jtptunimus gdl dwianayuni 5135 3 bab2

34
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perkembangan 1. Pengertian Perkembangan Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks, yang bersifat kualitatif yang pengukurannya jauh lebih sulit daripada pengukuran pertumbuhan (Tanuwidjaya, 2002). Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dan struktur atau fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur, dapat diperkirakan dan diramalkan sebagai hasil dari proses differensiasi sel, jaringan tubuh, organ - organ, dan sistemnya yang terorganisir (IDAI, 2002), sedangkan menurut Ngastiyah (2005) bahwa perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih komplek dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan sebagai hasil proses pematangan. Perkembangan adalah bertambahnya keterampilan sebagai hasil dari makin kompleknya bagian tubuh dan fungsinya (Jelliffe, 1998). Menurut Whaley & Wong (2002) bahwa perkembangan merupakan pemunculan kemampuan individu untuk membantu dalam melakukan fungsinya melalui perubahan pematangan dan pembelajaran.

Upload: stephanus-kinshy-imanuel-pangaila

Post on 24-Dec-2015

7 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

g

TRANSCRIPT

Page 1: Jtptunimus Gdl Dwianayuni 5135 3 Bab2

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Perkembangan

1. Pengertian Perkembangan

Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan struktur dan fungsi

tubuh yang lebih kompleks, yang bersifat kualitatif yang

pengukurannya jauh lebih sulit daripada pengukuran pertumbuhan

(Tanuwidjaya, 2002). Perkembangan adalah bertambahnya

kemampuan dan struktur atau fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam

pola yang teratur, dapat diperkirakan dan diramalkan sebagai hasil dari

proses differensiasi sel, jaringan tubuh, organ - organ, dan sistemnya

yang terorganisir (IDAI, 2002), sedangkan menurut Ngastiyah (2005)

bahwa perkembangan (development) adalah bertambahnya

kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih

komplek dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan sebagai hasil

proses pematangan.

Perkembangan adalah bertambahnya keterampilan sebagai hasil dari

makin kompleknya bagian tubuh dan fungsinya (Jelliffe, 1998).

Menurut Whaley & Wong (2002) bahwa perkembangan merupakan

pemunculan kemampuan individu untuk membantu dalam melakukan

fungsinya melalui perubahan pematangan dan pembelajaran.

Page 2: Jtptunimus Gdl Dwianayuni 5135 3 Bab2

9

2. Ciri-ciri Perkembangan Anak

Menurut Yusuf (2004), perkembangan anak mempunyai ciri - ciri adalah

sebagai berikut :

a. Perkembangan dimulai pada masa pranatal dan proses belajar dimulai

setelah lahir.

b. Perkembangan mempunyai sebagai dimensi yang saling berhubungan.

Perkembangan termasuk fisik, kognitif, sosial, spiritual, dan emosional

saling mempengaruhi satu sama lain dan semuanya tumbuh secara

simultan.

c. Perkembangan dan belajar berlangsung berkelanjutan sebagai hasil

interaksi dengan orang, benda dan lingkungan sekitar.

d. Pola perkembangan anak adalah sama pada semua anak, tetapi

kecepatannya berbeda antara anak satu dengan yang lainnya.

e. Terjadinya perubahan dalam aspek perubahan tinggi badan, berat

badan serta semakin bertambahnya perbendaharaan kata dan

matangnya kemampuan berfikir.

f. Terjadinya perubahan dalam proporsi tubuh anak berubah sesuai

dengan fase perkembangannya (Narendra, 2002).

3. Masalah Perkembangan Anak

Menurut Soetjiningsih (1995) bahwa masalah perkembangan anak

mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

Page 3: Jtptunimus Gdl Dwianayuni 5135 3 Bab2

10

a. Gangguan perkembangan fisik

Mengetahui masalah tumbuh kembang fisik pada anak, perlu

pemantauan yang kontinue. Dengan pemantauan berat badan, tinggi

badan (proporsi), lingkar kepala, umur tulang dan pertumbuhan gigi,

maka dapat diketahui adanya suatu kelainan tumbuh kembang fisik.

b. Gangguan perkembangan motorik

Perkembangan motorik yang lambat disebabkan oleh adanya : 1)

Faktor keturunan misalnya pada keluarga tersebut perkembangan

motorik rata - rata lambat; 2) Faktor lingkungan misalnya anak yang

tidak mendapat kesempatan untuk belajar dan anak yang mengalami

deprivasi maternal sering mengalami keterlambatan motorik; 3) Faktor

kepribadian; 4) Retardasi mental; 5) Kelainan tonus otot : anak dengan

palsi serebral akibat dari spatisitas, atheosis, ataksia atau hipotonia.

Kelemahan tendon dan kelainan pada sumsum tulang belakang (gross

spinal defects), juga sering disertai dengan keterlambatan motorik; 6)

Obesitas; 7) Penyakit neuromuscular misalnya pada anak yang

menderita penyakit Duchenne muscular dystrophy sering terlambat

berjalan; 8) Buta.

c. Gangguan perkembangan bahasa

Gangguan ini diakibatkan sebagai faktor yaitu adanya faktor

genetik, gangguan pendengaran, intelegensi rendah, kurangnya

interaksi anak dengan lingkungan, maturasi yang terlambat, kembar,

sedangkan gagap dapat disebabkan oleh tekanan daya dari orang tua,

Page 4: Jtptunimus Gdl Dwianayuni 5135 3 Bab2

11

agar anak bicara dengan jelas. Faktor keluarga termasuk anak yang

meniru cara bicara keluarganya yang gagap (gangguan bicara), bibir

sumbing dan frenulum lidah (tounge-tie) yang pendek.

d. Gangguan fungsi vegetatif

Gangguan ini disebabkan oleh antara lain: Gangguan makan,

seperti: Ruminasi, Pica, Bulimia, Anoreksia nervosa; Gangguan fungsi

eliminasi: Enuresis, Encopresis; Gangguan tidur: Dissomnia,

parasomnia; Gangguan kebiasaan: termasuk fenomena akibat

pelampiasan stres, seperti membenturkan kepala, menggigit kuku,

menggerakkan gigi, aerofagia.

e. Kecemasan

Kecemasan bila berlebihan akan mempunyai efek terhadap

interaksi sosial dan perkembangan anak, maka merupakan hal yang

patologis yang memerlukan suatu intervensi.

f. Gangguan suasana hati (mood disorders).

g. Bunuh diri dan percobaan bunuh diri

Merupakan penyebab kematian nomor dua pada remaja di negara

barat. Bunuh diri sering merupakan penyelesaian masalah psikologi

dan lingkungan bagi remaja.

h. Gangguan kepribadian yang terpecah.

Kelainan ini mungkin sebagai akibat dari frustasi dan kemarahan.

i. Gangguan perilaku seksual.

Page 5: Jtptunimus Gdl Dwianayuni 5135 3 Bab2

12

Contoh gangguan ini yaitu transexualism, transvestism dan

homoseksual.

j. Gangguan perkembangan pervasive dan spikosis pada anak.

