transparansi pemerintah lokal dalam membangun good...

16
Jejaring Administrasi Publik, Vol. 8, No. 2. Juli-Desember 2016 927 Transparansi Pemerintah Lokal dalam Membangun Good Governance Local Government Transparency in Building Good Governance Nanang Haryono Departemen Administrasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga, Surabaya Jalan Airlangga 4-6 Surabaya 60286, Indonesia Email: [email protected] Telepon +6231 5011744 Abstract The objective of the study was to describe local government transparency in East Java in developing good governance. The paradigm shift in governance related to post-reformed public information became transparent. Based on the Law of the Republic of Indonesia Number 14 Year 2008 on Public Information Transparency, local governments are encouraged to apply transparency. Based on a study of 38 local government websites in East Java, 97.3% of 37 districts / cities presented the vision and mission of the government on the website; only 34.2% are 13 districts / municipalities that publish APBD for the current year ie APBD in 2016 and 57.8% or 22 districts / municipalities present RPJM and RPJP documents. Conclusion Based on the findings of the data, public information disclosure of local government websites in East Java is still low. keywords: transparency, good governance Abstrak Tujuan penelitian adalah mendeskripsikan transparansi pemerinta lokal di Jawa Timur dalam membangun good governance. Perubahan paradigma dalam tata kelola pemerintah terkait informasi publik pasca reformasi yang sebelumya tertutup menjadi transparan. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik pemerintah lokal didorong menerapkan transparansi. Berdasarkan penelitian 38 website pemerintah lokal di Jawa Timur, 97,3% yaitu 37 kabupaten/kota memaparkan visi dan misi pemerintah di website; hanya 34,2% yaitu 13 kabupaten /kota yang mempublikasi APBD tahun berjalan yaitu APBD tahun 2016 dan 57,8% atau 22 kabupaten/kota memaparkan dokumen RPJM dan RPJP. Kesimpulan berdasarkan temuan data tersebut keterbukaan informasi publik website pemerintah daerah di Jawa Timur masih rendah. Kata kunci: transparansi, good governance Good Governance Penyelenggaraan pemerintah daerah saat ini cenderung menerapkan prinsip good governance. Penyelenggaraan pemerintah yang sebelumnya menggunakan pendekatan rule government berkembang menjadi good governance. Pendekatan rule government dalam penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, dan penyelenggaraan pelayanan publik menggunakan landasan pada peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pendekatan good governance tidak terbatas pada penggunaan peraturan perundang-undangan yang berlaku, tetapi menerapkan prinsip penyelenggaraan pemerintahan yang baik, yang tidak hanya melibatkan pemerintah atau negara semata, tetapi harus melibatkan internal maupun eksternal birokrasi (Sabarno, 2007). Munculnya prinsip good governance berangkat dari dinamika kehidupan bernegara pasca perang dunia kedua banyak diwarnai dengan orientasi pembangunan pada pertumbuhan ekonomi yang diharapkan dapat dengan sendirinya menghasilkan kesejahteraan yang tersebar secara merata kepada mayoritas rakyat (pohan, 2000). Eksploitasi besar-besaran sumberdaya alam untuk menunjang

Upload: dangthuy

Post on 20-Mar-2019

213 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Jejaring Administrasi Publik, Vol. 8, No. 2. Juli-Desember 2016

927

Transparansi Pemerintah Lokal dalam Membangun Good Governance

Local Government Transparency in Building Good Governance

Nanang Haryono Departemen Administrasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Airlangga, Surabaya

Jalan Airlangga 4-6 Surabaya 60286, Indonesia

Email: [email protected] Telepon +6231 5011744

Abstract

The objective of the study was to describe local government transparency in East Java in developing good

governance. The paradigm shift in governance related to post-reformed public information became transparent.

Based on the Law of the Republic of Indonesia Number 14 Year 2008 on Public Information Transparency,

local governments are encouraged to apply transparency. Based on a study of 38 local government websites in

East Java, 97.3% of 37 districts / cities presented the vision and mission of the government on the website; only

34.2% are 13 districts / municipalities that publish APBD for the current year ie APBD in 2016 and 57.8% or 22

districts / municipalities present RPJM and RPJP documents. Conclusion Based on the findings of the data,

public information disclosure of local government websites in East Java is still low.

keywords: transparency, good governance

Abstrak

Tujuan penelitian adalah mendeskripsikan transparansi pemerinta lokal di Jawa Timur dalam membangun good

governance. Perubahan paradigma dalam tata kelola pemerintah terkait informasi publik pasca reformasi yang

sebelumya tertutup menjadi transparan. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun

2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik pemerintah lokal didorong menerapkan transparansi. Berdasarkan

penelitian 38 website pemerintah lokal di Jawa Timur, 97,3% yaitu 37 kabupaten/kota memaparkan visi dan

misi pemerintah di website; hanya 34,2% yaitu 13 kabupaten /kota yang mempublikasi APBD tahun berjalan

yaitu APBD tahun 2016 dan 57,8% atau 22 kabupaten/kota memaparkan dokumen RPJM dan RPJP.

Kesimpulan berdasarkan temuan data tersebut keterbukaan informasi publik website pemerintah daerah di Jawa Timur masih rendah.

Kata kunci: transparansi, good governance

Good Governance

Penyelenggaraan pemerintah

daerah saat ini cenderung menerapkan

prinsip good governance. Penyelenggaraan

pemerintah yang sebelumnya

menggunakan pendekatan rule government

berkembang menjadi good governance.

Pendekatan rule government dalam

penyelenggaraan pemerintahan,

pelaksanaan pembangunan, dan

penyelenggaraan pelayanan publik

menggunakan landasan pada peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

Pendekatan good governance tidak

terbatas pada penggunaan peraturan

perundang-undangan yang berlaku, tetapi

menerapkan prinsip penyelenggaraan

pemerintahan yang baik, yang tidak hanya

melibatkan pemerintah atau negara semata,

tetapi harus melibatkan internal maupun

eksternal birokrasi (Sabarno, 2007).

Munculnya prinsip good

governance berangkat dari dinamika

kehidupan bernegara pasca perang dunia

kedua banyak diwarnai dengan orientasi

pembangunan pada pertumbuhan ekonomi

yang diharapkan dapat dengan sendirinya

menghasilkan kesejahteraan yang tersebar

secara merata kepada mayoritas rakyat

(pohan, 2000). Eksploitasi besar-besaran

sumberdaya alam untuk menunjang

Jejaring Administrasi Publik, Vol. 8, No. 2. Juli-Desember 2016

928

pertumbuhan dengan harapan proses

trickle-down effect dan pemerataan yang

terjadi sangat jauh dari yang diharapkan.

Definisi umum governance adalah

tradisi dan institusi yang menjalankan

kekuasaan di dalam suatu negara,

termasuk (1) proses pemerintah dipilih,

dipantau, dan digantikan, (2) kapasitas

pemerintah untuk memformulasikan dan

melaksanakan kebijakan secara efektif,

dan (3) pengakuan masyarakat dan negara

terhadap berbagai institusi yang mengatur

interaksi antara mereka. Unsur yang

terakhir dapat dilakukan melalui tiga

struktur komunikasi, yaitu kewenangan,

legitimasi, dan representasi (Rohman,

1998).

Sejak era 80-an, berbagai kritik ini

meluas dan perhatian yang lebih diberikan

kepada berbagai hal seperti isu

kemiskinan, lingkungan hidup, hak asasi

manusia, perempuan, dan sebagainya.

