Ekspor-Impor Maluku Utara

Atas Dasar Harga Konstan (Juta Rupiah)

Berbeda dengan ekspor, kegiatan impor masih terus mengalami pertumbuhan,

dimana pada triwulan IV-2008 pertumbuhan yang terjadi sebesar 0,97% (y-o-y)

sedangkan pada triwulan I-2009 pertumbuhannya mencapai 4,26% (y-o-y).

Meskipun secara umum impor tumbuh, namun impor luar negeri mengalami

kontraksi yang cukup besar hingga mencapai minus 63,61% (y-o-y), tetapi

penurunan tersebut tercover oleh kegiatan impor antar pulau yang terus mengalami

peningkatan dimana pada triwulan IV-2008 impor antar pulau mengalami

pertumbuhan sebesar 8,40% (y-o-y) kemudian pada triwulan I-2009

pertumbuhannya mencapai 11,83% (y-o-y).

0

50.000

100.000

150.000

200.000

250.000

Tw . I2007

Tw . II2007

Tw . III2007

Tw . IV2007

Tw . I2008

Tw . II2008

Tw . III2008

Tw . IV2008

Tw . I2009*

Ekspor Luar Negeri

Impor Antar Pulau

Ekspor Antar Pulau

Impor Luar Negeri

Page 27: PERKEMBANGAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … · moneter, Bank Indonesia Ternate berperan memberikan masukan dengan menyusun dan menerbitkan suatu produk yaitu Laporan Perkembangan Ekonomi,

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

Perkembangan Ekonomi Makro 8

Hal ini sebenarnya tidak mengherankan mengingat tingginya ketergantungan

Maluku Utara terhadap provinsi lain. Sebagian besar kegiatan impor antar pulau

dilakukan untuk pemenuhan kebutuhan pokok seperti beras, telur, daging ayam,

daging sapi, sayur, dan buah-buahan yang umumnya dipasok dari Surabaya dan

Manado. Dengan kondisi daerah yang memiliki jumlah industri yang sedikit dan

kapasitasnya yang relatif kecil, Maluku Utara merupakan daerah dengan tingkat

konsumsi yang lebih besar bila dibandingkan dengan tingkat produksi

perekonomian lokal. Oleh karena itu, peningkatan konsumsi masyarakat memiliki

hubungan yang relatif kuat terhadap perkembangan impor di daerah.

1.3 Perkembangan Ekonomi dari Sisi Penawaran

Disisi penawaran, sebagian besar sektor ekonomi di daerah pada triwulan laporan

mengalami pertumbuhan kecuali sektor pertambangan dan penggalian serta sektor

industri pengolahan yang mengalami kontraksi. Sektor yang memberikan kontribusi

signifikan terhadap pertumbuhan ini adalah sektor pertanian, sektor perdagangan,

hotel dan restoran serta sektor pengangkutan dan komunikasi. Jika dilihat dari

persentase pertumbuhannnya, sebenarnya sektor yang mengalami pertumbuhan

tertinggi pada triwulan ini adalah sektor bangunan yang tumbuh sebesar 19,67%

(y-o-y). Namun pertumbuhan sektor bangunan belum bisa men-drive kinerja

perekonomian Maluku Utara sebesar pertumbuhan yang terjadi pada sektor

tersebut mengingat bobotnya terhadap peekonomian daerah yang tidak sebesar

sektor pertanian.

Grafik 1.6

Page 28: PERKEMBANGAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … · moneter, Bank Indonesia Ternate berperan memberikan masukan dengan menyusun dan menerbitkan suatu produk yaitu Laporan Perkembangan Ekonomi,

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

Perkembangan Ekonomi Makro 9

Sementara sektor pertambangan dan penggalian pada triwulan laporan mengalami

kontraksi sebesar minus 17,58% (y-o-y), lebih besar kontraksinya dibandingkan

yang terjadi pada triwulan sebelumnya yang sebesar minus 5,48% (y-o-y).

Grafik 1.7

Nilai PDRB Maluku Utara Atas Dasar Harga Konstan (Juta Rupiah)

A. Pertanian

Pada triwulan I-2009 ini sektor pertanian secara umum masih menunjukkan

peningkatan kinerja dibandingkan triwulan sebelumnya dengan mencatat

pertumbuhan sebesar 8,76% (y-o-y), sedangkan pada triwulan IV-2008 sektor ini

hanya mengalami pertumbuhan sebesar 7,98% (y-o-y). Apabila dilihat lebih

terperinci, terdapat dua sub sektor yang pertumbuhannya melampaui triwulan

sebelumnya, sedangkan tiga sub sektor lainnya mengalami perlambatan meskipun

masih menunjukan pertumbuhan positif. Pertumbuhan sektor pertanian tergambar

pula pada Nilai Tukar Petani pada periode laporan yang mengalami peningkatan

dan dengan nilai yang melebihi 100 (Indeks yang diterima petani lebih besar dari

indeks yang harus dibayar oleh petani).

0

100,000

200,000

300,000

400,000

500,000

600,000

700,000

Tw. I2007

Tw. II2007

Tw. III2007

Tw. IV2007

Tw. I2008

Tw. II2008

Tw. III2008

Tw. IV2008

Tw. I2009*

Pertanian

Perdagangan, Hotel & Restoran

Industri Pengolahan

Jasa-jasa

Pengangkutan & Komunikasi

Pertambangan & Penggalian

Keuangan, Persew aan & Jasa Prush

Bangunan

Listrik, Gas & Air Bersih

Page 29: PERKEMBANGAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … · moneter, Bank Indonesia Ternate berperan memberikan masukan dengan menyusun dan menerbitkan suatu produk yaitu Laporan Perkembangan Ekonomi,

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

Perkembangan Ekonomi Makro 10

Grafik 1.8

Perkembangan NTP di Maluku Utara

Sub sektor tanaman bahan makanan pada triwulan ini mengalami pertumbuhan

tertinggi dengan nilai sebesar 20,00% (y-o-y) dimana pertumbuhannya pada

triwulan IV-2008 adalah 16,23% (y-o-y). Peningkatan kinerja sub sektor ini

dipengaruhi oleh penambahan jumlah transmigran dan pembukaan lahan guna

menampung transmigran baru yang notabene merupakan daerah embrio sentra

penghasil tanaman bahan makanan di Maluku Utara. Periode Januari – April

merupakan permulaan masa panen di beberapa sentra transmigrasi seperti daerah

Halmahera Timur, Halmahera Utara dan Halmahera Tengah. Meskipun demikuan

pemerintah daerah perlu mewaspadai dan memperhatikan perkembangan yang

terjadi di daerah transmigrasi tersebut, baik dari segi perekonomian, fasilitas

pendidikan serta fasilitas umum lainnya maupun akses ke wilayah lain. Pada awal

tahun 2009, beberapa Kepala Keluarga transmigran memilih untuk mencari

penghidupan di kota Ternate dan sekitarnya dengan alasan di wilayah transmigrasi

mereka tidak memperoleh sarana umum dengan baik, seperti pendidikan anak-

anak, fasilitas kesehatan, sanitasi dan akses untuk menjual hasil pertanian yang

kurang menguntungkan. Bila hal ini dibiarkan terus berlanjut, daerah transmigran

yang dipersiapkan sebagai sentra produksi pertanian akan mengalami penurunan

atau bahkan tidak bisa terwujud sama sekali.

88

90

92

94

96

98

100

102

Jan

Feb

Mar

Apr

May

Jun

Jul

Aug

Sep

Oct

Nov

Dec

Jan

Feb

2008 2009

Page 30: PERKEMBANGAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … · moneter, Bank Indonesia Ternate berperan memberikan masukan dengan menyusun dan menerbitkan suatu produk yaitu Laporan Perkembangan Ekonomi,

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

Perkembangan Ekonomi Makro 11

Peningkatan pertumbuhan juga terjadi pada sub sektor perikanan dengan angka

pertumbuhan sebesar 6,77% (y-o-y) dimana pertumbuhannya pada triwulan IV-

2008 adalah 4,35% (y-o-y). Seringnya pelaksanaan operasi di perairan sekitar

Maluku Utara oleh Polairud serta tindakan tegas terhadap kapal – kapal yang

melakukan penangkapan ikan secara ilegal diperkirakan menjadi salah satu

pendorong meningkatnya kinerja sub sektor perikanan. Hal ini sesuai dengan

karakteristik perikanan di daerah Maluku Utara yang didominasi oleh perikanan

tangkap dibandingkan dengan perikanan budidaya. Adapun komoditas utama yang

mendorong peningkatan kinerja sub sektor ini diperkirakan berupa ikan cakalang

dan tuna.

Grafik 1.9

Perkembangan harga hasil perkebunan

Sumber: Disperindag Provinsi

Sub sektor tanaman perkebunan sedikit mengalami perlambatan dibandingkan

triwulan sebelumnya dengan mencatat pertumbuhan sebesar 5,38% (y-o-y) dimana

pertumbuhan yang terjadi pada triwulan IV-2008 adalah 5,65% (y-o-y). Sub sektor

peternakan dan hasil-hasilnya serta sub sektor kehutanan mengalami perlambatan

yang cukup besar bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Sub sektor

peternakan dan hasil-hasilnya mengalami pertumbuhan sebesar 0,59% (y-o-y) lebih

rendah apabila dibandingkan dengan triwulan IV-2008 yang pertumbuhannya

mencapai 2,76% (y-o-y). Adapun sub sektor kehutanan memiliki pertumbuhan

sebesar 0,31% (y-o-y) sedangkan pertumbuhannya pada triwulan IV-2008 adalah

4,07% (y-o-y). Penurunan sub sektor tanaman perkebunan terjadi karena pada

triwulan I-2009 memang bukan merupakan musim panen.

0

10,000

20,000

30,000

40,000

50,000

60,000

70,000

80,000

Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar

2008 2009Pala Fuli Cengkih Coklat Kopra

Page 31: PERKEMBANGAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … · moneter, Bank Indonesia Ternate berperan memberikan masukan dengan menyusun dan menerbitkan suatu produk yaitu Laporan Perkembangan Ekonomi,

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

Perkembangan Ekonomi Makro 12

Grafik 1.10 Produksi Sektor Pertanian Maluku Utara Atas Dasar Harga Konstan (Juta Rupiah)

B. Pertambangan & Penggalian

Sektor yang mengalami penurunan terbesar pada triwulan I 2009 ini adalah sektor

pertambangan dan penggalian dengan kontraksi sebesar minus 17,58% (y-o-y). Ini

merupakan penurunan terdalam di sektor pertambangan dan penggalian yang

pernah dialami Maluku Utara sejak tahun 2001. Trend penurunan kinerja pada

sektor ini sudah mulai terjadi triwulan IV 2008 dengan kontraksi sebesar minus

5,48% (y-o-y).

Sektor pertambangan dan penggalian di Maluku Utara didominasi oleh sub-sektor

pertambangan non-migas khususnya pertambangan nikel. Hal ini juga tercermin

dari nilai ekspor Maluku Utara yang juga didominasi komoditas nikel. Sementara sub

sektor penggalian masih didominasi oleh penggalian tipe C dengan produk utama

pasir dan batu serta dikelola secara sederhana (penggalian rakyat) dengan

pemasaran hasil galian yang masih terbatas di daerah sekitar lokasi penggalian.

0

50,000

100,000

150,000

200,000

250,000

300,000

Tw. I2007

Tw. II2007

Tw. III2007

Tw. IV2007

Tw. I2008

Tw. II2008

Tw. III2008

Tw. IV2008

Tw. I2009*

Tanaman Perkebunan

Tanaman Bahan Makanan

Perikanan

Kehutanan

Peternakan dan Hasil-hasilnya

Page 32: PERKEMBANGAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … · moneter, Bank Indonesia Ternate berperan memberikan masukan dengan menyusun dan menerbitkan suatu produk yaitu Laporan Perkembangan Ekonomi,

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

Perkembangan Ekonomi Makro 13

Grafik 1.11 Persentase Ekspor Maluku Utara (2003-2009)

Sumber: Datawarehouse DSM (diolah)

Nilai ekspor nikel Maluku Utara dalam setahun terakhir telah mengalami penurunan

seperti terlihat pada grafik berikut:

Grafik 1.12 Nilai Ekspor Nikel Maluku Utara 1 Tahun Terakhir

Sumber: Datawarehouse DSM

Penurunan pada triwulan I sampai triwulan III 2008 lebih dipicu oleh turunnya harga

komoditas nikel dunia seperti tergambar pada grafik berikut:

90%

9% 1%

Nikel

Hasil Hutan

Lainnya

0

10,000,000

20,000,000

30,000,000

40,000,000

50,000,000

60,000,000

70,000,000

80,000,000

90,000,000

Mrt'08 Apr'08 Mei'08 Jun'08 Jul'08 Agst'08 Sep'08 Okt'08 Nov'08 Des'08 Jan'09 Feb'09

Page 33: PERKEMBANGAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … · moneter, Bank Indonesia Ternate berperan memberikan masukan dengan menyusun dan menerbitkan suatu produk yaitu Laporan Perkembangan Ekonomi,

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

Perkembangan Ekonomi Makro 14

Grafik 1.13 Perkembangan Harga Nikel Dunia 1 Tahun Terakhir

Sumber: London Metal Exchange

Sedangkan rendahnya ekspor nikel pada triwulan IV 2008 dan triwulan I 2009 lebih

disebabkan oleh rendahnya permintaan dari negara-negara tujuan ekspor nikel

Maluku Utara seperti Jepang dan RRC.

Grafik 1.14 Negara Tujuan Ekspor Nikel Maluku Utara (2003-2009)

Sumber: Datawarehouse DSM (diolah)

49%

27%

12%

6%6%

Jepang

RRC

Ukraina

Yunani

Lainnya

Page 34: PERKEMBANGAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … · moneter, Bank Indonesia Ternate berperan memberikan masukan dengan menyusun dan menerbitkan suatu produk yaitu Laporan Perkembangan Ekonomi,

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

Perkembangan Ekonomi Makro 15

Di negara tujuannya, output utama dari pengolahan nikel (stainless steel) paling

banyak digunakan pada industri otomotif.

Grafik 1.15 Hasil Pengolahan Nikel Dunia

Sumber: Standard CIB Global Research

Sampai triwulan pertama 2009, pasar otomotif dunia terus memburuk akibat

turunnya permintaan seiring dengan adanya kirisis ekonomi global. Asosiasi

Produsen Mobil Jepang melaporkan penjualan kendaraan di pasar domestik selama

Maret mengalami penurunan hingga 32%. Selain itu akibat merosotnya permintaan

dari Amerika Serikat dan Eropa, produksi otomotif Jepang anjlok hingga 56% pada

bulan Februari lalu dibandingkan bulan sama pada 2008. Penurunan ini merupakan

yang terburuk sejak tahun 1967. Dua belas pabrikan mobil Jepang hanya

memproduksi 481.396 unit pada Februari lalu sehingga mendorong Nissan, Mazda,

dan Mitsubishi memangkas produksi minimal 60%.

C. Industri Pengolahan

Sektor industri pengolahan yang mengalami trend penurunan sepanjang tahun

2008 masih berlanjut pada triwulan I 2009 dengan penurunan sebesar minus

7,26% (y-o-y). Namun penurunan ini masih lebih rendah dibandingkan triwulan

sebelumnya yang turun sebesar minus 10,77% (y-o-y). Perlambatan ini masih

didominasi oleh turunnya sub-sektor barang kayu dan hasil hutan lainnya yang

turun sebesar minus 11,44% (y-o-y). Sedangkan sub-sektor makanan, minuman dan

tembakau tetap tumbuh sebesar 6,20% (y-o-y) namun karena bobotnya yang

dominan sehingga sektor indutri pengolahan secara umum tetap mengalami

perlambatan.

65%

22%

8%5%

Stainless Steel

Other Alloys

Electroplating

Chem icals

Page 35: PERKEMBANGAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … · moneter, Bank Indonesia Ternate berperan memberikan masukan dengan menyusun dan menerbitkan suatu produk yaitu Laporan Perkembangan Ekonomi,

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

Perkembangan Ekonomi Makro 16

Salah satu faktor yang mempengaruhi perlambatan di sub-sektor barang kayu dan

hasil hutan lainnya adalah karena semakin bertambahnya perusahaan penghasil

kayu lapis yang ditutup.

Tabel 1.1

Daftar Perusahaan Yang Sudah Tidak Beroperasi

Di Provinsi Maluku Utara Tahun 2008

Sumber: BKPMD Provinsi Maluku Utara

Pertumbuhan yang dialami sub-sektor makanan, minuman dan tembakau pada

triwulan I 2009 lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya

yang hanya sebesar 4,02% (y-o-y). Pertumbuhan ini dipicu oleh peningkatan

ketersediaan bahan baku sehingga industri bisa memenuhi permintaan yang tinggi.

Pertumbuhan ini juga didorong oleh turunnya harga bahan baku lokal menyusul

diturunkannya harga BBM oleh pemerintah. Disisi lain, untuk harga bahan baku

impor justru naik menyusul melemahnya nilai rupiah. Namun dikarenakan tidak

banyak industri di Maluku Utara yang menggunakan bahan baku impor, sehingga

hal ini tidak berdampak signifikan.

BIDANG USAHA

PUSAT PERWAKILAN RENCANA REALISASI Lokasi RENCANA REALISASI RENCANA REALISASI1 2 3 4 5 6 8 9 10 11 12

Penanaman Modal Dalam Negeri

1 PT. MANGOLE TIMBER PRODUCERS Jl.Yos Sudarso No.66 Jl. Mononutu Ternate 158,708,933,522Rp 158,708,933,522Rp Loging, 15 15 - -No.06/III/PMDN/1986 Manado Tlp.0431-844557 Playwood,tgl, 19-06-1989 Blockbooard,No.275/III/PMDN/1993 Particle Boardtgl, 25-06-1993 SK Merger. Falabisahaya

(Kep.Sula)

2 PT. TALIABU LUNA TIMBER Jl. Kesehatan Raya Jl.Bogenvile RT.04 2,075,000,000Rp 2,075,000,000Rp Penggergajian 196 196 - - No. 60/V /PMDN /1993 No.60 Tanah Abang Kel. Toboko Ternate Kayu LogingTgl. 14-8-1978 Jakarta 10160 Taliabu

(Kep.Sula)

3 PT.WIRANUSA TRISATRYA Jl. Ir Juanda III /19-19A Jl. Mononutu 19,715,900,000Rp 19,715,900,000Rp Formaldehyde 103 103 - -No.485 /I / PMDN /1989 Jakarta Ternate Resin

Falabisahaya(Kep.Sula)

4 PT. TUNGGAL AGATHIS INDAH Jl. Ir.H Huanda III Jl. Mononutu 3,475,400,000Rp 3,475,400,000Rp Loging, Sawmil 1369 170 4 4WOOD INDUSTRIES No.19-19A Jakarta SK II/20 Ternate Wood, WorkoingNo. 274 / III / PMDN / 1993 Playwood

BlockboardPartickelboard(Jailolo Selatan)

5 PT. Indonesia Tongbao Mining Jl. Tambak No.55 A 750,000$ Eksplorasi Jasa Penunjang 30 No.786/I/PMA/2008 Pegangsaan, Menteng, Pertambangan umumTgl. 21 Mei 2008 Jakarta Pusat perdagangan besar

(distributo Utama)ekspor dan impor

183,975,983,522Rp 183,975,233,522Rp 1,713 484 4 4

Catatan : * Bahwa Perusahaan yang tertera dikolom atas telah tutup/ tidak beroperasi lagi namun belum ada Surat Pemberitahuan dari Badan Koordinasi Penanaman Modal di Jakarta

INVESTASI

JUMLAH ( Rp )

PERKEMBANGAN TKINDONESIA ASING NO. NAMA PERUSAHAAN

ALAMAT KANTOR DAN NO. TELP.

Page 36: PERKEMBANGAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … · moneter, Bank Indonesia Ternate berperan memberikan masukan dengan menyusun dan menerbitkan suatu produk yaitu Laporan Perkembangan Ekonomi,

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

Perkembangan Ekonomi Makro 17

Grafik 1.16 Produksi Sektor Industri Pengolahan Maluku Utara

Atas Dasar Harga Konstan (Juta Rupiah)

D. Listrik, Gas & Air Bersih

Sektor listrik, gas dan air bersih mengalami pertumbuhan 2,37% (y-o-y) pada

triwulan I-2009. Kondisi tersebut sedikit lebih baik bila dibandingkan dengan

pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang sebesar 2,16% (y-o-y).

Grafik 1.7

Perkembangan kelistrikan daerah

Sumber: PLN Ternate

Motor penggerak pertumbuhan pada sektor ini berada pada sub-sektor air bersih

yang tumbuh sebesar 4,81% (y-o-y) sedangkan sub sektor listrik relatif tetap

dengan pertumbuhan hanya mencapai 0,24% (y-o-y). Sub-sektor listrik belum

0

10,000

20,000

30,000

40,000

50,000

60,000

70,000

80,000

90,000

100,000

Tw. I2007

Tw. II2007

Tw. III2007

Tw. IV2007

Tw. I2008

Tw. II2008

Tw. III2008

Tw. IV2008

Tw. I2009*

Brg. Kayu & Hasil Hutan Lainnya

Makanan, Minuman & Tembakau

0

10,000

20,000

30,000

40,000

50,000

60,000

70,000

2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

Daya Terpasang Daya Mampu Beban Puncak

MWH

Page 37: PERKEMBANGAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … · moneter, Bank Indonesia Ternate berperan memberikan masukan dengan menyusun dan menerbitkan suatu produk yaitu Laporan Perkembangan Ekonomi,

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

Perkembangan Ekonomi Makro 18

menunjukkan adanya pertumbuhan karena masih terkendala oleh keterbatasan

mesin produksi. Sebenarnya sektor ini masih bisa tumbuh lebih besar mengingat

banyak permintaan masyarakat yang belum dapat dipenuhi. Kalaupun terjadi

perlambatan pada sektor ini sebenarnya tidak akan berdampak signifikan terhadap

total pertumbuhan ekonomi karena tersedianya barang substitusi berupa generator,

namun dalam jangka panjang sektor ini sangat berpengaruh bagi pertumbuhan

investasi dan juga sektor-sektor lain.

E. Bangunan

Sektor bangunan merupakan sektor yang mengalami pertumbuhan tertinggi pada

triwulan ini dengan pertumbuhan sebesar 19,67% (y-o-y). Namun pertumbuhan

sektor ini belum bisa men-drive kinerja perekonomian Maluku Utara mengingat

bobotnya yang tidak besar. Kontribusi sektor ini terhadap kinerja perekonomian

pada triwulan pertama 2009 hanya sebesar 0,31% (y-o-y).

Sektor ini memang masih cukup konsisten tumbuh diatas 15% dalam setahun

terakhir. Pertumbuhan ini merupakan dampak dari pembangunan infrastruktur di

ibukota Provinsi Maluku Utara yaitu Sofifi, dimana pemerintahan provinsi

ditargetkan akan dipindahkan pada tahun 2009 ini. Selain itu, pertumbuhan juga

didorong oleh adanya proyek-proyek pembangunan infrastruktur terkait adanya

proses pemekaran di beberapa daerah di Maluku Utara serta proyek pembangunan

kawasan Kota Baru di wilayah Kota Ternate dengan peruntukkan perumahan dan

fasilitas umum lainnya.

