raisa rachmania fisip
Embed Size (px)
TRANSCRIPT
-
8/17/2019 Raisa Rachmania Fisip
1/109
KONFLIK SURIAH PADA SAAT ARAB SPRING 2010
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh :
Raisa Rachmania
1110033200004
PROGRAM STUDI ILMU POLITIK
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1436 H / 2015 M
-
8/17/2019 Raisa Rachmania Fisip
2/109
-
8/17/2019 Raisa Rachmania Fisip
3/109
-
8/17/2019 Raisa Rachmania Fisip
4/109
-
8/17/2019 Raisa Rachmania Fisip
5/109
I
ABSTRAK
Raisa Rachmania
1110033200004
Konflik Suriah Pada Saat Arab Spring 2010
Skripsi ini menganalisa konflik yang terjadi di Suriah dalam kurun waktu
terjadinya Arab Spring 2010 hingga pemilihan presiden Suriah pada tahun 2014 yang
kembali dimenangkan oleh Bashar Al-Asad. Tujuan penelitian ini adalah untukmengetahui alasan terjadinya konflik di negara yang sempat diprediksi sebagai salah
satu negara dengan imunitas yang tinggi di Timur Tengah dan alasan dibalik
bertahannya kekuasaan Bashar Al-Asad dalam konflik internal di Suriah.
Penelitian ini dilakukan melalui studi pustaka. Peneliti menemukan, bahwa
Konflik Suriah merupakan luapan kekesalan rakyat atas rezim Al-Asad yang sudahmemerintah hampir 30 tahun namun dengan sikap repressive untuk mendapat
kedaulatan dari rakyatnyadanpengaruh Arab Spring yang berawal di Tunisia dan
Mesir membuat semangat para aktivis untuk menumbangkan rezim pemerintahan Al-Asad semakin besar. Argument ini dirumuskan melalui tahapan analisa, yaitu dengan
melihat kebijakan awal masa pemerintahan Bashar Al-Asad, kemudian melihat
dinamika konflik Suriah dan rentetan faktor pemicu terjadinya Suriah Spring dan
selanjutnya dianalisa dengan menggunakan kerangka teori.Kerangka teori yang
digunakan dalam skripsi ini adalah teori antagonisme politik dan teori elit politik.
Hasil temuan dari penelitian ini diketahui bahwa permasalah mahzab menjadi
faktor awal konflik ini yang dimulai sejak masa kependudukan Perancis atas Suriah
yang kemudian disusul dengan kesenjangan sosial dan faktor ekonomi sehingga lahir
konflik Suriah pada 2011.
-
8/17/2019 Raisa Rachmania Fisip
6/109
II
KATA PENGANTAR
Penelitian ini bermula dari rentetan peristiwa dalam Arab Spring yang terjadi
sejak tahun 2010 yang hingga saat ini masih belum terselesaikan di beberapa negara
Timur Tengah dan Afrika Utara. Salah satu dampak dari peristiwa tersebut hingga
saat ini adalah bergolaknya pemberontakan melawan rezim pemerintahan di negara
Suriah, negara yang dianggap memiliki tingkat keamanan dan stabilitas politik yang
lebih tinggi dibandingkan dengan negara-negara di Timur Tengah dan Afrika Utara
lainnya. Tidak seperti Mesir, Tunisia, Libya, yang dapat menumpas pemberontakan
hanya dalam hitungan bulan, Suriah hingga saat ini masih berkutat dengan
perlawanan untuk menumbangkan rezim Al-Asad. Pemberontakan yang meningkat
menjadi perang sipil yang telah memakan waktu hampir 5 tahun ini, telah
memberikan perhatian lebih kepada penulis untuk melihat fenomena tersebut secara
komprehensif. Suriah menjadi pilihan karena kekuatan rezim Al-Asad yang mampu
mempertahankan status quo saat konflik berkepanjangan melanda negara Suriah,
tanpa sedikitpun berpikir untuk menarik diri dari pemerintahan. Konflik Suriah
merupakan buah dari berbagai masalah tak terselesaikan sejak munculnya negara
Suriah. Penelitian ini membuktikan hal tersebut.
Selama menyelesaikan penelitian untuk skripsi ini, dengan izin Allah SWT,
banyak orang serta lembaga yang turut membantu penulis dalam mengerjakan tugas
ini. Tanpa bantuan mereka, sangat sulit dibayangkan penulis dapat menyelesaikan
penelitian ini. Dengan segala kerendahan hati, penulis memohon maaf karena tidak
-
8/17/2019 Raisa Rachmania Fisip
7/109
III
dapat menyebutkan satu-persatu di bagian ini. Akan tetapi, penulis harus
mengucapkan terima kasih kepada beberapa diantara mereka.
Pertama dan utama, Ali Munhanif, Ph.D selaku Kepala Program Studi Ilmu
Politik dan pembimbing penelitian skripsi ini sejak masih berada dalam konsep
hingga penelitian ini selesai. Melalui diskusi intelektual dan berbagai referensi yang
beliau berikan, penulis akhirnya dapat menyelesaikan penelitian ini. Penulis merasa
sangat beruntung memiliki pengalaman dibimbing oleh dosen seperti beliau. Di
tengah kesibukannya, beliau dengan rendah hati melakukan pengeditan keseluruhan
draft penelitian penulis dan juga memotivasi penulis sehingga mendorong penulis
untuk menyelesaikan penelitian ini. Tanpa bantuan beliau, mungkin hasil penelitian
ini kurang memiliki nilai ilmiah. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada Zaki
Mubarak M.Si dan A. Alfajri MA yang telah bersedia menguji penelitian ini.
Terima kasih pula penulis berikan kepada Dewan Penguji Proposal Skripsi,
yaitu Iding Rosyidin, MA dan Suryani Sua’eb, M.Si yang bersedia menguji proposal
penelitian penulis. Selain itu, penulis haturkan terima kasih atas dorongan dari
Sekertaris Program Studi Ilmu Politik, Zaki Mubarak, M.Si dan dosen-dosen yang
turut memberikan masukan dan referensi, yaitu Armen Daulay M.Si dan Dr. Bakir
Ihsan, yang telah membantu penulis mengembangkan ide-ide dan teori untuk
penelitian ini. Di samping itu, terima kasih pula penulis berikan kepada Prof. Bachtiar
Effendy selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta. Berkat nuansa akademis yang ditularkannya sehingga
-
8/17/2019 Raisa Rachmania Fisip
8/109
IV
memberikan semangat intelektual kepada penulis. Penelitian ini juga tidak akan
selesai tanpa bantuan Yoselin, M.Psi yang telah memberikan kemudahan akses jurnal
untuk menambah referensi penelitian ini.
Kepada Perpustakaan Utama UIN Jakarta, Perpustakaan Pasca Sarjana UI,
Perpustakaan Paramadina, Perpustakaan Al-Hidayah Kebayoran Lama, dan Lembaga
Pusat Kajian DPR RI senantiasa memberikan kebutuhan penulis akan buku-buku dan
artikel terkait dengan penelitian ini. Tanpa bantuan dari instansi tersebut, penulis
tidak akan mampu menyelesaikan penelitian ini dengan baik.
Terima kasih juga penulis berikan kepada teman-teman Program Studi Ilmu
Politik UIN angkatan 2010; Imam Utomo, Ahmad Hidayah, Herman Afrianto, Umar,
Aliya, Abudan, Abdau, dan semua yang tidak dapat saya tuliskan satu persatu, yang
telah saling mendukung dan melakukan perjuangan bersama-sama untuk menggapai
cita-cita dan harapan masing-masing. Terima kasih khusus penulis berikan kepada.
Halil sahabat yang ada di kala susah maupun senang, yang telah bersedia memberi
masukan dan arahan untuk penelitian ini, Eri, S.Sos dan Siswo Mulayartono, S.Sos,
atas motivasi dan bantuannya dalam memberikan berbagai referensi terkait penelitian
ini.
Terakhir, terima kasih penulis berikan kepada seluruh keluarga besar yang
selalu menerima penulis di setiap keadaan. Orangtua penulis, Pupu Abdul Gofur dan
Afiati Gofur S.Pd, yang dengan kasih sayang selalu mendukung penulis untuk selalu
-
8/17/2019 Raisa Rachmania Fisip
9/109
V
menyelesaikan tanggung jawab dan jalan yang telah dipilih penulis. Terima kasih
kepada kakek tercinta, Sis Suseno Tjakradisurya, dan semua paman-bibi penulis,
Endang Abdurrahman Manan, Aminah, Dra. Iis Rosyidah, Asti Taslimah, S.Hum,
dan Iman Santosa, S.E atas doa dan dukungan baik moril maupun materil. Terima
kasih kepada saudara penulis Nadhira Gofur dan (Alm) Ibrahim Ahmad, yang telah
bersedia mendengarkan luapan ide-ide penulis dan juga bersedia mengajarkan penulis
arti berbagi dan menyayangi. Samluck Mueeza dan Makki, kucing-kucing yang kini
menjadi bagian dari keluarga dan hidup penulis, pun telah memberikan hiburan
tersendiri di tengah kejenuhan yang melanda selama penelitian ini berlangsung.
Terima kasih dan sanjungan juga penulis berikan kepada partner of life, Doni
Romdoni, atas kesabaran, ketabahan, kasih sayang, serta dukungan baik moril
maupun materil yang tidak terhingga sehingga penulis dapat menyelesaikan
penelitian ini. Semoga semua yang telah membantu penulis mendapatkan balasan
yang sesuai dari Allah SWT. Aamiin.
Ciputat, Tangerang Selatan
18 Juni 2015
-
8/17/2019 Raisa Rachmania Fisip
10/109
VI
DAFTAR ISI
ABSTRAK ...................................................................................................................................... I
KATA PENGANTAR .................................................................................................................. II
DAFTAR ISI................................................................................................................................ VI
BAB I PENDAHULUAN
A. Pernyataan Masalah ...........................................................................................1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ................................................................6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian……………………………………………… ..7
D. Tinjauan Pustaka ………………………….…………………………………. 7
E. Metodologi Penelitian ……………………………………………..………….8
F. Sistematika Penulisan …………………………………………….…………10
BAB II KERANGKA TEORETIS
A. Teori Antagonisme Politik …………………..……………………………...12
Tingkat Individual ………………………………….……………….13
Tingkat Kolektif…….……………………………………………….24
B. Teori Elit Politik .…………………………………………………………….33
BAB III SURIAH SPRING
A. Lahirnya Negara Suriah ……………………………………….……………39
B.
Transisi Kepemimpinan kepada Bashar al-Asad………….……………...…43
C.
Pemerintahan Bashar Al-Asad………………………………………………46
D. Suriah Spring ……………………………………………………………….61
BAB IV ANALISA KONFLIK SURIAH
A.
Dinamika Konflik Suriah ……………………………………….…………..71
-
8/17/2019 Raisa Rachmania Fisip
11/109
VII
B. Faktor-faktor Pemicu Suriah Spring 2011 …………………………...……..74
1. Kebijakan Militer Suriah ……………………………………………….74
2. Kesenjangan Ekonomi ………………………………………………….75
3. Damaskus Spring 2001 …………………………………………………78
4. Konflik Sunni – Alawie di Suriah ……………………………………...81
Turning Point Kelompok Alawie …………………....………….….85
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan …………………………………..……………………………..92
B. Saran ………………………………………………………………………..95
DAFTAR PUSTAKA …………………..……………………………………………………. .96
-
8/17/2019 Raisa Rachmania Fisip
12/109
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pernyataan Masalah
Kebangkitan dunia Arab atau Musim Semi Arab (The Arab Spring , secara
harafiah berarti pemberontakan Arab) merupakan gelombang revolusi unjuk
rasa dan protes yang terjadi di dunia Arab. Meski demikian, tidak semua pihak
yang terlibat dalam protes merupakan bangsa Arab.
