tugas layanan klinik tanaman macam-macam gejala penyakit pada tanaman akibat jamur patogen
DESCRIPTION
TUGAS LAYANAN KLINIK TANAMANMACAM-MACAM GEJALA PENYAKIT PADA TANAMANAKIBAT JAMUR PATOGENTRANSCRIPT
TUGAS LAYANAN KLINIK TANAMAN
MACAM-MACAM GEJALA PENYAKIT PADA TANAMAN
AKIBAT JAMUR PATOGEN
OLEH
ARGHYA NARENDRA
NIM : 111510501105
(Mahasiswa Penerima Beasiswa Unggulan DIKTI Tahun 2011 Program S-1
Agroteknologi Fakultas Pertanian UNEJ)
PROGRAM STUDI S-1 BEASISWA UNGGULAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2013
I. PENDAHULUAN
Kegiatan budidaya tanaman dalam prakteknya selalu terkait dengan
keberadaan OPT karena tanaman tidak selamanya bisa hidup tanpa gangguan.
Keberadaan OPT yang berada pada lahan pertanian bisa disebabkan oleh adanya
hama, penyakit, maupun gulma. Penyakit yang terjadi pada tumbuhan dapat
disebabkan oleh mikroorganime dari berbagai jenis yang tidak bisa kita lihat
dengan menggunakan mata telanjang. Dampak dari serangan penyakit berbeda-
beda setiap jenis tumbuhan yang diseranggnya. Mikroorganisme yang
menyebabkan terjadinya penyakit pada tumbuhan seperti Jamur, Bakteri, Virus
dan Nematoda.
Tumbuhan menjadi sakit apabila tumbuhan tersebut diserang oleh patogen
(parasit) atau dipengaruhi oleh agensia abiotik (fisiopath). Oleh karena itu, untuk
terjadinya penyakit tumbuhan, sedikitnya harus terjadi kontak dan terjadi interaksi
antara dua komponen (tumbuhan dan patogen). Jika pada saat terjadinya kontak
dan untuk beberapa saat kemudian terjadi keadaan yang sangat dingin, sangat
panas, sangat kering, atau beberapa keadaan ekstrim lainnya, maka patogen
mungkin tidak mampu menyerang atau tumbuhan mungkin mampu menahan
serangan, meskipun telah terjadi kontak antara keduanya, penyakit tidak
berkembang. Nampaknya komponen ketiga juga harus terdapat untuk dapat
berkembangnya penyakit. Akan tetapi, masing-masing dari ketiga komponen
tersebut dapat memperlihatkan keragaman yang luar biasa, dan apabila salah satu
komponen tersebut berubah, maka akan mempengaruhi tingkat serangan penyakit
dalam individu tumbuhan atau dalam populasi tumbuhan.
Interaksi ketiga komponen tersebut telah umum digambarkan sebagai
suatu segitiga, umumnya disebut segitiga penyakit (disease triangle). Setiap sisi
sebanding dengan total jumlah sifat-sifat tiap komponen yang memungkinkan
terjadinya penyakit. Sebagai contoh, jika tumbuhan bersifat tahan, umumnya pada
tingkat yang tidak menguntungkan atau dengan jarak tanam yang lebar maka
segitiga penyakit dan jumlah penyakit akan kecil atau tidak ada, sedangkan jika
tuimbuhan rentan, pada tingkat pertumbuhan yang rentan atau dengan jarak tanam
rapat, maka sisi inangnya akan panjang dan jumlah potensial penyakit akan
bertambah besar. Dengan cara yang sama, patogen lebih virulen, dalam jumlah
berlimpah dan dalam keadaan aktif, maka sisi patogen akan bertambah panjang
dan jumlah potensial penyakitnya lebih besar. Juga keadaan lebih menguntungkan
yang membantu patogen, sebagai contoh suhu, kelembaban dan angin yang dapat
menurunkan tingkat ketahanan inang, maka sisi lingkungan akan menjadi lebih
panjang dan jumlah potensial penyakit lebih besar.
Jenis patogen yang menyerang diantaranya adalah dari golongan jamur.
