proposal tak
DESCRIPTION
TAK PKTRANSCRIPT
PROPOSAL
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK) RESIKO PERILAKU
KEKERASAN
DI RUANG SHINTA RS GHRASIA
Disusun Oleh:
1. DIYAH NUR RAHMAWATI 1305023
2. MAYANG HUSAG 1305030
3. YULIANI KURNIASARI 1305024
PROGRAM PROFESI NERS ANGKATANV
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
JENDERAL ACHMAD YANI
YOGYAKARTA
2014
Jl. Ringroad Barat, Ambarketawang, Gamping, Sleman Yogyakarta
Telp (0274) 434200
LEMBAR PENGESAHAN
PROPOSAL
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK) RESIKO PERILAKU KEKERASAN
DI RUANG SHINTA RS GHRASIA
Disusun Oleh:
1. Diyah Nur Rahmawati 1305023
2. Mayang Husag 1305030
3. Yuliani Kurniasari 1305024
Telah disetujui pada Hari : Tanggal :
Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................. iHALAMAN PENGESAHAN ................................................................... iiDAFTAR ISI .............................................................................................. iii
A Sesi III ........................................................................................... 1B Sesi IV........................................................................................... 12C Sesi V ............................................................................................ 23
iii
TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK: ORIENTASI REALITAS
SESI III : MENCEGAH PERILAKU KEKERASAN SOSIAL
DI RUANG SHINTA RS GHRASIA
1. Latar Belakang
Berdasarkan hasil observasi selama bertugas di Ruang Shinta, didapatkan
sekitar 70% klien mempunyai diagnosa medis Skizofrenia yang disertai resiko
perilaku kekerasan. Klien dengan gangguan jiwa psikotik seperti ini mengalami
keadaan emosi yang tidak stabil dan bisa sewaktu-waktu terjadi bentuk perilaku
kekerasan kembali yang merugikan baik bagi dirinya sendiri maupun bagi orang
lain. Untuk menanggulangi ini, selain klien diajak untuk dapat mengidentifikasi
penyebab, tanda-tanda, perilaku kekerasan yang pernah dilakukan dan akibat dari
perilaku kekerasan yang dilakukan, maka perlu diadakan aktifitas yang member
stimulus secara konsisten kepada klien tentang cara mencegah perilaku kekerasan
dengan berbagai cara, antara lain dengan cara sosial, spiritual, dan patuh
mengkonsumsi obat. Dari fenomena tersebut kelompok tertarik untuk melakukan
Terapi Aktivitas Kelompok: stimulasi persepsi perilaku kekerasan (sosial,
spiritual, dan patuh mengkonsumsi obat.
2. Pengertian
a. Perilaku kekerasan
b. Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan
tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri
sendiri, orang lain maupun lingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk
mengungkapkan perasaan kesal atau marah yang tidak konstruktif.
(Stuart dan Sundeen, 1995).
c. Menurut Townsend (2000), amuk (aggresion) adalah tingkah laku
yang bertujuan untuk mengancam atau melukai diri sendiri dan orang
lain juga diartikan sebagai perang atau menyerang.
1
2
d. Disisi lain (Rasmun, 2001: 18) mendefinisikan Perilaku kekerasan
adalah reaksi yang ditampilkan oleh individu dalam menghadapi
masalah dengan melakukan tindakan penyerangan terhadap stessor,
dapat juga merusak dirinya sendiri, orang lain maupun lingkungan dan
setiap bermusuhan. Sedangkan (Yosep, 2009) berpendapat Perilaku
kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan
yang dapat membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri
maupun orang lain. Sering disebut juga gaduh gelisah atau amuk
dimana seseorang marah berespon terhadap suatu stressor dengan
gerakan motorik yang tidak terkontrol.
e. Individu melakukan kekerasan akibat adanya frustasi yang dirasakan
sebagai pemicu dan individu tidak mampu berpikir serta
mengungkapkan secara verbal sehingga mendemostrasikan pemecahan
masalah dengan cara yang tidak adekuat (Rawlins and Heacoco,
1998). Sedangkan menurut Keliat (1999), perilaku kekerasan adalah
perasaan marah dan bermusuhan yang kuat disertai dengan hilangnya
kontrol diri atau kendali diri.
f. TAK
Kelompok adalah kumpulan individu yang mempunyai hubungan antara
satu dengan yang lainnya, saling ketergantungan serta mempunyai norma
yang sama (Stuart & Sudden, 2009). Sedangkan kelompok terapeutik dapat
memberi kesempatan untuk bertukar tujuan (sharing).
Terapi kelompok adalah suatu psikotherapi yang dilakukan oleh
sekelompok penderita bersama-sama dengan jalan diskusi satu sama lain yang
dipimpin, diarahkan oleh terapis/ petugas kesehatan yang telah dilatih.
Terapi Aktivitas Kelompok: Terapi Aktivitas Kelompok: stimulasi
persepsi perilaku kekerasan adalah upaya untuk mencegah perilaku kekerasan
yang dapat dilakukan secara sosial, spiritual, dan patuh dalam minum obat.
