bab ii chd(pjb)
TRANSCRIPT
5/17/2018 BAB II CHD(PJB) - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-chdpjb 1/21
4
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. PENGERTIAN
Congenital heart disease (CHD) atau penyakit jantung bawaan adalah
kelainan jantung yang sudah ada sejak bayi lahir, jadi kelainan tersebut terjadi sebelum
bayi lahir. Tetapi kelaianan jantung bawaan ini tidak selalu memberi gejala segera setelah
bayi lahir tidak jarang kelainan tersebut baru ditemukan setelah pasien berumur beberapa
bulan atau bahkan beberapa tahun (Ngastiyah:1997)
B. ETIOLOGI
Penyebab penyakit jantung congenital berkaitan dengan kelainan perkembangan
embrionik, pada usia lima sampai delapan minggu, jantung dan pembuluh darah besar
dibentuk. Penyebab utama terjadinya penyakit jantung congenital belum dapat diketahui
secara pasti, tetapi ada beberapa faktor yang diduga mempunyai pengaruh pada
peningkatan angka kejadian penyakit jantung bawaan :
1. Faktor Prenatal :
Ibu menderita penyakit infeksi : rubella, influenza atau chicken fox.\
Ibu alkoholisme.
Umur ibu lebih dari 40 tahun.
Ibu menderita penyakit Diabetes Mellitus (DM) yang memerlukan insulin.
Ibu meminum obat-obatan penenang atau jamu dan sebelumnya ikut program
KB oral atau suntik, minum obat-obatan tanpa resep dokter, ( thalidmide,
dextroamphetamine, aminopterin, amethopterin).
Terpajan radiasi (sinar X).
Gizi ibu yang buruk.
Kecanduan obat-obatan yang mempengaruhi perkembangan embrio.
2. Faktor Genetik :
Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan.
Ayah / Ibu menderita penyakit jantung bawaan.
Kelainan kromosom seperti Sindrom Down.
5/17/2018 BAB II CHD(PJB) - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-chdpjb 2/21
5
Lahir dengan kelainan bawaan yang lain.
C. PATOFISIOLOGI
Kelainan jantung congenital menyebabkan dua perubahan hemodinamikutama.
Shunting atau percampuran darah arteri dari vena serta perubahan alirandarah pulmonal
dan tekanan darah. Normalnya, tekanan pada jantung kanan lebihbesar daripada sirkulasi
pulmonal. Shunting terjadi apabila darah mengalir melaluilubang abnormal pada jantung
sehat dari daerah yang bertekanan lebih tinggi kedaerah yang bertekanan rendah,
menyebabkan darah yang teroksigenisasi mengalirke dalam sirkulasi sistemik.
Aliran darah pulmonal dan tekanan darah meningkat bila ada keterlambatanpenipisan
normal serabut otot lunak pada arteriola pulmonal sewaktu lahir.Penebalan vascular
meningkatkan resistensi sirkulasi pulmonal, aliran darahpulmonal dapat melampaui
sirkulasi sistemik dan aliran darah bergerakdari kananke kiri.Perubahan pada aliran
darah, percampuran darah vena dan arteri, serta kenaikan tekanan pulmonal akan
meningkatkan kerja jantung.Manifestasi dari penyakit jantung congenital yaitu adanya
gagal jantung,perfusi tidak adekuat dan kongesti pulmonal.
D. TANDA DAN GEJALA
1.
Infants : Dyspnea.
Difficulty breathing (Kesulitan Bernafas).
Pulse rate over 200 beats/mnt (Nadi lebih dari 200 kali/menit).
Recurrent respiratory infections (infeksi saluran nafas yang berulang).
Failure to gain weight (kesulitan penambahan berat badan).
Heart murmur.
Cyanosis
Cerebrovasculer accident/ CVA.
Stridor and choking spells/ mencekik.
2. Children
Dyspnea.
Poor physical development ( perkembangan fisik yang kurang).
5/17/2018 BAB II CHD(PJB) - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-chdpjb 3/21
6
Decrease exercise tolerance (aktitas menurun).
Recurrent respiratory infections (infeksi saluran nafas yang berulang).
Heart murmur and thrill.
Cyanosis.
Squatting.
Clubbing of fingers and toes.
Elevated blood pressure (tekanan darah tinggi).
E. KLASIFIKASI
Terdapat berbagai cara penggolongan penyakit jantung congenital. Penggolongan yang
sangat sederhana adalah penggolongan yang didasarkan pada adanya sianosis serta
vaskuiarisasi paru.
1. Congenital Heart Diseases (CHD)non sianotik dengan vaskularisasi paru bertambah,
misalnya defekseptum (DSV), defek septum atrium (DSA), dan duktus arteriousus
persisten (DAP).