Konsep „pembangunan partisipatif‟

(participatory development) seiring

dengan „pembangunan yang berkelanjutan‟

(sustainable development) berkembang

untuk menjawab berbagai permasalahan

tersebut di atas. Konsep ini ternyata juga

belum berhasil memastikan bahwa

masyarakat dapat berkembang secara

demokratis, sehingga muncullah konsep

pembangunan berbasis komunitas

(community based development) yang

memposisikan masyarakat sebagai pelaku

utama dalam pembangunan. Konsep

untuk menciptakan kesejahteraan

masyarakat terus berkembang.

Berbagai penelitian menunjukkan

bahwa baik buruknya tata pemerintahan

dijalankan mempunyai hubungan

kausualitas yang erat dengan hasil-hasil

pembangunan. Misalnya, penelitian

Kaufmann, Kraay, dan Zoido-Lobaton

(1999) menunjukkan bahwa kenaikan satu

standar deviasi salah satu indikator

pemerintahan. Beberapa penelitian lainnya

juga menunjukkan hubungan kausalitas

positif antara efisiensi birokrasi dan

menurunnya tingkat korupsi dengan

pertumbuhan ekonomi dan investasi asing

(ADB, 1999).

Bank Dunia memperkenalkan

konsep tata pemerintahan yang baik (good

governance) pada awal dekade 90-an (Sen,

1999) awalnya untuk mengatasi masalah

kemiskinan di Afrika. Sejalan dengan hal

ini, para developmentalist menekankan

pentingnya pertumbuhan yang berpihak

kepada masyarakat miskin (pro-poor

growth). World Bank mendefinisikan good

governance adalah suatu penyelenggaraan

manajemen pembangunan yang solid dan

bertanggung jawab yang sejalan dengan

prinsip demokrasi dan pasar yang efisien,

penghindaran salah alokasi dana investasi,

dan pencegahan korupsi baik secara politik

maupun administratif, menjalankan

disiplin anggaran serta penciptaan legal

and political framework bagi tumbuhnya

aktivitas usaha.

United Nations Development

Programme (UNDP) merumuskan istilah

governance sebagai suatu exercise dari

kewenangan politik, ekonomi, dan

administrasi untuk menata, mengatur dan

mengelola masalah-masalah sosialnya.

Istilah “governance” menunjukkan suatu

proses di mana rakyat bisa mengatur

ekonominya, institusi dan sumber-sumber

sosial dan politiknya, tidak hanya

dipergunakan untuk pembangunan, tetapi

juga untuk menciptakan kohesi, integrasi

dan untuk kesejahteraan rakyatnya.

Dengan demikian jelas sekali, bahwa

kemampuan suatu negara mencapai

tujuan-tujuan pembangunan itu sangat

tergantung pada kualitas tata

kepemerintahannya di mana pemerintah

melakukan interaksi dengan organisasi-

organisasi komersial dan civil society.

Karakteristik atau prinsip-prinsip yang

harus dianut dan dikembangkan dalam

praktek penyelenggaraan kepemerintahan

yang baik (good governance)

dikemukakan oleh UNDP (1997) yaitu

meliputi:

a. Partisipasi (Participation): Setiap

orang atau warga masyarakat, baik

Jejaring Administrasi Publik, Vol. 8, No. 2. Juli-Desember 2016

929

laki-laki maupun perempuan memiliki

hak suara yang sama dalam proses

pengambilan keputusan, baik secara

langsung maupun melalui lembaga

perwakilan sesuai dengan kepentingan

dan aspirasinya masing-masing

b. Akuntabilitas (Accountability): Para

pengambil keputusan dalam sektor

publik, swasta dan masyarakat madani

memiliki pertanggungjawaban

(akuntabilitas) kepada publik,

sebagaimana halnya kepada

stakeholders.

c. Aturan hukum (Rule of law):

Kerangka aturan hukum dan

perundang-undangan harus

berkeadilan, ditegakkan dan dipatuhi

secara utuh, terutama aturan hukum

tentang hak azasi manusia.

d. Transparansi (Transparency):

Transparansi harus dibangun dalam

rangka kebebasan aliran informasi.

Informasi harus dapat dipahami dan

dapat dimonitor.

e. Daya tangkap (Responsiveness):

Setiap intuisi dan prosesnya harus

diarahkan pada upaya untuk melayani

berbagai pihak yang berkepentingan

(stakeholders).

f. Berorientasi konsensus (consensus

Orientation): Pemerintah yang baik

akan bertindak sebagai penengah bagi

berbagai kepentingan yang berbeda

untuk mencapai konsensus atau

kesempatan yang terbaik bagi

kepentingan yang berbeda untuk

mencapai konsensus atau kesempatan

yang terbaik bagi kepentingan

masing-masing pihak, dan berbagai

kebijakan dan prosedur yang akan

ditetapkan pemerintah.

g. Berkeadilan (Equity): Pemerintah

yang baik akan memberikan

kesempatan yang baik terhadap laki-

laki maupun perempuan dalam upaya

mereka untuk meningkatkan kualitas

h. hidupnya.

i. Efektifitas dan Efisiensi (Effectifitas

and Effeciency): Setiap proses

kegiatan dan kelembagaan diarahkan

untuk menghasilkan sesuatu yang

benar-benar sesuai dengan kebutuhan

melalui pemanfaatan yang sebaik-

baiknya dengan berbagai sumber yang

tersedia.

j. Visi Strategis (Strategic Vision): Para

pemimpin dan masyarakat memiliki

persfektif yang luas dan jangka

panjang tentang penyelenggaraan

pemerintah yang baik dan

pembangunan manusia, bersamaan

dengan dirasakannya kebutuhan untuk

pembangunan tersebut.

Prinsip-prinsip good governance

atau tata kepemerintahan yang baik

menurut Bappenas yaitu:

a. Wawasan ke Depan (Visionary);

b. Keterbukaan dan Transparansi

(Openness and Transparency);

c. Partisipasi Masyarakat

(Participation);

d. Tanggung Jawab (Accountability);

e. Supremasi Hukum (Rule of Law);

f. Demokrasi (Democracy);

g. Profesionalisme dan Kompetensi

(Profesionalism and Competency);

h. Daya Tanggap (Responsiveness);

i. Efisiensi dan Efektivitas (Efficiency

and Effectiveness);

j. Desentralisasi (Decentralization);

k. Kemitraan dengan Dunia Usaha

Swasta dan Masyarakat (Private

Sector and Civil Society

Partnership);

l. Komitmen pada Pengurangan

Kesenjangan (Commitment to

Reduce Inequality);

m. Komitmen pada Perlindungan

Lingkungan Hidup (Commitment to

Environmental Protection);

n. Komitmen pada Pasar yang Fair

(Commitment to Fair Market)

Berdasarkan keterangan diatas

dalam upaya meningkatkan kesejahteraan

pada pemerintah daerah era otonomi

daerah perlu mengedepankan prinsip-

prinsip good governance atau tata

kepemerintahan yang baik. Poin penting

Jejaring Administrasi Publik, Vol. 8, No. 2. Juli-Desember 2016

930

dalam mewujudkan good governance

adalah dengan menerapkan prisnsip

transparansi dalam penyelenggaraan

pemerintahan.

Kebijakan Komunikasi

Membangun good governance

pada pemerintah lokal tidaklah mudah.

