efektivitas ekstrak bawang dayak eleutherine palmifolia) … · 2015-01-30 · lembar pengesahan...

50
EFEKTIVITAS EKSTRAK BAWANG DAYAK (Eleutherine palmifolia) DALAM MENGHAMBAT PERTUMBUHAN BAKTERI Staphylococcus aureus Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN Disusun Oleh: TAZKIYATUL FIRDAUS NIM: 1111103000007 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1435 H/2014 M

Upload: others

Post on 26-Jan-2020

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

EFEKTIVITAS EKSTRAK BAWANG DAYAK

(Eleutherine palmifolia) DALAM MENGHAMBAT

PERTUMBUHAN BAKTERI Staphylococcus aureus

Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN

Disusun Oleh:

TAZKIYATUL FIRDAUS

NIM: 1111103000007

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1435 H/2014 M

Efektivitas Ekstrak Bawang Dayak (Eleutherine palmifulia) daramMenghambat Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus aureus

Laporan Penelitian

Diajukan kepada Program studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran danIlmu Kesehatan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar sarjana

Kedokteran (S.Ked)

Oleh

Tazkivatul FirdausNIM: 1111103000007

Pembimbing I Pembim

$ffiedr. Erike Anggraini Suwarsono. M.Pd

NIP. 19810926 20tt0t 2 007dr. Siti Nur Aisyah Jauharoh. Ph.D

NrP. 19770102 200501 2007

PROGRAM STUDI PENDIDIKAI\ DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAI\I

UNIVERSITAS ISLAM NEGERJ

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1435 Ht 2014 M

111

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Penelitian EFEKTMTAS EKSTRAK BAWANG DAYAK(ELEUTHERINE PALMIFOLIA) DALAM MENGHAMBATPERTUMBUHAN BAKTERI Staphylococcus aureus yang diajukan olehTazkiyatul Firdaus (NIM: 1111103000007), telah diujikan dalam sidang diFakultas I(edokteran dan Ilmu Kesehatan pada 9 Septernber 2014. Laporanpenelitian ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana

Kedokteran (S.Ked) pada program Studi Pendidikan Dokter.

Ciputat, 9 September 2014

DEWAN PENGUJI

dr. Siti Nur Aisyah Jauharoh, PhD

NrP. 19810926 20tr01 2 007

Penguji I

YuliatlNIP. 196

dr. Siti Nur Aisyah Jauharoh. Ph.DNrP. 19770102 200s01 2 007

Penguji II

dgrsrgdr. Altya Siddiqa. Sp.FK

NrP. 1 9750803 200912 2 005

PIMPINAN FAKULTAS

dr. Wtui Ardini. M.Gizi. SpGK

lv

Pembimbing I

S.Si. M.Biomedt0915 2008012 022

Kaprodi PSPD

c) dr. MK. Tadjudin, Sp.AndProf. Dr.NrP. 19711023 201101 2 003

v

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,

Segala puji dan syukur atas kehadirat Ilahi Robbi yang telah melimpahkan

kekuatan, hidayah, dan petunjuk pada jalan kemudahan untuk menyelesaikan

laporan penelitian ini yang berjudul “Efektivitas Ekstrak Bawang Dayak

(Eleutherine palmifolia) dalam Menghambat Pertumbuhan Bakteri

Staphylococcus aureus”. Oleh karena itu, penulis haturkan ribuan terima kasih

yang tak terhingga kepada:

1. Prof. Dr (hc). dr. M.K Tadjudin, SpAnd selaku Dekan FKIK UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. dr. Witri Ardini, M.Gizi, SpGK selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Dokter, serta seluruh dosen atas bimbingan yang diberikan selama penulis

menempuh pendidikan di Program Studi Pendidikan Dokter FKIK UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta ini.

3. dr. Erike Anggraini Suwarsono, M.Pd dan dr. Siti Nur Aisyah Jauharoh,

PhD selaku dosen pembimbing yang dengan sabar membimbing dan

mengarahkan dalam proses penyelesaian laporan penelitian ini.

4. dr. Flori Ratna Sari, Ph.D selaku penanggungjawab riset Program Studi

Pendidikan Dokter 2011, yang tidak pernah bosan untuk selalu mem-

follow-up perkembangan dan kendala riset pada setiap akhir modul.

5. Keluarga tercinta: Husnul Aqib, Tutik Hidayatin, dan Nabilla Alfiani

Rizqi yang selalu memberikan doa, motivasi super, dan semangat tiada

batas hingga laporan penelitian ini dapat terselesaikan dengan baik.

6. Sahabat terbaik: Ifan Effendi, Zidni Furaidah, Siti Nashratul Kamillah, dan

Samrotul Fuadi yang tidak pernah bosan untuk selalu mendukung,

menemani, dan memberikan semangat serta doa yang sangat membantu

selama menjalani penelitian dan proses penyelesaian laporan.

7. Teman satu tim riset: Bagus Kusuma Wardhana, Fikriah Rezeki Amanda,

Fitrian Amwaalun Nafi’ah, Shevrina Faradiba, dan Ardin Syahputra yang

selalu memberikan bantuan dan dukungan satu sama lain selama menjalani

penelitian bersama, sehingga laporan penelitian ini dapat terselesaikan.

vi

8. Teman seperjuangan: Nailil farohah, Elvin Ferayanti, Ifa Rizqiyatus

Salsabila, Aini Yunianingtias, Yonita Sukra yang seringkali menghibur

selama mengerjakan laporan penelitian ini.

9. Laboran dan OB khususnya mbak Novi dan Pak Bacok yang sudah banyak

membantu selama melakukan penelitian di Laboratorium Mikrobiologi.

Penulis menyadari laporan penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan

dan juga kekurangan maupun kekeliruan yang tak terhindarkan. Untuk itu, saran

dan kritik sangat diharapkan dalam upaya perbaikan dan penyempurnaan laporan

ini. Demikian laporan penelitian ini dibuat, semoga Allah SWT senantiasa

melimpahkan hidayah dalam setiap langkah. Semoga laporan ini dapat

memberikan manfaat dalam meningkatkan kesejahteraan dalam bidang kesehatan.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Ciputat, 31 Agustus 2014

Tazkiyatul Firdaus

vii

ABSTRAK

Tazkiyatul Firdaus. Program Studi Pendidikan Dokter. Efektivitas Ekstrak

Bawang Dayak (Eleutherine palmifolia) dalam Menghambat Pertumbuhan

Bakteri Staphylococcus aureus. 2014

Bawang dayak (Eleutherine palmifolia) dipercaya sebagai tanaman obat

multifungsi untuk berbagai penyakit salah satunya yaitu sebagai antibakteri.

Bawang dayak mengandung golongan senyawa alkaloid, flavonoid, saponin,

tannin, glikosid, dan triterpenoid yang memiliki efek antibakteri. Staphylococcus

aureus adalah bakteri penyebab Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA).

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh ekstrak bawang dayak

(Eleutherine palmifolia) dalam menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus

aureus. Bawang dayak sebanyak 3 kg diekstraksi menggunakan pelarut etanol

96% sehingga didapatkan ekstrak kental. Ekstrak bawang dayak dengan

konsentrasi 10mg/ml, 20mg/ml, dan 40mg/ml diuji aktivitas antibakterinya

terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus pada Agar nutrient

menggunakan metode disc diffusion. Didapatkan hasil bahwa ekstrak bawang

dayak dengan pelarut etanol 96% dapat menghambat pertumbuhan bakteri

Staphylococcus aureus dan dapat disimpulkan bahwa ekstrak bawang dayak

dengan konsentrasi 40mg/ml memiliki aktivitas antibakteri yang paling baik

dibandingkan dengan konsentrasi 10 mg/ml dan 20 mg/ml meskipun termasuk

dalam klasifikasi daya hambat lemah.

