bab i case mesfa rsmp

32
BAB I PENDAHULUAN Setiap menit seorang perempuan meninggal karena komplikasi yang terkait dengan kehamilan dan persalinan. Dengan kata lain, 1.400 perempuan meninggal setiap hari atau lebih dari 500.000 perempuan meninggal setiap tahun karena kehamilan dan persalinan. 5 Sebagai perbandingan, angka kematian bayi di negara maju seperti di Inggris saat ini sekitar 5 per 1.000 kelahiran hidup. Sebagian besar kematian perempuan disebabkan komplikasi karena kehamilan dan persalinan, termasuk perdarahan, infeksi, aborsi tidak aman, tekanan darah tinggi dan persalinan lama. Eklampsia merupakan penyebab dengan peningkatan risiko morbiditas dan mortalitas maternal dan perinatal. Kejadian eklampsia di Negara berkembang berkisar 1 dari 100 hingga 1 dari 700 kelahiran. Di Indonesia pre eklampsia dan eklampsia berkisar 1,5 % sampai 25 %. Komplikasi signifikan yang mengancam jiwa ibu akibat eklampsia adalah edema pulmonal, gagal hati dan ginjal, DIC, sindrom HELLP dan perdarahan otak. 1 Eklampsia disebut dengan antepartum, intrapartum, atau pascapartum. Bergantung pada apakah kejang muncul

Upload: perda

Post on 12-Dec-2015

32 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I Case Mesfa Rsmp

BAB I

PENDAHULUAN

Setiap menit seorang perempuan meninggal karena komplikasi yang terkait

dengan kehamilan dan persalinan. Dengan kata lain, 1.400 perempuan meninggal

setiap hari atau lebih dari 500.000 perempuan meninggal setiap tahun karena

kehamilan dan persalinan.5 Sebagai perbandingan, angka kematian bayi di negara

maju seperti di Inggris saat ini sekitar 5 per 1.000 kelahiran hidup. Sebagian besar

kematian perempuan disebabkan komplikasi karena kehamilan dan persalinan,

termasuk perdarahan, infeksi, aborsi tidak aman, tekanan darah tinggi dan

persalinan lama.

Eklampsia merupakan penyebab dengan peningkatan risiko morbiditas dan

mortalitas maternal dan perinatal. Kejadian eklampsia di Negara berkembang

berkisar 1 dari 100 hingga 1 dari 700 kelahiran. Di Indonesia pre eklampsia dan

eklampsia berkisar 1,5 % sampai 25 %. Komplikasi signifikan yang mengancam

jiwa ibu akibat eklampsia adalah edema pulmonal, gagal hati dan ginjal, DIC,

sindrom HELLP dan perdarahan otak.1

Eklampsia disebut dengan antepartum, intrapartum, atau pascapartum.

Bergantung pada apakah kejang muncul sebelum, selama atau sesudah persalinan.

Eklampsia paling sering terjadi pada trimester terakhir dan menjadi semakin

sering menjelang aterm. Eklampsia itu sendiri adalah penyakit akut atau adanya

pre-eklampsia berat yang disertai dengan kejang dan koma pada wanita hamil dan

wanita dalam nifas, biasanya dengan hipertensi, odema, proteinuri. Dengan

pengetahuan bahwa biasanya eklampsia didahului oleh pre eklampsia, tampak

pentingnya pengawasan antenatal yang teliti dan teratur, sebagai usaha untuk

mencegah timbulnya penyakit.2

Page 2: BAB I Case Mesfa Rsmp

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Eklampsia

Eklampsia adalah gejala preeklampsia berat yang disertai dengan kejang

tonik klonik generalisata atau menyeluruh bahkan koma. (Preeklamsia dan

eklampsia secara kolektif disebut gangguan hipertensi kehamilan dan toksemia

kehamilan)2.

Kemudian  dengan teori iskemia implantasi plasenta juga dapat terjadi

berbagai gejalanya eklampsia yaitu :

1.      Kenaikan tekanan darah

2.      Pengeluaran protein dalam urine

3.      Edema kaki, tangan sampai muka

4.      Terjadinya gejala subjektif :

·         Sakit kepala

·         Penglihatan kabur

·         Nyeri pada epigastrium

·         Sesak nafas

·         Berkurangnya pengeluaran urine

5.      Menurunnya kesadaran wanita hamil sampai koma

6.      Terjadinya kejang

2.2. Klasifikasi

Berdasarkan waktu terjadinya eklampsia dapat di bagi :

