laporan magang di pt. rumpun sari kemuning …/pt... · secara umum permintaan tumbuhan obat dan...
Embed Size (px)
TRANSCRIPT

24
LAPORAN MAGANG
DI PT. RUMPUN SARI KEMUNING
NGARGOYOSO, KARANGANYAR
JAWA TENGAH
(QUALITY CONTROL TEH HIJAU)
TUGAS AKHIR
Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat
guna memperoleh gelar Ahli Madya bidang Teknologi Hasil Pertanian
David Christianto
H.3107094
PROGRAM DIPLOMA III TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010

25
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam perkembangan budidaya teh di Indonesia, pengolahan teh mendapat
perhatian cukup besar sehingga teh kering yang dihasilkan disukai oleh konsumen
dalam dan luar negeri. Teh sudah lama merupakan komoditas ekspor Indonesia
yang sangat penting selain minyak bumi dan hasil-hasil lainnya. Tanaman teh
tumbuh subur di daerah pegunungan dan dataran-dataran tinggi dengan suhu
berkisar antara 14-25 ̊ C. Tanaman ini juga dapat tumbuh subur di daerah dengan
ketinggian 200-2000 meter diatas permukaan air laut. Semakin tinggi letak
daerahnya maka akan semakin menghasilkan mutu teh yang baik. Ketinggian
tanaman teh dapat mencapai 9 meter untuk teh Jawa dan teh Cina, sedangkan
untuk jenis teh Assamica dapat mencapai ketinggian hingga 20 meter, namun
untuk mempermudah pemetikan, maka ketinggian tanaman teh selalu di jaga pada
kisaran 1 meter.
Tanaman teh termasuk dalam genus Camellia yang memiliki sekitar 82
species dan tersebar di kawasan Asia Tenggara pada garis lintang 30° sebelah
utara maupun selatan khatulistiwa. Tanaman teh (Camellia sinensis (L.) O.
Kuntze) berasal dari wilayah perbatasan negara-negara China selatan (Yunani),
Laos barat Laut, Muangthai Utara, Burma Timur dan India Timur Laut yang
merupakan vegetasi hutan daerah peralihan tropis dan subtropis. Tanaman teh
masuk ke Indonesia pertama kali pada tahun 1684 yang berupa biji teh dari Jepang
dan dibawa oleh seorang berasal dari Jerman bernama Andreas Cleyer dan
ditanam sebagai tanaman hias di Jakarta. Pada tahun 1826 tanaman teh berhasil
ditanam untuk melengkapi koleksi tanaman di Kebun Raya Bogor dan pada tahun
1827 di kebun percobaan Cisurupan, Garut, Jawa Barat.
Teh yang baik dihasilkan dari bagian pucuk (pecco) ditambah 2-3 helai
daun muda, karena pada daun muda tersebut kaya akan senyawa polifenol, kafein

26
26
serta asam amino. Senyawa-senyawa inilah yang akan mempengaruhi kualitas
warna, aroma dan rasa dari teh.
Pada teh hijau (green tea) daun teh tidak di fermentasi ( tidak mengalami
proses perubahan kimia). Biasanya pucuk teh diproses langsung dengan
panas/steam untuk menghentikan aktivitas enzim sehingga sama seperti raw leaf
(daun teh awalnya), karena itu selain warnanya masih hijau juga masih
mengandung tanin yang relatif tinggi. Pengolahan teh hijau Indonesia merupakan
serangkaian proses fisik dan mekanis tanpa atau sedikit proses oksidasi enzimatis
terhadap pucuk teh dengan menggunakan sistem panning (Sangray, Sunda). Tahap
pengolahan terdiri atas pelayuan, penggulungan, pengeringan dan sortasi kering
.Dengan sistem pengolahan tersebut, dihasilkan beberapa grade seperti Gun
Powder (GP), Chun Mee(CM), Sow Mee( SM), peko, jikeng, bubuk dan tulang .
Pada dasarnya teh diproses menjadi tiga jenis yaitu teh hitam, teh hijau dan
teh oolong. Lebih dari tiga perempat teh dunia diolah menjadi teh hitam. Cara
pengolahannya, daun dirajang dan dijemur dibawah sinar matahari sehingga
mengalami perubahan kimiawi dan warna daun menjadi cokelat serta memberikan
cita rasa teh hitam yang khas. Sedangkan pada teh hijau, daun teh sedikit
mengalami proses pengolahan, yaitu hanya pemanasan dan pengeringan sehingga
warna hijau dapat dipertahankan. Teh oolong merupakan jenis peralihan teh hitam
dan teh hijau, dengan adanya proses fermentasi terdapat citarasa dan karakteristik
tersendiri. Meskipun demikian, ketiga jenis teh tersebut memiliki khasiat dan
potensi kesehatan yang sama
Untuk mendapatkan teh hijau dengan kualitas yang baik dan konsisten
sesuai dengan standar mutu yang diminta oleh pasar serta menguntungkan,
diperlukan suatu program pengolahan yang benar, terarah dan sesuai dengan
prinsip-prinsip pengolahan yang efisien dan berkesinambungan. Disamping itu,
diperlukan bahan baku(pucuk) yang bermutu tinggi dengan tingkat kehalusan
minimal 60% dan kerusakan pucuk serendah – rendahnya <5%.
PT.Rumpun Sari Kemuning( PT .RSK) mempunyai tahapan pengolahan
teh hijau antara lain pelayuan, penggulungan, pengeringan, dan sortasi. Proses

27
pengolahan teh hijau ini sangat mempengaruhi hasil akhirnya. Produk teh hijau
PT.RSK memilik prospek yang bagus disekitar wilayah Karanganyar karena
belum banyak perusahaan yang memproduksi teh hijau. Selain itu proses
pengolahan di PT.RSK cukup baik dengan menggunakan teknologi maju sehingga
mampu menembus pasaran nasional bahkan internasional.
B. Tujuan
Tujuan yang diperoleh dalam melakukan magang antara lain :
1. Mengetahui dan memahami bagaimana pengendalian mutu teh hijau di PT.
Rumpun Sari Kemuning dari awal sampai akhir.
2. Mengetahui dan memahami bagaimana proses pengolahan teh hijau dari
awal sampai akhir.
3. Mengetahui cara pemetikan teh, alat-alat atau mesin-mesin dan prinsip
kerja mesin dan peralatan yang digunakan untuk proses produksi teh hijau
di PT. Sari Kemuning .
C. Manfaat
Manfaat yang diperoleh dalam melakukan magang antara lain :
1. Dapat memperoleh pengalaman kerja tentang cara penanganan dan proses
pengolahan teh menjadi teh hijau yang bermutu tinggi
2. Dengan praktek kerja mahasiswa dapat mengetahui penerapan teori yang
telah diperoleh di bangku kuliah .
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

26
28
A. Teh
Teh diperoleh dari pengolahan daun teh (Camellia Sinensis) dari
familia Theaceae. Tanaman ini diperkirakan berasal dari daerah pegunungan
Himalaya dan pegunungan yang berbatasan dengan RRC, India dan
Burma.Adapun kebun teh dapat dilihat pada gambar 1. Tanaman ini dapat
subur di daerah tropik dan subtropik dengan menuntut cukup sinar matahari
dan curah hujan sepanjang tahun (Siswoputranto, 1978).
Dalam dunia tumbuh-tumbuhan, taksonomi teh dapat diklasifikasikan
sebagai berikut (Nazarudin dkk, 1993) :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledone
Sub Kelas : Chorripettalae
Ordo : Trantroemiaceae
Famili : Tjeaccae
Genus : Cammellia
Species : Cammellia sinensis
Varietas : Varietas Sinensis dan Varietas Assamica
Gambar 1. Kebun Teh Gambar 2. Teh Hijau
Tanaman teh merupakan tanaman yang tidak tahan terhadap
kekeringan, oleh karena itu menghendaki daerah dengan curah hujan yang
cukup tinggi dan merata. Di Indonesia secara umum dapat dikatakan bahwa

29
makin tinggi letak kebun teh dari permukaan laut maka makin tinggi pula
kualitas teh yang dihasilkan. Di daerah-daerah dengan ketinggian tempat
antara 700-1000 m dpl, kebun selalu menghasilkan hasil yang baik sekali
kualitasnya (Adisewojo, 1982).
Tanaman teh dapat tumbuh sampai ketinggian sekitar 6-9 m. Di
perkebunan-perkebunan tanaman teh dipertahankan hanya sampai sekitar 1 m
tingginya dengan pemangkasan secara berkala. Ini dilakukan untuk
memudahkan pemetikan daun dan agar diperoleh tunas-tunas daun teh yang
cukup banyak (Siswoputranto, 1978).
Menurut Murdiati (1984), sistem petikan adalah banyaknya daun yang
dipetik di bawah kuncup (peko) atau banyaknya daun yang tertinggal di bawah
daun kepel pada ranting setelah dilakukan pemetikan. Dari pertumbuhan
ranting dikenal ranting peko dan ranting burung. Ranting peko adalah ranting
yang masih mempunyai kuncup (peko) yang masih tergulung dan merupakan
ranting yang tumbuh aktif. Sedangkan ranting burung adalah ranting yang
tidak mempunyai kuncup dan merupakan ranting yang tidak aktif (dormant).
Secara garis besarnya dikenal 3 macam petikan, yaitu :
1. Petikan halus
Adalah petikan pucuk teh dimana yang dipetik adalah kuncup yang masih
tergulung (peko) + 1 helai daun muda.
2. Petikan sedang
Adalah petikan pucuk ditambah dengan 2 helai daun tua atau 3 helai daun
muda.
3. Petikan kasar
Adalah petikan pucuk + 3 helai daun tua atau lebih.
Komoditas teh dihasilkan dari pucuk daun tanaman teh (Camellia
Sinensis), tanaman teh berbentuk pohon. Tingginya biasanya mencapai
belasan meter dan dengan melalui proses pengolahan tertentu. Cara/proses
pengolahannya, teh dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis yaitu teh hitam,
teh polong, teh hijau. Teh hijau dibuat dengan cara menginaktifkan enzim

26
30
oksidase atau fenolase yang ada dalam pucuk daun teh segar, dengan cara
pemanasan atau penguapan menggunakan uap panas, sehingga oksidasi
enzimatik terhadap katekin dapat dicegah ( Hartoyo Arif, 2003).
Teh merupakan salah satu tanaman industri yang sangat penting. Dari
tanaman ini diambil daunnya yang masih muda kemudian diolah dan
digunakan untuk bahan minuman penyegar sehingga nantinya dapat
menciptakan proses pengolahan teh hijau berkatein tinggi, disamping itu teh
juga diekspor guna menghasilkan devisa untuk negara ( Sadjad, 1995 ).
Secara umum permintaan tumbuhan obat dan bahan-bahan dasar
herbal teh seperti teh hijau, jahe dan mahkota dewa mengalami peningkatan.
Teh hijau dapat dilihat pada gambar 2 diatas. Hal ini tidak hanya berkaitan
dengan kualitas tetapi juga kuantitas. Peningkatan tersebut berhubungan
dengan penganekaragaman penggunaan tanaman obat untuk penyembuhan
penyakit dengan memanfaatkan khasiat yang terkandung didalamnya ( Eliza,
2005 ).
Tanaman umumnya ditanam di perkebunan, dipanen secara manual
dan dapat tumbuh pada ketinggian 200 – 2.300 m dibawah permukaan laut.
Teh berasal dari kawasan India bagian utara dan Cina selatan. Ada dua
kelompok varietas teh yang terkenal, yaitu Assamica yang berasal dari India
dan Sinesis yang berasal dari Cina. Varietas Assamica daunnya agak besar
dengan ujung yang runcing, sedangkan varietas Sinesis daunnya lebih kecil
dan ujungnya agak tumpul. Pohonnya kecil karena seringnya pemangkasan
maka tampak seperti perdu. Bila tidak dipangkas akan tumbuh ramping
setinggi 5-10 m dengan bentuk tajuk seperti kerucut. Batang tegak berkayu
dan bercabang-cabang sedangkan ujung ranting dan daun mudanya berambut
halus. Daun tunggal bertangkai pendek dan letaknya berseling, helai daun
kaku seperti kulit tipis bentuknya elips memenjang sedangkan ujung dan
pangkalnya runcing dan bagian tepinya bergigi halus, panjang 6-18 cm, lebar
2-6 cm, warnanya hijau permukaaan mengkilap. Bunga di sela-sela daun
tunggal atau beberapa bunga bergabung menjadi satu dan berkelamin ganda

31
mempunyai garis tengah 3-4 cm, warnanya putih cerah dengan kepala sari
berkepala sari kuning dan baunya harum. buahnya berbentuk kotak berdinding
tebal, pecah menurut ruang, pada umur muda berwarna hijau setelah tua
berwarna coklat kehitaman dan mempunyai biji yang keras. Pucuk atau daun
muda yang digunakan untuk pembuatan minuman teh adalah katagori daun 1-
3 dari ujung tunas. Cara pembudidayaan dengan cara : perbanyakan degan biji,
stek, sambungan dan cangkokan. Teh merupakan salah satu dari kelompok
bahan penyegar yang mengandung kafein. Pada daun yang masih muda
kandungan fosfor sangat tinggi. Pada teh banyak mengandung mineral Al, Mn,
K, Ca, Fe, Zn dan Cu ( Syarief dan Anies. 1986 ).
Daun teh digunakan untuk membuat teh hitam dan teh hijau.
Perbedaan kedua macam teh tersebut disebabkan oleh cara pengolahan yang
berbeda. Mutu teh sangat ditentukan oleh macam daun yang dipetik. Kuncup
atau peko daun dan daun muda akan memberikan mutu teh yang lebih baik
dari pada daun tua. Daun burung adalah daun pucuk terakhir sebelum pucuk
dorman. Sistem pemetikan P + 1 berarti pucuk yang dipetik terdiri dari pucuk
peko dan sebuah daun sebelumnya ( di bawahnya ). P + 2 berarti peko dan 2
daun pucuk berturut-turut dibawahnya ( Muchtadi dan Sugiyono, 1992).
Teh diperoleh dari pengolahan daun teh (Camellia Sinensis) dari
familia Theaceae. Tanaman ini diperkirakan berasal dari daerah pegunungan
Himalaya dan pegunungan yang berbatasan denga RRC, India dan Burma.
Tanaman ini dapat subur di daerah tanaman tropic dan subtropik dengan
menuntut cukup sinar matahari dan curah hujan sepanjang tahun (Putro
Siswanto, 1978).
Dalam daun teh terdapat bahan-bahan kimia yang dapat digolongkan
menjadi empat kelompok besar yaitu :
1. Substansi Fenol

26
32
2. Substansi bukan fenol
3. Substansi Aromatis
4. Enzim
Susunan kimia dalam daun teh amat bervariasi karena faktor jenis Klon,
variasi musim dan kondisi tanah, perlakuan kultur teknis, umur pangkasan
atau daun, dan banyaknya matahari (Anonim4, 2009).
B. Proses Pengolahan Teh Hijau
Pengolahan teh hijau di Indonesia telah terkenal sejak lama namun
dilaksanakan dengan peralatan dan teknologi yang sederhana. Teh hijau
merupakan pucuk daun muda tanaman teh (Camellia Sinensis) yang diolah
tanpa melalui proses fermentasi. Walaupun demikian, pabrik teh hijau yang
memiliki teknologi pengolahan yang sederhana itu telah bertahan sangat lama.
Bahkan pabrik semacam ini masih banyak ditemukan dibeberapa produsen
teh. Tahapan pengolahan teh hjau yang baik dan benar terdiri dari pelayuan,
penggulungan, pengeringan dan sortasi kering. Untuk mendapatkan teh hijau
yang bermutu diperlukan suatu program pengolahan yang benar dan sesuai
dengan prinsip-prinsip pengolahan yang efisien (Djohana, S, 2000).
Pohon teh ini walaupun sebagian besar pembibitannya diambilkan dari
biji-bijianya. Akan tetapi sebagian petanipun telah memulai mengembangkan
pohon teh dengan cara vegetatif. Keuntungan pengembangan dengan vegetatif
ini adalah dengan bisanya kita memilih bahan-bahan penanaman pohon dari
klon-klon yang kita kehendaki (Wahyu ulyana, 1983).
Pemetikan merupakan pekerjaan memetik pucuk teh yang terdiri dari
kuncup, ranting muda, dan daunnya. Pemetikan mempunyai aturan tersendiri
untuk menjaga agar produksi teh tetap tinggi dan tanaman tidak rusak karena
petikan. Pemetikan yang tidak teratur menyebabkan tanaman teh cepat tinggi,
bidang petik tidak rata, dan jumlah petikan tidak banyak. Akibatnya tentu saja
akan berpengaruh pada nilai ekonomisnya (Nazarudin dan Paimin, 1993).

