bab ii chd(pjb)

21
  4 BAB II TINJAUAN TEORITIS A. PENGERTIAN Congenital heart disease (CHD) atau penyakit jantung bawaan adalah kelainan jantung yang sudah ada sejak bayi lahir, jadi kelainan tersebut terjadi sebelum bayi lahir. Tetapi kelaianan jantung bawaan ini tidak selalu memberi gejala segera setelah bayi lahir tidak jarang kelainan tersebut baru ditemukan setelah pasien berumur beberapa bulan atau bahkan beberapa tahun (Ngastiyah:1997) B. ETIOLOGI Penyebab penyakit jantung congenital berkaitan dengan kelainan perkembangan embrionik, pada usia lima sampai delapan minggu, jantung dan pembuluh darah besar dibentuk. Penyebab utama terjadinya penyakit jantung congenital belum dapat diketahui secara pasti, tetapi ada beberapa faktor yang diduga mempunyai pengaruh pada peningkatan angka kejadian penyakit jantung bawaan : 1. Faktor Prenatal :  Ibu menderita penyakit infeksi : rubella, influenza atau chicken fox.\  Ibu alkoholisme.  Umur ibu lebih dari 40 tahun.  Ibu menderita penyakit Diabetes Mellitus (DM) yang memerlukan insulin.  Ibu meminum obat-obatan penenang atau jamu dan sebelumnya ikut program KB oral atau suntik, minum obat-obatan tanpa resep dokter, ( thalidmide, dextroamphetamine, aminopterin, amethopterin).  Terpajan radiasi (sinar X).  Gizi ibu yang buruk.  Kecanduan obat-obatan yang mempengaruhi perkembangan embrio. 2. Faktor Genetik :  Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan.  Ayah / Ibu menderita penyakit jantung bawaan.  Kelainan kromosom seperti Sindrom Down.

Upload: herayatidewi

Post on 20-Jul-2015

184 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II CHD(PJB)

5/17/2018 BAB II CHD(PJB) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-chdpjb 1/21

 

4

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A.  PENGERTIAN

Congenital heart disease (CHD) atau penyakit jantung bawaan adalah

kelainan jantung yang sudah ada sejak bayi lahir, jadi kelainan tersebut terjadi sebelum

bayi lahir. Tetapi kelaianan jantung bawaan ini tidak selalu memberi gejala segera setelah

bayi lahir tidak jarang kelainan tersebut baru ditemukan setelah pasien berumur beberapa

bulan atau bahkan beberapa tahun (Ngastiyah:1997)

B.  ETIOLOGI

Penyebab penyakit jantung congenital berkaitan dengan kelainan perkembangan

embrionik, pada usia lima sampai delapan minggu, jantung dan pembuluh darah besar

dibentuk. Penyebab utama terjadinya penyakit jantung congenital belum dapat diketahui

secara pasti, tetapi ada beberapa faktor yang diduga mempunyai pengaruh pada

peningkatan angka kejadian penyakit jantung bawaan :

1.  Faktor Prenatal :

  Ibu menderita penyakit infeksi : rubella, influenza atau chicken fox.\ 

  Ibu alkoholisme.

  Umur ibu lebih dari 40 tahun.

  Ibu menderita penyakit Diabetes Mellitus (DM) yang memerlukan insulin.

  Ibu meminum obat-obatan penenang atau jamu dan sebelumnya ikut program

KB oral atau suntik, minum obat-obatan tanpa resep dokter, ( thalidmide,

dextroamphetamine, aminopterin, amethopterin).

  Terpajan radiasi (sinar X).

  Gizi ibu yang buruk.

  Kecanduan obat-obatan yang mempengaruhi perkembangan embrio.

2.  Faktor Genetik :

  Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan.

  Ayah / Ibu menderita penyakit jantung bawaan.

  Kelainan kromosom seperti Sindrom Down.

Page 2: BAB II CHD(PJB)

5/17/2018 BAB II CHD(PJB) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-chdpjb 2/21

 

5

  Lahir dengan kelainan bawaan yang lain.

C.  PATOFISIOLOGI

Kelainan jantung congenital menyebabkan dua perubahan hemodinamikutama.

Shunting atau percampuran darah arteri dari vena serta perubahan alirandarah pulmonal

dan tekanan darah. Normalnya, tekanan pada jantung kanan lebihbesar daripada sirkulasi

pulmonal. Shunting terjadi apabila darah mengalir melaluilubang abnormal pada jantung

sehat dari daerah yang bertekanan lebih tinggi kedaerah yang bertekanan rendah,

menyebabkan darah yang teroksigenisasi mengalirke dalam sirkulasi sistemik.

Aliran darah pulmonal dan tekanan darah meningkat bila ada keterlambatanpenipisan

normal serabut otot lunak pada arteriola pulmonal sewaktu lahir.Penebalan vascular

meningkatkan resistensi sirkulasi pulmonal, aliran darahpulmonal dapat melampaui

sirkulasi sistemik dan aliran darah bergerakdari kananke kiri.Perubahan pada aliran

darah, percampuran darah vena dan arteri, serta kenaikan tekanan pulmonal akan

meningkatkan kerja jantung.Manifestasi dari penyakit jantung congenital yaitu adanya

gagal jantung,perfusi tidak adekuat dan kongesti pulmonal.