1.      Eklampsia gravidarum

·         Kejadian 50% sampai 60 %

·         Serangan terjadi dalam keadaan hamil

2.      Eklampsia parturientum

·         Kejadian sekitar 30 % sampai 50 %

·         Saat sedang inpartu

Page 3: BAB I Case Mesfa Rsmp

·         Batas dengan eklampsia gravidarum sukar di tentukan terutama saat mulai

inpartu

3.      Eklampsia puerperium

·         Kejadian jarang 10 %

·         Terjadi serangan kejang atau koma seletah persalinan berakhir

Kejang – kejang pada eklampsia terdiri dari 4 tingkat :

1.      Tingkat awal atau aura

·         Berlangsung 30 – 35 detik

·         Tangan dan kelopak mata gemetar

·         Mata terbuka dengan pandangan kosong

·         Kepala di putar ke kanan atau ke kiri

2.      Tingkat kejang tonik

·         Berlangsung sekitar 30 detik

·         Seluruh tubuh kaku : wajah kaku, pernafasan berhenti, dapat diikuti sianosis,

tangan menggenggam, kaki di putar kedalam, lidah dapat tergigit.

3.      Tingkat kejang klonik

·         Berlangsung 1 sampai 2 menit

·         Kejang tonik berubah menjadi kejang klonik

·         Konsentrasi otot berlangsung cepat

·         Mulut terbuka tertutup dan lidah dapat tergigit sampai putus

·         Mata melotot

·         Mulut berbuih

·         Muka terjadi kongesti dan tampak sianosis

·         Penderita dapat jatuh, menimbulkan trauma tambahan

4.      Tingkat koma

·         Setelah kejang klonik berhenti penderita menarik nafas

·         Diikuti,yang lamanya bervariasi.

Page 4: BAB I Case Mesfa Rsmp

2.3.  Faktor Predisposisi

Wanita hamil cenderung dan mudah mengalami eklampsia bila

mempunyai faktor-faktor predisposisi sebagai berikut:

1. Nulipara

2. Kehamilan ganda

3. Usia <20 atau >35 tahun

4. Riwayat preeklampsia-eklampsia pada kehamilan sebelumnya

5. Riwayat dalam keluarga pernah menderita preeklampsia-eklampsia

6. Penyakit ginjal, hipertensi dan diabetes melitus yang sudah ada

sebelum kehamilan

7. Obesitas

2.4.   Patofisiologi Eklampsia

Kenaikan berat badan dan edema yang disebabkan penimbunan cairan

yang berlebihan dalam ruang interstitial. Bahwa pada eklampsia dijumpai kadar

aldosteron yang rendah dan konsentrasi prolaktin yang tinggi dari pada kehamilan

normal. Aldosteron penting untuk mempertahankan volume plasma dan mengatur

retensi air dan natrium. Serta pada eklampsia permeabilitas pembuluh darah

terhadap protein meningkat.

Pada plasenta dan uterus terjadi penurunan aliran darah ke plasenta

mengakibatkan gangguan fungsi plasenta. Pada hipertensi  pertumbuhan janin

terganggu sehingga terjadi gawat-janin sampai menyebabkan kematian karena

kekurangan oksigenisasi. Kenaikan tonus uterus dan kepekaan terhadap

perangsangan sering terjadi pada eklampsia, sehingga mudah terjadi partus

prematurus.

Perubahan pada ginjal disebabkan oleh aliran darah ke dalam ginjal

menurun, sehingga menyebabkan filtrasi glomerulus berkurang. Kelainan pada

ginjal yang penting ialah dalam hubungan dengan proteinuria dan mungkin

dengan retensi garam dan air. Mekanisme retensi garam dan air akibat perubahan

Page 5: BAB I Case Mesfa Rsmp

dalam perbandingan antara tingkat filtrasi glomelurus dan tingkat penyerapan

kembali oleh tubulus. Pada kehamilan normal penyerapan ini meningkat sesuai

dengan kenaikan filtrasi glomerulus. Penurunan filtrasi glomelurus akibat

spasmus arteriolus ginjal menyebabkan filtrasi natrium melalui glomerulus

menurun, yang menyebabkan retensi garam dan retensi air. Filtrasi glomerulus

dapat turun sampai 50% dari normal, sehingga menyebabkan diuresis turun pada

keadaan lanjut dapat terjadi oliguria atau anuria.

Pada retina tampak edema retina, spasmus setempat atau menyeluruh pada

beberapa arteri jarang terlihat perdarahan atau eksudat. Pelepasan retina

disebabkan oleh edema intraokuler dan merupakan indikasi untuk pengakhiran

kehamilan . Setelah persalinan berakhir, retina melekat lagi dalam 2 hari sampai 2

bulan. Skotoma, diplopia, dan ambiliopia merupakan gejala yang menunjukkan

akan terjadinya eklampsia. Keadaan ini disebabkan oleh perubahan aliran darah

dalam pusat penglihatan di korteks serebri atau dalam retina.