3
3. Tujuan TAK
a. Tujuan Umum
Klien mampu mencegah terjadinya amuk dan perilaku kekerasan dengan cara
sosial, spiritual, dan patuh minum obat.
b. Tujuan Khusus
1) Sesi III: Mencegah Perilaku Kekerasan Sosial
a) Klien dapat mengungkapkan keinginan dan permintaan tanpa
memaksa
b) Klien dapat mengungkapkan penolakan dan rasa sakit hati tanpa
kemarahan
2) Sesi IV: Mencegah Perilaku Kekerasan Spiritual
a) Klien dapat melakukan ibadah secara teratur
3) Sesi V: Mencegah perilaku kekerasan dengan patuh mengkonsumsi obat
a) Klien dapat menyebutkan keuntungan patuh minum obat
b) Klien dapat menyebutkan akibat/kerugian tidak patuh minum obat
c) Klien dapat menyebutkan lima benar cara minum obat
4. Kriteria Anggota
a. Kondisi klien yang dilakukan TAK adalah klien dengan riwayat PK
dan sudah kooperatif untuk diajak berkomunikasi. Klien juga tidak
mengalami disorientasi tempat dan waktu.
b. Klien yang diajak untuk TAK adalah klien dengan riwayat PK dengan
halusinasi maupun waham dengan terapi modalitas berupa cara
mencegah perilaku kekerasan di kemudian hari
c. Jumlah anggota yang mengikuti TAK berjumlah 5 orang. Hal ini
sesuai dengan penyataan yang disampaikan oleh Keliat dan Akemat
(2005) bahwa jumlah anggota kelompok yang nyaman adalah
kelompok kecil yang anggotanya berkisar antara 5-12 orang. Jika
4
anggota kelompok terlalu besar akibatnya tidak semua anggota
mendapat kesempatan mengungkapkan perasaan, pendapat, dan
pengalamannya.
d. Klien bersedia mengikuti terapi TAK stimulasi persepsi dalam
mencegah perilaku kekerasan baik dengan cara sosial, spiritual, dan
patuh dalam minum obat
e. Pemilihan klien dilakukan dengan memilih klien dengan riwayat PK
dengan kondisi klien yang sudah stabil dan mampu diajak
berkomunikasi dengan baik (kooperatif). Klien yang dipilih sebagian
besar adalah yang baru pertama kali masuk di RS Grhasia dengan
harapan mereka akan memperoleh keterampilan baru dalam mencegah
perilaku kekerasan saat nanti mereka diperbolehkan pulang ke rumah.
5. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
a. Waktu Pelaksanaan : Selasa, 18 februari 2014, pukul 12.00 - selesai
b. Lama Pelaksanaan : 30 menit
c. Tempat Pelaksanaan : Ruang Shinta, RS Ghrasia
6. Nama Klien
N
o
Nama
1 Asrofah
2 Sri Wigati
3 Kardiyem
4 Warjiyem
5 Anik P.
7. Metode
a. Dinamika kelompok
b. Diskusi dan tanya jawab
c. Permainan
5
8. Media dan Alat
TAK ini menggunakan media dan alat yang spesifik yaitu
a. White boardb. Spidolc. Pulpend. Buku catatan
9. Susunan Pelaksana
a. Leader : Diyah Nur Rahmawatib. Co Leader : Mayang c. Fasilitator : Mayang dan Yulid. Observer : Yuliani Kurniasari
10. Uraian Tugas Pelaksana
a. Leader
1) Analisa dan observasi pola – pola komunikasi dalam kelompok.
2) Tetapkan tujuan dan peraturan kelompok sebelum kegiatan dimulai.
3) Bacakan tujuan dan peraturan kelompok sebelum kegiatan dimulai.
4) Motivasi anggota aktif dalam kelompok.
5) Mampu memimpin kegiatan dengan tertib.
b. Co – Leader
1) Sampaikan informasi / pesan dari fasilitator ke leader.
2) Ingatkan leader jika kegiatan menyimpang.
c. Fasilitator
1) Ikut serta dalam kelompok sebagai anggota.
2) Fasilitasi klien yang kurang aktif
3) Jadi model bagi klien selama kegiatan
d. Observer
1) Observasi jalannya kegiatan (jumlah peserta, klien yang keluar dan tidak
kembali, ketepatan waktu ).
2) Catat perilaku verbal dan non verbal klien selama kegiatan.
6
3) Atur alur permainan.
11. Setting TAK
a. Klien dan terapis duduk bersama dalam lingkaran
b. Tempat tenang dan nyaman
Keterangan :
: Leader : Klien
: Observer : pasilitator
12. Tata Tertib dan Program Antisipasi
a. Tata tertib
1) Peserta bersedia mengikuti kegiatan TAK.
2) Berpakaian rapi dan bersih.
3) Peserta tidak diperkenankan makan dan minum selama kegiatan.