Jamur adalah salah satu organisme penyebab penyakit yang menyerang hampir
semua bagian tumbuhan, mulai dari akar, batang, ranting, daun, bunga, hingga
buahnya. Penyakit ini menyebabkan bagian tumbuhan yang terserang, misalnya
buah, akan menjadi busuk. Jika menyerang bagian ranting dan permukaan daun,
akan menyebabkan bercak–bercak kecokelatan. Dari bercak – bercak tersebut
akan keluar jamur berwarna putih atau oranye yang dapat meluas ke seluruh
permukaan ranting atau daun sehingga pada akhirnya kering dan rontok.
Melihat fenomena bahwa banyaknya tanaman budidaya yang terserang
Jamur, untuk itu sangat pentingnya dalam matakuliah Layanan Klinik Tanaman
khususnya tentang Pengenalan Jamur dan Serangannya. Dengan tugas ini kita
dapat mengetahui morfologi jamur, gejala serangan dan juga pangendalian
serangan jamur sehingga dalam pengaplikasian dilapangan kita sudah mengetahui
semua tentang jamur.
II. PEMBAHASAN
Jamur merupakan mikrorganisme yang mempunyai dinding sel, umumnya
tidak bergerak, tidak mempunyai klorofil serta tidak mampu melakukan proses
fotosintesis atau menhasilkan bahan organik dari karbondioksida dan air
(organisme heterotrof). Klasifikasi jamur terbagi atas Divisio Oomycotina,
Divisio Zygomycotina, Divisio Ascomycotina, Divisio Basidiomycotina, dan
Divisio Deuteromycotina (Robinson, 2001).
Sifat hidup jamur terbagi atas :
1. Saprofit yakni sebagai organisme saprofit fungi hidup dari benda-benda atau
bahan-bahan organik mati. Saprofit menghancurkan sisa-sisa bahan
tumbuhan dan hewan yang kompleks menjadi bahan yang lebih sederhana.
Hasil penguraian ini kemudian dikembalikan ke tanah sehingga dapat
meningkatkan kesuburan tanah.
2. Parasit yakni fungi parasit menyerap bahan organik dari organisme yang
masih hidup yang disebut inang. Fungi semacam itu dapat bersifat parasit
obligat yaitu parasit sebenarnya dan parasit fakultatif yaitu organisme yang
mula-mula bersifat parasit , kemudian membunuh inangnya, selanjutnya
hidup pada inang yang mati tersebut sebagai saprofit.
3. Simbion yakni jamur dapat bersimbiosis dengan organisme lain. Simbiosis
dengan laga menghasilkan liken atau lumut kerak, sedangkan simbiosis
dengan akar tumbuhan konifer menghasilkan mikoriza.
Jamur (fungi) memilki peran yang menguntungkan & merugikan. Peran
menguntungkannya adalah sebagi berikut :
a. Berperan sangat penting dalam siklus materi terutama siklus karbon, yang
berperan bagi kelangsungan hidup seluruh organisme.
b. Sebagai dekomposer kedua kelompok tersebut dapat menguraikan sisa-sisa
tumbuhan, bangkai hewan dan bahan-bahan organic lainnya dan hasil
penguraianya dikembalikan ke tanah sehingga dapat menyuburkan tanah.
c. Selain itu, fungi saprofit bersama dengan protozoa dan bakteri saprofit
merupakan organisme yang dapat menguraikan sampah.
d. Berperan dalam industri fermentasi tersebut adalah fungi, terutama dari
kelompok ragi. Contoh hasil fermentasi adalah: bir,roti,asam sitrat atau 2-
hidroksipropan serta asam trikasboksilat.
e. Berperan dalam industri antibiotik, antibiotik ini dihasilkan oleh fungi
Penicllium notatum.
f. Dapat sebagai bahan baku sumber makanan baru yaitu protein sel tunggal
(PST).
g. Sumber makanan bagi manusia, contoh: Agaricus campestris, Volvariella
volvaceae, Lentinus edodes, Pleurotes, Tuber melanosporum, Boletus spp,
Cantharellus cibaricus dan lain-lain.