F. Perdagangan, Hotel & Restoran

Sektor perdagangan, hotel dan industri pada triwulan I-2009 ini mengalami

pertumbuhan sebesar 7,57% (y-o-y), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya

dengan pertumbuhan hanya sebesar 3,89% (y-o-y). Semua sub-sektor mengalami

pertumbuhan pada triwulan ini.

Pada sub-sektor perdagangan, ekspansi dipicu dari dua sisi, yaitu naiknya

permintaan yang juga disertai naiknya harga barang yang diperdagangkan.

Kenaikan permintaan terjadi pada perdagangan barang primer dan sekunder. Untuk

komoditas energi seperti BBM dan minyak tanah juga mengalami kenaikan

Page 38: PERKEMBANGAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … · moneter, Bank Indonesia Ternate berperan memberikan masukan dengan menyusun dan menerbitkan suatu produk yaitu Laporan Perkembangan Ekonomi,

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

Perkembangan Ekonomi Makro 19

permintaan, namun pemasok belum bisa meningkatkan supply mengingat alokasi

yang diberikan oleh Pertamina masih tetap. Sedangkan pada sub-sektor hotel dan

restoran, pertumbuhan dipicu oleh banyaknya event yang diselenggarakan instansi

pemerintah menyambut tahun anggaran baru. Pada awal tahun 2009 Maluku Utara

bertindak sebagai tuan rumah penyelenggaraan Rapat Koordinasi Provinsi

Kepaulauan dan Rakornas Pendapatan Daerah yang banyak menggunakan fasilitas

hotel dan restoran. Pada kesempatan itu, sebagaian besar peserta juga

menyempatkan diri untuk membeli souvenir khas Maluku utara maupun makanan

khas daerah. Selain itu menjelang pemilu juga banyak partai yang menggunakan

function-room. Beberapa manajemen hotel dan restoran juga mengakui situasi

keamanan yang sudah kondusif telah mengundang wisatawan ke Maluku Utara.

G. Pengangkutan & Komunikasi

Pada triwulan laporan, sektor pengangkutan dan komunikasi mengalami

pertumbuhan sebesar 11,99% (y-o-y) sedikit lebih tinggi bila dibandingkan dengan

kondisi pada triwulan sebelumnya yang tercatat tumbuh sebesar 11,90% (y-o-y).

Semua sub-sektor mengalami pertumbuhan pada triwulan ini.

Untuk sub-sektor pengangkutan, pertumbuhan lebih banyak didorong oleh

bertambahnya muatan angkutan laut. Hal ini menyusul adanya proyek-proyek

pembangunan infrastruktur di Pulau Halmahera serta adanya proses pemekaran di

beberapa daerah. Selain itu, load penumpang pesawat juga mengalami kenaikan.

Pada sub-sektor komunikasi, pertumbuhan didorong oleh peningkatan pengguna

jasa telekomunikasi seluler, naiknya penggunaan jasa telekomunikasi konvensional

oleh instansi dan corporate serta naiknya oplah surat kabar harian menjelang

pemilu.

Page 39: PERKEMBANGAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … · moneter, Bank Indonesia Ternate berperan memberikan masukan dengan menyusun dan menerbitkan suatu produk yaitu Laporan Perkembangan Ekonomi,

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

Perkembangan Ekonomi Makro 20

Grafik 1.18

Produksi Sektor Pengangkutan & Komunikasi Maluku Utara Atas Dasar Harga Konstan (Juta Rupiah)

H. Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan

Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan juga masih konsisten tumbuh

sebesar 11,14% (y-o-y) tidak signifikan dibandingkan triwulan sebelumnya yang

tumbuh sebesar 10,99% (y-o-y). Seluruh sub-sektor mengalami pertumbuhan

dengan pertumbuhan tertinggi dialami oleh sub-sektor perbankan dengan

pertumbuhan sebesar 18,76% (y-o-y).

Sebagai sub-sektor yang paling dominan, perbankan masih dapat mendorong

sektor ini tetap tumbuh berkat kepercayaan konsumen terhadap perbankan yang

masih terjaga walaupun terjadi krisis keuangan global belakangan ini. Hal ini dapat

terlihat dari pertumbuhan DPK dan nilai kredit perbankan yang terus meningkat.

Tabel 1.2 Perkembangan Kegiatan Bank

Uraian 2007 2008

Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV DPK 2,147,882 2,210,204 2,289,774 2,620,055 2,666,948 2,692,396 2,656,388 2,799,841

Kredit 710,752 777,404 840,739 865,082 918,336 1,052,831 1,187,038 1,269,690

LDR 33.09% 35.17% 36.72% 33.02% 34.43% 39.10% 44.69% 45.35%

NPL 4.29% 4.15% 3.51% 3.38% 3.73% 3.47% 3.41% 4.48%

0

10,000

20,000

30,000

40,000

50,000

60,000

Tw. I2007

Tw. II2007

Tw. III2007

Tw. IV2007

Tw. I2008

Tw. II2008

Tw. III2008

Tw. IV2008

Tw. I2009*

Pos dan Telekomunikasi

Angkutan Laut

Angkutan Jalan Raya

Angkutan Udara

Jasa Penunjang Angkutan

Angk. Sungai, Danau & Penyebrangan

Page 40: PERKEMBANGAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … · moneter, Bank Indonesia Ternate berperan memberikan masukan dengan menyusun dan menerbitkan suatu produk yaitu Laporan Perkembangan Ekonomi,

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

Perkembangan Ekonomi Makro 21

Grafik 1.19 Perkembangan Kegiatan Bank

I. Jasa-jasa

Sektor jasa-jasa pada triwulan I-2009 tercatat mengalami pertumbuhan mencapai

4,28% (y-o-y). Angka ini sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan

pada triwulan sebelumnya yang sebesar 4,08% (y-o-y). Sub-sektor yang mengalami

pertumbuhan terbesar adalah sub-sektor jasa hiburan dan rekreasi yang tumbuh

11,28% (y-o-y). Pertumbuhan dipicu oleh banyaknya event yang diselenggarakan

oleh instansi pemerintah menyambut tahun anggaran baru serta oleh partai-partai

menjelang pemilu yang banyak memanfaatkan tempat rekreasi sebagai lokasi

penyampaian visi dan misi. Selain itu, kondisi keamanan yang semakin kondusif di

Maluku Utara mulai mengundang wisatawan ke daerah ini.

Page 41: PERKEMBANGAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … · moneter, Bank Indonesia Ternate berperan memberikan masukan dengan menyusun dan menerbitkan suatu produk yaitu Laporan Perkembangan Ekonomi,

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

Perkembangan Ekonomi Makro 22

Gambar 1.20 Produksi Sektor Jasa-jasa Maluku Utara Atas Dasar Harga Konstan (Juta Rupiah)

0

10,000

20,000

30,000

40,000

50,000

60,000

Tw. I

2007

Tw. II

2007

Tw. III

2007

Tw. IV

2007

Tw. I

2008

Tw. II

2008

Tw. III

2008

Tw. IV

2008

Tw. I

2009*

Adm. Pemerintahan & Pertahanan

Sosial Kemasyarakatan

Perorangan & Rumah Tangga

Hiburan & Rekreasi

Page 42: PERKEMBANGAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … · moneter, Bank Indonesia Ternate berperan memberikan masukan dengan menyusun dan menerbitkan suatu produk yaitu Laporan Perkembangan Ekonomi,

23  

BOX 1

HASIL PERUMUSAN RAPAT KOORDINASI NASIONAL PENDAPATAN DAERAH

TAHUN 2009

Pada tanggal 24 Februari 2009 telah dilaksanakan Rapat Koordinasi Nasional

Pendapatan Daerah dalam rangka intensifikasi pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah

yang diselenggarakan pada tanggal 23-25 Februari 2009, bertempat di Hotel Amara

Internasional, Ternate, Maluku Utara.

Rapat dibuka oleh Gubernur Maluku Utara dilanjutkan diskusi panel yang dipimpin oleh

Kepala Dinas Pendapatan Propinsi Kalimantan Barat dan dihadiri oleh Bupati dan Walikota se

Propinsi Maluku Utara, Ketua DPRD dan Musyawarah Pimpinan Daerah Propinsi Maluku Utara,

Sekretaris Daerah Propinsi se Indonesia, 68 Sekretaris Daerah Kabupaten dan Kota, Kepala

Dipenda/ BPKD/ DPKAD/ DPPAD/ DPP Propinsi se Indonesia, 68 Kepala Dipenda/ BPKD/ DPKAD/

DPPAD/ DPP Kabupaten dan Kota, Kasubdis/ Kabid Pajak Dipenda/ BPKD/ DPKAD/ DPPAD/ DPP

Propinsi se Indonesia, pejabat Ditjen Perimbangan Keuangan Depkeu dan Depdagri (Ditjen

BAKD dan Inspektorat Jendral).

Dengan memperhatikan dan mempertimbangkan berbagai arahan dari:

1. Sambutan Gubernur Maluku Utara

2. Sambutan/ pengarahan Sekretaris Jendral Depdagri;

Dilanjutkan dengan pemaparan dalam rangka memperkaya substansi dan materi

sebagai bahan diskusi disampaikan pemaparan oleh:

1. Direktur Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Ditjen Perimbangan Keuangan Departemen

Keuangan;

2. Kepala Dipenda Propinsi Jawa Barat;

3. Kepala Dipenda Propinsi Jawa Timur;

4. Direktur Fasilitasi Pertanggungjawaban dan Pengawasan Keuangan Daerah, Ditjen BAKD

Departemen Dalam Negeri;

Dengan memperhatikan arahan dan pemaparan tersebut di atas serta

mempertimbangkan dinamika diskusi pada jalannya rapat dan berbagai usul dan saran dari

peserta secara musyawarah dan mufakat terhadap pembahasan materi utama berkaitan

dengan Penyikapan Stimulus Fiskal Pendapatan Daerah dan Kebijakan Pengelolaan Biaya

Pemungutan dihasilkan hal-hal sebagai berikut:

I. Rencana Stimulus Fiskal

Tanggapan terhadap rencana kebijakan Pemerintah tentang stimulus fiskal di bidang

pajak daerah, Departemen Dalam Negeri pada prinsipnya mendukung namun demikian seluruh

Page 43: PERKEMBANGAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … · moneter, Bank Indonesia Ternate berperan memberikan masukan dengan menyusun dan menerbitkan suatu produk yaitu Laporan Perkembangan Ekonomi,

24  

peserta Rapat Koordinasi Nasional memohon agar pemerintah mempertimbangkan kembali

untuk tidak melaksanakan rencana kebijakan stimulus fiskal tersebut dengan pertimbangan

sebagai berikut:

1. Penerimaan PKB, BBN-KB dan PPJ merupakan jenis penerimaan daerah yang utama dan

sangat dominan terhadap besarnya APBD pada setiap Propinsi dan Kabupaten/Kota di

Indonesia, apabila stimulus fiskal dimaksud dilakukan maka akan mengurangi kapasitas

APBD yang akan berdampak terhadap tidak terlaksananya program dan kegiatan

peningkatan kesejahteraan masyarakat dan pembangunan di daerah akan terganggu

bahkan lebih jauh dikhawatirkan akan berdampak secara luas yang menyangkut sosial dan

politik;

2. Rencana APBD TA 2009 yang telah ditetapkan tidak memperhitungkan adanya rencana

kebijakan fiskal di satu sisi, di sisi lain dalam APBD tersebut sudah mengandung atau sudah

mengakomodir program dan kegiatan dalam rangka mengantisipasi dampak dari krisis

finansial global;

3. Secara teknis pemberian stimulus fiskal berupa pengurangan besar NJKB tidak akan

mempengaruhi harga kendaraan bermotor, karena NJKB bukan merupakan variabel

pembentuk harga kendaraan bermotor, untuk itu mungkin akan lebih tepat stimulus yang

diberikan pada industri otomotif adalah berupa pengurangan tarif pajak penjualan barang

mewah (PPn-BM);

4. Dengan diberikan pengurangan NJKB terhadap kendaraan bermotor tahun pembuatan

2009 akan menimbulkan ketidakadilan dalam pengenaan pajak dimana kendaraan yang

lebih baru akan membayar pajak lebih kecil dibanding dengan kendaraan tahun pembuatan

2008 ke bawah, sehinga dapat menimbulkan gejolak sosial di masyarakat wajib pajak

kendaraan bermotor;

5. Saat ini pemerintah daerah secara kebijakan lokal masing-masing daerah, juga telah

memberlakukan berbagai stimulus dibidang pendapatan daerah seperti penghapusan atau

pembebasan pengenaan retribusi terhadap jenis pelayanan tertentu, pengurangan/

keringanan pengenaan BBN-KB kendaraan bekas, pemutihan BBN-KB penyerahan kedua,

dan lain-lainnya;

6. Rencana kebijakan stimulus fiskal dibidang pajak daerah berupa pengurangan NJKB untuk

meringankan beban industri otomotif kurang relevan dengan tujuh prioritas dibidang

perekonomian yang disampaikan Presiden pada Sidang Kabinet Terbatas tangggal 12

Januari 2009 yang meliputi:

a. Melakukan upaya untuk mencegah pengangguran baru atau PHK, dan langkah-langkah

penanggulangan apabila terjadi PHK;

Page 44: PERKEMBANGAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … · moneter, Bank Indonesia Ternate berperan memberikan masukan dengan menyusun dan menerbitkan suatu produk yaitu Laporan Perkembangan Ekonomi,

25  

b. Melakukan upaya dan kebijakan yang meringankan dunia usaha termasuk insentif fiskal

untuk mengamankan sektor riil;

c. Mencegah inflasi yang tidak semestinya melalui stabilisasi harga dan meningkatkan daya

beli masyarakat;

d. Menjaga daya beli masyarakat;

e. Melindungi dan membantu masyarakat miskin agar dapat mencukupi kebutuhan sehari-

hari;

f. Menjaga ketahanan pangan dan ketahanan energi sehingga dapat memenuhi

kebutuhan perekonomian tahun 2009;

g. Menjaga laju pertumbuhan ekonomi tahun 2009;

Apabila kebijakan pemberian stimulus fiskal pajak daerah diberikan sangat boleh jadi

yang akan menikmati stimulus tersebut adalah agen penjual kendaraan.

II. Biaya Pemungutan

Tanggapan terhadap kebijakan terkait dengan biaya pemungutan pajak daerah

direkomendasikan hal-hal sebagai berikut:

1. Kepada Departemen Dalam Negeri kiranya untuk dapat mempercepat proses perubahan

Kepmendagri Nomor 35 Tahun 2002 yang disempurnakan dengan Permendagri Nomor 6

Tahun 2004 tentang Pedoman Alokasi Biaya Pemungutan Pajak Daerah;

2. Sehubungan dengan telah diterbitkannya Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor

973/321/SJ tentang Penegasan Penundaan Sementara Pemberian Biaya Pemungutan Pajak

Daerah TA. 2009, peserta rapat sepakat untuk memperjelas cakupan pengertian

diantaranya:

a. Dengan keluarnya Surat Edaran ini apakah proporsi besaran alokasi yang diatur dalam

Kepmendagri Nomor 35 Tahun 2002 yang disempurnakan dengan Permendagri Nomor

6 Tahun 2004 tentang Pedoman Alokasi Biaya Pemungutan Pajak Daerah masih tetap

berlaku;

b. Yang dimaksud dengan penanggungjawab pemungutan selain Gubernur/ Wakil

Gubernur dan Bupati/ Walikota serta Wakil Bupati/ Wakil Walikota termasuk di

dalamnya adalah Sekretaris Daerah dan Pejabat lainnya yang terkait langsung;

c. Proporsi besaran untuk Kepolisian RI di tingkat daerah;

d. Alokasi biaya pemungutan atas over target dan biaya pungut yang belum direalisasikan

pada tahun 2008 yang dialokasikan pada tahun anggaran 2009 masih mengacu pada

ketentuan terdahulu.

Page 45: PERKEMBANGAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … · moneter, Bank Indonesia Ternate berperan memberikan masukan dengan menyusun dan menerbitkan suatu produk yaitu Laporan Perkembangan Ekonomi,

26  

III. Lain-Lain

Agenda lain yang dibahas dalam Rakornas Pendapatan Daerah diantaranya meliputi hal-

hal sebagai berikut:

1. Perlu diagendakan kembali pembahasan draft perubahan Instruksi Bersama (Inbers) Kapolri,

Mendagri dan Menkeu tentang Sistem Administrasi Manunggal di Bawah Satu Atap

(SAMSAT);

2. Dalam upaya optimalisasi peningkatan sumber-sumber pajak daerah khususnya dari pajak

dan retribusi daerah dimohon kepada Pemerintah untuk mendorong percepatan

pengesahan RUU pajak daerah dan retribusi daerah menjadi Undang-Undang;

3. Disarankan kepada Depkeu untuk meninjau kembali kebijakan mekanisme transfer dana

bagi hasil baik pajak maupun bukan pajak serta DAU dan DAK agar tepat waktu sehingga

lebih efektif dapat digunakan oleh pemerintah daerah. Jangan seperti saat ini dana bagi

hasil baru bisa diterima oleh daerah pada akhir bulan Desember menjelang tutupnya tahun

anggaran.

Hasil rapat ini disepakati sebagai bahan untuk disampaikan kepada Menteri Dalam

Negeri melalui Sekretaris Jendral Depdagri, Dirjen BAKD Depdagri dan untuk Menteri Keuangan

melalui Dirjen Perimbangan Keuangan Depkeu serta kepada masing-masing Gubernur/ Bupati/

Walikota se Indonesia untuk dijadikan sebagai bahan masukan dan pertimbangan dalam

pengambilan keputusan lebih lanjut.

Page 46: PERKEMBANGAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … · moneter, Bank Indonesia Ternate berperan memberikan masukan dengan menyusun dan menerbitkan suatu produk yaitu Laporan Perkembangan Ekonomi,

27 

 

BOX 2

RAPAT KERJA FORUM PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN TAHUN 2008

Pada tanggal 19 sampai dengan 20 Januari Tahun 2009 telah dilaksanakan Forum

Kerjasama Antar Pemerintahan Daerah Provinsi Kepulauan yang berlangsung di Kota Ternate,

Provinsi Maluku Utara.

Peserta Forum adalah Seluruh Gubernur se provinsi kepulauan beserta staf dan Ketua

DPRD se Provinsi Kepulauan, Bupati/Walikota se Provinsi Maluku Utara, Satuan Kerja Perangkat

Daerah Provinsi, anggota DPRD Provinsi, Perguruan Tinggi, KADINDA, serta Perwakilan Asosiasi

Swasta.

Pelaksanaan Rakor ini diawali dengan Laporan dan penjelasan teknis Gubernur Maluku

sebagai Ketua Forum Provinsi Kepulauan yang menjelaskan tentang kronologis

kehadiran/Pembentukan Forum ini serta kemajuan yang dicapai oleh Forum. Ketua Forum

mengharapkan adanya persepsi dan pola pikir yang sama dalam memahami perjuangan Forum

ini, yang berawal dari Deklarasi Ambon pada tanggal 10 Agustus 2005 lalu.

Deklarasi yang telah dibuat merupakan tonggak sejarah baru dalam rangka meletakan

dasar-dasar perjuangan untuk mewujudkan pengakuan yuridis bagi Provinsi Kepulauan yang

memiliki karakteristik yang spesifik, itulah sebabnya, pada kelanjutannya, dalam Seminar

Nasional Provinsi Kepulauan di Jakarta pada tanggal 15 Desember tahun 2005, Forum

Kerjasama merasa penting untuk melibatkan berbagai unsur baik akademisi, unsur pemerintah,

unsur LEMHANAS, unsur DPR RI dan Unsur Tokoh Masyarakat guna membicarakan dan

mendapatkan berbagai masukan terkait dengan Provinsi Kepulauan.

Kemudian pada tanggal 21 - 22 April 2006, untuk pertama kalinya, Forum Kerjasama

Provinsi Kepulauan melakukan Rapat Kerjanya di Pangkal Pinang (Provinsi Bangka Belitung).

Dalam Rapat itu, Forum berhasil merumuskan “Formula DAU Pangkal Pinang” yakni cara

menghitung DAU dengan memperhitungkan luas wilayah laut yang selama ini tidak

diperhitungkan dengan menyampaikan beberapa pertimbangan yang mendasarinya. Formula

DAU Pangkal Pinang ini kemudian telah disampaikan oleh Forum pada pertemuannya dengan

Panitia Anggaran DPR RI dan mendapat respons yang positif, setelah terlebih dahulu

menyampaikannya dalam rapat APPSI pada tanggal 22 – 24 Mei 2006 di Mataram yang

mendapat dukungan dari 33 Provinsi di Indonesia.

Dukungan atas perjuangan Forum, ternyata tidak saja berasal dari Asosiasi Pemerintah

Provinsi Seluruh Indonesia, tetapi juga dari Presiden Republik Indonesia, Bapak Susilo Bambang

Yudhoyono yang bersedia menghadiri rapat kerja kedua Forum ini di Pulau Bintan, Provinsi

Kepulauan Riau pada tanggal 5 September 2006.

Page 47: PERKEMBANGAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … · moneter, Bank Indonesia Ternate berperan memberikan masukan dengan menyusun dan menerbitkan suatu produk yaitu Laporan Perkembangan Ekonomi,

28 

 

Konfigurasi perjuangan Forum ini ke depan terus dirasakan peningkatannya dari waktu

ke waktu. Dalam Rapat Kerja ketiga di Kota Manado, Provinsi Sulawesi Utara, dari tanggal 14

hingga 16 Juni 2007 lalu, Forum Kerjasama Provinsi Kepulauan berhasil menetapkan

“Kesepakatan Manado” yang berisikan antara lain :

Rapat kerja Forum di Manado dalam pengamatan tentang UU No 32 tahun 2004 menyoroti

tentang masalah luas wilayah sebagaimana diatur dalam pasal 18 UU No 32 Tahun 2004.

Batas wilayah sebagaimana dimaksud dalam pasal tersebut untuk provinsi kepulauan

mestinya diukur berdasarkan Garis pangkal lurus kepulauan, agar sinkron dengan bunyi

penjelasan pasal 4 ayat (2) UU No 32 Tahun 2004 yang antara lain menyebutkan bahwa:

“batas daerah dan cakupan wilayah harus didasarkan pada prinsip Negara

Kepulauan”.

Perhitungan 25% menurut Forum Provinsi Kepulauan, belum dapat mencerminkan

kebutuhan akan penyedian sarana dan prasarana persatuan wilayah sebagaimana yang

tercantum dalam penjelasan pasal 28 ayat (2) UU No 33 Tahun 2004. Sarana dan prasarana

pada wilayah kepulauan membutuhkan pembiayaan yang sangat tinggi. Oleh sebab itu

Kesepakatan Manado mengharapkan agar angka 25 % dapat dinaikan menjadi 50% yang

dihitung dari luas wilayah berdasarkan UU Pembentukan tiap Provinsi.

Prosentasi yang diberikan pada indikator luas wilayah adalah sebesar 15%, dirasakan belum

mencerminkan asas keseimbangan untuk itu “Kesepakatan Manado” mengusulkan agar

Prosentase luas wilayah, kiranya dapat dinaikan, menjadi 20 % yang 5 % nya diambil dari

prosentase jumlah penduduk.