4) Peserta tidak boleh meninggalkan ruangan sebelum tata tertib dibacakan
selama 5 menit
5) Peserta tidak diperkenankan meninggalkan ruangan setelah tata tertib
7
dibacakan. Bila peserta meninggalkan ruangan dan tidak bisa mengikuti
kegiatan lain setelah dibujuk oleh fasilitator, maka peserta tersebut tidak
dapat diganti oleh peserta cadangan.
6) Peserta hadir 5 menit sebelum kegiatan dimulai.
7) Peserta yang ingin mengajukan pernyataan, mengangkat tangan terlebih
dahulu dan berbicara setelah dipersilahkan.
b. Program Antisipasi
1) Usahakan dalam keadaan terapeutik
2) Anjurkan kepada terafis agar dapat menjaga perasaan anggota kelompok,
menahan diri untuk tertawa atau sikap yang menyinggung.
3) Bila ada peserta yang tidak menaati tata tertib, diperingatkan dan jika
tidak bisa diperingatkan, dikeluarkan dari kegiatan setelah dilakukan
penawaran.
4) Bila ada anggota cadangan yang ingin keluar, bicarakan dan dimintai
persetujuan dari peserta TAK yang lain.
5) Bila ada peserta TAK yang melakukan kegiatan yang tidak sesuai dengan
tujuan, leader memperingatkan dan mengarahkan kembali bila tidak bisa,
dikeluarkan dari kelompok.
6) Bila peserta pasif, leader memotivasi dibantu oleh fasilitator
13. Langkah Kegiatan Terapi Modalitas
a. Persiapan
1) Memilih klien sesuai kriteria
2) Membuat kontrak dengan klien
3) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
b. Orientasi
1) Salam terapeutik
a) Salam dari terapis kepada klien.
b) Perkenalkan nama dan panggilan terapis (pakai papan nama )
c) Menanyakan nama dan panggilan semua klien (beri papan nama)
8
2) Evaluasi validasi
a) Menanyakan perasaan klien saat ini
b) Menanyakan apakah ada penyebab marah, tanda dan gejala marah,
serta perilaku kekerasan.
c) Terapis menanyakan apakah kegiatan fisik dan interaksi sosial yang
asertif untuk mencegah perilaku kekerasan sudah dilakukan.
c. Kontrak
a) Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu cara sosial untuk mencegah
perilaku kekerasan .
b) Menjelaskan aturan main berikut.
Jika klien ada yang ingin meninggalkan kelompok, harus minta
izin kepada leader.
Lama kegiatan 30 menit.
Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir.
c. Tahap kerja
1) Terapis mendiskusikan dengan klien cara berbicara jika ingin meminta
sesuatu dari orang lain.
2) Terapis menuliskan cara-cara yang disampaikan klien
3) Terapis mendemonstrasikan cara meminta sesuatu tanpa paksaan, yaitu “
saya perlu/ingin/minta barang tersebut yang akan saya gunakan.
4) Terapis memilih dua orang klien secara bergilir mendemonstrasikan ulang
pada poin c
5) Ulangi poin d sampai semua klien mencoba
6) Memberikan pujian pada peran serta klien
7) Terapis mendemonstrasikan cara menolak dan menyampaikan rasa sakit
hati pada orang lain, yaitu “ saya tidak dapat melakukan apa yang
dikatakan oleh anda”
8) Memilih dua orang klien secara bergilir mendemonstrasikan ulang cara
9
pada poin g
9) Ulangi poin h sampai semua klien mencoba
10) Memberikan pujian pada peran serta klien
11) Meminta masing-masing klien menyebutkan nama lengkap, nama
panggilan, dan asal.
d. Tahap Terminasi
1) Evaluasi
a) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
b) Memberikan reinformennt positif atas keberhasilan kelompok.
2) Tindak Lanjut
a) Terapis menganjurkan klien menggunakan kegiatan fisik dan interaksi
sosial yang asertif, jika stimulus penyebab perilaku kekerasan terjadi.
b) Terapis menganjurkan klien melatih kegiatan fisik dan interaksi sosial
yang asertif secara teratur.
c) Memasukan interaksi sosial yang asertif pada jadwal kegiatan harian
klien.
3) Kontrak yang akan datang
a) Terapis membuat kontrak untuk TAK yang akan datang yaitu ”kegiatan
ibadah”.
b) Menyepakati waktu dan tempat TAK berikutnya.
TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK: RESIKO PERILAKU KEKERASAN
SESI 1V : MENCEGAH PERILAKU KEKERASAN SPIRITUAL
DI RUANG SHINTA RS GHRASIA
1. Latar Belakang
Berdasarkan hasil observasi selama bertugas di Ruang Shinta, didapatkan
sekitar 70% klien mempunyai diagnosa medis Skizofrenia yang disertai resiko
perilaku kekerasan. Klien dengan gangguan jiwa psikotik seperti ini mengalami
keadaan emosi yang tidak stabil dan bisa sewaktu-waktu terjadi bentuk perilaku
kekerasan kembali yang merugikan baik bagi dirinya sendiri maupun bagi orang
lain. Untuk menanggulangi ini, selain klien diajak untuk dapat mengidentifikasi
penyebab, tanda-tanda, perilaku kekerasan yang pernah dilakukan dan akibat dari
perilaku kekerasan yang dilakukan, maka perlu diadakan aktifitas yang member
stimulus secara konsisten kepada klien tentang cara mencegah perilaku kekerasan
dengan berbagai cara, antara lain dengan cara sosial, spiritual, dan patuh
mengkonsumsi obat. Dari fenomena tersebut kelompok tertarik untuk melakukan
Terapi Aktivitas Kelompok: stimulasi persepsi perilaku kekerasan (sosial,
spiritual, dan patuh mengkonsumsi obat.
2. Pengertian
a. Perilaku kekerasan
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan
tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri,
orang lain maupun lingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk mengungkapkan
perasaan kesal atau marah yang tidak konstruktif. (Stuart dan Sundeen,
1995).
Menurut Townsend (2000), amuk (aggresion) adalah tingkah laku
yang bertujuan untuk mengancam atau melukai diri sendiri dan orang lain
juga diartikan sebagai perang atau menyerang.
12
11
Disisi lain (Rasmun, 2001: 18) mendefinisikan Perilaku kekerasan
adalah reaksi yang ditampilkan oleh individu dalam menghadapi masalah
dengan melakukan tindakan penyerangan terhadap stessor, dapat juga
merusak dirinya sendiri, orang lain maupun lingkungan dan setiap
bermusuhan. Sedangkan (Yosep, 2009) berpendapat Perilaku kekerasan
adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat
membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri maupun orang lain.
Sering disebut juga gaduh gelisah atau amuk dimana seseorang marah
berespon terhadap suatu stressor dengan gerakan motorik yang tidak
terkontrol.
Individu melakukan kekerasan akibat adanya frustasi yang dirasakan
sebagai pemicu dan individu tidak mampu berpikir serta mengungkapkan
secara verbal sehingga mendemostrasikan pemecahan masalah dengan cara
yang tidak adekuat (Rawlins and Heacoco, 1998). Sedangkan menurut Keliat
(1999), perilaku kekerasan adalah perasaan marah dan bermusuhan yang kuat
disertai dengan hilangnya kontrol diri atau kendali diri.
3. TAK
Kelompok adalah kumpulan individu yang mempunyai hubungan antara
satu dengan yang lainnya, saling ketergantungan serta mempunyai norma
yang sama (Stuart & Sudden, 2009). Sedangkan kelompok terapeutik dapat
memberi kesempatan untuk bertukar tujuan (sharing).
Terapi kelompok adalah suatu psikotherapi yang dilakukan oleh
sekelompok penderita bersama-sama dengan jalan diskusi satu sama lain yang
dipimpin, diarahkan oleh terapis/ petugas kesehatan yang telah dilatih.
Terapi Aktivitas Kelompok: Terapi Aktivitas Kelompok: stimulasi
persepsi perilaku kekerasan adalah upaya untuk mencegah perilaku kekerasan
yang dapat dilakukan secara sosial, spiritual, dan patuh dalam minum obat.
12
4. Tujuan TAK
c. Tujuan Umum
Klien mampu mencegah terjadinya amuk dan perilaku kekerasan dengan cara
sosial, spiritual, dan patuh minum obat.
d. Tujuan Khusus
4) Sesi III: Mencegah Perilaku Kekerasan Sosial
c) Klien dapat mengungkapkan keinginan dan permintaan tanpa
memaksa
d) Klien dapat mengungkapkan penolakan dan rasa sakit hati tanpa
kemarahan
5) Sesi IV: Mencegah Perilaku Kekerasan Spiritual
b) Klien dapat melakukan ibadah secara teratur
6) Sesi V: Mencegah perilaku kekerasan dengan patuh mengkonsumsi obat
d) Klien dapat menyebutkan keuntungan patuh minum obat
e) Klien dapat menyebutkan akibat/kerugian tidak patuh minum obat
f) Klien dapat menyebutkan lima benar cara minum obat
5. Kriteria Anggota
a. Kondisi klien yang dilakukan TAK adalah klien dengan riwayat PK
dan sudah kooperatif untuk diajak berkomunikasi. Klien juga tidak
mengalami disorientasi tempat dan waktu.
b. Klien yang diajak untuk TAK adalah klien dengan riwayat PK dengan
halusinasi maupun waham dengan terapi modalitas berupa cara
mencegah perilaku kekerasan di kemudian hari
c. Jumlah anggota yang mengikuti TAK berjumlah 5 orang. Hal ini
sesuai dengan penyataan yang disampaikan oleh Keliat dan Akemat
(2005) bahwa jumlah anggota kelompok yang nyaman adalah
kelompok kecil yang anggotanya berkisar antara 5-12 orang. Jika
anggota kelompok terlalu besar akibatnya tidak semua anggota
13
mendapat kesempatan mengungkapkan perasaan, pendapat, dan
pengalamannya.