Selain memiliki peran yang menguntungkan, jamur (fungi) juga memiliki
peran yang merugikan, berikut diantaranya :
a. Dapat menurunkan kualitas maupun kuantitas makanan maupun bahan-bahan
lain yang penting bagi manusia.
b. Fungi dapat juga menyerang bahan-bahan lain yang bernilai ekonomi seperti
kulit, kayu, tekstil dan bahan-bahan baku pabrik lainnya.
c. Fungi juga dapat berperan sebagai agen penyebab penyakit. Fungi pada
umumnya lebih sering menyebabkan penyakit pada tumbuhan dibanding pada
hewan atau manusia.
d. Fungi dapat menghasilkan racun, racun yang dihasilkan beberapa fungi seperti
seperti Amanita phalloides, A.muscaria maupun Aspergillus flavus
(menghasilkan aflatoksin) yang sangat berbahaya bagi manusia karena dapat
menyebabkan penyakit kronis seperti kanker dan bahkan kematian.
Berdasarkan hal diatas, berikut contoh jamur patogen yang dapat
menyebabkan penyakit, diantaranya :
1. Jamur Plasmodiophora brassicae
Plasmodiophora brassicae adalah patogen yang berasal dari kingdom
fungi yang biasanya menyerang tanamn kubis-kubisan. Nama lapang dari
penyakit yang ditimbulkan patogen ini adalah penyakit akar gada, atau akar
bengkak, atau disebut pula dengan akar pekuk. Serangan patogen jenis ini bisa
dapat mengakibatkan kerugian usaha tani kubis berkisar dari 50-100% (gagal
total). Namun di Indonesia rata-rata patogen ini dapat menyebabkan kerusakan
pada kubis-kubisan sekitar 88,60 %.
Disebut penyakit akar gada, karena akar tanamn yang terserang
membengkak seperti gada. Pembengkakan pada jaringan akar dapat mengganggu
fungsi akar seperti translokasi zat hara dan air dari dalam tanah ke daun.
Akibatnya, tanaman menjadi layu, kerdil, kering dan akhirnya mati. Jika suatu
tanah telah terinfestasi oleh Plasmodiophora brassicae maka patogen tersebut
akan selalu menjadi faktor pembatas dalam budi daya tanaman kubis (atau
sefamili dengannya) didaerah tersebut. Hal ini karena patogen ini mempunyai
daya tahan yang tinggi terhadap perubahan lingkungan dalam tanah dan tergolong
patogen tular tanah yang unggul. Berikut siklus hidup dari jamur Plasmodiophora
brassicae:
Gambar 1. Siklus Hidup Plasmodiophora brassicae
2. Jamur Aspergillus spp
A. Morfologi Jamur Aspergilus spp
Aspergillus spp adalah jenis jamur udara yang berserabut. Spesies
Aspergillus sangat aerobik dan ditemukan pada hampir semua lingkungan yang
kaya oksigen, dimana mereka umumnya tumbuh sebagai jamur pada permukaan
substrat, sebagai akibat dari ketegangan oksigen tinggi. Aspergillus spp ini hidup
sebagai saproba pada bermacam-macam bahan organik, seperti pada roti, daging
yang sudah diolah, butiran padi, kacang-kacangan dan lain-lain.
Aspergillus spp. membentuk badan spora yang disebut konidium dengan
tangkainya konidiofor. Koloninya berwarna abu - abu, hitam, kuning atau cokelat.
Aspergillus spp. memiliki ciri khas yaitu memiliki sterigma primer dan sterigma
sekunder karena phialidesnya bercabang 2 kali (Robinson, 2001).
Gambar 2. (a) Pengamatan Mikroskopik Jaringan Akar yang trinfeksi Plasmodiophora brassicae, (b) kubis yang terserang akar gada.
Gambar 3. Daur Infeksi Plasmodiophora brassicae
B. Taksonomi Jamur Aspergillus spp
Taksonomi dari jamur Aspergillus spp ialah sebagai berikut :
Kingdom : Fungi
Filum : Ascomycota
Subfilum : Pezizomycotina
Kelas : Eurotiomycetes
Ordo : Eurotiales
Family : Trichocomaceae
Genus : Aspergillus
Spesies : Aspergillus spp.
