lp kontraktur

26
LAPORAN PENDAHULUAN KONTRAKTUR I. Konsep Dasar Penyakit A. Definisi Kontraktur adalah pemendekan jarak 2 titik anatomis tubuh sehingga terjadi keterbatasan rentang gerak (range of motion). Kontraktur adalah kontraksi yang menetap dari kulit dan atau jaringan dibawahnya yang menyebabkan deformitas dan keterbatasan gerak. Kelainan ini disebabkan karena tarikan parut abnormal pasca penyembuhan luka, kelainan bawaan maupun proses degeneratif. Kontraktur yang banyak dijumpai adalah akibat luka bakar (Perdanakusuma, 2009). B. Klasifikasi Klasifikasi kontraktur berdasarkan derajat keparahan (Adu, 2011) 1. I: gejala berupa keketatan namun tanpa penurunan gerakan ruang lingkup gerak maupun fungsi. 2. II: sedikit penurunan gerakan ruang lingkup gerak atau sedikit penurunan fungsi namun tanpa mengganggu aktivitas sehari-hari secara signifikan, tanpa penyimpangan arsitektur normal daerah yang terkena. 3. III: terdapat penurunan fungsi, dengan perubahan awal arsitektur normal pada daerah yang terkena..

Upload: mus-likah

Post on 13-Jan-2016

326 views

Category:

Documents


95 download

DESCRIPTION

zz

TRANSCRIPT

Page 1: Lp Kontraktur

LAPORAN PENDAHULUAN

KONTRAKTUR

I. Konsep Dasar Penyakit

A. Definisi

Kontraktur adalah pemendekan jarak 2 titik anatomis tubuh sehingga

terjadi keterbatasan rentang gerak (range of motion). Kontraktur adalah

kontraksi yang menetap dari kulit dan atau jaringan dibawahnya yang

menyebabkan deformitas dan keterbatasan gerak. Kelainan ini disebabkan

karena tarikan parut abnormal pasca penyembuhan luka, kelainan bawaan

maupun proses degeneratif. Kontraktur yang banyak dijumpai adalah akibat

luka bakar (Perdanakusuma, 2009).

B. Klasifikasi

Klasifikasi kontraktur berdasarkan derajat keparahan (Adu, 2011)

1. I: gejala berupa keketatan namun tanpa penurunan gerakan ruang lingkup

gerak maupun fungsi.

2. II: sedikit penurunan gerakan ruang lingkup gerak atau sedikit penurunan

fungsi namun tanpa mengganggu aktivitas sehari-hari secara signifikan,

tanpa penyimpangan arsitektur normal daerah yang terkena.

3. III: terdapat penurunan fungsi, dengan perubahan awal arsitektur normal

pada daerah yang terkena..

4. IV: kehilangan fungsi dari daerah yang terkena.

C. Etiologi

Kontraktur diakibatkan karena kombinasi berbagai faktor meliputi: posisi

anggota tubuh, durasi imobilisasi, otot, jaringan lunak, dan patologis tulang.

Individu dengan luka bakar sering diimobilisasi, baik secara global maupun

fokal karena nyerinya, pembidaian, dan posisinya. Luka bakar dapat meliputi

jaringan lunak, otot, dan tulang. Semua faktor ini berkontribusi terhadap

kejadian kontraktur pada luka bakar (Schneider et al, 2006). Berbagai hal yang

dapat menyebabkan kontraktur adalah sebagai berikut (Adu, 2011):

Page 2: Lp Kontraktur

1. Trauma suhu

2. Trauma zat kimia

3. Trauma elektrik

4. Post-trauma (Volkmann’s)

5. Infeksi ulkus buruli

6. Idiopatik (Dupuytren’s)

7. Kongenital (camptodactyly)

Berdasarkan lokasi dari jaringan yang menyebabkan ketegangan, maka

kontraktur dapat diklasifikasikan menjadi :

1. Kontraktur Dermatogen atau Dermogen

Kontraktur yang disebabkan karena proses terjadinya di kulit, hal tersebut

dapat terjadi karena kehilangan jaringan kulit yang luas misalnya pada

luka bakar yang dalam dan luas, loss of skin/tissue dalam kecelakaan dan

infeksi.

