(ujian akhir) pengaruh perubahan tata guna lahan …

114
(UJIAN AKHIR) PENGARUH PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN TERHADAP DEBIT LIMPASAN DRAINASE DI KOTA BELOPA KABUPATEN LUWU Disusun dan diajukan oleh : NURHASNAM : 105 81 939 09 SYAMSUMARLIN : 105 81 1025 09 JURUSAN SIPIL PENGAIRAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2014

Upload: others

Post on 03-Oct-2021

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: (UJIAN AKHIR) PENGARUH PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN …

(UJIAN AKHIR)

PENGARUH PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN TERHADAP

DEBIT LIMPASAN DRAINASE DI KOTA BELOPA

KABUPATEN LUWU

Disusun dan diajukan oleh :

NURHASNAM : 105 81 939 09

SYAMSUMARLIN : 105 81 1025 09

JURUSAN SIPIL PENGAIRAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2014

Page 2: (UJIAN AKHIR) PENGARUH PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN …
Page 3: (UJIAN AKHIR) PENGARUH PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN …
Page 4: (UJIAN AKHIR) PENGARUH PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN …

iii

Abstrak

Pengaruh Perubahan Tata Guna Lahan Terhadap Debit Limpasan Drainase Di Kota Belopa Kabupaten Luwu (2014). Dibimbing oleh : Dr. Ir. Hj Ratna Musa, M.S. dan Amrullah Mansida, ST., MT.Upaya memprediksi limpasan drainase dapat diperoleh dengan menganalisis debit analisis, dan debit aktual untuk Dimensi saluran harus mampu mengalirkan debit analisis atau kata lain debit yang dialirkan oleh saluran atau debit rencana

sama atau lebih besar dari debit analisis ≥ ), pada penggunaan lahan di Kota Belopa Kabupaten Luwu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui debit limpasan drainase pada pengaruh tata guna lahan atau koefisien pengaliran (C) di tiap selisih 3 tahun yaitu tahun (2005), (2008), dan (2011). Pada perubahan tata guna lahan tersebut dapat mengakibatkan debit limpasan terhadap saluran drainase, sehingga

debit yang terjadi pada tahun (2005) dengan total = 669,10

(m3/dtk) dengan koefisien pengaliran di ambil 0.370 , tahun (2008)

dengan total = 766,03 (m3/dtk) dengan koefisien pengaliran di

ambil 0.403, dan tahun (2011) dengan total = 766,03 (m3/dtk)

dengan koefisien pengaliran di ambil 0.403. Untuk itu di lihat dari perubahan tata guna lahan per 3 tahun, yang berpengaruh terjadi di tahun (2005) sampai (2008). Kata Kunci : Limpasan, drainase, debit rencana, debit analisis.

Page 5: (UJIAN AKHIR) PENGARUH PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN …

iv

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum, Wr. Wb

Alhamdulillahi rabbilalamin, Segala puji bagi Allah Tuhan semesta

alam yang memberikan segala rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis

dapat menyelesaikan penyusunan proposal ujian seminar ini dengan baik.

Tugas akhir ini disusun sebagai salah satu persyaratan yang harus

dipenuhi dalam rangka menyelesaikan Program Studi pada Jurusan Sipil

dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Makassar.

Adapun judul tugas akhir kami adalah:“PENGARUH PERUBAHAN TATA

GUNA LAHAN TERHADAP DEBIT LIMPASAN DRAINASE DI KOTA

BELOPA KAB. LUWU”

Dalam penyusunan tugas akhir ini penulis mendapatkan banyak

masukan yang berguna dari berbagai pihak sehingga tugas akhir ini dapat

terselesaikan. Oleh karena itu dengan segala ketulusan serta keikhlasan

hati, kami mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya

kepada:

1. Bapak Hamzah Al Imran, S.T., M.T. sebagai Dekan Fakultas Teknik

Universitas Muhammadiyah Makassar.

2. Bapak Muh. Syafaat S. Kuba, S.T. sebagai Ketua Jurusan Sipil

Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Makassar.

3. Ibu Dr. Ir. Hj. Ratna Musa, MS., selaku pembimbing I dan bapak

Amrullah Mansida, S.T.,M.T. selaku pembimbing II, yang telah

Page 6: (UJIAN AKHIR) PENGARUH PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN …

v

meluangkan banyak waktu, memberingan bimbingan dan pengarahan

sehingga tugas akhir ini dapat selesai sebagaimana yang kami

harapkan.

4. Bapak dan Ibu dosen serta staf pegawai pada Fakultas Teknik atas

segala waktunya telah mendidik dan melayani kami selama mengikuti

proses belajar mengajar di Universitas Muhammadiyah Makassar.

5. Ayahanda dan ibunda tercinta yang senantiasa memberikan limpahan

kasih sayang, doa, serta pengorbanan kepada penulis.

6. Rekan-rekan mahasiswa Fakultas Teknik, terkhusus Saudaraku

Angkatan 2009 yang banyak membantu dan memberi dukungan

dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

Pada akhir penulisan tugas Akhir ini, penulis menyadari bahwa

tugas akhir ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis meminta saran

dan kritik sehingga laporan tugas akhir ini dapat menjadi lebih baik dan

menambah pengetahuan kami dalam menulis laporan selanjutnya.

Semoga laporan tugas akhir ini dapat berguna bagi penulis khususnya

dan untuk pembaca pada umumnya.

Wassalamu`alaikum, Wr. Wb.

Makassar, 13 Desember 2014

Penulis

Page 7: (UJIAN AKHIR) PENGARUH PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN …

vi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................. i

HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................... ii

ABSTRAK .......................................................................................... iii

KATA PENGANTAR ........................................................................... iv

DAFTAR ISI ......................................................................................... vi

DAFTAR GAMBAR ............................................................................. viii

DAFTAR TABEL ................................................................................. ix

DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN ................................................. x

BAB I PENDAHULUAN

A Latar Belakang ............................................................... 1

B Rumusan Masalah .......................................................... 3

C Tujuan Penelitian ............................................................ 3

D Manfaat Penelitian .......................................................... 3

E Batasan Masalah ............................................................ 4

F Sistematika Penulisan .................................................... 4

BAB II TINJUAN PUSTAKA

A Tata Guna Lahan ........................................................... 6

B Drainase ......................................................................... 7

1) Sistem drainase mayor .............................................. 9

2) Sistem drainase mikro ............................................... 9

Page 8: (UJIAN AKHIR) PENGARUH PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN …

vii

C Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perubahan Tata

Guna Lahan Terhadap Limpasan Drainase .................... 10

D Hujan dan Limpasan ...................................................... 12

1) Hujan ......................................................................... 14

2) Limpasan ................................................................... 15

E Analisa Hidrologi ............................................................ 16

F Perhitungan Debit analisa atau Debit Rencana ............. 17

1) Debit Periode Ulang ................................................... 17

2) Koefisien Pengaliran .................................................. 21

3) Koefisien Tampungan ................................................ 22

4) Karakteristik Hujan ..................................................... 23

F Perhitungan Debit Rencana ........................................... 27

1) Kriteria Teknis ............................................................ 28

2) Bentuk Penampang Saluran ...................................... 29

3) Dimensi Saluran ........................................................ 30

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A Lokasi Penelitian ............................................................. 33

B Peralatan dan Waktu Penelitian ...................................... 34

C Metode Penelitian ........................................................... 34

1) Persiapan .................................................................. 35

2) Pengumpulan Data .................................................... 35

3) Pengolahan dan Analisis Data ................................... 35

4) Peta Topografi .......................................................... 36

Page 9: (UJIAN AKHIR) PENGARUH PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN …

viii

D Flow Chart Penelitian ...................................................... 37

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A Kondisi Klimatologi ........................................................ 38

B Topografi ........................................................................ 38

C Sumber Air ..................................................................... 41

1) Daerah aliran ............................................................ 41

2) Letak stasiun ............................................................ 42

D Penggunaan Lahan Drainase ........................................ 44

E Langkah Perhitungan Debit Analisis .............................. 47

1) Waktu konsentarsi daerah aliran ke hilir ..................... 49

2) Koefisien tampungan daerah aliran ............................ 50

3) Hujan rencana periode ulang 2 tahun ........................ 50

4) Hujan rencana periode ulang 5 tahun ........................ 50

F Langkah Perhitungan Debit Aktual ................................ 57

1) Saluran Jl. S. Saso pada saluran tipe A ..................... 57

2) Luas Dimensi Saluran ................................................ 57

3) Keliling Basah ............................................................ 57

4) Jari-jari Hidrolis .......................................................... 57

5) Kecepatan ................................................................. 57

6) Debit Rencana ........................................................... 58

H Langkah Perhitungan Debit Limpasan ........................... 62

Page 10: (UJIAN AKHIR) PENGARUH PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN …

ix

BAB V PENUTUP

A Kesimpulan .................................................................... 65

B Saran ............................................................................. 65

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN 1

LAMPIRAN 2

LAMPIRAN 3

Page 11: (UJIAN AKHIR) PENGARUH PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN …

x

DAFTAR GAMBAR

Nomor halaman

1. Inventori saluran drainase Kota Belopa, 2014 2

2. Perubahan dalam aliran run-off karena perubahan penggunaan

lahan yang menyebabkan banjir 11

3. Pembagian wilayah dengan metode poligon thiessen 17

4. Kurva intensitas hujan 24

5. Lintasan aliran waktu inlet time (to) dan conduit time (td) 25

6. Penampang hidrolis terbaik penampang melintang persegi panjang

dan penampang melintang trapesium 30

7. Peta topografi Kota Belopa, BPS Kab. Luwu, 2014. 36

8. Bagan alur penelitian 37

9. Titik Koordinat stasiun curah hujan 42

10. Daerah aliran pada jalan Sultan Hasanuddin, Kelurahan

Tanamanai 48

11. Penggunaan lahan di Kota Belopa 49

12 Sketsa dimensi saluran 57

13 Total debit limpasan drainase di tiap peningkatan perubahan tata

guna lahan di Kota Belopa Kabupaten Luwu 64

Page 12: (UJIAN AKHIR) PENGARUH PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN …

xi

DAFTAR TABEL

Nomor halaman

1. Koofisien pengaliran 22

2. Kecepatan aliran dalam saluran 27

3. Unsur geometri penampang hidrolis 30

4. Koefisien kekasaran manning untuk gorong-gorong dan saluran

pasangan 32

5. Kondisi topografi drainase jalan Kota Belopa 36

6. Ketinggian letak desa atau kelurahan dari permukaan air laut

dan Letak dilintasi sungai di kecamatan Belopa tahun 2011 38

7. Perhitungan metode aljabar dan metode poligon thiessen 43

8. Luas lahan kering menurut jenis penggunaannya di rinci per

Desa atau kelurahan di Kecamatan Belopa tahun 2011 45

9. Luas lahan kering menurut jenis penggunaannya di rinci per

Desa atau kelurahan di Kecamatan Belopa tahun 2008 45

10. Luas lahan kering menurut jenis penggunaannya di rinci per

Desa atau kelurahan di Kecamatan Belopa tahun 2005 46

11. Perhitungan debit akibat limpasan dari jalan di tiap – tiap

Jalan. 51

12 Perhitungan aliran dalam saluran dan koefisien tampungan 52

13 Perhitungan intensitas curah hujan, koefisien aliran dan luas

Penggunaan lahan 54

14 Perhitungan debit periode 55

Page 13: (UJIAN AKHIR) PENGARUH PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN …

xii

15 Dimensi saluran tersier drainase Kota Belopa Kabupaten Luwu 58

16 Debit aktual 59

17 Debit limpasan 61

18 Perbandingan total debit limpasan per tiga tahun 62

Page 14: (UJIAN AKHIR) PENGARUH PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN …

xiii

DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN

Notasi Definisi dan Keterangan

Q analisis Debit analisis aliran (m3/dtk)

Q aktual Debit aktual aliran (m3/dtk)

Q limpasan Debit limpasan aliran (m3/dtk)

C Koefisien pengaliran (Run off Coeficient).

Cs Koefisien tampungan.

I Intensitas hujan selama waktu yang sama tenggang

waktu konsentrasi (Time of Concentration) (mm/jam).

A Luas Area (Catchment Area)

R Hujan sehari (mm).

Tc Waktu konsentrasi (jam).

to Waktu untuk mengalir dari permukaan lahan ke

saluran terdekat (menit)

td Waktu pengaliran dalam saluran (menit)

Cs Koefisien tampungan.

Lo Jarak aliran terjauh diatas tanah hingga saluran

terdekat (m)

So Kemiringan permukaan tanah yang dilalui aliran

diatasnya.

As Luas penampang saluran tegak lurus arah aliran ( ).

n Koefisien kekasaran Manning

R Jari-jari hidrolis (m)

Page 15: (UJIAN AKHIR) PENGARUH PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN …

xiv

P Keliling basah saluran (m)

w Tinggi jagaan (m)

h Tinggi air dalam saluran (m)

V Kecepatan aliran dalam saluran (m/det).

Page 16: (UJIAN AKHIR) PENGARUH PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Permasalahan meluapnya air dari drainase adalah suatu akibat

yang sering dialami setiap musim hujan terjadi, dengan keadaan ini

mengakibatkan masalah drainase dianggap bukan persoalan yang

penting. Oleh karena itu, peningkatan penduduk begitu pesat maka

jumlah kebutuhan hidup manusia akan meningkat pula, antara lain

kebutuhan lahan untuk tempat tinggal dan aktivitas manusia, sehingga

terjadi perubahan lahan. Perubahan penggunaan lahan pada sistem

drainase akan mempengaruhi kondisi luapan, genangan, dan perubahan

debit aliran.

Secara alamiah sebagian air hujan yang jatuh kepermukaan tanah

akan meresap ke dalam tanah sehingga terjadi genangan dan selebihnya

akan mengalir menjadi limpasan permukaan. Karakteristik daerah yang

berpengaruh terhadap bagian air hujan antara lain adalah topografi, dan

penggunaan lahan atau penutupan lahan. Hal ini berarti bahwa

karakteristik lingkungan fisik mempunyai pengaruh terhadap respon

hidrologi.

Luapan akibat hujan ini dapat terjadi dengan cepat dan dapat pula

setelah beberapa jam setelah terjadinya hujan. Lama waktu kejadian

hujan maksimum dan aliran maksimum sangat dipengaruhi oleh kondisi

wilayah tempat jatuhnya hujan. Oleh karena itu dalam perencanaan

Page 17: (UJIAN AKHIR) PENGARUH PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN …

2

pengelolaan sumber daya air, luapan merupakan masalah yang

seharusnya diatasi terlebih dahulu sebelum upaya berikutnya dilakukan,

terlebih lagi perubahan tata guna lahan yang terjadi dipengaruhi besarnya

laju infiltrasi dan luapan yang terjadi. Adapun masalah yang terkandung di

dalam peta inventori saluran drainase, secara topografi, dimana daerah

yang terlanda banjir merupakan wilayah rawan banjir, yaitu berupa

dataran rendah yang dilalui oleh sungai-sungai dan drainase. Oleh karena

itu, terjadi banjir sangat dipengaruhi oleh kondisi curah hujan dan aliran

tidak seragam.

Gambar 1: Inventori saluran drainase Kota Belopa, 2014.

Berdasarkan uraian pada inventori saluran drainase Kota Belopa

Kabupaten Luwu di atas maka penulis mengambil untuk memilih judul

dalam penulisan ini adalah “Pengaruh Perubahan Tata Guna Lahan

Terhadap Debit Limpasan Drainase Di Kota Belopa Kab. Luwu”.

Page 18: (UJIAN AKHIR) PENGARUH PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN …

3

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah penulis kemukakan, maka

dapat dirumuskan bahwa masalah yang dapat dijadikan dasar dalam

penelitian ini adalah:

1) Seberapa besar perubahan koefisien limpasan untuk tata guna lahan

tahun 2005, 2008, dan 2011 terhadap debit limpasan drainase di

Kota Belopa Kab. Luwu.

2) Seberapa besar debit limpasan drainase dari debit rencana ( )

sama atau lebih besar dari debit analisis ( ) di Kota Belopa

Kab. Luwu.

C. Tujuan penelitian

Dengan adanya masalah yang telah dirumuskan oleh penulis,

maka tujuan penelitian ini adalah:

1) Menganalisis perubahan koefisien limpasan pada tata guna lahan

tahun 2005, 2008, dan 2011 terhadap debit limpasan drainase di Kota

Belopa Kab. Luwu.

2) Mengontrol debit rencana ( ) apakah sama atau lebih besar

dari debit analisis ( ) untuk mengetahui limpasan drainase di

Kota Belopa Kab. Luwu.

D. Manfaat Penelitian

Dengan selesainya penelitian ini diharapkan memberi manfaat

sebagai berikut:

Page 19: (UJIAN AKHIR) PENGARUH PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN …

4

1) Mendapatkan pelajaran pada penentuan koefisien limpasan drainase

untuk tata guna lahan di Kota Belopa Kab. Luwu.

2) Mendapatkan pelajaran untuk mengetahui debit limpasan drainase di

kota Belopa Kab. Luwu.

3) Sebagai bahan perbandingan dengan melihat peta inventori saluran

drainase untuk mengetahui arah aliran dan kondisi melimpasnya air

pada saluran drainase di Kota Belopa Kab. Luwu.