Gangguan perkembangan prevasive meliputi autisme (gangguan

komunikasi verbal dan non-verbal, gangguan perilaku dan interaksi

sosial), kelainan Aspergel (gangguan perilaku yang terbatas dan

diulang - ulang, Obsesif), childhood disintegrative disorder dan lain-

lain.

k. Disfungsi neurodevelopmental pada anak usia sekolah.

Disfungsi susunan saraf pusat sering disertai dengan kemampuan

akademik yang dibawah normal.

l. Kelainan saraf dan psikistrik akibat dari trauma otak

Trauma otak meningkatnya resiko gangguan intelektual maupun

psikiatris, terutama bila trauma berat. Kelainan yang didapat pada

waktu renatal akibat itu yang kecanduan obat terlarang, peminum

alkohol dan perokok berat juga salah satu penyebabnya.

m. Penyakit psikosomatik.

Konflik psikologik dapat memberikan gejala somatik yang disebut

sebagai psikosomatik (Narendra, 2002).

4. Anamnesis Tumbuh Kembang Anak

Hal - hal penting yang harus diperhatikan dalam anamnesis tumbuh

kembang anak ialah sebagai berikut :

Page 6: Jtptunimus Gdl Dwianayuni 5135 3 Bab2

13

a. Anamnesis faktor pranatal dan perinatal

Anamnesis harus menyangkut faktor risiko untuk terjadinya

gangguan perkembangan fisik dan mental anak, termasuk faktor risiko

untuk buta, tuli, palsi serebralis, dan lain - lain. Anamnesis juga

menyangkut penyakit keturunan dan apakah ada perkawinan antar

keluarga.

b. Kelahiran prematur

Bayi prematur, karena dia lahir lebih cepat dari kelahiran normal,

maka harus diperhitungkan periode pertumbuhan intrauterin yang tidak

sempat dilalui tersebut.

c. Anamnesis harus menyangkut faktor lingkungan yang mempengaruhi

perkembangan anak

d. Penyakit - penyakit yang dapat mempengaruhi tumbuh kembang dan

malnutrisi.

e. Anamnesis kecepatan pertumbuhan anak

Merupakan informasi yang sangat penting yang harus ditanyakan

pada ibunya pada saat pertama kali datang. Anamnesis yang teliti

tentang perkembangan anak, dapat mengetahui tingkat perkembangan

anak tersebut.

f. Pola perkembangan anak dalam keluarga.

Perkembangan motorik dalam keluarga dapat lebih cepat atau

lambat, demikian pula dengan perkembangan bicara atau kemampuan

Page 7: Jtptunimus Gdl Dwianayuni 5135 3 Bab2

14

mengontrol buang air besar atau buang air kecilnya (Soetjiningsih,

1995).

5. Uji Skrining Perkembangan dengan Metode Denver Development

Screening Test (DDST)

Denver Development Screening Test (DDST) adalah salah satu dari

metode skrining terhadap kelainan perkembangan anak, test ini bukanlah test

diagnostik atau test IQ. DDST menurut Soetjiningsih (1995) merupakan :

a. Test yang mudah dan cepat (15 – 20 menit) dapat diandalkan dan

mempunyai validitas yang tinggi.

b. Test yang secara efektif dapat mengidentifikasikan antara 85 – 100 %

bayi dan anak - anak prasekolah yang mengalami keterlambatan

perkembangan dan pada follow up selanjutnya ternyata 89 % dari

kelompok DDST abnormal mengalami kegagalan di sekolah 5 – 6

tahun kemudian.

Menurut Frankernburg dan Borowitz (1986) DDST tidak hanya

mengidentifikasi lebih dari sebagian dengan kelainan bicara. Dan

Frankernburg melakukan revisi dan standarisasi kembali DDST dan juga

perkembangan pada sektor bahasa ditambah yangh kemudian hasil revisi

dari DDST dinamakan Denver II. Denver II yaitu Bukan tes IQ; Bukan

peramal kemampuan adaptif atau kemampuan intelektual (perkembangan)

anak dimasa mendatang; Tidak dibuat untuk menghasilkan diagnosa

seperti ketidakmampuan belajar (learning disability), kesukaran belajar

Page 8: Jtptunimus Gdl Dwianayuni 5135 3 Bab2

15

(korning disorder), atau gangguan emosional; Tidak untuk subsitusi

evaluasi diagnostik atau pemeriksaan fisik namun lebih kearah

membandingkan kemampuan perkembangan seorang anak dengan

kemampuan anak lain yang seumur.

Denver dibuat untuk menolong petugas kesehatan menentukan secara dini

masalah penyimpangan perkembangan potensial anak berumur kurang dari

enam tahun. Gambaran uji coba denver ini digunakan untuk menilai:

a. Tingkat perkembangan anak sesuai dengan umurnya.

b. Anak - anak yang tampak sehat berumur antara 0 – 6 tahun.

c. Menjaring anak tanpa gejala terhadap kemungkinan adanya kelainan

perkembangan.

d. Memastikan apakah anak dengan kesangkaan ada kelainan benar-benar

ada kelainan perkembangan.

e. Melakukan monitor anak - anak dengan resiko terhadap

perkembangannya (misalnya anak dengan masalah perinatal)

f. Denver II berisi 125 gugus tugas (item) yang disusun dalam formulir

menjadi empat parameter untuk menjaring fungsi - fungsi tersebut

sebagai berikut: Personal sosial (social personal); Motor Halus Adaptif

(Fine Motor Adaptif); Bahasa (language); Motor Kasar (Gross Motor),

(Soetjiningsih, 1995).

6. Penilaian Perkembangan Anak sesuai dengan Tahapan

Page 9: Jtptunimus Gdl Dwianayuni 5135 3 Bab2

16

Pemantauan adalah penilaian secara teratur terhadap proses tumbuh

kembang setiap anak, yang meliputi pertumbuhan fisik dan

perkembangannya dengan menggunakan atau tolok ukur tertentu.

Penilaian tumbuh kembang anak meliputi penilaian pertumbuhan fisik,

gizi, maturitas dan penilaian terhadap perkembangan (Narendra, 2002).

Perkembangan anak mendapat perhatian yang penting untuk

dipahami dengan skrining dapat diketahui adanya masalah perkembangan

pada anak, yang berarti diagnosa pasti dari kelainan tersebut telah

ditetapkan. Skrining hanyalah prosedur rutin dalam pemeriksaan tumbuh

kembang anak sehari - hari yang dapat memberikan petunjuk kalau ada

seseorang yang perlu mendapat perhatian (Soetjiningsih, 1995). Dan masih

diperlukan lagi anamnese yang baik, pemeriksaan fisik yang pasti, dan

pemeriksaan petunjuk lainya agar diagnosis dapat dibuat, intervensi dapat

dilakukan dengan baik. Tujuan dari penilaian perkembangan anak

(Soetjiningsih, 1995) antara lain :

a. Mengetahui kelainan perkembangan anak dan hal - hal lain yang

merupakan resiko terjadinya kelainan perkembangan tersebut.

b. Mengetahui berbagai masalah perkembangan yang memerlukan

pengobatan atau konseling genetik.

c. Mengetahui kapan anak perlu di rujuk ke senter berikutnya.

