thelight photography magazine #28

89
EDISI XXVIII / 2010 1 EDISI 28/2010 www.thelightmagz.com FREE

Upload: joko-riadi

Post on 02-Dec-2015

232 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

EDISI XXVIII / 2010 1

EDIS

I 28/

2010

www.thelightmagz.com

FREE

2 EDISI XXVIII / 2010

THEEDITORIAL

EDISI XXVIII / 2010 3

THEEDITORIAL

PT Imajinasia Indonesia, www.thelightmagz.com

PEMIMPIN PERUSAHAAN: Ignatius Untung,

PEMIMPIN REDAKSI: Siddhartha Sutrisno, KONTRIBUTOR:

Thomas Herbrich, Sonja Muller, Alex Wallace, Steve Lyon

Siddhartha Sutrisno, Ignatius Untung

WEBMASTER: Gatot Suryanto

LAYOUT & GRAPHIC:Imagine Asia Indonesia

“Hak cipta semua foto dalam majalah ini milik fotografer yang bersangkutan dan pihak-pihak yang terlibat dalam pembuatannya, serta dilindungi oleh Undang-undang. Penggunaan foto-foto dalam majalah ini sudah seijin fotografernya. Dilarang menggunakan foto dalam majalah ini dalam bentuk / keperluan apapun tanpa ijin tertulis pemiliknya.”

COVER BY: TEAM INTP

WHY I AM A DESTINYBanyak fotografer yang tak mampu menjawab pertanyaan hati kecilnya sendiri, seperti: “Mengapa aku membuat foto-foto begitu buruk”, pertanyaan tanpa tanda tanya sebaliknya, “Mengapa aku membuat foto-foto begitu bagus”. Sebagai analogi, kita temu-kan pertanyaan-pertanyaan serupa, “ Why i am so wise”, “Why i am so clever”, “Why i write such good books”.

Bolehlah kita menduga-duga apakah ini suatu dagelan personal, ataukah pertanda kegilaan. Sebenarnya tidak, karena itu hany-alah “kegelisahan eksistensial”, suatu situasi absurd yang diidap manusia sedari mula lahirnya. Misalnya manusia yang kemudian tumbuh menjadi fotografer dan punya kepercayaan diri begitu besarnya sehingga selalu menyatakan, “Mengapa aku membuat foto-foto begitu bagus”, yang berimbas pada kondisi merasa pintar, bijak, lantas membuat pernyataan-pernyataan kepada publik dan mengkritik koleganya, sesama fotografer dan menciptakan pengikut-pengikut yang notabene adalah para fotografer bin-gung!

Mari kita simak kutipan dari Thus Spoke Zarathustra:

Engkau belum lagi mencari dirimu sendiri tatkala engkau temukan aku. Begitu pula semua orang yang percaya; maka seluruh kepercayaan kecil artinya. Kini biarlah engkau kehilangan aku dan menemukan dirimu sendiri; dan hanya ketika engkau telah menyangkal aku maka aku akan kembali padamu…

Para fotografer super senior yang sering dianggap ‘sang nabi’ oleh fotografer-fotografer bingung pencari panutan, seyogyanya merenungkan kalimat di atas, untuk tidak membuat banyak orang tersesat, terjerembab, terjerumus pada “kesia-sian Fotografi”, hipokrisi yang menjijikkan.

Narasumber-narasumber yang dihadirkan The Light, bukanlah diniatkan menjadi ‘sang nabi’. Tapi banyak hal yang dapat dipela-jari dari mereka. Karya-karya mereka, ungkapan-ungkapan verbal mereka adalah adalah pijar-pijar pengetahuan. Mungkin tidak memecahkan persoalan ontologis, tetapi setidaknya bukanlah omong kosong. Lihatlah karya mereka. Mereka adalah fotografer-fotografer yang memperjuangkan takdirnya dengan proses dan kemudian mampu menjawab, “Why I am a Destiny”.

Selamat membaca.

4 EDISI XXVIII / 2010

WHERETOFIND

EDISI XXVIII / 2010 5

WHERETOFIND

6 EDISI XXVIII / 2010

MASTERTOM

EDISI XXVIII / 2010 7

MASTERTOM

We Pick Up The Stars!

Dear friends of The Light !

In Berlin, the BERLINALE – the world’s largest public film festival - had just drawn to an end. Many companies, particularly Volkswa-gen, fashion their adverts there with film themes.Three years ago, Volkswagen commissioned me to produce the photographs for two large motifs designed for gigantic billboards. This job was my second contact with the Berlinale. The first was a long time ago: back in 1983, the Berlinale was opened with Roland Emmerich’s first big-screen film – and I did the special effects for it...

Volkswagen wanted a scene like in a spec-tacular gladiator film. The headline for the campaign was “We pick up the stars”. The Phaeton, Volkswagen’s largest model, was the focal point of the ‘plot’ and the star is already inside. All this in a bombastic setting, just like in the film GLADIATOR.

8 EDISI XXVIII / 2010

MASTERTOM

EDISI XXVIII / 2010 9

MASTERTOM

The first challenge was to organize a colosseum with extravagant archi-tecture and thousands of spectators. Now even in Hollywood terms, this is a difficult task. In the end, we built a miniature model. The large gate to the left is a minutely detailed model made by the ingenious model maker Nils Carstensen. The arena in the back-ground is a second set on a smaller scale. Our main materials were polysty-rene and wood. The flags were made in pillowcase size and photographed with the wind machine on, and the sky was pieced together from a number of skies from my archives.

10 EDISI XXVIII / 2010

MASTERTOM

EDISI XXVIII / 2010 11

MASTERTOM

The Phaeton was photographed at a rent-studio. The studio floor was cov-ered with sand and the props decorat-ed to fit. One of the most difficult parts was to emphasize the footprints in the sand. We had to exaggerate those for the slogan to come across properly. The car was photographed a number of times with different lights and the photos edited until we finally created the optimum car. Our customer had a very precise idea about what it should look like. Art director Christoph Stricker and I spent two days getting this studio shot right.

12 EDISI XXVIII / 2010

MASTERTOM

EDISI XXVIII / 2010 13

MASTERTOM

I hate these finicky single shoots! I had to take 16 individual photos in all just for the car, and throughout, the camera had to remain absolutely static or the takes wouldn’t have fitted together afterwards. In car photography, it’s actually usual to photograph the vehicles in individual shots – it’s nearly impossible to catch every side in perfect lighting with just one picture. You need, for instance, different light for the rear window than for the bumper, and again, the ideal light for the tyres is

different to that for the paintwork. Volkswagen, for example, also insists that the logo inside the wheel rim comes into its own. So it’s these small details that make for a lot of work.

Some examples:

14 EDISI XXVIII / 2010

MASTERTOM

EDISI XXVIII / 2010 15

MASTERTOM

the first car-shot in the studio. This is for the sand and shadows.

this the basic car shot this photo is only for the chrome parts.this shot is for the rims, we took an-other one only for the logos in the rims

this one is for the rear of the carthis shot is only for the face of the “actor”, hardly to be seen in the window. It was just an assistant.

16 EDISI XXVIII / 2010

MASTERTOM

EDISI XXVIII / 2010 17

MASTERTOM

In Germany, we also call cars “the golden calf” – and Germany is very proud of its cars!But you know what? Cars don’t interest me in the least!

The spectators were another difficult number. I dug out an old photo from my archives of a crowd at a bullfight in Spain – both the perspective and the light were perfect. The only drawback was that the clothes, caps and sun-glasses didn’t really fit in, but with a bit of luck the crowd would be so far in the background as to go unnoticed. The poster in central Berlin was a real head-turner – and a 120-foot wide projection space sure gives room for a lot of detail! Okay, back to the drawing board ... and the task of getting hold of thousands of Romans in classic robes – on the spur of the moment and without a budget ... But when in need: ask the neighbours; they’ve been through this kind of thing before with me! So I photographed a handful of my neighbours in different poses and duplicated them until the stadium was full. The costumes were an absolute bargain: ten feet of material, a hole at the top for the head to fit through, ribbons as belts – et voilà!

a close-up of the audience in the final photo

18 EDISI XXVIII / 2010

MASTERTOM

EDISI XXVIII / 2010 19

MASTERTOM

Practice makes perfect, they say, and in our case it means always finding a solution, no matter how challenging the problem.

Maybe you show the start photo with the finished final again, maybe a bit closer.

Let there be light!

Yours sincerely,MasterTOM(Thomas Herbrich)

neighbours acting as Romans

my brother Markus acting as a “soldier”

20 EDISI XXVIII / 2010

MASTERTOM

EDISI XXVIII / 2010 21

MASTERTOM

22 EDISI XXVIII / 2010

WHERETOFIND

EDISI XXVIII / 2010 23

WHERETOFIND

24 EDISI XXVIII / 2010

PORTRAITUREPHOTOGRAPHY

EDISI XXVIII / 2010 25

PORTRAITUREPHOTOGRAPHY

Sonja Mueller, Psychology and Portraiture

Fotografi potrait masih menjadi foto-grafi yang paling banyak dilakukan orang. Sayangnya dari sekian banyak karya portraiture yang dilakukan orang, tidak banyak yang benar-benar menin-ggalkan kesan. Hal ini salah satunya disebabkan oleh kesederhanaan dari foto portraiture yang terkadang justru menjebak kita hanya untuk menghasil-kan foto yang tidak jauh dari pas foto. Portraiture mungkin masih menjadi salah satu bidang dalam fotografi di mana pemahaman sisi kemanusiaan dari si model menjadi hal yang utama. Setidaknya itu yang diungkapkan oleh Sonja Mueller, seorang fotografer wanita dari eropa yang masih ter-golong muda.

How did you know photography. What interest you about pho-tography? Please tell us from the beginning.

I studied photography when I was 16. After graduated I assisting photographers for 6 years. This was a very important period of time for me, and it helped me to develop my style and get me on track to what I want to be in the future. I did lots of assisting fashion photographers and took beau-tiful trips around the world.But it became clear for me, that this kind of thing will not be my thing. I more interested in looking deeper into people characters. Psychology is a topic that has fascinated me all my life. That’s why I have decided to go into portrait photography. When I felt the time has come to work on my own, I moved to London. My mission was to photograph musicians. It is something I still love doing.

