gabungan edys

36
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Sebagai mahasiswa farmasi, sudah seharusnya kita mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan obat, baik dari segi farmasetik, farmakodinamik, farmakokinetik, dan juga dari segi farmakologi dan toksikologinya. Dimana, dalam ilmu farmokologi dan toksikologi ini mempelajari tentang obat-obat sistem saraf pusat, obat-obat sistem saraf otonom antagonisnya, obat-obat antimikroba, hormon dan antagonis, obat-obat yang mempengaruhi darah (kardiovaskular), diuretik dan sebagainya (Malole, 1989). Obat-obat kardiovaskuler adalah obat-obat yang secara langsung dapat memulihkan fungsi otot jantung dan pembuluh darah yang terganggu ke keadaan normal. Sedangkan diuretik adalah obat yang dapat menambah kecepatan pembentukkan urin, istilah diuresis mempunyai dua pengertian. Pertama menunjukkan adanya penambahan volume urin yang diproduksi, dan yang 1

Upload: gledys-tham-puti

Post on 24-Apr-2015

73 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: gabungan edys

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Sebagai mahasiswa farmasi, sudah seharusnya kita mengetahui hal-hal

yang berkaitan dengan obat, baik dari segi farmasetik, farmakodinamik,

farmakokinetik, dan juga dari segi farmakologi dan toksikologinya. Dimana,

dalam ilmu farmokologi dan toksikologi ini mempelajari tentang obat-obat

sistem saraf pusat, obat-obat sistem saraf otonom antagonisnya, obat-obat

antimikroba, hormon dan antagonis, obat-obat yang mempengaruhi darah

(kardiovaskular), diuretik dan sebagainya (Malole, 1989).

Obat-obat kardiovaskuler adalah obat-obat yang secara langsung dapat

memulihkan fungsi otot jantung dan pembuluh darah yang terganggu ke

keadaan normal. Sedangkan diuretik adalah obat yang dapat menambah

kecepatan pembentukkan urin, istilah diuresis mempunyai dua pengertian.

Pertama menunjukkan adanya penambahan volume urin yang diproduksi, dan

yang kedua menunjukkan jumlah penegeluaran zat-zat terlarut dan air. Fungsi

utama obat diuretik adalah untuk memobilisasi cairan udema, yang berarti

mengubah keseimbangan cairan sedemikian rupa sehingga volume cairan

ekstrasel kembali menjadi normal.

Pada percobaan kali ini adalah mengenai obat-obat yang berhubungan

dengan diuretik. Dimana, salah satu obat yang digunakan untuk menurunkan

salah satu penyakit yang berkaitan dengan kardiovaskular seperti hipertensi

adalah obat diuretik. Diuretik itu sendiri adalah obat yang mempunyai titik

tangkap kerja pada ginjal untuk meningkatkan produksi kemih. Oleh karena

1

Page 2: gabungan edys

itu, dilakukan percobaan ini untuk mengetahui beberapa obat yang merupakan

golongan obat hipertensi termasuk diuretika yang diberikan pada hewan coba

Mencit (Mus musculus).

I.2 Maksud dan Tujuan Percobaan

I.2.1 Maksud percobaan

Untuk mengetahui dan memahami efek diuresis yang ditimbulkan dari

obat diuretik.

I.2.2 Tujuan Percobaan

Untuk mengamati efek diuresis dari furosemid dan spironolakton

terhadap hewan coba mencit (Mus musculus).

2

Page 3: gabungan edys

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Teori umum

A. Kardiovaskuler

Anatomi Jantung

Otot jantung bergaris lintang, sama seperti otot rangka, otot

jantung mempunyai miofibril khas yang mengandung filamen aktin

dan miosin yang hampir identik dengan filamen aktin dan miosin yang

terdapat pada otot rangka. Tempat sel-sel otot jantung sangat kuat

berikatan sehingga bila satu sel-selnya terangsang, potensial aksi

menyebar kesemua sel dan menyebar keseluruh kisi-kisi yang saling

berhubungan. Jantung berukuran sebesar kepalan tangan pemiliknya

dan terletak dirongga thorax (dada). (Setiadi, 2007).