Menurut Narendra (2002) tahap - tahap penilaian perkembangan

anak antara lain :

a. Pemeriksaan fisik

Page 10: Jtptunimus Gdl Dwianayuni 5135 3 Bab2

17

Dilakukan untuk melengkapi anamnese diperlukan pemeriksaan

fisik, agar diketahui apabila terdapat kelainan fisik yang dapat

mempengaruhi tumbuh kembang anak, misalnya: berbagai sindrom,

penyakit jantung rawan, tanda - tanda penyakit defisiensi, dan lain-

lain.

b. Pemeriksaan neurologi

Dimulai dari anamnese masalah neurology dan keadaan-keadaan

juga dapat mengakibatkan gangguan neurology yang teliti, maka dapat

membantu dalam diagnosis suatu kelainan, misalnya kalau ada

penyakit - penyakit degeneratif, palsi cerebralis, adanya lesi

intrakranial.

c. Skrining gangguan perkembangan anak

Pada tahap ini dianjurkan menggunakan instrument untuk skrining

guna mengetahui kelainan pada perkembangan anak, misalnya dengan

menggunakan Denver Development Screening Test (DDST), test IQ,

atau test psikologi lainnya.

d. Evaluasi pada lingkungan anak

Tumbuh kembang anak merupakan hasil interaksi antara faktor

genetik dengan faktor lingkungan bio - psikososial. Untuk deteksi dini,

kita juga melakukan evaluasi lingkungan anak tersebut, misalnya dapat

digunakan Home Screening Quesionere (HSQ).

e. Evaluasi pada penglihatan dan pendengaran anak

Page 11: Jtptunimus Gdl Dwianayuni 5135 3 Bab2

18

Skrining pendengaran anak melalui anamnese atau menggunakan

audio meter kalau ada alatnya.

f. Evaluasi bahasa dan bicara anak

Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk mengetahui apakah

kemampuan anak dalam berbicara masih dalam batas tertentu yang

normal atau tidak.

g. Evaluasi penyakit metabolik

Salah satu penyebab gangguan pada perkembangan anak adalah

disebabkan oleh adanya penyakit metabolik. Dari anamnese dapat

dicurigai adanya penyakit metabolik apabila ada anggota keluarga

lainnya ada yang terkena penyakit yang sama.

h. Intelegensi dari hasil penemuan

Berdasarkan anamnese dan semua pemeriksaan tersebut dibuat

suatu kesinambungan diagnosis dari gangguan tersebut, kemudian

ditetapkan penatalaksanaanya, konsultasi kemana dan prognosisnya

(Soetjiningsih, 1995).

B. Perkembangan Motorik

1. Pengertian Perkembangan Motorik

Page 12: Jtptunimus Gdl Dwianayuni 5135 3 Bab2

19

F. Perkembangan motorik berarti perkembangan pengendalian

gerakan jasmaniah melalui kegiatan pusat saraf, urat saraf dan otot yang

terkoordinasi. Pengendalian tersebut berasal dari perkembangan refleksi

dan kegiatan masa yang ada pada waktu lahir, sebelum perkembangan

tersebut terjadi anak akan tetap tidak berdaya (Hurlock, 1997).

2. Macam - Macam Perkembangan Motorik

Menurut Steven (2002) dalam perkembangan motorik terdapat dua

macam perkembangan yaitu perkembangan motorik halus dan

perkembangan motorik kasar.

a. Perkembangan motorik halus

Perkembangan motorik halus adalah gerakan tubuh yang

menggunakan otot halus atau sebagian anggota tubuh tertentu yang

dipengaruhi oleh kesempatan belajar dan berlatih.

Misalnya: kemampuan memindahkan benda dari tangan, mencoret -

coret, menyusun balok, menulis.

b. Perkembangan motorik kasar

Perkembangan motorik kasar adalah gerakan tubuh yang

menggunakan otot - otot besar atau sebagian besar atau seluruh

anggota tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri.

Misalnya : kemampuan duduk, menendang, berlari, naik turun tangga.

3. Hal Penting Dalam Mempelajari Keterampilan Motorik

Page 13: Jtptunimus Gdl Dwianayuni 5135 3 Bab2

20

Keterampilan motorik tidak akan berkembang melalui kematangan

saja, melainkan keterampilan juga harus dipelajari. Hal penting yang harus

diperhatikan dalam mempelajari keterampilan motorik adalah sebagai

berikut:

a. Kesiapan Belajar

Apabila pembelajaran itu dikaitkan dengan kesiapan belajar, maka

keterampilan yang dipelajari dengan waktu dan usaha yang sama oleh

orang yang sudah siap, akan lebih unggul ketimbang oleh orang yang

belum siap untuk belajar.

b. Kesempatan Belajar

Banyak anak yang tidak berkesempatan untuk mempelajari

keterampilan motorik karena hidup dalam lingkungan yang tidak

menyediakan kesempatan belajar.

c. Kesempatan Berpraktek

Anak harus diberi waktu untuk berpraktek sebanyak yang

diperlukan untuk menguasai keterampilan.

d. Model Yang Baik

Karena dalam mempelajari keterampilan motorik, meniru suatu

model memainkan peran yang penting, maka untuk mempelajari suatu

keterampilan dengan baik anak harus dapat mencontoh model yang

baik.

e. Bimbingan

Page 14: Jtptunimus Gdl Dwianayuni 5135 3 Bab2

21

Bimbingan juga membantu anak membetulkan sesuatu kesalahan

sebelum kesalahan tersebut terlanjur dipelajari dengan baik sehingga

sulit dibetulkan kembali.

f. Motivasi

Sumber motivasi umum adalah kepuasan pribadi yang diperoleh

anak dari kegiatan tersebut, kemandirian, dan gengsi yag diperoleh dari

kelompok sebayanya.

g. Meniru

Belajar dengan meniru atau mengamati suatu model, (orang tua

atau anak tertua) lebih cepat ketimbang belajar dengan coba tetapi

dibatasi oleh kesalahan yang terdapat dalam model tersebut.

h. Pelatihan

Belajar dengan bimbingan atau supervisi, pada waktu model

memperlihatkan keterampilan dan memperhatikan bahwa anak

menirunya dengan tepat (Hurlock, 1997).

C. Perkembangan Motorik Kasar Anak Balita

Perkembangan motorik kasar adalah perkembangan dari unsur

pematangan dan pengendalian gerak tubuh dan perkembangan tersebut erat

kaitannya dengan perkembangan pusat motorik diotak (DepKes, 1997).

Motorik kasar merupakan gerakan tubuh yang membutuhkan

keseimbangan dan koordinasi antar anggota tubuh atau dengan kata lain

merupakan gerakan yang menggunakan otot – otot besar, sebagian atau

seluruh anggota tubuh. Misalnya: berjalan, berlari, melompat, duduk,

Page 15: Jtptunimus Gdl Dwianayuni 5135 3 Bab2

22

menendang, memanjat, dan sebagainya. Perkembangan motorik kasar tidak

hanya dipengaruhi oleh kemmpuan fisik, tetapi juga kesiapan psikis sikecil

untuk melakukannya seperti memanjat, berlari (Kurniasih, 2008).

