artikel ilmiah respon pertahanan china terhadap...
Embed Size (px)
TRANSCRIPT
ARTIKEL ILMIAH
RESPON PERTAHANAN CHINA TERHADAP PENYEBARAN
SISTEM PERTAHANAN ANTI-RUDAL TERMINAL HIGH
ALTITUDE AREA DEFENSE (THAAD) AMERIKA SERIKAT
DI KOREA SELATAN
OLEH:
CHOIRUL FAHMI AKBAR
L1A014013
PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL
UNIVERSITAS MATARAM
TAHUN 2018
RESPON PERTAHANAN CHINA TERHADAP PENYEBARAN SISTEM
PERTAHANAN ANTI-RUDAL TERMINAL HIGH ALTITUDE AREA DEFENSE
(THAAD) AMERIKA SERIKAT DI KOREA SELATAN
Disusun oleh Choirul Fahmi Akbar1), Ismah Rustam2), Khairur Rizki2)
1)Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Program Studi Hubungan Internasional, Universitas Mataram, 2)Dosen Pembimbing Skripsi Fakultas Ilmu Sosial
dan Politik, Program Studi Hubungan Internasional, Universitas Mataram
Jl. Majapahit No. 62 Mataram, 83115, E-mail : [email protected]
ABSTRACT
The United States of America has an anti-missile defense system that can prevent air defense forces which will threaten the country from a nuclear warhead ballistic missile
attack. With the situation on the Korean Peninsula having a high intensity of conflict, the United States of America, which has become an alliance of South Korea, became an actor
in the conflict. The United States of America has deployed an anti-missile defense system to protect its ally known as Terminal High Altitude Area Defense (THAAD) in South Korea in response to North Korea's threat, South Korea. The activities carried out by the
United States of America in South Korea caused a negative response from other countries, especially China. China considers that the United States of America has
disrupted the security of the East Asia Region by deploying its defense system on the Korean Peninsula. China, which feels threatened, then responds by implementing a balancing strategy with increasing its military capabilities and conducting military
cooperation with other countries to prevent the influence of US forces in the East Asia Region.
Keywords: United States of America, China, South Korea, Balance of Threat, Balancing
Strategy, Terminal High Altitude Area Defense (THAAD)
ABSTRAK
Amerika Serikat memiliki sistem pertahanan anti-rudal yang dapat membendung kekuatan pertahanan udara yang mengancam negara dari serangan rudal balistik berhulu ledak nuklir. Dengan adanya situasi di Semenanjung Korea yang memiliki intensitas
konflik yang tinggi pada saat ini, Amerika Serikat yang telah menjadi aliansi Korea Selatan ikut menjadi aktor dalam konflik tersebut. Amerika Serikat melakukan
penyebaran sistem pertahanan anti-rudal Terminal High Altitude Area Defense (THAAD) miliknya di Korea Selatan sebagai respon atas ancaman Korea Utara untuk melindungi sekutunya yaitu Korea Selatan. Dengan adanya aktivitas yang dilakukan oleh Amerika
Serikat di Korea Selatan ini kemudian memberikan respon negatif dari negara-negara sekitar terutama China. China menganggap bahwa Amerika Serikat telah mengganggu
stabilitas keamanan Kawasan Asia Timur dengan menempatkan sistem pertahanannya di Semenanjung Korea. China yang merasa terancam kemudian memberikan respon dengan melakukan strategi balancing yaitu meningkatkan kapabilitas militernya dan melakukan
kerjasama militer dengan negara lain untuk membendung pengaruh kekuatan Amerika Serikat di Kawasan Asia timur.
Kata kunci: Amerika Serikat, China, Korea Selatan, Balance of Threat, Strategi
Balancing, Terminal High Altitude Area Defense (THAAD)
Pendahuluan
Amerika Serikat (AS) memilik i
teknologi keamanan yang cukup besar
pengaruhnya di kawasan di Asia Timur
khususnya di Semenanjung Korea.
Perseteruan di kawasan Semenanjung
Korea ini sedang hangat
diperbincangkan di kancah internasiona l
karena adanya intervensi dari beberapa
negara yaitu China, Rusia, dan AS.
Semenanjung Korea merupakan daerah
yang saat ini sedang mengalami konflik
yang berkepanjangan. AS yang
merupakan negara superpower hingga
saat ini menjadi negara yang memilik i
pengaruh yang cukup besar di kawasan
Semenanjung Korea karena teknologi
keamanan yang dimiliki oleh AS, yaitu
sistem pertahanan anti-rudal berhulu
ledak nuklir.
Pasca perang dingin intens ita s
konflik yang terjadi di Semenanjung
Korea tersebut belum juga membaik.1
Masalah utama saat ini di wilayah
tersebut yaitu ancaman nuklir Korea
Utara, kegiatan dari reaktor nuklir yang
tidak menentu dan transparan
menjadikan situasi di Semenanjung
1 Seung-Yoon, Yang, dan Mohtar Masoed.
Masyarakat, Politik dan Pemerintahan Korea: Sebuah Pengantar. Gadjah Mada
University Press, 2005. 2 Ibid.
Korea tidak menentu terutama Korea
Selatan yang menjadi negara tetangga
Korea Utara menjadi terancam.2 Melihat
agresifitas Korea Utara yang
mengembangkan persenjataan
nuklirnya, AS kemudian memberikan
respon dengan mengembangkan
program Pertahanan Rudal Global
miliknya yang dimulai sejak tahun 1994.
Inovasi terbaru yang telah dibuat AS
pada saat ini dalam pengembangan
teknologi keamanan udara adalah
dengan membuat sistem pertahanan anti
rudal balistik jarak pendek, menengah,
maupun jauh yang dinamakan dengan
Terminal High Altitude Area Defense
(THAAD). Sistem pertahanan ini
merupakan sistem yang difungs ikan
sebagai perisai pertahanan berlapis
untuk melindungi suatu wilayah dari
ancaman rudal.3 AS sebagai mitra Korea
Selatan kemudian ikut menjadi aktor
dalam permasalahan antara Korea Utara
dan Korea Selatan dalam konflik di
Semenanjung Korea. Pada tanggal 8 Juli
2016, AS dan Korea Selatan resmi
melakukan kerjasama dalam
penempatan THAAD di Semenanjung
3 Artileri, 2015, Sistem Rudal Pertahanan Udara THAAD Amerika Serikat, http://www.artileri.org/, diakses pada
tanggal 10 Juni 2016 pukul 16.05 WITA
http://www.artileri.org/
Korea guna mencegah serangan rudal
balistik yang diprediksi datang dari
Korea Utara. Perjanjian tersebut
disetujui oleh Presiden AS, Barrack
Obama, dan Presiden Korea Selatan,
Park Geun-Hye.
Penempatan THAAD di Korea
Selatan tersebut kemudian menuai
kontroversi atas kepentingan AS.
Penempatan THAAD di Korea Selatan
atas kerjasama pertahanan antara Korea
dan AS dianggap banyak negara terlalu
berlebihan dan tidak sesuai dengan
penyelesaian masalah di Semenanjung
Korea. China sebagai negara terdekat
dari wilayah Semenanjung Korea
menambahkan bahwa, penempatan
THAAD dinilai tidak meminimalis ir
intensitas konflik di wilayah tersebut,
melainkan menambah situasi semakin
chaos.4 Pernyataan tersebut juga diikuti
oleh kecemasan China atas ancaman
yang datang dari kerjasama pertahanan
dan penempatan THAAD tersebut dapat
mengganggu stabilitas keamanan di
region Asia Timur.5
4 Jin Kai, The Diplomat, 2016, Time for China
to Rethink South Korea Relations?, https://thediplomat.com/2016/08/time-for-china-to-rethink-south-korea-relations/,
diakses pada tanggal 7 Februari 2018 pukul 21.00 WITA
China sebagai negara yang
memiliki kedekatan geografis dari
wilayah Semenanjung Korea merasa
terganggu dan menentang keras dengan
adanya aktivitas yang dilakukan oleh AS
di Semenanjung Korea ini.
