gastritis dan nutrisi
DESCRIPTION
gastritis dan nutrisiTRANSCRIPT
GASTRITIS
PENDAHULUAN
Gastritis merupakan gangguan kesehatan yang paling sering dijumpai di
klinis karena diagnosisnya sering hanya berdasarkan gejala klinis bukan pemeriksaan
histopatologi. Secara sederhana definisi gastritis adalah proses inflamasi pada
mukuso dan submukosa lambung. Gastritis bukan kemerahan pada mukosa yang
nampak pada saat pemeriksaan endoskopi dan tidak bisa menggantikan istilah
dyspepsia. Tidak terdapat hubungan yang jelas antara gambaran mikroskopik
(histopatology) dengan keluhan pada lambung seperti nyer, mual, muntah dan
perdarahan. Pada kebanyakan pasien dengan gambaran gastritis pada pemeriksaan PA
sering kali tidak menunjukkan kelaianan saat endoskopi dan tidak memiliki keluhan
apa-apa. Sebaliknya keluhan dan gejala klinis pasien berkolerasi positif dengan
kompilkasi gastritis.
Pada saat ini sudah dikembangkan pembagian gastritis berdasarkan suatu
sistem yang disebut sebagai Update Sydney System.
PEMBAGIAN GASTRITIS
Upadate Sydeney System membagi gastritis berdasarkan pada topografi,
morfologi dan etiologi. Secara garis besar gastritis dibagi menjadi 3 tipe yakni : 1.
Monohopik, 2. Atropik, 3. Bentuk khusus.
Selain pembagian tersebut diatas, terdapat suatu kelainan pada gaster yang
digolongkan sebagai suatu gastropati. Disebut demikian karena secara histopatologik
tidak menggambarkan radang. Istilah gastropati reaktif mengacu pada perubahan
epitel yang nyata dengan sedikit atau tanpa peradanagan. Gastropati kongestif
merujuk pada kelaianan vaskular yang menonjol sebagai gambaran utama sedangakan
gatropati hipertropik menunjukkan penebalan mukosa akibat penebalan foveola,
kelenjar atau keduanya sebagai gambaran yang menonjol.
Klasifikasi gastritis sesuai dengan Upadate sydeney system memerlukan
tindakan gastroskopi, pemeriksaan histopatologi dan pemerikasaan-pemerikasaan
penunjang untuk menentuka etiologinya. Biopsi lambung harus dikerjakan untuk
menegakkan diagnosis gastritis. Dengan biopsi inilah klinisi dan ahli patologi
berkomunikasi untuk mencocokkan data klinis, gambaran endoskopi, dan hasil
patologi. Indkasi untuk biopsi lambung adalah erosi atau ulkus pada lambung,
penebalan lipatan lambung, polip lambung, dan masa tumor.
ETIOLOGI
Pengunaan antibiotika terutama untuk infeksi paru dicurigai mempengaruhi
penularan kuman dikomunitas karena antibitika tersebut mampu mengeradikasi
infeksi Helycobacter pylori, walaupuan persentase keberhasilannya rendah. Pada
awal infeksi kuman oleh Helycobacter pylori, mukosa lambung akan menunjukkan
respons inflamasi akut. Secara endoskopis sering tampak sebagai erosi dan tukak
multiple antrum atau lesi hemoragik. Gastritis akut akibat Helicobacter pylori sering
diabaikan oleh pasien sehingga penyakitnya berlanjut menjadi kronik.
Gangguan fungsi sistem imun dihubungakan dengan gastritis kronik setelah
dtemukan autoantibodi terhadap faktor-faktor instrinsik dan terhadap secretory
canalicular structure sel parietal pada pasien dengan anemia perniosa. Antibodi
terhadap sel parietal mempunyai kolerasi yang baik dengan gastritis kronik korpus
dalam berbagai gradiasi, dibandingkan dengan antibodi terhadap factor intrinsik.
Pasien gastritis kronik yang mengandung antibodi sel parietal dalam serumnya dan
menderita anemia perniosa mempunyai ciri-ciri khusus sebagi berikut : menderita
gastritis kronik yang secara histologik menunjukkan gambaran gastritisa dan kronik
atropik, predominasi korpus dan pada pemeriksaan darah menunjukkan
hipergastrinemia. Kecurigaan peran infeksi Helicobacter pylori diawali dengan
kenyataan bahwa pasien yang terinfeksi oleh kuman Helicobacter pylori mempunyai
antibody terhadap secretory canalicurlar structure sel parietal jauh lebih tinggi
daripada mereka yang tidak terinfeksi.