Rangkaian ini terjadi di sebagian besar negara-negara Timur Tengah juga
Afrika Utara. Sejak 18 Desember 2010, telah terjadi revolusi di Tunisia
kemudian diikuti Mesir; perang saudara di Libya; pemberontakan sipil di
Bahrain, Suriah, and Yaman; protes besar di Aljazair, Irak, Yordania, Maroko,
dan Oman, dan protes kecil di Kuwait, Lebanon, Mauritania, Arab Saudi,
Sudan, dan Sahara Barat.
Kerusuhan di perbatasan Israel bulan Mei 2011 juga terinspirasi oleh
kebangkitan dunia Arab tersebut. Protes dilakukan dengan cara pemberontakan
sipil, demonstrasi, pawai, dan pemanfaatan media sosial, seperti Facebook,
Twitter, YouTube, dan Skype. Upaya tersebut dilakukan dengan mengorganisir,
berkomunikasi, dan meningkatkan kesadaran terhadap usaha-usaha penekanan
dan penyensoran internet oleh pemerintah.
Banyak unjuk rasa ditanggapi keras oleh pihak berwajib, serta milisi dan
pengunjuk rasa pro-pemerintah. Pengunjuk rasa di dunia Arab itu
menggunakan slogan Ash-sha`b yurid isqat an-nizam (Rakyat ingin
http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Gelombang_revolusi&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Unjuk_rasahttp://id.wikipedia.org/wiki/Unjuk_rasahttp://id.wikipedia.org/wiki/Proteshttp://id.wikipedia.org/wiki/Dunia_Arabhttp://id.wikipedia.org/wiki/Bangsa_Arabhttp://id.wikipedia.org/wiki/Timur_Tengahhttp://id.wikipedia.org/wiki/Afrika_Utarahttp://id.wikipedia.org/wiki/Revolusi_Mesir_2011http://id.wikipedia.org/wiki/Perang_saudara_Libya_2011http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Pemberontakan_Bahrain_2011&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Pemberontakan_Suriah_2011&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Pemberontakan_Yaman_2011&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Protes_Aljazair_2010%E2%80%932011&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Protes_Irak_2011&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Protes_Yordania_2011&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Protes_Maroko_2011&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Protes_Oman_2011&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Protes_Kuwait_2011&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=2011_Lebanese_protests&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Protes_Mauritania_2011&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Protes_Saudi_2011&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Protes_Sudan_2011&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Protes_Sahrawi_2011&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Demonstasi_perbatasan_Israel_2011&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Pemberontakan_sipil&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Pemberontakan_sipil&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Media_sosialhttp://id.wikipedia.org/wiki/Facebookhttp://id.wikipedia.org/wiki/Twitterhttp://id.wikipedia.org/wiki/YouTubehttp://id.wikipedia.org/wiki/Skypehttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Penyensoran_Internet&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Ash-sha%60b_yurid_isqat_an-nizam&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Ash-sha%60b_yurid_isqat_an-nizam&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Ash-sha%60b_yurid_isqat_an-nizam&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Penyensoran_Internet&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Skypehttp://id.wikipedia.org/wiki/YouTubehttp://id.wikipedia.org/wiki/Twitterhttp://id.wikipedia.org/wiki/Facebookhttp://id.wikipedia.org/wiki/Media_sosialhttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Pemberontakan_sipil&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Pemberontakan_sipil&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Demonstasi_perbatasan_Israel_2011&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Protes_Sahrawi_2011&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Protes_Sudan_2011&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Protes_Saudi_2011&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Protes_Mauritania_2011&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=2011_Lebanese_protests&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Protes_Kuwait_2011&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Protes_Oman_2011&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Protes_Maroko_2011&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Protes_Yordania_2011&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Protes_Irak_2011&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Protes_Aljazair_2010%E2%80%932011&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Pemberontakan_Yaman_2011&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Pemberontakan_Suriah_2011&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Pemberontakan_Bahrain_2011&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Perang_saudara_Libya_2011http://id.wikipedia.org/wiki/Revolusi_Mesir_2011http://id.wikipedia.org/wiki/Afrika_Utarahttp://id.wikipedia.org/wiki/Timur_Tengahhttp://id.wikipedia.org/wiki/Bangsa_Arabhttp://id.wikipedia.org/wiki/Dunia_Arabhttp://id.wikipedia.org/wiki/Proteshttp://id.wikipedia.org/wiki/Unjuk_rasahttp://id.wikipedia.org/wiki/Unjuk_rasahttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Gelombang_revolusi&action=edit&redlink=1
-
8/17/2019 Raisa Rachmania Fisip
13/109
menumbangkan rezim ini).1
Rangkaian protes ini berawal dari peristiwa yang terjadi di Tunisia pada
17 Desember 2010. Yakni peristiwa pembakaran diri Mohamed Bouazizi2
sebagai protes atas korupsi dan kesewenangan sikap pemerintah Tunisia.3
Protes di Tunisia menuai kemudian menginspirasi gelombang kerusuhan
yang menjalar ke Aljazair, Yordania, Mesir, dan Yaman, kemudian ke negara-
negara lain. Umumnya, unjuk rasa terbesar dan terorganisir terjadi pada "hari
kemarahan". Yakni, hari Jumat setelah shalat Jumat. Protes itu juga mendorong
kerusuhan sejenis di luar kawasan Arab.
Pada Juli 2011, unjuk rasa ini telah mengakibatkan penggulingan dua
kepala negara, yaitu Presiden Tunisia Zine El Abidine Ben Ali yang melarikan
diri ke Arab Saudi pada 14 Januari setelah protes revolusi Tunisia. Di Mesir,
Presiden Hosni Mubarak mengundurkan diri pada 11 Februari 2011, setelah 18
hari protes massal yang mengakhiri masa kepemimpinannya selama 30 tahun.
1“Arab Spring” artikel diakses pada 6 November 2013 dari
http://www.wikipedia.com/ArabSpring. html 2Mohammed Bouazizi adalah seorang pemuda berusia 26 tahun yang berprofesi sebagai
pedagang sayur dan buah-buahan di kota Sidi Bou Zid, 300 meter kilometer dari selatan Tunis,
Tunisia. Jum‟at, 17 Desember 2010, ia melakukan pembakaran diri di depan gedung p emerintahan
setempat, sebagai protes atas penguasa yang korup. Kejadian tersebut bermula ketika dirinya yang
akan berjualan, dihentikan oleh seorang polisi wanita bernama Fetya Hamdi, karena Bouazizi
dituduh tidak memiliki izin untuk berjualan. Kemudian polisi tersebut menampar dan mengobrak-abrik dagangannya. Tidak terima akan perlakuan tersebut, Bouazizi bermaksud untuk melaporkanhal tersebut kepada wali kota setempat. Namun, seorang resepsionis di kantor wali kota
mengatakan bahwa wali kota sedang rapat sehingga Bouazizi tidak dapat menemuinya. Kemudian,
Bouazizi pergi ke sebuah toko dan membeli bensin. Tanpa piker panjang lagi ia menuangkan
bensin tersebut pada seluruh tubuhnya dan menyulut tubuhnya dengan korek api. Keesokan
harinya, Menobia, ibu Bouazizi melaporkan kasus penganiayaan yang dilakukan oleh polisi wanitatersebut terhadap anaknya ke kantor wali kota. Namun, keluhannya tidak mendapat respon,
sehingga ia melakukan protes sendirian di luar gedung. Sepupu Boazizi, Ali Bouazizi, merekam
protes yang dilakukan oleh Menobia dan mengunggahnya ke Internet, dan pada hari yang sama
awak jaringan televise Al Jazeera mengambil dan menayangkannya dalam televisi, sehingga
seluruh dunia mengetahuinya dan membuat rakyat berani untuk melawan rezim yang sedang
berkuasa, Presiden Zine Al-Abidine Ben Ali.3
M. Agastya ABM, Arab Spring : Badai Revolusi Timur Tengah (Jogjakarta : IRCiSoD,2013)., hal. 33.
http://id.wikipedia.org/wiki/Tunisiahttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Pembakaran_diri&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Mohamed_Bouazizihttp://id.wikipedia.org/wiki/Mohamed_Bouazizihttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Gelombang_revolusi&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Aljazairhttp://id.wikipedia.org/wiki/Yordaniahttp://id.wikipedia.org/wiki/Mesirhttp://id.wikipedia.org/wiki/Yamanhttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Dampak_kebangkitan_dunia_Arab&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Zine_El_Abidine_Ben_Alihttp://id.wikipedia.org/wiki/Revolusi_Tunisiahttp://id.wikipedia.org/wiki/Presiden_Mesirhttp://id.wikipedia.org/wiki/Hosni_Mubarakhttp://www.wikipedia.com/ArabSpring.htmlhttp://www.wikipedia.com/ArabSpring.htmlhttp://www.wikipedia.com/ArabSpring.htmlhttp://id.wikipedia.org/wiki/Hosni_Mubarakhttp://id.wikipedia.org/wiki/Presiden_Mesirhttp://id.wikipedia.org/wiki/Revolusi_Tunisiahttp://id.wikipedia.org/wiki/Zine_El_Abidine_Ben_Alihttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Dampak_kebangkitan_dunia_Arab&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Yamanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Mesirhttp://id.wikipedia.org/wiki/Yordaniahttp://id.wikipedia.org/wiki/Aljazairhttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Gelombang_revolusi&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Mohamed_Bouazizihttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Pembakaran_diri&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Tunisia
-
8/17/2019 Raisa Rachmania Fisip
14/109
Selama periode kerusuhan regional tersebut, beberapa kepala
pemerintahan mengumumkan keinginannya untuk tidak mencalonkan diri lagi
setelah masa jabatannya berakhir. Misalnya, Presiden Sudan Omar al-Bashir
mengumumkan ia tidak akan mencalonkan diri lagi pada 2015. Begitu pula
Perdana Menteri Irak Nouri al-Maliki, yang masa jabatannya akan berakhir
tahun 2014, meski pengunjuk rasa menuntut pengunduran dirinya sesegera
mungkin. Di sisi lain, pemimpin Libya Muammar al-Khadafi menolak
mengundurkan diri dan mengakibatkan perang saudara antara pihak loyalis dan
pemberontak yang berbasis di Benghazi.4
Di Suriah juga terjadi hal yang serupa hingga saat ini masih berjalan.
Pada awalnya, Suriah merupakan negara yang relative lebih stabil dibanding
negara-negara Arab lainnya saat terjadi Arab Spring, namun pada 6 Maret 2011
muncul sebuah perlawanan di kota Deraa yang dilakukan oleh para orang tua
yang anak-anaknya ditahan oleh polisi setempat karena membuat grafiti di
dinding sebuah bangunan dengan tulisan As-Shaab Yoreed Eskaat el Nizam
(Rakyat ingin menumbangkan razim).5 Lima belas orang anak sekolah yang
dianggap melakukan pembuatan grafiti tersebut ditahan oleh kepolisian
setempat.
Anak-anak yang ditahan tersebut disiksa saat berada di dalam penjara.