Ditempatkannya THAAD di
Semenanjung Korea akan berakibat
buruk terhadap bidang pertahanan
China. China kemudian memberikan
respon terhadap penyebaran sistem
pertahanan anti rudal THAAD AS di
Semenanjung Korea dengan
meningkatkan kapabilitas militernya dan
melakukan kerjasama dengan negara
lain. China menganggap penyebaran
sistem THAAD AS ini merupakan
ancaman bagi negaranya sehingga China
harus melakukan sebuah strategi untuk
membendung kekuatan AS di
Semenanjung Korea dan untuk menjaga
kestabilan Kawasan Asia Timur.6
Kajian Pustaka
Dalam penelitian ini, penulis
menggunakan teori Balance of Threat.
Stephen M. Walt melalui teori Balance
of Threat dalam buku The Origins of
5 Ibid. 6 Ria Novosti, Moskow dan Beijing Anggap
Penyebaran Sistem THAAD AS Sebagai Ancaman, http://indonesia.rbth.com/,
diakses pada tanggal 10 Juni 2016 pukul 17.03 WITA
https://thediplomat.com/2016/08/time-for-china-to-rethink-south-korea-relations/https://thediplomat.com/2016/08/time-for-china-to-rethink-south-korea-relations/http://indonesia.rbth.com/
Alliances menyertakan elemen ancaman
yang secara detail dijelaskan melalui
variabel aggregate power, geographical
proximity, offensive power dan aggresive
intentions. Maka pada akhirnya teori ini
bertujuan untuk menentukan pilihan
strategi dari sebuah negara guna
merespon ancaman eksternal, yaitu
strategi balancing atau bandwagoning.7
Dalam penelitian ini dipilih teori
Balance of Threat guna menjelaskan
objek penelitian penulis yaitu China
yang merasa terancam sebagai variabel
dependen. Sementara penyebaran sistem
pertahanan anti-rudal THAAD di
semenanjung Korea, sebagai variabel
independen.
Variabel pertama, kekuatan
agregat (aggregate power) yang
dimaksudkan oleh Walt adalah total
sumber daya suatu negara dengan jumlah
yang paling besar. Meliputi populasi,
pengeluaran militer (military
expenditure), GDP, dan penguasaan
teknologi. Makin besar aggregate power
suatu negara, maka semakin besar pula
ancaman yang ditimbulkan untuk negara
lain.8 Lalu variabel kedua, kekuatan
7 Stephen M. Walt, 1987, The Origin of
Alliances, New York: Cornell University Press, hal.263
8 DR. Sangit Sarita Dwivedi, 2012, Alliances In International Relations Theory, International
ofensif, dengan indikator jumlah
personel, kepemilikan nuklir, dan
persenjataan lain non-nuklir. Variabel
ketiga, kedekatan geografis, yaitu jarak
geografis antara negara. Semakin dekat
jarak antar pengancam dengan negara
yang terancam, maka semakin besar
potensi ancaman yang dihasilkan.
Menurut Walt, ketika suatu negara yang
mengancam berdekatan secara
geografis, hal tersebut menimbulkan
respon bagi negara lain di sekitarnya
untuk melakukan kerjasama.9 Kemudian
variabel keempat, aggresive intentions,
diartikan sebagai maksud sebuah negara
yang bersifat agresif dan dapat
memprovokasi negara lain untuk
melakukan perimbangan kekuatan untuk
melawannya. Maksud atau niat suatu
negara tidak dapat dilihat secara jelas.
Namun dapat dilihat dari kebijakan
kebijakan negara tersebut.10
Keempat variabel di atas, beserta
indikator indikatornya akan digunakan
oleh penulis untuk menjelaskan besarnya
ancaman AS bagi China. Teori Balance
of Threat ini bertujuan untuk
menjelaskan China mendapatkan
Journal of Social Science & Interdisciplinary Research Vol.1, ISSN 2277 3630
9 Ibid. 10 Ibid.
ancaman dari AS dengan
membandingkan kekuatan antara kedua
negara tersebut. AS sebagai sumber
ancaman dengan memainkan perannya
di kawasan semenanjung korea melalui
kerjasama khususnya dalam bidang
pertahanan dengan Korea Selatan. Hal
tersebut yang kemudian mempengaruhi
China untuk mengambil langkah
defensif dengan meningka tkan
kapabilitas militernya dan bekerjasama
dengan negara lain untuk membendung
kekuatan AS di Semenanjung Korea .11
Pembahasan
A. Perkembangan Kapabilitas
Militer China
Kehadiran Sistem Pertahanan Anti
Rudal THAAD di Semenanjung Korea
oleh AS memberikan sebuah ancaman
kepada China. Untuk mengantisipasi hal
tersebut China melakukan upaya
balancing strategy dengan
meningkatkan kapabilitas militernya dan
melakukan kerjasama dengan negara
lain. Berdasarkan dengan kerangka teori
yang digunakan oleh penulis yaitu
11 Fokus Today, 2017, Hubungan Semakin
Mesra, China dan Rusia Perkuat Kerjasama
Pertahanan Udara, https://fokustoday.com/2017/12/01/hubun
Balance of Threat yang menjelaskan
tentang bagaimana respon yang
dilakukan oleh sebuah negara dalam
mengimbangi besarnya ancaman dari
negara lain yaitu dengan melalui sebuah
opsi strategi. Opsi yang dimaksud adalah
negara yang diancam dapat melakukan
strategi balancing yaitu dengan
meningkatkan kapabilitas militernya
atau dengan melakukan kerjasama
dengan negara di luar negara asal
ancaman. Negara yang terancam dapat
memilih negara yang memungkinkan
dan mumpuni untuk diajak bekerja sama
dalam menghadapi ancaman yang
ditimbulkan oleh negara pengancam.
Perkembangan kapabilitas
militer negara merupakan hal yang
sangat penting dianggap oleh China.