Edema paru-paru merupakan sebab utama kematian penderita eklampsia.

Komplikasi disebabkan oleh dekompensasio kordis kiri. Perubahan pada otak

bahwa resistensi pembuluh darah dalam otak pada hipertensi dalam kehamilan

lebih tinggi  pada eklampsia. Sehingga aliran darah ke otak dan pemakaian

oksigen pada eklampsia akan menurun.

Metabaolisme dan elektrolit yaitu hemokonsentrasi yang menyertai

eklampsia sebabnya terjadi pergeseran cairan dan ruang intravaskuler ke ruang

interstisial. Kejadian ini, diikuti oleh kenaikan hematokrit, peningkatan protein

serum, dan bertambahnya edema, menyebabkan volume darah berkurang,

viskositet darah meningkat, waktu peredaran darah tepi lebih lama. Karena itu,

aliran darah ke jaringan diberbagai bagian tubuh berkurang  akibatnya hipoksia.

Dengan perbaikan keadaan, hemokonsentrasi berkurang, sehingga turunnya

hematokrit dapat dipakai sebagai ukuran perbaikan keadaan penyakit dan

berhasilnya pengobatan.

Page 6: BAB I Case Mesfa Rsmp

Pada eklampsia, kejang dapat menyebabkan kadar gula darah naik untuk

sementara. Asidum laktikum dan asam organik lain naik, dan bikarbonas natrikus,

sehingga menyebabkan cadangan alkali turun. Setelah kejang, zat organik

dioksidasi sehingga natrium dilepaskan untuk dapat bereaksi dengan asam

karbonik menjadi bikarbaonas natrikus. Dengan demikian, cadangan alkali dapat

pulih kembali. Pada kehamilan cukup bulan kadar fibrinogen meningkat. Waktu

pembekuan lebih pendek dan kadang-kadang ditemukan kurang dari 1 menit pada

eklampsia.

2.5.   Diagnosis Eklampsia

Eklampsia selalu didahului oleh pre eklampsia. Perawatan prenatal untuk

kehamilan dengan predisposisi pre eklampsia perlu ketat dilakukan agar dapat

dideteksi sedini mungkin gejala – gejala eklampsia. Sering di jumpai perempuan

hamil yang tampak sehat mendadak menjadi kejang – kejang eklampsia karena

tidak terdeteksi adanya pre eklampsia sebelumnya. Eklampsia harus dibedakan

dari epilepsy (dalam anamnesis diketahui adanya serangan sebelum hamil atau

pada hamil muda dengan tanda pre eklampsia tidak ada, kejang akibat obat

anastesi, koma karena sebab lain). Kadang – kadang disertai dengan gangguan

fungsi organ-organ.

Dikatakan preeklampsia berat apabila gejala didapatkan satu atau lebih

gejala dibawah ini pada kehamilan > 20 minggu:

1. Tekanan darah >160/110 dengan syarat diukur dalam keadaan

relaksasi (pengukuran minimal setelah istirahat 10 menit) dan tidak

dalam keadaan his.

2. Proteinuria >5gr/24jam atau +4 pada pemeriksaan kuantitatif.

3. Oligouria, produksi urine <500cc/24jam yang disertai dengan kenaikan

kreatinin plasma.

4. Gangguan visus dan serebral

5. Nyeri epigastrium/hipokondrium kanan

6. Edema paru dan sianosis

Page 7: BAB I Case Mesfa Rsmp

7. Gangguan janin intrauteri

Impending eklampsia

Bila preeklampsia dengan gejala ini :

1. Nyeri kepala hebat

2. Gangguan visual

3. Muntah-muntah

4. Nyeri epigastrium

5. Tekanan darah naik secara progresif

2.6.   Komplikasi Eklampsia

Selama terjadi kejang – kejang dapat terjadi suhu naik mencapai 40˚c, nadi

bertambah cepat, dan tekanan darah meningkat.

Kejang dapat menimbulkan komplikasi pada ibu dan janin.

1.      Komplikasi ibu

a. Solusio plasenta

Karena adanya takanan darah tinggi, maka pembuluh darah dapat

mudah pecah, sehingga terjadi hematom retropalsenta yang dapat menyebabkan

sebagian plasenta dapat terlepas.

b. Hipofibrinogenemia

Adanya kekurangan fibrinogen yang beredar dalam darah , biasanya di

bawah 100 mg persen. Sehingga pemeriksaan kadar fibrinogen harus secara

berkala.

c. Hemolisis

Kerusakan atau penghancuran sel darah merah karena gangguan integritas

membran sel darah merah yang menyebabkan pelepasan hemoglobin.

