proposal tak

46
PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK) RESIKO PERILAKU KEKERASAN DI RUANG SHINTA RS GHRASIA Disusun Oleh: 1. DIYAH NUR RAHMAWATI 1305023 2. MAYANG HUSAG 1305030 3. YULIANI KURNIASARI 1305024 PROGRAM PROFESI NERS ANGKATANV SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN JENDERAL ACHMAD YANI YOGYAKARTA 2014

Upload: diyah-rahmawati

Post on 30-Dec-2015

62 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

TAK PK

TRANSCRIPT

Page 1: Proposal Tak

PROPOSAL

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK) RESIKO PERILAKU

KEKERASAN

DI RUANG SHINTA RS GHRASIA

Disusun Oleh:

1. DIYAH NUR RAHMAWATI 1305023

2. MAYANG HUSAG 1305030

3. YULIANI KURNIASARI 1305024

PROGRAM PROFESI NERS ANGKATANV

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

JENDERAL ACHMAD YANI

YOGYAKARTA

2014

Jl. Ringroad Barat, Ambarketawang, Gamping, Sleman Yogyakarta

Telp (0274) 434200

Page 2: Proposal Tak

LEMBAR PENGESAHAN

PROPOSAL

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK) RESIKO PERILAKU KEKERASAN

DI RUANG SHINTA RS GHRASIA

Disusun Oleh:

1. Diyah Nur Rahmawati 1305023

2. Mayang Husag 1305030

3. Yuliani Kurniasari 1305024

Telah disetujui pada Hari : Tanggal :

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

Page 3: Proposal Tak

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................. iHALAMAN PENGESAHAN ................................................................... iiDAFTAR ISI .............................................................................................. iii

A Sesi III ........................................................................................... 1B Sesi IV........................................................................................... 12C Sesi V ............................................................................................ 23

iii

Page 4: Proposal Tak

TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK: ORIENTASI REALITAS

SESI III : MENCEGAH PERILAKU KEKERASAN SOSIAL

DI RUANG SHINTA RS GHRASIA

1. Latar Belakang

Berdasarkan hasil observasi selama bertugas di Ruang Shinta, didapatkan

sekitar 70% klien mempunyai diagnosa medis Skizofrenia yang disertai resiko

perilaku kekerasan. Klien dengan gangguan jiwa psikotik seperti ini mengalami

keadaan emosi yang tidak stabil dan bisa sewaktu-waktu terjadi bentuk perilaku

kekerasan kembali yang merugikan baik bagi dirinya sendiri maupun bagi orang

lain. Untuk menanggulangi ini, selain klien diajak untuk dapat mengidentifikasi

penyebab, tanda-tanda, perilaku kekerasan yang pernah dilakukan dan akibat dari

perilaku kekerasan yang dilakukan, maka perlu diadakan aktifitas yang member

stimulus secara konsisten kepada klien tentang cara mencegah perilaku kekerasan

dengan berbagai cara, antara lain dengan cara sosial, spiritual, dan patuh

mengkonsumsi obat. Dari fenomena tersebut kelompok tertarik untuk melakukan

Terapi Aktivitas Kelompok: stimulasi persepsi perilaku kekerasan (sosial,

spiritual, dan patuh mengkonsumsi obat.

2. Pengertian

a. Perilaku kekerasan

b. Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan

tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri

sendiri, orang lain maupun lingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk

mengungkapkan perasaan kesal atau marah yang tidak konstruktif.

(Stuart dan Sundeen, 1995).

c. Menurut Townsend (2000), amuk (aggresion) adalah tingkah laku

yang bertujuan untuk mengancam atau melukai diri sendiri dan orang

lain juga diartikan sebagai perang atau menyerang.

1

Page 5: Proposal Tak

2

d. Disisi lain (Rasmun, 2001: 18) mendefinisikan Perilaku kekerasan

adalah reaksi yang ditampilkan oleh individu dalam menghadapi

masalah dengan melakukan tindakan penyerangan terhadap stessor,

dapat juga merusak dirinya sendiri, orang lain maupun lingkungan dan

setiap bermusuhan. Sedangkan (Yosep, 2009) berpendapat Perilaku

kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan

yang dapat membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri

maupun orang lain. Sering disebut juga gaduh gelisah atau amuk

dimana seseorang marah berespon terhadap suatu stressor dengan

gerakan motorik yang tidak terkontrol.

e. Individu melakukan kekerasan akibat adanya frustasi yang dirasakan

sebagai pemicu dan individu tidak mampu berpikir serta

mengungkapkan secara verbal sehingga mendemostrasikan pemecahan

masalah dengan cara yang tidak adekuat (Rawlins and Heacoco,

1998). Sedangkan menurut Keliat (1999), perilaku kekerasan adalah

perasaan marah dan bermusuhan yang kuat disertai dengan hilangnya

kontrol diri atau kendali diri.

f. TAK

Kelompok adalah kumpulan individu yang mempunyai hubungan antara

satu dengan yang lainnya, saling ketergantungan serta mempunyai norma

yang sama (Stuart & Sudden, 2009). Sedangkan kelompok terapeutik dapat

memberi kesempatan untuk bertukar tujuan (sharing).