Kata Kunci: Staphylococcus aureus, Bawang Dayak

viii

ABSTRACT

Tazkiyatul Firdaus. Medical Education Study Program. Effectivity Bawang

Dayak (Eleutherine palmifolia) Extract for Inhibiting Staphylococcus aureus

Growth. 2014

Bawang dayak (Eleutherine palmifolia) has been used as a traditional plant which

has benefits for many diseases, one of them is antibacteria. Bawang dayak is

containing current group molecule of alkaloid, flavonoid, saponin, tannin,

glicoside, and triterpenoid as antibacterial agent. Staphylococcus aureus is a

microbe causes upper respiratory tract infection (URTI). This study was

conducted to determine the inhibitory effect of bawang dayak extract to

Staphylococcus aureus growth. For about 3 kg bawang dayak was extracted using

ethanol 96% and producing viscous extract. Bawang dayak extract with various

concentrations 10mg/ml, 20mg/ml, 40mg/ml was tested on nutrient jelly by using

disc diffusion method to determine antibacterial activity to Staphylococcus aureus

growth. This study showed that ethanol extract of bawang dayak has inhibitory

effect to Staphylococcus aureus growth and it can be concluded that 40mg/ml

dose of bawang dayak extract resulted the best antibacterial effect among other

concentrations although it was still classified as low inhibitory effect.

Key Words: Staphylococcus aureus, Bawang Dayak

ix

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA……………………. ii

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING…………………………... iii

LEMBAR PENGESAHAN……………………………………………...... iv

KATA PENGANTAR…………………………………………………….. v

ABSTRAK………………………………………………………………….

ABTRACT…………………………………………………………………

vii

viii

DAFTAR ISI………………………………………………………………. ix

DAFTAR TABEL…………………………………………………………. xi

DAFTAR GAMBAR……………………………………………………… xii

DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………….. xiii

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………... 1

1.1 Latar Belakang………………………………………………………. 1

1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………. 1

1.3 Tujuan Penelitian…………………………………………………….. 2

1.4 Manfaat Penelitian………………………………………………….... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………… 4

2.1 Landasan Teori ………………………………………………………… 4

2.1.1 Tanaman Bawang Dayak (Eleutherine palmifolia)……………….. 4

2.1.1.1 Morfologi dan Klasifikasi…………………………………….. 4

2.1.1.2 Kandungan Kimiawi Bawang Dayak………………………… 5

2.1.2 Bakteri Staphylococcus aureus…………………………………..

2.1.2.1 Morfologi dan Klasifikasi……………………………………

6

6

2.1.3 Mekanisme Kerja Antibakteri…………………………………… 8

2.1.4 Metode Pengujian Antibakteri...…………………………………..

2.2 Kerangka Teori…………………………………………………………

9

12

2.3 Kerangka Konsep……………………………………………………… 12

2.4 Definisi Operasional…………………………………………………… 13

x

BAB 3 METODE PENELITIAN………………………………………. 14

3.1 Desain Penelitian……………………………………………………

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian…………..…………………………..

14

14

3.3 Bahan yang Diuji…………………………………………………… 14

3.4 Sampel Bakteri……………………………………………………… 14

3.5 Sampel Penelitian …………………………………………………..

3.6 Indentifikasi Variabel………………………………………………..

14

15

3.6.1 Variabel Bebas…………………………………………………… 15

3.6.1 Variabel Terikat………………………………………………….. 15

3.7 Alat dan Bahan Penelitian…………………………………………... 15

3.7.1 Alat Penelitian……………………………………………………. 15

3.7.2 Bahan Penelitian…………………………………………………. 16

3.8 Cara Kerja Penelitian……………………………………………….. 16

3.8.1 Tahap Persiapan…………………………………………………. 16

3.8.1.1 Sterilisasi Alat dan Bahan………………………………………

3.8.1.2 Pembuatan Ekstrak Bawang Dayak…………………………….

3.8.1.3 Pembuatan Stok Bakteri………………………………………

3.1.8.4 Pembuatan Stok Variabel Konsentrasi………………………….

3.8.2 Tahap Pengujian…………………………………………………..

3.8.2.1 Uji Efektivitas Ekstrak Bawang Dayak……...…………............

16

16

16

17

17

17

3.9 Alur Penelitian……………………………………………………….

3.10 Pengolahan Data……………………………………………………

18

19

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN……………………………………

4.1 Hasil…………………………………………………………………

4.1.1 Ekstraksi Bawang Dayak……………………………………….

4.1.2 Efek Ekstrak Bawang Dayak terhadap Staphylococcus aureus…

4.2 Pembahasan………………………………………………………….

20

20

20

20

23

BAB 5 PENUTUP…………………………………………………………

5.1 Kesimpulan…………………………………………………………..

5.2 Saran…………………………………………………………………

27

27

28

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………... 29

LAMPIRAN……………………………………………………………….. 33

xi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4.1 Hasil Hambatan Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus aureus.. 21

Tabel 4.2 Hasil Analisis Multikomparasi dengan Uji Mann-Whitney……. 22

xii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Bawang Dayak……………………………………………….. 5

Gambar 2.2 Hasil Pewarnaan gram Staphylococcus aureus …..…………. 7

Gambar 2.3 Koloni Staphylococcus aureus pada Nutrient Agar …….…... 7

Gambar 4.1 Ekstrak Bawang Dayak (Eleutherine palmifolia) …………... 20

Gambar 4.2 Zona Hambat Ekstrak Bawang Dayak terhadap Pertumbuhan

Staphylococcus aureus…………………...…………………….

Gambar 4.3 Hasil Pengukuran Zona Hambat……………………………...

21

23

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran I Surat Hasil Determinasi Bahan………………………...…….. 33

Lampiran II Sertifikat Pengujian Ekstraksi Bawang Dayak………………. 34

Lampiran III Alat dan Bahan Penelitian…………………………………... 35

Lampiran IV Foto Hasil Penelitian ………………………………………..

Lampiran V Riwayat Penulis ……………………………………………...

36

37

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penggunaan obat tradisional pada masyarakat Indonesia saat ini semakin

berkembang. Banyak masyarakat tertarik untuk mengobati segala penyakit yang

dideritanya dengan pengobatan tradisional dari berbagai ragam tanaman obat

Indonesia.6 Salah satunya yaitu tanaman bawang dayak (Eleutherine palmifolia) yang

dipercaya sebagai tanaman obat multifungsi untuk berbagai penyakit.7 Dalam umbi

bawang dayak terkandung senyawa fitokimia antara lain: alkaloid, glikosid,

flavonoid, fenolik, streroid, dan tannin7 yang mana senyawa-senyawa tersebut diduga

memiliki efek antimikroba.8

Khasiat bawang dayak (Eleutherine palmifolia) sebagai antibakteri telah

dibuktikan oleh Mierza (2011), bahwa ekstrak bawang dayak dengan pelarut etanol

menggunakan metode disc diffusion pada konsentrasi 10mg/ml dan 20mg/ml dapat

menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dengan rata-rata zona

hambat yang dihasilkan adalah 12,5 mm dan 14 mm.8

Staphylococcus aureus merupakan bakteri patogen utama pada manusia

sehingga hampir semua orang pernah mengalami infeksi bakteri ini selama hidupnya

dengan derajat keparahan yang beragam.1 Staphylococcus aureus termasuk salah satu

bakteri penyebab ISPA ke empat yaitu 3,6% setelah Streptococcus alba (10,7%),

Streptococcus alfa (10,7%), dan Candida (7,1%).2 Bila pada pasien yang terinfeksi

bakteri Staphylococcus aureus dilakukan pemeriksaan pewarnaan Gram pada apusan

tenggorok maka akan didapatkan gambaran bakteri yang berbentuk kokus Gram

positif yang berkelompok.3

Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah infeksi akut yang menyerang

salah satu bagian atau lebih dari saluran napas. Penyakit ini sering terjadi pada anak.

