buku akuntansi penghimpunan dana
DESCRIPTION
Makalah ini akan membahas secara khusus tentang akuntansi untuk penghimpunan dana. Pembahasan diawali dengan bahasan detail tentang ketentuan syariah terkait skema transaksi yang dibolehkan untuk menghimpun dana. Kemudian, akan dibahas tentang aplikasi ketentuan syariah tersebut untuk giro, tabungan, dan deposito, serta dilanjutkan paktik pengakuan dan pengukuran pada masing-masing transaksi serta variasi penerapan dilapangan. Relevansi makalah ini adalah sebagai dasar pengetahuan dalam menguasai praktik akuntansi terkait pengakuan dan pengukuran berbagai transaksi yang terjadi dalam aktifitas penghimpunan dana oleh bank syariah. Penguasaan teori dan praktik terkait pengakuan dan pengukuran transaksi penghimpunan sangat penting dikuasai, mengingat transaksi ini sangat dominan terjadi pada organisasi bank syariah.TRANSCRIPT
-
AKUNTANSI PERBANKAN SYARIAH
Akuntansi Penghimpunan Dana
Rokhmad Subagiyo
Muhammad Nizar
Raden Haryo
-
AKUNTANSI PERBANKAN SYARIAH
Akuntansi Penghimpunan Dana
Penyusun : Rokhmad Subagiyo
Muhammad Nizar
Raden Haryo Editor : Kusumo
Pewajah
Sampul
: Makruf Made
Cetakan : Pertama, 02 Oktober 2012
Penerbit : Kurnia Advertising
Jalan PB. Sudirman 06 Karangploso
Malang 65152
E-mail : [email protected]
http : Kurniakarangploso.wordpress.com
Kritik & Saran kirim SMS ke
081944870202
-
AKUNTANSI PENGHIMPUNAN DANA
A. Pendahuluan
Makalah ini akan membahas secara khusus tentang
akuntansi untuk penghimpunan dana. Pembahasan diawali
dengan bahasan detail tentang ketentuan syariah terkait
skema transaksi yang dibolehkan untuk menghimpun dana.
Kemudian, akan dibahas tentang aplikasi ketentuan syariah
tersebut untuk giro, tabungan, dan deposito, serta
dilanjutkan paktik pengakuan dan pengukuran pada masing-
masing transaksi serta variasi penerapan dilapangan.
Relevansi makalah ini adalah sebagai dasar pengetahuan
dalam menguasai praktik akuntansi terkait pengakuan dan
pengukuran berbagai transaksi yang terjadi dalam aktifitas
penghimpunan dana oleh bank syariah. Penguasaan teori
dan praktik terkait pengakuan dan pengukuran transaksi
-
penghimpunan sangat penting dikuasai, mengingat transaksi
ini sangat dominan terjadi pada organisasi bank syariah.1
B. Ketentuan Syariah
Penghimpunan dana masyarakat di perbankan
syariah menggunakan instrument yang sama dengan
penghimpunan dana pada bank konvensional, yaitu
instrument giro, tabungan dan deposito. Ketiga jenis
instrument ini biasa disebut dengan istilah Dana Pihak
Ketiga (DPK). Kendati menggunakan instrument yang
sama, mekanisme kerja masing-masing instrument pada
penghimpunan bank syariah berbeda dengan instrument
penghimpunan bank konvensional. Perbedaan mendasar
mekanisme kerja instrument penghimpunan dana syariah
terletak pada tidak adanya bunga yang lazim digunakan
pada bank konvensional dalam memberikan keuntungan
1 Taswan, Akuntansi Perbankan: Transaksi dalam Valuta Rupiah Edisi
Revisi, (Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2003), 65.
1
-
kepada nasabah. Ketentuan tentang larangan haramnya
menggunakan mekanisme bunga pada bank syariah
difatwakan oleh Dewan Syariah Nasional (DSN)2 dalam
fatwa DSN nomor 1 tentang giro, nomor 2 tentang
tabungan, dan nomor 3 tentang deposito.3
Pada masing-masing fatwa tersebut, juga difatwakan
mekanisme alternatif yang dibenarkan prinsip syariah.
