laporan early exposure rsmp blok 12

29
Laporan Early Exposure Blok 12 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan observasi yang berjudul “Laporan Early Exposure Blok 12 – Gastroenterologi” sebagai tugas kompetensi kelompok. Salawat beriring salam selalu tercurah kepada junjungan kita, nabi besar Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabat, dan pengikut-pengikutnya sampai akhir zaman. Penulis menyadari bahwa laporan obervasi ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna perbaikan di masa mendatang. Dalam penyelesaian laporan observasi ini, penulis banyak mendapat bantuan, bimbingan dan saran. Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada : 1. Allah SWT, yang telah memberi kehidupan dengan sejuknya keimanan. 2. Kedua orang tua yang selalu memberi dukungan materil maupun spiritual. 3. dr. Gunawan Tohir, Sp.B, MM, selaku pembimbing kami 4. Teman-teman seperjuangan 5. Semua pihak yang membantu penulis. 1 Pag e Fakultas Kedokteran – Universitas Muhammadiyah Palembang

Upload: ridwan-permana

Post on 03-Jan-2016

38 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

semoga membantu

TRANSCRIPT

Laporan Early Exposure Blok 12

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan

karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan observasi yang

berjudul “Laporan Early Exposure Blok 12 – Gastroenterologi” sebagai tugas

kompetensi kelompok. Salawat beriring salam selalu tercurah kepada junjungan

kita, nabi besar Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabat, dan pengikut-

pengikutnya sampai akhir zaman.

Penulis menyadari bahwa laporan obervasi ini jauh dari sempurna. Oleh

karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna

perbaikan di masa mendatang.

Dalam penyelesaian laporan observasi ini, penulis banyak mendapat bantuan,

bimbingan dan saran. Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa

hormat dan terima kasih kepada :

1. Allah SWT, yang telah memberi kehidupan dengan sejuknya keimanan.

2. Kedua orang tua yang selalu memberi dukungan materil maupun spiritual.

3. dr. Gunawan Tohir, Sp.B, MM, selaku pembimbing kami

4. Teman-teman seperjuangan

5. Semua pihak yang membantu penulis.

Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal yang

diberikan kepada semua orang yang telah mendukung penulis dan semoga laporan

observasi ini bermanfaat bagi kita dan perkembangan ilmu pengetahuan. Semoga

kita selalu dalam lindungan Allah SWT. Amin.

Palembang, Juni 2010

Penulis

1 PageFakultas Kedokteran – Universitas Muhammadiyah Palembang

Laporan Early Exposure Blok 12

DAFTAR ISI

Halaman Kover ………………………………………………………………. i

Kata Pengantar ……………………………………………………………….. 1

Daftar Isi ……………………………………………………………………… 2

BAB I : Pendahuluan

1.1 Latar Belakang …………………………………………. 3

1.2 Tujuan ……………………………………. 4

BAB II Landasan Teori ………………………………………………. 5

BAB III : Metode Pelaksanaan …………………………………………. 14

3.1. Tempat dan waktu pelaksanaan ………………………… 14

3.2. Subjek tugas mandiri ……………………………………. 14

3.3. Langkah-langkah kerja …………………………………. 15

3.4. Jadwal ………………………………………………….. 16

BAB IV : Hasil Tugas Mandiri …………………………………………. 17

BAB V : Pembahasan . ……………………………………………….. 18

BAB VI : Kesimpulan dan Saran ……………………………………… 19

BAB VII : Daftar Pustaka………………………………………………. 20

BAB I

PENDAHULUAN

2 PageFakultas Kedokteran – Universitas Muhammadiyah Palembang

Laporan Early Exposure Blok 12

1.1 Latar Belakang

Blok Gastroenterologi adalah blok kedua belas pada semester 4

dari Kurikulum Berbasis Kompetensi Pendidikan Dokter Fakultas

Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang. Pada blok ke-12 ini,

mahasiswa akan mempelajari sistem pencernaan, mulai dari anatomi,

histologi, fisiologi sistem pernapasan dan penyakit-penyakit yang sering

menyerang sistem pencernaan seperti penyakit yang banyak menyerang

manusia yaitu gastroenteritis, hepatitis, ikterik dan lain-lain yang

disebabkan oleh mikroorganisme spesifik yang menyerang organ-organ

yang terkait dengan sistem pencernaan.

