vi uji viabilitas bakteri asam laktat dari usus itik …digilib.unila.ac.id/27878/3/skripsi tanpa...
TRANSCRIPT
vi
UJI VIABILITAS BAKTERI ASAM LAKTAT DARI USUS ITIK PADARANSUM YANG BERBEDA
(Skripsi)
Oleh :
Hendra Verry Setyawan
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2017
vi
UJI VIABILITAS BAKTERI ASAM LAKTAT DARI USUS ITIK PADARANSUM YANG BERBEDA
Oleh
Hendra Verry Setyawan
ABSTRAK
Bakteri asam laktat dapat ditemukan pada saluran pencernaan unggas antara lainpada tembolok, sekum, dan usus. Kemampuan BAL dalam menghasilkan asam laktatdan antibakteri, BAL dapat dimanfaatkan sebagai probiotik untuk meningkatkankesehatan dan produktivitas ternak. Pemberian probiotik pada ternak unggas dapatdilakukan bersamaan dengan pemberian ransum. Penelitian ini bertujuan untukmengetahui viabilitas isolat Bakteri Asam Laktat pada media ransum yang berbeda.Penelitian ini menggunakan campuran isolat bakteri asam laktat dari usus itik (B4,B7, B8). Ketiga isolat bakteri tersebut diinokulasikan pada kedua media perlakuanyang berbeda, yaitu media ransum R1 dan ransum R2. Penelitian ini disusun denganpercobaan rancangan acak kelompok (RAK) dengan pola perlakuan 6x2. Faktor Aadalah lama waktu inkubasi 0 jam, 2 jam, 4 jam, 6 jam, 8 jam dan 10 jam. Faktor Badalah dua jenis media yaitu media ransum R1 dan R2. Masing-masing perlakuandiulang sebanyak 3 kali. Viabilitas BAL ditentukan berdasarkan jumlah populasi.Data dalam penelitian ini dianalisis secara Deskriptif. Hasil penelitian menunjukkanbahwa BAL sebagai probiotik pada ransum R1 dan R2 viabilitasnya sampai 6 jam.Pada ransum R1 waktu inkubasi 0 jam jumlah populasinya yaitu 6,27 log CFU/g,pada 6 jam jumlah populasinya yaitu 6,20 log CFU/g. Sedangkan pada ransum R2waktu inkubasi 0 jam jumlah populasinya yaitu 6,25 log CFU/g, pada 6 jam jumlahpopulasinya yaitu 6,21 log CFU/g, setalah 6 jam inkubasi baik BAL pada R1 maupunR2 populasinya menurun. Viabilitas BAL dalam ransum R2 lebih baik dibandingkanR1 pada 4 jam inkubasi, jumlah populasi BAL pada R2 yaitu 7,36 log CFU/g danpada R1 yaitu 6,08 log CFU/g..
Kata kunci : Viabilitas, Bakteri Asam Laktat, Ransum, Molases.
UJI VIABILITAS BAKTERI ASAM LAKTAT DARI USUS ITIK PADARANSUM YANG BERBEDA
Oleh
Hendra Verry Setyawan
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelarSARJANA SAINS
PadaJurusan Biologi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PEGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2017
v
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Sumberhadi pada 27 April 1995, merupakan putra kedua dari
dua bersaudara pasangan Bapak Sutikno, S.Pd dan Ibu Endang Purwaningsih
S.Pd.
Penulis menyelesaikan pendidikan formal di Taman Kanak-kanak (TK)
Sumberhadi pada tahun 2000, Sekolah Dasar SDN 1 Sumberhadi pada tahun
2001, Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 1 Melinting Lampung Timur
pada tahun 2007, dan Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1 Bandar
Sribhawono Lampung Timur pada tahun 2010.
Pada tahun 2013 penulis terdaftar sebagai mahasiswa di Program Studi Biologi,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung melalui
Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Selama menjadi
mahasiswa, penulis pernah menjadi asisten dosen dalam Praktikum Mikrobiologi
Umum, Mikrobiologi Pangan dan Industri, dan Mikrobiologi Tanah. Selain itu
penulis juga aktif dalam organisasi Himpunan Mahasiswa Biologi (HIMBIO)
sebagai anggota Biro Kesekretariatan dan Logistik pada periode 2013-2014.
Kemudian penulis melakukan Program Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa
Dwimulyo, Kecamatan Penawar Tama, Kabupaten Tulang Bawang selama 60 hari
vi
dan Program Kerja Praktik di Balai Besar Pengujian Penerapan Hasil Perikanan
(BBP2HP), Jakarta Timur dengan Judul “UJI Staphylococcus aureus PADA
PRODUK PERIKANAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE SNI
2332.9:2015 DI LABORATORIUM MIKROBIOLOGI BALAI BESAR
PENGUJIAN PENERAPAN HASIL PERIKANAN (BBP2HP) JAKARTA
TIMUR”.
PERSEMBAHAN
Allhamdulillahirobbil’alamin.....Kuhaturkan kepada Allah SWT atas segala rahmat, karunia, dan hidayah-Nya
serta suri tauladanku Nabi Muhammad SAW yang menjadi pedoman hidupdalam berikhtiar
Ibu dan Bapak tercinta yang senantiasa memberikan curahan kasih sayang,cinta dan pengorbanan tanpa batas, serta mendoakan disetiap langkahkumenuju keberhasilan yang tak akan pernah terbalaskan walaupun denganpengabdian seumur hidupku dan tak akan pernah tergantikan oleh apapun
selain Jannah-Nya
Kakakku Dian Prastyawan danAdikku Endhah Trya Dumawati, atas segalamotivasi dan kasih sayang yang menantikan keberhasilanku
Seorang permaisuriku yang menjadi pendamping hidupku kelak yang akanmembimbing dan menemaniku dalam menjalani kehidupan hingga ke Jannah-
Nya
Para pendidikku dan Almamater yang kubanggakan
“ Dan kelak Tuhanmu pasti akan memberikan karunia Nyakepadamu, lalu (hati) kamu menjadi puas”
(Qs. Adh-Dhuha : 5)
“…kenalilah Allah disaat kamu senang, niscaya Dia akanmengenalimu disaat kamu susah; apabila kamu meminta, mintalah
kepada Allah; apabila kamu meminta pertolongan, mintalah kepadaAllah…”
(HR. Tarmidzi)
“Allah meninggikan orang-orang yang beriman diantara kamu danorang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat”
(Qs. Al Mujadilah : 11)
“Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu kaum sehinggamereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri”
(QS. Ar Ra'd :11)
“Apa yang kau mulai (kerjakan), pantang untuk kau sesali”(Hendra Verry Setyawan)
“Janganlah menyerah oleh keadaan yang kadang membuatmu merasasesuatu tidak mungkin lagi menjadi kenyataan ”
(Hendra Verry Setyawan)
ix
SANWACANA
Dengan mengucap Alhamdulillah, puji syukur Penulis panjatkan kepada Allah
SWT yang telah memberikan rahmat dan ridho-Nya sehingga Penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “UJI VIABILITAS BAKTERI ASAM
LAKTAT DARI USUS ITIK PADA RANSUM YANG BERBEDA”.
Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis menyadari bahwa banyak sekali bantuan
yang penulis dapatkan dari berbagai pihak. Dengan terselesaikannya skripsi ini,
penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih kepada :
1. Ibu Dra. Christna N. Ekowati, M.Si., selaku pembimbing utama atas
kesediaan memberikan bimbingan, saran dan kritik serta motivasi selama
penelitian dan penulisan skripsi.
2. Bapak Dr. Ir. Rudy Sutrisna , M.S., selaku pembimbing kedua yang telah
member nasehat, saran, dan bimbingan selama penyelesaian skripsi ini.
3. Bapak Ir. Salman Farisi, M.Si.,selaku pembahas dan penguji yang telah
banyak memberikan saran, kritik dan koreksi pada penulis serta membimbing
penulis dalam penyempurnaan skripsi ini.
4. Bapak Prof. Warsito, S.Si., D.E.A., Ph.D selaku Dekan FMIPA Universitas
Lampung.
5. Ibu Dra. Nuning Nurcahyani, M.Sc., selaku Ketua Jurusan Biologi FMIPA
Universitas Lampung.
x
6. Bapak Priyambodo, M. Sc., selaku pembimbing akademik yang telah
memberikan bimbingan dan memberi arahan dalam melakukan penelitian
hingga menyelasaikan skripsi ini.
7. Seluruh Dosen dan karyawan Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam
8. Bapak dan Ibu yang tak pernah putus doa dan cinta kasihnya yang selalu
mengiringi setiap langkah buah hatinya tanpa lelah.Semoga Allah SWT
membalasnya dengan balasanSurga-Nya.
9. Kakakku Dian Prastyawan dan Adikku Endhah Trya Dumawati yang selalu
mendukung dan mendoakanku.
10. Teman seperjuangan penelitian“ BAL dari Usus Itik” ., Fatmawati Putri dan
Vina Silviana terimakasih atas saran, masukan, do’a, dukungan serta nasihat-
nasihat yang selalu diberikan.
11. Sahabat-sahabat Microholic: Dea Putri Andeska, Sarah Niati, Hafiz Auzar,
Nuraeini Prija, Lina Linda Wati, Yovita Selvie, Bella Rizcikal, Bella Noor,
Balqis Ananda Putri, Rizani Oktanisyah, Nur Rohman, Nailul Lutfiyah atas
motivasi, canda tawa, saran, kritik, semangat dan kebersamaan yang telah
diberikan.
12. Teman-teman seperjuangan Biologi angkatan 2013, khususnya “Bio-B 2013”
terimakasih atas doa dan kebersamaanya.
13. Kakak tingkat serta adik tingkat terimakasih atas bantuan, keceriaan, dan
dorongan semangat yang diberikan.
14. Seluruh Staf dan karyawan FMIPA Unila atas bantuan dan kerjasamanya
terutama Pak Imron, Pak Tris, Pak Hambali, Mba Nunung.
xi
15. Almamater tercinta.
Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan mereka dan semoga laporan akhir
kerja praktik ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca. Amin
Bandar Lampung, 20 Juli 2017
Penulis,
HendraVerrySetyawan
xii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .......................................................................... i
ABSTRAK ......................................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................ iii
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................... iv
RIWAYAT HIDUP ........................................................................... v
PERSEMBAHAN............................................................................ vii
MOTTO .......................................................................................... viii
SANWACANA ................................................................................. ix
DAFTAR ISI.................................................................................... xii
DAFTAR TABEL .......................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR....................................................................... xv
I. PENDAHULUAN........................................................................ 1A. Latar Belakang dan Masalah ................................................... 1B. Tujuan Penelitian..................................................................... 3C. Manfaat penelitian................................................................... 4D. Kerangka Pikir......................................................................... 4E. Hipotesis.................................................................................. 5
II. TINJAUAN PUSTAKA .............................................................. 6A. Bakteri Asam Laktat............................................................... 6B. Bakteri Asam Laktat Sebagai Probiotik ................................. 7C. Viabilitas Bakteri.................................................................... 9D. Ransum Itik .......................................................................... 12E. Molases................................................................................. 13
xiii
III. METODE PENELITIAN ......................................................... 15A. Waktu dan tempat................................................................. 15B. Alat dan Bahan ..................................................................... 15C. Metode Penelitian................................................................. 17D. Analisis Data ........................................................................ 17E. Prosedur Kerja...................................................................... 18
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................. 21A. HASIL................................................................................... 21B. PEMBAHASAN ................................................................... 22
V. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................. 25A. SIMPULAN .......................................................................... 25B. SARAN ................................................................................. 25
DAFTAR PUSTAKA............................................................................ 26
LAMPIRAN........................................................................................... 29
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Kandungan nutrient bahan pakan............................................... 16