You do commercial shoot, fash-ion shoot, landscape, sport and

alsoportraiture. What do you like most and why?I prefer Portrait and Sport, but I con-sider sport as a portrait.Landscape to me means forest. Which is my great passion. I need the forest physically. This is where I get my energy from. Currently I am working on a new project on forest pictures.Commercial photography is to fund my personal work. But it is also challeng-ing and enjoyable. I am lucky to have works that are not that often catego-rized as terrible ideas. I think my clients aware that it’s important to let photog-raphers do what we are good at with less interference.

Tell us about the process of ev-ery photo shoot.I prepare every picture really well. Two weeks to a month is normal. I construct

www.sonjamueller.org

I more inter-ested in look-

ing deeper into people charac-

ters. Psychology is a topic that

has fascinated me all my life.

That’s why I have decided to go into portrait

photography.

26 EDISI XXVIII / 2010

PORTRAITUREPHOTOGRAPHY

EDISI XXVIII / 2010 27

PORTRAITUREPHOTOGRAPHY

28 EDISI XXVIII / 2010

PORTRAITUREPHOTOGRAPHY

EDISI XXVIII / 2010 29

PORTRAITUREPHOTOGRAPHY

30 EDISI XXVIII / 2010

PORTRAITUREPHOTOGRAPHY

EDISI XXVIII / 2010 31

PORTRAITUREPHOTOGRAPHY

32 EDISI XXVIII / 2010

PORTRAITUREPHOTOGRAPHY

EDISI XXVIII / 2010 33

PORTRAITUREPHOTOGRAPHY

34 EDISI XXVIII / 2010

PORTRAITUREPHOTOGRAPHY

EDISI XXVIII / 2010 35

PORTRAITUREPHOTOGRAPHY

36 EDISI XXVIII / 2010

PORTRAITUREPHOTOGRAPHY

EDISI XXVIII / 2010 37

PORTRAITUREPHOTOGRAPHY

38 EDISI XXVIII / 2010

PORTRAITUREPHOTOGRAPHY

EDISI XXVIII / 2010 39

PORTRAITUREPHOTOGRAPHY

40 EDISI XXVIII / 2010

PORTRAITUREPHOTOGRAPHY

EDISI XXVIII / 2010 41

PORTRAITUREPHOTOGRAPHY

it in my head, and keep developing it, until I feel it is ready. When I execute it, sometimes there are some im-provement on the idea, since I still to develop and try any possibilities to get the best result while I shoot. I like to shoot one picture a day, with the most utter concentration. I like to have team who I think can help me to put some input into my work to be better to be around me.

Many photographer said that originality of ideas & photos are genuinely important. What do you think about being original? is it possible in the era where everyday we see thousands of picture. And share us some tips to be original.Yes it is true that we see thousands off pictures everyday, although we don’t see thousands of good pictures every-day. I think these masses of photos are absolutely insignificant.To me originality is very important, but I guess this is a personal view. I put a lot of energy into this, continuously on the search of something new. On every shooting, I try to be better than the last.

Mention one word that de-scribes your photos.Cinematographic, dark and staged

42 EDISI XXVIII / 2010

PORTRAITUREPHOTOGRAPHY

EDISI XXVIII / 2010 43

PORTRAITUREPHOTOGRAPHY

Yes it is true that we see thousands of pictures everyday, although we don’t see thou-sands of good pictures everyday.

44 EDISI XXVIII / 2010

PORTRAITUREPHOTOGRAPHY

EDISI XXVIII / 2010 45

PORTRAITUREPHOTOGRAPHY

46 EDISI XXVIII / 2010

PORTRAITUREPHOTOGRAPHY

EDISI XXVIII / 2010 47

PORTRAITUREPHOTOGRAPHY

48 EDISI XXVIII / 2010

PORTRAITUREPHOTOGRAPHY

EDISI XXVIII / 2010 49

PORTRAITUREPHOTOGRAPHY

50 EDISI XXVIII / 2010

PORTRAITUREPHOTOGRAPHY

EDISI XXVIII / 2010 51

PORTRAITUREPHOTOGRAPHY

52 EDISI XXVIII / 2010

PORTRAITUREPHOTOGRAPHY

EDISI XXVIII / 2010 53

PORTRAITUREPHOTOGRAPHY

I try to under-stand why peo-ple become what they are. Portraiture and Photography to me, has a lot to do with psychology.

54 EDISI XXVIII / 2010

PORTRAITUREPHOTOGRAPHY

EDISI XXVIII / 2010 55

PORTRAITUREPHOTOGRAPHY

56 EDISI XXVIII / 2010

PORTRAITUREPHOTOGRAPHY

EDISI XXVIII / 2010 57

PORTRAITUREPHOTOGRAPHY

Mention things that inspired you on doing photography and please explain.Psychology and my interest in humans! As a young girl I was already fascinated about characters. I try to understand why people become what they are. Portraiture and Photography to me, has a lot to do with psychology.

What kind of book, music, and movie you consumed most? What interesting about that?These are one of my favorites:In Books: Minkinnen, Hannah Starkey,

Sam Taylor Wood, Philip LorcadiCorcia, Jeff Wall in photos, but also Tolstoi and Michail BulgakowIn Films: Lars von Trier: Dogville, Alexis Zorbas, all Roman Polanski, Claude Chabrol and Krystof Kiezlowski moviesIn Music: Jan Garbarek, Jane Birkin, Roisin Murphy, The Knife.....But it is not where I get my inspiration from. Most of my inspiration is com-ing from observations and thoughts. I can be hooked by slight details of my observations.

Besides technical aspect, what aspects will you suggest to a photography interest to be bet-ter, please explain.Technical aspects are important to a certain stage. But if it’s mainly techni-cal, it is dead. I consider myself as a technical photographer, but on the shooting, I leave the technique to other people and instead concentrate on the picture and the person in front of the camera. The atmosphere on the shoot-ing is he most important. You grow to-gether and become really intimate for a day. That to me makes a good picture.

Technical aspects are

important to a certain stage.

But if it’s mainly technical, it is

dead.

58 EDISI XXVIII / 2010

PORTRAITUREPHOTOGRAPHY

EDISI XXVIII / 2010 59

PORTRAITUREPHOTOGRAPHY

60 EDISI XXVIII / 2010

PORTRAITUREPHOTOGRAPHY

EDISI XXVIII / 2010 61

PORTRAITUREPHOTOGRAPHY

62 EDISI XXVIII / 2010

PORTRAITUREPHOTOGRAPHY

EDISI XXVIII / 2010 63

PORTRAITUREPHOTOGRAPHY

64 EDISI XXVIII / 2010

PORTRAITUREPHOTOGRAPHY

EDISI XXVIII / 2010 65

PORTRAITUREPHOTOGRAPHY

66 EDISI XXVIII / 2010

PORTRAITUREPHOTOGRAPHY

EDISI XXVIII / 2010 67

PORTRAITUREPHOTOGRAPHY

68 EDISI XXVIII / 2010

PORTRAITUREPHOTOGRAPHY

EDISI XXVIII / 2010 69

PORTRAITUREPHOTOGRAPHY

70 EDISI XXVIII / 2010

PORTRAITUREPHOTOGRAPHY

EDISI XXVIII / 2010 71

PORTRAITUREPHOTOGRAPHY

72 EDISI XXVIII / 2010

COMMERCIALPHOTOGRAPHY

EDISI XXVIII / 2010 73

COMMERCIALPHOTOGRAPHY

74 EDISI XXVIII / 2010

LIPUTANUTAMA

EDISI XXVIII / 2010 75

LIPUTANUTAMA

Serbuan Fitur Video pada DSLRTelah puluhan atau bahkan ratusan tahun teknologi telah membuktikan kemam-puannya untuk menyatukan atau menggabungkan berbagai macam fungsi dari dua buah alat yang berbeda. Televisi yang tidak hanya untuk menonton siaran televisi, tapi juga mulai dilengkapi dengan memory card slot untuk melihat foto-foto dalam memory card. Handphone yang tidak lagi berfungsi hanya untuk menelepon dan mengirimkan SMS, tapi juga mengirimkan fax, mengirimkan email, browsing internet, mengakses situs jejaring social, memutar musik dan film. Begitu juga dengan kamera digital. Beberapa pabrikan kamera digital mulai me-nambahkan fungsi GPSnya beberapa tahun yang lalu, kini mereka menambahkan kemampuan video yang luar biasa mumpuninya.

Saking mumpuninya kemampuan video yang dimiliki kamera DSLR, banyak pe-kerja video dan film yang mulai mencoba dan bahkan mempercayakan produksi karya-karyanya dengan kamera DSLR ini. Kami tertarik untuk mencari tahu lebih dalam mengenai kelebihan dan kekurangan fasilitas video dalam kamera DSLR ini sekaligus memprediksi dampaknya bagi dunia fotografi.

Adi, seorang sutradara iklan yang berhasil kami temui menyampaikan pendapat-nya bahwa kemampuan video pada kamera DLSR cukup bisa diandalkan bahkan untuk pekerjaan hi end sekalipun. “Saya pernah mencoba menggabungkan video hasil dari kamera film seluloid 35mm dengan video dari sebuah kamera DSLR. Hasilnya untuk beberapa jenis shot bisa dikatakan aman dan tidak bisa dibeda-kan.” Ungkapnya. “Namun begitu untuk kondisi low light kamera DSLR masih belum bisa mengejar kualitas gambar yang dihasilkan oleh film seluloid. Seper-tinya teknologi digital dalam DSLR berusaha sekuat tenaga untuk menampilkan gambar bahkan pada kondisi minim pencahayaan. Akhirnya noisnya terlihat

cukup jelas. Sementara film seluloid seolah-olah tidak memaksakan diri untuk menampilkan gambar dalam kondisi low light sehingga tidak keluar noisenya, walaupun gambarnya juga ti-dak terlihat terlalu jelas.” Sambungnya.

Senada dengan Adi, Kris-seorang sutradara video clip juga mulai mem-percayakan beberapa pekerjaan video clipnya kepada kamera DSLR. “pertim-bangannya sederhana, sewa kamer-anya lebih murah, post processingnya lebih murah karena tidak perlu afdruk film, sementara kualitasnya cukup baik.” Tegasnya. Namun Kris belum begitu berani menggantikan media seluloid 35mm dengan DSLR karena merasa masih belum terkejar. “Dalam kondisi tertentu, seperti outdoor, atau pada kondisi pencahayaan yang cukup kuat DSLR cukup aman untuk diadu dengan film, tapi untuk pencahayaan yang sedikit minim masih belum baik. Walaupun jika dibandingkan dengan kamera DV/HDV professional kelas menengah video yang dihasilkan DSLR bisa dibilang masih lebih baik.” Sam-

76 EDISI XXVIII / 2010

LIPUTANUTAMA

EDISI XXVIII / 2010 77

LIPUTANUTAMA

bungnya.