China yang saat ini disebut sebagai
negara rising power setiap tahunnya
terus meningkatkan kapabilitas
militernya. China terus melakukan
modernisasi peralatan militer (alutsis ta)
yang dimilikinya dalam beberapa tahun
terakhir. China melakukan pembelian
sejumlah tank, pesawat terbang, rudal
balistik, dan pengembangan teknologi
nuklir dari Rusia, selain itu China juga
gan-semakin-mesra-china-dan-rusia-perkuat-kerjasama-pertahanan-udara/,
diakses pada tanggal 9 April 2018 pukul 19.00 WITA
https://fokustoday.com/2017/12/01/hubungan-semakin-mesra-china-dan-rusia-perkuat-kerjasama-pertahanan-udara/https://fokustoday.com/2017/12/01/hubungan-semakin-mesra-china-dan-rusia-perkuat-kerjasama-pertahanan-udara/https://fokustoday.com/2017/12/01/hubungan-semakin-mesra-china-dan-rusia-perkuat-kerjasama-pertahanan-udara/
mengembangkan teknologi militer
mandiri yang meliputi pengembangan
kapal induk Liaoning, kapal perang,
rudal, dan teknologi nuklir. China juga
melakukan pengembangan teknologi
militer terbaru seperti pengembangan
sejumlah kapal perang, pesawat dan
misil balistik. Perkembangan kapabilitas
militer China ini dapat dilihat dari sistem
pertahanan anti-rudal miliknya dan
angkatan bersenjata milik China , antara
lain:
1. Peoples Liberation Army Ground
Force (Angkatan Darat China)
Peoples Liberation Ground
Force merupakan Angkatan Darat
China yang terdiri dari 1,25 juta
personil militer.12 PLA memilik i
tugas untuk menjaga pertahanan
teritorial, perbatasan dan keamanan
pesisir China. Modernisasi PLAGF
ditingkatkan dengan dibelinya
sejumlah kendaraan tempur modern
untuk meingkatkan deterensi PLAGF,
mulai dari tank tempur berjumlah
7.716, kendaraan lapis baja berjumlah
9.000 unit, self-propelled artillery
12 Angkasa Magazine, 2015, Kebangkitan
Militer China, Edisi Koleksi No.93, Jakarta: Gramedia Majalah
13 Claire Taylor And Tim Youngs, Chinas Military Posture, International Affairs And
berjumlah 2.000 unit, towed artillery
berjumlah 6.246 unit, dan peluncur
rudal berjumlah 2.050.13 Sesuai
dengan doktrin yang kini dianut oleh
PLA yaitu pertahanan aktif (Jiji
Fangyu) PLAGF tidak hanya berdiam
diri di masing-masing region militer
yang menaunginya. PLAGF disebar
untuk menjaga wilayah perbatasan
dan menerapkan strategi jemput bola
bagi siapa saja musuh yang akan
mengganggu kedaulatan negara
China.14 Changle Aircraft Industries
Corporation (CAIC) bekerja sama
dengan PLAGF membuat helikopter
serang Z-10/WZ-10 Fierce
Thunderbolt.
2. Peoples Liberation Army Navy
(Angkatan Laut China)
Peoples Liberation Army Navy
merupakan Angkatan Laut China
yang terdiri dari 215.000 personil
militer. Angkatan Laut China memiliki
tugas untuk menjaga wilayah selatan
dan timur laut China. Angkatan Laut
China ini memiliki beberapa alutsista
antara lain; memiliki total naval
Defence Section, House Of Commons Library,2008, hal 26
14 Angkasa Magazine, Op. Cit.
assets berjumlah 714 unit, kapal
induk berjumlah 1 unit, kapal perang
frigates berjumlah 50 unit, kapal
perang destroyer berjumlah 29 unit,
kapal perang corvettes berjumlah 39
unit, kapal selam berjumlah 73 unit,
kapal patroli berjumlah 220 unit, dan
Mine Warfare berjumlah 29 unit.
Kapal selam terbaru yang
dikembangkan oleh China adalah
kapal perang Type 052D yang
memiliki 64 rudal yang siap
ditembakkan dalam serangan udara,
serangan laut dan serangan darat.15
Selain itu juga China telah
melakukan peluncuran kapal induk
Liaoning yang memungkinkan
sebagai landasan pacu bagi pesawat-
pesawat militer China yang akan
diterbangkan atau didaratkan kembali
dalam sebuah operasi militer ditengah
lautan lepas. Kapal induk Liaoning ini
dapat memuat sekitar 50 pesawat
terbang dan helikopter sekaligus,
memiliki panjang sekitar 300 meter,
kecepatan sekitar 32 knot dan
dilengkapi dengan misil dan rocket
launcher.16 China juga memilik i
15 Michael Richardson, 2012, New Ships Give
Chinas Navy A Stronger Punch, http://www.japantimes.co.jp/text/eo20120
912mr.html, diakses pada tanggal 12 November 2018 pukul 16.55 WITA
senjata yang disebut electromagnetic
railgun, senjata ini dipasang pada
sebuah kapal dan dapat
menembakkan proyektil sejauh 100
mil laut dalam tujuh kali kecepatan
suara. Senjata ini melebihi jangkauan
dan kecepatan senjata konvensiona l
yang amunisinya hanya dapat
menempuh hingga 10 sampai 20 mil
laut. Senjata ini memungkinkan untuk
menyerang kapal, pesawat dan target
darat dengan jangkauan dan akurasi
yang sama seperti rudal. Pada tahun
ini China akan meluncurkan kapal
militernya yang paling modern, Tipe
055. Kapal perusak berpeluru kendali
siluman berkapasitas 12.000 ton ini
diberi nama "Renhai", diperkirakan
akan beroperasi penuh tahun 2018 ini.
Kapal ini di desain sebagai kapal
perang yang anti-pesawat, anti-rudal,
anti-kapal dan anti-kapal selam.
China juga kini sedang
mengembangkan kapal induk ke
tiganya, kapal ini berbobot 80.000 ton
dan dijuluki Tipe 002, kapal ini dapat
menampung lebih dari 40 pesawat
dan diperkirakan akan menampilkan
16 BBC News, 2012, China Lands J-15 Jet On Liaoning Aircraft Carrier, https://www.bbc.com/news/world-asia-
china-20483716, diakses pada tanggal 12 November 2018 pukul 17.00 WITA
http://www.japantimes.co.jp/text/eo20120912mr.htmlhttp://www.japantimes.co.jp/text/eo20120912mr.htmlhttps://www.bbc.com/news/world-asia-china-20483716https://www.bbc.com/news/world-asia-china-20483716
ketapel canggih yang dapat
meluncurkan jet yang lebih berat
menjadi lebih cepat.17
3. Peoples Liberation Army Air Force
(Angkatan Udara China)
Peoples Liberation Army Air
Force (PLAAF) adalah Angkatan
Udara milik China. PLAAF terdiri
dari 250.000 personil militer. PLAAF
ini memiliki beberapa alutsista, antara
lain; total seluruh pesawat terbang
yang berjumlah 3.035 unit, pesawat
tempur berjumlah 1.125 unit, pesawat
penyerang udara berjumlah 1.527
unit, pesawat transportasi berjumlah
722 unit, pesawat pelatih berjumlah
353 unit, total seluruh helikopter
berjumlah 985 unit, dan helikopter
penyerang berjumlah 281 unit. China
memiliki pesawat jet-fighter
diantaranya adalah pesawat jet fighter
J-15, J-16, J-20 dan J-31 yang
dilengkapi dengan misil udara jarak
dekat dan jarak jauh.18 China
17 NBC News, 2018, These Chinese military
innovations threaten U.S. superiority,
experts say, https://www.nbcnews.com/news/world/these-chinese-military-innovations-threaten-u-s-superiority-experts-say-n848596,
diakses pada tanggal 12 November 2018 pukul 19.29 WITA
18 The Times of India, 2012, China Test-Fires
New Ballistic Missile, https://timesofindia.indiatimes.com/world/
mengumumkan bahwa Chengdu J-20,
jet stealth buatan sendiri pertama
yang dijuluki Black Eagle telah resmi
diluncurkan. Pesawat tempur ini
dinilai menyaingi monopoli pesawat
siluman AS dan sekutu-sekutunya di
kawasan Asia-Pasifik. Cina juga kini
sedang mengembangkan pesawat
tempur siluman kedua, Shenyang J-31
Falcon, yang menurut para ahli
akhirnya dapat dikerahkan pada kapal
induk China dan bersaing di pasar
ekspor global. China memilik i
pesawat amfibi terbesar di dunia,
AG600 Kunlong, yang dirancang
untuk penyelamatan maritim dengan
jarak tempuh sekitar 2.800 mil.
Pesawat ini memainkan peran penting
di Laut Cina Selatan. China juga
sedang meningkatkan Y-20, pesawat
transportasi militer terbesar di dunia
yang saat ini sedang dalam produksi.