Terapi kelompok adalah suatu psikotherapi yang dilakukan oleh

sekelompok penderita bersama-sama dengan jalan diskusi satu sama lain yang

dipimpin, diarahkan oleh terapis/ petugas kesehatan yang telah dilatih.

Terapi Aktivitas Kelompok: Terapi Aktivitas Kelompok: stimulasi

persepsi perilaku kekerasan adalah upaya untuk mencegah perilaku kekerasan

yang dapat dilakukan secara sosial, spiritual, dan patuh dalam minum obat.

Page 6: Proposal Tak

3

3. Tujuan TAK

a. Tujuan Umum

Klien mampu mencegah terjadinya amuk dan perilaku kekerasan dengan cara

sosial, spiritual, dan patuh minum obat.

b. Tujuan Khusus

1) Sesi III: Mencegah Perilaku Kekerasan Sosial

a) Klien dapat mengungkapkan keinginan dan permintaan tanpa

memaksa

b) Klien dapat mengungkapkan penolakan dan rasa sakit hati tanpa

kemarahan

2) Sesi IV: Mencegah Perilaku Kekerasan Spiritual

a) Klien dapat melakukan ibadah secara teratur

3) Sesi V: Mencegah perilaku kekerasan dengan patuh mengkonsumsi obat

a) Klien dapat menyebutkan keuntungan patuh minum obat

b) Klien dapat menyebutkan akibat/kerugian tidak patuh minum obat

c) Klien dapat menyebutkan lima benar cara minum obat

4. Kriteria Anggota

a. Kondisi klien yang dilakukan TAK adalah klien dengan riwayat PK

dan sudah kooperatif untuk diajak berkomunikasi. Klien juga tidak

mengalami disorientasi tempat dan waktu.

b. Klien yang diajak untuk TAK adalah klien dengan riwayat PK dengan

halusinasi maupun waham dengan terapi modalitas berupa cara

mencegah perilaku kekerasan di kemudian hari

c. Jumlah anggota yang mengikuti TAK berjumlah 5 orang. Hal ini

sesuai dengan penyataan yang disampaikan oleh Keliat dan Akemat

(2005) bahwa jumlah anggota kelompok yang nyaman adalah

kelompok kecil yang anggotanya berkisar antara 5-12 orang. Jika

Page 7: Proposal Tak

4

anggota kelompok terlalu besar akibatnya tidak semua anggota

mendapat kesempatan mengungkapkan perasaan, pendapat, dan

pengalamannya.

d. Klien bersedia mengikuti terapi TAK stimulasi persepsi dalam

mencegah perilaku kekerasan baik dengan cara sosial, spiritual, dan

patuh dalam minum obat

e. Pemilihan klien dilakukan dengan memilih klien dengan riwayat PK

dengan kondisi klien yang sudah stabil dan mampu diajak

berkomunikasi dengan baik (kooperatif). Klien yang dipilih sebagian

besar adalah yang baru pertama kali masuk di RS Grhasia dengan

harapan mereka akan memperoleh keterampilan baru dalam mencegah

perilaku kekerasan saat nanti mereka diperbolehkan pulang ke rumah.

5. Waktu dan Tempat Pelaksanaan

a. Waktu Pelaksanaan : Selasa, 18 februari 2014, pukul 12.00 - selesai

b. Lama Pelaksanaan : 30 menit

c. Tempat Pelaksanaan : Ruang Shinta, RS Ghrasia

6. Nama Klien

N

o

Nama

1 Asrofah

2 Sri Wigati

3 Kardiyem

4 Warjiyem

5 Anik P.

7. Metode

a. Dinamika kelompok

b. Diskusi dan tanya jawab

c. Permainan

Page 8: Proposal Tak

5

8. Media dan Alat

TAK ini menggunakan media dan alat yang spesifik yaitu

a. White boardb. Spidolc. Pulpend. Buku catatan

9. Susunan Pelaksana

a. Leader : Diyah Nur Rahmawatib. Co Leader : Mayang c. Fasilitator : Mayang dan Yulid. Observer : Yuliani Kurniasari

10. Uraian Tugas Pelaksana

a. Leader

1) Analisa dan observasi pola – pola komunikasi dalam kelompok.

2) Tetapkan tujuan dan peraturan kelompok sebelum kegiatan dimulai.

3) Bacakan tujuan dan peraturan kelompok sebelum kegiatan dimulai.

4) Motivasi anggota aktif dalam kelompok.

5) Mampu memimpin kegiatan dengan tertib.

b. Co – Leader

1) Sampaikan informasi / pesan dari fasilitator ke leader.

2) Ingatkan leader jika kegiatan menyimpang.

c. Fasilitator

1) Ikut serta dalam kelompok sebagai anggota.

2) Fasilitasi klien yang kurang aktif

3) Jadi model bagi klien selama kegiatan

d. Observer

1) Observasi jalannya kegiatan (jumlah peserta, klien yang keluar dan tidak

kembali, ketepatan waktu ).

2) Catat perilaku verbal dan non verbal klien selama kegiatan.

Page 9: Proposal Tak

6

3) Atur alur permainan.