2. Komposisi ransum...................................................................... 16
3. Kandungan nutrient dalam ransum perlakuan………………… 17
4. Jumlah populasi BAL pada media ransum R1……………….. 30
5. Jumlah populasi BAL pada media ransum R2………………... 30
6. Hasil uji antagonis isolat BAL ................................................... 30
7. Perhitungan jumlah total BAL................................................... 31
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Uji antagonis isolat BAL B7 (spread) terhadap isolat BAL B4(point plate) ……… ....……………………………………………. 21
2. Grafik viabilitas populasi BAL pada media perlakuan…………… 22
3. Uji antagonis isolat BAL B4 (spread) terhadap isolat BAL B7(point plate)......…………………………………………………… 33
4. Uji antagonis isolat BAL B4 (spread) terhadap isolat BAL B8(poin plate) ......……………………………………………………. 33
5. Uji antagonis isolat BAL B7 (spread) terhadap isolat BAL B8(poin plate) ......……………………………………………………. 34
6. Uji antagonis isolat BAL B8 (spread) terhadap isolat BAL B4(point plate)......…………………………………………………… 34
7. Uji antagonis isolat BAL B8 (spread) terhadap isolat BAL B7(point plate)......…………………………………………………… 35
8. Viabilitas BAL pada media ransum R1 perlakuan 0 jam.………… 36
9. Viabilitas BAL pada media ransum R2 perlakuan 0 jam.....……… 36
10. Viabilitas BAL pada media ransum R1 perlakuan 2 jam.....……… 37
11. Viabilitas BAL pada media ransum R2 perlakuan 2 jam.………… 37
12. Viabilitas BAL pada media ransum R1 perlakuan 4 jam.....……… 38
13. Viabilitas BAL pada media ransum R2 perlakuan 4 jam.………… 38
14. Viabilitas BAL pada media ransum R1 perlakuan 6 jam.........…… 39
15. Viabilitas BAL pada media ransum R2 perlakuan 6 jam.………… 39
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Itik merupakan salah satu ternak yang dapat dijadikan sumber protein hewani
alternatif baik telur maupun dagingnya. Produktivitas itik dipengaruhi oleh
kualitas ransum dan kesehatan itik. Ransum merupakan bahan pakan yang
telah diramu dan biasanya terdiri dari berbagai jenis bahan dengan komposisi
tertentu. Jenis ransum yang diberikan akan mempengaruhi produksi itik
karena penggunaan ransum dengan tingkatan yang berbeda memiliki
kandungan nutrisi yang berbeda pula. Salah satu cara untuk meningkatkan
produktivitas itik yang sekarang sedang berkembang yaitu dengan
memperbaiki pakan ternak menggunakan mikroorganisme probiotik
(Gunawan dan Sundari, 2003).
Probiotik adalah mikroorganisme hidup yang bila dikonsumsi dapat
meningkatkan kesehatan manusia ataupun ternak dengan cara
menyeimbangkan mikroflora dalam saluran pencernaan dan dapat
menghambat mikroba patogen. Salah satu kelompok bakteri yang berperan
sebagai probiotik adalah Bakteri Asam Laktat (Prado et al., 2008).
2
Bakteri asam laktat dapat ditemukan pada saluran pencernaan unggas antara
lain pada tembolok, sekum, dan usus (Sjofjan et al., 2003). Salah satu
sumber isolat bakteri asam laktat yaitu berasal dari usus itik. Penelitian
Rahmawati (2012 ) bahwa dari 13 isolat yang diisolasi dari usus itik diketahui
5 jenis isolat asam laktat mampu menghambat pertumbuhan Eschercia coli
yaitu dengan kode B1, B2, B3, B4 dan B5. Kelima isolat B1, B3, dan B4
mempunyai daya hambat terbesar masing-masing 1,73, 1,5, 1,37 terhadap
Eschercia coli (Sutrisna, 2013).
Pada umumnya probiotik pada ternak unggas diberikan dalam bentuk
campuran ransum atau diberikan melalui air minum. Syarat isolat sebagai
probiotik yaitu mampu bertahan hidup pada ransum dan saluran pencernan.
Viabilitas atau daya tahan hidup bakteri ditunjukkan dengan jumlah populasi.
Menurut Kristiyanti ( 2015), viabilitas bakteri asam laktat pada tepung ikan
yang ditambah dengan glukosa ditunjukkan dengan jumlah generasi yaitu
sebesar 6,23 generasi/jam. Penelitian Esivan et al., (2015) menunjukkan
bahwa viabilitas tertinggi Lactobacilus casei pada dedak padi dengan
konsentrasi 20% (w/v) pada waktu inkubasi 10 jam yaitu 3,0 x 108 CFU/ml.
Lactobacilus casei ini merupakan salah satu strain probiotik yang mampu
tumbuh dengan baik di media dedak padi. Penelitian Sutrisna, et al., (2015),
isolat bakteri asam laktat dari usus itik B1 pada molases 1% menunjukkan
viabilitas dengan 1,73 generasi selama 72 jam. Waktu generasi diperkirakan
41,6 jam. Hal ini menunjukkan pemberian molases 1 % dapat meningkatkan
viabilitas. Menurut Hidayat dan Suhartini (2006) molases dapat digunakan
3
sebagai sumber karbon karena mengandung sukrosa 30-40 %, glukosa 4-9 %,
dan fruktosa 5-12 %. Hermawati (2013) menunjukkan bahwa molases 2%
dan molases 1,5% merupakan konsentrasi paling optimal dalam
meningkatkan daya simpan terhadap viabilitas bakteri asam laktat. Hasil
penelitian Supriyanto (2012), konsentrasi molases 2% adalah konsentrasi
terbaik untuk pertumbuhan Lactobacillus plantarum.
Ransum itik adalah bahan pakan yang telah diramu dan biasanya terdiri dari
berbagai jenis bahan dengan komposisi tertentu. Ransum R1 dan R2
memiliki bahan nutrient yang sama, yang membedakannya yaitu molases
yang terdapat pada ransum R2 dan R1 tidak terdapat molases. Komposisi
ransum menurut Saputro (2016) terdiri dari campuran bahan-bahan pakan
yang meliputi dedak, tepung jagung, ampas tahu, tepung ikan, mineral,
molases, minyak sawit, lisin, metionin.
Sejauh ini informasi mengenai viabilitas isolat bakteri asam laktat B4, B7 dan
B8 yang diisolasi dari usus itik pada ransum belum diketahui. Oleh karena
itu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap uji viabilitas isolat bakteri
asam laktat dari usus itik pada media ransum R1 dan R2.
B. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui viabilitas isolat bakteri asam laktat
dari usus itik pada media ransum yang berbeda.
4
C. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada
masyarakat pada umumnya mengenai BAL sebagai probiotik pada media
ransum yang berbeda.
D. Kerangka Pikir
Menurut Pelczar dan Chan (2005) bakteri akan mampu mempertahankan diri
dengan baik di dalam lingkungan selama kondisinya menguntungkan.
