buku akuntansi penghimpunan dana

Upload: nizar-muhammad

Post on 01-Mar-2016

134 views

Category:

Documents


21 download

DESCRIPTION

Makalah ini akan membahas secara khusus tentang akuntansi untuk penghimpunan dana. Pembahasan diawali dengan bahasan detail tentang ketentuan syariah terkait skema transaksi yang dibolehkan untuk menghimpun dana. Kemudian, akan dibahas tentang aplikasi ketentuan syariah tersebut untuk giro, tabungan, dan deposito, serta dilanjutkan paktik pengakuan dan pengukuran pada masing-masing transaksi serta variasi penerapan dilapangan. Relevansi makalah ini adalah sebagai dasar pengetahuan dalam menguasai praktik akuntansi terkait pengakuan dan pengukuran berbagai transaksi yang terjadi dalam aktifitas penghimpunan dana oleh bank syariah. Penguasaan teori dan praktik terkait pengakuan dan pengukuran transaksi penghimpunan sangat penting dikuasai, mengingat transaksi ini sangat dominan terjadi pada organisasi bank syariah.

TRANSCRIPT

  • AKUNTANSI PERBANKAN SYARIAH

    Akuntansi Penghimpunan Dana

    Rokhmad Subagiyo

    Muhammad Nizar

    Raden Haryo

  • AKUNTANSI PERBANKAN SYARIAH

    Akuntansi Penghimpunan Dana

    Penyusun : Rokhmad Subagiyo

    Muhammad Nizar

    Raden Haryo Editor : Kusumo

    Pewajah

    Sampul

    : Makruf Made

    Cetakan : Pertama, 02 Oktober 2012

    Penerbit : Kurnia Advertising

    Jalan PB. Sudirman 06 Karangploso

    Malang 65152

    E-mail : [email protected]

    http : Kurniakarangploso.wordpress.com

    Kritik & Saran kirim SMS ke

    081944870202

  • AKUNTANSI PENGHIMPUNAN DANA

    A. Pendahuluan

    Makalah ini akan membahas secara khusus tentang

    akuntansi untuk penghimpunan dana. Pembahasan diawali

    dengan bahasan detail tentang ketentuan syariah terkait

    skema transaksi yang dibolehkan untuk menghimpun dana.

    Kemudian, akan dibahas tentang aplikasi ketentuan syariah

    tersebut untuk giro, tabungan, dan deposito, serta

    dilanjutkan paktik pengakuan dan pengukuran pada masing-

    masing transaksi serta variasi penerapan dilapangan.

    Relevansi makalah ini adalah sebagai dasar pengetahuan

    dalam menguasai praktik akuntansi terkait pengakuan dan

    pengukuran berbagai transaksi yang terjadi dalam aktifitas

    penghimpunan dana oleh bank syariah. Penguasaan teori

    dan praktik terkait pengakuan dan pengukuran transaksi

  • penghimpunan sangat penting dikuasai, mengingat transaksi

    ini sangat dominan terjadi pada organisasi bank syariah.1

    B. Ketentuan Syariah

    Penghimpunan dana masyarakat di perbankan

    syariah menggunakan instrument yang sama dengan

    penghimpunan dana pada bank konvensional, yaitu

    instrument giro, tabungan dan deposito. Ketiga jenis

    instrument ini biasa disebut dengan istilah Dana Pihak

    Ketiga (DPK). Kendati menggunakan instrument yang

    sama, mekanisme kerja masing-masing instrument pada

    penghimpunan bank syariah berbeda dengan instrument

    penghimpunan bank konvensional. Perbedaan mendasar

    mekanisme kerja instrument penghimpunan dana syariah

    terletak pada tidak adanya bunga yang lazim digunakan

    pada bank konvensional dalam memberikan keuntungan

    1 Taswan, Akuntansi Perbankan: Transaksi dalam Valuta Rupiah Edisi

    Revisi, (Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2003), 65.