Dalam penegakan diagnosis penyakit-penyakit sistem pencernaan

ini diperlukan lah suatu pemeriksaan fisik, laboratorium, radiologi dan

sebagainya agar dapat memastikan penyakit apa yang sedang terjadi pada

tubuh manusia supaya dapat dilakukan penatalaksanaan yang adekuat

untuk menyembuhkan dan menghindari terjadinya komplikasi lainnya.

Dalam blok ini, diadakan early exposure terhadap pemeriksaan

radiologi yang juga sering digunakan dalam pemeriksaan pada penyakit

sistem pencernaan yaitu Ultrasonography (USG). USG merupakan suatu

alat atau media yang dapat menampilkan gambaran organ dalam secara 3

dimensi dengan mengunakan gelombang elektromagnetik sebagai hantaran

energi dan kemudian dirubah menjadi suatu bentuk lain yang berupa

gambar.

1.2 Tujuan

3 PageFakultas Kedokteran – Universitas Muhammadiyah Palembang

Laporan Early Exposure Blok 12

1.2.1 Tujuan Umum

Adapun tujuan dari laporan early exposure ini, yaitu :

1. Sebagai laporan tugas kelompok tutorial yang merupakan bagian dari

system pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas

Muhammadiyah Palembang.

2. Dapat menyelesaikan tugas early exposure yang diberikan pada blok

dengan menggunakan metode analisis dan pembelajaran diskusi kelompok

3. Tercapainya tujuan dari kegiatan Early Exposure

.

1.2.2 Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dari laporan observasi ini, yaitu :

1. Mahasiswa mengetahui apa yang dimaksud dengan USG

2. Mahasiswa mengetahui bagaimana menggunakan USG

3. Mahasiswa dapat mempelajari betapa pentingnya USG dalam

pemeriksaan lanjutan

4. Mahasiswa mengetahui bagaimana pemeriksaan USG dilaksanakan di

Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang

5. Mahasiswa dapat melatih diri dalam menggunakan peralatan USG

6. Mahasiswa memenuhi tugas early exposure blok 12 FK UMP

BAB II

LANDASAN TEORI

4 PageFakultas Kedokteran – Universitas Muhammadiyah Palembang

Laporan Early Exposure Blok 12

Ultrasonografi medis  (sonografi) adalah sebuah teknik

diagnostik pencitraan menggunakan suara ultra yang digunakan untuk

mencitrakan organ internal dan otot, ukuran mereka, struktur, dan luka patologi,

membuat teknik ini berguna untuk memeriksa organ. Sonografi obstetrik biasa

digunakan ketika masa kehamilan.

Pilihan frekuensi menentukan resolusi gambar dan penembusan ke dalam

tubuh pasien. Diagnostik sonografi umumnya beroperasi pada frekuensi dari 2

sampai 13 megahertz.

Sedangkan dalam fisika istilah "suara ultra" termasuk ke seluruh energi

akustik dengan sebuah frekuensi di atas pendengaran manusia (20.000 Hertz),

penggunaan umumnya dalam penggambaran medis melibatkan sekelompok

frekuensi yang ratusan kali lebih tinggi.

Ultrasonografi atau yang lebih dikenal dengan singkatan USG digunakan

luas dalam medis. Pelaksanaan prosedur diagnosis atau terapi dapat dilakukan

dengan bantuan ultrasonografi (misalnya untuk biopsi atau pengeluaran cairan).

Biasanya menggunakan probe yang digenggam yang diletakkan di atas pasien dan

digerakkan: gel berair memastikan penyerasian antara pasien dan probe.