Melirik sedikit ke dalam arsitektur pendukung teknologi DSLR dalam memproduksi video, kamera DSLR me-mang secara logika mampu menyaingi atau bahkan mengalahkan ideo yang dihasilkan oleh kamera video non film. Hal utama yang menyebabkan hal ini adalah ukuran sensor yang dimiliki DSLR yang relatif lebih besar diband-ingkan sensor yang dimiliki kamera video menengah ke bawah. Sensor size DSLR 4X lebih besar atau bahkan lebih jika dibandingkan dengan sensor size kamera video menengah bawah. Den-gan spesifikasi sensor seperti itu, tentu saja DSLR mampu menghasilkan video yang lebih baik.Ukuran sensor yang lebih besar ini pula yang juga lebih optimal menghasilkan gambar bokeh, di mana di kamera den-gan sensor size lebih kecil relatif lebih sulit dicapai. Hal ini sangat menarik, mengingat sebelum DSLR menam-bahkan fungsi video, para videografer menggunakan perangkat DOF adapter untuk menghasilkan efek DOF sempit dan menghasilkan bokeh.

Hal lain yang membuat DSLR menarik bagi para pekerja video adalah lensa yang bisa diganti-ganti sesuai kebutu-

han, di mana hal ini tidak bisa ditemui oleh kamera video kelas menengah ke bawah. Harga lensanya pun relatif lebih murah jika dibandingkan dengan harga lensa kamera video/film yang bisa berkisar puluhan sampai ratusan juta rupiah.

Unggul di sejumlah hal, ternyata DSLR masih menyimpan beberapa kelemahan dibandingkan kamera video professional biasa. Hal paling mendasar adalah kualitas audio yang di bawah standar broadcast. Beberapa kamera DSLR menggunakan kualitas audio 44.1 khz dan 32 khz. Bahkan ada beberapa kamera DSLR yang hanya menggunakan kualitas audio 11 khz. Sementara kamera video professional kelas apapun menggunakan kualitas audio setingkat 48 khz. Dan standar ini yang dijadikan sebagai standar terbaik broadcasting. “Beberapa software editing professional suka nggak bisa baca audio yang di bawah 48 khz, jadi dianggap nggak ada audio. Akhirnya kita harus loading dua kali. Videonya saja di software editing video, semen-tara audionya harus masuk ke software editing audio untuk diupgrade menjadi 48khz sebelum akhirnya diimport dan disyncro ke materi videonya. Tapi kalau kilohertznya kelewat rendah, nggak

“saya tidak pernah mau menggunakan DSLR dalam pekerjaan saya. Bukan karena kualitasnya kurang baik, tapi juga karena saya merasa bertanggung jaw-ab untuk juga menjaga profesi pekerja film untuk tetap menjaga standar kualitas dan standar har-ga. Dan jika hari ini saya menggunakan DSLR untuk shooting film iklan maka 5 tahun lagi mungkin akan banyak orang yang shoot-ing film iklan dengan handphone dan itu tidak baik bagi standar indus-trinya.”

78 EDISI XXVIII / 2010

LIPUTANUTAMA

EDISI XXVIII / 2010 79

LIPUTANUTAMA

bisa diupgrade.” Ungkap Kris.

Kelemahan kedua dari DSLR adalah handling yang relatif kurang nyaman untuk pekerjaan video baik pada saat zooming, panning, maupun tilting ditambah tidak adanya LCD monitor swifel yang bisa disesuaikan dengan posisi kameraman. Fasilitas stabilizer/shake reduction yang dimiliki oleh DSLR juga masih tidak sebaik kamera video professional. Perangkat bracket dan handling untuk DSLR yang nya-

man untuk pekerjaan video walaupun sudah diproduksi oleh third party, namun masih tidak terjangkau karena berada di kisaran 20 jutaan rupiah.

Dengan kelebihan dan kekurangan tersebut kamera DSLR memang relatif nyaman hanya untuk pekerjaan-pe-kerjaan video yang relatif tidak terlalu dinamis dan tidak sync dengan audio.

Lepas dari masalah teknis, ketersediaan fasilitas video pada DSLR menimbul-kan pertanyaan baru, apakah ini akan membuat profesi kameraman dan videografer terancam oleh fotografer atau sebaliknya? Dengan tersedi-anya fasilitas video yang baik pada DSLR tentunya banyak videografer yang mulai mencicipi DSLR termasuk fasilitas fotonya. Dan bukanlah hal

yang mustahil suatu saat mereka juga akan tergiur dengan penghasilan tambahan sebagai fotografer. Dalam posisi sebaliknya, fotografer juga akan mulai tergoda untuk mengerjakan pekerjaan-pekerjaan video dan mulai mengancam keberlangsungan profesi videografer.

Tapi apakah semua fotografer dan videografer berpikir hal yang sama? Ius, seorang sutradara dari negeri tetangga menyampaikan hal yang menarik walaupun melawan arus. “Video yang dibuat DSLR memang cukup baik, wa-laupun belum sebaik seluloid. Namun saya tidak pernah mau menggunakan DSLR dalam pekerjaan saya. Bukan karena kualitasnya kurang baik, tapi juga karena saya merasa bertanggung jawab untuk juga menjaga profesi pe-kerja film untuk tetap menjaga standar kualitas dan standar harga. Dan jika hari ini saya menggunakan DSLR untuk shooting film iklan maka 5 tahun lagi mungkin akan banyak orang yang shooting film iklan dengan handphone dan itu tidak baik bagi standar indus-trinya. Karena semua orang jadi bisa melakukannya, sementara penghar-gaan terhadap profesi ini jadi semakin tidak berharga. Pada akhirnya tidak ada film yang baik, karena semua

orang dibayar murah dan karena semua orang dibayar murah tidak ada sutradara yang baik yang masih mau melakukan pekerjaannya.” Tegasnya.

Ius memilih untuk menentang arus dengan alasan menyelamatkan pro-fesinya. Herry Irawan, seorang produser yang bekerja di sebuah perusahaan periklanan mengacungi jempol sikap Ius ini. “Memang sudah jadi hukum ekonomi dimana semakin lama teknologi menjadi semakin terjang-kau dan memiliki kemampuan lebih. Namun jika itu mengakibatkan peng-

80 EDISI XXVIII / 2010

LIPUTANUTAMA

EDISI XXVIII / 2010 81

COMMERCIALPHOTOGRAPHY

hargaan dan apresiasi terhadap pro-fesi yang berkecimpung di dalamnya menjadi semakin tidak dihargai atau semakin murah yang berujung pada tidak adanya pekerja yang baik, karena tidak mau dibayar semurah itu maka upaya untuk menyelamatkan bidang industri tersebut haruslah dilakukan.” Ungkapnya. “Sayangnya banyak yang hanya cari selamat sendiri. Tidak ber-pikir panjang dan tidak berpikir nasib orang lain. Maka dari itu dalam sekejab orang-orang ini menceburkan diri ke bidang yang bukan bidangnya dan mengobrak-abrik tatanan yang sudah dibangun sekian lama oleh para pelaku

industri itu.” Sambungnya.

Dunia fotografi, di mana terlalu banyak orang berkecimpung hanya berdasar-kan hobby dan motivasi yang kurang tepat memang menjadi sasaran empuk dari gelombang kerusakan ini. Mau dibawa ke mana “hadiah” dari teknologi ini, terserah kita semua.

“Sayangnya banyak yang hanya cari selamat sendiri. Tidak berpikir

panjang dan tidak berpikir nasib orang lain. Maka dari itu dalam

sekejab orang-orang ini mence-burkan diri ke bidang yang bukan bidangnya dan mengobrak-abrik

tatanan yang sudah dibangun sekian lama oleh para pelaku in-

dustri itu.”

82 EDISI XXVIII / 2010

LANDSCAPE&COMMERCIALPHOTOGRAPHY

EDISI XXVIII / 2010 83

LANDSCAPE&COMMERCIALPHOTOGRAPHY

Alex Wallace, Keseimbangan Antara Landscape dan KomersilDalam mempelajari fotografi seringkali kita terlalu mengkotak-kotakkan bidang fotografi yang kita inginkan. Mereka yang tertarik memotret landscape tidak tertarik memotret fashion, mereka yang tertarik memotret jurnalistik tidak tertarik memotret iklan. Padahal fotografi sebagai ilmu memiliki esensi yang sama dalam bidang yang berbeda. Hal ini juga dikatakan dengan tegas oleh Alex Wallace, seorang fotografer dari New Zealand yang dalam kesehariannya banyak melaku-kan pemotretan untuk iklan dan landscape. Berikut cuplikan pembicaraan kami dengannya.

How did you know photography? Tell us from the beginning.Basically I chose to do photography at Art College as I didn’t like the graphic design teacher! Which was pretty fortuitous as I soon realized I loved it and would make it a career.

Harlequin Great Danes 

www.alexwallace.co.nz

84 EDISI XXVIII / 2010

LANDSCAPE&COMMERCIALPHOTOGRAPHY

EDISI XXVIII / 2010 85

LANDSCAPE&COMMERCIALPHOTOGRAPHY

The Boxing Trainer 

86 EDISI XXVIII / 2010

LANDSCAPE&COMMERCIALPHOTOGRAPHY

EDISI XXVIII / 2010 87

LANDSCAPE&COMMERCIALPHOTOGRAPHY

Old School Photographer 

88 EDISI XXVIII / 2010

LANDSCAPE&COMMERCIALPHOTOGRAPHY

EDISI XXVIII / 2010 89

LANDSCAPE&COMMERCIALPHOTOGRAPHY

Skater Boy 

90 EDISI XXVIII / 2010

LANDSCAPE&COMMERCIALPHOTOGRAPHY

EDISI XXVIII / 2010 91

LANDSCAPE&COMMERCIALPHOTOGRAPHY

What interest you about photog-raphy? I am a creative person and it’s the only thing I’m good at.

