artikel nila

23
OTORITAS DAN KRITERIA SUNNAH SEBAGAI SUMBER AJARAN AGAMA  Abstract This is an article on authority and hadits criteria as a source of religion. Hadits’s authority become questionable because of it’s complicated prob lems like process of transmission that r educted the ha dis. Inkar al-sunnah is who unbelieve to hadis. or them! al-"ur’an was complete. #ashir al-sunnah arise later to againts inkar al-sunnah and protect to hadits. Hadis is second source of religion after "ur’an. Hadits is propheth’ s traditio n that had urgen functions in Islam! like to describing and detailing what in the "ur’an generally written. Hadits’ s criteria to become as source of religion value is must be sahih in two side! chain of transmission$sanad% and the te&t $matan%. A. Pendahuluan Perlu untuk diperhatikan bahwa problem yang dihadapi ketika berinteraksi de ng an ha dis ti dak sa ma de ng an ke ti ka be ri nt eraksi de ng an al-Qur’a>n. Problem hadis lebih kompleks dari pada al-Qur’an, baik "ath’i al-wurud  maupun "ath’ i al-dil alahny a. Berkaita n dengan "ath’ i al-wu rudny a! al-Qur’an tidak di ra gu ka n. pe nj ag aa n mu slim te rh ad ap ny a dan pe ri wa yatan muta wa ti r  memantapkan otentisitasnya, di samping secara terang telah ada jaminan atas  penjagaan nya oleh Allah. Sedangkan hadis tidak mengalami hal yang sama serta tidak ada doktrin agama yang menyatakan adanya penjagaan terhadapnya. Adanya rentang waktu yang panjang antara !abi dengan masa pembukuan hadis menjadi problem tersendiri dalam hadis. Perjalanan yang panjang dapat memberi kan pelu ang adan ya peru baha n, baik pena mbahan ata u pere duks ian terhadap materi hadis. Selain itu, rantai perawi yang panjang serta munculnya hadis palsu juga turut memberikan kontribusi kepelikan dalam problem hadis yang membuat otentisitasnya masih menjadi hal yang dipertanyakan.  "amim #lyas dan Suryadi $ed.%, 'acana (tudi Hadis )ontemporer  $&ogyakarta ' (iara )acana, *++*%, hlm. . +

Upload: munadi-fazil-munadi-fazil

Post on 06-Jul-2018

233 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Artikel Nila

8/16/2019 Artikel Nila

http://slidepdf.com/reader/full/artikel-nila 1/23

OTORITAS DAN KRITERIA SUNNAH

SEBAGAI SUMBER AJARAN AGAMA

 Abstract 

This is an article on authority and hadits criteria as a source of religion. Hadits’s

authority become questionable because of it’s complicated problems like process

of transmission that reducted the hadis. Inkar al-sunnah is who unbelieve to

hadis. or them! al-"ur’an was complete. #ashir al-sunnah arise later to againts

inkar al-sunnah and protect to hadits. Hadis is second source of religion after 

"ur’an. Hadits is propheth’s tradition that had urgen functions in Islam! like todescribing and detailing what in the "ur’an generally written. Hadits’s criteria to

become as source of religion value is must be sahih in two side! chain of 

transmission$sanad% and the te&t $matan%.

A. Pendahuluan

Perlu untuk diperhatikan bahwa problem yang dihadapi ketika berinteraksi

dengan hadis tidak sama dengan ketika berinteraksi dengan al-Qur’a>n.

Problem hadis lebih kompleks dari pada al-Qur’an, baik "ath’i al-wurud  maupun

"ath’i al-dilalahnya. Berkaitan dengan "ath’i al-wurudnya!  al-Qur’an tidak 

diragukan. penjagaan muslim terhadapnya dan periwayatan mutawatir 

memantapkan otentisitasnya, di samping secara terang telah ada jaminan atas

 penjagaannya oleh Allah. Sedangkan hadis tidak mengalami hal yang sama serta

tidak ada doktrin agama yang menyatakan adanya penjagaan terhadapnya.

Adanya rentang waktu yang panjang antara !abi dengan masa pembukuan

hadis menjadi problem tersendiri dalam hadis. Perjalanan yang panjang dapat

memberikan peluang adanya perubahan, baik penambahan atau pereduksian

terhadap materi hadis. Selain itu, rantai perawi yang panjang serta munculnya

hadis palsu juga turut memberikan kontribusi kepelikan dalam problem hadis

yang membuat otentisitasnya masih menjadi hal yang dipertanyakan.

 "amim #lyas dan Suryadi $ed.%, 'acana (tudi Hadis )ontemporer  $&ogyakarta ' (iara)acana, *++*%, hlm. .

+

Page 2: Artikel Nila

8/16/2019 Artikel Nila

http://slidepdf.com/reader/full/artikel-nila 2/23

alam sejarah, telah muncul mereka yang disebut sebagai Inka>r as-

Sunnah dan  Nashi>r as-sunnah. Akar persoalan yang mendasari

munculnya dua kubu ini adalah tentang /keabsahan*  hadis sebagai sumber 

agama. Inka>r as-Sunnah diistilahkan untuk mereka yang tidak menghendaki

hadis sebagai sumber ajaran. Sedangkan mereka yang membela dan menegakkan

hadis sebagai sumber agama disebut sebagai Nashi>r as-sunnah..

(ulisan ini bermaksud mengupas bagaimana problem otoritas atau

kehujjahan hadis sebagai sumber ajaran agama tersebut. Sahkah hadis digunakan

sebagai sumber ajaran0 Bagaimana posisinya dalam #slam0 1alu sunnah yang

seperti apa yang dapat dikatakan memiliki otoritas sebagai sumber agama0

B. Hadis: Komle!si"as P#o$lemn%a.

"adis, yang dianggap sebagai sumber ajaran agama, yang sekarang telah

mewujud dalam bentuk teks, memiliki berbagai persoalan baik dari aspek 

otentisitas maupun aspek fiqhul hadis atau pemahamannya. Persoalan otentisitas,

sangat terkait dengan proses periwayatan yang dilaluinya. 2arak yang panjang

antara masa penghimpunan hadis dan kewa3atan !abi mengakibatkan pada

adanya berbagai kemungkinan yang terjadi, termasuk kemungkinan terjadinya

 pembiasan makna atau bahkan tercampur dengan muatan tradisi daerah.*

4eberadaan suatu hadis juga tidak terlepas dari berbagai hal yang

melingkupinya. Person-person periwayat yang terlibat dalam periwayatan suatu

hadis turut memberikan andil dalam pembentukan suatu hadis. i mana masing-

masing periwayat memiliki latar belakang historis sendiri-sendiri. 

Perlu dipertimbangkan pula, bahwa daya ingat dan seleksi kreati3 para

sahabat yang hidup dengan nabi dengan berbagai posisi dan karakternya, seperti

diungkapkan 4haled 5.Abou 6l 7adl, tidak memposisikan !abi dalam kerangka

*  4adarusman,  Agama! +elasi ,ender dan eminisme  $&ogyakarta' 4reasi )acana,*++8% ! hlm. 8. "al #ni bisa dibayangkan batapa lamanya jarak tersebut. !abi meninggal sekitar tahun 9+ 5: Abad # "ijrah, sedangkan hadis dikodi3ikasi sekitas Abad ## " yaitu pada masa4hali3ah ;mar bin Abdul A<i< dari inasti Abbasiyah.

  !i<ar Ali,  emahami Hadis #abi etode dan /endekatan  $&ogyakarta' =6Sa,*++%, hlm. 9.