D.  TANDA DAN GEJALA

1. 

Infants :  Dyspnea.

  Difficulty breathing (Kesulitan Bernafas).

  Pulse rate over 200 beats/mnt (Nadi lebih dari 200 kali/menit).

  Recurrent respiratory infections (infeksi saluran nafas yang berulang).

  Failure to gain weight (kesulitan penambahan berat badan).

  Heart murmur.

 Cyanosis

  Cerebrovasculer accident/ CVA.

  Stridor and choking spells/ mencekik.

2.  Children

  Dyspnea.

  Poor physical development ( perkembangan fisik yang kurang).

Page 3: BAB II CHD(PJB)

5/17/2018 BAB II CHD(PJB) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-chdpjb 3/21

 

6

  Decrease exercise tolerance (aktitas menurun).

  Recurrent respiratory infections (infeksi saluran nafas yang berulang).

  Heart murmur and thrill.

  Cyanosis.

  Squatting.

  Clubbing of fingers and toes.

  Elevated blood pressure (tekanan darah tinggi).

E.  KLASIFIKASI

Terdapat berbagai cara penggolongan penyakit jantung congenital. Penggolongan yang

sangat sederhana adalah penggolongan yang didasarkan pada adanya sianosis serta

vaskuiarisasi paru.

1.  Congenital Heart Diseases (CHD)non sianotik dengan vaskularisasi paru bertambah,

misalnya defekseptum (DSV), defek septum atrium (DSA), dan duktus arteriousus

persisten (DAP).

2.  Congenital Heart Diseases (CHD)non sianotik dengan vaskularisasi paru normal.

Pada penggolongan ini termasuk stenosis aorta(SA),stenosis pulmonal (SP) dan

koartasio aorta.

3.  Congenital Heart Diseases (CHD)sianotik dengan vaskularisasi paru berkurang. Pada

penggolongan ini yang paling banyak adalah tetralogi fallot (TF).

4.  Congenital Heart Diseases (CHD)sianotik dengan vaskularisasi paru bertambah,

misalnya transposisi arteri besar (TAB).

1.  CHD/ PJB Non sianotik dengan vaskularisasi paru bertambah.

Terdapat defek pada septum ventrikel, atrium atau duktus yang tetap terbuka

menyebabkan adanya pirau (kebocoran) darah dari kiri ke kanan karena tekanan jantung

dibagian kiri lebih tinggi daripada dibagian kanan.

 Defek Septum Ventrikel (VSD)DSV terjadi bila sekat ventrikel tidak terbentuk dengan sempurna. Akibatnya darah

dari bilik kiri mengalir ke bilik kanan pada saat sistole.

Page 4: BAB II CHD(PJB)

5/17/2018 BAB II CHD(PJB) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-chdpjb 4/21

 

7

Manifestasi klinik :

Pada pemeriksaan selain didapat pertumbuhan terhambat, anak terlihat

pucat, banyak keringat bercucuran, ujung-ujung jari hiperemik. Diameter dada

bertambah, sering terlihat pembonjolan dada kiri. Tanda yang menojol adalah nafas

pendek dan retraksi pada jugulum, sela intrakostalis dan region epigastrium. Pada

anak yang kurus terlihat impuls jantung yang hiperdinamik.

Penatalaksanaan: 

Pasien dengan DSV besar perlu ditolong dengan obat-obatan utuk 

mengatasi gagal jantung. Biasanya diberikan digoksin dan diuretic, misalnya lasix.

Bila obat dapat memperbaiki keadaan, yang dilihat dengan membaiknya pernafasan

dan bertambahnya berat badan, rnaka operasi dapat ditunda sampai usia 2-3 tahun.

Tindakan bedah sangat menolong karena tanpa tindakan tersebut harapan hidup

berkurang.

(Gambar 2.1 Ventrikel Septum Defect/ VSD)

  Defek Septum Atrium(ASD)

Kelainan septum atrium disebabkan dari suatu lubang pada foramen ovale atau

pada septum atrium. Tekanan pada foramen ovale atau septum atrium,tekanan pada

sisi kanan jantung meningkat.

Page 5: BAB II CHD(PJB)

5/17/2018 BAB II CHD(PJB) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-chdpjb 5/21

 

8

Manifesfasi klinik

Anak mungkin sering mengalami kelelahan dan infeksi saluran pernafasan atas,

mungkin ditemukan adanya murmur jantung. Pada foto rongent ditemukan adanya

pembesaran jantung dan diagnosa dipastikan dengan kateterisasi jantung.

Penatalaksanaan 

Kelainan tersebut dapat ditutup dengan dijahit atau dipasang suatugraft

pembedahan jantung terbuka, dengan prognosis baik.

(Gambar 2.2 Atrium Septum Defect/ ASD)

  Duktus Arteriosus Persisten (PDA)

DAP adalah terdapatnya pembuluh darah fetal yang menghubungkan percabangan

arteri pulmonalis sebelah kiri (left pulmonary artery) ke aorta desendens tepat di

sebelah distal arteri subklavikula kiri. DAP terjadi bila duktus tidak menutup bila

bayi lahir. Penyebab DAP bermacam-macam, bisa karena infeksi rubella pada ibu

dan prematuritas.