33
Produksi teh meliputi beberapa tahap yaitu pelayuan, penggulungan,
pengeringan dan pengemasan. Meskipun prosesnya relatif mudah, diperlukan
pengontrolan yang seksama pada setiap tahap untuk memperoleh hasil dengan
aroma dan rasa yang tepat.
1. Pelayuan
Tujuan pelayuan adalah untuk mengurangi kadar air daun teh
hingga 70%. Presentase ini bervariasi dari satu wilayah dengan yang lain.
Daun teh ditempatkan diatas loyang logam (wire mesh) dalam ruangan
(semacam oven). Kemudian udara dialirkan untuk mengeringkan secara
keseluruhan. Proses ini memakan waktu 12 hingga 17 jam. Pada akhir
pemrosesan daun teh menjadi layu dan lunak sehingga mudah untuk
dipilin.
2. Penggulungan
Daun teh ditempatkan pada mesin penggiling, yang berputar secara
horizontal terhadap meja penggilingan. Proses ini membentuk daun teh
menyerupai pilinan kawat. Selama proses penggiligan daun teh juga
menjadi pecah/rusak. Sebagai pengganti penggilingan yang lembut dan
tradisional, ada dua metode lain yang digunakan, terutama dalam produksi
teh hitam agar menjadi lebih halus, seperti daun hancur (funning) dan
partikel kecil (dusting). Katagori ini biasanya diperuntukkan untuk
produksi teh celup.
3. Pengeringan
Untuk menghentikan proses oksidasi, daun teh dilewatkan melalui
pengering udara panas. Proses ini mengurangi total kadar air hingga kira-
kira 3% dan menghentikan enzim. Oksidasi dihentikan pada proses ini,
dan sekarang daun teh yang sudah kering siap untuk disortir berdasarkan
penggolongan kelasnya sebelum pengemasan.
4. Pengemasan

26
34
Daun teh pada umumnya dikemas dalam kotak kayu yang besar dan
siap untuk diekspor. Untuk selanjutnya dapat dikemas dalam kemasan lebih
kecil, teh celup, dan lain-lain.
Penurunan kadar katekin selama pengolahan teh hijau tidak sebanyak
yang terjadi pada pengolahan teh hitam. Hal ini dimungkinkan karena sejak
awal telah diupayakan inaktivasi ensim oksidasi selama proses pemanasan
atau pelayuan. Kadar katekin pada teh hijau selama pengolahan dapat dilihat
pada Tabel 1.
Tabel 1. Kadar Katekin Selama Pengolahan Teh Hijau (Bambang et al, 1996)
Katekin total
Tahap pengolahan Yang dianalisis
b.k (%) % Katekin pucuk segar
1. Sebelum diolah pucuk segar 15,53 100,00
2. Pelayuan Pucuklayu 14,39 92,66
3. Penggilingan Bubukgiling 13,35 85,96
4. Pengeringan I Bubuk kering awal 13,06 84,10
5. Pengeringan akhir Bubuk kering akhir 11,88 76,50
6. Sortasi
CM 1 12,61 81,20
SM 1 11,79 75,92
GP3 12,16 78,30
CM 3 11,14 71,73
SM 3 11,55 74,37
Peko 11,66 75,08
Jikeng 9,97 64,20
Bubuk 10,62 68,38
Tulang 6,96 44,82
Sumber: PPTK
C. PENGENDALIAN MUTU

35
Mutu teh merupakan kumpulan sifat yang dimiliki oleh teh, baik fisik
maupun kimia. Keduanya telah dimiliki sejak berupa pucuk teh ataupun
diperoleh sebagai akibat teknik pengolahan dan penanganan yang dilakukan.
Oleh sebab itu, proses pengendalian mutu teh telah dilakukan sejak teh
ditanam, dipetik, diangkut, selama diolah dan setelah pengolahan. Uji mutu
teh dalam rangka pengendalian mutu dan pengendalian proses pengolahan
dapat dilakukan secara fisik, kimia maupun inderawi. Diantara ketiga metode
tersebut, uji inderawi menempati urutan teratas karena praktis dan dirasa
paling sesuai untuk diterapkan pada teh sebagai bahan minuman yang
diharapkan memberikan kepuasan inderawi peminumnya (Soekarto, 1990).
Mutu teh sangat dipengaruhi oleh cara pengolahannya, walaupun
faktor-faktor lain juga berpengaruh (Nasution dan Wachyuddin, 1975).
Faktor-faktor lain tersebut antara lain, letak atau tinggi perkebunan di atas
permukaan laut, pemangkasan ranting-ranting, cara atau sistem pemetikan
daun teh dan jenis daun yang diolah (Siswoputranto, 1978).
Mutu teh dinilai berdasarkan rasa (taste), aroma, dan warna seduhan
(liquor). Penilaian mutu ditentukan oleh seorang ahli pencicip (tea tester)
berdasarkan analisis organoleptik, yaitu kemampuan mengukur mutu dengan
indra penglihatan, penciuman, dan perasa. Parameter lain seperti kadar air dan
berat jenis (density) hanya sebagai pendukung (Ghani, 2002).
Pada penentuan mutu ini , dilihat keseragaman bubuk, bahan-bahan
asing dalam bubuk, mutu air seduhan dan warna air seduhan. Selain penentuan
tersebut, masih ada yang harus dilihat yaitu warna ampas, rasa dan aroma air
seduhan tersebut, menurut tea tester. Kesalahan pada waktu pengujian, akan
terasa oleh tester setelah melihat sifat-sifat air seduhannya (Nasution dan
Wachyudin, 1975).
Menurut Bambang (1995), jenis mutu teh hijau yang sedang
dikembangkan menurut standar teh hijau Cina, yaitu:
a. jenis mutu Gum Powder (GP) terdiri dari GP Spesial, GP 1, GP 2 dan GP 3
b. jenis mutu Chun Mee (CM) terdiri dari CM 1, CM 2,CM 3 dan CM 4

26
36
c. jenis mutu Sow Mee (SM) terdiri dari SM 1 dan SM 2. (PT. RSK I. 2008).
HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point) adalah suatu sistem
jaminan mutu yang mendasarkan kepada kesadaran atau perhatian bahwa
hazard (bahaya) akan timbul pada berbagai titik atau tahap produksi, tetapi
pengendaliannya dapat dilakukan untuk mengontrol bahaya-bahaya tersebut.
HACCP merupakan salah satu bentuk manajemen resiko yang
dikembangkan untuk menjamin keamanan pangan dengan pendekatan
pencegahan (preventive) yang dianggap dapat memberikan jaminan dalam
menghasilkan makanan yang aman bagi konsumen. Kunci utama HACCP
adalah antisipasi bahaya dan identifikasi titik pengawasan yang
mengutamakan kepada tindakan pencegahan dari pada mengandalkan
kepada pengujian produk akhir.
Sistem HACCP bukan merupakan sistem jaminan keamanan pangan
yang zero-risk atau tanpa resiko, tetapi dirancang untuk meminimumkan
resiko bahaya keamanan pangan. Sistem HACCP juga dianggap sebagai alat
manajemen yang digunakan untuk memproteksi rantai pasokan pangan dan
proses produksi terhadap kontaminasi bahaya-bahaya mikrobilogis, kimia
dan fisik. HACCP dapat diterapkan dalam rantai produksi pangan mulai dari
produsen utama bahan baku pangan (pertanian), penanganan, pengolahan,
distribusi, pemasaran hingga pengguna akhir.
Prisip-prinsip penerapan HACCP, sebagai suatu sistem jaminan mutu
yang menitik beratkan pada identifikasi adanya bahaya tertentu dan upaya
mencegah cemaran pada bahan pangan dan kerusakannya, HACCP
mensyaratkan pelaksanaan tujuh prinsip sebagai berikut :
1. Analisis bahaya : identifikasi adanya bahaya dalam suatu proses/produk
yang dapat terjadi pada setiap tahapan proses, mulai dari produksi
sampai siap dikonsumsi. Untuk melaksakannya, terdapat tiga pendekatan
yang digunakan yaitu keamanan pangan itu sendiri, kebersihan atau
sanitasi dan penyimpangan secara ekonomi.

37
2. Penentuan Titik Kendali Kritis (Critical Control Point/CCP) :
identifikasi setiap tahapan di dalam proses yang apabila tidak
dikendalikan secara baik dapat menimbulkan bahaya.
3. Penetapan Batas Kritis : batas-batas kritis adalah batas-batas toleransi
yang ditetapkan yang tidak boleh dilampaui (untuk menjamin CCP
berada dalam kendali). Batas-batas tersebut dapat bersifat kuantitatif
maupun kualitatif.
4. Pemantauan/monitoring : tindakan terencana untuk mengamati dan
menguji efektifitas pengendalian suatu CCP. Pemantauan dapat
memberikan peringatan dini jika terjadi penyimpangan,
mencegah/mengurangi kerugian, serta membantu melokalisir dan
memecahkan masalah yang timbul.
5. Tindakan koreksi : upaya perbaikan terencana terhadap hasil pemantauan
yang menunjukkan bahwa suatu CCP tertentu tidak terkendali. Bila
terjadi penyimpangan, hendaknya dikembalikan pada proses yang
sebenarnya. Selanjutnya,produk yang dihasilkan pada saat
penyimpangan terjadi perlu diidentifikasi.
6. Verifikasi : tindakan untuk meyakinkan apakah sistem HACCP berjalan
secara efektif sesuai dengan rencana, ataukah perlu diadakan modifikasi.
Verifikasi dapat berupa audit atau uji mikrobiologi terhadap produk
olahan.
7. Pencatatan (dokumentasi) : semua prosedur dan catatan berkenaan
dengan prinsip-prinsip ini serta penerapannya perlu didokumentasikan.
Tujuan dari penerapan HACCP dalam suatu industri pangan adalah
untuk mencegah terjadinya bahaya sehingga dapat dipakai sebagai jaminan
mutu pangan guna memenuhi tututan konsumen. HACCP bersifat sebagai
sistem pengendalian mutu sejak bahan baku dipersiapkan sampai produk
akhir diproduksi masal dan didistribusikan. Oleh karena itu dengan
diterapkannya sistem HACCP akan mencegah resiko keluhan karena adanya
bahaya pada suatu produk pangan. Selain itu, HACCP juga dapat berfungsi

26
38
sebagai promosi perdagangan di era pasar global yang memiliki daya saing
kompetitif.
Penerapan HACCP dalam industri pangan memerlukan komitmen
yang tinggi dari pihak manajemen perusahaan yang bersangkutan.
Disamping itu, agar penerapan HACCP ini sukses maka perusahaan perlu
memenuhi persyaratan dasar industri pangan yaitu, telah diterapkannya
Good Manufacturing Practices (GMP) dan Standard Sanitation Operational
Procedure (SSOP).
Beberapa keuntungan yang dapat diperoleh suatu industri pangan
dengan penerapan sistem HACCP antara lain meningkatkan keamanan
pangan pada produk makanan yang dihasilkan, meningkatkan kepuasan
konsumen sehingga keluhan konsumen akan berkurang, memperbaiki fungsi
pengendalian, mengubah pendekatan pengujian akhir yang bersifat
retrospektif kepada pendekatan jaminan mutu yang bersifat preventif, dan
mengurangi limbah dan kerusakan produk atau waste.
CCP atau titik-titik kritis pengawasan didefinisikan sebagai setiap
tahap di dalam proses dimana apabila tidak terawasi dengan baik,
kemungkinan dapat menimbulkan tidak amannya pangan, kerusakan dan
resiko kerugian ekonomi. CCP ini dideterminasikan setelah tata alir proses
yang sudah teridentifikasi potensi hazard pada setiap tahap produksi dan
tindakan pencegahannya.
CCP dapat diidentifikasi dengan menggunakan pengetahuan tentang
proses produksi, semua potensi bahaya dan signifikasi bahaya dari analisa
bahaya serta tindakan pencegahan yang ditetapkan. Namun demikian
penetapan lokasi CCP hanya dengan keputusan dari analisa signifikasi
bahaya dapat menghasilkan CCP yang lebih banyak dari yang seharusnya
diperlukan. Sebaliknya juga sering terjadi negoisasi deviasi yang
menyebabkan terlalu sedikitnya CCP yang justru dapat membahayakan
keamanan pangan.

39
Untuk membantu menemukan dimana seharusnya CCP yang benar,
Codex Alimentarius Commission GL/32 1998, telah memberikan pedoman
berupa Diagram Pohon Keputusan CCP (CCP Decision Tree). Diagram
pohon keputusan pada gambar 3 adalah seri pertanyaan logis yang
menanyakan setiap bahaya. Jawaban dari setiap pertanyaan akan
memfasilitasi dan membawa tim HACCP secara logis memutuskan apakah
CCP atau bukan.

26
40
Gambar 3. Diagram Pohon Keputusan Penentuan HACCP
Lakukan modifikasi tahapan dalam proses atau produk ?
Apakah tahapan dirancang spesifik untuk menghilangkan atau mengurangi bahaya yang mungkin terjadi sampai level yang dapat diterima?
Apakah pencegah pada tahap ini perlu untuk keamanan pangan ?
Dapatkah kontaminasi dengan bahaya yang didefinisikan terjadi melebihi tingkatan yang dapat diterima atau dapatkah ini meningkat sampai tingkatan yang tidak dapat diterima ?
Akankah tahapan berikutnya menghilangkan atau mengurangi bahaya yang teridentifikasi sampai level yang dapat diterima ?
Tidak Ya
CCP
Bukan CCP Berhenti
P1.
P4.
P3.
P2.
Ya
Ya
Ya
Ya
Tidak
Tidak
Tidak Bukan CCP Berhenti
Bukan CCP Berhenti
Tidak
Adakah Tindakan Pencegahan ?

41
Disamping sistem Codex yang hanya menggunakan satu jenis diagram
keputusan, terdapat pula format lain yang menggunakan 3 jenis diagram
keputusan untuk menentukan CCP. Decision tree pada gambar 4 berisi
urutan pertanyaan mengenai bahaya yang mungkin muncul dalam suatu
langkah proses, dan dapat juga diaplikasikan pada bahan baku untuk
mengidentifikasi bahan baku yang sensitif terhadap bahaya atau untuk
menghindari kontaminasi silang. Suatu CCP secara bersama-sama dapat
dikendalikan untuk mengurangi bahaya fisik dan mikrobiologi. (Anonim,
2006)
Gambar 4. Decision Tree Untuk Penetapan CCP Pada Bahan Baku
Gambar 5. Decision Tree Untuk Penetapan CCP Pada Bahan Baku
P1. Apakah terdapat bahaya dalam bahan baku ini ?
Ya Tidak Bukan CCP
P2. Apakah proses atau konsumen akan menghilangkan bahaya tersebut ?
P3. Apakah ada resiko kontaminasi silang terhadap fasilitas atau produk lain yang tidak dapat dikendalikan ?
Tidak
Bukan CCP
Ya
CCP
CCP
Tidak Ya
P1. Apakah formulasi atau komposisi adonan atau campuran penting untuk mencegah terjadinya peningkatan bahaya ?
Ya Tidak Bukan CCP
CCP

26
42
Gambar 6. Decision Tree Untuk Penetapan CCP Pada Tahapan Proses
P1. Apakah terdapat bahaya pada tahapan proses ini ?
P2. Apakah ada tindakan pencegahan untuk mengendalikan bahaya tersebut ?
P3. Apakah proses ini dirancang khusus untuk menghilangkan atau mengurangi bahaya sampai aman ?
P4. Apakah bahaya dapat meningkat sampai batas tidak aman ?
Ya Tidak Bukan CCP
Ya
Ya
Apakah pengendalian diperlukan untuk menigkatkan keamanan ?
Ya
Tidak Bukan
CCP
Tidak
Tidak CCP
Ya
P5. Apakah proses selanjutnya dapat menghilangkan atau mengurangi bahaya ?
Ya
Tidak
Tidak CCP
Bukan CCP
Bukan CCP
Modifikasi proses/produk

43
Batas kritis harus ditentukan untuk setiap CCP, dalam beberapa kasus
lebih dari satu batas kritis akan diperinci pada suatu tahap tertentu. Kriteria
yang kerap kali dipergunakan mencakup pengukuran suhu, waktu, tingkat
kelembaban, pH, Aw dan chlorine yang ada, dan parameter yang
berhubungan dengan panca indra seperti kenampakan dan tekstur.
Batas kritis menunjukkan perbedaan antara produk yang aman dan
tidak aman sehingga proses produksi dapat dikelola dalam tingkat yang
aman. Batas kritis ini harus selalu tidak dilanggar untuk menjamin bahwa
CCP secara efektif mengendalikan bahaya mikrobiologis, kimia dan fisik.
Batas kritis harus mudah diidentifikasi dan dijaga oleh operator proses
produksi, sehingga perlu diusahakan dalam bentuk batas-batas kritis fisik,
dan jika tidak memungkinkan baru mengarah pada kimia atau mikrobiologi.
Batas kritis fisik biasanya dikaitkan dengan toleransi untuk bahaya
fisik atau benda asing, atau kendali bahaya mikrobiologis dimana hidup atau
matinya dikendalikan oleh parameter fisik. Beberapa contoh batas kritis fisik
adalah tidak adanya logam, ukuran retensi ayakan, suhu, waktu, serta
unsur-unsur uji organoleptik.
Batas kritis kimia biasanya dikaitkan dengan bahaya kimia atau dengan
kendali bahaya mikrobiologis melalui formulasi produk dan faktor intrinsik.
Sebagai contoh adalah kadar maksimum yang diterima untuk mikotoksin,
pH, aw, alergen, dan sebagainya.
Batas kritis mikrobiologis biasanya tidak digunakan karena
membutuhkan waktu yang relatif lama untuk memonitor, tingkat
kontaminasi produk oleh patogen rendah 33 (<1%), biaya mahal,
pengukuran fisik dan kimia dapat digunakan sebagai indicator pengukuran
atau pengendalian mikrobiologis. (Anonim14, 2009)