Denyut Jantung dan Aktivitas Denyut Jantung

Bagian-bagian jantung secara normal berdenyut dengan urutan

teratur. Kontraksi atrium (sistolik atrium) diikuti oleh kontraksi

ventrikel (sistolik ventrikel), dan selama diastolik semua empat

rongga jantung dalam keadaan relaksasi. Denyut jantung berasal dari

sistem penghantaran jantung yang khusus dan menyebar melalui

sistem ini ke semua bagian miokardium. Struktur yang membentuk

sistem penghantar adalah simpul sinoatrial (simpul SA), lintasan antar

simpul di atrium, simpul atrioventrikular ( simpul  AV). Berbagai

bagian sistem penghantaran, dan pada keeadaan abnormal, bagian-

bagian miokardium mampu mengeluarkan listrik spontan. Meskipun

3

Page 4: gabungan edys

demikian, simpul SA secara normal mengeluarkan listrik paling cepat,

depolarisasi menyebar dari sini ke bagian lain sebelum mengeluarkan

listrik secara spontan. Karena itu simpul SA merupakan pacu jantung

normal, kecepatannya mengeluarkan listrik menentukan frekuensi

denyut jantung. Impuls yang dibentuk dalam simpul SA berjalan

melalui lintasan atrium ke simpul  AV, melalui simpul ini sampai ke

otot ventrikel.  (Ganong, F., William, 2001).

Blok Jantung

Kadang-kadang penghantaran impuls melalui jantung dihambat

pada suatu tempet kritis dalam sistem hhantaran. Salah satu tempat

tersering adalah diantara atrium dan ventrikel, keadaan ini disebut

blok  atrioventrikular. Hal ini dapat diakibatkan oleh kerusakan atau

depresi terbatas dari serabut junctional AV atau berkas AV. Sebab-

sebabnya meliputi berbagai prosesinfeksi, perangsangan nervus vagus

yang berlebihan (yang menekan konduktivitas serabut junctional),

Kerusakan terbatas berkas AV olehh plak arteriosklerotik, atau

penekanan yang disebabkan oleh berbagai macam obat-obatan.

( Guyton, 2011).

Hipertensi

Tekanan darah sistol (angka atas) adalah titik puncak yang

tercapai ketika jantung berkontraksi dan menumpahkan  darah keluar

arteri, sedangkan tekanan darah diastol (angka bawah) diambil ketika

tekanan jatuh ketitik terendah saat jantung rileks dan mengisi darah

kembali. (Anonim, 2011).

4

Page 5: gabungan edys

Hipertensi didefenisikan dengan meningkatnaya tekanan darah

arteri yang persisten. Penderita dengan Tekanan Darah Diastolik

(TDD) kurang dari 90 mmHg dan Tekanan Darah Sistolik (TDS) lebih

besar sama dengan 140 mmHg mengalami hipertensi sistolik

terisolasi. Krisis hipertensi ( tekanan darah diatas 180/120 mmHg)

dapat dikategorikan sebagai hipertensi darurat (meningkatnya tekanan

darah akut atau disertai kerusakan organ) atau hipertensi gawat

(beberapa tekanan darah meningkat tidak akut) (Sukandar, Yulinah,

Elin, dkk, 2009).

Tabel II. 1. Klsifikasi Tekanan Darah Orang Dewasa

klasifikasi Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)

Normal <120 Dan <80

Prehipertensi 120-139 Atau 80 – 89

Tahap 1 hipertensi

140-159 Atau 90 – 99

Tahap 2 hipertensi

≥ 160 Atau ≥ 100

B. Diuretika

Diuretika adalah senyawa yang dapat menyebabkan ekskresi urin

yang lebih banyak. Jika pada peningkatan ekskresi garam-garam, maka

diuretika ini dinamakan saluretika atau natriuretika (diuretika dalam arti

sempit) ( Mutschler, 1991).

Diuretik sangat berguna untuk mengatasi edema yang disebabkan

penyakit jantung, sirosis hati dan penyakit ginjal tertentu. Tetapi dibalik

keuntungan pemberian diuretik, harus diingat bahwa pengeluaran sejumlah

besar cairan tubuh yang diikuti keluarnya garam-garam tubuh, dapat

5

Page 6: gabungan edys

menimbulkan gangguan keseimbangan pH atau makanan yang masuk,

jumlah air kemih, berat badan setiap hari, tekanan darah dan pemeriksaan

laboratorium. juga dijaga agar penderita makan buah-buahan yang banyak

mengandung K+ untuk mengganti K+ yang hilang (Djamhuri, A., 1995).