Indonesia merupakan Negara dengan peringkat keempat yaitu 6 juta episode dengan

kasus ISPA tertinggi setelah India (43 juta), China (21 juta), dan Pakistan (10 juta).

2

Episode batuk pilek pada balita di Indonesia dalam setahun diperkirakan mencapai 2-

3 kali. ISPA merupakan salah satu penyebab utama kunjungan pasien di puskesmas

(40-60%) dan rumah sakit (15-30%).4

Berdasarkan laporan tahun 2013, lima provinsi dengan angka kejadian ISPA

tertinggi adalah Nusa Tenggara Timur (41,7%), Papua (31,1%), Aceh (30,0%), Nusa

Tenggara Barat (28,3%), dan Jawa Timur (28,3%). Berdasarkan usia, karakteristik

penduduk dengan ISPA tertinggi terjadi pada kelompok umur 1- 4 tahun (25,8%) dan

selanjutnya pada usia <1 tahun (22,0%). Menurut jenis kelamin, tidak berbeda antara

laki-laki dengan perempuan. Penyakit ini lebih banyak dialami pada kelompok

dengan ekonomi rendah atau menengah kebawah.5

Hingga saat ini, masih sedikit sekali penelitian yang menguji kandungan

ekstrak bawang dayak dan efektivitas bawang dayak terhadap pertumbuhan bakteri

Staphylococcus aureus. Berdasarkan hal tersebut diatas, maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian mengenai efektivitas ekstrak bawang dayak yang diekstraksi

dengan pelarut etanol dalam menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus

aureus dengan menggunakan metode disc diffusion. Penelitian ini diharapkan dapat

mengetahui efektivitas ekstrak bawang dayak dalam menghambat pertumbuhan

bakteri Staphylococcus aureus sehingga nantinya dapat digunakan sebagai alternatif

pengobatan tradisional pada infeksi saluran nafas akut.

1.2 Rumusan Masalah

Apakah ekstrak bawang dayak (Eleutherine palmifolia) efektif dalam

menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum:

Mengetahui efektivitas ekstrak bawang dayak (Eleutherine

palmifolia) dalam menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus

aureus.

3

1.3.2 Tujuan Khusus:

Mengetahui konsentrasi ekstrak bawang dayak (Eleutherine

palmifolia) yang efektif menghambat pertumbuhan bakteri

Staphylococcus aureus.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Untuk masyarakat :

Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat memberikan

pengetahuan kepada masyarakat mengenai manfaat bawang dayak

(Eleutherine palmifolia) dalam menghambat pertumbuhan bakteri

Staphylococcus aureus.

1.4.2 Untuk Institusi :

Penelitian ini merupakan upaya untuk mengembangkan pengetahuan

tentang efektivitas ekstrak bawang dayak (Eleutherine palmifolia)

dalam menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan

menambah referensi sehingga dapat digunakan para peneliti lain.

1.4.3 Untuk peneliti :

Dengan penelitian ini, dapat meningkatkan kemampuan dalam

melakukan penelitian dan dapat meningkatkan pengetahuan tentang

efektivitas ekstrak bawang dayak (Eleutherine palmifolia) dalam

menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus.

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Tanaman Bawang Dayak (Eleutherine palmifolia)

2.1.1.1 Morfologi dan Klasifikasi

Bawang dayak adalah tanaman khas Kalimantan Tengah yang digunakan oleh

masyarakat suku Dayak sebagai obat. Tumbuhan ini memiliki tinggi sekitar 30-40cm.

Bentuk umbi pada bawang dayak berwarna merah berlapis menyerupai bawang

merah yang biasa dipakai sebagai bumbu masakan, berdaun tunggal seperti pita

dengan ujung dan pangkal runcing tepi rata atau tidak bergerigi berwarna hijau.

Memiliki bunga majemuk yang tumbuh di ujung batang berwarna putih dengan putik

berbentuk jarum berukuran kurang lebih 4mm berwarna putih kekuningan, dan

memili akar serabut berwarna cokelat muda.7,9

Dalam ilmu taksonomi, berikut adalah

klasifikasi dari bawang dayak (Eleutherine palmifolia)10

:

Divisi : Magnoliophyta

Class : Liliopsida

Ordo : Liliales

Family : Iridaceae

Genus : Eleutherine

Spesies : Eleutherine palmifolia (L.) Merr

Tanaman bawang dayak tumbuh dengan baik pada daerah tropis dengan

ketinggian sekitar 600-1500 meter dari permukaan air laut. Biasanya ditemukan di

pinggir jalan yang berumput, di kebun teh, kina, dan kebun karet.23

Penamaan lain

dari bawang dayak juga berbeda yaitu: Bawang kapal (Melayu), Bawang Sabrang

(Sunda), Brambang Sabrang (Jawa tengah).10

5

Gambar 2.1.Bawang Dayak (Eleutherine palmifolia)

Sumber :http://www.ecplaza.net/trade-leads-seller/eleutherine-palmifolia--7806106.html diunduh

pada tanggal 12/12/2013

2.1.1.2 Kandungan Kimiawi Bawang Dayak

Bawang dayak mengandung senyawa-senyawa kimia seperti: alkaloid,

glikosid, flavonoid, fenolik, steroid, dan tanin yang merupakan sumber potensial

untuk dikembangkan sebagai tanaman obat. Alkaloid memiliki fungsi sebagai

antimikroba. Selain itu, alkaloid, glikosid, dan flavonoid juga memiliki fungsi sebagai

hipoglikemik sedangkan tanin biasa digunakan sebagai obat sakit perut.7

Alkaloid yang terkandung dalam bawang dayak adalah suatu golongan

senyawa organik yang memiliki paling sedikit satu atom nitrogen. Kebanyakan

alkaloid berupa padatan kristal dengan titik lebur tertentu, tidak berwarna dan bersifat

basa. Alkaloid dapat ditemukan dari berbagai bagian tumbuh-tumbuhan seperti pada

biji, daun, ranting dan kulit batang. Hampir semua alkaloid mempunyai efek biologis

tertentu, ada yang beracun dan ada juga yang sangat berguna sebagai obat.11

Kadar air yang dimiliki bawang dayak dalam bentuk serbuk simplisia sekitar

8,98 %, kadar sari yang larut dalam air adalah 8,03%, kadar sari yang larut dalam

6

etanol adalah 9,6%. Ekstrak etanol bawang dayak juga memiliki efek antioksidan

kuat.13

2.1.2 Bakteri Staphylococcus aureus

2.1.2.1 Morfologi dan Klasifikasi

Staphylococcus aureus merupakan bakteri Gram positif yang memiliki

bentuk kokus berdiameter antara 0,8-1,0 mikron, tidak bergerak, tidak berspora dan

berkelompok seperti buah anggur bila dilihat di bawah mikroskop.14,15

Bakteri ini

bersifat anaerob fakultatif dan dapat tumbuh dalam udara yang hanya mengandung

hidrogen. Pada lempeng agar, koloninya berbentuk bulat dengan diameter 1-2 mm,

cembung, buram, mengkilat dan konsistensinya lunak.15

Koloni yang dibentuk

berwarna abu-abu hingga kuning tua kecoklatan namun koloni bakteri yang masih

sangat muda tidak berwarna. Batas suhu untuk pertumbuhan Staphylococcus aureus

adalah 150C dan 40

0C dan paling cepat berkembang pada suhu 37

0 C.

1,15 Diantara

semua bakteri yang tidak membentuk spora, Staphylococcus aureus termasuk jenis

kuman yang paling kuat. Bakteri ini dapat tetap hidup selama berbulan-bulan dalam

media agar miring yang disimpan di lemari es maupun pada suhu kamar dan dapat

bertahan dalam zat kimia yaitu alkohol 50-70% selama 1 jam.15

Sistematika

Staphylococus aureus adalah sebagai berikut:1

Divisi : Protophyta

Kelas : Schizomycetes

Bangsa : Eubacteriales

Suku : Micrococcaceae

Marga : Staphylococcus

Jenis : Staphylococcus aureus

7

Gambar 2.2. Hasil Pewarnaan Gram Staphylococcus aureus

Sumber : http://www.microbeworld.org diunduh pada tanggal 12/12/2013

Gambar 2.3. Koloni Staphylococcus aureus pada Nutrient Agar

Staphylococcus aureus bersifat invasif, penyebab hemolisis, membentuk

koagulase, mencairkan gelatin, membentuk pigmen kuning emas dan meragi manitol.