26
44
D. Manfaat Teh
Senyawa utama yang dikandung teh adalah katekin , yaitu suatu kerabat
tanin terkondensasi yang juga akrab disebut polifenol karena banyaknya gugus
fungsi hidroksil yang dimilikinya. Selain itu, teh juga mengandung alkaloid
kafein yang bersama-sama dengan polifenol teh akan membentuk rasa yang
menyegarkan. Beberapa vitamin yang dikandung teh di antaranya adalah
vitamin P, vitamin C, vitamin B, dan vitamin A yang walaupun diduga keras
menurun aktivitasnya akibat pengolahan masih dapat dimanfaatkan oleh
peminumnya. Beberapa jenis mineral juga terkandung dalam teh, terutama
fluoride yang dapat memperkuat struktur gigi.
Karena kandungan senyawa tersebut, terutama kandungan katekinnya, teh
tampaknya dapat disebut minuman fungsional. Beberapa kenyataan yang
dibuktikan melalui penelitian antara lain (Oguni, 1996) sebagai berikut: Teh
akan meningkatkan sistem pertahanan biologis tubuh terhadap kanker. Teh
membantu penyembuhan penyakit, misalnya mencegah peningkatan kolesterol
darah.
Teh dapat mengatur gerak fisik tubuh dengan mengaktifkan sistem saraf
karena kandungan kafeinnya. Katekin teh merupakan antioksidan yang kuat
dan akan menghambat proses penuaan.
Pengembangan produk teh hijau menjadi bahan tambahan makanan (food
aditif) yaitu dengan cara memanfaatkan kandungan antioksidan dalam teh
hijau. Antioksidan adalah substansi yang dapat menetralisir atau
menghancurkan radikal bebas. Radikal bebas merupakan jenis oksigen yang
memiliki tingkat reaktif yang tinggi dan secara alami ada didalam tubuh
sebagai hasil dari reaksi biokimia di dalam tubuh. Antioksidan juga
merupakan senyawa yang dapat memperlambat oksidasi dalam bahan pangan
sehingga produk pangan yang ditambah dengan antioksidan dapat
mempertahankan nilai gizi dan mencegah kerusakan pangan akibat proses
oksidasi. Dalam industri pangan antioksidan lazim digunakan untuk mencegah
terjadinya reaksi oksidasi terutama dalam bahan pagan berlemak (Konisi et al,

45
2003). Adapun mekanisme antioksidan untuk mencegah proses oksidasi yaitu
menurunkan konsentrasi O2, menangkap senyawa yang dapat mengionisasi
terbentuknya peroksida, menetralkan oksigen, mengikat ion logam yang dapat
membentuk radikal bebas (Anonymousc, 2009).
Bahan tambahan pangan dari teh hijau diperoleh dari ekstraksi teh hijau
untuk mendapatkan polifenol yang mempunyai aktifitas antioksidan.
Penggunaan ekstrak teh hijau dapat melindungi oksidasi dalam sistem emulsi
minyak dalam air pada PH 5,5 selain itu dapat menghilangkan ion ferri yang
dapat menimbulkan oksidasi sehingga dapat memperpanjang umur simpan
produk pangan. Selain itu, polifenol dari teh hijau juga dapat berfungsi sebagai
pencegah timbulnya warna pada produk pangan yang tidak diinginkan serta
dapat mempertahankan senyawa betacaroten dan asam ascorbat (vit C) pada
produk pangan (Christiane et al, 2001).
Berikut ini adalah manfaat teh hijau yang didasarkan pada berbagai hasil
penelitian:
1. Dapat mencegah dan menurunkan tekanan darah tinggi
2. Mencegah timbulnya kadar gula darah yang tinggi
3. Menurunkan kadar kolesterol
4. Menurunkan resiko terkena berbagai penyakit hati
5. Menurunkan resiko terkena stroke
6. Membantu tubuh dalam melawan virus (seperti virus influenza)
7. Dapat menghambat penurunan fungsi syaraf
8. Memperbaiki fungsi kognitif
9. Bermanfaat bagi kesehatan gusi
10. Mencegah sesak nafas
11. Mengurangi stress
12. Menghilangkan kelelahan dan keletihan
13. Mampu mencegah timbulnya penyakit kanker
14. Mampu mengendalikan pertumbuhan tumor
15. Membantu penyembuhan penyakit kanker

26
46
16. Membantu menurunkan berat badan
17. Mengurangi resiko timbulnya radang sendi dan reumatik
18. Berfungsi sebagai anti radang tenggorokan
19. Mencegah osteoforosis
20. Mencegah timbulnya alergi
21. Melindungi lever
22. Mencegah hepatitis
23. Membantu menghalangi penyebaran virus HIV
24. Mengurangi bahaya merokok
25. Memperlambat penuaan
26. Baik dikonsumsi untuk penderita diabetes
27. Mampu mencegah keracunan makanan
Anonim (2010).
E. SNI Teh
Untuk standar mutu teh menurut SNI dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Standar Mutu Teh menurut SNI 1705.A/BSN-I/HK.24/06/2000
Parameter Standar
Warna hijau kekuningan-merah kecoklatan, bau dan rasa khas
kadar air maks 8%
kadar ekstrak dalam air min 32%
kadar abu total maks 8%
kadar abu larut dalam air dari abu total min 45%
alkalinitas abu larut dalam air (1-3)%
serat kasar maks 16%
cemaran logam (Pb maks. 20 mg/kg, Cu mals. 150,0 mg/kg, Zn dan Sn maks. 40,0 mg/kg, Hg maks. 0,03 mg/kg; As maks 1,0 mg/kg;
cemaran mikroba (ALT maks 3 X 10 3 koloni/g, Coliform < 3 APM/g)
Sumber: Anonim 2009

47
BAB III
TATA LAKSANA KEGIATAN
A. Tempat Magang
Magang di Industri Hasil Pertanian dilaksanakan di PT. RUMPUN
SARI KEMUNING yang berpusat di Ngargoyoso, Karanganyar (57793) Jawa
Tengah, Indonesia.
B. Waktu Pelaksanaan
Magang Industri Hasil Pertanian tepatnya di PT. RUMPUN SARI
KEMUNING dilaksanakan mulai tanggal 1 Maret sampai dengan tanggal 1
April 2010, pada hari kerja karyawan yaitu Senin sampai dengan Sabtu
kecuali hari libur.
C. Metode Pelaksanaan
1. Observasi atau pengamatan secara langsung di lapangan pada saat proses
produksi dan pengadaan bahan baku hingga proses pemasaran.
2. Wawancara dengan semua pihak yang berhubungan langsung atau
berkaitan dengan masing-masing proses produksi.
3. Terlibat secara langsung pada semua tahapan dalam proses produksi.
4. Melakukan studi pustaka, yaitu membandingkan antara literatur yang ada
dengan kenyataan di lapangan.

26
48
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Keadaan Umum Perusahaan
1. Sejarah Singkat dan Status Perusahaan
Perkebunan teh hijau di PT. Rumpun Sari Kemuning I, dirintis oleh
bangsa Belanda yang pada waktu itu sedang menjajah Bangsa Indonesia,
dengan nama ”NV. Cultuur Masstschapij Kemuning”, dengan pusat
pengolahan di Belanda. Berdasarkan undang-undang pemerintah di
Belanda pada tahun 1854 pasal 62 dan Undang-undang Agraria pada tahun
1870 yang mengatur mengenai Hak Guna Usaha (HGU), maka pada
tanggal 11 April 1852 pemerintah Belanda memberikan HGU dalam
jangka waktu 50 tahun kepada kakak beradik warga Belanda yang
bernama Jonan De John dan Van Mender Van yang tinggal di Den Hagg
Belanda. Lahan HGU yang diberikan tersebut berada di dua kecamatan
yaitu Kecamatan Ngargoyoso dengan luas 812,127 Ha dan Kecamatan
Jenawi dengan luas 238,828 Ha sehingga luas totalnya 1.051 Ha. Pada saat
itu lahan tersebut ditanami kopi dan teh yang pengolahannya diserahkan
pada Firma Watering dan Labour yang berkedudukan di Belanda.
Pada tahun 1942, karena Jepang datang ke Indonesia, maka
perkebunan diambil alih oleh pemerintahan Jepang sampai pada tahun
1945. Pada saat kedudukan Jepang, kegiatan komersial mengalami
kemacetan karena kebun diserahkan kepada penduduk setempat sehingga
mengakibatkan tanaman teh dan kopi banyak yang mati karena tidak
terawat dengan baik.
Pada tahun 1945 sampai awal tahun 1948 perkebunan Kemuning
dikelola oleh Mangkunegaran Surakarta dengan pimpinan Ir. Sarsito.
Sedangkan pada tahun 1948 sampai dengan tahun 1950, Kebun Kemuning
dikuasai oleh pemerintah Militer Republik Indonesia dan hasil

49
produksinya digunakan untuk membiayai perjuangan kemerdekaan.
Berdasarkan Konferensi Meja Bundar (KMB) pada tanggal 19 Mei 1950
sampai dengan 30 Desember 1952, Kebun Kemuning diserahkan kembali
kepada NV. Cultuur Maatschapij. Pada tanggal 1 Januari 1953 berdasarkan
Undang-undang No. 3/1952/RI Hak Guna Usaha (HGU) Kebun
Kemuning, dicabut dari NV. Cultuur Maatschapij.
Tahun 1965 dipegang sementara oleh KODAM Diponegoro
dengan luas area 546,868 Ha. Hal ini disebabkan karena adanya
rongrongan PKI dalam usaha merebut sebagian area perusahaan.
Berdasarkan SK Mendagri No. 17/HGU/NIA/71 maka pada tanggal 3
November 1971 pengolahan kebun Kemuning diserahkan kepada yayasan
Rumpun Diponegoro dan dibentuk PT. Rumpun.
Pada tahun 1980 PT. Rumpun dipecah menjadi 2 yaitu :
(a) PT. Rumpun Antan dengan komoditi karet, kopi, kelapa, cengkeh, dan
randu yang meliputi perkebunan :
1) Perkebunan Curai/Rejodadi di Cilacap
2) Perkebunan Samudra di Banyumas
3) Perkebunan Darmokadrenan di Banyumas
4) Perkebunan Cluwak di Pati
5) Perkebunan jati Pablengan di Semarang
(b) PT. Rumpun Teh dengan komoditi kopi, teh yang meliputi :
1) Perkebunan Kemuning di Karanganyar
2) Perkebunan Medini di Kendal
3) Perkebunan Kaligantung di Semarang
Pada tahun 1990 tepatnya pada bulan Maret PT. Rumpun bekerja
sama dengan PT. Astra Agro Niaga di Jakarta yang pengolahannya
diserahkan kepada PT. Astra Agro Niaga yang sahamnya 60% milik PT.
Astra, dengan demikian, dibentuklah nama baru untuk perkebunan
Kemuning, yaitu PT. Rumpun Sari Kemuning yang dikenal sampai
sekarang. Tapi sekarang PT. Rumpun Sari Kemuning tidak lagi bekerja

26
50
sama dengan PT. Astra selama 4 tahun terakhir, melainkan dengan PT.
SAT (Sumber Abadi Tirto Sentosa).
2. Lokasi Pabrik
Perkebunan PT. Rumpun Sari Kemuning terletak di bagian barat
lereng gunung Lawu, sekitar 8 Km dari Tawangmangu 38 Km dari
Surakarta. Pabrik pengolahan berada di desa Kemuning, Kecamatan
Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar.
Batas-batas kebun PT. Rumpun Sari Kemuning di sebelah barat
berbatasan dengan PTP XVIII, sebelah utara berbatasan dengan
Kecamatan Jenawi, sebelah timur berbatasan dengan Perhutani gunung
Lawu (Hutan pinus Wonomarto), sebelah selatan Kelurahan Ngandungan,
Ngargoyoso.
Lokasi pabrik berdekatan langsung dengan areal perkebunan yang
juga sebagai sumber bahan baku, sehingga efisien dalam pengangkutan
bahan dasar sampai lokasi pabrik. Di sekitar lokasi pabrik terdapat fasilitas
umum seperti masjid, pasar dan puskesmas. Jalur transportasi juga mudah
dijangkau oleh karyawan. Hal ini sangat mendukung sekali dalam menjaga
kelancaran pabrik.
Luas area perkebunan teh PT. Rumpun Sari Kemuning secara
keseluruhan 435,82 Ha dengan area tanam 391,97 Ha, yang dibagi menjadi
2 afdeling A dan afdeling B. Afdeling A seluas 222, 26 Ha dengan area
tertanam 214,26 Ha. afdeling B seluas 215,56 Ha dengan area tertanam
177,71 Ha. Dari pembagian areal ini, terdiri dari areal yang menghasilkan
dan areal yang tidak menghasilkan. Selain itu juga dilakukan pembagian
areal tanaman produktif, areal tanah pembibitan, areal tanah cadangan,
areal tanah untuk jalan, sarana transportasi dan tanah untuk emplasemen
pabrik, jurang dan sungai.

51
3. Keadaan Alam
Keadaan alam di perkebunan teh PT. Rumpun Sari Kemuning
adalah sebagai berikut :
a. Kondisi intensitas sinar matahari di perkebunan PT. Rumpun Sari
Kemuning adalah sekitar 40 – 50 %.
b. Kondisi curah hujan sekitar 1500 sampai 4000 mm/tahun dengan rata-
rata 2500-3000 mm/tahun.
c. Suhu pada PT. Rumpun Sari Kemuning antara 14-250 C dengan rata-
rata 220 C. Hal ini telah sesuai dengan syarat tumbuh tanaman teh
sehingga sangat mendukung hasil produksi pucuk teh.
d. Kondisi kelembaban relatif yaitu 60% sampai 80% dengan keadaan
angin normal dan kondisi kelembaban relatif yang dikehendaki oleh
tanaman teh di perkebunan PT. Rumpun Sari Kemuning telah sesuai
dengan syarat diatas.
e. Lingkungan batas 11,10 – 11,250 BT dan 7,40-7,60 LS. Ketinggian
tempat di perkebunan sekitar 600-1400 m dpl. Dengan demikian
ketinggian kurang dari 600 m dpl tidak sesuai untuk syarat tumbuh
tanaman teh sehingga kemungkinan dapat menurunkan produksi pucuk
teh. Sedangkan tinggi tempat 1400 m dpl telah sesuai dengan syarat
tumbuh tanaman teh. Tinggi tempat pada PT. Rumpun Sari Kemuning
1200 sampai 1800 m dpl.
f. Jenis tanah di PT. Rumpun Sari Kemuning yaitu Andosol berwarna
merah kehitam-hitaman. Dengan ciri strukturnya renggang, tidak
lengket dan humusnya mudah larut. Jenis tanah Laterit Tuuf Andesit
dan Andosol.
4. Tujuan Pendirian Pabrik
Tujuan Perusahaan adalah :
a. Mempertahankan perkebunan untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat kemuning pada khususnya dan masyarakat Indonesia pada
umumnya, karena merupakan aset yang perlu dilestarikan.

26
52
b. Meningkatkan mutu produk sehingga memiliki kualitas super serta
memperkenalkan produk bermutu tersebut pada masyarakat nasional
maupun internasional.
B. Manajemen Perusahaan
1. Struktur Organisasi Perusahaan
Struktur Organisasi merupakan hubungan kerja yang mengatur
wewenang dan kegiatan pengaturan kerja supaya segala sesuatu yang
menjadi tujuan organisasi akan mudah dicapai. Karena pada dasarnya
pendirian suatu perusahaan adalah untuk mencapai tujuan utama yaitu
untuk memperoleh keuntungan sehingga dalam usaha pengolahan
perusahan perlu pengorganisasian yang teratur dan baik. Untuk lebih
jelasnya struktur organisasi dapat dilihat pada Gambar 7.
Pengaturan dan kebijakan sepenuhnya PT. Rumpun Sari Kemuning
berada pada direksi yang berkedudukan di jalan Kepoh G 52, Kesatrian
Jatingaleh, Semarang, Jawa Tengah. Sedangkan untuk menjalankan tugas
dari sistem direksi diserahkan pada bagian organisasi perkebunan teh PT.
Rumpun Sari Kemuning . Bentuk organisasi yang diterapkan di PT.
Rumpun Sari Kemuning adalah sistem lini atau garis. Pada sistem ini
setiap bawahan bertanggung jawab kepada setiap atasannya menurut garis.
Sistem garis atau lini merupakan wewenang yaitu mendelegasikan
sebagian wewenang yang dimiliki langsung, atasan berhak untuk
memberikan perintah dan mengambil keputusan terhadap bawahanya.
Sehingga terjadi rentetan hubungan antara atasan dan bawahan mulai dari
pucuk organisasi hingga pegawai paling bawah.
Keuntungan menggunakan sistem ini adalah :
a. Kesatuan komando terjamin dengan baik karena pimpinan berada pada
satu tangan.
b. Proses pengambilan keputusan berjalan dengan cepat karena orang
yang diajak konsultasi masih sedikit.