Pasal 28 UU No 33 tahun 2004 menyebutkan antara lain: “Bahwa kebutuhan fiskal daerah

merupakan kebutuhan pendanaan Daerah untuk melaksanakan fungsi layanan dasar umum

yang diukur secara berturut-turut dengan Jumlah Penduduk, Luas Wilayah, Indeks

Kemahalan Konstruksi, Produk Domestik Regional Bruto perkapita dan Indeks Pembangunan

Manusia”

Gubernur Maluku selaku Ketua Forum juga memberikan masukan dalam Rapat Kerja ke

empat di Ternate, Provinsi Maluku Utara, atas pergantian nama ‘Forum’ ke ‘Badan

Kerjasama’ Provinsi Kepulauan dan ini disambut baik oleh seluruh peserta Rakor Forum

Kerjasama Provinsi Kepulauan. Alasan Gubernur Maluku selaku Ketua Forum merubah nama

ini karena, nama ‘Forum’ cenderung diartikan secara negatif sebagai sebuah Forum Aksi yang

bersifat politis. Padahal ‘Forum’ ini hanyalah sebuah wadah konsultatif antar Pemerintah Daerah

di Tujuh Provinsi Kepulauan.

Selain itu, Undang-undang No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah

mengharuskan penggunaan istilah ‘Badan’ bagi Provinsi-provinsi yang ingin melakukan

Page 48: PERKEMBANGAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … · moneter, Bank Indonesia Ternate berperan memberikan masukan dengan menyusun dan menerbitkan suatu produk yaitu Laporan Perkembangan Ekonomi,

29 

 

kerjasama. Ini penting sebab Badan Kerjasama lebih operasional untuk mewujudkan kerjasama

pembangunan di semua bidang dengan tetap mengikuti prinsip-prinsip dasar yang telah di

tetapkan dalam Deklarasi Ambon tanggal 10 Agustus tahun 2005 lalu guna membentuk

paradigma pembangunan yang berwawasan kepulauan.

Dalam diskusi teknis maupun mendengar sambutan Gubernur Maluku Utara dan

penjelasan teknis Gubernur Maluku selaku Ketua Forum Kerjasama antar Pemerintahan Daerah

Provinsi Kepulauan, Panel Diskusi tentang sistem pembangunan kepulauan dalam konteks

pembangunan nasional, mendengar pemaparan ilmiah tentang sistem pembangunan provinsi

kepulauan oleh staf ahli Bappenas, 3 orang panelis dalam panel diskusi tentang sistem

pembangunan procinsi kepulauan dari Departemen Kelautan dan Perikanan, Departemen

Dalam Negeri dan Gubernur Kepulauan Riau, saran dan pendapat dari anggota forum serta

memperhatikan hasil rapat tim teknis Provinsi Kepulauan melahirkan beberapa rekomendasi

sebagai berikut :

1) Perlu segera mengusulkan kepada Pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat Republik

Indonesia untuk segera mengadakan perubahan terhadap UU Nomor 32 Tahun 2004

tentang Pemerintahan Daerah, UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan

Pusat dan Daerah, dan UU Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil,

karena ketiga UU tersebut belum sesuai dengan keinginan pasal 25A UUD 1945.

2) Memintakan agar Forum/Badan melakukan pendekatan kerjasama dengan anggota Dewan

Perwakilan Daerah dari masing-masing Provinsi dan Dewan Perwakilan Rakyat Republik

Indonesia yang berasal dari daerah pemilihan pada masing-masing Provinsi untuk

mendukung ide dimaksud pada butir 1di atas.

3) Menetapkan rumput laut sebagai komoditas unggulan yang akan dikembangkan diketujuh

Provinsi yang tergabung dalam Forum/Badan Kerjasama Antar Pemerintahan Daerah Provinsi

Kepulauan, demi peningkatan pendapatan Negara dan Masyarakat.

4) Agar Badan Kerjasama Antar Pemerintahan Daerah Provinsi Kepulauan turut perpartisipasi

aktif dalam W.O.C dan TAIP Tahun 2009

Selain rekomendasi yang dihasilkan dalam Rakor tersebut juga menghasilkan deklarasi

yang diberi nama “Kesepakatan Ternate” atas dasar penelusuran tapak-tapak sejarah

perjalanan Forum Kerjasama Antar Pemerintahan Daerah Provinsi Kepulauan, sejak

dideklarasikan pada tanggal 10 Agustus 2005 yang ditandatangani oleh Gubernur dan Ketua

DPRD se-Provinsi Kepulauan, dengan urut-urutan deklarasi sebagai berikut :

1) Forum Kerjasama Antar Pemerintahan Daerah yang dibentuk berdasarkan Deklarasi Ambon

tanggal sepuluh Agustus Tahun dua ribu lima di Kota Ambon telah mampu meletakan dasar

– dasar perjuangan untuk mewujudkan pengakuan yuridis bagi Provinsi Kepulauan yang

Page 49: PERKEMBANGAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … · moneter, Bank Indonesia Ternate berperan memberikan masukan dengan menyusun dan menerbitkan suatu produk yaitu Laporan Perkembangan Ekonomi,

30 

 

memiliki karakeristik yang spesifik sehingga telah mendapatkan pengakuan dari pemerintah

walaupun belum sepenuhnya.

2) Bahwa nama “Forum” yang dipakai oleh tujuh Provinsi ini yang merupakan wadah kerjasama

antar Pemerintah Daerah dari tujuh Provinsi ini cenderung diartikan secara negatif sebagai

sebuah Forum Aksi yang bersifat politis, padahal Forum ini hanyalah sebuah wadah

Konsultatif antar Pemerintah Daerah di ketujuh Provinsi dimaksud, sehingga perlu dirubah

namanya menjadi “Badan Kerjasama Antar Pemerintah Daerah Provinsi Kepulauan”.

3) Bahwa Undang – Undang No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menggunakan

istilah Badan bagi Provinsi – Provinsi yang ingin melakukan kerjasama.

4) Bahwa penggunaan istilah Badan Kerjasama, adalah lebih operasional untuk mewujudkan

kerjasama pembangunan disemua bidang antar ketujuh provinsi tersebut yang memiliki

karekeristik yang sama bagi terwujudnya kesejahteraan rakyat di provinsi kepulauan

5) Bahwa Badan Kerjasama ini tetap mengikuti prinsip – prinsip dasar yang telah di tetapkan

dalam Deklarasi Ambon tanggal sepuluh Agustus tahun 2005, dan menjiwai seluruh aktifitas

Badan Kerjasama ini.

Berdasarkan pertimbangan – pertimbangan tersebut diatas maka para Gubernur dan

Ketua DPRD dari tujuh Provinsi Kepulauan yang semula tergabung dalam Forum Kerjasama

antar Pemerintah Daerah Provinsi Kepulauan bersepakat untuk :

1) Merubah nama Forum Kerjasama antar Pemerintahan Daerah Provinsi Kepulauan menjadi

Badan Kerjasama Antar Pemerintah Daerah Provinsi Kepulauan sejak hari ini Selasa tanggal

dua puluh Januari Tahun dua ribu Sembilan

2) Badan Kerjasama ini akan dipimpin oleh Ketua, Wakil Ketua dan Sekretaris Badan yang

dipilih bersama dari dan oleh Anggota Badan, dan untuk pertama kali sejak pembentukan

Badan ini Pimpinan Forum Kerjasama Antar Pemerintah Daerah Provinsi Kepulauan tetap

dipercayakan memimpin Badan ini sampai dengan berakhir masa jabatannya pada tahun

duaribu sepuluh.

3) Pimpinan Badan Kerjasama dengan dibantu oleh Tim Teknis akan menyusun Anggaran Dasar

dan Anggaran Rumah Tangga Badan selambat – lambatnya enam bulan setelah Badan ini

dibentuk, dan rancangan dimaksud akan dibahas dan ditetapkan pada Rapat Badan

Kerjasama Antar Pemerintah Daerah Provisi Kepulauan tahun 2009.

Page 50: PERKEMBANGAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … · moneter, Bank Indonesia Ternate berperan memberikan masukan dengan menyusun dan menerbitkan suatu produk yaitu Laporan Perkembangan Ekonomi,

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

31

Perkembangan Inflasi Regional

2.1 Gambaran Umum

Tingkat inflasi di Ternate pada Triwulan I-2009 mengalami peningkatan

dibandingkan dengan Triwulan IV-2008 (q-t-q), namun menurun apabila

dibandingkan terhadap periode yang sama tahun 2008 (y-o-y). Secara

triwulanan inflasi di Ternate tercatat sebesar 1,25%, sedangkan pada triwulan

sebelumnya Kota Ternate justru mengalami deflasi sebesar 0,92%. Secara tahunan

inflasi yang terjadi di Kota Ternate pada triwulan I-2009 sebesar 7,64%, lebih

rendah jika dibandingkan dengan tingkat harga pada triwulan sebelumnya yang

mencapai 11,25%. Kelompok bahan makanan mendominasi pergerakan inflasi

pada periode laporan dengan komoditas utama yang mengalami kenaikan harga

adalah cakalang, bawang merah, ikan lolosi, kangkung, ikan kembung, ikan

malalugis, cabe rawit, ikan tude, ikan tongkol, ikan ekor kuning, sawi hijau, kacang

panjang, bayam, minyak goreng, tauge, nangka muda, terong panjang dan bawang

putih

Grafik 2.1

Perkembangan harga di Maluku Utara

Sumber: Disperindag provinsi

Bab II

-

10,000

20,000

30,000

40,000

50,000

60,000

Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar

2008 2009Bahan Pokok Pertanian Perkebunan Bahan Bangunan BBM

Page 51: PERKEMBANGAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … · moneter, Bank Indonesia Ternate berperan memberikan masukan dengan menyusun dan menerbitkan suatu produk yaitu Laporan Perkembangan Ekonomi,

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

32

Jika dibandingkan dengan nasional tingkat harga yang terjadi dikota

Ternate secara triwulanan lebih tinggi namun sedikit lebih rendah bila

dibandingkan secara tahunan. Secara triwulanan inflasi yang terjadi di ternate

adalah 1,25% sedangkan inflasi yang terjadi secara nasional adalah 0,34%. Jika

dibandingkan dengan wilayah-wilayah SULAMPUA, Mamuju merupakan provinsi

yang mengalami deflasi tertinggi hingga mencapai 0,35% dan diikuti oleh Jayapura

yang mengalami penurunan tingkat harga sebesar 0,06%. Daerah-daerah yang

tingkat inflasinya diatas nasional adalah Manokwari (3,52%), Kendari (2,99%),

Gorontalo (2,33%), Ambon (2,26%), Watampone (2,14%), Palu (1,78%), Ternate

(1,25%), Manado (1,18%), Palopo (1,14%), Makassar (0,84%), Sorong (0,77%)

dan Parepare (0,40%). Jika dibandingkan secara tahunan, inflasi di Ternate adalah

7,64%, sedikit lebih rendah jika dibandingkan dengan inflasi nasional pada periode

yang sama yaitu sebesar 7,92%. Inflasi di Sorong merupakan yang tertinggi di

wilayah SULAMPUA, yang mencapai 21,59%, lalu Manokwari yang mencapai

19,93%.

Grafik 2.2

Perbandingan Inflasi Triwulanan (q-t-q)

Page 52: PERKEMBANGAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … · moneter, Bank Indonesia Ternate berperan memberikan masukan dengan menyusun dan menerbitkan suatu produk yaitu Laporan Perkembangan Ekonomi,

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

33

Grafik 2.3

Perbandingan Inflasi Tahunan (y-o-y)

2.2 Inflasi Berdasarkan Kelompok

2.2.1 Inflasi Triwulanan (q-t-q)

Inflasi tertinggi pada triwulan ini terjadi pada kelompok bahan makanan

(3,73%). Sub kelompok yang mengalami inflasi tertinggi pada kelompok ini adalah

ikan segar dan bumbu-bumbuan yang inflasinya mencapai 11,41% dan 8,33%.

Penurunan tingkat harga (deflasi) terjadi pada kelompok transpor,

komunikasi, dan jasa keuangan dengan nilai mencapai 4,00%. Meskipun

mengalami deflasi namun hanya ada satu sub kelompok yang mengalami

penurunan, yaitu pada biaya tempat tinggal sebesar minus 6,71% sedangkan sub

kelompok lainnya mengalami inflasi.

Secara umum inflasi yang terjadi pada kelompok bahan makanan sebesar 3,73%

mengalami kenaikan yang cukup besar jika dibandingkan dengan tingkat harga

kelompok ini pada triwulan sebelumnya yang justru mengalami deflasi sebesar

3,43%. Hal ini terutama disebabkan oleh kenaikan harga pada sub kelompok ikan

segar dan bumbu-bumbuan. Harga ikan segar yang mengalami kenaikan yaitu

cakalang, lolosi, kembung, malalugis, tude dan ekor kuning. Sedangkan untuk

bumbu-bumbuan, komoditas yang mengalami kenaikan harga adalah bawang

merah, bawang putih dan cabe rawit. Kondisi ini tercermin dari penurunan kinerja

di sub sektor angkutan laut yang merupakan jalur distribusi utama bahan makanan

dari wilayah lain seperti Surabaya dan Manado.

Page 53: PERKEMBANGAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … · moneter, Bank Indonesia Ternate berperan memberikan masukan dengan menyusun dan menerbitkan suatu produk yaitu Laporan Perkembangan Ekonomi,

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

34

Tabel 2.1 Inflasi Sub Kelompok Bahan Makanan Triwulan IV-2008 (q-t-q)

Sub Kelompok Bahan Makanan Inflasi

Padi-padian, Umbi-umbian dan Hasilnya -0,12%

Daging dan Hasil-hasilnya -4,00%

Ikan Segar 11,41%

Ikan Diawetkan -15,84%

Telur, Susu dan Hasil-hasilnya 1,20%

Sayur-sayuran 3,60%

Kacang – kacangan 3,43%

Buah – buahan -2,34%

Bumbu – bumbuan 8,33%

Lemak dan Minyak -1,82%

Bahan Makanan Lainnya 1,25% Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara

Kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau mengalami inflasi sebesar

2,07% lebih tinggi jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mencapai

0,53%. Inflasi tertinggi terjadi pada sub kelompok minuman yang tidak beralkohol

sebesar 9,97%, sedangkan pergerakan harga pada sub kelompok tembakau dan

minuman beralkohol relatif stabil. Komoditas penyumbang inflasi pada sub

kelompok minuman yang tidak beralkohol adalah minuman kesegaran, minuman

ringan dan teh. Sedangkan komoditas yang mengalami kenaikan harga pada sub

kelompok makanan jadi adalah kue kering, gula pasir, roti manis dan kacang kulit.

Kenikan tingkat harga pada kelompok ini sejalan dengan peningkatan konsumsi

masyarakat pada triwulan laporan serta peningkatan yang terjadi pada sub

kelompok industri tanpa migas, terutama makanan, minuman dan tembakau.

Tabel 2.2

Inflasi Sub Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau Triwulan IV-2008 (q-t-q)

Sub Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau Inflasi

Makanan Jadi 1,15%

Minuman yang Tidak Beralkohol 9,97%

Tembakau dan Minuman Beralkohol 0,00% Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara

Page 54: PERKEMBANGAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … · moneter, Bank Indonesia Ternate berperan memberikan masukan dengan menyusun dan menerbitkan suatu produk yaitu Laporan Perkembangan Ekonomi,

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

35

Kelompok perumahan, listrik, air, gas dan bahan bakar mengalami inflasi 1,48%

mengalami peningkatan dibandingkan periode sebelumnya yang mengalami deflasi

sebesar 0,14%. Inflasi tertinggi terjadi pada sub kelompok penyelenggaraan rumah

tangga sebesar 2,12% sedangkan sub kelompok yang mengalami inflasi terendah

adalah sub kelompok bahan bakar, penerangan dan air sebesar 0,06%. Komoditas

penyumbang inflasi utama pada kelompok ini diantaranya adalah lemari pakaian,

kompor, mesin cuci dan air conditioner (AC) yang termasuk dalam sub kelompok

perlengkapan rumah tangga, lalu sabun detergen bubuk yang merupakan bagian

sub kelompok penyelenggaraan rumah tangga dan komoditas lilin yang merupakan

bagian dari sub kelompok bahan bakar, penerangan dan air.

Tabel 2.3 Inflasi Sub Kelompok Perumahan, Listrik, Air, Gas dan Bahan Bakar

Triwulan IV-2008 (q-t-q)

Sub Kelompok Perumahan, Listrik, Air, Gas & BB Inflasi

Biaya Tempat Tinggal 1,86%

Bahan Bakar, Penerangan dan Air 0,06%

Perlengkapan Rumahtangga 1,40%

Penyelenggaraan Rumahtangga 2,12% Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara

Kelompok sandang mengalami inflasi sebesar 2,59% sedikit lebih tinggi jika

dibandingkan dengan inflasi pada triwulan sebelumnya yaitu sebesar 2,54%. Hal ini

terjadi karena peningkatan harga pada sub kelompok barang pribadi dan sandang

lain yang mencapai 12,43%, dimana inflasi pada triwulan sebelumnya adalah -

9,64%. Komoditas yang mengalami kenaikan harga pada sub kelompok ini

diantaranya emas perhiasan, payung dan semir sepatu. Dari sub kelompok sandang

wanita komoditas yang mengalami kenaikan harga diantaranya adalah blus,

sedangkan pada sub kelompok sandang anak-anak yang mengalami kenaikan harga

adalah gaun anak. Peningkatan harga pada kelompok ini searah dengan

peningkatan kinerja pada sub sektor perdagangan.

Page 55: PERKEMBANGAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … · moneter, Bank Indonesia Ternate berperan memberikan masukan dengan menyusun dan menerbitkan suatu produk yaitu Laporan Perkembangan Ekonomi,

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

36

Tabel 2.4 Inflasi Sub Kelompok Sandang, Air, Gas dan Bahan Bakar

Triwulan IV-2008 (q-t-q)

Sub Kelompok Sandang Inflasi

Sandang Laki-laki -0,01%

Sandang Wanita 0,07%

Sandang Anak-anak 0,75%

Barang Pribadi dan Sandang Lain 12,43%Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara

Kelompok kesehatan mengalami inflasi sebesar 0,95% lebih rendah jika

dibandingkan dengan inflasi pada triwulan sebelumnya yang sebesar 2,01%. Inflasi

tertinggi terjadi pada sub kelompok obat-obatan yang inflasinya mencapai 2,60%

lebih tinggi jika dibandingkan dengan inflasi triwulan sebelumnya yang sebesar

minus 0,57% dimana kenaikan ini terjadi karena kenaikan harga pada komoditas

vitamin, alat kontrasepsi, obat sakit kepala dan obat flu. Adapun sub kelompok jasa

perawatan jasmani pergerakannya relatif stabil. Perlambatan tingkat inflasi ini

diduga dipicu oleh pelaksanaan pengobatan dan khitanan gratis yang

diselenggarakan oleh beberapa rumah sakit yang ada di kota Ternate.

Tabel 2.5 Inflasi Sub Kelompok Kesehatan Triwulan IV-2008 (q-t-q)

Sub Kelompok Kesehatan Inflasi

Jasa Kesehatan 1,06%

Obat-obatan 2,60%

Jasa Perawatan Jasmani 0,00%

Perawatan Jasmani dan Kosmetika 0,22% Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara

Kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga pada triwulan laporan mengalami

deflasi sebesar 0,07% setelah pada periode sebelumnya mengalami inflasi sebesar

0,86%. Hal ini terjadi karena tidak adanya kenaikan harga pada sub kelompok

pendidikan dan kursus-kursus/ pelatihan disamping rendahnya inflasi yang terjadi

pada sub kelompok lainnya. Kondisi ini diperkirakan karena sebagian besar

masyarakat yang memiliki anak usia sekolah (kelas 6 SD, 3 SLTP dan 3 SMU) telah

Page 56: PERKEMBANGAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … · moneter, Bank Indonesia Ternate berperan memberikan masukan dengan menyusun dan menerbitkan suatu produk yaitu Laporan Perkembangan Ekonomi,

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

37

mengikutsertakan putra-putri mereka pada lembaga bimbingan belajar beberapa

periode sebelumnya (6 bulan atau 12 bulan yang sebelum masa ujian nasional).

Tabel 2.6

Inflasi Sub Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga Triwulan IV-2008 (q-t-q)

Sub Kelompok Pendidikan, Rekreasi & Olah Raga Inflasi

Pendidikan 0,00%

Kursus-kursus / Pelatihan 0,00%

Perlengkapan / Peralatan Pendidikan 0,24%

Rekreasi -0,35%

Olahraga 0,37% Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara

Kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan mengalami deflasi sebesar

minus 4,00%, dimana pada triwulan sebelumnya inflasi tercatat sebesar minus

1,60%. Hal ini terutama disebabkan karena perlambatan pada sub kelompok

transpor yang mencapai minus 6,71%. Perluasan jaringan komunikasi serta perang

tarif yang masih terus berlanjut antar operator telekomunikasi diperkirakan menjadi

pemicu utama penurunan harga tersebut.

Tabel 2.7 Inflasi Sub Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan

Triwulan IV-2008 (q-t-q)

Sub Kelompok Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan Inflasi

Transpor -6,71%

Komunikasi Dan Pengiriman 2,77%

Sarana dan Penunjang Transpor 0,33%

Jasa Keuangan 0,00% Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara

2.2.2 Inflasi Tahunan (y-o-y)

Jika dilihat secara tahunan inflasi tertinggi terjadi pada kelompok

pendidikan, rekreasi dan olahraga (14,50%) disusul kelompok bahan

makanan (12,59%). Satu-satunya kelompok yang mengalami deflasi adalah

kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan sebesar 0,35%. Pendidikan

Page 57: PERKEMBANGAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … · moneter, Bank Indonesia Ternate berperan memberikan masukan dengan menyusun dan menerbitkan suatu produk yaitu Laporan Perkembangan Ekonomi,

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

38

merupakan sub kelompok yang mengalami inflasi tertinggi yaitu sebesar 24,02%

diikuti sub kelompok ikan segar yang inflasinya mencapai mencapai 26,93%.

Jika dilihat secara tahunan (y-o-y), inflasi kelompok bahan makanan pada triwulan I

tahun 2009 adalah sebesar 12,59%. Angka ini lebih kecil jika dibandingkan dengan

triwulan sebelumnya yang mencapai 17,37%. Inflasi tertinggi terjadi pada sub

kelompok ikan segar yang inflasinya mencapai 26,93%, dimana pada triwulan

sebelumnya inflasi tercatat sebesar 24,92%. Perlambatan inflasi terjadi pada sub

kelompok lemak dan minyak dengan inflasi sebesar minus 13,50% dimana inflasi

pada periode sebelumnya tercatat sebesar 9,13%. Tingginya inflasi pada sub

kelompok ikan segar dikonfirmasikan dengan kelangkaan ikan di pasaran domestik

dan menurunnya hasil tangkapan oleh nelayan di daerah. Kegiatan perdagangan

ikan di laut lepas yang sering dilakukan oleh nelayan dari daerah lain serta sebagian

hasil tangkapan yang dijual ke daerah lain atau di ekspor turut mendongkrang

harga ikan segar di daerah.