Terdapat jenis virus yang dapat menginfeksi mukosa lambung misalnya
Enteric retrovirus dan calicivirus. Kedua jenis virus tersebut dapat menimbulkan
gastroenteris tetapi secara histopatologi tidak spesifik. Hanya cytomegalovirus yang
dapat menimbulkan gambaran histopatologi yang khas infeksi cytomegalovirus pada
gaster biasanya merupakan bagian dari infeksi pada banyak organ lain, terutama pada
organ muda dan imunocompromized.
Jamur Candida species, Histoplasma capsulatum dan Muconaceae dapat
menginfeksi mukosa gaster hanya pada pasien imuno compromised. Pasien yang
system imunnya baik biasanya tidak dapat terinfeksi oleh jamur, mukosa lambung
bukan tempat yang mudah terkena infeksi parasit.
Obat anti inflamasi nonsteroid merupakan penyebab gastropati yang amat
penting. Gastropati akibat OAINS bervariasi sangat luas dan hanya merupakan
keluahan nyeri uluhati sampai pada tukak peptic dengan komplikasi perdarahan
saluran cerna bagian atas.
PATOFOSIOLOGI
Lambung adalah ruang berbentuk kantung mirip huruf J yang terletak di
antara esophagus dan lambung. Lambung dibagi menjadi tiga bagian berdasarkan
perbedaan anatomis, histologis, dan fungsional. Fundus adalah bagian lambung yang
terletak di atas lubang esophagus. Bagian tengah atau utama lambung adalah korpus
(badan). Lapisan otot polos di fundus dan korpus relatif tipis, sedangkan bagian
bawah lambung, antrum memiliki otot yang jauh lebih tebal. Bagian akhir lambung
adalah sfingter pilorus yang berfungsi sebagai sawar antara lambung dan duodenum.
Gambar 1
Anatomi Lambung
Dinding saluran pencernaan memiliki struktur umum yang sama di sebagian
besar panjangnya dari esophagus sampai anus, dengan variasi local yang khas untuk
tiap-tiap daerah. Potongan melintang saluran cerna memperlihatkan empat lapisan
jaringan utama. Dari yang paling dalam ke yang paling luar lapisan-lapisan itu adalah
mukosa, sumbmukosa, muskularis eksterna dan serosa. Mukosa melapisi prmukaan
luminal saluran pencernaan. Bagian ini dibagi menjadi tiga lapisan yaitu membran
mukosa (merupakan permukaan protektif, mengandung sel eksokrin, endokrin dan
epitel khusus), lamina propria (lapisan tengah jaringan ikat yang tipis tempat epitel
melekat), dan mukosa muskularis (lapisan otot polos yang terletak di sebelah lapisan
submukosa). Submukosa adalah lapisan tebal jaringan ikat yang menyebabkan
saluran pencernaan memiliki elastilitas dan distensibilitas. Lapisan ini memiliki
pembuluh darah dan limfe yang besar, juga terdapat pleksus submukosa.
Muskularalis eksterna merupakan lapisan otot yang terdiri dari dua bagian, lapisan
sirkuler dalam dan lapisan longitudinal luar. Pembungkus jaringan ikat di sebelah luar
saluran pencernaan adalah serosa, yang mengeluarkan cairan serosa encer yang
melumasi dan mencegah gesekan dengan organ visera lain.
Gambar 2
Histologi Lambung
Setiap hari lambung mengeluarkan sekitar 2 liter getah lambung. Sel-sel
yang betanggung jawab untuk sekresi lambung yaitu mukosa lambung, yang dibagi
menjadi dua bagian terpisah: mukosa oksintik, yang melapisi korpus dan fundus dan
daerah kelenjar pilorik yang melapisi lambung. Dari mukosa oksintik, dihasilkan
HCl, pepsinogen, mukus dan faktor intrinsik yang dikeluarkan ke dalam lumen
lambung. Sedangkan daerah kelenjar pilorik menghasilkan hormon gastrin yang
dikeluarkan ke dalam darah.