11. Setting TAK

a. Klien dan terapis duduk bersama dalam lingkaran

b. Tempat tenang dan nyaman

Keterangan :

: Leader : Klien

: Observer : pasilitator

12. Tata Tertib dan Program Antisipasi

a. Tata tertib

1) Peserta bersedia mengikuti kegiatan TAK.

2) Berpakaian rapi dan bersih.

3) Peserta tidak diperkenankan makan dan minum selama kegiatan.

4) Peserta tidak boleh meninggalkan ruangan sebelum tata tertib dibacakan

selama 5 menit

5) Peserta tidak diperkenankan meninggalkan ruangan setelah tata tertib

Page 10: Proposal Tak

7

dibacakan. Bila peserta meninggalkan ruangan dan tidak bisa mengikuti

kegiatan lain setelah dibujuk oleh fasilitator, maka peserta tersebut tidak

dapat diganti oleh peserta cadangan.

6) Peserta hadir 5 menit sebelum kegiatan dimulai.

7) Peserta yang ingin mengajukan pernyataan, mengangkat tangan terlebih

dahulu dan berbicara setelah dipersilahkan.

b. Program Antisipasi

1) Usahakan dalam keadaan terapeutik

2) Anjurkan kepada terafis agar dapat menjaga perasaan anggota kelompok,

menahan diri untuk tertawa atau sikap yang menyinggung.

3) Bila ada peserta yang tidak menaati tata tertib, diperingatkan dan jika

tidak bisa diperingatkan, dikeluarkan dari kegiatan setelah dilakukan

penawaran.

4) Bila ada anggota cadangan yang ingin keluar, bicarakan dan dimintai

persetujuan dari peserta TAK yang lain.

5) Bila ada peserta TAK yang melakukan kegiatan yang tidak sesuai dengan

tujuan, leader memperingatkan dan mengarahkan kembali bila tidak bisa,

dikeluarkan dari kelompok.

6) Bila peserta pasif, leader memotivasi dibantu oleh fasilitator

13. Langkah Kegiatan Terapi Modalitas

a. Persiapan

1) Memilih klien sesuai kriteria

2) Membuat kontrak dengan klien

3) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan

b. Orientasi

1) Salam terapeutik

a) Salam dari terapis kepada klien.

b) Perkenalkan nama dan panggilan terapis (pakai papan nama )

c) Menanyakan nama dan panggilan semua klien (beri papan nama)

Page 11: Proposal Tak

8

2) Evaluasi validasi

a) Menanyakan perasaan klien saat ini

b) Menanyakan apakah ada penyebab marah, tanda dan gejala marah,

serta perilaku kekerasan.

c) Terapis menanyakan apakah kegiatan fisik dan interaksi sosial yang

asertif untuk mencegah perilaku kekerasan sudah dilakukan.

c. Kontrak

a) Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu cara sosial untuk mencegah

perilaku kekerasan .

b) Menjelaskan aturan main berikut.

Jika klien ada yang ingin meninggalkan kelompok, harus minta

izin kepada leader.

Lama kegiatan 30 menit.

Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir.

c. Tahap kerja

1) Terapis mendiskusikan dengan klien cara berbicara jika ingin meminta

sesuatu dari orang lain.

2) Terapis menuliskan cara-cara yang disampaikan klien

3) Terapis mendemonstrasikan cara meminta sesuatu tanpa paksaan, yaitu “

saya perlu/ingin/minta barang tersebut yang akan saya gunakan.

4) Terapis memilih dua orang klien secara bergilir mendemonstrasikan ulang

pada poin c

5) Ulangi poin d sampai semua klien mencoba

6) Memberikan pujian pada peran serta klien

7) Terapis mendemonstrasikan cara menolak dan menyampaikan rasa sakit

hati pada orang lain, yaitu “ saya tidak dapat melakukan apa yang

dikatakan oleh anda”

8) Memilih dua orang klien secara bergilir mendemonstrasikan ulang cara

Page 12: Proposal Tak

9

pada poin g

9) Ulangi poin h sampai semua klien mencoba

10) Memberikan pujian pada peran serta klien

11) Meminta masing-masing klien menyebutkan nama lengkap, nama

panggilan, dan asal.

d. Tahap Terminasi

1) Evaluasi

a) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.

b) Memberikan reinformennt positif atas keberhasilan kelompok.

2) Tindak Lanjut

a) Terapis menganjurkan klien menggunakan kegiatan fisik dan interaksi

sosial yang asertif, jika stimulus penyebab perilaku kekerasan terjadi.

b) Terapis menganjurkan klien melatih kegiatan fisik dan interaksi sosial

yang asertif secara teratur.

c) Memasukan interaksi sosial yang asertif pada jadwal kegiatan harian

klien.

3) Kontrak yang akan datang

a) Terapis membuat kontrak untuk TAK yang akan datang yaitu ”kegiatan

ibadah”.

b) Menyepakati waktu dan tempat TAK berikutnya.