Manifestosi klinik

Neonatus menunjukan tanda-tanda respiratory distress seperti mendengkur, tacipnea

dan retraksi. Sejalan dengan pertumbuhan anak, maka anak akan mengalami

dispnea, jantung membesar, hipertropi ventrikuler kiri akibat penyesuaian jantung

terhadap peningkatan volume darah, adanya tanda machinery type . Murmur

 jantung akibat aliran darah turbulensi dari aorta melewati duktus menetap. Tekanan

darah sistolik mungkin tinggi karena pembesaran ventrikel kiri.

Page 6: BAB II CHD(PJB)

5/17/2018 BAB II CHD(PJB) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-chdpjb 6/21

 

9

Penatalaksanaan 

Karena neonatus tidak toleransi terhadap pembedahan, kelainan biasanya diobati

dengan aspirin atau idomethacin yang menyebabkan kontraksi otot lunak pada

duktus arteriosus. Ketika anak berusia 1-5 tahun, cukup kuat untuk dilakukan

operasi.

(Gambar 2.3 Duktus Arteriosus Persisten/ PDA)

2.  CHD/ PJB non sianotik dengan vaskularisasi paru normal

  Stenosis Aorta

Pada kelainan ini striktura terjadi diatas atau dibawah katup aorta. Katupnya sendiri

mungkin terkena atau retriksi atau tersumbat secara total aliran darah.

Manifestasi klinik 

Anak menjadi kelelahan dan pusing sewaktu cardiac output menurun, tanda-tanda

ini lebih nampak apabila pemenuhan kebutuhan terhadap O2 tidak terpenuhi, hal ini

menjadi serius dapat rnenyebabkan kematian, ini juga ditandai dengan adanya

murmur sistolik yang terdengar pada batas kiri sternum, diagnosa ditegakan

berdasarkan gambaran EKG yang menunjukan adanya hipertropi ventrikel kiri, dan

dari kateterisasi jantung yang menunjukan striktura.

Penatalaksanaan 

Stenosis dihilangkan dengan insisi pada katup yang dilakukan pada saat anak 

mampu dilakukan pembedahan.

Page 7: BAB II CHD(PJB)

5/17/2018 BAB II CHD(PJB) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-chdpjb 7/21

 

10

(Gambar 2.4 Stenosis Aorta/ SA)

  Stenosis Pulmonal

Kelainan pada stenosis pulmonik, dijumpai adanya striktur padakatup, normal

tetapi puncaknya menyatu.

Manifestasi klinik

Tergantung pada kondisi stenosis. Anak dapat mengalami dyspne dankelelahan,

karena aliran darah ke paru-paru tidak adekuat untukmencukupi kebutuhan O2 dari

cardiac output yang meningkat. Dalamkeadaan stenosis yang berat, darah kembali

ke atrium kanan yangdapat rnenyebabkan kegagalan jantung kongesti. Stenosis

inididiagnosis berdasarkan murmur jantung sistolik, EKG dan kateterisasijantung.

Penatalaksanaan 

Stenosis dikoreksi dengan pembedahan pada katup yang dilakukanpada saat anak 

berusia 2-3 tahun.

(Gambar 2.4 Stenosis Pulmonal/ SP)

Page 8: BAB II CHD(PJB)

5/17/2018 BAB II CHD(PJB) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-chdpjb 8/21

 

11

  Koartasio Aorta

Kelaianan pada koartasi aorta, aorta berkontriksi dengan beberapa cara.

Kontriksimungkin proksimal atau distal terhadap duktus arteriosus. Kelaianan ini

biasanyatidak segera diketahui, kecuali pada kontriksi berat. Untuk itu penting

melakukanskrening anak saat memeriksa kesehatannya, khususnya bila anak 

mengikutikegiatan-kegiatan olah raga.

Manifestasi klinik

Ditandai dengan adanya kenaikan tekanan darah, secara proksimal pada

kelainandan penurunan secara distal. Tekanan darah lebih tinggi pada lengan

daripadakaki. Denyut nadi pada lengan terasa kuat, tetapi lemah pada popliteal

danfemoral. Kadang-kadang dijumpai adanya murmur jantung lemah

denganfrekuensi tinggi. Diagnosa ditegakkan dengan cartography.

Penatalaksanaan 

Kelainan dapat dikoreksi dengan Balloon Angioplasty, pengangkatan bagianaorta

yang berkontriksi atau anastomi bagian akhir, atau dengan caramemasukkan suatu

graf.

(Gambar 2.5 Koartasio Aorta/ KA)

3.  CHD/ PJB sianotik dengan vaskularisai paru berkurang

  Tetralogi fallot

Tetralogi fallot merupakan penyakit jantung yang umum, dan terdiri dari 4 kelainan

yaitu:

a.  tenosis pulmonal,

b.  hipertropi ventrikel kanan,

Page 9: BAB II CHD(PJB)

5/17/2018 BAB II CHD(PJB) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-chdpjb 9/21

 

12

c.  kelainanseptum ventrikuler,

d.  kelainan aorta yang menerima darah dari ventrikel danaliran darah kanan ke kiri

melalui kelainan septum ventrikel.