Mukosa lambung dilapisi oleh sel epitel permukaan yang mengeluarkan
mukus kental alkalis dan membentuk lapisan setebal beberapa millimeter menutupi
permukaan mukosa. Adanya lapisan pelindung ini menyebabkan lambung tidak akan
merusak dirinya sendiri meskipun mengandung asam kuat dan banyak enzim
proteolitik. Selain itu, sawar lain yang melindungi mukosa dari kerusakan oleh asam
adalah lapisan mukosa itu sendiri, sebab tepi-tepi lateral sel-sel tersebut saling bersatu
di dekat batas luminal melalui hubungan taut erat (tight junction), sehingga asam
tidak dapat berdifusi di antara sel-sel dari lumen ke submukosa di bawahnya.
Mekanisme protektif ini diperkuat oleh kenyataan bahwa seluruh lapisan dalam
lambung diganti setiap tiga hari. Karena pertukaran mukosa yang sangat cepat, sel-sel
biasanya telah diganti sebelum mereka aus karena terpajan ke lingkungan sangat
asam yang tidak bersahabat tersebut cukup lama untuk mengalami kerusakan.
Gambar 3
Etiologi
Penyebab pasti , sampai beberapa waktu yang lalu belum diketahui, tetapi
dalam suatu temuan baru yang mengejutkan bakteri H.Pylori diperkirakan merupakan
penyebab pada hampir 90% kasus .
Mekanisme yang mungkin berperan adalah sebagai beikut:
Meskipun tidak menginvasi jaringan, H.Pylori memicu proses peradangan
dan imun yag intens. Terjadi peningkatan pembentukan sitokin proinflamasi
seperti IL-1, IL-6, faktro nekrosis tumor (TNF), dan yang terutama IL-8.
Sitokin ini dihasilkan oleh sel epitel mukosa serta merekrut dan
mengaktifkan neutrofil.
Beberapa produk gen bakteri berperan menyebabkan cedera sel epitel dan
induksi peradangan. H.Pylori mengeluarkan suatu urease yang menguraikan
urea membentuk suatu senyawa toksik, sepeti ammonium klorida dan
monokloramin. Organisme ini juga mengeluarkan fosfolipase yang merusak
sel epitel permukaan. Protease dan fosfolipase bakteri menguraikan
kompleks glikopreotein-lemak di mukosa lambung sehingga lini pertama
mukosa melemah. Cedera epitel juga disebabkan oleh suatu toksis penyebab
vakuolisasi (VaCa). Toksin lain, yang dikode oleh cytotoxin-associated gene
A (CagA), merupakan perangsang kuat untuk terbentuknya IL-8 oleh sel
epitel.
H.Pylori meningkatkan sekresi asam lambung dan mengganggu produksi
bikarbonat duodenum sehingga pH lumen duodenum menurun.
Beberapa protein H.Pylori bersifat imunogenik dan protein ini memicu
respon imun hebat di mukosa. Sel T dan B aktif dapat ditemukan pada .
Peran sel T dan B dalam menimbulkan cedera epitel masih belum jelas,
tetapi pengaktifan sel T yang didorong oleh sel T mungkin terlibat dalam
patogenesis limfoma lambung.
NSAID adalah penyebab penting penyakit pada pasien yang tidak
terinfeksi H.Pylori. tertekannya sintesis prostaglandin mukosa adalah kunci untuk
terjadinya . Inhibisi pembentukan prostaglandin meningkatkan sekresi HCl dan
mengurangi pembentukan bikarbonat. Sebagia NSAID juga dapat menembus sel
mukosa lambung. Melalui mekanisme yag belum jelas, sebgian NSAID juga
menggaggu angiogenesis sehingga penyembuhan gasatritis terganggu.
Proses lain mungkin bekerja sendiri atau bersama H.Pylori dan NSAID
untuk menimbulkan . Merokok mengganggu aliran darah mukosa dan penyembuhan.
Alkohol belum terbukti menyebabkan gastritis secara langsung, tetapi sirosis
alkoholik dilaporkan berkaitan dengan peningkatan insidensi gastritis. Kortikosteroid
dosis tinggi dan dipakai berulang mendorong pembentukan gasatritis. Situasi penuh
stres yang terus menerus sering berkaitan dengan pembentukan gasatritis, mungkin
karena stimulus berlebihan sekresi lambung oleh respon emosi yang berkaitan dengan
stres.