53
c. Rasa solidaritas antar karyawan cukup tinggi.
Sedangkan kelemahan atau kekurangan menggunakan sistem ini
yaitu :
a. Seluruh organisasi terlalu tergantung pada satu orang, sehingga kalau
seseorang itu tidak mampu maka seluruh organisasi akan terancam
hancur.
b. Ada kecenderungan pimpinan bertindak secara otoriter.
c. Kesempatan karyawan berkembang sangat terbatas karena karyawan
tidak mendapatkan kesempatan mengeluarkan pendapat.
Secara umum pelaksanaan kegiatan yang di lakukan di PT.
Rumpun Sari Kemuning dibagi dalam tiga bagian utama yaitu :
a. Bagian Kebun
Bagian Kebun memberikan laporan pada direksi berkaitan dengan
persediaan bahan baku yaitu mengusahakan tanaman teh mulai dari
pembukaan lahan, bibitan sampai pemanenan.
b. Bagian Pabrik
Bagian pabrik bertugas pada bidang proses pengolahan daun teh
sampai pemasaran hasil.
c. KTU
KTU merupakan bagian yang mengolah administrasi, baik administrasi
pengolahan kebun maupun pabrik.
2. Pembagian tugas, wewenang dan tanggung jawab setiap jabatan dari
struktur organisasi tersebut adalah :
a. Manager
1) Memimpin, mengkoordinasikan dan mengawasi kegiatan dalam
bidang tanaman, pengolahan dan administrasi, penggunaan materil
atau personil serta kekayaan perusahaan dan menghadiri rapat serta
panggilan dari direksi pusat.
2) Menjalankan kebijaksanaan, rencana dan intruksi dari direksi.

26
54
3) Memberikan laporan kepada direksi tentang kegiatan bulanan dan
tahunan maupun data hasil kegiatan secara keseluruhan.
b. Kepala Bagian
1) Mengelola dan mengkoordinir pekerjaan yang ada dibawah
pengawasannya, baik yang menyangkut teknik maupun
administrasi sesuai dengan administratur.
2) Melaksanakan anggaran pendapatan dan belanja yang telah
disetujui.
3) Mempertanggungjawabkan pengolahan kebun.
4) Membuat laporan bulanan dan tahunan kepada manager.
c. Kepala Administrasi
1) Mengadakan sentralisasi administrasi pelaksanaan pengolahan
kebun.
2) Membuat surat keputusan, surat menyurat atas instruksi dan
perintah manager.
3) Membuat laporan bulanan dan tahunan pada manager baik biaya
yang dikeluarkan, pengolahan kebun dan hasil perkebunan.
d. Kepala Pabrik
1) Mengkoordinasikan dan mengontrol kegiatan pengolahan dan
produksi teh.
2) Bertanggung jawab atas pengolahan hasil produksi teh kepada
manager.
3) Membuat lampiran yang kemudian dipertanggungjawabkan kepada
manajer.
e. Koordinator HPT
1) Menyediakan segala kebutuhan perawatan tanaman mulai dari
pupuk sampai penyediaan obat-obatan untuk tanaman.
2) Mengatur keluar masuknya distribusi pupuk dan obat-obatan.
f. Direksi
Mengidentifikasikan tanaman terhadap jenis hama atau penyakit dan
cara penanggulangannya.

55
g. Kepala Afdeling
1) Bertanggung jawab atas pengolahan kebun pada afdeling yang
dikuasai kepada kepala kebun.
2) Menangani dan mengevaluasi pengolahan tanaman dan pemetikan
di kebun pada afdeling yang dikuasai.
h. Kepala Gudang
1) Mengadministrasikan penerimaan dan pengeluaran barang.
2) Membuat kartu dan laporan material.
i. Mandor Proses
Mengawasi para pekerja pada saat pemrosesan dan mengontrol hasil
proses yang dilakukan oleh pekerja.
j. Mandor Teknik
Menangani, merawat dan mengontrol mesin atau peralatan yang
digunakan untuk proses pengolahan.
k. Kerani Kepala Afdeling
Mengkoordinir mandor-mandor, menjaga keutuhan wilayah dan
kesuburan tanah.
l. Mandor Panen
Mengawasi pekerja saat pemanenan dan mengontrol petikan yang
dilakukan oleh pemetik.
m. Mandor Rawat
Mengawasi bagian perawatan kebun mulai dari penyiraman,
pemangkasan, pembibitan dan penyemprotan.
n. Kerani Timbang
Mengawasi jalannya penimbangan dan mencatat hasil penimbangan
baik di kebun maupun di pabrik.
o. Kepala Personalia
Menangani masalah dan kegiatan bersifat umum serta menerima tamu
dan mencatat segala keperluan dan juga mengurus rumah tangga
kantor, mengatur tata tertib kantor dan menyelenggarakan petermuan
atau rapat.

26
56
p. Kerani Personalia Umum dan Aset
Membantu tugas-tugas kepala personalia dan mendata luas areal serta
kekayaan perusahaan.
q. Kerani Keuangan
Mencatat input dan output uang perusahaan, gaji pegawai dan
karyawan, membuat neraca laba dan rugi pada akhir bulan dan tahun
serta laporan kas mingguan, bukti penerimaan dan pengeluaran.
r. Kasir
Membayar upah pada karyawan dan pegawai.
s. Analisa
mengurus segala sesuatu yang berhubungan dengan ketenaga kerjaan
dan menganalisa kemajuan perusahaan.
t. Keamanan/Satpam
Menjaga keamanan perusahaan dan membuat laporan sekaligus format
laporan.
u. Driver
Mengangkut hasil petikan ke pabrik pengolahan dan menjemput serta
mengangkut pekerja (pemetik) kebun dan mengantar ke areal kebun
petikan masing-masing.
v. Mandor Sortasi
Mengontrol dan menangani proses sortasi agar hasil produksi sesuai
dengan yang diinginkan perusahaan.
w. Pemeliharaan (Maintenance)
Mengawasi pemeliharaan dan mengontrol semua fasilitas yang ada di
pabrik.
x. Kerani Keringan
Mengawasi jalannya proses pengeringan dan mencatat hasil
pengeringan.
y. Laboratorium
Menganalisa kualitas yang dihasilkan dan mengklasifikasikan teh yang
dihasilkan.

57
3. Ketenaga Kerjaan
Jumlah tenaga kerja yang bekerja di PT. Rumpun Sari Kemuning
secara keseluruhan sebanyak 724 karyawan baik karyawan kebun maupun
pabrik dengan pembagian sebagai berikut :
a. Karyawan staf sebanyak 4 orang
b. Karyawan bukan staf sebanyak 3 orang
c. Karyawan bulanan sebanyak 57 orang
d. Karyawan harian tetap ( PHT ) sebanyak 63 orang
e. Karyawan harian lepas ( PHL ) sebanyak 597 orang
f. Karyawan 1 mandor memegang 35 orang dalam setiap afdeling.
Terdapat beberapa jabatan dan berikut jumlah karyawan yang
tercatat di PT. Rumpun Sari Kemuning tahun 2010. Adapun Jumlah dan
jabatan dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Jumlah Karyawan PT. Rumpun Sari Kemuning
Jabatan Staf Non Staf PBL PHT PHL Jml
Bagian tanaman 2 - 30 - 597 623
Pabrik 1 1 12 56 6 76
Teknik - 1 2 5 - 8
Umum 1 1 13 2 - 17
Jumlah 4 3 57 63 597 724
Sumber : Data Karyawan PT. Rumpun Sari Kemuning I (2010)
Keterangan : · PBL : Pegawai Bulanan Lokal · PHT : Pegawai Harian Tetap · PHL : Pegawai Harian Lepas
Adapun jam kerja yang dilakukan bagi karyawan di PT. Rumpun
Sari Kemuning adalah :
(a) Pekerja Kantor
Jam kerja kantor yang diberlakukan di PT. Rumpun Sari
Kemuning adalah sebagai berikut :

26
58
1) Senin s.d Kamis : jam 07.00-14.00 WIB
2) Jumat : jam 07.00-11.00 WIB
3) Sabtu : jam 07.00-13.30 WIB
(b) Pekerja Pabrik
Jam kerja yang diberlakukan bagi karyawan pabrik (proses) di PT.
Rumpun Sari Kemuning di bagi menjadi 3 shif (waktu) yaitu :
Shift 1 : jam kerja mulai jam 08.00-14.00 WIB
Shift 2 : jam kerja mulai jam 14.00-21.00 WIB
Shift 3 : jam kerja mulai jam 21.00-08.00 WIB
(c) Pekerja Kebun
Jam kerja pemetik kebun mulai pukul 05.30-13.00 WIB
Sedangkan untuk penggajian atau pembayaran keryawan
dibedakan menjadi dua bagian yaitu :
1) Karyawan staff dan non staff, penggajiannya merupakan
wewenang dari direksi pusat dan digaji setiap bulan sekali.
2) Sedangkan karyawan harian tetap dan harian lepas penggajiannya
merupakan wewenang bagian administratur dan digaji setiap dua
kali dalam satu bulannya yaitu pada tanggal 15 dan 28.
Sistem penggajian atau pengupahan yang dilakukan PT. Rumpun
Sari Kemuning didasarkan atas hasil kerja yang disesuaikan dengan sifat
pekerjaanya. Apabila ada kelebihan jam kerja bagi karyawan harian maka
akan dihitung sebagai kerja lembur yang besarnya disesuaikan dengan
keputusan Menteri Tenaga Kerja RI No. Kep. 06/MEN/1997. Sedangkan
untuk karyawan pemetik borongan atau upah yang diberikan adalah
apabila pucuk yang dihasilkan mempunyai analisa pucuk muda sebesar
55%, maka setiap 1 Kg pucuk tersebut dihargai Rp. 340,00 dan apabila
analisa pucuk kurang dari 55% maka setiap 1 Kg pucuk tersebut dihargai
sebesar Rp. 270,00. Cara analisis pucuk dapat dilihat pada lampiran.

59
4. Fasilitas dan Kesejahteraan Karyawan
Dalam meningkatkan gairah kerja dan produktifitas serta dalam
rangka menjalankan fungsi sosial, maka berbagai kebutuhan yang
berhubungan dengan kesejahteraan karyawan harus diperhatikan oleh
suatu perusahaan.
Adapun sarana dan prasarana, fasilitas dan jaminan sosial yang
diberikan oleh PT. Rumpun Sari Kemuning untuk kesejahteraan
karyawannya adalah sebagai berikut :
a. Perumahan
Pemberian rumah yang disediakan oleh PT. Rumpun Sari Kemuning
khusus diberikan kepada staff-staff tertentu, khususnya manajer kepala
administratur, kepala pabrik dan kepala kebun.
b. Pendidikan
PT. Rumpun Sari Kemuning menyediakan peralatan dan fasilitas untuk
kegiatan pendidikan bagi anak karyawan, antar lain adalah sekolah
taman kanak-kanak.
c. Sarana Olahraga
Untuk kebutuhan sarana dan prasarana olah raga bagi para karyawan di
PT. Rumpun Sari Kemuning, maka disediakan fasilitas olah raga
seperti gedung olah raga dan lapangan bulu tangkis.
d. Pemberian cuti bagi karyawan
Pemberian cuti bagi karyawan maksimal 12 hari dalam 1 tahun dan 1
bulan dalam 3 tahun.
e. Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kesehatan untuk karyawan dan keluarganya antara lain
berupa program KB, pemeriksaan ibu hamil, bantuan untuk
melahirkan, dan tunjangan kecelakaan kerja.
f. Jaminan Sosial Tenaga Kerja

26
60
Semua karyawan yang tercatat sebagin karyawan PT. Rumpun Sari
Kemuning diikutkan dalam asuransi sosial tenaga kerja sesuai dengan
PP No. 33/1997.
g. Bantuan Sosial
Untuk menjalin rasa kekeluargaan dan saling memiliki, maka
perusahaan memberikan bantuan sosial berupa sumbangan kematian
dan kecelakaan, sumbangan pernikahan atau bantuan lainnya.
h. Penghargaan
Pemberian penghargaan diberikan kepada karyawan yang berjasa yang
mampu mengangkat nama baik perusahaan, prestasi maupun jasa yang
menguntungkan perusahaan dan meningkatkan semangat kerja.
i. Lain-lain
Pembagian pakaian seragam untuk karyawan staff dan karyawan non
staff dan karyawan tetap setiap bulan sekali. Sarana dan prasarana
yang dapat digunakan oleh pegawai, karyawan staff, dan karyawan
tetap selama jam kerja seperti mobil dan sepeda motor.

61
MANAGER
KA. ADMINISTRASI
KA. GUDANG
KR. PERSONALIA
KR. KEUANGAN
KASIR
DATA CENTER
ANALISA
SATPAM
DRIVER
KA. TANAMAN KA. PABRIK/TEKNIK
MANDOR
PROSES I
KERANI
MANDOR PROSES
MANDOR SORTASI
TIMBANG PUCUK
KR KERINGAN
LABORATORIUM
MANDOR
TEKNIK
DRIVER
BM. PUCUK
TU
KA. AFD A
KERANI
MANDOR PANEN
MANDOR RAWAT
KERANI TIMBANG
KA. AFD B
KOORD. HPT
MANDOR HPT
Gambar 7. Sturktur Organisasi PT. Rumpun Sari Kemuning

26
62
C. Penyediaan Bahan Baku
1. Sumber Bahan Baku
Penyediaan bahan baku merupakan faktor penting dalam
pengolahan teh hijau. Pengolahan teh hijau di PT. Rumpun Sari Kemuning
menggunakan bahan dasar berupa pucuk daun teh yang diperoleh dari
hasil pemetikan di kebun milik PT. Rumpun Sari Kemuning . Adapun
luas total perkebunan teh milik PT. Rumpun Sari Kemuning adalah
427,970 Ha yang dibagi menjadi dua afdeling, yaitu afdeling A dengan
luas kurang lebih 222,26 ha dan afdeling B dengan luas kurang lebih
215,56 Ha. Dari kedua afdeling tersebut di bagi menjadi 27 blok dengan
perincian, afdeling A terdiri dari 13 blok dan afdeling B terdiri dari 14
blok.
Bahan baku yang digunakan oleh pabrik teh PT. Rumpun Sari
Kemuning terdiri dari beberapa jenis tanaman teh, yang semuanya terdiri
dari empat jenis tanaman teh yaitu TRI 2025, TRI 2024, Gambung (GB),
dan Cihiruan (CIN). Dari keempat jenis tersebut, yang paling banyak
ditanam oleh pabrik teh PT. Rumpun Sari Kemuning adalah TRI 2025.
Penanaman pohon teh yang dilakukan oleh pabrik teh PT. Rumpun
Sari Kemuning merupakan penanaman dengan sistem pagar yaitu
penanaman pohon teh secara berjajar. Dengan penanaman sistem pagar,
maka untuk setiap satu hektar tanah, kira-kira terdapat 9000 sampai
dengan 16000 batang pohon teh.
2. Spesifikasi bahan baku dan jumlah penyediaannya
Pucuk teh merupakan bahan baku yang terdiri dari peko (kuncup
yang belum terbuka) dan ditambah dua daun muda di bawahnya.
Kualitas bahan baku merupakan faktor terpenting yang
menentukan kualitas dari hasil akhir pengolahan teh. Perawatan dan
pengangkutan pucuk mulai dari pemetikan sampai ke pabrik perlu
diperhatikan karena bertujuan untuk menjaga kualitas dari pucuk daun teh

63
tersebut. Menurut Anonim5, Adapun zat-zat kimia yang terkandung dalam
pucuk teh tersebut adalah sebagi berikut :
· Substansi fenol
Substansi fenol dalam pucuk teh terdiri dari tanin atau katekin.
Kandungan tannin pada daun teh berkisar antara 20-30%.
· Substansi bukan fenol
Daun teh mengandung karbohidrat mulai dari gula sederhana sampai
yang kompleks sebesar 0,75% dari berat kering daun teh tersebut.
Yang penting diantaranya adalah sukrosa, glukosa, dan fruktosa.
· Substansi aromatis
Substansi aromatis merupakan salah satu sifat yang penting dari
kualitas teh karena menimbulkan aroma, tetapi sampai sekarang masih
belum jelas penyebabnya.
· Enzim-enzim
Beberapa enzim terdapat dalam daun teh, tetapi yang paling penting
adalah enzim polifenol oxidase. Enzim ini tersimpan dalam kloroplast,
sedang polifenol dan catechin tersimpan dalam vakuola.
Adapun penyediaan bahan dasar dapat dipengaruhi oleh:
a. Musim
Apabila datang musim kemarau hasil pucuk daun muda yang
diperoleh semakin berkurang yaitu sekitar 4-9 ton per harinya,
sedangkan kalau musim penghujan tiba, maka pucuk daun muda yang
diperoleh semakin meningkat yaitu sekitar 12-16 ton per harinya. Hal
ini disebabkan karena tanaman teh tidak tahan terhadap cuaca panas
dan kering. Tetapi pada musim yang terjadi akhir-akhir ini yaitu
musim hujan disertai panas yang cukup panjang, tanaman teh yang
dihasilkan relatif banyak dan stabil .

