impaksi referat
DESCRIPTION
mouth m teethTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
Gigi impaksi adalah gigi yang gagal erupsi kedalam lengkung geligi pada saatnya
tumbuh dikarenakan terhalang gigi tetangganya, tulang yang tebal serta jaringan lunak
yang padat. Gigi ini seumur hidup tidak akan erupsi, apabila tidak dilakukan tindakan
pencabutan. (Andreasen,1997, Peterson, 1998; Dym,2001). Kondisi ini sering dijumpai
pada pasien yang datang ke tempat praktek dokter gigi dengan keluhan sakit maupun
kurang estetis gigi berupa crowding ataupun diastema.
Gigi impaksi lebih sering terjadi pada molar ketiga baik rahang atas maupun
rahang bawah, diikuti oleh kaninus rahang atas dan incisive 2 kadang-kadang kaninus
rahang bawah serta premolar rahang atas dan bawah (Peterson,1998 ; Andreasen,1997).
Gigi impaksi merupakan kelainan yang paling sering ditemukan dan
perawatannya dilakukan secara pembedahan.
Penyusunan makalah ini diharapkan dapat menambah wawasan, meningkatkan
kewaspadaan dan melakukan anamnesa yang lebih mendalam sebelum melakukan
diagnosis dan rencana perawatan. Di samping itu, kiranya makalah ini dapat menambah
pengetahuan serta referensi bagi mahasiswa kedokteran gigi, baik mahasiswa pre-klinik
maupun mahasiswa profesi sehingga sejak dini kita dapat mempersiapkan diri sebaik-
baiknya; menguasai seluruh teknik dalam perawatan gigi dan mulut dan juga reaksi obat-
obatan yang akan kita gunakan sebelum terjun ke masyarakat. Tidak lupa kami harapkan
makalah inipun memberi manfaat bagi tenaga medis agar dapat menjalankan profesinya
seiring dengan sikap berhati-hati sehingga mampu menumbuhkan rasa percaya
masyarakat pada tenaga medis kedokteran gigi.
BAB II
IMPAKSI
I. Definisi
Gigi impaksi adalah gigi yang sebagian atau seluruhnya tidak erupsi dan
posisinya berlawanan dengan gigi lainya, jalan erupsi normalnya terhalang oleh tulang
dan jaringan lunak, terblokir oleh gigi tetangganya, atau dapat juga oleh karena adanya
jaringan patologis. Impaksi dapat diperkirakan secara klinis bila gigi antagonisnya sudah
erupsi dan hampir dapat dipastikan bila gigi yang terletak pada sisi yang lain sudah
erupsi. Hal ini dapat terjadi karena ketidaktersediaan ruangan yang cukup pada rahang
untuk tumbuhnya gigi dan angulasi yang tidak benar dari gigi tersebut. Impaksi dapat
dipastikan dengan pemeriksaan radiografi. (Pedersen, 1988 ; Andreasen, 1997 ;
Dimitroulis, 1997)
II. Etiologi
Menurut Peterson 1998, gigi impaksi disebabkan oleh tidak tersedianya lengkung
dan ruang gigi yang cukup untuk erupsi. Dalam hal ini, total lengkung tulang alveolar
lebih kecil daripada total panjang lengkung gigi. Menurut Ogden, 2001 dan Andreasen,
1997, gigi gagal erupsi kedalam posisi yang normal memiliki beberapa alasan yaitu
folikel gigi mungkin berubah letaknya, gigi crowding, gigi terdekat hilang, pencabutan
gigi molar pertama dan kedua pada masa kanak-kanak. (Andreasen,1997 ; Peterson, 1998
; Ogden, 2001. Disamping itu juga dipengaruhi faktor sistemik dan faktor kurangnya
stimulasi otot.
Kelainan yang dapat ditimbulkan akibat gigi impaksi :
Infeksi Perikoronitis
Terjadi pembentukan kista
Menimbulkan karies gigi
Menimbulkan rasa sakit
Menimbulkan gangguan pada telinga
Menimbulkan fraktur mandibular
III. Klasifikasi
A. Klasifikasi impaksi gigi molar ketiga rahang bawah (Archer, 1975)
Klasifikasi didasarkan pada pemeriksaan radiologis yaitu dengan menggunakan
photo periapikal , panoramik, oklusal dan Water’s.