Hal tersebut membuat keluarga dan warga marah sehingga menyulut semangat
demonstrasi anti rezim yang awalnya hanya ditujukan kepada Gubernur
4M. Agastya ABM, Arab Spring : Badai Revolusi Timur Tengah (Jogjakarta : IRCiSoD,
2013)., hal. 107.5
Trias Kuncahyono, Musim Semi di Suriah : Anak-anak Penyulut Revolusi (Jakarta:Penerbit Kompas, 2012), hal. 114
http://id.wikipedia.org/wiki/Sudanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Omar_al-Bashirhttp://id.wikipedia.org/wiki/Irakhttp://id.wikipedia.org/wiki/Nouri_al-Malikihttp://id.wikipedia.org/wiki/Libyahttp://id.wikipedia.org/wiki/Muammar_al-Gaddafihttp://id.wikipedia.org/wiki/Perang_saudara_Libya_2011http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Libya_dalam_pemerintahan_Gaddafi&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Pasukan_anti-Gaddafi&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Benghazihttp://id.wikipedia.org/wiki/Benghazihttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Pasukan_anti-Gaddafi&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Libya_dalam_pemerintahan_Gaddafi&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Perang_saudara_Libya_2011http://id.wikipedia.org/wiki/Muammar_al-Gaddafihttp://id.wikipedia.org/wiki/Libyahttp://id.wikipedia.org/wiki/Nouri_al-Malikihttp://id.wikipedia.org/wiki/Irakhttp://id.wikipedia.org/wiki/Omar_al-Bashirhttp://id.wikipedia.org/wiki/Sudan
-
8/17/2019 Raisa Rachmania Fisip
15/109
setempat.
Perilaku membuat grafiti di dinding tersebut oleh anak-anak sekolah usia
sekitar 10-15 tahun merupakan perbuatan yang mereka tiru dari televisi yang
menyiarkan tentang perilaku serupa yang dilakukan oleh para demonstran di
Tahrir Square, Mesir. Namun, aparat keamanan (mukhabarat ) setempat
menganggap hal ini merupakan pembangkangan terhadap rezim, sehingga
mereka merasa perlu menindak tegas aksi tersebut. Mereka menganggap,
bahwa anak-anak tersebut adalah perpanjangan tangan para demostran dan
termasuk ke dalam tindakan subversif. Tindakan kekerasan yang dilakukan
aparat keamanan tersebut, mengakibatkan warga masyarakat beserta keluarga
kota Deraa melakukan aksi protes yang ditujukan kepada Gubernur kota Deraa,
Faisal Khaltoum. Namun, protes yang dilancarkan oleh para demostran malah
disambut dengan pemukulan dan pembubaran paksa aksi yang dilakukan di
depan kediaman gubernur tersebut. Aparat keamanan kemudian melanjutkan
aksinya dengan menyemprotkan gas air mata, air, dan tembakan ke arah para
demonstran hingga menelan korban.6
Aksi di atas membuat para demonstran semakin marah dan akhirnya
merambah ke kota-kota lainnya di Suriah. Tuntutan yang diajukan para
demonstran pun akhirnya beragam, yang pada awalnya hanya sebatas
pembebasan kepada anak-anak yang ditahan hingga menjadi penurunan rezim
yang berkuasa.
Melihat begitu banyaknya demonstrasi di wilayah Suriah, pemerintah
6
Kuncahyono, Musim Semi di Suriah : Anak-anak Penyulut Revolusi, 2012, hal. 115 – 116.
-
8/17/2019 Raisa Rachmania Fisip
16/109
pusat tidak bisa tinggal diam. Pemerintah, melancarkan serangan kepada para
demonstran secara masif. Gerakan para demonstran kemudian dijadikan
kesempatan bagi para oposisi untuk membantu berjuang bersama
menumbangkan rezim yang berkuasa, Bashar Al-Asad. Kemudian seiring
berjalannya konflik, banyak free rider 7 yang turut memperkeruh suasana di
Suriah baik itu di pihak oposisi maupun loyalis pemerintah.
Sudah hampir dua tahun konflik di Suriah dalam Arab Spring
berlangsung, namun belum terlihat tanda-tanda akan berakhirnya konflik
tersebut. Dalam periode Arab Spring kali ini, konflik yang terjadi di Suriah
merupakan konflik terlama dibandingkan dengan negara-negara Arab lainnya
sebagaimana yang terjadi di Tunisia, Mesir, dan sebagainya. Kedua belah pihak
baik oposisi maupun loyalis sama-sama memiliki kekuatan yang seimbang,
sehingga terjadi deadlock yang menyebabkan konflik ini sulit diatasi. Konflik
tersebut telah menelan banyak korban. Meskipun demikian tetap saja tidak
menyulutkan semangat kedua belah pihak untuk menurunkan ego dan
tuntutannya.
Konflik tersebut tidak hanya menelan korban jiwa tapi juga materil yang
tidak sedikit jumlahnya. Hal itu dapat dilihat dari lamanya konflik ini
berlangsung mengingat Suriah bukan termasuk negara yang makmur malah
cenderung sebagai negara yang memiliki tingkat inflasi dan pengangguran
yang cukup tinggi, namun dapat menggelontorkan biaya yang besar untuk
perang.
7Free Rider merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan kelompok atau
individu yang memiliki kepentingan tersembunyi dengan mencari keuntungan atas suatu masalahyang sedang terjadi.
-
8/17/2019 Raisa Rachmania Fisip
17/109
Kekuatan Bashar al-Asad sebagai presiden sekaligus panglima tertinggi
angkatan bersenjata Suriah juga cukup mencengangkan karena tetap konsisten
melawan oposisi, yang telah menelan banyak korban dari pihak sipil.
Selain itu, banyaknya pihak asing yang ikut bermain dalam konflik ini
membuat konflik ini semakin sulit diatasi. Ketersediaan sumber daya alam yang
dimiliki Suriah, tidak seperti negara Arab lainnya, tentu hal ini pun melahirkan
pertanyaan perihal kepentingan apa yang akan dituai dari para pihak asing yang
ikut bermain dalam konflik tersebut. Oleh karena itu penulis mencoba melakukan
penelitian untuk mengkaji konflik yang terjadi di Suriah pada pemerintahan
Presiden Bashar al-Asad. Berdasarkan masalah tersebut, maka skripsi ini berjudul
“Konflik Suriah pada saat Arab Spring 2010”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1.
Pembatasan Masalah
Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam dan tidak
melebar ke topik yang lain, maka penulis memfokuskan batasan masalah
yang akan dibahas di skripsi ini yaitu dimulai tahun 2011 saat Suriah ikut
terkena gejolak Arab Spring hingga Bashar Al-Asad kembali menjabat
sebagai presiden Suriah untuk ketiga kalinya.
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan pernyataan masalah di atas, maka peneliti merumuskan
pertanyaan penelitian sebagai berikut :
1. Bagaimana konflik di Suriah dapat terjadi?
2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi konflik di Suriah?
-
8/17/2019 Raisa Rachmania Fisip
18/109
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian :
1.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana konflik di
Suriah terjadi dan apa saja faktor yang mempengaruhi konflik di
negara tersebut.
2. Manfaat Penelitian :
a. Manfaat Akademis :
1. Untuk memberikan kontribusi literatur keilmuan dan
menjadikan skripsi
ini sebagai literatur di bidang ilmu politik.
2. Penelitian ini diharapkan menambah informasi bagi peneliti
skripsi yang menulis masalah yang sama di masa yang
akan datang.
b. Manfaat Praktis :
Mengembangkan ilmu politik khususnya analisa terhadap
konflik yang terjadi di suatu negara, sehingga dapat dilihat
tidak hanya dari satu sudut pandang saja.
D. Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka yang peneliti gunakan diantaranya buku dengan judul
“Musim Semi di Suriah : Anak-anak Sekolah Penyulut Revolusi” oleh Trias
-
8/17/2019 Raisa Rachmania Fisip
19/109
Kuncahyono. Buku tersebut membahas keadaan Suriah sebelum terjadi
revolusi hingga saat revolusi sedang berlangsung.
Buku selanjutnya yang menjadi tinjauan pustaka adalah “Prahara Suriah :
Membongkar Persekongkolan Multinasional” oleh Dina Y Sulaeman. Buku
tersebut membahas propaganda yang dilakukan beberapa media massa
maupun elektronik pro oposisi dan barat guna mendapatkan dukungan
intervensi politik dan keamanan dari masyarakat dunia.
Kemudian, kesamaan penelitian yang penulis lakukan dengan dua
penelitian sebelumnya adalah terletak pada periode yang digunakan, yaitu
pada saat Arab Spring berlangsung. Perbedaannya adalah penulis berusaha
memaparkan faktor apa saja yang menjadi penyebab Suriah ikut terkena
gelombang Arab Spring.
E. Metodologi Penelitian
a. Pendekatan Penelitian
Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif.
Penelitian kualitatif adalah melakukan pengamatan terhadap individu-
individu dengan cara berdialog langsung, serta mengetahui bahasa dan
pandangan mereka, yang berkaitan dengan lingkungannya.8
Peneliti mengggunakan pendekatan penelitian tersebut berdasarkan
pertimbangan bahwa penelitian kualitatif menjelaskan suatu fenomena
melalui pengumpulan data yang akan menghasilkan pemahaman yang
8S. Nasution, Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif (Bandung : Tarsito, 2003)., hal. 5.
-
8/17/2019 Raisa Rachmania Fisip
20/109
lebih mendalam tentang pokok permasalahan yang akan diangkat dalam
penelitian ini.
b. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di Perpustakaan Utama Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah, Perpustakaan Fakultas Ilmu Sosial Ilmu
Politik UIN Syarif Hidayatullah, Perpustakaan Freedom Institute,
Perpustakaan Utama Universitas Indonesia, Perpustakaan Pasca Sarjana
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah dan kedutaan besar Suriah
yang mempunyai sumber terpercaya dari informasi atas kasus ini hingga
skripsi selesai.
c. Teknik Pengumpulan Data
Dalam mengumpulkan data saat penelitian, maka penulis
menggunakan teknik pengumpulan data dengan cara penelitian
kepustakaan (library research). Maka, penelitian ini menggunakan buku,
jurnal, serta artikel pada media massa dan internet sebagai data pokok, dan
wawancara dengan pengamat Timur Tengah, para diplomat, dan Direktorat
Jenderal Asia Pasifik dan Afrika Kementerian Luar Negeri Republik
Indonesia sebagai data penunjang.
d. Teknik Analisa Data
Untuk menganalisa data, penulis akan menerapkan metode analisa
penelitian secara deskriptif analitis. Deskriptif analitis adalah metode
dengan menggambarkan hal-hal yang menjadi objek penelitian, sehingga
-
8/17/2019 Raisa Rachmania Fisip
21/109
diharapkan mampu menjawab berbagai permasalahan tersebut. Proses ini
terbagi menjadi tiga bagian, yaitu reduksi data, penyajian data, dan
penarikan kesimpulan.9 Proses tersebut diharapkan dapat memberikan
ketepatan dalam mengelola data penelitian ini.