d. Klien bersedia mengikuti terapi TAK stimulasi persepsi dalam
mencegah perilaku kekerasan baik dengan cara sosial, spiritual, dan
patuh dalam minum obat
e. Pemilihan klien dilakukan dengan memilih klien dengan riwayat PK
dengan kondisi klien yang sudah stabil dan mampu diajak
berkomunikasi dengan baik (kooperatif). Klien yang dipilih sebagian
besar adalah yang baru pertama kali masuk di RS Grhasia dengan
harapan mereka akan memperoleh keterampilan baru dalam mencegah
perilaku kekerasan saat nanti mereka diperbolehkan pulang ke rumah.
6. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
a. Waktu Pelaksanaan : Rabu, 19 februari 2014, pukul 10.00 - selesai
b. Lama Pelaksanaan : 30 menit
c. Tempat Pelaksanaan : Ruang Shianta, RS Ghrasia
7. Nama Klien
No Nama
1 Asrofah
2 Sri Wigati
3 Kardiyem
4 Warjiyem
5 Anik P.
8. Metode
a. Diskusi kelompok
b. Orientasi lapangan
c. Permainan
9. Media dan Alat
14
TAK ini menggunakan media dan alat yang spesifik yaitu
a. White boardb. Spidolc. Pulpend. Buku catatan
10. Susunan Pelaksana
a. Leader : Mayangb. Co Leader : Yulianic. Fasilitator : Diyah dan Yulid. Observer : Diyah
11. Uraian Tugas Pelaksana
a. Leader
1) Analisa dan observasi pola – pola komunikasi dalam kelompok.
2) Tetapkan tujuan dan peraturan kelompok sebelum kegiatan dimulai.
3) Bacakan tujuan dan peraturan kelompok sebelum kegiatan dimulai.
4) Motivasi anggota aktif dalam kelompok.
5) Mampu memimpin kegiatan dengan tertib.
b. Co – Leader
1) Sampaikan informasi / pesan dari fasilitator ke leader.
2) Ingatkan leader jika kegiatan menyimpang.
c. Fasilitator
1) Ikut serta dalam kelompok sebagai anggota.
2) Fasilitasi klien yang kurang aktif
3) Jadi model bagi klien selama kegiatan
d. Observer
1) Observasi jalannya kegiatan (jumlah peserta, klien yang keluar dan tidak
kembali, ketepatan waktu ).
2) Catat perilaku verbal dan non verbal klien selama kegiatan.
15
3) Atur alur permainan.
12. Setting TAK
a. Klien dan terapis duduk bersama dalam lingkaran
b. Tempat tenang dan nyaman
Keterangan :
: Leader : Klien
: Co - Leader : pasilitator
13. Tata Tertib dan Program Antisipasi
a. Tata tertib
1) Peserta bersedia mengikuti kegiatan TAK.
2) Berpakaian rapi dan bersih.
3) Peserta tidak diperkenankan makan dan minum selama kegiatan.
4) Peserta tidak boleh meninggalkan ruangan sebelum tata tertib dibacakan
selama 5 menit.
5) Peserta tidak diperkenankan meninggalkan ruangan setelah tata tertib
16
dibacakan. Bila peserta meninggalkan ruangan dan tidak bisa mengikuti
kegiatan lain setelah dibujuk oleh fasilitator, maka peserta tersebut tidak
dapat diganti oleh peserta cadangan.
6) Peserta hadir 5 menit sebelum kegiatan dimulai.
7) Peserta yang ingin mengajukan pernyataan, mengangkat tangan terlebih
dahulu dan berbicara setelah dipersilahkan.
b. Program Antisipasi
1) Usahakan dalam keadaan terapeutik
2) Anjurkan kepada terafis agar dapat menjaga perasaan anggota kelompok,
menahan diri untuk tertawa atau sikap yang menyinggung.
3) Bila ada peserta yang direncanakan tidak bisa hadir, maka diganti oleh
cadangan yang telah disiapkan dengan cara ditawarkan terlebih dahulu
kepada peserta.
4) Bila ada peserta yang tidak menaati tata tertib, diperingatkan dan jika
tidak bisa diperingatkan, dikeluarkan dari kegiatan setelah dilakukan
penawaran.
5) Bila ada anggota cadangan yang ingin keluar, bicarakan dan dimintai
persetujuan dari peserta TAK yang lain.
6) Bila ada peserta TAK yang melakukan kegiatan yang tidak sesuai dengan
tujuan, leader memperingatkan dan mengarahkan kembali bila tidak bisa,
dikeluarkan dari kelompok.