Perlu kemauan semua pihak baik

pemeritah lokal, masyarakat, swasta dan

media. Upaya mewujudkan good

governance pada pemerintah lokal tidaklah

akan terwujud tanpa kepedulian

pemerintah lokal untuk menyadari dan

mengimplementasi keterbukan informasi

publik terkait penyelenggaraan pemerintah

daerah kepada warga masyarakat.

Anderson (1984) memaparkan Kebijakan

Publik (Public Policy) adalah “ a

purposive course of action followed by an

actor or set of actors in dealing with a

problem or matter of concern”

(Serangkaian tindakan yang mempunyai

tujuan tertentu yang diikuti dan

dilaksanakan oleh seorang pelaku atau

sekelompok pelaku guna memecahkan

suatu masalah tertentu). Berdasarkan

pendapat diatas keterbukaan informasi

publik bertujuan memberikan informasi

pada masyarakat (publik) berkaitan dengan

keberadaan website pemerintah sebagai

media informasi, komunikasi dan transaksi

antara pemerintah dan masyarakat.

Untuk mendeskripsikan bagaimana

kebijakan komunikasi dalam konteks

kehidupan masyarakat, ada baiknya

terlebih dahulu menyimak pendapat yang

dikemukakan oleh L. Sommeriad. Ia

mengatakan, “the ways in which

communication is used, the network trough

which it flows, the structures of the media

system, the regulatory framework for the

system, and the decisions of people who

operate it, are all the outcome of

communication policies.” (Dalam Kuo dan

Chen, 1983:41). Kutipan tersebut

menggambarkan betapa kebijakan

komunikasi menghasilkan begitu banyak

implikasi bagi kehidupan masyarakat.

Dimulai dari cara berkomunikasi hingga

keputusan masyarakat untuk menggunakan

media komunikasi.

Hal ini kemudian dipertegas pula

oleh Unesco sebagaimana dikutip

Ugboajah (1980:50) yang memaknai

kebijakan komunikasi sebagai kumpulan

prinsip-prinsip dan normanorma yang

sengaja diciptakan untuk mengatur

perilaku sistem komunikasi. Dengan

demikian, dapat dikatakan bahwa,

kebijakan komunikasi adalah instrumen

yang amat penting bagi kelancaran suatu

sistem komunikasi. Sistem komunikasi

yang dimaksud adalah sistem yang berlaku

disuatu negara. Setiap negara diyakini

memiliki pola-pola komunikasi yang

berjalan dan berproses membentuk sistem.

Sistem yang terdiri dari sub-sub sistem

menjalankan peran dan fungsinya masing-

masing. Oleh karena itulah dibutuhkan

regulasi agar kerja sistem tersebut dapat

berjalan dengan lancar tanpa adanya

hambatan maupun sumbatan. Dalam

konteks penelitian ini, kebijakan

komunikasi yang dimaksud adalah UU

KIP yang saat ini tengah

diimplementasikan di seluruh Indonesia,

termasuk juga di pemerintah lokal di Jawa

Timur. UU KIP dimaksudkan untuk

memperlancar sistem komunikasi antara

masyarakat dengan lembaga pemerintahan

maupun non-pemerintahan yang

sumberdananya sebagian atau seluruhnya

berasal dari keuangan negara atau luar

negeri.

Keberadaan UU KIP yang

memberikan ruang besar bagi masyarakat

untuk mengakses informasi ke berbagai

lembaga yang menggunakan anggaran

publik sebagai bentuk partisipasi aktif

masyarakat dalam mengawal perencanaan,

pelaksanaan, maupun evaluasi

program-program pembangunan. Jaminan

akses informasi publik dan kebebasan di

dalamnya telah integral dengan

pembangunan sistem negara demokratis

Jejaring Administrasi Publik, Vol. 8, No. 2. Juli-Desember 2016

931

(democratic state) dan pembangunan

pemerintahan yang baik (good

governance). Kebebasan informasi

membuat masyarakat dapat mengontrol

setiap langkah dan kebijakan yang diambil

oleh pejabat yang berpengaruh pada

kehidupan mereka. Sedangkan negara

demokrasi, penyelenggaraan kekuasaannya

harus setiap saat dapat

dipertanggungjawabkan kembali kepada

rakyat. Disinilah kebijakan komunikasi

memainkan perannya sebagai sarana untuk

menjembatani komunikasi yang baik

antara warga dengan pemerintah dalam

bingkai negara demokrasi.

Keterbukaan Informasi Publik

Jurgen Habermas (1993)

membayangkan adanya situasi dimana

munculnya ruang publik, dalam konteks

ini komunikasi dilakukan dalam wilayah

sosial yang bebas dari sensor dan

dominasi. Dalam esainya, The Public

Sphere Habermas melihat perkembangan

wilayah sosial macam itu dalam sejarah

masyarakat modern. Dunia publik yaitu

wilayah kehidupan sosial kita yang

memungkinkan pembentukan opini publik

dimana semua orang terlibat didalamnya.

Publik ini berisikan personal, bukan orang

dengan kepentingan bisnis atau

profesional, bukan pejabat atau politikus,

tetapi percakapan mereka membentuk

suatu publik yang membicarakan

kepentingan umum tanpa paksaan. Mereka

memiliki jaminan untuk berkumpul,

berserikat dan beropini secara bebas.

Secara filosofis, Habermas berpendapat

bahwa tujuan akhir evolusi sosial adalah

terwujudnya masyarakat rasional yang

memiliki sistem komunikasi terbuka, baik

dari gagasan maupun kritik. Rasionalitas

disini berarti mereduksi penghalang yang

menyebabkan distorsi komunikasi di

masyarakat, membebaskan komunikasi

dari dominasi kekuatan tertentu.

Rasionalisasi tindakan komunikasi juga

berarti

memerdekakan dan membuka ruang

komunikasi, yaitu memberikan

penghargaan atau emansipasi terhadap

individu, dan menyingkirkan penghalang

komunikasi.

Komunikasi turut memberikan

konstruksi atas realitas sosial. Menurut

pemikiran Habermas perlu upaya

melenyapkan perintang komunikasi bebas.

Keterbukaan Komunikasi adalah tuntutan

sejarah dan keniscayaan evolusi sosial.

Karenanya cepat atau lambat, pasti akan

datang. Orang yang tidak setuju hanya bisa

menunda, memperlambat sejarah tapi arah

sejarah tidaklah bisa dirubah oleh

siapapun. Keterbukaan informasi juga

untuk mengeliminasi budaya kerahasiaan

yang mana ditengarai banyak orang hidup

dari budaya ketertutupan, Dampaknya

adalah muncul “penyelewengan”. Disini

asumsi yang mendasari adalah sebagai tool

of social engineering. Secara teoritis, hak

informatif merupakan diskursus

modernitas yang tidak kunjung selesai.

Modernitas ,menurut Habermas, adalah

sistem yang diarahkan oleh masyarakat

kapitalis kepada totalitarianisme birokratis

demi kepentingan akumulasi modal.

Birokrasi dengan berbagai kerangka kerja

institusionalnya menjadi alat korporasi dan

modal untuk memperkokoh sistem

akumulasi dalam satu tatanan

pemerintahan.

Informasi merupakan alat yang

mengantarkan diskursus publik dan

melakukan penilaian terhadap berbagai

unsur dalam informasi. Peniadaan

informasi berarti peniadaan terhadap

diskursus dan wacana publik terhadap

berjalannya satu kesepakatan sistem.