Pesawat ini memiliki kapasitas kargo
70 ton.19
china/China-test-fires-new-ballistic-missile/articleshow/15900469.cms?referral
=PM, diakses pada tanggal 12 November 2018 pukul 17.35 WITA
19 NBC News, 2018, These Chinese military innovations threaten U.S. superiority,
experts say, https://www.nbcnews.com/news/world/these-chinese-military-innovations-threaten-
u-s-superiority-experts-say-n848596,
https://www.nbcnews.com/news/world/these-chinese-military-innovations-threaten-u-s-superiority-experts-say-n848596https://www.nbcnews.com/news/world/these-chinese-military-innovations-threaten-u-s-superiority-experts-say-n848596https://www.nbcnews.com/news/world/these-chinese-military-innovations-threaten-u-s-superiority-experts-say-n848596https://timesofindia.indiatimes.com/world/china/China-test-fires-new-ballistic-missile/articleshow/15900469.cms?referral=PMhttps://timesofindia.indiatimes.com/world/china/China-test-fires-new-ballistic-missile/articleshow/15900469.cms?referral=PMhttps://timesofindia.indiatimes.com/world/china/China-test-fires-new-ballistic-missile/articleshow/15900469.cms?referral=PMhttps://timesofindia.indiatimes.com/world/china/China-test-fires-new-ballistic-missile/articleshow/15900469.cms?referral=PMhttps://www.nbcnews.com/news/world/these-chinese-military-innovations-threaten-u-s-superiority-experts-say-n848596https://www.nbcnews.com/news/world/these-chinese-military-innovations-threaten-u-s-superiority-experts-say-n848596https://www.nbcnews.com/news/world/these-chinese-military-innovations-threaten-u-s-superiority-experts-say-n848596
4. Sistem Pertahanan Anti-Rudal
Tandingan Milik China
a) S-400 Triumf (SA-21 Growler)
Sebelum adanya penyebaran
sistem pertahanan anti rudal
THAAD AS di Korea Selatan,
China telah lebih dulu mengambil
tindakan untuk mengantisipas i
instalasi sistem pertahanan anti
rudal tersebut dengan melakukan
kerjasama bersama Rusia dalam
peningkatan persenjataan
militernya. Pada bulan November
2014, China telah
menandatangani kontrak pasokan
S-400 Triumf. S-400 Triumf ini
adalah sistem rudal anti pesawat
jarak jauh yang dirancang untuk
menghancurkan pesawat, rudal
jelajah dan rudal balistik jarak
menengah, dan juga bisa
digunakan untuk melakukan
serangan darat. S-400 dapat
menempuh jarak hingga 400 km
dan ketinggian hingga 30 km.20 S-
400 Triumf ini mulai dikirim ke
China di awal tahun 2018 lalu.
Pada tahun 2017 sebelumnya juga
Rusia telah melatih sekelompok
diakses pada tanggal 12 November 2018 pukul 19.29 WITA
20 Jakarta Greater, 2018, Rusisa Mulai Mengirimkan S-400 ke China,
prajurit militer China untuk
menggunakan sistem S-400.
b) S-500 Prometheus
Kerjasama militer antara China
dan Rusia di bidang Penelit ian
dan Pengembangan Pertahanan
ini sangat penting. Tujuannya
tidak lain dan tidak bukan yaitu
meningkatkan penguasaan
terhadap teknologi, terutama
untuk menunjang keamanan
pertahanan kedua negara. Hingga
saat ini China dan Rusia sedang
mengembangkan sejumlah sistem
pertahanan anti rudal untuk
menandingi THAAD yang
disebut dengan S-500
Prometheus. S-500 Prometheus
ini adalah generasi terbaru dari
sistem pertahanan udara yang
sedang dikembangkan. China dan
Rusia berusaha untuk secara
signifikan menciptakan S-500 ini
lebih unggul dari karakteristik
sistem THAAD buatan AS.
Dibandingkan dengan sistem S-
400, sistem baru ini akan dibuat
berbeda secara konstruktif dan
teknis, sistem ini akan memilik i
https://jakartagreater.com/rusia-memulai-pengiriman-s-400-ke-china/, diakses pada
tanggal 13 November 2018 pukul 16.45 WITA
https://jakartagreater.com/rusia-memulai-pengiriman-s-400-ke-china/https://jakartagreater.com/rusia-memulai-pengiriman-s-400-ke-china/
stasiun radar dan alat komputasi
baru, termasuk rudal anti-pesawat
terbaru. Hal penting lainnya
adalah mode operasi dasar di
sistem S-500 akan otomatis.
Artinya, intervensi operator
manusia dalam operasi tempur
dimungkinkan, namun mode
dasar semua fasilitas S-500 akan
terpisah dan secara keseluruhan
sistem ini otomatis. S-500 ini
akan dibuat sebagai versi lanjutan
dari S-400 dengan komponen
khusus yang dirancang untuk
mencegat rudal balistik pada
ketinggian hingga 200 km. S-500
ini diperkirakan akan memilik i
jangkauan luas hingga 600 km
(lebih dari 370 mil) dan sekaligus
mampu melibatkan hingga 10
target. Sistem ini mampu
menghancurkan target hipersonik
dan balistik. Sistem rudal
pertahanan udara S-500
Prometheus ini akan memasuk i
tahap penelitian dengan Russian
Aerospace Forces (VCS) pada
tahun 2019-2020 setelah
selesainya pengujian.21
c) Hypersonic (Starry-Sky-2)
21 Jakarta Greater, 2018, Lupakanlah S-400,
Rusia Mulai Produksi S-500 Prometheus, https://jakartagreater.com/lupakanlah-s-400-
China saat ini juga sedang
berinvestasi besar dalam
memenuhi ambisinya untuk
menandingi kekuatan militer
Amerika Serikat. Kemajuan
ekonomi China menyebabkan
China bersedia mengeluarkan
anggaran militer yang sangat
besar yakni penelitian dan
pengembangan rancangan
pesawat hipersonik, senjata
futuristik yang lebih cepat untuk
menghadapi teknologi militer
Amerika, serta mampu melewati
sistem pertahanan secanggih
apapun. Pesawat hipersonik
mampu membawa rudal nuklir
dan melaju di atas Mach 5 (lima
kali dari kecepatan suara). Pada
Agustus 2018, Akademik
Aerodinamika dan Luar Angkasa
China mengklaim berhasil
melakukan penerbangan uji coba
pertama pesawat Starry-Sky-2
dengan teknologi Waverider
(kemampuan dalam menunggangi
gelombang untuk menambah
kecepatan) di bagian barat China.
Dalam uji coba perdana tersebut,
pesawat hipersonik itu berhasil
rusia-mulai-produksi-s-500-prometheus/,
diakses pada tanggal 13 November 2018 pukul 20.00 WITA
https://jakartagreater.com/lupakanlah-s-400-rusia-mulai-produksi-s-500-prometheus/https://jakartagreater.com/lupakanlah-s-400-rusia-mulai-produksi-s-500-prometheus/
melakukan beberapa putaran,
mencapai ketinggian di Mach 6
yang setara dengan 7.344 km/jam
dan mampu mendarat dengan
sempurna di area yang telah
ditentukan.22 Menurut seorang
ahli pertahanan China di
Australian National Univers ity,
Adam Ni menilai pesawat Starry
Sky 2 dapat menambah kekuatan
militer China. Namun untuk
membawa nuklir diperkirakan
membutuhkan waktu 3-5 tahun
kedepan. Jenderal John Hyten
selaku kepala Komandan
Angkatan Udara Amerika Serikat
mengakui bahwa kecepatan dan
kemampuan manuver dari rudal
hipersonik itu telah berhasil
melebihi kemampuan sistem
pertahanan Amerika Serikat.