Page 13: Proposal Tak

TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK: RESIKO PERILAKU KEKERASAN

SESI 1V : MENCEGAH PERILAKU KEKERASAN SPIRITUAL

DI RUANG SHINTA RS GHRASIA

1. Latar Belakang

Berdasarkan hasil observasi selama bertugas di Ruang Shinta, didapatkan

sekitar 70% klien mempunyai diagnosa medis Skizofrenia yang disertai resiko

perilaku kekerasan. Klien dengan gangguan jiwa psikotik seperti ini mengalami

keadaan emosi yang tidak stabil dan bisa sewaktu-waktu terjadi bentuk perilaku

kekerasan kembali yang merugikan baik bagi dirinya sendiri maupun bagi orang

lain. Untuk menanggulangi ini, selain klien diajak untuk dapat mengidentifikasi

penyebab, tanda-tanda, perilaku kekerasan yang pernah dilakukan dan akibat dari

perilaku kekerasan yang dilakukan, maka perlu diadakan aktifitas yang member

stimulus secara konsisten kepada klien tentang cara mencegah perilaku kekerasan

dengan berbagai cara, antara lain dengan cara sosial, spiritual, dan patuh

mengkonsumsi obat. Dari fenomena tersebut kelompok tertarik untuk melakukan

Terapi Aktivitas Kelompok: stimulasi persepsi perilaku kekerasan (sosial,

spiritual, dan patuh mengkonsumsi obat.

2. Pengertian

a. Perilaku kekerasan

Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan

tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri,

orang lain maupun lingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk mengungkapkan

perasaan kesal atau marah yang tidak konstruktif. (Stuart dan Sundeen,

1995).

Menurut Townsend (2000), amuk (aggresion) adalah tingkah laku

yang bertujuan untuk mengancam atau melukai diri sendiri dan orang lain

juga diartikan sebagai perang atau menyerang.

12

Page 14: Proposal Tak

11

Disisi lain (Rasmun, 2001: 18) mendefinisikan Perilaku kekerasan

adalah reaksi yang ditampilkan oleh individu dalam menghadapi masalah

dengan melakukan tindakan penyerangan terhadap stessor, dapat juga

merusak dirinya sendiri, orang lain maupun lingkungan dan setiap

bermusuhan. Sedangkan (Yosep, 2009) berpendapat Perilaku kekerasan

adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat

membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri maupun orang lain.

Sering disebut juga gaduh gelisah atau amuk dimana seseorang marah

berespon terhadap suatu stressor dengan gerakan motorik yang tidak

terkontrol.

Individu melakukan kekerasan akibat adanya frustasi yang dirasakan

sebagai pemicu dan individu tidak mampu berpikir serta mengungkapkan

secara verbal sehingga mendemostrasikan pemecahan masalah dengan cara

yang tidak adekuat (Rawlins and Heacoco, 1998). Sedangkan menurut Keliat

(1999), perilaku kekerasan adalah perasaan marah dan bermusuhan yang kuat

disertai dengan hilangnya kontrol diri atau kendali diri.

3. TAK

Kelompok adalah kumpulan individu yang mempunyai hubungan antara

satu dengan yang lainnya, saling ketergantungan serta mempunyai norma

yang sama (Stuart & Sudden, 2009). Sedangkan kelompok terapeutik dapat

memberi kesempatan untuk bertukar tujuan (sharing).

Terapi kelompok adalah suatu psikotherapi yang dilakukan oleh

sekelompok penderita bersama-sama dengan jalan diskusi satu sama lain yang

dipimpin, diarahkan oleh terapis/ petugas kesehatan yang telah dilatih.

Terapi Aktivitas Kelompok: Terapi Aktivitas Kelompok: stimulasi

persepsi perilaku kekerasan adalah upaya untuk mencegah perilaku kekerasan

yang dapat dilakukan secara sosial, spiritual, dan patuh dalam minum obat.

Page 15: Proposal Tak

12

4. Tujuan TAK

c. Tujuan Umum

Klien mampu mencegah terjadinya amuk dan perilaku kekerasan dengan cara

sosial, spiritual, dan patuh minum obat.

d. Tujuan Khusus

4) Sesi III: Mencegah Perilaku Kekerasan Sosial

c) Klien dapat mengungkapkan keinginan dan permintaan tanpa

memaksa

d) Klien dapat mengungkapkan penolakan dan rasa sakit hati tanpa

kemarahan

5) Sesi IV: Mencegah Perilaku Kekerasan Spiritual

b) Klien dapat melakukan ibadah secara teratur

6) Sesi V: Mencegah perilaku kekerasan dengan patuh mengkonsumsi obat

d) Klien dapat menyebutkan keuntungan patuh minum obat

e) Klien dapat menyebutkan akibat/kerugian tidak patuh minum obat

f) Klien dapat menyebutkan lima benar cara minum obat

5. Kriteria Anggota

a. Kondisi klien yang dilakukan TAK adalah klien dengan riwayat PK

dan sudah kooperatif untuk diajak berkomunikasi. Klien juga tidak

mengalami disorientasi tempat dan waktu.