You have done a very good commercial, products, still life, and also landscape photogra-phy. Please explain which one satisfied you better. What is the excitement of doing each? That depends on the job - I enjoy the challenge of meeting a client’s brief in the commercial world, and it’s satisfy-

ing to meet this challenge and deliver a cracking image to your client. Con-versely I enjoy the freedom of land-scape shots. Unlike commercial jobs where you can control pretty much everything, there is always a degree of uncertainty with mother nature and you can never predict everything. Often it’s the unexpected play of light or sweep of a wave that make a picture truly special.

By doing any kind of photogra-

Peter Frankland ‐ surfer 

I am a creative person and it’s the only thing

I’m good at.

92 EDISI XXVIII / 2010

LANDSCAPE&COMMERCIALPHOTOGRAPHY

EDISI XXVIII / 2010 93

LANDSCAPE&COMMERCIALPHOTOGRAPHY

Bee‐Keeper 

94 EDISI XXVIII / 2010

LANDSCAPE&COMMERCIALPHOTOGRAPHY

EDISI XXVIII / 2010 95

LANDSCAPE&COMMERCIALPHOTOGRAPHY

Billy Goat 

96 EDISI XXVIII / 2010

LANDSCAPE&COMMERCIALPHOTOGRAPHY

EDISI XXVIII / 2010 97

LANDSCAPE&COMMERCIALPHOTOGRAPHY

phy we assume you have a very good fundamental of photogra-phy knowledge. Please share us your thought about essence of photography that can be a good fundamental on doing any kind of photography. In order to shoot a great image, you need to know why an average im-age isn’t a great image - if that makes sense! By this I mean that when you are creating a photo it’s often a hard thing to analyze why exactly a shot isn’t succeeding. You often start out with a shot that you look at and think,

“it’s nice, but it doesn’t rock my world.” There are so many variables to examine - and your decision on what changes to implement are critical to the success of the job. It may be something obvious like viewpoint, composition or lighting, but it may be a subtle change in depth of field or coaxing a little something extra from your model, that takes the image up a notch. It’s a usually a series of adaptations through successive improvements that carry you forward to where you want to be. So the fun-damental lesson here is - look at what’s wrong with your shot and change it.

It’s easy to see what you like in an im-age, but harder to see what you don’t.

Living in the country that has such amazing landscape scenery are privileges that you have as a person who also do landscape photography. Unfortunately for some people good landscape scenery often failed to be repro-duced in photos. Share us some practical tips on doing good landscape photography. Look for a fantastic subject - be it a gnarled tree, a lone rock, a dramatic

One Tree Hill, Auckland, New Zealand 

98 EDISI XXVIII / 2010

LANDSCAPE&COMMERCIALPHOTOGRAPHY

EDISI XXVIII / 2010 99

LANDSCAPE&COMMERCIALPHOTOGRAPHY

Les Hanois Lighthouse 

100 EDISI XXVIII / 2010

LANDSCAPE&COMMERCIALPHOTOGRAPHY

EDISI XXVIII / 2010 101

LANDSCAPE&COMMERCIALPHOTOGRAPHY

Fig Tree, Auckland, New Zealand 

102 EDISI XXVIII / 2010

LANDSCAPE&COMMERCIALPHOTOGRAPHY

EDISI XXVIII / 2010 103

LANDSCAPE&COMMERCIALPHOTOGRAPHY

mountain or whatever. Then try to envisage it at its best. Take for instance a beach - I will imagine what will bring out the best in it; what time of year, what position of sun, what type of light and what type of clouds. Do I want high tide or low? Calm seas or rough? Long shutter speed to soften the water or short to freeze the action? I then take a note of this and then make a point of going back there when I think the conditions will be ideal.

Mention one word that describes your photos. Diverse - in that I like to shoot a wide variety of work. It keeps the job interesting and what you learn from the light falling across a landscape can equally be recre-ated on a model in the studio - so each area benefits the others.

Being original on every photo you create is important. Unfortunate-ly, being original in the area where photography are growing rapidly and so many people done photography are getting more difficult than ever. What do you think about this? How do you overcome this

Oneroa Bay, Waiheke Island, New Zealand 

 

In order to shoot a great image, you need to know why an average image isn’t a great image

104 EDISI XXVIII / 2010

LANDSCAPE&COMMERCIALPHOTOGRAPHY

EDISI XXVIII / 2010 105

LANDSCAPE&COMMERCIALPHOTOGRAPHY

Rarotonga, Cook Islands 

106 EDISI XXVIII / 2010

LANDSCAPE&COMMERCIALPHOTOGRAPHY

EDISI XXVIII / 2010 107

LANDSCAPE&COMMERCIALPHOTOGRAPHY

Tree Ferns, Russel, New Zealand 

108 EDISI XXVIII / 2010

LANDSCAPE&COMMERCIALPHOTOGRAPHY

EDISI XXVIII / 2010 109

LANDSCAPE&COMMERCIALPHOTOGRAPHY

situation? I suppose every image I create carries my own perspectives and is original in some way, but to be honest, most of what I shoot is commercial work and cannot be too original, as it needs to appeal to the masses. Occasionally I do see a photograph where I think - Wow that’s something new! But I don’t think my work is in that league.

What kind of books do you read, what kind of music do you listen, what kind of movies do you watch? Please explain how those can inspire you on photography. I am certainly inspired by movies - I

love graphic stylized visuals like Sin City and 300, but more than this I’ve always envied the power of a great movie - it stirs so much emotion in the viewer and hold their attention for 2 hours - something photography can never do.

Most of newcomer on photog-raphy thinks that technical is a main key on doing photography. What do you think about this? How we should put technical aspect on doing photography. Is there any important aspect on doing photography? Please share us and explain. Technical ability is of the utmost impor-

Piha Bay, New Zealand 

It’s easy to see what

you like in an image, but hard-er to see

what you don’t.

110 EDISI XXVIII / 2010

LANDSCAPE&COMMERCIALPHOTOGRAPHY

EDISI XXVIII / 2010 111

LANDSCAPE&COMMERCIALPHOTOGRAPHY

tance in the commercial photographic world. If you are to meet client’s briefs and deliver outstanding images of a variety of products, then you need to know photography inside out. You may be shooting a bottle beer in a stu-dio one day and water skier on a river the next. - Two projects that require totally different skill sets. While your creativity as a photographer will help in devising a picture of each in your mind - its your technical capabilities that will actually forge the image and deliver it as you - or your client - envisaged.

What kind of picture deserves labeled as the great one.We see 1000s of images every day in our lives but to most of those we pay very little attention. If a picture holds someone’s gaze for 3 or 4 seconds then it has elevated itself above the raft of others. 4 seconds is a very short time, but think about how long you looked at any of the images accompanying this article. I doubt I got that much time from you on any one frame.

Tongaporutu Beach, Taranaki, New Zealand 

If a picture holds some-one’s gaze for 3 or 4 seconds then it has el-evated itself above the raft of others.

112 EDISI XXVIII / 2010

FINEART & JURNALISM PHOTOGRAPHY

EDISI XXVIII / 2010 113

FINEART & JURNALISM PHOTOGRAPHY

114 EDISI XXVIII / 2010

THEINSPIRATION

EDISI XXVIII / 2010 115

THEINSPIRATION

Mak Comblang Sebab Akibat“Kami terbukti sangat berpengalaman dalam membantu meningkatkan market share beberapa klien kami, dan beberapa telah menjadi market leader setelah mempercayakan pembuatan iklan-iklannya kepada kami. Seperti merk X (bukan merk sebenarnya), sejak diluncurkannya akhir tahun lalu sang pemilik produk telah mempercayakan kepada kami untuk membuat iklan-iklannya dan saat ini produk itu telah meraup 30% market share.”Demikian sedikit cuplikan dari sebuah pembicaraan seorang pemilik perusahaan iklan dengan calon kliennya yang beberapa tahun lalu sempat secara tidak sen-gaja saya dengar.

“Wah sekarang si Z (bukan nama sebenarnya) hebat, kerjaannya rame terus, apa-lagi setelah beli kamera dari kami. Padahal sebelumnya sepi banget kerjaannya.” Ungkap seorang sales kamera kepada seorang calon pembeli.

Segala sesuatu memang ada alasan dan ada akibatnya. Tidak ada asap jika tidak ada api. Dan tampaknya kita memang mendalami sekali pepatah tersebut. Dalam segala hal (tidak hanya dalam fotografi) banyak orang yang menghubungkan dua buah hal sebagai hubungan sebab akibat. Sebuah produk berhasil menjadi market leader karena iklan-iklannya. Seorang fotografer professional jadi laris manis dan laku keras karena kamera yang baru dibeli. Seorang politikus dianggap bersih karena mengungkap korupsi yang dilakukan sejawatnya. Foto yang dibuat oleh seorang fotografer menjadi baik karena pakai peralatan merk tertentu. Dan banyak hubungan sebab akibat lain.

Namun, amat disayangkan sebagian dari kita hanya tertarik untuk menghubung-kan dua buah hal sebagai hubungan sebab akibat hanya untuk menyelesaikan

perdebatan dan apalagi membe-sarkan hati. Sementara proses dari terbentuknya hubungan sebab akibat tersebut ternyata belum tentu terbukti atau setidaknya bisa diterima dengan logika.

Ketika saya masih bekerja di peru-sahaan periklanan, seringkali saya menemui klien yang begitu terhipnotis oleh logika sebab akibat yang dipak-sakan oleh perusahaan periklanan lain. “Coba bikin iklan yang seperti agency (perusahaan periklanan) itu buat pak. Lihat saja setelah iklan itu diluncurkan, penjualan produknya menjadi melesat.” Ungkap seorang brand manager pada saya beberapa tahun yang lalu. Saya tertawa geli. Bahwa produk tersebut berhasil di pasar memang fakta yang bisa dibuktikan, tapi bahwa produk tersebut laku di pasaran utamanya karena iklan yang dibuat, itu yang sebaiknya tidak buru-buru disimpulkan dan diratifikasi sebagai fakta. Banyak hal yang terlibat dalam sukses tidaknya upaya pemasaran sebuah produk di pasaran. Selain iklan tentunya ada har-ga yang ditetapkan, kualitas produk, kecocokan selera konsumen pada produk yang ditawarkan, kekuatan distribusi, ketatnya persaingan, isu-isu yang sedang hangat berkaitan dengan

Bahwa kon-sep dalam foto

adalah pent-ing itu adalah

hal yang benar. Bahwa ada foto yang bisa tetap

menarik wa-laupun teknis-nya sederhana

juga adalah fakta lain. Na-

mun bahwa karena fakta-

fakta tersebut kita boleh dan bahkan harus

menomorsatu-kan konsep

dan melupakan teknis adalah hal yang jelas

tidak berdasar dari fakta-fakta

tersebut.