Apabila sawar mukosa lambung rusak, asam dan pepsin berdifusi ke dalam
mukosa dengan konsekuensi patofisologis serius. Asam memicu pengeluaran
histamine, suatu stimulant asamyang kuat yang diproduksi dan disimpan dalam
jumlah besar di mukosa. Histamine yang dikeluarkan tersebut merangsang sekresi
lebih banyak asam, yang dapat berdifusi kembali ke mukosa untuk merangsang
pengeluaran histamin lebih lanjut, yang memicu pengeluaran asam lebih banyak, dan
seterusnya, sehingga tercipta suatu lingkaran setan. Erosi mukosa, gasatritis terus
membesar di bawah pengaruh asam dan pepsin yang teru meningkat.
GEJALA KLINIS
Gejala klasik dari gastritis, nyeri epigastrium yang reda setelah makan,
muncul hanya pada sedikit anak. Banyak pasien pediatrik yang datang dengan
keluhan nyeri perut yang kurang terlokalisir, tapi umumnya di periumbilikal.
Nyeri sering digambarkan sebagai nyeri yang tumpul, bukan tajam ataupun
rasa terbakar seperti yang biasa dikeluhkan pada pasien dewasa. Nyeri ini dapat
berlengsung dalam hitungan menit hingga jam. Pasien sering mengalami eksaserbasi
dan remisi dalam hitungan minggu hingga bulan. Nyeri malam hari-nyeri nokturnal
sering muncul pada anak. Dari anamnesis, didapatkan bahwa <33% anak yang nyeri
perutnya membaik setelah minum antasida. Kadang-kadang, pada pasien yang
mengalami kehilangan darah secara akut maupun kronik, dapat timbul syok, anemia,
peritonitis atau pankreatitis. Jika inflamasi dan edema meluas, dapat timbul obstruksi
gaster yang akut maupun kronis.
DIAGNOSIS
Diagnosa ditegakkan berdasarkan:
1. Pengamatan klinis dan kelainan fisik yang dijumpai
2. Hasil pemeriksaan penunjang (Radiologi dan Endoscopy)
Beberapa test bias digunakan untuk membuat sebuah diagnosis. Ini
termasuk endoscopy lambung, dimana pipa kecil dengan kamera dimasukan ke dalam
lambung melalui tenggorokan kemudian dilakukan biopsy pada dinding lambung. Tes
laboratorium akan digunakan tergantung pada causa . Sebuah test pernafasan
biasanya untuk mendeteksi Helicobacter pylori (H. pylori), atau samapel dari
oesophagus atau gaster untuk melihat bakteri tersebut.
a. Anamnesis
Dari anamnesis, didapatkan keluhan nyeri perut dengan lokasi yang tidak
jelas, dapat di daerah periumbilikalis atau epigastrium, nyeri lebih sering
pada malam hari, berkaitan dengan makanan dan susu, nyeri sering timbul
pada jam-jam makan, disertai mual dan muntah, hingga hemetemesis dan
melena.
b. Pemeriksaan Fisis
Umumnya normal. Pada beberapa kasus ada nyeri tekan epigastrik dan
distensi abdominal. Jarang ada bising usus.
c. Pemeriksaan Tambahan
Pemeriksaan tambahan yang dapat dilakukan antara lain pemeriksaan darah
pada tinja, X-ray dan endoskopi. Pemeriksaan dengan barium terhadap
saluran GI atas dapat menunjukkan adanya ulkus. Namun,
esophagogastroduodenoskopi merupakan metode pilihan untuk menegakkan
diagnosis ulkus peptikum. Ini aman dilakukan pada semua umur
berdasarkan pengalaman gastroenterologis pediatri. Endoskopi juga
memungkinkan visualisasi langsung dari esophagus, lambung, duodenum,
serta mengidentifikasi lesi. Biopsi harus dilakukan pada esophagus,
lambung, dan duodenum untuk pemeriksaan histologi sekaligus mencari ada
tidaknya infeksi dari H.Pylori. Diagnosis infeksi H.Pylori ditegakkan secara
histologit dengan biopsi. Meskipun penggunaan deteksi IgG sering
membantu dalam skrining anak-anak yang terinfeksi H.Pylori, tapi tidak
membantu dalam memprediksi keberhasilan terapi eradikasi. Uji nafas dan
tes serologi antigen juga dapat digunakan untuk mendeteksi adanya infeksi
H.Pylori. Untuk anak yang suspek terinfeksi H.Pylori, endoskopi
direkomendasikan untuk evaluasi dan konfirmasi penyakit.