4) Sebagai bahan referensi bagi peneliti lanjutan. E. Batasan Masalah

Mengingat luasnya permasalahan mengenai kajian tentang debit

limpasan drainase terhadap wilayah di Kota Belopa Kab. Luwu yang

berdampak pada produktifitas tata guna lahannya dan ekosistem

lingkungan maka dalam tugas akhir ini perlu diberi batasan masalah yaitu:

1) Penelitian ini difokuskan pada pemprediksian koefisien aliran untuk

penggunaan lahan di Kota Belopa Kab. Luwu.

2) Penelitian ini difokuskan pada debit rencana terhadap saluran

drainase untuk penggunaan lahan di Kota Belopa Kab. Luwu dengan

menggunakan metode rasional terhadap debit analisis untuk

penggunaan lahan di Kota Belopa Kab. Luwu.

F Sistematika Penulisan

Secara garis besar sistematika penulisan skripsi ini dibagi dalam 3

bagian yaitu: bagian awal, bagian isi, dan bagian akhir.

Page 20: (UJIAN AKHIR) PENGARUH PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN …

5

1) Bagian awal berisi halaman judul, kata pengantar, daftar isi, daftar

gambar, daftar tabel, daftar notasi dan singkatan.

2) Bagian isi terdiri dari 5 bab, yang terdiri atas:

BAB I PENDAHULUAN : Bab ini berisi latar belakang, rumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah dan

sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA : Bab ini berisi teori-teori yang

berhubungan dengan permasalahan yang diperlukan dalam melakukan

penelitian ini, yang meliputi tata guna lahan, drainase, faktor-faktor yang

mempengaruhi tata guna lahan terhadap debit limpasan drainase, hujan

dan limpasan, perhitungan debit rencana, dan perhitungan debit saluran

drainase.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN : Bab ini membahas tentang

lokasi dan waktu penelitian, peralatan penelitian, metode pelaksanaan

penelitian, analisis data, dan flow chart penelitian.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN : Bab ini berisi tentang analisis

data dan hasil analisisnya, serta pembahasan tentang hasil-hasil

penelitian.

BAB V PENUTUP : Bab ini berisi kesimpulan hasil penelitian, dan

saran-saran yang berkaitan dengan hasil penelitian ini.

3) Bagian akhir tulisan ini berisi daftar pustaka, lampiran-lampiran, dan

dokumentasi penelitian.

Page 21: (UJIAN AKHIR) PENGARUH PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN …

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tata Guna Lahan

Menurut Arsyad, (2006). Tata Guna Lahan (land use) adalah suatu

upaya dalam merencanakan penggunaan lahan dalam suatu kawasan

yang meliputi pembagian wilayah pada fungsi-fungsi tertentu, misalnya

fungsi pemukiman, perdagangan, industri, dan lain-lain. Rencana tata

guna lahan merupakan kerangka kerja yang menetapkan keputusan-

keputusan terkait tentang lokasi, kapasitas dan jadwal pembuatan jalan,

saluran air bersih dan air limbah, gedung sekolah, pusat kesehatan,

taman dan pusat-pusat pelayanan serta fasilitas umum lainnya.

Pemanfaatan lahan berkaitan dengan kegiatan manusia pada suatu

objek dan merupakan hasil akhir dari setiap bentuk campur tangan

kejadian (intervensi) manusia terhadap lahan di permukaan bumi yang

bersifat dinamis dan berfungsi untuk memenuhi kebutuhan hidup baik

material maupun spiritual.

Menurut Chay Asdak, (2010). Perubahan tata guna lahan pada

kawasan konservasi menjadi kawasan terbangun dapat menimbulkan

banjir, tanah longsor dan kekeringan. Banjir adalah aliran atau genangan

air yang menimbulkan kerugian ekonomi atau bahkan menyebabkan

kehilangan jiwa.

Menurut Kodoatie dan Sjarief, (2008). Aliran atau genangan air ini

dapat terjadi karena adanya luapan-luapan pada lokasi yang lahan airnya

Page 22: (UJIAN AKHIR) PENGARUH PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN …

7

melebihi debit cekungan tanah akibat air hujan dan saluran drainase tidak

berfungsi dengan baik. Hal tersebut terjadi karena pada musim penghujan

air hujan yang jatuh pada daerah tangkapan air (catchments area) tidak

banyak yang dapat meresap ke dalam tanah melainkan lebih banyak

melimpas sebagai debit limpasan drainase. Jika debit limpasan drainase

ini terlalu besar dan melebihi kapasitas, maka akan meyebabkan banjir.

Peta penggunaan lahan berisi tentang distribusi batas-batas penggunaan

lahan seperti bangunan atau pekarangan, tegal atau kebun, ladang atau

huma, hutan, perkebunan, tambak atau kolam.

B. Drainase

Menurut Wesli. (2008:1). kata drainase berasal dari kata drainage

yang artinya mengeringkan atau mengalirkan. Drainase merupakan

sebuah system yang dibuat untuk menangani persoalan kelebihan air

yang berada di atas permukaan tanah maupun air yang berada di bawah

permukaan tanah. Kelebihan air dapat disebabkan oleh intensitas hujan

yang tinggi atau akibat dari durasi hujan yang lama. Secara umum

drainase didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang usaha

untuk mengalirkan air yang berlebihan pada suatu kawasan.

Menurut Suripin, (2004:7). drainase mempunyai arti mengalirkan,

menguras, membuang, atau mengalihkan air. Secara umum, drainase

didefinisikan sebagai serangkaian bangunan air yang berfungsi untuk

mengurangi atau membuang kelebihan air dari suatu kawasan atau

lahan, sehingga lahan dapat difungsikan secara optimal. Drainase juga

Page 23: (UJIAN AKHIR) PENGARUH PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN …

8

diartikan sebagai usaha untuk mengontrol kualitas air tanah dalam

kaitannya dengan sanitasi, dimana drainase merupakan suatu cara

pembuangan kelebihan air yang tidak diinginkan pada suatu daerah, serta

cara-cara penangggulangan akibat yang ditimbulkan oleh kelebihan air

tersebut.

Dari sudut pandang yang lain, drainase adalah salah satu unsur dari

prasarana umum yang dibutuhkan masyarakat kota dalam rangka menuju

kehidupan kota yang aman, nyaman, bersih, dan sehat. Prasarana

drainase disini berfungsi untuk mengalirkan air permukaan ke badan air

atau sumber air permukaan dan di bawah permukaan tanah, dan

bangunan resapan. Selain itu juga berfungsi sebagai pengendali

kebutuhan air permukaan dengan tindakan untuk memperbaiki daerah

genangan air dan banjir. Kegunaan dengan adanya saluran drainase ini

adalah mengeringkan daerah genangan air sehingga tidak ada akumulasi

air tanah, menurunkan permukaan air tanah pada tingkat yang ideal,

mengendalikan erosi tanah, kerusakan jalan dan bangunan yang ada,

mengendalikan air hujan yang berlebihan sehingga tidak terjadi bencana

banjir.

Sebagai salah satu sistem dalam perencanaan perkotaan, maka

sistem drainase yang ada dikenal dengan istilah sistem drainase

perkotaan. Berikut definisi drainase perkotaan :

1) Drainase perkotaan yaitu ilmu drainase yang mengkhususkan

pengkajian pada kawasan perkotaan yang erat kaitannya dengan

kondisi lingkungan sosial-budaya yang ada di kawasan kota.

Page 24: (UJIAN AKHIR) PENGARUH PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN …

9

2) Drainase perkotaan merupakana sistem pengeringan dan pengairan

air dari wilayah perkotaan yang meliputi daerah pemukiman, kawasan

industri dan perdagangan, kampus dan sekolah, rumah sakit dan

fasilitas umum, dan lapangan olahraga.

Sistem jaringan drainase perkotaan umumnya dibagi atas 2 bagian,

yaitu:

1) Sistem Drainase Makro

Sistem drainase makro yaitu sistem saluran atau badan air yang

menampung dan mengalirkan air dari suatu daerah tangkapan air hujan

(Catchment Area). Pada umumnya sistem drainase makro ini disebut juga

sebagai sistem saluran pembuangan utama (Makro system) atau

drainase primer. Sistem jaringan ini menampung aliran yang berskala

besar dan luas seperti saluran drainase primer, kanal-kanal atau sungai-

sungai. Perencanaan drainase makro ini umumnya dipakai dengan

periode ulang antara 5, 10 sampai 25 tahun dan pengukuran topografi

yang detail mutlak diperlukan dalam perencanaan sistem drainase ini.

2) Sistem Drainase Mikro

Sistem drainase mikro yaitu sistem saluran dan bangunan

pelengkap drainase yang menampung dan mengalirkan air dari daerah

tangkapan hujan. Secara keseluruhan yang termasuk dalam sistem

drainase mikro adalah saluran di sepanjang sisi jalan, saluran drainase air

hujan di sekitar bangunan, gorong-gorong, saluran drainase kota dan lain

sebagainya dimana debit air yang dapat ditampungnya tidak terlalu besar.

Page 25: (UJIAN AKHIR) PENGARUH PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN …

10

Pada umumnya drainase mikro ini direncanakan untuk hujan dengan

masa periode ulang 2, 5, 10, dan 25 tahun tergantung pada tata guna

lahan yang ada. Sistem drainase untuk lingkungan permukiman lebih

cenderung sebagai sistem drainase mikro.

C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perubahan Tata Guna Lahan

Terhadap Limpasan Drainase.

Perubahan tata guna lahan merupakan penyebab utama banjir bila

dibandingkan dengan faktor lain. Perlu pula diketahui bahwa perubahan

tata guna lahan memberikan kontribusi dominan kepada aliran

permukaan (run off). Hujan yang jatuh ke tanah, airnya akan menjadi

aliran permukaan di atas tanah dan sebagian meresap ke dalam tanah

tergantung kondisi tanahnya. (Kodoatie dan Sjarief, 2008).

Faktor penutupan lahan vegetasi cukup signifikan dalam

pengurangan atau peningkatan aliran permukaan. Hutan yang lebat

mempunyai tingkat penutup lahan yang tinggi, sehingga apabila hujan

turun ke wilayah hujan tersebut, faktor penutupan lahan ini

memperlambat kecepatan aliran permukaan, bahkan bisa terjadi

kecepatannya mendekati nol. Ketika suatu kawasan hutan menjadi

pemukiman, maka penutupan lahan kawasan ini akan berubah menjadi

penutupan lahan yang tidak mempunyai resistensi untuk menahan aliran

yang terjadi ketika hujan turun, kecepatan air akan meningkat sangat

tajam di atas lahan ini. Namun resapan air yang masuk ke dalam tanah

relatif tetap kecuali lahannya berubah. Kuantitas totalnya berubah karena

tergantung dari luasan penutup lahan (Kodoatie dan Sjarief, 2008).

Page 26: (UJIAN AKHIR) PENGARUH PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN …

11

Gambar 2. Perubahan dalam Aliran Run-off karena Perubahan

Penggunaan Lahan yang menyebabkan banjir.

Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan tata guna lahan

terhadap limpasan drainase, yaitu:

1) Kurang seragamnya dimensi saluran yang mengakibatkan dari

beberapa bangunan pemerintah yang menyesuaikan aturan

dibanding dengan masyarakat yang tidak sesuai dengan izin

membangun bangunan atau IMB.

2) Kurang berfungsinya saluran drainase, sebagai tempat mengalirnya

air hujan dari badan jalan ke saluran, hal ini dikarenakan kurangnya

pemeliharaan, yang mengakibatkan tersumbatnya saluran air tersebut

akibat pengendapan kotoran atau sampah.

3) Adanya sampah dan lumpur yang menyebabkan penyumbatan aliran

air dan kapasitas saluran menjadi kecil sehingga tidak mampu

menampung debit air hujan yang masuk terutama saat hujan lebat.

Page 27: (UJIAN AKHIR) PENGARUH PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN …

12

Hal ini berkaitan dengan kurangnya tingkat kesadaran masyarakat

terhadap kebersihan saluran.

Keterkaitan antara ruang terbuka hijau, tata guna lahan dan run off.

Jika banyak ruang terbuka hijau tentu aliran run off sedikit dikurangi,

karena sebagian meresap kedalam tanah dan sebagian lagi mengalir

kedalam saluran drainase. Tata guna lahan juga terkait dengan drainase.

Drainase merupakan sebuah sistem yang dibuat untuk menangani

persoalan kelebihan air, sehingga debit air masuk kedalam tanah dan

debit air masuk ke drainase, tidak dapat menampung kapasitas daya

tampung drainase.

Dalam perencanaan drainase perkotaan juga diperhitungkan tata

guna lahan di daerah tangkapan. Jika air hujan turun dari gunung,

sementara lahan di perkotaan sudah terbangun dan drainasenya juga

penuh dengan sampah, bisa dipastikan akan terjadi banjir. Dalam

perhitungan debit banjir untuk membuat sebuah drainase juga

diperhitungkan koefisien Pengaliran (Run off Coeficient), karakter

permukaan aspal berapa, karakter permukaan beton berapa, agar air

hujan itu cepat mengalir kedalam drainase atau sungai (saluran primer),

agar tidak terjadi genangan.

D. Hujan dan Limpasan

Menurut Wesli, (2008:19-22) Hujan dan limpasan merupakan dua

fenomena yang tidak dapat dipisahkan yang salin terkait satu sama

lainnya. Fenomena hujan merupakan fenomena alam yang tidak dapat

Page 28: (UJIAN AKHIR) PENGARUH PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN …

13

diketahui secara pasti namun dapat dilakukan perkiraan-perkiraan

berdasarkan data-data hujan terdahulu. Semakin banyak data hujan yang

kita dapatkan maka akan semakin mendekati akurasi perkiraan-perkiraan

yang dilakukan. Rumusan-rumusan yang digunakan yang digunakan

untuk mempekirakan hujan tidak ada yang pasti, rata-rata ahli hidrologi

yang melakukan penelitian tentang hujan membuat persamaan-

persamaan yang sifatnya empiris namun persamaan-persamaan ini dapat

membantu dalam perencanaan bangunan-bangunan air. Berdasarkan

penelitian yang dilakukan para ahli mengenai hujan menunjukkan bahwa

hujan-hujan yang besarnya tertentu mempunyai masa ulang rata-rata

tertentu pula dalam jangka waktu cukup panjang. Akibat terjadinya hujan

maka akan terjadi limpasan berupa air hujan yang akan mencapai sungai

tanpa mencapai permukaan air tanah yakni curah hujan yang dikurangi

sebagian dari infiltrasi, sebagian besarnya air yang tertahan dan sebagian

dari besarnya genangan.

Limpasan permukaan merupakan bagian dari curah hujan yang

berlebihan mengalir selama periode hujan atau sesudah periode hujan.

Sumber dari limpasan sebenarnya bukan hanya dari air yang mengalir di

atas permukaan saja melainkan juga dari air yang mengalir di bawah

permukaan (subsurface) yaitu sebagian air yang mengalir ke sungai dari

proses infiltrasi di bawah permukaan tanah sebelum sampai ke muka air

tanah. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi limpasan diantaranya

adalah tata guna lahan, daerah pengaliran, kondisi topografi dari daerah

pengaliran, jenis tanah dan faktor-faktor lain seperti karakteristik sungai,

Page 29: (UJIAN AKHIR) PENGARUH PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN …

14

adanya daerah pengaliran yang tidak langsung, daerah-daerah

tampungan, drainase buatan dan lain-lain. Untuk mengatasi atau

menyelesaikan masalah hujan dan limpasan dapat digunakan

persamaan-persamaan rasional yang dikemukakan para ahli yang

sifatnya empiris dengan dasar pemikiran bahwa debit yang terjadi akibat

adanya hujan yang berbanding lurus dengan intensitas hujan, dan juga

berbanding lurus dengan luas daerah hujan namun untuk mendekati

akurasi perkiraan perlu dikoreksi dengan koefisien-koefisien tertentu.

Pengaliran di dalam sungai diakibatkan terutama oleh hujan.

Jatuhnya hujan di suatu daerah baik menurut waktu maupun menurut

pembagian geografisnya tidak tetap melainkan berubah-ubah tergantung

kepada musim yang sedang berlangsung. Musim di Indonesia dikenal

musim hujan dan musim kemarau. Pada musim hujan besarnya intensitas

hujan dan lama waktu hujan dari hari ke hari, dari jam ke jam tidak sama,

demikian pula dari tahun ke tahun banyaknya hujan tidak sama dan juga

hujan maksimum dalam satu hari untuk berbagai tahun berlainan.

1) Hujan

Pengelompokan hujan setiap hari 24 jam yang besarnya tertentu

selama bertahu-tahun memperhatikan bahwa hujan-hujan kecil terjadi

lebih sering dari hujan-hujan besar. Pengenaian lebih lanjut mengenai

hujan-hujan itu menunjukkan bahwa hujan-hujan yang besarnya tertentu

yang mempunyai masa ulang rata-rata tertentu pula dengan jangka waktu

yang cukup panjang. Pada hujan harian yang besarnya 40 mm terjadi

Page 30: (UJIAN AKHIR) PENGARUH PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN …

15

rata-rata 10 tahun sekali, artinya dalam 50 tahun terjadi 5 kali atau dalam

100 tahun terjadi 10 kali dan selanjutnya hujan yang besarnya 40 mm

sehari itu mempunyai masa ulang rata-rata 10 tahun.

Jumlah air yang dihasilkan akibat hujan tergantung dari intensitas

hujan dan lama waktu hujan. Intensitas hujan yang besar dalam waktu

yang singkat akan menghasilkan jumlah air yang berbeda dengan

intensitas hujan yang kecil tapi dalam waktu lama. Keadaan yang paling

ekstrim adalah intensitas hujan yang besar dengan waktu yang lama. Hal

ini dapat mengakibatkan banjir.