F. Sistematika Penulisan
Dalam menjelaskan permasalahan tersebut dalam bagian lengkap, maka
penulis memberikan sistematika penulisan dalam suatu kaidah garis-garis
besar penulisan melalui beberapa bab, disertai dengan sub-bab dalam
menjelaskan berbagai hal yang lebih terperinci dan membutuhkan kajian yang
lebih mendalam. Adapun deskripsi dari sistematika penulisan sebagai berikut:
Bab I : Pendahuluan, meliputi : pernyataan masalah, pembatasan dan
perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka,
metodologi penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab II : Kerangka Teori
Bab III : Pembahasan konflik di Suriah, mulai dari awal pembentukan
Suriah, peristiwa Arab Spring hingga Suriah Spring, dan keadaannya
hingga saat skripsi ini ditulis.
Bab IV : Pembahasan mengenai analisa komparatif konflik dan faktor
terjadinya konflik Suriah.
9
Muhammad Idrus, Metode Penelitian Ilmu Sosial : Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif(Jakarta : Erlangga, 2009)., hal. 148.
-
8/17/2019 Raisa Rachmania Fisip
22/109
Bab V : Penutup yang berisi kesimpulan dan saran-saran atas penelitian
ini.
Daftar Pustaka.
Lampiran.
-
8/17/2019 Raisa Rachmania Fisip
23/109
BAB II
Kerangka Teoretis
Dalam bab ini, penulis akan memaparkan teori10 Antagonisme Politik dan
teori Elit Politik. Kedua teori tersebut menggambarkan dan membahas fenomena-
fenomena dan fakta-fakta politik dengan tidak mempersoalkan norma-norma atau
nilai dan dinamakan non-valutional (value-free).11 Dengan menggambarkan
kerangka teoritis, diharapkan penelitian ini dapat memberikan jawaban awal
dalam berbagai permasalahan terhadap konfik yang terjadi di Suriah pada masa
pemerintahan Bashar Al-Assad.
A. Teori Antagonisme Politik
Antagonisme adalah sebuah realitas yang menempatkan sesuatu menjadi
lawan dari sesuatu, apakah hal tersebut untuk mempertahankan kedudukan,
merebut kekuasaan, atau mempertahankan diri dari ancaman politik.12 Dalam
teori sosiologi politik, Maurice Duverger melihat bahwa antagonisme politik
lahir dari berbagai sebab yang digolongkan ke dalam dua kategori. Pertama,
sebab individual , seperti kecerdasan pribadi dan faktor psikologis. Kedua,
10Teori adalah generalisasi yang abstrak mengenai beberapa fenomena. Dalam menyusun
generalisasi, teori selalu memakai konsep-konsep yang lahir dalam pikiran manusia, dan karena
hal tersebut, onsep bersifat abstrak, sekalipun fakta-fakta dapat dipakai sebagai batu loncatan.
Teori politik adalah bahasan dan generalisasi dari fenomena yang bersifat politik. Bahasan dalam
fenomena yang bersifat politik seperti; tujuan dari kegiatan politik, cara-cara mencapai tujuan
tersebut, kemungkinan dan kebutuhan yang ditimbulkan oleh situasi politik tertentu, kewajiban-kewajiban yang diakibatkan oleh tujuan politik tersebut. Sumber : Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar
Ilmu Politik, cet. 4. (Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 2009)., hal. 43.
11Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, cet. 4. (Jakarta : PT. Gramedia Pustaka
Utama, 2009)., hal. 44.
12
Maurice Duverger , Sosiologi Politik. Penerjemah Daniel Dhakidae (Jakarta : PT.RajaGrafindo Persada, 2005), hal. 156.
-
8/17/2019 Raisa Rachmania Fisip
24/109
sebab kolektif , seperti faktor-faktor rasial, perbedaan dalam kelas-kelas sosial
dan faktor sosiokultural.
1. Tingkat Individual
Ada dua jenis sebab individual di dalam pergolakan politik. Pertama
adalah, perbedaan bakat alami di kalangan manusia. Ada manusia yang lebih
berbakat daripada yang lain dalam konteks untuk menjamin kekuasaannya. Di
pihak lain, tergantung pada kecenderungan psikologis, individu-individu
tertentu lebih cenderung daripada yang lain kepada dominasi atau kepatuhan:
yang pertama berusaha untuk memerintah yang terakhir, dan yang terakhir
lebih atau kurang menerima keadaan taklukannya.13
1.1
Bakat-bakat Individual
Teori-teori yang menjelaskan tentang pergolakan-pergolakan
politik dalam hubungannya dengan perbedaan di dalam bakat-bakat
pribadi berasal dari konsep-konsep biologis Charles Darwin tentang
Struggle of life. Menurutnya, setiap individu harus bertempur melawan
yang lain untuk kelangsungan hidup, dan hanya yang paling mampu
yang berhasil. Proses seperti ini (seleksi alam) menjamin
terpeliharanya spesies maupun perbaikannya. Kemudian proses seperti
ini menjelma menjadi perjuangan untuk memuaskan kebutuhan
manusia. Di dalam arena politik, hal ini menjadi perjuangan untuk
posisi utama dan hal ini berlaku sebagai landasan teori elite (dari
13Duverger , Sosiologi Politik, hal.158.
-
8/17/2019 Raisa Rachmania Fisip
25/109
persaingan merebut kekuasaan, munculah yang terbaik, yang paling
mampu, dan mereka yang mampu memerintah).
Di dalam doktrin-doktrin liberal tentang elite, persaingan seleksi
alam didasarkan pada motif-motif ekonomi dan keinginan-keinginan
diri sendiri. Sejak permulaan munculnya manusia hingga saat ini,
kecenderungan untuk saling menguasai antara satu manusia dengan
yang lain adalah alasan dari faktor kelangkaan ekonomi.
14
Dengan
setiap orang mencoba untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhan
pribadinya, maka persaingan permanen muncul sebagai akibat dari
konsumen yang terlalu banyak dan barang-barang konsumsi yang
jumlahnya terbatas. Dalam kompetisi ini, mereka yang memegang
kekuasaan memperoleh keuntungan yang penting. Dalam sejarahnya,
baik individu, kelompok, maupun kelas sosial yang melaksanakan
kekuasaan politik, semakin banyak kekuasaan politik dimiliki
seseorang semakin besar bagian seseorang dalam kekayaan ekonomi;
dan juga sebaliknya, semakin besar bagian seseorang dalam kekayaan
ekonomi, maka semakin besar bagiannya dalam kekuasaan politik.
Dalam perjuangan politik sebagaimana terdapat persaingan
ekonomi, peserta yang terbaik yang menang, yaitu mereka yang paling
bermutu dalam intelegensinya, keberaniannya, kekuatannya,
kelicikannya, dan kemampuannya bekerja. Sebagaimana dalam motif
politik, kepentingan pribadi juga merupakan motif utama dalam
14Duverger , Sosiologi Politik, hal.161.
-
8/17/2019 Raisa Rachmania Fisip
26/109
persaingan ekonomi. Kekuasaan dicari bagi keuntungan dirinya dan
bukan karena dedikasinya bagi pelayanan umum. Persaingan ekonomi
menempatkan wiraswasta yang terbaik menjadi kepala produksi
sedang mereka yang kurang berbakat disingkirkan. Maka, dalam
pandangan liberal, integrasi politik dihasilkan oleh perjuangan politik
itu sendiri.
Selanjutnya, di dalam teori konservatif tentang elite menganggap
perbedaan dalam bakat sebagai faktor utama di dalam pergolakan
politik. Kaum konservatif lebih percaya bahwa orang yang lebih
mampu lebih dimotivasi oleh pertimbangan altruistic15 daripada
pertimbangan ekonomi.16 Orang yang lebih mampu bukanlah orang
yang paling kuat, inteligen, licik, atau pun berani, tapi mereka yang
paling baik. Orang yang paling baik memiliki kualitas moral dan
keputusan nilai yang lebih dari yang lain.
Teori ini didasarkan kepada pemahaman bahwa manusia secara
alami jahat, dimotivasikan oleh naluri dan impuls yang rendah, dan
15Altruisme atau altruistic adalah perhatian terhadap kesejahteraan orang lain tanpa
memperhatikan diri sendiri. Perilaku ini merupakan kebajikan yang ada dalam banyak budaya dandianggap penting oleh beberapa agama. Gagasan ini sering digambarkan sebagai aturan emas
etika. Beberapa aliran filsafat, seperti Objektivisme berpendapat bahwa altruisme adalah suatu
keburukan. Altruisme adalah lawan dari sifat egois yang mementingkan diri sendiri. Altruisme
dapat dibedakan dengan perasaan loyalitas dan kewajiban. Altruisme memusatkan perhatian pada
motivasi untuk membantu orang lain dan keinginan untuk melakukan kebaikan tanpa
memperhatikan ganjaran, sementara kewajiban memusatkan perhatian pada tuntutan moral dari
individu tertentu (seperti Tuhan, raja), organisasi khusus (seperti pemerintah), atau konsep abstrak
(seperti patriotisme, dsb). Beberapa orang dapat merasakan altruisme sekaligus kewajiban,
sementara yang lainnya tidak. Altruisme murni memberi tanpa memperhatikan ganjaran atau
keuntungan. Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Altruisme
16Duverger , Sosiologi Politik, hal.163.
http://id.wikipedia.org/wiki/Budayahttp://id.wikipedia.org/wiki/Budayahttp://id.wikipedia.org/wiki/Budayahttp://id.wikipedia.org/wiki/Agamahttp://id.wikipedia.org/wiki/Agamahttp://id.wikipedia.org/wiki/Aturan_emashttp://id.wikipedia.org/wiki/Aturan_emashttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Objektivisme&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Objektivisme&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Tuhanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Tuhanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Tuhanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Rajahttp://id.wikipedia.org/wiki/Rajahttp://id.wikipedia.org/wiki/Rajahttp://id.wikipedia.org/wiki/Pemerintahhttp://id.wikipedia.org/wiki/Pemerintahhttp://id.wikipedia.org/wiki/Pemerintahhttp://id.wikipedia.org/wiki/Patriotismehttp://id.wikipedia.org/wiki/Patriotismehttp://id.wikipedia.org/wiki/Altruismehttp://id.wikipedia.org/wiki/Altruismehttp://id.wikipedia.org/wiki/Altruismehttp://id.wikipedia.org/wiki/Altruismehttp://id.wikipedia.org/wiki/Patriotismehttp://id.wikipedia.org/wiki/Pemerintahhttp://id.wikipedia.org/wiki/Rajahttp://id.wikipedia.org/wiki/Tuhanhttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Objektivisme&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Aturan_emashttp://id.wikipedia.org/wiki/Agamahttp://id.wikipedia.org/wiki/Budaya
-
8/17/2019 Raisa Rachmania Fisip
27/109
senantiasa siap untuk kembali kepada keadaan kebuasan primitive.
Hanya beberapa individu yang dikaruniai kekuatan moral yang besar,
berhasil mengatasi kecenderungan instingtif tersebut. Peradaban
dipertahankan terutama melalui penggunaan kekuatan, yang
dilaksanakan oleh kekuasaan politik yang dipegang oleh elite. Tanpa
kekerasan semacam ini, masyarakat akan jatuh ke dalam anarki dan
berbalik kepada keadaan buas.
Perjuangan politik kaum elite tidak tergerak terutama oleh
kepentingan diri sendiri, akan tetapi lebih dimotivasi oleh rasa
mengabdi (sense of service). Mereka percaya bahwa kepentingan diri
sendiri adalah kasar dan tidak patut. Dalam doktrin ini bukan saja
bakat yang dibawa sejak lahir yang menjadi dasar perbedaan antara
kaum elite dan massa tapi juga latihan sosial yang mengembangkan
naluri-naluri baik dan menekan naluri buruk. Namun pada prinsipnya,
pergolakan antara kaum elite dan massa, atau antara orang yang sangat
berbakat dengan orang yang kurang berbakat, adalah pergolakan
individual.