    1

  • kepada nasabah. Ketentuan tentang larangan haramnya

    menggunakan mekanisme bunga pada bank syariah

    difatwakan oleh Dewan Syariah Nasional (DSN)2 dalam

    fatwa DSN nomor 1 tentang giro, nomor 2 tentang

    tabungan, dan nomor 3 tentang deposito.3

    Pada masing-masing fatwa tersebut, juga difatwakan

    mekanisme alternatif yang dibenarkan prinsip syariah.

    Berdasarkan fatwa DSN nomor 1 tahun 2000 tentang giro,

    disebutkan bahwa mekanisme giro yang dibenarkan

    berdasakan pinsip syariah adalah giro yang berdasarkan

    prinsip mudharabah dan wadiah. Selanjutnya, berdasarkan

    fatwa DSN nomor 2 tahun 2000 tentang tabungan,

    mekanisme tabungan yang dibenarkan bagi bank syariah

    adalah tabungan yang berdasarkan prinsip mudharabah dan

    wadiah. Adapun tentang deposito dinyatakan dalam fatwa

    2 DSAK IAI, Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 101

    Tentang Penyajian Laporan Keuangan Keuangan Syariah, (Jakata: IAI dan

    Penerbit Salemba, 2007). 3 Antonio, Muhammad Syafii. Bank Syariah dari Teori ke Praktik,

    (Jakarta: Gema Insani, 2001), 121.

  • DSN nomor 3 tahun 2000, bahwa deposito yang dibenarkan

    adalah deposito yang berdasarkan prinsip mudharabah.4

    Oleh karena mekanisme penghimpunan dana pihak ketiga

    hanya mengenal dua jenis, yaitu wadiah (titipan) dan

    mudharabah (bagi hasil), secara teori pengklasifikasian

    penghimpunan dana di bank syariah didasarkan pada

    penghimpunan berdasarkan wadiah dan penghimpunan

    berdasarkan mudharabah.5

    C. Tabungan

    Tabungan menurut undang-undang nomor 10 tahun

    1998 tentang perbankan adalah simpanan yang

    penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat

    tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan

    cek, bilyed giro, atau alat lainnya yang dipersamakan

    4 DSAK IAI, Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 105

    Tentang Akuntansi Mudharabah, (Jakata: IAI dan Penerbit Salemba, 2007). 5 Rizal Yaya, Dkk. Akuntansi Perbankan Syariah Teori dan Praktik

    Kontenporer, (Jakarta: Salemba Empat, 2009), 104.

  • dengan itu. Sama halnya dengan giro, mekanisme tabungan

    yang dibenarkan oleh DSN bagi bank syariah adalah

    tabungan yang berdasarkan prinsip mudharabah dan

    wadiah. Tabuangan mudharabah harus mengikuti ketentuan

    mudharabah yang ditetapkan DSN, sedangkan tabungan

    wadiah harus mengikuti ketentuan wadiah yang difatwakan

    DSN. Dalam praktik perbankan syariah di Indonesia,

    sebagian besar bank syariah menggunakan skema tabungan

    mudharabah.6

    1. Akuntansi Tabungan Mudharabah

    Akuntansi untuk tabungan mudharabah dan

    penghimpunan dana bentuk lainnya yang menggunakan

    akad mudharabah pada dasarnya mengacu pada PSAK

    105 tentang akuntansi mudharabah, khususnya yang

    terkait dengan akuntansi untuk pengelolaan dana.7

    6 Rizal Yaya, Dkk. Akuntansi Perbankan Syariah Teori dan Praktik

    Kontenporer, 104. 7 Taswan, Akuntansi Perbankan: Transaksi dalam Valuta Rupiah Edisi

    Revisi, 68.