Page 3: Artikel Nila

8/16/2019 Artikel Nila

http://slidepdf.com/reader/full/artikel-nila 3/23

obyekti3 akan tetapi subyekti3. Subyekti3itas ini akhirnya mempengaruhi pada apa

yang mereka lihat dan dengar. Bisa jadi karakter pribadi menancap kuat dalam

riwayat yang ia riwayatkan>  sehinggga mempengaruhi pada apa yang

diriwayatkan.

alam sejarahnya, dapat dilihat pula bahwa hadis berawal melalui proses

dialogis-komunikati3-adapti3 antara !abi dan umatnya. Pada awalnya hadis

 berbentuk budaya oral dalam lingkungan kaum muslimin awal.8  Sedangkan

sekarang, hadis tidak lagi dalam bentuk 3igur !abi atau dalam tradisi oral. "adis

telah mewujudkan diri dalam bentuk teks-teks hadis dan ada dalam kitab-kitab

yang telah dicetak.9 

Berdasarkan proses historis pembentukan hadis, 7a<lur ?ahman

mende3inisikan hadis sebagai komentar yang monumental mengenai !abi oleh

umat #slam di masa lampau.  2ika memahami hadis sebagai 3ormalisasi sunnah,

maka perubahan lokus dan tempus akan memungkinkan terjadinya reduksi makna

atau pemahaman baru terhadap hadis.

alam konteks historis sekarang, bentuk-bentuk tekstual hadis itulah yang

dipandang sebagai bukti historis bagi ideal-ideal teladan !abi. ;ntuk akses

kepada sunah !abi, generasi muslim sekarang hanya bisa merujuk pada teks-teks

hadis yang tertulis dalam kitab-kitab hadis. Sebagaimana disebutkan oleh

5ustha3a A<ami, kitab-kitab hadis adalah /gudang pengaman@ terhadap sunnah

 !abi yang merupakan sumber pokok hukum #slam.

> 4haled 5. Abou 6l 7adl, Atas #ama Tuhan 0ari ikih 1toriter ke ikih 1toritatif!

terj. ?.=ecep 1ukman &asin $2akarta ' Serambi, *++>%, hlm. +.

8  ".5 Syuhudi #smail,  )aedah )esahehan (anad Hadis Telaah )ritis dan Tin2auan

dengan /endekatan Ilmu (e2arah $2akarta' Bulan Bintang, 8%, hlm. .

9 !urun !ajwah, /(elaah 4ritis (erhadap "adis-"adis 5isoginis@ , 3sensia, Col. >, 2uli*++, hlm. *+*-*+.

  7a<lur ?ahman,  embuka /intu I2tuhad , terj. Anas 5ahyuddin $Bandung' Pustaka,>%, hlm. 9.

 5ustha3a A<ami, Dira>sa>t f> al-Hadi>s} al-Nabawi> Dira>sa>t f> al-

Hadi>s} al-Nabawi> wa Ta>ri>khu Tadwi>nihi ( Beirut' Al- Maktab al-Isla>mi>,*%, hlm.*.

*

Page 4: Artikel Nila

8/16/2019 Artikel Nila

http://slidepdf.com/reader/full/artikel-nila 4/23

(eks-teks hadis tersebut telah menjadi /laporan@ tentang /sunnah@ yang

diberitakan dari sahabat. keberadaan hadis sekarang yang telah menjadi sebuah

teks, juga menjadikannya memiliki si3at teks sebagaimana pada umunya, yaitu

tidak dapat menggambarkan secara utuh realitas sebenarnya atau menyajikan

sebuah konsep.+ 

Perubahan watak teladan !abi yang dinamis akan menjadi statis dan

tertutup ketika sunnah sebagai wacana Derbal dan praktikal menjadi wacana yang

tekstual. #ni terjadi ketika sunnah !abi dipahami sebagai korpus tertutup yang

tertuang dalam kitab-kitab hadis.  an hal ini bisa mengakibatkan pada

ketidakjelasan bagaimana meneladani !abi sebagai 3igur sentral yang hidup

dalam sosio-kultural, waktu dan juga kondisi geogra3is tertentu. Persoalan /peran@

apa yang dimainkan !abi dalam suatu riwayat tertentu juga harus menjadi

 pertimbangan dalam penelitian dan mahaman terhadap hadis. Apakah !abi

 berperan sebagai pemimpin negara, panglima perang, suami dan lainnya tidak 

 boleh diabaikan. 5unculnya berbagai pemalsuan hadis juga harus menjadi hal

yang diperhatikan dalam meneliti hadis.* 

Persoalan pemahaman hadis sangat terkait dengan hal-hal di atas.

Berangkat dari problematika inilah akhirnya otoritas atau kehujjahan hadis

sebagai sumber ajaran agama dipertanyakan. 4emunculan Inka>r as-Sunnah

 juga Nashi>r as-sunnah dari masa klasik sampai modern sedikit banyak juga

terkait dengan problem yang dimiliki hadis sebagaimana dipaparkan di atas.

Bagaimanakah status hadis, masih diperlukankah dalam agama atau cukup dengan

al-Qur’an saja0 adalah hal-hal yang diperdebatkan.

 !urun !ajwah, @ (elaah 4ritis (erhadap "adis-"adis 5isoginis....., hlm. *+*.

+  4omaruddin "idayat,  emahami 4ahasa Agama (ebuah )a2ian Hermeneutik 

$2akarta' Paramadina, 9%, hlm. *.

 5usahadi "am, 3volusi )onsep (unnah Implikasinya pada /engembangan Hukum

 Islam $Semarang' Aneka #lmu, *+++%, hlm. .

*  ".5. Syuhudi #smail,  Hadis #abi yang Tekstual dan )ontekstual   $2akarta' Bulan

Bintang, >%, hlm. >. 1ihat juga !i<ar Ali,  emahami Hadis #abi etode dan /endekatan$&ogyakarta ' =6Sad, *++%, hlm. *>.

Page 5: Artikel Nila

8/16/2019 Artikel Nila

http://slidepdf.com/reader/full/artikel-nila 5/23

&. O"o#i"as Hadis Se$a'ai Sum$e# A(a#an A'ama

alam agama manapun, pastilah memiliki apa yang dinamakan sumber 

agama. ari mana ajaran-ajaran agama itu didapat dan diperoleh, tentunya

dimiliki oleh suatu agama. Begitu juga dengan #slam. alam tradisi #slam, al-

Qur’an adalah kitab suci dan sumber ajaran agama. Sebagai kitab  kalam (uhan

yang qath’i al-wurud , al-Qur’an merupakan tempat kembali para muslim dalam

menyelesaikan persoalan hidupnya, menjadi petunjuk dan acuan dalam menjalani

hidup atau guidance bagi umat muslim dalam mengarungi kehidupannya. Allah

S)(., sebagai (uhan semesta alam, Pendidik hamba-!ya telah menyampaikan

dan memberikan ajaran-ajaran, pesan-pesan, tuntunan-tuntunan, aturan-aturan-

 !ya dalam media al-Qur’an. emikianlah posisi al-Qur’an dalam #slam.

Selain al-Qur’an, dalam tradisi #slam dikenal pula apa yang dinamakan

sunnah. Sunnah ini merupakan segala sesuatu yang dinisbahkan kepada ?asul

5uhammad, sang pembawa risalah suci (uhan, yang diberi keistimewaan atas

 pemberian wahyu al-Qur’an. engan demikian, dalam pengertian sunnah,

termasuk di dalamnya perkataan, perbuatan serta persetujuan !abi saw.