Teori konservatif cenderung mencampurbaurkan elite yang terdiri
dari individu-individu yang superior dengan aristokrasi kasta turun-
temurun. Secara normal, aristokrasi dan elite berada dalam satu jalur.
Peradaban berpijak kepada pembentukan elite di dalam masyarakat
dengan rasa kepentingan masyarakat, kehormatan, dan pelayanan,
yang diwarisi turun temurun di tengah kehidupan massa yang hanya
-
8/17/2019 Raisa Rachmania Fisip
28/109
dimotivasi oleh keinginan dan naluri kepentingan diri sendiri.
Dalam doktrin konservatif, seorang sosiolog Italia, Vilfredo Pareto,
mengungkapkan tentang gerakan elite yang mengungkapkan konflik
permanen antara permainan silang bakat individual dan kecenderungan
untuk membentuk kelas-kelas sosial atau kasta turun-temurun.
Menurutnya, elite adalah
Individu-individu yang paling mampu dalam setiap cabang kegiatanmanusia. Mereka berjuang melawan kaum-kaum yang kurang berbakat,
kurang mampu untuk mencapai posisi kekuasaan. Namun dalam usahaini, mereka diblokir oleh kecenderungan kaum elite yang berkuasa untukmembentuk oligarki-oligarki yang mengabdikan diri sendiri dan turun-temurun sehingga membatasi gerakan kaum elite untuk maju ke tanggaatas sosial dari mereka yang terbaik dan yang paling berbakat.17
Dalam teori Pareto, bila kelas-kelas sosial atau kasta sangat kaku
dan tertutup rapat, maka individu-individu yang berbakat dari kasta atau
kelas yang lebih rendah tidak memiliki kesempatan untuk bangkit ke posisi
yang sesuai dengan kemampuannya. Maka konsekuensinya, mereka
bergabung untuk melawam tatanan sosial yang ada, dengan tingkat
kekerasan yang lebih besar untuk menjatuhkan tatanan sosial tersebut.
Sebaliknya, jika kelas-kelas yang memerintah lebih terbuka dan mudah
untuk didekati, maka individu-individu yang sangat berbakat dari kelas-
kelas yang lebih rendah dapat diterima dan akan mengurangi ketegangan
sosial.18 Kekakuan yang ada pada setiap kelas lebih mungkin merupakan
reaksi dari sikap kelas yang memerintah (the ruling class).
1.2
Sebab-sebab Psikologis
17
Duverger , Sosiologi Politik, hal.165.18Duverger , Sosiologi Politik, hal.166.
-
8/17/2019 Raisa Rachmania Fisip
29/109
Dalam menganalisa faktor terjadinya antagonisme politik, kemampuan
individual (bakat individu) dan tempramen psikologis merupakan dua
alasan dari terjadinya antagonisme tersebut. Kemampuan individual (bakat
individu) merupakan aspek eksternalnya, sedangkan analisa psikologis
merumuskan hakikat dalamnya.19
Bagi psikoanalis, antagonisme politik merupakan akibat dari frustasi
psikologis yang kurang atau lebih berhubungan dengan konflik dari masa
kecilnya yang terkubur di dalam alam bawah sadar. Pengalaman dari masa
kecil memiliki pengaruh yang menentukan terhadap perkembangan
psikologis berikutnya di masa yang akan datang seorang individu. Dalam
tahap pertama eksistensinya, seorang anak hidup di dalam suatu keadaan
yang dikuasai oleh kesenangan atau kebebasan. Hidup seorang anak
didominasikan oleh prinsip kesenangan. Selanjutnya, unuk dapat
bergabung dengan masyarakat, dia harus mengganti prinsip kesenangan
dengan prinsip kenyataan, yang berarti dia harus menekan kesenangan dan
membatasi kesenangan tersebut. Dia diwajibkan untuk mengikuti dan
mematuhi segala aturan yang berlaku di masyarakat. Namun, naluri
kesenangan tersebut terlalu kuat untuk dihilangkan. Perdebatan batin
dalam diri seseorang menyangkut naluri kesenangannya dengan aturan di
masyarakat menghasilkan frustasi yang menjadi pondasi lahirnya
antagonisme sosial.
Peradaban industri, yang menjadikan alam semesta menjadi rasional,
19Duverger , Sosiologi Politik, hal.174.
-
8/17/2019 Raisa Rachmania Fisip
30/109
mekanis, modal, dan antiseptik, bertentangan secara diametris terhadap
kecenderungan instingtif dan keinginan yang mendalam dari manusia.
Kemajuan teknologi yang membangun suatu dunia dimana naluri
manusiawi tidak mendapat tempat, cenderung menyebabkan
meningkatnya sifat agresif, dalam keinginan untuk menguasai, dalam
kekerasan, dan konsekuensinya di dalam intensifikasi antagonisme dan
konflik.20
Faktor-faktor yang jelas di dalam antagonisme politik bisa juga
menjadi produk dari fenomena kompensasi. Keinginan untuk menguasai
dan sikap otoritarian bisa juga menjadi akibat dari keinginan untuk
berkuasa dari seorang individu yang kuat dan penuh energi, atau dari
kelemahan psikologis, kekacauan dari dalam bati, ketidakmampuan untuk
memperoleh respek orang lain, yang tersembunyi di balik sikap yang
persis sebaliknya.
Seorang ilmuan asal Amerika, Theodora Adorno, pada tahun 1950
pernah melakukan penelitian tentang kepribadian otoritarian. Kepribadian
tersebut didefinisikan oleh konformitas yang sangat kuat, kepatuhan buta
oleh penglihatan yang disederhanakan tentang alam sosial dan moral yang
dibagi ke dalam kategori yang jelas (baik dan buruk, hitam dan putih).21 Di
dalam otoritarian muncul paham di mana yang berkuasa harus memerintah
karena mereka yang terbaik, yang lemah harus mendapatkan tempat di
bawah karena dari segala segi mereka lebih rendah, dan nilai orang
20
Duverger , Sosiologi Politik, hal. 178.21Duverger , Sosiologi Politik, hal.179.
-
8/17/2019 Raisa Rachmania Fisip
31/109
ditentukan hanya oleh kriteria luar, yang didasarkan pada kondisi sosial.
Umumnya, kepribadian otoritarian adalah khas milik individu-individu
yang tidak pasti akan dirinya sendiri, yang tidak pernah berhasil di dalam
membangun kepribadiannya sendiri dan menstabilkannya, yang tidak
percaya kepada dirinya sendiri dan meragukan identitasnya. Mereka
berpegang teguh pada bentuk-bentuk luar karena mereka mempunyai
sesuatu di dalam dirinya sendiri untuk berpegang. Stabilitas ketertiban
sosial dengan demikian menjadi dasar stabilitas kepribadiannya sendiri,
yang bisa menjadi disintegrasi tanpanya. Lalu, sejalan dengan semua itu,
bilamana mereka mempertahankan ketertiban sosial, adalah diri mereka
sendiri, dasar dari keberadaannya sendiri dan equilibrium psikologisnya
sendiri yang mereka bela. Hal ini yang menjadi dasar bentuk
keagresifannya dan kebenciannya terhadap mereka yang tidak setuju
dengannya, terutama terhadap “orang lain”, orang-orang “yang berbeda”,
yang jalan hidupnya dan sistem nilai-nilainya menantang ketertiban sosial
yang ada, mereka yang mempertanyakan dasar-dasar dan prinsip-prinsip
umumnya. Kepribadian otoritarian mendukung partai-partai konservatif
dalam masa tenang ketika ketertiban sosial tidak terancam. Bila timbul
ancaman, sikap keagresifannya dengan sendirinya timbul dan
mendorongnya kearah gerakan-gerakan fasistis. Maka, orang-orang yang
paling tidak stabil ke dalam mempengaruhi secara luar bisaa wajah
stabilitas dari luar: partai-partai politik yang dibangun atas kekerasan
adalah terutama terdiri dari individu-individu yang lemah.
-
8/17/2019 Raisa Rachmania Fisip
32/109
Seringkali, otoritarianisme, dominasi, dan kekerasan merupakan
kompensasi bagi kekecewaan dan kemunduran pribadi. Seorang
psikoanalis pemberontak, Alred Adler, mencatat bahwa brutalitas dan
despotisme seringkali menjadi overkompensasi bagi kesakitan yang
dialami orang-orang kecil atau dengan cacat fisik. Ia menganggap
kecenderungan otoritarianisme suatu unsur fundamental di dalam jiwa
manusia. Baginya, naluri untuk menguasai adalah sumber perilaku
manusia, yang menggantikan libido, naluri kesenangan.
Dalam psikoanalisa mengenai antagonisme politik, ada penjelasan
bahwa terjadi ambivalensi yaitu adanya konflik dan integrasi di dalam
fenomena kekuasaan politik. Hal ini juga terkait akan perasaan seorang
anak terhadap orang tuanya. Banyak ahli yang mengemukakan bahwa
keluarga merupakan sel atau unit dasar dari semua masyarakat manusia,
dan yakin bahwa yang terakhir dibentuk menurut pola keluarga. Simon
Freud berpendapat bahwa otoritas orang tua berlaku sebagai model sampai
tingkat tertentu, sebagai suatu proto tipe bagi bentuk-bentuk lain dari
otoritas. Di dalam pengalaman pertama peralihan manusia dari prinsip
kesenangan kepada prinsip kenyataan, orang tua memainkan peranan yang
menentukan. Mereka merumuskan aturan-aturan, kewajiban-kewajiban,
dan larangan-larangan yang harus diikuti oleh seorang anak. Peranan
orang tua seperti ini menciptakan konflik di dalam hati seorang anak.
Sampai dengan saat itu, anak dapat menerima apa adanya, semata-mata
kegembiraan dan kesenangan. Kini mereka menjadi rintangan bagi
-
8/17/2019 Raisa Rachmania Fisip
33/109
-
8/17/2019 Raisa Rachmania Fisip
34/109
didorong oleh kecenderungan-kecenderungan pribadinya kearah sikap-
sikap politik tertentu, yang membawanya kepada konflik-konflik
dengan tipe manusia lain yang kecenderungan pribadinya
membawanya kepada sikap politik yang berlawanan. Konsep tersebut
berada di dalam kerangka sebab-sebab individu bagi antagonisme
politik.
a.
Klasifikasi Umum Tempramen dan Sikap Politik
Klasifikasi ini dipopulerkan di Perancis oleh Rene Le Senne dan
Gaston Berger. Hal ini tergantung dari 3 kriteria dasar : emotivity,
activity, dan reverberation, yaitu panjangnya jangka waktu suatu ide
atau citra bertahan di dalam pikiran seseorang.