2. Congenital Heart Diseases (CHD)non sianotik dengan vaskularisasi paru normal.
Pada penggolongan ini termasuk stenosis aorta(SA),stenosis pulmonal (SP) dan
koartasio aorta.
3. Congenital Heart Diseases (CHD)sianotik dengan vaskularisasi paru berkurang. Pada
penggolongan ini yang paling banyak adalah tetralogi fallot (TF).
4. Congenital Heart Diseases (CHD)sianotik dengan vaskularisasi paru bertambah,
misalnya transposisi arteri besar (TAB).
1. CHD/ PJB Non sianotik dengan vaskularisasi paru bertambah.
Terdapat defek pada septum ventrikel, atrium atau duktus yang tetap terbuka
menyebabkan adanya pirau (kebocoran) darah dari kiri ke kanan karena tekanan jantung
dibagian kiri lebih tinggi daripada dibagian kanan.
Defek Septum Ventrikel (VSD)DSV terjadi bila sekat ventrikel tidak terbentuk dengan sempurna. Akibatnya darah
dari bilik kiri mengalir ke bilik kanan pada saat sistole.
5/17/2018 BAB II CHD(PJB) - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-chdpjb 4/21
7
Manifestasi klinik :
Pada pemeriksaan selain didapat pertumbuhan terhambat, anak terlihat
pucat, banyak keringat bercucuran, ujung-ujung jari hiperemik. Diameter dada
bertambah, sering terlihat pembonjolan dada kiri. Tanda yang menojol adalah nafas
pendek dan retraksi pada jugulum, sela intrakostalis dan region epigastrium. Pada
anak yang kurus terlihat impuls jantung yang hiperdinamik.
Penatalaksanaan:
Pasien dengan DSV besar perlu ditolong dengan obat-obatan utuk
mengatasi gagal jantung. Biasanya diberikan digoksin dan diuretic, misalnya lasix.
Bila obat dapat memperbaiki keadaan, yang dilihat dengan membaiknya pernafasan
dan bertambahnya berat badan, rnaka operasi dapat ditunda sampai usia 2-3 tahun.
Tindakan bedah sangat menolong karena tanpa tindakan tersebut harapan hidup
berkurang.
(Gambar 2.1 Ventrikel Septum Defect/ VSD)
Defek Septum Atrium(ASD)
Kelainan septum atrium disebabkan dari suatu lubang pada foramen ovale atau
pada septum atrium. Tekanan pada foramen ovale atau septum atrium,tekanan pada
sisi kanan jantung meningkat.
5/17/2018 BAB II CHD(PJB) - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-chdpjb 5/21
8
Manifesfasi klinik
Anak mungkin sering mengalami kelelahan dan infeksi saluran pernafasan atas,
mungkin ditemukan adanya murmur jantung. Pada foto rongent ditemukan adanya
pembesaran jantung dan diagnosa dipastikan dengan kateterisasi jantung.
Penatalaksanaan
Kelainan tersebut dapat ditutup dengan dijahit atau dipasang suatugraft
pembedahan jantung terbuka, dengan prognosis baik.
(Gambar 2.2 Atrium Septum Defect/ ASD)
Duktus Arteriosus Persisten (PDA)
DAP adalah terdapatnya pembuluh darah fetal yang menghubungkan percabangan
arteri pulmonalis sebelah kiri (left pulmonary artery) ke aorta desendens tepat di
sebelah distal arteri subklavikula kiri. DAP terjadi bila duktus tidak menutup bila
bayi lahir. Penyebab DAP bermacam-macam, bisa karena infeksi rubella pada ibu
dan prematuritas.
Manifestosi klinik
Neonatus menunjukan tanda-tanda respiratory distress seperti mendengkur, tacipnea
dan retraksi. Sejalan dengan pertumbuhan anak, maka anak akan mengalami
dispnea, jantung membesar, hipertropi ventrikuler kiri akibat penyesuaian jantung
terhadap peningkatan volume darah, adanya tanda machinery type . Murmur
jantung akibat aliran darah turbulensi dari aorta melewati duktus menetap. Tekanan
darah sistolik mungkin tinggi karena pembesaran ventrikel kiri.
5/17/2018 BAB II CHD(PJB) - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-chdpjb 6/21
9
Penatalaksanaan
Karena neonatus tidak toleransi terhadap pembedahan, kelainan biasanya diobati
dengan aspirin atau idomethacin yang menyebabkan kontraksi otot lunak pada
duktus arteriosus. Ketika anak berusia 1-5 tahun, cukup kuat untuk dilakukan
operasi.