b. Klien yang diajak untuk TAK adalah klien dengan riwayat PK dengan

halusinasi maupun waham dengan terapi modalitas berupa cara

mencegah perilaku kekerasan di kemudian hari

c. Jumlah anggota yang mengikuti TAK berjumlah 5 orang. Hal ini

sesuai dengan penyataan yang disampaikan oleh Keliat dan Akemat

(2005) bahwa jumlah anggota kelompok yang nyaman adalah

kelompok kecil yang anggotanya berkisar antara 5-12 orang. Jika

anggota kelompok terlalu besar akibatnya tidak semua anggota

Page 16: Proposal Tak

13

mendapat kesempatan mengungkapkan perasaan, pendapat, dan

pengalamannya.

d. Klien bersedia mengikuti terapi TAK stimulasi persepsi dalam

mencegah perilaku kekerasan baik dengan cara sosial, spiritual, dan

patuh dalam minum obat

e. Pemilihan klien dilakukan dengan memilih klien dengan riwayat PK

dengan kondisi klien yang sudah stabil dan mampu diajak

berkomunikasi dengan baik (kooperatif). Klien yang dipilih sebagian

besar adalah yang baru pertama kali masuk di RS Grhasia dengan

harapan mereka akan memperoleh keterampilan baru dalam mencegah

perilaku kekerasan saat nanti mereka diperbolehkan pulang ke rumah.

6. Waktu dan Tempat Pelaksanaan

a. Waktu Pelaksanaan : Rabu, 19 februari 2014, pukul 10.00 - selesai

b. Lama Pelaksanaan : 30 menit

c. Tempat Pelaksanaan : Ruang Shianta, RS Ghrasia

7. Nama Klien

No Nama

1 Asrofah

2 Sri Wigati

3 Kardiyem

4 Warjiyem

5 Anik P.

8. Metode

a. Diskusi kelompok

b. Orientasi lapangan

c. Permainan

9. Media dan Alat

Page 17: Proposal Tak

14

TAK ini menggunakan media dan alat yang spesifik yaitu

a. White boardb. Spidolc. Pulpend. Buku catatan

10. Susunan Pelaksana

a. Leader : Mayangb. Co Leader : Yulianic. Fasilitator : Diyah dan Yulid. Observer : Diyah

11. Uraian Tugas Pelaksana

a. Leader

1) Analisa dan observasi pola – pola komunikasi dalam kelompok.

2) Tetapkan tujuan dan peraturan kelompok sebelum kegiatan dimulai.

3) Bacakan tujuan dan peraturan kelompok sebelum kegiatan dimulai.

4) Motivasi anggota aktif dalam kelompok.

5) Mampu memimpin kegiatan dengan tertib.

b. Co – Leader

1) Sampaikan informasi / pesan dari fasilitator ke leader.

2) Ingatkan leader jika kegiatan menyimpang.

c. Fasilitator

1) Ikut serta dalam kelompok sebagai anggota.

2) Fasilitasi klien yang kurang aktif

3) Jadi model bagi klien selama kegiatan

d. Observer

1) Observasi jalannya kegiatan (jumlah peserta, klien yang keluar dan tidak

kembali, ketepatan waktu ).

2) Catat perilaku verbal dan non verbal klien selama kegiatan.

Page 18: Proposal Tak

15

3) Atur alur permainan.

12. Setting TAK

a. Klien dan terapis duduk bersama dalam lingkaran

b. Tempat tenang dan nyaman

Keterangan :

: Leader : Klien

: Co - Leader : pasilitator

13. Tata Tertib dan Program Antisipasi

a. Tata tertib

1) Peserta bersedia mengikuti kegiatan TAK.

2) Berpakaian rapi dan bersih.

3) Peserta tidak diperkenankan makan dan minum selama kegiatan.

4) Peserta tidak boleh meninggalkan ruangan sebelum tata tertib dibacakan

selama 5 menit.

5) Peserta tidak diperkenankan meninggalkan ruangan setelah tata tertib

Page 19: Proposal Tak

16

dibacakan. Bila peserta meninggalkan ruangan dan tidak bisa mengikuti

kegiatan lain setelah dibujuk oleh fasilitator, maka peserta tersebut tidak

dapat diganti oleh peserta cadangan.

6) Peserta hadir 5 menit sebelum kegiatan dimulai.

7) Peserta yang ingin mengajukan pernyataan, mengangkat tangan terlebih

dahulu dan berbicara setelah dipersilahkan.

b. Program Antisipasi

1) Usahakan dalam keadaan terapeutik

2) Anjurkan kepada terafis agar dapat menjaga perasaan anggota kelompok,

menahan diri untuk tertawa atau sikap yang menyinggung.

3) Bila ada peserta yang direncanakan tidak bisa hadir, maka diganti oleh

cadangan yang telah disiapkan dengan cara ditawarkan terlebih dahulu

kepada peserta.

4) Bila ada peserta yang tidak menaati tata tertib, diperingatkan dan jika

tidak bisa diperingatkan, dikeluarkan dari kegiatan setelah dilakukan

penawaran.

5) Bila ada anggota cadangan yang ingin keluar, bicarakan dan dimintai

persetujuan dari peserta TAK yang lain.

6) Bila ada peserta TAK yang melakukan kegiatan yang tidak sesuai dengan

tujuan, leader memperingatkan dan mengarahkan kembali bila tidak bisa,

dikeluarkan dari kelompok.