Konteks itulah yang diperalat rezim

“privat” untuk membangun jejaring,

kekuasaan dan penguatan akumulasi

modal didalamnya. Sistem yang tertutup

merupakan ajang konspirasi dan

penyalahgunaan kekuasaan satu rezim.

Keterbukaan informasi atau

jaminan atas akses publik terhadap

informasi, sistem negara yang demokratis

Jejaring Administrasi Publik, Vol. 8, No. 2. Juli-Desember 2016

932

(democratic state) dan tata pemerintahan

yang baik (good governance) merupakan

tiga konsep yang saling terkait satu dengan

lainnya. Kebebasan informasi menjadi

semangat demokratisasi yang menawarkan

kebebasan sekaligus tanggung jawab

secara melekat. Kebebasan ini juga

melahirkan governability dimana negara

dapat memfungsikan dirinya secara efektif

dan efisien tanpa mengesampingkan

prinsip-prinsip demokrasi.

Keterbukaan informasi publik

(KIP) merupakan amanah Undang-Undang

Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2008

yang mengatur tentang Keterbukaan

Informasi Publik. Landasan hak atas

informasi publik adalah UUD 1945, Pasal

28 F yang menegaskan: setiap orang

berhak untuk berkomunikasi dan

memperoleh informasi untuk

mengembangkan pribadi dan lingkungan

sosialnya, serta berhak untuk mencari,

memperoleh, memiliki, enyimpan,

mengolah dan menyampaikan informasi

dengan menggunakan segala jenis saluran

yang tersedia. Dalam negara hukum yang

demokrasi, negara dilaksanakan

berdasarkan manat rakyat yang diatur

dengan Undang-Undang. Dalam

pelaksanaan penyelenggaraan negara,

pemerintah bertanggungjawab kepada

rakyat sehingga gegala informasi yang

dihasilkan dalam hal penyelenggaraan

negara merupakan milik rakyat

(Retnowati, 2012).

Pelaksanaan UU KIP diatur dalam

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

Nomor 61 Tahun 2010 Tentang

Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 14

Tahun 2008 Tentang Keterbukaan

Informasi Publik dan lebih operasional

diatur dalam Peraturan Menteri Dalam

Negeri Nomor 35 Tahun 2010 Tentang

Pedoman Pengelolaan Pelayanan

Informasi dan Dokumentasi di Lingkungan

Kementerian Dalam Negeri dan

Pemerintahan Daerah. Berdasarkkan

regulasi tersebut setiap badan publik wajib

mempublikasikan informasi publik yang

dikelola lembaga publik. Informasi Publik

adalah informasi yang dihasilkan,

disimpan, dikelola, dikirim, dan/atau

diterima oleh suatu badan publik yang

berkaitan dengan penyelenggara dan

penyelenggaraan negara dan/atau

penyelenggara dan penyelenggaraan badan

publik lainnya yang sesuai dengan

Undang-Undang ini serta informasi lain

yang berkaitan dengan kepentingan publik.

Badan Publik adalah lembaga eksekutif,

legislatif, yudikatif, dan badan lain yang

fungsi dan tugas pokoknya berkaitan

dengan penyelenggaraan negara, yang

sebagian atau seluruh dananya

bersumber dari Anggaran Pendapatan dan

Belanja Negara dan/atau Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah, atau

organisasi nonpemerintah sepanjang

sebagian atau seluruh dananya

bersumber dari Anggaran Pendapatan dan

Belanja Negara dan/atau Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah,

sumbangan masyarakat, dan/atau luar

negeri. Tujuan terbitnya Undang-Undang

KIP menurut pasal 3 disebutkan:

a. menjamin hak warga negara untuk

mengetahui rencana pembuatan

kebijakan publik, program kebijakan

publik, dan proses pengambilan

keputusan publik, serta alasan

pengambilan suatu keputusan publik;

b. mendorong partisipasi masyarakat

dalam proses pengambilan kebijakan

publik;

c. meningkatkan peran aktif

masyarakat dalam pengambilan

kebijakan publik dan pengelolaan

Badan Publik yang baik;

d. mewujudkan penyelenggaraan

negara yang baik, yaitu yang

transparan, efektif dan efisien,

akuntabel serta dapat

dipertanggungjawabkan;

e. mengetahui alasan kebijakan publik

yang mempengaruhi hajat hidup orang

banyak;

Jejaring Administrasi Publik, Vol. 8, No. 2. Juli-Desember 2016

933

f. mengembangkan ilmu pengetahuan

dan mencerdaskankehidupan bangsa;

dan/atau

g. meningkatkan pengelolaan dan

pelayanan informasi di lingkungan

Badan Publik untuk menghasilkan

layanan informasi yang berkualitas.

Kewajiban Badan Publik menurut

Undang-Undang KIP Pasal 7 (1) Badan

Publik wajib menyediakan, memberikan

dan/atau menerbitkan Informasi Publik

yang berada di bawah kewenangannya

kepada Pemohon Informasi Publik,

selain informasi yang dikecualikan sesuai

dengan ketentuan. (3) Untuk

melaksanakan kewajiban sebagaimana

dimaksud pada ayat (2), Badan Publik

harus membangun dan mengembangkan

sistem informasi dan dokumentasi untuk

mengelola Informasi Publik secara baik

dan efisien sehingga dapat diakses dengan

mudah. Berdasarkan ketentuan diatas

dapat diketahui bahwa badan publik wajib

menyediakan, memberikan dan/atau

menerbitkan Informasi Publik yang

berada di bawah kewenangannya melalui

suatu website pemerintah yang merupakan

bagian dari upaya membangun dan

mengembangkan sistem informasi dan

dokumentasi untuk mengelola Informasi

Publik secara baik dan efisien.

Informasi yang wajib disediakan

dan diumumkan secara berkala diatur

dalam Pasal 9 (2) Informasi Publik

sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

meliputi:

a. informasi yang berkaitan dengan Badan

Publik;

b. informasi mengenai kegiatan dan

kinerja Badan Publik terkait;

c. informasi mengenai laporan keuangan;

dan/atau

d. informasi lain yang diatur dalam

peraturan perundang-undangan.

Kemudia ayat (3) Kewajiban

memberikan dan menyampaikan Informasi

Publik sebagaimana dimaksud pada ayat

(2) dilakukan paling singkat 6 (enam)

bulan sekali. Berdasarkan regulasi tersebut

informasi yang wajib disediakan dan

diumumkan secara berkala diantaranya:

(a). informasi yang berkaitan dengan

Badan Publik; (b). informasi mengenai

kegiatan dan kinerja Badan Publik terkait

seperti APBD tahun berjalan yang memuat

rencana pembangunan kegiatan dan

kinerja Badan Publik; dan (c). informasi

mengenai laporan keuangan seperti

LAKIP dan SAKIP. LAKIP adalah

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi

Pemerintahan, SAKIP Sistem

Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.

kedua dokumen tersebut merupakan

rangkaian sistematik dari berbagai

aktifitas, alat, dan prosedur yang dirancang

untuk tujuan penetapan dan pengukuran,

pengumpulan data, pengklasifikasian,

pengikhtisaran, dan pelaporan kinerja pada

instansi pemerintah, dalam rangka

pertanggungjawaban dan peningkatan

kinerja instansi pemerintah.