7) Bila peserta pasif, leader memotivasi dibantu oleh fasilitator
14. Langkah Kegiatan Terapi Modalitas
a. Persiapan
1) Mengingatkan kontrak pada klien yang telah ikut sesi
2) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
b. Orientasi
1) Salam terapeutik
17
a) Salam dari terapis kepada klien.
b) Perkenalkan nama dan panggilan terapis
2) Evaluasi validasi
a) Menanyakan perasaan klien saat ini
b) Menanyakan apakah ada penyebab marah, tanda dan gejala marah,
serta perilaku kekerasan.
c) Terapis menanyakan apakah kegiatan fisik dan interaksi sosial yang
asertif untuk mencegah perilaku kekerasan sudah dilakukan.
3) Kontrak
a) Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu kegiatan ibadah untuk mencegah
perilaku kekerasan.
b) Menjelaskan aturan main berikut.
- Jika klien ada yang ingin meninggalkan kelompok, harus minta izin
kepada leader.
- Lama kegiatan 30 menit.
- Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir.
c. Tahap kerja
1) Terapis menanyakan agama dan kepercayaan masing-masing klien
2) Terapis mendiskusikan kegiatan ibadah yang biasa dilakukan masing-
masing klien
3) Terapis meminta klien untuk memilih satu kegiatan ibadah.
4) Terapis meminta klien mendemonstrasikan kegiatan ibadah yang dipilih.
5) Memberikan reinforcemen kepada peserta untuk setiap keberhasilan klien
dengan mengajak klien lain bertepuk tangan.
d. Tahap Terminasi
1) Evaluasi
a) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
b) Memberikan reinforment positif atas keberhasilan kelompok.
2) Tindak Lanjut
18
a) Terapis menganjurkan klien menggunakan kegiatan fisik dan interaksi
sosial yang asertif, dan kegiatan ibadah jika stimulus penyebab
perilaku kekerasan terjadi.
b) Terapis menganjurkan klien melatih kegiatan fisik, interaksi sosial,
dan kegiatan ibadah secara teratur.
c) Memasukan kegiatan ibadah pada jadwal kegiatan harian klien.
3) Kontrak yang akan datang
a) Menyepakati untuk belajar cara baru yang lain, yaitu minum obat
teratur.
b) Menyepakati waktu dan tempat pertemuan berikutnya
TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK: RESIKO PERILAKU KEKERASAN
SESI V : MENCEGAH PERILAKU KEKERASAN DENGAN PATUH MINUM
OBAT DI RUANG SHINTA RS GHRASIA
1. Latar Belakang
Berdasarkan hasil observasi selama bertugas di Ruang Shinta, didapatkan
sekitar 70% klien mempunyai diagnosa medis Skizofrenia yang disertai resiko
perilaku kekerasan. Klien dengan gangguan jiwa psikotik seperti ini mengalami
keadaan emosi yang tidak stabil dan bisa sewaktu-waktu terjadi bentuk perilaku
kekerasan kembali yang merugikan baik bagi dirinya sendiri maupun bagi orang
lain. Untuk menanggulangi ini, selain klien diajak untuk dapat mengidentifikasi
penyebab, tanda-tanda, perilaku kekerasan yang pernah dilakukan dan akibat dari
perilaku kekerasan yang dilakukan, maka perlu diadakan aktifitas yang member
stimulus secara konsisten kepada klien tentang cara mencegah perilaku kekerasan
dengan berbagai cara, antara lain dengan cara sosial, spiritual, dan patuh
mengkonsumsi obat. Dari fenomena tersebut kelompok tertarik untuk melakukan
Terapi Aktivitas Kelompok: stimulasi persepsi perilaku kekerasan (sosial,
spiritual, dan patuh mengkonsumsi obat.
2. Pengertian
a. Perilaku kekerasan
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan
tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri,
orang lain maupun lingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk
mengungkapkan perasaan kesal atau marah yang tidak konstruktif. (Stuart
dan Sundeen, 1995).
23
20
Menurut Townsend (2000), amuk (aggresion) adalah tingkah laku
yang bertujuan untuk mengancam atau melukai diri sendiri dan orang lain
juga diartikan sebagai perang atau menyerang.
Disisi lain (Rasmun, 2001: 18) mendefinisikan Perilaku kekerasan
adalah reaksi yang ditampilkan oleh individu dalam menghadapi masalah
dengan melakukan tindakan penyerangan terhadap stessor, dapat juga
merusak dirinya sendiri, orang lain maupun lingkungan dan setiap
bermusuhan. Sedangkan (Yosep, 2009) berpendapat Perilaku kekerasan
adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat
membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri maupun orang lain.
Sering disebut juga gaduh gelisah atau amuk dimana seseorang marah
berespon terhadap suatu stressor dengan gerakan motorik yang tidak
terkontrol.
Individu melakukan kekerasan akibat adanya frustasi yang dirasakan
sebagai pemicu dan individu tidak mampu berpikir serta mengungkapkan
secara verbal sehingga mendemostrasikan pemecahan masalah dengan
cara yang tidak adekuat (Rawlins and Heacoco, 1998). Sedangkan
menurut Keliat (1999), perilaku kekerasan adalah perasaan marah dan
bermusuhan yang kuat disertai dengan hilangnya kontrol diri atau kendali
diri.
