tugas radiologi 1 dini
TRANSCRIPT
-
8/18/2019 Tugas Radiologi 1 Dini
1/18
TUGAS RADIOLOGI
Oleh :
Andini Saraswati, S.Ked
1118011005
Pere!t"r :
dr. Kar#ant", S!.Rad.
K$PA%IT$RAA% KLI%IK &AGIA% RADIOLOGI
RSUD DR ' A&DUL (O$LO$K &A%DAR LA(PU%G
)AKULTAS K$DOKT$RA%
U%I*$RSITAS LA(PU%G
+01
1. Skematis lobus dan segmen paru
Pe-a/ian ParPar: paru-paru dibagi menjadi 2 bagian:
1
-
8/18/2019 Tugas Radiologi 1 Dini
2/18
Par!ar 2anan: terdiri dari 3 belah lobus, lobus pulmo dekstra superior, lobus
media, dan lobus inferior. Tiap lobus tersusun oleh lobules.
Par!ar 2iri: terdiri dari Pulmo sinester lobus superior dan lobus inferior. Tiap
lobus terdiri dari belahan-belahan yang lebih keil bearnama segment.
Paru-paru kiri mempunyai 1! segmen yaitu terdiri dari " segmen lobus superior
dan " segmen lobus inferior. Paru-paru kanan mempunyai 1! segmen yaitu "
segmen pada lobus superior, 2 segmen pada lobus medialis, dan 3 segmen pada
lous inferior. Tiap segmen ini masih dibagi menjadi belahan-belahan yang disebut
lobulus.
#iantara lobules satu dengan yang lain dibatasi oleh jaringan ikat yang berisi
pembuluh-pembuluh darah getah being dan saraf-saraf, dalam setiap lobulusterdapat sebuah bronkiolus. #i dalam lobulus, bronkiolus ini berabang-abang
banyak sekali, abang-abang ini disebut duktus al$eolus, yang berakhir pada
al$eolus yang diameternya antara !,2-!,3 mm.
2. %ambaran radiologis dan diagnosis banding bayangan opa&ue dan semi opa&ue
di lapang paru
%O. DIAG%OSA
&A%DI%G
GA(&ARA% RADIOLOGIS
1. 'ronkitis kronik (orakan peribronkial yang bertambah di basis paru
oleh penebalan dinding bronkus dan peribronkus.
2
-
8/18/2019 Tugas Radiologi 1 Dini
3/18
+. Pneumonia 'ayangan homogen berdensitas tinggi pada satu
segmen, lobus paru, atau pada sekumpulan segmen
lobus yang berdekatan, berbatas tegas.
3. )bses paru Satu atau multi ka$itas berdinding tebal, dapat pula
ditemukan permukaan udara dan airan di
dalamnya.
4. Sindrom loffler 'ayangan kurang opak, dapat satu atau ganda,
unilateral atau bilateral. Tipe bayangan tersebutmenempel * patchy in type) biasanya kurang
berbatas tegas.
3
-
8/18/2019 Tugas Radiologi 1 Dini
4/18
5. Pneumonia
rheumatik
#ensitas berkabut, biasanya di daerah parahiler dan
di lapangan tengah paru. 'ayangan ini dapat
menyatu atau berak yang tidak rata dan aapkali
berhubungan dengan perubahan basal menunjukkankongesti paru.
. )telektasis 'ayangan lebih suram *densitas tinggi+ pada bagian
paru, baik lobaris, segmental, atau seluruh paru,
dengan penarikan mediastinum ke arah atelektasis,
sedangkan diafragma tertarik ke atas dan sela iga
menyempit.
. fusi pleura Perselubungan homogen menutupi struktur paru
baah yang biasanya relatif radioopak dengan
permukaan atas ekung , berjalan dari lateral atas ke
arah medial baah. aringan paru akan terdorong
ke arah sentral/hilus dan kadang mendorong
mediastinum ke arah kontralateral.