(Gambar 2.3 Duktus Arteriosus Persisten/ PDA)
2. CHD/ PJB non sianotik dengan vaskularisasi paru normal
Stenosis Aorta
Pada kelainan ini striktura terjadi diatas atau dibawah katup aorta. Katupnya sendiri
mungkin terkena atau retriksi atau tersumbat secara total aliran darah.
Manifestasi klinik
Anak menjadi kelelahan dan pusing sewaktu cardiac output menurun, tanda-tanda
ini lebih nampak apabila pemenuhan kebutuhan terhadap O2 tidak terpenuhi, hal ini
menjadi serius dapat rnenyebabkan kematian, ini juga ditandai dengan adanya
murmur sistolik yang terdengar pada batas kiri sternum, diagnosa ditegakan
berdasarkan gambaran EKG yang menunjukan adanya hipertropi ventrikel kiri, dan
dari kateterisasi jantung yang menunjukan striktura.
Penatalaksanaan
Stenosis dihilangkan dengan insisi pada katup yang dilakukan pada saat anak
mampu dilakukan pembedahan.
5/17/2018 BAB II CHD(PJB) - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-chdpjb 7/21
10
(Gambar 2.4 Stenosis Aorta/ SA)
Stenosis Pulmonal
Kelainan pada stenosis pulmonik, dijumpai adanya striktur padakatup, normal
tetapi puncaknya menyatu.
Manifestasi klinik
Tergantung pada kondisi stenosis. Anak dapat mengalami dyspne dankelelahan,
karena aliran darah ke paru-paru tidak adekuat untukmencukupi kebutuhan O2 dari
cardiac output yang meningkat. Dalamkeadaan stenosis yang berat, darah kembali
ke atrium kanan yangdapat rnenyebabkan kegagalan jantung kongesti. Stenosis
inididiagnosis berdasarkan murmur jantung sistolik, EKG dan kateterisasijantung.
Penatalaksanaan
Stenosis dikoreksi dengan pembedahan pada katup yang dilakukanpada saat anak
berusia 2-3 tahun.
(Gambar 2.4 Stenosis Pulmonal/ SP)
5/17/2018 BAB II CHD(PJB) - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-chdpjb 8/21
11
Koartasio Aorta
Kelaianan pada koartasi aorta, aorta berkontriksi dengan beberapa cara.
Kontriksimungkin proksimal atau distal terhadap duktus arteriosus. Kelaianan ini
biasanyatidak segera diketahui, kecuali pada kontriksi berat. Untuk itu penting
melakukanskrening anak saat memeriksa kesehatannya, khususnya bila anak
mengikutikegiatan-kegiatan olah raga.
Manifestasi klinik
Ditandai dengan adanya kenaikan tekanan darah, secara proksimal pada
kelainandan penurunan secara distal. Tekanan darah lebih tinggi pada lengan
daripadakaki. Denyut nadi pada lengan terasa kuat, tetapi lemah pada popliteal
danfemoral. Kadang-kadang dijumpai adanya murmur jantung lemah
denganfrekuensi tinggi. Diagnosa ditegakkan dengan cartography.
Penatalaksanaan
Kelainan dapat dikoreksi dengan Balloon Angioplasty, pengangkatan bagianaorta
yang berkontriksi atau anastomi bagian akhir, atau dengan caramemasukkan suatu
graf.
(Gambar 2.5 Koartasio Aorta/ KA)
3. CHD/ PJB sianotik dengan vaskularisai paru berkurang
Tetralogi fallot
Tetralogi fallot merupakan penyakit jantung yang umum, dan terdiri dari 4 kelainan
yaitu:
a. tenosis pulmonal,
b. hipertropi ventrikel kanan,
5/17/2018 BAB II CHD(PJB) - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-chdpjb 9/21
12
c. kelainanseptum ventrikuler,
d. kelainan aorta yang menerima darah dari ventrikel danaliran darah kanan ke kiri
melalui kelainan septum ventrikel.
Manifestasi klinik
Bayi baru lahir dengan TF menampakkan gejala yang nayata yaitu adanyasianosis,
letargi dan lemah. Selain itu juga tampak tanda-tanda dyspne yangkemudian disertai
jari-jari clubbing, bayi berukuran kecil dan berat badan kurang.Bersamaan dengan
pertambahan usia, bayi diobservasi secara teratur, sertadiusahakan untuk mencegah
terjadinya dyspne. Bayi mudah mengalami infeksisaluran pernafasan atas. Diagnosa
berdasarkan pada gejala-gejala klinis, mur-mur jantung, EKG foto rongent dan
kateterisasi jantung.
Penatalaksanaan
Pembedahan paliatif dilakukan pada usia awal anak-anak, untuk
memenuhipeningkatan kebutuhan oksigen dalam masa pertumbuhan.