Tabel 2.8

Inflasi Sub Kelompok Bahan Makanan Triwulan IV-2008 (y-o-y)

Sub Kelompok Bahan Makanan Inflasi

Padi-padian, Umbi-umbian dan Hasilnya 0,40%

Daging dan Hasil-hasilnya 16,33%

Ikan Segar 26,93%

Ikan Diawetkan 10,63%

Telur, Susu dan Hasil-hasilnya 11,26%

Sayur-sayuran 20,72%

Kacang – kacangan 16,49%

Buah – buahan 12,65%

Bumbu – bumbuan 8,97%

Lemak dan Minyak -13,50%

Bahan Makanan Lainnya 2,78% Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara

Inflasi tahunan yang terjadi pada kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan

tembakau adalah sebesar 9,31% sedikit lebih rendah jika dibandingkan dengan

triwulan sebelumnya yaitu sebesar 9,76%. Inflasi tertinggi terjadi pada sub

Page 58: PERKEMBANGAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … · moneter, Bank Indonesia Ternate berperan memberikan masukan dengan menyusun dan menerbitkan suatu produk yaitu Laporan Perkembangan Ekonomi,

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

39

kelompok minuman yang tidak beralkohol dengan inflasi sebesar 10,40% dimana

inflasi yang terjadi pada triwulan sebelumnya adalah 2,39%.

Tabel 2.9 Inflasi Sub Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau

Triwulan IV-2008 (y-o-y)

Sub Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau Inflasi

Makanan Jadi 9,68%

Minuman yang Tidak Beralkohol 10,40%

Tembakau dan Minuman Beralkohol 8,23% Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara

Kelompok perumahan, listrik, air, gas dan bahan bakar mengalami inflasi sebesar -

6,05% lebih rendah jika dibandingkan dengan inflasi pada triwulan sebelumnya

yang mencapai 12,32%. Inflasi tertinggi terjadi pada sub kelompok

penyelenggaraan rumah tangga yaitu 12,69%, sedikit lebih tinggi jika dibandingkan

dengan inflasi yang terjadi pada triwulan sebelumnya yang sebesar 12,47%.

Perbaikan beberapa pembangkit listrik yang telah memasuki tahap penyelesaian

diperkirakan turut mempengaruhi tingkat inflasi pada kelompok ini.

Tabel 2.10 Inflasi Sub Kelompok Perumahan, Listrik, Air, Gas dan Bahan Bakar

Triwulan IV-2008 (y-o-y)

Sub KelompokPerumahan, Listrik, Air, Gas & BB Inflasi

Biaya Tempat Tinggal 4,95%

Bahan Bakar, Penerangan dan Air 8,16%

Perlengkapan Rumahtangga 5,69%

Penyelenggaraan Rumahtangga 12,69% Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara

Kelompok sandang mengalami inflasi sebesar 8,06% lebih tinggi jika dibandingkan

dengan inflasi pada triwulan sebelumnya yaitu sebesar 6,82%. Inflasi tertinggi

terjadi pada sub kelompok barang pribadi dan sandang lain dimana inflasi yang

terjadi pada triwulan sebelumnya adalah 12,59%.

Page 59: PERKEMBANGAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … · moneter, Bank Indonesia Ternate berperan memberikan masukan dengan menyusun dan menerbitkan suatu produk yaitu Laporan Perkembangan Ekonomi,

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

40

Tabel 2.11 Inflasi Sub Kelompok Sandang, Air, Gas dan Bahan Bakar

Triwulan IV-2008 (y-o-y)

Sub Kelompok Sandang Inflasi

Sandang Laki-laki 2,98%

Sandang Wanita 8,26%

Sandang Anak-anak 5,34%

Barang Pribadi dan Sandang Lain 19,81%Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara

Kelompok kesehatan mengalami inflasi sebesar 3,55% lebih tinggi jika

dibandingkan dengan inflasi pada triwulan sebelumnya yaitu sebesar 3,07%. Inflasi

tertinggi terjadi pada sub kelompok perawatan jasmani dan kosmetika yang

inflasinya mencapai 7,05% sedikit lebih tinggi jika dibandingkan dengan inflasi

triwulan sebelumnya yang sebesar 7,17%. Perlambatan inflasi terjadi pada sub

kelompok jasa perawatan jasmani.

Tabel 2.12 Inflasi Sub Kelompok Kesehatan Triwulan IV-2008 (y-o-y)

Sub Kelompok Kesehatan Inflasi

Jasa Kesehatan 2,19%

Obat-obatan 0,85%

Jasa Perawatan Jasmani -1,13%

Perawatan Jasmani dan Kosmetika 7,05% Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara

Kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga mencapai inflasi sebesar 14,50% lebih

tinggi jika dibandingkan dengan inflasi pada triwulan sebelumnya yang mencapai

13,90%. Inflasi tertinggi terjadi pada sub kelompok pendidikan yang mencapai

24,02%, dimana angka ini sama dengan inflasi yang terjadi pada triwulan

sebelumnya.

Page 60: PERKEMBANGAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … · moneter, Bank Indonesia Ternate berperan memberikan masukan dengan menyusun dan menerbitkan suatu produk yaitu Laporan Perkembangan Ekonomi,

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

41

Tabel 2.13 Inflasi Sub Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga

Triwulan IV-2008 (y-o-y)

Sub Kelompok Pendidikan, Rekreasi & Olah Raga Inflasi

Pendidikan 24,02%

Kursus-kursus / Pelatihan 7,01%

Perlengkapan / Peralatan Pendidikan 6,64%

Rekreasi 4,75%

Olahraga 1,64% Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara

Kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan mengalami perlambatan

inflasi sebesar minus 0,35%, dimana pada triwulan sebelumnya inflasi tercatat

sebesar 4,32%. Inflasi tertinggi dialami oleh sub kelompok transpor dimana pada

triwulan sebelumnya inflasi tercatat sebesar 12,64%. Perlambatan terjadi pada sub

kelompok komunikasi dan pengiriman.

Tabel 2.14

Inflasi Sub Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan Triwulan IV-2008 (q-t-q)

Sub Kelompok Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan Inflasi

Transpor 4,88%

Komunikasi Dan Pengiriman -11,97%

Sarana dan Penunjang Transpor 1,42%

Jasa Keuangan 2,55% Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara

Page 61: PERKEMBANGAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … · moneter, Bank Indonesia Ternate berperan memberikan masukan dengan menyusun dan menerbitkan suatu produk yaitu Laporan Perkembangan Ekonomi,

Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara

42

Perkembangan Perbankan Daerah

Pertumbuhan ekonomi yang terjadi di daerah Maluku Utara sebesar

4,98% (y-o-y) atau sebesar 0,79% (q-t-q) pada Triwulan I-2009 turut

didukung oleh perkembangan perbankan. Kinerja perbankan daerah secara

umum menunjukkan pertumbuhan yang cukup menggembirakan terutama dalam

hal DPK dan penyaluran kredit (kegiatan intermediasi perbankan). Kepemilikan aset

perbankan mengalami penurunan secara triwulanan namun tetap menunjukkan

peningkatan bila dibandingkan secara tahunan. Perkembangan penyaluran kredit

oleh perbankan juga diiringi dengan semakin membaiknya kualitas pendanaan yang

dilakukan secara triwulanan meskipun secara tahunan mengalami sedikit

peningkatan.

Penyelesaian transaksi tunai melalui perbankan di wilayah Maluku

Utara juga menunjukkan kualitas transaksi yang cukup baik. Hal ini tercermin

dari tidak adanya laporan/temuan transaksi ekonomi yang menggunakan uang

palsu di wilayah Maluku Utara sejak tahun 2006. Penemuan penyelesaian transaksi

tunai dengan menggunakan uang palsu terakhir kali ditemukan di Provinsi Maluku

Utara pada tahun 2005.

3.1 Perkembangan Perbankan

Pada Triwulan I-2009, kegiatan intermediasi perbankan di daerah

Maluku Utara terus menunjukkan peningkatan. Peningkatan penyaluran kredit

melebihi peningkatan penghimpunan dana dari masyarakat tercermin dari

peningkatan LDR perbankan pada triwulan laporan.

Pada triwulan I-2009, terjadi penambahan kantor bank umum yang

beroperasi di Maluku Utara. Data yang dimiliki oleh Bank Indonesia Ternate

menunjukkan bahwa sampai dengan Bulan Maret 2009 terdapat 10 (sembilan) bank

umum (konvensional dan syariah) dan 1 (satu) bank BPR yang beroperasi. Dari

seluruh Bank yang ada di Maluku Utara, pelayanan kepada nasabah dilakukan oleh

perbankan melalui 38 kantor bank umum termasuk BRI Unit dan 1 BPR, serta

Bab III

Page 62: PERKEMBANGAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … · moneter, Bank Indonesia Ternate berperan memberikan masukan dengan menyusun dan menerbitkan suatu produk yaitu Laporan Perkembangan Ekonomi,

Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara

43

beberapa ATM dan payment point yang masih terpusat kota Ternate, Kota Tidore

Kepulauan dan Kabupaten Halmahera Utara.

Dari 10 Bank umum yang beroperasi di Maluku Utara, sebanyak 69,23%

kantor cabang bank beroperasi di wilayah kota Ternate, sehingga perkembangan

keuangan/perekonomian masih didominasi di Kota Ternate. Kondisi trersebut tidak

terlepas dari pusat pemerintahan yang sampai saat ini masih berada di wilayah

Ternate meskipun ibukota definitif Maluku Utara yaitu Sofifi sudah mulai berbenah

menjadi ibukota secara riil disamping persebaran penduduk Maluku Utara yang juga

terpusat di kota Ternate. Penambahan kantor bank pada periode laporan dengan

status kantor cabang pembantu terletak di wilayah Ternate. Sementara satu BPR

masih menjalani proses perizinan dari Bank Indonesia.

a. Perkembangan Aset Bank Umum

Total asset bank umum di ilayah kerja Bank Indonesia Ternate1 pada

akhir Triwulan I-2009 tercatat sebesar Rp3,01 triliun. Nilai tersebut mengalami

penurunan sebesar minus 0,93% (q-t-q) bila dibandingkan dengan kondisi pada

akhir tahun 2008. Namun bila dibandingkan dengan nilai asset perbankan pada

periode yang sama tahun 2008 maka terjadi peningkatan sebesar 9,86% (y-o-y).

Pada triwulan laporan, bank pemerintah masih memegang peran dominan

dalam penguasaan asset keseluruhan perbankan yang ada di Maluku Utara.

Kepemilikan asset oleh bank pemerintah mencapai 86,75% atau mengalami

penurunan bila dibandingkan dengan penguasaan asset oleh bank berpelat merah

pada periode sebelumnya yang tercatat sebesar87,01%. Dengan demikian bank

swasta nasional menguasai asset perbankan sebesar 13,25% pada triwulan laporan.

Penurunan penguasaan asset oleh bank pemerintah diduga sebagai konsekuensi

logis akibat bertambahnya jumlah bank swasta di wilayah Maluku Utara. Pada

triwulan laporan, jumlah perbankan milik pemerintah (pusat dan daerah) di Maluku

Utara mengalami penurunan dari 55,56% pada triwulan sebelumnya menjadi 50%.

Meskipun perbandingan jumlah bank swasta dan pemerintah telah berimbang pada

triwulan laporan, nilai kapitalisasi perbankan berplat merah tersebut lebih besar dan

kuat bila dibandingkan dengan perbankan swasta yang ada.

Page 63: PERKEMBANGAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … · moneter, Bank Indonesia Ternate berperan memberikan masukan dengan menyusun dan menerbitkan suatu produk yaitu Laporan Perkembangan Ekonomi,

Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara

44

Grafik 3.1

Perkembangan Aset Perbankan Maluku Utara

0500

100015002000250030003500

I II III IV I

2008 2009

Bank Pemerintah Bank Swasta

Rp miliar

Secara tahunan, bank pemerintah mengalami pertumbuhan aset sebesar

6,61% (y-o-y) sedangkan bank swasta nasional secara tahunan mengalami kenaikan

kepemilikan asset perbankan sebesar 37,21% (y-o-y).

Penyebaran asset bank umum masih didominasi di Kota Ternate dengan

porsi aset sebesar 75,13%, diikuti oleh Halmahera Tengah sebesar 14,25%

sedangkan sisanya terdapat didaerah lain di daerah Maluku Utara. Sebaran

kepemilikan asset tersebut sejalan dengan kegiatan ekonomi masyarakat yang

terkonsentrasi di Kota Ternate. Seiring dengan pelaksanaan pemekaran daerah serta

pemindahan aktivitas pemerintahan baik dalam level provinsi maupun

Kabupaten/kota diharapkan akan memicu ekspansi/penyebaran jasa perbankan

yang lebih merata. Dengan demikian sumber alternatif pembiayaan pembangunan

bagi pelaku ekonomi di daerah semakin meningkat.

Tabel 3.1

Komposisi Kepemilikan Aset Perbankan Di Maluku Utara

I II III IV I II III IV IJenis Bank 2.211,25 2.291,93 2.388,48 2.747,14 2.588,24 2.718,68 2.743,88 3.042,81 3.014,40 Bank Pemerintah 1.978,06 2.030,88 2.125,45 2.414,41 2.282,72 2.419,20 2.452,78 2.647,65 2.614,98 Bank Swasta 233,19 261,05 263,03 332,73 305,52 299,48 291,10 395,16 399,42Dati II 2.211,25 2.291,93 2.388,48 2.747,14 2.588,24 2.718,68 2.743,88 3.042,81 3.014,40 Ternate 1.682,80 1.709,77 1.738,20 2.059,03 1.921,66 2.034,40 2.022,90 2.282,24 2.264,59 Maluku Utara 243,70 252,67 290,97 240,96 269,88 267,15 274,95 329,42 320,12 Halmahera Tengah 284,76 329,49 359,31 447,14 396,70 417,13 446,04 431,15 429,70Jenis Valuta 2.211,25 2.291,93 2.388,48 2.747,14 2.588,24 2.718,68 2.743,88 3.042,81 3.014,40 Rupiah 2.139,76 2.228,84 2.347,93 2.702,60 2.524,83 2.587,87 2.641,28 3.030,36 2.947,12 Valas 71,49 63,10 40,55 44,54 63,42 130,81 102,60 12,45 67,29

2008 20092007Keterangan

1 Tidak termasuk KCP BCA karena laporan bulanannya menginduk ke KC di Manado

Page 64: PERKEMBANGAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … · moneter, Bank Indonesia Ternate berperan memberikan masukan dengan menyusun dan menerbitkan suatu produk yaitu Laporan Perkembangan Ekonomi,

Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara

45

Berdasarkan jenis valuta, aset bank umum dalam mata uang rupiah

mendominasi sekitar 97,77% aset perbankan Maluku Utara, Sedangkan aset bank

umum dalam valuta asing hanya mencapai 2,23%. Rendahnya share asset bank

dalam denominasi mata uang asingterkonfirmasi dengan penurunan tahunan asset

tersebut sebesar minus 34,42% (y-o-y) sementara asset dalam denominasi rupiah

justru mengalami kenaikan sebesar 11,58% (y-o-y). selain kegiatan perdagangan

antar Negara yang relatif rendah, penurunan asset valas tersebut dipicu oleh tidak

adanya pedagang valuta asing di wilayah Maluku Utara sampai triwulan I-2009;

belum adanya embargasi haji di Provinsi Maluku Utara serta struktur

ketenagakerjaan di Maluku Utara yang hampir tidak ada yang berprofesi sebagai

TKI.

Target pengembangan asset perbankan syariah secara nasional sebesar 5%

dari seluruh total asset perbankan pada tahun 2008 tidak bias tercapai di wilayah

kerja Bank Indonesia Ternate. Pada triwulan I-2009 kepemilikan asset perbankan

syariah di Maluku Utara baru mencapai 2,39 dari total asset bank umum di Provinsi

Maluku Utara. Salah satu faktor penyebabnya adalah sampai triwulan laporan di

wilayah Maluku Utara baru terdapat sebuah bank umum syariah, sementara bank

umum konvensional yang ada belum memiliki unit usaha syariah. Meskipun

demikian, dengan mayoritas warga beragama Islam pengembangan perbankan

syariah di wilayah Maluku Utara diperkirakan memiliki potensi yang cukup menarik

untuk dikelola dengan baik.

b. Penghimpunan Dana Bank Umum

Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dihimpun perbankan di Maluku Utara

selama Triwulan I-2009 tercatat sebesar Rp2,83 triliun atau mengalami peningkatan

sebesar 1,02% (q-t-q) dan 6,05% (y-o-y). Secara triwulanan, dana masyarakat yang

berasal dari tabungan mengalami penurunan sebesar minus 14,63%. Disisi lain giro

tercatat mengalami pertumbuhan tertinggi yaitu mencapai 25,37%.meskipun

demikian, dana tabungan masyarakat masih mendominasi sumber DPK perpankan

dengan porsi sebesar 44,35%, sementara porsi terendah berupa deposito yaitu

sebesar 20,02%. Persebaran share DPK tersebut dipengaruhi oleh tipe nasabah di

wilayah Maluku Utara yang masih didominasi oleh nasabah konvensional yang

belum memanfaatkan seluruh fasilitas yang ditawarkan oleh perbankan. Disamping

itu budaya masyarakat yang lebih menyukai pembayaran secara tunai membuat

Page 65: PERKEMBANGAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … · moneter, Bank Indonesia Ternate berperan memberikan masukan dengan menyusun dan menerbitkan suatu produk yaitu Laporan Perkembangan Ekonomi,

Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara

46

produk tabungan terlihat lebih menarik karena dapat dilakukan pengambilan

sewaktu-waktu dengan daya dukung ATM yang cukup luas.

Sedikit berbeda dengan perkembangan yang terjadi secara triwulanan,

produk giro merupakan satu-satunya produk perbankan yang mengalami

penurunan dalam upaya menarik dana dari nasabah bank. Secara tahunan giro

mengalami penurunan sebesar minus 0,82%, sedangkan pertumbuhan tertinggi

dialami oleh produk deposito perbankan sebesar 25,68%.

Grafik 3.2

Proporsi DPK Perbankan

35.63

44.35

20.02

Giro

Tabungan

Deposito

Kontribusi DPK pada triwulan laporan berdasarkan pada kelompok bank,

untuk bank pemerintah mempunyai porsi sebesar 86,02% dari total DPK,

sedangkan bank swasta nasional mempunyai porsi mencapai 13,98%. Meskipun

demikian secara perlahan-lahan kinerja bank swasta nasional di Maluku Utara

tercatat mengalami peningkatan baik secara triwulanan maupun tahunan. Secara

triwulanan DPK yang berhasil dikumpulkan olehbankswasta mengalami peningkatan

sebesar 3,64% melebihi pertumbuhan DPK perbankan pemerintah yang hanya

mengalami pertumbuhan sebesar 0,60%. Pertumbuhan DPK perbankan swasta

yang lebih impresif terlihat secara tahunan, dengan kenaikan mencapai 38,20%

sementara bank pemerintah hanya mengalami pertumbuhan sebesar 2,19%.

Page 66: PERKEMBANGAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … · moneter, Bank Indonesia Ternate berperan memberikan masukan dengan menyusun dan menerbitkan suatu produk yaitu Laporan Perkembangan Ekonomi,

Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara

47

Berdasarkan daerah penghimpunan DPK, Kota Ternate masih menjadi

penghimpun DPK perbankan terbesar dengan nilai nominal sebesar Rp2,12 trilyun

dengan share sebesar 74,93% dari seluruh DPK triwulan laporan. Share tertinggi

kedua dicatatkan oleh Kabupaten Halmahera Tengah dengan porsi 14,84%. Secara

triwulanan (q-t-q) di wilayah Kabupaten Halmahera Tengah terjadi penurunan

jumlah penghimpunan dana dari masyarakat, yaitu sebesar minus 0,7%. Sementara

pertumbuhan tertinggi terjadi di wilayah Mauku Utara diluar Kota Ternate dan

Halmahera tengah sebesar 8,22%. Masuknya musim panen pada triwulan I-2009

dibeberapa daerah transmigrasi di wilayah Subaim, Halmahera Utara dan Halmahera

Tengah diperkirakan meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar sehingga

kemampuan menabung masyarakat mengalami peningkatan. Hal ini terkonfirmasi

dengan peningkatan kinerja di sektor pertanian serta terjadinya peningkatan NTP

petani pada triwulan laporan.

Penghimpunan dana pihak ketiga oleh perbankan dalam bentuk Rupiah di

Maluku Utara selama triwulan I-2009 tercatat sebesar Rp2,76 triliu atau secara

triwulan mengalami penurunan sebesar minus 0,86% (q-t-q). Sementara DPK dalam

valas secara triwulanan tercatat mengalami kenaikan sebesar 298,89% dari triwulan

sebelumnya yang tercatat sebesar Rp18 miliar. Pertumbuhan tersebut diperkirakan

seiring dengan persiapan pelaksanaan ibadah haji sehingga kebutuhan akan uang

asing menjadi lebih besar. Perkembangan DPK perbankan secara tahunan memiliki

arah yang sedikit berbeda dengan perkembangan yang ditunjukkan oleh data

triwulanan. Secara tahunan (y-o-y), pertumbuhan DPK justru terjadi pada dana

dalam rupiah yaitu sebesar 7,7%. Sedangkan DPK dalam valas justru mengalami

penurunan sebesar minus 33,96%.

Bila ditinjau dari pemilik dana yang dikelola oleh perbankan di Maluku

Utara, dana perorangan memiliki porsi terbesar yaitu tercatat sebesar 62,59% dari

keseluruhan dana pihak ketiga di perbankan atau sebesar Rp1,77 trilyun. Sementara

dana pemerintah yang dikelola oleh perbankan di Maluku Utara (pemerintah pusat,

pemerintah daerah, badan/lembaga pemerintah, BUMN dan BUMD) memiliki porsi

sebesar 32,78% atau mengalami penurunan dari triwulan lalu yang tercatat sebesar

25,68%. Salah satu faktor yang mempengaruhi haltersebut adalah struktur

ekonomi di Maluku Utara yang didominasi oleh pengusaha Mikro, Kecil dan

Menengah serta minimnya jumlah BUMN dan BUMD yang terdapat di Maluku

Utara.

Page 67: PERKEMBANGAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … · moneter, Bank Indonesia Ternate berperan memberikan masukan dengan menyusun dan menerbitkan suatu produk yaitu Laporan Perkembangan Ekonomi,

Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara

48

c. Penyaluran Kredit

c.1.Penyaluran Kredit Berdasarkan Bank Pelapor

Kegiatan penyaluran dana kepada masyarakat dalam bentuk kredit

perbankan (lending) di Provinsi Maluku Utara pada Triwulan I-2009 tercatat sebesar

Rp1,38 triliun. Nilai kredit tersebut mengalami kenaikan sebesar 9,02% (q-t-q)

dibanding triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar dan mengalami peningkatan

sebesar 50,74% (y-o-y) bila dibandingkan dengan penyaluran kredit perbankan

pada triwulan I-2008. Kondisi tersebut sejalan dengan perkembangan

perekonomian daerah serta tingginya tingkat harga di wilayah Maluku Utara

dibandingkan partner usaha utama (Manado dan Surabaya) sehingga kebutuhan

dana masyarakat juga mengalami peningkatan.