Banjir terjadi akibat adanya limpasan permukaan yang sangat besar

yang disebabkan oleh hujan dan tidak dapat ditampung oleh sungai atau

saluran drainase disamping itu limpasan permukaan yang berlebihan

disebabkan tanah sudah jenuh air.

2) Limpasan

Limpasan permukaan adalah air yang mencapai sungai tanpa

mencapai permukaan air tanah yakni curah hujan yang dikurangi

sebagian dari infiltrasi dan besarnya air yang tertahan dan besarnya

genangan. Limpasan permukaan merupakan bagian yang penting dari

puncak banjir. Bagian dari curah hujan yang berlebihan dan mengalir

selama periode hujan dan sebagian lagi sesudah periode hujan.

Limpasan dapat dibagi dalam dua sumber yaitu:

a) Air yang mengalir di atas permukaan tanah.

Page 31: (UJIAN AKHIR) PENGARUH PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN …

16

b) Air yang mengalir di bawah permukaan (subsurface) yaitu bagian air

yang mengalir ke sungai dari proses infiltrasi di bawah permukaan

tanah.

E. Analisa Hidrologi

Analisa hidrologi adalah suatu analisis yang bertujuan untuk

menghitung potensi air yang ada pada daerah tertentu, untuk dapat

dimanfaatkan dan dikembangkan serta mengendalikan potensi air untuk

kepentingan masyarakat di sekitar daerah tersebut. Analisa hidrologi

merupakan dasar kesepakatan seluruh pihak yang bersangkutan

terhadap segala aspek, oleh karena itu perlu diuraikan secara jelas

seluruhnya mengenai analisa kebutuhan air dan tersedianya air. Dalam

hal ini juga mencakup analisa debit aliran. Informasi umum yang

digunakan dalam analisa hidrologi berdasarkan penggunaan lahan dalam

tiap tiga tahun durasi waktu di atas.

Data hujan yang baik diperlukan dalam melakukan analisis

hidrologi, sedangkan untuk mendapatkan data yang berkualitas biasanya

tidak mudah. Data hujan hasil pencatatan yang tersedia biasanya dalam

kondisi tidak menerus dan apabila terputusnya rangkaian data hanya

beberapa saat kemungkinan tidak menimbulkan masalah, akan tetapi

untuk kurun waktu yang lama tentu akan menimbulkan masalah di dalam

melakukan analisis. Menghadapi kondisi data seperti ini langkah yang

dapat ditempu adalah dengan melihat akan kepentingan dari sasaran

yang dituju, apakah data kosong tersebut perlu diisi kembali. Kualitas

Page 32: (UJIAN AKHIR) PENGARUH PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN …

17

data yang tersedia akan ditentukan oleh alat ukur dan manajemen

pengelolaannya.

Beberapa metode untuk mendapatkan curah hujan wilayah adalah

dengan : cara rata-rata aljabar, poligon thiessen dan isohyet. Dalam

kajian ini, analisa curah hujan wilayah digunakan metode polygon

thiessen mengingat pos penakar hujan tidak tersebar merata. (Wesli

2008, hal.43)

Gambar 3 : Pembagian wilayah dengan metode poligon Thiessen. (Wesli :2008)

Adapun cara penentuan kondisi daerah dikaitkan dengan waktu

hujan pada daerah hujan maksimal dengan pembagian wilayah untuk

mengetahui rata-rata hujan di beberapa desa atau kelurahan dengan

menggunakan metode Poligon Thiessen.

F. Perhitungan Debit Analisis

1) Debit Periode Ulang

Menurut Wesli, (2008:85) debit analisis adalah debit maksimum

yang akan dialirkan oleh saluran drainase untuk mencegah terjadinya

Page 33: (UJIAN AKHIR) PENGARUH PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN …

18

genangan. Untuk drainase perkotaan dan jalan raya, sebagai debit

rencana ditetapkan debit banjir maksimum periode ulang 5 tahun, yang

mempunyai makna kemungkinan banjir maksimum tersebut disamai atau

dilampaui 1 kali dalam 5 tahun atau 2 kali dalam 10 tahun. Penetapan

debit banjir maksimum priode ulang 5 tahun ini berdasarkan

pertimbangan:

a) Resiko akibat genangan yang ditimbulkan oleh hujan relatif kecil di

bandingkan dengan banjir yang ditimbulkan meluapnya sebuah

drainase.

b) Luas lahan di perkotaan relatif terbatas apabila ingin direncanakan

saluran yang melayani debit banjir maksimum periode ulang lebih

besar dari 5 tahun.

c) Daerah perkotaan mengalami perubahan dalam periode tertentu

sehingga mengakibatkan perubahan pada saluran drainase.

Perencanaan debit rencana untuk drainase perkotaan dan jalan

raya dihadapi dengan persoalan tidak tersedianya data aliran. Umumnya

untuk menentukan debit aliran akibat air hujan diperoleh dari hubungan

rasional antara hujan dengan limpasannya. Untuk limbah rumah tangga di

estimasikan 25 liter perorang perhari, yang meningkat secara linear

dengan jumlah penduduk. (Wesli, 2008:86).

Ada banyak rumus rasional yang dibuat secara empiris yang dapat

maenjelaskan hubungan antara hujan dengan limpasannya diantaranya

rumus metode rasional. Metode rasional ini yang akan digunakan untuk

menghitung debit analisis, dimana metode rasional adalah rumus yang

Page 34: (UJIAN AKHIR) PENGARUH PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN …

19

tertua dan yang terkenal diantara rumus-rumus empiris. Untuk pertama-

tama digunakan di Irlandia oleh Mulvaney pada tahun (1847). Metode ini

mengasumsikan bahwa laju pengaliran maksimum terjadi jika lama hujan

sama dengan waktu konsentrasi daerah alirannya. Atau dapat juga

diartikan debit limpasan akibat intensitas berlangsung selama atau lebih

lama dari waktu tiba banjir atau konsentrasi. Waktu konsentrasi adalah

waktu yang diperlukan oleh hujan yang jatuh pada titik terjauh saluran

drainase untuk mencapai outletnya (Wesli, 2008: 28).

Pemikiran secara rasional ini dapat dinyatakan secara aljabar

dengan rumus rasional berikut:

( ) = 0,00278 C.Cs.l.A. (m3/dtk) .......................................(1)

Keterangan:

( ) = Debit Analisis (m3/dtk).

C = Koefisien Pengaliran (Run off Coeficient).

Cs = Koefisien Tampungan.

I = Intensitas hujan selama waktu konsentrasi (mm/jam).

A = Luas Area (Catchment Area) (ha).

Persamaan ini dapat diartikan bahwa jika hujan sebesar 1 mm/jam

selama 1 jam pada saluran drainase seluas 1 ha2 pada permukaan yang

licin (c = 1) maka akan terjadi debit air sebesar 0,00278 m3/det.

Koefisien Pengaliran (Run off Coeficient) yang didasarkan pada

faktor-faktor daerah pengalirannya seperti: jenis tanah, kemiringan,

keadaan hutan penutupnya dan besar kecilnya banjir, intensitas hujan

selama time of concentration dan luas daerah pengaliran.

Page 35: (UJIAN AKHIR) PENGARUH PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN …

20

Besarnya koefisien pengaliran (Run off Coeficient) didasarkan pada

keadaan daerah pengaliran dengan memperhatikan Intensitas Curah

Hujan dinyatakan dengan I = d/t, pada umumnya semakin besar t maka I

semakin kecil. Intensitas hujan adalah tinggi atau kedalaman air hujan per

satuan waktu. Jika data hujan pendek tidak tersedia, yang ada hanya

data hujan harian, maka intensitas hujan dapat dihitung dengan

menggunakan rumus–rumus sebagai berikut :

Intensitas hujan (I) metode mononobe. Tim Gunadarma, (2010).

I =

∙ (

2/3......................................................................(2)

Keterangan:

I = Intensitas hujan selama time of concentrasion (mm/jam).

R = Hujan sehari (mm).

Tc = Waktu konsentrasi (jam).

Waktu konsentrasi (tc) didapat dari persamaan:

Tc = to + td ………….............................................................(3)

Keterangan:

Tc = Waktu konsentrasi (jam)

to = Waktu untuk mengalir dari permukaan lahan ke saluran

terdekat (menit)

td = Waktu pengaliran dalam saluran (menit)

Untuk melengkapi kebutuhan persamaan tersebut di atas maka

perlu dicari nilai intensitas I dan waktu konsentrasi tc.

Page 36: (UJIAN AKHIR) PENGARUH PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN …

21

2) Koefisien Pengaliran

Koefisien pengaliran (run off coeficien) adalah perbandingan

antara jumlah air hujan yang mengalir atau melimpas di atas permukaan

tanah (surface run off) dengan jumlah air yang jatuh pada atmosfir. Nilai

koefisien pengaliran berkisar antara 0 sampai dengan 1 dan bergantung

dengan jenis tanah, jenis vegetasi, karakteristik tata guna lahan dan

konstruksi yang ada di permukaan tanah seperti jalan aspal, atap

bangunan dan lain-lain yang menyebabkan air hujan tidak dapat sampai

secara langsung ke permukaan tanah sehingga tidak dapat berinfiltrasi

maka akan menghasilkan limpasan permukaan hampir 100%. Rumus

untuk menentukan koefisien pengaliran sebagai berikut, (Wesli 2014:31).

……………………………………………...………………….(4)

Keterangan :

C = Koefisien pengaliran (Run off Coeficient).

Q = Jumlah limpasan (m3/dtk) .

R = Jumlah curah hujan (mm).

Koefisien pengaliran merupakan nilai banding antara bagian hujan

yang membentuk limpasan langsung dengan hujan total yang terjadi.

Besaran ini dipengaruhi oleh tata guna lahan, kemiringan lahan, Jenis

dan kondisi tanah. Pemilihan koefisien harus memperhitungkan

kemungkinan adanya perubahan tata guna lahan dikemudian hari.

Page 37: (UJIAN AKHIR) PENGARUH PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN …

22

Berdasarkan nilai koefisien pengaliran (c) untuk daerah

penggunaan lahan di Kota Belopa ini adalah dari hasil berdasarkan

penelitian para ahli diperlihatkan tabel berikut ini:

Tabel 1 : Koefisien Pengaliran

Daerah Koefisien Aliran

a Perumahan tidak begitu rapat 0,25 - 0,40

(20 rumah/Ha)

b Perumahan kerapatan sedang 0,40 - 0,70

(20-60 rumah/Ha)

c Perumahan rapat

0,70 - 0,80

d Taman dan daerah rekreasi 0,20 - 0,30

e Daerah industry

0,80 - 0,90

f Daerah perniagaan 0,90 - 0,95

Sumber : Drainase perkotaan, (wesli, 2008:31).

3) Koefisien Tampungan

Daerah yang memiliki cekungan untuk menampung air hujan

relative mengalirkan lebih sedikit air hujan dibandingkan daerah yang

tidak memiliki cekungan sama sekali. Efek tampungan oleh cekungan ini

terhadap debit analisis diperkirakan dengan koefisien tampungan yang

diperoleh dengan rumus sebagai berikut, (Wesli, 2008:34) :

…………………………..………………………. (5)

Keterangan:

Cs = Koefisien tampungan.

Tc = Waktu kosentrasi (jam).

Page 38: (UJIAN AKHIR) PENGARUH PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN …

23

Td = Waktu aliran air mengalir didalam saluran dari hulu ke

tempat pengukuran (jam).

4) Karakteristik Hujan

Menurut Wesli, (2008:34) Karakteristik hujan dapat diketahui

berdasarkan durasi hujan, intensitas hujan dan waktu konsentrasinya.

a) Durasi hujan adalah lama kejadian hujan (menitan, jam-jaman, harian)

diperoleh terutama dari hasil pencatatan alat pengukur hujan otomatis.

Dalam perencanaan drainase durasi hujan ini sering dikaitkan dengan

waktu konsentrasi, khususnya pada drainase perkotaan diperlukan

durasi yang relative pendek, mengingat akan toleransi terhadap

lamanya genangan.

b) Lengkung intesitas hujan Lengkung intesitas hujan adalah grafik yang

menanyakan hubungan antara intensitas hujan dengan durasi hujan,

hubungan tersebut dinyatakan dalam bentuk lengkung intensitas hujan

dengan priode ulang hujan tertentu.

Gambar 4. Kurva Intensitas Hujan

0

20

40

60

80

100

120

5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90

Inte

nsi

tas

Hu

jan

(m

m/j

am)

Durasi Hujan ( Menit)

I 2

I 5

Page 39: (UJIAN AKHIR) PENGARUH PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN …

24

c) Waktu konsentrasi (Tc) Waktu konsentrasi adalah waktu yang

diperlukan untuk mengalirkan air dari titik yang paling jauh pada

daerah aliran ke titik control yang ditentukan pada bagian hilir suatu

saluran. Debit limpasan dari sebuah daerah akan maksimum apabila

seluruh aliran dari tempat terjauh dengan aliran tempat-tempat

dihilirnya tiba ditempat pengukuran secara bersama-sama. Hal ini

member pemahaman bahwa debit maksimum tersebut akan terjadi

apabila durasi hujan harus sama atau lebih besar dari waktu

konsentrasi. Pada prinsipnya waktu konsentrasi dapat dibagi menjadi:

(1) Inlet time (To), yaitu waktu yang diperlikan oleh air untuk mengalir

diatas permukaan tanah menuju saluran drainase.

(2) Conduit time (Td), yaitu waktu yang diperlikan oleh air untuk

mengalir disepanjang saluran sampai titik control yang ditentukan

dibagian hilir.

Waktu konsentrasi untuk drainase perkotaan terdiri dari waktu

yang diperlukan air untuk mengalir melalui permukaan tanah dari tempat

terjauh ke saluran terdekat (inlet time) ditambah waktu untuk mengalir

didalam saluran ke tempat pengukuran (conduit time). Waktu konsentrasi

dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut, (Wesli, 2008:36) ;

Tc = To +Td ….................................................................(6)

Dimana :

Tc = Waktu konsentrasi (jam).

Page 40: (UJIAN AKHIR) PENGARUH PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN …

25

To = Inlet time, waktu yang diperlukan air hujan mengalir

dipermukaan tanah dari titik terjauh ke saluran

terdekat (jam).

Td = Conduit time, waktu yang diperlukan air hujan mengalir

didalam saluran sampai ketempat pengukuran (jam).

Gambar 5: Lintasan aliran waktu inlet time (to) dan conduit time (td).

Wesli, (2008: 37)

Waktu konsentrasi besarnya sangat bervariasi dan dipengaruhi oleh

factor-faktor berikut ini:

a) Luas daerah pengaliran.

b) Panjang saluran drainase.

c) Kemiringan dasar saluran.

d) Debit dan kecepatan aliran.

Harga To dan Td dan Tc dapat diperoleh dari rumus-rumus

empiris, salah satunya adalah rumus Kirpich, seperti berikut ini:

√ ……….….......................................... (7)

Keterangan:

To = Inlet time ke saluran terdekat (menit).

Lo = Jarak aliran terjauh diatas tanah hingga saluran

terdekat (m)

Page 41: (UJIAN AKHIR) PENGARUH PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN …

26

So = Kemiringan permukaan tanah yang dilalui aliran

diatasnya.

Harga Td ditentukan oleh panjang saluran yang dilalui aliran dan

kecepatan aliran didalam saluran, seperti ditunjukkan oleh rumus

sebagai berikut:

Td =

…………………………………............................ (8)

Keterangan:

Td = Conduit time sampai ke tempat pengukuran (jam).

L1 = Jarak yang ditempuh aliran dalam saluran ke tempat

pengukuran (m).

V = Kecepatan aliran dalam saluran (m/det).

Lama waktu mengalir didalam saluran (Td) di tentukan dengan

rumus sesuai dengan kondisi salurannya, untuk saluran alami, sifat-sifat

hidroliknya sukar ditentukan, maka Td dapat ditentukan dengan

menggunakan perkiraan kecepatan air pada saluran buatan nilai

kecepatan aliran dapat dimodifikasi berdasarkan nilai kekasaran dinding

saluran menurut Manning, Chezy atau yang lainnya.

Tabel 2 : Kecepatan aliran dalam saluran

Kemiringan rata-rata dasar saluran Kecepatan rata-rata

% (m/dtk)

kurang dari 1 0,40

1 – 2 0,60

2 – 3 0,90

6 – 10 1,50

10 – 15 2,40

Sumber : Wesli, (2008:39).

Page 42: (UJIAN AKHIR) PENGARUH PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN …

27

Harga Tc ditentukan oleh panjang saluran yang dilalui aliran dan

kemiringan saluran, seperti yang ditunjukkan oleh rumus sebagai berikut:

Tc = 0.00013

……………………….………..………..…(9)

Keterangan:

Tc = Waktu konsentrasi (jam)

L = Panjang jarak dari tempat terjauh didaerah aliran sampai

tempat pengamatan banjir, diukur menurut jalannya

sungai (km).

S = Perbandingan dari selisih tinggi antra tempat terjauh dan

tempat pengamatan, diperkirakan sama dengan kemiri-

ngan rata-rata dari daerah aliran.