  • Berdasarkan PSAK 105 paragraf 25, dinyatakan bahwa

    dana yang diterima dari pemilik dana (nasabah

    penabung) dalam akad mudharabah diakui sebagai

    dana syirkah tenporer sejumlah jumlah kas atau nilai

    wajar asset non-kas yang diterima. Pada akhirnya

    periode akuntansi, dana syirkah tenporer diakui sebagai

    nilai tenporernya.

    a. Transaksi Penambahan Tabungan Mudharabah

    Beberapa transaksi terkait tabungan

    mudharabah dapat mengakibatkan bertambahnya

    saldo tabungan mudharabah. Transaksi tersebut

    antara lain adalah setoran tunai nasabah, transaksi

    dari kantor cabang lain direkening nasabah,

    transaksi dari bank lain ke rekening nasabah, dan

    penerimaan bagi hasil mudharabah ke rekening

    nasabah.8

    8 DSAK IAI, Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 105

    Tentang Akuntansi Mudharabah, (Jakata: IAI dan Penerbit Salemba, 2007).

  • Berikut adalah ilustrasi transaksi yang

    mengakibatkan bertambahnya rekening tabungan

    mudharabah nasabah.

    02 Jun 20xa

    Bank Syariah Mandiri (BSM) cabang Malang

    menerima setoran tunai pembukaan tabungan

    mudharabah atas nama Nizar sebesar Rp.

    3.500.000

    08 Jun 20xa Nizar menerima transfer dari nasabah BSM

    cabang Surabaya sebesar Rp. 500.000

    17 Jun 20xa Nizar menerima kiriman dari nasabah Bank

    Peduli Syariah (BPS) sebesar Rp. 1.500.000

    31 Jun 20xa Nizar menerima bagi hasil tabungan

    mudharabah dari BSM sebesar Rp. 20.000

    Jurnal untuk tansaksi di atas sebagai berikut

    Tanggal Rekening Debit

    (Rp)

    Kridit

    (Rp)

    02 Jun

    20xa

    Db. Kas 3.500.000

    Kr Tab.

    Mudharabah Nizar

    3.500.000

    08 Jun

    20xa

    Db Rak Cabang Malang* 500.000

    Kr Tab.

    Mudharabah Nizar

    500.000

    17 Jun

    20xa

    Db Giro pada bank

    Indonesia

    1.500.000

  • Kr Tab.

    Mudharabah Nizar

    1.500.000

    31 Jun

    20xa

    Db hak pihak ketiga atas

    bagi hasil

    20.000

    Kr Tab.

    Mudharabah Nizar

    20.000

    * RAK juga dicatat di cabang yang mengirim

    Untuk transaksi yang bersifat transfer antar

    kantor, dalam praktik perbankan biasanya

    digunakan rekening sementara dengan nama

    rekening antar kantor (RAK),9 seperti dapat dilihat

    pada jurnal transaksi tanggal 8 juni. Adapun untuk

    transaksi yang melibatkan transaksi antar bank

    yang berbeda, biasanya diselesaikan dalam

    mekanisme yang difasilitasi oleh bank Indonesia

    untuk pihak yang ditunjuk oleh bank Indonesia.

    Mekanisme ini biasa disebut dengan kliring. Pada

    transaksi kliring, semua penerimaan dari atau

    9 DSAK IAI, Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 101

    Tentang Penyajian Laporan Keuangan Keuangan Syariah, Jakata: IAI dan

    Penerbit Salemba, 2007.

  • pembayaran kepada bank lain dilakukan melalui

    rekening giro pada bank Indonesia, seperti yang

    terlihat pada jurnal transaksi tangga 17 Juni.

    b. Transaksi Pengurangan Tabungan Mudharabah

    Beberapa transaksi yang dapat

    mengakibatkan berkurangnya saldo tabungan

    mudharabah adalah penarikan tunai oleh nasabah,

    transfer ke rekening lain pada bank yang sama,

    transfer kepada nasabah bank yang lain, serta

    penarikan biaya administrasi tabungan, pajak, dan

    lainnya oleh bank.