2. Kontraktur Tendogen atau Myogen

Kontraktur yang tejadi karena pemendekan otot dan tendon-tendon. Dapat

terjadi oleh keadaan iskemia yang lama, terjadi jaringan ikat dan atropi,

misalnya pada penyakit neuromuskular, luka bakar yang luas, trauma,

penyakit degenerasi dan inflamasi.

3. Kontraktur Arthrogen

Kontraktur yang terjadi karena proses di dalam sendi-sendi, proses ini

bahkan dapat sampai terjadi ankylosis. Kontraktur tersebut sebagai akibat

immobilisasi yang lama dan terus menerus, sehingga terjadi gangguan

pemendekan kapsul dan ligamen sendi, misalnya pada bursitis, tendinitis,

penyakit kongenital dan nyeri.

D. Manifestasi Klinis

Gejala kontraktur bisa berupa :

1. Terdapat jaringan ikat adan atropi

2. Terjadi pembentukan sikatrik yang berlebih

3. Mengalami gangguan mobilisasi

4. Kesulitan melakukan aktivitas sehari-hari

Page 3: Lp Kontraktur

E. Patofisiologi

Patofisiologi yang jelas terbentuknya parut hipertrofi belum diketahui

namun banyak faktor yang berkontribusi terhadap proses fibroproliferatif kulit

tersebut. Paradigm yang sering digunakan adalah “benih dan tanah”.

Komponen selular seperti fibroblast, keratinosit, sel induk, dan sel inflamasi

merupakan benih sedangkan komponen nonseluler seperti matriks

ekstraseluler, kekuatan mekanik, tekanan oksigen, dan cytokine milieu adalah

tanah. (Wong & Gurtner, 2010).

Mekanisme dasar pembentukan kontraktur didapat dari berbagai macam

etiologi yaitu congenital, didapat, atau idiopatik. Proses ini disebabkan oleh

aktifnya miofibroblas (sebuah sel dengan fibroblas dan dengan karakteristik

seperti otot polos yang terdistribusinya granulasi di seluruh jaringan yang ada

pada luka). Kontraksi dari miofibroblas menyebabkan luka menyusut. Hal ini

juga diikuti dengan deposisi kolagen dan saling berhubungan untuk

mempertahankan kontraksi. Pada embryogenesis, kegagalan diferensiasi jari-

jari menyebabkan terbentuknya jaringan parut yang menyebakan fleksi

proksimal sendi interfalang yang mengakibatkan camptodactyly (Adu, 2011).

Apabila jaringan ikat dan otot dipertahankan dalam posisi memendek

dalam jangka waktu yang lama, serabut-serabut otot dan jaringan ikat akan

menyesuaikan memendek dan menyebabkan kontraktur sendi. Otot yang

dipertahankan memendek dalam 5-7 hari akan mengakibatkan pemendekan

perut otot yang menyebabkan kontraksi jaringan kolagen dan pengurangan

jaringan sarkomer otot. Bila posisi ini berlanjut sampai 3 minggu atau lebih,

jaringan ikat sekitar sendi dan otot akan menebal dan menyebabkan kontraktur.

Kontraksi adalah proses aktif biologis untuk menurunkan dimensi area

anatomi dan jaringan yang dapat menyebabkan perlambatan kesembuhan dari

luka terbuka. Kontraktu adalah produk akhir dari proses kontraksi. Kontraktur

mengganggu secara fungsional dan estetik (Pandya, 2001)

F. Pencegahan Kontraktur

Pencegahan kontraktur lebih baik dan efektif daripada pengobatan. Program

pencegahan kontraktur meliputi :

Page 4: Lp Kontraktur

1. Posisi yang mencegah kontraktur

Posisi yang melindungi dari kontraktur harus dimulai dari hari pertama sampai

beberapa bulan setelah trauma. Posisi ini diaplikasikan terhadap semua pasien baik

yang mendapat terapi cangkok kulit maupun yang tidak. Posisi ini penting karena

dapat mempengaruhi panjang jaringan dengan menurunkan ruang lingkup gerak

sebagai akibat dari parut jaringan. Pasien diistirahatkan dengan posisi yang

nyaman, posisi ini biasanya adalah posisi fleksi dan juga merupakan posisi

kontraktur. Tanpa dorongan dan bantuan dari orang lain, pasien akan meneruskan

posisi yang menyebabkan kontraktur. Sekali kontraktur mulai terbentuk dapat

terjadi kesulitan untuk bergerak sempurna seperti sediakala. Penyesuaian awal

memiliki esesnsi untuk memastikan kemungkinan terbaik hasil terapi, selain itu

pula untuk meringankan nyeri.