Pada triwulan laporan, kredit perbankan kepada pelaku ekonomi yang

tergolong ke dalam usaha kecil dan menengah (UKM) tercatat sebesar Rp1,3 triliun

atau memiliki porsi sebesar 93,77% terhadap total kredit perbankan. Kondisi

tersebut menunjukkan komitmen perbankan di daerah dalam mendukung

pengembangan UKM sebagai soko guru perekonomian nasional, disamping secara

struktural perekonomian di Maluku Utara memang masih didominasi oleh pelaku

usaha bertipe UKM dan terbatasnya kewenangan memutus kredit dari perbankan di

Maluku Utara. Untuk pemberiankredit non UKM, sebagian perbankan di Maluku

Utara harus berkonsultasi dulu dengan kantor wilayah baik di Manado atau di

Makassar.

Secara triwulanan, kredit perbankan yang digunakan untuk membiayai

kegiatan konsumsi mengalami kenaikan sebesar 9,57%. Hal ini turut menopang

meningkatnya pertumbuhan konsumsi masyarakat dalam struktur PDRB pada

triwulan laporan. Tingginya kredit konsumsi di daerah tercermin dari share yang

dimiliki oleh kredit konsumsi sebesar 58,24% dari total kredit perbankan. Kredit

modal kerja mengalami kenaikan sebesar 10,5% namun kredit investasi justru

mengalami penurunan sebesar minus 0,4%. Meskipun demikian kegiatan investasi

di daerah pada triwulan laporan masih mengalami peningkatan. Hal ini dipengaruhi

oleh struktur investasi pada triwulan laporan yang masih didominasi oleh investasi

yang dilakukan oleh pemerintah.

Secara tahunan, intermediasi perbankan di wilayah maluku Utara tumbuh

sebesar 50,74% (y-o-y) dibanding dengan triwulan I-2008 yang tercatat sebesar

Rp918,34 miliar. Seluruh jenis penggunaan kredit mengalami kenaikan, dengan

Page 68: PERKEMBANGAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … · moneter, Bank Indonesia Ternate berperan memberikan masukan dengan menyusun dan menerbitkan suatu produk yaitu Laporan Perkembangan Ekonomi,

Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara

49

kenaikan tertinggi dialami oleh kredit investasi sebesar 58,33% diikuti oleh kredit

konsumsi sebesar 57,16%. Peningkatan kredit investasi banyak digunakan untuk

melakukan peningkatan transportasi di daerah, terutama sarana dan prasarana

speedboat. Bank pemerintah mengalami kenaikan penyaluran kredit sebesar

53,50% (y-o-y) sedangkan bank swasta hanya mengalami kenaikan sebesar

20,64%. Salah satu faktor yang mempengaruhi hal tersebut adalah penyebaran

kantor layanan nasabah bank swasta yang hanya terdapat di wilayah Kota Ternate

sehingga penetrasi kreditnya sangat terbatas.

Peningkatan penyaluran kredit oleh perbankan pada triwulan laporan tetap

mengindahkan kaidah kehati-hatian. Disamping itu penerapan managemen kredit

yang lebih baik juga ditunjukkan oleh perbankan di Maluku Utara pada periode

laporan. Dengan nilai kredit yang semakin besar ternyata rasio jumlah kredit

bermasalah (NPL’s) perbankan justru mengalami penurunan sebesar minus 0,09%

(q-t-q) sehingga pada periode laporan tercatat sebesar 4,38%. Kredit dengan

kategori lancar mengalami kenaikan sebesar 8,39% (q-t-q).

Selama Triwulan I-200, Pertumbuhan pembiayaan/ kredit triwulanan

perbankan tertinggi terjadi pada sektor perindustrian yaitu sebesar 24,16%

kemudian diikuti oleh sektor konstruksi dengan pertumbuhan sebesar 23,65%.

Meningkatnya konsumsi masyarakat terutama yang terkait dengan konsumsi bahan

makanan mendorong terjadinya kenaikan permintaan sehingga industri pengolahan

daerah membutuhkan tambahan modal untuk memenuhi perubahan tersebut.

Sementara persiapan pemindahan ibukota ke Sofifi beserta kelangkapannya seperti

rumah dinas pejabat dan sarana prasarana lainya turut mendorong kenaikan

kebutuhan bahan bangunan. Disisi lain kenaikan tingkat harga di wilayah Maluku

Utara membuat kebutuhan dana oleh kalangan industri pengolahan maupun

pemborong/konstruktor mengalami peningkatan.

Meskipun pertumbuhan kredit di sektor perdagangan, hotel dan restoran

hanya sebesar 5,27% (q-t-q) namun kredit di sektor ini memiliki share terbesar yaitu

25,55% dengan nilai kredit mencapai 335,92 miliar. Share kredit dari sektor ini

sejalan dengan share sektor terhadap pertumbuhan ekonomi daerah. Sementara itu

sektor pertanian yang memiliki share terbesar terhadap pertumbuhan ekonomi

daerah hanya memiliki share sebesar 5,01% dari total kredir perbankan. Pertanian

Maluku Utara yang didominasi oleh pertanian rakyat/kecil sehingga sebagian besar

modal kerja diperoleh dari pelaku ekonomi.

Page 69: PERKEMBANGAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … · moneter, Bank Indonesia Ternate berperan memberikan masukan dengan menyusun dan menerbitkan suatu produk yaitu Laporan Perkembangan Ekonomi,

Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara

50

Tabel 3.2

Perkembangan Kredit Perbankan (Miliar rupiah)

2009I II III IV I

Jenis Penggunaan 918,34 1.052,83 1.187,04 1.269,69 1.384,28 Modal Kerja 336,65 380,82 398,41 424,70 469,28 Investasi 68,71 86,68 109,55 109,22 108,79 Konsumsi 512,98 585,33 679,08 735,77 806,22Golongan Kredit 304,17 1.052,83 1.187,04 1.269,69 1.384,28 UKM - KUK (inc. PKT) 167,24 199,00 192,44 207,37 207,32 UKM - Non KUK 68,24 788,37 916,26 993,09 1.090,66 Non UKM 68,69 65,46 78,33 69,22 86,29Jenis Bank 918,34 1.052,83 1.187,04 1.269,69 1.384,28 Bank Pemerintah 841,11 968,45 1.095,49 1.179,40 1.291,11 Bank Swasta 77,23 84,38 91,55 90,29 93,17

Keterangan 2008

c.2 Persetujuan Kredit Baru

Nilai persetujuan kredit baru pada triwulan I-2009 tercatat sebesar Rp374,23

miliar atau secara triwulanan mengalami peningkatan sebesar 394,19% (q-t-q)

dibandingkan total persetujuan kredit baru pada triwulan IV-2008. Meskipun

demikian tingkat persetujuan kredit baru untuk mendanai kegiatan investasi

mengalami penurunan sebesar minus 32,95% (q-t-q), sementara persetujuan kredit

konsumsi mengalami peningkatan sebesar 29,99% (q-t-q). Kondisi memberikan

isyarat awal bahwa perekonomian daerah pada periode selanjutnya masih akan

didominasi oleh kegiatan konsumsi masyarakat. Penurunan kredit investasi

diharapkan dapat ditekan dengan pelaksanaan kegiatan/proyek investasi dari

pemerintah sehingga kinerja investasi daerah diharapkan dapat mengalami

pertumbuhan.

Berbeda dari periode-periode sebelumnya, pada Triwulan I-2009 proporsi

persetujuan kredit baru didominasi oleh bank-bank swasta dengan share sebesar

80,51% dari total persetujuan kredit. Penambahan kantor layanan bank swasta

serta kebijakan ekspansi kredit perbankan swasta diperkirakan menjadi pemicu

perubahan tersebut.Kota Ternate masi menjadi basis utama penyaluran kredit

perbankan di daerah, dengan proporsi sebesar 96,38%. Hal ini menandakan bahwa

aktivitas perekonomian daerah masih berada di Ternate meskipun aktivitas

pemerintahan provinsi akan segera berpindah ke Sofifi.

Page 70: PERKEMBANGAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … · moneter, Bank Indonesia Ternate berperan memberikan masukan dengan menyusun dan menerbitkan suatu produk yaitu Laporan Perkembangan Ekonomi,

Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara

51

Grafik 3.3

Proporsi Pemberian Kredit Baru

84.08%

1.45%

14.46%

Modal Kerja

Investasi

Konsumsi

c.3.Perkembangan Kredit Usaha Kecil (KUK) Bank Umum

Peningkatan kredit executing secara umum sebesar 9,14% (q-t-q) dari

triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar Rp1,37 triliun. Sejalan dengan

perkembangan kredit secara umum, kredit konsumsi masih mendominasi kredit

jenis ini dengan share mencapai 58,85%, sedangkan kredit investasi hanya

mencapai 7,85%.

Selama Triwulan I-2009, Kredit Usaha Kecil (executing2) tercatat sebesar

Rp192,97 miliar atau mengalami peningkatan sebesar 0,03% (q-t-q). Nilai kredit

tersebut memberikan kontribusi sebesar 14,09 dari total kredit executing pada

triwulan laporan. Masih rendahnya kredit pada pengusaha kecil di daerah secara

umum dipengaruhi oleh rendahnya nilai agunan yang dimiliki pengusaha serta

kelengkapan pencatatan dokumen dan arus kas (neraca) yang masih sulit dipenuhi.

Sedangkan kredit UKM secara keseluruhan mencapai Rp1,28 triliun atau mengalami

peningkatan sebesar 8,23% (q-t-q). Adapun share dari kredit UKM mencapai

93,7% dari totak kredit executing.

2 Dana milik bank sendiri

Page 71: PERKEMBANGAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … · moneter, Bank Indonesia Ternate berperan memberikan masukan dengan menyusun dan menerbitkan suatu produk yaitu Laporan Perkembangan Ekonomi,

Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara

52

Grafik 3.4

Struktur Kredit Executing Bank Umum di Maluku Utara

0

200

400

600

800

1,000

1,200

1,400

I II III IV I

2008 22009

UKM

Non UKM

Rp miliar

Penyaluran kredit executing pada triwulan laporan masih didominasi oleh

perbankan pemerintah dengn proporsi sebesar 93,46% atau senilai Rp1,28 triliun.

Jumlah pengusaha kecil di sektor perdagangan, hotel dan restoran memicu

peningkatan kredit di sektor ini sebesar 5,31% (q-t-q) sehingga share kredit pada

sektor ini mencapai 25,78%. Demikian pula dengan sektor pertanian yang

merupakan sektor penyerap tenaga kerja terbesar di Maluku Utara memiliki share

kredit sebesar 4,24%, dengan pertumbuhan triwulanan sebesar 5,06% (q-t-q).

d. Loan to Deposit Ratio (LDR) Bank Umum

Peningkatan penyaluran kredit oleh perbankan pada triwulan laporan lebih

tinggi bila dibandingkan dengan peningkatan kemampuan bank dalam

mengumpulkan dana dari masyarakat. Dengan demikian, LDR perbankan di Provinsi

Maluku Utara pada Triwulan I-2009 mengalami peningkatan sebesar 3,59% (q-t-q)

menjadi 48,94%. Secara kasar dapat dikatakan bahwa peningkatan kinerja

perekonomian di daerah pada triwulan laporan turut dipengaruhi oleh peningkatan

pembiayaan oleh perbankan di daerah.

Secara triwulanan, rasio LDR tertinggi pada Triwulan I-2009 terjadi pada

kelompok bank pemerintah sebesar 53,07% meningkat dari kondisi triwulan

sebelumnya yang tercatat sebesar 48,77%, sedangkan LDR bank swasta justru

Page 72: PERKEMBANGAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … · moneter, Bank Indonesia Ternate berperan memberikan masukan dengan menyusun dan menerbitkan suatu produk yaitu Laporan Perkembangan Ekonomi,

Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara

53

mengalami penurunan dari 23,67% pada triwulan IV-2008 menjadi 23,57% pada

triwulan laporan. Data tersebut memberikan sinyal awal bahwa perbangkan

berpelat merah memiliki agresifitas yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan

perbankan swasta dalam upaya penyaluran kreditnya. Meskipun demikian,

pertumbuhan penyaluran kredit baru oleh perbankan swasta diharapkan mampu

meningkatkan rasio pembiayaan tersebut.

Grafik 3.5

Perkembangan LDR Bank Umum Di maluku Utara

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

0

500

1,000

1,500

2,000

2,500

3,000

I II III IV I

2008 2009

DPK KREDIT LDRRp miliar

e. Non Performing Loans (NPL’s) Bank Umum

Non Performing Loans (NPL’s) pada perbankan di wilayah Maluku Utara

pada Triwulan I-2009 tercatat sebesar 4,38% mengalami penurunan sebesar minus

0,09% dari triwulan sebelunya yang tercatat sebesar 4,48%. Penurunan NPl’s

secara triwulanan (q-t-q) tersebut dipengaruhi oleh peningkatan kredit dengan

kategori lancer sebesar 8,39% (q-t-q) serta penurunan kredit dalam kategori

diragukan sebesar minus 84,54% (q-t-q). Menurunnya NPL’s dalam triwulan laporan

menunjukkan pembenahan dalam pengelolaan manajemen risiko oleh perbankan

terutama resiko kredit.

Secara tahunan NPL’s perbankan di daerah mengalami kenaikan sebesar

0,01% (y-o-y). Kondisi ini harus mendapatkan perhatian serius mengingat

Page 73: PERKEMBANGAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … · moneter, Bank Indonesia Ternate berperan memberikan masukan dengan menyusun dan menerbitkan suatu produk yaitu Laporan Perkembangan Ekonomi,

Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara

54

pertumbuhan kredit secara tahunan hanyamencapai 0,51% (y-o-y). Disamping itu

secara struktur kredit pertumbuhan kredit lancar lebih rendah bila dibandingkan

dengan pertumbuhan kredit macet.

Grafik 3.6

Perkembangan NPL’s Perbankan Daerah

0.00%0.50%1.00%1.50%2.00%2.50%3.00%3.50%4.00%4.50%5.00%

0

200

400

600

800

1,000

1,200

1,400

1,600

I II III IV I

2008 2009

KREDIT NPLRp miliar

Dari sejumlah Rp60,69 miliar kredit yang bermasalah, proporsi terbesar

terdapat pada kredit yang digunakan sebagai modal kerja yaitu sebesar 77,31%,

sedangkan kredit konsumsi yang bermasalah hanya mencapai 14,88% dari total

kredit bermasalah. Sejalan dengan agresifitas perbankan dalam penyaluran kredit,

bank pemerintah mendominasi pengelolaan kredit bermasalah pada triwulan

laporan dengan proporsi mencapai 90,87% sedangkan bank swasta hanya sebesar

9,13%.

NPL’s yang terbentuk pada triwulan laporan tidak dapat dipisahkan terhadap

share kredit setiap sektor ekonomi yang ada. Secara sektoral, nilai tertinggi

pembentukan NPL’s terjadi pada perdagangan, hotel dan restoran sebesar 52,54%

yang diikuti oleh sektor pertanian sebesar 14,52%.

Page 74: PERKEMBANGAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … · moneter, Bank Indonesia Ternate berperan memberikan masukan dengan menyusun dan menerbitkan suatu produk yaitu Laporan Perkembangan Ekonomi,

 

68  

BOX 4

PENANDATANGANAN ADENDUM KESEPAKATAN

KERJASAMA PENGEMBANGAN KOMODITI UNGGULAN UMKM KOTA TERNATE

Pada haris Senin tanggal 16 Maret 2009, bertempat di Sentra kerajinan mebel bambu

lurik Goliho, wilayah Tongole, Kelurahan Marikurubu, telah dilaksanakan penandatanganan

adendum kesepakatan kerjasama pengembangan komoditi unggulan UMKM Kota Ternate

antara Pemerintah Kota Ternate (diwakili oleh Walikota Ternate Syamsir Andili), Bank Indonesia

(diwakili Pimpinan Bank Indonesia Endih Santosa) dan KADIN Ternate (diwakili oleh Abubakar

Sani), yang turut disaksikan oleh Presiden Direktur Japan External Trade Organization (JETRO)

Jakarta Sadanobu Kusaoke dan staf ahli JETRO Yuri Sato, Kepala BRI Cabang Ternate Chaerul

Mustofa, Kepala Bank Artha Graha Cabang Ternate Freddy Pungus, Kepala BPR Malifut Kasim

Konoras, dan Staf Bank Mandiri Cabang Ternate serta staf Bank Tabungan Negara cabang

Ternate.

Pada kesempatan ini diberikan pula bantuan kepada UMKM secara simbolis berupa satu

unit mesin jahit dan alat pertukangan kepada beberapa kelompok UMKM seperti kelompok

akelatuhu, akemotoa, akelamo dan akefako dari Pemerintah Kota TErnate.

Dalam acara ini dilakukan pula penyerahan hasil penelitian dari Universitas Sam

Ratulangi Manado kepada Bank Indonesia Ternate, untuk diserahkan kembali kepada

Pemerintah Kota Ternate. Penelitian yang dimaksud adalah Profil Usaha Kerajinan Mebel Bambu

Lurik di Kota Ternate dan Pola Pembiayaan Usaha Kecil Bubuk Rempah (Pala, Cengkeh dan

Kayu Manis).

Dalam sambutannya PBI Ternate mengucapkan terima kasih atas kepedulian dan respon

Walikota terhadap pengembangan UMKM di Ternate yang salah satunya telah diwujudkan

melalui pendirian UKM center. PBI Ternate juga berterima kasih kepada masyarakat sekitar dan

panitia penyelenggara atas terlaksananya penandatanganan adendum, dimana hal tersebut

menunjukkan komitmen bersama dalam rangka pengembangan UMKM di Ternate khususnya

dan Maluku Utara pada umumnya. Dikemukakan pula bahwa dalam mengevaluasi program

pengembangan UMKM tidak hanya ditujukan untuk peningkatan kualitas produksi tetapi juga

pada peningkatan atau perluasan partisipasi masyarakat sekitar. Pada kesempatan tersebut PBI

ternate juga mengemukakan harapannya bagi keberlanjutan program-program pengembangan

UMKM dan peningkatan sinergi seluruh instansi terkait.

Walikota Ternate mengemukakan bahwa pusat kerajinan bambu lurik Goliho didirikan

pada tahun 1999 dengan memperhatikan potensi pengembangan bambu lurik yang sangat

besar dan sebagai pusat kerajinan masyarakat di Lingkungan Tongole kelurahan Marikurubu.

Page 75: PERKEMBANGAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … · moneter, Bank Indonesia Ternate berperan memberikan masukan dengan menyusun dan menerbitkan suatu produk yaitu Laporan Perkembangan Ekonomi,

 

69  

Apabila di daerah jawa motif yang muncul pada bambu adalah karena dibakar, di Ternate motif

lurik merupakan hal yang timbul secara alami. Pengembangan UMKM di Ternate mengalami

pasang surut karena terbentur permasalahan SDM yang kurang mendukung. Dari segi produk,

pengemasan harus dibuat lebih artistik sehingga meningkatkan daya jual produk di pasaran.

Dengan adanya adendum diharapkan dapat terjalin kerjasama semua pihak, termasuk

perbankan, karena keterlibatan perbankan sangat penting bagi pengembangan UMKM. UMKM

di Ternate sangat banyak jumlahnya hingga mencapai lebih dari 4000 unit usaha, dan hal inilah

yang mendorong lahirnya UKM center. Dana yang disalurkan ke masyarakat untuk

pengembangan sektor ini sebesar 2,5 miliar rupiah, dan dalam 7 tahun telah berkembang

menjadi 5,5 miliar rupiah dimana UMKM yang telah difasilitasi adalah sebanyak 1200 unit.

Walikota mengemukakan bahwa willingnes to pay merupakan hal yang paling penting, alih-alih

collateral. Salah satu yang perlu untuk dibanggakan adalah kerajinan meubel bambu lurik telah

di ekspor hingga Dubai.

Page 76: PERKEMBANGAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … · moneter, Bank Indonesia Ternate berperan memberikan masukan dengan menyusun dan menerbitkan suatu produk yaitu Laporan Perkembangan Ekonomi,

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

63

Perkembangan Keuangan Daerah

4.1. Gambaran Umum

Pengelolaan keuangan daerah yang efektif dan efisien dapat menjadi

stimulus percepatan pertumbuhan ekonomi daerah. Berdasarkan data realisasi

APBD1 Provinsi Maluku Utara tahun anggaran 2008, diketahui bahwa realisasi

pendapatan daerah pada tahun 2008 diperkirakan mencapai 101,90% sedangkan

untuk belanja daerah realisasinya masih belum optimal dengan tingkat pencapaian

89,47%.

Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Maluku Utara Nomor 1 Tahun 2009 tentang

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2009 tanggal 21

Januari 2009 diketahui bahwa untuk tahun anggaran 2009 pendapatan daerah

Provinsi Maluku Utara ditargetkan sebesar 721,41 miliar rupiah sedangkan belanja

daerah dianggarkan sebesar 755,91 miliar rupiah. Dengan demikian anggaran

pembangunan daerah pada tahun 2009 mengalami defisit sebesar 34,5 miliar

rupiah. Apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya, rencana pendapatan

daerah mengalami kenaikan sebesar 16,08% dimana pada tahun anggaran 2008

rencana pendapatan daerah adalah 621,47 miliar rupiah. Rencana belanja daerah

juga mengalami kenaikan sebesar 18,77% dimana pada tahun sebelumnya belanja

daerah yang direncanakan adalah sebesar 736,61 miliar rupiah.

1 Data masih dalam proses pemeriksaan BPK

Bab IV

Page 77: PERKEMBANGAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … · moneter, Bank Indonesia Ternate berperan memberikan masukan dengan menyusun dan menerbitkan suatu produk yaitu Laporan Perkembangan Ekonomi,

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

64

Grafik 4.1

Perkembangan APBD Maluku Utara

4.2. Pendapatan Daerah

Realisasi pendapatan Provinsi Maluku Utara hingga akhir tahun 2008

mencapai 101,90%. Hal ini agak mengejutkan karena laporan realisasi pada

semester pertama tahun 2008 yang diterima oleh Bank Indonesia dari Biro

Keuangan Provinsi masih 0,00%. Pencapaian ini disebabkan karena realisasi

pendapatan asli daerah yang mencapai 121,37% dan realisasi lain-lain pendapatan

yang sah mencapai 150%. Adapun pendapatan transfer realisasinya hanya

mencapai 98,17%.

Pos pendapatan asli daerah yang realisasinya dibawah target adalah

pendapatan retribusi daerah yang realisasinya hanya sebesar 46,57%.

Kondisi ini mengindikasikan tingkat kedisiplinan serta kepedulian masyarakat relatif

rendah atau terjadinya pemungutan retribusi daerah yang tumpang tindih. Salah

satu indikasinya adalah masuknya Provinsi Maluku Utara dalam dafar daerah yang

memiliki perturan daerah yang dinilai menghambat tingkat investasi oleh Menteri

Keuangan. Adapun pos-pos lainnya yaitu pendapatan pajak daerah dan lain-lain

PAD yang sah melampaui target, dengan realisasi masing-masing sebesar 143,34%

dan 115,51%.

Dari sisi pendapatan transfer, pos transfer pemerintah pusat yang yang

berupa dana perimbangan terealisasi sebesar 98,17%. Secara rinci dana

Page 78: PERKEMBANGAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … · moneter, Bank Indonesia Ternate berperan memberikan masukan dengan menyusun dan menerbitkan suatu produk yaitu Laporan Perkembangan Ekonomi,

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

65

perimbangan ini berupa dana bagi hasil pajak dengan realisasi 109,59%; dana bagi

hasil sumber daya alam dengan realisasi 68,42%; dana alokasi umum dengan

realisasi 100%; dan dana alokasi khusus yang realisasinya sebesar 100,08%.