Manifestasi klinik

Bayi baru lahir dengan TF menampakkan gejala yang nayata yaitu adanyasianosis,

letargi dan lemah. Selain itu juga tampak tanda-tanda dyspne yangkemudian disertai

 jari-jari clubbing, bayi berukuran kecil dan berat badan kurang.Bersamaan dengan

pertambahan usia, bayi diobservasi secara teratur, sertadiusahakan untuk mencegah

terjadinya dyspne. Bayi mudah mengalami infeksisaluran pernafasan atas. Diagnosa

berdasarkan pada gejala-gejala klinis, mur-mur jantung, EKG foto rongent dan

kateterisasi jantung.

Penatalaksanaan 

Pembedahan paliatif dilakukan pada usia awal anak-anak, untuk 

memenuhipeningkatan kebutuhan oksigen dalam masa pertumbuhan.

Pembedahanberikutnya pada masa usia sekolah, bertujuan untuk koreksi

secarapermanent.

Dua pendekatan paliatif adalah dengan cara :

  Blalock-Tausing,dilakukan pada ananostomi ujung ke sisi subklavikula kanan

atau arterikarotis menuju arteri pulmonalis kanan.

  Waterson dikerjakan padasisi ke sisi anastonosis dari aorta assenden, menuju

arteri pulmonalis kanan,tindakan ini meningkatkan darah yang teroksigenasi

dan membebaskangejala-gejala penyakit jantung sianosis.

Page 10: BAB II CHD(PJB)

5/17/2018 BAB II CHD(PJB) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-chdpjb 10/21

 

13

(Gambar 2.6Tetralogi fallot/ TF)

4.  CHD/ PJB sianotik dengan vaskularisasi parubertambah

  Transposisi arteri besar/ Transpotition Great artery (TGA)

Apabila pembuluh pembuluh darah besar mengalami transposisiaorta,

arteri aorta dan pulmonal secara anatomis akan terpengaruh. Anaktidak akan

hidup kecuali ada suatu duktus arteriosus menetap atau kelainanseptum

ventrikuler atau atrium, yang menyebabkan bercampurnya daraharteri-vena.

Pada TGA terjadi perubahan tempat keluarnya posisi aorta dan arteri

pulmonalis yakni aorta keluar dari ventrikel kanan dan terletak di

sebelahanterior arteri pulmonalis, sedangkan arteri pulmonalis keluar dari

ventrikel kiri ,terletak posterior terhadap aorta. Akibatnya aorta menerima

darah vena sistemik dari vena kava, atriumkanan, ventrikel kanan dan darah

diteruskanke sirkulasi sistemik.

Sedang darah dari vena pulmonalis dialirkan keatrium kiri, ventrikel

kiri dan diteruskan ke arteripulmonalis dan seterusnya keparu.Dengan

demikian maka kedua sirkulasi sistemik dan paru tersebutterpisah dan

kehidupan hanya dapat berlangsung apabila ada komunikasiantara 2 sirkulasi

ini. Pada neonatus percampuran darah terjadi melaluiduktus arteriosus danforamen ovale keatrium kanan. Pada umumnyapercampuran melalui duktus

dan foramen ovale ini tidak adekuat, dan biladuktus arteriosus menutup maka

tidak terdapat percampuran lagi di tempattersebut, keadaan ini sangat

mengancam jiwa penderita.

Page 11: BAB II CHD(PJB)

5/17/2018 BAB II CHD(PJB) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-chdpjb 11/21

 

14

Manifesfasi klinik 

Transposisi pembuluh-pembuluh darah ini tergantung pada adanyakelainan

atau stenosis. Stenosis kurang tampak apabila kelainanmerupakan PDA atau

ASD atau VSD, tetapi kegagalan jantung akanterjadi.

Penatalaksanaan 

Pembedahan paliatif dilakukan agar terjadi percampuran darah. Pada

saatprosedur, suatu kateter balon dimasukan ketika melakukan kateterisasi

 jantung, untukmemperbesar kelainanseptum intra arterial. Pada cara Blalock 

Halen dibuatsuatu kelainan septum atrium. Pada Edward vena pulmonale

kanan. Sedangkan cara Mustard digunakan untuk koreksi yang permanent.

Septum dihilangkandibuatkan sambungan sehingga darah yang teroksigenisasi

dari venapulmonale kembali ke ventrikel kanan untuk sirkulasi tubuh dan darah

tidakteroksigenisasi kembali dari vena cava ke arteri pulmonale untuk 

keperluansirkulasi paru-paru. Kemudian akibat kelaianan ini telah berkurang

secaranyata dengan adanya koreksi dan paliatif.