Menunjukkan gejala klinik hemolisis yang dikenal karena ikterus.

d. Perdarahan otak

Page 8: BAB I Case Mesfa Rsmp

Komplikasi ini merupakan penyebab utama kematian maternal pada

penderita eklampsia.

e. Kelainan mata

Kehilangan penglihatan untuk sementara, yang berlangsung sampai

seminggu. Perdarahan kadang-kadang terjadi pada retina yang merupakan tanda

gawat akan terjadinya apopleksia serebri.

f. Edema paru – paru

g. Nekrosis hati

Nekrosis periportal hati pada eklampsia merupakan akibat vasopasmus

arteriol umum. Kerusakan sel-sel hati dapat diketahui dengan pemeriksaan faal

hati, terutama penentuan enzim-enzimnya.

h. Sindroma HELLP

Merupakan suatu kerusakan multisistem dengan tanda-tanda : hemolisis,

peningkatan enzim hati, dan trombositopenia yang diakibatkan disfungsi endotel

sistemik. Sindroma HELLP dapat timbul pada pertengahan kehamilan trimester

dua sampai beberapa hari setelah melahirkan.

j. Kelainan ginjal

Kelainan ini berupa endoteliosis glomerulus yaitu pembengkakan

sitoplasma sel endotelial tubulus ginjal tanpa kelainan struktur lainnya. Kelainan

lain yang dapat timbul ialah anuria sampai gagal ginjal.

2.      Komplikasi janin dalam rahim :

a. Asfiksia mendadak

b. Prematuritas, dismaturitas, dan kematian janin intra uterin.

Page 9: BAB I Case Mesfa Rsmp

Mekanisme kematian janin dalam rahim pada penderita eklampsia :

a.       Akibat kekurangan O2 menyebabkan perubahan metabolisme ke arah lemak

dan protein dapat menimbulkan badan keton

b.      Meransang dan mengubah keseimbangan nervus simfatis dan nervus vagus yang

menyebabkan :

·     Perubahan denyut jantung janin menjadi takikardi dan dilanjutkan menjadi

bradikardi serta irama yang tidak teratur

·     Peristaltis usus bertambah dan sfingter ani terbuka sehingga di keluarkannya

mekonium yang akan masuk ke dalam paru – paru pada saat pertama kalinya

neonatus aspirasi.

c.     Sehingga bila kekurangan O2 dapat terus berlangsung keadaan akan bertambah

gawat sampai terjadinya kematian dalam rahim maupun di luar rahim

2.7.    Prognosa Eklampsia

Eklampsia di Indonesia masih merupakan penyakit pada kehamilan yang

meminta korban besar dari ibu dan bayi.

Diurese dapat dipegang untuk prognosa ; jika diurese lebih dari 800 cc

dalam 24 jam atau 200 cc tiap 6 jam maka prognosa agak baik. Sebaliknya oliguri

dan anuri merupakan gejala yang buruk.

2.8.  Pencegahan eklampsia

Pada umumnya timbulnya eklampsia dapat dicegah atau frekuensinya di

kurangi. Usaha – usaha untuk menurunkan eklampsia terdiri atas meningkatkan

jumlah balai pemeriksaan antenatal dan mengusahakan agar semua wanita hamil

memeriksa diri sejak hamil muda, mencari pada tiap pemeriksaan tanda – tanda

pre eklampsia dan eklampsia mengobatinya segera apabila ditemukan, mengakhiri

kehamilan sedapatnya pada kehamilan 37 minggu ke atas apabila dirawat tanda –

tanda pre eklampsia tidak juga dapat hilang. ( Hanifa dalam Prawiroharjo, 2005 )

2.9.  Penatalaksanaan eklampsia

Page 10: BAB I Case Mesfa Rsmp

Eklampsia merupakan gawat darurat kebidanan yang memerlukan

pengobatan di rumah sakit untuk memberikan pertolongan yang adekuat.