Menurut Pell dan Gregory :
a) Berdasarkan hubungan ukuran antara lebar gigi molar tiga bawah terhadap jarak
antara ramus mandibula dan bagian distal gigi molar kedua bawah.
Kelas I : Ruangan antara ramus mandibula dan permukaan distal gigi
molar kedua cukup bagi ukuran mesio distal gigi molar
tiga.
Kelas II : Ruangan antara ramus mandibula dan permukaan distal gigi
molar kedua kurang dari ukuran mesiodistal gigi molar
tiga
Kelas III : Seluruh atau sebagian besar gigi molar tiga berada dalam ramus
mandibular
b) Berdasarkan letak gigi molar tiga dalam tulang
Posisi A : Bagian tertinggi gigi molar tiga terletak setinggi atau diatas garis
oklusal gigi molar dua
Posisi B : Bagian tertinggi gigi molar tiga terletak dibawah bidang oklusal,
tetapi diatas garis servikal gigi molar dua
Posisi C : Bagian tertinggi gigi molar tiga terletak dibawah servikal gigi
molar dua
c) Klasifikasi lain menurut Winter berdasarkan perbandingan sumbu panjang molar tiga
terhadap molar dua, yaitu :
1. Mesioangular
2. Distoangular
3. Vertikal
4. Horizontal
5. Bukoangular
6. Linguoangular
7. Inverted
Hubungan Molar Tiga dan Kanalis Mandibularis
Analisa hubungan merupakan hal penting sebelum menentukan pengambilan
molar tiga bawah. Pada bidang frontal kanalis mandibularis mempunyai posisi lebih ke
bukal dari posisi normal molar tiga pada 1⁄2 sampai 2/3 kasus dan 6-7% kasus posisinya
lebih kelingual dibawah akar gigi. Pada bidang sagital jarak antara akar molar tiga dan
kanalis rata-rata 3 mm. Hampir mendekati 10% kasus, lokasi kanalis pada atau di atas
akar molar tiga (Andreasen, 1997) Berdasarkan penelitian klinis dan radiologis, dapat
ditentukan adanya indikasi hubungan sebenarnya antara akar gigi molar tiga dengan
kanalis mandibula sebagai berikut : (Andreasen, 1997)
1. Kehilangan lamina dura (superior dan atau inferior) dimana kanalis melewati
impaksi gigi molar tiga
2. Garis radiolusen yang melewati akar gigi molar tiga
3. Kanalis mandibula yang menyempit, ketika melewati akar gigi molar tiga
4. Sudut dari kanalis mandibula dalam regio/daerah yang dekat dengan akar gigi
molar tiga
5. Akar gigi molar tiga yang membelok pada kanalis mandibula
B. Klasifikasi impaksi gigi M3 atas didasari pada posisi anatomi, menurut Pell and
Gregory terbagi atas :
a) Berdasarkan kedalaman relatif impaksi gigi M3 atas dalam tulang, yaitu:
Klas A : Bagian terbawah dari mahkota gigi impaksi M3 atas berada segaris
dengan oklusal gigi M2 disebelahnya.
Klas B : Bagian terbawah mahkota gigi impaksi M3 atas berada diantara dataran
oklusal dan garis servikal gigi M2 disebelahnya.
Klas C : Bagian terbawah dari mahkota gigi impaksi M3 atas berada pada atau
terletak diatas servikal gigi M2 disebelahnya.
b) Berdasarkan posisi dari sumbu panjang gigi impaksi M3 atas terhadap sumbu
panjang gigi M2 disebelahnya yaitu :
a. Mesioangular
b. Distoangular
c. Vertikal
d. Horizontal
e. Bukoangular
f. Palatoangular
g. Inverted
Posisi gigi impaksi M3 atas yang paling sering ditemukan adalah vertikal
sebanyak 63%, distoangular 25%, mesioangular 12%, serta posisi lainnya sekitar
1% (Peterson, 2003).
c) Hubungan gigi impaksi M3 atas dengan sinus maksilaris, yaitu :
- “Sinus Maxillaris Apporoximation” yaitu antara gigi impaksi M3 atas dengan
sinus maksilaris terdapat hubungan langsung atau hanya dibatasi oleh selapis
tipis jaringan tulang.