Deputi Kementerian Pertahanan
Amerika Serikat untuk Penelit ian
dan Rekayasa Senjata bernama
22 https://www.cnnindonesia.com/internasional/20180812032408-113-321582/pesawat-
hipersonik-china-tembus-semua-sistem-pertahanan 23 CNN Indonesia, 2018, Pesawat Hipersonik China Tembus Semua Sistem Pertahanan,
https://www.cnnindonesia.com/internasional/20180812032408-113-321582/pesawat-hipersonik-china-tembus-semua-sistem-
pertahanan, diakses pada tanggal 13 November 2018 pukul 19.00 WITA
Michael Griffin menilai Amerika
Serikat harus mulai
mengembangkan sistem
pertahanan generasi baru untuk
mengatasi kekuatan senjata
hipersonik China yang dikatakan
memiliki kemampuan untuk
menenggelamkan kapal induk
Amerika Serikat. 23
d) Dong-Feng 41
Sebagai respon terhadap
penyebaran THAAD, China juga
terus melakukan pengembangan
uji coba rudal balistik miliknya
yang terbaru yaitu rudal balistik
Dongfeng-41 (DF-41) yang
memiliki daya jangkau sejauh
12,000 14.000 km yang dapat
dilengkapi dengan nuclear
warheads.24 DF-41 merupakan
rudal balistik antar benua (ICBM)
dengan ukuran panjang 16,5
meter dan diameter 2,78 meter.25
DF-41 ini adalah generasi terbaru
24 Will iam Ide, 2017, China Steps up Opposition to US Missile Defense System, https://www.voanews.com/a/china-steps-up-
opposition-to-us-missile-defense-system/3701349.html , diakses pada tanggal 13 November 2018 pukul 22.20 WITA 25 Global Security, 2018, Weapons of Mass
Destruction (WMD) Dongfeng 41, https://www.globalsecurity.org/wmd/world/china/df-41.htm, diakses pada tanggal 13
November 2018 pukul 19.10 WITA
https://www.cnnindonesia.com/internasional/20180812032408-113-321582/pesawat-hipersonik-china-tembus-semua-sistem-pertahananhttps://www.cnnindonesia.com/internasional/20180812032408-113-321582/pesawat-hipersonik-china-tembus-semua-sistem-pertahananhttps://www.cnnindonesia.com/internasional/20180812032408-113-321582/pesawat-hipersonik-china-tembus-semua-sistem-pertahananhttps://www.cnnindonesia.com/internasional/20180812032408-113-321582/pesawat-hipersonik-china-tembus-semua-sistem-pertahananhttps://www.voanews.com/a/china-steps-up-opposition-to-us-missile-defense-system/3701349.htmlhttps://www.voanews.com/a/china-steps-up-opposition-to-us-missile-defense-system/3701349.htmlhttps://www.voanews.com/a/china-steps-up-opposition-to-us-missile-defense-system/3701349.htmlhttps://www.globalsecurity.org/wmd/world/china/df-41.htmhttps://www.globalsecurity.org/wmd/world/china/df-41.htm
dan tercanggih rudal balistik
ICBM China. Dilengkapi dengan
hulu ledak nuklir tunggal atau 10
hulu ledak MIRV. DF-41
diperkirakan mampu menyerang
10 kota sasaran di AS dalam
sekali peluncuran. Rudal balistik
DF-41 ini memiliki bobot seberat
80 ton.26
e) The Hong Qi-9 (HQ-9)
HQ-9 merupakan roket single
stage yang sebagian disainnya
mengacu kepada S-300 Rusia
namun sistem elektroniknya
meniru Rudal Patriot AS
(Teknologi SJ-231, Lockheeds
Patriots Track-via-Missile -
TvM). Jangkauan HQ-9 sekitar 90
sampai 125 km, dengan
maximum altitude engagement 18
km, sementara S-300 Rusia 30
km. Adanya TvM active radar
homing guidance membuat HQ-9
memiliki kemampuan anti rudal
balistik terbatas 125 km, juga
sebagai anti-pesawat tempur
tradisional (non-stealth).
B. Perkembangan Kerjasama
Militer China dengan Negara
Lain Untuk Merespon Sistem
Pertahanan Anti Rudal THAAD
di Korea Selatan
Seiring dengan perluasan proyeksi
AS di Semenanjung Korea, disertai
dengan latihan- latihan militer gabungan
yang diadakan oleh AS dan Korea
Selatan, maka meningkat pula kerjasama
militer yang diadakan oleh China dengan
negara lain. Menurut AS penempatan
Sistem Pertahanan Anti Rudal THAAD
di Semenanjung Korea dianggap
langkah perlindungan keamanan
kawasan, namun hal ini tidak dianggap
demikian oleh China. Terlebih lagi
alasan AS karena ingin melindungi
kawasan Korea Selatan dari ancaman
serangan rudal oleh Korea Utara.
Tindakan AS tersebut dinilai sebagai
suatu tindakan yang tidak biasa (unusual
behaviour) oleh masyarakat
internasional.
Berdasarkan teori balance of
threat, China sebagai negara yang
terancam mengambil langkah dengan
melakukan strategi balancing untuk
26 Angkasa, Op. Cit., hal.75
membendung kekuatan AS yang
memiliki great power di kawasan Asia
Timur. Dalam menjalankan strategi
balancing, China harus menentukan
langkah yang tepat. Disamping
meningkatkan kapabilitas militernya,
China perlu melakukan kerjasama di
bidang militer dengan negara di luar asal
ancaman agar dapat mengimbangi
kekuatan negara pengancam tersebut.
Salah satu negara yang memilik i
kapabilitas militer yang kuat dan
mumpuni yang memungkinkan untuk
diajak bekerjasama oleh China adalah
Rusia.
Selama hampir dua dekade, Rusia
tetap menjadi negara pengekspor militer
terbesar di China. Perusahaan Rusia
telah memperoleh pendapatan
substansial dari penjualan industr i
militernya yang membuat hubungan
antara Rusia dan China saling
menguntungkan.27 Sejak pemerintah
kedua negara menandatangani sebuah
kesepakatan pada kerjasama teknik
militer pada bulan Desember 1992,
China telah membeli lebih banyak
barang pertahanan dari Federasi Rusia
daripada dari semua negara lain. Selama
tahun 1990-an, nilai pengiriman ini
berkisar hingga $1 miliar per tahun.
Memasuki tahun 2008, angka ini
mendekati $2 miliar per tahun. Menurut
27 Richard Weitz, 2008, China-Russia Security
Relations: Strategic Parallelism Without
perkiraan, antara tahun 1992 dan 2006.
Nilai total ekspor senjata Rusia ke China
berjumlah sekitar $26 miliar. Penjualan
ini membantu membuat Rusia menjadi
pemasok senjata terbesar ke Asia antara
tahun 1998 dan 2005, jauh di atas AS.28
Kerjasama militer antara Rusia dan
China yang meningkat, juga dapat dilihat
dari tingkat intensitas diadakannya
pertemuan antara perwakilan Petinggi
Pertahanan Kedua Negara. Pertemuan
Pejabat Tinggi Pertahanan Rusia
Tiongkok merupakan hal lumrah.
Terlebih lagi ketika kerjasama militer
kedua negara dimulai di awal dekade
2000-an. Seperti adanya pertemuan
China-Russia Intergovernmental Joint
Commission on Military Technology
Cooperation, antara Wakil Menteri
Pertahanan Rusia dengan Wakil Komisi
Militer Pusat China. Sejak 2010 hingga
2016, pertemuan pejabat tinggi
Pertahanan Rusia dan China dapat
dikatakan mengalami peningkatan.