8. Pleuritis %aris-garis densitas tinggi yang tidak teratur ataukalsifikasi, sinus kostofrenikus tumpul, biasanya
terjadi di lapangan paru bagian baah, tetapi dapat
juga terjadi di punak paru.
6. 0esotelioma *tumor
pleura+
'ayangan padat pada lapangan paru, dengan
permukaan yang bergelombang * globulated) dan
pembesaran kelenjar hilus.
10. 0ediastinitis Pelebaran mediastinum dengan densitas bertambah.
11. Tuberkulosis paru
aktif
'erak beraan disertai ka$itas pada kedua
lapangan paru.
1+. Tuberkulosis paru
lama aktif
'erak beraan pada kedua lapangan paru atas
yang disertai ka$itas, bintik-bintik kalsifikasi, garis
4
-
8/18/2019 Tugas Radiologi 1 Dini
5/18
-
8/18/2019 Tugas Radiologi 1 Dini
6/18
+0. dema pulmonum Perselubungan perihilar bilateral yang memberikan
gambaran 6bat wings appearance”.
+1. idropneumotoraks Perselubungan homogen pada bagian basal paru
yang menutupi sinus, diafragma, serta batas jantung
disertai hiperlusen a$askuler pada bagian atasnya
yang meberikan gambaran air fluid level *7+.
antung sulit dinilai.
3. %ambaran radiologis dan diagnosis banding bayangan radiolusen pada
lapangan paru
%O
.
DIAG%OSA
&A%DI%G
GA(&ARA% RADIOLOGIS
1. mfisema Toraks berbentuk silindrik. 'ayangan paru
lebih radiolusen pada seluruh paru atau lobaris
ataupun segmental, orakan jaringan paru
tampak lebih jelas, $askular paru yang relatif
jarang. #iafragma letak rendah dengan bentuk
yang datar dan peranjakan yang berkurang.
antung ramping, sela iga melebar.
6
-
8/18/2019 Tugas Radiologi 1 Dini
7/18
+. 'ronkiektasis 'ronko$askular yang kasar yang umumnya
terdapat di lapangan baah paru, atau
gambaran garis-garis translusen yang panjang
menuju ke hilus dengan bayangan konsolidasi
sekitarnya akibat peradangan sekunder,
kadang-kadang juga bisa berupa bulatan8bulatan translusen yang sering dikenal
sebagai gambaran sarang taon *honey comb
appearance+. 'ulatan-bulatan ini dapat
berukuran besar *diameter 1-1!m+ yang
berupa kista-kista translusen dan kadang-
kadang berisi airan *air fluid level) akibat
peradangan sekunder.
3. Pneumotoraks 'ayangan radiolusen yang tanpa struktur
jaringan paru *avascular pattern) dengan batas paru berupa garis radioopak tipis berasal dari
pleura $iseral. ika pneumotoraks luas, akan
menekan jaringan paru ke arah hilus atau paru
menjadi kunup/kolaps di daerah hilus dan
mendorong mediastinum ke arah kontralateral.
Sela iga menjadi lebih lebar.
7
-
8/18/2019 Tugas Radiologi 1 Dini
8/18
4. 9lail hest 'ayangan udara yang terlihat akibat kontusio
paru. %ambaran fraktur kosta yang multipel.
4. a+ 5lasifikasi T' internasional
Internasi"nal
a. Tuberkulosis primer
)dalah tuberkulosis yang terjadi karena infeksi melalui jalan pernapasan
*inhalasi+ oleh Mycobacterium tuberculosis
b. Tuberkulosis sekunder
Timbul karena reinfeksi pada seorang yang dimasa keilnya pernahmenderita tuberkulosis primer tetapi tidak diketahui dan menyembuh
sendiri.
- Tuberkulosis minimal yaitu luas sarang-sarang yang terlihat tidak
melebihi daerah yang dibatasi garis median, apeks, dan iga 2 depan. Tidak
ditemukan adanya ka$itas.
- Tuberkulosis lanjut sedang *moderately ad$aned tuberulosis+ yaitu luas
sarang-sarang yang bersifat berak-berak tidak melebihi luas satu paru,
sedangkan bila ada lubang diameternya tidak melebihi 4 m.