(Anonymous , 2010)
C. Jenis-Jenis Jamur Aspergilus spp
Spesies Aspergillus merupakan jamur yang umum ditemukan di materi
organik. Meskipun terdapat lebih dari 100 spesies, jenis yang dapat menimbulkan
penyakit pada manusia ialah Aspergillus fumigatus dan Aspergillus niger, kadang-
kadang bisa juga akibat Aspergillus flavus dan Aspergillus clavatus yang
semuanya menular dengan transmisi inhalasi.
Berikut jenis-jenis dari Aspergillus antara lain :
1. Aspergillus fumigates, bersifat parasit yang menyebabkan penyakit pada
saluran pernapasan unggas.
2. Aspergillus flavus, penghasil flatoksin yang diduga sebagai penyebab penyakit
kanker hati. Kapang ini benyak terdapat pada kacang tanah dan makanan yang
terbuat darinya.
3. Aspergillus niger, menghasilkan asam sitrat.
4. Aspergillus oryzae, untuk merombak zat pati dalam pembuatan minuman
berakohol.
5. Aspergillus nidulan, parasit pada telinga menyebabkan outomikosis.
6. Aspergillus soyae, untuk pembuatan kecap.
Gambar 4. Morfologi Jamur Aspergillus sp
D. Siklus Hidup Aspergilus spp
Spesies Aspergillus secara alamiah ada dimana-mana, terutama pada
makanan, sayuran basi, pada sampah daun atau tumpukan kompos. Konidia
biasanya terdapat di udara baik di dalam maupun di luar ruangan dan sepanjang
tahun. Aspergillus juga bisa tumbuh di daun-daun yang telah mati, gandum yang
disimpan, kotoran burung, tumpukan pupuk dan tumbuhan yang membusuk
lainnya.
Jamur Aspergilus ini termasuk dalam phylum Ascomycotina. Berikut
siklus hidupnya :
E. Penyakit oleh Jamur Aspergilus spp pada Manusia
Beberapa spesies Aspergillus menyebabkan penyakit serius pada manusia.
Yang paling umum adalah spesies patogenik yang disebabkan oleh Aspergillus
fumigatus dan Aspergillus flavus. Aspergillus flavus menghasilkan aflatoxin yang
bersifat racun dan karsinogen, dan yang dapat berpotensi mengkontaminasi
makanan. Yang paling sering menyebabkan alergi penyakit ialah Aspergillus
fumigatus dan Aspergillus clavatus.
Gambar 5. Siklus Hidup Aspergillus spp
Aspergillus dapat menyebabkan spektrum penyakit pada manusia, bisa jadi
akibat reaksi hipersensitivitas hingga bisa karena angioinvasi langsung.
Umumnya Aspergillus akan menginfeksi paru - paru, yang menyebabkan empat
sindrom penyakit, yakni Allergic Bronchopulmonary Aspergillosis (ABPA),
Chronic Necrotizing Pneumonia Aspergillosis (CNPA), Aspergiloma, dan
Aspergilosis invasif. Pada pasien yang Imunokompromais Aspergilosis juga dapat
menyebar ke berbagai organ menyebabkan endoftalmitis, endokarditis, dan abses
miokardium, ginjal, hepar, limpa, jaringan lunak, hingga tulang. (Surange, 1985)
F. Tanaman yang diserang Jamur Aspergillus spp
Aspergillus spp. pertama kali dilaporkan di Turki pada tahun 1960, bahwa
kacang tanah yang diimpor dari Brasil tertular berat dan menyebabkan kerugian
yang besar bagi usaha tanaman kacang tanah dan toksinnya pada waktu itu diberi
nama aflatoksin (Swindale 1987). Aspergillus spp. kemudian dilaporkan di
banyak negara dan menjadi kendala terutama dalam kualitas biji-bijian sebagai
bahan pangan dan pakan. Christensen dan Meronuck (1986) melaporkan bahwa
dari 33 spesies yang ditemukan, A. flavus dan A. farasiticus adalah cendawan
yang mempunyai kesamaan yang erat dan menginfeksi biji-bijian dan beberapa
jenis tanaman lainnya.