Ketentuan membangun website untuk

membangun dan mengembangkan sistem

informasi dan dokumentasi untuk

mengelola Informasi publik secara baik

dan efisien untuk memenuhi hak pemohon

informasi publik (warga negara) yang

diatur dalam Undang-Undang KIP Pasal 4

(1) setiap orang berhak memperoleh

informasi publik sesuai dengan ketentuan

Undang-Undang ini. (2) Setiap Orang

berhak:

a. melihat dan mengetahui Informasi

Publik;

b. menghadiri pertemuan publik yang

terbuka untuk umum untuk

memperoleh Informasi Publik;

c. mendapatkan salinan Informasi

Publik melalui permohonan sesuai

dengan Undang-Undang ini; dan/atau

d. menyebarluaskan Informasi Publik

sesuai dengan peraturan perundang-

undangan.

Memalui website pemerintah yang

dikelola dengan baik, masyarakat (warga

negara) akan terpenuhi hak-hak nya dalam

memperoleh informasi publik sehingga

masyarakat dapat mengehui rencana

Jejaring Administrasi Publik, Vol. 8, No. 2. Juli-Desember 2016

934

pembuatan kebijakan publik, program

kebijakan publik, dan proses

pengambilan keputusan publik, serta

alasan pengambilan suatu keputusan

publik; terdorong partisipasinya dalam

proses pengambilan kebijakan publik;

meningkat peran aktif masyarakat dalam

pengambilan kebijakan publik dan

pengelolaan Badan Publik yang baik;

upaya mewujudkan penyelenggaraan

negara yang baik, yaitu yang

transparan, efektif dan efisien, akuntabel

serta dapat dipertanggungjawabkan; dan

untuk mengetahui kebijakan publik yang

berpihak pada masyarakat yang

mempengaruhi hajat hidup orang banyak.

Penelitian ini berangkat dari keprihatinan

penulis karena terbatasnya dokumen

publik yang bisa diakses dari website

pemerintah daerah yang ada di Jawa

Timur. Permasalahan yang ingin dijawab

adalah bagaimana keterbukaan informasi

publik website pemerintah daerah di Jawa

Timur dalam membangun good

governance. Tujuan penelitian

mendiskripsikan keterbukaan informasi

publik website pemerintah daerah di Jawa

Timur dalam membangun good

governance. Untuk menjawab

permasalahan penelitian digunakan metode

kualitatif studi kasus pada website

pemerintah daerah kabupate dan kota di

Jawa Timur. Jumlah keseluruhan yang

diteliti adalah 38 website. Pengambilan

data dilakukan pada rentang waktu 1-30

bulan November Tahun 2016. Analisis

data dilakukan secara analisis data

kualitatif mengikuti Miles dan Huberman

(1992:15-21). Analisis ini terdiri dari tiga

alur yaitu: (a) reduksi data, yang diartikan

sebagai proses pemilihan, pemusatan

perhatian pada penyederhanaan,

pengabstrakan dan transformasi data kasar

yang muncul dari catatan-catatan tertulis di

lapangan, (b) Penyajian data dilakukan

dengan menggunakan bentuk teks naratif,

(c) penarikan kesimpulan

Transparansi Pemerintah Lokal

Informasi merupakan kebutuhan

pokok setiap orang, baik dalam rangka

mengembangkan kualitas pribadi maupun

dalam rangka menjalani kehidupan

sosialnya. Setiap orang dalam kualitas dan

latar belakang apapun membutuhkan

informasi sesuai kadarnya (Subagiyo

dkk,2009). Pada masyarakat modern,

kebutuhan atas informasi semakin

banyak dan semakin urgen. Informasi

menjadi kebutuhan dasar dalam

pengambilan keputusan-keputusan

personal dan sosial. Perkembangan

teknologi komunikasi turut mendorong

perkembangan informasi.

Di negara-negara demokratis,

pengakuan terhadap hak atas informasi

sekaligus merupakan sarana untuk

memantau dan mengawasi

penyelenggaraan pemerintahan.

Pemerintahan yang demokratis akan

berusaha semaksimal mungkin membuka

ruang informasi yang dibutuhkan publik.

Itu sebabnya, di negara demokratis

konstitusional, keterbukaan informasi

publik merupakan sarana untuk

mengoptimalkan penyelenggaraan

negara secara umum, mengoptimalkan

peran dan kinerja badan-badan publik,

serta segala sesuatu yang berakibat pada

kepentingan publik.

Pemerintahan yang terbuka berisi

badan-badan publik yang terbuka kepada

masyarakat dalam rangka pelayanan.

Dengan membuka akses publik terhadap

informasi diharapkan semua badan

publik termotivasi untuk bertanggung

jawab dan berorientasi pada pelayanan

rakyat dengan sebaikbaiknya.

Keterbukaan informasi bukan hanya

menguntungkan bagi masyarakat tetapi

juga penyelenggara pemerintahan, baik

eksekutif dan legislatif, maupun yudikatif.

Jika informasi publik tersedia dengan

cukup, maka pimpinan lembaga

penyelenggara pemerintahan dalam arti

luas bisa memanfaatkan pengawasan

Jejaring Administrasi Publik, Vol. 8, No. 2. Juli-Desember 2016

935

oleh masyarakat untuk meningkatkan

kinerja dan gerak organisasi hingga ke

daerah-daerah. Rodney A Smollar

menggambarkan kebutuhan akan

keterbukaan semua elemen masyarakat

sebagai berikut:

“A society that wishes to

adopt openness as a value

of overarching significance

will not merely allow citizen

a wide range of individual

expressive freedom, but will go

on step further and actually

open up the deliberate

processes of government itself

to the sunlight of public

scrunity. In a truly open

culture, the normal rule is that

government does not conduct

the business of the people

behind closed door.

Legislative, administrative, and

judicial proceedings should –

as a matter of routine—be open

to the public (Smollar,

1992:12)

Tata kelola pemerintahan yang

baik (good governance) mensyaratkan

pemerintahan yang terbuka sebagai

salah satu fondasinya, dan kebebasan

memperoleh informasi (public access to

information) merupakan salah satu

prasyarat untuk menciptakan

pemerintahan terbuka (open

government). Pemerintahan terbuka adalah

penyelenggaraan pemerintahan yang

transparan, terbuka, dan partisipatoris.

Semakin terbuka penyelenggaraan

negara untuk diawasi publik, maka

penyelenggaraan negara tersebut makin

dapat dipertanggungjawabkan. Pada

tataran badan usaha, konsep pengelolaan

yang baik (good corporate governance)

juga sudah dianggap sebagai suatu

kebutuhan. Tata kelola yang baik

memiliki sejumlah indikator antara lain

keterbukaan, partisipasi, akuntabilitas,

efektivitas, dan koherensi.

Menurut Mas Achmad Santosa

(2001), pemerintahan yang terbuka

mensyaratkan adanya jaminan atas lima

hal, yaitu: (i) hak untuk memantau

perilaku pejabat publik dalam

menjalankan peran publiknya; (ii) hak

untuk memperoleh informasi; (iii) hak

untuk terlibat dan berpartisipasi dalam

proses pembentukan kebijakan publik;

(iv) kebebasan berekspresi yang antara

lain diwujudkan dalam kebebasan pers;

dan (v) hak untuk mengajukan

keberatan terhadap penolakan atas

keempat hak terdahulu (Mas Achmad

Santosa, 2001: 22).