- Tuberkulosis sangat lanjut *far ad$aned tuberulosis+ yaitu luas daerah
yang dihinggapi oleh sarang-sarang lebih daripada klasifikasi kedua diatas
atau bila ada lubang-lubang maka diameter keseluruhan semua lubangmelebihi 4 m.
0enurut bentuk kelainan:
a. Sarang eksudatif berbentuk aan-aan atau berak yang batasnya tidak
tegas dengan densitas rendah
b. Sarang produktif, berbentuk butir-butir bulat keil yang batasnya tegas dan
densitasnya sedang
. Sarang induratif atau fibrotik yaitu berbentuk garis-garis atau pita tebal
berbatas tegas dengan densitas tinggi
d. 5a$itas *lubang+
e. Sarang kapur *kalsifikasi+
8
-
8/18/2019 Tugas Radiologi 1 Dini
9/18
b+ 5lasifikasi T' pada anak
'erdasarkan gambaran radiologis, tuberkulosis paru dibagi menjadi dua yaitu
tuberkulosis anak dan tuberkulosis deasa. Tuberkulosis anak disebut sebagai
infeksi primer, sedangkan tuberkulosis deasa disebut sebagai re-infeksi.
T& Ana2
• okasinya pada setiap bagian paru seringkali letaknya di perifer
*subpleural+ atau sekitar hilus, sedangkan
• Pembesaran kelenjar limfe regional
• Terjadi penyembuhan dengan perkapuran
• ebih banyak terjadi penyebaran seara hematogen
Ter2l"sis Pri-er
Tuberkulosis primer terjadi karena infeksi melalui jalan pernapasan *inhalasi+ oleh
Mycobacterium tuberculosis. 'iasanya pada anak-anak. 5elainan ;oentgen
akibat penyakit ini dapat berlokasi di mana saja dalam paru-paru namun sarang
dalam parenkim paru-paru sering disertai oleh pembesaran kelenjar limfe regional
*kompleks primer+. Salah satu komplikasi yang mungkin timbul adalah pleuritis
dan atelektasis.
%ambar 1. 5ompleks primer
+ Patofisiologi T' pada anak
Paru merupakan port d?@ kasus infeksi T'. 5arena ukurannya
yang sangat keil, kuman T' dalam perik renik *droplet nulei+ yang terhirup,
dapat menapai al$eolus. 0asuknya kuman T' ini akan segera diatasi oleh
mekanisme imunologis non spesifik. 0akrofag al$eolus akan menfagosit kuman
9
-
8/18/2019 Tugas Radiologi 1 Dini
10/18
T' dan biasanya sanggup menghanurkan sebagian besar kuman T'. )kan tetapi,
pada sebagian keil kasus, makrofag tidak mampu menghanurkan kuman T' dan
kuman akan bereplikasi dalam makrofag. 5uman T' dalam makrofag yang terus
berkembang biak, akhirnya akan membentuk koloni di tempat tersebut. okasi
pertama koloni kuman T' di jaringan paru disebut 9okus Primer %A. #arifous primer, kuman T' menyebar melalui saluran limfe menuju kelenjar limfe
regional, yaitu kelenjar limfe yang mempunyai saluran limfe ke lokasi fous
primer. Penyebaran ini menyebabkan terjadinya inflamasi di saluran limfe
*limfangitis+ dan di kelenjar limfe *limfadenitis+ yang terkena. ika fous primer
terletak di lobus paru baah atau tengah, kelenjar limfe yang akan terlibat adalah
kelenjar limfe parahilus, sedangkan jika fous primer terletak di apeks paru, yang
akan terlibat adalah kelenjar paratrakeal. 5ompleks primer merupakan gabungan
antara fous primer, kelenjar limfe regional yang membesar *limfadenitis+ dan
saluran limfe yang meradang *limfangitis+. Baktu yang diperlukan sejak
masuknya kuman T' hingga terbentuknya kompleks primer seara lengkap