Diuretika terutama digunakan untuk mengurangi sembab atau

(edema) yang disebabkan oleh meningkatnya jumlah cairan luar sel, pada

keadaan yang berhubungan dengan kegagalan jantung kongestif,

kegagalan ginjal, oligourik, sirosis hepatik, keacunan kehamilan,

glaukoma, hiperkalsemia, diabetes insipidus dan sembab yang disebabkan

oleh penggunaan jangka panjang kortikosteroid atau estrogen (Neal, J.,

Michael, 2003).

Walaupun kerja nya pada ginjal, diuretika bukan ‘obat ginjal’,

artinya senyawa ini tidak dapat memperbaiki atau menyembuhkan

penyakit ginjal, demikian juga pada pasien insufisiensi ginjal jika

diperlukan dialysis, tidak dapat ditangguhkan dengan penggunaan

senyawa ini. Beberapa diuertika pada awal pengobatan justru memperkecil

ekskresi zat-zat penting urin dengan mengurangi laju filtrasi glomerulus

sehingga memperburuk insufisiensi ginjal ( Mutschler, 1991).

Fungsi utama ginjal adalah memelihara kemurnian darah dengan

jalan mengeluarkan semua zat asing dan sisa pertukaran zat dari dalam

darah dimana semuanya melintasi saringan ginjal kecuali zat putih telur

dan sel-sel darah. Fungsi penting lainnya adalah meregulasi kadar garam

dan cairan tubuh. Ginjal merupakan organ terpenting pada pengaturan

homeostasis, yakni keseimbangan dinamis antara cairan intra dan

6

Page 7: gabungan edys

ekstrasel, serta pemeliharaan volume total dan susunan cairan ekstrasel.

Hal ini terutama tergantung dari jumlah ion Na+, yang untuk sebagian

besar terdapat di luar sel, di cairan antarsel, dan di plasma darah (Tan

Hoan Tjay & Kirana Rahardja, 2007).

Diuretik digunakan untuk berbagai alasan. Mereka dapat

diindikasikan untuk orang-orang yang menderita edema, intens akumulasi

cairan dalam jaringan tubuh, dan orang-orang yang menderita tekanan

darah tinggi atau penyakit jantung lainnya yang terkait. Peningkatan

produksi urin rilis tidak hanya cairan, tetapi juga membantu tubuh

menghilangkan kelebihan garam dan dapat mengurangi volume darah

(Neal, J., Michael, 2003).

Beberapa orang menggunakan diuretik sebagai bantuan penurunan

berat badan, biasanya ketika sejumlah besar perlu berat hilang dalam

waktu singkat. Kenyataannya adalah bahwa diuretik tidak terbukti

mempromosikan hilangnya lemak; mereka hanya mengeluarkan cairan

dipertahankan. Sementara skala dapat menunjukkan hilangnya beberapa

kilogram, itu adalah kerugian sementara. Ini bukan cara yang sehat untuk

menurunkan berat badan. Menyalahgunakan diuretik dapat menyebabkan

dehidrasi dan kadang-kadang berat kekurangan kalium, yang dapat

berbahaya ( Mutschler, 1991).

Mekanisme kerja obat diuretik

Kebanyakan diuretika bekerja dengan mengurangi reabsorbsi

natrium, sehingga pengeluaranya lewat kemih- dan demikian juga dari air-

7

Page 8: gabungan edys

diperbanyak. Obat-obat ini bekerja khusus terhadap tubuli, tetapi juga

ditempat lain yakni (Syafri, M. 2010) :

1. Tubuli proksimal, ultrafiltrat mengandung sejumlah besar garam

yang disini direabsorbsi secara aktif untuk kurang lebih 70%, antara

lain ion-Na+ dan air, begitu pula glukosa dan ureum. Karena

reabsorbsi berlangsung secara proporsional, maka susunan filtrat tidak

berubah dan tetap isotonis terhadap plasma. Diuretika

osmosis (manitol, sorbitol) bekerja di sini dengan merintangi

reabsorbsi air dan juga natrium.

2.  Lengkungan henle. Dibagian menaik dari Henle’s loop ini k,l.

25% bsorbsi pasif dari Na+ dan K+ tetapi tanpa hingga filtrat menjadi

hipotonis. Diuretika lengkungan seperti furosemida, bumetamida

dan etakrinat, bekerja terutama di sini dengan merintangi transpor

Cl- dan demikian reabsorbsi Na+. pengeluaran K+dan air juga

diperbanyak.