Dari beberapa spesies Aspergillus spp, A. flavus teridentifikasi sebagai
penyakit penting yang menginfeksi biji jagung. Inang utama A. flavus adalah
jagung, kacang tanah, dan kapas. Penyakit ini mempunyai banyak inang alternatif,
sekitar 25 jenis tanaman, khususnya padi, sorgum, dan kacang tunggak (CAB
International 2001). Pakki dan Muis (2006) melaporkan bahwa A. flavus
ditemukan pada fase vegetatif dan generatif tanaman, serta pascapanen jagung.
Pada jagung, gejala Aspergillus spp. ditandai cendawan berwarna hitam,
(spesies A. niger) dan berwarna hijau (A. flavus). Infeksi A. flavus pada daun
menimbulkan gejala nekrotik, warna tidak normal, bercak melebar dan
memanjang, mengikuti arah tulang daun. Bila terinfeksi berat, dan berwarna
coklat kekuningan seperti terbakar. Gejala penularan pada biji dan tongkol jagung
ditandai oleh kumpulan miselia yang menyelimuti biji (Gambar 6).
Hasil penelitian Pakki dan Muis (2006) menunjukkan adanya miselia
berwarna hijau dan beberapa bagian agak coklat kekuningan. Pada klobot tongkol
jagung, warna hitam kecoklatan umumnya menginfeksi bagian ujung klobot,
perbedaan warna sangat jelas terlihat pada klobot tongkol yang muda. Bentuk
konidia bulat sampai agak bulat umumnya menggumpal pada ujung hipa
(Gambar 7), berdiameter 3-6 µm, sklerotia gelap hitam dan kemerahan,
berdiameter 400-700 µm. Konidia A. flavus dapat ditemukan pada lahan
pertanian. Pada areal pertanaman kapas, A. flavus ditemukan lebih dari 3.400
koloni/g tanah kering, dan pada area lahan pertanaman jagung 1.231/g tanah
kering (Shearer et al. 1992). Keadaan ini menggambarkan bahwa populasi koloni
pada media tumbuh jagung dapat menjadi sumber inokulum awal untuk
perkembangannya. Perkembangan sklerotia dari tanah sampai mencapai rambut
jagung hanya dalam tempo 8 hari (Wicklow et al, 1984).
Gambar 6. Gejala serangan Aspergillus flavus pada biji
jagung
Gambar 7. Bentuk Konidia Aspergillus flavus
Gambar 8. Inang A. flavus pada tanaman kacang tanah tanah
Dari 33 spesies yang telah dilaporkan CAB International tahun 2001, A.
flavus merupakan spesies dominan yang menginfeksi jagung. A. flavus merupakan
patogen utama pada pascapanen jagung dan banyak mendapat perhatian para
peneliti mikotoksin di Indonesia. Patogen ini memproduksi toksin dan
menginfeksi komoditas pertanian yang dikonsumsi manusia maupun ternak.
Karakter bionomi A. flavus memberi gambaran bahwa cendawan tersebut
mempunyai daya tular yang tinggi dari pertanaman ke tempat-tempat
penyimpanan.
3. Jamur Piricularia aryzae
A. Taksonomi Pyricularia oryzae
Kingdom : Fungi
Filum : Deuteromycetes
Famili : Moniliaceae
Genus : Pyricularia
Spesies : Pyricularia oryzae
B. Morfologi Patogen Pyricularia oryzae
Gambar 9. Pyricularia oryzae hasil dari scanning mikroskop elektron menggunakan 1% DMSO (A) dan ekstrak Desmos chinensis 15.6 μg/ml (B).
C. Penyakit oleh Patogen Pyricularia oryzae
Penyakit blast atau busuk leher merupakan salah satu penyakit yang paling
banyak menyerang padi dan serealia lainnya. Kerugian akibat penyakit blast sulit
diperkirakan, namun kerugiannya selalu signifikan.