Demikian pula BAL sebagai probiotik dapat mempertahankan hidupnya jika
faktor lingkungan sesuai. Faktor lingkungan yang mempengaruhi viabilitas
BAL sebagai probiotik adalah kelembapan dan tekanan osmotik pada ransum.
Syarat viabilitas BAL sebagai probiotik adalah mampu hidup dan mampu
bertahan hidup pada lingkungan ransum maupun dalam saluran pencernaan
ternak. Ransum merupakan bahan padat yang terdiri dari berbagai jenis
komposisi tertentu. R1 dan R2 memiliki bahan nutrient yang sama, yang
membedakan hanya molases yang terdapat pada R2. R1 dan R2 ketika
diberikan pada itik ditambahkan air dengan perbandingan 1:1.
Dengan adanya tambahan air, kedua ransum R1 dan R2 memberikan
kelembapan dan tekanan osmotik yang sesuai untuk BAL. Ransum R2
megandung molases, senyawa ini mengandung gula sederhana berupa
glukosa, fruktosa, dan sukrosa. Molases ini juga dapat mendukung tekanan
osmotik di dalam sel dan BAL mampu bertahan hidup pada lingkungan
5
ransum. Hal ini dapat mendukung viabilitas BAL dalam ransum. Ransum
adalah pakan yang diberikan kepada ternak tertentu selama 24 jam,
pemberiannya dapat dilakukan sekali atau beberapa kali selama 24 jam.
E. Hipotesis
Hipotesis yang diajukan pada penelitian ini yaitu BAL pada media ransum
yang berbeda dapat bertahan selama 10 jam.
6
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Bakteri Asam Laktat
Bakteri Asam Laktat (BAL) adalah kelompok bakteri Gram positif berbentuk
kokus atau batang, suhu optimum ± 400C, bersifat anaerob, tidak membentuk
spora, katalase negatif, dan oksidase positif, pada umumnya tidak motil,
dengan asam laktat sebagai produk utama fermentasi karbohidrat. Menurut
Suardana (2007) Lactobacillus lactis, Lactobacillus acidophilus,
Lactobacillus bulgaricus, Lactobacillus plantarum, Lactobacillus delbrueckii
adalah bakteri berbentuk batang, Gram positif dan sering berbentuk pasangan
dan rantai dari sel-selnya. Jenis ini umumnya lebih tahan terhadap keadaan
asam dan lebih banyak terdapat pada sayuran. Lactobacillus lactis dan
Lactobacillus brevis merupakan contoh BAL yang dapat ditemukan pada
hewan ternak yaitu sapi bali. Asam laktat yang dihasilkan oleh BAL dapat
menurunkan pH, sehingga mampu menghambat pertumbuhan bakteri
pembusuk. Sifat-sifat khusus bakteri asam laktat yaitu mampu tumbuh pada
kadar gula, alkohol, dan garam yang tinggi, juga mampu memfermentasikan
monosakarida dan disakarida (Adams dan Maurice, 2008).
BAL dapat diisolasi dari berbagai sumber alam maupun selama proses
fermentasi beberapa makanan, dan dengan lingkungan yang berbeda, BAL
7
juga banyak ditemukan pada bahan pangan yang diantaranya, sayuran, buah-
buahan, serta produk daging. Sumber BAL yaitu dapat ditemukan pada
saluran pencernaan unggas antara lain pada tembolok, sekum, dan usus
(Sjofjan et al., 2003).
B. Bakteri Asam Laktat Sebagai Probiotik
Bakteri asam laktat telah lama dikenal sebagai kelompok bakteri yang
menguntungkan. Pemanfaatannya sangat luas baik untuk pangan maupun
pakan. Pemilihan bakteri asam laktat sebagai probiotik sangat berkaitan
dengan sifatnya yang memenuhi kriteria aman untuk dikonsumsi sehingga
mampu bertahan hidup baik dari ransum dan saluran pencernan. Bakteri
asam laktat juga memiliki sifat seperti antimikroba, aktivitas antikolestrol,
efek stimulasi sistem imun, meningkatkan penyerapan laktosa oleh tubuh,
mencegah diare, dan aktivitas antimutagenik sehingga dapat mencegah
penyakit kanker usus (Fuller, 1992; Surono, 2004; dan Hill, 1995).
Peranan utama BAL dalam industri pangan adalah sebagai kultur starter
produk-produk yang melibatkan proses fermentasi atau produk pangan
fungsional yang memiliki pengaruh positif terhadap kesehatan. Selain
memiliki efek mengawetkan pada produk fermentasi yang diinginkan,
beberapa bakteri asam laktat yang tergolong bakteri probiotik dapat
memberikan pengaruh positif terhadap kesehatan dan menjaga keseimbangan
mikroba alami yang tinggal didalam tubuh manusia (Tamime et al., 2007).
8
Efektivitas probiotik dapat bertahan jika mikroorganisme tersebut dapat aktif
dalam berbagai kondisi lingkungan yang berbeda dan tetap hidup dalam berbagai
bentuk. Mikroba tersebut harus memenuhi beberapa kriteria, antara lain: (1)
dapat diproduksi secara massal; (2) tetap stabil dan viable dalam waktu lama
dalam kondisi penyimpanan dan di lapangan; (3) dapat bertahan hidup (akan
lebih baik jika dapat tumbuh) di dalam saluran pencernaan; dan (4) memberikan
dampak yang menguntungkan pada inang. Salminen et al.,(1998) menjelaskan
pentingnya viabilitas probiotik, yaitu preparasi mikroba hidup yang bermanfaat
bagi kesehatan. Jumlah mikroba hidup harus cukup untuk memberikan efek
positif bagi kesehatan dan mampu berkolonisasi sehingga dapat mencapai jumlah
yang diperlukan selama waktu tertentu.