26
64
b. Tenaga kerja
Tenaga kerja yang memetik teh berasal dari perkampungan
sekitar kebun. Jadi apabila ada salah satu atau banyak pemetik teh
yang sakit atau ada suatu acara yang tidak bisa ditinggalkan, maka
secara otomatis pemasukan pucuk daun teh yang diperoleh akan
berkurang karena berkurangnya pegawai yang bertugas memetik teh.
3. Penanganan bahan baku
Penanganan bahan baku sangat perlu dilakukan agar diperoleh bahan
dasar yang mempunyai mutu bagus dan sesuai dengan standar pabrik.
Penanganan bahan dasar bisa juga bertujuan agar pucuk daun teh yang
diperoleh tidak rusak atau gosong. Adapun cara penanganan bahan dasar
meliputi sebagai berikut :
(a) Cara pemetikan atau sistem petikan
Pemetikan merupakan usaha untuk mendapatkan pucuk daun
teh dalam jumlah yang sebanyak-banyaknya tanpa merusak
kelangsungan hidup tanaman teh tersebut. Pemetikan itu sendiri
mempunyai aturan tersendiri untuk menjaga agar produksi teh tetap
tinggi dan tanaman tidak rusak karena adanya kegiatan pemetikan
pemetikan tersebut. Pemetikan yang dilakukan di PT. Rumpun Sari
Kemuning menggunakan sistem pemetikan jendangan dan pemetikan
produksi. Adapun arti dari pemetikan jendangan dan pemetikan
produksi adalah sebagai berikut :
1) Pemetikan jendangan yaitu pemetikan pertama setelah dilakukan
pemangkasan pada tanaman teh tersebut. Tujuan dari pemetikan ini
adalah untuk membentuk bidang petik yang lebar dan rata agar
pertumbuhan daun teh periode berikutnya dapat menghasilkan
produksi teh yang lebih besar.
2) Pemetikan Produksi yaitu pemetikan yang dilakukan setelah
dilakukannya pemetikan jendangan. Pemetikan produksi harus

65
dilakukan secara terus-menerus dan berkesinambungan agar hasil
yang diperoleh selalu meningkat atau stabil.
(b) Jenis Petikan
Bahan dasar yang diperoleh dari hasil petikan di kebun teh PT.
Rumpun Sari Kemuning harus mempunyai standar atau kriteria, yaitu
terdiri dari peko (calon pucuk yang masih belum terbuka) ditambah
dua daun muda. Dengan kata lain, makin banyak daun muda dalam
bahan baku pucuk, maka kualitas hasil olahannya semakin baik. Jenis
petikan yang dilakukan atau digunakan di PT. Rumpun Sari Kemuning
yaitu peko (calon pucuk yang masih belum terbuka) + 2 daun muda.
Tetapi dalam kenyataannya pucuk daun teh yang diterima di pabrik
terdiri dari bermacam-macam petikan, antara lain sebagai berikut :
1) Peko + dengan 1 daun muda
2) Peko + dengan 2 daun muda
3) Peko + dengan 3 daun muda
4) Peko + dengan 4 daun muda
5) 2 daun peko (pucuk burung), dan bahkan ada petikan yang berupa
daun teh kasar yang berwarna hijau tua.
Dengan hasil petikan yang bermacam-macam tersebut, maka
produk yang dihasilkan akan berbeda-beda atau tidak seragam .
Adapun jenis – jenis petikan dapat dilihat pada Gambar 8.
(c) Daur petik atau gilir petik
Daur petikan adalah jangka waktu yang digunakan dalam proses
pemetikan dan biasanya dinyatakan dengan hari. Standar daur petik
yang sering digunakan di PT. Rumpun Sari Kemuning adalah
menggunakan daur petik 12 hari.
(d) Pengangkutan pucuk
Pengangkutan pucuk merupakan kegiatan dalam mengangkut
pucuk daun teh dari kebun ke pabrik. Adapun alat yang digunakan oleh
PT. Rumpun Sari Kemuning dalam mengangkut pucuk daun teh dari

26
66
kebun ke pabrik adalah dengan menggunakan truk. Pengangkutan
pucuk daun teh dari kebun ke pabrik dilakukan sebanyak dua kali.
Tetapi pada musim penghujan, pengangkutan pucuk daun teh dari
kebun ke pabrik dilakukan sebanyak tiga kali.
Gambar 8 Jenis-Jenis Pucuk Teh
Keterangan gambar: P+1 : peko + 1 daun muda B+1M : burung + 1 daun muda P+2 : peko + 2 daun muda B+2M : burung + 2 daun muda P+3M: peko + 3 daun muda B+3M : burung + 3 daun muda
Sebelum dilakukan pengangkutan, terlebih dahulu pucuk daun
teh tersebut harus dikemas agar tidak rusak dan tersebar. Alat atau
wadah yang digunakan oleh para pemetik teh untuk memetik dan
mengemas pucuk daun teh tersebut adalah keranjang kayu dan waring.
Waring digunakan wadah atau karung dari plastik yang dinyam dan
mempunyai lubang-lubang kecil. Lubang-lubang tersebut bertujuan
agar daun teh tersebut tidak layu atau ”gosong” selama pengangkutan.
Setelah pucuk daun teh tersebut dikemas, kemudian pucuk teh tersebut
ditimbang dan kemudian diangkut ke pabrik. Tujuan dari penimbangan
tersebut adalah untuk menentukan upah dari para pemetik teh tersebut
P+1 P+2 P+3M
B+3M B+2M B+1M

67
dan untuk mengetahui kadar susut daun teh tersebut setelah sampai
pabrik.
(e) Analisa Pucuk ( analisa basah)
Analisa pucuk dilakukan dengan memisahkan pucuk kedalam
beberapa golongan, seperti pucuk halus, kasar, atau rusak. Analisa ini
dilakukan sebelum proses pengolahan dengan menggunakan prosedur
analisa sebagai berikut:
1) Pengambilan pucuk secara acak tiap blok, sebanyak 250 gr.
2) Menganalisa dan memisahkan pucuk dengan kriteria pucuk halus,
kasar dan rusak.
3) Menimbang masing-masing bagian pucuk yang telah dianalisa.
4) Menghitung prosentase masing-masing bagian.
5) Standar yang dihendaki adalah pucuk halus sebesar 40 % atau
lebih.
Misal : Daun teh halus 102 gram
Daun teh kasar 138 gram
Daun teh rusak 6 gram
Jumlah 246
Analisa basah halus = % 100x nkeseluruhaJumlah
halusdaun teh jumlah
= % 100x 246102
= 41 %
Analisa basah kasar = % 100x nkeseluruhaJumlah
kasardaun teh jumlah
= % 100x 246138
= 56 %

26
68
Analisa basah rusak = % 100x nkeseluruhaJumlah
rusakdaun teh jumlah
= % 100x 246
6
= 3 %
D. Proses Pengolahan
Sebelum proses pengolahan daun teh, dilakukan penimbangan dan
penghamparan. Penimbangan dilakukan dua kali, dimana penimbangan
pertama dilakukan di kebun yang bertujuan untuk mengetahui banyaknya
pucuk yang didapat pemetik oleh masing-masing pemetik guna menentukan
berapa besar upah masing-masing pemetik.
Penimbangan kedua dilakukan di pabrik, yang bertujuan mengontrol
kebenaran penimbangan dikebun, serta merencanakan proses pengolahan juga
menentukan hasil teh kering yang akan diperoleh. Alur proses pengolahan
dapat dilihat pada gambar 9.
1. Penghamparan
Tujuan dari penghamparan adalah meminimalisir kadar air atau
menguapkan kadar air daun teh menjadi kurang lebih 65 % - 70 %.
Penghamparan ini membantu proses respirasi. Penghamparan merupakan
proses pelayuan pendahuluan, tinggi penghamparan kurang lebih 40 cm
selama 2 jam di suhu ruangan 25º C.
2. Pelayuan
Pelayuan merupakan langkah pertama dalam proses pengolahan teh
hijau. Tujuan pelayuan ini mengurangi kadar air dari sisa penghamparan
65 % - 70 % menjadi 56 % - 67 %. Disamping itu, juga bertujuan supaya
pengolahan berikutnya berjalan baik sebab daun yang segar biasanya
mudah sobek hancur bila digulung.

69
Pada dasarnya proses pelayuan adalah daun teh dimasukan
kedalam rotary panner melalui conveyor, pucuk teh akan mengalami
pemanasan dan akan mengalami pengurangan kadar air. Selama
pemanasan, enzim-enzim dalam daun akan mengalami inaktivasi daun
menjadi layu dan lentur, warna menjadi hijau tua zaitun. Pelayuan in
berjalan selama 5 menit. Peralatan yang dipergunakan selama proses
pelayuan dipanasi dengan menggunakan suhu 90º -100º C melalui burner
atau kompor minyak dengan nozzle.
Pelayuan yang baik pada umumnya menghasilkan pucuk lemas
merata, dengan kadar air antara 65 % -70 %. Jadi, selama proses pelayuan
terjadi penguapan air sebesar 30 % - 35 % dari seluruh berat pucuk teh.
Ciri-ciri pelayuan dikatakan baik apabila pucuk layu berwarna hijau muda,
tekstur lentur dan lemas, daun layu merata, bila diremas daun tidak
mengeluarkan cairan yang menempel pada telapak tangan.
3. Penggulungan
Selama proses penggulungan ini terjadi perubahan – perubahan
baik kimia maupun fisik yang antara lain dapat disebabkan oleh
penggulungan partikel dan kontak udara dengan enzim oksidase yang
berada dalam pucuk daun teh sehingga akan terjadi reaksi oksidase.
Mesin yang dipakai untuk penggulungan biasanya menggunakan
mesin press roller. Mesin roller ada 2 jenis yaitu single action (26 inchi)
dan double action (36 inchi). Single action roller adalah mesin roller
mejanya diam dan yang berputar adalah jacketnya (silinder tegak tempat
pucuk digulung), sedangkan pada action double roller, baik meja maupun
jacketnya berputar berlawanan arah yang dilengkapi dengan alat press
untuk membentuk gulungan supaya kenampakan semakin baik. Mengingat
bahwa proses terjadinya fermentasi pada pengolahan teh hijau harus
dihindarkan maka sebaiknya proses penggulungan menggunakan roller
yang berukuran kecil yaitu 26 inchi karena kapasitasnya kecil hanya 40 kg

26
70
pucuk layu per giling sehingga mesin roller tersebut dapat cepat terisi dan
cepat bisa tergulung.
Tujuan dari proses penggulungan ini adalah untuk membentuk
mutu teh secara fisik, karena selama proses ini pucuk akan dibentuk
menjadi gulungan kecil – kecil. Semakin halus bahan dasarnya maka akan
semakin cepat dan semakin banyak hasilnya. Penggulungan juga bertujuan
pemeraman pucuk serta pemerasan cairan sel dan pembentukan
kenampakan. Selama proses penggulungan terjadi reaksi kimia yaitu
kathekin bereaksi dengan asam amino sehingga berpengaruh pada aroma.
Katekhin tidak mengalami perubahan selama penggulungan, keadaan ini
mempercepat kondensasi katekhin dan reaksinya dengan protein. Kadar
kafein menjadi naik akibat ada terbentuknya kafein dari asam amino.
Dalam hal ini jika terlalu lama terkena oksigen akan mengakibatkan
terjadinya proses fermentasi yang menyebabkan hasil akhir pada seduhan
menjadi warna merah.
Kriteria daun teh yang telah mengalami penggulungan,
diantaranya:
a. Daun teh tergulung dengan baik
b. Bila dijatuhkan atau dilemparkan gulungan tetap utuh
c. Warna hijau tua agak kekuningan, basah karena cairan dalam daun
sudah keluar
d. Timbul aroma yang khas
4. Pengeringan Awal
Pengeringan ini menggunakan mesin yang disebut ECP Belong
kepanjangan dari Endless Chain Pressure Drier. Bertujuan untuk
mengurangi kadar air yang terdapat pada daun teh sampai batas tertentu,
yaitu antara 30 % - 35 %. Selain itu berfungsi mencegah fermentasi
(aktifitas enzim polifenol oksidasi ) dan menghasilkan warna serta aroma
yang khas.

71
Pengeringan awal dimulai dari hasil pucuk yang telah digulung
dengan kadar air 65% - 70%, dimasukan pengering (ECP), melalui rak
bertingkat. Pada saat bahan dimasukan, bahan diratakan oleh sisir perata
dengan ketebalan 3 cm. Pemasukan pucuk dilakukan secara kontinyu dan
merata, guna terjaminnya pengeringan yang baik. Produk kering yang
dihasilkan dari mesin ECP ini berkadar air 30%-35%, lama pengeringan
mesin ECP berkisar 25 menit. Hasil pengeringan awal ini pucuk daun jika
diremas tidak keluar air dan tidak hancur serta warna tetap hijau.
Dalam pengeringan, pucuk agar tidak mengalami fermentasi,
digunakan udara panas yang tinggi antara 110º - 135º C dan ditiupkan
menggunakan Blower. Pembagian angin haruslah rata pada semua
tingkatan (stage) agar dapat diperoleh derajat kekeringan yang sama.
Udara dapat dimasukan dari atas ataupun bawah namun yang jelas angin
haruslah merata. Untuk mendapatkan udara panas sampai suhu 135ºC
digunakan dapur api atau Heat Exchanger (HE), dimana burner dengan
bahan bakar solar atau minyak tanah sebagai sumber energinya.
Angin panas yang masuk keruangan ECP adalah panas hasil
induksi, artinya angin panas tersebut dihasilkan dari angin luar yang
dihisap oleh blower melalui tungku api besi panas sehingga dihasilkan
angin panas dengan suhu sampai 135ºC. Api dari burner tidak boleh
masuk ke ruang pengering sebab asapnya dapat mempengaruhi hasil
pengeringan, karena teh sifatnya higroskopis yaitu dapat menyerap
kelembapan dan dapat menyimpan bau yang tidak diinginkan.
Untuk memperoleh mutu teh yang baik diperlukan pengaturan
suhu, dengan menggunakan thermostat yang dihubungkan dengan
termokontrol, sehingga panas untuk pengeringan dapat diatur. Jika
pengeringan tidak terkontrol akan berakibat panas terlalu tinggi dan akan
diperoleh hasil pengeringan awal yang tidak sesuai dengan yang
diinginkankan, yaitu terlalu kering ataupun hangus. Jika suhu terlalu
rendah, maka sisa enzim masih aktif dan daya penguapan air akan rendah.

26
72
5. Pengeringan Akhir
Dalam pengeringan akhir, digunakan dua buah mesin yaitu Rotary
Dryer dan Ball Tea. Kedua mesin tersebut menggunakan suhu 90ºC -
100ºC. Proses ini menentukan untuk produk teh hijau yang dihasilkan.
Dengan Rotary Dryer, pengeringan dilakukan selama 1 – 1,5 jam sampai
kadar air 2 –3 %, sedangkan Ball Tea memerlukan waktu selama 6 – 12
jam dengan menggunakan suhu 70ºC - 100ºC. Jika teh sudah kering,
proses dilanjutkan dengan poles, dimana mesin tetap berjalan tetapi
pemanasan dihentikan. Hasil dari pengeringan ini teh hijau akan berwarna
hijau kehitam-hitaman dengan aroma wangi yang khas teh hijau.Dalam
proses ini terdapat beberapa ketidak seragaman hasil teh dikarenakan
kesalahan teknis pada pekerja. Terkadang waktu dalam ball tea terlalu
lama atau terlalu sebentar di banding waktu yang telah ditentukan pada
PT. Rumpun Sari Kemuning . Jika waktu terlalu lama maka menyebabkan
hasil teh tidak sesuai dengan kadar air yang telah ditentukan, begitu juga
sebaliknya. Hal ini menyebabkan saat uji kadar air hasil berbeda – beda .
6. Sortasi
Proses ini merupakan proses pengelompokan teh berdasarkan mutu
teh hijau dan proses ini bertujuan memisahkan dan membentuk jenis-jenis
mutu agar teh hijau dapat diterima di pasaran. Secara singkat prosesnya
sebagai berikut :
a. Teh hijau yang telah kering, dimasukan kedalam mesin ayakan
bertingkat, ayakan yang berparforasi (ayakan alumunium) dengan
lubang ayakan paling atas berdiameter 8 mm Hasil teh yang lolos ayak
8 mm diayak kembali pada ayakan yang kedua dengan diameter 4 mm.
Hasil ayakan ini terdiri dari Jikeng dan Tulang.
b. Teh yang lolos ayakan 4 mm, diayak kembali dengan lubang yang
berdiameter 3 mm, Adapun yang tidak lolos disortasi secara manual,
hasilnya adalah teh dengan jenis Peko.