(Gambar 2.7 Transpotition Great Artery/ TGA)

F.  KOMPLIKASI

Pasien dengan penyakit jantung congenital terancam mengalamiberbagai komplikasi

antara lain:

1.  Gagal jantung kongestif / CHF.

2.  Renjatan kardiogenik/ Henti Jantung.

3.  Aritmia.

4.  Endokarditis bakterialistis.

5.  Hipertensi.

Page 12: BAB II CHD(PJB)

5/17/2018 BAB II CHD(PJB) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-chdpjb 12/21

 

15

6.  Hipertensi pulmonal.

7.  Tromboemboli dan abses otak.

8.  Obstruksi pembuluh darah pulmonal.

9.  Hepatomegali (jarang terjadi pada bayi prematur).

10. Enterokolitis nekrosis.

11. Gangguan paru yang terjadi bersamaan (misalnya sindrom gawat nafas atau displasia

bronkkopulmoner).

12. Perdarahan gastrointestinal (GI), penurunan jumlah trombosit.

13. Hiperkalemia (penurunan keluaran urin).

14. Gagal tumbuh.

G.  PEMERIKSAAN PENUNJANG

1.  Foto thorak : Melihat atau evaluasi adanya atrium dan ventrikel kiri membesar secara

signifikan (kardiomegali), gambaran vaskuler paru meningkat. 

2.  Echokardiografi : Rasio atrium kiri tehadap pangkal aorta lebih dari 1,3:1 pada bayi

cukup bulan atau lebih dari 1,0 pada bayi praterm (disebabkan oleh peningkatan

volume atrium kiri sebagai akibat dari pirau kiri ke kanan).  

3.  Pemeriksaan laboratorium : Ditemukan adanya peningkatan hemoglobin dan

hematokrit (Ht) akibat saturasi oksigen yang rendah. Pada umumnya hemoglobin

dipertahankan 16-18 gr/dl dan hematokrit antara 50-65 %. Nilai BGA menunjukkanpeningkatan tekanan partial karbondioksida (PCO2), penurunan tekanan parsial

oksigen (PO2) dan penurunan PH. 

4.  Pemeriksaan dengan Doppler berwarna : digunakan untuk mengevaluasi aliran darah

dan arahnya. 

5.  Elektrokardiografi (EKG) : bervariasi sesuai tingkat keparahan, adanya hipertropi

ventrikel kiri, kateterisasi jantung yang menunjukan striktura.

6.  Kateterisasi jantung : hanya dilakukan untuk mengevaluasi lebih jauh hasil ECHO

atau Doppler yang meragukan atau bila ada kecurigaan defek tambahan lainnya.  

7.  Diagnosa ditegakkan dengan cartography dan Cardiac iso enzim (CPK & CKMB)

meningkat. 

Page 13: BAB II CHD(PJB)

5/17/2018 BAB II CHD(PJB) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-chdpjb 13/21

 

16

BAB III

ASKEP TEORITIS CHD

A.  PENGKAJIAN

1.  Riwayat Keperawatan

  Riwayat terjadinya infeksi pada ibu selama trimester pertama. Agenpenyebab lain

adalah rubella, influenza atau chicken pox.

  Riwayat prenatal seperti ibu yang menderita diabetes mellitus

denganketergantungan pada insulin.

  Kepatuhan ibu menjaga kehamilan dengan baik, termasuk menjaga giziibu, dan

tidak kecanduan obat-obatan dan alcohol, tidak merokok.

  Proses kelahiran atau secara alami atau adanya faktor-faktormemperlama proses

persalinan, penggunaan alat seperti vakum untukmembantu kelahiran atau ibu

harus dilakukan SC.

  Riwayat keturunan, dengan rnemperhatikan adanya anggota keluargalain yang

 juga mengalami kelainan jantung, untuk mengkaji adanyafactor genetik yang

menunjang.

  Riwayat tumbuh

Biasanya anak cenderung mengalami keterlambatan pertumbuhan karena fatiq

selama makan dan peningkatan kebutuhan kalori sebagai akibat dari kondisi

penyakit.

  Riwayat psikososial/ perkembangan :Kemungkinan mengalami masalah

perkembangan. Mekanisme koping anak/ keluarga. Pengalaman hospitalisasi

sebelumnya.

2.  pemeriksaan fisik 

Pemeriksaan fisik yang dilakukan sama dengan pengkajian fisik yangdilakukan

terhadap pasien yang menderita penyakit jantung padaumumnya. Secara spesifik data

yang dapat ditemukan dari hasil pengkajian fisikpada penyakit jantung congenital ini

adalah:

  Riwayat keperawatan : respon fisiologis terhadap defek (sianosis, aktivitas

terbatas).

Page 14: BAB II CHD(PJB)

5/17/2018 BAB II CHD(PJB) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-chdpjb 14/21

 

17

  Observasi adanya tanda-tanda gagal jantung, nafas cepat, sesak nafas, retraksi,

bunyi jantung tambahan (machinery mur-mur), cedera tungkai, hepatomegali.

  Observasi adanya hipoksia kronis : clubbing finger.

  Observasi adanya hiperemia pada ujung jari.

  Observasi pola makan, pola pertambahan berat badan.

  Bayi baru lahir berukuran kecil dan berat badan kurang.

  Observasi apakah anak terlihat pucat, banyak keringat bercucuran, ujung-

ujung jari hiperemik.

  Observasi diameter dada bertambah, sering terlihat benjolan dada kiri.