Sebagian negara mengatur akses

terhadap informasi itu ke dalam

konstitusinya. Sebagian lagi mengatur

dalam undang-undang khusus dengan

beragam sebutan. Hak atas informasi di

berbagai negara dianggap sebagai bagian

dari kebebasan berekspresi dan

kebebasan pers. Negara yang sudah

memiliki undang-undang khusus mengenai

akses informasi antara lain Amerika

Serikat, Denmark, Norwegia, Belanda,

Prancis, Australia, Selandia Baru, Kanada,

India, Hungaria, Korea Selatan, Irlandia,

Israel, Jepang, Afrika Selatan, dan

Thailand. Pada hakekatnya, jaminan dan

perlindungan akses terhadap informasi di

negaranegara tersebut dilandasi upaya

mengembangkan tata kelola pemerintahan

yang baik.

Sebagai bagian dari masyarakat

dunia, Indonesia pun tidak lepas dari

kebutuhan akan keterbukaan informasi.

Era reformasi telah menjadi pendorong

yang kuat untuk membuka kesadaran

penyelenggara pemerintahan bahwa

keterbukaan informasi publik merupakan

suatu keniscayaan. Reformasi telah

berjasa mengubah paradigma pelayanan

publik, dari aparatur yang dilayani

menjadi aparatur yang melayani

masyarakat. Meskipun ada perubahan

paradigma, pada tataran empiris sistem

pelayanan masyarakat masih amburadul,

korupsi masih menjadi penyakit yang

Jejaring Administrasi Publik, Vol. 8, No. 2. Juli-Desember 2016

936

sulit disembuhkan, dan egoisme sektoral

tetap terpelihara hingga kini. Minimnya

tingkat kepercayaan masyarakat terhadap

lembaga-lembaga pemerintahan juga

terkait dengan minimnya informasi yang

diperoleh masyarakat mengenai lembaga-

lembaga tersebut.

Keterbukaan Informasi Publik pada

Website Pemerintah Daerah di Jawa

Timur untuk Mengembangkan Good

Governance.

Secara administratif Jawa Timur

terbagi menjadi 29 kabupaten dan 9 kota

jumlah keseluruhan 38 kabupaten dan

kota. Provinsi Jawa Timur secara geografis

terletak di antara 11100 Bujur Timur –

11404‟ Bujur Timur dan 70 12‟Lintang

Selatan – 8048”Lintang Selatan, dengan

luas wilayah sebesar 47.963 km2 yang

meliputi dua bagian utama. Yaitu Jawa

Timur daratan dan Kepulauan Madura.

Wilayah daratan Jawa Timur sebesar 88,70

persen atau 42.541 km2, sementara luas

Kepulauan Madura memiliki luas 11.30

persen atau sebesar 5.422 km2. Jumlah

penduduknya pada tahun 2010 mencapai

37.476.757 jiwa. (Sumber : Database BPS

Tahun 2010 ).

Tabel 1

Daftar Nama Domain Website Kabupaten/Kota di Jawa Timur

NO Kabupaten/ Kota Alamat website

1 Kabupaten Madiun http://madiunkab.go.id

2 Kabupaten Magetan http://www.magetankab.go.id

3 Kabupaten Pacitan http://www.pacitankab.go.id

4 Kabupaten Ponorogo http://www.ponorogo.go.id

5 Kabupaten Ngawi http://www.ngawikab.go.id

6 Kabupaten Trenggalek http://www.trenggalekkab.go.id

7 Kabupaten Tulungagung http://www.tulungagung.go.id

8 Kabupaten Blitar http://www.blitarkab.go.id

9 Kabupaten Nganjuk http://www.nganjukkab.go.id

10 Kabupaten Bojonegoro http://bojonegorokab.go.id

11 Kabupaten Tuban http://www.tubankab.go.id

12 Kabupaten Mojokerto http://www.mojokertokab.go.id

13 Kabupaten Kediri http://www.kedirikab.go.id

14 Kabupaten Jombang http://www.jombangkab.go.id

15 Kabupaten Lamongan http://www.lamongan.go.id

16 Kabupaten Malang http://www.malangkab.go.id

17 Kabupaten Pasuruan http://www.pasuruankab.go.id

18 Kabupaten Probolinggo http://www.probolinggokab.go.id

19 Kabupaten Lumajang http://www.lumajang.go.id

20 Kabupaten Jember http://www.jemberkab.go.id

21 Kabupaten Bondowoso http://www.bondowosokab.go.id

22 Kabupaten Situbondo http://www.situbondokab.go.id

23 Kabupaten Banyuwangi http://www.banyuwangikab.go.id

24 Kabupaten Sidoarjo http://www.sidoarjokab.go.id

25 Kabupaten Gresik http://www.gresik.go.id

26 Kabupaten Bangkalan http://www.bangkalankab.go.id

27 Kabupaten Sampang http://www.sampangkab.go.id

Jejaring Administrasi Publik, Vol. 8, No. 2. Juli-Desember 2016

937

28 Kabupaten Pamekasan http://www.pamekasan.go.id

29 Kabupaten Sumenep http://www.sumenepkab.go.id

30 Kota Madiun http://www.madiunkota.go.id

31 Kota Blitar http://www.blitarkota.go.id

32 Kota Mojokerto http://www.mojokertokota.go.id

33 Kota Kediri http://www.kedirikota.go.id

34 Kota Malang http://www.malangkota.go.id

35 Kota Batu http://www.batukota.go.id

36 Kota Pasuruan http://www.pasuruankota.go.id

37 Kota Probolinggo http://www.probolinggokab.go.id

38 Kota Surabaya http://www.surabaya.go.id

Jumlah 38

Sumber: http://kominfo.jatimprov.go.id/read/data-kominfo/daftar-nama-website-kab-kota-di-

jawa-timur-s-d-agustus-2015 diakses 12 Desember 2016

Berdasarkan tabel diatas yang berasal dari

website kominfo.jatimprov.go.id diketahui

bahwa terdapat 38 kabupaten dan kota

memiliki website resmi. Website tersebut

merupakan media komunikasi antara

pemerintah dan masyarakat atau dunia

usaha dalam membangun good

governance sebagaimana yang

diamanatkan dalam Undang-Undang No.

14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan

Informasi Publik. Untuk mengetahui

implementasi UU KIP selanjutnya

dilakukan pengumpulan data visi, misi,

link website SKPD, dokumen APBD

kabupaten dan kota tahun berjalan yaitu

tahun 2016 dan dokumen RPJM dan RPJP

masing-masing kabupaten kota. Hasil dari

pengumpulan data diperoleh data sebagai

berikut:

Tabel 2

Dokumen Visi Misi, APBD Tahun 2016, RPJM, dan RPJP yang Termuat dalam

Website Pemerintah Daerah di Jawa Timur No. Kota/Kab. Visi

dan

Misi

Terhubung

dengan link

SKPD

Data APBD Tahun

Berjalan 2016

RPJM dan RPJM Alamat web

resmi Kab/Kota

di Jawa Timur

1. Kabupaten

Pasuruan V V

V

Ada, terbaru tahun 2016

X

Hanya ada RPJP

Tahun 2005-2025

V

www.pasuruank

ab.go.id

2.

Kota Pasuruan V V

X

Sudah terdapat kolom

transparansi anggaran daerah, namun tidak

terdapat datanya

X

Hanya terdapat

dasar hukum RPJMD, sedangkan

datanya tidak ada

V

www.pasuruankota.go.id

3. Kabupaten

Lamongan V V

V

Ada, terbaru tahun 2016

X

Hanya ada RPJP

Tahun 2005-2025

V

www.lamongan

kab.go.id

4. Kabupaten

Lumajang V V

V

Ada (terupdate 2016)

V

Ada (terupdate

2016)

V

www.lumajangk

ab.go.id

5.