Rendahnya realisasi dana bagi hasil sumber daya alam cukup memprihatinkan

karena daerah Maluku Utara terkenal dengan kekayaan sumber daya alam, baik

berupa potensi wisata alam, kandungan mineral/bahan tambang maupun hasil

palawija.

Lain-lain pendapatan yang sah, yang terdiri atas pendapatan hibah,

pendapatan dana darurat dan pendapatan lainnya memiliki realisasi sebesar

150% dengan sumber pendapatan hanya bersumber dari pendapatan dana

darurat. Kondisi politik di Maluku Utara pasca pemilihan Gubernur pada akhir

tahun 2007 memang cukup memprihatinkan. Selama tahun 2008 kondisi

keamanan di daerah cukup memprihatinkan, baik dari pemberitaan di media cetak

maupun elektronik. Pelaksanaan demonstrasi masa pendukung pasangan calon

gubernur sering berakhir rusuh. Oleh karena itu untuk memelihara kondisi

keamanan daerah, hampir selama satu tahun Maluku Utara mendapatkan bantuan

personel pengamanan dari pemerintah pusat.

4.3. Belanja Daerah

Secara umum realisasi belanja daerah selama tahun 2008 diperkirakan

mencapai 89,47%. Pada komponen belanja, pos belanja operasi memiliki realisasi

sebesar 91,31%; belanja modal realisasinya sebesar 79,55%; dan belanja tak

terduga mencapai realisasi sebesar 6,74%.

Pada pos belanja operasi, belanja pegawai memiliki realisasi sebesar 91,93%;

belanja barang dan jasa 87,88%; hibah 103,07%; bantuan sosial 96,63%; dan

belanja bantuan keuangan 60,41%. Tingginya realisasi belanja pegawai sejalan

dengan peningkatan gaji PNS serta dilaksanakannya peneriaan CPNS pada tahun

2008. Perkembangan ini terkonfirmasi dengan meningkatnya konsumsi pemerintah

pada PDRB triwulan laporan.

Page 79: PERKEMBANGAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … · moneter, Bank Indonesia Ternate berperan memberikan masukan dengan menyusun dan menerbitkan suatu produk yaitu Laporan Perkembangan Ekonomi,

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

66

Pada pos belanja modal, belanja tanah realisasinya 98,12%; belanja peralatan dan

mesin 67,18%; belanja gedung dan bangunan 75,47%; belanja jalan, irigasi dan

jaringan 81,41%; belanja aset tetap lainnya 94,09; dan belanja aset lainnya tidak

dianggarkan. Di Maluku Utara, belanja modal merupakan komponen yang dominan

terhadap kegiatan investasi di daerah. Hal ini tercermin dari meningkatnya kegiatan

investasi di daerah dalam PDRB sejalan dengan perkembangan investasi dari

pemerintah terutama dari realisasi pembangunan infrastruktur di daerah.

4.4 Lain-Lain

Pada tahun 2009, pemerintah pusat melalui anggaran kementrian Negara/lembaga

mengalokasikan stimulus fiskal guna mendukung ekspansi sektor rii sebesar Rp12,2

triliun. Provinsi Maluku Utara sendiri mendapatkan kucuran dana sebesar Rp224,2

juta. Rencananya, sejumlah dana tersebut akan disalurkan melalui kegiatan/proyek

pembangunan departemen pekerjaan umum dan departemen perhubungan.

Page 80: PERKEMBANGAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … · moneter, Bank Indonesia Ternate berperan memberikan masukan dengan menyusun dan menerbitkan suatu produk yaitu Laporan Perkembangan Ekonomi,

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

67

Table 4.

Alokasi pemanfaatan dana SILPA Untuk stimulus fiskal di daerah Maluku Utara

Tahun anggaran 2009 No Jumlah

115.000.000 I. Jalan dan jembatan Provinsi 25.000.000 II. Jalan dan jembatan Kab/Kota

a Kab. Halmahera Barat 5.000.000 b Kab. Halmahera Timur

- Peningkatan jalan ruas Lapter - Wayamli 10.000.000 - Peningkatan jalan ruas Lmaba - Bicoli 15.000.000

c Kota Tidore Kepulauan 20.000.000 d Kota Ternate (Pembangunan Talud) 20.000.000

III Irigasi Kab/KotaKab. Halmahera Timur 10.000.000

IV Pengembangan Infrastruktur Pemukiman di Kab/KotaKab. Halmahera Timur 10.000.000

109.200.000 Pembangunan dan Rehabilitasi Pelabuhan Laut dan Penyeberangan

I a Lanjutan pembangunan faspel Laut Makean Tahap II 20.000.000 b Lanjutan pembangunan faspel Laut Wayaloar Tahap II 20.700.000 c Lanjutan pembangunan faspel Laut Sanana Tahap II 6.000.000 d Lanjutan pembangunan faspel Laut Bobong Tahap II 20.000.000 e Lanjutan pembangunan faspel Laut Tikong Tahap II 26.500.000 f Lanjutan pembangunan faspel Laut Manituntung Tahap II 10.000.000 g Lanjutan pembangunan faspel Laut LaiwuiTahap III 3.700.000 h Lanjutan pembangunan faspel Laut GebeTahap III 2.300.000

224.200.000

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM

DEPARTEMEN PERHUBUNGAN

TOTAL

Deskripsi

Page 81: PERKEMBANGAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … · moneter, Bank Indonesia Ternate berperan memberikan masukan dengan menyusun dan menerbitkan suatu produk yaitu Laporan Perkembangan Ekonomi,

55  

BOX 3

Penelitian Lending Model Usaha Mebel Bambu Lurik

Kerjasama Bank Indonesia Ternate dan Universitas Sam Ratulangi (Unsrat)

Pendahuluan

Tidak banyak orang yang mengetahui bahwa bambu mampu memberikan nilai tambah

yang lebih besar apabila dikelola secara maksimal. Pemahaman seperti ini penting untuk

mengubah persepsi masyarakat dari pemanfaatan bambu secara tradisional menjadi suatu

komoditi yang lebih berdaya guna dengan menerapkan teknologi dan sentuhan seni, sehingga

dapat diubah dari suatu komoditi menjadi produk olahan yang mampu memberikan manfaat

ekonomi bagi pengrajin dan juga mampu menyerap lapangan kerja yang lebih banyak.

Bagi Kota Ternate, usaha kecil kerajinan mebel bambu lurik telah lama dikenal sebagai

salah satu jenis usaha kecil yang memiliki ciri khas yang dapat meningkatkan sumber

pendapatan keluarga pengrajin dan lapangan pekerjaan di Kota Ternate. Produk kerajinan

mebel bumbu lurik telah dipasarkan bukan hanya di Kota Ternate, tetapi juga telah dipasarkan

di daerah lain, seperti ke Kota Manado di Sulawesi Utara, Kota Ambon di Maluku, serta

beberapa kota di Papua dan Pulau Jawa, bahkan ke manca negara, seperti ke Dubai dan

Australia.

Kegiatan studi pola pembiayaan usaha kerajinan mebel bambu lurik dilakukan dengan

metode survey, untuk menghimpun data dan informasi baik data primer dan sekunder dengan

menggunakan alat bantu kuesioner. Responden terdiri dari pengrajin Mebel bambu lurik yang

sentra industrinya berlokasi di Jalan Pemancar TVRI Lingkungan Tangole di kecamatan Ternate

Tengah Kota Ternate Provinsi Maluku Utara. Sebagai pembanding dilakukan survey pada satu

pengusaha yang ada di kota Tidore Kepulauan. Data sekunder diperoleh dari Dinas

Perindustrian dan Perdagangan dan Koperasi Kota Ternate dan BPS Kota Ternate.

Aspek Pasar

Berdasarkan hasil survey dan wawancara dengan pengusaha kerajinan Mebel Lurik di

Kota Ternate diperoleh informasi bahwa pembeli/konsumen atau kelompok pembeli mebel lurik

ini sebagian besar adalah konsumen langsung. Artinya pembeli langsung datang ke tempat

usaha dan membeli produk mebel dari produsen/pengusaha/pegrajin mebel. Produk kerajinan

mebel lurik sebagian besar permintannya adalah pasar lokal (konsumen) khususnya Ternate.

Ada juga produk mebel ini di pasarkan ke daerah-daerah sekitarnya seperti Halmahera Barat,

Page 82: PERKEMBANGAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … · moneter, Bank Indonesia Ternate berperan memberikan masukan dengan menyusun dan menerbitkan suatu produk yaitu Laporan Perkembangan Ekonomi,

56  

Halmahera Utara dan sebagian lagi dipasarkan di Kota Ambon Provinsi Maluku, Papua dan

Manado. Permintaan konsumen untuk mebel bambu lurik tertinggi terjadi menjelang Idul Fitri.

Tingkat persaingan di antara para pengrajin mebel bambu lurik di Kota Ternate relatif

tergolong rendah karena produk mebel lurik relatif homogen. Usaha kerajinan mebel lurik di

Provinsi Maluku Utara hanya terdapat di 2 (dua) lokasi yaitu di Kota Ternate dan Kota Tidore

Kepulauan. Usaha mebel bambu lurik di kedua daerah ini tidak saling bersaing karena masing-

masing memiliki segmen pasar sendiri-sendiri. Untuk usaha mebel lurik di Kota Tidore sebagian

besar melayani kebutuhan konsumen lokal di kota Tidore. Sebagian pula dijual ke pembeli di

luar kota Tidore Kepulauan yang datang melihat dan membeli di lokasi/tempat usaha. Pembeli

tersebut datang dari daerah-daerah sekitar seperti Halmahera Utara, Halmahera Barat dan

daerah-daerah lainnya. Sesekali juga produk mebel bambu lurik ini dikirim ke ke Jawa maupun

Australia berdasarkan pesanan.

Aspek Produksi

Proses produksi mebel bambu lurik relatif panjang, walaupun teknologi yang digunakan

sangat sederhana

Proses Produksi Mebel Bambu Lurik

Page 83: PERKEMBANGAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … · moneter, Bank Indonesia Ternate berperan memberikan masukan dengan menyusun dan menerbitkan suatu produk yaitu Laporan Perkembangan Ekonomi,

57  

Skala usaha para pengrajin mebel bambu lurik di Kota Ternate sangat beragam.

Walaupun semuanya tergolong skala kecil, namun ada yang sudah mendekati skala menengah

dan ada juga yang skala usahanya masih sangat kecil. Secara umum, tipe usaha yang tipikal

menghasilkan mebel kursi tamu dengan kapasitas produksi per tahun mencapai 30 unit kursi

tamu tipe sofa, 45 unit kursi tamu tipe sudut, dan 45 unit kursi tamu tipe biasa.

Mutu produk yang dihasilkan oleh para pengrajin mebel bambu lurik di Kota Ternate

juga relatif beragam, yang sesuai dengan harga yang ditawarkan kepada konsumen. Pada

umumnya, mutu dasarnya tergolong baik dan hampir merata pada semua semua pengrajin. Hal

ini didukung oleh pengalaman para pengrajin yang telah cukup lama melaksanakan usaha

kerajinan ini. Namun demikian, ada sebagian pengrajin yang sering mendapatkan pesanan tipe

sofa yang agak mahal, sehingga mutunya pun dibuat lebih baik.

Kendala produksi yang sering dialami oleh para pengrajin bambu lurik adalah cuaca dan

tenaga kerja. Pada saat musim penghujan, pengeringan bambu menjadi lebih lama sehingga

proses produksi akan mengalami penundaan. Akibatnya, jumlah produksi yang dihasilkan akan

berkurang. Demikian juga, jumlah tenaga kerja trampil yang ada sangat terbatas sehingga para

pengrajin sering mengalami kesulitan memenuhi pesanan atau permintaan pasar yang banyak

dalam waktu yang relatif singkat.

Aspek Keuangan

Analisis keuangan kerajinan mebel bambu lurik dibuat untuk mengetahui deskripsi

umum pendapatan dan pengeluaran, kemampuan melunasi kredit dan kelayakan usaha dilihat

dari beberapa kriteria kelayakan finasial seperti Net Present Value (NPV), Internal Rate Return

(IRR), Payback Period (PBP), dan Net Benefit/Cost Ratio (Net B/C).

Langkah awal sebelum analisa keuangan adalah membuat asumsi dan parameter

keuangan yang didasarkan pada hasil pengamatan di lapangan, masukan dari instansi terkait

dan pustaka yang berkaitan. Asumsi dan parameter keuangan yang digunakan dapat dilihat

pada Tabel 1.

Jangka waktu periode proyek ditetapkan 5 tahun, karena umur ekonomis dari sebagian

besar mesin yang digunakan dalam proses produksi adalah 5 tahun. Jumlah bahan baku yang

digunakan untuk satu bulan proses produksi adalah 30 batang bambu lurik yang menghasilkan

mebel kursi tamu sofa sebanyak 2 unit, mebel kursi tamu tipe 1 sebanyak 3 unit dan mebel

kursi tamu tipe 2 sebanyak 3 unit.

Page 84: PERKEMBANGAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … · moneter, Bank Indonesia Ternate berperan memberikan masukan dengan menyusun dan menerbitkan suatu produk yaitu Laporan Perkembangan Ekonomi,

58  

Proses produksi kerajinan bambu lurik berlaku sepanjang tahun karena bahan baku

dapat diperoleh sepanjang tahun. Hari produksi per bulan diasumsikan selama 26 hari kerja.

Asumsi dan Parameter untuk Analisis Keuangan

No  Asumsi  Satuan  Jumlah 

1  Periode Proyek  tahun  5 

2  Bulan kerja efektif per tahun  bulan  12 

3  Hari kerja per bulan  hari  26 

4  Bahan baku bambu lurik       

   ‐ Harga  Rp / batang  10,000 

5  Kapasitas produksi per bulan       

   ‐ Mebel meja kursi tamu  set  2 

   ‐ Mebel meja kursi makan  set  6 

6  Harga Jual       

   ‐ Mebel kursi tamu sofa  Rp / set  2,000,000  

   ‐ Mebel kursi tamu tipe 1  Rp / set  1,500,000  

   ‐ Mebel kursi tamu tipe 2  Rp / set  1,250,000  

7  Kapasitas produksi terjual       

   ‐ Tahun ke – 1  %  75% 

   ‐ Tahun ke – 2  %  80% 

   ‐ Tahun ke – 3  %  90% 

   ‐ Tahun ke – 4  %  90% 

   ‐ Tahun ke – 5  %  90% 

8  Kredit investasi       

   ‐ Suku bunga kredit  %  18% 

   ‐ Jangka waktu  tahun  3 

9  Proporsi kredit investasi  %  50% 

Pada saat memulai usaha kerajinan bambu lurik, maka diperlukan biaya investasi yang

mencakup biaya pengurusan perizinan, serta biaya untuk pembelian tanah, bangunan, mesin

dan peralatan. Biaya investasi ini bersifat tetap yang harus dikelurakan di tahun ke-0 sebelum

usaha dimulai. Komponen mesin dan peralatan nilainya tidak besar, yaitu hanya 6,67% dari

seluruh komponen biaya, karena alat yang digunakan pada umumnya adalah manual. Besarnya

biaya investasi untuk usaha kerajinan bambu lurik adalah sebesar Rp. 70.715.000,-.

Page 85: PERKEMBANGAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … · moneter, Bank Indonesia Ternate berperan memberikan masukan dengan menyusun dan menerbitkan suatu produk yaitu Laporan Perkembangan Ekonomi,

59  

Kebutuhan Biaya Investasi

Analisa sensitivitas kelayakan usaha perlu dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh

proyek yang dilaksanakan sensitif terhadap perubahan biaya produksi maupun penjualan

produk. Analisa sentivitas dilakukan pada 3 skenario perubahan yaitu : 1) Penurunan

penerimaan penjualan; 2) Kenaikan biaya produksi variabel dan 3) Penurunan penerimaan

penjualan dan kenaikan biaya produksi variabel.

Tabel 3. Analisis Kelayakan Usaha

No  Unsur Pembiayaan  Uraian 

1  Jenis Usaha  Kerajinan Usaha Mebel Lurik 

2  Lokasi Usaha  Kelurahan Tangole Kecamatan Ternate Selatan Kota Ternate 

3  Dana yang digunakan  Investasi   :   Rp   70.715.000 

Modal Kerja   :   Rp   8.936.000 

4  Sumber Dana  Kredit   :   Rp   25.000.000 

Modal Sendiri   :   Rp    54.651.000 

5  Plafon Kredit  Dana dari Bank untuk: 

Investasi   :   Rp   25.000.000 

6  Jangka Waktu Kredit  Kredit Investasi   :   3 tahun 

7  Suku Bunga  18% per tahun menurun 

8  Periode Pembayaran Kredit  Angsuran pokok dan bunga dibyarkan tiap bulan 

9  Kelayakan Usaha 

- Periode Proyek - Produk yang Dihasilkan - Kapasitas Produksi - Volume Penjualan - Tingkat Teknologi 

 

5 Tahun 

Mebel Bambu Lurik (3 jenis) 

8 set mebel bambu lurik per bulan 

8 set mebel bambu lurik per bulan 

Tradisional 

10  Kriteria Kelayakan Usaha 

- NPV(i=18%) - IRR - Net B/C - PBP - BEP Penjualan 

Penilaian 

Rp. 57.165.805 

47,48% 

1,81 

32 bulan 

Rp. 54,538,960  

Layak Dilaksanakan 

No  Uraian  Jumlah (Rp) 

1  Perizinan  1.000.000 

2  Tanah/lahan  15.000.000 

3  Bangunan  50.000.000 

4  Mesin dan peralatan   4.715.000 

   Jumlah   70.715.000 

Page 86: PERKEMBANGAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … · moneter, Bank Indonesia Ternate berperan memberikan masukan dengan menyusun dan menerbitkan suatu produk yaitu Laporan Perkembangan Ekonomi,

60  

11 

 

 

 

Analisis Sensitivitas 

1. Dari Sisi Penjualan a. Turun 10% 

- NPV (i =18%)  - IRR - Net B/C - PBP - Penilaian 

 

 

 

Rp. 4 .236.859 

20,38% 

1,06 

57 bulan 

Layak Dilaksanakan 

  b. Turun 11% 

- NPV (i =18%) - IRR - Net B/C - PBP - Penilaian 

 

(Rp.1.056.036) 

17,40% 

 0,99  

61 bulan 

Tidak Layak Dilaksanakan 

  2. Dari Sisi Biaya Produksi a. Naik 16,5% 

- NPV (i =18%) - IRR - Net B/C - PBP - Penilaian 

 

 

Rp. 2.014.474  

19,13% 

 1,03  

59 bulan 

Layak Dilaksanakan 

  b. Naik 17,5% 

- NPV (i =18%) - IRR - Net B/C - PBP - Penilaian 

 

(Rp. 1.328.031) 

17,25% 

 0,98  

61 bulan 

Tidak Layak Dilaksanakan 

  3. Dari Sisi Penjualan dan Biaya Produksi a. Naik 6% 

- NPV (i =18%) - IRR - Net B/C - PBP - Penilaian 

 

 

 

Rp. 5.353.408  

20,99% 

1,08  

56 bulan 

Layak Dilaksanakan 

  b. Naik 7% 

- NPV (i =18%) - IRR - Net B/C - PBP - Penilaian 

 

(Rp. 3.281.992) 

16,13% 

0,95  

61 bulan 

Tidak Layak Dilaksanakan 

Page 87: PERKEMBANGAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … · moneter, Bank Indonesia Ternate berperan memberikan masukan dengan menyusun dan menerbitkan suatu produk yaitu Laporan Perkembangan Ekonomi,

61  

Kesimpulan

1. Usaha mebel bambu lurik mempunyai prospek yang cerah dimasa datang karena

masyarakat saat ini cenderung menggunakan produk mebel dengan bahan baku

alamiah yang bernilai seni dan ramah lingkungan.

2. Kajian terhadap aspek teknologi dan produksi menunjukkan bahwa secara teknis bahan

baku cukup tersedia di daerah sendiri, sementara teknis/proses produksi bukan

merupakan hambatan kegiatan usaha. Tersedianya sarana dan prasarana transportasi

dan komunikasi memudahkan para pengrajin dalam memasarkan produk mebel lurik.

Kendala yang dihadapi oleh pengrajin mebel bambu lurik adalah kurangnya inovasi

dalam membuat model mebel bambu lurik yang baru.

3. Total biaya investasi yang dibutuhkan untuk usaha mebel bambu lurik dengan kapasitas

produksi 8 set bambu lurik adalah Rp. 70.715.000 yang terdiri dari kredit bank sebesar

35,35 % yaitu Rp. 21.200.000 dan dana sendiri 64,65% yaitu Rp. 45.715.000.

4. Hasil analisis keuangan menunjukkan bahwa usaha ini layak untuk dilaksanakan ditinjau

dari kriteria kelayakan usaha, karena pada tingkat suku bunga 18 %, nilai NPV sebesar

Rp. 57.165.805, IRR sebesar 47,48%, Net B/C sebesar 1,81 dan jangka waktu

pengembalian modal 32 bulan.

5. Hasil analisis sensitivitas usaha kerajinan mebel bambu lurik terhadap penurunan

penjualan menunjukkan bahwa usaha ini masih dapat dilaksanakan sampai batas

penurunan penjualan sebesar 10%. Hasil analisis sensitivitas terhadap kenaikan biaya

produksi menunjukkan bahwa usaha ini masih dapat dilaksanakan sampai batas

kenaikan sebesar 16,5%. Hasil analisis sensitivitas terhadap penurunan penjualan dan

kenaikan biaya produksi menunjukkan bahwa usaha ini masih dapat dilaksanakan

sampai batas penurunan penjualan dan kenaikan biaya poduksi variabel 6%. Usaha ini

lebih sensitif terhadap penurunan penjualan dibandingkan dengan kenaikan biaya

produksi variabel.

6. Usaha mebel bambu lurik mempunyai manfaat yang cukup baik ditinjau dari aspek

sosial ekonomi dan tidak memberikan dampak lingkungan yang membahayakan

masyarakat di sekitar lokasi usaha. Secara keseluruhan usaha ini dapat dikatakan layak

untuk mendapatkan pembiayaan dari perbankan maupun pihak lainnya.

7. Ditinjau dari aspek sosial ekonomi, pengembangan usaha kerajinan mebel lurik dapat

mendorong perekonomian Kota Ternate dan Tidore melalui peningkatan pendapatan

pengrajin, memperluas lapangan pekerjaan dan meningkatan PAD melalui penerimaan

retribusi daerah.

Page 88: PERKEMBANGAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … · moneter, Bank Indonesia Ternate berperan memberikan masukan dengan menyusun dan menerbitkan suatu produk yaitu Laporan Perkembangan Ekonomi,

62  

S a r a n

1. Untuk memperkuat sektor usaha kerajinan mebel bambu lurik, hendaknya pengrajin

membentuk Koperasi bagi pengrajin Mebel bambu Lurik. Upaya pendirian Koperasi ini

didasarkan pada pemikiran bahwa perlu adanya wadah berhimpun untuk penguatan

Kelembagaan pengrajin, sebagai sarana menjaga terpeliharanya ketersediaan bahan

baku yang dikelola bersama dan untuk memperkuat akses pembiayaan dan pemasaran.