Pembedahanberikutnya pada masa usia sekolah, bertujuan untuk koreksi
secarapermanent.
Dua pendekatan paliatif adalah dengan cara :
Blalock-Tausing,dilakukan pada ananostomi ujung ke sisi subklavikula kanan
atau arterikarotis menuju arteri pulmonalis kanan.
Waterson dikerjakan padasisi ke sisi anastonosis dari aorta assenden, menuju
arteri pulmonalis kanan,tindakan ini meningkatkan darah yang teroksigenasi
dan membebaskangejala-gejala penyakit jantung sianosis.
5/17/2018 BAB II CHD(PJB) - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-chdpjb 10/21
13
(Gambar 2.6Tetralogi fallot/ TF)
4. CHD/ PJB sianotik dengan vaskularisasi parubertambah
Transposisi arteri besar/ Transpotition Great artery (TGA)
Apabila pembuluh pembuluh darah besar mengalami transposisiaorta,
arteri aorta dan pulmonal secara anatomis akan terpengaruh. Anaktidak akan
hidup kecuali ada suatu duktus arteriosus menetap atau kelainanseptum
ventrikuler atau atrium, yang menyebabkan bercampurnya daraharteri-vena.
Pada TGA terjadi perubahan tempat keluarnya posisi aorta dan arteri
pulmonalis yakni aorta keluar dari ventrikel kanan dan terletak di
sebelahanterior arteri pulmonalis, sedangkan arteri pulmonalis keluar dari
ventrikel kiri ,terletak posterior terhadap aorta. Akibatnya aorta menerima
darah vena sistemik dari vena kava, atriumkanan, ventrikel kanan dan darah
diteruskanke sirkulasi sistemik.
Sedang darah dari vena pulmonalis dialirkan keatrium kiri, ventrikel
kiri dan diteruskan ke arteripulmonalis dan seterusnya keparu.Dengan
demikian maka kedua sirkulasi sistemik dan paru tersebutterpisah dan
kehidupan hanya dapat berlangsung apabila ada komunikasiantara 2 sirkulasi
ini. Pada neonatus percampuran darah terjadi melaluiduktus arteriosus danforamen ovale keatrium kanan. Pada umumnyapercampuran melalui duktus
dan foramen ovale ini tidak adekuat, dan biladuktus arteriosus menutup maka
tidak terdapat percampuran lagi di tempattersebut, keadaan ini sangat
mengancam jiwa penderita.
5/17/2018 BAB II CHD(PJB) - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-chdpjb 11/21
14
Manifesfasi klinik
Transposisi pembuluh-pembuluh darah ini tergantung pada adanyakelainan
atau stenosis. Stenosis kurang tampak apabila kelainanmerupakan PDA atau
ASD atau VSD, tetapi kegagalan jantung akanterjadi.
Penatalaksanaan
Pembedahan paliatif dilakukan agar terjadi percampuran darah. Pada
saatprosedur, suatu kateter balon dimasukan ketika melakukan kateterisasi
jantung, untukmemperbesar kelainanseptum intra arterial. Pada cara Blalock
Halen dibuatsuatu kelainan septum atrium. Pada Edward vena pulmonale
kanan. Sedangkan cara Mustard digunakan untuk koreksi yang permanent.
Septum dihilangkandibuatkan sambungan sehingga darah yang teroksigenisasi
dari venapulmonale kembali ke ventrikel kanan untuk sirkulasi tubuh dan darah
tidakteroksigenisasi kembali dari vena cava ke arteri pulmonale untuk
keperluansirkulasi paru-paru. Kemudian akibat kelaianan ini telah berkurang
secaranyata dengan adanya koreksi dan paliatif.
(Gambar 2.7 Transpotition Great Artery/ TGA)
F. KOMPLIKASI
Pasien dengan penyakit jantung congenital terancam mengalamiberbagai komplikasi
antara lain:
1. Gagal jantung kongestif / CHF.
2. Renjatan kardiogenik/ Henti Jantung.
3. Aritmia.
4. Endokarditis bakterialistis.
5. Hipertensi.
5/17/2018 BAB II CHD(PJB) - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-chdpjb 12/21
15
6. Hipertensi pulmonal.
7. Tromboemboli dan abses otak.
8. Obstruksi pembuluh darah pulmonal.
9. Hepatomegali (jarang terjadi pada bayi prematur).
10. Enterokolitis nekrosis.
11. Gangguan paru yang terjadi bersamaan (misalnya sindrom gawat nafas atau displasia
bronkkopulmoner).
12. Perdarahan gastrointestinal (GI), penurunan jumlah trombosit.
13. Hiperkalemia (penurunan keluaran urin).
14. Gagal tumbuh.
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Foto thorak : Melihat atau evaluasi adanya atrium dan ventrikel kiri membesar secara
signifikan (kardiomegali), gambaran vaskuler paru meningkat.