KOMPLIKASI
Perdarahan saluran cerna bagian atas (SCBA) berupa Hematemesis dan
melena, dapat berakhir sebagai syok hemorragin. Khusus untuk perdarahan SCBA,
perlu dibedakan dengan tukak peptik. Gambaran klnis yang diperlihatkan hampir
sama. Namun pada tukak peptik penyebab utamanya adalah infeksi H. Pyloin, sebesar
100% pada tukak duodenam dan 60 – 90%, pada tukak lambung. Diagnosis pasti
dapat ditegakkan dengan endoskopin perdarahan saluran cerna bagian atas, ulkas,
pertorasi, dan anemia karena gangguan absapsi vitamin B12
PENATALAKSANAAN
Faktor utama adalah menghilangkan Etiologinya. Diet lambung dengan
porsi kecil dan sering, obat-obatan ditinjau untuk mengatur sekresi asam lambung,
berupa antagonis reseptor H2, inhibitor pompa proton, anti kelinergik dan antasid.
Juga ditujukan sebagai sitoprotektor berupa sukroltati dan prostaglandim. Pada pusat-
pusat yankes, dimana endiskopi tidak dapat dilakukan penatalaksanaan diberikan
seperti pada pasien dengan sindrom dispepsia, apalagi jika tes serologi negatip
pertama-tama yang dilakukan adalah mengatasi dan menghindari penyebab gratitis
akut. Kemudian diberikan pengobatan epiris berupa antosit, antagonis H2, / inhibitor
pompa proton dan obat-obat prokinetik.
Terapi Eradikasi yang Direkomendasikan untuk Infeksi H.Pylori
Medikasi Dosis Lama Pengobatan
Amoxicillin
Clarithromycin
Proton pump inhibitor
50 mg/kg/hr ÷ bid
15 mg/kg/hr ÷ bid
1 mg/kg/hr ÷ bid
14 hari
14 hari
1 bulan
Amoxicillin
Metronidazole
Proton pump inhibitor
50 mg/kg/hr ÷ bid
20 mg/kg/hr ÷ bid
1 mg/kg/hr ÷ bid
14 hari
14 hari
1 bulan
Clarithromycin
Metronidazole
Proton pump inhibitor
15 mg/kg/hr ÷ bid
20 mg/kg/hr ÷ bid
1 mg/kg/hr ÷ bid
14 hari
14 hari
1 bulan
PENANGANAN GIZI
Penyakit lambung atau gastrointestinal meliputi gastritis akut dan kronik,
ulkus peptikum, pasca operasi lambung yang sering diikuti dengan ”dumping
sindrome” dan kanker lambung. Ganguan gastrointestinal sering dihubungkan dengan
emosi atau psikoneurosis dan/atau makan terlalu cepat karena kurang dikunyah serta
terlalu banyak merokok. Gangguan pada lambung umumnya berupa sindrom
dispepsia, yaitu kumpulan gejala yang terdiri dari mual, muntah, nyeri epigastrium,
kembung, nafsu makan berkurang, dan rasa cepat kenyang.
TUJUAN DIIT
Tujuan diet penyakit lambung adalah untuk memberikan makanan dan
cairan secukupnya yang tidak memberatkan lambung serta mencegah dan
menetralkan sekresi asam lambung yang berlebihan.
SYARAT DIIT
Mudah dicerna, porsi kecil dan sering diberikan
Energi dan protein cukup, sesuai dengan kemampuan pasien unutuk
menerimanya.
Lemak rendah, yaitu 10-15% dari kebutuhan energi total yang ditingkatkan
secara bertahaphingga sesuai dengan kebutuhan.
Rendah serat, terutama serat yang tadak larut air yang ditingkatkan secara
bertahap.
Cairan cukup, terutama bila ada muntah
Tidak mengandung bahan makanan atau bumbu yang tajam, baik secara
termis, mekanis, ,maupun kimia (dusesuaikan dengan daya terima perorangan)
Laktosa rendah bila ada gejala intoleransi laktosa; umumnya tidak dianjurkan
minum susu terlalu banyak.
Makan secara perlahan dilingkungan yang tenang
Pada fase akut dapat diberikan makanan parenteral saja selama 24-48 jam
untuk memberi istirahat pada lambung.
MACAM DIIT DAN INDIKASI PEMBERIAN
Diit Lambung I
Diet lambung ini diberikan kepada pasien gastritis akut, ulkus peptikum,
paska perdarahan, dan tifus abdominalis berat.