Berdasarkan fatwa DSN nomor 1 tahun 2000 tentang giro,
disebutkan bahwa mekanisme giro yang dibenarkan
berdasakan pinsip syariah adalah giro yang berdasarkan
prinsip mudharabah dan wadiah. Selanjutnya, berdasarkan
fatwa DSN nomor 2 tahun 2000 tentang tabungan,
mekanisme tabungan yang dibenarkan bagi bank syariah
adalah tabungan yang berdasarkan prinsip mudharabah dan
wadiah. Adapun tentang deposito dinyatakan dalam fatwa
2 DSAK IAI, Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 101
Tentang Penyajian Laporan Keuangan Keuangan Syariah, (Jakata: IAI dan
Penerbit Salemba, 2007). 3 Antonio, Muhammad Syafii. Bank Syariah dari Teori ke Praktik,
(Jakarta: Gema Insani, 2001), 121.
-
DSN nomor 3 tahun 2000, bahwa deposito yang dibenarkan
adalah deposito yang berdasarkan prinsip mudharabah.4
Oleh karena mekanisme penghimpunan dana pihak ketiga
hanya mengenal dua jenis, yaitu wadiah (titipan) dan
mudharabah (bagi hasil), secara teori pengklasifikasian
penghimpunan dana di bank syariah didasarkan pada
penghimpunan berdasarkan wadiah dan penghimpunan
berdasarkan mudharabah.5
C. Tabungan
Tabungan menurut undang-undang nomor 10 tahun
1998 tentang perbankan adalah simpanan yang
penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat
tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan
cek, bilyed giro, atau alat lainnya yang dipersamakan
4 DSAK IAI, Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 105
Tentang Akuntansi Mudharabah, (Jakata: IAI dan Penerbit Salemba, 2007). 5 Rizal Yaya, Dkk. Akuntansi Perbankan Syariah Teori dan Praktik
Kontenporer, (Jakarta: Salemba Empat, 2009), 104.
-
dengan itu. Sama halnya dengan giro, mekanisme tabungan
yang dibenarkan oleh DSN bagi bank syariah adalah
tabungan yang berdasarkan prinsip mudharabah dan
wadiah. Tabuangan mudharabah harus mengikuti ketentuan
mudharabah yang ditetapkan DSN, sedangkan tabungan
wadiah harus mengikuti ketentuan wadiah yang difatwakan
DSN. Dalam praktik perbankan syariah di Indonesia,
sebagian besar bank syariah menggunakan skema tabungan
mudharabah.6
1. Akuntansi Tabungan Mudharabah
Akuntansi untuk tabungan mudharabah dan
penghimpunan dana bentuk lainnya yang menggunakan
akad mudharabah pada dasarnya mengacu pada PSAK
105 tentang akuntansi mudharabah, khususnya yang
terkait dengan akuntansi untuk pengelolaan dana.7
6 Rizal Yaya, Dkk. Akuntansi Perbankan Syariah Teori dan Praktik
Kontenporer, 104. 7 Taswan, Akuntansi Perbankan: Transaksi dalam Valuta Rupiah Edisi
Revisi, 68.
-
Berdasarkan PSAK 105 paragraf 25, dinyatakan bahwa
dana yang diterima dari pemilik dana (nasabah
penabung) dalam akad mudharabah diakui sebagai
dana syirkah tenporer sejumlah jumlah kas atau nilai
wajar asset non-kas yang diterima. Pada akhirnya
periode akuntansi, dana syirkah tenporer diakui sebagai
nilai tenporernya.
a. Transaksi Penambahan Tabungan Mudharabah
Beberapa transaksi terkait tabungan
mudharabah dapat mengakibatkan bertambahnya
saldo tabungan mudharabah. Transaksi tersebut
antara lain adalah setoran tunai nasabah, transaksi
dari kantor cabang lain direkening nasabah,
transaksi dari bank lain ke rekening nasabah, dan
penerimaan bagi hasil mudharabah ke rekening
nasabah.8
8 DSAK IAI, Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 105
Tentang Akuntansi Mudharabah, (Jakata: IAI dan Penerbit Salemba, 2007).
-
Berikut adalah ilustrasi transaksi yang
mengakibatkan bertambahnya rekening tabungan
mudharabah nasabah.