2. Echokardiografi : Rasio atrium kiri tehadap pangkal aorta lebih dari 1,3:1 pada bayi
cukup bulan atau lebih dari 1,0 pada bayi praterm (disebabkan oleh peningkatan
volume atrium kiri sebagai akibat dari pirau kiri ke kanan).
3. Pemeriksaan laboratorium : Ditemukan adanya peningkatan hemoglobin dan
hematokrit (Ht) akibat saturasi oksigen yang rendah. Pada umumnya hemoglobin
dipertahankan 16-18 gr/dl dan hematokrit antara 50-65 %. Nilai BGA menunjukkanpeningkatan tekanan partial karbondioksida (PCO2), penurunan tekanan parsial
oksigen (PO2) dan penurunan PH.
4. Pemeriksaan dengan Doppler berwarna : digunakan untuk mengevaluasi aliran darah
dan arahnya.
5. Elektrokardiografi (EKG) : bervariasi sesuai tingkat keparahan, adanya hipertropi
ventrikel kiri, kateterisasi jantung yang menunjukan striktura.
6. Kateterisasi jantung : hanya dilakukan untuk mengevaluasi lebih jauh hasil ECHO
atau Doppler yang meragukan atau bila ada kecurigaan defek tambahan lainnya.
7. Diagnosa ditegakkan dengan cartography dan Cardiac iso enzim (CPK & CKMB)
meningkat.
5/17/2018 BAB II CHD(PJB) - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-chdpjb 13/21
16
BAB III
ASKEP TEORITIS CHD
A. PENGKAJIAN
1. Riwayat Keperawatan
Riwayat terjadinya infeksi pada ibu selama trimester pertama. Agenpenyebab lain
adalah rubella, influenza atau chicken pox.
Riwayat prenatal seperti ibu yang menderita diabetes mellitus
denganketergantungan pada insulin.
Kepatuhan ibu menjaga kehamilan dengan baik, termasuk menjaga giziibu, dan
tidak kecanduan obat-obatan dan alcohol, tidak merokok.
Proses kelahiran atau secara alami atau adanya faktor-faktormemperlama proses
persalinan, penggunaan alat seperti vakum untukmembantu kelahiran atau ibu
harus dilakukan SC.
Riwayat keturunan, dengan rnemperhatikan adanya anggota keluargalain yang
juga mengalami kelainan jantung, untuk mengkaji adanyafactor genetik yang
menunjang.
Riwayat tumbuh
Biasanya anak cenderung mengalami keterlambatan pertumbuhan karena fatiq
selama makan dan peningkatan kebutuhan kalori sebagai akibat dari kondisi
penyakit.
Riwayat psikososial/ perkembangan :Kemungkinan mengalami masalah
perkembangan. Mekanisme koping anak/ keluarga. Pengalaman hospitalisasi
sebelumnya.
2. pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan sama dengan pengkajian fisik yangdilakukan
terhadap pasien yang menderita penyakit jantung padaumumnya. Secara spesifik data
yang dapat ditemukan dari hasil pengkajian fisikpada penyakit jantung congenital ini
adalah:
Riwayat keperawatan : respon fisiologis terhadap defek (sianosis, aktivitas
terbatas).
5/17/2018 BAB II CHD(PJB) - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-chdpjb 14/21
17
Observasi adanya tanda-tanda gagal jantung, nafas cepat, sesak nafas, retraksi,
bunyi jantung tambahan (machinery mur-mur), cedera tungkai, hepatomegali.
Observasi adanya hipoksia kronis : clubbing finger.
Observasi adanya hiperemia pada ujung jari.
Observasi pola makan, pola pertambahan berat badan.
Bayi baru lahir berukuran kecil dan berat badan kurang.
Observasi apakah anak terlihat pucat, banyak keringat bercucuran, ujung-
ujung jari hiperemik.
Observasi diameter dada bertambah, sering terlihat benjolan dada kiri.
Tanda yang menojol adalah nafas pendek dan retraksi pada jugulum, sela
intrakostal dan region epigastrium.
Pada anak yang kurus terlihat impuls jantung yang hiperdinarnik.
Observasi anak mungkin sering mengalami kelelahan dan infeksi saluran
pernafasan, sedangkan neonatus menunjukan tanda-tanda respiratory distress
seperti mendengkur, tacipnea dan retraksi.
Observasi apakah anak pusing, tanda-tanda ini lebih nampak apabila
pemenuhan kebutuhan terhadap O2 tidak terpenuhi ditandai dengan adanya
murmur sistolik yang terdengar pada batas kiri sternum.