Kabupaten

Gresik V V

V

Ada (terupdate 2015)

X

Tidak ada, namun

yang ada adalah

capaian indikator

kinerja RPJMD

V

www.gresikkab.

go.id

6. Kota

mojokerto V V

X

Yg Ada hanya Raperda

V

Ada (terupdate

V

www.mojokerto

Jejaring Administrasi Publik, Vol. 8, No. 2. Juli-Desember 2016

938

APBD 2014 DAN 2015 2016) kota.go.id

7. Kabupaten Mojokerto

V V V

Ada (terupdate 2016) X -

V

www.mojokertokab.go.id

8. Kabupaten

tulungagung V V

V

Ada, terupdate 2005

X

-

V

www.tulungagu

ng.go.id

9.

Kota Batu V V

X

Tidak ada sama sekali di

web resmi Kota Batu

X

Hanya ada tulisan

menunya saja, link

download-nya mati

V

www.batukota.g

o.id

10.

Kabupaten

Kediri V V

X

Tidak ada data APBD

terbaru, yang ada hanya

PDF dari Perda tentang

APBD Tahun 2015 dan

Neraca beserta Arus Kas Kab. Kediri Tahun 2013

& 2014

X

Tidak terdapat

RPJMD, yang ada

data PDF terkait

Perda RPJPD 2005-

2025 dan Program Pembangunan

Daerah Kab. Kediri

2016-2021.

V

www.kedirikab.

go.id

11. Kabupaten

Bondowoso V V

V

Ada (terupdate 2016)

V

Terdapat RPJMD

tahun 2014-2018

V

www.bondowos

okab.go.id

12.

Kabupaten

Blitar V V

V

Ada (terupdate 2016)

X

Tidak ada, namun

terdapat Renja

setiap tahunnya dan

yang terbaru tahun

2016

V

www.blitarkab.

go.id

13. Kota

Probolinggo V V

X

tidak dapat diakses.

V

Terlampir dalam website

V

www.probolinggokota.go.id

14.

Kabupaten

Probolinggo V V

X

Tidak Ada keterangan

V

Ada RPJMD

(terupdate 2016)

2013-2018

V

www.proboling

gokab.go.id

15.

Kota Kediri V V

X

tidak bisa diakses oleh

umum, harus login

terlebih dahulu.

X

tidak bisa diakses

oleh umum, harus

login terlebih

dahulu.

V

www.kedirikota

.go.id

16.

Kota Malang V V V

Ada, terbaru tahun 2015

V

Indikator kinerja

utama kota Malang

2013-2018

V

www.malangkot

a.go.id

17. Kabupaten Malang

V V V

Ada, terbaru tahun 2015 V

Data terlampir

V

www.malangkab.go.id

18.

Kota Surabaya V V V

Ada, terbaru tahun 2015

V

Hanya ada

Keterkaitan

Program RPJMD

Kota Surabaya

Tahun 2016-2021

dengan Program

Prioritas Nasional

dalam RPJMN

Tahun 2015-2019

V

www.surabaya.

go.id

19. Kabupaten V V X V V

Jejaring Administrasi Publik, Vol. 8, No. 2. Juli-Desember 2016

939

Madiun - RPJMD Tahun

2009-2014 yang dipublikasi

www.madiunka

b.go.id

20.

Kota Madiun V

V

ada namun

tidak dapat

diakses

V

Ada, terbaru tahun 2014

V

Ada, terbaru tahun

2014

V

www.madiunkot

a.go.id

21.

Kabupaten

Nganjuk V V

V

Tetapi

rancangan

perubahan

APBD (2015)

V

Ada, terbaru 2016

V

www.nganjukka

b.go.id

22.

Kabupaten

Ponorogo V V X

X

Hanya ada

RENSTRA

(Rencana Strategi) 2011-2015 yang

disusun

berdasarkan RPJM

V

www.ponorogo.go.id

23.

Kabupaten

Jombang V V

V

Ada, terbaru tahun 2016

V

Namun masih

RPJMD th 2009-

2013

V

www.jombangk

ab.go.id

24.

Kota Blitar V V V

Ada, terbaru tahun 2016

V

Ada, terbaru tahun

2016 (2016-2021)

V

http://www.blita

rkota.go.id/

25. Kabupaten

Banyunwangi V V

V

Ada, terbaru tahun 2016

V

Ada RPJMD tahun

2010-2015

V

www.banyuwan

gikab.go.id

26. Kabupaten

Sampang V V

V

Ada 2015

V

Ada dari tahun 2013 – 2018

V

www.sampangkab.go.id

27. Kabupaten

Jember V V

V

Ada, 2011-2015

V

Ada, 2010-2015

V

https://jemberka

b.go.id/

28. Kota

Bangkalan V V X X

V

www.bangkalan

kota.go.id

29.

Kabupaten

Bojonegoro V V

V

Ada,

terbaru

2016

X

Hanya terdapat

dasar hukum

RPJMD,datany

a tidak ada

V

www.bojonegor

okab.go.id

30.

Kabupaten

Ngawi X V

X

Ada menu transparansi

anggaran tapi data tidak dapat diakses

X

Tidak

ada

kolom RPJM

V

http://www.nga

wikab.go.id/

31.

Kabupaten

Pacitan V V

X

Tidak dapat diakses

V

Ada. Didalam

(SAKIP / Sistem

Akuntabilitas

Kinerja Instansi

Pemerintahan)

V

www.pacitanka

b.go.id

32. Kabupaten

Tuban V V

X

Tidak dapat diakses

V

Ada terupdate 2015

V

www.tubankab.

go.id

33. Kabupaten

Trenggalek V V

V

Terbaru 2016

X

Tidak dapat diakses

V

www.trenggalek

Jejaring Administrasi Publik, Vol. 8, No. 2. Juli-Desember 2016

940

kab.go.id

34.

Kabupaten

sumenep V

V

Klik menu pelayanan

publik lalu

pilih dinas

yg

dikunjungi

V

Terbaru thun 2016

V

Ada, namun masih

RPJMD tahun

2011-2015

V

http://www.sum

enepkab.go.id/

35.

Kabupaten

pamekasan V

V

Klik menu

lembaga

daerah lalu

pilih dinas

nya

X

Tidak ada sama sekali

X

Hanya ada

RESTRA

SKPD/Unit Kerja

Kabupaten

Pamekasan 2013-

2018

V

http://www.pam

ekasankab.go.id

/

31.

Kabupaten

Pacitan V V

X

Tidak dapat diakses

V Ada. Didalam

(SAKIP / Sistem

Akuntabilitas

Kinerja Instansi

Pemerintahan)

V

www.pacitanka

b.go.id

36

Kabupaten

sidoarjo V V

X

Hanya ada

beritasosialisasi

penyusunan APBD

V

RPJMD terbaru

tahun 2016-2021

http://www.sido

arjokab.go.id

37.

Kabupaten

Situbondo V V

X

tidak ada, hanya Berupa

ringkasan apbd 2014.

Terdapat meni tranparansi keuangan

pada web, Tapi belum

bisa diakses

X

www.situbondo

kab.gp.id

38.