Bakteri ini merupakan bakteri patogen utama pada manusia yang menghasilkan 3

metabolit bersifat nontoksin, eksotoksin, dan enterotoksin. Metabolit nontoksin yang

dimiliki antara lain: antigen permukaan dan koagulase yang berfungsi mencegah

fagositosis, dan hialuronidase yang berfungsi mempermudah penyebaran bakteri.1,15

Sehingga bakteri ini dapat masuk ke saluran limfatik dan pembuluh darah yang

akhirnya menimbulkan komplikasi bakteremia yang membahayakan. Tempat

predileksi Staphylococcus aureus pada tubuh manusia yaitu 70-90% pada nares

anterior, 5-20% pada perineum, 10% di vagina pada perempuan yang dalam masa

8

menstruasi.16

Bahan untuk mengidentifikasi bakteri ini dapat diperoleh dengan cara

swabbing, atau langsung dari darah, pus, sputum atau likuor serebrospinal.15

Infeksi Staphylococcus aureus disebabkan karena faktor virulensi bakteri dan

juga daya tahan tubuh yang menurun. Dari faktor mikroba, bakteri Staphylococcus

aureus memiliki dinding yang tersusun dari peptidoglikan yang besar sehingga

mampu bertahan pada lingkungan yang kurang menguntungkan bagi bakteri. Selain

itu, bakteri Staphylooccus aureus juga menghasilkan banyak toksin ekstraseluler yang

berespon terhadap rangsangan lingkungan fisikokimiawi.16

Selain dapat menyebabkan

infeksi pada kulit, bakteri Staphylococcus aureus juga termasuk penyebab ISPA ke

empat yaitu 3,6% setelah Streptococcus alba (10,7%), Streptococcus alfa (10,7%),

dan Candida (7,1%).2

2.1.3 Mekanisme Kerja Antibakteri

Antibakteri adalah suatu senyawa yang dapat membunuh atau menekan

pertumbuhan bakteri, khususnya bakteri yang merugikan manusia. Berdasarkan

mekanisme kerjanya, antibakteri dibagi menjadi 5 kelompok, yaitu:

1. Menghambat metabolisme sel bakteri

Mikroba membutuhkan asam folat untuk bisa bertahan hidup. Asam folat

yang dibutuhkan mikroba didapatkan dari hasil sintesis asam amino benzoat

(PABA). Sulfonamida adalah contoh obat yang bekerja menghambat

metabolisme akan bersaing dengan PABA yang menghasilkan analog asam folat

nonfungsional sehingga pertumbuhan sel mikroba akan terhambat.17

2. Menghambat sintesis dinding sel bakteri

Dinding sel mikroba terdiri dari peptidoglikan. Golongan antibiotik yang

menghambat sintesis dinding sel bersifat bakterisidal karena tekanan osmotik

intra sel lebih tinggi daripada ekstra sel. Penisilin adalah obat yang bekerja

menghambat reaksi pembentukan dinding sel pada tahap transpeptidasi.17

3. Mengganggu keutuhan membran sel bakteri

Antimikroba yang mengandung senyawa amonium-kuaterner bila

bereaksi dengan fosfat pada fosfolipid akan dapat merusak membran sel

9

akibatnya protein, asam nukleat dan lain-lain akan keluar dari sel mikroba.

Contoh golongan obat yang bekerja mengganggu keutuhan membran sel mikroba

adalah polimiksin. Bakteri Gram positif mengandung sedikit fosfor sehingga

antimikroba polimiksin tidak efektif. Bila kandungan fosfor menurun pada

bakteri Gram negatif maka akan resisten.17

4. Menghambat sintesis protein sel bakteri

Sel mikroba mensintesis berbagai protein di ribosom dengan bantuan

tRNA dan mRNA. Setiap ribosom memiliki dua subunit yaitu ribosom 30S dan

ribosom 50S. Ribosom 30S dan ribosom 50S nantinya bersatu menjadi ribosom

70S untuk dapat mensintesis protein. Contoh obat yang berikatan dengan

komponen ribosom 30S adalah streptomisin yang menyebabkan kode pada

mRNA salah dibaca oleh tRNA saat sintesis protein sehingga terjadi

pembentukan protein yang abnormal dan nonfungsional bagi sel mikroba.

Sedangkan golongan eritromisin, linkomisin, dan kloramfenikol berikatan

dengan ribosom 50S.17

5. Menghambat sintesis asam nukleat sel bakteri

Antimikroba yang bekerja menghambat sintesis asam nukleat sel mikroba

adalah rifampisin dan quinolon. Rifampisin berikatan dengan enzim polimerase-

RNA sehingga menghambat sintesis RNA dan DNA sel mikroba.17

2.1.4. Metode Pengujian Antibakteri

Uji antimikroba dilakukan untuk mengukur respon pertumbuhan populasi

mikroorganisme terhadap agen antimikroba. Terdapat bermacam-macam metode uji

antimikroba yang dapat dilakukan :

1. Metode Dilusi

Terdapat dua cara untuk melakukan metode ini, metode dilusi cair (broth

dilution) dan metode dilusi padat (solid dilution test).18,19

Metode dilusi digunakan

untuk menentukan konsentrasi hambat minimum atau konsentrasi bunuh minimum

dari antimikroba terhadap mikroba yang diujikan. Cara yang dilakukan adalah dengan

membuat seri pengenceran agen antimikroba pada medium cair yang ditambahkan

10

dengan mikroba uji. Larutan uji agen antimikroba pada kadar terkecil yang terlihat

jernih tanpa adanya pertumbuhan mikroba uji ditetapkan sebagai kadar hambat

minimum. Selanjutnya larutan tersebut dikultur ulang pada media cair tanpa

penambahan mikroba uji maupun agen antimikroba dan diinkubasi selama 18-24 jam.

Setelah diinkubasi media cair yang tetap jernih ditetapkan sebagai kadar bunuh

minimum.18

2. Metode Difusi

Metode ini dapat dilakukan dengan beberapa cara :

a. Metode disc diffusion (tes Kirby & Bauer)

Metode disc diffusion digunakan untuk menentukan aktivitas agen

antimikroba. Metode ini dilakukan dengan meletakkan piringan (blanc disc) yang

sudah diisi dengan suatu zat antimikroba pada media agar yang telah ditanami

mikroorganisme. Area jernih mengindikasikan adanya hambatan pertumbuhan

mikroorganisme oleh agen antimikroba.18

Efektifitas antibakteri menurut

Greenwood (1995) dapat diklasifikasikan pada tabel berikut:12

Diameter Zona Terang Respon Hambatan Pertumbuhan

>20 mm Kuat

16-20 mm Sedang

10-15 mm Lemah

<10 mm Tidak ada

11

Untuk klasifikasi zona hambat antibakteri berdasarkan CLSI 2011 adalah

sebagai berikut:

Zona hambat agen antimikroba berdasarkan CLSI guidelines 2011

Antibiotik Dosis Perlakuan Susceptible Intermedietly

susceptible

Resistant

Amoksisilin 20/10

ug

Enterobacteriaceae ≥ 18 mm 14-17 mm ≤ 13 mm

Haemophilus

influenza

≥ 20 mm ≤ 19 mm

Staphylococcus

aureus

≥ 20 mm ≤ 19 mm

”Telah diolah Kembali”

b. E-test

Metode E-test digunakan untuk menentukan konsentrasi minimal suatu agen

antimikroba yang dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme. Cara yang

dilakukan menggunakan strip plastik yang mengandung agen antimikroba dari

kadar terendah hingga tertinggi dan diletakkan pada permukaan media Agar yang

sudah ditanami mikroorganisme.18

c. Ditch-plate technique

Metode ini dilakukan dengan meletakkan agen antimikroba pada parit yang

telah dibuat dengan cara memotong media Agar dalam cawan petri pada bagian

tengah secara membujur kemudian mikroba uji digoreskan ke arah parit yang

berisi agen antimikroba.18

d. Cup-plate technique (Metode lubang)

Cup-plate technique memiliki prinsip yang serupa dengan metode disk difusi.