Observasi apakah ada kenaikan tekanan darah. Tekanan darah lebih tinggi
pada lengan daripada kaki. Denyut nadi pada lengan terasa kuat, tetapi lemah
pada popliteal dan temporal.
Pengkajian psikososial meliputi : usia anak, tugas perkembangan anak, koping
yang digunakan, kebiasaan anak, respon keluarga terhadap penyakit anak,
koping keluarga dan penyesuaian keluarga terhadap stress.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Penurunan cardiac output berhubungan dengan penurunan kontraktilitas jantung,
perubahan tekanan jantung.
2. Tidak efektif pola nafas berhubungan dengan peningkatan resistensi vaskuler paru,
kongesti pulmonal.
3. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan iskemia miokard.
5/17/2018 BAB II CHD(PJB) - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-chdpjb 15/21
18
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kelelahan pada
saat makan dan meningkatnya kebutuhan kalori.
5. Perubahan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan tidak adekuatnya
suplai oksigen dan nutrisi ke jaringan.
6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan, ketidakseimbangan antara
pemakaian oksigen oleh tubuh dan suplai oksigen ke jaringan.
7. Peningkatan volume cairan tubuh berhubungan dengan kongestif vena, penurunan
fungsi ginjal.
8. Kurang pengetahuan ibu tentang keadaan anaknya berhubungan dengan kurangnya
inforrnasi.
9. Koping keluarga tidak efektif berhubungan dengan kurang pengetahuan keluarga
tentang diagnosis/prognosis penyakit anak.
C. INTERVENSI
1. Penurunan cardiac output berhubungan dengan penurunan kontraktilitas
jantung, perubahan tekanan jantung.
Tujuan : Pasien dapat mentoleransi gejala-gejala yang ditimbulkan akibatpenurunan
curah jantung, dan setelah dilakukan tindakan keperawatan terjadipeningkatan curah
jantung sehingga keadaan normal.
Intervensi: a. Bina hubungan saling percaya (BHSP) dengan pasien dan keluarga pasien.
Rasional : Menciptakan suasana yang kondusif dan bersahabat.
b. Berikan health education pada pasien dan keluarga pasien tentang cardiac output.
Rasional : lebih meningkatkan pengetahuan dan informasi bagi pasien dan
keluarga pasien serta lebih kooperatif dalam tindakan pelaksanaan yang dilakukan
perawat.
c. Observasi tanda-tanda vital tiap 4 jam
Rasional: permulaan terjadinya gangguan pada jantung akan ada perubahanpada
tanda-tanda vital seperti pernafasan menjadi cepat, peningkatan suhu,
nadimeningkat, peningkatan tekanan darah, semuanya dapat cepat dideteksi untuk
penangan lebih lanjut.
5/17/2018 BAB II CHD(PJB) - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-chdpjb 16/21
19
d. Informasikan dan anjurkan tentang pentingnya istirahat yang adekuat.
Rasional: istirahat yang adekuat dapat meminimalkan kerja dari jantung dandapat
mempertahankan energi yang ada.
e. Berikan oksigen tambahan dengan kanula nasal/masker sesuai indikasi.
Rasional: meningkatkan sediaan oksigen untuk kebutuhan miokord dan
untukmelawan efek hipoksia/iskemia.
f. Observasi keadaan kulit terhadap pucat dan sianosis.
Rasional: pucat menunjukan adanya penurunan perfusi sekunderterhadap
ketidakadekuatan curah jantung, vasokonstriksi dan anemi.
g. Monitor tanda-tanda CHF seperti gelisah, takikardi, tachypnea, sesak, mudah
lelah, periorbital edema, oliguria, dan hepatomegali.
Rasional : untuk mengetahui sejauh mana tingkat kegawatan dari anak serta
diperlukan dalam mendeteksi untuk penanganan lebih lanjut.
h. Observasi perubahan pada sensori, contoh letargi, bingung disorientasi cemas.
Rasional: dapat menunjukan tidak adekuatnya perfusi serebral sekunder
terhadappenurunan curah jantung.
i. Kolaborasi dengan team medis dalam pemberian tindakan farmakologis berupa
digitalis dan digoxin.
Rasional:mempengaruhi reabsorbsi natrium dan air, dan digoksinmeningkatkan
kekuatan kontraksi miokard dan memperlambat frekuensi jantung dengan
menurunkan konduksi dan memperlambat periode refraktori padahubungan AV
untuk meningkatkan efisiensi curah jantung.
2. Tidak efektif pola nafas berhubungan dengan peningkatan resistensi vaskuler
paru, kongesti pulmonal.
Tujuan : Tidak terjadi ketidakefektitan pola nafas.
Intervensi :
a. Berikan health education pada pasien dan keluarga pasien tentang cardiac output.