    Berikut adalah ilustrasi transaksi yang

    mengakibatkan berkurangnya saldo rekening

    tabungan mudharabah nasabah.

    07 Jun 20xa

    Nizar, nasabah Bank Syariah Mandiri (BSM)

    cabang Malang menarik tunai tabungan

    mudharabah sebesar Rp. 1.500.000.

    11 Jun 20xa Nizar mentransfer sebesar Rp. 500.000 dari

    rekeningnya ke rekening tabungan nasabah

  • cabang Surabaya.

    14 Jun 20xa

    Nizar mentransfer sebesar Rp. 250.000 dari

    rekeningnya ke rekening giro nasabah Bank

    Syariah Sampang.

    31 Jun 20xa

    Potongan tabungan mudharabah Nizar untuk

    administrasi tabungan sebesar Rp. 2.000 dan

    pajak sebesar Rp. 4.000 (20% dari bagi hasil

    yang diterima sebesar Rp. 20.000 pada

    transaksi di atas).

    Jurnal untuk tansaksi di atas sebagai berikut

    Tanggal Rekening Debit

    (Rp)

    Kridit

    (Rp)

    02 Jun

    20xa

    Db Tab mudharabah -

    Nizar

    1.500.000

    Kr Kas 1.500.000

    08 Jun

    20xa

    Db Tab mudharabah -

    Nizar

    500.000

    Kr RAK cabang

    Surabaya

    500.000

    17 Jun

    20xa

    Db Tab mudharabah -

    Nizar

    1.500.000

    Kr giro pada bank

    Indonesia

    1.500.000

    31 Jun

    20xa

    Db Tab mudharabah -

    Nizar

    2.000

    Pendapatan

    administrasi tab.

    Mudharabah

    2.000

    Db Tab mudharabah - 4.000

  • Nizar

    Titipan kas Negara-

    pajak tabungan*

    4.000

    * Pajak PPH 4(2) atas bunga atau pendapatan yang

    dapat disamakan dengan itu (bagi hasil atau bonus

    dalam transaksi perbankan syariah) adalah sebesar

    20% dan dimasukkan dalam rekening titipan kas

    Negara.

    2. Akuntansi Tabungan Wadiah

    Akuntansi tabungan wadiah pada prinsipnya

    sama dengan akuntansi tabungan mudharabah.10

    Perbedaan akuntansi tabungan wadiah dengan tabungan

    mudharabah adalah dalam hal insentif yang diterima

    oleh nasabah, insentif yang diberikan kepada nasabah

    tabungan mudharabah disebut dengan hak pihak ketiga

    atas bagi hasil yang dihitung dalam persentasi tertentu

    yang harus dibayar oleh bank secara priodik sesuai

    dengan tingkat keuntungan bank syariah. Adapun

    nasabah tabungan wadiah, menerima insentif dalam

    10

    Antonio, Muhammad Syafii. Bank Syariah dari Teori ke Praktik, 124.

  • bentuk bonus wadiah11

    yang bersifat sukarela dan tidak

    disyaratkan di muka.12

    Misalnya pada tanggal 5 Maret 20xa, hanya,

    nasabah tabungan wadiah Bank Peduli Syariah (BPS),

    menerima bonus wadiah sebesar Rp. 20.000. Maka

    jumlahnya adalah sebagai berikut:

    Tanggal Rekening Debit

    (Rp)

    Kridit

    (Rp)

    05-03-

    20xa

    Db Beban bonus tabunga

    wadiah

    20.000

    Kr Tabungan

    wadiah - Haryo

    20.000

    D. Giro

    Giro adalah simpanan yang penarikannya dapat

    dilakuka setiap saat dengan menggunakan cek, bilyed, giro,

    sarana perintah pembayaran lainnya, atau dengan pemindah

    bukuan. Dalam perbankan syariah, mekanisme giro yang

    11

    Disajikan pada pos beban operasional. 12

    Rizal Yaya, Dkk. Akuntansi Perbankan Syariah Teori dan Praktik

    Kontenporer, 107.