Aktifitas sensorik motorik adalah komponen yang paling besar pada

semua umur tetapi paling dominan pada balita. Pada balita akan diperoleh

stimulasi fisual, stimulasi pendengaran, sentuhan, dan stimulasi kinetik

(Suherman, 2000).

1. Faktor - faktor yang berpengaruh dengan perkembangan motorik

kasar anak balita

Motorik kasar anak balita dipengaruhi oleh dua faktor pokok yaitu

keturunan (genetik) dan lingkungan (psikososial) ada dua faktor tersebut

yang dapat diuraikan menjadi berbagai macam faktor yang secara khusus

dan langsung berpengaruh dengan perkembangan motorik kasar anak

balita menurut Suryanah (1996) adalah sebagai berikut :

a. Faktor Keturunan atau Genetik

Pengaruh genetik ini bersifat heredo - konstitusional yang berarti

bahwa bentuk untuk konstitusi seseorang ditentukan oleh faktor

keturunan. Faktor hereditas akan berpengaruh pada cepat

pertumbuhan, kematangan, penulangan, gizi, alat seksual dan saraf.

Walaupun konstitusi seseorang ditentukan oleh bakat, namun

faktor lingkungan memberi pengaruh dan sudah mulai berperan sejak

konsepsi, dalam perkembangan embrional intrauteri dan seterusnya.

b. Faktor Hormon

Page 16: Jtptunimus Gdl Dwianayuni 5135 3 Bab2

23

Hormon – hormon yang berpengaruh adalah hormon pertumbuhan

(growth hormon / GH) yang merangsang pertumbuhan epifise dari

pusat tulang paling panjang, tanpa GH anak akan tumbuh dengan

lambat dan kematangan seksualnya terhambat. Pada keadaan

hipopituarisme terjadi dengan gejala – gejala anak bertumbuh pendek,

anak genetalia kecil, dan hipoglikemi berat. Sebaliknya yang terjadi

pada hiperpituitari, kelainan yang timbul yaitu akromegali yang

disebabkan oleh hipersekresi GH, gigantisme, serta hormon kelenjar

tiroid yang pengaruhi pertumbuhan.

c. Faktor Gizi

Kecukupan pangan yang esensial baik kualitas atau kuantitas

sangat penting untuk pertumbuhan normal. Pada malnutrisi protein

kalori yang berat terjadi kelambatan pertumbuhan tulang dan maturasi,

kelambatan penyatuan epivisi sekitar satu tahun dibandingkan dengan

anak gizi cukup, dan proses pubertas juga terlambat. Banyak zat atau

unsur yang penting untuk pertumbuhan, yaitu yodium, kalsium, fosfor,

magnesium, besi, flour. Bermacam vitamin, misalnya vitamin A, B12,

C dan D dapat mempengaruhi pertumbuhan anak.

d. Faktor Lingkungan

1) Faktor fisik, termasuk sinar matahari, udara segar, sanitasi,

populasi, iklim dan teknologi.

Page 17: Jtptunimus Gdl Dwianayuni 5135 3 Bab2

24

2) Lingkungan biologis, termasuk didalamnya hewan dan tumbuhan;

lingkungan sehat; pembuangan sampah dan air limbah rumah

tangga harus baik; halaman rumah yang baik.

3) Lingkungan psikososial, termasuk didalamnya latar belakang

keluarga, hubungan dalam keluarga, cara anak dibesarkan dan

interaksi dengan masyarakat sekitar.

e. Faktor Sosial Ekonomi

1) Faktor ekonomi sangat mempengaruhi keadaan sosial, keluarga,

jika keadaan ini baik maka dapat menjamin terpenuhinya

kebutuhan pokok keluarga. Dan akan lebih terjamin bagi anggota

keluarga untuk mendapatkan pendidikan yang baik pula.

2) Faktor politik serta keamanan serta dan pertahanan suatu negara

juga sangat berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak.

3) Faktor lain yang berpengaruh adalah pelayan kesehatan yang

didapat selama tumbuh kembangnya.

2. Parameter Perkembangan Motorik Kasar Anak

Adapun perkembangan motorik kasar anak antara lain :

1) Berdiri 2 detik; 2) Berdiri dua detik; 3) Berdiri sendiri;4) Membungkuk

kemudian berdiri; 5) Berjalan dengan baik;6) Berjalan mundur; 7) Lari; 8)

Berjalan naik tangga; 9) Menendang bola kedepan; 10) Melompat; 11)

Melempar bola tangan keatas; 12) Loncat jauh; 13) Berdiri 1 kaki 1 detik;

14) Berdiri 1 kaki 2 detik; 15) Melompat dengan 1 kaki; 16) Berdiri 1 kaki

Page 18: Jtptunimus Gdl Dwianayuni 5135 3 Bab2

25

3 detik; 17) Berdiri 1 kaki 4 detik; 18) Berdiri 1 kaki 5 detik; 19) Berjalan

tumit kejari kaki; 20) Berdiri 1 kaki 6 detik ( Soetjiningsih, 1995).

3. Stimulasi perkembangan Motorik Kasar

Stimulasi adalah perangsangan yang datangnya dari lingkungan

diluar individu anak (Nursalam, 2005).

Tujuan tindakan memberikan stimulasi pada anak adalah untuk

membantu anak mencapai tingkat perkembangan yang sesuai yang

diharapkan. Stimulasi dilakukan oleh orang tua atau keluarga setiap ada

kesempatan atau sehari - hari. Stimulasi disesuaikan dengan umur dan

prinsip stimulasi. Tindakan pemberian stimulasi dilakukan dengan prinsip

bahwa stimulasi merupakan ungkapan rasa kasih sayang bermain dengan

anak berbahagia bersama. Stimulasi dilakukan bertahap dan berkelanjutan.

Perkembangan dan stimulasi yang diperlukan bagi kesehatan anak

khususnya mengenai perkembangan motorik kasar anak balita sebagai

berikut :

a. Bayi umur 12 – 18 bulan

1) Tugas perkembangan (keterampilan yang harus dicapai) : berjalan

sendiri tidak jatuh.

2) Stimulasi yang diperlukan : melatih anak naik turun tangga.

b. Bayi umur 18 – 24 bulan

1) Tugas perkembangan (keterampilan yang harus dicapai) : berjalan

mundur lima langkah.

2) Stimulasi yang diperlukan : melatih anak berdiri dengan satu kaki.

Page 19: Jtptunimus Gdl Dwianayuni 5135 3 Bab2

26

c. Anak umur 2 – 3 tahun

1) Tugas perkembangan (keterampilan yang harus dicapai) : berdiri

dengan satu kaki tanpa berpegangan, sedikitnya dua hitungan.

2) Stimulasi yang diperlukan : melatih anak melompat dengan satu

kaki.

d. Anak umur 3 – 4 tahun

1) Tugas perkembangan (keterampilan yang harus dicapai) : berjalan

jinjit.

2) Stimulasi yang diperlukan : melatih anak melompat dengan satu

kaki.

e. Anak umur 4 – 5 tahun

1) Tugas perkembangan (keterampilan yang harus dicapai) : berdiri

dengan satu kaki.