Dalam kasus kehamilan, Ultrasonografi (USG) digunakan oleh dokter

spesialis kandungan (DSOG) untuk memperkirakan usia kandungan dan

memperkirakan hari persalinan. Dalam dunia kedokteran secara luas, alat USG

(ultrasonografi) digunakan sebagai alat bantu untuk melakukan diagnosa atas

bagian tubuh yang terbangun dari cairan.

Ultrasonografi medis digunakan dalam:

Kardiologi; lihat ekokardiografi

Endokrinologi

Gastroenterologi

Ginekologi; lihat ultrasonografi ginekologik

5 PageFakultas Kedokteran – Universitas Muhammadiyah Palembang

Laporan Early Exposure Blok 12

Obstetrik; lihat ultrasonografi obstetrik

Ophthalmologi; lihat ultrasonografi A-scan, ultrasonografi B-scan

Urologi

Intravascular ultrasound

Contrast enhanced ultrasound

PERSIAPAN DAN TEKNIK PEMERIKSAAN

1. Persiapan Pemeriksaan

Cuci tangan sebelum dan setelah kontak langsung dengan pasien, setelah

kontak dengan darah atau cairan tubuh lainnya, dan setelah melepas sarung

tangan, telah terbukti dapat mencegah penyebaran infeksi. Epidemi HIV telah

menjadikan pencegahan infeksi kembali menjadi perhatian utama, termasuk dalam

kegiatan pemeriksaan USG dimana infeksi silang dapat saja terjadi. Kemungkinan

penularan infeksi lebih besar pada waktu pemeriiksaan USG transvaginal karena

terjadi kontak dengan cairan tubuh dan mukosa vagina.

Resiko penularan dibagi dalam tiga tingkatan, yaitu tinggi, sedang, dan

ringan. Resiko penularan tinggi terjadi pada pemeriksaan USG intervensi

(misalnya punksi menembus kulit, membran mukosa atau jaringan lainnya);

peralatan yang dipakai memerlukan sterilisasi (misalnya dengan autoklaf atau

etilen oksida) dan dipergunakan sekali pakai dibuang.

Resiko penularan sedang terjadi pada pemeriksaan USG yang mengadakan

kontak dengan mukosa yang intak, misalnya USG transvaginal; peralatan yang

dipakai minimal memerlukan sterilisasi tingkat tinggi (lebih baik bila dilakukan

sterilisasi).

Resiko penularan ringan terjadi pada pemeriksaan kontak langsung dengan

kulit intak, misalnya USG transabdominal; peralatan yang dipakai cukup

dibersihkan dengan alkohol 70% (sudah dapat membunuh bakteri vegetatif, virus

6 PageFakultas Kedokteran – Universitas Muhammadiyah Palembang

Laporan Early Exposure Blok 12

mengandung lemak, fungisidal, dan tuberkulosidal) atau dicuci dengan sabun dan

air.

Panduan di bawah ini dapat membantu mencegah penyebaran infeksi 1,2 :

(1) Semua jeli yang terdapat pada transduser harus selalu dibersihkan, bisa

memakai kain halus atau kertas tissue halus.

(2) Semua peralatan yang terkontaminasi atau mengandung kotoran harus

dibersihkan dengan sabun dan air. Perhatikan petunjuk pabrik tentang

tatacara membersihkan peralatan USG.

(3) Transduser kemudian dibersihkan dengan alkohol 70% atau direndam

selama dua menit dalam larutan yang mengandung sodium hypochlorite

(kadar 500 ppm10 dan diganti setiap hari), kemudian dicuci dengan air

mengalir dan selanjutnya dikeringkan.

(4) Transduser harus diberi pelapis sebelum dipakai untuk pemeriksaan USG

transvaginal, bisa memakai sarung tangan karet, atau kondom.

(5) Pemeriksa harus memakai sarung tangan sekali pakai (tidak steril) pada

tangan yang akan membuka labia sebelum transduser vagina dimasukkan.