Dalam hubungan dengan reverberation di wilayah politik, orang
dengan tipe amorph (unemotive, inactive, primary) dan yang
phlegmatics (unemotive, inactive, secondary) bisaanya indiferen
terhadap perjuangan atau konflik, tidak berminat untuk memperoleh
kekuasaan, menghormati kebebasan orang lain, dan dari sini moderat
dan bersifat mendamaikan dalam antagonisme politik. Sebaliknya,
individu yang passionate (emotive, active, secondary) dan yang
choleric (emotive, active, primary) tertarik kepada pergolakan politik
dan perjuangan untuk merebut kekuasaan; tipe yang pertama bisaanya
para pemimpin yang otoritarian, dan tipe yang kedua bisaanya orang
yang membentuk opini public, orator, dan wartawan yang pada
akhirnya bisaanya tidak akan melaksanakan kekuasaan secara
-
8/17/2019 Raisa Rachmania Fisip
35/109
diktatoral. Orang dengan tipe lainnya yaitu nervous (emotive, inactive,
primary) dan sentimental (emotive, inactive, secondary) bisaanya
orang dengan tipe revolusioner, yang pertama agak anarkis, sedang
yang kedua tidak selalu enggan untuk mempergunakan metode-metode
otoritarian. Orang dengan tipe apathetic (unemotive, inactive,
secondary) bisaanya konservatif, dan sanguine (unemotive, active,
primary) cenderung menjadi oportunis.22
b. Teori Eysenck tentang Tempramen Politik
Seorang ahli psiko-sosiologi Inggris H.J. Eysenck membangun
sebuah klasifikasi tempramen politik. Klasifikasinya didasarkan pada
analisa secara matematis dari jawaban-jawaban kuesioner tentang
sikap-sikap politik. Sumbangannya pada ilmu sosiologi politik adalah
pada penggantian klasifikasi berdimensi satu dengan berdimensi
banyak, yang memakai dua sumbu : sumbu pertama adalah radikal-
konservatif, dan yang kedua adalah sumbu keras-lembut.23
2. Tingkat Kolektif.
Antagonisme yang bergerak pada Tingkat kolektif adalah konflik-konflik
politik yang mencerminkan perjuangan-perjuangan antar ras, persaingan-
persaingan antar bangsa, propinsi-propinsi dan komunitas territorial lainnya,
kompetisi antara kelompok-kelompok yang diorganisir, dan pertempuran
22
Duverger , Sosiologi Politik, hal. 200-203.23Duverger , Sosiologi Politik, hal. 204.
-
8/17/2019 Raisa Rachmania Fisip
36/109
antara kelompok ideologi atau agama.24
a.
Perjuangan Kelas
Banyak orang percaya bahwa antagonisme politik disebabkan oleh
ketidaksamaan antara kelompok-kelompok sosial atau pun kelas-kelas sosial.
Para ahli sosiologi Amerika masa sekarang menganut paham bahwa perbedaan
kelas didasarkan pada perbedaan kontras antara yang kaya dengan yang
miskin, yang berpunya dengan yang tidak, dan kelompok yang berprivilese
dengan kelompok yang dihisap, kedalam teori tentang strata sosial. Namun,
Marxisme menempatkan perbedaan kelas sosial kepada peranan yang lebih
rendah dan menolak hal tersebut. Mereka berpendapat bahwa apakah yang
menyebabkan kekayaan dari beberapa orang dan kemiskinan orang-orang
yang lain. Karena, bilamana kekayaan dan kemiskinan hanya tergantung dari
kemampuan individual dari seseorang, pada inelegensi, kekuatan, dan
kemampuan bekerja, maka seharusnya tidak ada kelas. Kemiskinan dan
penghisapan adalah akibat dari kelahiran dan dengan demikian mempunyai
sifat turun temurun. Konsep kelas didasarkan pada ide bahwa perbedaan
dalam status sosial tidak tergantung hanya pada individu-individu, akan tetapi
dipaksakan kepada mereka atas cara yang khusus.
Dalam kaitannya dengan Antagonisme, hanya beberapa orang yang
menyangkal bahwa antagonisme kelas adalah sumber konflik politik. Bagi
kaum Marxis, antagonism kelas adalah refleksi dari perjuangan kelas, yang
pada gilirannya ditentukan oleh system produksi dan system milik, yang
24Duverger , Sosiologi Politik, hal. 188.
-
8/17/2019 Raisa Rachmania Fisip
37/109
keduanya merupakan efek dari perkembangan teknologi.
b.
Konflik-Konflik Rasial
Anagonisme politik tertentu disebabkan juga oleh konflik antar ras. Dari
segi zoologis, manusia merupakan species homo sapiens, tetapi dibagi lagi
menjadi beberapa varietas yang memiliki sifat turun temurun tertentu.25
Teori rasis mengatakan bahwa ras manusia yang berbeda-beda mempunyai
bakat-bakat sosial dan intelektual yang tidak sama dan tidak merata. Mereka
menganggap beberapa ras secara biologis lebih rendah dari yang lain,
misalnya tidak mampu mengorganisir dan mempertahankan masyarakat
modern pada tingkat yang maju. Namun, ras-ras tersebut yang dianggap lebih
rendah, tidak mau mengakui ketidakmampuannya. Maka, terjadilah
pertentangan antar ras-ras yang dianggap lebih rendah dengan ras-ras yang
dianggap lebih tinggi, untuk memperoleh dan melaksanakn kekuasaan politik.
Karena itu, terjadilah perlawanan melawan ras-ras superior demi menghindari
penguasaan ras tersebut.
Teori-teori rasis sebenarnya tidak mempunyai nilai ilmiah. Pelariannya
kepada ilmu pengetahuan adalah sebuah percobaan untuk mendapatkan
pengesahan, suatu usaha yang kurang lebih secara tidak sadar untuk menutupi
alasan-alasan yang secara sosial tidak dapat diterima.
Kenyataan bahwa teori-teori ras adalah palsu tidaklah menghindari
terjadinya konflik-konflik rasial. Namun, bukan konflik antara ras yang
25Duverger , Sosiologi Politik, hal. 228.
-
8/17/2019 Raisa Rachmania Fisip
38/109
rendah atau yang lebih tinggi, namun lebih kepada konflik antara ras-ras yang
berbeda-beda. Secara mendasar, ada perbedaan konflik rasial, yaitu konflik
rasial vertikal dan konflik rasial horizontal.
Konflik rasial vertikal terjadi antara kelompok rasial yang dominan, yang
bertempat tinggi di atas tangga sosial, dan kelompok rasial yang diperintah,
yang bertempat di bawahnya. Contohnya konflik rasial antara orang-orang
kulit putih dan orang-orang deng kulit hitam di tanah-tanah jajahan. Dalam
konflik rasial horizontal, kedua ras yang bertentangan satu sama lain yang
tidak berada dalam hubungan dominan bawahan. Contohnya adalah konflik
antara suku-suku di beberapa negara Afrika saat ini.
Jika dilihat dari para pelaku konflikya, sebenarnya konflik antar ras yang
terjadi saat ini bukanlah soal tentang ras-ras yang benar dalam pengertian
biologis, akan tetapi tentang pseudoras, yang adalah entitas kultural daripada
kelompok-kelompok biologis yang berbeda.
c.
Konflik Antara Kelompok-kelompok Horizontal
Dalam konflik kelompok horizontal, setiap kelompok mencoba saling
menguasai yang lain sebagai mana halnya di dalam konflik antara kelompok
vertikal. Klasifikasi dari kelompok horizontal meliputi : kelompok-kelompok
territorial (bangsa, propinsi, daerah-daerah, dan komuni), corporate group
(profesi, asosiasi, serikat buruh),dan kelompok ideologis (partai politik,
agama).26 Dalam kelompok-kelompok ini, antagonisme berkembang dengan
berbagai corak, dan menjadi tameng bagi antagonisme dari jenis lain.
26Duverger , Sosiologi Politik, hal. 247.
-
8/17/2019 Raisa Rachmania Fisip
39/109
d.
Konflik Antara Kelompok Teritorial
Kelompok-kelompok territorial didasarkan pada eksistensinya daripada
melalui persamaan. Pada paruh abad kedua puluh, bangsa-bangsa masih
merupakan entitas territorial yang mendasar. Di dalam masa-masa purba,
kelompok-kelompok kesukuan dan kemudian di kota-kota meliputi
pengelompokan-pengelompokan utama secara horizontal. Kadang, komunitas-
komunitas yang besar berkembng, kemudian kita sebut sebagai imperium,
seperti Mesir, Assiria, Persia, dan Roma.27
Konflik antara bangsa-bangsa cenderung diselesaikan baik dengan
kekerasan (perang) atau semata-mata dengan prosedur kontraktual (perjanjian
atau pun persetujuan diplomatic), bilamana tidak ada arbitrase kekuasaan
politik. Kebanyakan kelompok-kelompok territorial berada di dalam bangsa-
bangsa. Ada “masyarakat universal” yang lebih kecil meliputi subdivisi,
seperti komune, daerah, dan provinsi. Lainnya adalah berupa subdivisi-
subdivisi dari masyarakat khusus yang juga dibentuk di dalam bangsa, seperti
cabang-cabang lokal dari asosiasi tertentu, perserikatan, dan masyarakat-
masyarakat dari titik tilik yang terakhir, pembagian kelompok-kelompok
territorial dan kelompok-kelompok korporatif gabungan satu dengan yang
lain. Antagonisme dalam ranah ini berkembang tergantung dari tingkat
integrasi nasional.
Ada pula kelompok-kelompok territorial di luar pengelompokan nasional,
beberapa diantaranya adalah subdivisi dari masyarakat internasional. Beberapa
27Duverger , Sosiologi Politik, hal. 251.
-
8/17/2019 Raisa Rachmania Fisip
40/109
bangsa bisa berorganisasi menjadi blok-blok yang kurang lebih koheren,
seperti NATO, blok timur, masyarakat Eropa, dan Organisasi negara-negara
Amerika. Politik internasional dengan demikian didasarkan bukan saja pada
antagonisme antar bangsa akan tetapi juga antagonisme antar blok bangsa-
bangsa. Beberapa kelompok teritorial tertentu berada pada titik yang sama
dengan bantuan nasional, misalnya di dalam gereja Katolik Roma, kita
mendapatkan gereja Katolik Perancis, gereja Katolik Spanyol, dan gereja
Katolik Amerika Serikat.28
Berkembangnya antagonisme antar kelompok teritorial adalah akibat dari
ketidaksamaan kepemilikan, seperti pemilikan alat produksi. Aspek material
dari konflik antara kelompok-kelompok teritorial kadang-kadang tersembunyi
di balik ideologi dan mitos-mitos, yang membuat kontroversi tersebut
kelihatannya lebih idealistis, kurang materialistis, namun tetap ada unsur dari
faktor material.
Sejalan dengan unsur-unsur riil tersebut, antagonisme antara kelompok-
kelompok teritorial seringkali menjadi tameng bagi konflik-konflik dari jenis
lain, seperti antagonisme kelas. Nasionalisme adalah alat untuk menutupi
permusuhan antara orang yang mempunyai privilege dan yang tertekan di
dalam suatu negara dengan rasa solidaritas yang berasal dari menjadi anggota
suatu komunitas teritorial yang sama.
Dalam hubungan tertentu, solidaritas teritorial bersifak arkaik, yang
didasarkan pada masa lalu yang ingin dipeliharanya, di mana solidaritas kelas
28Duverger , Sosiologi Politik, hal. 254.
-
8/17/2019 Raisa Rachmania Fisip
41/109
adalah fenomena yang lebih baru.29
e.
Konflik antara Kelompok-kelompok Korporatif
Seperti kelompok teritorial, kelompok korporatif juga tergantung pada
berbagai jenis solidaritas melalui kesamaan. Kelompok professional adalah
kelas dari kelompok korporatif yang paling penting.
Dalam arti yang sempit, kelompok korporatif mempersatukan orang yang
terlibat di dalam kegiatan professional tertentu. Di dalam arti yang luas,
kelompo ini dapat berarti mereka yang dididik atau dilatih di dalam sekolah
yang sama, mereka yang menjadi anggota agen pemerintahan yang sama atau
klasifikasi professional yang sama, maupun sosialisasi yang terdiri dari orang
dengan kepentingan rekreasi yang sama (olahraga, atletik, dan asosiasi
kultural).