2. Karena pengusaha yang bergerak di bidang pengolahan produk ini sudah cukup

banyak, usaha mebel bambu lurik perlu mendapatkan lebih banyak pembinaan teknis

khususnya inovasi pembuatan model yang lebih menarik dari pihak Pemerintah Daerah

yang ditunjang oleh aspek permodalan dari pihak perbankan.

3. Untuk terus mempertahankan dan meningkatkan usaha bambu lurik, maka pihak

pengusaha harus membeli atau menggunakan bahan baku bambu lurik yang

berkwalitas baik.

4. Secara finansial proyek ini layak untuk dibiayai,namun pihak perbankan tetap perlu

melakukan analisis kelayakan usaha yang lebih komprehensif berdasarkan prinsip

kehati-hatian, khususnya dalam penyaluran kredit investasi untuk usaha baru maupun

perluasan usaha.

5. Petani bambu lurik dan dinas terkait perlu memperhatikan kondisi lahan hutan bambu

lurik yang ada agar potensi bambu lurik dapat terjaga, yang Kerajinan Mebel Bambu

Lurik berdampak kepada ketersediaan pasokan bahan baku bagi pengrajin bambu serta

mampu menjaga kelestarian lingkungan sekitar.

Page 89: PERKEMBANGAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … · moneter, Bank Indonesia Ternate berperan memberikan masukan dengan menyusun dan menerbitkan suatu produk yaitu Laporan Perkembangan Ekonomi,

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

70

Perkembangan Sistem Pembayaran

Sesuai dengan Undang-undang Nomor 23 tahun 1999 sebagaimana

telah diubah dengan Undang-undang Nomor 3 tahun 2004 dicantumkan

bahwa salah satu tugas yang harus dijalankan dalam rangka mencapai

tujuan Bank Indonesia adalah mengatur dan menjaga kelancaran sistem

pembayaran (pasal 8). Sistem Pembayaran dapat didefinisikan sebagai sistem yang

mencakup seperangkat aturan, lembaga, dan mekanisme yang dipakai untuk

melaksanakan pemindahan dana guna memenuhi suatu kewajiban yang timbul dari

suatu kegiatan ekonomi1. Kebijakan Bank Indonesia dalam sistem pembayaran tunai

adalah senantiasa untuk dapat memenuhi kebutuhan uang kartal di masyarakat

baik dalam nominal yang cukup, jenis pecahan yang sesuai, tepat waktudan dalam

kondisi yang layak edar (fit for circulation). Sementara dari sisi pembayaran non

tunai kebijakan diarahkan untuk menyediakan sistem pembayaran yang efektif,

efisien, handal dengan tetapmemperhatikan aspek perlindungan konsumen.

Penyelesaian transaksi tunai dilakukan dengan menggunakan alat pembayaran yang

sah (uang kartal) sedangkan penyelesaian transaksi non tunai dapat dilakukan

menggunakan cek, giro, dll. Pemantauan perkembangan penyelesaian transaksi

pembayaran tunai dapat dilakukan dengan mengamati aliran uang yang masuk dan

keluar dari kas Bank Indonesia, sedangkan untuk transaksi pembayaran non tunai

dipantau melalui kegiatan kliring dan RTGS (Real Time Gross Settlement).

5.1 Transaksi Tunai

5.1.1. Aliran Uang Kartal (Outflow / Inflow)

Berdasarkan Undang-undang No. 23 Tahun 1999 Tentang Bank Indonesia

sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang No.3 Tahun 2004, BI

menyelenggarakan pelayanan perkasan di setiap satuan kerja kas Kantor Bank

Indonesia. Selain itu BI memberikan pelayanan kas di luar kantor berupa kas keliling,

kas titipan dan kerjasama penukaran dengan pihak ketiga.

1 www.bi.go.id

Bab V

Page 90: PERKEMBANGAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … · moneter, Bank Indonesia Ternate berperan memberikan masukan dengan menyusun dan menerbitkan suatu produk yaitu Laporan Perkembangan Ekonomi,

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

71

Pada triwulan I-2009, total aliran uang kartal keluar dan masuk ke

Bank Indonesia tercatat sebesar Rp207,63 miliar atau mengalami penurunan

sebesar minus 46,27% (q-t-q). kondisi tersebut sejalan dengan siklus tahunan

yang menunjukkan bahwa pada awal tahun uang kartal yang keluar dan masuk di

Bank Indonesia Ternate mengalami penurunan seiring dengan berakhirnya berbagai

event menyambut pergantian tahun serta event keagamanan yang berlangsung

pada triwulan sebelumnya. Penurunan harga BBM oleh Pemerintah yang diikuti

dengan penyesuaian tariff angkutan diduga turut mempengaruhi penurunan aliran

uang kartak di Bank Indonesia, meskipun pada triwulan laporan perekonomian

daerah justru mengalami pertumbuhan bila dibandingkan dengan periode

sebelumnya.

Aliran uang kartal di Bank Indonesia Ternate pada triwulan laporan

secara keseluruhan terjadi net inflow Pada triwulan laporan, aliran uang kartal

yang masuk ke Bank Indonesia Ternate (inflow) sebesar Rp106,43 miliar atau

mengalami peningkatan sebesar 13,65% (q-t-q). Disisi lain, aliran uang kartal keluar

(outflow) dari Bank Indonesia pada Triwulan I-2009 tercatat sebesar Rp101,20 miliar

atau mengalami penurunan sebesar minus 65,43% (q-t-q). Hal ini dipengaruhi oleh

preferensi masyarakat yang melakukan penyetoran uang ke perbankan setelah masa

pergantian tahun dan hari raya keagamaan berlalu.. Bila di breakdown menjadi

bulanan, kondisi net inflow terjadi pada bulan Januari dan Februari. Pada bulan

Maret masyarakat di Maluku Utara memasuki persiapan penyelenggaraan pesta

rakyat Legu Gam, maupun HUT Kota Tidore. Kegiatan tersebut mendorong

peningkatan kebutuhan uang sehingga pada bulan ini mulai terjadi net outflow.

Secara umum, perbandingan antara nilai nominal uang yang masuk dan yang keluar

dari Bank Indonesia Ternate adalah 9,5 : 1.

Tabel 5.1

Perkembangan Kegiatan Kas Di Bank Indonesia Ternate

miliar rupiah

I 78.65 59.28 19.36II 35.38 268.74 (233.36)III 34.17 258.72 (224.56)IV 52.07 447.97 (395.91)I 95.86 134.06 (38.20)II 22.63 233.28 (210.65)III 25.19 321.47 (296.27)IV 93.64 292.77 (199.13)I 106.43 101.20 5.23

Sumber : Bank Indonesia2009

2008

TRIWULAN

2007

Net (inflow/outflo

w)Inflow Outflow

Page 91: PERKEMBANGAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … · moneter, Bank Indonesia Ternate berperan memberikan masukan dengan menyusun dan menerbitkan suatu produk yaitu Laporan Perkembangan Ekonomi,

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

72

Perkembangan kegiatan perkasan di Bank Indonesia juga terkait dengan

aktivitas masyarakat terhadap perbankan secara umum. Pada triwulan laporan,

kenaikan nominal kredit perbankan lebih rendah bila dibandingkan dengan

pertumbuhan nominal DPK perbankan. Dengan demikian aliran dana masyarakat ke

bank lebih besar dibandingkan dengan aliran dana perbankan ke masyarakat.

Dengan pelaksanaan uji coba setoran – bayaran kepada seluruh perbankan maka

uang yang tidak layak edar di perbankan dari setoran dana masyarakat akan

berkorelasi positif dengan setoran perbangkan ke Bank Indonesia.

Dalam rangka mendukung pelaksanaan salah satu tugas Bank Sentral yaitu

mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran, Bank Indonesia

melaksanakan kas keliling ke berbagai daerah yang dianggap strategis bagi kegiatan

ekonomi masyarakat, seperti pasar-pasar dan kawasan pemukiman yang relatif

padat penduduk. Sampai akhir triwulan I-2009 telah dilaksanakan kas keliling di

wilayah Maluku Utara sebanyak 4 kali (di Kota Tidore kepulauan, pasar Gamalama

dan kawasan pertokoan/food court) sebagai alternatif penukaran berbagai pecahan

kecil dengan jumlah total sebanyak Rp355 juta.

Grafik 5.1 Perbandingan Jumlah Kas Keliling Dengan Uang Yang Masuk Ke BI

Guna memenuhi kebutuhan uang tunai di daerah, Kantor Bank Indonesia

Ternate juga berkoordinasi dengan Kantor Bank Indonesia lainnya. Salah satu

bentuk kerjasamanya adalah dengan dilaksanakannya pengiriman uang cetakan

0

1

2

3

4

5

6

7

I II III IV I II III IV I

2007 2008 2009

20

40

60

80

100

120

Jml. Kas Kelil ing inflow (kanan)

Miliar Rp

Page 92: PERKEMBANGAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … · moneter, Bank Indonesia Ternate berperan memberikan masukan dengan menyusun dan menerbitkan suatu produk yaitu Laporan Perkembangan Ekonomi,

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

73

sempurna (HCS) dari/ke Kantor Bank Indonesia Ternate. Mengantisipasi lonjakan

kebutuhan masyarakat Maluku Utara menjelang masa kampanye dan persiapan

pemilu, Bank Indonesia Ternate pada triwulan I-2009 telah melaksanakan kegiatan

remise sebanyak 2 (dua) kali dengan jumlah nominal sebesar Rp422,1 miliar.

5.1.2. Pemusnahan Uang

Sistem pembayaran yang baik didukung oleh kelayakan alat pembayaran

yang dipakai selain ketersediaan alat dan sarana penunjang pembayaran itu sendiri.

Oleh karena itu, sebagai lembaga yang bertindak sebagai Otoritas Moneter di

wilayah NKRI, Bank indonesia senantiasa menjaga uang yang beredar di masyarakat

berada dalam kondisi yang layak (fit for circulation). Dengan pemberlakuan metode

setoran – bayaran pada perbankan maka uang yang boleh disetorkan ke Bank

Indonesia adalah uang tidak layak edar(UTLE). Oleh karena itu secara berkala

dilakukan pemusnahan uang yang sudah tidak layak edar menggunakan

mesin racik uang kertas (MRUK).

Tabel 5.2 Perkembangan Pemusnahan Uang Kertas

Di bank Indonesia Ternate

Pada triwulan laporan, bank Indonesia Ternate telah melaksanakan

pemusnahan uang kertas sebanyak 12 kali dengan jumlah uang yang telah

diracik mencapai Rp16,34 miliar. Secara triwulanan (q-t-q) jumlah uang yang

diracik mengalami penurunan sebesar 52,51%. Pada triwulan laporan, rasio jumlah

Nomial (miliar) % INFLOW

I 78.65 40.06 50.94II 35.38 37.74 106.66III 34.17 36.97 108.21IV 52.07 25.64 49.25I 95.86 30.28 31.59II 22.63 28.89 127.67III 25.19 28.09 111.48IV 93.64 34.40 36.74I 106.43 16.34 15.35

Sumber : Bank Indonesia2009

2008

TRIWULAN

2007

MRUKInflow

Page 93: PERKEMBANGAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … · moneter, Bank Indonesia Ternate berperan memberikan masukan dengan menyusun dan menerbitkan suatu produk yaitu Laporan Perkembangan Ekonomi,

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

74

uang yang dimusnahkan dibandingkan dengan jumlah inflow uang kartal sebesar

15,35%, mengalami penurunan dari rasio pada triwulansebelumnya yang tercatat

sebesar 36,74%.

5.1.3. Uang palsu

Sejalan dengan kebijakan yang diterapkan oleh Kantor Pusat Bank Indonesia

dalam menjaga kualitas uang beredar, maka Kantor Bank Indonesia Ternate

berupaya menerapkan kebijakan clean money policy serta pemberantasan uang

palsu di masyarakat. Atas dasar laporan yang masuk di Bank Indonesia dan pihak

berwajib, sampai dengan akhir triwulan laporan tidak terdapat pengaduan

ditemukannya uang palsu yang beredar di masyarakat.

Meskipun demikian, sejalan dengan kondisi politik yang semakin ramai

menjelang pelaksanaan pemilu serta perkembangan perekonomian di daerah maka

Bank Indonesia Ternate tetap berupaya melakukan pencegahan terhadap peredaran

uang palsu dengan melakukan edukasi/sosialisasi mengenai ciri-ciri keaslian uang

rupiah berbagai pecahan dan edisi kepada masyarakat, baik masyarakat umum,

pegawai pemerintahan maupun kalangan akademisi. Selama triwulan I-2009 Bank

Indonesia Ternate talah melaksanakan kegiatan sosialisasi keaslian uang rupiah

sebanyak 5 (lima) kali, dengan rincian sebagai berikut:

Tabel 5.3

Kegiatan Sosialisasi Keaslian Uang Rupiah Triwulan I-2009

No. Tgl. Pelaksanaan Tempat/Lokasi

1 29 Januari 2009 Pasar Tidore2 11 Februari 2009 Pasar Terminal Gamalama Ternate3 20 Maret 2009 Kantor Bank BTN4 25 Maret 2009 Bumi Perkemahan Pramuka, Kel. Gambesi Ternate Selatan

Page 94: PERKEMBANGAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … · moneter, Bank Indonesia Ternate berperan memberikan masukan dengan menyusun dan menerbitkan suatu produk yaitu Laporan Perkembangan Ekonomi,

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

75

Grafik 5.2 Perbandingan Persentase Penemuan Uang Palsu

di KKBI Makassar dan Kantor Pusat BI

Dari tabel di atas, kita dapat melihat bahwa persentase penemuan atau pelaporan

kasus uang palsu di wilayah Sulampua relatif stabil. Kondisi tersebut tentu saja

terkontribusi dari pelaporan penemuan uang palsu di Maluku Utara sebagai salah

satu wilayah di KKBI Makassar (Wilayah Sulampua) yang sejak tahun 2006 selalu

nihil.

Grafik 5.3

Perkembangan rasio uang palsu terhadap uang asli

Secara nasional pada triwulan I-2009 rasio penemuan uang palsu mengalami

peningkatan. Bila pada akhir tahun 2008 sario uang palsu hanya mencapai 1,08

lembar setiap satu juta lembar uang asli maka pada periode Februari 2009 sudah

mencapai 1,38 lembar setiap satu juta lembar uang asli. Disisi lain, jumlah uang

kartal yang diedarkan oleh Bank Indonesia pada triwulan I-2009 justru mengalami

penurunan sebesar minus 14,27% (q-t-q). Secara umum uang kartal yang diedarkan

10

20

30

40

50

60

70

Jan

Feb 

Mar Apr

May Jun

Jul

Aug Sep

Oct

Nov Dec Jan

Feb

Mar Apr

May Jun

Jul

Aug Sep

Oct

Nov Dec Jan

Feb

2007 2008 2009

KKBI Makasar Kantor Pusat%

00.20.40.60.8

11.21.41.61.8

Jan

Feb

Mar

Apr

May Ju

nJu

lA

ugS

ep Oct

Nov

Dec Ja

nFe

bM

arA

prM

ay Jun

Jul

Aug

Sep Oct

Nov

Dec Ja

nFe

b

2007 2008 2009

lb/Rp juta

Page 95: PERKEMBANGAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … · moneter, Bank Indonesia Ternate berperan memberikan masukan dengan menyusun dan menerbitkan suatu produk yaitu Laporan Perkembangan Ekonomi,

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

76

oleh Bank Indonesia masih didominasi oleh uang kertas, yang pada triwulan laporan

mencapai 98,72% dari seluruh uang kartal yang diedarkan.

Tabel 5.4

Posisi uang kartal yang diedarkan

5.2 Transaksi Non Tunai

5.2.1 Perkembangan Kliring Lokal

Pada triwulan I-2009 rata-rata penyelesaian transaksi harian melalui

kliring mengalami penurunan. Rata-rata harian nilai nominal transaksi kliring

pada triwulan I-2009 sebesar 2,334 miliar rupiah atau mengalami penurunan

sebesar 23,86%, dimana nilai nominal transaksi pada triwulan sebelumnya adalah

3,056 miliar. Jika dilihat rata-rata harian jumlah warkat sebenarnya tidak terdapat

perubahan dimana jumlah rata-rata harian warkat pada triwulan IV-2008 maupun

pada triwulan I-2009 sebanyak 48.

TRIWULAN Lembar Nominal

(satuan) (miliar Rp)

2007 I 38 1,199

II 46 1,468

III 49 1,649

IV 47 2,134

2008 I 49 1,915

II 48 2,427

III 49 2,101

IV 48 3,056

2009 I 48 2,334

Sumber: Bank Indonesia

Tabel 5.5 Rata-rata Harian Transaksi

Kli i

Grafik 5.4 Rata-rata Harian Transaksi Kliring

Uang Kertas

Uang Logam Jumlah

(Triliun Rp) (Triliun Rp) (Triliun Rp)

I 196.27 2.67 198.94II 221.61 2.73 224.34III 267.42 2.82 270.24IV 261.53 2.86 264.39I 223.77 2.90 226.67

Periode

2009

2008

Page 96: PERKEMBANGAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … · moneter, Bank Indonesia Ternate berperan memberikan masukan dengan menyusun dan menerbitkan suatu produk yaitu Laporan Perkembangan Ekonomi,

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

77

Kualitas kliring di Ternate pada triwulan IV-2008 mengalami peningkatan.

Hal ini ditunjukkan dengan persentase rata-rata harian tolakan kliring terhadap total

rata-rata harian kliring yang mengalami penurunan. Persentase volume tolakan pada

triwulan I-2009 adalah 0,64% dimana pada triwulan sebelumnya volume tolakan

tersebut sebesar 0,81%. Dari sisi nominal terjadi penurunan tolakan dimana pada

triwulan IV-2008 nominal tolakan sebesar 1,22% sedangkan pada triwulan I-2009

tolakan sebesar 1,16%.

Tabel 5.6 Rata-rata Harian Penarikan Cek/BG Kosong

TRIWULAN Penarikan Cek/BG Kosong Kliring Total Persentase

Lembar Nominal Lembar Nominal Lembar Nominal 2007 I 0,13 7,62 38,40 1.198,81 0,33% 0,64%

II 0,26 24,77 46,35 1.467,58 0,56% 1,69%III 0,11 2,21 49,25 1.648,93 0,22% 0,13%IV 0,29 36,11 46,73 2.134,17 0,62% 1,69%

2008 I 0,68 14,84 48,81 1.915,44 1,39% 0,77%II 0,41 484,47 47,70 2.427,49 0,87% 19,96%III 0,51 36,33 48,62 2.100,51 1,04% 1,73%IV 0,39 37,21 48,22 3.056,40 0,81% 1,22%

2009 I 0,31 27,12 48,03 2.334,05 0,64% 1,16%Sumber: Bank Indonesia

Peningkatan aktivitas kliring di Maluku Utara sejalan dengan cerminan

perbaikan kualitas transaksi warkat kliring. Kondisi tersebut dapat dilihat dari

penurunan yang terjadi dari jumlah warkat yang tercatat sebagai transaksi

penolakan cek atau bilyet giro (BG) terhadap total jumlah transaksi yang tercatat

mencapai 0,87% sedangkan pada triwulan sebelumnya tercatat sebesar 1,39%.

Meskipun demikian kita perlu meningkatkan kewaspadaan dan kehati-hatian dalam

bertransaksi karena meskipun persentase jumlah warkat yang dotolak terhadap

jumlah keseluruhan warkat yang dikliringkan mengalami penurunan akan tetapi

nilai penolakannya justru mengalami peningkatan yaitu dari 0,77% terhadap total

nilai kliring pada triwula I-2008 menjadi 19,96% dari total nilai kliring pada periode

laporan.

Page 97: PERKEMBANGAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … · moneter, Bank Indonesia Ternate berperan memberikan masukan dengan menyusun dan menerbitkan suatu produk yaitu Laporan Perkembangan Ekonomi,

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

78

Grafik 5.5 Perkembangan Kegiatan Kliring

5.2.2 Perkembangan Transaksi RTGS (Real Time Gross Settlement)

Penyelesaian transaksi ekonomi melalui sarana RTGS di wilayah Kota

Ternate pada triwulan I-2009 mengalami penurunan. Pada triwulan I-2009

transaksi RTGS dari wilayah Maluku Utara (outflow) tercatat sebesar Rp1,17 triliun

sedangkan transaksi dari luar wilayah Maluku Utara (to) tercatat sebesar Rp992,88

miliar. Searah dengan nilai transaksi RTGS, keseluruhan volume transaksi pada

triwulan laporan tercatat sebesar 3.805 kali transaksi, mengalami penurunan

sebesar minus 40,77% dibandingkan dengan periode sebelumnya.

Tabel 5.7

Penyelesaian transaksi RTGS Kota Ternate

Transaksi RTGS antar provinsi (from-to) pada triwulan I-2009 juga

mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya. Secara nominal

transaksi RTGS antar pulau pada periode laporan tercatat sebesar 384,17 miliar atau

mengalami penurunan sebesar mius 52,49% (q-t-q). Sedangkan volume transaksi

mengalami penurunan sebesar 63,16% (q-t-q) sehingga pada triwulan laporan

hanya terjadi 399 kali transaksi.

-150-100-50050100150200250300

020406080

100120140160180

I II III IV I II III IV I II

2006 2007 2008%

Miliar Rp

Nom q-t-q y-o-y

-100-80-60-40-20020406080100120

-

20

40

60

80

100

120 %

ribu Rp

Lbr q-t-q y-o-y

NOMINAL (miliar)

VOLUME NOMINAL

(miliar)VOLUME NOMINAL (miliar) VOLUME

Tw. IV 1792.68 3394 1605.84 3030 808.53 1083Tw. I 1186.2 1993 992.88 1812 384.17 3992009

2008

PERIODEINFLOW (TO)OUTFLOW (FROM) FROM - TO

Page 98: PERKEMBANGAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … · moneter, Bank Indonesia Ternate berperan memberikan masukan dengan menyusun dan menerbitkan suatu produk yaitu Laporan Perkembangan Ekonomi,

Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara

79

Perkembangan Ketenagakerjaan

Pertumbuhan ekonomi yang terjadi di Maluku Utara pada triwulan

laporan sejalan dengan perbaikan yang terjadi pada beberapa indikator

ketenagakerjaaan dan kesejahteraan masyarakat. Secara tahunan, pada posisi

Agustus 2008 terjadi peningkatan jumlah orang yang bekerja sebesar 5,98% (y-o-y)

dari kondisi Bulan Agustus 2007 dimana jumlah penduduk yang bekerja tercatat

sejumlah 372,34 ribu jiwa. Meskipun garis kemiskinan mengalami peningkatan,

jumlah penduduk miskin pada periode Maret 2008 tercatat sebesar 105 ribu jiwa

atau mengalami penurunan sebesar 4,46 % (y-o-y). Disisi lain, Upah minimum

Provinsi di Maluku Utara mengalami peningkatan pada tahun 2009 bila

dibandingkan dengan UMP pada tahun 2009. Demikian pula dengan nilai tikar

petani periode Februari 2009 mengalami peningkatan dibandingkan dengan periode

akhir tahun lalu.

