kerukunan antar umat beragama

22

Click here to load reader

Upload: hasansby

Post on 13-Aug-2015

33 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Kerukunan Antar Umat Beragama

Kerukunan antar Umat Beragama

Dalam kehidupan bermasyarakat kita sebagai umat islam tidak bisa mengelak

untuk berhubungan dengan umat agama lain. Dalam pandangan syariat Islam, non

muslim itu bisa diklasifikasikan menjadi dua macam, yaitu kafir harbi (ahlul harb) dan

kafir zimmi (ahlu zimmah).

Kafir harbi adalah orang-orang kafir yang sedang terlibat pertempuran dengan

muslimin. Darah mereka halal untuk ditumpahkan sebagaimana mereka pun punya

hak untuk membunuh muslimin. Hubungan antara ahlul harb dengan muslimin

memang hubungan bunuh membunuh di dalam wilayah konflik. Sedangkan kafir

zimmi adalah non muslim yang aman, tidak mengganggu pihak muslim.

Tampak bahwa pembagian di atas, kedua klasifikasi sangat tajam bedanya.

Pada kenyataannya hubungan dengan non muslim tidak dapat dibedakan setajam itu.

Berbagai variasi derajat ke-dzimmi-an terjadi pada masa kini. Ada yang 100% aman,

ada yang kadang-kadang mengganggu ketentraman orang islam, sampai ada yang

terang-terangan memusuhi umat islam (harbi).

Beberapa tingkatan dalam berhubungan dengan non-muslim akan dipaparkan di sini.

1. Non muslim yang tidak mengganggu (dzimmi)

Non muslim yang seperti ini harus mendapat perlindungan dari komunitas

muslim, sesuai dengan prinsip ajaran islam yang rahmatan lil ‘alamin. Dia berhak

mendapatkan izin tinggal dan menjadi penduduk di dalam wilayah komunitas muslim.

Umat islam dilarang  mendzolimi  non muslim yang dzimmi.

Di masa lalu seorang ahlu zimmah berhak untuk tetap bertahan di atas tanah

yang menjadi miliknya yang sah. Tidak ada seorang pun yang berhak untuk

mengusirnya dari tanahnya itu. Bahkan setingkat gubernur Mesir pun tidak punya hak.

Padahal saat itu Gubernur Amr bin Al-Ash sedang melakukan proyek renovasi

masjid, lantaran daya tampungnya yang semakin dibutuhkan. Kebetulan, proyek

perluasan masjid itu harus mengenai lahan milik seorang ahli zimmah, maka gubernur

menyediakan uang pengganti atas tanahnya.. Namun di ahli zimmah bertahan dan

1

Page 2: Kerukunan Antar Umat Beragama

tidak mau pindah. Akhirnya, dengan kekuasaan sebagai pemerintah rumahnya digusur

dan uangnya diberikan.

Ahli zimmah ini kemudian melapor kepada khalifah Umar ra, atasan langsung

Gubernur Amr bin Al-Ash. Segera saja Umar ra. memarahi bawahannya dan

memerintahkannya untuk mengembalikan rumah dan tanah miliknya. Sebab hak-hak

para ahli zimmah memang dijamin oleh umat islam.

Rasulullah SAW bersabda, “siapa yang menzalimi seorang mu’ahid (ahlu

dzimmah), atau mengurangi haknya, atau membebaninya di atas kemampuannya, atau

mengambil darinya sesuatu di luar haknya, maka aku menjadi lawannya di hari

kiamat.” (HR Abu Daud).

“Dan jika seseorang dari orang-orang musyrikin itu meminta perlindungannya

kepadamu, maka lindungilah ia supaya ia sempat mendengar firman Allah, kemudian

antarkanlah ia yang aman baginya. Demikian itu disebabkan mereka kaum yang tidak

mengetahui..”(QS.At-Taubah : 6)

Kafir dzimmi diperbolehkan melaksanakan agamanya di tengah-tengah umat

islam, sesuai dengan keyakinannya. Dilarang muslimin untuk memaksa, menyudutkan

atau memerintahkan mereka masuk Islam. Allah SWT telah mengharamkan

pemaksaan untuk masuk agama Islam buat orang-orang non muslim.

Tidak ada paksaan dalam agama, sesungguhnya telah jelas jalan yang benar

daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan

beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang

amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui

(QS Al-Baqarah: 256)

Allah memerintahkan kita untuk berbuat adil, baik itu kepada sesama muslim

maupun kepada non muslim.