Kabupaten

Magetan V V

V

Terbaru APBD 2016

V

(RPJM lama utk

analisis 2009-2014

yang dilanjutkan

untuk masa bhakti

2013-2018)

http://kabmaget

an.jdih.jatimpro

v.go.id

Sumber: primer penelitian berasal pengambilan 1-29 November 2016 dari penelusuran

website resmi pemerintah daerah di Jawa Timur

Hasil penelitian dari 38 website kabupaten

dan kota di Jawa Timur, 97,3% yaitu 37

kabupaten/kota memaparkan visi dan misi

pemerintah di website; hanya 34,2% yaitu

13 kabupaten /kota yang mempublikasi

APBD tahun berjalan yaitu APBD tahun

2016 dan 57,8% atau 22 kabupaten/kota

memaparkan dokumen RPJM dan RPJP.

Kesimpulan

Berdasarkan temuan data tersebut

disimpulkan keterbukaan informasi publik

website pemerintah daerah di Jawa Timur

dalam membangun good government

sebagian besar masih rendah. Hasil

penelitian dari 38 website kabupaten dan

kota di Jawa Timur, 97,3% yaitu 37

kabupaten/kota sudah memaparkan visi

dan misi pemerintah di website; hanya

34,2% yaitu 13 kabupaten /kota yang

mempublikasi APBD tahun berjalan yaitu

APBD tahun 2016 dan lebih dari separuh

yaitu 57,8% atau 22 kabupaten/kota telah

memaparkan dokumen RPJM dan RPJP

dalam website. Hal ini karena komitmen

dari pemerintah daerah yang masih rendah

dalam menjalankan UU Nomor 14 Tahun

Jejaring Administrasi Publik, Vol. 8, No. 2. Juli-Desember 2016

941

2008 Tentang Keterbukaan Informasi

Publik. Hal ini karena Pejabat Pengelola

Informasi dan Dokumentasi (PPID)

yang bertanggung jawab dalam

pengumpulan, pendokumentasian,

penyimpanan, pemeliharaan, penyediaan,

distribusi, dan pelayanan informasi di

lingkungan pemerintahan daerah belum

berjalan optimal dalam implementasi UU

Nomor 14 Tahun 2008 Tentang

Keterbukaan Informasi Publik sehingga

informasi yang disajikan dalam website

resmi pemerintah daerah di Jawa Timur

masih minim, tidak update dan cenderung

tidak transparan pada publik.

Saran yang diajukan berdasarkan

hasil kesimpulan penelitian adalah a)

disarankan pada masing-masing

pemerintah kabupaten dan kota di Jawa

Timur menguatkan kembali Pejabat

Pengelola Informasi dan Dokumentasi

(PPID) yang bertanggung jawab dalam

pengumpulan, pendokumentasian,

penyimpanan, pemeliharaan, penyediaan,

distribusi, dan pelayanan informasi di

lingkungan pemerintahan daerah;

disarankan pada masing-masing

pemerintah kabupaten dan kota di Jawa

Timur memisahkan SKPD komunikasi dan

informasi dari SKPD perhubungan untuk

optimalisasi dan implementasi UU Nomor

14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan

Informasi Publik.

Daftar Pustaka

Anderson, James E. 1984. Public Policy

Making, New York: Holt, Rinehart

and Winston, cet. ke-3, h. 12

Ana Nadhya Abrar. Kebijakan

Komunikasi: Konsep, Hakekat, dan

Praktek .Yogyakarta: Gava Media,

2008), h. 9-10

anonimous. Sekilas Jawa Timur.

http://jatimprov.go.id/read/sekilas-

jawa-

timur/sekilas-jawa-timur diakses 12

Desember 2016

anonimous. Daftar nama website kab/kota

di Jawa Timur s/d Agustus 2015.

http://kominfo.jatimprov.go.id/read

/data-kominfo/daftar-nama-

website-kab-kota-

di-jawa-timur-s-d-agustus-2015

diakses 12 Desember 2016.

Asian Development Bank (ADB). 1999.

Good Governance and

Anticorruption: The Road Forward

for Indonesia. makalah yang

disajikan pada pertemuan CGI VIII

di Paris. Juli 1999.

Habermas, Jurgen. 1997. The Public

Sphere: An Encyclopedia Article,

in Media and Cultural Studies (eds.

Meenakshi Durham & Douglas

Kellner) (Massachusetts:

Blackwell, h. 27.

Hardiman, F. Budi. 2009. Menuju

Masyarakat Komunikatif

Yogyakarta: Kanisius, h.128-129

Koirudin. 2005. Sketsa Kebijakan

Desentralisasi di Indonesia Format

Masa Depan Otonomi Menuju

Kemandirian Daerah. Malang :

Averroes Press. hal.159

NKRI. Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 14 Tahun 2008

Tentang Keterbukaan Informasi

Publik

NKRI. Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia Nomor 61 Tahun 2010

Tentang Pelaksanaan Undang-

Undang Nomor 14 Tahun 2008

Tentang Keterbukaan Informasi

Publik

NKRI. Peraturan Menteri Dalam Negeri

Nomor 35 Tahun 2010 Tentang

Pedoman Pengelolaan Pelayanan

Informasi Dan Dokumentasi Di

Lingkungan Kementerian Dalam

Negeri Dan Pemerintahan Daerah

Pohan, Max H. . 2000. Mewujudkan Tata

Pemerintahan Lokal yang Baik:

(Local Good Governance) dalam

Era Otonomi Daerah.

http://bappenas.go.id/files/7813

/5022/6072/goodgov-

Jejaring Administrasi Publik, Vol. 8, No. 2. Juli-Desember 2016

942

musibanyuasin__

20091008103033__2165__0.pdf.

akses 2 Desember 2016

Retnowati, Endang.2012. Keterbukaan

Informasi Publik dan Good

Governance (Antara Das Seindan

Das Sollen). Jurnal Perspektif.

Volume XVII No. 1 Tahun 2012

Edisi Januari.

http://ejournal.uwks.ac.id/myfiles/2

01303262718521985/6.pdf. diakses

22 Desember 2016

Rochman, Meuthia Ganie. 1998. Good

Governance dan Tiga Struktur

Komunikasi Rakyat dan

Pemerintah. makalah yang

disajikan pada Seminar “Good

Governance dan Reformasi

Hukum” di Jakarta.

Smollar, Rodney A .1992. Free Speech

in an Open Society. New York:

Vintage Book.

Santosa, Mas Achmad.2001. Good

Governance dan Hukum

Lingkungan.(Jakarta: ICEL. 2001)

Sabarno, Hari. 2007. Memandu Otonomi

Daerah Menjaga Kesatuan

Bangsa. Jakarta : Sinar Grafika

Offset. hal. 16

Subagiyo Rino dkk. 2009. Anotasi

Undang-Undang Nomor 14 Tahun

2008 Tentang Keterbukaan

Informasi Publik (Edisi Pertama).

Komisi Informasi Pusat Republik

Indonesia Bekerjasama dengan

Indonesian Center for

Environmental Law (ICEL).

Jakarta. 2009.

http://komisiinformasi.jabarprov.go

.id/wp-

content/uploads/2016/03/anotasi-

uu-kip.pdf. diakses 22 Desember

2016

Sen, Amartya. 1999.Development as

Freedom. New York:Alfred A.

Knopf. Inc.

Thoha, Mifthah. 2003. Birokrasi dan

Politik Indonesia. Jakarta : PT

RajaGrafindo Persada. hal. 63

.