Peningkatan tersebut seiring dengan
urgensi dari beberapa perkembangan
situasi keamanan global. Termasuk di
antaranya penempatan Sistem
Partnership or Passion?, Strategic Studies
Institute, hal. 24 28 Ibid., hal. 25
Pertahanan Anti Rudal THAAD AS di
Semenanjung Korea.29
Di lihat dari Latihan Militer, bisa
dikatakan latihan militer gabungan Rusia
China mengalami pergeseran model
setelah adanya wacana akan adanya
penempatan THAAD di Korea Selatan.
Hal ini dapat dilihat dari perbedaan
antara berlangsungnya latihan gabungan
Peace Mission dengan latihan Joint Sea.
Di mana sebelumnya latihan gabungan
Peace Mission berbasis di darat dan
berkutat lebih kepada ancaman teror,
yang notabene merupakan ancaman
internal. Maka latihan gabungan Joint
Sea lebih berfokus bagaimana
penggabungan kedua kekuatan militer
kedua negara dalam menghadap i
ancaman yang berasal dari luar negeri.
Hal ini dapat dilihat mengingat Joint Sea
dilakukan di perairan yang cenderung
berdekatan dengan laut internasional. Di
mana ancaman eksternal atau negara lain
bermula. Terutama seperti yang
diadakan saat mendekati tahun 2016.
Dengan diadakannya latihan gabungan
Angkatan Laut Rusia dan China Joint
Sea tersebut, maka setidaknya China
29 Ethan Meick, 2017, China-Russia Military-to-
Military Relations: Moving Toward a Higher Level of Cooperation, U.S. China Economic
and Security Review Commision, hal. 19 30 Ibid., hal . 34
menunjukan kepada rival-riva lnya
bahwa bersama dengan Rusia, China
memiliki kapabilitas dalam
mengerahkan tempurnya ke berbagai
wilayah guna merespon ancaman. Rusia
dan China juga sebelumnya telah
memiliki kerjasama di berbagai bidang
seperti politik, ekonomi, budaya, serta
pertahanan dan keamanan dengan
Shanghai Cooperation Organization.
Dari kerjasama SCO inilah, untuk kali
pertamanya setelah Perang Dingin,
Rusia dan China mengadakan Latihan
Militer Gabungan dengan tajuk Misi
Damai atau Peace Mission 2005.30
Latihan Militer ini melibatkan gabungan
negara-negara anggota Shanghai
Cooperation Organization (SCO), yang
terbentuk pada tanggal 15 Juni 2001 di
Shanghai, China. Dengan anggota yang
terdiri dari: China, Kazakhstan,
Kyrgystan, Rusia, dan Tajikistan. 31
Latihan Militer Gabungan Peace
Mission 2005 ini dilaksanakan dalam
dua fase. Fase pertama dilaksanakan di
Timur jauh Rusia, sementara fase kedua
dilaksanakan di Provinsi Shandong,
Tiongkok. Pada dasarnya, Latihan
31 Shanghai Cooperation Organization, 2017, About SCO, http://eng.sectsco.org/about_sco/, diakses
pada tanggal 4 Mei 2018 pukul 19.00 WITA
http://eng.sectsco.org/about_sco/
Bersama ini ditujukan terlebih untuk
kerjasama penanggulangan terorisme,
dan penjagaan perdamaian di areal
regional negara-negara anggota SCO.
Namun dalam praktiknya, dalam latihan
tersebut terlibat pula beberapa kekuatan,
laut, dan udara yang diikuti 8000 prajurit
dari China dan 2000 personel dari Rusia.
Latihan Militer Gabungan Peace
Mission yang dilaksanakan oleh Rusia,
China dan sebagian negara anggota SCO
ini, terus dilakukan setidaknya dua tahun
sekali.32
Selain mengadakan latihan
gabungan Peace Mission yang notabene
melibatkan mayoritas elemen dan lokasi
di darat, Rusia dan China juga
melakukan latihan gabungan yang
berbasis di perairan. Latihan yang
melibatkan Armada Laut kedua negara
ini disebut dengan Joint Sea. Latihan
gabungan Angkatan Laut antara Rusia
dan China ini diadakan sejak tahun 2012.
Pada latihan pertamanya di tahun 2012,
Joint Sea diadakan di Qingdao, China.
Latihan yang diadakan bulan april ini
melibatkan 4.000 pelaut China dan 6.000
pelaut Rusia. Ada pun alutsista yang
32 Ibid., hal. 35 33 Ethan Meick, 2017, China-Russia Military-to-
Military Relations: Moving Toward a Higher
Level of Cooperation, U.S. China Economic and Security Review Commision, hal. 9
terlibat dalam latihan ini, diantaranya
adalah puluhan kapal perang, kapal
suplai logistik, dua kapal selam, dan
belasan pesawat udara.33 Latihan
gabungan Joint Sea berlanjut ke tahun-
tahun berikutnya. Seperti pada tahun
2013 di Teluk Peter The Great, Rusia.
Selanjutnya kembali diadakan tahun
2014, berlokasi di Laut China Timur.
Laut Mediterania menjadi lokasi latihan
Joint Sea 2015, fase pertama. Dan
kemudian dilanjutkan di fase kedua,
yaitu di Perairan Clerk Cape Teluk Peter
The Great dan dekat Laut Jepang. Dan
hingga diadakan di 2016, berlokasi di
Perairan Laut China Selatan.34
Dengan permasalahan yang sama,
Rusia dan China mencoba untuk
meningkatkan kerjasama militer kedua
negara. Pada Xiangshan Forum di
Beijing, Wakil Kepala Staf Gabungan
China, Laksamana Sun Jiangui bertemu
dengan Wakil Menteri Pertahanan Rusia,
Antoly Antonov. Kedua tokoh
bersepakat menyampaikan kebijakan AS
menempatkan sistem pertahanan anti
rudal di Asia Timur sangat mengancam
keamanan Rusia dan China.35 Kepala
34 Ibid., hal. 10 35 South China Morning Post, 2016, China and
Russia close ranks against US missile-
defence system, http://www.scmp.com/news/china/diplom
http://www.scmp.com/news/china/diplomacy-defence/article/2027171/china-and-russia-close-ranks-against-us-missile-defence
Staf Umum Militer Rusia, Letnan
Jenderal Poznikhir, dalam sebuah Forum
Keamanan di Beijing menyatakan akan
mengajak China untuk bersama-sama
melakukan pencegahan terhadap
kemungkinan penggunaan ofensif sistem
pertahanan anti-rudal AS yang dibangun
di Asia Timur. Kerjasama kedua negara
tersebut diharapkan dapat mengimbangi
kekuatan AS di kawasan.36
Kerjasama pertahanan rudal antara
kedua negara ini disebut dengan
Airspace Security. Latihan militer ini
dilakukan sebagai respon atas ancaman
yang ditimbulkan oleh program
pertahanan rudal AS. Rusia dan China
pertama kali melakukan latihan militer
bersama ini pada bulan Mei tahun 2016,
Latihan militer Airspace Security
bertujuan untuk meningka tkan
kerjasama pertahanan anti rudal antara
China dan Rusia. Sebelum diadakannya
kerjasama militer ini, Rusia dan China
acy-defence/article/2027171/china-and-
russia-close-ranks-against-us-missile-defence, diakses pada tanggal 3 Mei 2018 pukul 21.00 WITA
36 CBS News, 2016, China & Russia Consider
Joint Defense Response to U.S. Missile Shield, https://www.cbsnews.com/news/china-russia-consider-defense-response-us-
missile-shield/, diakses pada tanggal 2 Mei 2018 pukul 23.31 WITA
37 Times of Islamabad, 2017, Chinese Military
Holds Drills In Response Of Thaad Deployment,
mendesak AS dan Korea Selatan untuk
menarik kembali sistem pertahanan anti
rudalnya di Semenanjung Korea. Tujuan
China dan Rusia mengadakan latihan
militer bersama ini yaitu untuk mejaga
keamanan nasional, perdamaian dan