Karakteristik suatu isolat bakteri untuk dapat dikategorikan sebagai probiotik
antara lain: bersifat nonpatogenik, harus mampu bertahan hidup, dan bersaing,
serta tumbuh dalam saluran pencernaan. Bakteri tersebut harus mampu melewati
beberapa rintangan seperti keasaman lambung yang tinggi, adanya sekresi garam
empedu ataupun antibiotik dalam usus halus, mampu menghasilkan senyawa
antimikroba untuk menekan pertumbuhan bakteri patogen, serta mampu
melakukan penempelan pada usus halus, untuk dapat berperan dalam mendukung
kesehatan inangnya. Shortt (1999), menyatakan probiotik harus mempunyai
kemampuan bertahan pada proses pengawetan dan dapat bertahan pada
penyimpanannya. Probiotik jika dikonsumsi dapat memberikan pengaruh positif
terhadap fisiologi dan kesehatan inangnya (Schrezenmeir dan De Vrese, 2001).
9
C. Viabilitas Bakteri
Menurut Nurkartika (2001) viabilitas adalah kemampuan hidup dari suatu
individu untuk mempertahankan hidupnya dalam persaingan antar individu
maupun terhadap alam (survival of the foetus). Menurut Pritanti (1995),
viabilitas bakteri dapat ditunjukkan dengan pertumbuhannya. Dalam media
tumbuh bakteri asam laktat ada syarat-syarat yang harus dipenuhi (Sneath et
al., 1986), antara lain, yaitu :
1. Nutrisi
Lactobacillus membutuhkan nutrisi kompleks seperti asam amino, peptida,
derivat asam nukleat, vitamin, garam, asam lemak, serta unsur pertumbuhan
dasar bakteri seperti karbon, nitrogen, oksigen, sulfur, fosfor, magnesium, zat
besi, dan sejumlah kecil logam lainnya. Karbon dan sumber energi untuk
mikroorganisme dapat diperoleh dari berbagai jenis gula karbohidrat
sederhana, sedangkan kebutuhan nitrogen dapat diperoleh dari sumber
anorganik berupa garam ammonium atau garam fosfat. Batas konsentrasi
untuk nutrisi yang diperbolehkan agar tidak menghambat pertumbuhan
mikroorganisme adalah ion ammonium 5 g/L, garam fosfat 10 g/L,
nitrat 5 g/L, etanol 100 g/L, dan glukosa (10-18%) 100 g/L. Jika konsentrasi
glukosa terlalu tinggi maka kecepatan fermentasi akan menurun dan akan
menghambat aktivitas yeast sehingga waktu fermentasi berjalan lebih lama.
Hal ini disebabkan oleh terjadinya plasmolisis pada dinding sel
mikroorganisme yang mengakibatkan dinding selnya pecah. Jika konsentrasi
10
lebih kecil dari 10%, produk yang dihasilkan lebih sedikit karena nutrisi dan
medianya terlalu sedikit.
2. Kelembapan
Kelembaban udara merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
kelangsungan hidup mikroorganisme. Pada bakteri hidup pada range
kelembaban yang terbatas yaitu sekitar 55%-65% dan bertahan dalam bentuk
aerosol (bioaerosol). Jumlah air bebas dalam bahan pangan yang dapat
digunakan oleh mikroorganisme dinyatakan dalam besaran aktivitas air
(Aw = water activity). Mikroorganisme memerlukan kecukupan air untuk
tumbuh dan berkembang biak. Seperti halnya pH, mikroba mempunyai nilai
Aw minimum, maksimum dan optimum untuk tumbuh dan berkembang biak
( Ahmadi dan Estiasih, 2009). Umumnya bakteri membutuhkan air
(Avalaible Water) yang lebih banyak dari kapang dan ragi. Sebagian besar
dari bakteri dapat tumbuh dengan baik pada Aw mendekati 1,00. Media
untuk sebagian besar bakteri mengandung gula tidak lebih dari 1% dan garam
tidak lebih dari 0,85% (larutan garam fisiologis). Konsentrasi gula 3% - 4%
dan garam 1 – 2% dapat menghambat pertumbuhan beberapa jenis bakteri
(Muchtadi, 1989). Niai Aw terendah dimana bakteri dapat hidup adalah 0,86.
Bakteri-bakteri yang bersifat halofilik atau dapat tumbuh pada kadar garam
tinggi dapat hidup pada nilai Aw yang lebih rendah yaitu 0,75. Kandungan
air dalam bahan makanan mempengaruhi daya tahan bahan makanan terhadap
serangan mikroba yang dinyatakan Aw yaitu jumlah air bebas yang dapat
digunakan oleh mikroorganisme untuk pertumbuhannya. Berbagai
mikroorganisme mempunyai Aw minimum agar dapat tumbuh dengan baik,
11
misalnya bakteri termasuk BAL dengan Aw : 0,90 ; khamir Aw : 0,80-0,90 ;
kapang Aw : 0,60-0,70.
3. Tekanan osmotik
Bakteri memperoleh bahan nutrisinya dalam bentuk larutan yang berasal dari
cairan ekstraseluler. Lingkungan intraseluler bakteri dipisahkan dari
lingkungan ekstraselulernya oleh membran dan dinding sel. Cairan dari
dalam sel keluar dan melalui proses osmosis. Perpindahan ini terjadi dari
lingkungan dengan tekanan osmotik rendah ke lingkungan dengan tekanan
osmotik tinggi. Media yang bersifat hipotonik (memiliki tekanan osmotik
yang lebih rendah dibandingkan dengan tekanan osmotik cairan intraseluler)
akan menyebabkan masuknya air ke dalam sel. Hal ini mengakibatkan
lisisnya sel bakteri (osmolisis). Media hipertonik akan menyebabkan
plasmolisis (sel mengerut) karena media ini menarik air dari dalam sel.
Prinsip ini dimanfaatkan pada proses pengawetan makanan seperti manisan,
asinan, selai, ikan asin, madu, dan susu kental manis.
Tekanan osmotik juga dibutuhkan untuk mempertahankan kesetimbangan
osmotik dengan kata lain tekanan osmotik diperlukan untuk menghentikan
osmosis, yaitu pergerakan molekul yang secara berlebihan melewati membran
semipermeabel sehingga tidak terjadi kerusakan struktur membran sel yang
dapat membunuh sel mikroba (Lestari, 2014). Jika substrat hipertonis maka
cairan di dalam sel keluar, akibatnya tekanan osmotik di luar sel tinggi
dibandingkan dengan cairan di dalam sel, sehingga selnya mengkerut.