02 Jun 20xa
Bank Syariah Mandiri (BSM) cabang Malang
menerima setoran tunai pembukaan tabungan
mudharabah atas nama Nizar sebesar Rp.
3.500.000
08 Jun 20xa Nizar menerima transfer dari nasabah BSM
cabang Surabaya sebesar Rp. 500.000
17 Jun 20xa Nizar menerima kiriman dari nasabah Bank
Peduli Syariah (BPS) sebesar Rp. 1.500.000
31 Jun 20xa Nizar menerima bagi hasil tabungan
mudharabah dari BSM sebesar Rp. 20.000
Jurnal untuk tansaksi di atas sebagai berikut
Tanggal Rekening Debit
(Rp)
Kridit
(Rp)
02 Jun
20xa
Db. Kas 3.500.000
Kr Tab.
Mudharabah Nizar
3.500.000
08 Jun
20xa
Db Rak Cabang Malang* 500.000
Kr Tab.
Mudharabah Nizar
500.000
17 Jun
20xa
Db Giro pada bank
Indonesia
1.500.000
-
Kr Tab.
Mudharabah Nizar
1.500.000
31 Jun
20xa
Db hak pihak ketiga atas
bagi hasil
20.000
Kr Tab.
Mudharabah Nizar
20.000
* RAK juga dicatat di cabang yang mengirim
Untuk transaksi yang bersifat transfer antar
kantor, dalam praktik perbankan biasanya
digunakan rekening sementara dengan nama
rekening antar kantor (RAK),9 seperti dapat dilihat
pada jurnal transaksi tanggal 8 juni. Adapun untuk
transaksi yang melibatkan transaksi antar bank
yang berbeda, biasanya diselesaikan dalam
mekanisme yang difasilitasi oleh bank Indonesia
untuk pihak yang ditunjuk oleh bank Indonesia.
Mekanisme ini biasa disebut dengan kliring. Pada
transaksi kliring, semua penerimaan dari atau
9 DSAK IAI, Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 101
Tentang Penyajian Laporan Keuangan Keuangan Syariah, Jakata: IAI dan
Penerbit Salemba, 2007.
-
pembayaran kepada bank lain dilakukan melalui
rekening giro pada bank Indonesia, seperti yang
terlihat pada jurnal transaksi tangga 17 Juni.
b. Transaksi Pengurangan Tabungan Mudharabah
Beberapa transaksi yang dapat
mengakibatkan berkurangnya saldo tabungan
mudharabah adalah penarikan tunai oleh nasabah,
transfer ke rekening lain pada bank yang sama,
transfer kepada nasabah bank yang lain, serta
penarikan biaya administrasi tabungan, pajak, dan
lainnya oleh bank.
Berikut adalah ilustrasi transaksi yang
mengakibatkan berkurangnya saldo rekening
tabungan mudharabah nasabah.
07 Jun 20xa
Nizar, nasabah Bank Syariah Mandiri (BSM)
cabang Malang menarik tunai tabungan
mudharabah sebesar Rp. 1.500.000.
11 Jun 20xa Nizar mentransfer sebesar Rp. 500.000 dari
rekeningnya ke rekening tabungan nasabah
-
cabang Surabaya.
14 Jun 20xa
Nizar mentransfer sebesar Rp. 250.000 dari
rekeningnya ke rekening giro nasabah Bank
Syariah Sampang.
31 Jun 20xa
Potongan tabungan mudharabah Nizar untuk
administrasi tabungan sebesar Rp. 2.000 dan
pajak sebesar Rp. 4.000 (20% dari bagi hasil
yang diterima sebesar Rp. 20.000 pada
transaksi di atas).
Jurnal untuk tansaksi di atas sebagai berikut
Tanggal Rekening Debit
(Rp)
Kridit
(Rp)
02 Jun
20xa
Db Tab mudharabah -
Nizar
1.500.000
Kr Kas 1.500.000
08 Jun
20xa
Db Tab mudharabah -
Nizar
500.000
Kr RAK cabang
Surabaya
500.000
17 Jun
20xa
Db Tab mudharabah -
Nizar
1.500.000
Kr giro pada bank
Indonesia
1.500.000
31 Jun
20xa
Db Tab mudharabah -
Nizar
2.000
Pendapatan
administrasi tab.