Konsep pengobatannya :

a.       Menghindari terjadinya :

·         Kejang berulang

·         Mengurangi koma

·         Meningkatkan jumlah dieresis

b.      Perjalanan kerumah sakit dapat diberikan :

·        Obat penenang dengan injeksikan 20 mgr valium

·        Pasang infuse glukosa 5 % dan dapat di tambah dengan valium 10 sampai

20mgr

c.       Sertai petugas untuk memberikan pertolongan:

·         Hindari gigitan lidah dengan memasang spatel pada lidah

·         Lakukan resusitasi untuk melapangkan nafas dan berikan O2

·         Hindari terjadinya trauma tambahan

Perawatan kolaborasi yang dilaksanakan dirumah sakit sebagai berikut :

1.      Kamar isolasi

-   Hindari rangsangan dari luar sinar dan keributan

-  Kurangi penerimaan kunjungan untuk pasien

-  Perawat pasien dengan jumlahnya terbatas

2.      Pengobatan medis

Banyak pengobatan untuk menghindari kejang yang berkelanjutan dan

meningkatkan vitalitas janin dalam kandungan. Dengan pemberian :

-  Sistem stroganof

-  Sodium pentothal dapat menghilangkan kejang

-  Magnesium sulfat dengan efek menurunkan tekanan darah , mengurangi sensitivitas

saraf pada sinapsis, meningkatkan deuresis dan mematahkan sirkulasi iskemia

plasenta sehingga menurunkan gejala klinis eklampsia.

Antikonvulsan

Page 11: BAB I Case Mesfa Rsmp

Magnesium sulfat yang diberikan secara parenteral adalah obat anti kejang

yang efektif tanpa menimbulkan depresi susunan syaraf pusat baik bagi ibu

maupun janinnya. Obat ini dapat diberikan secara intravena melalui infus kuntinu

atau intramuskular dengan injeksi intermiten. Infus intravena kontinu;

a) Berikan dosis bolus 4 – 6 gram MgSO4 yang diencerkan dalam 100 ml cairan

dan diberikan dalam 15-20 menit

b) Mulai infus rumatan dengan dosis 2 g/jam dalam 100 ml cairan intravena

c) Ukur kadar MgSO4 pada 4-6 jam setelah pemberian dan disesuaikan kecepatan

infus untuk mempertahankan kadar antara 4 dan 7 mEg/l (4,8-8,4 mg/l)

d) MgSO4 dihentikan 24 jam setelah bayi lahir.

Injeksi intamuskular intermiten:

a) Berikan 4 gram MgSO4 sebagai larutan 20% secara intavena dengan

kecepatan tidak melebihi 1 g/manit

b) Lanjutkan segera dengan 10 gram MgSO4 50%, sebagian (5%) disuntikan

dalam-dalam di kuadran lateral atas bokong (penambahan 1 ml lidokain 2 %

dapat mengurangi nyeri). Apabila kejang menetap setelah 15 menit, berikan

MgSO4 sampai 2 gram dalam bentuk larutan 20% secara intravena dengan

kecepatan tidak melebihi 1 g/menit. Apabila wanita tersebut bertubuh besar,

MgSo4 dapat diberikan samapi 4 gram perlahan.

c) Setiap 4 jam sesudahnya, berikan 5 gram larutan MgSO4 50% yang

disuntikan dalamdalam ke kuadran lateral atas bokong bergantian kiri-kanan,

tetapi setelah dipastikan bahwa:

- Reflek patela (+)

- Tidak terdapat depresi pernapasan

- Pengeluaran urin selama 4 jam sebelumnya melebihi 100 ml

d) MgSO4 dihentikan 24 jam setelah bayi lahir.

e) Siapkan antidotum

Jika terjadi henti napas :

- Berikan bantuan dengan ventilator

Page 12: BAB I Case Mesfa Rsmp

- Berikan kalsium glukonat 2 g (20 ml dalam larutan 10%) secara intravena

perlahan-lahan sampai pernapasan mulai lagi.

Antihipertensi

a) Obat pilihan adalah hidralazin, yang diberikan 5 mg intravena pelan-pelan

selama 5 menit sampai tekanan darah turun.

b) Jika perlu, pemberian hidralazin dapat diulang setiap jam, atau 12,5

intamuskular setiap 2 jam

c) Jika hidralazin tidak tersedia, dapat diberikan:

- Nifedipine dosis oral 10 mg yang diulang tiap 30 menit.

- Labetalol 10 mg intravena sebagai dosis awal, jika tekanan darah tidak

membaik dalam 10 menit, maka dosis dapat ditingkatkan samapi 20 mg

intravena.

3.      Pemilihan metode persalinan

Pilihan pervaginam diutamakan :

-  Dapat didahului dengan induksi persalinan

-  Bahaya persalinan ringan

-  Bila memenuhi syarat dapat dilakukan dengan memecahkan ketuban, mempercepat

pembukaan, dan tindakan curam untuk mempercepat kala pengeluaran.