disebut sebagai masa inkubasi T'. al ini berbeda dengan pengertian masainkubasi pada proses infeksi lain, yaitu aktu yang diperlukan sejak masuknya
kuman hingga timbulnya gejala penyakit. 0asa inkubasi T' biasanya berlangsung
dalam aktu 4-? minggu dengan rentang aktu antara 2-12 minggu. #alam masa
inkubasi tersebut, kuman tumbuh hingga menapai jumlah 1!3 -1!4 , yaitu jumlah
yang ukup untuk merangsang respons imunitas seluler. 4 Selama berminggu-
minggu aal proses infeksi, terjadi pertumbuhan logaritmik kuman T' sehingga
jaringan tubuh yang aalnya belum tersensitisasi terhadap tuberulin, mengalami
perkembangan sensiti$itas. Pada saat terbentuknya kompleks primer inilah,
infeksi T' primer dinyatakan telah terjadi. al tersebut ditandai oleh terbentuknya
hipersensiti$itas terhadap tuberkuloprotein, yaitu timbulnya respons positif
terhadap uji tuberulin. Selama masa inkubasi, uji tuberulin masih negatif.
Setelah kompleks primer terbentuk, imunitas seluluer tubuh terhadap T' telah
terbentuk. Pada sebagian besar indi$idu dengan system imun yang berfungsi baik,
begitu system imun seluler berkembang, proliferasi kuman T' terhenti. amun,
sejumlah keil kuman T' dapat tetap hidup dalam granuloma. 'ila imunitas
seluler telah terbentuk, kuman T' baru yang masuk ke dalam al$eoli akan segera
dimusnahkan. Setelah imunitas seluler terbentuk, fous primer di jaringan paru
biasanya mengalami resolusi seara sempurna membentuk fibrosis atau kalsifikasi
setelah mengalami nekrosis perkijuan dan enkapsulasi. 5elenjar limfe regional
juga akan mengalami fibrosis dan enkapsulasi, tetapi penyembuhannya biasanya
tidak sesempurna fous primer di jaringan paru. 5uman T' dapat tetap hidup danmenetap selama bertahun-tahun dalam kelenjar ini. 5ompleks primer dapat juga
mengalami komplikasi. 5omplikasi yang terjadi dapat disebabkan oleh fous paru
atau di kelenjar limfe regional. 9okus primer di paru dapat membesar dan
menyebabkan pneumonitis atau pleuritis fokal. ika terjadi nekrosis perkijuan
yang berat, bagian tengah lesi akan menair dan keluar melalui bronkus sehingga
meninggalkan rongga di jaringan paru *ka$itas+. 5elenjar limfe hilus atau
paratrakea yang mulanya berukuran normal saat aal infeksi, akan membesar
karena reaksi inflamasi yang berlanjut. 'ronkus dapat terganggu. Abstruksi
parsial pada bronkus akibat tekanan eksternal dapat menyebabkan ateletaksis.
5elenjar yang mengalami inflamasi dan nekrosis perkijuan dapat merusak dan
menimbulkan erosi dinding bronkus, sehingga menyebabkan T' endobronkial
10
-
8/18/2019 Tugas Radiologi 1 Dini
11/18
atau membentuk fistula. 0assa kiju dapat menimbulkan obstruksi komplit pada
bronkus sehingga menyebabkan gabungan pneumonitis dan ateletaksis, yang
sering disebut sebagai lesi segmental kolaps-konsolidasi. Selama masa inkubasi,
sebelum terbentuknya imunitas seluler, dapat terjadi penyebaran limfogen dan
hematogen. Pada penyebaran limfogen, kuman menyebar ke kelenjar limferegional membentuk kompleks primer. Sedangkan pada penyebaran hematogen,
kuman T' masuk ke dalam sirkulasi darah dan menyebar ke seluruh tubuh.