“ dan aku diperintahkan supaya berlaku adil diantara kamu. Bagi kami amal-amal

kami dan bagi kamu amal-amal kamu. Tidak ada pertengkaran antara kami dan kamu,

Allah mengumpulkan antara kita dan kepada-Nyalah kembali (kita)”. (QS.Asy-

Syuraa: 15)

2

Page 3: Kerukunan Antar Umat Beragama

Selain itu, Islam tidak mengharamkan umatnya bermuamalat dengan orang

non muslim. Bahkan Rasulullah SAW masih saja menggadaikan pakaian perangnya

kepada seorang yahudi serta berjual beli dengan mereka. Demikian juga dengan para

shahabat, mereka akitf di pasar bersama-sama dengan non muslim dalam mencari

rezeki.

2. Dialog dengan non muslim

Pada tahap selanjutnya, berhubungan dengan non muslim tidak hanya sekedar

bertetangga, hubungan bisnis, dll. Tetapi pastilah lama kelamaan ada dialog yang

menyangkut keyakinan, agama. Bukankah islam memerintahkan kita untuk

berdakwah, beramar makruf nahi mungkar.

“Sampikanlah apa yang kamu dapat dariku walau hanya satu ayat” (Sabda

Rasulullah SAW)

Kaum muslimin diperintahkan untuk berdakwah di kalangan non muslimin

(dan tentu saja di kalangan umat islam juga) dengan cara yang bijaksana, melalui

nasihat dan diskusi dengan cara yang terbaik.

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik

dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang

lebih mngetahui tentang siapa yang tersesat dati jalan-Nya dan Dialah yang lebih

mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk” {An-Nahl: 125}

Dan janganlah kau berdebat dengan Ahli kitab melainkan dengan cara yang paling

baik, kecuali dengan orang-orang zalim diantara mereka, dan katakanlah: “kami

telah beriman kepada (kitab-kitab) yang diturunkan kepada kami dan yang

diturunkan kepadamu; Tuhan kami adalah satu; dan kami hanya kepada-Nya

berserah diri {Al-Ankabut: 46}

Ketika Allah Subhanahu wa Ta’ala mengutus Musa dan Harun kepada Fir’aun maka

Allah berfirman.

“Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut,

mudah-mudahan ia ingat atau takut” {Thaha: 44}

3

Page 4: Kerukunan Antar Umat Beragama

Tetapi jika mereka menolak, tidak ada perintah untuk memerangi mereka

selama mereka tidak memerangi umat islam. Dan umat islam diperintahkan untuk

tetap berbuat adil terhadap mereka, sebagaimana seperti tertulis pada point 1. Allah

SWT telah mengharamkan pemaksaan untuk masuk agama Islam bagi orang-orang

non muslim.

Tidak ada paksaan dalam agama, sesunguhnya telah jelas jalan yang benar daripada

jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kapada Thaghut dan beriman

kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat

kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha mengetahui. (QS

Al-Baqarah: 256)

Katakanlah: “Hai orang-orang kafir, aku tidak akan meyembah apa yang kamu

sembah. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. Dan aku tidak pernah

menjadi penyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi

penembah Tuhan yang aku sembah. Untukmu agamamu dan nuntukkulah agamaku”.

(QS.Al-Kaafiruun: 1-6)

Tetapi ingatlah bahwa Allah SWT hanya menerima Islam sebagai agama yang

diridhoi-Nya.

Sesungguhnya agama (yang diridhai) dis sisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih

orang-orang yang telah diberi Al-Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada

mereka, karena kedengkian (yang ada) diantara mereka. Barangsiapa yang kafir

terhadap ayat-ayat allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya. (QS.Ali

Imraan; 19)

Kemudian jika mereka mendebat kamu (tentang kebenaran Islam), maka katakanlah:

“Aku myerahkan diriku kepada Allah dan (demikian pula) orang-orang yang

mengikutiku”. Dan katakanlah kepada orang-orang yang ummi: “Apakah kamu

(mau) masuk Islam?” Jika mereka masuk Islam, sesungguhnya mereka telah

mendapat petunjuk, dan jika mereka berpaling, maka kewajiban kamu hanyalah

menyampapikan (ayat-ayat Allah). Dan Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-

Nya. (QS. Ali Imraan; 20)

4

Page 5: Kerukunan Antar Umat Beragama

“Barangsiapa mencari agama selain dari agama Islam, maka sekali-kali tidaklah

akan diterima (agama itu) daripadanya , dan dia diakhirat termasuk orang-orang

yang rugi. (QS. Ali Imraan: 85)

3. Non muslim yang dzolim

Diakui atau tidak, ada (banyak) di antara orang-orang non muslim itu yang

bersikap dzolim terhadap islam. Mereka mendzolimi umat islam dengan berbagai

cara, dan menyakiti hati umat islam. Seperti contoh kasus kartun Nabi, dll.. Umat

islam diperintahkan untuk berbuat adil, sehingga diberi hak untuk melakukan

pembalasan yang adil jika didzolimi.