D. Gejala Serangan
Oryzae Pyricularia menyebabkan bintik-bintik atau luka pada daun,
tangkai, malai, dan biji, tetapi jarang pada pelepah daun. Gejala tersebut seperti
nekrotik. Bercak pada daun berbentuk gelendong dengan bagian tepi berwarna
coklat atau coklat kemerahan, bagian tengah bulat, dan berakhir runcing. Luka
berkembang dengan panjang 1,0 – 1,5 cm dan lebar 0,3 - 0,5 cm. Karakteristik
tersebut sangat berkaitan dengan usia luka, kerentanan tanaman, dan faktor
lingkungan. Ketika tangkai terinfeksi, maka akan menjadi hitam dan busuk.
Infeksi terjadi dari dasar malai dan menyebabkan busuk leher serta menyebabkan
malai gugur atau jatuh. Pada infeksi berat, rachillae sekunder dan biji-bijian juga
terpengaruh.
Gambar 10. Konidia dan konidiospora Pyricularia oryzae
Gambar 11. Gejala Blast pada tangkai padi
Gambar 12. Gejala Blast pada daun padi
Gambar 13. Gejala Blast pada leher padi
4. Jamur Plasmopara viticola
A. Taksonomi Plasmopara viticola
Domain : Eukariota
Kerajaan : Chlromalveolata
Filum : Heterokontophyta
Kelas : Oomycetes
Ordo : Peronosporales
Famili : Peronosporaceae
Genus : Plasmopara
Spesies : Plasmopara viticola
B. Gejala Serangan Jamur Plasmopara viticola
Serangan dari jamur Plasmopara viticola terdapat pada daun yang masih
muda. Serangan pada daun berupa bercak-bercak berwarna kuning kehijauan
dipermukaan daun bagian atas dan di bagian permukaan bawahnya muncul
semacam tepung berwarna putih terdiri dari Sporangium dan Sporangiofor. Pada
tunas dan sulur yang terserang akan memperlihatkan tepung putih di bawahnya,
sehingga tidak dapat tumbuh dengan sempurna, produksi turun sampai 70% dalam
satu musim.
5. Jamur Pythium deryanum
Pythium debaryanum merupakan jamur patogen yang menyebabkan
kecambah busuk dan membusuknya akar pada tanaman budidaya (R. Hesse C.
Dalam André dan Cock. 2004). Serangan jamur ini terjadi dibeberapa tanaman
budidaya, diantaranya menyerang daun dan buah tanaman kacang panjang.
A. Taksonomi Jamur Pythium debaryanum
Kingdom : Chromalveolata
Phylum : Heterokontophyta
Class : Oomycetes
Order : Pythiales
Family : Pythiaceae
Genus : Pythium
Species : Pythium debaryanum
Binomial name : Pythium debaryanum
Sinomim : Eupythium debaryanum (R Hesse)
Gambar 14. Gejala Serangan Plasmopara viticola pada daun
tanaman anggur
Gambar 15. Gejala Serangan Plasmopara viticola pada buah
tanaman anggur
Gambar 16. Macrosporangia dan Sporangia Jamur Plasmopara viticola
(Nieuwl dalam Van Der, 1981)
B. Morfologi dan Gejala Serangan Jamur Pythium debaryanum
Gambar 17. Morfologi Phytium debaryanum secara mikroskopis
6. Jamur Sclerospora graminicola
A. Morfologi Jamur Sclerospora graminicola
Jamur Sclerospora graminicola merupakan organisme penyebab penyakit
bulu halus malai Downy mildew. Jamur ini mereproduksi secara aseksual melalui
zoospora dengan cara membebaskan sporangium dan bereproduksi secara seksual
melalui Oospora.
Gejala 18. Gejala Serangan Jamur Pithyum debaryanum
Gambar 19. Gejala Serangan Pithyum debaryanum
Gambar 20. Morfologi Jamur Sclerospora graminicola
Ciri-ciri dari jamur ini sangat bervariasi seperti bereproduksi secara
seksual melalui Oospora dalam jaringan daun yang terinfeksi. Infeksi jamur
patogen tanaman ini timbul terutama melalui proses seksual, heterozigositas dan
rekombinasi somatik, mutasi, dan seleksi. Pergeseran besar dalam patogenisitas
terjadi karena perubahan ketahanan inang dan lingkungan. Jumlah variasi genetik
pada populasi jamur patogen mempengaruhi kemampuannya untuk beradaptasi
dengan kondisi lingkungan serta berfluktuasi dan mempengaruhi ketahanan inang
sehingga ketahanan inang akan berubah dan menurun.