73
c. Dari hasil ayakan diameter 3 mm, yang lolos disortasi dengan manual
(diambil tulangnya) hasilnya adalah Peko Super, dan yang tidak lolos
ayakan 3 mm juga disortasi dengan tangan, hasilnya adalah Peko.
d. Jumlah teh bubuk ( partikel teh kecil dan terbuka) tidak lebih dari 3 %
jumlahnya.
Jenis mutu teh tersebut adalah mutu I peko, mutu II Jikeng, mutu
III bubuk dan mutu IV tulang. Untuk teh berkualitas ekspor, proses sortasi
lebih teliti dan rumit, dimana teh harus dipisahkan kualitas berdasarkan
ukuran, dan kualitas yang baik dan tinggi haruslah bersih dan ukuran
tehnya merata atau sama.
7. Pengemasan/Pengepakan
Setelah melalui beberapa proses pengolahan maka teh hijau yang
telah diproduksi harus segera dikemas. Pengemasan ini bertujuan untuk
melindungi produk teh hijau dari kerusakan fisik ataupun kimia akibat
pengaruh suhu dan/atau sebab lain. Disamping itu, tujuan pengemasan
juga mempermudah dalam pengangkutan serta efisiensi dalam
penyimpanan. Tempat atau wadah pengemasan adalah karung plastik dan
alat yang digunakan adalah skop plastik, tali raffia, jarum dan semuanya
dalam kondisi bersih. Teh hijau yang telah siap dikemas, dimasukan
kedalam karung plastik dengan skop plastik, kemudian dijahit. Setelah
pengemasan kemudian teh dimasukan dalam kemasan dan ditimbang
dengan berat masing-masing karung/kemasan harus sama.
8. Penyimpanan/ Penggudangan
Setelah proses pengemasan selesai kemudian dilakukan
penyimpanan. Penyimpanan bertujuan melindungi teh agar tidak rusak dan
terjaga tetap kering demikian pula kualitas dan kuantitas teh. Kondisi
gudang tempat penyimpanan dalam keadaan bersih, tidak basah atau
lembab dan haruslah tetap kering.
Suhu gudang berkisar antara 25ºC-30ºC dan kelembaban nisbi
tidak tinggi guna menghindari penguapan udara.

26
74
Gambar 9. Diagram Alir Proses Pengolahan Teh Hijau.
Penghamparan
(maksimal 40 cm)
Pelayuan
(T = 90-100oC, t = 15-30 menit, Ka = 56-67%)
Penggulungan
(t = 15-20 menit)
Pengeringan awal
(T = 110-135oC, t = 20-30 menit, Ka = 30-35%)
Pengeringan akhir 1
(T = 100oC, t = 20-30 menit, Ka = 15-20%)
Sortasi
Pengeringan akhir 2
(T = 70-100oC, t = 10-12 menit, Ka = 2-3%)
Pengemasan/pengepakan
Penyimpanan/penggudangan
Pucuk daun teh

75
E. Tata letak (layout) pabrik dan peralatan
Dalam menentukan plant layout atau tata letak pabrik yang baik
haruslah ditentukan berdasarkan pengaruh faktor – faktor yang ada seperti
jenjang tahapan / proses produksi, macam hasil keluaran produksi, jenis
perlengkapan yang dipakai atau digunakan serta berdasarkan sifat produksi
dari produk yang diproduksi tersebut. Tata letak dan peralatan pada PT.
RUMPUN SARI KEMUNING dapat dilihat pada gambar 10 dan gambar 11.
Gambar 10. Layout Pabrik Keterangan
1. Pos satpam
2. Ruang produksi
3. Rumah fasilitas staff
4. Ruang penghamparan
5. Gudang penyimpanan
6. Kantor pabrik/produksi
7. Kantor pabrik/produksi
8. Kantor induk
9. Jalur truk pengangkut


53
Gambar 11. Layout mesin peralatan
Keterangan
1. Ball Tea 2. Ball Tea 3. Ball Tea 4. Ball Tea 5. Repeat Dryer 6. Repeat Dryer 7. Repeat Dryer 8. Rotary Panner
9. Rotary Panner 10. Press Roller 11. Press Roller 12. ECP (Endless Chain Preasure) 13. ECP (Endless Chain Preasure) 14. Medelton 15. Mexzy 16. Mexzy 17. Winower 18. Tea Cutter
1
2
3
4
17
15
16
8
9
10
11
12
13
5 6 7
14
18

26
54
F. Mesin-mesin Pengolahan
Mesin merupakan sesuatu yang digunakan dalam proses pengolahan
dari barang mentah menjadi barang jadi, tapi pada pabrik ini mengolah
menjadi bahan setengah jadi, yang nantinya akan disalurkan pada pemesan.
Antara lain mesin yang digunakan dalam proses pengolahan adalah :
1. Nama : Rotary Panner
Jenis mesin : Pelayuan
Fungsi : Memanaskan pucuk segar dengan cara pemanasan pucuk
melalui induksi panas dengan selinder sehingga pucuk
menjadi lemas
Jumlah : 2 Unit
Mesin yang dipakai untuk proses pelayuan ini merupakan tabung
silinder yang berputar dan dipanasi sampai 1000C dengan menggunakan
satu sampai enam burner atau kompor minyak yang menggunakan nozzle.
Kerja mesin ini adalah melayukan daun teh dengan menggunakan panas
yang bersumber dari api kompor yang diletakan pada bagian dinding luar
silinder sehingga selinder menjadi panas. Setelah pucuk-pucuk teh masuk
ke dalam silinder yang berputar secara kontinyu dengan menggunakan
Conveyor 5 – 10 menit kemudian daun teh keluar dalam keadaan telah
layu.
Spesifikasi :
Buatan : Tatung Co. Ltd. ( Taiwan)
Putaran : 22 – 23 rpm
Waktu : 5 – 10 menit

55
Adapun bentuk mesin dapat dilihat pada Gambar 12.
(a) (b)
(c) (d)
Gambar 12. Rotary Panner
(a). Tampak Depan, (b). Tampak Samping, (c). Tampak belakang,
(d). Skema Mesin rotary panner
2. Nama : Press Roller
Jenis Alat : Penggulungan
Fungsi : Membentuk daun teh menjadi gulungan kecil dan
mengeluarkan cairan dalam sel.
Jumlah : 3 Unit
Cara kerja mesin ini adalah menggulung daun teh yang berada
dalam silinder berdasarkan berdasarkan goyangan meja dengan
pengadukan dan sirkulasi. Daun teh masuk melalui hopper dan ditampung
dalam silinder. Silinder akan bergerak berputar sehingga daun teh akan
tergulung, dan terjadilah proses pengadukan karena adanya tonjolan pada

26
56
permukaan meja. Bahan yang berada dibawah akan teraduk dan
disirkulasikan kebagian atas begitu sebaliknya dan berlangsung terus
menerus.
Spesifikasi :
Buatan : Tatung Co.Ltd. (Taiwan)
Putaran: 500 – 600 rpm
Waktu : 15 – 17 menit
Adapun bentuk mesin dapat dilihat pada Gambar 13 .
(a) (b)
(c)
Gambar 13. Press Roller
(a). Tampak depan, ( b). Tampak Samping, (c). Skema mesin Press Roller
3. Nama : Endless Chain Pressure (ECP)/ Dryer / ECP Belong
Jenis alat : Pengering awal
Fungsi : Untuk mengeringkan dan menggulung
Jumlah : 2 Unit

57
Prinsip dasar kerja mesin ini adalah mengeringkan daun teh yang
telah tergulung dengan udara panas sehingga terjadi penguapan air. Daun
teh masuk kedalam ruang pemanas menggunakan trays dan diratakan
dengan menggunakan sisir perata (spreader).
Spesikasi :
Buatan : Tatung Co, Ltd, (Taiwan)
Putaran : 18 rpm
Waktu : 20 25 menit
Suhu : 110 - 135ºC
Kapasitas : 250 – 300 kg/jam
Adapun bentuk mesin dapat dilihat pada gambar 14.
(a) (b)
(c)
Gambar 14. Endless Chain Pressure (ECP)/ECP Belong
(a). Tampak Depan, (b). Tampak depan, (c). Skema Mesin Endles Chain Pressure

26
58
4. Nama : Repeat Dryer
Jenis alat : Pengering Akhir
Fungsi : Untuk mengeringkan dan mengurangi kadar air daun teh 2
– 3 %
Jumlah : 5 Unit
Prinsip dasar kerja mesin ini adalah mengurangi kadar air daun teh
dengan cara menguapkan air yang terdapat pada daun teh hingga kadar air
2 - 3%. Daun teh yang telah mengalami pengeringan awal dimasukan
sedikit demi sedikit kedalam hong yang berputar sehingga terjadi
penguapan yang disebabkan oleh kontak langsung dengan udara panas
dalam hong.
Spesikasi :
Buatan : Sukabumi
Putaran : 18 – 25 rpm
Waktu : 1 – 1,5 jam
Suhu : 90 - 100ºC
Adapun bentuk mesin dapat dilihat pada gambar 15.
(a)
(b)
Gambar 15. Repeat Dryer (a). Tampak Depan, (b). Skema Mesin Repeat Dryer

59
5. Nama : Ball Tea
Jenis alat : Pengering akhir
Fungsi : Untuk mengeringkan dan mengurangi kadar air daun teh
sampai mempunyai kadar air 2 – 3 %
Jumlah : 3 Unit
Cara kerja mesin ini adalah mengurangi kadar air daun teh dengan
cara menguapkan air hingga kadar air 2 - 3%. Daun teh yang telah
mengalami pengeringan awal dimasukan sedikit demi sedikit kedalam
hong yang berputar sehingga terjadi penguapan yang disebabkan kontak
langsung dengan udara panas dalam hong. Adapun waktunya lebih lama
dibandingkan dengan repeat dryer. Dihasilkanlah teh hijau yang terpilin
bulat.
Spesikasi :
Buatan : Tatung Co, Ltd, (Taiwan)
Putaran : 16 - 18 rpm
Waktu : 6 – 12 jam
Suhu : 110 - 135ºC
Kapasitas : 37,5 kg/jam
Adapun bentuk mesin dapat dilihat pada gambar 16.
(a) (b)
Gambar 16. Ball Tea
(a)tampak samping, (b) Skema Mesin Ball tea

26
60
6. Nama : Mexzy
Jenis alat : Sortasi
Fungsi : Memisahkan teh kering menurut jenis mutu
Jumlah : 1 Unit
Cara kerja mesin ini memisahkan jenis mutu teh berdasarkan
besar kecilnya teh kering. Teh yang telah kering masuk melalui conveyor
menuju ke ayakan. Bergerak maju mudur guna meratakan distribusi teh
kering. Teh kering lolos dan keluar melalui lubang-lubang ayakan
bedasarkan ukuran besar kecilnya teh kering.
Spesikasi :
Buatan : PT. IDE Tegal
Kapasitas : 250 kg/jam
Putaran : 170 Rpm
Panjang : 5000 mm
Lebar : 1260 mm
Tinggi : 1900 mm
Adapun bentuk mesin dapat dilihat pada gambar 17.
(a)
(b)
Gambar 17. Layer Dry Leaf Shifter (Mexzy) (a). Tampak Depan, (b). Skema Mesin Mexzy

61
Keterangan :
1. Hopper
2. Motor
3. Motor
4. Stang Penggerak
5. Screen/Ayakan
6. Conveyor
7. Screen/Ayakan
8. Outlet
7. Nama : Medelton
Jenis alat : Sortasi
Fungsi : Memisahkan ulang pada masing-masing gread.
Jumlah : 1 Unit
Cara kerja mesin ini adalah untuk mengurangi tulang pada masing-
masing jenis mutu yang telah disortasi. Teh kering masuk melalui
conveyor menuju ayakan. Ayakan bergerak maju mundur guna meratakan
distribusi teh kering. Teh kering akan lolos melalui lobang yang menonjol
pada ayakan dan tulang akan terpisah.
Spesikasi :
Buatan : PT. IDE Tegal
Kapasitas : 150 k
Putaran : 170 Rpm

26
62
Adapun bentuk mesin dapat dilihat pada gambar 18.
(b) (b)
Gambar 18. Medelton (a). Tampak Depan, (b). Skema Mesin Medelton
Keterangan:
1. Hopper
2. Conveyor
3. Motor
4. Screen/Ayakan
5. Outlet
8. Nama : Tea Cutter
Jenis alat : Pemotong
Fungsi : guna memotong dan mengecilkan teh yang terlalu panjang
dan lebar
Jumlah : 1 Unit
Cara kerja mesin ini adalah teh kering yang berukuran masih
terlalu besar masuk ruang pemotong melalui hopper, kemudian teh
didalam mesin akan diperkecil ukurannya dengan roll-roll yang berputar.
Spesikasi :
Buatan : Tatung Co. Ltd. (Taiwan)
Kapasitas : 250 kg/jam
Putaran : 180 Rpm
Adapun bentuk mesin dapat di lihat pada gambar 19.

63
(a) (b)
Gambar 19. Tea Cutter
(a). Tampak Depan, (b). Skema mesin Tea Cutter
Keterangan :
1. Hopper
2. Inlet
3. Outlet
4. Motor
9. Nama : Winower
Jenis alat : Sortasi
Fungsi : Memisahkan dan membersihkan debu pada teh kering dari
hasil sortasi
Jumlah : 1 Unit
Mesin ini digunakan pada proses sortasi. Pada prinsipnya cara
kerja mesin ini adalah pemisahan teh dengan menggunakan hembusan
angin. Teh kering masuk kedalam ruang penghembus melalui conveyor.
Udara dihembuskan dengan menggunakan exhaust fun. Teh yang
mempunyai berat yang paling besar akan jatuh pada lubang pengeluaran
pertama dan teh yang paling kecil atau ringan beratnya akan berturut-turut
keluar pada lubang pengeluaran selanjutnya. Biasanya alat ini
dpergunakan untuk membersihkan debu.

26
64
Spesikasi :
Buatan : PT. IDE Tegal
Kapasitas : 300 kg/jam
Panjang : 12.600 mm
Lebar : 800 mm
Tinggi : 2700 mm
Adapun bentuk mesin dapat dilihat pada gambar 20.
(a) (b)
Gambar 20. Winower
(a). Tampak Depan, (b). Skema Mesin Winower
G. Pengendalian Mutu
Pengendalian mutu adalah suatu kegiatan untuk memastikan bahwa
produk yang dihasilkan telah sesuai dengan standar spesifikasi yang telah
ditetapkan berdasarkan kebijaksanaan perusahaan. Pengendalian mutu teh
hijau adalah suatu usaha yang dilakukan guna memeriksa bahan dasar dan
produk akhir selama proses pengolahan berlangsung, agar produk akhir sesuai
dan tidak menyimpang dari apa yang telah ditetapkan oleh kebijaksanaan
perusahaan.
Pengawasan mutu merupakan tindakan yang bertujuan untuk
mempertahankan tingkat mutu yang dapat ditoleransi atau diterima oleh
konsumen dengan biaya seminim mungkin mulai dari pemetikan, pengolahan

65
dan hasil produksi. Dengan pengawasan mutu ini maka kualitas diharapkan
dapat tetap terjaga.
1. Pengendalian Mutu Bahan Baku
Pengendalian mutu bahan baku adalah pengawasan yang dilakukan
terhadap pucuk daun teh sebelum pengolahan. Beberapa hal yang perlu
diperhatikan adalah:
a. Pemetikan pucuk daun teh
Pemetikan pucuk daun teh yang digunakan PT. Rumpun Sari
Kemuning I adalah dengan cara menggunakan ibu jari dan telunjuk.
Usaha perusahaan agar para pemetik mengikuti anjuran dan peraturan
tidak asal memetik adalah dengan memberi upah Rp 340,- per kg
untuk hasil pemetikan yang baik setelah uji analisa dengan pucuk halus
lebih dari 55%. Sedangkan pemetik yang hasil pemetikannya analisa
pucuk halus kurang dari 55% padanya diberikan upah Rp 270 ,- per kg.
PT. Rumpun Sari Kemuning I mempunyai cara menganalisa untuk
mengatasi masalah pucuk daun teh yaitu dengan cara analisa pucuk.
Analisa pucuk gunanya untuk menganalisa dan memisahkan antara
pucuk daun teh yang muda dengan pucuk daun teh yang tua, atau
pucuk daun teh yang halus dan pucuk daun teh kasar, yang dinyatakan
dengan prosentase dari seluruh hasil petikan setiap harinya. Analisa
dilakukan setiap hari setelah pemetikan dengan cara mengambil
sampel seberat 200 gram dari petikan tiap mandor petik, kemudian
dipilih sacara manual jumlah pucuk daun teh muda atau halus dan
pucuk daun teh tua atau kasar dan dihitung prosentase dari seluruh
petikan yang dihasilkan. Kualitas pucuk teh yang dipetik dinyatakan
baik jika prosentase analisa pucuk halus lebih dari 55%. Semakin
tinggi hasil analisa pucuk halus yang dihasilkan semakin tinggi pula
kualitas teh kering yang dihasilkan.
Tujuan dilakukannya analisa pucuk daun teh sebagai bahan dasar
adalah :