116 EDISI XXVIII / 2010

THEINSPIRATION

EDISI XXVIII / 2010 117

THEINSPIRATION

produk dan feature yang ditawarkan dan puluhan atau bahkan ratusan lain factor yang melatarbelakangi suksesnya sebuah produk di pasaran. Artinya, iklan masih hanya satu bagian dari sekian banyak factor yang mem-pengaruhi suksesnya sebuah produk di pasaran.

Begitu juga dengan bualan seorang sales kamera dan photography equip-ment mengenai produknya yang mengatakan bahwa salah seorang atau bahkan beberapa fotografer profes-sional yang baru saja menggunakan produknya menjadi tiba-tiba ramai or-der dan sukses. Bahwa fotografer terse-but baru saja membeli produk tersebut adalah fakta, dan bahwa fotografer tersebut ramai order setelah membeli produk tersebut adalah fakta yang lain. Namun untuk menyimpulkan bahwa dua fakta tersebut sebagai fakta sebab akibat seharusnya tidak bisa langsung dilakukan tanpa menggali lebih dalam bukti-buktinya.

Dalam mempelajari fotografi sebagian dari kita sering terjebak pada pem-benaran-pembenaran atau penyala-han-penyalahan yang tidak berdasar semacam ini. Faktor ketokohan dari orang yang mengucapkan dan merati-

fikasi kedua fakta sebagai fakta sebab akibat menjadi salah satu pemicunya. Seperti yang terjadi di sebuah komu-nitas fotografi yang saya amati. Suatu hari salah seorang fotografer yang cukup dikenal memberikan workshop singkat kepada anggota komunitas. Sang fotografer mempresentasikan karya-karya fotorgafer yang secara tek-nis tidak sulit sama sekali namun secara konsep luar biasa menarik. Lalu si foto-grafer terkenal ini berkata, “Kita sudah lihat sendiri bahwa konsep dalam foto adalah sesuatu yang sangat penting, dan bahkan foto yang dibuat dengan teknis yang luar biasa mudahnya bisa begitu menariknya karena konsep yang luar biasa bagusnya”. Karena yang mengatakan hal tersebut adalah sosok yang dianggap tokoh dan panutan, maka mulai saat itu semua anggota komunitas itu tidak lagi mempelajari teknis. Setiap saat mereka bertemu dan bertukar kritik mengenai foto mereka dengan komunitas atau orang lain mereka selalu berkata, “yang penting konsepnya!”.Bahwa konsep dalam foto adalah penting itu adalah hal yang benar. Bahwa ada foto yang bisa tetap me-narik walaupun teknisnya sederhana juga adalah fakta lain. Namun bahwa karena fakta-fakta tersebut kita boleh

Bahwa foto bagus dapat dibuat tanpa

dipikir dan dia-nalisa adalah

benar, dan bahwa ketika

kita terus men-jepret tanpa

menganalisa dan berpikir

maka kita akan menghasilkan

foto yang bagus ada benarnya juga. Tapi un-

tuk menjustifi-kasi bahwa foto yang baik han-ya bisa dibuat dengan tanpa

dipikir dan dia-nalisa saya rasa

bukanlah hal yang bijaksana.

Bahwa tidak akan ada asap jika tidak ada api adalah sesuatu yang benar. Tapi bah-wa asap yang satu ini berasal dari api yang itu tidak bisa di-lakukan dengan teruru-buru. Karena sering-kali asap yang muncul di seki-tar kita berasal dari api di tem-pat lain.

118 EDISI XXVIII / 2010

THEINSPIRATION

EDISI XXVIII / 2010 119

FASHION&GLAMOURPHOTOGRAPHY

dan bahkan harus menomorsatukan konsep dan melupakan teknis adalah hal yang jelas tidak berdasar dari fakta-fakta tersebut.

Di sebuah sesi sarasehan seorang foto-grafer super senior berkata, “Sudahlah, jangan banyak menganalisa foto. Mulai sekarang jepret aja, nggak usah dipiki-rin dan nggak usah banyak dianalisa”. Bahwa foto bagus dapat dibuat tanpa dipikir dan dianalisa adalah benar, dan bahwa ketika kita terus menjepret tanpa menganalisa dan berpikir maka kita akan menghasilkan foto yang bagus ada benarnya juga. Tapi untuk menjustifikasi bahwa foto yang baik hanya bisa dibuat dengan tanpa dipikir

dan dianalisa saya rasa bukanlah hal yang bijaksana.

Dua fakta memang tidak bisa semena-mena dikawinkan sebagai fakta sebab akibat, bahkan oleh seorang tokoh besar fotografi sekalipun. Butuh proses pendalaman yang bisa dipertanggung jawabkan. Dan mudah-mudahan kita semua di sini tidak menjadi sebagian orang yang terlalu cepat menyim-pulkan dua fakta sebagai fakta sebab akibat tanpa pendalaman yang bisa dipertanggung jawabkan.Bahwa tidak akan ada asap jika tidak ada api adalah sesuatu yang benar. Tapi bahwa asap yang satu ini berasal dari api yang itu tidak bisa dilakukan den-gan teruru-buru. Karena seringkali asap yang muncul di sekitar kita berasal dari api di tempat lain.

Steve Lyon,From Fashion Model to Fashion PhotographerMemotret model sexy sudah menjadi kesenangan dan daya tarik yang begitu kuat bagi sebagain besar fotografer di dunia. Begitu juga dengan foto-foto yang menampilkan kategori nude di dalam porsi tertentu. Mungkin ini sudah menjadi satu bidang atau object dalam fotografi yang begitu banyak peminatnya. Say-angnya memang ternyata hal ini tidak mudah dilakukan. Lebih banyak fotografer yang terjebak ke dalam penciptaan foto-foto seronok dan murahan dibandung mereka yang berhasil menciptakan foto yang memiliki cita rasa seni yang baik dari sebuah foto seksi. Untuk itu pada kesempatan kali ini kami menampilkan Steve Lyon, seorang fotografer fashion yang banyak memotret model sexy dan setengah nude untuk berbagi kepada kita mengenai pemikiran, dan pengala-mannya dalam menekuni bidang fotografi yang satu ini.

How did you know photography? Tell us from the beginning.Well I was a fashion model in Paris for many years and worked with some great

www.stevenlyonstudios.com

120 EDISI XXVIII / 2010

FASHION&GLAMOURPHOTOGRAPHY

EDISI XXVIII / 2010 121

FASHION&GLAMOURPHOTOGRAPHY

122 EDISI XXVIII / 2010

FASHION&GLAMOURPHOTOGRAPHY

EDISI XXVIII / 2010 123

FASHION&GLAMOURPHOTOGRAPHY

124 EDISI XXVIII / 2010

FASHION&GLAMOURPHOTOGRAPHY

EDISI XXVIII / 2010 125

FASHION&GLAMOURPHOTOGRAPHY

126 EDISI XXVIII / 2010

FASHION&GLAMOURPHOTOGRAPHY

EDISI XXVIII / 2010 127

FASHION&GLAMOURPHOTOGRAPHY

128 EDISI XXVIII / 2010

FASHION&GLAMOURPHOTOGRAPHY

EDISI XXVIII / 2010 129

FASHION&GLAMOURPHOTOGRAPHY

shooters. I first bought a Nikon f4 in Singapore on holiday and started to just shoot my girlfriend. I did it until many years later. I developed the passion I have now for doing it continuously. Now I have a big collection of Cameras.

What interest you on photogra-phy?It’s a great creative medium to express your self. I love creating fantasy and also capturing reality. I love being able to wear a different hat as a photog-rapher each day. I like to shoot many different things.

You do a lot of black and white imagery, what makes you do it? What interesting doing it?Well I shoot mostly medium to large format film, and the quality of B/W film just can’t be replicated in the digital world. You can come close but it doesn’t matter to me. I like my medium format contacts to be edited. I like looking at a Polaroid, making adjust-ments and shooting. While some other guy have to look at each frame on the computer, which I just don’t under-stand the way it worked. I love the energy and art form of understanding camera and light and have the confi-dence to just shoot.

I love the energy and art form of under-standing camera and light and have the confi-dence to just shoot.

130 EDISI XXVIII / 2010

FASHION&GLAMOURPHOTOGRAPHY

EDISI XXVIII / 2010 131

FASHION&GLAMOURPHOTOGRAPHY

132 EDISI XXVIII / 2010

FASHION&GLAMOURPHOTOGRAPHY

EDISI XXVIII / 2010 133

FASHION&GLAMOURPHOTOGRAPHY

134 EDISI XXVIII / 2010

FASHION&GLAMOURPHOTOGRAPHY

EDISI XXVIII / 2010 135

FASHION&GLAMOURPHOTOGRAPHY

136 EDISI XXVIII / 2010

FASHION&GLAMOURPHOTOGRAPHY

EDISI XXVIII / 2010 137

FASHION&GLAMOURPHOTOGRAPHY

138 EDISI XXVIII / 2010

FASHION&GLAMOURPHOTOGRAPHY

EDISI XXVIII / 2010 139

FASHION&GLAMOURPHOTOGRAPHY

You shoot anything, from adver-tising to editorial, from land-scape to people, from fashion to swimwear & even nude. Which one interesting more in your opinion, and why?They are all exciting to me. If I had to shoot the same style or situation I would do something else. I’m defiantly into shooting people though. I love to direct my models. Nudes are interest-ing because you have taken styling out of the equation. You can’t rely on good styling to make an image interesting.

When shooting (anything) what’s the goal that you want to achieved to consider it as a suc-cessful photo?It’s Important to have a photo for people to remember it and want to tear it out of the magazine.

What kind of picture deserves labeled as the best?I can’t answer that. I love most most recent work always.

Mention one word that de-scribes your photos.Strong

Nudes are interesting

because you have

taken styl-ing out of the equa-tion. You can’t rely on good

styling to make an

image in-teresting.