  Tanda yang menojol adalah nafas pendek dan retraksi pada jugulum, sela

intrakostal dan region epigastrium.

  Pada anak yang kurus terlihat impuls jantung yang hiperdinarnik.

  Observasi anak mungkin sering mengalami kelelahan dan infeksi saluran

pernafasan, sedangkan neonatus menunjukan tanda-tanda respiratory distress

seperti mendengkur, tacipnea dan retraksi.

  Observasi apakah anak pusing, tanda-tanda ini lebih nampak apabila

pemenuhan kebutuhan terhadap O2 tidak terpenuhi ditandai dengan adanya

murmur sistolik yang terdengar pada batas kiri sternum.

  Observasi apakah ada kenaikan tekanan darah. Tekanan darah lebih tinggi

pada lengan daripada kaki. Denyut nadi pada lengan terasa kuat, tetapi lemah

pada popliteal dan temporal.

  Pengkajian psikososial meliputi : usia anak, tugas perkembangan anak, koping

yang digunakan, kebiasaan anak, respon keluarga terhadap penyakit anak,

koping keluarga dan penyesuaian keluarga terhadap stress.

B.  DIAGNOSA KEPERAWATAN

1.  Penurunan cardiac output berhubungan dengan penurunan kontraktilitas jantung,

perubahan tekanan jantung.

2.  Tidak efektif pola nafas berhubungan dengan peningkatan resistensi vaskuler paru,

kongesti pulmonal.

3.  Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan iskemia miokard.

Page 15: BAB II CHD(PJB)

5/17/2018 BAB II CHD(PJB) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-chdpjb 15/21

 

18

4.  Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kelelahan pada

saat makan dan meningkatnya kebutuhan kalori.

5.  Perubahan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan tidak adekuatnya

suplai oksigen dan nutrisi ke jaringan.

6.  Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan, ketidakseimbangan antara

pemakaian oksigen oleh tubuh dan suplai oksigen ke jaringan.

7.  Peningkatan volume cairan tubuh berhubungan dengan kongestif vena, penurunan

fungsi ginjal.

8.  Kurang pengetahuan ibu tentang keadaan anaknya berhubungan dengan kurangnya

inforrnasi.

9.  Koping keluarga tidak efektif berhubungan dengan kurang pengetahuan keluarga

tentang diagnosis/prognosis penyakit anak.

C.  INTERVENSI

1.  Penurunan cardiac output berhubungan dengan penurunan kontraktilitas

 jantung, perubahan tekanan jantung.

Tujuan : Pasien dapat mentoleransi gejala-gejala yang ditimbulkan akibatpenurunan

curah jantung, dan setelah dilakukan tindakan keperawatan terjadipeningkatan curah

 jantung sehingga keadaan normal.

Intervensi: a.  Bina hubungan saling percaya (BHSP) dengan pasien dan keluarga pasien.

 Rasional : Menciptakan suasana yang kondusif dan bersahabat. 

b.  Berikan health education pada pasien dan keluarga pasien tentang cardiac output.

 Rasional : lebih meningkatkan pengetahuan dan informasi bagi pasien dan

keluarga pasien serta lebih kooperatif dalam tindakan pelaksanaan yang dilakukan

perawat. 

c.  Observasi tanda-tanda vital tiap 4 jam 

 Rasional: permulaan terjadinya gangguan pada jantung akan ada perubahanpada

tanda-tanda vital seperti pernafasan menjadi cepat, peningkatan suhu,

nadimeningkat, peningkatan tekanan darah, semuanya dapat cepat dideteksi untuk 

penangan lebih lanjut.

Page 16: BAB II CHD(PJB)

5/17/2018 BAB II CHD(PJB) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-chdpjb 16/21

 

19

d.  Informasikan dan anjurkan tentang pentingnya istirahat yang adekuat.

 Rasional: istirahat yang adekuat dapat meminimalkan kerja dari jantung dandapat

mempertahankan energi yang ada.

e.  Berikan oksigen tambahan dengan kanula nasal/masker sesuai indikasi.

 Rasional: meningkatkan sediaan oksigen untuk kebutuhan miokord dan

untukmelawan efek hipoksia/iskemia.

f.  Observasi keadaan kulit terhadap pucat dan sianosis.

 Rasional: pucat menunjukan adanya penurunan perfusi sekunderterhadap

ketidakadekuatan curah jantung, vasokonstriksi dan anemi.

g.  Monitor tanda-tanda CHF seperti gelisah, takikardi, tachypnea, sesak, mudah

lelah, periorbital edema, oliguria, dan hepatomegali.

 Rasional : untuk mengetahui sejauh mana tingkat kegawatan dari anak serta

diperlukan dalam mendeteksi untuk penanganan lebih lanjut.

h.  Observasi perubahan pada sensori, contoh letargi, bingung disorientasi cemas.

 Rasional: dapat menunjukan tidak adekuatnya perfusi serebral sekunder

terhadappenurunan curah jantung.

i.  Kolaborasi dengan team medis dalam pemberian tindakan farmakologis berupa

digitalis dan digoxin.