Mudharabah
2.000
Db Tab mudharabah - 4.000
-
Nizar
Titipan kas Negara-
pajak tabungan*
4.000
* Pajak PPH 4(2) atas bunga atau pendapatan yang
dapat disamakan dengan itu (bagi hasil atau bonus
dalam transaksi perbankan syariah) adalah sebesar
20% dan dimasukkan dalam rekening titipan kas
Negara.
2. Akuntansi Tabungan Wadiah
Akuntansi tabungan wadiah pada prinsipnya
sama dengan akuntansi tabungan mudharabah.10
Perbedaan akuntansi tabungan wadiah dengan tabungan
mudharabah adalah dalam hal insentif yang diterima
oleh nasabah, insentif yang diberikan kepada nasabah
tabungan mudharabah disebut dengan hak pihak ketiga
atas bagi hasil yang dihitung dalam persentasi tertentu
yang harus dibayar oleh bank secara priodik sesuai
dengan tingkat keuntungan bank syariah. Adapun
nasabah tabungan wadiah, menerima insentif dalam
10
Antonio, Muhammad Syafii. Bank Syariah dari Teori ke Praktik, 124.
-
bentuk bonus wadiah11
yang bersifat sukarela dan tidak
disyaratkan di muka.12
Misalnya pada tanggal 5 Maret 20xa, hanya,
nasabah tabungan wadiah Bank Peduli Syariah (BPS),
menerima bonus wadiah sebesar Rp. 20.000. Maka
jumlahnya adalah sebagai berikut:
Tanggal Rekening Debit
(Rp)
Kridit
(Rp)
05-03-
20xa
Db Beban bonus tabunga
wadiah
20.000
Kr Tabungan
wadiah - Haryo
20.000
D. Giro
Giro adalah simpanan yang penarikannya dapat
dilakuka setiap saat dengan menggunakan cek, bilyed, giro,
sarana perintah pembayaran lainnya, atau dengan pemindah
bukuan. Dalam perbankan syariah, mekanisme giro yang
11
Disajikan pada pos beban operasional. 12
Rizal Yaya, Dkk. Akuntansi Perbankan Syariah Teori dan Praktik
Kontenporer, 107.
-
dibenarkan ada dua jenis, yaitu wadiah dan mudharabah.
Dengan demikian, dikenal dengan istilah giro wadiah dan
giro mudharabah. Dalam praktik perbankan, skema yang
umum digunakan agalah giro wadiah.
1. Giro Wadiah
Giro wadiah adalah giro yang harus mengikuti
fatwa DSN tentang wadiah. Akad wadiah adalah akad
penitipan dana dengan ketentuan penitip dana
mengizinkan kepada bank untuk memanfaatkan dana
yang dititipkan tersebut dan bank wajib mengembalikan
apabila sewaktu-waktu penitip mengambil dana
tersebut.13
Dalam transaksi giro wadiah ini, nasabah
bertindak sebagai penitip dana (mudi) dan bank
bertindak sebagai penerima dana titipan (muda). Bank
berkewajipan menjaga dana titipan dan betanggung
13
Antonio, Muhammad Syafii. Bank Syariah dari Teori ke Praktik,
(Jakarta: Gema Insani, 2001), 122.
-
jawab atas pengembaliannya bila sewaktu-waktu ditarik
oleh nasabah pemilik dana titipan.
Keuntungan atas pengelola dana titipan tersebut
menjadi milik bank, karena hakikat wadiah adalah
qordh dan pada prinsipnya tidak ada bonus yang
diberikan oleh bank kepada pemilik dana wadiah.
Kendati demikian, bank syariah diperbolehkan memberi
bonus sukarela kepada pemilik dana wadiah, dengan
syarat tidak diperjanjikan di muka.
a. Transaksi Penambahan Rekening Giro Wadiah
Rekening giro wadiah dapat bertambah
melalui transaksi penyetoran tunai, transfer dari
tabungan maupun giro cabang lain dari bank yang
sama, penerimaan cek dari nasabah bank lain yang
diuangkan oleh nasabah suatu bank, dan penerimaan
bonus giro wadiah dari bank syariah.