30
f. Konflik antara Kelompok-kelompok Korporatif
Kelompok-kelompok professional adalah kelas dari kelompok korporatif
yang paling penting. Anggota-anggota dari suatu profesi atau organisasi
mempertahankan kemajuan korporat melawan anggota-anggota dari profesi
atau organisasi yang lain. Maka, ada antagonisme alami antara berbagai
profesi, dan pada saat yang sama, sebuah komunitas kepentingan di kalangan
anggota dalam profesi yang sama.
Secara umum, kepentingan kelas lebih kuat dari kepentingan korporat.
Karena itu, antagonisme kelas lebih penting secara politik daripada
29
Duverger , Sosiologi Politik, hal. 256.30Duverger , Sosiologi Politik, hal. 261.
-
8/17/2019 Raisa Rachmania Fisip
42/109
antagonisme korporat. Namun dalam beberapa wilayah tertentu, kepentingan
korporat mengatasi kepentingan-kepentingan lain. Hal ini menjadi agak sering
di dalam pertanian, terutama konflik antara sector pertanian dalam ekonomi
dan sector industri dan sector komersial.31
Kaum Marxis beranggapan bahwa konflik korporat ini di dalam kelas
sosial yang sama menjadi kontradiksi daripada antagonisme. Ini berarti bahwa
konflik tersebut tidak terlalu fundamental.
32
Salah satu contoh tentang kelompok-kelompok korporat yang berperan
sebagai kamuflase bagi antagonisme lain adalah doktrin korporati yang
berkembang pada tahun 1930-an. Ide fundamentalnya adalah untuk
mengorganisir bangsa-bangsa menurut profesi, di dalam kategori horizontal,
pekerja dan manager diwakili bersama dan bekerjasama di dalam di setiap
korporasi. Atas doktrin ini, negara-negara fasis membinasakan serikat pekerja
dan tidak memungkinkan para pekerja menyampaikan tuntutannya.
g.
Konflik di Antara Kelompok-kelompok Ideologis
Kelompok-kelompok ideologis adalah kelompok dengan tubuh keyakinan
ideologis yang sama. Gereja-gereja, sekte-sekte filosofis, masyarakat
intelektual, dan dari partai-partai politik merupakan kelompok-kelompok
ideologis. Sebuah doktin menjadi ideologi ketika suatu kelompok sosial
menganutnya. Ketika ia berhenti menjadi sebagai hanya bangunan intelektual
dari seorang pemiki dan menjadi suatu ekspressi dari aspirasi, keinginan dan
31
Duverger , Sosiologi Politik, hal. 264.32Duverger , Sosiologi Politik, hal. 265.
-
8/17/2019 Raisa Rachmania Fisip
43/109
keyakinan suatu kelompok orang (kelas, bangsa, dll). Sampai ke tingkat
bahwa kelompok ini berbeda dari kelompok lain, dan mempunyai organisasi
dan lembaga, dia merupakan kelompok ideologis.33
Pada masa sekarang, partai-partai merupakan kelompok ideologis utama
dari jenis politik. Kelompok-kelompok kepentingan tertentu yang
berhubungan dengan politik tanpa secara langsung berurusan dengan mengejr
kekuasaan, berada dalam kategori yang sama. Pada waktu lain, kelompok
ideologis menerima bentuk-bentuk yang berbeda, seperti liga, asosiasi rahasia,
dan organisasi-organisasi paramiliter.
Ideologi-ideologi non-politik adalah yang tidak mempunyai hubunga-
hubungan langsung dengan kekuasaan, seperti ideologi agama, filosofis, dan
artistic.
Setiap ideologi cenderung menjadi suatu system yang komplit untuk
menjelaskan manusia dan dunia, di mana politik secara alami mendapatkan
tempatnya, karena berbagai aspek kegiatan manusia tidak terlalu gampang
dipisahkan satu dengan lainnya.
Seperti ideologi-ideologi politik, ideologi non-politik cenderung berfungsi
sebagai basis bagi kelompok-kelompok yang kurang lebih terorganisir.
Dengan demikian, agama mengambil bentuk gereja-gereja, filosofi menjadi
dasar dari berbagai sekte, dan kesenian melahirkan aliran-aliran dan gerakan-
gerakan dari berbagai jenis.
33Duverger , Sosiologi Politik, hal. 266.
-
8/17/2019 Raisa Rachmania Fisip
44/109
Hakekat ideologi membuat antagonisme kelompok-kelompok ideologi
non-politik lebih militant, dan semakin fundamental ideologinya. Inilah sebab
mengapa keterlibatan organisasi-organisasi gereja dan agama di dalam konflik
politik pada umumnya lebih kuat dan lebih menyerap daripada kelompok-
kelompok lain.34
B. Teori Elit Politik
Teori elit politik merupakan sebuah teori yang lahir dari hasil diskusi para
ilmuan sosial Amerika tahun 1950-an, yaitu Schumpeter (ekonom), Lasswell
(ilmuan politik) dan sosiolog C. Wright Mills. Mereka tulisan dari para
pemikir Eropa masa awal munculnya fasisme, diantaranya Vilfredo Pareto dan
Gaetano Mosca (Italia), Roberto Michels (seorang Jerman keturunan Swiss)
dan Jose Ortega Y. Gasset (Spanyol).35
Teori elit mengemukakan bahwa di dalam kelompok penguasa (the
ruling class) terdapat dua unsur; elit yang berkuasa (the ruling elite) dan
elit tandingan (opposition) yang mampu meraih kekuasaan jika elit yang
berkuasa kehilangan kemampuannya untuk memerintah. Elit tidak
selamanya selalu digambarkan hanya terdiri dari satu kelompok, namun
bisa juga berupa gabungan dari berbagai kelompok sosial. Kekuasaan
merupakan alasan bagi elit atau kelompok elit untuk mengambil peranan
aktif dalam politik.
Seiring berkembangnya zaman, banyak ahli politik yang
34
Duverger , Sosiologi Politik, hal. 268.35S.P. Varma, Teori Politik Modern, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1995), hal. 201.
-
8/17/2019 Raisa Rachmania Fisip
45/109
mengembangkan penafsirkan teori elit tersebut. Namun, mereka semua
sepakat akan dasar dari teori tersebut bahwa ada sekelompok kecil di
masyarakat yang memerintah masyarakat lainnya.
Pareto berpendapat bahwa masyarakat terdiri dari dua kelas. Pertama,
kelas atas. Kelas atas adalah kelompok elit yang memerintah dan tidak
memerintah. Kedua, kelas bawah atau sering disebut non-elit. Ia
memusatkan perhatiannya pada elit yang memerintah saja yang
menurutnya berkuasa karena bisa menggabungkan kekuasaan dan
kelicikan. Kekuasaan dalam masyarakat terdapat dua kelas. Pertama, kelas
yang memerintah, terdiri dari sedikit orang, melaksanakan fungsi politik,
memonopoli kekuasaan, dan menikmati keuntungan-keuntungan yang
ditimbulkan dengan kekuasaan. Kedua, kelas yang diperintah, yang
berjumlah lebih banyak, diarahkan dan dikendalikan oleh penguasa
dengan cara-cara yang kurang lebih berdasarkan hukum dan paksaan.36
Dari penjelasan diatas, kelas pertama disebut kelompok elit politik.
Lipset dan Solari berpendapat bahwa elit ialah posisi puncak dalam
masyarakat pada struktur-struktur sosial yang terpenting, yaitu ekonomi,
pemerintahan, aparat kemiliteran, politik, agama, pengajaran dan
pekerjaan-pekerjaan bebas.37
36Abdul Munir Mulkan, Perubahan Perilaku Politik dan polarisasi ummat islam 1965-
1987 dalam perspektif Sosiologis, (Jakarta: CV Rajawali, 1989), h.56.37
Saymour Martin Lipset dan A. Solari, “ Elites in Latin America” dalam J.W. Schoorl,
Modernisasi: pengantar Sosiologi Pembangunan Negara-Negara sedang Berkembang, penerjemah Soekadijo, (Jakarta: PT Gramedia, 1982), hal.128.
-
8/17/2019 Raisa Rachmania Fisip
46/109
Soejono Soekanto, pakar Sosiologi Indonesia, menerangkan bahwa elit
adalah :
“Kelompok orang-orang yang dalam situasi sosial tertentu menduduki posisi
tertinggi, dianggap mempunyai kekuasaan besar dan hak-hak istimewa, kadang-
kadang diartikan sebagai golongan aristokrat yang berkuasa karena faktor
keturunan. Sering kali juga diartikan sebagai posisi-posisi dalam struktur sosial
yang relatif tinggi, sehingga mereka yang menduduki posisi-posisi tersebut juga
mempunyai kedudukan yang tinggi.”38
Istilah elit kemudian diartikan sebagai suatu minoritas pribadi yang
diangkat untuk melayani suatu kolektivitas atau kelompok dengan cara
yang bernilai sosial.39
Teori elit menjelaskan setiap masyarakat terbagi dalam dua kategori
yaitu:40
1. Sekelompok kecil manusia yang berkemampuan dan karenanya
menduduki posisi untuk memerintah.
2. Sejumlah besar massa yang ditakdirkan untuk diperintah.
Kelompok elit sebenarnya bersifat heterogen atau terdiri dari berbagai
lapisan maupun kepentingan. Kelompok elit politik tersebut terbagi
kedalam tiga tipe, yaitu:
a. Elit politik yang dalam segala tindakan berorientasi pada kepentingan
pribadi atau golongan. Tipe ini cenderung bersifat tertutup atau
menolak kehadiran golongan dan kelompok lain. Dalam hubungannya
dengan sesama elit, tipe ini bekerjasama untuk mempertahankan
keadaan yang ada. Mereka bersikap dan berperilaku yang cenderung
38Soerjono Soekanto, Kumpulan istilah-istilah Sosiologi, (Jakarta: UI Fakultas Ilmu-ilmu
Sosial, 1977), h. 51 dalam M. Mansyur Amin, dkk., Kelompok Elit dan Hubungan Sosial di
Pedesaan (Jakarta: PT Pustaka Grafika Kita, 1988), h.63.39
Suzanne Keller, Penguasa dan Kelompok Elit: Peranan Elit Penentu Dalam
Masyarakat Modern, (Jakarta: CV Rajawali, 1984), hal.3.40S. P. Varma, Teori Politik Modern, hal.197.
-
8/17/2019 Raisa Rachmania Fisip
47/109
memelihara dan mempertahankan struktur masyarakat secara jelas
dapat menguntungkannya.
b. Elit politik liberal. Kelompok ini bersikap dan berperilaku yang
membuka kesempatan seluas-luasnya bagi setiap warga masyarakat
untuk meningkatkan status sosial mereka. Tipe ini cenderung terbuka
terhadap golongan masyarakat yang bersangkutan agar mampu
bersaing secara sehat untuk menjadi elit, dan menyesuaikan diri
dengan lingkungan elit. Elit politik ini cenderung berorientasi pada
kepentingan masyarakat umum sehingga mereka juga akan bersikap
tanggap atas tuntutan masyarakat.
c. Pelawan elit. Pada tipe ini, para pemimpin berorientasi pada khalayak
dengan cara menentang segala bentuk kemapanan maupun dengan cara
menentang segala bentuk perubahan. Umumnya kelompok ini bersifat
ekstrim, tidak toleran, anti intelektualisme, beridentitas superioritas
rasial tertentu, dan menggunakan kekerasan dalam memperjuangkan
aspirasinya.41
Perubahan pada proses politik terjadi oleh karena kaum elit politik
mengubah sikap mereka terhadap proses tersebut. Perubahan tersebut juga
bisa karena kelompok elit tersebut digantikan atau ditentang oleh satu elit
yang lain karena mempunyai sikap yang berbeda terhadap proses politik.