Rasional : lebih meningkatkan pengetahuan dan informasi bagi pasien dan
keluarga pasien serta lebih kooperatif dalam tindakan pelaksanaan yang dilakukan
perawat.
5/17/2018 BAB II CHD(PJB) - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-chdpjb 17/21
20
b. Evaluasi frekuensi pernafasan dan kedalaman serta catat upaya pernafasan.
Rasional : pengenalan dini dan pengobatan ventilasi abnormal dapat mencegah
komplikasi.
c. Observasi penyimpangan dada, penurunan ekspansi paru atau ketidaksimetrisan
gerakan dada.
Rasional : udara atau cairan pada area pleura mencegah ekspansi lengkap
(biasanya satu sisi) dan memerlukan pengkajian lanjut status ventilasi.
d. Observasi ulang laporan foto thorax dan pemeriksaan laboratorium GDA, Hb
sesuai indikasi.
Rasional: pantau keefektifan terapi pernafasan dan catat terjadinya komplikasi.
e. Minimalkan menangis atau aktifitas yang meningkat pada anak.
Rasional: menangis akan menyebabkan pernafasan anak akan meningkatkan.
3. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan iskemia miokard.
Tujuan : Menyatakan nyeri hilang dan anak keliatan nyaman.
Intervensi:
a. Berikan health education pada pasien dan keluarga pasien tentang nyeri dan
penanganannya.
Rasional :lebih meningkatkan pengetahuan dan informasi bagi pasien dan
keluarga pasien serta lebih kooperatif dalam tindakan pelaksanaan yang dilakukan
perawat.
b. Observasi adanya keluhan nyeri, pada anak bisa ditunjukan dengan rewel atau
sering menangis.
Rasional: Perbedaan gejala perlu untuk mengidentifikasi penyebab nyeri.
c. Observasi perilaku dan tanda-tanda vital anak tiap 4 jam.
Rasional : Perilaku dan tanda vital membantu menentukan derajat atau adanya
ketidaknyamanan pasien.
d. Evaluasi respon terhadap obat/terapi yang diberikan.
Rasional: penggunaan terapi obat dan dosis, catat nyeri yang tidak hilang atau
menurun dengan penggunaan nitrat.
5/17/2018 BAB II CHD(PJB) - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-chdpjb 18/21
21
e. Berikan lingkungan istirahat yang nyaman dan batasi aktivitas anak sesuai
kebutuhan.
Rasional: aktivitas berlebih dapat meningkatkan kebutuhan oksigen miokard.
(contoh kerja tiba-tiba, stress, makan banyak, terpajan dingin) dapat mencetuskan
nyeri dada.
f. Ajarkan teknik distraksi relaksasi pada anak dan ibu.
Rasional : dengan adanya distraksi nyeri anak dapat dialihkan/pengalihan dan
dapat menurunkan respon nyeri.
g. Anjurkan ibu untuk selalu memberikan ketenangan pada anak.
Rasional: ketenangan anak akan mengurangi stress yang dapat memperberat nyeri
yang dirasakan.
h. Kolaborasi dengan team medis dalam pemberian analgesic.
Rasional : analgesik bekerja dengan menghambat nosiseptor nyeri menempati
reseptornya, sehingga nyeri tidak dirasakan lagi.
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
kelelahan pada saat makan dan meningkatnya kebutuhan kalori.
Tujuan: Anak dapat makan dan menyusu dan tidak terjadi penurunan beratbadan
selama terjadi perubahan status nutrisi.
Intervensi:a. Berikan health education pada pasien dan keluarga pasien tentang manfaat dari
nutrisi sendiri.
Rasional: lebih meningkatkan pengetahuan dan informasi bagi pasien dan
keluarga pasien serta lebih kooperatif dalam tindakan pelaksanaan yang dilakukan
perawat.
b. Anjurkan ibu untuk terus memberikan anak susu, walaupun sedikit tetapi sering.
Rasional: air susu akan mempertahankan kebutuhan nutrisi anak.
c. Pada anak yang sudah tidak menyusui lagi maka berikan makanan dengan porsi
sedikit tapi sering dengan diet sesuai instruksi (TKTP).
Rasional : meningkatan intake atau masukan dan mencegah kelemahan.
d. Jika anak menunjukkan kelemahan akibat ketidak adekuatannya nutrisi yang
masuk maka pasang infuse.
5/17/2018 BAB II CHD(PJB) - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-chdpjb 19/21
22
Rasional: infuse akan menambah kebutuhan nutrisi yang tidak dapat
dipenuhimelalui oral.
e. Observasi selama pemberian makan atau menyusui.