2) Stimulasi yang diperlukan : memberi kesempatan anak melakukan

permainan yang memerlukan ketangkasan dan kelincahan

(Suherman, 2000).

D. Anak Usia Balita

1. Pengertian

Balita adalah kelompok anak umur dibawah lima tahun, masa

balita merupakan periode penting dalam tumbuh kembang anak.

Pertumbuhan dasar pada masa balita ini akan mempengaruhi dan

menentukan perkembangan anak selanjutnya. Perkembangan kemampuan

bahasa, kreativitas, kesadaran sosial, emosional, dan intelegensinya

Page 20: Jtptunimus Gdl Dwianayuni 5135 3 Bab2

27

berjalan sangat cepat dan merupakan landasan perkembangan berikutnya

(Soetjiningsih, 1995).

2. Klasifikasi Anak Usia Balita

Lewer (1996) membagi tahap perkembangan untuk anak usia balita

meliputi usia balita (0-1 tahun), usia bermain atau toddler (1-3 tahun), dan

usia pra sekolah (3-5 tahun).

a. Usia Bayi (0-1 tahun)

Pertumbuhan dan perkembangan pada usia bayi yang cepat yaitu

aspek kognitif, motorik, sosial, juga pembentukan percaya diri anak

melalui perhatian dan pemenuhan kebutuhan dasar dari orang tua.

b. Usia Toddler (1-3 tahun)

Toddler menunjukkan perkembangan motorik yang lebih lanjut

dan anak menunjukkan aktivitas lebih banyak bergerak,

mengembangkan kemampuan rasa ingin tahu dan eksplorasi terhadap

benda disekelilingnya, pada periode toddler resiko terjadi kecelakaan

harus diwaspadai.

Perkembangan bahasa pada anak usia ini meningkat, gerakan dan

pengamatannya dapat memberitahukan keinginan dan kebutuhan

dalam bahasa. Anak mengalami perkembangan terutama dengan

ibunya, karena anak hanya mengenal kepentingan orang lain. Pada usia

2 dan 3 tahun mencapai suatu pazzle gemar memprotes, masa ini

disebut kopigheid’s periode (berkeras kepala).

Page 21: Jtptunimus Gdl Dwianayuni 5135 3 Bab2

28

c. Usia Pra Sekolah (3-5 tahun)

Pada tahap perkembangan anak usia pra sekolah ini, anak mulai

menguasai berbagi keterampilan fisik, bahasa, dan anakpun mulai

memiliki rasa percaya diri untuk mengeksplorasi kemandiriannya

(Hurlock, 1997).

E. Antropometri

1. Pengertian Pengukuran Antropometri

Pengukuran Antropometri adalah pengukuran yang digunakan untuk

menentukan keadaan gizi seseorang. Agar memperoleh hasil yang

tepat diperlukan suatu patokan sebagai pedoman. Adapun pedoman

antropometri bagi penentuan keadaan gizi merupakan parameter yang

dipilih dan dianjurkan, yang meliputi penilaian terhadap usia, berat

badan, panjang / tinggi badan, lingkar lengan atas, dan pengukuran ini

menggunakan standar referensi untuk Indonesia (Suryanah, 1996).

2. Ukuran Antropometri

Ukuran - ukuran tubuh (Antropometri) merupakan refleksi dari

pengaruh faktor genetik dan lingkungan. Faktor - faktor lingkungan yang

berkaitan langsung dengan gizi antara lain konsumsi makanan dan

penyakit – penyakit infeksi, sedangkan yang tidak berhubungan langsung

antara lain kegiatan fisik, pola perkembangan tubuh menurut umur dan

jenis kelamin(Suhardjo, 1998).

Page 22: Jtptunimus Gdl Dwianayuni 5135 3 Bab2

29

Untuk menilai pertumbuhan fisik anak, sering digunakan ukuran – ukuran

antropometri yang dibedakan menjadi 2 kelompok yang meliputi :

tergantung umur, antara lain :

a. Berat badan (BB) terhadap umur.

b. Tinggi atau panjang badan (TB) terhadap umur.

c. Lingkaran kepala (LK) terhadap umur.

d. Lingkaran lengan atas (LLA) terhadap umur.

Kesulitan menggunakan cara ini adalah menetapkan umur anak yang

tepat, karena tidak semua anak mempunyai catatan mengenai tanggal

lahirnya (Soetjiningsih, 1995).

3. Berat Badan menurut Umur (BB/U)

Berat badan (BB) merupakan salah satu antropometri yang

memberikan gambaran tentang massa tubuh (tulang, otot, dan lemak).

Karena massa tubuh sangat sensitif terhadap perubahan keadaan yang

mendadak (Suhardjo, 1998).

Berat badan merupakan ukuran antropometri yang terpenting, dipakai pada

setiap kesempatan memeriksa kesehatan pada semua kelompok umur.

Berat badan merupakan hasil peningkatan / penurunan semua jaringan

yang ada pada tubuh. Berat badan dipakai sebagai indikator terbaik

pada saat ini untuk mengetahui keadaan gizi dan tumbuh kembang

anak, sensitif terhadap perubahan sedikit saja, pengukuran obyektif

dan dapat diulangi, dapat menggunakan timbangan apa saja yang

Page 23: Jtptunimus Gdl Dwianayuni 5135 3 Bab2

30

relatif murah, mudah dan tidak memerlukan banyak waktu (Nursalam,

2005).

Berat badan merupakan suatu parameter yang dapat memberikan

gambaran massa tubuh. Massa tubuh sangat sensitif terhadap perubahan -

perubahan yang mendadak, misalnya karena terserang penyakit infeksi,

menurunnya nafsu makan atau menurunnya jumlah makanan yang

dikonsumsi. Berat badan adalah parameter antropometri yang sangat labil

(Supariasa, 2002).

Kerugiannya indikator berat badan ini tidak sensitif terhadap

proporsi tubuh, misalnya pendek gemuk, tinggi kurus. Menurut Supariasa

(2002) indikator berat badan dimanfaatkan dalam klinik untuk :

a. Bahan informasi untuk menilai keadaan gizi baik yang akut maupun

yang kronis, tumbuh kembang dan kesehatan.

b. Memonitor keadaan kesehatan, misalnya pada pengobatan penyakit.

c. Dasar penghitungan dosis obat dan makanan yang perlu diberikan

Dalam keadaan normal, dimana keadaan kesehatan baik dan

keseimbangan antara konsumsi dan kebutuhan zat gizi terjamin, berat

badan berkembang mengikuti pertambahan umur. Sebaliknya dalam

keadan yang abnormal, terdapat dua kemungkinan perkembangan berat

badan, yaitu dapat berkembang lebih cepat atau lebih lambat dari keadaan

normal. Berdasarkan sifat-sifatnya, maka indeks berat badan menurut

umur (BB / U) digunakan sebagai salah satu indikator status gizi, dan

karena sifat berat badan yang labil, maka indeks berat badan menurut

Page 24: Jtptunimus Gdl Dwianayuni 5135 3 Bab2

31

umur lebih menggambarkan status gizi seseorang saat ini (Current

Nutritional status), (Suhardjo, 1998).