- “No Sinus Maxillaris Apporoximation” yaitu antara gigi impaksi M3 atas
dengan sinus maksilaris dibatasi oleh sekitar 2 mm atau lebih jaringan tulang.
C. Klasifikasi Kaninus Atas menurut Archer, 1975.
A. Kelas I : Kaninus rahang atas impaksi terletak disebelah palatinal dengan posisi :
horizontal, vertikal, semivertikal
B. Kelas II : Kaninus rahang atas impaksi terletak pada bagian bukal maksila dengan
posisi : horizontal, vertikal, semivertikal
C. Kelas III : Kaninus rahang atas impaksi terletak diantara bukal atau labial dengan
palatinal
D. Kelas IV : Kaninus rahang atas impaksi yang terletak didalam prosesus alveolaris,
biasanya secara vertikal antara gigi insisivus dan gigi premolar
E. Kelas V : Kaninus rahang atas impaksi terletak pada rahang atas yang tidak
bergigi
BAB III
ODONTEKTOMI
I. Definisi
Odontektomi adalah pengambilan gigi dengan prosedur bedah dengan
pengangkatan mukoperiosteal flap dan membuang tulang yang ada diatas gigi dan juga
tulang disekitar akar bukal dengan chisel, bur atau rongeurs.
II. Indikasi & Kontraindikasi
a) Indikasi dilakukan tindakan odontektomi gigi impaksi yaitu:
- Sebagai tindakan pencegahan dari terjadinya infeksi karena erupsi yang
terlambat dan abnormal (Perikoronitis), dan mencegah berkembangnya folikel
menjadi keadaan patologis (Kista odontegenik dan Neoplasia).
- Golden age (panjang akar 1/3 atau 2/3) dan sebelum mineralisasi tulang (15-
25 tahun.
- Bila terdapat kelainan patologis (odontegenik).
- Maloklusi
- Terdapat keluhan rasa sakit atau pernah merasa sakit
- Gigi impaksi terlihat mendesak gigi molar kedua.
- Diperkirakan akan mengganggu perawatan orthodonsia dan pembuatan
protesa.
- Akan mengganggu perawatan di bidang konservasi atau pembuatan mahkota
gigi pada gigi molar kedua
- Terdapat keluhan neurologi, misalnya : cephalgia, migrai
- Merupakan penyebab karies pada molar kedua karena retensi makanan
- Terdapat karies yang tidak dapat dilakukan perawatan
- Telah terjadi defek pada jaringan periodontal pada gigi molar kedua.
b) Kontraindikasi odontektomi gigi impaksi yaitu:
- Apabila pasien tidak menghendaki giginya dicabut.
- Bila panjang akar belum mencapai sepertiga atau dua pertiga.
- Bila tulang yang menutupi gigi yang tertanam terlalu banyak.
- Bila tulang yang menutupinya sangat termineralisasi dan padat yaitu pada
pasien yang berusia lebih dari 26 th atau usia lanjut
- Pasien dengan riwayat penyakit yang berat.
- Kemungkinan timbulnya kerusakan yang parah pada jaringan yang
berdekatan.