F. Perhitungan Debit Rencana

Pada saluran drainase pada perkotaan secara umum dikenal ada

dua jenis konstruksi saluran, yaitu:

1) Saluran tanah tanpa lapisan, dan

2) Saluran dengan lapisan, seperti pasangan batu, beton, kayu, dan

baja.

Saluran tanah memiliki maksimum yang dibatasi oleh kemampuan

jenih tanah setempat terhadap bahaya erosi akibat aliran terlalu cepat.

Hal tersebut menjadi salah alasan mengapa diperlukanya saluran dengan

lapisan, meskipun harga saluran dengan lapisan lebih mahal.

Untuk drainase perkotaan dan jalan raya umumnya dipakai saluran

dengan lapisan. Selain alasan seperti dikemukakan diatas, estetika dan

Page 43: (UJIAN AKHIR) PENGARUH PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN …

28

kestabilan terhadap gangguan dari luar seperti lalu lintas merupakan

alasan lain yang menuntut saluran drainase perkotaan dan jalan raya

dibuat dari saluran dengan lapisan. Saluran ini dapat berupa saluran

terbuka atau saluran yang diberi tutup dengan lubang-lubang kontrol di

tempat-tempat tertentu. Saluran yang diberi tutup ini bertujuan supaya

saluran memberikan pandagan yang lebih baik atau ruang gerak bagi

kepentingan lain.

1) Kriteria Teknis

Dalam perencanaan dan pelaksanaan pembuatan saluran

drainase, kriteria teknis saluran drainase untuk air hujan dan air limbah

perlu diperhatikan agar saluran drainase tersebut dapat bekerja sesuai

dengan fungsinya. Kriteria teknis saluran drainase adalah:

a) Kriteria teknis saluran drainase air hujan:

(1) Muka air rancangan lebih rendah dari muka tanah yang akan

dilayani;

(2) Aliran berlangsung cepat, namun tidak menimbulkan erosi;

(3) Kapasitas saluran membesar searah aliran.

b) Kriteria teknis saluran drainase air limbah:

(1) Muka air rencana lebih rendah dari muka tanah yang akan dilayani;

(2) Tidak mencemari kualitas air sepanjang lintasannya;

(3) Tidak mudah dicapai oleh binatang yang dapat menyebarkan

penyakit;

Page 44: (UJIAN AKHIR) PENGARUH PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN …

29

(4) Ada proses pengeceran atau penggelontoran sehingga kotoran

yang ada dapat terangkut secara cepat sehingga ketempat

pembuagan akhir;

(5) Tidak menyebarkan bau atau menggangu estetika.

2) Bentuk Penampang Saluran

Mengingat bahwa tersedianya lahan merupakan hal yang perlu

dipertimbangkan, maka penampang saluran drainase perkotaan dan jalan

raya dianjurkan mengikuti penampang hidrolis terbaik, yaitu suatu

penampang yang memiliki luas terkecil untuk suatu debit tertentu atau

memiliki keliling basah yang terkecil dengan hantaran maksimum. Unsur-

unsur giometris penampang hidrolis terbaik diperlihatkan pada tabel

berikut ini:

Tabel 3: Unsur geometrik penampang hidrolis terbaik

No Penampang Melintang

Luas (A) Keliling Basah

(P)

Jari-jari Hidrolis

(R)

Lebar Puncak (T)

1 Trapesium (se-

tengah segi enam)

3/√3. 6/√3.y

.y 4/√3.y

2 Persegi Panjang (setengah bujur sangkar)

2. 4.y

.y 2.y

3 Segitiga (setengah bujur sangkar)

4/√2.y

√2.y 2.y

4 Setengah Lingkaran

.

.y 2.y

5 Parabola

.√2.

.√2.y

.y 2.√2.y

6 Lengkung Hidrolis 1,3959. 2,9836.y 0,46784.y 1,917532.y

Sumber : Wesli, (2008:93).

Page 45: (UJIAN AKHIR) PENGARUH PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN …

30

Gambar 6. Penampang hidrolis terbaik penampang melintang persegi

panjang dan penampang melintang trapesium. (Wesli,

2008:94).

Untuk mencegah gelombang atau kenaikan muka air yang melimpah

ke tepi, maka perlu tinggi jagaan pada saluran, yaitu jarak vertikal dari

puncak saluran ke permukaan air pada kondisi debit rencana. Tinggi

jagaan ini (F) berkisar 5% sampai 30% kedalam aliran.

3) Dimensi Saluran

Dimensi saluran harus mampu mengalirkan debit rencana atau kata

lain debit yang dialirkan oleh saluran ( ) sama atau lebih besar

dari debit ( ). Hubungan ini ditentukan sebagai berikut.

( ) ≥ ( ) ............................................................(10)

Debit suatu penampang saluran ( ) dapat diperoleh dengan

menggunakan rumus seperti di bawah ini.

= A. V.......................................................................(11)

Di mana:

= Debit rencana (m3/dtk)

Page 46: (UJIAN AKHIR) PENGARUH PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN …

31

As = luas penampang saluran tegak lurus arah aliran ( ).

V = kecepatan rata-rata aliran di dalam saluran (m/detik)

Kecepatan rata-rata aliran di dalam saluran dapat di hitung dengan

menggunakan rumus Manning sebagai berikut:

½ ................................................................ (12)

............................................................................... (13)

As =

………………………..………………………….………… (14)

W = ………………………………………….………… (15)

P = b + 2h ......................................................................... (16)

Di mana:

As = Luas penampang saluran tegak lurus arah aliran ( )

V = Kecepatan rata-rata aliran di dalam saluran (m/detik)

n = Koefisien kekasaran Manning (tabel 4)

R = Jari-jari hidrolis (m)

S1 = Kemiringan dasar saluran

P = Keliling basah saluran (m)

W = Tinggi jagaan (m)

h = Tinggi air dalam saluran (m)

Page 47: (UJIAN AKHIR) PENGARUH PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN …

32

Tabel 4: Koefisien kekasaran Manning untuk gorong-gorong dan saluran

pasangan.

Kondisi Saluran Manning (n) G. Kutter (m)

Saluran Alam

Saluran Berumput

Saluran Tanah Beraturan

Saluran Pasangan Batu

Saluran Pasangan Acian

Saluran Beton

0,045

0,040

0,030

0,025

0,015

0,015

0,050

0,035

0,020

0,015

0,010

0,012

Sumber : Pedoman teknik perencanaan drainase perkotaan hal 49.

Perhtungan dimensi saluran drainase perkotaan dan jalan raya

dianjurkan memperhatikan hal-hal berikut:

a) Karena alasan teknis dan estetika, saluran direncanakan dengan

lapisan atau pasangan tahan erosi.

b) Pada saluran dengan pasangan ini kecepatan aliran maksimum yang

dapat menyebabkan erosi tidak perlu ipertimbangkan. Demikian juga

dengan kecepatan yang dapat mencegah tumbuhnya vegetasi, yaitu

Vmin = 0,6 m/det dapat juga diabaikan karena dengan asumsi saluran

dipelihara dan dibersihkan.

c) Hendaknya dipakai saluran penampang hidrolis terbaik, yaitu

penampang dengan luas minimum mampu membawa debit

maksimum (tabel 3).

Page 48: (UJIAN AKHIR) PENGARUH PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN …

33

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian

Gambaran tentang lokasi penelitian, baik secara umum dalam arti

lokasi penelitian secara keseluruhan dalam hal ini Kecamatan Belopa

maupun secara khusus dalam hal penelitian yaitu Kantor Camat Belopa

sangat penting untuk dikemukakan. Karena hal ini juga dapat membantu

dalam rangka membahas dan menganalisa masalah-masalah yang

didapatkan pada penelitian dan penulisan ini. Belopa adalah ibu kota baru

Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan. Kabupaten Luwu menjadikan kota

Belopa selaku ibu kota, setelah memindahkan ibu kota dari Palopo,

karena Palopo menjadi kota otonomi, hasil pemekaran dari Kabupaten

Luwu, sehingga Kabupaten Luwu harus memindahkan ibu kota ke

sebelah selatan, sekitar 50 km dari kota Palopo. Belopa terletak di pinggir

jalan raya Trans-Sulawesi, suatu kecamatan yang terletak di antara kota

Palopo dan kota Makassar.

Jalan yang menghubungkan Kecamatan Belopa dengan Kecamatan

lainnya sudah cukup memadai dengan adanya jalan aspal sehingga arus

transportasi darat berjalan lancar. Demikian juga dengan jalan kecamatan

yang menghubungkan desa atau kelurahan yang satu dengan desa atau

kelurahan yang lainnya sebagian besar merupakan jalan aspal yang

kondisinya cukup baik.

Page 49: (UJIAN AKHIR) PENGARUH PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN …

34

Kecamatan Belopa mempunyai luas wilayah seluas 59,26 km². yang

terbagi dalam 9 desa atau kelurahan. Wilayahnya yang berbatasan

langsung dengan Teluk Bone menjadikan kecamatan ini terdiri atas desa

atau kelurahan, pantai dan bukan pantai. 3 desa atau kelurahan

diantaranya merupakan desa atau kelurahan pantai, dan 6 desa atau

kelurahan yang lainnya adalah desa atau kelurahan bukan pantai.

Sehingga ketinggian rata-rata dari permukaan laut berkisar antara 0 - 60

meter.

B. Peralatan dan waktu Penelitian

Peralatan yang akan digunakan untuk pengecekan lapangan

diantaranya: Leptop dengan koneksi Google Earth, GPS Garmin, meteran

5 m, camera, alat tulis dan kompas. Rencana penelitian akan

dilaksanakan pada bulan Juni sampai bulan Agustus 2014.

C. Metode Pelaksanaan Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode survei atau

observasi lapangan. Dan penelitian ini dibagi menjadi 3 (tiga) tahapan

yaitu: tahapan pertama persiapan, kedua pengumpulan data dan ketiga

pengolahan dan analisis data prediksi limpasan drainase dan debit

analisa, dengan uraian tahapan adalah:

1) Persiapan

Persiapan dimaksud untuk mengumpulkan data-data pendahuluan

seperti peta jenis tanah, peta citra satelit, peta adiministratif kabupaten

Page 50: (UJIAN AKHIR) PENGARUH PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN …

35

luwu, peta RTRW Kota Belopa, Peta Infrastruktur Kabupaten Luwu, dan

peta dari GPS atau Google Earth. Kemudian dipersiapkan alat-alat yang

akan dipergunakan pada pengamatan lapangan. Peta dasar yang

digunakan adalah peta rupa bumi skala 1 : 500.000 dijadikan sebagai

pedoman dalam pengamatan lapangan.

2) Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan meliputi: Parameter hidrologi untuk

mendukung estimasi debit rencana dengan metode rational yaitu:

koefisien run-off yang didasarkan pada faktor-faktor daerah pengalirannya

seperti, kemiringan saluran, keadaan penggunaan lahan atau besar

kecilnya limpasan, intensitas hujan selama time of concentration, luas

daerah pengaliran, dan Inventori saluran drainase.

3) Pengolahan dan Analisis Data

Menganalisis debit analisis dengan metode rasional yaitu: rumus

rasional adalah rumus yang tertua dan yang terkenal diantar rumus-

rumus empiris. Pemikiran secara rasional ini dapat dinyatakan secara

aljabar dengan rumus rasional berikut: ( )= 0,00278 C.Cs.l.A.

(m3/dtk), Koefisien run-off yang didasarkan pada faktor-faktor daerah

pengalirannya seperti:, kemiringan, keadaan penggunaan lahan atau

besar kecilnya limpasan, intensitas hujan selama time of concentration,

luas daerah pengaliran dan Inventori saluran drainase. Besarnya

koefisien run-off (C) didasarkan pada keadaan daerah pengaliran seperti

Page 51: (UJIAN AKHIR) PENGARUH PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN …

36

terlihat pada Tabel 1. Intensitas hujan ( I ) didapat dari persamaan: I =

(R/24).(24/tc)2/3 , dan waktu konsentrasi didapat dengan persamaan: Tc =

0.00013

.

4). Peta Topografi

Keadaan geografis Kota Belopa merupakan salah satu kecamatan

dari 21 Kecamatan yang ada di Kabupaten Luwu. Kecamatan Belopa ini

berbatasan dengan :

a) Sebelah utara dengan Kecamatan Belopa utara.

b) Sebelah timur dengan Teluk Bone.

c) Sebelah selatan dengan Kecamatan suli.

d) Sebelah barat dengan Kecamatan Bajo.

Gambar 7: Peta topografi Kota Belopa, BPS Kab. Luwu, 2014

Page 52: (UJIAN AKHIR) PENGARUH PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN …

37

D. Low Chart Penelitian atau Bagan alur penelitian

Secara garis besar penelitian ini dapat di lihat dalam diagram alur

sebagai berikut.

Tidak

Ya

Gambar 8. Bagan Alur Penelitian

Selesai

SEKUNDER

Curah Hujan 3 Stasiun

Penggunaan lahan, 2005, 2008, dan 2011

Peta Topografi

HASIL

Debit Limpasan Pada Saluran Drainase

PRIMER

Koefisien (run-off ) pada penggunaan lahan

Inventori saluran

Daerah aliran air

MULAI

Penentuan Lokasi Penelitian

Pengambilan Data

Perhitungan ≥Perhitungan ( )

Validasi data atau Pengelolahan

data

Page 53: (UJIAN AKHIR) PENGARUH PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN …

38

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Kondisi Klimatologi

Kondisi klimatologi lokasi penelitian didasarkan pada data yang

dikumpulkan dari instansi pemerintah seperti Badan Meteorologi dan

Geofisika. Berdasarkan data tersebut kondisi iklim di lokasi penelitian

adalah musim kemarau (dengan curah hujan kurang dari 100 mm/bulan)

umumnya berlangsung dari bulan Juni sampai dengan bulan Oktober,

dan musim hujan berlangsung antara bulan Nopember sampai dengan

bulan Mei. Suhu rata-rata berkisar antara 24 oC sampai 27 oC.

B. Topografi

Secara umum kondisi topografi Kota Belopa adalah sedang

sampai landai dengan kemiringan lahan 2 - 3 % pada lahan di hulu

(sebelah barat jalan propinsi) dan sekitar 1% pada lahan di hilir (sebelah

timur jalan propinsi). Penggunaan lahan dilokasi ini, sebagian besar

berupa sawah fungsional dengan tanaman padi, sebagian berupa semak

belukar dan kebun coklat. Elevasi rata–rata lahan adalah antara + 2

sampai dengan + 33 m di atas permukaan laut.

Tabel 5 : Kondisi topografi drainase jalan Kota Belopa

No. Nama Saluran Elevasi (m) Panjang

Saluran (m) Kemiringan

(%) Awal Akhir

1 Jl. S. Saso 44.000 36.000 367 0.022

2 Jl. Pendidikan 90.000 36.000 317 0.170

Sumber : Hasil perhitungan

Page 54: (UJIAN AKHIR) PENGARUH PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN …

39

Tabel 5 : Kondisi topografi drainase jalan Kota Belopa. (Lanjutan 1).

No. Nama Saluran Elevasi (m) Panjang

Saluran (m) Kemiringan

(%) Awal Akhir

3 Jl. Balubu 73.000 32.000 2560 0.160

4 Jl. Balubu 1 66.000 61.000 168 0.030

5 Jl. Balubu 2 88.000 51.000 424 0.087

6 Jl. Balubu 3 54.000 38.000 506 0.032

7 Jl. Balubu 4 37.000 27.000 1160 0.086

8 Jl. Balubu 5 50.000 30.000 2100 0.095

9 Jl. Pemuda Radda 43.000 17.000 3670 0.007

10 Jl. Merdeka Selatan 24.000 14.000 309 0.032

11 Jl. Topoka 25.000 13.000 4970 0.002

12 Jl. Kalobang 21.000 10.000 2730 0.004

13 Jl. Kalobang 1 20.000 11.000 1950 0.005

14 Jl. Senga Selatan 25.000 5.000 3520 0.006

15 Jl. Jend. Sudirman 17.000 11.000 799 0.008

16 Jl. Banawae 34.000 14.000 1120 0.018

17 Jl. Pangerang 18.000 13.000 815 0.006

18 Jl. H. A Pangerang 18.000 9.000 1760 0.005

19 Jl. S. Paremang 18.000 5.000 2560 0.005

20 Jl. Ali Sammang 19.000 10.000 1850 0.005

21 Jl. S. Paremang 1 11.000 8.000 503 0.006

22 JL. G. Latimojong 42.000 16.000 6530 0.004

23 JL. Pendidikan 41.000 38.000 148 0.020

24 JL. Hos, Aminoto 38.000 36.000 523 0.004

25 JL. Cakrawala 42.000 29.000 2870 0.005

26 JL. Jambu 38.000 31.000 1830 0.004

27 JL. Jambu 1 40.000 31.000 210 0.043

28 JL. Jambu 2 35.000 32.000 152 0.020

29 JL. Jambu 3 37.000 31.000 302 0.020

30 JL. Cilallang 42.000 24.000 3850 0.005

31 JL. Palawagau 38.000 27.000 1920 0.006

32 JL. A. D Jemma 20.000 14.000 847 0.007

33 JL. Sultan Hasanuddin 19.000 15.000 788 0.005

34 JL. Topaka 19.000 11.000 3100 0.003

35 JL. Ali Sammang 19.000 10.000 1850 0.005

36 JL. Pemuda Radda 43.000 17.000 3670 0.007

37 Jl. g. Latimojong 42.000 16.000 6530 0.004

38 JL. Bakti 22.000 18.000 166 0.024

39 JL. Jend. Sudirman 17.000 12.000 547 0.009

Sumber : Hasil perhitungan

Page 55: (UJIAN AKHIR) PENGARUH PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN …

40

Tabel 5 : Kondisi topografi drainase jalan Kota Belopa.(Lanjutan 2).