Pasien harus selalu melakukan kebiasaan posisi pada stadium awal

penyembuhan. Pasien perlu dorongan untuk mempertahankan posisi yang

mencegah kontraktur (kecuali ketika program latihan dan aktivitas fungsional

lain), dukungan keluarga sangat penting.

Ketika luka bakar terjadi pada bagian fleksor tubuh, risiko kontraktur akan

semakin meningkat. Posisi yang mencegah terjadinya kontraktur berdasarkan

luka bakar adalah sebagai berikut:

a. Leher depan

Posisi yang dapat menyebabkan kontraktur adalah fleksi leher, dagu ditarik

ke arah dada, kontur leher menghilang sedangkan posisi yang mencegah

terjadinya kontraktur adalah ekstensi leher, tidak ada bantal di belakang

kepala, putar balik leher. Kepala dimiringkan bila posisi duduk.

b. Leher belakang

Posisi yang dapat menyebabkan kontraktur adalah ekstensi leher dan

pererakan leher yang lain sedangkan posisi yang mencegah terjadinya

kontraktur adalah duduk dengan posisi leher fleksi, berbaring dengan

menggunakan bantal di belakang kepala.

c. Aksila anterior, aksila posterior, maupun lipatan aksila

Posisi yang dapat menyebabkan kontraktur adalah terbatasnya abduksi dan

juga protraksi ketika luka bakar juga ada di dada sedangkan posisi yang

Page 5: Lp Kontraktur

mencegah terjadinya fraktur adalah berbaring dan duduk lengan abduksi

900 ditopang dengan menggunakan bantal atau alat lain diantara dada dan

lengan.

d. Siku depan

Posisi yang dapat menyebabkan kontraktur adalah fleksi siku sedangkan

posisi yang mencegah terjadinya fraktur adalah ekstensi siku.

e. Punggung tangan

Posisi yang dapat menyebabkan kontraktur adalah hiperekstensi

metacarpalphalangeal (MCP), fleksi interphalangeal (IP), adduksi ibu jari,

dan fleksi pergelangan tangan sedangkan posisi yang mencegah terjadinya

kontraktur adalah pada pergelangan tangan diekstensi 30-40 derajat, fleksi

MCP 60-70 derajat, ekstensi sendi IP, dan abduksi ibu jari.

f. Telapak tangan

Posisi yang dapat menyebabkan kontraktur adalah adduksi dan fleksi jari-

jari tangan, telapak tangan ditarik ke dalam sedangkan posisi yang

mencegah terjadinya kontraktur adalah ekstensi pergelangan tangan, fleksi

minimal MCP, ekstensi dan abduksi jari-jari tangan.

g. Groin

Posisi yang dapat menyebabkan kontraktur adalah fleksi dan adduksi

pangkal paha sedangkan posisi yang mencegah terjadinya kontraktur

adalah berbaring tengkurap dengan ekstensi tungkai, batasi duduk dan

berbaring posisi menyamping. Jika dengan posisi supine, berbaring dengan

posisi ekstensi tungkai, tanpa bantal di bawah lutut.

h. Belakang lutut

Posisi yang dapat menyebabkan kontraktur adalah fleksi lutut sedangkan

posisi yang mencegah terjadinya kontraktur adalah ekstensi tungkai pada

saat berbaring dan duduk.

i. Kaki

Kaki adalah struktur komplek yang dapat ditarik dengan arah yang

berbeda-beda oleh jaringan yang telah menyembuh. Hal ini dapat

mengakibatkan mobilitas yang tidak normal. Posisi yang mencegah

terjadinya kontraktur adalah pergelangan kaki diposisikan 90 derajat

Page 6: Lp Kontraktur

terhadap telapak kaki dengan menggunakan bantal untuk mempertahankan

posisi. Jika pasien dalam keadaan duduk maka posisi kakinya datar di

lantai (tanpa edem).