Dalam prinsip Islam, tak ada filosof’ : “jika anda ditampar pipi kiri, berikan

pipi kanan”. Filosofi yang ada adalah: jika pipi kiri kita ditampar, maka tampar

pulalah pipi kirinya, tetapi memberi maaf lebih utama. Kita umat islam harus bereaksi

dengan apa yang umat lain lakukan terhadap kita. Reaksi dapat berupa balasan (secara

adil) atau memaafkan jika mereka minta maaf. Dan percayalah bahwa Allah akan

menyempurnakan pembalasannya di akherat nanti.

Dan kami telah tetapkan terhadap mereka di dalamnya (At Taurat) bahwasanya jiwa

(dibalas) dengan jiwa, mata dengan mata, hidung dengan hidung, telinga dengan

telinga, gigi dengan gigi, dan luka-luka (pun) ada kisasnya. Barangsiapa yang

melapaskan (hak kisas) nya, maka melepaskan hak itu (menjadi) penebus dosa

baginya. Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah,

maka mereka itu adalah orang-orang yang lalim. (QS. Al-Maaidah: 45)

Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qishaash berkenaan denga

orang-orang yang dibunuh; orang merdeka dengan orang merdeka, hamba dengan

hamba dan wanita dengan wanita. Maka barangsiapa yang mendapat suatu

pemaafan dari saudaranya, hendaklah (yang memaafkan) mengikuti dengan cara

yang baik, dan hendaklah (yang diberi maaf) membayar (diat) kepada yang memberi

maaf dengan cara yang baik (pula). Yang demikian itu adalah suatu keringanan dari

Tuhan kamu dan suaru rahmat. Barangsiapa yang melampaui batas sesudah itu,

maka baginya sisksa yang sangat pedih. (QS. Al Baqarah: 178)

5

Page 6: Kerukunan Antar Umat Beragama

Untuk itulah kita sebagai umat islam, wajib menjadi umat yang kuat. Jika

masih lemah, wajib untuk memperkuat diri, agar tidak diremehkan dan didzolimi

umat lain. Kuat di sini adalah kuat segalanya yang bisa diperkuat, baik individu

maupun jamaah/komunitas. Kuat jasmani, kuat rohani (agama, iman). Kuat akal dan

pikir. Kuat teknologi, materi, dan lain sebagainya.

Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi

dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu)

kamu menggentarkan musuh Allah, musuhmu dan orang-orang selain mereka yang

kamu tidak mengetahuinya. Apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya

akan dibalas dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugukan).

{QS.Al Anfaal; 60}

4. Non muslim yang harbi

Seperti telah didefnisikan di atas, kafir harbi adalah orang-orang kafir yang

terang-terangan memusuhi islam dan kaum muslimin. Kafir harbi ini berusaha

menumpas kaum muslimin, sehingga terjadi pertempuran. Mereka menggempur Islam

tidak hanya secara fisik, tetapi bisa juga secara non-fisik, seperti fitnah melalui media,

pembunuhan karakter, membunuh secara ekonomi, dll. Jika yang melakukan ini

adalah individu dan kemudian minta maaf, bolehlah kita nyatakan sebagai point tiga

Tetapi jika kaum non muslim ini melakukan permusuhan terhadap Islam secara terus

menerus, ini sudah termasuk kafir harbi yang harus diperangi.. Perang wajib

dilakukan dalam rangka mempertahankan aqidah islamiyah, dan membela agama

Allah. Ketika mereka berhenti (dari memusuhi islam), maka perang bisa dihentikan,

dan tidak ada permusuhan (lagi).

Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi) janganlah

kamu melampaui batas, karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang

yang melampaui batas.

Dan bunuhlah mereka di mana saja kamu jumpai mereka, dan usirlah mereka dari

tempat mereka telah mengusir kamu (Mekah); dan fitnah itu lebih besar bahayanya

dari pembunuhan, dan janganlah kamu memerangi mereka di Masjidilharam, kecuali

jika mereka memerangi kamu di tempat itu. Jika mereka memerangi kamu (di tempat

6

Page 7: Kerukunan Antar Umat Beragama

itu), maka bunuhlah mereka. Demikianlah balasan bagi orang-orang kafir.