Perhatikan jangan sampai sarung tangan tersebut mengotori peralatan

USG dan tempat pemeriksaan.

(6) Setelah melakukan pemeriksaan, sarung tangan harus dimasukkan pada

tempat khusus untuk mencegah penyebaran infeksi, dan pemeriksa

mencuci tangan.

(7) Pada pemeriksaan USG invasif, persiapan yang dilakukan sama seperti

akan melakukan tindakan operasi, misalnya peralatan yang dipakai harus

steril, operator mencuci tangan dengan larutan mengandung

khlorheksidine 3%, memakai sarung tangan dan masker, serta memakai

kacamata. Kulit dibersihkan dengan memakai etil alkohol 70%, isopropil

alkohol 60%, khlorheksidin alkohol, atau povidone iodine. Transduser

dibersihkan dan dilakukan desinfeksi, kemudian dibungkus dengan plastik

khusus yang steril. Membran mukosa vagina dibersihkan dengan larutan

yang mengandung khlorheksidin 0,015% ditambah larutan cetrimide

0,15%.

7 PageFakultas Kedokteran – Universitas Muhammadiyah Palembang

Laporan Early Exposure Blok 12

b. Persiapan Alat

Perawatan peralatan yang baik akan membuat hasil pemeriksaan juga tetap

baik. Hidupkan peralatan USG sesuai dengan tatacara yang dianjurkan oleh pabrik

pembuat peralatan tersebut. Panduan pengoperasian peralatan USG sebaiknya

diletakkan di dekat mesin USG, hal ini sangat penting untuk mencegah kerusakan

alat akibat ketidaktahuan operator USG.

Perhatikan tegangan listrik pada kamar USG, karena tegangan yang terlalu

naik-turun akan membuat peralatan elektronik mudah rusak. Bila perlu pasang

stabilisator tegangan listrik dan UPS.

Setiap kali selesai melakukan pemeriksaan USG, bersihkan semua

peralatan dengan hati-hati, terutama pada transduser (penjejak) yang mudah rusak.

Bersihkan transduser dengan memakai kain yang lembut dan cuci dengan larutan

anti kuman yang tidak merusak transduser (informasi ini dapat diperoleh dari

setiap pabrik pembuat mesin USG).

Selanjutnya taruh kembali transduser pada tempatnya, rapikan dan

bersihkan kabel-kabelnya, jangan sampai terinjak atau terjepit. Setelah semua

rapih, tutuplah mesin USG dengan plastik penutupnya. Hal ini penting untuk

mencegah mesin USG dari siraman air atau zat kimia lainnya.

Agar alat ini tidak mudah rusak, tentukan seseorang sebagai penanggung

jawab pemeliharaan alat tersebut.

c. Persiapan Pasien

Sebelum pasien menjalani pemeriksaan USG, ia sudah harus memperoleh

informasi yang cukup mengenai pemeriksaan USG yang akan dijalaninya.

Informasi penting yang harus diketahui pasien adalah harapan dari hasil

pemeriksaan, cara pemeriksaan (termasuk posisi pasien) dan berapa biaya

pemeriksaan.

8 PageFakultas Kedokteran – Universitas Muhammadiyah Palembang

Laporan Early Exposure Blok 12

Caranya dapat dengan memberikan brosur atau leaflet atau bisa juga

melalui penjelasan secara langsung oleh dokter sonografer atau sonologist.

Sebelum melakukan pemeriksaan USG, pastikan bahwa pasien benar-benar telah

mengerti dan memberikan persetujuan untuk dilakukan pemeriksaan USG atas

dirinya.

Bila akan melakukan pemeriksaan USG transvaginal, tanyakan kembali

apakah ia seorang nona atau nyonya ?, jelaskan dan perlihatkan tentang

pemakaian kondom yang baru pada setiap pemeriksaan (kondom penting untuk

mencegah penularan infeksi).