Berdasarkan pengertian ini, maka sunnah bisa dikatakan merupakan

representasi !abi saw. 5anusia agung pembawa risalah kenabian yang

memberikan ajaran-ajaran agama dan paling memiliki wewenang dalam

menjelaskan atas wahyu, al-Qur’an. Sebagai manusia terpilih dan ma’shum

 pelaksanaan pengajaran !abi atas umetnya tentu dilakukan di bawah tuntunan

(uhan sebagai &ang memberi risalah. Eleh karenanya, apa yang dikatakan, apa

yang dijelaskan, apa yang diajarkan menjadi hal yang penting dan menjadi

 pedoman dalam beragama.

alam perjalanannya, sunnah bereDolusi menjadi apa yang disebut hadis.

Bermula dari sebuah perkataan, contoh perilaku maupun persetujuan !abi,

 bersama adanya proses periwayatan oleh sahabat Fsebagai penerima pesan

 pertama- kepada generasi-generasi berikutnya akhirnya sunnah tersebut menjadi

sesuatu yang dilaporkan, dirinya menjadi isi dari suatu laporan. Bentuk laporan

atas sunnah itulah yang kemudian disebut dengan istilah hadis. engan kata lain,

hadis adalah laporan tentang sunnah. Sunnah merupakan kandungan pesan yang

>

Page 6: Artikel Nila

8/16/2019 Artikel Nila

http://slidepdf.com/reader/full/artikel-nila 6/23

dibawa:dilaporkan dalam hadis. alam bentuk hadis inilah kemudian yang kita

temukan sekarang dalam berbagai kitab kumpulannya.

4emunculan sunnah sangat terkait dengan 3ungsi !abi dalam risalahnya.

alam perspekti3 al-Qur’an, 5uhammad saw. sebagai !abi memiliki empat peran

yang berbeda, yaitu $% peran sebagai penjelas terhadap al-Qur’an >  $*% peran

sebagai legislator 8 $% sebagai 3igur yang ditaati9 dan $>% sebagai model perilaku

umat #slam atau uswah h}asanah.56  

Eleh karenanya, antara al-Qur’an dan hadis memiliki kaitan yang erat.

"adis memiliki posisi dan 3ungsi yang penting dalam #slam. Para ulama

mengkategorikan 3ungsi hadis atas al-Qur’an dalam tiga kategori $% "adis dapat

 1ihat 5usahadi "A5, 3volusi )onsep (unnah $Semarang' Aneka #lmu, *+++%, hlm..

> Sebagaimana 3irman Allah          

/Gan 4ami turunkan kepadamu al-Qur’an, agar kamu menerangkan kepadaumat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka [email protected]. Al-Nah}l $9%' >>.

8 Seperti dalam ayat             

     

/5aka demi (uhanmu, mereka $pada hakekatnya% tidak beriman hingga merekamenjadikan kamu sebagai hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudianmereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan,dan mereka menerima dengan sepenuhnya@ Q.S. Al-Nisa> $>%' 98.

9 1ihat dalam ayat                         

          

an kami tidak mengutus seseorang ?asul melainkan untuk ditaati dengan sei<in

Allah. Sesungguhnya 2ikalau mereka ketika menganiaya dirinya datang kepadamu, lalumemohon ampun kepada Allah, dan rasulpun memohonkan ampun untuk mereka,tentulah mereka mendapati Allah 5aha Penerima (aubat lagi 5aha Penyayang. Q.S. Al-Nisa> $>%' 9>.

 Sebagaimana disebutkan dalam ayat                         

   

/Sesungguhnya Telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladanyang baik bagimu (yaitu bagi !rang yang mengharap (rahmat Allahdan (kedatangan hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah" Q.S. Al-Ah}#a>b $% ' *.

8

Page 7: Artikel Nila

8/16/2019 Artikel Nila

http://slidepdf.com/reader/full/artikel-nila 7/23

 berupa ketentuan-ketentuan yang mengkon3irmasikan dan mengulangi pernyataan

al-Qur’an atau yang disebut baya>n ta’ki>d. $*% "adis dapat berupa

 penjelasan atau klari3ikasi dari al-Qur’an, mena3sirkan yang mubham! memerinci

yang mu2mal , membatasi yang mutlak! menghususkan yang ‘a>mm.57 $% "adis

dapat berupa ketentuan-ketentuan yang tidak ada dalam al-Qur’an, tidak 

mengkon3irmasi atau menyangkal, dengan kata lain merupakan sumber otoritati3 

yang independen.

5elihat pada urgennya hadis, dalam #slam telah disepakati bahwa hadis

menjadi sumber ajaran kedua dalam agama setelah al-Qur’an. "adis sangat

diperlukan dalam pemahaman atas al-Qur’an, baik dalam menjelaskan maupun

memerinci al-Qur’an.

Perintah untuk berpegang pada hadis, secara  #aqli  selain terdapat nash

yang menyebutkan untuk taat kepada Allah dan ?asulnya, *+ ?asul sendiri dalam

sebuh hadis juga berwasiat kepada kaum muslim, dua hal yang jika kaum muslim

 berpegang kepadanya tidak akan tersesat. "al itu adalah kitab Allah dan sunnah

?asul.

Akan tetapi ternyata hal ini tidak diterima sepenuhnya oleh kaum muslim.

Ada sebagian mereka yang menolak hadis untuk dijadikan sumber ajaran agama.

  5usahadi "A5,  3volusi )onsep (unnahG., hlm. 9. lihat pula Must}a$a> al-S}iba>’i% As-Sunnah wa aka>natuha> f! al-Tasyri>’ al-Isla>mi>  $Beirut ' al-5aktab al-Isla>mi% 9%, hlm. 9-.

 ;ntuk 3ungsi pertama dan kedua para ulama sepakat, akan tetapi pada 3ungsi yangketiga ini terdapat perbedaan. Perbedaan terletak pada apakah hadis bisa menjadi sumber yangindependen ataukah dependen dengan al-Qur’an. 1ihat 5usahadi "A5,  3volusi )onsep

(unnah8! hlm. 9-. 1ihat pula 5ustha3a al-Shiba’i, Al-(unnah wa akanatuha fi al-Tasyri’ al-

 Islami $Beirut' al-5aktab al-#slami, 9%, hlm. -.

*+ 1ihat Q.S al-!isa’$>% ' 8           

                     

      

/&ai !rang-!rang yang beriman% taatilah Allah dan taatilah Rasul(nya% dan ulil amri di antara kamu" 'emudian ika kamu berlainanpendapat tentang sesuatu% maka kembalikanlah ia kepada Allah danRasul-Nya ika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan harikemudian" yang demikian itu lebih utama (bagimu dan lebih baikakibatnya"@

9

Page 8: Artikel Nila

8/16/2019 Artikel Nila

http://slidepdf.com/reader/full/artikel-nila 8/23

Bagi mereka al-Qur’an telah cukup untuk dijadikan sumber ajaran #slam. 4arena

al-Qur’an telah mencakup segala hal.* 

alam perkembangan kemudian, mereka yang tidak menerima hadis

sebagai sumber ajaran disebut dengan inkar al-sunnah. an sebaliknya, yang

mengcounter   inkar al-sunnah  dan yang berjuang menegakkan hadis sebagai

sumber ajaran agama disebut dengan nashir al-sunnah.

1. Golon'an Inka>r as-Sunnah 

Inka>r as-Sunnah adalah istilah untuk mereka yang tidak menerima

hadis sebagai sumber ajaran agama. Penolakan ini bermacam-macam. Ada yang

menolak hadis secara menyeluruh, ada juga yang menolak hadis-hadis tertentu

saja. #mam Sya3i’i menyebut istilah ini untuk yang menolak hadis secara

keseluruhan yang berangapan bahwa agama tidak perlu dengan sumber lain selain

al-Qur’an.**

i antara 3aktor yang mendorong munculnya paham Inka>r as-

Sunnah  adalah ketidakpahaman mereka tentang berbagai hal yang berkaitan

dengan ilmu hadis. "al ini seperti yang disimpulkan Syuhudi #smail dari kasus

4assim Ahmad dalam menanggapi argumen-argumen #mam Sya3i’i. 4assim

Ahmad tidak komprehensi3 dalam meneliti, ia tidak mempelajari al-9mm  dan

hanya menggunakan al-+isalah saja. Selain itu 4assim juga tidak menggunakan

sumber-sumber primer.* 

Apabila menengok kepada sejarah, nampaknya pergulatan pemikiran

tentang otoritas hadis sebagai sumber ajaran telah terjadi dari masa periode awal.