3. TAK
Kelompok adalah kumpulan individu yang mempunyai hubungan antara
satu dengan yang lainnya, saling ketergantungan serta mempunyai norma
yang sama (Stuart & Sudden, 2009). Sedangkan kelompok terapeutik dapat
memberi kesempatan untuk bertukar tujuan (sharing).
Terapi kelompok adalah suatu psikotherapi yang dilakukan oleh
sekelompok penderita bersama-sama dengan jalan diskusi satu sama lain yang
dipimpin, diarahkan oleh terapis/ petugas kesehatan yang telah dilatih.
21
Terapi Aktivitas Kelompok: Terapi Aktivitas Kelompok: stimulasi
persepsi perilaku kekerasan adalah upaya untuk mencegah perilaku kekerasan
yang dapat dilakukan secara sosial, spiritual, dan patuh dalam minum obat.
4. Tujuan TAK
a. Tujuan Umum
Klien mampu mencegah terjadinya amuk dan perilaku kekerasan dengan cara
sosial, spiritual, dan patuh minum obat.
b. Tujuan Khusus
1) Sesi III: Mencegah Perilaku Kekerasan Sosial
a) Klien dapat mengungkapkan keinginan dan permintaan tanpa
memaksa
b) Klien dapat mengungkapkan penolakan dan rasa sakit hati tanpa
kemarahan
2) Sesi IV: Mencegah Perilaku Kekerasan Spiritual
Klien dapat melakukan ibadah secara teratur
3) Sesi V: Mencegah perilaku kekerasan dengan patuh mengkonsumsi
obat
a) Klien dapat menyebutkan keuntungan patuh minum obat
b) Klien dapat menyebutkan akibat/kerugian tidak patuh minum
obat
c) Klien dapat menyebutkan lima benar cara minum obat
5. Kriteria Anggota
a. Kondisi klien yang dilakukan TAK adalah klien dengan riwayat PK
dan sudah kooperatif untuk diajak berkomunikasi. Klien juga tidak
mengalami disorientasi tempat dan waktu.
22
b. Klien yang diajak untuk TAK adalah klien dengan riwayat PK dengan
halusinasi maupun waham dengan terapi modalitas berupa cara
mencegah perilaku kekerasan di kemudian hari
c. Jumlah anggota yang mengikuti TAK berjumlah 5 orang. Hal ini
sesuai dengan penyataan yang disampaikan oleh Keliat dan Akemat
(2005) bahwa jumlah anggota kelompok yang nyaman adalah
kelompok kecil yang anggotanya berkisar antara 5-12 orang. Jika
anggota kelompok terlalu besar akibatnya tidak semua anggota
mendapat kesempatan mengungkapkan perasaan, pendapat, dan
pengalamannya.
d. Klien bersedia mengikuti terapi TAK stimulasi persepsi dalam
mencegah perilaku kekerasan baik dengan cara sosial, spiritual, dan
patuh dalam minum obat
e. Pemilihan klien dilakukan dengan memilih klien dengan riwayat PK
dengan kondisi klien yang sudah stabil dan mampu diajak
berkomunikasi dengan baik (kooperatif). Klien yang dipilih sebagian
besar adalah yang baru pertama kali masuk di RS Grhasia dengan
harapan mereka akan memperoleh keterampilan baru dalam mencegah
perilaku kekerasan saat nanti mereka diperbolehkan pulang ke rumah.
6. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
a. Waktu Pelaksanaan : Kamis, 20 februari 2014, pukul 12.00 - selesai
b. Lama Pelaksanaan : 45 menit
c. Tempat Pelaksanaan : Ruang Shinta, RS Ghrasia
23
7. Nama Klien
No Nama
1 Asrofah
2 Sri Wigati
3 Kardiyem
4 Warjiyem
5 Anik P.
8. Metode
a. Diskusib. Tanya jawabc. Permainan
9. Media dan Alat
TAK ini menggunakan media dan alat yang spesifik yaitu
a. White boardb. Spidolc. Pulpend. Buku catatan
10. Susunan Pelaksana
a. Leader : Yulianib. Co Leader : Yulianic. Fasilitator : Mayangd. Observer : Diyah
11. Uraian Tugas Pelaksana
a. Leader
1) Analisa dan observasi pola – pola komunikasi dalam kelompok.
2) Tetapkan tujuan dan peraturan kelompok sebelum kegiatan dimulai.
3) Bacakan tujuan dan peraturan kelompok sebelum kegiatan dimulai.
4) Motivasi anggota aktif dalam kelompok.
24
5) Mampu memimpin kegiatan dengan tertib.
b. Co – Leader
1) Sampaikan informasi / pesan dari fasilitator ke leader.
2) Ingatkan leader jika kegiatan menyimpang.
c. Fasilitator
1) Ikut serta dalam kelompok sebagai anggota.