  • dibenarkan ada dua jenis, yaitu wadiah dan mudharabah.

    Dengan demikian, dikenal dengan istilah giro wadiah dan

    giro mudharabah. Dalam praktik perbankan, skema yang

    umum digunakan agalah giro wadiah.

    1. Giro Wadiah

    Giro wadiah adalah giro yang harus mengikuti

    fatwa DSN tentang wadiah. Akad wadiah adalah akad

    penitipan dana dengan ketentuan penitip dana

    mengizinkan kepada bank untuk memanfaatkan dana

    yang dititipkan tersebut dan bank wajib mengembalikan

    apabila sewaktu-waktu penitip mengambil dana

    tersebut.13

    Dalam transaksi giro wadiah ini, nasabah

    bertindak sebagai penitip dana (mudi) dan bank

    bertindak sebagai penerima dana titipan (muda). Bank

    berkewajipan menjaga dana titipan dan betanggung

    13

    Antonio, Muhammad Syafii. Bank Syariah dari Teori ke Praktik,

    (Jakarta: Gema Insani, 2001), 122.

  • jawab atas pengembaliannya bila sewaktu-waktu ditarik

    oleh nasabah pemilik dana titipan.

    Keuntungan atas pengelola dana titipan tersebut

    menjadi milik bank, karena hakikat wadiah adalah

    qordh dan pada prinsipnya tidak ada bonus yang

    diberikan oleh bank kepada pemilik dana wadiah.

    Kendati demikian, bank syariah diperbolehkan memberi

    bonus sukarela kepada pemilik dana wadiah, dengan

    syarat tidak diperjanjikan di muka.

    a. Transaksi Penambahan Rekening Giro Wadiah

    Rekening giro wadiah dapat bertambah

    melalui transaksi penyetoran tunai, transfer dari

    tabungan maupun giro cabang lain dari bank yang

    sama, penerimaan cek dari nasabah bank lain yang

    diuangkan oleh nasabah suatu bank, dan penerimaan

    bonus giro wadiah dari bank syariah.

  • Berikut adalah ilustrasi transaksi yang

    mengakibatkan bertambahnya saldo rekening giro

    wadiah nasabah.

    01-03-20xa

    Bank Syariah Mandiri (BSM) cabang Malang

    menerima setoran tunai pembukaan giro

    wadiah atas nama Haryo sebesar Rp.

    35.000.000.

    05-03-20xa Haryo menerima transfer dari BSM cabang

    Surabaya sebesar Rp. 5.000.000

    10-03-20xa

    Haryo menerima bilyet giro dari nasabah bank

    peduli syariah (BPS) yang pernah membeli

    sesuatu dari Haryo seharga Rp. 15.000.000.

    bilyet giro tersebut dicairkan oleh Haryo ke

    BPS untuk dimasukkan ke rekening giro

    wadiah Haryo di BSM.

    31-03-20xa Haryo menerima bonus giro wadiah BSM

    sebesar Rp. 50.000.

    Jurnal untuk tansaksi di atas sebagai berikut

    Tanggal Rekening Debit (Rp) Kridit (Rp)

    01-03-

    20xa

    Db kas 35.000.000

    Kr Giro

    wadiah-Haryo

    35.000.000

    05-03-

    20xa

    Db RAK cabang

    Surabaya

    5.000.000

    Kr Giro 5.000.000

  • wadiah-Haryo

    10-03-

    20xa

    Db gio pada bank

    Indonesia

    15.000.000

    Kr Giro

    wadiah-Haryo

    15.000.000

    31-03-

    20xa

    Db beban bonus

    wadiaIh

    50.000

    Kr Giro

    wadiah-Haryo

    50.000

    b. Transaksi Pengurangan Rekening Giro Wadiah

    Beberapa transaksi yang berakibat terjadinya

    berkurangnya saldo giro wadiah antara lain adalah

    penerimaan cek oleh nasabah giro wadiah untuk

    ditukar secara tunai, penarikan bilyed giro untuk

    ditransfer ke cabang lain bank yang sama atau ke

    nasabah bank lain, seperti potongan administrasi

    dan pajak tabungan.