Kemudian jika mereka berhenti (dari memusuhi kamu), maka sesungguhnya Allah

Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Dan perangilah mereka itu, sehingga tidak ada fitnah lagi dan (sehingga) ketaatan itu

hanya semata-mata untuk Allah. Jika mereka berhenti (dari memusuhi kamu), maka

tidak ada permusuhan (lagi), kecuali terhadap orang-orang yang lalim. (QS. Al

Baqarah : 190-193)

Pelakuan Umum

Pada dasarnya, agama Islam tidak hanya diperuntukkan bagi kaum Muslim

belaka, akan tetapi ia adalah agama universal yang ditujukan untuk seluruh umat

manusia. Al-Quran telah menyatakan hal ini di beberapa tempat. Yang tercantum di

QS Saba ’;28, karena

�م�ون� �ع�ل ي ال� �اس� الن �ر� �ث ك� أ �ك�ن� و�ل ا �ذ�ير� و�ن ا ير� �ش� ب �اس� �لن ل �اف�ة� ك �ال� إ �اك� �ن ل س� ر�

� أ و�م�ا

Dan kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai

pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan

manusia tiada Mengetahui (QS Saba ’ [34]: 28)

Oleh karena itu, tidak dibedakan nonmuslim menjadi warga negara Daulah

Khilafah, dia akan mendapatkan perlakuan sama dengan kaum Muslim. Sebab hak

mereka sebagai warga negara dijamin penuh oleh negara Islam.. Kendati demikian,

ada beberapa ketentuan yang khusus diberlakukan kepada mereka.

Pertama, orang nonmuslim tidak dipaksa untuk masuk Islam.

Allah SWT berfirman:

Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); Sesungguhnya telah jelas jalan

yang benar daripada jalan yang sesat (QS al-Baqarah [2]: 256)

Ayat ini menjadi dalil paling jelas tidak bolehnya memaksa orang nonmuslim

ke dalam Islam. Mereka juga tidak dipaksa untuk menyakini dan membenarkan

7

Page 8: Kerukunan Antar Umat Beragama

keyakinan Islam. Oleh karena itu, agama dan keyakinan kaum Kristen, Yahudi,

Budha, Hindu, Majuzi, Zoaroaster, Atheis, dan sebagainya akan mendapatkan

perlindungan dan jaminan keamanan. Pemeluknya juga diberikan kebebasan dan

perlindungan untuk melaksanakan ritual-ritual agamanya tanpa ada intimidasi,

pemaksaan, maupun apa yang disebut dengan uniformisasi peribadatan.

Orang-orang kafir itu juga tidak dipaksa untuk melakukan prosesi pernikahan

seperti prosesi pernikahannya kaum Muslim. Mereka juga tidak dikenai zakat dan lain

sebagainya.

Perlakuan khusus hanya diberlakukan bagi kaum Musyrik Ara. Mereka tidak

diberi pilihan kecuali hanya masuk Islam. Jika menolak, mereka harus diperangi. Hal

ini didasarkan firman Allah Swt:

�م�ون� ل �س� ي و�� أ �ه�م� �ون �ل �ق�ات ت د�يد+ ش� س+

� �أ ب �ول�ي أ + ق�و�م �ل�ى إ �د�ع�و�ن� ت س� اب� ع�ر�� األ� م�ن� �ف�ين� ل �م�خ� �ل ل ق�ل�

Katakanlah kepada orang-orang Badui yang tertinggal, Kamu akan diajak untuk

(memerangi) kaum yang mempunyai kekuatan yang besar, kamu akan memerangi

mereka atau mereka menyerah (masuk Islam) (QS al-Fath [48]: 16).

Lain halnya jika seorang Muslim yang murtad. Pelakunya akan dikenai sanksi

berupa hukuman mati dari Negara Islam. Begitu juga seorang Muslim yang

menyakini dan menyebarluaskan ide sekulerisme, sosialisme, dan liberalisme. Tidak

boleh dinyatakan, bahwa tindakan ini dianggap melanggar kebebasan. Sebab, Islam

telah menggariskan had al-riddah bagi para pemeluknya.

Kedua, Islam juga tidak akan atau tidak memperbolehkan memberangus

peribadatan-peribadatan mereka.

Allah SWT berfirman:

ه�د�ى �ع�ل�ى ل �ك� �ن إ =ك� ب ر� �ل�ى إ و�اد�ع� م�ر�� األ� ف�ي �ك� �از�ع�ن �ن ي ف�ال� �وه� ك �اس� ن ه�م� �ا ك �س� م�ن �ا �ن ج�ع�ل م�ة+

� أ �ل= �ك ل

) + �ق�يم ت �ون�) (67م�س� �ع�م�ل ت �م�ا ب �م� ع�ل� أ �ه� الل ف�ق�ل� اد�ل�وك� ج� �ن� )68و�إ

Tiap umat mempunyai cara peribadatan sendiri, janganlah kiranya mereka

membantahmu dalam hal ini. Ajaklah mereka ke jalan Rabbmu. Engkau berada di

8

Page 9: Kerukunan Antar Umat Beragama

atas jalan yang benar.” Kalau mereka membantahmu juga, katakanlah, Allah tahu

apa yang kalian kerjakan.”[al-Hajj:67-68].