Indeks berat badan menurut umur mempunyai beberapa kelebihan

yaitu :

a. Lebih mudah dan lebih cepat dimengerti oleh masyarakat umum.

b. Baik untuk mengukur status gizi akut dan kronis.

c. Berat badan dapat difluktuasi (naik turun).

d. Sangat sensitif terhadap perubahan – perubahan kecil.

e. Dapat mendeteksi kegemukan (over weigth), (Supariasa, 2002).

Adapun kelebihan indeks berat badan menurut umur mempunyai

beberapa kekurangan yaitu :

a. Dapat mengakibatkan interpretasi status gizi yang keliru bila terdapat

endema maupun asites.

b. Di daerah pedesaan yang masih terpencil dan tradisional, umur sering

sulit ditaksir secara tepat karena pencatatan umur yang belum baik.

c. Memerlukan data umur yang akurat, terutama untuk anak dibawah usia

lima tahun.

d. Sering terjadi kesalahan dalam pengukuran seperti pengaruh pakaian

atau gerakan anak pada saat penimbangan.

e. Secara operasional sering mengalami hambatan karena masalah sosial

budaya setempat. Dalam hal ini orang tua tidak mau menimbang

anaknya, karena dianggap seperti barang dagangan dan sebagainya

(Supariasa, 2002).

Page 25: Jtptunimus Gdl Dwianayuni 5135 3 Bab2

32

4. Tinggi Badan menurut Umur (BB/U)

Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan

keadaan pertumbuhan skeletal (Suhardjo, 1998). Tinggi badan juga

merupakan ukuran antropometri kedua yang penting, keistimewaannya

adalah nilai tinggi badan meningkat terus, walaupun laju tumbuh berubah

dari pesat pada masa bayi muda kemudian melambat dan menjadi pesat

lagi (Growth Spurt) pada masa remaja. Selanjutnya melambat lagi dengan

cepatnya kemudian berhenti dengan nilai tinggi dipakai untuk dasar

perbandingan terhadap perubahan – perubahan relatif seperti nilai berat

dan lingkaran lengan atas. Peningkatan nilai rata – rata tinggi orang

dewasa suatu bangsa merupakan salah satu indikator peningkatan

kesejahteraan / kemakmuran, jika potensi genetik belum mencapai secara

maksiamal (Narendra, 2002).

Keuntungan indikator tinggi badan ini adalah pengukurannya

obyektif dan dapat diulang, alat dapat dibuat sendiri, murah dan mudah

dibawa, merupakan indikator yang baik untuk gangguan pertumbuhan

fisik yang sudah lewat (Stunting), sebagai perbandingan terhadap

perubahan – perubahan relatif, seperti terhadap nilai berat badan (BB) dan

lingkar lengan atas (LLA). Sedangkan kerugian dari indikator tinggi badan

ini adalah perubahan tinggi badan relatif pelan, sukar mengukur tinggi

badan yang tepat, dan kadang – kadang diperlukan lebih dari seorang

tenaga (Supariasa, 2002).

Page 26: Jtptunimus Gdl Dwianayuni 5135 3 Bab2

33

Disamping itu dibutuhkan dua macam teknik pengukuran, pada

anak umur kurang dari 2 tahun dengan posisi tidur terlentang (panjang

supinasi) dan pada umur lebih dari 2 tahun dengan posisi berdiri. Panjang

supinasi pada umumnya 1 cm lebih panjang, daripada tinggi badan pada

anak yang sama meski diukur dengan teknik pengukuran yang terbaik an

secara cermat (Soetjiningsih, 1995).

Dalam keadaan normal, tinggi badan tumbuh bersamaan dengan

pertambahan umur. Pertumbuhan tinggi badan tidak seperti berat badan,

relatif kurang sensitif terhadap masalah kekurangan gizi dalam waktu yang

pendek. Pengaruh kekurangan zat gizi teadap tinggi badan akan nampak

dalam waktu yang relatif lama. Berdasarkan sifat ini indeks tinggi badan

menurut umur (TB/U) lebh menggambarkan tatus gizi masa lalu

(Suhardjo, 1998).

Menurut Beaton dan Bengoa (1973) menyatakan bahwa indeks

tinggi badan mewnurut umur (TB/U) disamping memberikan gambaran

status gizi masa lampau, juga lebih erat kaitannya dengan status sosial –

ekonomi. Oleh karena itu indeks tinggi badan tinggi badan menurut umur

(TB/U) selain digunakan suatu indikator perkembangan keadaan sosial

ekonomi masyarakat.

Indeks tinggi badan menurut umur mempunyai beberapa

keuntungan yaitu :

a. Baik untuk menilai status gizi masa lampau.

Page 27: Jtptunimus Gdl Dwianayuni 5135 3 Bab2

34

b. Ukuran panjang atau tinggi badan dapat dibuat sendiri, murah dan

mudah dibawa (Supariasa, 2002).

Adapun kelemahan indeks tinggi badan menurut umur yaitu :

a. Tinggi badan tidak cepat naik, bahkan tidak mungkin turun.

b. Pengukuran relatif sulit dilakukan karena anak harus berdiri tegak,

sehingga diperlukan dua orang untuk melakukannya.

c. Ketepatan umur sulit didapat (Supariasa, 2002).

5. Patokan Baku

Menurut Suryanah (1996), pengukuran antropometri khususnya

dalam indeks berat badan menurut umur menggunakan baku patokan

sebagai berikut:

a. Pola Tumbuh Kembang

Pola tumbuh kembang angka menunjukkan variasi normal yang

luas, sehingga perlu cara dan istilah statistik untuk menilainya.

Terdapat tiga macam cara untuk menunjukkan suatu variasi normal,

yang pada umumnya disusun dalam bentuk tabel atau dalam kartu

pertumbuhan, yaitu:

1) Menggunakan Mean dan SD

Mean adalah nilai rata - rata ukuran anak yang dianggap

normal, dengan cara ini anak dapat ditentukan posisinya yaitu:

a) Mean ± 1 SD mencakup 66.6%

b) Mean ± 2 SD mencakup 95%

c) Mean ± 3 SD mencakup 97,7%

Page 28: Jtptunimus Gdl Dwianayuni 5135 3 Bab2

35

2) Menggunakan Persentil

Besarnya persentil menunjukkan posisi suatu hasil

pengukuran dalam urutan yang khas, yaitu dari terkecil sampai

yang terbesar, dari 100 hasil pengukuran (100%). Persentil ke 10

berarti bahwa anak tersebut berada pada posisi anak ke 10 dari

bawah, dimana 9 anak lebih kecil darinya dan 90 anak lebih besar

darinya. Untuk persentil ke 50 berarti bahwa anak tersebut berada

pada urutan ke 50, sehingga jumlah yang sama berada dibawah dan

diatasnya.