26
66
1. Penilaian terhadap perawatan dan pengembangan kebun
2. Penilaian ketrampilan memetik para pemetik dan mandor petik.
3. Persiapan perlakuan dalam proses pengolahan
4. Memperkirakan kualitas produk teh hijau yang akan dihasilkan
5. Untuk mengetahui upah para pemetik
b. Pengangkutan
Setelah pucuk daun teh dipetik, segera dimasukkan kedalam waring
yang mempunyai banyak lubang, lubang tersebut bertujuan agar daun teh
tidak kepanasan ataupun dingin sebelum diangkut ke pabrik dan untuk
menghindari pucuk menjadi memar dan mengalami kelayuan akibat dalam
genggaman yang lama.
Pucuk yang telah sampai dipabrik dilakukan penimbangan, pucuk-
pucuk teh dikeluarkan dari waring kemudian ditimbang dan dicatat oleh
mandor produksi. Selanjutnya pucuk daun teh dihamparkan ke lantai
dengan ketinggian 30 – 40 cm dan setiap 1,5 – 2 jam sesekali dilakukan
pembalikan. Hal ini untuk menghindarkan pucuk teh matang daun.
2. Pengendalian Mutu Proses Produksi
Pengawasan mutu dilakukan oleh mandor produksi dan tenaga
pengolah, pengawasan tidak menggunakan alat khusus, namun didasarkan
atas pengalaman dan naluri. Untuk menghasilkan teh yang berkualitas
tinggi dan baik selain dipengaruhi mutu bahan baku, juga dipengaruhi
pengawasan yang ketat pada proses pengolahan.
a. Pelayuan
Proses pelayuan merupakan tahap awal dari pengolahan teh yang
sangat penting peranannya dan akan mempengaruhi pada tahap proses
selanjutnya. Standar pelayuan yang diberlakukan PT. Rumpun Sari
Kemuning meliputi proses suhu 90ºC - 100ºC dan dalam waktu
pelayuan 5 – 10 menit. Kapasitas hong pelayuan 400 kg/jam, dengan
kadar air layu teh hijau 56 – 67% setelah proses pelayuan. Jika suhu

67
melebihi yang di tetapkan maka akan terjadi gosong/brister pada teh,
jika waktu dan suhu kurang dari yang ditetapkan maka kurang layu.
Pengontrolan suhu pelayuan dengan menggunakan thermosthat
pada hong pelayuan, dimasukkannya pucuk daun teh kedalam
conveyor secara kontinyu dengan berat yang sama, akan diperoleh
prosentase layu yang merata dan dapat memenuhi target hong
pelayuan.
b. Penggulungan
PT. Rumpun Sari Kemuning memilik standar waktu
penggulungan antara 15 – 20 menit dengan kapasitas mesin
penggulungan 200 kg/unit. Dengan didasarkan pada kapasitas
maksimal mesin penggulung, dilakukan penakaran pucuk teh lebih
dahulu sebelum dimasukkannya pucuk teh ke mesin penggulung.
Dalam mesin penggulung atau press roller dibutuhkannya
pencatatan dan ketepatan waktu, agar sesuai dengan standart waktu
penggulungan. Untuk menanggulangi keterlambatan dalam
memasukan pucuk teh maka pekerja memakai jam sebagai patokan,
sehingga selalu tepat dalam memasukan pucuk teh kedalam mesin
penggulung .
c. Pengeringan Awal
Pengeringan awal menitikberatkan pada penurunan kadar
air serta memekatkan cairan sel yang menempel dipermukaan
daun. Dalam pengeringan, standar yang digunakan pada kisaran suhu
110ºC - 135ºC dengan lama pengeringan 25 – 30 menit.
Suhu pelayuan atau pengeringan dikontrol lewat thermosthat
yang terpasang di body mesin. Waktu dan lama pengeringan diatur
melalui pengatur trays yaitu channel yang tersedia untuk mengatur
suhu. Alat ini mengurangi resiko kesalahan pada suhu pengeringan
awal.

26
68
d. Pengeringan Akhir
Dalam proses pengeringan akhir PT. Rumpun Sari Kemuning
mempunyai standar mutu pengeringan akhir 70º- 100° C. Adapun
waktu yang dipergunakan berkisar 1,5 jam di rotary dryer dan 12 jam
di ball tea. Sedangkan suhu dikontrol lewat thermometer waktunya
dihitung mulai dari masuknya bahan baku hingga 1,5 jam di rotary
dryer serta 12 jam di ball tea. Pekerja menggunakan jam untuk
pedoman waktu .
e. Sortasi
Sortasi yang dihasilkan PT. Rumpun Sari Kemuning dibagi
dalam 2 grade, yaitu :
1) Grade I terdiri dari PSB (Peko super Besar), PSK (Peko super
Kecil) dan CM (ChunMee).
2) Grade 2 terdiri dari Lokal 1 (bentuk kecil), Lokal 2 (bentuk besar),
Tulang, Dust dan Kempring.
Masing-masing diatas memiliki kriteria yang berbeda-beda :
1) PSK adalah teh hijau yang partikelnya tergulung padat terpilin,
kecil bentuknya, warnanya hijau kehitaman, tercampur tulang 2%.
2) PSB adalah teh hijau yang partikelnya tergulung padat terpilin,
berwarna hijau kehitaman, berukuran lebih besar dan peko super
kecil tercampur tulang 2%. Chun Mee adalah teh hijau yang
partikelnya tergulung padat memanjang, berwarna hitam kehijauan
sampai hitam, tercampur serat dan tulang 2%. Lolos ayakan
diameter 4 mesh dan tertahan ayakan 1 mesh.
3) Lokal I yaitu teh hijau yang tergulung longgar, kurang terpilin,
partikel kecil, berwarna hijau kehitaman sampai kuning
kecoklatan, tercampur tulang 10%.
4) Lokal 2 yaitu teh hijau tergulung longgar, kurang terpilin, partikel
besar, berwarna hijau kehitaman sampai kuning kecoklatan,
tercampur tulang 10%.

69
5) Dust ialah teh hijau dimana partikelnya tidak tergulung, longgar
berupa potongan pipih, berwarna hijau kehitaman sampai kuning
kecoklatan, tercampur tulang 5%.
6) Tulang adalah teh hijau yang semua partikelnya berupa gagang
berwarna kuning kecoklatan.
7) Kempring adalah teh hijau yang partikelnya serpihan-serpihan
kecil, berwarna hijau kehitaman sampai kuning kecoklatan.
Semuanya dikerjakan menggunakan alat dan mesin sortasi dengan
tepat agar standar mutu dapat dipenuhi.
3. Pengendalian Mutu Produk Akhir
Tahap terakhir dalam pengolahan teh adalah dengan melakukan uji
sampel untuk analisa kering dan pengujian organoleptik. Setelah lolos uji
maka dilakukan pengemasan dan penyimpanan. Pengendalian mutu
produk PT. Rumpun Sari Kemuning menetapkan 4 standar mutu teh hijau
yang sifat-sifatnya sebagai berikut :
a. Mutu I (Peko)
Bentuk daun tergulung kecil, warna hijau sampai hijau kehitaman,
aroma wangi teh hijau, tidak apek, benda-benda asing tidak terdeteksi,
gagang maksimal 5%, kadar air maksimum 1%.
b. Mutu II (Jikeng)
Bentuk daun kurang tergulung dan melebar, warna hijau kekuning-
kuningan sampai warna hijau kehitaman, aroma wangi, tidak apek,
benda asing tidak teredaksi, gagang maksimum 7%, kadar air
maksimum 10%.
c. Mutu III (Bubuk)
Bentuk daun bubuk, potongan datar, warna hijau kehitaman, aroma
kurang wangi, tidak apek, benda asing tidak teredaksi, tidak ada
gagang, kadar air 10%.
d. Mutu IV (Tulang)

26
70
Sebagian besar berupa tulang dan daun berwarna hijau kehitaman,
aroma kurang wangi tetapi tidak apek. Benda asing tidak terdeteksi
dan kadar 10%
Guna mengetahui apakah standar mutu tercapai atau tidak
dilakukanlah uji analisa kering. Analisa kering dilakukan untuk
mengetahui prosentase ragam jenis mutu yang dihasilkan, apakah produk
teh tersebut masuk katagori, peko, jikeng, bubuk, ataupun tulang.
Cara pengujian produk dengan analisa kering adalah sebagai berikut:
a. Ambil teh kering kemudian ditimbang seberat 100 gram
b. Dipilih teh secara manual dengan tangan, sesuai dengan jenis mutu teh
c. Hasil masing-masing jenis teh ditimbang dan dihitung prosentasenya
4. Jenis Uji
a. Uji Kadar Air
Pengujian kadar air dilakukan pada teh kering yang bertujuan
untuk memonitoring kadar air kering agar sesuai dengan yang
dikehendaki. Pengujian ini dilakukan setiap teh kering yang dihasilkan
karena kadar air menentukan mutu teh yang berhubungan dengan daya
simpannya, dimana teh kering memiliki sifat higroskopis. Standar kadar
air di PT Rumpun Sari Kemuning yaitu ± 5%. Alat yang digunakan untuk
uji kadar air adalah grain Moistured Balance. Cara kerja dari uji kadar air
yaitu menimbang sampel yang akan diuji seberat 5 gram ke dalam
mangkok hingga posisi jarum pada grain Moistured Balance setimbang
dengan menunjukkan angka nol. Sampel di kontrol setiap 10 menit sekali
kemudian jarum pada grain Moistured Balance diseimbangkan dengan
menggeser petunjuk sehingga dicapai keseimbangan. Selama 10 menit
tersebut terjadi penguapan teh kering sehingga dapat diketahui kadar
airnya. Pengujian sampel dilakukan untuk setiap jenis teh dari setiap seri.
Hasil yang ditunjukkan oleh jarum tersebut merupakan hasil akhir dari
pengujian kadar air dan dicatat di buku untuk setiap sampel.

71
b. Uji Organoleptik
Uji organoleptik berguna untuk mengetahui tingkat warna, rasa,
aroma air seduhan, kenampakan ampas seduhan dan kenampakan teh
kering. Pengujian dilakukan oleh sejumlah tester guna mengetahui
beberapa aspek yang telah di sebutkan. Kondisi seorang tester sangat
mempengaruhi hasil pengujian sehingga sebelum melakukan pengujian
seorang tester harus dalam keadaan stabil.
Uji organoleptik di PT Rumpun Sari Kemuning I meliputi :
1) Air seduhan
Tingkat mutu teh dapat dilihat pula dari air seduhannya. Air
seduhan berupa cairan hasil seduhan teh yang telah dipisahkan dari
ampasnya.
Penilaiannya meliputi :
1. Warna meliputi jenis warna, kepekatan, kejernihan dan kecerahan. Warna
yang baik adalah warna yang terang.
2. Rasa meliputi kesegaran, kekuatan rasa dan flavor saat dicicipi. Rasa yang
dapat terdeteksi antara lain rasa sepet dan asam. Rasa yang baik adalah
sepet pahit dan enak khas teh.
3. Aroma terdiri dari aroma khas teh hijau dan tidak ada bau-bau asing.
2) Ampas seduhan
Pengamatan terhadap ampas seduhan dilakukan dengan meletakkan ampas
seduhan teh pada kaca transparan kemudian ditekan dengan kaca lain. Kriteria
ampas seduhan yang baik jika warnanya menyerupai tembaga, cerah dan merata.
Pengamatan ampas seduhan bertujuan untuk mengetahui kualitas hasil teh yang
telah diproduksi.

26
72
Perhitungan analisis kering :
Misalkan dari 100 gram teh kering didapatkan:
Peko : 30 gram
Jikeng : 40 gram
Tulang : 15 gram
KD : 15 gram
% peko = % 100x sampelBerat
pekoBerat
= % 100x 10030
= 30 %
% jikeng = % x100sampelBerat
jikengBerat
= % 100x 100
40
= 40 %
% tulang = % 100x sampelBerat
ngBerat tula
= % 100x 100
15
= 15 %
% KD = % 100x sampelBerat
KDBerat
= % 100x 10015
= 15 %

73
Apabila prosentase peko lebih dari 55% dan bubuk 3%, maka
menunjukkan produksi teh hijau itu berkualitas baik. Mutu I Peko dapat
dibedakan dari Mutu II Jikeng karena Peko menggulung lebih baik, lebih
berat dan warna lebih pekat dari Jikeng.
Uji mutu dengan pengujian organoleptik berguna untuk mengetahui
kualitas air seduhan dan ampas seduhan teh hijau. Adapun prosedur cara
pengujian organoleptik sebagai berikut :
a. Ambil teh kering kemudian ditimbang seberat 5 gram
b. Masukan kedalam cangkir percobaan
c. Didihkan air murni
d. Setelah air masak, tuangkan kedalam cangkir percobaan yang telah
diisi sampel teh.
e. Tutup selama 10 menit
f. Tuangkan seduhan kedalam mangkok percobaan serta diusahakan
tidak ada ampas seduhan yang ikut tertuang.
g. Dilakukan pengujian secara organoleptik
Hasil penilaian terhadap uji organoleptik terhadap air seduhan adalah
sebagai berikut:
a. Warna teh hijau kekuningan jernih
b. Penilaian rasa mencakup kesegaran, kemantapan rasa sepat sangat kuat
c. Bau berciri khas teh hijau
Adapun ampas uji organoleptik sebagai berikut :
a. Kehitam-hitaman, ini berarti bahan baku teh hijau dari daun yang
rusak.
b. Kehijau-hijauan, menunjukan pada saat proses pelayuan kurang layu
c. Warna terlihat agak gelap, menunjukan telah terjadi proses fermentasi
d. Warna kuning adalah warna yang diharapkan, bahwa uji mutu baik.
Perbandingan grade pada PT. Rumpun Sari Kemuning dapat dilihat pada
tabel 4.

26
74
Tabel 4. Perbandingan Grade I dengan Grade II
No. Spesifikasi Mutu Ciri
1. PSK
(Peko Super Kecil)
Teh hijau yang partikelnya tergulung padat terpilin (berbentuk kecil), berwarna hijau kehitaman.
2. PSB
(Peko Super Besar)
Teh hijau yang partikelnya tergulung padat terpilin (berbentuk kecil), berwarna hijau kehitaman.
3. Chun Mee (CM) Teh hijau yang partikelnya tergulung memanjang, berwarna hitam kehijauan sampai hitam, bercampur serat dan tulang 2 %.
4. Lokal 1 Teh hijau yang partikelnya tergulung longgar dan kurang terpilin (partikel kecil), berwarna hijau kehitaman sampai kuning kecoklatan, tercampur tulang 10 %.
5. Lokal 2 Teh hijau yang tergulung longgar dan kurang terpilin (partikel lebih besar), berwarna hijau kehitaman sampai kuning kecoklatan, tercampur tulang 10%.
6. Jikeng Teh hijau yang partikelnya tergulung longgar dan kurang terpilin berwarna kehitaman sampai kuning kecoklatan.
7. Dust Teh hijau yang partikelnya tergulung longgar beupa potongan pipih berwarna kehitaman sampai kuning kecoklatan.
8. Tulang Teh hijau yang partikelnya berupa gagang berwarna kuning kecoklatan.
9. Kempring Teh hijau yang partikelnya berbentuk serpihan-serpihan kecil, berwarna hijau kehitaman sampai kuning kecoklatan.
Sumber : Produksi PT Rumpun Sari Kemuning, 2010

1
5. Penentuan Titik Kritis (CCP) Teh
Dalam penetapan titik kritis (CCP) dilakukan beberapa tahapan proses
yaitu terdiri atas pemetikan, penghamparan, pelayuan, penggulungan,
pengeringan awal, pengeringan akhir, sortasi, pengemasan serta
penyimpanan. Dengan mengetahui bahaya potensialnya, baik itu secara
fisika, kimia, maupun biologi, yang selanjutnya menjawab pertanyaan -
pertanyaan untuk mengetahui apakah produk teh tersebut dapat terhindar
oleh batasan penetapan titik kritis (CCP).
Ø Pemetikan merupakan tahapan awal dari proses pembuatan teh hijau.
Dalam pemetikan terdapat bahaya potensial yaitu pada pemberian
pestisida. Tahap ini merupakan CCP karena dalam tahap ini ada tidakan
pencegahan dan dirancang spesifik untuk menghilangkan bahaya yang
mungkin terjadi.
Ø Penghamparan ini membantu proses respirasi. Penghamparan
merupakan proses pelayuan pendahuluan, tinggi penghamparan kurang
lebih 40 cm selama 2 jam di suhu ruangan 25º C . Dengan bahaya
potensialnya fisika yaitu , debu , logam, kerikil serta bahaya biologi seperti
ulat dan serangga . Tahapan proses ini termasuk titik kritis (CCP) karena
berpebgaruh terhadap kesehatan konsumen..
Ø Tahapan proses yang pertama adalah Pelayuan dilakukan dengan cara
mengalirkan sejumlah daun teh kedalam mesin pelayuan Rotary Panner
dalam keadaan panas (90-100°C) selama 5-10 menit secara kontinyu.
Dengan kerusakan potensialnya kimia yaitu, KA air tinggi atau daun
gosong. Tahapan ini termasuk bukan CCP karena tidak berpotensi bahaya
terhadap konsumen.
Ø Tahapan proses yang kedua adalah penggulungan merupakan tahapan
pengolahan yang bertujuan untuk membentuk mutu secara fisik. Selama
proses penggulungan daun teh akan dibentuk menjadi gulungan kecil dan
terjadi pemotongan. Proses ini dilakukan segera setelah daun layu keluar