No. Nama Saluran Elevasi(m) Panjang

Saluran (m) Kemiringan

(%) Awal Akhir

40 JL. Tampumia Radda 1 17.000 15.000 213 0.009

41 JL. Tampumia Radda 2 19.000 16.000 177 0.017

42 JL. Tampumia Radda 3 16.000 15.000 155 0.006

Sumber : Hasil perhitungan

Dilihat dari kawasan Kota Belopa ini mempunyai daratan yang

datar sehingga kawasan ini menjadi faktor-faktor terjadi limpasan di

sebabkan pada karateristik sungai, adanya daerah pengaliran yang tidak

langsung, drainase buatan dan lain-lain. oleh karena itu dari pengamatan

pada lokasi ini ketika hujan tertinggi datang akan menjadi masalah,

berdasarkan dalam Peta citra satelit pada pembahasan lebih awal.

Adapun hasil di peroleh pada tabel adalah sebagai berikut;

Tabel 6 : Ketinggian Letak Desa atau Kelurahan Dari Permukaan Laut (meter) dan Letak Dilintasi Sungai Di Kecamatan Belopa Tahun 2011

No Desa/

Kelurahan

Ketinggian (mdpl) Letak Dilintasi

Sungai

0-20 21-40 41-60 61 -80 81-100 >100 Dilintasi Sungai

Tidak Dilintasi Sungai

(1) (2) (3

) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

1 Balubu - - 1 - - - √ -

2 Pasamai 1 - - - - - √ -

3 Senga Selatan 1 - - - - - - √

4 Senga 1 - - - - - - √

5 Belopa 1 - - - - - - √

6 Balo-Balo 1 - - - - - - √

7 Karrusumanga 1 - - - - - √ -

8 Tanamanai 1 - - - - - - √

9 Tampumia Radda

1 - - - - - - √

Jumlah 8 - 1 - - - 3 6

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Luwu, Kecamatan dalam

angka 2011.

Page 56: (UJIAN AKHIR) PENGARUH PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN …

41

C. Sumber Air

Sumber air utama atau air tawar untuk lokasi tersebut adalah dari

Sungai Bajo (Sungai Saso, luas DAS dilokasi penelitian ini adalah 312

km2, dengan lebar rata-rata 100 m, memiliki beberapa anak sungai

antara lain Sallu Ranteballa, Sallu Bone, dan Sallu Kompi. Bersumber

dari pegunungan Latimojong, mengalir melewati dataran Bajo dan Cimpu,

bermuara ke teluk Bone.

1. Daerah aliran

Daerah aliran adalah daerah yang dibatasi oleh batas-batas

topografi sehingga air yang menggenanginya tidak membebani daerah

aliran lainnya. Membagi suatu daerah menjadi beberapa daerah

pelayanan mempunyai keuntungan, yaitu luas daerah genangan menjadi

lebih kecil sehingga debit rencana yang dialirikan saluran menjadi relatif

lebih kecil, dan akhirnya dapat memberikan dimensi saluran menjadi

relatif lebih ekonomis. Selain itu, dapat menghindari terjadinya

kemungkinan letak elevasi dasar saluran atau elevasi permukaan air di

saluran berada di bawah elevasi muka air sungai.

Dari hasil data yang di peroleh di Badan Pusat Statistik (BPS Kab.

Luwu) panjang sungai berkisar antara ± 7,00 km, yang berada di Desa

Karussumanga ke Desa Pasamai.

Berdasarkan penelitian melalui google earth titik koordinat

geografis Kota Belopa yaitu; Garis lintang 3° 22’ 53.86” LS dan garis

bujur 120° 21’ 18.27” BT.

Page 57: (UJIAN AKHIR) PENGARUH PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN …

42

2. Letak stasiun

Dalam pembahasan ini, kita memahami bahwa di dalam menghitung

curah hujan, penelitian ini dapat memperoleh metode thiessen rerata

curah hujan dalam tiga station ini di lihat dari situasi kondisi lapangan dan

data ketinggian elevasi.

Adapun stasiun curah hujan yang terdapat di sekitar Kota Belopa

yaitu;

a) Stasiun Komba yang terletak di Kec. Larompong Kab. Luwu. Pada titik

Koordinat, Garis Lintang 3° 32’ 20” LS dan garis bujur 120° 21’04” BT.

b) Stasiun Rumaju yang terletak di Kec. Bajo Kab. Luwu. Pada titik

Koordinat, Garis lintang 3° 22’ --” LS dan garis bujur 120° 19’ --” BT.

c) Stasiun Muladiming yang terletak di Kec. Bupon Kab. Luwu.

Gambar 9 : Titik Koordinat stasiun curah hujan ( Sumber : Hasil Gambar

topografi ). 2014

Luas Kota Belopa = 5018,20 Ha

Page 58: (UJIAN AKHIR) PENGARUH PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN …

43

Luas pengaruh: Koefisien Thiessen:

Luas tadah hujan stasiun Komba ( ) = 2570,00 w1 = 51,21 %

Luas tadah hujan stasiun Rumaju = 914,00 w2 = 18,21 %

Luas tadah hujan stasiun Muladiming )= 1534,20 w3 = 30,57 % 5018,20

Tabel 7: Perhitungan Metode Aljabar dan Metode Polygon Thiessen

Tahun Kondisi Tanggal

Stasiun Rata - rata

Thiessen Max

Komba Rumaju Muladiming

1999

1 26-May 80 0 6 42.81

2 14 - Nov 0 400 0 72.85 72.855

3 04 - Jan 50 0 55 42.42

2000

1 24 - Okt 75 0 0 38.41

2 23 - Mar 20 200 10 49.73 49.727

3 23 - Mar 20 200 10 49.73

2001

1 30 - Apr 65 100 0 51.50

2 16 - Nov 0 200 0 36.43 51.503

3 20 - Jan 0 0 20 6.11

2002

1 07 - May 87 0 0 44.56

2 11 - Jun 75 100 14 60.90 60.904

3 08 - Jun 10 0 20 11.24

2003

1 08 - Jul 75 0 0 38.41

2 09 - Des 0 150 0 27.32 38.410

3 17 - Feb 15 0 20 13.80

2004

1 02 - Jun 95 0 0 48.65

2 06 - Jan 5 200 0 38.99 48.653

3 - 0 0 0 0.00

2005

1 23 - Jun 85 0 43 56.68

2 19 - Apr 0 50 6 10.94 56.678

3 26 - Jan 0 0 110 33.63

2006

1 09 - Jan 85 0 3 44.45

2 17 - Apr 25 20 0 16.45 44.449

3 27 - Feb 0 0 60 18.34

Page 59: (UJIAN AKHIR) PENGARUH PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN …

44

Tabel 7 : Perhitungan Metode Aljabar dan Metode Polygon Thiessen.

(Lajuntan 1).

2007

1 21 - Apr 145 0 4 75.48

2 31 - Okt 0 50 0 9.11 75.483

3 12 - Jun 20 0 68 31.03

2008

1 04 - May 100 0 20 57.33

2 23 - Apr 65 70 6 47.87 57.328

3 03 - Des 5 0 50 17.85

2009

1 02 - Jan 75 0 15 43.00

2 23 - Nov 0 70 0 12.75 42.996

3 03 - Des 0 0 50 15.29

2010

1 22 - May 70 0 15 40.44

2 21 - Ags 0 100 10 21.27 40.435

3 10 - Mar 0 0 89 27.21

2011

1 04 - May 75 0 15 43.00

2 28 - May 0 100 10 21.27 15.286

3 22 - May 0 0 50 15.29

2012

1 05 - Jul 85 0 0 43.53

2 04 - Apr 0 100 0 18.21 43.532

3 22 - Feb 0 0 94 28.74

2013

1 12 - Jul 50 0 0 25.61

2 21 - May 10 100 0 23.34 30.802

3 23 - Feb 10 0 84 30.80

Sumber : Hasil Perhitungan D. Penggunaan lahan drainase

Penggunaan lahan drainase adalah suatu daerah yang memiliki

jaringan drainase mulai dari hulu hingga ke satu muara pembuang

tersendiri sehingga jaringan drainasenya terpisah dengan jaringan

drainase daerah pelayanan lainnya. Daerah pelayanan dapat terdiri dari

satu atau lebih daerah aliran. Oleh sebab itu air akan tertampung dan

mengakibatkan luapan pada daerah tersebut, adapun tabel penggunaan

Page 60: (UJIAN AKHIR) PENGARUH PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN …

45

lahan dalam penelitian ini, untuk melihat bagaimana mengetahui koefisien

suatu aliran (run off).

Tabel 8 : Luas lahan kering menurut jenis pengunaannya di rinci per

desa atau kelurahan di Kecamatan Belopa tahun 2011

No Desa/

Kelurahan (Ha)

Bangunan/ Pekarangan

(Ha)

Tegal/ Kebun (Ha)

Ladang/ Huma (Ha)

Hutan (Ha)

Perkebunan(Ha)

Tambak/ Kolam (Ha)

Lainnya (Ha)

Jumlah (Ha)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

1 Balubu 21,80 47,00 - 294,00 499,00 - 850,00 1.712,00

2 Pasamai 13,00 7,00 - - 64,45 - 177,55 262,00

3 Senga

Selatan 23,80 11,00 - - 119,00 287,20 211,00 652,00

4 Senga 86,00 6,00 - - 57,00 332,00 20,00 501,00

5 Belopa 22,00 6,00 - - 57,00 277,20 20,00 382,20

6 Balo-Balo 39,00 4,00 - - 185,00 - 110,00 338,00

7 Karrusu-

Manga 10,30 8,50 - - 87,00 - 414,20 520,00

8 Tana-

Manai 21,00 - - - 50,00 - 230,00 301,00

9 Tampumia

Radda 30,00 3,00 - - 45,75 - 271,00 350,00

Jumlah 266,90 92,50 - 294,00 1.164,40 896,40 2.304,00 5.018,2

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Luwu, 2011.

Tabel 9 : Luas lahan kering menurut jenis pengunaannya di rinci per desa

atau kelurahan di Kecamatan Belopa tahun 2008

No Desa/

Kelurahan (Ha)

Bangunan/ Pekarangan

(Ha)

Tegal/ Kebun (Ha)

Ladang/ Huma (Ha)

Hutan (Ha)

Perkebunan(Ha)

Tambak/ Kolam (Ha)

Lainnya (Ha)

Jumlah (Ha)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

1 Balubu 22,00 46,00 - 294,00 499,00 - 850,00 1.711,00

2 Pasamai 13,00 7,00 - - 64,40 - 177,60 262,00

3 Senga

Selatan 23,80 11,00 - - 119,00 287,20 211,00 652,00

4 Senga 86,00 6,00 - - 57,00 332,00 20,00 501,00

Page 61: (UJIAN AKHIR) PENGARUH PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN …

46

Tabel 9 : Luas lahan kering menurut jenis pengunaannya di rinci per desa

atau kelurahan di Kecamatan Belopa tahun 2008. (Lanjutan 1).

No Desa/

Kelurahan (Ha)

Bangunan/ Pekarangan

(Ha)

Tegal/ Kebun (Ha)

Ladang/ Huma (Ha)

Hutan (Ha)

Perkebunan(Ha)

Tambak/ Kolam (Ha)

Lainnya (Ha)

Jumlah (Ha)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

5 Belopa 22,00 6,00 - - 57,00 277,00 20,00 382,00

6 Balo-Balo 39,00 4,00 - - 185,00 - 110,00 338,00

7 Karrusu-

Manga 10,30 8,50 - - 87,00 - 414,20 520,00

8 Tana-

Manai 21,00 - - - 50,00 - 230,00 301,00

9 Tampumia

Radda 30,00 3,00 - - 45,75 - 271,25 350,00

Jumlah 267,10 91,50 - 294,00 1.164,15 896,20 2.304,05 5.017,00

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Luwu, 2008.

Tabel 10 : Luas lahan kering menurut jenis pengunaannya di rinci per desa atau kelurahan di Kecamatan Belopa tahun 2005.

No Desa/

Kelurahan (Ha)

Bangunan/ Pekarangan

(Ha)

Tegal/ Kebun (Ha)

Ladang/ Huma (Ha)

Hutan (Ha)

Perkebunan(Ha)

Tambak/ Kolam (Ha)

Lainnya (Ha)

Jumlah (Ha)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

1 Balubu 12,55 45,00 - 294,00 447,30 - 939,45 1.743,03

2 Pasamai 5,18 7,00 - - 116,09 - 132,63 260,90

3 Senga

Selatan 7,94 11,00 - - 188,87 416,48 67,42 691,72

4 Senga 124,89 6,00 - - 11,06 237,66 66,31 445,92

5 Belopa 6,91 6,00 - - 177,82 183,44 2,21 376,37

6 Balo-Balo 6,91 4,00 - - 215,59 - 88,42 314,92

7 Karrusu-

Manga 3,05 1,50 - - 274,56 - 229,00 508,11

8 Tana-

Manai 28,20 - - - 9,21 - 267,47 304,88

9 Tampumia

Radda 8,06 1,00 - - 202,69 - 107,21 318,96

Jumlah 203,69 81,50 - 294,00 1.164,15 896,20 1900,12 4964,81

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Luwu, 2005.

Page 62: (UJIAN AKHIR) PENGARUH PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN …

47

E. Langkah Perhitungan Debit Analisis

Untuk dapat memahami penentuan debit analisis berikut ini

diberikan contoh dengan angka-angka. Pada perencanaan sebuah

drainase perkotaan dimisalkan suatu daerah aliran memiliki luas 59,26

dengan tipe kawasan yang terdapat di dalamnya sebagai berikut:

a) Untuk kawasan bangunan atau pekarangan 0,2669 ; dengan

koefisien pengaliran di ambil 0,60.

b) Untuk kawasan tegal atau kebun 0,925 ; dengan di ambil koefisien

pengaliran 0,45.

c) Untuk kawasan hutan 0,294 ; dengan koefisien pengaliran di ambil

0,75.

d) Untuk kawasan perkebunan 1,164 ; dengan koefisien pengaliran

di ambil 0,45.

e) Untuk kawasan tambak 0,896 ; dengan koefisien pengaliran di

ambil 0,30.

f) Untuk kawasan-kawasan lainnya 2,304 ; dengan koefisien

pengaliran 0,35.

Daerah aliran seperti di perlihatikan Gambar 10, air hujan yang

terjatuh dari titik A mengalir ke ujung saluran di titik B, kemudian

bersama-sama aliran lainnya mengalir kedalam saluran B – C menuju titik

pengamatan di C. Data lainnya adalah kemiringan tanah searah A – B

0,003 dan jaraknya 130 m. Panjang saluran B – C adalah 788 m dan

Page 63: (UJIAN AKHIR) PENGARUH PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN …

48

kecepatan air di dalam saluran 0,5 m/dtk. Di rencanakan kemiringan

dasar saluran 0,005.

Gambar 10 : Daerah aliran pada Jalan Sultan Hasanuddin, Kelurahan

Tanamanai, (Pencitraan Google earth, 2014)

Langkah pertama adalah menetapkan nilai koefisien aliran pada

daerah aliran tersebut sebagai berikut:

a. Kawasan bangunan atau pekarangan = 0,2037/4,965 x 0,60 = 0,025

b. Kawasan tegal atau kebun = 0,0815/4,965 x 0,45 = 0,007

c. Kawasan hutan = 0,2940/4,965 x 0,75 = 0,044

d. Kawasan perkebunan = 1,1642/4,965 x 0,45 = 0,106

e. Kawasan tambak = 0,8962/4,965 x 0,30 = 0,054

f. Kawasan-kawasan lainnya = 1,9001/4,965 x 0,35 = 0,134

Nilai koefisien aliran (C) daerah aliran pada tahun 2005 = 0,370

a. Kawasan bangunan atau pekarangan = 0,2671/5,017 x 0,60 = 0,032

b. Kawasan tegal atau kebun = 0,9215/5,017 x 0,45 = 0,008

c. Kawasan hutan = 0,2940/5,017 x 0,75 = 0,044

d. Kawasan perkebunan = 1,1642/5,017 x 0,45 = 0,104

e. Kawasan tambak = 0,8962/5,017 x 0,30 = 0,054

f. Kawasan-kawasan lainnya = 2,3041/5,017 x 0,35 = 0,161

Nilai koefisien aliran (C) daerah aliran pada tahun 2008 = 0,403

Page 64: (UJIAN AKHIR) PENGARUH PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN …

49

a. Kawasan bangunan atau pekarangan = 0,2669/5,018 x 0,60 = 0,032

b. Kawasan tegal atau kebun = 0,9250/5,018 x 0,45 = 0,008

c. Kawasan hutan = 0,2940/5,018 x 0,75 = 0,044

d. Kawasan perkebunan = 1,1644/5,018 x 0,45 = 0,104

e. Kawasan tambak = 0,8960/5,018 x 0,30 = 0,054

f. Kawasan-kawasan lainnya = 2,3040/5,018 x 0,35 = 0,161

Nilai koefisien aliran (C) daerah aliran pada tahun 2011 = 0,403

Pada uraian di atas bahwa penggunaan lahan yang paling

maksimum di lihat dari pergantian tahun berada pada kawasan bangunan

dan pekarangan sebesar 0,025 – 0,032.