    Berikut adalah ilustrasi transaksi yang

    mengakibatkan berkuangnya rekening giro wadiah

    nasabah:

  • 03-03-20xa

    Haryo menggunakan cek untuk mencairkan

    dana di rekening giro wadiahnya di Bank

    Syariah Mandiri (BSM) secara tunai sebesar

    Rp. 12.000.000.

    07-03-20xa

    Haryo menggunakan bilyed giro untuk

    mentrasfer sejumlah dana ke nasabah giro

    wadiah BSM cabang Madura sebesar Rp.

    5.000.000.

    12-03-20xa

    Hayo menggunakan bilyed giro untuk

    pembayara sebuah mesin kepada nasabah giro

    bank lain sebesar Rp. 10.000.000.

    31-03-20xa

    Dipotong giro wadiah Haryo untuk

    administrasi tabungan sebesar Rp. 15.000 dan

    untuk pajak sebesar Rp. 10.000 (20% dari

    bonus giro wadiah yang diterima sebesar Rp.

    50.000).

    Jurnal untuk tansaksi di atas sebagai berikut

    Tanggal Rekening Debit (Rp) Kridit (Rp)

    03-03-

    20xa

    Db Giro wadiah-

    Haryo

    12.000.000

    Kr Kas 12.000.000

    07-03-

    20xa

    Db Giro wadiah-

    Haryo

    5.000.000

    Kr RAK

    Cabang Madura

    5.000.000

    12-03-

    20xa

    Db Giro wadiah-

    Haryo

    10.000.000

    Kr Giro pada 10.000.000

  • bank Indonesia

    31-03-

    20xa

    Db Giro wadiah-

    Haryo

    15.000

    Kr pendapatan

    administrasi

    giro wadiah

    15.000

    Db Giro wadiah-

    Haryo

    10.000

    Kr titipan kas

    Negara-pajak

    giro

    10.000

    2. Giro Mudharabah

    Giro mudharabah merupakan instrument

    penghimpunan dana melalui produk giro yang

    menggunakan akad mudharabah. Giro mudharabah

    harus mengikuti fatwa DSN tentang mudharabah. Akad

    mudharabah adalah akad yang digunakan dalam

    perjanjian antara pihak penanam dana dan pengelola

    dana untuk melakukan kegiatan usaha tertentu, dengan

    pembagian keuntungan antara keduabelah pihak

    berdasarkan nisbah yang telah disepakati sebelumnya.

  • Akuntansi giro mudharabah pada prinsipnya

    sama dengan akuntansi giro wadiah.14

    Pembeda antara

    akuntansi giro mudharabah dengan giro wadiah yang

    sudah di bahas dalam hal insentif yang terima oleh

    nasabah. Dalam giro wadiah, insentif yang diterima

    adalah bonus giro wadiah yang bersifat sukarela dan

    tidak disyaratkan dimuka. Adapun insentif yang

    diterima nasabah giro mudharabah adalah bagi hasil

    dalam persentase tertentu yang harus dibayar oleh bank

    secara periodik sesuai dengan tingkat keuntungan bank

    syariah.

    Sebagai contoh pada tanggal 5 Maret 20xa Rudi,

    nasabah giro mudharabah Bank Peduli Syariah (BPS),

    meneima imbalan bagi hasil atas rekening gironya

    sebesar Rp. 45.000. dengan demikian, jumlahnya adalah

    sebagai berikut:

    14

    Muhammad, Manajemen Dana Bank Syariah, (Yogyakarta:

    Ekonisia, 2005), 99.