Pada metode ini, media Agar yang telah ditanami dengan mikroorganisme dibuat

lubang yang kemudian diisi dengan zat antimikroba yang akan diuji.18

12

2.2 Kerangka Teori

2.3 Kerangka Konsep

Ekstrak bawang dayak dengan

berbagai konsentrasi

Biakan Bakteri Staphylococcus aureus

Pertumbuhan bakteri normal Pertumbuhan bakteri terhambat

Menghitung zona hambat

Mengandung senyawa

antimikroba

Bawang Dayak

Flavonoid Tanin Triterpenoid Saponin

Merusak

membran

sel bakteri

Menghambat

sintesis DNA

dan RNA

Mengganggu

metabolisme

sel bakteri

Mengganggu

proses

terbentuknya

dinding sel

bakteri

Mengganggu

kestabilan

membran

sitoplasma

Gangguan pertumbuhan bakteri

Staphylococcus aureus

13

Biakan bakteri Staphylococcus aureus pada Agar nutrient diberikan

ekstrak bawang dayak dengan berbagai konsentrasi yang mengandung senyawa

antimikroba sehingga dapat menghambat pertumbuhan bakteri yang ditandai

dengan terbentuknya zona terang disekitar cakram. Selanjutnya dilakukan

penghitungan hasil dari zona terang untuk menilai efektifitas dari ekstrak

bawang dayak terhadap bakteri Staphylococcus aureus.

2.4 Definisi Operasional

No. Variabel Definisi

Operasional

Alat Ukur Hasil Ukur Skala

Ukur

1. Zona hambat

S.aureus

Zona terang di

sekitar cakram

pada media agar

nutrient yang

telah ditanami

S.aureus

Penggaris

(mm)

Diameter

zona

hambat

(mm)

Numerik

2. Konsentrasi

ekstrak

bawang

dayak

Ekstrak bawang

dayak dengan

konsentrasi

yang telah

ditentukan

Timbangan Jumlah

ekstrak

sesuai

dengan

besar

konsentrasi

Kategorik

3. Larutan

kontrol

negatif

Larutan kontrol

negatif

menggunakan

aquades

Mikro pipet Cakram uji

berisi

aquades

Kategorik

4. Kontrol

positif

Kontrol positif

berupa kertas

cakram berisi

antibiotik

amoksisilin

Tidak ada Cakram uji

berisi

antibiotik

amoksisilin

Numerik

14

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan uji eksperimental secara in vitro dengan teknik disc

diffusion untuk melihat efek ekstrak bawang dayak (Eleutherine palmifolia) terhadap

pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus.

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Proses determinasi tanaman dilakukan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan

Indonesia (LIPI) Kebun Raya Bogor, sedangkan proses ekstraksi bawang dayak

(Eleutherine palmifolia) dilakukan oleh Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat

(BALITRO) Bogor. Kemudian, penelitian ini dilakukan pada bulan Februari-Agustus

2014 di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

3.3 Bahan yang diuji

Ekstrak bawang dayak (Eleutherine palmifolia) yang telah dideterminasi oleh

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Kebun Raya Bogor dan diekstraksi oleh

Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (BALITRO) Bogor.

3.4 Sampel Bakteri

Bakteri Staphylococcus aureus diisolasi pada media agar nutrient, dan

diinkubasi pada suhu 37oC selama 24 jam.

3.5 Sampel Penelitian

Penentuan jumlah sampel penelitian dihitung menurut rumus Federer :

Rumus : (k-1).(n-1) ≥ 15

Keterangan : k = Jumlah kelompok perlakuan

n = Jumlah sampel dalam tiap kelompok

15

Dalam penelitian ini terdapat 5 kelompok perlakuan yaitu kontrol negatif,

konsentrasi bawang dayak 10 mg/ml, konsentrasi bawang dayak 20 mg/ml,

konsentrasi bawang dayak 40 mg/ml, dan kontrol positif sehingga berdasarkan rumus

Federer didapatkan jumlah sampel dari setiap kelompok perlakuan sebagai berikut :

(k-1).(n-1) ≥ 15

(5-1).(n-1) ≥ 15

4n.-4 ≥ 15

4n ≥ 19

n ≥ 4,75

Sehingga jumlah sampel yang digunakan pada penelitian ini sebanyak 6.

3.6 Identifikasi Variabel

3.6.1 Variabel Bebas

Ekstrak bawang dayak (Eleutherine palmifolia) dengan berbagai konsentrasi.

3.6.2 Variabel Terikat

Pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus di media Agar nutrient, diukur

dengan diameter zona hambat (zona terang) yang terbentuk dalam milimeter (mm).

3.7 Alat dan Bahan Penelitian

3.7.1 Alat Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:

Tabung Reaksi Ose Timbangan

Mikropipet Spatula Besi Autoclave

Vortex Cawan Petri Baki

Bunsen Penggaris Swab Kapas

Korek Api Rak Tabung Pinset

Inkubator Cakram uji kosong Label

Alat Tulis Tisu Laminar Air Flow

16

3.7.2 Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain: media agar nutrient,

ekstrak bawang dayak, aquades steril, pelarut etanol, biakan Staphylococcus aureus,

cakram uji kosong, cakram amoksisilin.

3.8 Cara Kerja Penelitian

3.8.1 Tahap Persiapan

3.8.1.1 Sterilisasi Alat dan Bahan

Seluruh alat yang akan digunakan disterilisasi di dalam autoklaf selama 15

menit pada suhu 121oC dengan tekanan 1,5 atm setelah sebelumnya dicuci bersih,

dikeringkan, dan dibungkus dengan kertas.

3.8.1.2 Pembuatan Ekstrak Bawang Dayak

Pembuatan ekstrak dilakukan dengan cara maserasi menggunakan pelarut

etanol 96%. Sebanyak 3 kg bawang dayak dicuci bersih kemudian digelinder hingga

didapatkan serbuk bawang dayak. Selanjutnya serbuk dimaserasi pada empat buah

wadah kaca berwarna gelap dengan pelarut etanol 96% sehingga seluruh serbuk

terendam sempurna lalu dikocok dengan mixer selama 2-3 jam dan ditutup dengan

aluminium foil kemudian disimpan selama 24 jam pada suhu 37oC kemudian disaring

dan didapatkan maserat. Tahap selanjutnya, ampas dimaserasi kembali dengan etanol

96% menggunakan prosedur yang sama. Seluruh maserat dikumpulkan dan diuapkan

dengan rotary evaporator pada suhu 55oC untuk mendapat ekstrak kental yang bebas

dari pelarut.

3.8.1.3 Pembuatan Stok Bakteri

Pembuatan suspensi bakteri dengan cara menginokulasikan 1 ose biakan

murni bakteri Staphylococcus aureus ke dalam media Agar nutrient kemudian

diinkubasi pada suhu 370C selama 24 jam di dalam inkubator.