Gambar 11 : Penggunaan lahan di Kota Belopa.

Langkah berikutnya menghitung waktu konsentrasi dan koefisien

tampungan pada daerah aliran sebagai berikut:

1) Waktu konsentrasi daerah aliran ke hilir:

Inlet Time :

To = 0,0195

Page 65: (UJIAN AKHIR) PENGARUH PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN …

50

= 0,0195

= 8,027 menit

Conduit time:

Td =

diasumsikan V = 0,5 m/dtk

=

= 734.00 detik

= 12.233 menit

Waktu Konsentrasi:

Tc = to + td

= 8.027 + 12.233 = 20.260 menit

2) Koefisien tampungan daerah aliran:

Cs =

=

= 0.768

Berdasarkan data curah hujan pada tabel 7, dapat dilakukan

perhitungan hujan maksimum sebagai berikut:

3) Hujan rencana periode ulang 2 tahun:

=

×

=

×

= 63,697 mm/jam

= 0.00278 . C . Cs . I . A

= 0.00278 × 0.403 × 0.768 × 63,697 × 1712

= 93,84 /dtk

4) Hujan rencana periode ulang 5 tahun:

=

×

Page 66: (UJIAN AKHIR) PENGARUH PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN …

51

=

×

= 79,964 mm/jam

= 0.00278 .C. Cs. I. A

= 0.00278 × 0.403 × 0.769 × 79,964 × 1712

= 117,81 /dtk

Data di ambil pada (Tabel 8, tabel 9 dan tabel 10: Luas lahan

kering menurut jenis pengunaannya di rinci per desa atau kelurahan di

Kecamatan Belopa). Untuk selanjutnya lihat tabel 11.

Tabel 11 : Perhitungan aliran permukaan pada tiap-tiap jalan

No Nama Saluran

Aliran Permukaan

Lo (m) So (%) to (menit)

1 Jl. S. Saso 367 0.022 8.027

2 Jl. Pendidikan 684 0.170 5.874

3 Jl. Balubu 2560 0.016 40.330

4 Jl. Balubu 1 2476 0.030 30.964

5 Jl. Balubu 2 2164 0.087 18.448

6 Jl. Balubu 3 1268 0.032 18.070

7 Jl. Balubu 4 1160 0.009 27.828

8 Jl. Balubu 5 2100 0.010 42.296

9 Jl. Pemuda Radda 3680 0.007 73.084

10 Jl. Merdeka Selatan 3771 0.032 41.451

11 Jl. Topoka 4970 0.002 139.265

12 Jl. Kalobang 2730 0.004 72.089

13 Jl. Kalobang 1 2942 0.005 72.472

14 Jl. Senga Selatan 3771 0.006 80.473

15 Jl. Jend. Sudirman 919 0.008 24.529

16 Jl. Banawae 1199 0.018 21.566

17 Jl. Pangerang 1760 0.006 43.729

Page 67: (UJIAN AKHIR) PENGARUH PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN …

52

Tabel 11 : Perhitungan debit akibat limpasan dari jalan di tiap-tiap saluran.

(Lanjutan 1).

No Nama Saluran Aliran Permukaan

Lo (m) so (%) to (menit)

18 Jl. H. A Pangerang 1760 0.005 46.905

19 Jl. S. Paremang 2560 0.005 62.760

20 Jl. Ali Sammang 2560 0.005 63.805

21 Jl. S. Paremang 1 2560 0.006 58.992

22 JL. G. Latimojong 6530 0.004 141.741

23 JL. Pendidikan 6530 0.020 75.749

24 JL. Hos, Aminoto 6530 0.004 143.961

25 Jl. Cakrawala 6530 0.005 134.961

26 JL. Jambu 6530 0.004 143.946

27 JL. Jambu 1 6530 0.043 56.779

28 JL. Jambu 2 6530 0.020 76.531

29 JL. Jambu 3 6530 0.020 76.336

30 JL. Cilallang 6530 0.005 133.242

31 JL. Palawagau 6530 0.006 123.212

32 JL. A. D Jemma 3100 0.007 63.978

33 JL. Sultan Hasanuddin 3100 0.005 72.737

34 JL. Topaka 3100 0.003 94.377

35 JL. Ali Sammang 3100 0.005 73.937

36 JL. Pemuda Radda 6530 0.007 113.540

37 Jl. G. Latimojong 6530 0.004 141.741

38 JL. Bakti 6530 0.024 70.871

39 JL. Jend. Sudirman 6530 0.009 102.929

40 JL. Tampumia Radda 1 6530 0.009 101.870

41 JL. Tampumia Radda 2 6530 0.017 81.151

42 JL. Tampumia Radda 3 6530 0.006 117.705

Sumber : Hasil perhitungan Tabel 12 : Perhitungan aliran dalam saluran dan koefisien tampungan.

No Nama Saluran

Aliran dalam Saluran tc

(menit) Cs Ls

(m) v

(m/dtk) td

(menit)

1 Jl. S. Saso 367 0.50 12.233 20.260 0.768

2 Jl. Pendidikan 317 0.50 10.567 16.441 0.757

3 Jl. Balubu 2560 0.50 85.333 125.663 0.747

Page 68: (UJIAN AKHIR) PENGARUH PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN …

53

Tabel 12 : Perhitungan aliran dalam saluran dan koefisien tampungan. (Lanjutan 1).

No Nama Saluran Aliran dalam Saluran

tc (menit)

Cs Ls (m)

v (m/dtk)

td (menit)

4 Jl. Balubu 1 168 0.50 5.600 36.564 0.929

5 Jl. Balubu 2 424 0.50 14.133 32.582 0.822

6 Jl. Balubu 3 506 0.50 16.867 34.936 0.806

7 Jl. Balubu 4 1160 0.50 38.667 66.495 0.775

8 Jl. Balubu 5 2100 0.50 70.000 112.296 0.762

9 Jl. Pemuda Radda 3680 0.50 122.667 195.751 0.761

10 Jl. Merdeka Selatan 309 0.50 10.300 51.751 0.909

11 Jl. Topoka 4970 0.50 165.667 304.931 0.786

12 Jl. Kalobang 2730 0.50 91.000 163.089 0.782

13 Jl. Kalobang 1 1950 0.50 65.000 137.472 0.809

14 Jl. Senga Selatan 3462 0.50 115.400 195.873 0.772

15 Jl. Jend. Sudirman 799 0.50 26.633 51.162 0.793

16 Jl. Banawae 1120 0.50 37.333 58.900 0.759

17 Jl. Pangerang 815 0.50 27.167 70.896 0.839

18 Jl. H. A Pangerang 1760 0.50 58.667 105.572 0.783

19 Jl. S. Paremang 2560 0.50 85.333 148.093 0.776

20 Jl. Ali Sammang 1850 0.50 61.667 125.472 0.803

21 Jl. S. Paremang 1 503 0.50 16.767 75.758 0.900

22 JL. G. Latimojong 6530 0.50 217.667 359.407 0.768

23 JL. Pendidikan 148 0.50 4.933 80.682 0.970

24 JL. Hos, Aminoto 523 0.50 17.433 161.394 0.949

25 JL. Cakrawala 2870 0.50 95.667 230.542 0.828

26 JL. Jambu 1830 0.50 61.000 204.946 0.870

27 JL. Jambu 1 210 0.50 7.000 63.779 0.948

28 JL. Jambu 2 152 0.50 5.067 81.597 0.970

29 JL. Jambu 3 302 0.50 10.067 86.403 0.945

30 JL. Cilallang 3850 0.50 128.333 261.575 0.803

31 JL. Palawagau 1920 0.50 64.000 187.212 0.854

32 JL. A. D Jemma 847 0.50 28.233 92.211 0.867

33 JL. Sultan Hasanuddin 788 0.50 26.267 99.003 0.883

34 JL. Topaka 3100 0.50 103.333 197.711 0.793

35 JL. Ali Sammang 1850 0.50 61.667 135.604 0.815

36 JL. Pemuda Radda 3670 0.50 122.333 235.873 0.794

37 Jl. G. Latimojong 6530 0.50 217.667 359.407 0.768

38 JL. Bakti 166 0.50 5.533 76.404 0.965

Page 69: (UJIAN AKHIR) PENGARUH PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN …

54

Tabel 12 : Perhitungan aliran dalam saluran dan koefisien tampungan. (Lanjutan 2).

No Nama Saluran Aliran dalam Saluran

tc (menit)

Cs Ls (m)

v (m/dtk)

td (menit)

39 JL. Jend. Sudirman 547 0.50 18.233 121.163 0.930

40 JL. Tampumia Radda 1 213 0.50 7.100 108.970 0.968

41 JL. Tampumia Radda 2 177 0.50 5.900 87.051 0.967

42 JL. Tampumia Radda 3 155 0.50 5.167 122.872 0.979

Sumber : Hasil Perhitungan

Tabel 13 : Perhitungan intensitas curah hujan, koefisien aliran dan luas penggunaan lahan.

No Nama Saluran I (mm/jam)

C Luas (A)

(Ha) 2 5

1 Jl. S. Saso 63.697 79.964 0.403 1712

2 Jl. Pendidikan 73.214 91.911 0.403 1712

3 Jl. Balubu 18.869 23.687 0.403 1712

4 Jl. Balubu 1 42.971 53.945 0.403 1712

5 Jl. Balubu 2 46.405 58.256 0.403 1712

6 Jl. Balubu 3 44.296 55.608 0.403 1712

7 Jl. Balubu 4 28.842 36.207 0.403 1712

8 Jl. Balubu 5 20.338 25.532 0.403 1712

9 Jl. Pemuda Radda 14.041 17.627 0.403 262

10 Jl. Merdeka Selatan 34.088 42.793 0.403 652

11 Jl. Topoka 10.449 13.118 0.403 652

12 Jl. Kalobang 15.859 19.909 0.403 652

13 Jl. Kalobang 1 17.772 22.311 0.403 652

14 Jl. Senga Selatan 14.036 17.620 0.403 652

15 Jl. Jend. Sudirman 34.349 43.121 0.403 501

16 Jl. Banawae 31.271 39.257 0.403 501

17 Jl. Pangerang 27.635 34.693 0.403 501

18 Jl. H. A Pangerang 21.192 26.605 0.403 501

19 Jl. S. Paremang 16.912 21.231 0.403 382

20 Jl. Ali Sammang 18.888 23.711 0.403 382

21 Jl. S. Paremang 1 26.440 33.192 0.403 382

22 JL. G. Latimojong 9.365 11.756 0.403 520

23 JL. Pendidikan 25.353 31.828 0.403 520

24 JL. Hos, Aminoto 15.969 20.048 0.403 520

25 JL. Cakrawala 12.591 15.806 0.403 520

Page 70: (UJIAN AKHIR) PENGARUH PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN …

55

Tabel 13 : Perhitungan intensitas curah hujan, koefisien aliran dan luas

penggunaan lahan. (Lanjutan 1).

No Nama Saluran I (mm/jam) C

Luas (A) (Ha)

2 5

26 JL. Jambu 13.618 17.096 0.403 520

27 JL. Jambu 1 29.655 37.228 0.403 520

28 JL. Jambu 2 25.163 31.589 0.403 520

29 JL. Jambu 3 24.221 30.407 0.403 520

30 JL. Cilallang 11.574 14.530 0.403 520

31 JL. Palawagau 14.465 18.159 0.403 520

32 JL. A. D Jemma 23.193 29.116 0.403 301

33 JL. Sultan Hasanuddin 22.120 27.769 0.403 301

34 JL. Topaka 13.948 17.511 0.403 301

35 JL. Ali Sammang 17.935 22.515 0.403 301

36 JL. Pemuda Radda 12.400 15.567 0.403 350

37 Jl. G. Latimojong 9.365 11.756 0.403 350

38 JL. Bakti 26.291 33.005 0.403 350

39 JL. Jend. Sudirman 19.333 24.270 0.403 350

40 JL. Tampumia Radda 1 20.750 26.049 0.403 350

41 JL. Tampumia Radda 2 24.101 30.256 0.403 350

42 JL. Tampumia Radda 3 19.153 24.045 0.403 350

Sumber : Hasil perhitungan Tabel 14: Perhitungan debit periode

No Nama Saluran

Debit

(m3/dtk)

Q2 Q5

1 Jl. S. Saso 93.841 117.806

2 Jl. Pendidikan 106.274 133.415

3 Jl. Balubu 27.017 33.917

4 Jl. Balubu 1 76.557 96.108

5 Jl. Balubu 2 73.142 91.821

6 Jl. Balubu 3 68.440 85.918

7 Jl. Balubu 4 42.858 53.803

8 Jl. Balubu 5 29.739 37.334

9 Jl. Pemuda Radda 3.138 3.940

10 Jl. Merdeka Selatan 22.646 28.430

11 Jl. Topoka 6.002 7.535

12 Jl. Kalobang 9.057 11.370

Page 71: (UJIAN AKHIR) PENGARUH PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN …

56

Tabel 14 : Perhitungan debit periode. (Lanjutan 1).

No Nama Saluran

Debit (m3/dtk)

Q2 Q5

13 Jl. Kalobang 1 10.500 13.181

14 Jl. Senga Selatan 7.920 9.942

15 Jl. Jend. Sudirman 15.298 19.205

16 Jl. Banawae 13.328 16.732

17 Jl. Pangerang 13.017 16.342

18 Jl. H. A Pangerang 9.309 11.686

19 Jl. S. Paremang 5.619 7.054

20 Jl. Ali Sammang 6.489 8.146

21 Jl. S. Paremang 1 10.188 12.790

22 JL. G. Latimojong 4.188 5.257

23 JL. Pendidikan 14.332 17.992

24 JL. Hos, Aminoto 8.827 11.081

25 JL. Cakrawala 6.075 7.626

26 JL. Jambu 6.906 8.670

27 JL. Jambu 1 16.377 20.560

28 JL. Jambu 2 14.218 17.849

29 JL. Jambu 3 13.334 16.739

30 JL. Cilallang 5.415 6.797

31 JL. Palawagau 7.197 9.035

32 JL. A. D Jemma 6.783 8.515

33 JL. Sultan Hasanuddin 6.586 8.267

34 JL. Topaka 3.729 4.682

35 JL. Ali Sammang 4.928 6.186

36 JL. Pemuda Radda 3.861 4.847

37 Jl. G. Latimojong 2.819 3.538

38 JL. Bakti 9.949 12.490

39 JL. Jend. Sudirman 7.050 8.851

40 JL. Tampumia Radda 1 7.880 9.892

41 JL. Tampumia Radda 2 9.141 11.475

42 JL. Tampumia Radda 3 7.356 9.234

Sumber : Hasil perhitungan

Page 72: (UJIAN AKHIR) PENGARUH PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN …

57

F. Langkah Perhitungan Debit Rencana

1) Saluran Jl. S. Saso pada saluran tipe A

Gambar 12. Sketsa Dimensi Saluran

Koefisien Manning n = 0,025

Tinggi h = 0,40 m

Lebar dasar saluran b = 0,40 m

2) Luas Dimensi Saluran

A = b . h

A = 0,40 x 0,40 = 0,16 m²

3) Keliling Basah

P = b + 2 h

P = 0,40 + ( 2 x 0,40 ) = 1,20 m

4) Jari-jari hidrolis

R =

R =

= 0,13 m

5) Kecepatan

V =

=

= 1,54 m/dtk.

Page 73: (UJIAN AKHIR) PENGARUH PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN …

58

6) Debit rencana

Q rencana = A x V

Q rencana = 0,16 x 1,54

= 0,25 m3/dtk.

Tabel 15 : Dimensi saluran tersier drainase Kota Belopa Kabupaten Luwu

No Nama Saluran

Pas. Saluran Pas. Saluran N

Bagian Kanan Bagian Kiri Manning

B M h B m H

1 Jl. S. Saso - - - 0.40 - 0.40 0.025

2 Jl. Pendidikan 0.60 - 0.60 0.40 - 0.50 0.025

3 Jl. Balubu 0.60 - 0.60 0.60 - 0.60 0.025

4 Jl. Balubu 1 0.40 0.05 0.50 - - - 0.025

5 Jl. Balubu 2 0.40 0.05 0.50 - - - 0.025

6 Jl. Balubu 3 0.40 0.05 0.50 0.40 0.05 0.50 0.025

7 Jl. Balubu 4 0.40 0.05 0.50 0.40 0.05 0.50 0.025

8 Jl. Balubu 5 0.60 0.05 0.70 0.50 0.05 0.55 0.025

9 Jl. Pemuda Radda 0.50 0.05 1.20 0.40 0.05 0.50 0.025

10 Jl. Merdeka Selatan 1.00 - 1.00 - - - 0.025

11 Jl. Topoka 1.00 - 1.00 - - - 0.025

12 Jl. Kalobang - - 0.60 - 0.60 0.025

13 Jl. Kalobang 1 0.60 - 0.60 0.60 - 0.60 0.025

14 Jl. Senga Selatan 0.70 - 0.60 0.50 - 0.60 0.025

15 Jl. Jend. Sudirman 1.00 0.10 0.9 1.00 0.10 0.9 0.025

16 Jl. Banawae 0.6 0.10 0.7 0.6 0.10 0.7 0.025

17 Jl. Pangerang 1.00 0.10 1.2 - - - 0.025

18 Jl. H. A Pangerang 0.50 - 0.40 1.6 0.10 1.3 0.025

19 Jl. S. Paremang 0.6 0.20 0.8 - - - 0.025

20 Jl. Ali Sammang - - - 0.5 0.15 0.7 0.025

21 Jl. S. Paremang 1 0.5 0.05 0.5 0.5 0.05 0.5 0.025

22 JL. G. Latimojong 0.6 0.05 0.5 0.6 0.20 0.8 0.025

23 JL. Pendidikan 0.60 - 0.60 0.50 - 0.40 0.025

24 JL. Hos, Cokro

Aminoto 0.30 0.05 0.40 0.30 0.05 0.40 0.025

25 JL. Cakrawala 0.30 0.05 0.40 0.30 0.05 0.40 0.025

26 JL. Jambu 0.30 0.05 0.40 0.30 0.05 0.40 0.025

27 JL. Jambu 1 0.50 0.05 0.60 0.50 0.05 0.60 0.025

Page 74: (UJIAN AKHIR) PENGARUH PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN …

59

Tabel 15 : Dimensi saluran tersier drainase Kota Belopa Kabupaten Luwu. (Lanjutan 1).