140 EDISI XXVIII / 2010

FASHION&GLAMOURPHOTOGRAPHY

EDISI XXVIII / 2010 141

FASHION&GLAMOURPHOTOGRAPHY

142 EDISI XXVIII / 2010

FASHION&GLAMOURPHOTOGRAPHY

EDISI XXVIII / 2010 143

FASHION&GLAMOURPHOTOGRAPHY

144 EDISI XXVIII / 2010

FASHION&GLAMOURPHOTOGRAPHY

EDISI XXVIII / 2010 145

FASHION&GLAMOURPHOTOGRAPHY

146 EDISI XXVIII / 2010

FASHION&GLAMOURPHOTOGRAPHY

EDISI XXVIII / 2010 147

FASHION&GLAMOURPHOTOGRAPHY

Shooting a model, which is sexy on appearance or even nude, are difficult. Some photogra-pher trapped to be more cheap vulgar kind of picture. But you seems handle it very well. You succeed creating a nice sexy im-age. Share us the tips.Make the model feel comfortable and beautiful. I want my subjects to really want to be there in that situation. When I’m shooting a girl and the image is sexy, it’s because she know that I see her as beautiful and sexy, and that makes her feel beautiful and sexy and so that what you see. But I never direct my models to be sexy. That’s trashy. They are sexy so why push it?

You shoot woman very much. What do you think about shoot-ing women? Is it fun, is it dif-ficult, is it challenging, how did you position yourself when shooting woman. Please explain.I also enjoy shooting men its almost the same excitement. I live for a great image. Man/women doesn’t matter.

It’s Im-portant to have a photo for people to remem-ber it and want to tear it out of the magazine.

148 EDISI XXVIII / 2010

FASHION&GLAMOURPHOTOGRAPHY

EDISI XXVIII / 2010 149

FASHION&GLAMOURPHOTOGRAPHY

150 EDISI XXVIII / 2010

FASHION&GLAMOURPHOTOGRAPHY

EDISI XXVIII / 2010 151

FASHION&GLAMOURPHOTOGRAPHY

152 EDISI XXVIII / 2010

FASHION&GLAMOURPHOTOGRAPHY

EDISI XXVIII / 2010 153

FASHION&GLAMOURPHOTOGRAPHY

154 EDISI XXVIII / 2010

FASHION&GLAMOURPHOTOGRAPHY

EDISI XXVIII / 2010 155

FASHION&GLAMOURPHOTOGRAPHY

156 EDISI XXVIII / 2010

FASHION&GLAMOURPHOTOGRAPHY

EDISI XXVIII / 2010 157

FASHION&GLAMOURPHOTOGRAPHY

158 EDISI XXVIII / 2010

FASHION&GLAMOURPHOTOGRAPHY

EDISI XXVIII / 2010 159

FASHION&GLAMOURPHOTOGRAPHY

160 EDISI XXVIII / 2010

FASHION&GLAMOURPHOTOGRAPHY

EDISI XXVIII / 2010 161

FASHION&GLAMOURPHOTOGRAPHY

What kind of music, books, films that you consumed regularly?I’m a big nostalgic music fan. And I love Fantasy films. Avatar was amazing and I’ve seen Lord of the Rings many times. But anything Scorcese, David Lynch, or Quinton Tarrantino did, i love it.

When I’m shooting a girl and the image is sexy, it’s be-cause she know that I see her as beautiful and sexy, and that makes her feel beautiful and sexy and so that what you see. But I never di-rect my models to be sexy.

162 EDISI XXVIII / 2010

WATCHER’SANECDOTES

EDISI XXVIII / 2010 163

WATCHER’SANECDOTES

CATATAN DA VINCI DAN TENTANG DA VINCIDalam perbincangan dengan Raphael Bizza, seorang kenalan dari Roma-Italia minggu lalu. Ia membukakan mata saya bahwa banyak hal tentang Da Vinci yang saya tidak tahu. Dalam perbincangan menggunakan yahoo messenger itu kemudian saya menemukan sesuatu yang dapat dimanfaatkan oleh fotografer, baik pemula maupun yang sudah punya jam terbang tinggi. Untuk itu saya mem-baginya kepada Anda. Dalam tanda kutip-tanda kutip dengan pengaturan tulisan di tengah adalah pernyataan Leonardo Da Vinci yang tertuang dalam Notes On Painting. Bahasa Da Vinci cenderung filosofis dan teknis, tetapi saya percaya den-gan penyerapan Anda.

MELUKIS

“Seorang pelukis harus menjaga sepuluh hal dalam pikirannya untuk memastikan keberhasilan karyanya yaitu: cahaya, bayangan, warna, volume, bentuk, penem-patan, jarak, kedekatan, gerakan dan ketenangan.”Terdapat karya Da Vinci yang bahkan mungkin lebih terkenal daripada ‘Perjamuan Terakhir’. Ini adalah potret seorang perempuan Firenze yang bernama Lisa, ‘Mona Lisa’. Kita menjadi begitu terbiasa melihatnya pada kartu pos bergambar, dan bahkan iklan-iklan, bahwa kita sulit untuk melihat dengan mata telanjang sebagai lukisan oleh seniman besar dan ilmuwan yang menggambarkan wanita sung-guhan dengan daging dan darah, karenanya, saking populernya. Tapi layak untuk tidak melupakan apa yang kita ketahui, atau percaya kita tahu, tentang lukisan

itu, dan untuk melihat hal itu seolah-olah kita adalah manusia pertama yang pernah “memelototinya”. Apa yang mencolok? Pertama adalah tingkatan yang menakjubkan untuk seorang Mona Lisa yang tampak hidup. Dia benar-benar tampak melihat kita dan memiliki jalan pikirannya send-iri. Seperti makhluk hidup, ia tampak berubah di depan mata kita dan terlihat sedikit berbeda setiap kali kita kembali kepadanya. Bahkan dalam foto dari lukisan kita mengalami efek aneh, tapi di depan lukisan aslinya, di Louvre, sungguh luar biasa. Kadang-kadang dia sepertinya pura-pura pada kita, dan kemudian sekali lagi kita tampaknya seperti menangkap sesuatu seperti kesedihan dalam senyumnya. Semua ini terdengar agak misterius , dan karena itu, yang begitu sering suatu efek dari sebuah karya seni yang besar.

164 EDISI XXVIII / 2010

WATCHER’SANECDOTES

EDISI XXVIII / 2010 165

WATCHER’SANECDOTES

Namun demikian, Da Vinci pasti tahu bagaimana ia mencapai efek ini, dan dengan cara apa. Beberapa yang saya catat untuk Anda:

“...Anda hanya memiliki deskripsi kebin-gungan dan hanya dapat memberikan gagasan yang lemah dalam hal-hal bentuk sejati. Anda tertipu ketika Anda berpikir bahwa Anda dapat sepenuh-nya memuaskan audiens ketika datang untuk membangkitkan massa yang diselimuti oleh permukaan. ““Aku menyuruh Anda untuk tidak membebani diri Anda dengan kata-ka-ta, kecuali alamat Anda sendiri kepada orang buta; - jika Anda ingin alamat diri melalui kata-kata ke telinga, dan tidak ke mata, mendiskusikan hal-hal seperti substansi dan alam; - jangan ganggu diri Anda dengan hal-hal dari mata, untuk mencoba dan membuat mereka melewati telinga; - Anda akan jauh dilampaui oleh lukisan ini.”“Semakin banyak detail yang diberikan, semakin bingung Anda akan mencip-takannya bagi audiens Anda,, Anda akan memerlukan referensi untuk komentar-komentar atau pengalaman, tetapi dalam kasus Anda tidak banyak dari itu, dan hanya menyentuh beber-apa aspek dari subjek yang akan Anda cakup sepenuhnya. “

“Orang yang membenci tidak men-cintai lukisan, pengetahuan, ataupun alam.”“Jika Anda benci lukisan, yang hanya bisa meniru semua yang terlihat di alam, Anda hampir pasti membenci penemuan yang halus, dengan filosofi yang kompleks dan penalaran, men-guji kualitas bentuk, lautan, tempat, tanaman, hewan, rumput, bunga-bunga , semua bermandikan cahaya dan bayangan. Dan pengetahuan ini benar-benar anak kandung yang syah dari alam, karena memang dilahirkan oleh alam, tapi, tepatnya, kita akan menyebutnya cucu alam, karena alam telah menghasilkan segala hal yang terlihat, dan lukisan lahir dari mereka. Kita akan menyebutnya dengan tepat karena cucu alam, berhubungan den-gan Tuhan. “

BERBAGAI KARAKTER DALAM KOMPO-SISI DENGAN ANGKALeonardo da Vinci adalah pengamat besar bagi alam, tahu lebih banyak tentang cara kita menggunakan mata daripada siapa pun yang pernah hidup sebelum dia. Dia telah dengan jelas melihat sebuah masalah penaklukan alam telah “berpose” untuk seniman - masalah yang tidak kurang rumit daripada salah satu kebenaran peng-

166 EDISI XXVIII / 2010

WATCHER’SANECDOTES

EDISI XXVIII / 2010 167

WATCHER’SANECDOTES

gabungan gambar dengan komposisi yang harmonis.

“Dalam komposisi dengan tokoh-tokoh, karakter yang harus berbeda dalam kulit, usia, warna, sikap, keg-emukan, pertumbuhan, gemuk, kurus, tinggi, pendek, bangga, sopan, tua, muda, kuat dan berotot, lemah dan dengan sedikit otot, bahagia , melankolis, dengan rambut keriting atau lurus, pendek atau panjang; - den-gan peringatan atau gerakan yang vul-gar, - dan beragam kostum dan warna

dan semua hal-hal lain yang diperlukan untuk komposisi ini. Ini adalah dosa bagi pelukis untuk menciptakan wajah-wajah yang mirip , dan pengulangan gerakan juga merupakan kesalahan besar. “

PERBEDAAN ANTARA LUKISAN DAN PATUNGKarya-karya besar Empu Quattrocento Italia yang mengikuti pemimpin mereka ditunjukkan oleh Masaccio yang memiliki satu kesamaan: sosok-sosok mereka terlihat agak keras dan kasar, ‘hampir seperti kayu’. Hal yang aneh adalah bahwa hal itu jelas bukan kurangnya kesabaran atau kurangnya pengetahuan yang bertanggung jawab untuk efek ini. Tidak ada seorang pun dapat lebih sabar dalam meniru sifat dari Van Eyck; tidak ada yang bisa tahu

lebih banyak tentang benarnya meng-gambar dan perspektif dari Mantegna. Dan lagi, untuk semua kemegahan dan kesan dari representasi alam mereka, sosok-sosok mereka lebih terlihat seperti patung-patung dari makhluk hidup.“Para pematung hanya harus memper-timbangkan volume, bentuk, penem-patan, gerakan dan beristirahat. Dia tidak perlu menyibukkan diri dengan cahaya atau bayangan, untuk meng-hasilkan alam mereka sendiri dalam patung. Begitu pula dengan warna.