17

3.8.1.4 Pembuatan Stok Variabel Konsentrasi

Variabel yang digunakan pada penelitian ini sejumlah 5 variabel, kontrol

negatif, variasi konsentrasi ekstrak bawang dayak 10 mg/ml, 20 mg/ml, dan 40 mg/ml

dengan menggunakan pelarut etanol 96% dan kontrol positif menggunakan antibiotik

amoksisilin 25µg. Penentuan variasi konsentrasi ditentukan berdasarkan penelitian

terdahulu yang dilakukan oleh Mierza (2011) yang menggunakan variasi konsentrasi

5mg/ml,10mg/ml dan 20mg/ml dengan konsentrasi efektif yang didapatkan adalah

20mg/ml.8

3.8.2 Tahap Pengujian

3.8.2.1 Uji Efektivitas Ekstrak Bawang Dayak

Biakan bakteri Staphylococcus aureus yang telah diremajakan, diambil

sebanyak 1 ose lalu disuspensikan dalam larutan pengencer NaCl dan divortex hingga

homogen kemudian suspensi dibandingkan kejernihannya dengan larutan standar 0,5

mF. Suspensi Bakteri Staphylococcus aureus yang telah dibuat dioleskan

menggunakan kapas lidi steril pada media pertumbuhan Agar nutrient. Kemudian

cakram kosong yang telah dicelup kedalam stok konsentrasi ekstrak bawang dayak

selama 15 menit diletakkan di atas permukaan agar secara steril. Selanjutnya media

diinkubasi ke dalam inkubator dengan suhu 370C selama 24 jam. Setelah proses

inkubasi selesai, kemudian dilakukan pengukuran diameter daerah zona terang

dengan menggunakan penggaris.

18

3.9 Alur Penelitian

Pengumpulan

bawang dayak Determinasi

tanaman

Ekstraksi bawang dayak

(Eleutherine palmifolia)

Pembiakan bakteri

Staphylococcus aureus

Kelompok

1

Kontrol (-)

Kelompok

3

konsentrasi

ekstrak

20mg/ml

Kelompok

4

konsentrasi

ekstrak

40mg/ml

Kelompok

2

konsentrasi

ekstrak

10mg/ml

Kelompok 5

Kontrol (+)

Pembuatan stok

variable konsentrasi

konsentrasi

Penanaman pada

biakan

Inkubasi selama

24 jam

Pengukuran zona hambat

Menghitung rata-rata setiap

kelompok perlakuan

Analisis Data

Dilakukan

dengan 6x

pengulangan

19

3.10 Pengolahan Data

Data hasil penelitian efek ekstrak bawang dayak pada Staphylococcus aureus

dianalisis menggunakan program SPSS 18.0. untuk melihat apakah ada perbedaan

yang bermakna dari masing-masing cakram uji yang mengandung berbagai

konsentrasi ekstrak bawang dayak dalam menghambat pertumbuhan Staphylococcus

aureus. Data pada penelitian ini berupa variabel numerik lebih dari 2 kelompok tidak

berpasangan.

Karena distribusi data dari penelitian ini tidak normal maka uji statistik yang

digunakan adalah uji non-parametrik dengan Kruskall-Wallis. Hasil uji dianggap

bermakna atau terdapat perbedaan jika nilai p<0,05. Selanjutnya dilakukan analisis

Post Hoc dengan uji Mann-Whitney untuk menentukan konsentrasi mana yang

memiliki kebermaknaan.

20

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

4.1.1. Ekstraksi Bawang Dayak

Bawang dayak didapatkan langsung dari Kalimantan. Selanjutnya

dilakukan determinasi tanaman di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia

(LIPI) Kebun Raya Bogor untuk membuktikan bahwa tanaman merupakan

jenis Eleutherine palmifolia (L.) Merr., suku Iridaceae.

Setelah dilakukan determinasi tanaman kemudian 3kg bawang dayak

di ekstrak dengan menggunakan pelarut etanol 96% dan menghasilkan hasil

ekstrak sebanyak 10,3 ml dengan konsistensi cair, berwarna kuning

kecoklatan.

Gambar 4.1. Ekstrak Bawang Dayak (Eleutherine palmifolia)

4.1.2. Efek Ekstrak Bawang Dayak terhadap Staphylococcus aureus

Pada hasil pengamatan pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus

yang diuji menggunakan disc diffusion, dengan konsentrasi ekstrak bawang

21

dayak 10 mg/ml, 20 mg/ml, dan 40 mg/ml diketahui memiliki aktivitas

antibakteri. Hal ini diketahui dengan terbentuknya zona bening di sekeliling

kertas cakram uji yang menujukkan hambatan pertumbuhan bakteri

Staphylococcus aureus akibat pengaruh ekstrak bawang dayak.

Gambar 4.2 Zona Hambat Ekstrak Bawang Dayak terhadap Pertumbuhan Staphylococcus

aureus

Tabel 4.1 Hasil Hambatan Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus aureus

Perlakuan Median (mm) Range

Ekstrak Bawang Dayak 10 mg/ml 9.00 2.00

Ekstrak Bawang Dayak 20 mg/ml 9.00 4.00

Ekstrak Bawang Dayak 40 mg/ml 11.50 5.00

Kontrol (+) 32.50 5.00

Kontrol (-) 0.00 .00

40mg/ml

20mg/ml

10mg/ml

K (-) K (+)

22

Dalam penelitian ini karena data tidak memenuhi syarat untuk melakukan uji

One-way ANOVA maka dilakukan uji Kruskal-Wallis dan diperoleh nilai p = 0,001

yang menunjukan bahwa terdapat perbedaan signifikan antar kelompok. Selanjutnya

untuk mengetahui kelompok mana yang memiliki perbedaan maka dilakukan analisis

Post Hoc dengan uji Mann-Whitney.

Dari hasil analisis statistik Post Hoc dengan uji Mann-Whitney didapatkan

hasil bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antara kontrol negatif dengan semua

konsentrasi ekstrak bawang dayak, kontrol positif dengan semua konsentrasi ekstrak

bawang dayak, konsentrasi ekstrak bawang dayak 10 mg/ml dengan konsentrasi

ekstrak bawang dayak 40 mg/ml, dan kontrol negatif dengan kontrol positif.

Tabel 4.2 Hasil Analisis Multikomparasi dengan Uji Mann-Whitney

Perlakuan Konsentrasi

10 mg/ml

Konsentrasi

20 mg/ml

Konsentrasi

40 mg/ml Kontrol (+) Kontrol (-)

Konsentrasi

10 mg/ml

0.343 0.007* 0.003* 0.002*

Konsentrasi

20 mg/ml 0.343

0.051 0.003* 0.002*

Konsentrasi

40 mg/ml 0.007*

0.003* 0.002*

Kontrol (+)

0.003* 0.003* 0.003*

0.002*

Kontrol (-) 0.002* 0.002* 0.002* 0.002*

Keterangan : *Signifikan

23

Gambar 4.3 Hasil Pengukuran Zona Hambat

4.2 Pembahasan

Pemberian ekstrak bawang dayak (Eleutherine palmifolia) memiliki efek

antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus aureus yang ditandai dengan

terbentuknya zona hambat. Adanya zona hambat yang dihasilkan dari pemberian

ekstrak bawang dayak dapat dihubungkan dengan senyawa-senyawa yang terkandung

didalamnya. Bawang dayak mengandung golongan senyawa alkaloid, flavonoid,

saponin, tannin, glikosid, antrakinon glikosida dan steroid.8 Tannin, saponin,

triterpenoid yang termasuk dalam golongan steroid bebas, dan flavonoid dilaporkan

memiliki efek antibakteri.8,20,21

Alkaloid, antrakuinon, tannin, dan flavonoid memiliki

khasiat sebagai antibakteri pada Staphylococcus aureus.8,20,21,24

Mekanisme flavonoid sebagai antibakteri yaitu dengan membentuk kompleks

protein ekstraselular sehingga dapat merusak membran sel bakteri, menghambat

0.