Ayat di atas menunjukkan, bahwa Islam mengakui eksistensi pluralitas agama

dan keyakinan. Islam juga tidak akan menyeragamkan atau memberangus keragaman

keyakinan dan pandangan hidup selain Islam. Seorang Muslim hanya diwajibkan

untuk mengajak nonmuslim untuk memeluk agama Islam. Jika mereka menolak,

mereka tidak dipaksa, dan dibiarkan tetap memeluk agama dan keyakinannya.

Ketiga, Islam membiarkan orang nonmuslim untuk hidup berdampingan

dengan Muslim, selama tidak memusuhi dan memerangi kaum Muslim.

Nonmuslim yang hidup dalam Daulah Islamiyyah; atau disebut dengan kafir

dzimmiy, mendapatkan perlakukan dan hak yang sama dengan kaum Muslim. Harta

dan darah mereka terjaga sebagaimana terjaganya darah dan harta kaum Muslim.

Diriwayatkan Al-Khathib dari Ibnu Mas’ud, Rasulullah saw pernah bersabda:

�ام�ة� �ق�ي ال �و�م� ي �ه� خ�ص�م�ت خ�ص�م�ه� �ت� �ن ك و�م�ن� خ�ص�م�ه� �ا ف�أن Hا ذ�م=ي آذ�ى م�ن�

Barangsiapa menyakiti dzimmiy, maka aku berperkara dengannya, dan barangsiapa

berperkara dengan aku, maka aku akan memperkarakannya di hari kiamat [Jaami’

Shaghir, hadits hasan].

Keempat, dalam hal mu’amalah, kaum Muslim dipersilahkan untuk

bermuamalah dengan mereka. Akan tetapi yang menjadi landasan dan aturan syariat

Islam. Kafir dzimmiy diperbolehkan melakukan jual beli, dan syirkah dengan kaum

Muslim. Dan dzimmiy juga diperbolehkan ikut berperang bersama kaum muslim, akan

tetapi tidak wajib bagi mereka.

Karena kafir dzimmiy menjadi tanggung jawab negara. Maka, mereka berhak

mendapatkan hak pelayanan, perlindungan, hak mendapatkan perlakuan baik dari

negara Islam. Inilah hukum-hukum tentang non Muslim dzimmiy.

9

Page 10: Kerukunan Antar Umat Beragama

Walhasil stigma buruk penerapan Islam yang dipahami oleh orang non

Muslim akan segera tertepis jika mereka memahami secara mendalam hakekat

penerapan syari’at Islam, dan keluhuran ajaran Islam.

Perlakuan khusus

Seperti yang telah disinggung sedikit di atas; syariat Islam juga diterapkan

bagi nonmslim. Sebab, mukallaf (orang yang dibebani untuk menjalankan syariah)

bukan hanya kaum Muslim, namun juga nonmuslim. Sebab, risalah Islam diturunkan

Allah Swt untuk seluruh manusia di dunia, baik yang sudah memeluk Islam maupun

yang belum. Hanya saja, Islam telah merinci pelaksanaan syariat Islam oleh Non

Muslim.

Adapun pelaksanaan syariah oleh nonmuslim dirinci berdasarkan dua tinjauan berikut

ini.

Pertama, pelaksanaan syariat Islam oleh nonmuslim berdasarkan inisiatif dan

kesadarannya sendiri, tanpa ada paksaan dari Daulah Islam. Dalam hal ini ada perkara

yang tidak diperbolehkan bagi kaum kafir untuk melaksanakan disebabkan karena

Islam menjadi syarat bagi pelaksanaan hukum syara’ tersebut. Termasuk dalam

katagori ini adalah pelaksanaan ibadah sholat, puasa, zakat, haji, dan ibadah mahdhah

lainnya. Karena pelaksanaan semua ibadah tersebut mensyaratkan adanya keislaman

dan keimanan terlebih dahulu, maka orang kafir tidak diperkenankan melaksanakan

atau mengerjakan aktivota ibadah tersebut.