Sedangkan jarak dan kedekatan, ia hadir untuk mereka, hanya sedikit. Dia menggunakan perspektif linear, bukan bahwa dari warna, meskipun variasi dalam ketajaman warna dan kontur sesuai dengan jarak dari mata. Patung adalah bentuk pernyataan sederhana dan memerlukan lebih sedikit usaha mental daripada lukisan.”Barangkali alasan bahwa semakin sadar kita menyalin baris demi baris angka dan detail demi detail, semakin sedikit kita dapat membayangkan bahwa hal itu pernah benar-benar bergerak dan bernapas. Sepertinya pelukis tiba-tiba membaca mantra di atasnya, dan dipaksa untuk berdiri terpaku untuk selama-lamanya, seperti orang-orang dalam “The Sleeping Beauty ‘. Seniman sudah mencoba dengan berbagai cara keluar dari kesulitan ini. Botticelli, misalnya, telah berusaha

168 EDISI XXVIII / 2010

WATCHER’SANECDOTES

EDISI XXVIII / 2010 169

WATCHER’SANECDOTES

untuk memberi penekanan dalam gambar-gambar yang melambaikan rambut dan pakaian berkibar-kibar, angka-angkanya, untuk membuat mereka tampak tidak terlalu kaku dalam garis besar. Tapi hanya Leonardo da Vinci yang menemukan solusi yang benar atas masalah. Para pelukis harus meninggalkan sesuatu yang terlihat seperti tebak-tebakan angka dengan rumus matematika yang mereka ‘gilai’. Jika garis-garis besar tidak terlalu tegas ditarik, jika bentuk meninggalkan sedikit samar-samar, seperti meski menghilang ke dalam bayangan, kesan ini menjadi kering dan kekakuan akan dihindari. Ini adalah penemuan Leon-ardo da Vinci yang terkenal di Italia dan disebut dengan ‘sfumato’ -garis besar yang buram dan melunakan warna yang memungkinkan salah satu bentuk untuk bergabung dengan yang lain dan selalu meninggalkan sesuatu untuk imajinasi kita.

LUKISAN DAN UNSUR-UNSURNYA“Lukisan terdiri dari dua bagian utama: yang pertama adalah bentuk, yaitu mengatakan, garis yang mendefinisi-kan bentuk tubuh dan rinciannya, - dan yang kedua adalah warna yang tertutup oleh garis perbatasan. Lukisan terdiri dari dua bagian utama; - garis

yang mengelilingi bentuk dan benda dicat, menggunakan cat, yang kita se-but menggambar, - dan bayangan. Tapi gambar adalah keunggulan seperti itu tidak hanya mengeksplorasi karya-karya alam, tetapi juga orang lain yang tak terhingga di luar itu ... Jadi kita akan menyimpulkan bahwa gambar tidak hanya pengetahuan tetapi juga kekua-tan Ilahi mampu mereproduksi semua karya Sang Mahakuasa yang terlihat. “

Kalau sekarang kita kembali ke ‘Mona Lisa’, kita dapat memahami sesuatu dari efek misterius itu. Kita melihat bahwa Da Vinci telah menggunakan sarana dari ‘sfumato’ dengan sangat hati-hati.

Setiap orang yang pernah mencoba untuk menggambar atau mencoret-coret wajah tahu bahwa apa yang kita sebut ekspresinya terletak terutama di dua fitur: sudut-sudut mulut, dan sudut-sudut mata. Sekarang justru bagian ini yang disengaja Leonardo untuk ditinggalkan dengan tanpat kejelasan, dengan membiarkan mereka bergabung menjadi bayangan yang lembut. “Kau tidak akan memberikan kepada wajah seseorang menangis gerakan yang sama seperti pada wajah ses-eorang yang tertawa, meskipun (pada kenyataannya) mereka sering terlihat sama, - untuk metode yang tepat untuk membedakan mereka, seperti emosi tertawa berbeda dari emosi menangis. “Itu mengapa kita tidak pernah cukup yakin dalam suasana hati apa Mona Lisa, apakah benar-benar melihat pada kita. Ekspresinya selalu tampak hanya untuk menghindar dari tatapan kita. Hal ini tidak hanya ketidakjelasan, tentu saja, yang menghasilkan efek ini. Ada banyak lagi di belakangnya. Leon-ardo telah dilakukan hal yang sangat berani, yang mungkin hanya seorang pelukis dengan penguasaan sempurna akan hal teknis dan non teknis yang berani mengambil risiko. Jika kita meli-

hat dengan seksama pada gambar, kita melihat bahwa kedua belah pihak tidak begitu cocok. Hal ini sangat jelas dalam mimpi fantastis pemandangan di latar belakang. Cakrawala di sisi kiri tampak-nya untuk manipulasi pembingkaian jauh lebih rendah daripada yang di sebelah kanan. Akibatnya, ketika kita berfokus pada sisi kiri gambar, entah bagaimana Mona Lisa terlihat lebih tinggi atau lebih tegak daripada jika kita fokus pada sisi kanan.

“Anda harus mengamati di mana aspek warna tampak pada posisi terbaik di alam; - ketika menerima refleksi, atau jika menyala, atau jika memiliki bay-

170 EDISI XXVIII / 2010

WATCHER’SANECDOTES

EDISI XXVIII / 2010 171

WATCHER’SANECDOTES

angan menengah, atau ketika mereka gelap, atau ketika transparan. Hal ini tergantung pada warna yang ber-sangkutan, untuk warna-warna yang berbeda pada mereka yang paling indah di bawah aspek yang berbeda, dengan demikian kita melihat bahwa orang kulit hitam memiliki keindahan utama dalam bayangan, putih di dalam terang, dan kebiruan, hijau dan cokelat dalam bayangan menengah, yang

kuning dan merah di dalam terang, emas di refleksi, dan danau di media bayangan. “

Dan wajahnya (Mona Lisa) juga, tam-paknya berubah dengan perubahan posisi ini, karena, bahkan di sini, kedua belah pihak tidak begitu cocok. Tapi dengan semua trik canggih, Leonardo mungkin telah menghasilkan karya yang cerdas, sebuah ’penipuan’ besar menggunakan karya seni. Dia mung-kin tidak tahu persis seberapa jauh bisa pergi dengan caranya, dan itu tidak diimbangi dengan keberanian peny-impangan dari alam oleh ’render’ yang hampir ajaib tentang visualisasi ’dag-ing’ yang begitu hidup. Lihat pada cara di mana ia memodelkan tangan, atau lengan yang terlipat. Leonardo benar-benar bisa sama seperti setiap orang dari pelopor dalam pengamatan ten-tang alam. Hanya dia tidak lagi sekadar hamba yang setia kepada alam. Dahulu kala, di masa lalu, orang-orang yang telah melihat potret dengan kagum, karena mereka berpikir bahwa dalam melestarikan kemiripan, seorang seni-man, entah bagaimana bisa menjaga jiwa dari orang yang ia gambarkan. Sekarang, ilmuwan besar, Leonardo da Vinci , telah membuat sebagian dari

mimpi dan ketakutan dari pembuat gambar pertama menjadi kenyataan. Dia tahu mantra yang akan mena-namkan kehidupan ke dalam warna yang disebarkan melalui kuasnya yang mengandung sihir. “CAHAYA DAN BAYANGANBayangan adalah tidak adanya cahaya atau hanya perlawanan tubuh yang buram mencegat sinar cahaya. Bay-angan adalah salah satu sifat kegela-pan; - cahaya adalah sifat kemegahan. Mereka selalu digabungkan pada tubuh, dan bayangan lebih kuat daripada cahaya, karena itu dapat benar-benar mengeluarkan cahaya dan tubuh menghilangkan seluruh-nya sementara cahaya tak pernah menghilangkan semua bayangan dari tubuh, setidaknya dari tubuh buram. Bayangan dapat begitu kabur atau menampilkan nuansa tak terhingga dalam nada terang. Bayangan adalah manifestasi dengan bentuk tubuh mer-eka. Bentuk-bentuk tubuh tidak akan menunjukkan kekhasan mereka tanpa bayangan. Bayangan harus selalu mengambil bagian dalam warna tubuh yang mereka sembunyikan. Tidak ada objek muncul kepada kita dalam warna putih alami, karena tempat di mana terlihat membuatnya, untuk mata, tampak lebih atau kurang putih

apakah sesuai dengan tempat yang lebih atau kurang gelap. Kita belajar ini, misalnya, dari bulan, yang pada siang hari muncul dengan begitu sedikit terang di langit, dan pada malam hari dengan kecerahan sehingga kegelapan menyebar seperti matahari atau siang hari. Hal ini disebabkan oleh dua hal-kecenderungan alam untuk menampil-kan gambar berwarna lebih sempurna,

172 EDISI XXVIII / 2010

WATCHER’SANECDOTES

EDISI XXVIII / 2010 173

WHERETOFIND

JAKARTATelefikom Fotografi Universitas Prof. Dr. Moestopo (B) Jalan Hang Lekir I, JakSel; Indonesia Photographer Organization (IPO) Studio 35, Rumah Samsara, Jl.Bunga Mawar, no. 27, JakartaSelatan 12410; Unit Seni Fotografi IPEBI (USFIPEBI) Komplek Perkantoran BankIndonesia, Menara Sjafruddin-Prawiranegara lantai 4, Jl.MH.Thamrin No.2, Jakarta; UKM mahasiswa IBII, Fotografi Institut Bisnis Indonesia (FOBI) Kampus STIE-IBII, Jl Yos Su-darsoKav 87, Sunter, Jakarta Utara; Perhimpunan Penggemar Fotografi Garuda Indonesia(PPFGA) PPFGA, Jl. Medan Merdeka SelatanNo.13, Gedung Garuda Indonesia Lt.18 ; Komunitas Fotografi Psikologi Atma Jaya, JKT Jl. Jendral Sudirman 51, Jakarta.Sekre-tariat Bersama Fakultas Psikologi Atma Jaya Ruang G. 100; Studio 51 Unver-sitas Atma Jaya, Jl. Jendral Sudirman 51, Jakarta; Perhimpunan Fotografi Tarumanegara Kampus I UNTAR Blok M Lt. 7 Ruang PFT. Jl. Letjen S. Parman I JakBar; Pt. Komatsu Indonesia Jl. Raya Cakung Cilincing Km. 4 Jakarta Utara 14140; LFCN (Lembaga Foto-grafi Candra Naya) Komplek Green Ville -AW / 58-59, Jakarta Barat 11510; HSBC Photo Club Menara Mulia Lt. 22, Jl. Jendral Gatoto Subroto Kav. 9-11,