-
Berikut adalah ilustrasi transaksi yang
mengakibatkan bertambahnya saldo rekening giro
wadiah nasabah.
01-03-20xa
Bank Syariah Mandiri (BSM) cabang Malang
menerima setoran tunai pembukaan giro
wadiah atas nama Haryo sebesar Rp.
35.000.000.
05-03-20xa Haryo menerima transfer dari BSM cabang
Surabaya sebesar Rp. 5.000.000
10-03-20xa
Haryo menerima bilyet giro dari nasabah bank
peduli syariah (BPS) yang pernah membeli
sesuatu dari Haryo seharga Rp. 15.000.000.
bilyet giro tersebut dicairkan oleh Haryo ke
BPS untuk dimasukkan ke rekening giro
wadiah Haryo di BSM.
31-03-20xa Haryo menerima bonus giro wadiah BSM
sebesar Rp. 50.000.
Jurnal untuk tansaksi di atas sebagai berikut
Tanggal Rekening Debit (Rp) Kridit (Rp)
01-03-
20xa
Db kas 35.000.000
Kr Giro
wadiah-Haryo
35.000.000
05-03-
20xa
Db RAK cabang
Surabaya
5.000.000
Kr Giro 5.000.000
-
wadiah-Haryo
10-03-
20xa
Db gio pada bank
Indonesia
15.000.000
Kr Giro
wadiah-Haryo
15.000.000
31-03-
20xa
Db beban bonus
wadiaIh
50.000
Kr Giro
wadiah-Haryo
50.000
b. Transaksi Pengurangan Rekening Giro Wadiah
Beberapa transaksi yang berakibat terjadinya
berkurangnya saldo giro wadiah antara lain adalah
penerimaan cek oleh nasabah giro wadiah untuk
ditukar secara tunai, penarikan bilyed giro untuk
ditransfer ke cabang lain bank yang sama atau ke
nasabah bank lain, seperti potongan administrasi
dan pajak tabungan.
Berikut adalah ilustrasi transaksi yang
mengakibatkan berkuangnya rekening giro wadiah
nasabah:
-
03-03-20xa
Haryo menggunakan cek untuk mencairkan
dana di rekening giro wadiahnya di Bank
Syariah Mandiri (BSM) secara tunai sebesar
Rp. 12.000.000.
07-03-20xa
Haryo menggunakan bilyed giro untuk
mentrasfer sejumlah dana ke nasabah giro
wadiah BSM cabang Madura sebesar Rp.
5.000.000.
12-03-20xa
Hayo menggunakan bilyed giro untuk
pembayara sebuah mesin kepada nasabah giro
bank lain sebesar Rp. 10.000.000.
31-03-20xa
Dipotong giro wadiah Haryo untuk
administrasi tabungan sebesar Rp. 15.000 dan
untuk pajak sebesar Rp. 10.000 (20% dari
bonus giro wadiah yang diterima sebesar Rp.
50.000).
Jurnal untuk tansaksi di atas sebagai berikut
Tanggal Rekening Debit (Rp) Kridit (Rp)
03-03-
20xa
Db Giro wadiah-
Haryo
12.000.000
Kr Kas 12.000.000
07-03-
20xa
Db Giro wadiah-
Haryo
5.000.000
Kr RAK
Cabang Madura
5.000.000
12-03-
20xa
Db Giro wadiah-
Haryo
10.000.000
Kr Giro pada 10.000.000
-
bank Indonesia
31-03-
20xa
Db Giro wadiah-
Haryo
15.000
Kr pendapatan
administrasi
giro wadiah
15.000
Db Giro wadiah-
Haryo
10.000
Kr titipan kas
Negara-pajak
giro
10.000
2. Giro Mudharabah
Giro mudharabah merupakan instrument
penghimpunan dana melalui produk giro yang
menggunakan akad mudharabah. Giro mudharabah
harus mengikuti fatwa DSN tentang mudharabah. Akad
mudharabah adalah akad yang digunakan dalam
perjanjian antara pihak penanam dana dan pengelola
dana untuk melakukan kegiatan usaha tertentu, dengan
pembagian keuntungan antara keduabelah pihak
berdasarkan nisbah yang telah disepakati sebelumnya.