Bibit-bibit adanya orang yang kurang memperhatikan sunnah telah ada sejak 

*  Seperti 4assim Ahmad dalam karyanya  Hadis (atu /enilaian (emula, 4assimmengkritik hadis dan mengajak untuk kembali kepada al-Qur’an. engan mengutip 5u’ta<ilah4assim mengatakan bahwa' /"adis merupakan tekaan dan agakan dan Qur’an lengkap tidak membutuhkan buku-buku lain untuk melangkapinya@ 1ihat 4assim Ahmad,  Hadis (atu /enilaian

(emula $Selangor' 5edia #ntelek, 9% hlm. 9.

** Sebagaimana dipaparkan oleh Syuhudi #smail yang diambil dari kitab  Ikhtilaf al-Hadis

dan al-9mm karya #mam al-Sya3i’i, dalam  )aedah )esahehan (anad Hadis Telaah )ritis dan

Tin2auan 0engan /endekatan Ilmu (e2arah $2akarta' Bulan Bintang, 8%, hlm. 9.

* 1ihat Syuhudi #smail, )aedah )esahehan (anad Hadis... hlm. .

Page 9: Artikel Nila

8/16/2019 Artikel Nila

http://slidepdf.com/reader/full/artikel-nila 9/23

masa sahabat meskipun masih terjadi secara perorangan. *> Erang-orang +afidlah

dan  :indiq  adalah termasuk golongan yang menolak kehujjahan sunnah.

Alasannya adalah bahwa hanya al-Qur’anlah yang dapat dijadikan hujjah dalam

agama.*8

Holongan 4hawarij yang diklaim sebagai Inka>r as-Sunnah  yang

menolak hadis !abi yang diriwayatkan oleh sahabat sebelum dan sesudah tahkim

menurut 5.5. A<ami tidak benar. Berdasarkan penelitiannya, ternyata tidak 

semua golongan khawarij menolak sunnah, ada golongan dari mereka yang

 bernama Ibadhiyah yang menerima hadis dari Ali, ;sman, Aisyah, Abu "urairah,

Anas bin 5alik dan juga yang lain.*9

Seperti anggapan terhadap 4hawarij, demikian juga anggapan terhadap

5u’ta<ilah. 5u’ta<ilah pada dasarnya tidak menolak hadis secara keseluruhan.

"adis yang tidak mereka terima hanyalah hadis-hadis yang bertentangan dengan

kaidah dan teori ma<hab mereka. 5ereka tidak menerima hadis ahad dan sebagian

mereka menolak hadis yang mutawatir, seperti hadis tentang sya3a’at dan

turunnya !abi #sa as.*

Sedangkan golongan Syi’ah, terdiri dari berbagai kelompok dan saling

mengka3irkan. 4elompok yang masih ada sampai sekarang ini adalah Istna

 Asy’ariyyah. 5ereka pada umumnya menerima hadis !abi akan tetapi hanya

yang diriwayatkan oleh ahlu al-bait  .*

Pada masa #mam Sya3i’i,* golongan Inka>r as-Sunnah"# juga muncul.

Bantahan-bantahan dan pembuktian otoritas sunnah sebagai sumber ajaran agama

*>  5ustha3a A<ami, Dira>sa>t f> al-Hadi>s} al-Nabawi> wa Ta>ri>khuTadwi>nihi $Beirut' Al- Maktab al-Isla>mi>, *%, hlm. *.

*8 Sebagaimana disebutkan Sahabuddin yang diambil dari  iftah al-(unnahnya Al-Suyutilihat Sahabuddin, /As-Sunnah di antara Pendukung dan Penolaknya@  Al-Insan ;urnal )a2ian

 Islam! !o. *, Col. #, *++8, hlm. >8.

*9 5ustha3a A<ami, Dira>sa>t f> al-Hadi>s} al-Nabawi> ......hlm. **.

*  Ibid.,G.hlm. *>-*8.

*  Ibid.,G.. hlm. *8.

* Sekitar Abad ## ".

+

 #stilah ini digunakan #mam Sya3i’i untuk menyebut golongan yang menolak seluruhhadis.

Page 10: Artikel Nila

8/16/2019 Artikel Nila

http://slidepdf.com/reader/full/artikel-nila 10/23

telah dilakukan oleh #mam Sya3i’i kepada golongan Inka>r as-Sunnah. #mam

Sya3i’i juga membagi golongan yang menolak hadis kedalam dua macam $%

Holongan yang menolak hadis ahad  dan $*% golongan yang menolak hadis yang

tidak memiliki dasar yang jelas dalam al-Qur’an.

Adapun 3enomena Inka>r as-Sunnah  pada masa modern berdasar 

 penelitian 5ustha3a A<ami terjadi setelah adanya penjajahan terhadap negeri-

negeri #slam. i 5esir misalnya, menurut keterangan Abu ?ayyah muncul pada

<aman 5uhammad Abduh. ituturkan pula oleh Abu ?ayyah bahwa 5uhammad

Abduh mengatakan bahwa /;mat #slam sekarang ini tidak mempunyai pimpinan

kecuali al-Qur’an. #slam yang benar adalah #slam yang dulu sebelum terjadi

 perpecahan di kalangan umat #slam. "al-hal selain al-Qur’an hanya akan menjadi

kendala antara al-Qur’an di satu pihak dengan ilmu dan amal di lain pihak.@

Akan tetapi, ada pendapat berbeda dalam hal ini* bahwa 5uhammad Abduh tidak 

mengingkari sunnah tapi hanya menolak hadis-hadis tertentu seperti !abi kena

sihir, hadis tentang lalat, hadis ajjal, tanda-tanda hari kiamat dan lainnya yang

dianggapnya tidak masuk akal.

Pemikiran senada kemudian muncul dari r. (au3iI SidIi dengan menulis

artikel dalam majalah al-ana>r   yang dalam bahasa #ndonesia, judulnya

adalah <Islam adalah al-"ur’an itu (endir i@ 5enurut (au3iI, #slam cukuplah

dengan al-Qur’an tidak perlu hadis. 

Artikel ini kemudian mendapatkan sambutan positi3 dari ?asyid ?idla

yang kemudian membagi hadis menjadi 5utawatir dan !on 5utawatir. 5enurut

?asyid ?idla hadis yang wajib diikuti adalah yang 5utawatir saja seperti tentang

 jumlah rakaat shalat, puasa dan sebagainya. Sedangkan yang !on 5utawatir tidak 

wajib diikuti.>

  Sebagaimana diterangkan 5ustha3a A<ami yang dikutip dari  Adlwa>’ ‘ala> al-Sunnah al-uhammadiyah karya Abu ?ayyah.

*  Sahabuddin, /As-Sunnah di antara Pendukung dan Penolaknya@  Al-Insan ;urnal 

 )a2ian Islam! !o. *, Col. #, *++8, hlm. >9.

 5ustha3a A<ami, Dira>sa>t f> al-Hadi>s} al-Nabawi> ......hlm. *9.

>  Ibid G., hlm. *.