)danya penyebaran hematogen inilah yang menyebabkan T' disebut sebagai
penyakit sistemik. Penyebaran hamatogen yang paling sering terjadi adalah dalam
bentuk penyebaran hematogenik tersamar *oult hamatogeni spread+. 0elalui
ara ini, kuman T' menyebar seara sporadi dan sedikit demi sedikit sehingga
tidak menimbulkan gejala klinis. 5uman T' kemudian akan menapai berbagai
organ di seluruh tubuh. Argan yang biasanya dituju adalah organ yang mempunyai
$askularisasi baik, misalnya otak, tulang, ginjal, dan paru sendiri, terutama apeks
paru atau lobus atas paru. #i berbagai lokasi tersebut, kuman T' akan bereplikasi
dan membentuk koloni kuman sebelum terbentuk imunitas seluler yang akanmembatasi pertumbuhannya. #i dalam koloni yang sempat terbentuk dan
kemudian dibatasi pertumbuhannya oleh imunitas seluler, kuman tetap hidup
dalam bentuk dormant. 9okus ini umumnya tidak langsung berlanjut menjadi
penyakit, tetapi berpotensi untuk menjadi fous reakti$asi. 9okus potensial di
apkes paru disebut sebagai 9okus SC0A. 'ertahuntahun kemudian, bila daya
tahan tubuh pejamu menurun, fous T' ini dapat " mengalami reakti$asi dan
menjadi penyakit T' di organ terkait, misalnya meningitis, T' tulang, dan lain-
lain. 'entuk penyebaran hamatogen yang lain adalah penyebaran hematogenik
generalisata akut *aute generaliDed hematogeni spread+. Pada bentuk ini,
sejumlah besar kuman T' masuk dan beredar dalam darah menuju ke seluruh
tubuh. al ini dapat menyebabkan timbulnya manifestasi klinis penyakit T'
seara akut, yang disebut T' diseminata. T' diseminata ini timbul dalam aktu
2-E bulan setelah terjadi infeksi. Timbulnya penyakit bergantung pada jumlah dan
$irulensi kuman T' yang beredar serta frekuensi berulangnya penyebaran.
Tuberkulosis diseminata terjadi karena tidak adekuatnya system imun pejamu
*host+ dalam mengatasi infeksi T', misalnya pada balita. Tuberkulosis milier
merupakan hasil dari aute generaliDed hematogeni spread dengan jumlah kuman
yang besar. Semua tuberkel yang dihasilkan melalui ara ini akan mempunyai
ukuran yang lebih kurang sama. Cstilih milier berasal dari gambaran lesi
diseminata yang menyerupai butur padi-padian/jeaut *millet seed+. Seara
patologi anatomik, lesi ini berupa nodul kuning berukuran 1-3 mm, yang searahistologi merupakan granuloma. 'entuk penyebaran hematogen yang jarang
terjadi adalah protrated hematogeni spread. 'entuk penyebaran ini terjadi bila
suatu fous perkijuan menyebar ke saluran $asular di dekatnya, sehingga
sejumlah kuman T' akan masuk dan beredar di dalam darah. Seara klinis, sakit
T' akibat penyebaran tipe ini tidak dapat dibedakan dengan aute generaliDed
hematogeni spread. al ini dapat terjadi seara berulang. Pada anak, " tahun
pertama setelah infeksi *terutama 1 tahun pertama+, biasanya sering terjadi
komplikasi. 0enurut Ballgren, ada 3 bentuk dasar T' paru pada anak, yaitu
penyebaran limfohematogen, T' endobronkial, dan T' paru kronik. Sebanyak
!."-3@ penyebaran limfohematogen akan menjadi T' milier atau meningitis T',
hal ini biasanya terjadi 3-E bulan setelah infeksi primer. Tuberkulosis
11
-
8/18/2019 Tugas Radiologi 1 Dini
12/18
endobronkial *lesi segmental yang timbul akibat pembesaran kelenjar regional+
dapat terjadi dalam aktu yang lebih lama *3-> bulan+. Terjadinya T' paru kronik
sangat ber$ariasi, bergantung pada usia terjadinya infeksi primer. T' paru kronik
biasanya terjadi akibat reakti$asi kuman di dalam lesi yang tidak mengalami
resolusi sempurna. ;eakti$asi ini jarang terjadi pada anak, tetapi sering padaremaja dan deasa muda. Tuberkulosis ekstrapulmonal dapat terjadi pada 2"-3!@
anak yang terinfeksi T'. T' tulang dan sendi terjadi pada "-1!@ anak yang
terinfeksi, dan paling banyak terjadi dalam 1 tahun tetapi dapat juga 2-3 tahun
kemudian. T' ginjal biasanya terjadi "-2" tahun setelah infeksi primer.