Ciri lain dari jamur ini adalah ukuran sporangiospora berkisar antara
panjang 150-200μm, diameter 16-20μm dengan cabang utama yaitu spora yang
mempunyai diameter kasar 8-16μm, yang berkerucut lalu bercabang kecil.
Sporangium berbentuk oval dan lebar agak bulat, dengan ukuran panjang dan
lebar 13-34μm × 12-23μm. Oospora berbentuk bulat mendekati oval, berwarna
kuning pucat atau kuning-coklat dengan diameter 26-42μm.
B. Gejala Serangan Jamur Sclerospora graminicola
Gejala terinfeksi jamur ini pada tanaman adalah sebgai berikut :
a. Perbungaan - malai berubah warna
b. Perbungaan - memutar dan distorsi
c. Daun - terjadi proses nekrotik
d. Daun - warna normal
e. Daun - pertumbuhan jamur
f. Daun - menguning atau mati
g. Akar – lambat laun akan membusuk
h. Batang - perubahan warna kulit batang
Gejala secara keseluruhan pada tanaman yang terinfeksi adalah adanya
variasi yang cukup besar dalam gejala, yang hampir selalu berkembang sebagai
akibat dari infeksi sistemik. Gejala bervariasi sesuai dengan ketahanan inangnya,
serta kondisi lapangan atau lingkungan tempat terjadinya infeksi sistemik ini,
biasanya diamati sejak 6 hari setelah tanam. Gejala sistemik umumnya muncul
pada daun kedua, dan sesekali munculnya (jadi tidak secara bersamaan),
dilanjutkan pada semua daun berikutnya dan malai juga menggambarkan gejala,
kecuali dalam kasus-kasus resistensi pemulihan di mana tanaman dapat
mengatasi atau tahan terhadap infeksi tersebut (Singh dan Raja, 1988). Penyakit
ini juga dapat muncul pada daun pertama ketika infeksi sudah parah
perkembangannya.
Gejala daun dimulai dengan proses klorosis di dasar lamina daun dan
menginfeksi daun baru berturut-turut serta menunjukkan perkembangan cakupan
yang lebih besar dengan gejala daun. Gejala daun yang terinfeksi, ditandai dengan
daerah bagian daun yaitu basal sakit dan menyebar ke ujung. Dalam kondisi
kelembaban tinggi, luas daun terinfeksi akan mendukung terjadinya klorosis dan
menyebarnya sebagian besar spora, umumnya pada permukaan abaxial dari daun,
memberi mereka penampilan berbulu halus pada daun. Jika gejala terjadi mulai
awal, tanaman akan sangat kerdil dan klorosis dan selanjutnya akan mati, jika
gejala yang tertunda, kekerdilan mungkin belum terjadi hal tersebut dikarenakan
beberapa tunas mungkin lolos penyakit.
Tanaman sangat terinfeksi umumnya kerdil dan tidak menghasilkan malai.
Istilah 'Telinga hijau' berasal dari penampilan malai yang berwarna hijau karena
transformasi bagian bunga ke dalam struktur berdaun. Ini kadang-kadang disebut
sebagai virescence (Arya dan Sharma, 1962). Dalam kasus-kasus tertentu, telinga
hijau adalah satu-satunya manifestasi dari jamur ini. Gejala yang jarang terlihat
sebagai lesi lokal atau bintik-bintik terisolasi pada bilah daun (Saccas, 1954;
Girard, 1975). Tempat bervariasi dalam bentuk dan ukuran dan berada pada
klorosis pertama dan menghasilkan sporangia, dan kemudian menjadi nekrotik.
Berikut gambar gejala serangan jamur Sclerospora graminicola pada
tanaman :
Gambar 21. Gejala pada daun
Daun yang terinfeksi jamur ini menghasilkan pertumbuhan putih
berbulu halus pada permukaan daun yang terdiri dari spora dan
sporangium.