 Rasional:mempengaruhi reabsorbsi natrium dan air, dan digoksinmeningkatkan

kekuatan kontraksi miokard dan memperlambat frekuensi jantung dengan

menurunkan konduksi dan memperlambat periode refraktori padahubungan AV

untuk meningkatkan efisiensi curah jantung.

2.  Tidak efektif pola nafas berhubungan dengan peningkatan resistensi vaskuler

paru, kongesti pulmonal.

Tujuan : Tidak terjadi ketidakefektitan pola nafas.

Intervensi :

a.  Berikan health education pada pasien dan keluarga pasien tentang cardiac output.

 Rasional : lebih meningkatkan pengetahuan dan informasi bagi pasien dan

keluarga pasien serta lebih kooperatif dalam tindakan pelaksanaan yang dilakukan

perawat.

Page 17: BAB II CHD(PJB)

5/17/2018 BAB II CHD(PJB) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-chdpjb 17/21

 

20

b.  Evaluasi frekuensi pernafasan dan kedalaman serta catat upaya pernafasan.

 Rasional : pengenalan dini dan pengobatan ventilasi abnormal dapat mencegah

komplikasi.

c.  Observasi penyimpangan dada, penurunan ekspansi paru atau ketidaksimetrisan

gerakan dada.

 Rasional : udara atau cairan pada area pleura mencegah ekspansi lengkap

(biasanya satu sisi) dan memerlukan pengkajian lanjut status ventilasi.

d.  Observasi ulang laporan foto thorax dan pemeriksaan laboratorium GDA, Hb

sesuai indikasi.

 Rasional: pantau keefektifan terapi pernafasan dan catat terjadinya komplikasi.

e.  Minimalkan menangis atau aktifitas yang meningkat pada anak.

 Rasional: menangis akan menyebabkan pernafasan anak akan meningkatkan.

3.  Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan iskemia miokard.

Tujuan : Menyatakan nyeri hilang dan anak keliatan nyaman.

Intervensi:

a.  Berikan health education pada pasien dan keluarga pasien tentang nyeri dan

penanganannya.

 Rasional :lebih meningkatkan pengetahuan dan informasi bagi pasien dan

keluarga pasien serta lebih kooperatif dalam tindakan pelaksanaan yang dilakukan

perawat.

b.  Observasi adanya keluhan nyeri, pada anak bisa ditunjukan dengan rewel atau

sering menangis.

 Rasional: Perbedaan gejala perlu untuk mengidentifikasi penyebab nyeri.

c.  Observasi perilaku dan tanda-tanda vital anak tiap 4 jam.

 Rasional : Perilaku dan tanda vital membantu menentukan derajat atau adanya

ketidaknyamanan pasien.

d.  Evaluasi respon terhadap obat/terapi yang diberikan.

 Rasional: penggunaan terapi obat dan dosis, catat nyeri yang tidak hilang atau

menurun dengan penggunaan nitrat.

Page 18: BAB II CHD(PJB)

5/17/2018 BAB II CHD(PJB) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-chdpjb 18/21

 

21

e.  Berikan lingkungan istirahat yang nyaman dan batasi aktivitas anak sesuai

kebutuhan.

 Rasional: aktivitas berlebih dapat meningkatkan kebutuhan oksigen miokard.

(contoh kerja tiba-tiba, stress, makan banyak, terpajan dingin) dapat mencetuskan

nyeri dada.

f.  Ajarkan teknik distraksi relaksasi pada anak dan ibu.

 Rasional : dengan adanya distraksi nyeri anak dapat dialihkan/pengalihan dan

dapat menurunkan respon nyeri.

g.  Anjurkan ibu untuk selalu memberikan ketenangan pada anak.

 Rasional: ketenangan anak akan mengurangi stress yang dapat memperberat nyeri

yang dirasakan.

h.  Kolaborasi dengan team medis dalam pemberian analgesic.

 Rasional : analgesik bekerja dengan menghambat nosiseptor nyeri menempati

reseptornya, sehingga nyeri tidak dirasakan lagi.

4.  Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

kelelahan pada saat makan dan meningkatnya kebutuhan kalori.

Tujuan: Anak dapat makan dan menyusu dan tidak terjadi penurunan beratbadan

selama terjadi perubahan status nutrisi.

Intervensi:a.  Berikan health education pada pasien dan keluarga pasien tentang manfaat dari

nutrisi sendiri.

 Rasional: lebih meningkatkan pengetahuan dan informasi bagi pasien dan

keluarga pasien serta lebih kooperatif dalam tindakan pelaksanaan yang dilakukan

perawat.

b.  Anjurkan ibu untuk terus memberikan anak susu, walaupun sedikit tetapi sering.

 Rasional: air susu akan mempertahankan kebutuhan nutrisi anak.

c.  Pada anak yang sudah tidak menyusui lagi maka berikan makanan dengan porsi

sedikit tapi sering dengan diet sesuai instruksi (TKTP).

 Rasional : meningkatan intake atau masukan dan mencegah kelemahan.

d.  Jika anak menunjukkan kelemahan akibat ketidak adekuatannya nutrisi yang

masuk maka pasang infuse.