-  Persalinan plasenta dapat dipercepat dengan manual

-  Menghindari perdarahan dengan diberikan uterotonika

Pertimbangan seksio sesarea :

-  Gagal  induksi persalinan pervaginam

-  Gagal pengobatan konservatif

Jika seksio sesarea akan dilakukan, perhatikan bahwa:

- Tidak terdapat koagulapati

- Anestesi yang aman/ terpilih adalah anastesia umum. Jangan lakukan

anastesia lokal, sedangkan anestesia spinal berhubungan dengan hipotensi

Page 13: BAB I Case Mesfa Rsmp

c) Jika anestesia yang umum tidak tersedia, atau janin mati, aterm terlalu kecil,

lakukan persalinan pervaginam.

- Jika servik matang, lakukan induksi dengan oksitosin 2-5 IU dalam 500 ml

dekstrose 10 tetes/menit atau dengan prostaglandin.

Page 14: BAB I Case Mesfa Rsmp

BAB III

LAPORAN KASUS

IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. Heryani

Umur : 27 tahun

Agama : Islam

Pekerjaan : IRT

Alamat : Jl. Meyzem Lorong Jaya usaha RT.026 RW.007

MRS : 10 - 07 – 2014

ANAMNESIS

1. Keluhan Utama

Os mengalami kejang

2. Riwayat Perjalanan Penyakit

Os datang ke IGD mengalami kejang 3x, berlangsung 5 menit. Os sedang

mengandung anak ke 2 hamil 37 minggu. Penderita tidak mengeluhkan nyeri

perut, dan tidak ada riwayat keluar darah dan lendir sebelumnya. Penderita

mengeluhkan penglihatan kabur, sakit kepala, kaki bengkak, mual/ muntah (+),

nyeri epigastrium (-), kejang(-). Gerakan anak masih dirasakan. Hari pertama

haid terakhir : 23-10-2013. Os juga mengaku tidak pernah mengetahui ada atau

tidak darah tinggi. Riwayat anak pertama tahun 2012.

3. Riwayat Penyakit Dahulu

Os mengaku tidak pernah mengalami penyakit jantung, paru, hati, ginjal,

diabetes melitus, alergi, maupun hipertensi.

4. Riwayat Penyakit Keluarga

Os  mengaku tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit menular dan

keturunan.

Page 15: BAB I Case Mesfa Rsmp

5. Riwayat Haid

Usia menarche : 14 tahun

Siklus haid : 30 hari

Lama haid : 7 hari

Nyeri haid : (-)

6. Riwayat Pernikahan

Lama pernikahan : 3 tahun

Usia waktu nikah I : 24 tahun

3. Riwayat ANC

a. Dilakukan 2 kali di Puskesmas

b. Imunisasi TT dilakukan 1 kali.

PEMERIKSAAN FISIK

1. Status Generalis

a. Keadaan Umum : Sedang ( 9 – 12)

b. Kesadaran : Apatis

c. Tanda Vital :

- Tekanan darah : 250/140 mmHg

- Nadi : 102 x/menit

- Pernapasan : 26 x/menit

- Suhu : 37 0C

d. Tinggi Badan : 163 cm

e. Berat Badan : 82 kg

f. Kepala :

- Mata : konjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterik

g. Leher : pembesaran tiroid (-)

h. Thoraks : jantung dan paru dalam batas normal

i. Abdomen : status obstetrikus

j. Genitalia : status obstetrikus

Page 16: BAB I Case Mesfa Rsmp

k. Ekstremitas : edema (+/+)

2. Status Obstetrikus

Pemeriksaan Luar

- Fundus teraba 3 jari dibawah processus xiphoideus

- Letak kepala, bagian atas bokong, punggung kanan, presentasi kepala.

- DJJ (+) 144x/mnt

DIAGNOSIS

G2P1A0 hamil aterm dengan Eklampsia belum inpartu janin tunggal hidup

presentasi kepala.

RENCANA TERAPI

1. Pro MRS

2. Observasi KU dan VS

3. Observasi HIS dan DJJ

4. Rencana Operasi Sc

5. MgSO4 40% 8 gr (20ml) IM : 4gr bokong kanan dan 4gr bokong kiri

6. Nifedipine 1x10mg sublingual

7. IVFD RL gtt XX/menit

8. Kateter menetap

9. Periksa Laboratorium

10.Konsultasi ke dokter anastesi, penyakit dalam, saraf dan mata.

Page 17: BAB I Case Mesfa Rsmp

HASIL LABORATORIUM

Darah lengkap Pre Op.