3. Tubuli distal. Dibagian pertama segmen ini, Na+ direabsorbsi secara

aktif pula tanpa air hingga filtrat menjadi lebih cair dan lebih

hipotonis.sentawa thiazidadan  klortalidon bekerja di tempat ini

dengan memperbanyak eksreksi Na+ dan Cl –sebesar 5-10%. Dibagian

kedua segmen ini, ion Na+ ditukarkan dengan ion K + atau –NH4+;

proses ini dikendalikan oleh hormon anak-ginjal aldosteron antagonis

aldosteron (spirolacton) dan zat-zat penghemat kalium (amilorida,

triateren) bertitik kerja disini dengan mengekibatkan ekskresi

Na+ (5%) dan retensi- K+.

8

Page 9: gabungan edys

4. Saluran pengumpul. Hormon antidiuretika ADH (vasoprin) dari

hipofisis bertitik kerja disini dengan jalan memengaruhi permeabilitas

bagi air dari sel-sel saluran ini.

 Beberapa Obat Golongan Antihipertensi dan Diuretik :

1. Spironolakton

Spironolakton merupakan obat golongan diuretik penyimpan atau

penghemat kalium, yaitu antagonis aldosteron. Mekanisme kerja

Spironolakton adalah memblok secara kompetitif ikatan aldosteron pada

reseptor sitoplasmanya di tubulus distal akhir dan dalam tubulus

penampung. Dengan demikian aldosteron tidak dapat masuk ke inti sel

bersama reseptornya, dan sintesis yang dinamakan protein yang diinduksi

aldosteron tak terjadi. Protein ini berfungsi membuka saluran Natrium

dalam membran sel lumen. Akibatnya absorpsi akan berkurang dan pada

saat bersamaan absorbsi kalium berkurang. Olehnya, Spironolakton bekerja

setelah periode laten beberapa jam (Mutschler, Ernst, 1991).

Spironolakton secara kompetitif memblok ikatan aldosteron pada reseptor

sitoplasma sehingga meningkatkan ekskresi Na+ (Cl- dan H2O) dan

menurunkan sekresi  K+ yang diperkuat oleh listrik. Spironolakton

merupakan diuretik lemah, karena hanya 2% dari reabsorpsi Na+  total yang

yang berada di bawah kendali aldosteron. Spironolakton terutama digunakan

pada penyakit hati dengan asites, sindrom Conn (hiperaldosteronisme

primer), dan gagal jantung berat. (Neal, J., Michael, 2003).

9

Page 10: gabungan edys

2. Furosemid

Furosemid merupakan golongan obat diuretik, yaitu diuretik jerat henle.

Semua diuretik jerat henle bekerja pada cabang menaik yang tebal dari jerat

henle, karena merupakan diuretika yang bekerja kuat (diuretika plafon

tinggi. Sifat khas senyawa ini adalah kerjanya singkat akan tetapi amat

intensif. Karena itu, pada dosis rendah dan sedang terlihat penurunan laju

ekskresi yang relatif cepat. Lebih dari 30% ion natrium yang difiltrasi pada

pemberian obat dengan dosis yang cocok akan dapat diekskresi. Obat ini

juga dapat mengekskresi ion kalium dan magnesium lebih banyak.

(Mutschler, Ernst, 1991).

Diuretik jerat henle tipe Furosemid sangat bermanfaat jika diperlukan kerja

yang cepat dan intensif, seperti misalnya pada udem paru-paru. Disamping

itu, jug digunakan pada diuresis yang dipaksakan (Mutschler, Ernst, 1991).

Mekanisme kerja Furosemid bahwa senyawa ini dari tepi lumen ( cepat dan

bolak-balik) memblok pembawa Na+/K+/2Cl- dan dengan cara ini

menghambat absorbsi ion natrium, ion kalium dan ion klorida dalam cabang

tebal jerat henle menaik (Mutschler, Ernst, 1991).

Untuk dapat bekerja dari daerah lumen, senyawa ini dari aliran darah harus

masuk ke cairan tubulus. Transpor terutama terjadi melalui sekresi aktif

tubulus proksimal. Ini menjelaskan mengapa pada insufisiensi ginjal yang

proses sekresinya dipengaruhi, diperlukan dosis yang lebih tinggi dan saat

mulai kerja juga lebih lambat. Pada pemberian secara oral, diuretika jerat

henle tipe Furosemid diabsorbsi dengan cepat tetapi tidak sempurna.