Rasional: selama makan atau menyusui mungkin dapat terjadi anak sesak atau
tersedak.
f. Timbang berat badan setiap hari dengan timbangan yang sama dan waktu yang
sama.
Rasional : mengawasi penurunan berat badan atau efektivitas intervensi nutrisi.
g. Observasi dan catat masukan makanan anak/ intake dan output secara benar.
Rasional : mengawasi masukkan kalori dan kualitas kekurangan konsumsi
makanan.
h. Berikan dan bantu hygiene mulut yang baik sebelum dan sesudah makan, gunakan
sikat gigi halus untuk penyikatan yang lembut, berikan pencuci mulut yang di
encerkan bila mukosa oral luka.
Rasional : meningkatkan nafsu makan dan pemasukan oral, menurunkan
pertumbuhan bakteri, meminimalkan kemungkinan infeksi.
5. Peningkatan volume cairan tubuh berhubungan dengan kongestif vena,
penurunan fungsi ginjal.
Tujuan : Menunjukan keseimbangan masukan dan keluaran, berat badanstabil,tanda-tanda vital dalam rentang normal, tidak terjadinya edema.
Intervensi:
a. Berikan health education pada pasien dan keluarga pasien tentang cairan.
Rasional : lebih meningkatkan pengetahuan dan informasi bagi pasien dan
keluarga pasien serta lebih kooperatif dalam tindakan pelaksanaan yang dilakukan
perawat.
b. Pantau pemasukan dan pengeluaran/ intake dan output, catat keseimbangan
cairan, timbangberat badan anak setiap hari.
Rasional : penting pada pengkajian jantung dan fungsi ginjal dankeefektifan
terapi diuretic, keseimbangan cairan berlanjut dan berat badanmeningkat
menunjukkan makin buruknya gagal jantung.
5/17/2018 BAB II CHD(PJB) - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-chdpjb 20/21
23
c. Kaji adanya edema periorbital, edema tangan dan kaki, hepatomegali,
rales,ronchi, penambahan berat badan.
Rasional: menunjukan kelebihan cairan tubuh.
d. Berikan batasan diet natrium sesuai dengan indikasi.
Rasional : menurunkan retensi natrium.
e. Kolaborasi dengan team medis dalam pemberian diuretic ( furosemid ) sesuai
indikasi.
Rasional: menghambat reabsorsi natrium, yang meningkatkan eksresi cairan
danmenurunkan kelebihan cairan total tubuh.
6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan, ketidakseimbangan antara
pemakaian oksigen oleh tubuh dan suplai oksigen ke jaringan.
Tujuan : Anak dapat melakukan aktivitas yang sesuai tanpa adanyakelemahan.
Intervensi:
a. Berikan health education pada pasien dan keluarga pasien tentang aktifitas.
Rasional : lebih meningkatkan pengetahuan dan informasi bagi pasien dan
keluarga pasien serta lebih kooperatif dalam tindakan pelaksanaan yang dilakukan
perawat.
b. Kaji perkembangan tanda-tanda peningkatan tanda-tanda vital, seperti
adanyasesak. Rasional: menunjukan gangguan pada jantung yang kemudian akanmenggunakan
energi lebih sebagai kompensasi sehingga akhirnya anak menjadikelelahan.
c. Bantu pasien dalam aktivitas yang tidak dapat dilakukannya.
Rasional: teknik penghematan energi.
d. Support dalam pemberian nutrisi anak.
Rasional : nutrisi dapat membantu meningkatkan metabolisme juga
akanmeningkatkan produksi energi.
e. Batasi aktifitas anak yang berlebihan.
Rasional : meminimalkan kerja dari jantung dan dapat mempertahankan energi
yang ada.
5/17/2018 BAB II CHD(PJB) - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-chdpjb 21/21
24
D. EVALUASI
Hasil yang diharapkan setelah dilakukannya asuhan keperawatan adalah :
1. Anak akan menunjukkan tanda-tanda membaiknya curah jantung/ cardiac output.
2. Anak akan menunjukkan tanda-tanda tidak adanya peningkatan resistensi pembuluh
paru dan efektif pola nafasnya.
3. Anak akan merasa nyaman dan tidak mengalami/ merasa nyeri dada.
4. Anak akan mempertahankan tingkat aktivitas yang adekuat.
5. Anak akan tumbuh sesuai dengan kurva pertumbuhan berat dan tinggi badan.
6. Anak akan mempertahankan intake makanan dan minuman untuk mempertahankan
berat badan dalam menopang pertumbuhan.
7. Orang tua akan mengekspresikan perasaannya akibat memiliki anak dengan kelainan
jantung, mendiskusikan rencana pengobatan, dan memiliki keyakinan bahwa orang
tua memiliki peranan penting dalam keberhasilan pengobatan.