Adapun, jika pelaksanaan syariah tersebut tidak mensyaratkan adanya

keimanan dan keislaman terlebih dahulu, maka nonmuslim tidak dilarang untuk

melaksanakannya. Di antara aktivitas yang termasuk di dalamnya adalah

keikutsertaan mereka dalam perang bersama pasukan kaum Muslim, di bawah panji

Islam, dan dikomandani seorang Muslim. Mereka diperbolehkan memberikan

kesaksian dalam masalah jual beli. Demikian juga dengan semua perkara yang tidak

mensyaratkan adanya keimanan dan keislaman terlebih dahulu. Oleh karena itu,

nonmuslim diperbolehkan berkecimpung dalam bidang kedokteran, industri,

pertanian, perkebunan, dan lain sebagainya.

10

Page 11: Kerukunan Antar Umat Beragama

Kedua, pemberlakuan dan penerapan syariat Islam khusus atas non Muslim.

Jika ada nash-nash umum yang pelaksanaannya tidak dibatasi oleh syarat keimanan

dan keislaman, maka hal ini perlu diteliti terlebih dahulu. Jika pelaksanaan hukum

syariat tersebut hanya dikhususkan bagi kaum Muslim –karena ada syarat keimanan

dan keislaman di dalamnya; atau ada ketetapan dari Rasulullah saw bahwa mereka

tidak dipaksa untuk melaksanakan syariat-syariat tersebut; maka pada dua kondisi

semacam ini, hukum syariat tersebut tidak akan dibebankan atau diberlakukan kepada

mereka. Dan khalifah tidak boleh memberi sanksi kepada mereka, jika mereka tidak

melaksanakan syariat-syariat tersebut.

Oleh karena itu, khalifah tidak boleh memberi sanksi atas ketidakimanan dan

ketidakislamannya non Muslim. Mereka dibiarkan tetap tidak beriman, atau

menyakini keyakinan-keyakinan kufurnya. Negara tidak boleh memaksa mereka

untuk memeluk Islam. Negara Islam juga tidak boleh memaksa orang kafir untuk

beribadah seperti ibadahnya kaum Muslim. Mereka dibiarkan beribadah sesuai

dengan agama dan keyakinannya masing-masing.

Ketentuan ini didasarkan pada af’âl Rasulullah saw yang membiarkan

nonmuslim beribadah sesuai dengan keyakinan dan agama mereka. Beliau saw juga

tidak menghancurkan gereja, biara, dan tempat-tempat peribadatan orang-orang kafir.

Hukum-hukum jihad juga tidak dibebankan kepada mereka. Mereka juga tidak

diwajibkan pergi berjihad bersama kaum Muslim.

Mereka juga tidak dipaksa untuk meninggalkan minuman keras, dan atas

mereka juga tidak diterapkan hukum-hukum yang berhubungan dengan minuman

keras (syirbul khamr). Sebab, para shahabat ra, ketika menaklukkan wilayah Yaman,

mereka membiarkan orang-orang Kristen di wilayah itu minum-minuman keras, dan

para shahabat tidak memaksa mereka untuk meninggalkan minuman keras.

Namun, jika ada hukum-hukum yang pelaksanaannya tidak mensyaratkan

adanya keimanan dan keislaman terlebih dahulu, dan tidak ada nash umum yang

mengecualikan pelaksanaannya bagi non Muslim; maka huum-hukum itu akan

diberlakukan dan diterapkan kepada non Muslim. Misalnya, hukum-hukum yang

menyangkut masalah muamalah, pidana, dan sebagainya..

11

Page 12: Kerukunan Antar Umat Beragama

Oleh karena itu, jika non Muslim melakukan pencurian, maka ia akan dikenai

hukuman potong tangan. Begitu pula juga ada non Muslim melakukan perzinaan,

maka ia akan dikenai had zina, dan sebagainya. Imam Bukhari menuturkan sebuah

riwayat, bahwa Nabi saw pernah dilapori kasus pembunuhan yang dilakukan oleh

seorang Yahudi terhadap seorang budak perempuan. Ketika orang Yahudi itu

mengakui perbuatannya, Rasulullah saw pun memvonis hukuman mati (qishash) atas

orang Yahudi tersebut. Imam Muslim juga meriwayatkan sebuah Hadits bahwa Nabi

saw pernah merajam seorang laki-laki dari suku Aslam, dan seorang laki-laki dari

orang Yahudi dan wanitanya.

Begitu pula hukum-hukum Islam yang berhubungan dengan muamalat, pidana,

pemerintahan, dan sebagainya, semuanya juga diberlakukan kepada nonmuslim tanpa

pengecualiaan.