3) Menggunakan Persentasi

Besarnya variasi normal berada diantara persentasi tertentu,

terhadap suatu nilai patokan yang dianggap 100%. Misalnya pada

Lokakarya Antropometi Gizi Dep. Kes. 1975 bahwa:

a) Nilai 10% untuk berat adalah nilai persentil ke 50 dari Baku

Harvard.

b) Variasi normal berada antara 80-110%

b. Baku Antropometri Gizi

Dalam baku antropometri gizi terdapat dua macam cara untuk

menunjukkan suatu variasi normal sebagai berikut:

1) Baku Boston atau Harvard

Data ditunjukkan dalam persentil untuk berat badan

menurut umur dan tinggi badan menurut umur, dari data tersebut

Page 29: Jtptunimus Gdl Dwianayuni 5135 3 Bab2

36

juga dihitung nilai median dari berat badan terhadap menurut

tinggi badan.

2) Baku Tanner

Data di Inggris dikumpulkan oleh Tanner dari populasi

yang homogen, yang digunakan untuk menyusun baku pertumbuan

untuk Inggris.

c. Baku NCHS (National Center for Health Statisic)

Baku NCHS berupa tabel dan kartu yang berisi kombinasi dua

patokan populasi:

1) Tabel untuk anak dari lahir sampai tiga tahun, dikumpulkan oleh

Fels Research Institut.

2) Tabel untuk anak umur 2-18 tahun (dua tahun sampai delapan

belas tahun), berdasarkan data yang dikumpulkan oleh Health

Examination Survey dari NCHS. Pada tabel dan kartu tersedia

untuk berat badan, tinggi badan, tebal lipatan kulit, lingkar kepal

dan lingkar lengan atas. WHO meggunakan NCHS sebagai

patokan baku karena intrepetasi yang dibuat NCHS adalah lebih

berguna dan jelas bagi individu dan kelompok (Supariasa, 2002).

6. Hasil Penelitian di Indonesia

Penelitian Jumadias (1964) pada usia 6-18 tahun dengan

menggunakan persentil untuk berat dan tinggi, sedangkan penelitian

Sugiono dan Pelenkahu (1964) untuk bayi, menggunakan nilai rata – rata

berat dan tinggi badan (Soetjiningsih, 1995).

Page 30: Jtptunimus Gdl Dwianayuni 5135 3 Bab2

37

Tabel 2.1 Standar Berat menurut Umur (BB/U) Balita

untuk Anak Laki-laki dan Perempuan Menurut Suhardjo ( 1998 )

Umur Batas Batas Batas Angka (bln) buruk- kurang- sedang- baku Kurang sedang sedang (100%) (60%) (70%) (80%)

Lk Pr Lk Pr Lk Pr Lk Pr 0 2.0 1.9 2.3 2.3 2.6 2.6 3.3 3.2 1 2.6 2.4 3.0 2.8 3.4 3.2 4.3 4.0 2 3.1 2.8 3.6 3.3 4.2 3.8 5.2 4.7 3 3.6 3.2 4.2 3.8 4.8 4.3 6.0 5.4 4 4.0 3.6 4.7 4.2 5.3 4.8 6.7 6.0 5 4.4 4.0 5.1 4.7 5.8 5.3 7.3 6.7 6 4.7 4.3 5.6 5.0 6.3 5.8 7.8 7.2 7 5.0 4.6 5.8 5.4 6.7 6.2 8.3 7.7 8 5.3 4.9 6.1 5.7 7.0 6.5 8.8 8.2 9 5.5 5.1 6.4 6.0 7.3 6.8 9.2 8.6 10 5.7 5.4 6.7 6.2 7.6 7.1 9.5 8.9 11 5.9 5.5 6.9 6.5 7.9 7.4 9.9 9.2 12 6.1 5.7 7.1 6.7 8.1 7.6 10.1 9.5 13 6.2 5.9 7.3 6.9 8.3 7.8 10.4 9.8 14 6.4 6.0 7.5 7.0 8.5 8.0 10.6 10.0 15 6.5 6.1 7.6 7.2 8.7 8.2 10.9 10.2 16 6.6 6.3 7.8 7.3 8.9 8.4 11.1 10.5 17 6.8 6.4 7.9 7.4 9.0 8.5 11.3 10.6 18 6.9 6.5 8.0 7.6 9.2 8.7 11.5 10.8 19 7.0 6.6 8.2 7.7 9.3 8.8 11.7 11.0 20 7.1 6.7 8.3 7.8 9.5 9.0 11.8 11.2 21 7.2 6.8 8.4 8.0 9.6 9.1 12.0 11.4 22 7.3 6.9 8.6 8.1 9.8 9.2 12.2 11.5 23 7.4 7.1 8.8 8.3 10.1 9.5 12.6 11.7 24 7.6 7.1 8.8 8.3 10.1 9.5 12.6 11.9 25 7.7 7.2 8.9 8.5 10.2 9.7 12.8 12.1 26 7.8 7.4 9.1 8.6 10.4 9.8 13.0 12.3 27 7.9 7.5 9.2 8.7 10.5 9.9 13.1 12.4 28 8.0 7.6 9.3 8.8 10.7 10.1 13.3 12.6 29 8.1 7.7 9.4 8.9 10.8 10.2 13.5 12.8 30 8.2 7.8 9.6 9.1 10.9 10.3 13.7 12.9 31 8.3 7.9 9.7 9.2 11.0 10.5 13.8 13.1 32 8.4 8.0 9.8 9.3 11.2 10.6 14.0 13.3 33 8.5 8.1 9.9 9.4 11.4 10.7 14.2 13.4 34 8.6 8.2 10.1 9.5 11.5 10.9 14.4 13.6 35 8.7 8.3 10.2 9.6 11.6 11.0 14.5 13.8 36 8.8 8.5 10.2 9.9 11.7 11.3 14.6 14.1

Page 31: Jtptunimus Gdl Dwianayuni 5135 3 Bab2

38

37 8.9 8.6 10.4 10.0 11.8 11.4 14.8 14.3 38 9.0 8.7 10.5 10.1 12.0 11.5 15.0 14.4 39 9.1 8.8 10.6 10.2 12.1 11.7 15.2 14.6 40 9.2 8.9 10.7 10.3 12.3 11.8 15.3 14.8 41 9.3 8.9 10.9 10.4 12.4 11.9 15.5 14.9 42 9.4 9.0 11.0 10.5 12.5 12.1 15.7 15.1 43 9.5 9.1 11.1 10.7 12.7 12.2 15.8 15.2 44 9.6 9.2 11.2 10.8 12.8 12.3 16.0 15.4 45 9.7 9.3 11.3 10.9 13.0 12.4 16.2 15.5 46 9.8 9.4 11.4 11.0 13.1 12.5 16.4 15.7 47 9.9 9.5 11.6 11.1 13.2 12.7 16.5 15.8 48 10.0 9.6 11.7 11.2 13.4 12.8 16.7 16.0 49 10.1 9.7 11.8 11.3 13.5 12.9 16.9 16.1 50 10.2 9.7 11.9 11.4 13.6 13.0 17.0 16.2 51 10.3 9.8 12.0 11.5 13.8 13.1 17.2 16.4 52 10.4 9.9 12.1 11.6 13.9 13.2 17.4 16.5 53 10.5 10.0 12.3 11.7 14.0 13.3 17.5 16.6 54 10.6 10.1 12.4 11.8 14.1 13.4 17.7 16.8 55 10.7 10.2 12.5 11.9 14.3 13.6 17.8 17.0 56 10.8 10.3 12.6 12.0 14.4 13.7 18.0 17.1 57 10.9 10.3 12.7 12.1 14.5 13.8 18.2 17.2 58 11.0 10.4 12.8 12.2 14.7 13.9 18.3 17.4 59 11.1 10.5 13.0 12.3 14.8 14.0 18.5 17.5 60 11.2 10.6 13.1 12.4 14.9 14.1 18.7 17.7