7) Bila peserta pasif, leader memotivasi dibantu oleh fasilitator

14. Langkah Kegiatan Terapi Modalitas

a. Persiapan

1) Mengingatkan kontrak pada klien yang telah ikut sesi

2) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.

b. Orientasi

1) Salam terapeutik

Page 20: Proposal Tak

17

a) Salam dari terapis kepada klien.

b) Perkenalkan nama dan panggilan terapis

2) Evaluasi validasi

a) Menanyakan perasaan klien saat ini

b) Menanyakan apakah ada penyebab marah, tanda dan gejala marah,

serta perilaku kekerasan.

c) Terapis menanyakan apakah kegiatan fisik dan interaksi sosial yang

asertif untuk mencegah perilaku kekerasan sudah dilakukan.

3) Kontrak

a) Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu kegiatan ibadah untuk mencegah

perilaku kekerasan.

b) Menjelaskan aturan main berikut.

- Jika klien ada yang ingin meninggalkan kelompok, harus minta izin

kepada leader.

- Lama kegiatan 30 menit.

- Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir.

c. Tahap kerja

1) Terapis menanyakan agama dan kepercayaan masing-masing klien

2) Terapis mendiskusikan kegiatan ibadah yang biasa dilakukan masing-

masing klien

3) Terapis meminta klien untuk memilih satu kegiatan ibadah.

4) Terapis meminta klien mendemonstrasikan kegiatan ibadah yang dipilih.

5) Memberikan reinforcemen kepada peserta untuk setiap keberhasilan klien

dengan mengajak klien lain bertepuk tangan.

d. Tahap Terminasi

1) Evaluasi

a) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.

b) Memberikan reinforment positif atas keberhasilan kelompok.

2) Tindak Lanjut

Page 21: Proposal Tak

18

a) Terapis menganjurkan klien menggunakan kegiatan fisik dan interaksi

sosial yang asertif, dan kegiatan ibadah jika stimulus penyebab

perilaku kekerasan terjadi.

b) Terapis menganjurkan klien melatih kegiatan fisik, interaksi sosial,

dan kegiatan ibadah secara teratur.

c) Memasukan kegiatan ibadah pada jadwal kegiatan harian klien.

3) Kontrak yang akan datang

a) Menyepakati untuk belajar cara baru yang lain, yaitu minum obat

teratur.

b) Menyepakati waktu dan tempat pertemuan berikutnya

Page 22: Proposal Tak

TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK: RESIKO PERILAKU KEKERASAN

SESI V : MENCEGAH PERILAKU KEKERASAN DENGAN PATUH MINUM

OBAT DI RUANG SHINTA RS GHRASIA

1. Latar Belakang

Berdasarkan hasil observasi selama bertugas di Ruang Shinta, didapatkan

sekitar 70% klien mempunyai diagnosa medis Skizofrenia yang disertai resiko

perilaku kekerasan. Klien dengan gangguan jiwa psikotik seperti ini mengalami

keadaan emosi yang tidak stabil dan bisa sewaktu-waktu terjadi bentuk perilaku

kekerasan kembali yang merugikan baik bagi dirinya sendiri maupun bagi orang

lain. Untuk menanggulangi ini, selain klien diajak untuk dapat mengidentifikasi

penyebab, tanda-tanda, perilaku kekerasan yang pernah dilakukan dan akibat dari

perilaku kekerasan yang dilakukan, maka perlu diadakan aktifitas yang member

stimulus secara konsisten kepada klien tentang cara mencegah perilaku kekerasan

dengan berbagai cara, antara lain dengan cara sosial, spiritual, dan patuh

mengkonsumsi obat. Dari fenomena tersebut kelompok tertarik untuk melakukan

Terapi Aktivitas Kelompok: stimulasi persepsi perilaku kekerasan (sosial,

spiritual, dan patuh mengkonsumsi obat.

2. Pengertian

a. Perilaku kekerasan

Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan

tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri,

orang lain maupun lingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk

mengungkapkan perasaan kesal atau marah yang tidak konstruktif. (Stuart

dan Sundeen, 1995).

23

Page 23: Proposal Tak

20

Menurut Townsend (2000), amuk (aggresion) adalah tingkah laku

yang bertujuan untuk mengancam atau melukai diri sendiri dan orang lain

juga diartikan sebagai perang atau menyerang.

Disisi lain (Rasmun, 2001: 18) mendefinisikan Perilaku kekerasan

adalah reaksi yang ditampilkan oleh individu dalam menghadapi masalah

dengan melakukan tindakan penyerangan terhadap stessor, dapat juga

merusak dirinya sendiri, orang lain maupun lingkungan dan setiap

bermusuhan. Sedangkan (Yosep, 2009) berpendapat Perilaku kekerasan

adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat

membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri maupun orang lain.

Sering disebut juga gaduh gelisah atau amuk dimana seseorang marah

berespon terhadap suatu stressor dengan gerakan motorik yang tidak

terkontrol.

Individu melakukan kekerasan akibat adanya frustasi yang dirasakan

sebagai pemicu dan individu tidak mampu berpikir serta mengungkapkan

secara verbal sehingga mendemostrasikan pemecahan masalah dengan

cara yang tidak adekuat (Rawlins and Heacoco, 1998). Sedangkan

menurut Keliat (1999), perilaku kekerasan adalah perasaan marah dan

bermusuhan yang kuat disertai dengan hilangnya kontrol diri atau kendali

diri.

