askep rpk upjf terbaru
TRANSCRIPT
BAB III
TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN
Tgl. Masuk : 11 Mei 2013
Jam : 11.00 WIB
No. RM : 4136
Tgl. Pengakjian : 11 Juni 2013
Ruangan : Wisma Indraprasta UPJF
Diagnosa medis : Gangguan Skizoafektif Tipe Manik (F.20.3)
Sumber data : Klien, Perawat & Buku Rekam Medis
I. IDENTITAS KLIEN
IDENTITAS PASIEN
PASIEN PENANGGUNGJAWAB PASIEN
NamaUmurAgamaPendidikanPerkerjaanStatus PernikahanAlamat
: Nn. S: 27 tahun: Islam: SLTA: Tidak Bekerja
: Belum menikah: Desa Growong Tempuan, Magelang
NamaUmurAgamaPendidikanPerkerjaanStatus PernikahanAlamat
Hub. dg klien
: Tn. J: 42 tahun: Islam: SMA: Swasta
: Sudah menikah: Desa Growong Tempuan, Magelang: Paman pasien
II. ALASAN MASUK
Klien dibawa ke RSJ oleh paman dan adiknya karena marah-marah kepada
adiknya yang merusak barang-barang miliknya
III. FAKTOR PREDISPOSISI
1. Riwayat gangguan jiwa, pengobatan dan aniayafisik/seksual
a. Klien mengatakan sebelumnya klien memang pernah mengalami
gangguan jiwa dimasa lalu dan mengatakan sudah pernah dirawat di
RSJ Prof Dr. Soerojo Magelang sudah + 15 kali sejak tahun 2005,
namun pengobatan sebelumnya kurang berhasil karena jarang
kontrol dan minum obat yang tidak teratur (malas) sehingga klien di
rawat lagi di RSJ.
b. Klien mengatakan pernah mengalami aniaya fisik yaitu dicekik
lehernya oleh adik kandungnya dan klien membalas menampar
wajah adiknya yang pada waktu itu selalu selalu merebut barang-
barang milik klien dan merusakkanya
c. Klien mengatakan kalau dirinya mudah tersinggung, apalag jika ada
orang yang mengganggu dirinya langsung marah-marah.
Masalah Keperawatan : Resiko Perilaku Kekerasan
d. Klien mengatakan semenjak pulang dari RSJ dulu di rumah
dikucilkan oleh adiknya tidak boleh keluar rumah diam saja di
rumah, karena adiknya malu kalau kakaknya gangguan jiwa. Klien
mengatakan merasa sedih dan akibatnya selalu murung berdiam diri
Masalah Keperawatan : Harga Diri Rendah
2. Riwayat anggota keluarga gangguan jiwa
a. Klien mengatakan di dalam keluarganya ada yang mengalami
gangguan jiwa yaitu ayah kandung klien yang dahulu sering tertawa
dan bicara sendiri, namun ayah klien tersebut tidak mau di rawat di
RSJ.
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah
3. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan
a. Klien mengatakan merasa sedih karena dikucilkan oleh keluarga dan
tetangga serta harus berdiam diri terus di rumah, klien merasa tidak
berguna.
Masalah Keperawatan : Harga Diri Rendah
IV. FAKTOR PRESIPITASI
Klien mengatakan sedih dan kecewa karena pernah dijanjikan mau bekerja
di Batam oleh tetangganya tetapi tidak jadi.
V. PEMERIKSAAN FISIK
1. Tanda Vital :
a. Tanggal 11 Juni 2013
TD : 120/70 mmHg, N : 82x/menit, S : 360C, N: 22x/menit
b. Tanggal 12 Juni 2013
TD : 110/70 mmHg, N : 80x/menit, S : 37,20C, N: 20x/menit
c. Tanggal 13 Juni 2013
TD : 110/60 mmHg, N : 60x/menit, S : 370C, N: 22x/menit
2. Ukur :
TB : 160cm BB : 50 kg
3. Keluhan fisik
Klien mengatakan tidak ada keluhan fisik yg dirasakan/dialami pasien
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
VI. PSIKOSOSIAL
1. Genogram
Keterangan :
: Laki-laki : Tinggal serumah
: Perempuan : Meninggal dunia
: Pasien : Hub. Pernikahan
: Cerai : Hub. Keturunan
Penjelasan : Klien merupakan anak pertama dari dua bersaudara, tinggal
serumah bersama adik, ibu paman dan neneknya.
a. Pola Asuh
Klien di asuh oleh kedua orang tuanya yang hidup sederhana
berkecukupan, tetapi setelah orang tua bercerai sejak klien usia 9
tahun, klien diasuh oleh ibunya. Ibu klien seorang buruh, klien
mempunyai 1 saudara, yaitu 1 saudara laki-laki.
b. Komunikasi
Hubungan/komunikasi klien di dalam keluarga kurang karena
banyak berdiam diri.
c. Pengambilan Keputusan
Didalam keluarga klien pengambilan keputusan di pegang oleh ayah
yang sebelumnya dimusyawarahkan terlebih dahulu, tapi semenjak
ayah dan ibu bercerai, pengambilan keputusan diambil oleh ibu dan
paman klien. Klien tidak di ikut sertakan dalam pengambilan
keputusan, klien merasa di jauhi.
d. Persepsi Peran dalam Keluarga
Klien berperan sebagai seorang anak perempuan yang selalu
membantu ibunya dirumah.
e. Persepsi Kemampuan Keluarga : tidak terkaji karna belum bertemu
dengan keluarga klien.
Masalah Keperawatan : Resiko Perilaku Kekerasan
2. Konsep Diri
a. Citra Tubuh
Klien mengatakan merasa bangga dan bersyukur memiliki anggota
tubuh yang lengkap/utuh. Klien bersyukur dilahirkan cantik seperti
ibunya.
b. Identittas
Klien mengatakan berusia 27 tahun dan belum menikah. Klien anak
pertama dari dua bersaudara, klien mengatakan dirinya pernah
sekolah sampai tingkat SLTA dan pernah bekerja di Jakarta sebagai
pengasuh anak. Klien juga mengatakan pernah menjadi ketua
pengajian di daerahnya sekitar tahun 2003 yang lalu dan bangga
karenanya.
c. Peran Diri
Klien mengatakan perannya di keluarga sebagai seorang anak yang
membantu segala kebutuhan yang ada dalam keluarga, sering
membantu ibunya membereskan rumah seperti menyapu, menyuci,
dan bekerja di kebun. Selama bekerja di Jakarta klien senang
mengirim uang ke rumah untuk membantu kebutuhan keluarga.
Setelah di RSJ klien berperan sebagai pasien yang menjalani
program pengobatan dan perawatan.
d. Ideal Diri
Klien berharap cepat pulang, bisa kembali seperti dulu lagi dapat
bersosialisasi, diterima oleh lingkungan baik keluarga maupun
tetangga/masyarakat.
Klien mengatakan ingin menikah & membentuk keluarga yang
bahagia.
e. Harga Diri
Klien mengatakan perannya sekarang kurang dihargai dalam
keluarga & masyarakat, oleh karenannya merasa malu dan risih
karena tetangga selalu memicarakan dirinnya gangguan jiwa.
Klien mengetakan terkadang langsung marah-marah, mudah emosi
dan merusak barang-barang yang ada dirumah karena hal tersebut.
Masalah Keperawatan : Resiko Periaku Kekerasan & Harga
Diri Rendah
3. Hubungan Sosial
a. Orang Yang Berarti
Klien mengatakan orang yang paling berarti dalam hidupnya adalah
ibunya, karena ibunya selalu mendengarkan keluh-kesahnya dan
tempat curhatnya.
b. Peran Serta Dalam Kegiatan Kelompok atau Masyarakat
Klien mengatakan pernah ikut dalam kegiatan baksos 17 Agustus
2003 di desanya serta pernah menjadi anggota dan ketua pengajian
kelompok pengajian di desanya.
Klien mengatakan sering mengikuti kegiatan-kegiatan yang ada di
RSJ dan aktif mengikutinya, seperti lomba menyanyi saat HUTRI 17
Agustus 2012.
c. Hambatan Dalam Berhubungan Dengan Orang Lain
Klien mengatakan dahulu klien tidak ada hmabatan apapun untuk
berinteraksi dengan masyarakat, tetapi semenjak sakit klien merasa
dijauhi sehingga membutnya enggan untuk berinteraksi dengan
tetangga/masyarakat
Klien mengatakan sekarang sudah mulai mau berinteraksi lagi
dengan orang lain. Di RS klien selalu berhubungan baik dengan
pasien lain maupun perawat.
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah
4. Spiritual
a. Nilai & Keyakinan
Klien mengatakan keadaanya seperti ini mungkin sudah ditakdirkan
oleh Allah SWT dan yakin suatu hari nanti Allah akan
menyembuhkan sakitnya.
b. Kegiatan Ibadah
Klien mengatakan sebelum sakit sering beribadah, sholat dan
berdo’a, dan selama sakit klien mencoba untuk tetap beribadah,
sholat dan berdo’a untuk kesembuhannya. Biasanya klien sholat
disamping tempat tidurnya di bangsal.
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah
VII. STATUS MENTAL
1. Penampilan
Klien berpenampilan rapih, sesuai dengan seragam yang di gunakan di
RSJ, berpenampilan sesuai dengan jenis kelaminnya, memakai jilbab,
cara berpakaian seperti biasanyabaju dikancingkan dan ganti setiap hari
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah
2. Pembicaraan
Pembicaraan klien dengan suara sedikit keras dan cepat. Klien mampu
memulai pembicaraan dan memperhatikan lawan bicaranya
Klien tampak tegang saat bercerita, & pembicaraan kasar kasar jika
menceritakan amarahnya.
Masalah Keperawatan : RPK
3. Aktivitas motorik
Aktivitas motorik klien tegang ketika diajak berinteraksi atau ada yang
menyingung perasaannya.
Klien tampak banyak tidur
MasalahKeperawatan : RPK
4. Alam perasaan
Klien mengatakan selalu diancam jika tidak nurut dengan adiknya.
Klien mengatakan takut jika adiknya berbuat kasar lagi dan mencekik
lehernyaseperti dulu dan jika mengingat hal itu emosinya naik dan ingin
marah-marah.
Klien tampak ketakutan
Masalah Keperawatan : Resiko Perilaku Kekerasan
5. Afek
Afek klien labil, karena emosi klien cepat berubah-rubah. Klien tampak
marah tiba-tiba karena merasa ketenangannya terganggu oleh orang lain
(perawat atau pasien di sampingnya).
Masalah Keperawatan : Resiko Perilaku Kekerasan
6. Interaksi dan wawancara
Saat di ajak interaksi klien menerima kehadiran perawat, klien mudah
tersinggung dan defensif berusaha selalu mempertahankan pendapatnya
terhadap orang lain.
Kontak mata kurang (terkadang tiba-tiba menunduk).
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah
7. Persepsi
Klien mengatakan dulu pernah mendengar sesuatu seperti bisikan yang
menyuruhnya untuk memberontak dan marah-marah karena perlakuan
orang lain yang kasar terhadapnya dan mengucilkannya.
Saat pengkajian tidak ditemukan adanya halusinasi pada klien.
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah
8. Proses Pikir
Proses pikir klien tampak perseverasi terhadap ketidaknyamanan/
ketidakadilan yang diterimanya.
Contoh : Klien mengatakan dirinya tidak salah, tetapi keluarga dan
masyarakatlah yang salah sehingga membuatnya sakit seperti sekarang
ini.
Masalah Keperawatan : -
9. Isi Pikir
Isi pikir klien baik, tidak ada obsesi, fobia ataupun depersonalisasi. Juga
klien tidak ada waham apapun dalam dirinya.
Masalah Keperawatan : -
10. Tingkat Kesadaran
Saat berkomunikasi keadaan sadar penuh, tampak tidak bingung, tidak
ada sedasi ataupu stupor. Klien mempu berorientasi dengan baik tentang
waktu, tempat dan orang, ditandai klien dapat menyebutkan hari ini
adalah hari selasa dan klien mengetahui bahwa ia sedang berada di
rumah sakit jiwa dan klien juga mampu menyebutkan nama-nama
perawat yang sudah berinteraksi dengannya.
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah
11. Memori
Memori klien tidak ada gangguan, baik daya ingat jangka panjang,
pendek maupun saat ini.
Jangka panjang : klien mengatakan satu tahun yang lalu pernah masuk
RSJ ini.
Jangka pendek : Klien mengatakan seminggu yang lalu pernah diberi
uang oleh salah seorang perawat.
Saat ini : Klien mengatakan barusaja selesai bantu-bantu cuci piring,
menyapu dan mengepel lantai.
Masalah Keperawatan : -
12. Tingkat Konsentrasi dan Berhitung
Pada saat interaksi tingkat konsentrasi klien baik hal ini ditunjukan
ketika klien diajak komunikasi perhatian klien tidak mudah beralih, dan
pada saat berhitung klien bisa menjawab hal ini ditunjukan ketika klien
di tanya jumlah obat yang diminumnya atau benda-benda yang
ditunjukkan perawat.
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah
13. Kemampuan Penilaian
Kemampuan penilaian klien tidak ada gangguan. Klien mampu
mengambil keputusan sederhana yaitu ketika diberi pilihan dan
penjelasan antara mandi pagi dengan makan, klien lebih memilih mandi
dahulu kemudian makan, juga lebih memilih beraktivitas dibandingkan
melamun sendirian.
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah
14. Daya tilik diri
Klien sadar bahwa dirinya mengalami gangguan jiwa, tetapi klien
menyalahkan keluarganya yang membawanya ke RSJ, kenapa setiap
klien marah dibawa ke RSJ. Klien mengatakan kecewa dengan
keputusan adik dan pamannya.
Masalah Keperawatan : Resiko Perilaku Kekerasan
VIII. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG
1. Perawatan diri
a. Makan
Klien bisa makan sendiri, klien makan dengan rapih, dan makan
selalu habis
b. BAB dan BAK
Klien bisa pergi sendiri ke toilet saat ingin BAB dan BAK
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah
c. Mandi
Klien mengatakan kebiasaab mandi sama antara sebelum dan delama
di RSJ, klien mandi 2 kali sehari di pagi dan sore hari.
d. Berpakaian dan berhias
Klien menggunakan baju/seragam sesuai dengan tempat
pemakaiaan, sesuai dengan jenis kelamin, rapih dan bersih (pakai
kerudung dan kadang berhias)
2. Tidur
Klien mengatakan kalau dirinya selalu tidur nyenyak, biasanya klien
tidur selama 8 jam mulai pukul 21.00 s.d 05.00, klien juga sering tidur
siang + 2 jam mulai pukul 13.00 s.d 15.00 WIB. Aktivitas sebelum
tidur diisi dengan bernyanyi atau mengobrol dengan teman didekatnya.
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah
3. Penggunaan Obat
Klien dapat meminum obatnya sendiri, namun butuh pengawasan dari
perawat untuk jadwal dan cara minum obat.
4. Pemeliharaan Kesehatan
Perawatan lanjutan : Klien mengatakan ingin cepat pulang dan rawat
jalan saja dengan kontrol rutin
Perawatan pendukung : Perawatan penduung keluarga belum terkaji
karena belum bertemu keluarga.
5. Kegiatan di dalam rumah
Jika di rumah, klien biasanya menyiapkan makanan, bersih-bersih
merapikan rumah, mencuci pakaian dapat dilakukan sendiri oleh klien,
begitu juga di RSJ.
6. Aktivitas di luar rumah
Jika diluar rumah klien biasanya belanja keperluan sehari-hari di pasar
dengan jalan kaki dan membantu ibu di kebun.
Masalah keperawatan : tidak ada masalah
IX. MEKANISME KOPING
Klien mengatakan setiap ada masalah ia lebih suka memendam perasaannya
dan menyendiri tidak mau bercerita/asertif kepada orang lain (menghindar)
karena merasa tidak mampu untuk menyelesaikan masalah.
Klien mengatakan jika ada masalah juga terkadang merusak barang
disekitarnya, ia pernah memecahkan kaca jendela sekolah dekat rumahnya
dan teriak-teriak.
Masalah Keperawatan : Resiko Perilaku Kekerasan & Harga Diri
Rendah
X. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN
1. Masalah dengan dukungan kelompok
Keluarga terkadang mengucilkan klien, kurang motivasi & perhatian
2. Masalah berhubungan dengan lingkungan
Klien mengatakan kalau berhubungan dengan lingkungannya merasa
malu dan risih karena tetangganya selalu membicarakannya bahwa klien
sakit jiwa
3. Masalah dengan pendidikan
Pendidikan terakhir klien hanya SLTA, karena keterbatasan biaya orang
tua untuk menyekolahkannya ke tingkat perguruan tinggi.
4. Masalah dengan pekerjaan
Klien pernah bekerja di Jakarta sebagai pengasuh anak sekitar tahun
2004, tapi setelah itu tidak bekerja lagi
5. Masalah dengan perumahan
Klien mengatakan tidak ada masalah dengan perumahannya, rumahnya
masih ikut orang tua dan tidak mengontrak.
6. Masalah ekonomi
Setelah pulang dari Jakarta, klien tidak bekerja lagi & kondisi
keuangan/ekonomi bergantung kepada orang tuanya.
7. Masalah dengan pelayanan kesehatan
Klien mengatakan tidak ada masalah dengan pelayanan kesehatan yang
diterimanya.
Masalah Keperawatan : Harga Diri Rendah
XI. PENGETAHUAN KURANG TENTANG
Klien kurang mengetahui tentang pencetus yang menyebabkan dirinya
kembali dirawat di RSJ sekarang ini atau yang menyebabkan klien
berpreilaku kekerasan, klien kurang mengerti mekanisme koping jika
sedang mengalami masalah, klien juga tidak mengetahui siapa yang
memberinya support untuk memotivasinya lebih baik, klien juga kurang
mengetahui tentang fungsi obat yang klien minum.
Masalah Keperawatan : -
XII. ASPEK MEDIK
Diagnosa Medik : Gangguan Skizoafektif tipe Manik (F.20.3)
Terapi Medik :
Nama Obat Dosis Keterangan
Resperidon (RPD) 2 x 2 mg Pagi, malam
Trihexyphedydin (THD)
3 x 2 mg Pagi, malam
XIII. POHON MASALAH
Core Problem
Cause
XIV. ANALISA DATA
NoHr/Tgl/
JamData Masalah
1 Selasa,11-6-201308.00 WIB
Data Subjektif :
Klien mengatakan kalau dirinya mudah
tersinggung, apalag jika ada orang yang
mengganggu dirinya langsung marah-marah.
Klien mengetakan terkadang langsung marah-
marah, mudah emosi dan merusak barang-
Resiko Perilaku
Kekerasan
Resko Perilaku Kekerasan
Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah
Koping individu inefektif
barang yang ada dirumah karena perannya
kurang dihargai di keluarga & masyarakat
serat tetangganya yg selalu membicarakannya
gangguan jiwa
Klien mengatakan jika ada masalah juga
terkadang merusak barang disekitarnya, ia
pernah memecahkan kaca jendela sekolah
dekat rumahnya dan teriak-teriak.
Data Objektif :
Klien tegang ketika diajak berinteraksi atau
ada yang menyingung perasaannya.
Pembicaraan klien dengan suara sedikit keras
dan cepat. Klien tampak tegang saat bercerita,
& pembicaraan kasar kasar jika menceritakan
amarahnya.
2 Data Subjektif :
Klien mengatakan sedih dan kecewa karena
pernah dijanjikan mau bekerja di Batam oleh
tetangganya tetapi tidak jadi.
Klien mengatakan semenjak pulang dari RSJ
dulu di rumah dikucilkan oleh adiknya tidak
boleh keluar rumah diam saja di rumah,
karena adiknya malu kalau kakaknya
gangguan jiwa. Klien mengatakan merasa
sedih dan akibatnya selalu murung berdiam
diri
Klien merasa tidak berguna.
Klien mengatakan perannya sekarang kurang
dihargai dalam keluarga & masyarakat
Gangguan
Konsep Diri :
Harga Diri
Rendah
Data Objektif :
Kontak mata kurang (terkadang tiba-tiba
menunduk).
Saat berinteraksi klein kooperatif, verbal
koheren
3 Data Subjektif :
Klien mengatakan setiap ada masalah ia
lebih suka memendam perasaannya dan
menyendiri tidak mau bercerita/asertif
kepada orang lain (menghindar) karena
merasa tidak mampu untuk menyelesaikan
masalah.
Data Objektif :
Klien tampak banyak tidur
Tampak sedih
Koping individu
inefektif
XV. DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN
1. Resiko Perilaku Kekerasan
2. Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah
3. Koping Individu Inefektif
XVI. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
Diagnosa
Keperawatan
PerencanaanIntervensi Rasional
Tujuan Kriteria Evaluasi
Resiko
Perilaku
Kekerasan
TUM :
Klien dapat
mengontrol atau
mengendalikan
perilaku kekerasan.
TUK :
1. Klein dapat
membina
hubungan saling
percaya
1. Setelah 3 x pertemuan,
kilen menunjukan tanda–
tanda percaya kepada
perawat :
a. Wajah cerah
tersenyum
b. Ada kontak mata
c. Mau berkenalan
1. Bina hubungan saling percaya
dengan mengunakan prinsif
komunikasi teraupetik:
a. Beri salam setiap interaksi
b. Perkenalkan nama, nama
panggilan dan tujuan perawat
berinteraksi
c. Tanya nama lengkap nama
1. Kepercayaan dari klien
merupakan hal yang
mutlak serta hal yang
memudahkan dalam
melakukan pendekatan
dan tindakan
keperawatan kepada
klien.
d. Bersedia
menceritakan
perasaan
panggilan di sukai klien
d. Buat kontrak yang jelas
e. Degarkan dengan penuh
perhatian
2. Klien dapat
mengenal
penyebab
perilaku
kekerasan yang
di lakukannya
2. Setelah 3x pertemuan,
klien menceritakan
penyebab perilaku
kekerasaan yang di
lakukannya:
a. Menceritakan
penyebab perasaan
jengkel/ marah baik
dari diri sendiri
maupun
lingkungannya
2. Bantu klien mengungkapkan
perasaan marah
a. Motivasi klien untuk
menceritakan penyebab rasa
jengkel / kesal nya
b. Dengarkan tanpa menyela
atau memberi penilaian
sesaan setiap ungkapan
perasaan klien
2. Menentukan mekanisme
koping yang di miliki
dalam menghdapi
masalah serta sebagai
langkah awal dalam
menyusun strategi
berikutnya
3. Klien dapat
mengidentifikasi
tanda – tanda
perilaku
3. Setelah 3x pertemuan,
klien menceritakan tanda-
tanda saat terjadi perilaku
kekerasan:
3. Bantu klien mengungkapkan
tanda – tanda perilaku
kekerasaan yang dialaminya:
a. Motivasi klien untuk
3. Deteksi dini sehingga
dapat mencegah
tindakan yang dapat
membahayakan klien
kekerasan a. Tanda fisik: mata
merah, tangan
mengepal, ekspresi
tegang, dan lain- lain
b. Tanda emosional :
Perasaan marah,
jengkel, dan bicara
kasar
c. Tanda sosial :
Bermusuhan yang
dialami saat terjadi
perilaku kekerasan
menceritakan kondisi fisik
saat perilaku kekerasaan
terjadi
b. Motivasi klien menceritakan
kondisi emosional saat terjadi
perilaku kekerasaan
c. Motivasi klien
menceritakakan hubungan
dengan orang lain saat terjadi
perilaku kekerasaan
dan lingkungan sekitar
4. Klien dapat
mengidentifikasi
perilaku
kekerasaan yang
pernah di
lakukan
4. Setelah 3x pertemuan,
klien menjelaskan:
a. Jenis – jenis eskpresi
kemarahan yang
selama ini dilakukan
b. Perasan saat
melakukan kekerasaan
4. Diskusikan dengan klien perilaku
kekerasaan yang dilakukan
selama ini:
a. Motivasi klien untuk
menceritakan jenis-jenis
masalah yang pernah di
lakukan selama ini
4. Melihat mekanisme
koping klien dalam
menyelesaikan masalah
yang di hadapi
c. Evektifitas cara yang
di pakai dalam
menyelesaikan
masalah
b. Diskusikan denngan pasien
apakah dengan tindakan
tersebut masalah akan
terselesaikan
5. Klien dapat
mengidentifikasi
akibat perilaku
kekerasaan
5. Setelah 3x pertemuan,
klien menjelaskan akibat
tindakannya di bagi:
a. Diri sendiri
b. Orang lain
c. Lingkungan
5. Diskusi dengan klien akibat
negative yang di lakukan kepada
klien:
a. Diri sendiri
b. Orang lain
c. lingkungan
5. Membantu klien melihat
dampak yang di
timbulkan akibat
perilaku kekerasaan
yang dilakukan klien
6. Klien dapat
mengidentifikasi
cara kontruksi
dalam
mengungkapkan
kemarahan
6. Setelah 3x pertemuan,
klien:
a. Menjelaskan cara
yang sehat
mengungkapkan
marah
6. Diskusikan dengan klien :
a. Apakah klien mau
mempelajari cara baru untuk
mengungkapkan marah yang
sehat
b. Jelaskan berbagai alternatf
pilihan untuk
mengungkapkan marah selain
perilaku keerasan yang
6. Menurunkan perilaku
detruktif yang akan
mencederai klien dan
lingkungan sekitar
dilakukan klien
c. Jelaskan cara – cara tersebut
untuk mengugkapkan marah
- Cara fisik : nafas dalam,
pukul batal, atau olahrga
- Cara verbal:
Mengungkapkan kepada
orang lain dirinya lagi kesal
- Cara social:
Latihan asertif dengan
oranglain
- Cara spritural:
Shalat, berdoa, zikir, meditasi
dan lain – lain.
7. Klien dapat
mendemotrasika
n cara megontrol
perilaku
kekerasaan
7. Setelah 3x pertemuan,
klien memperagakan cara
mengontrol perilaku
kekerasan:
a. Fisik:
7.1 Diskusikan cara yang akan di
pilih dan anjurkan klien memilih
cara yang memungkinkan untuk
mengungkapkan kemarahan
7.2 Latih klien memperagakan cara
7.1 Meningkat kan
kepercayaan diri klien,
serta asertifitas klien
saat marah/ jengkel
7.2 Meningkatkan
tarik nafas dalam –
dalam memukul batal/
kasur
b. Verbal:
menugkapkan
perasaan kesal /
jengkel tanpa kepada
orang lain tanpa
menyakiti
c. Spritural: berdoa
sesuai agama
yang di pilih:
a. Peragakan cara yang di pilih
b. Jelaskan manfaat cara
tersebut
c. Anjurkan klien menirukan
peraaga yang sudah di
lakukan
d. Beri penguatan kepada klien,
perbaiki cara yang masih
belum sempurna
asertifitas klien dalam
menghadapi marah
8. Klien dapat
dukungan dari
keluarga untuk
mengontrol
perilaku
kekerasaan
8. Setelah 3 x pertemuan,
keluarga:
a. Menjelaskan cara
merawat klien dengan
perilaku kekerasaan
b. Mengungkapkan
perasaan puas dalam
merawat klien
8.1 Diskusikan pentingnya peran dan
dukungan keluarga sebagi
pendukung klien untuk
mengatasi perilaku kekerasaan
8.2 Diskusikan potensi keluarga
untuk membantu klien mengatasi
perilaku kekerasan
8.3 Jelaskan pengertian, penyebab,
8.1 Keluarga merupakan
sistem pendukung klien
akibat dan cara merawat klien
perilaku kekerasan yang dapat
dilakukan oleh keluarga
8.4 Peragakan cara merawat klien
8.5 Beri kesempatan keluarga untuk
memperagakan ulang
8.6 Beri pujian kepada keluarga
setelah peragan
8.7 Tanyakan perasaan keluarga
setelah mencoba cara yang di
latih
9. Klien
menggunakan
obat sesuai
program yang
telah ditetapkam
9.1 Setelah 3x pertemuan,
klien menjelaskan
a. Manfaat minum obat
b. Kerugian tidakminum
obat
c. Nama obat
d. Bentuk dan warna
obat
9.1 Jelaskan kepada klien :
a. Manfaat minum obat
b. Kerugian tidak minum obat
c. Nama obat
d. Bentuk dan warna obat
e. Dosis yang di berikan
f. Waktu pemakaian
g. Cara pemakaian
9.1 Mengsukseskan
program pengobatan
klien
e. Dosis yang diberikan
f. Waktu pemakaian
g. Cara pemakaian
h. Efek yang dirasakan
9.2 Setelah 3 x pertemuan,
klien menggunakkam
obat sesuai program
h. Efek yang di rasakan
9.2 Anjurkan klien
a. Meminta dan menggunakan
obat tepat pada waktu
b. Melaporakan pada perawat /
dokter jika mengalami efek
yang tidak biasa
c. Beri pujian terhadap
kedisiplinan klien.
9.2 Mengsukseskan
program pengobatan
klien
XVII. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
No Hr/Tgl/JamDiagnosa
KeperawatanSP Implementasi Evaluasi
1. Rabu, 12-6-13
08.00
Resiko Perilaku
Kekerasan
SP1 P Membantu klien mengenal
perilaku kekerasan
- Mengidentifikasi
penyebab PK
- Mengidentifikasi
tanda dan gejala PK
- Mengidentifikasi PK
dan akibat yang telah
dilakukan
- Mengajarkan dan
melatih cara kontrol
PK fisik 1 dengan
nafas dalam
- Membimbing klien
memasukkan dalam
Rabu, 12-6-2013
08.30 WIB
S:
- Klien mengatakan penyebab PKnya karena dianiaya
oleh adiknya, dikucilkan keluarga, dan kecewa karena
tidak jadi kerja di Batam
- Klien mengatakan tanda dan gejala PKnya yaitu
memukul/menampar adiknya, meusak barang-barang
dirumah
- Tegang dan bicara dengan suara keras serta mengatakan
akibatnya dijauhi orang.
- Klien mengatakan terima kasih sudah diajari cara
mengontrol PK dengan cara nafas dalam
O:
- Klien tampak memperhatikan
kegiatan harian - Kontak mata fokus ke perawat
- Klien dapat memperagakan cara kontrol PK dengan
nafas dalam
A:
- Tujuan mengenal PK tercapai
- Klien dapat mengidentifikasi penyebab, tanda gejala
dan akibat PK
- Klien dapat memperagakan cara kontrol PK fisik 1
nafas dalam
P:
Pertahankan SP 1
Perawat: lanjutkan ke SP 2
Klien: pertahankan SP 1 cara kontrol fisik PK 1
dengan nafas dalam
2. Rabu, 12-6-13
10.00 WIB
Resiko Perilaku
Kekerasan
SP2 P Melatih cara kontrol fisik 2
dengan konversi energi:
- Memvalidasi data masalah
dan latihan sebelumnya
Rabu, 12-6-13 10.30 WIB
S:
Klien mengatakan masih ingat penyebab dan tanda gejala
PK, juga cara mengontrolnya dengan nafas dalam
(SP 1)
- Melatih klien cara kontrol
fisik 2 PK dengan
memukul bantal dan kasur
- Membimbing klien
memasukkan dalam
jadwal kegiatan harian
O:
- Klien tampak memperhatikan contoh yang diberikan
perawat
- Klien tampak menirukan dan memperagakan cara
kontrol PK dengan memukul bantal dan kasur
A:
Tujuan cara mengontrol fisik 2 dengan konversi energy
tercapai
- Klien dapat memperagakan cara kontrol PK dengan
pukul bantal dan kasurn seperti yang diajarkan
perawat
P:
Perawat: pertahan kan SP 2 dan lanjutkan ke SP 3
Klien: berlatih cara mengontrol PK dengan memukul
bantal dan kasur serta memasukkan kedalam jadwal
kegiatan harian.
3. Kamis, 13-6-13
10.00 WIB
Resiko Perilaku
Kekerasan
SP3 P Melatih cara kontrol PK
secara herbal
Kamis, 13-6-13 10.20 WIB
S:
- Mamvalidasi kegiatan
yang lalu ( SP 1 dan SP 2)
- Melatih klien kontrol PK
dengan menolak dan
mengungkapkan marah
secara baik
- Membimbing klien
memasukkan dalam
jadwal kegiatan harian
Klien mengatakan masih ingat cara kontrol PK dengan cara
fisik yaitu: tarik nafas dalam dan pukul bantal/kasur
O:
- Klien tampak memperhatikan apa yang diajarkan
perawat
- Kontak mata memandang perawat
- Klien berlatih memperagakan saat marah dan belajar
car;a mengungkapkan marahnya kepada perawat
A:
Tujuan cara kontrol PK secara verbal dengan
mengungkapkan marah secara baik tercapai
- Klien dapat memperagakan cara kontrol marah dengan
mengungkapkan marah dan menolaknya
P:
Perawat: pertahankan SP 3 dan lanjutkan ke SP 4
Klien: berlatih cara mengontrol PK denga menolak dan
mengungkapkan marah serta membimbing klien
memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
4. Kamis, 13-6-13 Resiko perilaku SP 4 Melatih cara mengontrol PK Kamis, 13-6-13, Jam 13.45 WIB
13.15 WIB kekerasan P secara spiritual
- Memvalidasi kegiatan
lalu (SP 1, 2 dan 3)
- Melatih klien cara
kontrol PK secara
spiritual dengan berdo’a,
sholat dan beristigfar
- Membimbing klien
memasukkan dalam
jadwal kegiatan harian
S:
- Klien mengatakan masih ingat cara mengontrol PK,
jika fisik dengan nafas dalam dan memukul
bantal/kasur, dan verbal dengan cara mengungkapkan
marah
- Klien mengatakan terima kasih atas ilmu yang
diberikan dengan menyarankan untuk sholat
- Klien mengatakan selalu sholat, terkadang juga sholat
dhuha
O:
- Klien tampak sedikit bersemangat
- Klien kooperatif
- Klien dapat mengungkapkan istigfar dan mau
diajurkan sholat
A:
Tujuan melatih cara mengontrol PK secara spiritual
tercapai
- Klien dapat mengucapkan istigfar dan mau diajak
sholat
Perawat: pertahankan SP 4 dan lanjutkan SP 5
Klien: berlatih cara mengontrol PK secara spiritual dan
membimbing klien memasukkan dalam jadwal kegiatan
harian
5. Jum’at 14-6-13
08.20 WIB
Resiko perilaku
kekerasan
SP5 P Menjelaskan cara mengotrol
PK dengan minum obat
- Memvalidasi kegiatan
yang lalu (SP 1, 2, 3 dan
4)
- Melatih klien cara
mengontrol PK dengan
meminum obat, yaitu:
Mengajari 5 prinsip
minum obat
Mengajari jenis-jenis
obat jiwa
Menjelaskan manfaat
dan contoh obat
Jum’at 14-6-13, Jam 08.40 WIB
S:
Klien mengatakan masih ingat cara mengontrol PK yaitu:
ada fisik, verbal dan spiritual (sholat dan beristigfar) tetapi
berlum mebgerti 5 prinsip minum obat dan jenisnya
O:
- Klien tampak bingung, sulit mengerti
- Kontak mata kepada perawat
A:
Tujuan menjelaskan cara mengontrol PK dengan minum
obat belum tercapai
- Klien tampak bingung, sulit mengerti 5 prinsip
minum obat dan jenisnya
P:
Perawat: ulangi SP 5
Klien: belajar lagi caar mengontrol PK dengan minum obat
6. Jum’at 13-6-13
13.00 WIB
Resiko perilaku
kekerasan
SP5 P Menjelaskan cara mengotrol
PK dengan minum obat
- Memvalidasi kegiatan
yang lalu (SP 1, 2, 3 dan
4)
- Melatih klien cara
mengontrol PK dengan
meminum obat, yaitu:
Mengajari 5
prinsip minum
obat
Mengajari jenis-
jenis obat jiwa
- Menjelaskan manfaat
dan contoh obat
Jum’at 13-6-13, Jam 13.30 WIB
S:
- Klien mengatakan Alhamdulillah masih ingat tanda
dan gejala PK juga penyebabny, cara kontrol yang
pertama fisik dengan nafas dalam dan pukul
bantal/kasur
- Cara kedua verbal, mengungkapkan perasaan marah
- Cara ketiga dengan ibadah (sholat dan berdo’a)
- Cara keempat belum bias
O:
Klien tampak kooperatif
A:
Tujuan mengendalikan PK:
- SP 1, 2, 3 dan 4 tercapai
- Melatih cara mengontrol PK dengan minum obat
belum tercapai
P:
Perawat: pertahankan SP 1, 2 , 3 dan 4
Klien: belajar kontrol PK dengan fisik: nafas dalam, dan
pukul bantal/kasur, verbal: mengungkapkan marah,
spiritual: dengan istigfar dan sholat dan berlatih
mengimplementasikan cara mengontrol PK serta
membimbing klien memasukkan dalam jadwal kegiatan
harian
1. PEMBAHASAN
Pada sub pembahasan ini akan menguraikan kesenjangan antara hasil
studi kasus yang di dapatkan dari hasil pengkajian dengan teori yang ada pada
Bab II.
A. Pengkajian
Pengkajian dimulai tanggal 10 Januari 2013 dengan cara pengumpulan
data (Identitas, alasan masuk, genogram, psikososial, status mental,
sampai dengan persiapan pasien pulang) kemudian dari data tersebut
diperoleh analisis data untuk menemukan prioritas diagnosa keperawatan.
Pada saat pengkajian di temukan data :
Data Subjektif :
Klien mengatakan mengatakan melihat bayangan hantu berupa
wajah tengkorak, bayangan tersebut muncul ketika klien menjelang tidur,
terkadang muncul ketika hendak shalat, klien juga mengatakan ada yang
meraba dirinya ketika hendak tidur.
Data Objektif :
Klien terlihat sering melamun, sering menyendiri, senyum dan
berbicara sendiri.
Dari data di atas dapat di angkat sebuah diagnosa keperawatan gangguan
sensori persepsi : halusinasi.
Sedangkan menurut teori dikatakan gangguan sensori persepsi jika
terdapat tanda dan gejala sebagai berikut :
a) Bicara, senyum dan tertawa sendiri.
b) Menarik diri dan menghindar dari orang lain.
c) Tidak dapat membedakan nyata dan tidak nyata.
d) Tidak dapat memusatkan perhatian/konsentrasi.
e) Curiga, bermusuhan, merusak (diri sendiri, orang lain dan lingkungan).
f) Ekspresi muka tegang, mudah tersinggung.
g) Mengatakan mendengar suara, melihat, mengecap, menghidu dan
merasa sesuatu tanpa stimulus yang nyata.
Dari data di atas dapat di simpulkan bahwa ada kesenjangan antara data
dari landasan teori dan hasil pengkajian di lapangan. Kekurangan pada
data hasil lapangan di karenakan keadaan klien yang sangat susah untuk
fokus pada saat di ajak berkomunikasi dan tidak ada keluarga yang
membantu dalam melengkapi data perjalanan kasus yang di alami klien.
B. Diagnosa
Dari hasil pengkajian, masalah keperawatan yang muncul pada Ny. E
adalah sebagai berikut :
a. Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi
b. Resiko Perilaku Kekerasan
c. Resiko Menarik Diri : Isolasi Sosial
d. Defisit Perawatan Diri
e. Resiko Harga Diri Rendah
Sedangkan dalam landasan teori, diagnosa yang mungkin muncul sebagai
berikut :
a. Resiko Tinggi Perilaku Kekerasan
b. Perubahan Sensori Persepsi : Halusinasi
c. Isolasi Sosial
d. Harga Diri Rendah
e. Intoleransi Aktivitas
f. Defisit Perawatan Diri
Dengan membandingkan antara hasil pengkajian dan landasan teori maka
dapat di simpulkan bahwa diagnosa keperawatan yang ada
berkesinambungan atau terjadi kesenjangan.
C. Perencanaan
Perencanaan yang disusun oleh penulis meliputi tujuan, intervensi, dan
rasional.Intervensi yang di gunakan sama dengan landasan teori. Rencana
tindakan untuk mencapai tujuan tersebut yaitu membantu klien mengenal
jenis, isi, frekuensi, situasi pencetus, perasaan saat terjadi halusinasi,
melatih mengontrol halusinasi dengan cara menghardik, melatih berbicara
atau bercakap dengan orang lain saat halusinasi muncul, melatih kegiatan
terjadwal agar halusinasi tidak muncul, menanyakan program pengobatan,
menjelaskan pentingnya pentingnya penggunaan obat pada gangguan jiwa,
menjelaskan akibat bila tidak digunakan sesuai program, menjelaskan
akibat bila putus obat, menjelaskan pengobatan (5B), melatih klien minum
obat dan memasukan dalam jadwal harian klien.
D. Implementasi
Implementasi tindakan keperawatan sesuai dengan perencanaan yang telah
ditetapkan pada masing-masing diagnosa keperawatan dan dilanjutkan
evaluasi formatif setelah dilakukan tindakan.
Pada diganosa ini gangguan sensori persepsi : Halusinasi dilakukan
seluruh tindakan sesuai dengan rencana keperawatan yang direncanakan.
E. Evaluasi Keperawatan
Pada tahap ini penulis melakukan evaluasi sesuai tujuan dan kriteria yang
telah ditetapkan berdasarkan respon klien.
Evaluasi yang dilakukan yaitu evaluasi proses (formatif) dan evaluasi
keseluruhan (formatif) yang dilakukan setiap selesai melakukan tindakan
keperawatan. Dari 4 SP gangguan sensori persepsi : halusinasi sejak
implementasi tanggal 14 Januari 2013 sampai 21 Januari 2013 baru
tercapai hingga SP2.