Page 11: Artikel Nila

8/16/2019 Artikel Nila

http://slidepdf.com/reader/full/artikel-nila 11/23

(okoh yang kemudian muncul adalah #smail Adham yang pada tahun 8

menulis tentang sejarah hadis. 5enurutnya hadis yang ada sekarang termasuk 

yang dalam Sahih Bukhari dan 5uslim tidak dapat diandalkan keotentikannya dan

tidak dapat dipercaya, justru sebaliknya hadis-hadis itu meragukan bahkan

kebanyakan palsu.8 Selain itu ada pula 4assim Ahmad Fseperti yang telah disebut

di atas-, tokoh yang berasal dari 5alaysia juga termasuk dalam Inka>r as-

Sunnah .9

ari kalangan Erientalis, yang melakukan studi terhadap hadis pertama

kali adalah #gna< Hold<iher yaitu pada abad ke- dan menulis sebuah buku yang

 berjudul  uhammedanische (tudien  yang dipublikasikan pada tahun + 5.

4aryanya ini menjadi rujukan utama para orientalis dalam kajian berikutnya.

(okoh orientalis selanjutnya yang melakukan penelitian terhadap hadis

adalah Pro3. Schacht. Schacht meneliti tentang hadis-hadis 3ikih yang hasilnya

kemudian dipublikasikan dalam bentuk buku yang berjudul <The 1rigin of 

 uhammadan ;urisprudence*. alam kesimpulan bukunya ini, Schacht

menyatakan bahwa tidak ada satupun hadis !abi yang otentik, terutama hadis-

hadis 3ikih. 4arya Schacht ini juga dijadikan sebagai rujukan utama para

Erientalis.

i antara argumentasi yang digunakan oleh para Inka>r as-Sunnah

adalah' Pertama ! menurut mereka, agama haruslah berdasar pada suatu hal yang

 pasti. 2ika menggunakan sunnah sebagai landasanya berarti landasan agama itu

tidak pasti dan al-Qur’an lah yang bersi3at pasti. Argumen ini mereka dasarkan

 pada ayat-ayat al-Qur’an. Antara lain'

        

/)an apa yang Telah kami *ahyukan kepadamu yaitu Al 'itab

(Al Quran Itulah yang benar@ +,

8  Ibid...., hlm. *.

9  ".5 Syuhudi #smail,  )aedah )esahehan (anad Hadis Telaah )ritis dan Tin2auan

dengan /endekatan Ilmu (e2arah $2akarta' Bulan Bintang, 8%, hlm. .

 Sahabuddin, /al-(unnah di antara8. "lm. >9

  Ibid.!

 Q.S. Al-7athir $8% '

+

Page 12: Artikel Nila

8/16/2019 Artikel Nila

http://slidepdf.com/reader/full/artikel-nila 12/23

an jika landasan agama itu ada al-Qur’an dan hadis, sedangkan hadis

si3atnya d$an saja, maka gabungan keduanya akan menjadi d$an juga. Padahal

al-Qur’an mengecam orang-orang yang mengikuti d$an dan meninggalkan yang

 pasti. "al ini mereka dasarkan pada ayat '

             

     

/)an kebanyakan mereka tidak mengikuti keuali persangkaan

saa" Sesungguhnya persangkaan itu tidak sedikitpun berguna untuk

menapai kebenaran./,01" Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa

yang mereka kerakan@20"

 Kedua ! alam syariat #slam tidak ada dalil lain kecuali al-Qur’an. Sebuah

 pendustaan kepada al-Qur’an jika menganggap bahwa Al-Qur’an masih

memerlukan penjelasan. Argumen ini digunakan oleh (au3iI SidIi dan Abu

?ayyah. 5ereka berhujjah dengan ayat '

       /)an tiadalah kami alpakan sesuatupun dalam Al-'itab@23

 Ketiga, Al-Qur’an tidak membutuhkan penjelas karena al-Qur’an adalah

 penjelas segala hal. 4embali (au3iI SidIi dan Abu ?ayyah yang

mengemukakannya dengan berdasar pada ayat'

       

/)an 'ami turunkan kepadamu Al 'itab (Al Quran untuk

menelaskan segala sesuatu@24 

Selain itu, Hhulam Ahmad Parwe<, ketua kelompok %Ahlu al-&ur’an' 

mengatakan bahwa jika hadis-hadis yang beredar, sampai kitab Shahih Bukhari

sekalipun diteliti akan ditemukan hadis-hadis yang justru menodai para !abi,

>+ Q.S. &unus $+% ' 9.

> Q.S. Al-An’am $9%' .

>* Q.S. Al-!ahl $9% ' .

Page 13: Artikel Nila

8/16/2019 Artikel Nila

http://slidepdf.com/reader/full/artikel-nila 13/23

?asul serta agama #slam. 5ereka juga menganggap bahwa perintah untuk taat

 pada Allah dan ?asulnya adalah hanya ketika !abi masih hidup, menaati sistem

al-Qur’an yang dipraktekkan !abi. (idak berlaku lagi jika !abi wa3at, karena

sunnah ?asul tidak mengandung unsur abadi.

2. Kelomo! Nashi>r as-sunnah

5enyikapi hal yang terjadi, ulama kemudian melakukan pembantahan-

 pembantahan terhadap argumen-argumen Inka>r as-Sunnah.. i antaranya

seperti yang telah dilakukan oleh #mam Sya3i’i, 5ustha3a al-Shiba’i serta

intelektual kontemporer 5ustha3a A<ami juga ulama yang lain.

A<ami mengatakan bahwa mereka yang tidak percaya hadis itu karena

mereka mempelajari al-Qur’an hanya parsial, tidak komprehensi3. Sehingga ayat-

ayat yang menunjukkan pentingnya sunnah dalam agama tidak mereka pelajari.

"al ini seperti yang terdapat dalam ayat '

          

/Apa yang diberikan Rasul kepadamu% Maka terimalah" dan apa

yang dilarangnya bagimu% Maka tinggalkanlah@2+

 

Argumen yang  pertama  dari Inka>r as-Sunnah  di atas nampaknya

sesuai dengan yang disimpulkan oleh Syuhudi, karena kurangnya mempelajari

ilmu hadis secara mendalam dan komprehensi3. Padahal dalam hadis ada berbagai

 jenis dan derajat. &ang berderajat mutawatir disebut oleh ulama sebagai "ath’i

karena si3at periwayatanya yang memungkinkan kesahihannya, dan tidak 

memungkinkan kedlaifannya. Eleh karenanya si3atnya memberikan keyakinan

dan pengetahuan.

Argumen kedua dan ketiga oleh para ulama dijawab bahwa memang al-

Qur’an telah mencakup segala hukum, tapi ini masih bersi3at global. 5aka

sunnahlah yang memerincinya, sebagaimana 3ungsi !abi terhadap al-Qur’an.

5aka bagaimana tahu rakaat-rakaat salat serta cara-caranya, <akat dan sebagainya

> Q.S. Al-"asyr $8% '

*

Page 14: Artikel Nila

8/16/2019 Artikel Nila

http://slidepdf.com/reader/full/artikel-nila 14/23

kalau tidak dari penjelasan !abi0 Sedangkan penjelasan !abi inilah yang

kemudian disebut hadis.>>

 

D. K#i"e#ia Hadis Se$a'ai Sum$e# A(a#an A'ama

Berdasar persoalan di atas, kiranya perlu dirumuskan hadis yang

 bagaimanakah yang dapat dijadikan hujjah atau yang memiliki otoritas sebagai

sumber ajaran0 apakah semua hadis dapat dijadikan hujjah atau hanya hadis

tertentu saja0 1alu kriteria hadis yang bagaimanakah yang memiliki otoritas untuk 

dijadikan sumber ajaran agama0

Sebagaimana diketahui bersama bahwa hadis memiliki problem yang tidak 

sederhana. Sebagai laporan tentang masa lalu oleh sahabat, yang tidak dapat lagi

dijangkau oleh generasi sesudahnya, masalah yang paling mendasar adalah

 berkaitan dengan otentisitasnya. Apakah benar suatu khabar yang diriwayatkan

tersebut dari !abi0

;ntuk mengatasi hal ini para ulama telah merumuskan bangunan ilmu dan

teori untuk meneliti hadis. i antaranya dengan merumuskan ilmu hadis dan yang

terkait, seperti ilmu arh} wa Ta’di>l) Ilmu Ta>ri>kh al-*uwa>t) Ilmu

‘Ilal al-atn dan lainnya serta menetapkan kaedah-kaedah keshahihan hadis

dari sanad maupun matan. Eleh karenanya, studi kritis terhadap hadis sangatlah

diperlukan yaitu untuk dapat menilai kualitas suatu hadis.