41Ramlan Surbekti, Memahami Ilmu Politik, (Jakarta: PT Grasindo, 1992), hal.76.
-
8/17/2019 Raisa Rachmania Fisip
48/109
Kaum elit yang tidak memegang kekuasaan akan lebih cenderung merasa
berkepentingan dengan perluasan partisipasi politik untuk meraih kekuatan
dan juga untuk mencapai tujuan-tujuan sosial, ekonomi dan politik.42
42
Samuel Huntington dan Joan Nelson, Partisipasi Politik di Negara Berkembang, penerjemah Sahat Simamora (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1994), hal. 39-41.
-
8/17/2019 Raisa Rachmania Fisip
49/109
BAB III
SURIAH SPRING
Suriah spring adalah gelombang demonstrasi di Suriah dengan tujuan
menumbangkan rezim pemerintahan. Suriah spring merupakan efek domino
dari peristiwa Arab spring. Arab spring mengacu kepada sebuah keadaaan
saat pemerintah tidak lagi mendapatkan kedaulatan dari rakyatnya karena
ketidakpuasan rakyat terhadap kinerja pemerintah akibat terjadinya korupsi,
kesewenangan dalam menegakkan peraturan, dan tingginya kesenjangan
sosial, sehingga mendorong rakyat untuk berusaha menggulingkan
pemerintahan yang ada dan menggantinya dengan yang baru.
Revolusi tersebut memanfaatkan pemberontakan sipil dalam kampanye
dengan melibatkan serangan, demonstrasi, pawai, dan pemanfaatan media
sosial seperti Facebook, Twitter, Youtube, dan Skype. Tujuannya ialah
mengorganisir dan meningkatkan kesadaran khalayak terhadap usaha-usaha
penekanan dan penyensoran internet oleh pemerintah.43
Motor penggerak revolusi tersebut adalah para pemuda berpendidikan
di masing-masing negara Timur Tengah yang dilanda revolusi. Revolusi
tersebut menekankan bahwa kekuasaan otoriter sudah tidak tepat diterapkan
di negara Timur Tengah dan ingin mengubahnya menjadi demokrasi.
Arab Spring yang dimulai pada tanggal 18 Desember 2010 di negara
Tunisia kemudian menjalar ke negara-negara Arab lain diantaranya; Mesir,
43Agastya, Arab Spring : Badai Revolusi Timur Tengah., hal. 12
-
8/17/2019 Raisa Rachmania Fisip
50/109
Libya, Bahrain, Oman, Aljazair, Irak, Yordania, Maroko, Kuwait, Lebanon,
Sudan, dan perbatasan Israel.
Dalam kekusutan revolusi di Timur Tengah, tidak sedikit campur tangan
pihak asing yang turut memanfaatkan momentum tersebut seperti Cina,
Rusia, Amerika Serikat.
1. Lahirnya Negara Suriah
Suriah pada awalnya merupakan bagian dari negara Republik Arab.44
Nama Suriah atau Syria berasal dari bahasa Arab, al-Sham atau Levant dalam
bahasa Inggris. Daerah yang ditunjuk oleh kata ini telah berubah dari waktu ke
waktu. Suriah terletak di ujung timur Mediterania, antara Mesir dan Saudi
Arabia di selatan dan Kilikia di utara, Peregangan pedalaman untuk
memasukkan Mesopotamia, dan memiliki batas pasti ke timur laut yang
menggambarkan dari barat ke timur, Commagene, Sophene , dan Adiabene.
Keadaan geografi merupakan faktor yang sangat menentukan dalam sejarah
Suriah.45 Suriah memiliki bahasa resmi bahasa Arab dengan satuan mata uang
Pound Syria.
Sebagai sebuah negara dengan berbagai entitas46 di dalamnya, Suriah
44H. Munawir Sjadzali, M.A, Islam dan Tata Negara : Ajaran, Sejarah, dan Pemikiran,
5th
ed. (Jakarta : UI-Press, 2008), hal. 224.45
Suriah terletak di pantai Timur Laut Tengah; di utara berbatasan dengan Turki, di timur
berbatasan dengan Irak, di barat berbatasan dengan Lebanon dan Laut Tengah, di selatan
berbatasan Yordania dan Israel, beribu kotakan Damaskus Luasnya 185.180 km2, penduduknya
12.254.000, kepadatan penduduk 66/km2. Sumber : Ensiklopedia Islam, PT Ichtiar Baru Van
Hoeve 1999, hal 321, tetapi dalam Ensiklopedi Geografi, Intermassa, cetakan tahun 1990, hal 217,
bahwa penduduk Syiria berjumlah 12.210.000, dan kepadatan penduduk 65/km2.46Entitas adalah sesuatu yang memiliki keberadaan yang unik dan berbeda, walaupun
-
8/17/2019 Raisa Rachmania Fisip
51/109
terdiri atas mayoritas komunitas Muslim Sunni 75%, yang secara historis tetap
dominan, dan beberapa komunitas minoritas lainnya; Kristen 19%, dan
beberapa sekte Islam heterodoks, Alawiy 11,5%, Druze 3%, dan Ismailiy
1,5%, yang sebagian besar di pedesaan, khususnya kaum Alawiy.47
Keadaan geografi merupakan faktor yang sangat menentukan dalam
sejarah Suriah, negeri yang sudah dihuni manusia sejak zaman batu. Bukti
arkeologi menunjukkan bahwa Suriah pernah menjadi salah satu pusat
peradaban tertua di dunia. Karena terletak di persilangan jalur perdagangan
dan militer antara Laut Tengah, Mesopotamia, dan Mesir, maka Suriah
menjadi sasaran penyerbuan dari negara-negara tetangganya.
Suriah juga merupakan tempat sejarah Kekristenan yang paling
berpengaruh; Saulus dari Tarsus telah melewati Jalan ke Damaskus, kemudian
dikenal sebagai Rasul Paulus, dan muncul sebagai tokoh penting dalam Gereja
Kristen terorganisir pertama di Antiokhia di Suriah kuno, yang mana ia
meninggalkan jejak perjalanan misionaris.
Pada 1920, Kerajaan Suriah didirikan oleh Faisal I dari keluarga
Hashimiah, yang kemudian menjadi Raja Irak . Namun, pemerintahannya di
Suriah berakhir setelah hanya beberapa bulan, setelah bentrokan antara
pasukan Arab Suriah dan pasukan Perancis pada Pertempuran Maysalun.
Pasukan Perancis menduduki Suriah setelah konferensi San Remo dan
tidak harus dalam bentuk fisik.47Shireen T Hunter, Politik Kebangkitan Islam (Penerbit Tiara Wacana, 2001), hal. 59.
-
8/17/2019 Raisa Rachmania Fisip
52/109
meminta kepada Liga Bangsa-Bangsa untuk menempatkan Suriah di bawah
mandat Perancis.48
Pada tahun 1925 Sultan Pasha al-Atrash memimpin pemberontakan di
Druze dan menyebar ke seluruh bagian Suriah dan Lebanon. Hal ini dianggap
sebagai salah satu revolusi yang paling penting terhadap mandat Perancis,
karena pertempuran mencakup seluruh Suriah dan menyaksikan pertempuran
sengit antara pemberontak dan pasukan Prancis. Pada 23 Agustus 1925 Sultan
Pasha al-Atrash resmi menyatakan revolusi melawan Perancis, dan segera
meletus pertempuran di Damaskus, Homs dan Hama. Al-Atrash
memenangkan beberapa pertempuran melawan Prancis pada awal revolusi,
terutama Pertempuran Al-Kabir pada tanggal 21 Juli 1925, Pertempuran al-
Mazra pada tanggal 2 Agustus 1925, dan pertempuran di dataran Almsifarh
dan Suwayda.
Setelah mengalami kekalahan, kemudian Perancis mengirimkan ribuan
pasukan ke Suriah dan Libanon dari Maroko dan Senegal yang dilengkapi
dengan senjata modern. Hal ini secara dramatis mengubah hasil pertempuran
dan mengizinkan Prancis untuk memperoleh kembali banyak kota, meskipun
perlawanan berlangsung sampai musim semi 1927. Perancis menghukum mati
Sultan al-Atrash, tapi ia melarikan diri dan kemudian para pemberontak
akhirnya diampuni oleh Perancis. Ia kembali ke Suriah pada 1937 setelah
penandatanganan Perjanjian Perancis – Suriah.
48
Peter N Stearns, William Leonard Langer, Ensiklopedi of World History “The Midle East”, Houghton Mifflin Books, London, hal 761.
-
8/17/2019 Raisa Rachmania Fisip
53/109
Suriah dan Perancis merundingkan 7% perjanjian kemerdekaan pada bulan
September 1936, dan Hashim al-Atassi, yang merupakan Perdana Menteri di
bawah pemerintahan Raja Faisal, adalah presiden pertama yang dipilih di
bawah konstitusi baru, yang juga merupakan titik awal pertama dari republik
modern Suriah. Namun, perjanjian tersebut tidak pernah berlaku karena
legislatif Perancis menolak untuk meratifikasinya. Dengan jatuhnya Perancis
pada tahun 1940 selama Perang Dunia II, Suriah berada di bawah kontrol
Pemerintah Vichy sampai Inggris dan Perancis Merdeka dan menduduki
negara itu kembali pada bulan Juli 1941. Suriah memproklamirkan
kemerdekaannya lagi tahun 1941, namun tidak sampai 1 Januari 1944 negara
tersebut diakui sebagai republik merdeka. Pada bulan April 1946, Prancis
mengundurkan tentara mereka karena mendapat tekanan dari kelompok-
kelompok nasionalis Suriah dan Inggris, dan kemudian meninggalkan Suriah
di tangan pemerintahan republik yang telah terbentuk selama mandat.49
Melihat ada cara untuk mempertahankan posisinya melalui manuver dalam
negeri, pemerintah Suriah berbalik ke Mesir dan meminta bantuan kepada
Presiden Gamal Abdul Nasser. Diskusi tentang persatuan antara Suriah dan
Mesir telah dilaksanakan pada tahun 1956 tetapi sempat tergangu oleh krisis
Terusan Suez. Kemudian opsi tentang persatuan Mesir dan Suriah kembali
dibicarakan pada bulan Desember 1957, ketika Partai Ba‟ath mengumumkan
bahwa telah terjadi perundingan untuk bersatu dengan Mesir.
49
Background : Syria “bureau of Near Eastren Affairs”, United States Dapartment ofState, May 2007.
-
8/17/2019 Raisa Rachmania Fisip
54/109
Persatuan Suriah dan Mesir di Republik Persatuan Arab (RPA)
diumumkan pada tanggal 1 Februari 1958, dan kemudian diratifikasi oleh
plebisit50 di setiap negara. Namun, bentuk RPA bukan seperti apa yang telah
disiapkan oleh para anggota partai Ba‟ath. Salah satu alasan Nasser untuk
menyutujui bentuk serikat adalah bahwa kedua nega