3. TAK

Kelompok adalah kumpulan individu yang mempunyai hubungan antara

satu dengan yang lainnya, saling ketergantungan serta mempunyai norma

yang sama (Stuart & Sudden, 2009). Sedangkan kelompok terapeutik dapat

memberi kesempatan untuk bertukar tujuan (sharing).

Terapi kelompok adalah suatu psikotherapi yang dilakukan oleh

sekelompok penderita bersama-sama dengan jalan diskusi satu sama lain yang

dipimpin, diarahkan oleh terapis/ petugas kesehatan yang telah dilatih.

Page 24: Proposal Tak

21

Terapi Aktivitas Kelompok: Terapi Aktivitas Kelompok: stimulasi

persepsi perilaku kekerasan adalah upaya untuk mencegah perilaku kekerasan

yang dapat dilakukan secara sosial, spiritual, dan patuh dalam minum obat.

4. Tujuan TAK

a. Tujuan Umum

Klien mampu mencegah terjadinya amuk dan perilaku kekerasan dengan cara

sosial, spiritual, dan patuh minum obat.

b. Tujuan Khusus

1) Sesi III: Mencegah Perilaku Kekerasan Sosial

a) Klien dapat mengungkapkan keinginan dan permintaan tanpa

memaksa

b) Klien dapat mengungkapkan penolakan dan rasa sakit hati tanpa

kemarahan

2) Sesi IV: Mencegah Perilaku Kekerasan Spiritual

Klien dapat melakukan ibadah secara teratur

3) Sesi V: Mencegah perilaku kekerasan dengan patuh mengkonsumsi

obat

a) Klien dapat menyebutkan keuntungan patuh minum obat

b) Klien dapat menyebutkan akibat/kerugian tidak patuh minum

obat

c) Klien dapat menyebutkan lima benar cara minum obat

5. Kriteria Anggota

a. Kondisi klien yang dilakukan TAK adalah klien dengan riwayat PK

dan sudah kooperatif untuk diajak berkomunikasi. Klien juga tidak

mengalami disorientasi tempat dan waktu.

Page 25: Proposal Tak

22

b. Klien yang diajak untuk TAK adalah klien dengan riwayat PK dengan

halusinasi maupun waham dengan terapi modalitas berupa cara

mencegah perilaku kekerasan di kemudian hari

c. Jumlah anggota yang mengikuti TAK berjumlah 5 orang. Hal ini

sesuai dengan penyataan yang disampaikan oleh Keliat dan Akemat

(2005) bahwa jumlah anggota kelompok yang nyaman adalah

kelompok kecil yang anggotanya berkisar antara 5-12 orang. Jika

anggota kelompok terlalu besar akibatnya tidak semua anggota

mendapat kesempatan mengungkapkan perasaan, pendapat, dan

pengalamannya.

d. Klien bersedia mengikuti terapi TAK stimulasi persepsi dalam

mencegah perilaku kekerasan baik dengan cara sosial, spiritual, dan

patuh dalam minum obat

e. Pemilihan klien dilakukan dengan memilih klien dengan riwayat PK

dengan kondisi klien yang sudah stabil dan mampu diajak

berkomunikasi dengan baik (kooperatif). Klien yang dipilih sebagian

besar adalah yang baru pertama kali masuk di RS Grhasia dengan

harapan mereka akan memperoleh keterampilan baru dalam mencegah

perilaku kekerasan saat nanti mereka diperbolehkan pulang ke rumah.

6. Waktu dan Tempat Pelaksanaan

a. Waktu Pelaksanaan : Kamis, 20 februari 2014, pukul 12.00 - selesai

b. Lama Pelaksanaan : 45 menit

c. Tempat Pelaksanaan : Ruang Shinta, RS Ghrasia

Page 26: Proposal Tak

23

7. Nama Klien

No Nama

1 Asrofah

2 Sri Wigati

3 Kardiyem

4 Warjiyem

5 Anik P.

8. Metode

a. Diskusib. Tanya jawabc. Permainan

9. Media dan Alat

TAK ini menggunakan media dan alat yang spesifik yaitu

a. White boardb. Spidolc. Pulpend. Buku catatan

10. Susunan Pelaksana

a. Leader : Yulianib. Co Leader : Yulianic. Fasilitator : Mayangd. Observer : Diyah

11. Uraian Tugas Pelaksana

a. Leader

1) Analisa dan observasi pola – pola komunikasi dalam kelompok.

2) Tetapkan tujuan dan peraturan kelompok sebelum kegiatan dimulai.

3) Bacakan tujuan dan peraturan kelompok sebelum kegiatan dimulai.

4) Motivasi anggota aktif dalam kelompok.

Page 27: Proposal Tak

24

5) Mampu memimpin kegiatan dengan tertib.

b. Co – Leader

1) Sampaikan informasi / pesan dari fasilitator ke leader.

2) Ingatkan leader jika kegiatan menyimpang.

c. Fasilitator

1) Ikut serta dalam kelompok sebagai anggota.