12
Pengamatan viabilitas bakteri dapat dilakukan dengan metode angka lempeng
total (total plate counts/ viable plate counts) dan spektrofotometri. Metode
angka lempeng total mengukur jumlah bakteri yang hidup saja, sedangkan
pada spektrofotometer mengukur biomassa sel yang hidup dan mati (Harley
dan Prescott, 2002). Metode angka lempeng total dapat memberi informasi
jumlah bakteri dalam sampel dengan asumsi bahwa satu koloni berkembang
dari satu sel. Pengenceran dilakukan sebelum bakteri ditumbuhkan dalam
medium agar pada cawan petri, sehingga setelah inkubasi akan terbentuk
koloni pada cawan tersebut dalam jumlah yang dapat dihitung (Tóth dan
Márialigeti, 2013). Jumlah koloni dalam cawan petri yang dipilih untuk
penghitungan koloni ialah antara 30 sampai 300 koloni (Cain et al., 2013).
D. Ransum Itik
Ransum adalah bahan pakan yang telah diramu dan biasanya terdiri dari
berbagai jenis bahan dengan komposisi tertentu. Ransum itik umumnya
terbuat dari bahan nabati dan hewani (Sudaro dan Siriwa, 2000). Ransum itik
dapat diberikan dalam bentuk pellet ataupun bentuk halus, pellet harus
diberikan secara kering, sedangkan yang bentuk halus dapat diberikan dalam
bentuk kering atau basah (Wahju, 1992). Air perlu ditambahkan ke dalam
ransum untuk membuat bahan ransum saling melekat, akan tetapi ransum
tidak boleh begitu basah sehingga menjadi becek, karena itik menyukai
ransum yang lengket (Anggorodi, 1995).
13
Ransum adalah pakan yang diberikan kepada ternak tertentu selama 24 jam,
pemberiannya dapat dilakukan sekali atau beberapa kali selama 24 jam
tersebut. Ransum yang sempurna merupakan kombinasi beberapa bahan
pakan yang apabila dikonsumsi secara normal dapat disuplai zat-zat pakan
ternak dalam perbandingan jumlah, bentuk sedemikian rupa sehingga fungsi-
fungsi fisiologis dalam tubuh dapat berjalan secara normal. Komposisi
ransum itik biasanya terdiri dari jagung kuning, dedak halus, bungkil kacang
kedelai, bungkil kelapa, tepung ikan, dan bahan-bahan ransum lain yang
menjadi sumber protein dan energi (Wahju, 1992). Ransum berkadar protein
lebih tinggi dapat digunakan bila dikehendaki pertumbuhan lebih cepat,
karena ransum berenergi tinggi cenderung menyebabkan penimbunan lemak
terlalu banyak, ransum demikian tidak dianjurkan (Anggorodi, 1995).
E. Molases
Menurut Priyono (2009) molases merupakan sumber energi yang esensial
dengan kandungan gula didalamnya. Oleh karena itu, molases telah banyak
dimanfaatkan sebagai bahan tambahan pakan ternak dengan kandungan
nutrisi atau zat gizi yang cukup baik. Molases memiliki kandungan protein
kasar sebesar 3,1%, serat kasar sebesar 0,6%, senyawa organik yang terdiri
dari bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN) sebesar 83,5%, lemak kasar
sebesar 0,9% dan abu sebesar 11,9%. Molases dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu: (1) Cane-molasses merupakan molases yang memiliki kandungan 25 –
40% sukrosa dan 12 – 25% gula pereduksi dengan total kadar gula 50 – 60%
atau lebih. Kadar protein kasar sekitar 3% dan kadar abu sekitar 8 – 10%,
14
yang sebagian besar terbentuk dari K, Ca, Cl dan garam sulfat; (2) Beet-
molasses merupakan pakan pencahar yang normalnya diberikan pada ternak
dalam jumlah kecil.
15
III. METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari-April 2017 di Laboratorium
Mikrobiologi, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, Universitas Lampung.
B. Alat dan Bahan
1. Alat
Alat yang digunakan adalah laminar air flow cabinet, tabung reaksi,
autoclave, cawan petri, erlenmeyer, hot plate, micropippet dan pipet tip,
kapas, kain kasa, colony counter, oven, pipet volumetri dan pump.
2. Bahan
Bahan-bahan yang diperlukan dalam penelitian ini meliputi isolat bakteri
usus itik (B4, B7, dan B8) yang diperoleh dari koleksi (Sutrisna, 2013),
media deMan Rogosa and Sharpe (MRS) Broth, media deMan Rogosa
and Sharpe (MRS) Agar, NaCl steril, media ransum R1 dan R2.
16
Tabel 1. Kandungan nutrient bahan pakan
Bahan MEKkal/kg
BK Protein Lemak SK Abu Ca P total
………………………………%.......................................................Ampas tahu 2751,00 14,60 18,52 15,84 21,63 4,98 0,53 0,38Teoung ikan 2880 88,38 36,65 10,58 1,36 36,61 5,11 2,88L-Lysin 0,60 100,00 62,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00DL-Metionin 0,30 100,00 58,78 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Molases 1980,00 82,40 3,94 0,30 0,40 11,00 0,88 0,14Minyak 8600,00 100,00 0,00 100,00 0,00 0,00 0,00 0,00Jagung 3370,00 87,41 8,74 8,07 1,97 1,34 0,23 0,41
Dedak Padi 2400,00 88,82 11,17 18,69 11,11 6,32 0,07 1,50Mineral 0,00 100,00 0,00 0,00 0,00 0,00 48,00 13,00
Tabel 2. Komposisi ransum (Saputro, 2016).
No Bahan PakanPerlakuan
R1 (%) R2 (%)
1 Ampas Tahu 33,6 35,7
2 Tepung Ikan 11,0 17,2
3 L-Lysin 0,6 0,6
4 DL-Metionin 0,3 0,3
5 Molases - 1,6
6 Minyak Kelapa Sawit 2,0 1,6
7 Tepung Jagung 15,0 12,8
8 Dedak Padi 39,9 30,1
9 Mineral 0,1 0,1
10 Filler 0,5 0
Total 100 % 100%
Keterangan: R: komposisi ransum perlakuan
17
Tabel 3. Kandungan nutrien dalam ransum perlakuan
Namabahan
Hasil analisis (%)
Protein Lemak Serat kasar Abu
R1 16,55 17,14 12,12 8,41
R2 17,98 15,73 11,55 10,32
C. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan campuran isolat bakteri asam laktat dari usus itik
(B4, B7, B8) koleksi (Sutrisna, 2013). Ketiga isolat bakteri tersebut
diinokulasikan pada kedua media perlakuan yang berbeda, yaitu media
ransum (R1), dan media ransum (R2). Penelitian disusun dengan percobaan
rancangan acak kelompok (RAK) pola perlakuan faktorial 6x2. Faktor A
adalah lama waktu inkubasi 0 jam, 2 jam, 4 jam, 6 jam, 8 jam, dan 10 jam.