Page 19: BAB II CHD(PJB)

5/17/2018 BAB II CHD(PJB) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-chdpjb 19/21

 

22

 Rasional: infuse akan menambah kebutuhan nutrisi yang tidak dapat

dipenuhimelalui oral.

e.  Observasi selama pemberian makan atau menyusui.

 Rasional: selama makan atau menyusui mungkin dapat terjadi anak sesak atau

tersedak.

f.  Timbang berat badan setiap hari dengan timbangan yang sama dan waktu yang

sama.

 Rasional : mengawasi penurunan berat badan atau efektivitas intervensi nutrisi.

g.  Observasi dan catat masukan makanan anak/ intake dan output secara benar.

 Rasional : mengawasi masukkan kalori dan kualitas kekurangan konsumsi

makanan.

h.  Berikan dan bantu hygiene mulut yang baik sebelum dan sesudah makan, gunakan

sikat gigi halus untuk penyikatan yang lembut, berikan pencuci mulut yang di

encerkan bila mukosa oral luka.

 Rasional : meningkatkan nafsu makan dan pemasukan oral, menurunkan

pertumbuhan bakteri, meminimalkan kemungkinan infeksi.

5.  Peningkatan volume cairan tubuh berhubungan dengan kongestif vena,

penurunan fungsi ginjal.

Tujuan : Menunjukan keseimbangan masukan dan keluaran, berat badanstabil,tanda-tanda vital dalam rentang normal, tidak terjadinya edema.

Intervensi:

a.  Berikan health education pada pasien dan keluarga pasien tentang cairan.

 Rasional : lebih meningkatkan pengetahuan dan informasi bagi pasien dan

keluarga pasien serta lebih kooperatif dalam tindakan pelaksanaan yang dilakukan

perawat.

b.  Pantau pemasukan dan pengeluaran/ intake dan output, catat keseimbangan

cairan, timbangberat badan anak setiap hari.

 Rasional : penting pada pengkajian jantung dan fungsi ginjal dankeefektifan

terapi diuretic, keseimbangan cairan berlanjut dan berat badanmeningkat

menunjukkan makin buruknya gagal jantung.

Page 20: BAB II CHD(PJB)

5/17/2018 BAB II CHD(PJB) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-chdpjb 20/21

 

23

c.  Kaji adanya edema periorbital, edema tangan dan kaki, hepatomegali,

rales,ronchi, penambahan berat badan.

 Rasional: menunjukan kelebihan cairan tubuh.

d.  Berikan batasan diet natrium sesuai dengan indikasi.

 Rasional : menurunkan retensi natrium.

e.  Kolaborasi dengan team medis dalam pemberian diuretic ( furosemid ) sesuai

indikasi.

 Rasional: menghambat reabsorsi natrium, yang meningkatkan eksresi cairan

danmenurunkan kelebihan cairan total tubuh.

6.  Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan, ketidakseimbangan antara

pemakaian oksigen oleh tubuh dan suplai oksigen ke jaringan.

Tujuan : Anak dapat melakukan aktivitas yang sesuai tanpa adanyakelemahan.

Intervensi:

a.  Berikan health education pada pasien dan keluarga pasien tentang aktifitas.

 Rasional : lebih meningkatkan pengetahuan dan informasi bagi pasien dan

keluarga pasien serta lebih kooperatif dalam tindakan pelaksanaan yang dilakukan

perawat.

b.  Kaji perkembangan tanda-tanda peningkatan tanda-tanda vital, seperti

adanyasesak. Rasional: menunjukan gangguan pada jantung yang kemudian akanmenggunakan

energi lebih sebagai kompensasi sehingga akhirnya anak menjadikelelahan.

c.  Bantu pasien dalam aktivitas yang tidak dapat dilakukannya.

 Rasional: teknik penghematan energi.

d.  Support dalam pemberian nutrisi anak.

 Rasional : nutrisi dapat membantu meningkatkan metabolisme juga

akanmeningkatkan produksi energi.

e.  Batasi aktifitas anak yang berlebihan.

 Rasional : meminimalkan kerja dari jantung dan dapat mempertahankan energi

yang ada.

Page 21: BAB II CHD(PJB)

5/17/2018 BAB II CHD(PJB) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-chdpjb 21/21

 

24

D.  EVALUASI 

Hasil yang diharapkan setelah dilakukannya asuhan keperawatan adalah :

1.  Anak akan menunjukkan tanda-tanda membaiknya curah jantung/ cardiac output.

2.  Anak akan menunjukkan tanda-tanda tidak adanya peningkatan resistensi pembuluh

paru dan efektif pola nafasnya.

3.  Anak akan merasa nyaman dan tidak mengalami/ merasa nyeri dada.

4.  Anak akan mempertahankan tingkat aktivitas yang adekuat.

5.  Anak akan tumbuh sesuai dengan kurva pertumbuhan berat dan tinggi badan.

6.  Anak akan mempertahankan intake makanan dan minuman untuk mempertahankan

berat badan dalam menopang pertumbuhan.

7.  Orang tua akan mengekspresikan perasaannya akibat memiliki anak dengan kelainan

 jantung, mendiskusikan rencana pengobatan, dan memiliki keyakinan bahwa orang

tua memiliki peranan penting dalam keberhasilan pengobatan.