10

Page 11: gabungan edys

Ekskresi senyawa terutama melalui ginjal disamping ekskresi melalui

empedu (Mutschler, Ernst, 1991).

3.  Hidroclorothiazid

Obat ini merupakan golongan obat diuretik, yaitu thiazida. Senyawa ini

masih mempunyai kerja inhibisi lemah pada karboanhidratase, tetapi ia

mempunyai juga sebuah kerja baru yang lain dan lebih kuat saluretiknya

daripada inhibitor karboanhidratase murni. Secara kualitatif, obat ini

mempunyai kerja terapeutik yang besar (Mutschler, Ernst, 1991).

4. Β-bloker

Merupakan obat yang baik untuk hipertensi dengan angina stabil kronik,

tapi dapat memperberat gejala angina Prinzmetal, sehingga pemberiannya

pada pasien hipertensi dengan angina harus memperhatikan perbedaan

kedua jenis angina ini (Gunawan, G, 2009).

5. Reserpin

Reserpin merupakan obat pertama yang diketahui dapat menghambat sistem

saraf simpatis pada manusia, dan penggunaannya menandai era baru dalam

pengobatan hipertensi secara efektif. Pemberian reserpin mengakibatkan

turunnya curah jantung dan resistensi perifer. Hipotensi ortostatik jarang

terjadi pada dosis rendah yang dianjurkan. Frekuensi dunyut jantung dan

sekresi renin berkurang. Pada pemakaian jangka panjang sering terjadi

retansi air dan menyebabkan pseudotoleransi, terutama bilaa tidak disertai

dengan pemberian diuretic (Gunawan, G, 2009).

11

Page 12: gabungan edys

II.2 Uraian bahan

1. Aqudestilata (Dirjen POM, 1979)

Nama resmi : Aqua destilata

Sinonim : Air Suling

RM/BM : H2O / 18.02

Pemerian : Cairan jernih; tidak berwarna; tidak berbau; tidak

mempunyai rasa.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : Sebagai Pelarut

2. Spironolakton (Dirjen POM, 1979)

Nama resmi : Spironolactonum

Sinonim : Spironolakton, 17-hidroksi-7-merkapto-3-okso-17-α

preng-4-en-21-karboksilat-ɤ lakton-7-asetat

RM/BM : C24H32O4S/ 416,60

Pemerian : Serbuk; kuning tua; tidak berbau atau berbau asam

tioasetat lemah; rasa agak pahit

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air; larut dalam 80 bagian

etanol (95%) P, dalam 3 bagian kloroform P dan

dalam 100 bagian eter P

Khasiat : Diuretikum

Penyimpanan : Dalam terlindung dari cahaya

Kontra indikasi : Insufisiensi ginjal akut, kerusakan ginjal, anuria

(tidak dibentuknya kemih oleh ginjal), hiperkalemia

(kadar Kalium dalam darah di atas normal).

12

Page 13: gabungan edys

Efek samping : Gynekomastia (pembesaran payudara pria), gejala-

gejala saluran pencernaan termasuk kram, diare,

ngantuk, letargi (keadaan kesadaran yang menurun

seperti tidur lelap, dapat dibangunkan sebentar,

tetapi segera tertidur kembali), urtikaria

(biduran/kaligata), kekacauan mental, demam

karena obat, ataksia (gangguan koordinasi gerakan),

sakit kepala, menstruasi tidak teratur atau amenore

(tidak haid), perdarahan setelah menopause,

agranulositosis.

Farmakodinamik : Meningkatkan ekskresi Na, Cl dan sejumlah air,

menghambat reabsorbsi elektrolit pada tubuli

distal, menurunkan tekanan darah, dengan efek

langsung terhadap asterial atau vasodilatasi (Tim

Dosen Farmakologi, 1995).

Farmakokinetik : Mulai kerjanya setelah 2-3 hari dan bertahan

sampai beberapa hari pula setelah pengobatan,

dimetabolisme di hati, merupakan diuretik yang

hanya beraksi diluar tubulus. Daya diuretisnya

agak lambat maka harus dikombinasikan dengan

diuretik lainnya (Tim Dosen Farmakologi, 1995)

Mekanisme Kerja

Mekanisme kerja spironolakton adalah memblok secara kompetitif

ikatan aldosteron pada reseptor sitoplasmanya di tubulus distal akhir dan

13

Page 14: gabungan edys

dalam tubulus penampung. Dengan demikian aldosteron tidak dapat

masuk ke inti sel bersama reseptornya, dan sintesis yang dinamakan

protein yang diinduksi aldosteron tak terjadi. Protein ini berfungsi

membuka saluran natrium dalam membran sel lumen. Akibatnya absorpsi

akan berkurang dan pada saat bersamaan absorbsi kalium berkurang.