No Nama Saluran

Pas. Saluran Pas. Saluran N

Bagian Kanan Bagian Kiri Manning b m h B m H

28 JL. Jambu 2 0.50 0.05 0.60 - - - 0.025

29 JL. Jambu 3 0.50 0.05 0.60 - - - 0.025

30 JL. Cilallang 0.60 0.05 0.60 - - - 0.025

31 JL. Palawagau - - - 0.60 - 0.60 0.025

32 JL. A. D Jemma 0.40 0.05 0.50 0.40 0.05 0.50 0.025

33 JL. Sultan Hasanuddin 1.00 - 1.20 0.40 0.05 0.60 0.025

34 JL. Topaka 1.00 - 1.00 - - - 0.025

35 JL. Ali Sammang - - - 0.50 0.15 0.70 0.025

36 JL. Pemuda Radda 0.40 0.05 0.50 0.50 0.05 1.20 0.025

37 Jl. G. Latimojong 0.80 0.10 1.00 1.00 - 1.20 0.025

38 JL. Bakti 1.20 - 1.00 0.50 - 0.50 0.025

39 JL. Jend. Sudirman 1.00 0.10 0.90 - - - 0.025

40 JL. Tampumia Radda 1 0.60 - 0.60 0.60 - 0.60 0.025

41 JL. Tampumia Radda 2 0.60 - 0.60 0.60 - 0.60 0.025

42 JL. Tampumia Radda 3 0.60 - 0.60 0.60 - 0.60 0.025

Sumber : Hasil Perhitungan

Tabel 16 : Perhitungan debit rencana

No Nama Saluran V (m/dtk) P (m) R (m) As (m²)

Q rencana (m3/dtk)

ka Ki ka Ki ka Ki ka ki ka ki

1 Jl. S. Saso - 1.54 - 1.20 - 0.13 - 0.16 - 0.25

2 Jl. Pendidikan 5.65 4.51 1.80 1.40 0.20 0.14 0.36 0.20 2.03 0.90

3 Jl. Balubu 1.73 1.73 1.80 1.80 0.20 0.20 0.36 0.36 0.62 0.62

4 Jl. Balubu 1 1.96 - 1.40 - 0.15 - 0.21 - 0.42 -

5 Jl. Balubu 2 3.36 - 1.40 - 0.15 - 0.21 - 0.71 -

6 Jl. Balubu 3 2.02 2.02 1.40 1.40 0.15 0.15 0.21 0.21 0.43 0.43

7 Jl. Balubu 4 1.06 1.06 1.40 1.40 0.15 0.15 0.21 0.21 0.22 0.22

8 Jl. Balubu 5 1.43 1.25 2.00 1.60 0.22 0.18 0.44 0.29 0.64 0.36

9 Jl. Pemuda Radda 1.27 0.96 2.90 1.40 0.23 0.15 0.67 0.21 0.85 0.20

10 Jl. Merdeka Selatan 3.46 - 3.00 - 0.33 - 1.00 - 3.46 -

11 Jl. Topoka 0.94 - 3.00 - 0.33 - 1.00 - 0.94 -

12 Jl. Kalobang - 0.87 - 1.80 - 0.20 - 0.36 - 0.31

13 Jl. Kalobang 1 0.93 0.93 1.80 1.80 0.20 0.20 0.36 0.36 0.33 0.33

14 Jl. Senga Selatan 1.11 0.96 1.90 1.70 0.22 0.18 0.42 0.30 0.47 0.29

Page 75: (UJIAN AKHIR) PENGARUH PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN …

60

Tabel 16 : Debit rencana

No Nama Saluran V (m/dtk) P (m) R (m) As (m²)

Q aktual (m3/dtk)

ka Ki ka Ki ka Ki ka ki ka ki

15 Jl. Jend. Sudirman 1.72 1.72 2.81 2.81 0.35 0.35 0.98 0.98 1.69 1.69

16 Jl. Banawae 2.03 2.03 2.01 2.01 0.23 0.23 0.47 0.47 0.95 0.95

17 Jl. Pangerang 1.68 - 3.41 - 0.39 - 1.34 - 2.26 -

18 Jl. H. A Pangerang 0.82 1.88 1.30 4.21 0.15 0.53 0.20 2.25 0.16 4.23

19 Jl. S. Paremang 1.20 - 2.23 - 0.27 - 0.61 - 0.73 -

20 Jl. Ali Sammang - 1.02 - 1.92 - 0.22 - 0.42 - 0.43

21 Jl. S. Paremang 1 0.97 0.97 1.50 1.50 0.17 0.17 0.26 0.26 0.25 0.25

22 JL. G. Latimojong 0.85 1.06 1.60 2.23 0.20 0.27 0.31 0.61 0.27 0.64

23 JL. Pendidikan 1.95 1.64 1.80 1.30 0.20 0.15 0.36 0.20 0.70 0.33

24 JL. Hos, Cokro

Aminoto 0.59 0.59 1.10 1.10 0.12 0.12 0.13 0.13 0.08 0.08

25 JL. Cakrawala 0.64 0.64 1.10 1.10 0.12 0.12 0.13 0.13 0.08 0.08

26 JL. Jambu 0.59 0.56 1.10 1.10 0.12 0.11 0.13 0.12 0.08 0.07

27 JL. Jambu 1 2.71 2.71 1.70 1.70 0.19 0.19 0.32 0.32 0.86 0.86

28 JL. Jambu 2 1.84 - 1.70 - 0.19 - 0.32 - 0.58 -

29 JL. Jambu 3 1.84 - 1.70 - 0.19 - 0.32 - 0.59 -

30 JL. Cilallang 0.97 - 1.80 - 0.21 - 0.38 - 0.37 -

31 JL. Palawagau - 1.04 1.80 0.20 - 0.36 - 0.37

32 JL. A. D Jemma 0.96 0.96 1.40 1.40 0.15 0.15 0.21 0.21 0.20 0.20

33 JL. Sultan Hasanuddin 1.42 0.84 3.40 1.60 0.35 0.16 1.20 0.26 1.71 0.22

34 JL. Topaka 0.98 - 3.00 - 0.33 - 1.00 - 0.98 -

35 JL. Ali Sammang - 1.02 - 1.92 - 0.22 - 0.42 - 0.43

36 JL. Pemuda Radda 0.96 1.27 1.40 2.90 0.15 0.23 0.21 0.67 0.20 0.85

37 Jl. G. Latimojong 1.18 1.26 2.81 3.40 0.32 0.35 0.90 1.20 1.06 1.51

38 JL. Bakti 3.23 1.88 3.20 1.50 0.38 0.17 1.20 0.25 3.87 0.47

39 JL. Jend. Sudirman 1.90 - 2.81 - 0.35 - 0.98 - 1.86 -

40 JL. Tampumia Radda 1 1.33 1.33 1.80 1.80 0.20 0.20 0.36 0.36 0.48 0.48

41 JL. Tampumia Radda 2 1.78 1.78 1.80 1.80 0.20 0.20 0.36 0.36 0.64 0.64

42 JL. Tampumia Radda 3 1.10 1.10 1.80 1.80 0.20 0.20 0.36 0.36 0.40 0.40

Sumber : Hasil Perhitungan

Page 76: (UJIAN AKHIR) PENGARUH PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN …

61

Tabel 17 : Debit Limpasan

No Nama Saluran

Q actual Q Analisis Q Limpasan

Kontrol (m3/dtk) (m3/dtk) (m3/dtk)

Ka Ki

1 Jl. S. Saso - 0.247 86.16 85.91 Melimpas

2 Jl. Pendidikan 2.033 0.902 97.57 94.64 Melimpas

3 Jl. Balubu 0.623 0.623 24.80 23.56 Melimpas

4 Jl. Balubu 1 0.417 - 70.29 69.87 Melimpas

5 Jl. Balubu 2 0.714 - 67.15 66.44 Melimpas

6 Jl. Balubu 3 0.43 0.43 62.84 61.98 Melimpas

7 Jl. Balubu 4 0.224 0.224 39.35 38.90 Melimpas

8 Jl. Balubu 5 0.636 0.363 27.30 26.31 Melimpas

9 Jl. Pemuda Radda 0.852 0.203 2.88 1.83 Melimpas

10 Jl. Merdeka Selatan 3.459 - 20.79 17.33 Melimpas

11 Jl. Topoka 0.945 - 5.51 4.57 Melimpas

12 Jl. Kalobang - 0.313 8.32 8.00 Melimpas

13 Jl. Kalobang 1 0.335 0.335 9.64 8.97 Melimpas

14 Jl. Senga Selatan 0.467 0.287 7.27 6.52 Melimpas

15 Jl. Jend. Sudirman 1.686 1.686 14.05 10.67 Melimpas

16 Jl. Banawae 0.951 0.951 12.24 10.33 Melimpas

17 Jl. Pangerang 2.263 - 11.95 9.69 Melimpas

18 Jl. H. A Pangerang 0.164 4.233 8.55 4.15 Melimpas

19 Jl. S. Paremang 0.728 - 5.16 4.43 Melimpas

20 Jl. Ali Sammang - 0.432 5.96 5.53 Melimpas

21 Jl. S. Paremang 1 0.254 0.254 9.35 8.85 Melimpas

22 JL. G. Latimojong 0.265 0.645 3.84 2.93 Melimpas

23 JL. Pendidikan 0.701 0.327 13.16 12.13 Melimpas

24 JL. Hos, Cokro Aminoto 0.075 0.075 8.10 7.95 Melimpas

25 JL. Cakrawala 0.082 0.082 5.58 5.41 Melimpas

26 JL. Jambu 0.075 0.068 6.34 6.20 Melimpas

27 JL. Jambu 1 0.861 0.861 15.04 13.31 Melimpas

28 JL. Jambu 2 0.584 - 13.05 12.47 Melimpas

29 JL. Jambu 3 0.586 - 12.24 11.66 Melimpas

30 JL. Cilallang 0.365 - 4.97 4.61 Melimpas

31 JL. Palawagau - 0.373 6.61 6.23 Melimpas

32 JL. A. D Jemma 0.203 0.203 6.23 5.82 Melimpas

33 JL. Sultan Hasanuddin 1.708 0.218 6.05 4.12 Melimpas

34 JL. Topaka 0.977 - 3.42 2.45 Melimpas

35 JL. Ali Sammang - 0.432 4.52 4.09 Melimpas

36 JL. Pemuda Radda 0.203 0.853 3.54 2.49 Melimpas

Page 77: (UJIAN AKHIR) PENGARUH PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN …

62

Tabel 17 : Debit Limpasan. (Lanjutan 1).

No Nama Saluran

Q actual Q Analisis Q Limpasan

Kontrol (m3/dtk) (m3/dtk) (m3/dtk)

ka Ki

37 Jl. G. Latimojong 1.063 1.513 2.59 0.01 Melimpas

38 JL. Bakti 3.875 0.47 9.13 4.79 Melimpas

39 JL. Jend. Sudirman 1.861 - 6.47 4.61 Melimpas

40 JL. Tampumia Radda 1 0.477 0.477 7.23 6.28 Melimpas

41 JL. Tampumia Radda 2 0.641 0.641 8.39 7.11 Melimpas

42 JL. Tampumia Radda 3 0.396 0.396 6.75 5.96 Melimpas

Sumber : Hasil Perhitungan

G. Langkah Perhitungan Debit Limpasan

Dari uraian tabel 17 di atas pada perhitungan debit limpasan dilihat

perbandingan antara debit aktual dan debit analisa, apabila debit analisa

lebih besar dari pada debit aktual, maka akan terjadi limpasan pada

saluran drainase. Oleh sebab itu, pada penelitian ini dari hasil

perhitungan dikategorikan daerah tersebut terjadi limpasan pada saluran

drainase yang diakibatkan oleh curah hujan maksimum yang terjadi.

Tabel 18 : Perbandingan Total Debit Limpasan per tiga tahun.

No Nama Saluran

Q Limpasan Q Limpasan Q Limpasan

2005 2008 2011

(m3/dtk) (m3/dtk) (m3/dtk)

1 Jl. S. Saso 85.91 93.59 93.59

2 Jl. Pendidikan 94.64 103.34 103.34

3 Jl. Balubu 23.56 25.77 25.77

4 Jl. Balubu 1 69.87 76.14 76.14

5 Jl. Balubu 2 66.44 72.43 72.43

6 Jl. Balubu 3 61.98 67.58 67.58

7 Jl. Balubu 4 38.90 42.41 42.41

8 Jl. Balubu 5 26.31 28.74 28.74

9 Jl. Pemuda Radda 1.83 2.08 2.08

10 Jl. Merdeka Selatan 17.33 19.19 19.19

Page 78: (UJIAN AKHIR) PENGARUH PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN …

63

Tabel 18 : Perbandingan Total Debit Limpasan per 3 tahun. (Lanjutan 1).

No Nama Saluran

Q Limpasan Q Limpasan Q Limpasan

2005 2008 2011

(m3/dtk) (m3/dtk) (m3/dtk)

11 Jl. Topoka 4.57 5.06 5.06

12 Jl. Kalobang 8.00 8.74 8.74

13 Jl. Kalobang 1 8.97 9.83 9.83

14 Jl. Senga Selatan 6.52 7.17 7.17

15 Jl. Jend. Sudirman 10.67 11.93 11.93

16 Jl. Banawae 10.33 11.43 11.43

17 Jl. Pangerang 9.69 10.75 10.75

18 Jl. H. A Pangerang 4.15 4.91 4.91

19 Jl. S. Paremang 4.43 4.89 4.89

20 Jl. Ali Sammang 5.53 6.06 6.06

21 Jl. S. Paremang 1 8.85 9.68 9.68

22 JL. G. Latimojong 2.93 3.28 3.28

23 JL. Pendidikan 12.13 13.30 13.30

24 JL. Hos, Cokro Aminoto 7.95 8.68 8.68

25 JL. Cakrawala 5.41 5.91 5.91

26 JL. Jambu 6.20 6.76 6.76

27 JL. Jambu 1 13.31 14.66 14.66

28 JL. Jambu 2 12.47 13.63 13.63

29 JL. Jambu 3 11.66 12.75 12.75

30 JL. Cilallang 4.61 5.05 5.05

31 JL. Palawagau 6.23 6.82 6.82

32 JL. A. D Jemma 5.82 6.38 6.38

33 JL. Sultan Hasanuddin 4.12 4.66 4.66

34 JL. Topaka 2.45 2.75 2.75

35 JL. Ali Sammang 4.09 4.50 4.50

36 JL. Pemuda Radda 2.49 2.80 2.80

37 Jl. g. Latimojong 0.01 0.24 0.24

38 JL. Bakti 4.79 5.60 5.60

39 JL. Jend. Sudirman 4.61 5.19 5.19

40 JL. Tampumia Radda 1 6.28 6.93 6.93

41 JL. Tampumia Radda 2 7.11 7.86 7.86

42 JL. Tampumia Radda 3 5.96 6.56 6.56

Total Limpasan 699.10 766.03 766.03

Sumber : Hasil Perhitungan

Page 79: (UJIAN AKHIR) PENGARUH PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN …

64

Dari hasil perhitungan pada tabel 18, peningkatan limpasan antara

tahun 2005 dengan tahun 2008 terjadi peningkatan, dan sama di tahun

2008 dengan tahun 2011, itu dipengaruhi oleh penggunaan tata guna

lahan terhadap koefisien pengaliran pada saluran drainase.

Gambar 13 : Total debit limpasan drainase di tiap peningkatan perubahan

tata guna lahan di Kota Belopa Kabupaten Luwu.

Q Limpasan 2005, 699.1

Q Limpasan 2008, 766.03

Q Limpasan 2011, 766.03

690

700

710

720

730

740

750

760

770

780

0 1 2 3 4

Total limpasan per 3 tahun

limpasan

Page 80: (UJIAN AKHIR) PENGARUH PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN …

65

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pada analisa pada bab-bab sebelumnya, dapat

diambil beberapa kesimpulan bahwa limpasan drainase di kota belopa

kab. Luwu disebabkan antara lain:

1) Besar nilai koefisien aliran (C) daerah aliran pada tahun 2005 sebesar

0,370, untuk tahun 2008 sebesar 0,403, dan tahun 2011 sebesar

0,403.

2) Pada pengaruh perubahan debit limpasan drainase dari perhitungan

debit aktual apakah sama atau lebih besar dari debit analisis. Pada Jl.