Pada pemeriksaan USG transrektal, kondom yang dipasang sebanyak dua

buah, hal ini penting untuk mencegah penyebaran infeksi.

Terangkan secara benar dan penuh pengertian bahwa USG bukanlah suatu

alat yang dapat melihat seluruh tubuh janin atau organ kandungan, hal ini untuk

menghindarkan kesalahan harapan dari pasien. Sering terjadi bahwa pasien

mengeluh “Kok sudah dikomputer masih juga tidak dikatahui adanya cacat

bawaan janin atau ada kista indung telur ?” USG hanyalah salah satu dari alat

bantu diagnostik didalam bidang kedokteran. Mungkin saja masih diperlukan

pemeriksaan lainnya agar diagnosis kelainan dapat diketahui lebih tepat dan cepat.

d. Persiapan Pemeriksa

Pemeriksa diharapkan memeriksa dengan teliti surat pengajuan

pemeriksaan USG, apa indikasinya dan apakah perlu didahulukan karena bersifat

darurat gawat, misalnya pasien dengan kecurigaan kehamilan ektopik. Tanyakan

apakah ia seorang nyonya atau nona, terutama bila akan melakukan pemeriksaan

USG transvaginal.

Selanjutnya cocokkan identitas pasien, keluhan klinis dan pemeriksaan

fisik yang ada; kemudian berikan penjelasan dan ajukan persetujuan lisan

terhadap tindak medik yang akan dilakukan.

Persetujuan tindak medik yang kebanyakan berlaku di Indonesia saat ini

hanyalah bersifat persetujuan lisan, kecuali untuk tindakan yang bersifat invasif

misalnya kordosintesis atau amniosintesis.

9 PageFakultas Kedokteran – Universitas Muhammadiyah Palembang

Laporan Early Exposure Blok 12

Dimasa mendatang tampaknya pemeriksaan USG memerlukan persetujuan

tertulis dari pasien. Salah satu tujuan utamanya adalah untuk mencegah penularan

penyakit berbahaya seperti HIV/AIDS dan penyakit menular seksual akibat

semakin banyaknya seks bebas dan pemakaian NARKOBA.

Pemeriksa diharapkan juga agar selalu meningkatkan pengetahuan dan

keterampilannya dengan cara membaca kembali buku teks atau literatur-literatur

mengenai USG, mengikuti pelatihan secara berkala dan mengikuti seminar-

seminar atau pertemuan ilmiah lainnya mengenai kemajuan USG mutakhir.

Kemampuan diagnostik seorang sonologist sangat ditentukan oleh pengetahuan,

pengalaman dan latihan yang dilakukannya.

2. Teknik Pemeriksaan

a. Pemeriksaan USG Transabdominal

Setelah pasien tidur terlentang, perut bagian bawah ditampakkan dengan

batas bawah setinggi tepi atas rambut pubis, batas atas setinggi sternum, dan batas

lateral sampai tepi abdomen.

Letakkan kertas tissue besar pada perut bagian bawah dan bagian atas

untuk melindungi pakaian wanita tersebut dari jelly yang kita pakai. Taruh jelly

secukupnya pada kulit perut, lakukan pemeriksaan secara sistematis.

Pertama-tama gerakkan transduser secara longitudinal ke atas dan ke

bawah, selanjutnya horizontal ke kiri dan ke kanan. Penjejak digerakkan dari

bawah ke atas, dimulai dari garis sisi kanan perut, kemudian setelah sampai

daerah perut atas transduser digerakkan ke bawah, selanjutnya transduser

digerakkan kembali ke arah atas.

Selanjutnya gerakan transduser dilakukan kearah lateral perut (horizontal),

juga secara sistematis, dimulai dari sisi kanan ke arah kiri, kemudian dari kiri ke

arah kanan dan terakhir dari kanan atas ke kiri (lihat gambar dan arah panah

beserta nomor garisnya).