Faktor B adalah dua jenis media tumbuh bakteri asam laktat, yaitu media
ransum (R1), dan media ransum (R2). Masing-masing perlakuan diulang
sebanyak 3 kali.
D. Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis dengan cara Deskriptif.
18
E. Prosedur Kerja
1. Peremajaan
Bakteri isolat B4, B7, dan B8 yang di campur menjadi satu dari usus itik
diremajakan pada tabung reaksi yang berisi medium MRS Broth
kemudian diinkubasi selama 48 jam di dalam inkubator pada suhu 37oC.
2. Pembuatan starter
Isolat yang telah diinkubasi dari peremajaan diambil sebanyak 1 ml ke
dalam 10 ml MRS Broth steril kemudian diinkubasi selama 48 jam dalam
inkubator.
3. Preparasi ransum dengan probiotik
Suspensi bakteri uji diinokulasikan secara merata dengan perbandingan
50 ml suspensi ( Standart Mac Farland 108 CFU/ml) untuk setiap 50
gram media pakan (Irianingrum, 2009) yaitu media ransum (R1) dan
media ransum (R2). Campuran antara suspensi bakteri dengan media
pakan dihomogenkan dan diinkubasi pada 0 jam (kontrol), 2 jam, 4 jam,6
jam, 8 jam, dan 10 jam.
4. Perhitungan sel bakteri
Perhitungan sel bakteri dilakukan secara tidak langsung dengan metode
pour plate. Masing-masing sampel perlakuan diambil sebanyak 1 gram,
lalu diencerkan dalam larutan garam fisiologis sebanyak 10 ml sebagai
pengenceran 10-1 dan seterusnya sampai pengenceran10-9. Diambil
19
sebanyak 1 ml masing-masing dari 3 pengenceran tertinggi dituang
kedalam cawan petri steril, kemudian ditambahkan medium MRS Agar
sebanyak 15 ml. Cawan petri digoyangkan supaya suspensi dan media
tercampur merata (Pour Plate Method). Setelah media memadat,
diinkubasi dalam inkubator dengan suhu 37°C selama 48 ± 2 jam. Setelah
diinkubasi dihitung jumlah koloni dengan menggunakan colony counter.
Hasil pehitungan jumlah koloni kemudian dikonversikan ke dalam sel/ml.
Jumlah koloni BAL yang tumbuh kemudian dimasukkan kedalam rumus
ALT (Angka Lempeng Total) sebagai berikut:
N = Σ C(n1 x 1) + ( 2 0,1) x d (Kristiyanti, 2015).Keterangan:
N = Jumlah koloni / gram
ΣC = Total koloni yang dapat dihitung
n1 = Jumlah cawan petri pada pengenceran pertama yang dihitung
n2 = Jumlah cawan petri pada pengenceran kedua yang dihitung
d = Pengenceran pertama yang dihitung
20
5. Diagram Alir Penelitian
Inokulasi hasil peremajaan sebanyak 1 ml ke dalam9 ml MRS Broth, dan diinkubasi selama 48 jam
Dilakukan perhitungan Total Plate Count dengan metodepour plate menggunakan media MRS agar
Masing-masing perlakuan diinkubasi selama 0 jam, 2jam, 4 jam, 6 jam, 8 jam dan 10 jam dengan
perbandingan 50 suspensi untuk setiap 50 gram mediapakan
R1
Ransum tanpamolases
R2
Ransumbermolases 1,6 %
Jumlah koloni dihitung dengan colony counter
Isolat hasil peremajaan dicampur dengan 9 MRSBroth dan diinkubasi selama 48 jam, pada suhu 37◦C
C
Suspensi BAL yang telah diinokulasikan ke dalam 9 ml aquades steril sampaidiperoleh kekeruhan yang sama dengan stadart Mac Farland 0,5 dengankepadatan (1,5 x 108 CFU/ ml) dan diinokulasikan secara merata pada
masing-masing perlakuan
25
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
1. BAL sebagai probiotik pada ransum R1 dan R2 viabilitasnya sampai 6
jam.
2. Viabilitas BAL dalam ransum R2 lebih baik dibandingkan R1 pada 4 jam
inkubasi. Jumlah populasi BAL pada R2 yaitu 7,36 log CFU/g dan pada
R1 yaitu 6,08 log CFU/g.
B. Saran
1. Untuk pemberian pakan itik dengan probiotik BAL dapat diberikan
dengan media ransum R1 dan R2, tetapi hanya dapat diberikan sampai
pada 6 jam.
2. Pemberian probiotik dengan ransum R1 dan R2 perlu diulangi setelah
jam ke-6.
3. Perlu dilakukan modifikasi komposisi media ransum, supaya BAL dapat
bertahan lebih dari 6 jam.
26
DAFTAR PUSTAKA
Adams, M.R., M.O. Maurice. 2008. Food Microbiology Third Edition.RSC Publishing. Guildford, UK.
Anggorodi, R. 1995. Nutrisi Aneka Ternak Unggas. Penerbit PT. Gramedia,Pustaka. Jakarta
Cain, D., H. Hanks, M. Weis, C. Bottoms, dan J. Lawson. 2013. MicrobiologyLaboratory Manual Biol 2421L. Revised Spring. Collin CountyCommunity College.
Esivan S. M. M.,R. Roslina., N. Azrini., N. Athirah., O. Norasikin. 2015. Effectsof the Initial Rice Bran Concentration on the Production of Lactobacilluscasei as Digestive Bio-regulator. Jurnal Teknologi Sciences & Engineering.Vol. 74(7): 25-28. Johor. Malaysia.
Estiasih, T. dan Ahmadi, K. (2009). Teknologi Pengolahan Pangan. Jakarta:PT. Bumi Aksara. Hlm. 236-237
Fuller, R. 1992. Probiotics: The Scientific Basis. Chapman and Hall. London.