Oleh karena itu, spironolakton bekerja setelah periode laten beberapa jam

(Tim Dosen Farmakologi, 1995)

3. Na-CMC (Dirjen POM, 1979)

Nama resmi : Natrii carboxymethylcellulosum

Sinonim : Natrium Karboksimetilselulosa

Pemerian : Serbuk atau butiran; putih atau putih kuning gading;

tidak berbau atau hampir tidak berbau; higroskopik

Kelarutan : Mudah mendispersi dalam air, membentuk suspensi

koloidal; tidak larut dalam etanol (95 %) P, dalam

eter P dan dalam pelarut organik lain.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : Sebagai Pensuspensi

4. Furosemid (Dirjen POM, 1979)

Nama resmi : Furosemidum

Sinonim : Furosemid, Frusemida

RM/BM : C12H11ClN2O5S/ 330,74

Pemerian : Serbuk hablur; putih atau hampir putih; tidak

berbau; hampir tidak berasa

14

Page 15: gabungan edys

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dan dalam kloroform P,

larut dalam 75 bagian etanol (95%) P, dan dalam

850 bagian eter P; larut dalam larutan alkali

hidroksida

Khasiat : Diuretikum

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Farmakodinamik: Meningkatkan ekskresi Na, Cl dan sejumlah air,

menghambat reabsorbsi elektrolit pada tubuli

distal, menurunkan tekanan darah, dengan efek

langsung terhadap asterial atau vasodilatasi (Tim

Dosen Farmakologi, 1995)

Farmakokinetik: Absorbsi melalui saluran cerna baik sekali,

didistribusi kesaluran ekskresi dan dapat melalui

saluran urin dan ditimbang dalam jaringan ginjal.

Untuk dapat bekerja dari daerah lumen, senyawa ini

dari aliran darah harus masuk ke cairan tubulus.

Transpor terutama terjadi melalui sekresi aktif

tubulus proksimal. Ini menjelaskan mengapa pada

insufisiensi ginjal yang proses sekresinya

dipengaruhi, diperlukan dosis yang lebih tinggi dan

saat mulai kerja juga lebih lambat. Ekskresi senyawa

terutama melalui ginjal disamping ekskresi melalui

empedu (Tim Dosen Farmakologi, 1995).

15

Page 16: gabungan edys

Mekanisme Kerja

Furosemida adalah suatu derivat asam antranilat yang efektif

sebagai diuretik. Mekanisme kerja furosemida adalah menghambat

penyerapan kembali natrium oleh sel tubuli ginjal. Furosemida

meningkatkan pengeluaran air, natrium, klorida, kalium dan tidak

mempengaruhi tekanan darah yang normal (Tim Dosen Farmakologi,

1995).

II.3 Uraian Hewan Coba

Mencit (Mus musculus) (Malolle, 1989)

a. Klasifikasi

Mencit (Mus musculus) merupakan salah satu jenis rodensia atau

hewan pengerat dengan klasifikasi sebagai berikut (Malolle, 1989) :

Kerajaan : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Mamalia

Ordo : Rodentia

Family : Muridae

Genus : Mus

Spesies : Mus musculus

Mencit/mouse merupakan hewan pengerat yang cepat berkembang

biak, mudah dipelihara dalam jumLah banyak, variasi genetikanya

cukup besar serta sifat anatomis dan fisiologinya terkarakteristik

dengan baik (Malolle, 1989).