j. Wajah

Kontraktur pada wajah dapat meliputi berbagai hal termasuk

ketiakmampuan untuk membuka maupun menutup mulut dengan

sempurna, ketidakmampuan menutup mata dengan sempurna, dan lain

sebagainya.posisi yang mencegah terjadinya kontraktur adalah secara

teratur merubah ekspresi wajah dan peregangan seperlunya. Tabung

empuk dapat dimasukkan ke dalam mulut untuk melawan kontraktur

mulut.

2. Bidai

Pembidaian sangat efektif untuk membantu mencegah kontraktur dan

merupakan hal yang perlu dilakukan sebagai program rehabilitasi komprehensif.

Pembidaian membantu mempertahankan posisi yang mencegah kontraktur

terutama terhadap pasien yang mengalami nyeri hebat, kesulitan penyesuaian atau

dengan area luka bakar yang dengan menggunakan posisi pencegahan kontraktur

saja tidak cukup.

Pembidaian dilakukan dengan posisi yang diregangkan sehingga memberikan

suatu latihan peregangan awal yang lebih mudah. Parut tidak hanya berkontraksi

namun juga mengambil rute terdekat, parut sering menimbulkan selaput atau

anyaman diantara jari-jari, leher, lutut, aksilda, dan lain-lain. Bidai membantu

merenovasi jaringan parutkarena membentuk dan mempertahankan kontur

anatomis. Bidai adalah satu-satunya modalitas terapeutik yang tersedia dan

berlaku yang dapat mengatur tekanan pada jaringan lunak sehingga dapat

menimbulkan remodeling jaringan.

Bidai dapat dibuat dari berbagai macam bahan. Bahan yang ideal adalah yang

memiliki temperature rendah dan ringan, mudah dibentuk, dan disesuaikan

kembali kemudian juga sesuai dengan kontur.

3. Peregangan dan mobilisasi awal

Page 7: Lp Kontraktur

Sendi yang terkena luka bakar harus digerakkan dan diregangkan beberapa kali

setiap harinya. Pasien membutuhkan pendamping baik dari tim medis maupun

keluarganya untuk mencapai pergerakan yang penuh terutama untuk anak-anak

yang memerluka perhatian yang lebih dari orang tua. Pasien perlu

mengembangkan kebiasaan tersebut dari hari ke hari.

4. Melakukan aktivitas sehari-hari

Pasien luka bakar sering merasa kehilangan rasa dan kemampuan untuk

beraktivitas secara normal. Aktivitas sehari-hari seperti makan, mandi sangat

penting untuk melatih pasien dapat hidup mandiri.

5. Pijat dan pemberian moisturiser

Pijatan pada parut sangat dianjurkan sebagai bagian dari penatalaksanaan luka

parut meskipun mekanisme efeknya belum begitu diketahui. Hal yang dapat

dilakukan adalah:

a. Pemberian moisturiser luka sering kehilangan kelembaban tergantung dari

dalamnya luka dan sejauh kerusakan struktur kulit. Luka tersebut dapat

menjadi sangat kering dan menimbulkan rasa tidak nyaman. Hal ini dapat

menimbulkan retak dan pecahnya parut. Pemijatan dengan moisturizer atau

minyak tanpa parfum pada bagian teratas parut dapat melembutkan sehingga

pasien merasa lebih nyaman dan untuk mengurangi gatal.

b. Jika parut menjadi tebal dan meninggi dapat menggunakan pijatan kuat dan

dalam menggunakan ibujari atau ujung jari untuk mengurangi kelebihan

cairan pada tempat tersebut.

c. Parut akibat luka bakar mengandung kolagen empat kali dibandingkan

dengan luka parut biasa. Pijatan yang dalam dengan pola sedikit memutar

dapat meningkatkan kesegarisan luka parut.

d. Penurunan sensoris dan perubahan sensasi dapat terjadi. Pijatan rutin dan

sentuhan pada parut dapat membantu desensitisasi dari luka yang

sebelumnya hipersensitif

e. Faktor psikologis dari seseorang yang memiliki kesulitan dan merasa tidak

enak dipandang dapat dikurangi dengan menyentuh parut dan belajar

bagaimana menerima keadaannya.