10 PageFakultas Kedokteran – Universitas Muhammadiyah Palembang

Laporan Early Exposure Blok 12

b. Pemeriksaan USG Transvaginal

Pemeriksaan USG transvaginal berbeda dengan transabdominal, perlu

penyesuaian mesin dan operator, terutama pengenalan organ genitalia interna dan

kehamilan trimester pertama, serta terbatasnya ruang untuk melakukan manipulasi

/ gerak probe.

Sebelum melakukan pemeriksaan, tanyakan apakah ia seorang nona atau

nyonya. Bila statusnya masih nona tetapi sudah tidak gadis lagi, dan memang

perlu dilakukan pemeriksaan transvaginal, mintakan ijin tertulis dari pasien

tersebut dan sebaiknya disertai seorang saksi (dapat seorang paramedis).

Perhatikan apakah tombol pemindah jenis transduser sudah menunjukkan

bahwa penjejak yang dipakai adalah penjejak vaginal serta apakah pasien sudah

mengosongkan kandung kencingnya. Posisi pasien dapat lithotomi atau tidur

dengan kaki ditekuk dan pada bagian pantat ditaruh bantal agar mudah untuk

memasukkan dan memanipulasi posisi transduser.

Taruh sedikit jelly pada permukaan penjejak. Pasangkan kondom baru

pada transduser, kemudian beri jelly secukupnya pada permukaan kondom dan

selanjutnya masukkan transduser ke dalam vagina secara perlahan-lahan dan

“gentle” sesuai dengan sumbu vagina. Jangan melakukan penekanan tiba-tiba dan

keras karena dapat membuat pasien kesakitan atau merasa tidak nyaman.

Cari uterus sebagai petunjuk, kemudian cari kandung kemih. Uterus akan

tampak di garis tengah (median) seperti gambaran buah alpukat yang memanjang

dengan endometrium dibagian tengahnya. Bila fundus uteri mendekati kandung

kemih, maka uterus tersebut dalam posisi antefleksi, bila menjauhi, maka posisi

uterus adalah retrofleksi (lihat gambar). Sangat penting menilai kembali apakah

arah gelombang suara sudah sesuai dengan tampilan yang ada dalam layar

monitor.

Setelah pemeriksaan selesai, lepaskan kondom secara hati-hati dengan

memakai sarung tangan tidak sterill atau kertas tissue, kemudian lakukan

dekontaminasi kondom tersebut dengan larutan klorin 0,5%.

11 PageFakultas Kedokteran – Universitas Muhammadiyah Palembang

Laporan Early Exposure Blok 12

c. Pemeriksaan USG Transperineal atau Translabial

Pemeriksaan ini hanya dilakukan pada keadaan tertentu, misalnya seorang

nona atau seorang wanita yang tidak mungkin dilakukan pemeriksaan transvaginal

atau transrektal. Dianjurkan kandung kencing pasien cukup terisi, hal ini untuk

memudahkan pemeriksaan dan sebagai petujuk anatomis. Penjejak dilapisi

kondom dan diberi jeli, kemudian diletakkan di daerah perineum, penjejak

digerakkan ke atas dan ke bawah untuk mencari gambaran organ genitalia. Cara

ini memang tidak dapat memberikan gambaran organ genitalia sebaik pada

pemeriksaan USG transvaginal atau transrektal.

d. Pemeriksaan USG Transrektal

Pemeriksaan USG transrektal hampir sama dengan pemeriksaan

transvaginal. Perbedaannya terletak pada bantuk dan ukuran diameter penjejak

dan posisi pemeriksaan yang kurang lazim bagi wanita Indonesia. Setelah pasien

dalam posisi lithotomi atau posisi tidur dengan kaki ditekuk dan bagian pantat

diganjal dengan bantal khusus, transduser yang telah dibungkus dua lapis kondom

dan dibubuhi jelly dimasukkan secara perlahan-lahan ke dalam rektum.