  • Tanggal Rekening Debit (Rp) Kridit (Rp)

    05-03-

    20xa

    Db hak pihak ketiga

    atas bagi hasil

    45.000

    Kr. Giro

    mudharabah-Rudi

    45.000

    E. Deposito Mudharabah

    Menurut undang-undang nomor 21 tahun 2008

    tentang pebankan syariah, deposito adalah investasi dana

    bedasarkan akad mudharabah atau akad lain yang tidak

    bertentangan dengan pinsip syariah yang penarikannya

    hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan

    akad antara nasabah penyimpan dan bank syariah atau Unit

    Usaha Syariah (UUS). Fatwa DSN nomor 3 tahun 2000

    menyatakan bahwa deposito yang dibenarkan dalam syariah

    adalah deposito yang berdasarkan prinsip mudharabah.

    Dalam transaksi deposito mudharabah, nasabah bertindak

    sebagai pemilik dana (shahibul maal) dan bank bertindak

    sebagai pengelola dana (mudharib). Dalam kapasitasnya

  • sebagai mudharabah, bank dapat melakukan berbagai

    macam usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip

    syariah dan mengembangkannya, termasuk bermudharabah

    dengan pihak lain.

    Modal yang didepositokan harus dinyatakan dalam

    bentuk tunai dan bukan piutang. Adapun pembagian

    piutang harus dinyatakan dalam bentuk nisbah dan

    dituangkan dalam bentuk rekening. Sebagai mudharib, bank

    menutup biaya operasional deposito dengan menggunakan

    nisbah keuntungan yang menjadi haknya dan bank tidak

    diperkenankan mengurangi nisbah keuntungan nasabah

    tanpa persetujuan nasabah yang bersangkutan.15

    Siklus kegiatan deposito dimulai dari transaksi

    pembukaan deposito oleh nasabah. Pada saat itu, antara

    bank dan nasabah sudah menyepakati nisbah bagi hasil

    dasar dan jangka waktu depisito (tinggal pencairan

    15

    Taswan, Akuntansi Perbankan: Transaksi dalam Valuta Rupiah

    Edisi Revisi, 69.

  • deposito). Selama jangka waktu deposito, saldo deposito

    bersifat tetap, karena pengambilan atau penambahan

    deposito hanya dilaksanakan saat jatuh tempo atau saat

    penitipan jika ingin diambil sebelum jatuh tempo, bagi hasil

    yang diterima oleh nasabah dimasukkan ke rekening yang

    lain, dan pajak yang mesti dibayar langsung diambil dari

    bagi hasil yang akan diberikan kepada nasabah. Transaksi

    berikut adalah ilustrasi terkait dengan transaksi deposito

    mudharabah:16

    01-09-20xa

    Bank Syariah Mandiri (BSM) menerima

    setoran atas nama Gayus Tambunan Rp.

    5.000.000 sebagai investasi deposito

    mudharabah untuk jangka waktu satu bulan

    dengan nisbah 60% untuk nasabah dan 40%

    untuk BSM.

    30-09-20xa

    Berdasarkan perhitungan distribusi

    pendapatan, bagi hasil yang akan dibayar

    untuk kelompok deposito mudharabah adalah

    sebesar Rp. 15.000.000

    04-10-20xa Dibayarkan bagi hasil deposito mudharabah

    kepada Gayus Tambunan sebesar Rp. 40.000

    16

    Rizal Yaya, Dkk. Akuntansi Perbankan Syariah Teori dan Praktik

    Kontenporer, 110.

  • dan atas pembayaran tesebut dipotong pajak

    sebesar 20%. Pembayaran bagi hasil dilakukan

    ke rekening tabungan mudharabah atas nama

    pemilik yang sama.*

    05-10-20xa

    Gayus Tambunan mencairkan deposito

    mudharabah. Pencairan dilakukan secara

    tunai.