2) Fasilitasi klien yang kurang aktif

3) Jadi model bagi klien selama kegiatan

d. Observer

1) Observasi jalannya kegiatan (jumlah peserta, klien yang keluar dan tidak

kembali, ketepatan waktu ).

2) Catat perilaku verbal dan non verbal klien selama kegiatan.

3) Atur alur permainan.

12. Setting TAK

a. Klien dan terapis duduk bersama dalam lingkaran.

Keterangan :

Page 28: Proposal Tak

25

: Leader : Klien

: Co - Leader : pasilitator

13. Tata Tertib dan Program Antisipasi

a. Tata tertib

1) Peserta bersedia mengikuti kegiatan TAK.

2) Berpakaian rapi dan bersih.

3) Peserta tidak diperkenankan makan dan minum selama kegiatan.

4) Peserta tidak boleh meninggalkan ruangan sebelum tata tertib dibacakan

selama 5 menit.

5) Peserta tidak diperkenankan meninggalkan ruangan setelah tata tertib

dibacakan. Bila peserta meninggalkan ruangan dan tidak bisa mengikuti

kegiatan lain setelah dibujuk oleh fasilitator, maka peserta tersebut tidak

dapat diganti oleh peserta cadangan.

6) Peserta hadir 5 menit sebelum kegiatan dimulai.

7) Peserta yang ingin mengajukan pernyataan, mengangkat tangan terlebih

dahulu dan berbicara setelah dipersilahkan.

b. Program Antisipasi

1) Usahakan dalam keadaan terapeutik

2) Anjurkan kepada terafis agar dapat menjaga perasaan anggota kelompok,

menahan diri untuk tertawa atau sikap yang menyinggung.

3) Bila ada peserta yang direncanakan tidak bisa hadir, maka diganti oleh

cadangan yang telah disiapkan dengan cara ditawarkan terlebih dahulu

kepada peserta.

4) Bila ada peserta yang tidak menaati tata tertib, diperingatkan dan jika

tidak bisa diperingatkan, dikeluarkan dari kegiatan setelah dilakukan

penawaran.

Page 29: Proposal Tak

26

5) Bila ada anggota cadangan yang ingin keluar, bicarakan dan dimintai

persetujuan dari peserta TAK yang lain.

6) Bila ada peserta TAK yang melakukan kegiatan yang tidak sesuai dengan

tujuan, leader memperingatkan dan mengarahkan kembali bila tidak bisa,

dikeluarkan dari kelompok.

7) Bila peserta pasif, leader memotivasi dibantu oleh fasilitator

14. Langkah Kegiatan Terapi Modalitas

a. Persiapan

1) Memilih klien sesuai kriteria

2) Membuat kontrak dengan klien

3) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan

b. Orientasi

1) Salam terapeutik

a) Salam dari terapis kepada klien.

b) Terapis dan klien memakai papan nama

2) Evaluasi validasi

a) Menanyakan perasaan klien saat ini

b) Menanyakan apakah ada penyebab marah, tanda dan gejala marah,

serta perilaku kekerasan.

c) Terapis menanyakan apakah kegiatan fisik, interaksi sosial yang asertif

dan kegiatan ibadah untuk mencegah perilaku kekerasan sudah

dilakukan.

3) Kontrak

a) Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu patuh minum obat untuk mencegah

perilaku kekerasan.

b) Menjelaskan aturan main berikut.

- Jika klien ada yang ingin meninggalkan kelompok, harus minta

izin kepada leader.

- Lama kegiatan 45 menit.

Page 30: Proposal Tak

27

- Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir.

c. Tahap kerja

1) Terapis menjelaskan kegiatan yang akan dikerjakan.

2) Terapis menjelaskan langkah berikutnya: terapis dan klien menyanyikan

lagu, saat lagu dinyanyikan, pulpen dipindahkan dari satu klien ke klien

lain. Bila lagu yang dinyanyikan berhenti, dan ada salah satu peserta TAK

yang memegang pulpen, maka ia harus menjawab pertanyaan terapis.

3) Terapis dan klien menyanyikan lagu, saat lagu dinyanyikan, pulpen

dipindahkan dari satu klien ke klien lain. Bila lagu berhenti, dan ada salah

satu peserta TAK yang memegang pulpen, maka ia harus menjawab

pertanyaan terapis tentang keuntungan minum obat, kerugian minum obat

dan menyebutkan lima benar minum obat.

4) Ulangi langkah 3) sampai semua klien mendapatkan giliran.

5) Memberikan reinforcement kepada peserta untuk setiap keberhasilan klien

dengan mengajak klien lain bertepuk tangan.

d. Tahap Terminasi

1) Evaluasi

a) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.

b) Menanyakan jumlah cara pencegahan perilaku kekerasan

c) Memberikan reinformennt positif atas keberhasilan kelompok.

2) Tindak Lanjut

Terapis menganjurkan klien menggunakan kegiatan fisik, interaksi sosial

asertif, kegiatan ibadah, dan patuh minum obat untuk mencegah perilaku

kekerasan.

3) Kontrak yang akan datang

Terapis mengakhiri TAK.