Gunawan dan M.M.S. Sundari, 2003, Pengaruh Penggunaan Probiotik dalamRansum terhadap Produktivitas Ayam. Wartazoa Vol. 13 (3): 92-98.Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Harley and Prescott. 2002. Laboratory Exercises in Microbiology 5th Edition.The McGraw Hill Companies
Hermawati, A. N. 2013. Viabilitas Bakteri Asam Laktat Yang DiisolasiDari Rumen Sapi Dalam Media Konsentrasi Molases. Skripsi.Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
Hidayat, N.M.C dan Suhartini. 2006. Mikrobiologi Industri. Andi. Jakarta
Hill, M. J. 1995. Role of Gut Bacteria in Human Toxicology and Pharmacology.Taylor and Francis. New York.
27
Irianingrum R. 2009. Kandungan Asam Fitat dan Kualitas Dedak Padi yangdisimpan dalam Keadaan Anaerob. Skripsi. Fakultas Peternakan. InstitutPertanian Bogor. Bogor.
Kristiyanti, M. 2015.Viabilitas Bakteri Asam Laktat (BAL) Pada MediaTumbuh yang Dimodifikasi dengan Tepung Ikan. Skripsi. UniversitasLampung. Lampung.
Lestari. 2014. Uji daya Hidup Bakteri Asam Laktat Sebagai Kandidat ProbiotikPada Beberapa Media Preparasi Air minum Unggas. Skripsi. UniversitasLampung. Bandar Lampung
Muchtadi. 1989. Teknologi Proses Pengolahan Pangan. Departemen Pedidikandan Kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Pusat AntarUniversitas Pangan dan Gizi. Institut Pertanian Bogor.
Nurkartika. 2001. Intisari Biologi. PT Aksarindo Primacipta. Jakarta.
Pelczar MJ and E.C.S. Chan. 2005.Dasar-Dasar Mikrobiologi 2. Jakarta:Universitas Indonesia.
Prado, F. C., J. L. Parada, A. Pandey and C. R. Soccol. 2008. Trends innondairy probiotic beverages. Journal of Food Research InternationalVol. 41 : 111-123.
Pritanti, L. 1995. Uji Viabilitas Candida Tropicalis, Strain G XIII 2.A. TerhadapSenyawa Fenol Pada Medium Air Laut Sintetik. Laporan PenelitianMagang Balibang Mikrobiologi. LIPI. Bogor.
Priyono. 2009. Penggunaan Molases Untuk Meningkatkan Pupuk. MahasiswaMagister Ilmu Ternak UNDIP. Semarang. Fakultas Peternakan, UniversitasPonogoro.
Rahmawati D. 2012.Uji Daya Hambat Isolat Bakteri Usus Itik (Anas Domestica)Terhadap Bakteri Gram Positif dan Pertumbuhan Isolat Bakteri Usus ItikPada Media MRS Broth. Skripsi.Universitas Lampung. Lampung
Salminen, S and A.V. Wright. 1998. Lactic Acid Bacteria. Marcell Dekker Inc.New York.
Saputro, B. 2016.Pengaruh Ransum Yang Berbeda Pada Itik Jantan TerhadapJumlah Leukosit dan Diferensial Leukosit. Skripsi. Universitas Lampung.Lampung.
Schrezenmeir, J., M. and De Vrese. 2001. Probiotics, Prebiotics, and SynbioticsApproaching A Definition. American Journal of Clinical Nutrition.Vol. 73: 361S-364S.
28
Shortt, C. 1999. The Probiotic Century: Historical and Current Perspectives.Review on Trend Food Science and Technology. Vol. 10: 411-417.
Sjofjan, O., Aulani’am, Sutrisdiarto, A. Rosdiana dan Supiati. 2003. Isolasi danIdentifikasi Bacillus Sp Dari Usus Ayam Petelur Sebagai SumberProbiotik. Jurnal Ilmu-Ilmu Hayati (Life Science).Vol. 15 : 2
Sneath, P. H. A., Mair, N. S., Sharpe, M. E., Holt, J. G. 1986. Bergey's Manual ofSystematic Bacteriology, Vol. 2. Williams & Wilkins Co. Baltimore:
Suardana, W. 2007. Isolasi dan Identifikasi Bakteri Asam Laktat dari CairanRumen Sapi Bali sebagai Kandidat Biopreservatif. Journal of Veterinery.Vol. 8 (4) : 155 - 159.
Sudaro, Y, dan A. Siriwa. 2000. Ransum Ayam dan Itik. Penebar Swadaya.Jakarta.
Supriyanto, Agus. 2012. Studi Viabilitas dan Pola Pertumbuhan Bacillusmegaterium pada Konsentrasi Molase dan Waktu Inkubasi yang Berbeda.Skripsi. Program S-1 Biologi. Universitas Airlangga.
Surono, IS. 2004. Probiotik, Susu Fermentasi dan Kesehatan. Tri Cipta Karya.Jakarta
Sutrisna, R. 2013. Karakterisasi isolat Bakteri Asam Laktat dari Usus Itik (Anasdomestica) Terhadap Escherichia coli dan Salmonella pullorum. MakalahSeminar Nasional Sains & Teknologi V, Lembaga Penelitian UniversitasLampung.
Sutrisna R., C. N. Ekowati., R. Damayanti. 2015. Uji Daya Hidup Bakteri AsamLaktat dari Usus Itik Pada Media Tumbuh dengan Penambahan VariasiKonsentrasi Molases. Jurnal Penelitian Pertanian Terapan. Vol. 16 (1): 40-44. Universitas Lampung. Lampung.
Tamime, A. Y., R. K. Robinson. 2007. Tamime and Robinson’s yoghurt: Scienceand technology. Third edition. CRC Press. Cambridge.
Tóth, E. M. and K. Márialigeti. 2013. Practical Microbiology Based on TheHungarian Practical Notes Entitled Mikrobiológiai LaboratóriumiGyakortalok. Eӧtvӧs Loránd University.
Trisno I. 2012.Mempelajari proses pemurnian molases dengan metoda koagulasi[Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Wahju, J. 1992. Ilmu Nutrisi Unggas. Cetakan Ketiga Gadjah Mada UniversityPress.Yogyakarta.