Page 8: Lp Kontraktur

6. Terapi tekanan

Terapi tekanan adalah modalitas primer dalam penatalaksanaan parut akibat

luka bakar meskipun efektivitas klinis secara sains masih belum terbukti.

Pemberian tekanan pada area luka bakar diduga dapat mengurangi parut dengan

mempercepat maturasi parut dan mendorong reorientasi terbentuknya serta

kolagen. Pola parallel yang bertentangan dengan pola luka yang berputar pada

parut. Mekanisme yang diduga adalah, pemberian tekana dapat menciptakan

hipoksia lokal pada jaringan parut sehingga mereduksi aliran darah yang

sebelumnya hipervaskuler pada luka parut. Hal ini mengakibatkan menurunnya

influks kolagen dan penurunan pembentukan jaringan parut. Sesegera setelah luka

menjadi tertutup dan dapat menerima tekanan, pasien menggunakan pakaian

tekanan.

G. Penatalaksanaan

Hal utama yang dipertimbangkan untuk terapi kontraktur adalah pengembalian

fungsi dengan cara menganjurkan penggunaan anggota badan untuk ambulasi

dan aktifitas lain. Menyingkirkan kebiasaan yang tidak baik dalam hal

ambulasi, posisi dan penggunaan program pemeliharaan kekuatan dan

ketahanan, diperlukan agar pemeliharaan tercapai dan untuk mencegah

kontraktur sendi yang rekuren. Penanganan kontraktur dapat dliakukan secara

konservatif dan operatif :

1. Konservatif

Seperti halnya pada pencegahan kontraktur, tindakan konservatif ini lebih

mengoptimalkan penanganan fisioterapi terhadap penderita, meliputi :

a. Proper positioning

Positioning penderita yang tepat dapat mencegah terjadinya kontraktur

dan keadaan ini harus dipertahankan sepanjang waktu selama penderita

dirawat di tempat tidur. Posisi yang nyaman merupakan posisi

kontraktur. Program positioning antikontraktur adalah penting dan

dapat mengurangi udem, pemeliharaan fungsi dan mencegah

kontraktur.

Proper positioning pada penderita luka bakar adalah sebagai berikut :

Page 9: Lp Kontraktur

1) Leher : ekstensi /hiperekstensi

2) Bahu : abduksi, rolasi eksterna

3) Antebrakii : supinasi

4) Trunkus : alignment yang lurus

5) Lutut : lurus, jarak antara lutut kanan dan kiri 20 derajat

6) Sendi panggul tidak ada fleksi dan rolasi eksterna

7) Pergelangan kaki : dorsofleksi

b. Exercise

Tujuan exercise untuk mengurangi udem, memelihara lingkup gerak

sendi dan mencegah kontraktur. Exercise yang teratur dan terus-

menerus pada seluruh persendian baik yang terkena luka bakar maupun

yang tidak terkena, merupakan tindakan untuk mencegah kontraktur.

Adapun macam-macam exercise adalah :

1) Free active exercise : latihan yang dilakukan oleh penderita sendiri.

2) Isometric exercise : latihan yang dilakukan oleh penderita sendiri

dengan kontraksi otot tanpa gerakan sendi.

3) Active assisted exercise : latihan yang dilakukan oleh penderita

sendiri tetapi mendapat bantuan tenaga medis atau alat mekanik atau

anggota gerak penderita yang sehat.

4) Resisted active exercise : latihan yang dilakukan oleh penderita

dengan melawan tahanan yang diberikan oleh tenaga medis atau alat

mekanik.

5) Passive exercise : latihan yang dilakukan oleh tenaga medis terhadap

penderita.

c. Stretching

Kontraktur ringan dilakukan strectching 20-30 menit, sedangkan

kontraktur berat dilakukan stretching selama 30 menit atau lebih

dikombinasi dengan proper positioning. Berdiri adalah stretching yang

paling baik, berdiri tegak efektif untuk stretching panggul depan dan

lutut bagian belakang.