Lakukan identifikasi uterus sebagai petunjuk organ genitalia interna,

setelah itu identifikasi vesika urinaria kemudian evaluasi seluruh organ genitalia

interna dan rongga pelvik. Manipulasi atau pergerakan transduser per rektal sangat

terbatas dan sering menimbulkan rasa tidak nyaman. Jelaskan secara seksama

sebelum melakukan pemeriksaan USG transrektal. Setelah selesai pemeriksaan,

lepaskan kondom secara hati-hati, kemudian lakukan dekontaminasi kondom

dengan larutan klorin 0,5%.

e. Pemeriksaan USG Invasif

12 PageFakultas Kedokteran – Universitas Muhammadiyah Palembang

Laporan Early Exposure Blok 12

USG dapat dipakai untuk menegakkan diagnosa dan atau untuk tindakan

terapeutik, misalnya biopsi villi koriales, amniosintesis, kordosintesis, ovum pick-

up (OPU), atau transfusi intra uterin. Setelah dilakukan penjelasan dan pasien

memberikan persetujuan tertulis, dokter akan melakukan pemeriksaan USG untuk

menilai kondisi kehamilan atau genitalia interna. Pada umumnya hanya

diperlukan anestesi lokal untuk memasukkan jarum punksi, tetapi dapat juga

dengan anestesi umum pada tindakan OPU. Teknik yang dipakai bisa secara

“free-hand” atau dipandu USG melalui marker pungsi yang ada pada transduser.

13 PageFakultas Kedokteran – Universitas Muhammadiyah Palembang

Laporan Early Exposure Blok 12

BAB III

METODE PELAKSANAAN

3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan

Adapun tempat dan waktu kegiatan, yaitu :

1. Waktu

Hari, tanggal : Jumat, 11 Juni 2010

Waktu : Pukul 06.30 s.d. 08.00 WIB

2. Lokasi

Adapun lokasi kegiatan early exposure ini yaitu Rumah Sakit

Muhammadiyah Palembang yang terletak di Jalan Ahmad Yani

Palembang- Sumatera Selatan

3.2 Subjek Tugas Mandiri

Yang menjadi subjek tugas mandiri pada kegiatan early exposure

adalah cara melakukan pemeriksaan dengan menggunakan perangkat

diagnostik tambahan yaitu USG

14 PageFakultas Kedokteran – Universitas Muhammadiyah Palembang

Laporan Early Exposure Blok 12

3.3 Langkah-langkah Kerja

1. Mahasiswa melakukan konsultasi dengan pembimbing Early

Expsosure mengenai hal apa saja yang akan diamati pada

pelaksanaan EE.

2. Mahasiswa mendapatkan surat pengantar dari Pihak Fakultas

Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang

3. Mahasiswa beserta dosen pembimbing melakukan kunjungan ke

Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang untuk mendapatkan izin

melakukan kegiatan early exposure kepada Direktur Rumah Sakit

dan menetapkan kapan akan dilaksanakannya kegiatan early

exposure tersebut.

4. Mahasiswa melaksanakan kegiatan early exposure di Rumah Sakit

Muhammadiyah Palembang pada hari yang telah ditetapkan

sebelumnya didampingi oleh pembimbing EE.

5. Mahasiswa mendapat bimbingan langsung dari pembimbing tentang

bagaimana melakukan pemeriksaan usg pada probandus yang berasal

dari mahasiswa FK UMP.