2
dari mesin pelayuan. Mesin penggulung yang biasa digunakan adalah
press roller type single action selama 15-20 menit. Tahapan ini termasuk
CCP karena potensi bahaya yaitu adanya oli yang tercampur teh.
Ø Tahapan proses yang ketiga adalah Pengeringan pertama bertujuan
mereduksi kandungan air dan memekatkan cairan sel yang menempel pada
permukaan daun. Hasil pengeringan pertama masih setengah kering
dengan tingkat kekeringan (kering dibagi basah) sekira 30-35%. Mesin
yang digunakan pada proses pengeringan pertama ini adalah ECP dengan
suhu 130-135°C dengan lama pengeringan sekira 25-30 menit. Tahapan ini
bukan termasuk CCP karena tidak berpotensi menimbulkan bahaya pada
batas yang dapat diterima.
Ø Tahapan proses yang keempat adalah pengeringan kedua bertujuan
untuk mengeringan teh sampai kadar airnya menyentuh angka 3-4%.
Mesin yang digunakan dalam proses ini biasanya berupa Repeat Dryer dan
Ball tea . Lama pengeringan berkisar antara 80-90 menit pada suhu
dibawah 70°C dan pada Ball tea 6-12 jam dengan suhu 110-135°C.
Tahapan ini bukan termasuk CCP karena tidak menimbulkan
kemungkinan bahaya pada batas yang dapat diterima.
Ø Tahapan proses yang kelima adalah sortasi, proses ini bertujuan untuk
memisahkan, memurnikan dan membentuk jenis mutu agar teh dapat
diterima baik dipasaran lokal maupun eksport. Tahapan ini bukan
termasuk CCP karena tidak menimbulkan bahaya potensial untuk
konsumen.
Ø Tahapan proses yang keenam adalah Pengepakan.. Tahapan ini
termasuk CCP karena bahaya yang mungkin terjadi yaitu karena masih
adanya debu dan sisa benang yang ikut terkemas .
Ø Tahapan ketujuh adalah penyimpanan. Dalam tahap ini perlu
penggunaan suhu penggudangan yang sesuai dan pembersihan gudang
agar tidak terjadi kontaminasi silang. Tahap ini termasuk CCP karena

3
kemungkinan bahaya bagi konsumen dengan tumbuhnya jamur jika
gudang terlalu lembab.
H. Produk Akhir
1. Spesifikasi Produk Akhir
Produk yang dihasilkan di PT. Rumpun Sari Kemuning adalah
berupa teh hijau yang terdiri dari 4 jenis kualitas yaitu : Peko, Jikeng,
Tulang dan Bubuk.
Standar mutu teh hijau No. SP-60-1997. Teh hijau dapat
diklasifikasikan menjadi 4 jenis mutu yang sifat-sifatnya adalah sebagai
berikut :
a. Mutu I (Peko)
Bentuk daun tergulung kecil, warna hijau sampai hijau kehitaman,
aroma wangi teh hijau, tidak apek, benda-benda asing tidak teredaksi,
gagang maksimal 5%, kadar air maksimum 1%.
b. Mutu II (Jikeng)
Bentuk daun kurang tergulung dan melebar, warna hijau kekuning-
kuningan sampai warna hijau kehitaman, aroma wangi, tidak apek,
benda asing tidak teredaksi, gagang maksimum 7%, kadar air
maksimum 10%.
c. Mutu III (Bubuk)
Bentuk daun bubuk, potongan datar, warna hijau kehitaman, aroma
kurang wangi, tidak apek, benda asing tidak teredaksi, tidak ada
gagang, kadar air 10%.
d. Mutu IV (Tulang)

4
Sebagian besar berupa tulang dan daun berwarna hijau kehitaman,
aroma kurang wangi tetapi tidak apek. Benda asing tidak terdeteksi
dan kadar air 10%.
2. Penanganan Produk Akhir
Teh kering yang telah disortasi menurut jenisnya atau mutunya,
dilakukan pengemasan untuk melindungi teh dari kerusakan baik itu
kerusakan secara fisik maupun kimia, pengaruh kelembaban, suhu, bahan
kimia dan untuk memudahkan pengangkutan.
Adapun pengemasannya menggunakan karung plastik serta dijahit
dengan tali. Berat masing-masing jenisnya tiap karung adalah : PSK 50 kg,
PSB 50 kg, CM 45 kg, Lokal I 120 kg, Lokal II 15 kg, Tulang 7 kg. Dust 8
kg dan Kempring 10 kg. setelah dilakukan pengemasan, kemudian produk
akhir tersebut disimpan dalam gudang, menunggu pemasaran dan
permintaan konsumen.
I. Sanitasi Industri
1. Sanitasi Bangunan
Sanitasi bangunan bertujuan untuk menjaga kebersihan dan
kenyamanan dalam bekerja bagi pegawai dan yang terkait didalamnya.
Karena fungsi bangunan adalah untuk mekindungi pekerja dan peralatan
yang ada dari factor lingkungan, yaitu panas, hujan, dan factor keamanan.
Sanitasi bangunan meliputu semua unsure yang terdapat dalam
bangunan tersebut seperti lantai, atap, dining, dan unsur yang
melengkapinya. Lantai pabrik terbuat dari semen dan keramik sehingga
mudah dibersihkan, kedap air, dan daya tahan cukup kuat sehingga tidak
mudah rusak. Atap pabrik menggunakan seng untuk menjaga kelembapan
ruangan agar tidak terlaku tinggi. Dinding terbuat dari kerangka besi dan
mempunyai banyak jendela dan kaca transparan yang berfungsi untuk
penerangan. Selain itu bangunan juga dilengkapi dengan ventilasi untuk

5
sirkulasi udara dalam ruangan., dan cerobong asap untuk mengeluarkan
asap hasil pembakaran sumber panas sehingga ruangan tidak pengap.
Pembersihan lantai dilakukan secara rutin tiap pergantian shift,
sedangkan untukn dinding dan langit – langit dibersihkan seminggu
sekali., karena tingkat kesulitan yang tinggi dan memerlukan waktu yang
lebih lama. Untuk pembersihan bangunan secara keseluruhan dilakukan
sebulan sekali.
2. Sanitasi Mesin dan Peralatan
Mesin dan peralatan merupakan sarana yang penting dalam proses
pengolahan, sehingga kebersihan alat dan mesin sangat mempengaruhi
kelancaran selama proses. Mesin dan peralatan yang digunakan memiliki
permukaan yang selalu kontak dengan bahan, sehingga bagian tersebut
harus memiliki permukaan yang halus, tidak mudah mengelupas, dan
mudah dibersihakan sehingga produk tidak terkontaminasi benda – benda
asing yang dapat mempengaruhi mutu teh.
Tata letak mesin dan peralatan harus mendukung kelancaran proses
produksi, yaitu penempatan alat dan mesin memiliki jarak tertentu untuk
memudahkan pengawasan dan memberikan ruang gerak yang luas untuk
menjamin keselamatan pekerja. Sanitasi mesin dan peralatan dilakukan
setiap kali selesai proses produksi selesai untuk menjaga kebersihan alat
dan kelancaran proses berikutnya. Untuk menjamin keselamatan kerja,
maka pengontrolan mesin dan peralatan dilakukan secara keseluruhan
sebelum dan selama proses dimulai.
3. Sanitasi Proses Produksi
Selama proses pengolahan berlangsung terdapat hal – hal yang
dapat mempengaruhi kondisi pekerja sehingga menjadi kurang nyaman.
Diantaranya adalah kebisingan, getaran mekanis, resiko kecelakaan,
penerangan, dan kadaan udara dalam ruangan.

6
Kebisingan ditimbulkan dari suara mesin yang terlalu keras sehingga
dapat menimbulkan gangguan pada kesehatan, daya kerja, dan reaksi
mayarakat luar. Hal tersebut diantisipasi dengan melakukan servis mesin
seminggu sekali, meletakkan mesin penggerak dalam ruang tertutup,
mengantisipasi gesekan alat dengan memberi minyak pelumas.
Getaran mekanis dapat berdampak pada pekerja yaitu dapat
menimbulkan kelelehan. Hal ini diantisipasi dengan meletakkan mesin di
atas bantalan karet untuk mengurangi getaran.
Untuk meningkatkan semangat kinerja, perusahaan memberi
perhatian keselamatan kerja berupa asuransi kecelakaan dan memberi
santunan kapada korban. Antisipasi yang dilakukan untuk mencegah
kecelakaan antara lain kontruksi lantai rata, tidak licin, dan mudah
dibersihkan. Tinggi atap minimal 3 meter atau sesuai dengan kontruksi
bangunan. Pipa dan kabel diletakkan di atas atau di bawah lantai sehingga
tidak terjangkau dan tidak mengganggu aktifitas. Disetiap dinding diberi
tanda peringatan bahaya. Mesin produksi diletakkan pada satu garis
memanjang.
Penerangan merupakan faktor yang sangat penting dalam
melaksanakan proses produksi. Penerangan yang buruk dapat
menyebabkan penglihatan tidak jelas sehigga dapat menganggu pekerjaan.
Untuk menghindarinya maka diperlukan penerangan yang cukup disetiap
ruangan.
Sirkulasi udara yang lancar dapat membantu untuk mengontrol udara
dalam ruangan sehingga tidak pengap dan terhindar dari pencemaran. Hal
tersebut dapat diatasi dengan membuat ventilasi yang cukup dan
melengkapiruang proses dan sortasi dengan blower yang berfungsi untuk
menyerap debu keluar ruangan.
4. Sanitasi Pekerja
Untuk menjaga kebersihan dan kesehatan serta memperlancar
kegiatan proses produksi diperlukan sanitasi karyawan untuk menghindari

7
kontaminasi produk yang dihasilkan. Kelengkapan yang digunakan dalam
proses produksi adalah sarung tangan, masker, penutup kepala, dan alas
kaki.
Sarung tangan digunakan untuk menjaga kebersihan produk dan
melindungi tangan dari panas dan luka akibat bersentuhan dengan bahan
dan alat. Masker digunakan sebagai pelindung dari debu yang dihasilkan
selama proses berlangsung. Penutup kepala digunakan sebagai pelindung
dan untuk menghindari kontaminasi produk dari rambut yang rontok.
Sedangkan alas kaki untuk menjaga kebersihan tempat dan pelindung diri
selama proses.
5. Sanitasi Lingkungan
Kegiatan proses produksi tidak mengganggu masyarakat disekitar
pabrik, itu karena selama proses produksi pengolahan teh hijau hanya
dihasilkan sedikit limbah serta pengolahannya tidak menggunakan ataupun
mengandung bahan kimia. Limbah yang ada hanyalah limbah padat berupa
sisa daun teh hasil pengolahan yang tercecer dan berserakan. Sisa-sisa
tersebut dikumpulkan kemudian dibakar.
Pencemaran lain yang timbul adalah asap yang ditimbulkan oleh
mesin pengeringan dan pelayuan. Cara pengedaliannya dengan
mengeluarkan asap lewat cerobong asap yang tinggi dan dibuang keudara,
hal ini juga tidak berpengaruh karena asap yang dihasilkan, kepekatan dan
ketebalan asap tidaklah besar, sehingga masyarakat yang berada disekitar
pabrik tidak terganggu.
6. Penanganan Limbah
Dalam proses produksi di pabrik PT. Rumpun Sari Kemuning yang
memproduksi teh hijau, tentu tidak terlepas dari limbah produksi, adapun
limbah yang utama di Pabrik teh hijau tersebut adalah limbah asap dan
debu yang ditimbulkan oleh mesin-mesin, utamanya mesin pelayuan,
pengeringan dan sortasi. Asap dan debu dari mesin tersebut berpotensi

8
mencemari udara. Guna menanggulangi limbah asap dan debu di PT.
Rumpun Sari Kemuning dibuatkanlah cerobong asap untuk
mengendalikannya, dengan cara meniup keluar asap dan debu dengan alat
yang disebut blower. Setelah itu dibuang ke udara lewat cerobong asap
yang dibuat tinggi. Dengan demikian masyarakat disekitar pabrik tidak
merasa terganggu dengan proses pengolahan produksi dan limbah pabrik.
J. Pemasaran
Pemasaran adalah suatu usaha atau kegiatan dimana tujuannya untuk
menjual, menentukan harga serta promosi. Untuk pemasaran PT. Rumpun
Sari kemuning menggunakan tata cara atau sistem yaitu DO (Delevary
Order /order pengiriman barang). Pihak perusahaan memberikan sampel
atau contoh produksi yang dihasilkan kepada konsumen jika konsumen
tertarik dan setuju, demikian pula dengan harga maka pemesanan dapat
dilakukan. Hal yang menyangkut dengan transaksi jual beli produk diatur
oleh direksi pusat PT. Rumpun Sari Kemuning , namun pengadaan dan
pengeluaran barang dilakukan oleh pihak perkebunan atau pabrik PT.
Rumpun Sari Kemuning .
Adapun perusahaan-perusahaan yang biasa menggunakan teh hijau
buatan atau produk PT. Rumpun Sari Kemuning antara lain, Perusahaan
Teh Wangi Gaya Baru (Pekalongan), Teh Wangi Gunung Subur
(Surakarta), Teh wangi Gopek (Tegal), Teh Dua Tang (Slawi),
PT.Rumpun Sari Kemuning juga mengekspor produk teh hijaunya ke
Afghanistan dan Maroko.(Sari Kemuning, 2009.

9
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari uraian diatas, setelah dilakukannya observasi ke perusahaan PT.
Rumpun Sari Kemuning, dapat disimpulkan bahwa :
1. Tahap pembuatan teh hijau di PT. Rumpun Sari Kemuning sudah sesuai
dengan produksi pengolahan teh hijau menurut PPTK Gambung meliputi
penghamparan, pelayuan, penggulungan, pengeringan awal, pengeringan
akhir, pengemasan dan penyimpanan.
2. Pemetikan yang dilakukan di PT. Rumpun Sari Kemuning menggunakan
sistem pemetikan jendangan dan pemetikan produksi.
3. Standar mutu teh hijau dari sebagian besar poduk teh di PT. Rumpun Sari
Kemuning sudah sesuai dengan standar SNI.
4. Mesin yang digunakan PT . Rumpun Sari Kemuning sebagian besar
buatan Taiwan. Hanya mesin winower, medelton dan mexzy buatan dari
PT .IDE Tegal.
B. Saran
1. Ditingkatkannya pengawasan pemetikan serta penanganan pucuk teh,
karena aktivitas ini dapat mempengaruhi mutu bahan baku serta kualitas
hasil produksi.
2. Penyuluhan secara intensif maupun berkala pada pemetik ataupun petani
tentang cara pemetikan dan penanganan pucuk daun teh yang baik dan
benar sesuai standar pabrik.
3. Dalam pengujian mutu teh hendaknya dilakukan dilaboratorium dan
menggunakan jasa seorang tester yang berpengalaman untuk mendapatkan
hasil analisa mutu teh hijau yang lebih akurat karena dalam proses
pengolahannya sering kali dilakukan proses ulang terhadap teh hijau grade
II menjadi grade I. Karena pada kenyataannya tester tidak menggunakan

10
teori namun hanya berdasarkan naluri, tidak ada prosedur teori ilmu yang
digunakan dalam pengujian.
4. Perlunya pengendalian mutu suhu maupun waktu proses pelayuan dan
pengeringan yang ketat, supaya mutu produk akhir (teh hijau) dapat
terjaga.

11
DAFTAR PUSTAKA
Adisejowo, S. 1982. Bercocok Tanam Teh. Sumur Bandung. Bandung
Anonim.2000. Standar Mutu Teh menurut SNI 1705.A/BSN-I/HK.24/06/2000. Diakses
pada hari Jumat, 16 April 2010. Pukul 18:35 WIB
Anonim1,3. 1997. Brevet Dasar – I Pabrik Teh. PT Astra Agro Niaga: Jakarta.
Anonim2. 1993. Pedoman dan Brevet Dasar – I Tanaman Teh. PT Astra Agro Niaga:
Jakarta.
Anonim4. 2008. Penelitian Teh. http//www.ipard.com/penelitian_teh.asp.
Anonymousc, 2009.Antioksidan dalam teh. PT Astra Agro Niaga: Jakarta
Arifin, 1994. Petunjuk Teknis Pengolahan Teh. Pusat penelitian Teh dan Kina. Gambung.
Bandung. Kerjasama Liplet Teh kerjasama PTPN VIII, PPTK Gambung dan ATI, 2006.
Djoana, S. 2008. Teh. Penerbit Soeroengan. Jakarta.
Elisa, 2005. Penganekaragaman Pemanfaatan Teh Hijau. Sumur Bandung. Bandung.
Hartoyo, Arif. 2003. Pengolahan Teh. UGM. Yogyakarta.
Muhtadi, Sugiono. 1992. Pemetikan Daun Teh Hitam dan Teh Hijau. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Nasution, Z. dan Wachyudin, T. 1975. Pengolahan Teh. IPB. Bogor
Nazzarudin. 1993. Pembudidayaan Teh dan Pengolahan. Jakarta: Penebar Swadaya.
Prawirosentono, 2000. Pengendalian Mutu Teh. Penerbit Swadaya. Jakarta
Syarif dan Anis, 1986. Cara Penanaman Tanaman Teh . Kanisius. Yogyakarta.
Sadjad, 1995. Teh Pengekspor Devisa Negara. Kanisius. Yogyakarta

12
Siswoputranto, P.S. 1978. Perkembangan Teh, Kopi, Coklat International. Jakarta: PT
Gramedia.
Soekarto, 1990. Ketetapan Standarisasi Produk Teh. Kanisius. Yogyakarta.
Suhartika, 1994. Penelitian Teh Hijau Indonesia. Adtiya Media. Yogyakarta.
Wahyu Ulaya, 1993 Dasar – Dasar Tanaman Klon pada Teh. IPB. Bogor.