Page 32: Jtptunimus Gdl Dwianayuni 5135 3 Bab2

39

Tabel 2.2 Standar Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U) Balita untuk Anak Laki – laki dan Perempuan Menurut Suhardjo ( 1998 )

Umur Batas Batas Batas Angka (bln) buruk- kurang- sedang- baku kurang sedang sedang (100) (85%) (90%) (95%) LK PR LK PR LK PR LK PR

Panjang Badan (Diukur Tidur)

0 42,9 42,4 45,5 44,9 48,0 47,4 50,5 49,9 1 46,4 45,5 49,1 48,2 51,8 50,9 54,6 53,5 2 49,4 48,2 52,3 51,1 55,2 53,9 58,1 56,8 3 51,0 50,6 55,0 53,6 58,1 56,6 61,1 59,5 4 54,0 52,7 57,3 55,8 60,5 58,9 63,7 62,0 5 56,0 54,5 59,3 57,7 62,6 60,9 65,9 64,1 6 57,0 56,0 61,0 59,3 64,4 62,6 67,8 65,9 7 59,1 57,4 62,5 60,8 66,0 64,2 69,5 67,6 8 60,3 58,7 63,9 62,2 67,4 65,6 71,00 69,1 9 61,5 59,9 65,1 63,4 68,7 66,9 72,3 70,4 10 62,6 61,0 66,3 64,6 70,0 68,2 73,6 71,8 11 63,7 62,1 67,4 65,8 71,1 69,4 74,9 73,1 12 64,7 63,2 68,5 66,9 72,3 70,6 76,1 74,3 13 65,7 64,2 69,5 67,9 73,4 71,7 77,2 75,5 14 66,6 65,2 70,5 69,0 74,4 72,8 78,3 76,7 15 67,5 66,1 71,5 70,0 75,4 73,9 79,4 77,8 16 68,4 67,0 72,4 71,8 76,4 74,9 80,4 78,9 17 69,2 67,9 73,3 71,8 77,4 75,9 91,4 79,9 18 70,0 68,8 74,2 72,8 78,3 76,9 82,4 80,9 19 70,8 69,6 75,0 73,7 79,2 77,8 83,3 81,9 20 71,6 70,4 75,8 74,6 80,2 78,7 84,2 82,9 21 72,4 71,0 76,6 75,4 80,9 79,6 85,1 83,8 22 73,1 72,0 77,4 76,2 81,7 80,5 86,0 84,7 23 73,8 72,8 78,1 77,0 82,5 71,3 86,8 85,6 24 74,5 73,5 78,9 77,8 83,3 82,3 87,6 86,5

Tinggi Badan ( Diukur Berdiri )

25 73,5 72,6 77,8 76,8 82,1 81,1 86,4 85,4 26 74,2 73,3 78,5 77,6 82,9 81,9 87,2 86,2 27 74,9 74,0 79,3 78,3 83,7 82,9 88,1 87,0 28 75,5 74,7 80,0 79,1 84,4 83,5 88,9 87,9 29 76,2 75,4 80,7 79,8 85,2 84,2 89,7 88,7 30 76,9 76,0 81,4 80,5 85,9 85,0 90,4 89,5 31 77,5 76,7 82,1 81,2 86,6 85,7 91,2 90,2 32 78,2 77,3 82,8 81,5 87,4 86,4 92,0 91,0

Page 33: Jtptunimus Gdl Dwianayuni 5135 3 Bab2

40

33 78,8 78,0 83,4 82,6 88,1 87,2 92,7 91,7 34 79,4 78,6 84,1 83,2 88,8 87,9 93,5 92,5 35 80,1 79,2 84,8 83,9 89,5 88,5 94,2 93,2 36 80,7 79,8 85,4 84,5 90,2 89,2 94,9 93,9 37 81,3 80,4 86,1 85,1 90,9 89,9 95,6 94,6 38 81,9 81,0 86,7 85,8 91,5 90,5 96,3 95,3 39 82,5 81,6 87,3 86,4 92,2 91,2 97,0 96,0 40 83,1 82,1 87,6 87,0 92,8 91,8 97,7 96,6 41 83,6 82,7 88,0 87,6 93,5 92,4 98,4 97,3 42 84,2 83,8 88,6 88,1 94,1 93,0 99,1 97,9 43 84,8 84,3 89,2 88,7 94,8 93,6 99,7 98,6 44 85,3 84,8 89,8 89,3 95,4 94,2 100,4 99,2 45 85,9 85,4 90,4 89,8 96,0 94,8 101,0 99,8 46 86,4 85,9 90,3 90,4 96,6 95,4 101,7 100,4 47 87,0 86,4 91,5 90,9 97,2 96,0 102,3 101,0 48 87,5 86,9 92,1 91,5 97,8 96,5 102,9 101,6 49 88,0 87,4 93,2 92,0 98,4 97,1 103,6 102,2 50 88,6 87,9 93,8 92,5 99,0 97,7 104,2 102,8 51 89,1 88,4 94,3 93,0 99,5 98,2 104,8 103,4 52 89,6 88,8 94,8 93,6 100,1 98,8 105,4 104,0 53 90,1 89,3 95,4 94,1 100,7 99,3 106,0 104,5 54 90,6 89,8 95,9 94,6 101,2 99,8 106,6 105,1 55 91,1 90,3 96,4 95,1 101,8 100,4 107,1 105,6 56 91,6 90,7 96,9 95,6 102,3 100,9 107,7 106,2 57 92,0 91,2 97,4 96,1 102,9 101,9 108,3 106,7 58 92,5 91,7 97,9 96,6 103,4 102,4 108,8 107,3 59 93,0 92,1 98,4 97,1 103,9 103,0 109,4 107,8 60 93,4 92,5 99,9 97,5 104,4 103,4 109,9 108,0

Page 34: Jtptunimus Gdl Dwianayuni 5135 3 Bab2

F. Kerangka Teori

Bagan 1. Kerangka Teori (Faktor – faktor yang mempengaruhi perkembangan motorik kasar anak balita)

Sumber: Suryanah (1996)

G. Kerangka Konsep

Bagan 2. Kerangka Konsep

Faktor gizi

Faktor hormonal

Faktor lingkungan

Faktor sosial budaya

Perkembangan motorik kasar

Ukuran antropometri (Berat badan dan Tinggi badan)

Faktor keturunan

Variable Independen

Berat Badan

Variabel Dependen

Perkembangan Motorik kasar

Stimulasi anak

Variabel Independen

Tinggi Badan

Variabel Dependen

Perkembangan Motorik Kasar