1. Hb : 12, 5 g/dl Nilai Normal : P : 12-14 g/dl

2. Leukosit : 17.200/ ul Nilai Normal : 5.000-10.000/ ul

3. LED : 79 Nilai Normal : P : < 15 mm/jam

4. Trombosit : 334.000/ ul Nilai Normal : 150.000-400.000/ ul

5. Eritrosit : 5,0 Nilai Normal : P : 3,8 – 5,2 juta/mm3

6. Ht : 36% Nilai Normal : P : 37-43%

7. Rhesus : (+)

8. Gol. Darah : A

Urine lengkap

1. Warna : Kuning muda Nilai Normal : Kuning Muda

2. Kejernihan : Agak keruh Nilai Normal : Jernih

3. pH Urine : 6,5 Nilai Normal : (4,6-8,0)

4. Berat Jenis : 1,025 Nilai Normal : 1,001-1,033

5. Protein Urine : +++ Nilai Normal : Negatif

6. Reduksi Urine : - Nilai Normal : Negatif

7. Urobilin Urine : - Nilai Normal : Negatif

8. Bilirubin Urine : - Nilai Normal : Negatif

9. Keton Urine : + Nilai Normal : Negatif

10. Nitrit Urine : - Nilai Normal : Negatif

11. Leukosit Urine : 3-4 Nilai Normal : < 5/LPB

12. Eritrosit Urine : 20-22 Nilai Normal : < 2/LPB

13. Epitel Urine : + Nilai Normal : Positif

14. Bss : 145 Nilai Normal : 90 – 120 gr/dl

Page 18: BAB I Case Mesfa Rsmp

FOLLOW UP

Jumat, 11 juli 2014Pk. 14.00 WIB

S : Os dalam keadaan apatisO : KU : Sedang

VS : - TD 150/90 mmHg- Nadi 68 x/menit- RR 26 x/menit- Suhu 37,9 0C

A : P2A0 post partum hamil aterm dengan Eklampsia janin tunggal hidup presentasi kepala.

P : - Observasi KU dan VS- Observasi perdarahan- Kateter menetap s/d 24 jam post partum- IVFD Nacl drip morfin 2 amp.- IVFD RL gtt XX/menit + pitogin 2Amp- Inj. MgSO4 40% 4gr (10ml) bokong kanan atau

bokong kiri s/d 24 jam post partum.- Nifedipin stop diganti Dopamet 3x250mg tab- Citicoline 2x 500 mg tab- Asam traneksamat 3x500mg tab- Furosemide 2 amp.- ISDN- Cek Hb post partum dan darah lengkap d/r kimia,

elektrolit, ginjal, hati, bss

Page 19: BAB I Case Mesfa Rsmp

BAB IV

PEMBAHASAN

Diagnosis pasien ini saat datang ke Rumah Sakit adalah G2P1A0 hamil

aterm dengan Eklampsia belum inpartu janin tunggal hidup presentasi kepala.

Penulisan status paritas yaitu G2P1A0 sudah tepat karena telah sesuai

dengan kaidah penulisan status obstetri.

Diagnosis usia kehamilan pasien ini sudah tepat karena berdasarkan

penghitungan dengan rumus Naegele tanggal ditambah 7, bulan dikurangi 3 dan

tahun ditambah 1. Dimana HPHT pasien ini 23 oktober 2013 dan TP pasien ini 30

juli 2014. Pasien datang ke Rumah Sakit pada tanggal 10 juli 2013 dengan

keluhan ingin melahirkan dengan kejang. Usia kehamilan pasien saat datang ke

Rumah Sakit aterm yaitu 37 minggu. Didapatkan dari pemeriksaan fisik obstetri

dengan Manuver Leopold janin tunggal dengan presentasi kepala dan hasil DJJ

144x/menit menandakan bahwa janin dalam keadaan hidup dan presentasi kepala.

Pasien datang dengan TD: 250/140 mmHg.

1 hari setelah masuk Rumah Sakit os mengalami kejang sudah 3x kira-kira

5 menit, os juga mmengalami penglihatan kabur, sakit kepala dan kaki bengkak.

Setelah itu melahirkan bayi laki-laki dengan BB: 3400gram dan PB: 50cm, A/S=

6/8/10. Kemudian os mengalami penurunan kesadaran yaitu apatis (E=3, V=4,

M=4). Status obstetri berubah menjadi Ibu P2A0 Post partum dengan Eklampsia.

Eklampsia adalah timbulnya tanda tanda preeclampsia hipertensi ≥

160/110 mmHg disertai proteinuria dan atau edema pada kehamilan setelah 20

minggu serta adanya kejang dan gangguan fungsi organ-organ. Pada kasus ini OS

dikatakan mengalami eklampsia karena mengalami hipertensi, yaitu tekanan

darahnya sebesar 250/140 mmHg, dan adanya kejang serta proteinuria +3. Os juga

mengalami edema. Dalam kasus ini ibu telah hamil cukup bulan. Pada pasien ini

diagnosa sudah tepat yaitu eklampsia.