-
Akuntansi giro mudharabah pada prinsipnya
sama dengan akuntansi giro wadiah.14
Pembeda antara
akuntansi giro mudharabah dengan giro wadiah yang
sudah di bahas dalam hal insentif yang terima oleh
nasabah. Dalam giro wadiah, insentif yang diterima
adalah bonus giro wadiah yang bersifat sukarela dan
tidak disyaratkan dimuka. Adapun insentif yang
diterima nasabah giro mudharabah adalah bagi hasil
dalam persentase tertentu yang harus dibayar oleh bank
secara periodik sesuai dengan tingkat keuntungan bank
syariah.
Sebagai contoh pada tanggal 5 Maret 20xa Rudi,
nasabah giro mudharabah Bank Peduli Syariah (BPS),
meneima imbalan bagi hasil atas rekening gironya
sebesar Rp. 45.000. dengan demikian, jumlahnya adalah
sebagai berikut:
14
Muhammad, Manajemen Dana Bank Syariah, (Yogyakarta:
Ekonisia, 2005), 99.
-
Tanggal Rekening Debit (Rp) Kridit (Rp)
05-03-
20xa
Db hak pihak ketiga
atas bagi hasil
45.000
Kr. Giro
mudharabah-Rudi
45.000
E. Deposito Mudharabah
Menurut undang-undang nomor 21 tahun 2008
tentang pebankan syariah, deposito adalah investasi dana
bedasarkan akad mudharabah atau akad lain yang tidak
bertentangan dengan pinsip syariah yang penarikannya
hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan
akad antara nasabah penyimpan dan bank syariah atau Unit
Usaha Syariah (UUS). Fatwa DSN nomor 3 tahun 2000
menyatakan bahwa deposito yang dibenarkan dalam syariah
adalah deposito yang berdasarkan prinsip mudharabah.
Dalam transaksi deposito mudharabah, nasabah bertindak
sebagai pemilik dana (shahibul maal) dan bank bertindak
sebagai pengelola dana (mudharib). Dalam kapasitasnya
-
sebagai mudharabah, bank dapat melakukan berbagai
macam usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip
syariah dan mengembangkannya, termasuk bermudharabah
dengan pihak lain.
Modal yang didepositokan harus dinyatakan dalam
bentuk tunai dan bukan piutang. Adapun pembagian
piutang harus dinyatakan dalam bentuk nisbah dan
dituangkan dalam bentuk rekening. Sebagai mudharib, bank
menutup biaya operasional deposito dengan menggunakan
nisbah keuntungan yang menjadi haknya dan bank tidak
diperkenankan mengurangi nisbah keuntungan nasabah
tanpa persetujuan nasabah yang bersangkutan.15
Siklus kegiatan deposito dimulai dari transaksi
pembukaan deposito oleh nasabah. Pada saat itu, antara
bank dan nasabah sudah menyepakati nisbah bagi hasil
dasar dan jangka waktu depisito (tinggal pencairan
15
Taswan, Akuntansi Perbankan: Transaksi dalam Valuta Rupiah
Edisi Revisi, 69.
-
deposito). Selama jangka waktu deposito, saldo deposito
bersifat tetap, karena pengambilan atau penambahan
deposito hanya dilaksanakan saat jatuh tempo atau saat
penitipan jika ingin diambil sebelum jatuh tempo, bagi hasil
yang diterima oleh nasabah dimasukkan ke rekening yang
lain, dan pajak yang mesti dibayar langsung diambil dari
bagi hasil yang akan diberikan kepada nasabah. Transaksi
berikut adalah ilustrasi terkait dengan transaksi deposito
mudharabah:16
01-09-20xa
Bank Syariah Mandiri (BSM) menerima
setoran atas nama Gayus Tambunan Rp.
5.000.000 sebagai investasi deposito
mudharabah untuk jangka waktu satu bulan
dengan nisbah 60% untuk nasabah dan 40%
untuk BSM.