Makanan diberikan dalam bentuk saring dan merupakan perpindahan dari Diet
pasca hematemesis-melena, atau setelah fase akut teratasi.
Makanan diberikan setiap 3 jam selama 1-2 hari saja karena membosankan
serta kurang energi, zat besi, tiamin, dan vitamin C.
Diet Lambung II
Diet lambung II diberikan sebagai perpindahan dari diet lambung I, kepada
pasien dengan ulkus peptikum atau gastritis kronis dan tifus abdominalis
ringan.
Makanan berbebtuk lunak, porsi kecil serta diberikan berupa 3 kali makanan
lengkap dan 2-3 kali makanan selingan.
Makanan ini cukup energi, protein, vitamin C, tetapi kurang toamin.
Diet Lambung III
Diet lambung III diberikan sebagai perpindahan dari diet lambung II pada
pasien dengan ulkus peptikum, gastritis kronik, atau tifus abdominalis yang
hampir sembuh.
Makanan berbentuk lunak atau biasa bergantung pada toleransi pasien
Makanan inii cukup energi dan zat gizi lainnya.
TERAPI DIET PADA GASTRITIS
1. Jenis Diet
Diet lambung 1
2. Tujuan diet
Untuk memberikan makanan dan cairan secukupnya yang tidak memberatkan
lambung serta mencegah dan menetralkan sekresi asam lambung yang berlebihan.
3. Syarat Diet
a. Mudah cerna, porsi kecil, dan sering diberikan
b. Energy dan protein cukup, sesuai kemampuan pasien untuk menerimanya
c. Lemak rendah, yaitu 10-15% dari kebutuhan energy total yang ditingkatkan
secara bertahap hingga sesuai dengan kebutuhan
d. Rendah serat, terutama serat tidak larut air yang ditingkatkan secara
bertahap.
e. Cairan cukup, terutama bila ada muntah
f. Tidak mengandung bahan makanan atau bumbu yang tajam, baik secara
termis, mekanis maupun kimia (disesuaikan dengan daya terima perorangan)
g. Laktosa rendah bila ada gejala intoleransi laktosa : umumnya tidak
dianjurkan minum susu terlalu banyak. Pada fase akut dapat diberikan
makanan parenteral saja selama 24-48 jam untuk member istirahat pada lam
4. Bahan Makanan Yang Dianjurkan Dan Tidak Dianjurkan
Tabel 4. Bahan Makanan Yang Dianjurkan Dan Tidak Dianjurkan
BAHAN MAKANAN DIANJURKAN TIDAK DIANJURKAN
Sumber karbohidrat Beras dibubur/ditim;
kentang dipure; makroni
direbus; roti dipanggang;
biscuit, krekers; mi,
bihun, tepung-tepungan
dibuat bubur/ pudding.
Beras ketan, beras
tumbuk, roti, jagung ;
ubi, singkong, talas,
cake, dodol, dan berbagai
kue yang terlalu manis.
Sumber protein hewani Daging sapi empuk, hati,
ikan ayam digiling atau
dicincang dan, direbus,
didadar, ditim, diceplok
air.
Daging, ikan, ayam yang
diawet, digoreng; daging
babi; telur diceplok atau
digoreng
Sumber protein nabatai Tahu, tempe direbus, ditim, ditumis; kacang hijau direbus, dan dihaluskan
Tahu, tempe digoreng; kacang tanah, kacng merah, kacng tolo.
Sayuran Sayuran yang tidak banyak serat dan tidak menimbulkan gas dimasak : bayam, bit labu siam, labu kuning, wortel, tomat direbus, dan ditumis.
Sayuran mentah, sayuran berserat tinggi dan menimbulkan gas seperti daun singkong, kacang panjang, kol, lobak, sawi, dan asparagus.
Buah-buahan Papaya, pisang, sawo, jeruk manis, sari buah dan pir.
Bauh-buahan tinggi serat dan dapat menimbulkan gas seperti jambu biji, nanas, apel, kedondong, durian, nangka; buah yang dikeringkan.
Lemak Margarine, minyak, Lemak hewani, santan
santan encer. kental.Minuman Sirup, the encer. Kopi, teh kental,
minuman yang mengandung soda, dan alcohol, ice cream.
Bumbu Gula, garam, vetsin, kunci, kencur, jahe, kunyit, laos, salam, sereh.
Lobak, bawang, merica, cuka,, dan sebagainya yang tajam.