JakSel 12930; XL Photograph Jl. Mega Kuningan Kav. E4-7 No. 1 JakSel; Free-Phot (Freeport Jakarta Photography Community) PT Freeport Indonesia Plaza 89, 1st Floor Jl. Rasuna Said Kav X-7 No. 6 PSFN Nothofagus (Perhim-punan Seni Fotografi PT Freeport Indonesia) PT Freeport Indonesia Plaza 89, 1st Floor Jl Rasuna Said Kav X-7 No. 6; CybiLens PT Cyberindo Aditama, Manggala Wanabakti IV, 6th floor. Jl.Gatot Subroto, jakarta 10270; \FSRD Trisakti, Kampus A. Jl. Kyai Tapa, Grogol. Surat menyurat: jl.Dr. Susilo 2B/ 30, Grogol, Jakbar; SKRAF (Seputar Kamera Fikom) Universitas SAHID Jl. Prof. Dr.Soepomo, SH No. 84, Jak-Sel 12870 One Shoot Photography FIKOM UPI YAI jl. Diponegoro no.74, JakPus Lasalle College Sahid Office Boutique Unit D-E-F\ (komp. Hotel Sahid Jaya). Jl. Jend Sudirman Kav. 86, Jakarta 1220 Jurusan Ilmu Komuni-kasi Universitas Al-Azhar Indonesia Jl. Sisingamangaraja, Kebayoran baru, Jak-Sel, 12110; LSPR Photography Club London School of Public Rela-tion Campus B (Sudirman Park Office Complex) Jl. KH Mas Mansyur Kav 35 Jakarta Pusat 10220 FOCUS NUS-ANTARA Jl. KH Hasyim Ashari No. 18, Jakarta; e-Studio Wisma Starpage, Salemba Tengah No. 5, JKT 10440; Roxy

yang lebih berbeda warnadan, kedua, kornea mata lebih besar pada malam hari daripada di siang hari, seperti yang telah terbukti.

PERSPEKTIF LINEARPerspektif adalah hukum rasional sesuai dengan pengalaman yang menunjukkan kepada kita bahwa semua objek mengirim gambar ke titik/mata lintasan piramida, - dan tubuh dengan ukuran yang sama akan menghasilkan lebih banyak atau lebih sedikit piramida sempit menurut jarak masing-masing. Da Vinci menyebut “pi-ramida lintasan, garis yang berasal dari permukaan dan kontur tubuh dan tiba, setelah jarak jauh, di sebuah titik yang

sama - sebuah titik adalah sesuatu yang tidak dapat dibagi dengan cara apapun, dan titik ini, terletak di mata, membawa bersama-sama puncak dari semua piramida.

”Dan ketika sketsa Anda sudah penuh, berbaringlah ke samping dan menyim-pannya untuk proyek Anda, lalu naik lagi dan melanjutkan. Dan ini akan sangat berguna bagi seni komposisi...”

Semoga berguna untuk ‘latihan’ kepe-kaan Anda.SS

174 EDISI XXVIII / 2010

WHERETOFIND

EDISI XXVIII / 2010 175

WHERETOFIND

Square Lt. 1 Blok B2 28-29, Jkt; Neep’s Art Institute Jl. Cideng Barat 12BB, Jakarta ; POIsongraphy ConocoPhil-lips d/a Ratu Prabu 2 Jl.TB.Simatupang kav 18 Jakarta 12560; NV Akademie Jl. Janur Elok VIII Blok QG4 No.15 Kelapa Gading permai Jakarta 14240

BANDUNGPAF Bandung Kompleks Banceuy Permai Kav A-17,Bandung 40111; Je-pret Sekretariat Jepret Lt. Basement Labtek IXB Arsitektur ITB, Jl Ganesha 10, Bandung Spektrum (Perkumpulan Unit Fotografi Unpad) jl. Raya Jati-nangor Km 21 Sumedang, Satyabodhi Kampus Universitas Pasundan Jl. Se-tiabudi No 190, Bandung Air Photog-raphy Communications Jalan Taman Pramuka 181 Bandung 40114

PURWOKERTOECOLENS Sekretariat Bersama FE UNSOED, Jl HR Bunyamin No.708 Pur-wokerto 53122

SEMARANGPRISMA (UNDIP) PKM (Pusat Ke-giatan Mahasiswa) Joglo Jl. Imam Bardjo SH No. 1 Semarang 50243MATA Semarang Photography Club FISIP UNDIP Jl. Imam Bardjo SH. No.1, Semarang; DIGIMAGE STUDIO Jl. Setyabui 86A, Semarang Jl. Pleburan

VIII No.2, Semarang 50243

SOLOHSB (Himpunan Seni Bengawan) Jl. Tejomoyo No. 33 Rt. 03/ 011, Solo 57156; Lembaga pendidikan seni dan design visimedia college Jl. Bhay-angkara 72 Solo, FISIP Fotografi Club (FFC) UKM FFCFakultas Ilmu Sosial dan Ilmu PolitikUniversitas Sebelas Maret Jl Ir Sutami 36A 57126 Solo, Jawa Tengah

YOGYAKARTAAtmajaya Photography club Gedung PUSGIWA kampus 3 UAJY, jl. babarsari no. 007 yogyakarta; “UKM MATA” Aka-demi Seni Rupa dan Desain MSD Ja-lan Taman Siswa 164 Yogyakarta 55151; Unif Fotografi UGM (UFO)Gelang-gang mahasiswa UGM,Bulaksumur, Yogya; Fotografi Jurnalistik Club Kampus 4 FISIP UAJY Jl Babarsari Yogyakarta; FOTKOM 401 gedung Ahmad Yani Lt.1 Kampus FISIPOL UPN “Veteran” Jl Babasari No.1, Tambak-bayan, Yogyakarta, 55281; Jurusan Fotografi Fakultas Seni Media Rekam Institut Seni Indonesia Jl. Parangtritis Km. 6,5 Yogyakarta Kotak Pos 1210; UKM Fotografi Lens Club Universitas Sanata Dharma Mrican Tromol Pos 29 Yogyakarta 55281

SURABAYAHimpunan Mahasiswa Penggemar Fotografi (HIMMARFI) Jl. Rungkut Harapan K / 4, Surabaya; AR TU PIC; UNIVERSITAS CIPUTRA Waterpark Boulevard, Citra Raya. Surabaya 60219; FISIP UNAIR JL. Airlangga 4-6, Suraba-ya; Perkumpulan Senifoto Surabaya (PSS), jln Basuki Rahmat 42 Surabaya.

MALANGMPC (Malang Photo Club) Jl. Pahla-wan Trip No. 25 Malang JUFOC (Jur-nalistik FotografiClub) student Centre Lt. 2 Universi-tas Muhammadiyah Malang. Jl. Raya Tlogomas No. 246 malang, 65144; UKM KOMPENI (Komunitas Mahasiswa Pecinta Seni) kampus STIKI (Sekolah Tinggi Informatika Indonesia) Malang, Jl. Raya Tidar 100

JEMBERUFO (United Fotografer Club) Perum taman kampus A1/16 Jember 68126, Jawa Timur;Univeritas Jember (UKPKM Tegalboto) Unit Kegiatan Pers Kam-pus Mahasiswa Universitas Jember jl. Kalimantan 1 no 35 komlek ged. PKM Universitas Jember 68121

BALIMagic Wave Kubu Arcade at Kuta Bungalows Bloc A3/A5/A6 Jl. Benesari, Legian-kuta

MEDANMedan Photo Club Jl. Dolok Sanggul Ujung No. 4 Samping Kolam Paradiso Medan, Sumatra Utara20213 UKM FOTOGRAFI USU Jl. Per-pustakaan no.2 Kampus USU Medan 20155

BATAMBatam Photo Club METEOR PhotoPanbil Commercial AreaRuko Blok E no.1, lt. 3Batam  29436

PADANGKOMUNITAS FOTOGRAFI SINKROJl. Komplek Monang B/16 Lubuk BuayaPadang - Sumatra Barat

PEKANBARUCCC (Caltex Camera Club) PT. Chevron Pasific Indonesia, SCMPlanning, Main Office 229, Rumbai, Pekanbaru 28271

LAMPUNGMalahayati Photography Club Jl. Pramuka No. 27, Kemiling, Bandar Lam-pung, 35153. Lampung-Indonesia. Telp. (0721) 271114

176 EDISI XXVIII / 2010

WHERETOFIND

BALIKPAPANTotal Photography Club (TPC). ORSOSBUD - Seksi Budaya Total E&P IndonesieJl. Yos Sudorso Balikpapan

KALTIMBadak Photographer Club (BPC) ICS Department, System Support Section, PT BADAK NGL, Bontang,Kaltim, 75324; KPC Click Club/PT Kaltim Prima Coal Supply Department (M7 Bu-liding), PT Kaltim Prima Coal, Sangatta

SAMARINDAMANGGIS-55 STUDIO (Samarinda Photographers Community) Jl. Mang-gis No. 55 Voorfo, SamarindaKaltim

SOROWAKOSorowako Photographers Society General Facilities & Serv. Dept - DP. 27, (Town Maintenance) - Jl.Sumantri Brojonegoro, SOROWAKO 91984 - LUWU TIMUR, SULAWESI SELA-TAN

GORONTALOMasyarakat Fotografi Gorontalo Graha Permai Blok B-18, Jl.Rambutan, Huangobotu,Dungingi, Kota Gorontalo

AMBONPerforma (Perkumpulan Fotografer Maluku) jl. A.M. Sangadji No. 57 Am-bon.(Depan Kantor Gapensikota Ambon/ Vivi Salon)

ONLINE PICK UPPOINTS:www.thelightmagz.comwww.ayofoto.comwww.estudio.co.idhttp://charly.silaban.net/; www.studiox-one.com ; http://www.focusnusantara.com/articles/thelightmag.php

MAILING LIST:[email protected]