30-09-20xa
Berdasarkan perhitungan distribusi
pendapatan, bagi hasil yang akan dibayar
untuk kelompok deposito mudharabah adalah
sebesar Rp. 15.000.000
04-10-20xa Dibayarkan bagi hasil deposito mudharabah
kepada Gayus Tambunan sebesar Rp. 40.000
16
Rizal Yaya, Dkk. Akuntansi Perbankan Syariah Teori dan Praktik
Kontenporer, 110.
-
dan atas pembayaran tesebut dipotong pajak
sebesar 20%. Pembayaran bagi hasil dilakukan
ke rekening tabungan mudharabah atas nama
pemilik yang sama.*
05-10-20xa
Gayus Tambunan mencairkan deposito
mudharabah. Pencairan dilakukan secara
tunai.
*Dalam praktik perbankan bagi hasil deposito harus
dibayarkan ke berbagai rekening sesuai permintaan
nasabah deposito, antara lain ketabungan
mudharabah, giro wadiah, penambah saldo
deposito periode berikut, atau rekening nasabah di
bank lain.17
Jurnal untuk tansaksi di atas sebagai berikut
Tanggal Rekening Debit (Rp) Kridit (Rp)
01-09-
20xa
Db Kas 5.000.000
Kr Deposito
mudharabah-
Gayus
Tambunan
5.000.000
30-09-
20xa
Hak pihak ke tiga atas
bagi hasil-deposito
mudharabah*
15.000.000
Kr bagi hasil
belum
15.000.000
17
DSAK IAI, Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 105
Tentang Akuntansi Mudharabah, (Jakata: IAI dan Penerbit Salemba, 2007).
-
dibagikan-
deposito
04-10-
20xa
Db. Bagi hasil belum
dibagikan-deposito
40.000
Kr tabungan
mudharabah-
Gayus
Tambunan**
32.000
Kr titipan kas
Negara-pajak
deposito
8.000
05-10-
20xa
Db deposito
mudharabah-Gayus
Tambunan
5.000.000
Kr. Kas 5.000.000
* Hak pihak ketiga atas bagi hasil dicadangkan sebagai
beban yang masih harus dibayar setiap bulan besar
pencadangan ini mempunyai dua alternativ. Pertama,
dicadangkan sebesar total bagi hasil yang akan
dibayarkan selama satu bulan penuh pada bulan jatuh
tempo. Kedua, dicadangkan sebesar porsi bagi hasil
yang hanya menjadi beban pada akhir bulan
pencatatan. Kemudiaan saat pembayaran bagi hasil
pada saat jatuh tempo mengakui adanya tambahan hak
pihak ke tiga (biayaa bagi hasil).
**Terdapat sedikit perbedaan dalam mekanisme
penyaluran bagi hasil tabungan dengan bagi hasil
deposito. Pada tabungan, bank memasukkan semua
bagi hasil untuk tabungan terlebih dahulu sebelum
memotor pajak PPh pasal 4(2) agar nasabah bisa
melihat besar macam-macam bagi hasil dan pajak.
Adapun bagi hasil deposito yang disalurkan kepada
-
nasabah bersifat neto karena sudah dipotong
langsung.18
18
DSAK IAI, Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 101
Tentang Penyajian Laporan Keuangan Keuangan Syariah, Jakata: IAI dan
Penerbit Salemba, 2007.
-
Daftar Pustaka
Antonio, Muhammad Syafii. Bank Syariah dari Teori ke Praktik, Jakarta: Gema Insani, 2001.
DSAK IAI, Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor
101 Tentang Penyajian Laporan Keuangan Keuangan
Syariah, Jakata: IAI dan Penerbit Salemba, 2007.
DSAK IAI, Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor
105 Tentang Akuntansi Mudharabah, Jakata: IAI dan
Penerbit Salemba, 2007.
DSAK IAI, Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor
59 Tentang Akuntansi Perbankan Syariah, Jakata: IAI
dan Penerbit Salemba, 2002.
DSN MUI, Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional Edisi 2,
Jakarta: DSN-MUI dan Bank Indonesia, 2003.
Muhammad, Manajemen Dana Bank Syariah, Yogyakarta:
Ekonisia, 2005.
Taswan, Akuntansi Perbankan: Transaksi dalam Valuta Rupiah
Edisi Revisi, Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2003.