6. Mahasiswa melakukan diskusi bersama dengan pembimbing

7. Mahasiswa mengumpulkan laporan kegiatan early exposure pada

hari yang telah ditentukan

15 PageFakultas Kedokteran – Universitas Muhammadiyah Palembang

Laporan Early Exposure Blok 12

3.4 Jadwal

No Pukul Kegiatan Keterangan

1 06.30 – 06.45

Pengenalan perangkat USG kepada

mahasiswa

2 06.45 – 07.15

Melakukan pemeriksaan dengan

menggunakan USG kepada probandus

yang berasal dari mahasiswa FK UMP

3 07.15 – 07.30

Mahasiswa melakukan tanya jawab

kepada pembimbing sewaktu

melakukan pemeriksaan dengan

menggunakan USG

4 07.30 – 07.45

Pembimbing menjelaskan hasil dari

pemeriksaan USG yang dilakukan

kepada probandus dan menjelaskan

tentang pembuatan laporan

5 07.45

Mahasiswa selesai melakukan

kegiatan early exposure di RS

Muhammadiyah Palembang

16 PageFakultas Kedokteran – Universitas Muhammadiyah Palembang

Laporan Early Exposure Blok 12

BAB IV

HASIL TUGAS MANDIRI

Hasil tugas mandiri kelompok berupa video kami sertakan ke dalam

bentuk Video CD di dalam makalah ini. Video diambil langsung dari Ruang

Radiodiagnostik : USG di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang

17 PageFakultas Kedokteran – Universitas Muhammadiyah Palembang

Laporan Early Exposure Blok 12

BAB V

PEMBAHASAN

Pada EE kali ini, kami memiliki 2 probandus yang merupakan

mahasiswa FK UMP sendiri . Berikut datanya :

1. Nama : Roy Ade Putra

Umur : 20 Tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

2. Nama : Rudi Anandra

Umur : 20 Tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Setelah dilakukan pemeriksaan USG oleh pembimbing, tidak

terdapat kelainan di dalam organ intra abdomen pada probandus. Dapat

kami lihat bentuk, kontur dari hepar probandus pada layar USG. Terlihat

juga vesica biliaris dan vena hepatic tampak pada gambaran USG.

Pemeriksaan USG abdomen diketahui memiliki nilai diagnostik

dalam membedakan berbagai gradasi restrukturisasi hepar, meliputi

hepatitis kronis, sirosis hepatis maupun nodul displasia dan karsinoma

hepatoseluler ( Badea et al.,2006).

Dalam pembacaan hasil USG, digunakan istilah hipoechoic,

hiperechoic, dan anechoic atau echofree. Hipoechoic adalah gambaran

berwarna hitam, yang umumnya merupakan gambaran dari suatu cairan.

Hiperechoic adalah gambaran berwarna putih, yang umumnya merupakan

gambaran suatu batu. Sedangkan gambaran organ -organ tubuh biasanya

didapatkan warna abu-abu (peralihan warna hitam dan putih). Anechoic

atau echofree adalah gambaran hitam sama sekali (tanpa putih), yang

didapatkan apabila gelombang echo mengenai udara atau tulang

(Jacobson, 2008).\

18 PageFakultas Kedokteran – Universitas Muhammadiyah Palembang

Laporan Early Exposure Blok 12

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

USG abdomen merupakan jenis pemeriksaan radiologi yang

memiliki spesifisitas, reliabilitas, bersifat non-infasif dan membutuhkan

biaya relatif murah sehingga digunakan sebagai pemeriksaan radiografi

lini pertama dalam diagnosis penyakit sistem pencernaan. USG real-time

pemakaian tunggal maupun kombinasi dengan Doppler, mampu

menunjukkan karakteristik tampilan morfologi organ intra abdomen

seperti hepar meliputi kontur hepar, tekstur hepar maupun kolateral sistem

porta serta hemodinamik sistem porta sehingga dapat berperan dalam

penentuan diagnosis penyakit

19 PageFakultas Kedokteran – Universitas Muhammadiyah Palembang

Laporan Early Exposure Blok 12

Daftar Pustaka

Jacobson, Jon A. 2008 Ultrasonography: Principles of Radiologic Imaging in

Merck Manual 18 th Edition. Merck Sharp & Dohme Corp. New Jersey, USA.

Badea, Radu; Monica Lupsor et al. Ultrasonography Contribution to the D

etection and Characterization of Hepatic Restructuring: Is the “Virtual Biopsy”

Taken into Consideration? J Gastrointestin Liver Dis Vol.15 No.2, 189 -194. Juni

2006.

20 PageFakultas Kedokteran – Universitas Muhammadiyah Palembang