6.1 Ketenagakerjaan

6.1.1. Angkatan Kerja

Pertumbuhan ekonomi sebesar 4,98% (y-o-y) belum mampu menjadi

stimulus perbaikan kondisi ketenagakerjaan daerah secara menyeluruh.

Meningkatnya penduduk usia kerja (umur 15 tahun keatas) memang diiringi dengan

kenaikan angkatan kerja dan jumlah penduduk yang bekerja, namun tingkat

pengangguran juga mengalami peningkatan. Data hasil survey BPS Provinsi Maluku

Utara pada bulan Agustus 20081 mengungkapkan terjadinya peningkatan jumlah

angkatan kerja sebesar 6,45% bila dibandingkan dengan jumlah angkatan kerja

pada posisi bulan Agustus 2007 yang tercatat sebesar 396,32 ribu orang.

Peningkatan tersebut diikuti oleh peningkatan penduduk usia kerja yang bekerja

1 Survey yang dilakukan oleh BPS Provinsi mengnai data ketenagakerjaan berlangsung bulan Februari dan Agustus setiap tahunnya.

Bab VI

Page 99: PERKEMBANGAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … · moneter, Bank Indonesia Ternate berperan memberikan masukan dengan menyusun dan menerbitkan suatu produk yaitu Laporan Perkembangan Ekonomi,

Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara

80

sebesar 5,98% (y-o-y), sekaligus jumlah peningkatan jumlah pengangguran di

daerah sebesar 13,84% (y-o-y).

Tabel 6.1

Penduduk Maluku Utara Usia 15 tahun keatas Menurut Kegiatan

Februari Agustus Februari Agustus583,03 589,39 624,44 639,8404,79 396,32 417,45 421,9

• Bekerja 371,03 372,34 388,11 394,6• Penganggur 33,77 23,98 29,34 27,3

178,23 193,07 206,99 217,969,43% 67,24% 66,85% 65,94%8,34% 6,05% 7,03% 6,48%

Sumber: BPS Provinsi

Kegatan Utama

Penduduk usia 15 tahun ke atas Angkatan kerja

Bukan angkatan kerjaTingkat partisipasi angkatan kerjaTingkat pengangguran terbuka

2007 2008

Meningkatnya jumlah angkatan kerja tersebut lebih disebabkan oleh

meningkatnya jumlah penduduk di daerah, terutama penduduk dengan

status pengangguran. Peningkatan jumlah penduduk bekerja yang lebih rendah

daripada jumlah penduduk yang menganggur diperkirakan dipengaruhi oleh

berhentinya kegiatan operasional beberapa industri pengolahan kayu yang ada di

wilayah Maluku Utara, kegiatan investasi yang masih didominasi oleh investasi

pemerintah serta tingkat pendidikan penduduk usia kerja yang relatif rendah.

Meskipun demikian, jumlah penduduk yang bekerja pada periode yang sama masih

mengalami peningkatan dengan adanya penerimaan CPNS di daerah serta

penambahan Investasi seperti hotel, restoran serta perbankan. Kondisi tersebut

berakibat menurunya tingkat partisipasi angkatan kerja di daerah sebesar minus

1,30% (y-o-y).

Penduduk di Provinsi Maluku Utara pada tahun 2009 diperkirakan

mencapai 958,1 ribu jiwa2 yang tersebar di 9 (sembilan) kabupaten/kota.

Jumlah tersebut diprediksikan mengalami pertumbuhan sekitar 2,38% dari jumlah

penduduk pada tahun 2008. Pertumbuhan penduduk tersebut dapat terdongkrak

dengan adanya pengembangan program transmigrasi yang mendatangkan

penduduk dari luar wilayah Maluku Utara.

2 sumber: http://www.datastatistik-indonesia.com

Page 100: PERKEMBANGAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … · moneter, Bank Indonesia Ternate berperan memberikan masukan dengan menyusun dan menerbitkan suatu produk yaitu Laporan Perkembangan Ekonomi,

Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara

81

Tabel 6.2

Pertumbuhan Penduduk di Maluku Utara

Laki-Laki Perempuan TOTAL Laki-Laki Perempuan TOTAL

0-4 50,4 51,6 102 51,7 50,4 102,15-9 51,9 47,3 99,2 50 48,8 98,89-14 60,6 46,9 107,5 52,9 51,7 104,6

15-19 50,2 59,1 109,3 57,6 56,1 113,720-24 44,3 47,2 91,5 48,7 45,2 93,925-29 37,1 45,5 82,6 43 42,1 85,130-34 33 40,3 73,3 35,7 38 73,735-39 29,8 33,4 63,2 32,5 34 66,540-44 25,5 29,6 55,1 29,4 27 56,445-49 21,4 23,7 45,1 24,2 23 47,250-54 16,4 19,6 36 20,2 18 38,255-59 11,7 14,2 25,9 15,1 13 28,160-64 7,9 9,1 17 10 9 1965-69 5,8 6,2 12 6 6 1270-74 3,8 4,2 8 5 5 1075+ 3,7 4,4 8,1 3,9 4,9 8,8

Total 453,5 482,3 935,8 485,9 472,2 958,1

2008 2009UMUR

sumber: http://www.datastatistik-indonesia.com

Pada periode Agustus 2008, peningkatan angkatan kerja perempuan

lebih tinggi bila dibandingkan dengan peningkatan angkatan kerja laki-laki.

Angkatan kerja perempuan mengalami pertumbuhan sebesar 8,68% (y-o-y)

sehingga pada Agustus 2008 tercatat sejumlah 160,2 ribu jiwa, sedangkan

angkatan kerja laki-laki hanya mengalami pertumbuhan sebesar 5,13% (y-o-y)

sehingga pada Agustus 2008 tercatat sejumlah 261,7 ribu jiwa. Kondisi serupa juga

terjadi bila kita membandingkan peningkatan jumlah penduduk perempuan dan

laki-laki yang bekerja maupun yang menganggur. Bermunculannya restoran dan

hotel baru yang lebih banyak merekrut pegawai dari kaum perempuan menjadi

salah satu penyebab terjadinya kondisi yang demikian.

Page 101: PERKEMBANGAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … · moneter, Bank Indonesia Ternate berperan memberikan masukan dengan menyusun dan menerbitkan suatu produk yaitu Laporan Perkembangan Ekonomi,

Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara

82

Grafik 6.1

Perbandingan Penduduk Bekerja dan Menganggur

(ribu jiwa)

0

100

200

300

februari agustus februari agustus

2007 2008

laki‐laki bekerja laki‐laki penganggur wanita bekerja wanita penganggur

Selaras dengan kegiatan ekonomi masyarakat yang terkonsentrasi di

Kota Ternate, persebaran angkatan kerja, penduduk yang menganggur

maupun penduduk yang bekerja juga terkonsentrasi di kota yang sama.

Sebagai pusat aktivitas ekonomi, Kota Ternate memiliki daya tarik yang kuat bagi

penduduk usia kerja sehingga penduduk dari wilayah lain banyak yang bermigrasi

ke Ternate untuk mencari pekerjaan yang lebih baik.

Page 102: PERKEMBANGAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … · moneter, Bank Indonesia Ternate berperan memberikan masukan dengan menyusun dan menerbitkan suatu produk yaitu Laporan Perkembangan Ekonomi,

Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara

83

Table 6.3

Persebaran Angkatan Kerja menurut Kab/Kota

2008 2007 2008 2007 2008Halbar 42,964 41,13 40,861 1,473 2,103Halteng 14,891 12,47 14,251 0,338 0,64Kep. Sula 54,766 50,45 51,221 3,028 3,545Halsel 83,47 72,9 80,144 3,602 3,326Halut 80,493 77,32 76,598 3,794 3,895Haltim 26,73 24,33 25,22 1,235 1,51Ternate 82,434 61,8 72,074 9,28 10,36Tikep 36,132 31,93 34,188 1,233 1,944Maluku Utara 421,88 372,33 394,557 23,983 27,32sumber: BPS Provinsi

Angkatan kerja (ribu)

Bekerja (ribu jiwa)Pengangguran

(ribu jiwa)Kab/Kota

6.1.2. Lapangan Pekerjaan Utama

Sebagian besar penduduk usia kerja menggantungkan pekerjaan

pada sektor pertanian. Data dari BPS menunjukkan bahwa pada periode Agustus

2008, sebanyak 59,21% penduduk usia kerja bekerja di sektor pertanian. Beberapa

hal yang diperkirakan menjadi penyebabnya adalah kondisi geografis Maluku Utara

yang merupakan daerah kepulauan, sumber daya alam yang melimpah, serta tingkat

pendidikan penduduk yang realtif rendah.

Tabel 6.4

Penduduk usia kerja berdasarkan lapangan kerja

februari agustus februari agustusPertanian 228,56 224,72 234,57 233,63Pertambangan 9,45 4,14 7,84 6,75Industri 16,13 14,56 16,70 15,03Listrik, gas, air 0,75 0,61 0,43 0,76Bangunan 14,62 14,30 12,78 17,80Perdagangan 50,01 51,42 48,76 44,58Angkutan & pergudangan 22,69 26,40 23,36 25,43Keuangan dan jasa perusahaan 0,30 33,66 2,23 2,96Jasa kemasyarakatan 28,52 3,13 41,45 47,63

371,03 372,942 388,12 394,55Sumber: BPS Provinsi

Lapanga pekerjaan

TOTAL

20082007

Bila dilihat dari status pekerjaan utama yang dijalani oleh penduduk

usia kerja di daerah, jumlah pekerja yang tidak di bayar masih cukup tinggi.

Page 103: PERKEMBANGAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … · moneter, Bank Indonesia Ternate berperan memberikan masukan dengan menyusun dan menerbitkan suatu produk yaitu Laporan Perkembangan Ekonomi,

Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara

84

Dari 394,56 ribu jiwa yang bekerja pada periode Agustus 2008, sebanyak 24,39%

merupakan pekerja yang tidak dibayar. Perbandingan tersebut lebih tinggi

dibandingkan dengan penduduk yang menggeluti pekerjaan dengan status usaha

sendiri yang hanya mencapai 23,1%. Kondisi tersebut dapat diasosiasikan secara

sederhana dengan masih rendahnya daya tawar (bargaining position) pekerja di

daerah. Hal ini tentu tidak terlepas dari tingkat pendidikan yang dimiliki oleh pekerja

di daerah. Kondisi tersebut menjadi tantangan tersendiri bagi pemerintah daerah

untuk meningkatkan daya tawar tenaga kerja di daerah guna lebih mengakselerasi

pertumbuhan ekonomi daerah.

Tabel 6.5

Penduduk usia kerja menurut status pekerjaan utama (ribu jiwa)

februari agustus februari agustusUsaha sendiri 105,33 98,31 89,08 91,13Usaha dibantu buruh tidak tetap 105,7 83,12 111,39 95,84Usaha dibantu buruh tetap 7,96 11,99 9,88 14,76Buruh/karyawan 47,74 73,45 57,8 75,64Pekerja bebas di pertanian 7,14 14,65 12,65 13,04Pekerja bebas di non pertanian 13,02 8,23 12,87 7,91Pekeja tak dibayar 84,14 82,59 94,44 96,24

371,03 372,34 388,11 394,56Sumber: BPS Provinsi

TOTAL

2007status pekerjaan 2008

6.2 Kesejahteraan

6.2.1. Kesejahteraan Petani

Membaiknya kondisi ekonomi diikuti oleh peningkatan mayoritas

penduduk Maluku Utara yang bergelut di sektor pertanian. Indikator yang

sering digunakan untuk mengukur tingkat kesejahteraan petani adalah Nilai Tukar

Petani (NTP). Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga pedesaan di provinsi

Maluku Utara yang dilaksanakan oleh BPS pada Februari 2009, NTP mengalami

kenaikan sebesar 0,58% dibandingkan periode Desember 2008. Pada periode

Februari 2009, nilai tukar petani di Maluku Utara tercatat sebesar 100,38 yang

berarti terjadi surplus atas indeks harga yang diterima petani. Kondisi tersebut

selaras dengan peningkatan kinerja sektor pertanian yang terjadi pada triwulan I-

2009. Selain beberapa sentra pertanian yang telah memasuki panen pada triwulan I-

Page 104: PERKEMBANGAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … · moneter, Bank Indonesia Ternate berperan memberikan masukan dengan menyusun dan menerbitkan suatu produk yaitu Laporan Perkembangan Ekonomi,

Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara

85

2009, meningkatnya harga pada beberapa komoditas pertanian diperkirakan

menjadi pemicu kenaikan indeks tersebut.

Table 6.6

Nilai Tukar Petani di Maluku Utara

Dec Jan Feb

Tanaman Pangan

   Indeks yang diterima 98,23 103,07 104,17   Indeks yang dibayar 118,49 119,02 118,17   Nilai Tukar Petani 82,90 86,60 88,15

Holtikultura

   Indeks yang diterima 114,68 114,36 115,84   Indeks yang dibayar 120,34 120,34 119,16   Nilai Tukar Petani 95,30 95,03 97,21

Tanaman Perkebunan Rakyat

   Indeks yang diterima 149,29 149,81 143,15   Indeks yang dibayar 115,96 116,45 115,42   Nilai Tukar Petani 128,74 128,65 124,03

Peternakan

   Indeks yang diterima 108,34 109,09 109,79   Indeks yang dibayar 110,56 110,98 109,93   Nilai Tukar Petani 97,99 98,30 99,87

Perikanan

   Indeks yang diterima 103,86 104,92 103,31   Indeks yang dibayar 119,2 118,29 117,47   Nilai Tukar Petani 87,13 88,70 87,95

Maluku UtaraIndeks Diterima Petani 117,67 119,25 117,45Indeks Dibayar Petani 117,91 118,05 117,01Nilai Tukar Petani 99,80 101,02 100,38Sumber: BPS Provinsi

Sub Sektor2008 2009

6.2.2. Tingkat Upah

Pada tahun 2009, Pemerintah Provinsi Maluku Utara berencana

meningkatkan upah minimum provinsi sebesar 10% bila dibandingkan

dengan tingkat upah pada tahun 2008. Pada tahun 2009 Pemerintah Daerah

mengusulkan tingkat upah minimum provinsi sebesar Rp770 ribu/bulan. Selain

Page 105: PERKEMBANGAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … · moneter, Bank Indonesia Ternate berperan memberikan masukan dengan menyusun dan menerbitkan suatu produk yaitu Laporan Perkembangan Ekonomi,

Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara

86

pertimbangan tingkat inflasi daerah yang cukup persisten terhadap perubahan,

tingkat pemenuhan kebutuhan hidup layak menjadi pertimbangan utama

peningkatan UMP tersebut.

Tabel 6.7

Perkembangan UMP di beberapa daerah (Sulampua)

2006 2007 2008 2009

1 Maluku 575.000 635.000 700.000 805.000

2 Malut 528.000 660.000 700.000 770.000

3 Gorontalo 527.000 560.000 600.000 675.000

4 Sulut 713.500 750.000 845.000 929.500

5 Sultra 573.400 640.000 700.000 770.000

6 Sulteng 575.000 615.000 670.000 720.000

7 Sulsel 612.000 673.200 740.520 905.000

602.151 671.837 760.346 836.612

UMP (Rp) NO PROVINSI

Rata-rata Nasional

Page 106: PERKEMBANGAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … · moneter, Bank Indonesia Ternate berperan memberikan masukan dengan menyusun dan menerbitkan suatu produk yaitu Laporan Perkembangan Ekonomi,

Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara

87

Prospek Perekonomian Daerah

7.1 Prospek Pertumbuhan Ekonomi

Perkembangan ekonomi di Maluku Utara pada triwulan I-2009 masih

memiliki arah yang sejalan dengan prospek ekonomi yang dibuat dalam kajian

perekonomian daerah pada triwulan sebelumnya. Perekonomian daerah mengalami

pertumbuhan yang meningkat meskipun masih berada di bawah tingkat

pertumbuhan ekonomi nasional.

Pada triwulan II-2009 perekonomian daerah Maluku Utara diperkirakan akan

mengalami pertumbuhan sebesar 5,75± 1% (y-o-y). Berdasarkan indikator ekonomi

yang terjadi pada triwulan I-2009 yang telah dipaparkan pada beberapa bab

sebelumnya, serta kondisi keamanan yang tetap terjaga setelah pelaksanaan pemilu

legislative, perekonomian Maluku Utara pada diperkirakan masih cukup stabil

bahkan kecenderungan mengalami pertumbuhan. Prediksi tersebut sejalan dengan

hasil survey SKDU yang telah dilaksanakan oleh Bank Indonesia Ternate pada

triwulan I-2009. Ekspektasi masyarakat terhadap kegiatan usaha di triwulan II-2009

mengalami peningkatan.

Grafik 7.1

Ekspektasi Kegiatan Usaha

Sektor pertanian diperkirakan masih akan mengalami pertumbuhan

menyusul dilakukannya panen hasil pertanian dan perkebunan. Begitu juga dengan

Bab VII

02040

6080

100

120140160180

Tw.II-2007 Tw.III-2007

Tw.IV-2007

Tw.I-2008 Tw.II-2008 Tw.III-2008

Tw.IV-2008

Tw.I-2009 Tw.II-2009020406080100120140160180200

Ekspektasi Keg. Usaha

Realisasi Keg. Usaha

Page 107: PERKEMBANGAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … · moneter, Bank Indonesia Ternate berperan memberikan masukan dengan menyusun dan menerbitkan suatu produk yaitu Laporan Perkembangan Ekonomi,

Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara

88

sub-sektor perikanan mengingat cuaca diharapkan akan kembali normal dan musim

migrasi ikan telah berakhir. Sektor industri pengolahan juga masih yakin akan terus

bertumbuh dengan adanya peningkatan ketersediaan bahan baku, turunnya harga

bahan baku lokal Maluku Utara serta tingginya permintaan. Masih tingginya

permintaan juga diperkirakan akan terus mendorong pertumbuhan sub-sektor

perdagangan, pada triwulan mendatang. Sub-sektor hotel dan restoran juga optimis

mengingat semakin membaiknya infrastruktur serta pengelolaan pariwisata seperti

dibukanya penerbangan baru dan semakin kondusifnya kemanan setelah pemilu.

Sektor ekonomi yang masih perlu diwaspadai antara lain sektor listrik, gas

dan air bersih serta sektor bangunan. Pelaksanaan pembebasan lahan untuk

penempatan generator yang disewa oleh PLN cabang Ternate sampai akhir triwulan

laporan masih mengalami kendala. Sementara itu pada akhir triwulan I-2009

Pertamina Ternate melakukan pengurangan pasokan kepada SPBU yang ada di Kota

Ternate akibat penjualan BBM kepada masyarakat yang menggunakan jerigen,

bukan kendaraan bermotor. Kondisi tersebut bila dibiarkan berjalan lama maka

diperkirakan akan mengurangi pertumbuhan ekonomi daerah.

Dari sisi pengeluaran, kegiatan konsumsi diperkirakan masih akan menjadi

motor penggerak utama pertumbuhan ekonomi daerah. Kondisi ini tercermin dari

kegiatan impor barang yang dilakukan masyarakat Maluku Utara yang didominasi

oleh barang-barang untuk keperluan konsumsi. Selain itu dominasi persetujuan

kredit baru untuk kegiatan konsumsi masih lebih tinggi bila dibandingkan dengan

kredit modal kerja maupun kredit investasi. Pelaksanaan proyek-proyek oleh

pemerintah daerah yang pada triwulan I-2009 sudah memasuki tahapan pelelangan

diperkirakan akan memacu peningkatan konsumsi pemerintah. Kegiatan ekspor

diperkirakan masih akan terkoreksi dengan kecenderungan meningkat seiring

dengan panen raya hasil pertanian dan perkebunan rakyat di wilayah Maluku Utara.

7.2 Prospek Inflasi Daerah

Infalsi yang terjadi pada triwulan I-2009 lebih banyak disebabkan oleh

kenaikan harga barang-barang yang memiliki siklus musiman. Sampai akhir triwulan

laporan, kebijakan pemerintah yang menetapkan penyesuaian tarif angkutan seiring

penurunan harga BBM masih belum begitu terasa oleh masyarakat. Resistensi

pelaku usaha didaerah diperkirakan sebagai salah satu wujud antisipasi apabila

dikemudian hari terjadi kembali kenaikan harga.

Page 108: PERKEMBANGAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … · moneter, Bank Indonesia Ternate berperan memberikan masukan dengan menyusun dan menerbitkan suatu produk yaitu Laporan Perkembangan Ekonomi,

Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara

89

Berdasarkan data dan perkembangan terkini, infalsi pada triwulan II-2009

diperkirakan akan berada pada level 1,3 +1% (q-t-q) dan 14,1 +1% (y-o-y).

Meskipun kondisi politik di Maluku Utara pasca pelaksanaan pemilu legislatif relatif

aman, pertumbuhan ekonomi yang terjadi menjadi pemicu tersendiri bagi

peningkatan inflasi di daerah.

Kelompok bahan makanan dan makanan jadi diperkirakan masih

memegang peranan besar terhadap pembentukan tingkat harga pada triwulan

mendatang, terutama komoditas ikan segar dan sayur-mayur. Hasil tangkapan ikan

nelayan di daerah mengalami penurunan selama triwulan laporan dan diperkirakan

masih akan berlanjut pada triwula mendatang. Memasuki masa kelulusan sekolah

pada awal triwulan II-2009, membuat pergerakan harga di kelompok pendidikan,

rekreasi dan olah raga juga patut diwaspadai.

Sementara kelompok barang yang diperkirakan akan mengalami penurunan

meskipun dalam rentang yang sempit antara lain transportasi, komunikasi dan jasa

serta sandang. Rencana beberapa maskapai penerbangan untuk membuka rute

melintasi wilayah Maluku Utara semakin kuat. Hal ini terbukti dengan pemantauan

kesiapan bandara dari pihak maskapai serta pemuatan iklan di beberapa media

cetak lokal. Demikian pula dengan rencana penambahan BTS dari perusahaan

telekomunikasi yang beroperasi di Maluku Utara serta perang tariff secara nasional

akan mempermudah masyarakat dalam melakukan komunikasi, baik untuk

kepentingan bisnis maupun lainnya.

Tabel 7.1

Indeks Ekspektasi terhadap Harga Umum & Suku Bunga Kredit

Trend penurunan suku bunga SBI yang sampai saat ini menjadi salah satu

acuan perbankan dalam menerapkan kebijakan suku bunga diperkirakan masih

Variabel Tw. I - 2009

Ekspektasi Harga Umum

Ekspektasi 3 bulan y.a.d. 134.38

Ekspektasi 6 bulan y.a.d. 150.00

Ekspektasi Suku Bunga

Ekspektasi 3 bulan y.a.d. 86.21

Ekspektasi 6 bulan y.a.d. 86.21

Page 109: PERKEMBANGAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI … · moneter, Bank Indonesia Ternate berperan memberikan masukan dengan menyusun dan menerbitkan suatu produk yaitu Laporan Perkembangan Ekonomi,

Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara

90

akan berlanjut. Dengan demikian kredit perbankan diharapkan akan semakin terasa

lebih murah dengan penurunan bunga pengembalian. Ekspektasi peningkatan

tingkat harga serta penurunan tingkat suku bunga tercermin dari hasil SKDU yang

dilaksanakan pada triwulan I-2009.