stabilitas regional Asia Timur.37 Latihan
militer Airspace Security yang kedua
kalinya dilaksanakan pada bulan
Desember tahun 2017, latihan militer ini
berlangsung selama 5 hari. Latihan
airspace security kali ini bertujuan untuk
meningkatkan kerjasama pertahanan anti
rudal antara China dan Rusia, termasuk
merencanakan operasi pertahanan rudal
bersama. Latihan bersama yang sukses
oleh China dan Rusia adalah upaya
positif yang dilakukan oleh kedua negara
untuk menjaga kepentingan keamanan
bersama dan keseimbangan strategis
regional.38 Juru bicara Departemen
Pertahanan Nasional Cina mengatakan
bahwa Pihak China akan terus
https://timesofislamabad.com/27-Apr-
2017/chinese-military-holds-drills-in-response-of-thaad-deployment, diakses pada tanggal 12 November 2018 pukul 19.00 WITA
38 Franz Stefan Gady, 2017, China Claims 'New Breakthroughs in Anti-Missile Cooperation' with Russia, https://thediplomat.com/2017/12/china-
claims-new-breakthroughs-in-anti-missile-cooperation-with-russia/, diakses pada tanggal 12 November 2018 pukul 21.00
WITA
http://www.scmp.com/news/china/diplomacy-defence/article/2027171/china-and-russia-close-ranks-against-us-missile-defencehttp://www.scmp.com/news/china/diplomacy-defence/article/2027171/china-and-russia-close-ranks-against-us-missile-defencehttp://www.scmp.com/news/china/diplomacy-defence/article/2027171/china-and-russia-close-ranks-against-us-missile-defencehttps://www.cbsnews.com/news/china-russia-consider-defense-response-us-missile-shield/https://www.cbsnews.com/news/china-russia-consider-defense-response-us-missile-shield/https://www.cbsnews.com/news/china-russia-consider-defense-response-us-missile-shield/https://timesofislamabad.com/27-Apr-2017/chinese-military-holds-drills-in-response-of-thaad-deploymenthttps://timesofislamabad.com/27-Apr-2017/chinese-military-holds-drills-in-response-of-thaad-deploymenthttps://timesofislamabad.com/27-Apr-2017/chinese-military-holds-drills-in-response-of-thaad-deploymenthttps://thediplomat.com/2017/12/china-claims-new-breakthroughs-in-anti-missile-cooperation-with-russia/https://thediplomat.com/2017/12/china-claims-new-breakthroughs-in-anti-missile-cooperation-with-russia/https://thediplomat.com/2017/12/china-claims-new-breakthroughs-in-anti-missile-cooperation-with-russia/
melakukan latihan dan pelatihan khusus,
dan melanjutkan dengan uji operasional
peralatan dan senjata baru, dengan tegas
menjaga keamanan nasional dan
perdamaian dan stabilitas regional.39
Dalam latihan ini, kedua negara
mengkombinasikan kekuatan Angkatan
Udara Rusia dan China, serta kesatuan
tugas Pertahanan Rudal. Tujuan latihan
ini adalah mempersiapkan proteksi dari
provokasi serangan rudal. Baik serangan
rudal balistik maupun rudal jelajah.
Latihan ini tidak menargetkan pihak
ketiga. Namun lebih kepada tindakan
defensif.40 Mayor Jenderal Cai Jun,
dengan Staf Gabungan Departemen
Komisi Militer Pusat China, mencatat
bahwa militer kedua negara mengadakan
latihan anti-rudal pertama mereka
dengan simulasi komputer di Moskow,
dengan tujuan melatih kemampuan
kedua negara dalam sendi pertahanan
udara dan tindakan pertahanan rudal.41
Dilihat dari respon negara yang
terancam, ada satu sifat dari bentuk
39 Hankyoreh, 2017, In Response To Thaad,
China Plans Specific Exercise And Training, http://english.hani.co.kr/arti/english_edition/e_international/792713.html , diakses pada tanggal 12 November 2018 pukul
19.00 WITA 40 South China Morning Post, China, Russia to
hold missile defence drills, amid opposition
to US plans to deploy missile shield in South Korea,
respon yang diambil oleh China. Yaitu
bersifat defensif, karena respon yang
diambil berwujud peningkatan
kerjasama bilateral dengan Rusia di
bidang militer. China menganggap
bahwa respon yang dilakukan dengan
memfokuskan pada aspek militer
merupakan langkah yang tepat. Hal ini
dikarenakan AS yang memiliki pengaruh
besar khususnya pengaruh di dalam
bidang militernya yang tersebar di
Kawasan Asia Timur. Dengan adanya
proyeksi kekuatan AS di Asia Timur ini
membuat China harus melakukan sebuah
strategi yang tepat. Untuk membendung
pengaruh kekuatan AS di Kawasan Asia
Timur ini China melakukan strategi
balancing. Strategi balancing yang telah
dilakukan China dengan meningka tkan
kapabilitas militer, meningka tkan
persenjataan militer, dan meningka tkan
kerjasama militernya dengan Rusia akan
membuat China menjadi negara yang
kuat. Strategi ini akan membuat AS
memikirkan kembali langkahnya untuk
http://www.scmp.com/news/china/diplom
acy-defence/article/1941117/china-russia-hold-missile-defence-dril ls-amid, diakses pada tanggal 3 Mei 2018 pukul 22.00 WITA
41 China Daily, 2016, China-Russia joint missile
defense drill set for 2017, http://en.people.cn/n3/2016/1012/c90883-9125666.html,, diakses pada tanggal 3 Mei
2018 pukul 23.30 WITA
http://english.hani.co.kr/arti/english_edition/e_international/792713.htmlhttp://english.hani.co.kr/arti/english_edition/e_international/792713.htmlhttp://www.scmp.com/news/china/diplomacy-defence/article/1941117/china-russia-hold-missile-defence-drills-amidhttp://www.scmp.com/news/china/diplomacy-defence/article/1941117/china-russia-hold-missile-defence-drills-amidhttp://www.scmp.com/news/china/diplomacy-defence/article/1941117/china-russia-hold-missile-defence-drills-amidhttp://en.people.cn/n3/2016/1012/c90883-9125666.htmlhttp://en.people.cn/n3/2016/1012/c90883-9125666.html
memperluas proyeksi kekuatannya di
Kawasan Asia Timur. Adapun dalam
pengambilan atau pemilihan strategi
balancing juga dipengaruhi oleh hal-hal
lainnya. Seperti di antaranya :
karakteristik kepemimpinan, dan kondisi
dalam negeri yang meliputi politik,
ekonomi, dan keamanan. Karena
bagaimanapun juga, sebuah keputusan
suatu negara direncanakan, didiskusikan,
hingga diputuskan akan melalui proses-
proses yang melibatkan hal-hal diatas.
Simpulan
Keamanan sebuah negara
merupakan suatu tantangan yang
menjadi agenda utama bagi negara-
negara di dunia. Perilaku China yang
melakukan strategi balancing dengan
melakukan peningkatan kerjasama
militer dengan Rusia dalam Latihan
Pertahanan Rudal Gabungan, merupakan
bentuk dari rasa tidak aman China
terhadap aktivitas yang dilakukan AS di
Korea Selatan. Dalam hal ini dibutuhkan
proses yang panjang dan membutuhkan
kematangan serta kemandirian segala
aspek sumber daya. Strategi balancing
yang dilakukan China melalui
peningkatan kapabilitas militer dan
kerjasama militer dalam bentuk Latihan
Pertahanan Rudal Gabungan dengan
Rusia merupakan strategi yang sesuai
untuk menyeimbangkan kekuatan AS di
Korea Selatan.