". Argan intra peritoneal dan retro peritoneal di abdomen
a. Argan intraperitoneal adalah organ yang dibungkus oleh peritonium
S: Stomah
A: )ppendiF
L: i$er
T: Trans$erse olon
D: duodenum (pars superior)
S: Small intestines
P: Panreas (only the tail though)
R: ;etum (satu pertiga proksimal)
S: Sigmoid olon
S: Spleen
b. Argan retroperitoneal adalah organ yang tidak dibungkus oleh peritonium
atau dibungkus sebagian oleh peritoneum.
12
-
8/18/2019 Tugas Radiologi 1 Dini
13/18
• S: Suprarenal gland
• A: )orta
• D: #uodenum *bagian kedua dan ketiga+
• P: Pankreas
• U: Greter
• 7: (olon *pars asendens dan desendens+
• K: 5idneys
• $: sophagus
• R: ;etum
Argan ;etroperitoneal dibagi dalam 2 kelompok:
1. ;etroperitoneal primer - %injal
- 5elenjar adrenal
- )orta
- Hena (a$a Cnferior
- Hesia urinaria
- Greter
- sophagus
- ;ektum
2. ;etroperitoneal sekunder - #uodenum
- (olon asenden
- (olon desenden
- Pankreas
E. Cndikasi, kontra indikasi, persiapan dan pemeriksaan:
a. CHP
b.(olon in loop
aaban:
A. Pe-eri2saan Intravenous Pyelography I*P9
'A CHP adalah salah satu pemeriksaan radiografi yaitu dengan ara
menyuntikkan Dat kontras melalui pembuluh darah $ena untuk
menggambarkan anatomi dari pel$is renalis dan sistem alyses serta seluruh
traktus urinarius dengan penyuntikan kontras media positif seara intra
$ena. Pemeriksaan ini dapat diketahui kemampuan ginjal
mengkonsentrasikan bahan kontras tersebut.
Indi2asi !e-eri2saan I*P:
13
-
8/18/2019 Tugas Radiologi 1 Dini
14/18
• 'atu saluran kemih
• Cnfeksi ginjal kronis
• 5elainan kongenital
• Trauma abdomen
• ematuria
• #isuria
• Tumor ginjal
• (hek up, oleh karena nyeri pinggang yang lama * flank pain+
K"ntra indi2asi !e-eri2saan I*P:
• )lergi terhadap media kontras
• 0emiliki kelainan atau penyakit jantung atau hepar lanjut
• Cnfeksi akut traktus urinarius
•
;etensi airan berlebih• 0ultipel myeloma
• eonatus
• #iabetes melitus tidak terkontrol/parah
• Pasien yang sedang dalam keadaan kolik
• %angguan fungsi ginjal dengan ureum IE!mg@ atau reatinine I2mg@
Persia!an Pe-eri2saan I*P
1+ Persiapan pasien
Tujuan prosedur persiapan pasien adalah untuk membersihkan usus
*gastro intestinal+ dari udara dan faees yang dapat mengganggu
$isualisasi dari foto CHP atau menutupi gambaran ginjal dan saluran-
salurannya. Pemeriksaan yang tidak baik terlihat dari bayangan luent di
usus karena udara dan faees.
• Sehari sebelum pemeriksaan, pasien makan makanan lunak tanpa serat
*seperti bubur keap+ agar makanan mudah dierna usus sehingga
faees tidak keras.