III. Penatalaksanaan Gigi Impaksi
Odontektomi :
- Tehnik “Split Bone “
- Tehnik Tooth Division / odontotomi
Tehnik “Split Bone”
Tehnik Tooth Division / odontotomi
Prosedur odontektomi yang umumnya dilakukan pada pencabutan wisdom tooth rahang
bawah sebagai berikut:
1. Pemeriksaan keadaan umum penderita, dengan anamnesa dan pemeriksaan klinis
2. Pemeriksaan penunjang : foto rontgen dan pemeriksaan laboratorium
3. Menentukan tahapan perencanaan pembedahan yang meliputi :
- Perencanaan bentuk, besarnya dan tipe flap
- Menentukan cara mengeluarkan gigi impaksi, apakah dengan pemotongan
tulang, pemotongan gigi impaksi atau kombinasi keduanya
- Perkiraan banyaknya tulang akan dibuang untuk mendapatkan ruang yang
cukup untuk mengeluarkan gigi impaksi
- Perencanaan penggunaan instrumen yang tepat
- Menentukan arah yang tepat untuk pengungkitan gigi dan menyebabkan trauma
yang seminimal mungkin (Archer , 1975; Peterson, 2002)
4. Asepsis dengan betadine + saline
5. Anestesi mandibular blok dan ditunjang oleh anestesi infiltrasi bagian bukal.
6. Membuat insisi menggunakan blade no.15 untuk pembuatan flap tipe triangular
7. Pembukaan flap periosteal menggunakan rasparatorium
8. Pengambilan tulang yang menghalangi gigi dimulai dari bagian bukal dengan chisel
/ bur.
9. Pengambilan gigi
Pengambilan gigi dapat dilakukan secara :
- Intoto (utuh)
Tulang yang mengelilingi gigi diambil secukupnya, sehingga didapatkan
cukup ruangan untuk dapat meletakkan elevator di bawah korona. Kemudian
dengan elevator tersebut dilakukan gerakan mengungkit gigi tersebut.
- In separasi (terpisah)
Pada metode ini, pengambilan gigi impaksi dilakukan dengan membuang
sedikit tulang. Gigi yang impaksi tersebut diambil dengan cara diambil
sebagian-sebagian (dibelah terlebih dahulu).
10. Spooling betadine + aquadest
11. Lakukan kuretase
12. Spooling betadine + aquadest
13. Penghalusan tulang yang kasar
14. Spooling dengan betadine + saline
*dapat diberikan spongostan untuk mempercepat penyembuhan luka bekas pencabutan
15. Flap dikembalikan ke tempat semula dengan pinset chirrurgis.
16. Penjahitan flap tipe interrupted.
17. Gigit tampon yang telah diberi betadine.
IV. Perawatan Pasca Odontektomi
Setelah operasi impaksi gigi rahang bawah, pasien akan mengalami
pembengkakan 3-4 hari yang merupakan reaksi normal dari tubuh untuk
penyembuhan. Pasien tidak perlu khawatir karena pembengkakan yang tidak
disertai demam bukan merupakan gejala infeksi dan pembengkakan ini akan
hilang tanpa meninggalkan bekas.
Pasien yang menjalani operasi gigi geraham bungsu cukup mendapat
antibiotika, analgetik atau penahan sakit dan obat anti inflamasi atau anti radang.
Pasien dinstruksikan untuk diet makanan lunak, mengunyah pada sisi yang
berlawanan, jangan makan dan minum yang panas, berkumur yang terlalu keras,
serta jangan menghisap dan meludah. Setelah satu minggu benang jahitan dapat
dibuka dan obat sudah dapat dihentikan.
V. Komplikasi Pembedahan
Komplikasi intra operatif
1. Perdarahan hebat
2. Fraktur tuberositas maksila
3. Gigi menembus dasar sinus
4. Pemindahan tempat/displacement mandibula
5. Fraktur akar/mahkota.
6. Fraktura mandibula pada odontektomi molar tiga bawah
7. Empisema karena penggunaan tekanan udara yang berlebihan
8. Kerusakan jaringan lunak.
9. Cedera pada N. Alveolaris inferior atau N. Lingualis.
10. Akar gigi menembus canalis mandibularis.
11. Patahnya alat bedah.
Komplikasi pasca bedah.
1. Alveolitis /Dry socket.
2. Perdarahan sekunder
3. Trismus.
4. Edema
5. Parestesi
6. Kerusakan periodontal pada gigi sebelahnya
7. Hematoma.