Serta peningkatan kerjasama
militer kedua negara dalam bentuk
diadakannya latihan Joint Sea. Di mana
kali pertamanya dilaksanakan pada
2012. Di mana jika seblumnya Latihan
Gabungan Peace Mission hanya
mencegah ancaman internal, maka Joint
Sea lebih berfokus pada ancaman
eksternal. Hal tersebut dikarenakan
penggunaan strategi balancing akan
menguntungkan China. Dengan
menggandeng Rusia, setidaknya China
memiliki rekan yang memiliki opini
serupa dengan China, bahwa AS
merupakan ancaman serta gangguan
stabilitas regional.
Referensi
Angkasa Magazine, 2015, Kebangkitan Militer China, Edisi Koleksi No.93, Jakarta:
Gramedia Majalah
Artileri, 2015, Sistem Rudal Pertahanan Udara THAAD Amerika Serikat,
http://www.artileri.org/, diakses pada tanggal 10 Juni 2016 pukul 16.05 WITA
BBC News, 2012, China Lands J-15 Jet On Liaoning Aircraft Carrier,
https://www.bbc.com/news/world-asia-china-20483716, diakses pada tanggal 12
November 2018 pukul 17.00 WITA
CBS News, 2016, China & Russia Consider Joint Defense Response to U.S. Missile
Shield, https://www.cbsnews.com/news/china-russia-consider-defense-response-
us-missile-shield/, diakses pada tanggal 2 Mei 2018 pukul 23.31 WITA
China Daily, 2016, China-Russia joint missile defense drill set for 2017,
http://en.people.cn/n3/2016/1012/c90883-9125666.html,, diakses pada tanggal 3
Mei 2018 pukul 23.30 WITA
Claire Taylor And Tim Youngs, Chinas Military Posture, International Affairs And
Defence Section, House Of Commons Library,2008, hal 26
CNN Indonesia, 2018, Pesawat Hipersonik China Tembus Semua Sistem Pertahanan ,
https://www.cnnindonesia.com/internasional/20180812032408-113-
321582/pesawat-hipersonik-china-tembus-semua-sistem-pertahanan, diakses
pada tanggal 12 November 2018 pukul 21.00 WITA
Ethan Meick, 2017, China-Russia Military-to-Military Relations: Moving Toward a
Higher Level of Cooperation, U.S. China Economic and Security Review
Commision
Franz Stefan Gady, 2017, China Claims 'New Breakthroughs in Anti-Miss i le
Cooperation' with Russia, https://thediplomat.com/2017/12/china-claims-new-
breakthroughs-in-anti-missile-cooperation-with-russia/, diakses pada tanggal 12
November 2018 pukul 21.00 WITA
Global Security, 2018, Weapons of Mass Destruction (WMD) Dongfeng 41,
https://www.globalsecurity.org/wmd/world/china/df-41.htm, diakses pada
tanggal 13 November 2018 pukul 19.10 WITA
Hankyoreh, 2017, In Response To Thaad, China Plans Specific Exercise And Training,
http://english.hani.co.kr/arti/english_edition/e_international/792713.html,
diakses pada tanggal 12 November 2018 pukul 19.00 WITA
Jakarta Greater, 2018, Rusisa Mulai Mengirimkan S-400 ke China,
https://jakartagreater.com/rusia-memulai-pengiriman-s-400-ke-china/, diakses
pada tanggal 13 November 2018 pukul 16.45 WITA
Jakarta Greater, 2018, Lupakanlah S-400, Rusia Mulai Produksi S-500 Prometheus,
https://jakartagreater.com/lupakanlah-s-400-rusia-mulai-produksi-s-500-
prometheus/, diakses pada tanggal 13 November 2018 pukul 20.00 WITA
Jin Kai, The Diplomat, 2016, Time for China to Rethink South Korea Relations?,
https://thediplomat.com/2016/08/time-for-china-to-rethink-south-korea-
relations/, diakses pada tanggal 7 Februari 2018 pukul 21.00 WITA
Massey E. E., 1963, Nuclear Weapon Effects, Emergency Measures Organization Privicy
Council Office, Defence Research Board, EMO Manual No.3
Michael Richardson, 2012, New Ships Give Chinas Navy A Stronger Punch,
http://www.japantimes.co.jp/text/eo20120912mr.html, diakses pada tanggal 12
November 2018 pukul 16.55 WITA
NBC News, 2018, These Chinese military innovations threaten U.S. superiority, experts
say, https://www.nbcnews.com/news/world/these-chinese-military-innovations-
threaten-u-s-superiority-experts-say-n848596, diakses pada tanggal 12 November
2018 pukul 19.29 WITA
NBC News, 2018, These Chinese military innovations threaten U.S. superiority, experts
say, https://www.nbcnews.com/news/world/these-chinese-military-innovations-
threaten-u-s-superiority-experts-say-n848596, diakses pada tanggal 12 November
2018 pukul 19.29 WITA
Novi Christiastuti, 2017, Kim Jong-Un Bersumpah Jadikan Korut Kekuatan Nuklir
Terkuat Dunia, https://news.detik.com/internasional/d-3767280/kim-jong- un-
bersumpah-jadikan-korut-kekuatan-nuklir-terkuat-dunia, diakses pada tanggal 5
Januari 2018 pukul 20.51 WITA
Ria Novosti, Moskow dan Beijing Anggap Penyebaran Sistem THAAD AS Sebagai
Ancaman, http://indonesia.rbth.com/, diakses pada tanggal 10 Juni 2016 pukul
17.03 WITA
Richard Weitz, 2008, China-Russia Security Relations: Strategic Parallelism Without
Partnership or Passion?, Strategic Studies Institute, hal. 24
Seung-Yoon, Yang, dan Mohtar Masoed. Masyarakat, Politik dan Pemerintahan Korea:
Sebuah Pengantar. Gadjah Mada University Press, 2005.
Shanghai Cooperation Organization, 2017, About SCO,
http://eng.sectsco.org/about_sco/, diakses pada tanggal 4 Mei 2018 pukul 19.00
WITA
South China Morning Post, 2016, China and Russia close ranks against US missile -
defence system, http://www.scmp.com/news/china/diplomacy-
defence/article/2027171/china-and-russia-close-ranks-against-us-missile-
defence, diakses pada tanggal 3 Mei 2018 pukul 21.00 WITA
South China Morning Post, China, Russia to hold missile defence drills, amid opposition
to US plans to deploy missile shield in South Korea,
http://www.scmp.com/news/china/diplomacy-defence/article/1941117/china-
russia-hold-missile-defence-drills-amid, diakses pada tanggal 3 Mei 2018 pukul
22.00 WITA
The Times of India, 2012, China Test-Fires New Ballistic Missile,
https://timesofindia.indiatimes.com/world/china/China-test- fires-new-ballistic-
missile/articleshow/15900469.cms?referral=PM, diakses pada tanggal 12
November 2018 pukul 17.35 WITA
Times of Islamabad, 2017, Chinese Military Holds Drills In Response Of Thaad
Deployment, https://timesofislamabad.com/27-Apr-2017/chinese-military-hold s-
drills- in-response-of-thaad-deployment, diakses pada tanggal 12 November 2018
pukul 19.00 WITA
William Ide, 2017, China Steps up Opposition to US Missile Defense System,
https://www.voanews.com/a/china-steps-up-opposition-to-us-missile-defense-
system/3701349.html, diakses pada tanggal 13 November 2018 pukul 22.20
WITA