2) Fasilitasi klien yang kurang aktif
3) Jadi model bagi klien selama kegiatan
d. Observer
1) Observasi jalannya kegiatan (jumlah peserta, klien yang keluar dan tidak
kembali, ketepatan waktu ).
2) Catat perilaku verbal dan non verbal klien selama kegiatan.
3) Atur alur permainan.
12. Setting TAK
a. Klien dan terapis duduk bersama dalam lingkaran.
Keterangan :
25
: Leader : Klien
: Co - Leader : pasilitator
13. Tata Tertib dan Program Antisipasi
a. Tata tertib
1) Peserta bersedia mengikuti kegiatan TAK.
2) Berpakaian rapi dan bersih.
3) Peserta tidak diperkenankan makan dan minum selama kegiatan.
4) Peserta tidak boleh meninggalkan ruangan sebelum tata tertib dibacakan
selama 5 menit.
5) Peserta tidak diperkenankan meninggalkan ruangan setelah tata tertib
dibacakan. Bila peserta meninggalkan ruangan dan tidak bisa mengikuti
kegiatan lain setelah dibujuk oleh fasilitator, maka peserta tersebut tidak
dapat diganti oleh peserta cadangan.
6) Peserta hadir 5 menit sebelum kegiatan dimulai.
7) Peserta yang ingin mengajukan pernyataan, mengangkat tangan terlebih
dahulu dan berbicara setelah dipersilahkan.
b. Program Antisipasi
1) Usahakan dalam keadaan terapeutik
2) Anjurkan kepada terafis agar dapat menjaga perasaan anggota kelompok,
menahan diri untuk tertawa atau sikap yang menyinggung.
3) Bila ada peserta yang direncanakan tidak bisa hadir, maka diganti oleh
cadangan yang telah disiapkan dengan cara ditawarkan terlebih dahulu
kepada peserta.
4) Bila ada peserta yang tidak menaati tata tertib, diperingatkan dan jika
tidak bisa diperingatkan, dikeluarkan dari kegiatan setelah dilakukan
penawaran.
26
5) Bila ada anggota cadangan yang ingin keluar, bicarakan dan dimintai
persetujuan dari peserta TAK yang lain.
6) Bila ada peserta TAK yang melakukan kegiatan yang tidak sesuai dengan
tujuan, leader memperingatkan dan mengarahkan kembali bila tidak bisa,
dikeluarkan dari kelompok.
7) Bila peserta pasif, leader memotivasi dibantu oleh fasilitator
14. Langkah Kegiatan Terapi Modalitas
a. Persiapan
1) Memilih klien sesuai kriteria
2) Membuat kontrak dengan klien
3) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
b. Orientasi
1) Salam terapeutik
a) Salam dari terapis kepada klien.
b) Terapis dan klien memakai papan nama
2) Evaluasi validasi
a) Menanyakan perasaan klien saat ini
b) Menanyakan apakah ada penyebab marah, tanda dan gejala marah,
serta perilaku kekerasan.
c) Terapis menanyakan apakah kegiatan fisik, interaksi sosial yang asertif
dan kegiatan ibadah untuk mencegah perilaku kekerasan sudah
dilakukan.
3) Kontrak
a) Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu patuh minum obat untuk mencegah
perilaku kekerasan.
b) Menjelaskan aturan main berikut.
- Jika klien ada yang ingin meninggalkan kelompok, harus minta
izin kepada leader.
- Lama kegiatan 45 menit.
27
- Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir.
c. Tahap kerja
1) Terapis menjelaskan kegiatan yang akan dikerjakan.
2) Terapis menjelaskan langkah berikutnya: terapis dan klien menyanyikan
lagu, saat lagu dinyanyikan, pulpen dipindahkan dari satu klien ke klien
lain. Bila lagu yang dinyanyikan berhenti, dan ada salah satu peserta TAK
yang memegang pulpen, maka ia harus menjawab pertanyaan terapis.
3) Terapis dan klien menyanyikan lagu, saat lagu dinyanyikan, pulpen
dipindahkan dari satu klien ke klien lain. Bila lagu berhenti, dan ada salah
satu peserta TAK yang memegang pulpen, maka ia harus menjawab
pertanyaan terapis tentang keuntungan minum obat, kerugian minum obat
dan menyebutkan lima benar minum obat.
4) Ulangi langkah 3) sampai semua klien mendapatkan giliran.
5) Memberikan reinforcement kepada peserta untuk setiap keberhasilan klien
dengan mengajak klien lain bertepuk tangan.
d. Tahap Terminasi
1) Evaluasi
a) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
b) Menanyakan jumlah cara pencegahan perilaku kekerasan
c) Memberikan reinformennt positif atas keberhasilan kelompok.
2) Tindak Lanjut
Terapis menganjurkan klien menggunakan kegiatan fisik, interaksi sosial
asertif, kegiatan ibadah, dan patuh minum obat untuk mencegah perilaku
kekerasan.
3) Kontrak yang akan datang
Terapis mengakhiri TAK.