• 0akan terakhir pukul 1>.!! *malam sebelum pemeriksaan+ agar tidak
ada lagi sisa makanan diusus, selanjutnya puasa sampai pemeriksaan
berakhir.
• 0alam hari pukul 21.!!, pasien diminta untuk minum laksatif *dulolaF+ sebanyak 4 tablet.
• ? jam sebelum pemeriksaan dimulai, pasien tidak diperkenankan
minum untuk menjaga kadar airan.
• Pagi hari sekitar pukul !E.!! *hari pemeriksaan+, pasien diminta untuk
memasukkan dulolaF supossitoria melalui anus, supaya usus benar-
benar bersih dari sisa makanan / faees.
• Selama menjalani persiapan, pasien diminta untuk tidak banyak biara
dan tidak merokok supaya tidak ada intestinal gas *gas disaluran
penernaan+
2+ Persiapan bahan kontras
14
-
8/18/2019 Tugas Radiologi 1 Dini
15/18
-
8/18/2019 Tugas Radiologi 1 Dini
16/18
• irschprung disease adalah kelainan kongenital yang
terjadi karena tidak adanya sel ganglion dipleksus mienterik dan sub
mukosa pada segmen olon distal.
• Abstruksi kolon seperti in$aginasi, $ol$ulus
• )tresia adalah tidak adanya saluran dari olon yang
seharusnya ada.
K"ntraindi2asi !e-eri2saan Colon In Loop:
• Perforasi usus
• Cleus paralitik
• Cleus obstruksi lama *I ? jam+.
• Peritonitis, infeksi akut saluran erna
• 5olitis berat dimana dinding abdomen menjadi sangat tipis dan
ditakutkan terjadi perforasi
• 5eadaan umum pasien yang jelek
Persia!an !e-eri2saan Colon In Loop
1+ 0engubah pola makanan pasien
0akanan konsistensi lunak, rendah serat dan rendah lemak untuk
menghindari terbentuknya bongkahan tinja yang keras *4? jam sebelum
pemeriksaan+.2+ 0inum sebanyak-banyaknya
)bsorbsi air terbanyak terjadi pada kolon, dengan pemberian air minum
yang banyak dapat menjaga tinja selalu dalam keadaan lembek.
3+ Pemberian obat penahar
)pabila kedua hal di atas dijalankan dengan benar, maka pemberian obat
penahar hanya sebagai pelengkap saja. Penahar mutlak diberikan pada
pasien dengan keadaan : tirah baring yang lama, konstipasi kronis, orang
tua *1? jam sebelum pemeriksaan dan 4 jam sebelum pemeriksaan+
4+ Seterusnya puasa sampai pemeriksaan agar kolon kosong sehingga
gambaran anatomi dari kolon terlihat dengan jelas
"+ 3! menit sebelum pemeriksaan pasien diberi sulfas atrofin !,2"K 1mg per oral untuk mengurangi pembentukan lendir
E+ 1" menit sebelum pemeriksaan pasien diberi injeksi obat yang
menurunkan peristaltik usus sehingga saat memasukan barium tidak
dikeluarkan kembali.
Persiapan )lat dan 'ahan
Persiapan alat pada pemeriksaan (olon in oop, meliputi :
• Pesaat F K ray siap pakai
• 5aset dan film sesuai dengan kebutuhan
• 0arker
•
Standar irigator dan irigator set lengkap dengan kanula retal .
16
-
8/18/2019 Tugas Radiologi 1 Dini
17/18
• Haselin atau jelly
• Sarung tangan
• Penjepit atau klem
• 5assa
• 'engkok
• )pron
• Plester
• Tempat mengaduk media kontras
Persiapan bahan
• 0edia kontras, yang sering dipakai adalah larutan barium dengan
konsentrasi antara 12-2"@ B/H untuk kontras tunggal dan L! K ?! @
B/H *Beight /Holume+ untuk kontras ganda. 'anyaknya larutan *ml+
tergantung pada panjang pendeknya olon, kurang lebih E!! K ?!! ml
• )ir hangat untuk membuat larutan barium
• Haselin atau jelly, digunakan untuk menghilangi rasa sakit saat kanula
dimasukkan kedalam anus.