Inilah ketentuan pokok yang berhubungan dengan pelaksanaan syariah Islam

oleh non Muslim. Kenyataan ini menunjukkan kepada kita, bahwa tidak ada

penyeragaman dan pemaksaan atas orang-orang kafir, dalam hal ibadah, keyakinan,

dan lain sebagainya; sesuai dengan ketentuan di atas.

Praktek Nyata dalam Daulah Islam

Ketentuan itu menjadi makin jelas jika kita menengok prakteknya semasa

Islam berkuasa. Selama Islam berkuasa, tidak pernah membunuh, apalagi

pembunuhan massal, nonmuslim semata disebabkan karena keyakinannya. Ini

berbeda sekalai dengan negara-negara Eropa yang sering meneriakkan kebebasan

beragama, namun mereka justru pemaksaan terhadap kaum Muslim untuk memeluk

agama mereka. Seperti yang terjadi di Andalusia , ketika umat Islam dikalahkan,

hanya diberi dua pilihan: Mati atau meninggalkan Islam.

Berikut ini ada sebagian dari cuplikan potret kafir dzimi dalam daulah Islam.

Pada Masa Rasulullah SAW

Setelah kekuasaan Daulah Islamiyyah meluas di Jazirah Arab, Nabi saw

memberikan perlindungan atas jiwa, agama, dan harta penduduk Ailah, Jarba’,

Adzrah, Maqna, yang mayoritas penduduknya beragama Kristen. Juga perlindungan

12

Page 13: Kerukunan Antar Umat Beragama

baik harta, jiwa, dan agama penduduk Khaibar yang mayoritasnya beragama Yahudi.

Serta memberikan perlindungan kepada penduduk Juhainah, Bani Dhamrah, Asyja’,

Najran, Muzainah, Aslam, Juza’ah, Jidzaam, Qadla’ah, Jarsy, orang-orang Kristen

yang ada di Bahrain, Bani Mudrik, dan Ri’asy, dan masih banyak lagi.

Saat itu, Khaibar telah menjadi bagian Negara Islam, dan penduduknya

didominasi oleh orang-orang Yahudi. Ketika orang—orang Yahudi bersumpah tidak

terlibat dalam pembunuhan, Rasulullah saw pun tidak menjatuhkan vonis kepada

mereka. Bahkan, beliau saw membayarkan diyat atas peristiwa pembunuhan di

Khaibar tersebut. Hadits ini menunjukkan bagaimana Rasulullah saw menegakkan

keadilan hukum bagi warga negaranya tanpa memandang lagi perbedaan agama, ras,

dan suku. Adapun non Muslim yang hidup di bawah kekuasaan Islam, mereka tunduk

dan patuh terhadap syariat Islam yang telah ditetapkan sebagai hukum negara. Mereka

juga mendapatkan perlindungan dalam menjalankan peribadatan, dan keyakinan

mereka. Mereka tidak dipaksa untuk memeluk Islam, atau diperintah untuk

melenyapkan truth claim atas agama dan keyakinan yang mereka anut. Malah, mereka

diberi kebebasan untuk menjalankan seluruh aktivitasnya sesuai dengan koridor

hukum negara. Hal ini dilakukan sesuai dengan surat Al kafirun :

Katakanlah:Hai orang-orang kafir! aku tidak akan menyembah apa yang kamu

sembah.Dan kamu bukan penyembah tuhan yang aku sembah. Dan aku tidak pernah

menjadi penyembah apa yang kamu sembah. dan kamu tidak pernah (pula) menjadi

penyembah tuhan yang aku sembah. Untukmulah agamamu, dan untukkulah

agamaku.

Pada masa Kekhilafahan Islam

Setelah Nabi Muhammad saw wafat, tugas kenegaraan dan pengaturan urusan

rakyat dilanjutkan oleh para khalifah. Kekuasaan Islam pun meluas hingga mencakup

hampir 2/3 dunia. Kekuasaan Islam yang membentang mulai dari Jazirah Arab,

jazirah Syam, Afrika, Hindia, Balkan, dan Asia Tengah itu, tidak mendorong para

Khalifah untuk melakukan uniformisasi warga Negara, maupun upaya-upaya untuk

memberangus pluralitas. Padahal, dengan wilayah seluas itu, Daulah Islam memiliki

keragaman budaya, keyakinan, dan agama yang sangat besar, dan sewaktu-waktu bisa

memunculkan “konflik agama“. Akan tetapi, hingga kekhilafahan terakhir Islam, tak

13

Page 14: Kerukunan Antar Umat Beragama

ada satupun pemerintahan Islam yang mewacanakan adanya uniformisasi

(keseragaman), atau berusaha menghapuskan pluralitas agama, budaya, dan keyakinan

dengan alasan untuk mencegah adanya konflik.