16

Page 17: gabungan edys

BAB III

METODE PERCOBAAN

III.1 Alat, Bahan dan Hewan coba

III.1.1 Alat yang digunakan

1. Alu

2. Batang pengaduk

3. Disposible 1 mL/Jarum suntik 1 mL

4. Gelas ukur (pyrex)

5. Gelas kimia (pyrex)

6. Kandang mencit

7. Kanula

8. Lumpang

9. Pipet tetes

10. Timbangan(Ohaus)

11. Timbangan(analitik)

12. Penutup kandang yang kasar (kawat)

III.1.2 Bahan yang digunakan

1. Aquadest

2. Na-CMC (Natrium karboksil metil selulosa)

3. Furosemid

4. Spironolakton

III.1.2 Hewan coba yang digunakan

- Mencit (Mus musculus)

17

Page 18: gabungan edys

III.2 Cara kerja

- Pembuatan Na-CMC

1. Dipersiapkan alat dan bahan

2. Ditimbang Na CMC 2,5 gram

3. Diukur aquadest sebanyak 25 mL

4. Dipanaskan aquadest tersebut dengan menggunakan penangas air

sampai hangat

5. Dimasukan Na CMC kedalam lumpang

6. Dimasukkan air hangat sedikit demi sedkit dalam lumpang, kemudian

diaduk sampai terbentuk mucilago

7. Mucilago yang telah jadi, dimasukkan kedalam gelas kimia

-   Pembuatan sediaan Furosemid

1. Disiapkan alat dan bahan

2. Diambil furosemid sebanyak ….tablet kemudan digerus hingga halus

3. Ditimbang kembali sesuai perhitungan dosis.

4. Dimasukkan 10 ml Na CMC kedalam gelas beker.

5. Didispersikan serbuk furosemid kedalam Na CMC, dan diaduk hingga

homogen.

- Pembuatan sediaan Spironolakton

1. Disiapkan alat dan bahan

2. Diambil spironolakton sebanyak…..tablet kemudain digerus hingga

halus

3. Ditimbang kembali sesuai perhitungan dosis.

4. Dimasukkan 10 ml Na CMC kedalam gelas beker.

18

Page 19: gabungan edys

5. Didispersikan serbuk furosemid kedalam Na CMC, dan diaduk hingga

homogen.

III.2.1 Perlakuan hewan coba

- Uji Diuretik

1. Mencit pertama diberi aquadest secara per oral dan diukur volume

urinnya.

2. Mencit kedua diberi obat furosemid yang telah disuspensikan dengan

Na-CMC secara per oral dan diukur volume urinnya.

3. Mencit ketiga diberi obat spironolakton yang telah disuspensikan

dengan Na-CMC secara per oral dan diukur volume urinnya.

19

Page 20: gabungan edys

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil Pengamatan

Tabel IV.1 Hasil Pengamatan Obat Golongan Diuretik

HewanBerat

BadanObat

Volume

Pemberia

n

Volume

Urin

30Menit

60Menit

Mencit

122,19 g Aquadest 0,73 mL

0,25

mL

0,35

mL

Mencit

223,73 g

Furosemid+mucilago

Na-CMC0,791 mL

0,15

mL

0,32

mL

Mencit

322,35 g

Spironolakton+mucil

ago Na-CMC0,745 mL - -

IV.2 Pembahasan

 Diuretik merupakan obat yang digunakan untuk mempercepat

terbentuknya urin. Jika pada peningkatan ekskresi garam-garam, maka

diuretika ini dinamakan saluretika atau natriuretika (diuretika dalam arti

sempit). Diuretik sangat berguna untuk mengatasi edema yang disebabkan

penyakit jantung, sirosis hati dan penyakit ginjal tertentu. ( Mutschler,

1991).

Sedangkan proses pengeluaran urin disebut dengan diuresis. Pada

praktikum kali ini dilakukan dengan melihat volume urin dari hewan coba

mencit (Mus musculus) setelah pemberian Aqua destilata, spironolakton,

dan furosemid per oral dengan selang waktu selama 30 menit dari menit

pertama hingga menit ke 60.

20

Page 21: gabungan edys

Sebelum dilakukan percobaan mencit terlebih dahulu dipuasakan

selama 8 jam tetapi tetap di beri minum. Untuk mengamati efek diuresik

dari furosemid dan spironolakton terhadap hewan coba mencit (Mus

musculus) maka dari itu dilakukan percobaan mengenai obat-obat yang

berhubungan dengan golongan diuretik.

Pada golongan obat ini adalah untuk mengobati gangguan seperti

penyakit hipertensi. Dimana mencit yang digunakan dalam percobaan ini

sebanyak tiga mencit jantan. Digunakan mencit jantan dan bukan mencit

betina dikarenakan mencit betina terdapat masa estrus jadi digunakan

mencit jantan untuk menghindari adanya gangguan yang terjadi pada saat

pemberian obat.