Berbagai macam pembagian hadis juga membuktikan akan adanya tingkat

kualitas dalam hadis. 4arena hadis bukanlah sesuatu yang seragam, tidak 

semuanya sama dalam kualitas, tapi ada semacam degradasi kualitas, dari yang

 paling sahih dan semakin menurun. Eleh karenanya, otoritas yang dimiliki juga

tergantung dengan kualitas yang dimiliki. Semakin tinggi kualitasnya, semakin

kuat otoritas yang ia miliki sebagai sumber ajaran agama.

Para ulama telah menyebutkan bahwa dalam kualitas hadis, hadis sahih

menduduki derajat paling tinggi. (ermasuk dalam hadis ini hadis mutawatir.

4arena sebutan mutawatir adalah berdasarkan pembagian dari tinjauan jumlah

 periwayat.

>> Sahabuddin, Al-(unnah di antara8.hlm. >

Page 15: Artikel Nila

8/16/2019 Artikel Nila

http://slidepdf.com/reader/full/artikel-nila 15/23

5enurut para ulama, hadis yang dapat dijadikan sebagai hujjah adalah

hadis yang memenuhi kriteria shahih. engan kata lain, hadis yang shahih yang

dapat menjadi sumber ajaran agama.>8  2ika dalam konsep "ath’i  dan  :anny,

"ath’i adalah dalil atau nash yang dapat dijadikan sumber ajaran agama.

alam literatur-lieratur ilmu hadis, hadis shahih adalah hadis yang

sanadnya bersambung dan diriwayatkan oleh perawi-perawi yang memenuhi

syarat adil) d+a>bit   dalam tiap tingkatnya serta terhindar dari sya>$,  dan

illat .>9 Eleh karenanya, kriteria hadis supaya sahih harus memenuhi syarat-syarat'

$% Sanadnya muttasil  atau bersambung

$*% iriwayakan oleh perawi yang adil 

$% iriwayakan oleh perawi yang d+a>bit  

$>% (erhindar dari sya>$, 

$8% (erhindar dari illat . 

alam kriteria sahih ini bisa jadi ia mutawatir bisa jadi juga ahad, baik 

yang  fi’liyah  maupun qauliyah. Para ulama sepakat jika suatu hadis berderajat

sahih, maka statusnya adalah "ath’i. Eleh karenanya sah untuk dijadikan sumber 

ajaran.

Syarat-syarat di atas terkait dengan sanad maupun matan. (iga syarat yang

 pertama terkait dengan sanad dan dua yang terakhir terkait keduanya, baik sanad

maupun matan. 1ebih rinci, dalam kriteria kesahihan sanad memiliki tiga syarat'

. ;ntuk syarat sanad bersambung, kaedah minornya harus uttas}i!l

*. ;ntuk sanad bersambung, kaedah minornya harus uttas}i!l !

aru>’  ahu>$ dan bukan mu’allal $mengandung illat% 

. ;ntuk syarat  Adil , kaedah minornya beragama #slam, mukallaf ,

melaksanakan ketentuan agama dan memelihara muru>’ah dan

>. ;ntuk periwayat bersi3at D}abit  dan atau Tamm al-D}abt  kaedah

minornya adalah ha3al dengan baik hadis yang diriwayatkan, mampu

>8 Seperti dinyatakan Subh}i al-Sha>lih% lihat Subh}i al-Sha>lih% /lu>m al-Hadi>th wa us}t}ala>h}uhu. $Beirut' ar al-J#lmi li al-5alayin, %, hlm. +.

>9

 JAa> al-'hat}i>b% /shul al-Hadi>s, /lu>muhu wa ust}ala>h}uhu$Beirut' )a>r al-5ikr, %, hlm. .

>

Page 16: Artikel Nila

8/16/2019 Artikel Nila

http://slidepdf.com/reader/full/artikel-nila 16/23

dengan baik menyampaikan hadis yang diha3alnya dari orang lain,

terhindar dari syu$u>$ dan J Illat .>

Adapun kaedah kesahihan matan, ulama berbeda pendapat. 5ustha3a al-

Siba’i misalnya, menyebut ada lima belas kriteria, yaitu

. ;ngkapannya tidak dangkal

*. (idak menyalahi orang yang luas pandangan pikirannya

. (idak menyimpang dari kaidah umum dan akhlak

>. (idak menyalahi perasaan dan pengamatan

8. (idak menyalahi cendekiawan dalam bidang kedokteran dan 3ilsa3at

9. (idak mengandung kekerdilan sebab syariah jauh dari si3at kerdil

. (idak bertentangan dengan akal sehubungan dengan pokok-pokok 

akidah termasuk si3at Allah dan !abi

. (idak bertentangan dengan  sunnatullah mengenai alam semesta dan

kehidupan manusia

. (idak mengandung si3at naK3

+. (idak menyalahi al-Qur’an dan sunnah yang jelas hukumnya dan ijma’

ulama serta ketetapan agama yang tidak perlu dita3sirkan lagi

. (idak bertentangan dengan sejarah yang telah diketahui umum

mengenai <aman !abi

*. (idak menyerupai ma#6hab ra>wi yang ingin benar sendiri

.(idak meriwayatkan suatu kejadian yang dapat disaksikan orang

 banyak padahal riwayat tersebut hanya diriwayatkan oleh seorang saja

>. (idak menguraikan riwayat yang isinya menonjolkan kepentingan

 pribadi

8. (idak mengandung uraian yang isinya membesar-besarkan pahala dari

 perbuatan yang minim dan tidak mengandung ancaman besar terhadap

 perbuatan dosa kecil.>

> ".5 Syuhudi #smail, )aedah )esahehan (anad Hadis........! hlm.-8

>

 Must}a$a> al-S}iba>’i>, al-Sunnah wa aka>natuh>a f! al-Tasyri>’ al-Isla>mi> $Beirut ' al-5aktab al-Isla>mi% 9%, hlm. *-**.

8

Page 17: Artikel Nila

8/16/2019 Artikel Nila

http://slidepdf.com/reader/full/artikel-nila 17/23

Sedangkan &usu3 al-Qardlawi merumuskan kriteria-kriteria yang menjadi

 patokan dalam menentukan kesahihan hadis dengan'

1. 5emahami sunnah sesuai petunjuk al-Qur’an 

2. 5enghimpun hadis-hadis yang terjalin dalam tema yang sama

3. Penggabungan atau pentar0ih}an  antara hadis-hadis $yang

tampaknya% bertentangan

4. 5emahami hadis dengan memepertimbangkan latar belakang situasi

dan kondisinya ketika diucapkan serta tujuannya

5. 5embedakan antara sarana yang berubah-ubah dan sasaran yang tetap

6. 5embedakan antara ungkapan yang bermakna sebenarnya dan yang

 bersi3at maja< dalam memahami hadis

7. 5embedakan antara alam ghaib dan alam kasat mata $% memastikan

makna dan konotasi kata-kata dalam hadis.> 

4embali kepada kriteria hadis sebagai sumber agama, para ulama telah

memposisikannya dalam posisi kedua setelah al-Qur’an seperti dalam kaitan

dengan hukum, #mam al-Hha<ali menyebutkan dalam karyanya al-ustas+a,

 bahwa yang menjadi sumber atau dalil hukum ada empat, yaitu

$% 4itab Allah

$*% Sunnah ?asul saw

$% #jma

$>% Akal dan Istishab.=>

4etika membahas hadis yang dapat dijadikan sebagai hujjah, al-Hha<ali

menggolongkannya pada hadis mutawatir dan ahad.8  "adis mutawatir adalah

hadis yang diriwayatkan oleh sejumlah perawi yang tidak mungkin sepakat untuk 

 berbohong dan mereka sepadan dari awal sanad hingga akhirnya serta jumlah

 perawi pada tiap-tiap tingkat tersebut tidak kurang.8*  "adis mutawatir terbagi

>  7usu$ al-Qard}a>*i, 4agaimana emahami Hadis #abi (aw. terj. 5uhammad al-BaIir $Bandung' 4arisma, %, hlm. *-.

8+ 1ihat Abu "amid 5uhammad ibn 5uhammad al-Hha<ali,  Al-ustasfa in ?Ilmi al-

9shul $BulaI-5esir' 5akatabah al-Amiriyyah, >* "%, 2u<. #, hlm.*.

8  Ibid.! 

8*

  Ibid.!1ihat pula Nu>ruddi>n 8Itr% anha0u al-Na1d f! ‘/lu>m al-H+adi>s, $amaskus' )a>r al-9kr, %, hlm. >+>. contoh hadis ini adalah LMNO RT UVW X 

9

Page 18: Artikel Nila

8/16/2019 Artikel Nila

http://slidepdf.com/reader/full/artikel-nila 18/23

menjadi dua, la$}i dan maknawi>. 5utawatir laf@i yaitu mutawatir la3a<nya

dalam satu la3a< yang sama. Sedangkan yang maknawi  adalah hadis yang

diriwayatkan secara mutawatir dengan la3a< yang bisa jadi berbeda tetapi dengan

makna yang sama.8

"adis 5utawatir, memiliki predikat qath’i. "al ini karena unsur-unsur 

yang menjadi persyaratan mutawatir mengasumsikan adanya kepastiannya,

kebenarannya.8> apat dilihat bahwa syarat-syarat mutawatir itu adalah'

. iriwayatkan oleh orang banyak

*. Periwayat yang banyak tersebut ada dalam masing-masing tabaqat 

atau tingkatan sanad.

. 2umlah yang banyak itu tidak memungkinkan untuk melakukan

kebohongan.

>. hadis tersebut merupakan pengetahuan inderawi (hissi%88

4arena dalam hadis mutawatir juga mengandung unsur-unsur dapat

diperolehnya pengetahuan pasti sebagaimana disebutkan, maka wajar jika predikat

yang dimiliki hadis mutawatir adalah "ath’i al-wurud.  5eskipun tentang

dalalahnya ada yang qath’i dan ada yang d@anni.

Sedangkan hadis ahad adalah hadis yang diriwayatkan oleh satu atau dua

 perawi atau lebih yang tidak memenuhi syarat-syarat masyhur atau mutawatir dan

tidak diperhitungkan lagi jumlah perawinya setelah itu.89 

Para ulama berbeda pendapat dalam menilainya. Sebagian ulama

menilainya sebagai d@anni  dan sebagian lain menilainya sebagai qath’i.  #mam

YZ[\L X ]MO^ L_`\Z 

8 JAa> al-'hat}i>b% /s,u>l al-H+adi>s,:., hlm. +.

8>  Ibid., hlm. 8. )eqat’ian hadis mutawatir ini dinyatakan pula oleh- ulama-ulama hadis.iantaranya oleh Ajjaj al-4hatib, bahwa hadis mutawatir adalah qath’i al-subut . 1ihat 8Aa> al-'hat}i>b, /s+u>l al-Hadi>s....% hlm" +03" Mahmud Thahhan% hadis mutawatir menghasilkan pengetahuan yang  daruri  % lihat Mahmu>d T;ah;h}a>n, Taisi>ruust}alah}i al-H+adi>s (Beirut' )a>r al-Qur’an al-'ari>m, % hlm.. Subhi alSalih mengatakan bahwa hadis mutawatir menimbulkan pengetahuan yang "ath’i al al-yaqin.1ihat Subhi al-Salih, 9lum al-Hadis..., hlm.8. #bnu (aimiyah menyatakan bahwa hadismutawatir dapat memberikan pengetahuan yang benar. (aIiyuddin #bnu (aimiyyah, Ilmu al-Hadis $Beirut' ar al-7ikr, %, hlm.>.

88 Mahmu>d T;ah;h}a>n, Taisi>ru...hlm. .

89  Ibid .,

Page 19: Artikel Nila

8/16/2019 Artikel Nila

http://slidepdf.com/reader/full/artikel-nila 19/23

Ahmad, sebagian golongan ma<hab ahiri serta #bnu "a<m menilai bahwa hadis

ahad dapat memberikan pengetahuan:qath’i  oleh karenanya wajib

mengamalkannya.8

ipaparkan oleh Subhi al-Salih, bahwa mayoritas ulama menilai jika suatu

khabar ahad itu  siqqah, dapat dipercaya, maka statusnya dapat dijadikan sebagai

hujjah.8 

5enurut al-Hha<ali, hadis ahad tidak menghasilkan pengetahuan yang

qath’i. (api menghasilkan keyakinan tentang kebenarannya. iterangkan al-

Hha<ali bahwa jika ada yang menganggap hadis ahad menghasilkan pengetahuan

 pasti $ yu2ibu al-ilm% kemungkinan yang diinginkan mereka adalah menghasilkan

 pengetahuan tentang kewajiban mengamalkannya $ yufidu al-ilm bi wu2ubi

al-?amal %. alam pandangan al-Hha<ali, meskipun berderajat d@an  hadis ahad

wajib diamalkan.8

"adis yang tidak diterima dan tidak dapat dijadikan hujjah adalah hadis

d}a’i>  $hadis yang tidak memenuhi syarat-syarat ma1bu>l, tidak memenuhi

syarat sahih%. alam kha<anah ilmu hadis, dikenal ada beberapa jenis pula, seperti

mud}a’a  $hadis yang tidak disepakati ke-d}ai$-annya, baik dari sanad maupun

matan% matru>k   $hadis yangg diriwayatkan oleh rawi yang dituduh dusta dan

hadis tersebut diketahui hanya dari riwayatnya% ! mathruh  $hadis yang lebih

rendah dari hadis d}a’i>   , lebih tingi dari maud}u>’   dan maud}u>’ 

$hadis palsu%.9+ 

Selain tentang kriteria sunnah yang dapat dijadikan sumber agama, supaya

lebih teliti dalam memposisikan dan memahami hadis, perlu diketahui pula bahwa

dari aspek kandungannya, ulama telah mengklasi3ikasikan sunnah pada beberapa

klasi3ikasi. Ada yang mengklasi3ikasikan sunnah pada yang berdimensi hukum

dan yang tidak berdimensi hukum. 5enurut &usu3 al-Qardlawi, yang pertama kali

mengklasi3ikasikan sunnah ke dalam yang berdimensi hukum secara uniDersal dan

8 Sebagaimana dipaparkan Ajjaj al-4hatib,G hlm. +*.

8 Subhi al-Salih, 9lum al-Hadis...! hlm. .

8 Al-Hha<ali, al-ustasfa....! hlm. >8

9+ Nurruddin 8Itr% anha0 al-Na1d 8.., hlm. *8-+.