    *Dalam praktik perbankan bagi hasil deposito harus

    dibayarkan ke berbagai rekening sesuai permintaan

    nasabah deposito, antara lain ketabungan

    mudharabah, giro wadiah, penambah saldo

    deposito periode berikut, atau rekening nasabah di

    bank lain.17

    Jurnal untuk tansaksi di atas sebagai berikut

    Tanggal Rekening Debit (Rp) Kridit (Rp)

    01-09-

    20xa

    Db Kas 5.000.000

    Kr Deposito

    mudharabah-

    Gayus

    Tambunan

    5.000.000

    30-09-

    20xa

    Hak pihak ke tiga atas

    bagi hasil-deposito

    mudharabah*

    15.000.000

    Kr bagi hasil

    belum

    15.000.000

    17

    DSAK IAI, Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 105

    Tentang Akuntansi Mudharabah, (Jakata: IAI dan Penerbit Salemba, 2007).

  • dibagikan-

    deposito

    04-10-

    20xa

    Db. Bagi hasil belum

    dibagikan-deposito

    40.000

    Kr tabungan

    mudharabah-

    Gayus

    Tambunan**

    32.000

    Kr titipan kas

    Negara-pajak

    deposito

    8.000

    05-10-

    20xa

    Db deposito

    mudharabah-Gayus

    Tambunan

    5.000.000

    Kr. Kas 5.000.000

    * Hak pihak ketiga atas bagi hasil dicadangkan sebagai

    beban yang masih harus dibayar setiap bulan besar

    pencadangan ini mempunyai dua alternativ. Pertama,

    dicadangkan sebesar total bagi hasil yang akan

    dibayarkan selama satu bulan penuh pada bulan jatuh

    tempo. Kedua, dicadangkan sebesar porsi bagi hasil

    yang hanya menjadi beban pada akhir bulan

    pencatatan. Kemudiaan saat pembayaran bagi hasil

    pada saat jatuh tempo mengakui adanya tambahan hak

    pihak ke tiga (biayaa bagi hasil).

    **Terdapat sedikit perbedaan dalam mekanisme

    penyaluran bagi hasil tabungan dengan bagi hasil

    deposito. Pada tabungan, bank memasukkan semua

    bagi hasil untuk tabungan terlebih dahulu sebelum

    memotor pajak PPh pasal 4(2) agar nasabah bisa

    melihat besar macam-macam bagi hasil dan pajak.

    Adapun bagi hasil deposito yang disalurkan kepada

  • nasabah bersifat neto karena sudah dipotong

    langsung.18

    18

    DSAK IAI, Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 101

    Tentang Penyajian Laporan Keuangan Keuangan Syariah, Jakata: IAI dan

    Penerbit Salemba, 2007.

  • Daftar Pustaka

    Antonio, Muhammad Syafii. Bank Syariah dari Teori ke Praktik, Jakarta: Gema Insani, 2001.

    DSAK IAI, Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor

    101 Tentang Penyajian Laporan Keuangan Keuangan

    Syariah, Jakata: IAI dan Penerbit Salemba, 2007.

    DSAK IAI, Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor

    105 Tentang Akuntansi Mudharabah, Jakata: IAI dan

    Penerbit Salemba, 2007.

    DSAK IAI, Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor

    59 Tentang Akuntansi Perbankan Syariah, Jakata: IAI

    dan Penerbit Salemba, 2002.

    DSN MUI, Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional Edisi 2,

    Jakarta: DSN-MUI dan Bank Indonesia, 2003.

    Muhammad, Manajemen Dana Bank Syariah, Yogyakarta:

    Ekonisia, 2005.

    Taswan, Akuntansi Perbankan: Transaksi dalam Valuta Rupiah

    Edisi Revisi, Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2003.