7. Jamur Penicillium sp
Berikut gejala serangan Jamur Penicillium spp pada biji jagung :
Gambar 22. Gejala pada malaiKhas gejala penyakit bulai
sistemik.
Gambar 23. Gejala pada malaiCacat khas pada kepala
menunjukkan infeksi sistemik dengan perbungaan diubah menjadi
Gambar 24.Fase aseksual
Gambar 25. Kematangan sporangium
Gambar 26.
Fase seksual
Patogen Penicillium spp. pada biji jagung ditemukan berupa gumpalan
miselia berwarna putih menyelimuti biji, diselingi warna kebiru-biruan (Gambar
27). Patogen ini adalah patogen tular benih yang mempunyai inang utama jagung.
Tanaman lain belum dilaporkan dapat menjadi inangnya, namun dapat
menginfeksi tanaman jagung pada fase prapanen dan pascapanen. Bagian tanaman
yang dapat terinfeksi adalah batang, daun, biji dan telah teridentifikasi 18 spesies
seperti tabel dibawah ini :
Intensitas penularan pada biji jagung dapat mencapai lebih dari 50%
(Handoo dan Aulakh 1999). Gejalanya ditandai oleh bercak pada kulit ari biji, bila
menginfeksi tongkol secara optimal menyebabkan pembusukan. Pengaruh
terhadap kualitas benih adalah penurunan daya tumbuh. Spesies P. oxalicum
memproduksi oxalid acid dan bersifat toksik terhadap biji.
Penicillium spp. dapat ditularkan melalui biji. Apabila ditanam, biji-biji
yang terinfeksi Penicillium spp. dari lokasi pertanaman dapat menularkan pada
pertanaman selanjutnya. Patogen akan berkembang baik pada suhu < 15 dan akan
tertekan perkembangannnya pada suhu > 25Oc. Penyebaran dalam suatu populasi
serangga. Semakin tinggi populasi serangga, semakin besar intensitas biji
terinfeksi Penicillium spp karena serangga dapat menjadi vektor penyebar
perkembangan patogen ini di pertanaman dan tempat penyimpanan.
Gambar 27. Gejala Penicillium spp pada biji jagung
III. PENUTUP
Berdasarkan pembahasan diatas diperoleh kesimpulan bahwa jamur
merupakan salah satu organisme penyebab penyakit yang menyerang hampir
semua bagian tumbuhan, mulai dari akar, batang, ranting, daun, bunga, hingga
buahnya. Penyakit ini menyebabkan bagian tumbuhan yang terserang, misalnya
buah, akan menjadi busuk. Jika menyerang bagian ranting dan permukaan daun,
akan menyebabkan bercak–bercak kecokelatan. Dari bercak – bercak tersebut
akan keluar jamur berwarna putih atau oranye yang dapat meluas ke seluruh
permukaan ranting atau daun sehingga pada akhirnya kering dan rontok. Jamur-
jamur yang tergolong bersifat patogen terhadap tumbuhan diantaranya ialah
Plasmodiophora brassicae, Aspergillus spp, Pyricularia oryzae, Plasmopara
viticola, Pythium debaryanum, Sclerospora graminicola, dan Pinicillium spp
DAFTAR PUSTAKA
A J. van der Plaats-Niterink .1981. "Monograph of the genus Pythium". Studies in Mycology 21: 1–242
Aguskrisno. 2012. Pemanfaatan Mikroorganisme dalam Mengendalikan Penyakit pada Tumbuhan. http://aguskrisnoblog.wordpress.com. [Diakses 11 Maret 2013].
C. André Lévesque & Arthur W. M. de Cock. 2004. Molecular phylogeny and taxonomy of the genus Pythiu. Mycological Research, 108 (12) : 1363–1383
Jawetz. E , Melnick & Adelberg. 1996. Microbiologi Kedokteran. Jakarta : EGC
Robinson, Richard. 2001. Biology Macmillan Science Library. Macmillan Reference. USA
Tjahjadi, Nur. 1989. Hama dan Penyakit Tanaman. Yogyakarta : Kanisius