Bahkan, penerapan syariat Islam saat itu, berhasil menciptakan keadilan,

kesetaraan, dan rasa aman bagi seluruh warga negara, baik Muslim maupun

nonmuslim. Dalam bukunya Holy War, Karen Amstrong menggambarkan saat-saat

penyerahan kunci Baitul Maqdis kepada Umar bin Khathathab kira-kira sebagai

berikut, “Pada tahun 637 M, Umar bin Khaththab memasuki Yerusalem dengan

dikawal oleh Uskup Yunani Sofronius. Sang Khalifah minta agar dibawa segera ke

Haram al-Syarif, dan di sana ia berlutut berdoa di tempat Nabi Mohammad saw

melakukan perjalanan malamnya. Sang uskup memandang Umar penuh dengan

ketakutan. Ia berfikir, ini adalah hari penaklukan yang akan dipenuhi oleh kengerian

yang pernah diramalkan oleh Nabi Daniel. Pastilah, Umar ra adalah sang Anti

Kristus yang akan melakukan pembantian dan menandai datangnya Hari Kiamat.

Namun, kekhawatiran Sofronius sama sekali tidak terbukti.” Setelah itu, penduduk

Palestina hidup damai, tentram, tidak ada permusuhan dan pertikaian, meskipun

mereka menganut tiga agama besar yang berbeda, Islam, Kristen, dan Yahudi.

Di Andalusia, kaum Muslim, Yahudi, dan Kristen hidup berdampingan selama

berabad-abad, di bawah naungan kekuasaan Islam. Tidak ada pemaksaan kepada

kaum Yahudi dan Kristen untuk masuk ke dalam agama Islam.

Pada tahun 1519 Masehi, pemerintahan Islam memberikan sertifikat tanah

kepada para pengungsi Yahudi yang lari dari kekejaman inkuisisi Spanyol pasca

jatuhnya pemerintahan Islam di Andalusia.

Pemerintah Amerika Serikat pun pernah mengirimkan surat ucapan terima

kasih kepada Khilafah Islamiyyah atas bantuan pangan yang dikirimkan kepada

mereka pasca perang melawan Inggris pada abad ke 18.

Surat jaminan perlindungan juga pernah diberikan kepada Raja Swedia yang

diusir tentara Rusia dan mencari suaka politik ke Khalifah pada tanggal 30 Jumadil

Awwal 1121 H/7 Agustus 1709 H.

14

Page 15: Kerukunan Antar Umat Beragama

Pada tanggal 13 Rabiul Akhir 1282/5 September 1865, khalifah memberikan

izin dan ongkos kepada 30 keluarga Yunani yang telah berimigrasi ke Rusia namun

ingin kembali ke wilayah khalifah. Sebab, di Rusia mereka tidak mendapatkan

kesejahteraan hidup.

Itulah sebagian fragmen sejarah yang menunjukkan, bahwa penerapan syariat

Islam dalam koridor Negara tetap melindungi dan metolerir adanya keragaman dan

kebhinekaan. Tidak ada uniformisasi, tidak ada pemberangusan terhadap pluralitas,

tidak ada pemaksaan atas non Muslim untuk masuk Islam, dan tidak ada pengusiran

terhadap non Muslim dari wilayah kekuasaan Islam. Yang terjadi justru, perlindungan

terhadap non Muslim, Lebih dari itu, pemerintah Islam dengan syariat Islamnya

benar-benar telah mewujudkan gagasan masyarakat inclusive tanpa menghapus truth

claim agama, dan tanpa melakukan uniformisasi dan intimidasi.

Jadi tidak ada alasan untuk khawatir atas pemberlakukan syariat Islam dalam

sebuah negara; atau barangkali ini adalah isyu politis yang ditujukan untuk

menghambat penerapan syariat Islam dalam koridor Negara.

Kesimpulan:

Sebagai muslim kita wajib memelihara kerukunan umat antaragama dengan

bertoleransi kepada mereka.

Kita tidak boleh mendzhalimi kafir dzimmi karena kafir dzimmi adalah kafir yang

tidak menghina dan tidak membahayakan bagi umat islam.

Pada zaman Rasulullah dan Khulafaur Rasyidin kehidupan antar umat beragama

berlangsung rukun karena adanya toleransi, hak-hak orang non muslim juga

dilindungi oleh pemerintah. Orang-orang non muslim juga diperbolehkan mendirikan

temapat-tempat untuk menjalankan ibadah dan menjalankan ritual ibadah mereka.

http://tafany.wordpress.com/2009/06/12/kerukunan-antar-umat-beragama/

15