Tanda lain dari eklampsia yang dijumpai pada kasus ini adalah :

Page 20: BAB I Case Mesfa Rsmp

• Gangguan Serebral : kepala pusing dan sakit kepala karena vasospasme /

edema otak dan adanya resistensi pembuluh darah dalam otak.

Pada pasien ini diberikan terapi eklampsia menggunakan MgSO4 40% 8gr

(10cc pada bokong kanan dan bokong kiri) dalam kasus ini terbukti efektif dalam

mencegah terjadinya kejang pada penderita. Pemberian Nifedipin 3x 10 mg

peroral juga efektif pada pasien ini. Setelah bayi lahir keadaan tekanan darah

pasien turun menjadi 150/90 mmHg.

Tatalaksana pada pasien ini dilakukan secara aktif atas indikasi kehamilan >

37 minggu. dengan TD: 250/140 mmHg. Tatalaksana yang diberikan sudah sesuai

dengan Standar Tatalaksana pada pasien eklampsia.

Penatalaksanaan medikamentosa post partum diberikan IUFD RL drip

pitogin gtt 20x/menit, IVFD Nacl drip morfin 2 amp. Furosemid 2amp, ISDN,

Asam Traneksamat 3x500mg, dan Bedrest 24 jam.

Page 21: BAB I Case Mesfa Rsmp

BAB V

KESIMPULAN

Ny. Heryani, 27 tahun mengalami kejang 3x, berlangsung kira-kira 5 menit. Os

sedang mengandung anak ke 2 hamil 37 minggu. Riwayat anak pertama tahun

2012. Penderita tidak mengeluhkan nyeri perut, dan tidak ada riwayat keluar darah

dan lendir sebelumnya. Penderita mengeluhkan penglihatan kabur, sakit kepala,

kaki bengkak, mual/ muntah (+), nyeri epigastrium (-), kejang(+). Gerakan anak

masih dirasakan. Hari pertama haid terakhir : 23-10-2013. Os juga mengaku tidak

pernah mengetahui ada atau tidak darah tinggi. Sehingga didiagnosisyaitu

G2P1A0 hamil aterm dengan eklampsia belum inpartu janin tunggal hidup

presentasi kepala.

Page 22: BAB I Case Mesfa Rsmp

DAFTAR PUSTAKA

1. Brooks, B.M., (2005, January 05 – Last update), Pregnancy, Preeclampsia,

Available from: http://www.emedicine.com/emerg/topic480.htm (Accesed:

2012, Juli 27)

2. Cunningham, F.G. et all, 2007, Williams Obstetrics, 21st ed, McGraw-Hill

Companies.

Musalli,G. & Linden, A. (2007), Preeclampsia, Available from:

http://www.babycenter.com/refcap/pregnancy/pregcomplications/257.html#5.

(Accesed: 2008, Juli 27).

3. Rachimhadhi, T., 2005, pereklamsia dan Eklamsia, dalam: buku Ilmu

Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo, Jakarta.

4. Saifuddin, B. A., 2001, Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal

Dan Neonatal, JNNPKKR-POGI bekerjasama dengan Yayasan bina pustaka

sarwono prawirohardjo, Jakarta.

5. Survei Demografi Kesehatan Indonesia 2010/2011.

6. Musalli,G. & Linden, A. (2007), Preeclampsia, Available from:

http://www.babycenter.com/refcap/pregnancy/pregcomplications/257.html#5.

(Accesed: 2012, Juli 26).

7. Suyono, Y.J., 2007, Dasar-Dasar Obstetri & Ginekologi, edisi 6, Hipokrates,

Jakarta.

8. Angsar, 2008. Hipertensi dalam Kehamilan dalam Buku Ilmu Kebidanan

Edisi keempat halaman 534-559, editor: Saifudin, Abdul Bari, Jakarta: PT

Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

9. Prasetyorini, N, 2009. Penanganan Preeklampsia dan Eklampsia. Seminar

POGI Cabang Malang. Divisi Kedokteran Feto Maternal - FKUB/RSSA

Malang.

10. Obgyn Guick, Departemen Obstetri dan Ginekologi Dr. Mohammad Hoesin

FK UNSRI Palembang.

11. Protap unsri. Bagian Obstetri dan Ginekologi RSMH Palembang FK Unsri.

Page 23: BAB I Case Mesfa Rsmp