Saso dengan debit aktual 0,247 m3/dtk dan debit analisis 86,16

m3/dtk di dapat debit limpasan sebesar 85,91 m3/dtk. dari pengaruh

perubahan tataguna lahan di peroleh total debit limpasan pada tahun

2005 sebesar 699,10 m3/dtk, untuk tahun 2008 sebesar 766,03

m3/dtk dan pada tahun 2011 sebesar 766,03 m3/dtk.

B. Saran

Berdasarkan pada laporan tugas akhir ini. Penyusun ingin

memberikan beberapa saran kepada penelitian selajutnya yang terkait

dengan masalah tersebut. Adapun saran yang dapat kami berikan

antara lain:

Page 81: (UJIAN AKHIR) PENGARUH PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN …

66

1) Penataan tata guna lahan sehingga perubahan tata guna lahan

yang menyebabkan bertambah besarnya limpasan dapat di

hindari apabila di perbesar dimensi saluran drainase.

2) Disarankan pemerintah setempat agar dapat merencanakan dan

mengendalikan pemanfaan lahan sehingga Kota Belopa terhindar

dari limpasan pada saluran.

3) Perlu dilakukan konservasi lahan untuk memperkecil limpasan

pada saluran drainase agar debit aktual dapat mengalirkan secara

baik apabila hujan maksimum yang terjadi.

Page 82: (UJIAN AKHIR) PENGARUH PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN …

DAFTAR PUSTAKA

Asdak, Chay. (2010). Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai, UGM

Press, Yogyakarta.

Arsyad, S. 2006. Soil and Water Conservation (translated). IPB Press,

Bogor, Indonesia.

Handayani Lilis Yohanna, Mudjiatko, Marwan. Kajian Sistem Drainase Untuk Mengatasi Banjir Genangan (Studi Kasus Sistem Drainase Jalan Akasia Kota Pangkalan Kerinci).FT Universitas Riau.

Kondoatie RJ & Sjarief Roestam, 2008, Pengelolaan Sumber Daya

Air Terpadu, Penerbit ANDI, Yogyakarta.

Kodoatie, Robert J. (2012). Tata Ruang Air Tanah, C.V Andi Offset,

Yogyakarta.

Sosrodarsono, S. 1978. Hidrologi Untuk Pengairan. PT Pradnya Paramita.

Jakarta.

Suripin, 2004. Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan, Andi

Yokyakarta.

Tim Gunadarma, 2010. Drainase Perkotaan. (online). Avalaibe at: http//

elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/drainase_perkotaan.pdf

(Accessed 27 agustus 2014).

Triatmodjo, B. 2008. Hidrologi Terapan. Beta Offset. Yogyakarta.

Wesli. 2008. Drainase Perkotaan. Graha Ilmu. Yogyakarta.

Yelsa merry, Nugroho joko, Natasaputra suardi. Pengaruh Perubahan Tata

Guna Lahan Terhadap Debit Limpasan Drainase di Kota Bukittinggi.

ITB. Bandung.

Page 83: (UJIAN AKHIR) PENGARUH PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN …

LAMPIRAN 1

Catatan:

Pengambilan data pengukuran dimensi saluran di tiap-tiap nama jalan

Page 84: (UJIAN AKHIR) PENGARUH PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN …

LAMPIRAN 2 Tabel 18: Inventori saluran drainase Kabupaten Luwu, Kecamatan Belopa

NO NAMA JALAN

NAMA SALURAN KONDISI SEKARANG

PAS. SALURAN KANAN PAS. SALURAN KIRI

1 JL. S. Saso

40

40

Sebelah kanan jalan, tidak ada saluran.

Sebelah kiri ja-lan saluran ter-buat dari pasan-gan Batu kali.

2 JL. Pendidikan

60

60

50

40

Sebelah kanan jalan saluran te-rbuat dari pas. Batu kali.

Sebelah kiri ja-lan terdapat ba-nyak sedimen-tasi.

3 JL. Balubu

60

60

60

60

Sebelah kanan jalan saluran ter-buat dari pas. Batu kali.

Sebelah kiri jalan saluran terbuat dari pas. Batu kali.

4 JL. Balubu 1

50 50

40

Sebelah kanan jalan saluran terbuat dari pas. Batu kali.

Sebelah kiri jalan, tidak ada saluran

5 JL. Balubu 2

50 50

40

Sebelah kanan jalan saluran terbuat dari pas. Batu kali.

Sebelah kiri jalan saluran tidak ada saluran.

Sumber : Hasil penelitian, 2014

Page 85: (UJIAN AKHIR) PENGARUH PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN …

Tabel : Inventori saluran drainase Kab. Luwu. Kec. Belopa

NO NAMA JALAN

NAMA SALURAN KONDISI SEKARANG

PAS. SALURAN KANAN PAS. SALURAN KIRI

6 JL. Balubu 3

50 50

40

50 50

40

Sebelah kanan jalan, tidak ada saluran

Sebelah kiri jalan saluran terbuat dari pas. Batu kali.

7 JL. Balubu 4

50 50

40

50 50

40

Sebelah kanan jalan saluran terbuat dari pas. Batu kali.

Sebelah kiri jalan saluran terbuat dari pas. Batu kali.

8 JL. Balubu 5

70 70

60

60 55

50

Sebelah kanan jalan saluran terbuat dari pas. Batu kali.

Sebelah kiri jalan saluran terbuat dari pas. Batu kali.

9 JL. Pemuda Radda

60 120

50

50 50

40

Sebelah kanan jalan saluran terbuat dari pas. Batu kali.

Sebelah kiri jalan saluran terbuat dari pas. Batu kali.

10 JL.Merdeka selatan

100

100

Sebelah kanan jalan saluran terdapat pas. Batu kali dan memiliki sedimen.

Sumber : Hasil penelitian, 2014

Page 86: (UJIAN AKHIR) PENGARUH PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN …

Tabel : Inventori saluran drainase Kab. Luwu. Kec. Belopa

NO NAMA JALAN

NAMA SALURAN KONDISI SEKARANG

PAS. SALURAN KANAN PAS. SALURAN KIRI

11 JL. Topoka

100

100

Pasangan sebelah kanan jalan terbuat dari pasangan batu kali

Sebelah kiri jalan tidak ada saluran.

12 JL. Kalobang

60

60

Sebelah kanan jalan saluran tidak ada saluran.

Sebelah kiri jalan saluran terbuat dari pas. Batu kali.

13 JL. Kalobang 1

60

60

60

60

Sebelah kanan jalan saluran terbuat dari pas. Batu kali.

Sebelah kiri jalan saluran terbuat dari pas. Batu kali.

14 JL. Senga selatan

60

70

60

50

Sebelah kanan jalan saluran terbuat dari pas. Batu kali.

Sebelah kiri jalan saluran terbuat dari pas. Batu kali.

15 JL. Jend. Sudirman

120 90

100

120 90

100

Sebelah kanan jalan saluran terbuat dari pas. Batu kali.

Sebelah kiri jalan saluran terdapat pas. Batu kali dan saluran tanah sebagian.

Page 87: (UJIAN AKHIR) PENGARUH PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN …

Sumber : Hasil penelitian, 2014

Tabel : Inventori saluran drainase Kab. Luwu. Kec. Belopa

NO NAMA JALAN

NAMA SALURAN KONDISI SEKARANG

PAS. SALURAN KANAN PAS. SALURAN KIRI

16 JL. Banawae

80 70

60

80 70

60

Sebelah kanan jalan saluran terbuat dari pas. Batu kali.

Sebelah kiri jalan saluran terbuat dari pas. Batu kali.

17 JL. Pangerang

120 120

100

Sebelah kanan jalan saluran terbuat dari pas. Batu kali.

18 JL. H. A Pangerang

50

40

180 130

160

Sebelah kanan jalan saluran terbuat dari pas. Batu kali.

Sebelah kiri jalan saluran terbuat dari pas. Batu kali.

19 JL. S. Paremang

100 80

60

Sebelah kanan jalan saluran terbuat dari pas. Batu kali.

Tidak ada saluran

20 80 70

50

Tidak ada saluran

Sebelah kiri jalan saluran terbuat dari pas. Batu kali.

Sumber : Hasil penelitian, 2014

Page 88: (UJIAN AKHIR) PENGARUH PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN …

Tabel : Inventori saluran drainase Kab. Luwu. Kec. Belopa

NO NAMA JALAN

NAMA SALURAN KONDISI SEKARANG

PAS. SALURAN KANAN PAS. SALURAN KIRI

21 JL. S. paremang 1

60 50

50

60 50

50

Sebelah kanan jalan saluran terbuat dari pas. Batu kali.

Sebelah kiri jalan saluran terbuat dari pas. Batu kali.

22 JL. G. Latimojong

70 50

60

100 80

60

Sepanjang jalan ini dimensi saluran berubah-ubah.

23 JL. Pendidikan

60

60

50

40

Sebelah kanan jalan saluran terbuat dari pas. Batu kali.

Sebelah kiri jalan saluran terbuat dari pas. Batu kali.

24 JL. Hos, Cokro Aminoto

40 40

30

40 40

30

Pasangan sebelah kanan jalan terbuat dari pasangan batu kali

Pasangan sebelah kiri jalan terbuat dari pasangan batu kali

Page 89: (UJIAN AKHIR) PENGARUH PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN …

25 JL. Cakrawala

40 40

30

40 40

30

Sebelah kanan jalan saluran terbuat dari pas. Batu kali.

Sebelah kiri jalan saluran terbuat dari pas. Batu kali.

Sumber : Hasil penelitian, 2014

Tabel : Inventori saluran drainase Kab. Luwu. Kec. Belopa

NO NAMA JALAN

NAMA SALURAN KONDISI SEKARANG

PAS. SALURAN KANAN PAS. SALURAN KIRI

26 JL. Jambu

40 40

30

40 40

30

Sebelah kanan jalan saluran terbuat dari pas. Batu kali.

Sebelah kiri jalan saluran terbuat dari pas. Batu kali.

27 JL. Jambu 1 60 60

50

60 60

50

Sebelah kanan jalan saluran terbuat dari pas. Batu kali.

Sebelah kiri jalan saluran terbuat dari pas. Batu kali.

28 JL. Jambu 2

60 60

50

Sebelah kanan jalan saluran terbuat dari pas. Batu kali.

Tidak ada saluran.

29 JL. Jambu 3

60 60

50

Sebelah kanan jalan saluran terbuat dari pas. Batu kali.

Tidak ada saluran.

Page 90: (UJIAN AKHIR) PENGARUH PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN …

30 JL. Cilallang

70 60

60

Sebelah kanan jalan saluran terbuat dari pas. Batu kali.

Tidak ada saluran

Sumber : Hasil penelitian, 2014

Tabel : Inventori saluran drainase Kab. Luwu. Kec. Belopa

NO NAMA JALAN

NAMA SALURAN KONDISI SEKARANG PAS. SALURAN KANAN PAS. SALURAN KIRI

31 JL. Palawagau

60

60

Tidak ada saluran

Sebelah kiri jalan saluran terbuat dari pas. Batu kali.

32 JL. A. D Jemma

50 50

40

50 50

40

Sebelah kanan jalan saluran terbuat dari pas. Batu kali.

Sebelah kiri jalan saluran terbuat dari pas. Batu kali.

33 JL. Sultan Hasanuddin

100

120

50 60

40

Sebelah kanan jalan saluran terbuat dari pas. Batu kali.

Sebelah kiri jalan saluran terbuat dari pas. Batu kali.

Page 91: (UJIAN AKHIR) PENGARUH PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN …

34 JL. Topoka

100

100

Sebelah kanan jalan saluran terbuat dari pas. Batu kali.

Sebelah kiri jalan saluran terbuat dari pas. Batu kali.

35 JL. Ali Sammang

80 70

50

Sebelah kanan jalan saluran terbuat dari pas. Batu kali.

Sebelah kiri jalan saluran terbuat dari pas. Batu kali.

Sumber : Hasil penelitian, 2014

Tabel : Inventori saluran drainase Kab. Luwu. Kec. Belopa

NO NAMA JALAN

NAMA SALURAN KONDISI SEKARANG

PAS. SALURAN KANAN PAS. SALURAN KIRI

36 JL. Pemuda Radda

50 50

40

60 120

50

Sebelah kanan jalan saluran terbuat dari pas. Batu kali.

Sebelah kiri jalan saluran terbuat dari pas. Batu kali.

37 JL. G .Latimojong

100 100

80

100

120

Sebelah kanan jalan saluran terbuat dari pas. Batu kali.

Sebelah kiri jalan saluran terbuat dari pas. Batu kali.

Page 92: (UJIAN AKHIR) PENGARUH PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN …

38 JL. Bakti

120

80

50

50

Sebelah kanan jalan saluran terbuat dari pas. Batu kali.

Sebelah kiri jalan saluran terbuat dari pas. Batu kali.

39 JL. Jend. Sudirman

120 90

100

Sebelah kanan jalan saluran terbuat dari pas. Batu kali.

Tidak ada saluran

40 JL. Tampumia Radda

60

60

60

60

Sebelah kanan jalan saluran terbuat dari pas. Batu kali.

Sebelah kiri jalan saluran terbuat dari pas. Batu kali.

Sumber : Hasil penelitian, 2014

Tabel : Inventori saluran drainase Kab. Luwu. Kec. Belopa

NO NAMA JALAN

NAMA SALURAN KONDISI SEKARANG

PAS. SALURAN KANAN PAS. SALURAN KIRI

41 JL. Tampumia

Radda

60

60

60

60

Sebelah kanan jalan saluran terbuat dari pas. Batu kali.

Sebelah kiri jalan saluran terbuat dari pas. Batu kali.

42 JL. Tampumia Radda

60

60

60

60

Sebelah kanan jalan saluran terbuat dari pas. Batu kali.

Sebelah kiri jalan saluran terbuat dari pas.

Page 93: (UJIAN AKHIR) PENGARUH PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN …

Batu kali.

Sumber : Hasil penelitian, 2014

Page 94: (UJIAN AKHIR) PENGARUH PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN …

LAMPIRAN 3

Jl. Merdeka Selatan. Desa Senga selatan

Jl. Topoka. Desa Senga Selatan

Page 95: (UJIAN AKHIR) PENGARUH PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN …

Jl. S. Paremang. Kelurahan Tanamanai ke Desa Belopa

Jl. A.D. Jemma . Kelurahan Tanamanai

Page 96: (UJIAN AKHIR) PENGARUH PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN …

Jl. Sultan Hasanuddin, Kelurahan Tanamanai

Jl. Pemuda Radda. Kel. Tampumia Radda

Page 97: (UJIAN AKHIR) PENGARUH PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN …

Jl. Ali Semmang. Kel. Tanamanai ke Desa Belopa

Jl. Jend. Sudirman. Desa Senga

Page 98: (UJIAN AKHIR) PENGARUH PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN …

Jl. Banawae. Desa Senga

Jl. Pangerang. Desa Senga

Page 99: (UJIAN AKHIR) PENGARUH PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN …

Jl. A. H. Pangerang. Desa Senga

Jl. Kalobang. Desa Senga Selatan

Page 100: (UJIAN AKHIR) PENGARUH PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN …

Jl. Kalobang 1. Desa Senga Selatan

Jl. G. Latimojong. Dari Kelurahan Tampumi Radda ke Desa Balo-balo ke Desa

Karussumanga.

Page 101: (UJIAN AKHIR) PENGARUH PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN …

Jl. S. Saso. Desa Balubu

Jl.Pendidikan. Desa Karusumanga

Page 102: (UJIAN AKHIR) PENGARUH PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN …

JL. Hos, Aminoto. Desa Karusumanga

JL.Topaka. Desa Senga Selatan ke Desa Senga ke Desa Tanamanai

Page 103: (UJIAN AKHIR) PENGARUH PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN …

JL. Cakrawala. Desa Karusumanga

JL. Jambu. Desa Karusumanga

Page 104: (UJIAN AKHIR) PENGARUH PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN …

JL. Jambu 1.Desa Karusumanga

JL. Jambu 2.Desa Karusumanga

Page 105: (UJIAN AKHIR) PENGARUH PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN …

JL. Jambu 3 Desa Karusumanga

JL. Cilallang.Desa Karusumanga

Page 106: (UJIAN AKHIR) PENGARUH PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN …

JL. Palawagau. Desa Karusumanga

JL. Senga Selata. Desa Senga Selatan

Page 107: (UJIAN AKHIR) PENGARUH PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN …

JL. Bakti. Desa Tampumia Radda

JL. Pendidikan. Desa Balubu

Page 108: (UJIAN AKHIR) PENGARUH PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN …

JL. Balubu. Desa Balubu

JL. Balubu 1. Desa Balubu

Page 109: (UJIAN AKHIR) PENGARUH PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN …

JL. Balubu 2. Desa Balubu

JL. Balubu 3. Desa Balubu

Page 110: (UJIAN AKHIR) PENGARUH PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN …

JL. Balubu 4. Desa Balubu

JL. Balubu 5. Desa Balubu

Page 111: (UJIAN AKHIR) PENGARUH PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN …

JL. Hati Damai. Desa Balubu

JL. S. Paremang, Belopa. Desa Belopa

Page 112: (UJIAN AKHIR) PENGARUH PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN …

JL. Jend. Sudirman. Desa Tampumia Radda

JL.Tampumia Radda 1.Desa Tampumia Radda

Page 113: (UJIAN AKHIR) PENGARUH PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN …

JL.Tampumia Radda 2.Desa Tampumia Radda

JL.Tampumia Radda 3.Desa Tampumia Radda

Page 114: (UJIAN AKHIR) PENGARUH PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN …