asuhan keperawatan pada klien hemaptoe

13
LAPORAN PENDAHULUAN HEMAPTOE DI RUANG PERAWATAN DAHLIA (PARU) RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ULIN BANJARMASIN Disusun oleh: YIYIN M.A. ELKENANS, S. Kep NIM. 14.NS.43

Upload: sada-cty

Post on 21-Nov-2015

440 views

Category:

Documents


19 download

DESCRIPTION

t4

TRANSCRIPT

LAPORAN PENDAHULUAN

LAPORAN PENDAHULUAN

HEMAPTOEDI RUANG PERAWATAN DAHLIA (PARU)RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ULIN BANJARMASIN

Disusun oleh:

YIYIN M.A. ELKENANS, S. Kep

NIM. 14.NS.43PENDIDIKAN PROGRAM PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SARI MULIA

BANJARMASIN

2014

LAPORAN PENDAHULUAN

HEMAPTOE (BATUK DARAH)

1. Pengertian

Hemaptoe (batuk darah) adalah darah berdahak yang dibatukkan yang berasal dari saluran pernafasan bagian bawah (dari glotis dan ke distal).

Dikatakan batuk darah masif apabila jumlah darah yang keluar 600 ml dalam waktu 24 jam.

Untuk mengetahui jumlah darah yang keluar dengan tepat, maka batasan yang lebih longgar adalah batuk yang mengancam jiwa penderita.

Hemaptoe adalag ekspetorasi darah / mukus yang berdarah.

2. Etiologi

1. Keradangan

a. Tuberculosisd. Pneumonia

b. Bronklektasise. Brokitis

c. Abses paru

2. Neoplasma

a. Karsinoma paru

b. Adenoma

3. Lain-lain

a. Trombo emboli paru

b. Trauma

3. Gejala Klinis

1. Batuk darah, bahwa perdarahan berasal dari tractus respiratorius bukan dari nasopharing / gastrointestinal.

2. Sesak nafas.

3. Hipertermi.

4. Komplikasi

1. Afiksia.

2. Syock hemoragic

3. Penyebaran ke sisi paru yang sehat

5. Diagnosa Banding

1. Muntah darah (gastrointestinal)

2. Perdarahan

Ciri-ciri batuk darah

Darah dibatukkan dengan rasa panas di tenggorokan

Darah berbuih bercampur udarah.

Darah segar warna merah segar.

Kadang-kadang anemia

Benzidin test (-)

6. Patofisiologi

7. PelaksanaanSetiap pasien hemoptoe harus dirawat untuk observasi dan evaluasi lebih lanjut. Hal-hal ini yang perlu dievaluasi :

1. Banyaknya / jumlah perdarahan yang terjadi

Saat terjadinya batuk dicatat dan setiap darah yang dibatukkan harus dikumpulkan dalam pot pengukur untuk mengetahui jumlah secara tepat dalam suatu periode tertentu (biasanya 24 jam). Jumlah darah yang dikeluarkan tidak selalu menggambarkan jumlah perdarahan yang terjadi karena mungkin saja sebagian darah tertinggal atau terjadi aspirasi dalam paru / saluran napas.

2. Pemeriksaan fisik

Diperhatikan adanya insufisiensi pernapasan atau sirkulasi, berupa hipotensi sistemik / syok, penurunan kesadaran, takikardi, takipnea / sesak napas, sianosis, dan lain-lain. Bila ditemukan ronki basah difus di lapangan bawah paru perlu dicurigai telah terjadi aspirasi yang akan mengganggu pernapasan.

Penatalaksanaan pasien hemoptisis bergantung dari beratnya perdarahan yang terjadi dan keadaan klinis (kecenderungan perdarahan untuk berhenti / bertambah, tanda-tanda asfiksia / gangguan fungsi paru). Bila tidak / kurang masif dapat ditangani secara konservatif yang bertujuan menghentikan perdarahan yang terjadi dan mengganti darah yang hilang dengan tranfusi atau pemberian cairan pengganti.

Langkah-langkah yang dilakukan adalah :

1. Menenangkan pasien sehingga perdarahan lebih mudah berhenti dan tidak takut membatukkan darah di saluran nafas.

2. Pasien diminta berbaring pada posis bagian paru yang sakit dan sedikit trendelenburg, terutama bila refleks batuknya tidak adekuat.

3. Jalan napas dijaga agar tetap terbuka. Bila ada tanda-tanda sumbatan, lakukan penghisapan. Bila perlu dipasang pipa endotrakeal. Pemberian oksigen hanya berarti bila jalan napas telah bebas hambatan.

4. Pemasangan jalur intravena untuk penggantian cairan atau pemberian obat intravena.

5. Transfusi darah dilakukan bila Ht turun di bawah nilai 25-30% atau Hb di bawah 10% sedangkan perdarahan masih berlangsung.

Perdarahan yang masif dan mengancam jiwa memerlukan usaha agresif invasif, berupa bronkoskopi atau operasi sito. Indikasi pembedahan segera untuk hemoptisi masif adalah :

1. Bila batuk darah lebih dari 600 ml/24 jam dan dalam pengamatan tidak berhenti.

2. Bila batuk darah kurang dari 600 ml/24 jam tetapi lebih dari 250 ml / jam, kadar Hb kurang dari 10g% dan berlangsung terus.

3. Bila batuk darah kurang dari 600 ml/24 jam tetapi lebih dari 250 ml/24 jam, Hb lebih dari 10g% tetapi dalam observasi selama 48 jam perdarahan tidak berhenti.

II. ASUHAN KEPERAWATAN

Merupakan cara yang sistematis yang dilakukan oleh perawat bersama klien dan menentukan kebutuhan Asuhan Keperawatan dengan melakukan pengkajian, menentukan diagnosa merencanakan tindakan yang akan dilakukan, melaksanakan tindakan serta mengevaluasi hasil Asuhan yang telah di berikan.

I. PENGKAJIAN

1. Identitas

Meliputi : nama, umur, jenis kelamin, agama, pekerjaan, pendidikan, No. registrasi, diagnosa medis, dan tanggal masuk RS.

2. Keluhan Utama

Biasanya pasien hemaptoe ditandai dengan sesak nafas, batuk dan berat badan menurun.

3. Riwayat Kesehatan

a. Riwayat kesehatan sekarang.

Pada umumnya pasien hemaptoe sering panas lebih dari 2 minggu sering batuk yang disertai dengan darah, anorexia, lemah, dan berkeringat banyak pada malam hari.

b. Riwayat kesehatan lalu.

Pasien mempunyai riwayat tertentu seperti, penyakit jantung, TBC dan lain-lain.

c. Riwayat kesehtan keluarga.

Biasanya keluarganya mempunyai penyakit menular atau tidak menular

d. Riwayat psikososial.

Riwayat psikososial sangat berpengaruh dalam psikologis pasien dengan timbul gejala-gejala yang dialami dalam proses penerimaan terhadap penyakitnya, meliputi : perumahan yang padat, lingkungan yang kumuh dan kotor, keluarga yang belum mengerti tentang kesehatan.

4. Pola Fungsi Kesehatan

a. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat

Biasanya klien mempunyai kebiasaan merokok, penggunaan alkohol, dan kebiasaan olah raga.

b. Pola nutrisi dan metabolisme

Meliputi : nafsu makan menurun, diit khusus / suplemen, fluktuasi berat badan dan anoreksia.

c. Pola eliminasi

Biasanya klien tidak mengalami gangguan eliminasi

d. Pola istirahat dan tidur

Biasanya klien mengalami gangguan pola tidur / istirahat.

e. Pola sensori dan kognitif

Biasanya klien tidak mengalami gangguan pada indera

f. Pola hubungan peran

Meliputi : hubungan pasien dengan keluarga, dan masyarakat sekitar.

g. Pola penanggulangan stres

Meliputi : penyebab stres, koping terhadap stres, dan pemecahan masalah.

5. Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan umum

Keadaan penyakit, kesadaran, suhu meningkat, dan BB menurun.

b. Thorax

Bentuk thorax pasien hemaptoe biasanya tidak normal (Barrel chest)

c. Paru

Bentuk dada tidak simetris, pergerakan paru tertinggal, adanya whezing atau ronkhi.

d. Jantung

Didapatkan suara 1 dan suara 2 tambahan

e. Abdomen

Biasanya terdapat pembesaran limpha dan hati

6. Pemeriksaan Penunjang

a. X-foto

Di dapatkan pembesaran kelenjar para tracheal dengan atau tanpa adanya infiltrat.

Gambaran milier atau bercak kalsifikasi.

b. Pemeriksaan sputum / Bakteriologis

Pemeriksaan sputum BTA memastikan diagnosis TB.

Pemeriksaan sputum dilakukan dengan cara pengambilan cairan di lambung dan dilakukan setiap pagi 3 hari berturut-turut yaitu sewaktu pagi sewaktu.

c. Pemeriksaan mantoox test

Sebagai standar dipakai PPO SIU atau OT 0,1 mg.

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Hemoragic syock berhubungan dengan batuk darah

2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake tidak adekuat

3. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi yang kental atau darah.

4. Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan.

5. Gangguan pola tidur berhubungan dengan proses penyakit

III. PERENCANAAN

Diagnosa 1 :

Hemoragic syock berhubungan dengan batuk darah

Tujuan : pasien tidak batuk darah

Kriteria Hasil :

Tidak terjadi hemoragik syoc

Pasien tidak batuk darah

Rencana Tindakan :

1. Lakukan pendekatan pada pasien dan keluarga dengan komunikasi yang baik.

2. Berikan posisi duduk

3. Auskultasi paru sebelum dan sesudah batuk

4. Berikan terapi tranfusi darah

5. Observasi batuk klien

6. Kolaborasi dengan tim dokter dalam pemberian terapi

Rasional :

1. Diharapkan pasien dan keluarga kooperatif terhadap tindakan yang akan dilakukan.

2. Memungkinkan ekspansi paru lebih luas.

3. Membantu mengevaluasi keefektifan batuk kline.

4. Untuk memenuhi kebutuhan darah pasien.

5. Untuk mengetahui perkembangan batuk klien.

6. Menentukan pemberian terapi yang tepat.

Diagnosa 2 :

Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi yang kental atau darah.

Tujuan : kebersihan jalan nafas kembali efektif.

Kriteria Hasil :

Mencari posisi yang memudahkan peningkatan udara

Mendemonstrasikan batuk efektif.

Menyatakan strategi untuk menurunkan kekentalan sekresi.

Rencana Tindakan :

1. Jelaskan pada klien tentang kegunaan batuk yang efektif dan terdapat penumpukan sekret di saluran pernafasan.

2. Ajarkan kx tentang metode yang tepat pengontrolan batuk.

3. Anjurkan klien nafas dalam dan perlahan saat duduk setegak mungkin.

4. Anjurkan klien melakukan pernafasan diafragma

5. Auskultasi paru sebelum dan sesudah klien batuk.

6. Kolaborasi dengan tim dokter dalam pemberian terapi :

Rasional :

1. Pengetahuan yang diharapkan akan membantu mengembangkan kepatuhan klien terhadap rencana teraupetik.

2. Agar batuk terkontrol dan tidak menyebabkan kelelahan.

3. Memungkinkan ekspansi paru lebih luas.

4. Untuk menurunkan frekwensi nafas.

5. Membantu mengevaluasi keefektifan upaya batuk klien.

6. Menentukan pemberian terapi yang tepat pada klien.

Diagnosa 3 :

Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake tidak adekuat

Tujuan : meningkatkan asupan nutrisi

Kriteria Hasil :

Nafsu makan meningkat.

Klien dapat menghabiskan 1 porsi.

Intake sesuai dengan porsi yang diberikan.

Rencana Tindakan :

1. Lakukan pendekatan pada pasien.

2. Jelaskan pentingnya nutrisi bagi tubuh.

3. Berikan posisi tidur dengan kepala lebih tinggi dari badan saat makan.

4. Berikan makan sedikit tapi sering.

5. Pantau intake dan output nutrisi klien.

6. Kolaborasi dengan tim gizi dalam pemberian nutrisi

Rasional :

1. Diharapkan pasien dan keluarga kooperatif terhadap tindakan yang akan dilakukan.

2. Meningkatkan pengetahuan pasien tentang pentingnya nutrisi.

3. Mencegah timbulnya regurgitasi.

4. Untuk meningkatkan nafsu makan klien.

5. Untuk mengetahui perkembangan nutrisi klien.

6. Untuk menentukan diit yang tepat.IV. IMPLEMENTASI

Merupakan pengelolaan dan perwujudan dari rencana tindakan, yang meliputi beberapa bagian yaitu validasi, rencana keperawatan, dan memberikan asuhan keperawatan (Lismidar, 1990).

V. EVALUASI

Adalah perbandingan yang sistematis dari rencana tindakan dari masalah kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan dengan melibatkan pasien dan tim kesehatan lainnya (Efendi, 1995).

DAFTAR PUSTAKA

M Amin , 1999. Ilmu penyakit Paru. Surabaya : Airlangga university press.

Carpenito, L. J., (1999). Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan, edisi 2. Jakarta ; EGC.

Carpenito, L. J. (2000). Buku Diagnosa Keperawatan, edisi 8. Jakarta: EGC.

Dongoes. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta : EGC.

Mansjoer, Arif., et all, (1999). Kapita Selekta Kedokteran, Fakultas Kedokteran UI : Media Aesculapius.

Makalah Kuliah, Tidak diterbitkan.

Basil Tuberkulosis Droplet nukleat

Air borne Infection

Implantasi kuman terjadi pada respiratori bronkial atau alveoli

Pasca primer

Fokus primer

Kompleks primer

Kompleks primer yang sembuh

Sembuh pada sebagian besar

Reaktivitas kuman leukositosis

Tubekulosis Primer

Reinfeksi endogen

Gejala Respiratorik

Tubekulosis pasca primer

Batuk rejan

Gangguan pemenuhan kebutuhan istirahat

Gejala sistemik

Terjadi robekan ankurisna arteri pulmonelis pada dinding kavitas

Terjadinya penyebaran (lesi yg meluas, limfogen, Hematogen)

Hemoptoe

Psikologi

Fisik

Terjadi proses infeksi

Perdarahan perfusi (hemoragic syoc)

Kecemasan

Hipermetabilisme

Mempengaruhi pusat pengaturan panas

Epineprin

Stesol

Mual, muntah

Anoreksia

Hipertermi

Nadi meningkat

Gangguan bersihan jalan nafas

Payah jantung

Gangguan istirahat