5.

10.

15.

20.

25.

30.

35.

40.

Kontrol (-) 10 20 40 Amoksisilin

Zon

a H

amb

at (

mm

)

Konsentrasi Bawang Dayak (mg/ml)

Amoksisilin

*

*

*

*

*

*

*

*

24

sintesis DNA dan RNA, dan mengganggu metabolisme sel bakteri.25

Mekanisme

triterpenoid yaitu dengan mengganggu proses terbentuknya dinding sel bakteri.20

Mekanisme tannin yaitu dengan menghambat enzim reverse transkriptase dan DNA

topoisomerase, serta mengganggu pembentukan dinding sel bakteri seperti halnya

triterpenoid. Sedangkan mekanisme saponin sebagai antimikroba yaitu mengganggu

kestabilan membran sitoplasma dengan meningkatkan permeabilitasnya sehingga

terjadi kebocoran sel bakteri.25

Penelitian sebelumnya sudah dilakukan oleh Mierza (2011), yang

membuktikan bahwa ekstrak bawang dayak (Eleutherine palmifolia) dengan

menggunakan pelarut etanol 80% mempunyai efek antibakteri terhadap

Staphylococcus aureus. Pada penelitian tersebut menggunakan metode difusi agar

dan menggunakan medium MHA. Pengujian dilakukan sebanyak 3 kali. Variasi

konsentrasi yang digunakan pada penelitian tersebut yaitu 5mg/ml, 10mg/ml, dan

20mg/ml. Didapatkan hasil bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak bawang dayak

maka semakin besar rata-rata zona hambat yang dihasilkan. konsentrasi hambat

minimum (KHM) 10 mg/ml pada penelitian tersebut menunjukkan zona hambat

sebesar 12,50 mm. Sedangkan pada konsentrasi 20 mg/ml menunjukkan zona hambat

sebesar 14 mm. Berdasarkan hasil yang diperoleh dari penelitian sebelumnya,

terdapat perbedaan dengan hasil penelitian ini yaitu rata-rata zona hambat yang

dihasilkan dari konsentrasi 10 mg/ml pada penelitian ini hanya sebesar 8,83 mm, dari

konsentrasi 20 mg/ml didapatkan rata-rata zona hambat 9,67 mm, dan dari

konsentrasi 40 mg/ml didapatkan rata-rata zona hambat 11,83 mm. Ketidaksesuaian

dari hasil yang didapatkan pada penelitian ini mungkin dipengaruhi oleh tidak

diketahuinya umur bawang dayak saat dipanen, tidak diketahuinya kadar senyawa

aktif yang terdapat pada ekstrak, perbedaan dari medium yang digunakan, dan

perbedaan konsentrasi pelarut pada penelitian.

Kalidass (2012), meneliti efek ekstrak bawang dayak (Eleutherine palmifolia)

dengan menggunakan pelarut etanol terhadap bakteri MRSA (Methicillin-resistant

Staphylococcus aureus) dengan variasi konsentrasi 50 mg/ml, 75 mg/ml, dan

25

100mg/ml dan didapatkan hasil bahwa zona hambat yang dihasilkan dari konsentrasi

50mg/ml sebesar 14 mm, dari konsentrasi 75mg/ml sebesar 17 mm, dan dari

konsentrasi 100mg/ml didapatkan zona hambat sebesar 33 mm. Dari hasil penelitian

tersebut dapat disimpulkan bahwa ekstrak bawang dayak efektif dalam menghambat

bakteri Staphylococcus aureus dan semakin tinggi konsentrasi maka zona hambat

yang dihasilkan akan semakin besar.

Penelitian yang lain juga telah dilakukan oleh Ifesan (2009), yang meneliti

efek ekstrak bawang dayak dengan jenis lain yaitu Eleutherine americana terhadap

bakteri Staphylococcus aureus yang diisolasi dari makanan. Ekstraksi bawang dayak

dilakukan secara maserasi dengan menggunakan etanol 95%. Ekstrak yang digunakan

pada penelitian tersebut sebesar 250 mg/ml yang dilarutkan dalam pelarut DMSO

(Dimethylsulfoxide) kemudian diambil tiap 10 ml untuk dilarutkan lagi dalam

berbagai macam pelarut, yaitu: etanol, heksana, aceton, dan campuran etanol heksana.

Cakram disk yang sudah diisi dengan ekstrak bawang dayak kemudian ditanam pada

biakan bakteri Staphylococcus aureus dan diinkubasi pada suhu 35oC selama 24 jam.

Pada hasil penelitian didapatkan rata-rata zona hambat dengan pelarut etanol sebesar

15,36 mm, rata-rata zona hambat dengan pelarut heksana sebesar 14,51 mm, rata-rata

zona hambat dengan pelarut aceton sebesar 15,75 mm dan rata-rata zona hambat

dengan pelarut campuran etanol heksana sebesar 14,59 mm.22

Dari hasil penelitian

tersebut, dapat dilihat bahwa rata-rata zona hambat yang dihasilkan dari ekstrak

bawang dayak dengan pelarut aceton lebih besar dibanding dengan pelarut yang lain.

Namun pada penelitian tersebut juga dikatakan bahwa ekstrak dengan menggunakan

pelarut etanol adalah yang akan digunakan pada penelitian-penelitian selanjutnya

karena tujuan dari penelitian akan diaplikasikan sebagai obat. Adanya perbedaan dari

jenis pelarut yang digunakan saat ekstraksi, penambahan pelarut DMSO, perbedaan

suhu saat inkubasi, dan perbedaan jumlah konsentrasi yang digunakan dalam

penelitian tersebut menjadi sebab ketidaksesuaian hasil penelitian ini.

Pada penelitian ini didapatkan hasil yang paling signifikan dalam

menghambat bakteri Staphylococcus aureus adalah konsentrasi ekstrak bawang dayak

26

40 mg/ml. Namun zona hambat yang dihasilkan tetap tidak melebihi zona hambat

yang dihasilkan oleh kontrol positif berupa amoksisilin yang merupakan antibiotik

golongan beta laktam. Hal ini dikarenakan mekanisme kerja antibiotik amoksisilin

yang sudah teruji pasti yaitu menghambat pembentukan dinding bakteri dengan

menghambat sintesis petidoglikan sehingga pada penelitian ini memperlihatkan hasil

zona hambatan bakteri yang paling besar.

Berdasarkan klasifikasi Greenwood (1995), konsentrasi ekstrak bawang dayak

40mg/ml dengan pelarut etanol 96% dapat menghambat pertumbuhan bakteri

Staphylococcus aureus meskipun termasuk dalam klasifikasi daya hambat lemah.

27

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa:

1. Ekstrak bawang dayak (Eleutherine palmifolia) dengan pelarut etanol

96% dapat memberikan efek hambat terhadap pertumbuhan bakteri

Staphylococccus aureus.

2. Ekstrak bawang dayak dengan konsentrasi 40 mg/ml memiliki aktivitas

antibakteri yang paling baik dibandingkan dengan konsentrasi 10 mg/ml

dan 20 mg/ml meskipun berdasarkan klasifikasi Greenwood (1995)

termasuk dalam klasifikasi daya hambat lemah.

3. Hasil uji statistik dengan metode uji Mann-Whitney menunjukan bahwa

terdapat perbedaan yang bermakna antar kontrol negatif dengan semua

konsentrasi ekstrak bawang dayak, kontrol positif dengan semua

konsentrasi ekstrak bawang dayak, konsentrasi ekstrak bawang dayak 10

mg/ml dengan konsentrasi ekstrak bawang dayak 40 mg/ml, dan kontrol

negatif dengan kontrol positif.