Te2ni2 Pe-eri2saan
0etode pemasukan media kontras
a. 0etode kontras tunggal
• Pasien ditempatkan di atas meja pemeriksaan.
• Siapkan bahan kontras, 'arium Sulfat *'aSA4+ diampur dengan air
dengan perbandingan 1 : ? di dalam adah kemudian di aduk
• Sebelum bahan kontras dimasukkan terlebih dahulu pasien diinjeksi
dengan obat anti peristaltik *eF : buskopan+
• Gntuk memasukkan bahan kontras pasien diinstruksikan berbaring
miring ke kiri.
• Selang irrigator *kateter+ diklem, kemudian ampuran 'arium Sulfat
dan air dimasukkan ke dalam irrigator.
• Gjung kateter diolesi dengan jelly kemudian dimasukkan ke dalam
retum kira-kira " m, kemudian di kuni.
• Crrigator dipasang pada stand infus dengan ketinggian kira-kira 1
meter dari permukaan meja pemeriksaan kemudian 'arium Sulfat
dimasukkan dengan membuka klem.
• Setelah kontras 'arium Sulfat masuk ke dalam olon kemudian pasiendisuruh miring kiri-kanan agar kontras merata ke seluruh olon.
• Pasien di ubah posisinya menjadi terlentang dan kateter dikuatkan
letaknya.
• Selanjutnya dilakukan pemotretan.
b. 0etode kontras ganda
• 0etode kontras ganda mutlak memerlukan fluroskopi, sebab untuk
mengetahui jumlah udara yang masuk tidak memungkinkan diukur
dengan alat, oleh karena itu untuk menilai udara yang masuk ukup
atau kurang dinilai dengan fluroskopi dengan melihat dilatasi dari
olonnya bila udara yang masuk tidak dinilai, maka kemungkinan
17
-
8/18/2019 Tugas Radiologi 1 Dini
18/18
udara yang masuk terlalu banyak sehingga menyebabkan tekanan
dalam olon juga sangat tinggi akibatnya terjadi perforasi dari olon
tersebut.
• Pemasukan media kontras dengan metode satu tingkat
• 0erupakan pemeriksaan (olon in oop dengan menggunakan mediakontras berupa ampuran antara 'aSA4 dan udara. 'arium
dimasukkan kira-kira menapai fleksura lienalis kemudian kanula
diganti dengan pompa. Gdara dipompakan dan posisi pasien diubah
dari posisi miring ke kiri menjadi miring ke kanan setelah udara
sampai ke fleksura lienalis. Tujuannya agar media kontras merata di
dalam usus. Setelah itu pasien diposisikan supine dan dibuat radiograf.
• Pemasukan media kontras dengan metode dua tingkat.
2+ Tahap pengisian
Pada tahap ini dilakukan pengisian larutan 'aSA4 ke dalam lumen
olon, sampai menapai pertengahan kolon trans$ersum. 'agianyang belum terisi dapat diisi dengan mengubah posisi penderita.
3+ Tahap pelapisan
#engan menunggu kurang lebih 1-2 menit agar larutan 'aSo4mengisi mukosa olon.
4+ Tahap pengosongan
Setelah diyakini mukosa terlapisi maka larutan perlu dibuang
sebanyak yang dapat dikeluarkan kembali.
"+ Tahap pengembangan
Pada tahap ini dilakukan pemompaan udara ke lumen kolon.
Pemompaan udara tidak boleh berlebihan *1?!!- 2!!! ml+ karena
dapat menimbulkan kompikasi lain, misalnya refleks $agal yangditandai dengan ajah puat, pandangan gelap, bradikardi, keringat
dingin dan pusing.
E+ Tahap pemotretan
Pemotretan dilakukan bila seluruh olon telah mengembang
sempurna.
18