Page 20: Artikel Nila

8/16/2019 Artikel Nila

http://slidepdf.com/reader/full/artikel-nila 20/23

yang tidak berdimensi hukum ini adalah 5ahmud Syaltut, akan tetapi substansi

kajian ini telah dibicarakan sebelumnya oleh Syeikh ?asyid ?idla dalam ta3sir al-

5anar.9

  #bnu Qutaibah $w. *9".% membagi sunnah pada tiga ketegori' $%

Sunnah yang dibawa oleh 2ibril dari Allah $*% Sunnah yang diperbolehkan Allah

untuk disunnahkan. &aitu, Allah memerintahkan !abi untuk menggunakan

 pendapatnya dalam suatu masalah dan dibolehkan memberi keringanan bagi orang

yang dikehendaki dengan sebab halangan yang ada. $% Sunnah yang berdimensi

 pengajaran saja. 2ika melakukannya akan mendapat keutamaan, jika tidak juga

tidak mendapatkan dosa.9*

Sedangkan )aliyullah ad-ahlawi mengklasi3ikasikan sunnah pada $%

Sunnah yang disabdakan sebagai risalah dan $*% Sunnah yang disabdakan bukan

dalam kapasitas !abi sebagai penyampai risalah

E. Penu"u

ari apa yang telah dipaparkan kiranya dapat disimpulkan bahwa dalam

#slam, hadis memiliki otoritas atau kehujjahan sebagai sumber ajaran agama.

Posisinya adalah the second position  setelah al-Qur’an. "al ini karena hadis

merupakan representasi !abi, seorang yang diberi otoritas (uhan dalam

mengajarkan agama-!ya kepada manusia. Serta 3ungsi beliau terhadap al-Qur’an.

Eleh karenanya apa yang beliau ajarkan dan sampaikan tentu menjadi sesuatu

yang penting, karena terkait dengan ajaran yang diberikan (uhan. Selain itu,

secara nas telah ada yang menyebutkan perintah untuk taat kepada Allah dan

?asulnya.

Adalah 3akta bahwa dalam sejarah telah muncul mereka yang tidak 

menerima hadis sebagai sumber agama serta mereka yang membela hadis sebagai

sumber agama. Berbagai argumen telah dimunculkan oleh mereka pengingkar 

sunnah. i antaranya bahwa dalam beragama cukup dengan al-Qur’an tidak 

9  &usu3 al-Qardlawi, (unnah +asul (umber Ilmu /engetahuan dan /eradaban, terj.Abdul "ayyie Al-4attanie dan Abduh ul3idar $2akarta' Hema #nsani Press, *+++%, hlm. >->>.

9*  Ibid G., hlm. >8->.

Page 21: Artikel Nila

8/16/2019 Artikel Nila

http://slidepdf.com/reader/full/artikel-nila 21/23

membutuhkan penjelasan yang lain, karena al-Qur’an telah memuat segala hal.

Argumen ini dibantah oleh pembela sunnah bahwa ada beberapa aturan penjelas

 penting yang lebih rinci yang itu tidak ada dalam al-Qur’an seperti kaifiyah salat.

i antara problematika hadis yang ada, seperti bahwa hadis itu bermacam-

macam tingkat kualitasnya, maka perlu diketahui dan diklasi3ikasikan hadis-hadis

mana saja yang dapat dijadikan sebagai sumber agama dan mana yang bukan.

alam hal ini, kriteria hadis yang dapat dijadikan sumber agama adalah

yang berderajat sahih. "adis yang sudah pasti kesahihannya adalah hadis

mutawatir sedangkan ahad, para ulama berbeda pendapat dalam menilainya. Ada

yang menilainya qath’i dan wajib diamalkan, ada yang menilainya d@anni  tapi

wajib diamalkan.

DA)TAR PUSTAKA

Ahmad, 4assim. Hadis (atu /enilaian (emula. Selangor' 5edia #ntelek, 9.

al-Hha<ali, Abu "amid 5uhammad ibn 5uhammad,  Al-ustasfa in ?Ilmi al-

9shul. BulaI-5esir' 5akatabah al-Amiriyyah, >* ".

*+

Page 22: Artikel Nila

8/16/2019 Artikel Nila

http://slidepdf.com/reader/full/artikel-nila 22/23

Ali, !i<ar.  emahami Hadis #abi etode dan /endekatan. &ogyakarta'

=6Sa, *++

al-'hat}i>b, 8Aa> % /s+u>l al-Hadi>s /lu>muhu wa

ust}ala>h}uhu . Beirut' )a>r al-5ikr, .

al-Qard}a>*i, &usu3.  4agaimana emahami Hadis #abi (aw.  terj.

5uhammad al-BaIir. Bandung' 4arisma, .

al-S}iba>’i>,  Must}a$a>"  al-Sunnah wa aka>natuh>a f! al-

Tasyri>’ al-Isla>mi> .Beirut ' al-5aktab al-Isla>mi% 9

al-Sha>lih% Subh}i"  /lu>m al-Hadi>th wa us}t}ala>h}uhu.

Beirut' ar al-J#lmi li al-5alayin, .

al-T;ah;h}a>n, Mahmu>d% Taisi>ru ust}alah}i al-

H+adi>s.Beirut' )a>r al-Qur’an al-'ari>m, .

A<ami, 5ustha3a. Dira>sa>t f> al-Hadi>s} al-Nabawi> waTa>ri>khu Tadwi>nihi. Beirut' Al- Maktab al-Isla>mi>, *.

6l 7adl, 4haled 5. Abou.  Atas #ama Tuhan 0ari ikih 1toriter ke ikih

1toritatif! terj. ?.=ecep 1ukman &asin . 2akarta ' Serambi, *++>.

"am, 5usahadi.  3volusi )onsep (unnah Implikasinya pada /engembangan

 Hukum Islam. Semarang' Aneka #lmu, *+++.

"idayat, 4omaruddin. emahami 4ahasa Agama (ebuah )a2ian Hermeneutik .

2akarta' Paramadina, 9.

#lyas, "amim dan Suryadi $ed.%, 'acana (tudi Hadis )ontemporer. &ogyakarta '

(iara )acana, *++*.

#smail, Syuhudi.  Hadis #abi yang Tekstual dan )ontekstual. 2akarta' Bulan

Bintang, >.

*

Page 23: Artikel Nila

8/16/2019 Artikel Nila

http://slidepdf.com/reader/full/artikel-nila 23/23

 .  )aedah )esahehan (anad Hadis Telaah )ritis dan Tin2auan

dengan /endekatan Ilmu (e2arah. 2akarta' Bulan Bintang, 8.

8Itr% Nu>ruddi>n% anha0u al-Na1d f! ‘/lu>m al-H+adi>s,.

amaskus' )a>r al-9kr, .

4adarusman, Agama! +elasi ,ender dan eminisme. &ogyakarta' 4reasi )acana,

*++8.

 !ajwah, !urun. /(elaah 4ritis (erhadap "adis-"adis 5isoginis@ ,  3sensia, Col.

>, 2uli *++.

?ahman, 7a<lur.  embuka /intu I2tuhad , terj. Anas 5ahyuddin Bandung'

Pustaka, >

Sahabuddin, /As-Sunnah di antara Pendukung dan Penolaknya@ Al-Insan ;urnal 

 )a2ian Islam! !o. *, Col. #, *++8.

(aimiyyah, (aIiyuddin #bnu. Ilmu al-Hadis. Beirut' ar al-7ikr, .

!iila 4hoiru Amaliya

 4onsentrasi Studi Qur’an "adis

 Prodi Agama dan 7ilsa3at

**