28

5.2 Saran

Bagi peneliti berikutnya:

1. Memilih bahan dengan kualitas baik, sehingga didapatkan hasil ekstrak yang

baik.

2. Menyimpan dan menjaga kesterilan ekstrak untuk menjaga kualitas ekstrak

3. Melakukan penelitian tentang kandungan bahan aktif bawang dayak yang

spesifik menjadi antibakteri.

4. Melakukan penelitian dengan memperhatikan kesterilan alat dan tempat yang

digunakan agar tidak terjadi kontaminasi pada hasil penelitian.

5. Melakukan penelitian dengan menggunakan konsentrasi ekstrak yang lebih

tinggi.

29

DAFTAR PUSTAKA

1. Jawetz, Melnick and Adelberg. Mikrobiologi Kedokteran Jawetz. Edisi 2.

Jakarta: EGC. 2007. Hal 225-235.

2. Imron L, Marjanis S, Mulyono W, Djoko Y, Noenoeng R. Etiologi Infeksi

Saluran Pernapasan Akut (ISPA) dan Faktor Lingkungan. Buletin Penelitian

Kesehatan 18 (1). 1990. Hal 26-32.

3. Ronald, A. Sacher, Richard, A. McPherson. Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan

Laboratorium. Edisi 11. Jakarta: EGC. 2004.

4. Kementrian Kesehatan RI. Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan

Penyehatan Lingkungan. Pedoman Pengendalian Infeksi Saluran Pernapasan

Akut. Jakarta : Kementrian Kesehatan RI. 2011.

5. Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan

RI. Riset Kesehatan Dasar: Jakarta. 2013. Diunduh pada tanggal 27 April 2014

www.Riskesdas.com.

6. Harmanto N, Subroto M Ahkam. Pilih Jamu dan Herbal Tanpa Efek Samping.

Jakarta : Elex media komputindo. 2007. Hal 4-5.

7. Galingging, R. Y. Bawang Dayak (Eleutherine palmifolia) sebagai Tanaman

Obat Multifungsi. 2009. Diakses pada tanggal 10 Januari 2013

http://Kalteng.litbang.deptan.go.id/ind/images/data/bawang%20dayak.pdf

30

8. Mierza V, Suryanto D, Pandabotan M. Nasution. Skrining Fitokimia dan Uji

Efek Antibakteri Ekstrak Etanol Umbi Bawang Sabrang (Eleutherine palmifolia

Merr.). Prosiding Seminar Nasional Biologi. Medan: USU Press. 2011.

Hal.340-351.

9. Klasifikasi Eleutherine Americana Di unduh pada tanggal 29 juli 2014.

http://www.warintek.ristek.go.id/pangan_kesehatan/tanaman_obat

10. Klasifikasi Tumbuhan Eleutherine palmifolia. diunduh tanggal 29 Juli 2014

http://www.bi.itb.ac.id/hebarium/index.php?c=herbs&view=detail&spid=23837

11. Lenny, Sovia. Senyawa Flavonoida, Fenilpropanoida dan Alkaloida.

Departemen Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Sumatera Utara. Medan. 2006.

12. Greenwood. Antibiotics Susceptibility (Sensitivity Test), Antimicrobial and

Chemotheraphy. USA: McGraw Hill Company. 1995.

13. Rusmiati, dkk. Efek Antioksidan Ekstrak Bulbus Bawang Dayak (Eleutherine

palmifolia) pada Gambaran Histopatologis Paru-paru Tikus yang Dipapar Asap

Rokok. Skripsi. Program study Biologi FMIPA. Universitas Lambung

Mangkurat. Kalimantan Selatan. 2012.

14. Arthur G. Johnson, Richard J. Ziegler, Louise Hawley. Essential Mikrobiologi

dan Imunologi. Ed.5. Tangerang-selatan: Binarupa Aksara Publisher. 2011.

15. Staf pengajar bagian mikrobiologi FKUI. Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran.

Jakarta: Bina Aksara. 2010.

31

16. Isselbacher, Braunwald et all. Harrison Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam.

Vol 2. Ed 13. Jakarta: EGC. 1999. p686-693.

17. Departemen farmakologi dan terapeutik FKUI. Farmakologi dan Terapi.

Edisi5. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2007. Hal 585-587.

18. Pratiwi, S. T. Mikrobiologi Farmasi. Jakarta: Penerbit Airlangga. 2008.

Hal.188-190.

19. Lalitha M. Manual on Antimicroial Susceptibility Testing. Departement of

microbiology Christian Medical Collage : Vellore. 2004.

20. A’yunin, L Qurrotu. Uji Efektifitas Ekstrak Kasar Senyawa Antibakteri pada

Buah Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.) dengan Variasi Pelarut. Skripsi,

Jurusan kimia fakultas sains dan teknologi. UIN Malang. 2008.

21. Parubak, S Apriani. Senyawa Flavonoida yang Bersifat Antibakteri. Vol 6.

2013.Http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php//chemprog/article/view/2069

Diunduh pada tanggal 27 Agustus 2014.

22. Ifesan, B.O.T. Inhibitory Effect of Eleutherine Americana Merr. Extract on

Staphylococcus aureus Isolated from Food. Mc food & Microbiology and safety

: Journal of food science Vol.74. 2009.

23. Yusni, M Ali. Perbedaan Fraksi Etanolik Bawang Dayak (Eleutherine

palmifolia L.Merr) dengan 5-Fluorouracil Terhadap Penghambatan Galur Sel

Karsinoma Kolon HT29 Dan Ekapresi p53 Mutan. Program Pendidikan Dokter

Spesialis Ilmu Bedah FK UNS. RSUD Dr.Moewardi Surakarta. 2008.

32

24. Sitompul, E. Aktivitas Antibakteri dan Analisis Kandungan Kimia Daun Ungu

(Graptophyllum pictum L.Griff). Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

Prosiding Seminar Nasional Biologi. Medan: USU Press. 2011. Hal 245-249.

25. Mercy N, Jemmy A, Vanda S. Pengaruh Antibakteri Ekstrak Kulit Batang

Matoa (Pometia pinnata) terhadap Bakteri Staphylococcus aureus secara In

Vitro. Jurusan Kimia. FMIPA. Unsrat. Manado. 2013.

26. Kalidass S, Sembian S, Femina W, Febina B, Gilbert R. Antagonistic activity of

Eleutherine palmifolia Linn. Asian Pasific Journal of Tropical Disease. 2013.

33

LAMPIRAN I

(Surat Hasil Determinasi Tumbuhan)

34

LAMPIRAN II

(Sertifikat Pengujian Ekstraksi Bawang Dayak)

36

LAMPIRAN IV

(Foto Hasil Penelitian)

K (-)

K (+)

K (+)

K (-)

K (-)

K (+)

40mg/ml

40mg/ml

10mg/ml

10mg/ml

10mg/ml

20mg/ml

20mg/ml

40mg/ml

20mg/ml

K (-)

K (-)

K (+)

10mg/ml

20mg/ml

40mg/ml

10mg/ml

20mg/ml

40mg/ml

K (+) K (+)

Aquades

Etanol

37

LAMPIRAN V

RIWAYAT PENULIS

Nama : Tazkiyatul Firdaus

Tempat, Tanggal Lahir : Lamongan, 22 April 1993

Alamat : Jl. Raya Payaman Solokuro Lamongan

Email : [email protected]

No. Telepon : 085730909994

Riwayat Pendidikan

1996-1999 : TK Aisiyah Bustanul Athfal Payaman Solokuro Lamongan

1999-2005 : Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah 01 Payaman

2005-2008 : SMP Muhammadiyah 12 Paciran Lamongan

2008-2011 : Madrasah Aliyah Al-Ishlah Sendangagung Paciran

Lamongan

2011-Sekarang : Program Studi Pendidikan Dokter, FKIK Universitan Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.