Langkah awal dalam percobaan ini adalah menyiapakan suspensi

NaCMC yang dibuat dengan menimbang Na CMC 2, 5 g, kemudian diukur

aquadest sebanyak 25 mL, selanjutnya dipanaskan aquadest tersebut dengan

menggunakan penangas air sampai hangat, lalu dimasukan Na CMC

kedalam lumpang, dimasukkan air hangat sedikit demi sedikit dalam

lumpang, kemudian gerus sampai terbentuk mucilago dan setelah itu

dimasukkan mucilago Na CMC yang telah jadi kedalam gelas kimia.

Masuk kedalam percobaan untuk hewan coba yang diberikan aquadest

sebagai pembanding atau control negatif, dimana hal yang pertama

dilakukan adalah membersihkan alat yang akan digunakan dengan alkohol

70% kemudian ditimbang berat badan mencit dengan timbangan ohauss,

lalu dihitung dosis pemberian serta volume pemberiannya, selanjutnya

mencit yang telah ditimbang dengan berat badan 22,19 g diberikan 0,73 mL

21

Page 22: gabungan edys

aquadest secara oral dengan menggunakan kanula, lalu mencit diletakkan di

dalam wadah besar dan diamati respon pengeluaran urin setelah pemberian

aquadest pada menit ke 30 sampai 60.

Untuk hewan coba yang diberikan obat Spironolakton hal yang dilakukan

adalah ditimbang berat badan mencit dan dihitung dosis pemberian serta

volume pemberiannya kemudian disuspensikan Spironolakton dengan Na

CMC 10 mL, mencit dengan berat badan 22,35 g diberikan 0,745 mL

suspensi Spironolakton secara oral kanula, selanjutnya mencit diletakkan di

dalam wadah besar dan diamati respon pengeluaran urin dari mencot

tersebut setelah pemberian suspensi Spironolakton pada menit ke 30 sampai

60.

Begitu pula dengan hewan coba yang diberikan obat Furosemid, hal yang

dilakukan pertama-tama sama dengan pemberian obat Spironolakton

domana ditimbang berat badan mencit kemudian dihitung dosis pemberian

serta volume pemberiannya kemudian, lalu disuspensikan Furosemid

dengan 10 mL Na CMC selanjutnya mencit dengan berat badan 22,73 g

0,791 mL suspensi Furosemid secara oral dengan mengguanakan kanula,

setelah itu mencit diletakkan di dalam wadah besar, dan diamati respon

pengeluaran urin setelah pemberian suspensi Furosemid pada menit ke 30

sampai 60.

Hasil pengamatan dari percobaan diatas pada mencit pertama dengan

berat badan 22,19 dengan pemberian 0,73 mL aquadest pada menit ke 30

mencit tersebut mengeluarkan urin sebanyak 0,25 mL dan menit ke 60

mencit tersebut mengeluarkan urin sebanyak 0,35 mL. Untuk mencit kedua

22

Page 23: gabungan edys

dengan berat 23,73 g yang diberikan suspensi flurosemid sebanyak 0,791

mL pada menit ke 30 mengeluarkan urin sebanyak 0,15 mL dan pada menit

ke 60 mengeluarkan urin sebanyak 0,32 mL. Sedangkan pada mencit ketiga

yang diberikan suspensi Spironolakton mencit tersebut tidak mengeluarkan

urin. Urin yang dikeluarkan mencit kedua dengan pemberian suspensi

Furosemid yang dikeluarkan lebih sedikit dari pada urin yang dikeluarkan

oleh mencit pertama yang hanya diberikan aquadest.

23

Page 24: gabungan edys

BAB V

PENUTUP

V.1 Kesimpulan

Dari hasil pembahasan sebelumnya yakni percobaan mengenai obat-obat

golongan diuretik dengan menggunakan hewan coba mencit dapat

disimpulkan bahwa obat flurosemid termasuk dalam obat golongan diuretik

karena pada menit ke 30 dan ke 60 efeknya sudah terlihat dengan volume

pengeluaran urin yaitu 0,15 mL dan 0,32 mL sedangkan untuk obat

Spironolakton tidak terlihat efek diuretik karena tidak mengeluarkan urin

sama sekali pada menit ke 30 maupun ke 60.

V.2 Saran

Disarankan untuk laboratorium farmakologi dan toksikologi kedepannya

untuk lebih dilengkapi baik dari segi alat maupun bahan agar tercapainya

praktikum yang efisien.

24