Page 10: Lp Kontraktur

d. Splinting/bracing

Mengingat lingkup gerak sendi exercise dan positioning merupakan hal

yang penting untuk diperhatikan pada luka bakar, untuk

mempertahankan posisi yang baik selama penderita tidur atau melawan

kontraksi jaringan terutama penderita yang mengalami kesakitan dan

kebingungan.

e. Pemanasan

Pada kontraktur otot dan sendi akibat scar yang disebabkan oleh luka

bakar, ultrasound adalah pemanasan yang paling baik, pemberiannya

selama 10 menit per lapangan. Ultrasound merupakan modalitas pilihan

untuk semua sendi yang tertutup jaringan lunak, baik sendi kecil

maupun sendi besar.

2. Operatif

Tindakan operatif adalah pilihan terakhir apabila pcncegahan kontraktur

dan terapi konservatif tidak memberikan hasil yang diharapkan, tindakan

tersebut dapat dilakukan dengan beberapa cara :

a. Z – plasty atau S – plasty

Indikasi operasi ini apabila kontraktur bersama dengan adanya sayap

dan dengan kulit sekitar yang lunak. Kadang sayap sangat panjang

sehingga memerlukan beberapa Z-plasty.

b. Skin graft

Indikasi skin graft apabila didapat jaringan parut yang sangat lebar.

Kontraktur dilepaskan dengan insisi transversal pada seluruh lapisan

parut, selanjutnya dilakukan eksisi jaringan parut secukupnya.

Sebaiknya dipilih split thickness graft untuk l potongan, karena full

thickness graft sulit. Jahitan harus berhati-hati pada ujung luka dan

akhirnya graft dijahitkan ke ujung-ujung luka yang lain, kemudian

dilakukan balut tekan. Balut diganti pada hari ke 10 dan dilanjutkan

dengan latihan aktif pada minggu ketiga post operasi.

c. Flap

Page 11: Lp Kontraktur

Pada kasus dengan kontraktur yang luas dimana jaringan parutnya

terdiri dari jaringan fibrous yang luas, diperlukan eksisi parsial dari

parut dan mengeluarkan / mengekspos pembuluh darah dan saraf tanpa

ditutupi dengan jaringan lemak, kemudian dilakukan transplantasi flap

untuk menutupi defek tadi. Indikasi lain pemakaian flap adalah apabila

gagal dengan pemakaian cara graft bebas untuk koreksi kontraktur

sebelumnya. Flap dapat dirotasikan dari jaringan yang dekat ke defek

dalam 1 kali kerja.

II. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

A. PENGKAJIAN

1. Biodata

a. Biodata Anak

b. Biodata Penanggungjawab

2. Keluhan utama

3. Riwayat kesehatan sekarang

4. Riwayat kesehatan dahulu

5. Riwayat imunisasi

6. Riwayat penyakit keluarga

7. Riwayat lingkungan

8. Pemeriksaan fisik

1. Aktivitas/Istirahat

Badan lemah, penurunan kekuatan, keterbatasan rentang gerak pada area

yang sakit

2. Sirkulasi

Hipotensi (syok), takikardi

3. Integritas Ego

Adanya faktor stress, perasaan tak berdaya/tak ada harapan

Menyangkal, ansietas, ketakutan, dan mudah tersinggung

4. Eliminasi

Penurunan bising usus/tidak ada

Haluan urine menurun/tidak ada

Page 12: Lp Kontraktur

5. Makanan/Cairan

Anoreksia, mual/muntah

6. Keamanan

Cedera kimia : tampak luka bervariasi sesuai agen penyebab.

7. Interaksi Sosial

Penyuluhan atau pembelajaran

Perubahan pola biasa dalam tanggung jawab/ perubahan kapasitas fisik

untuk melaksanakan peran

B. Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan/tahanan.

2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan kerusakan permukaan kulit.

3. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan.

4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan ketidak tahuan tentang proses/

penyembuhan penyakit.

C. Intervensi Keperawatan dan Rasional

1. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan

kekuatan/tahanan.

Tujuan :  Menunjukkan perilaku mampu melakukan aktivitas.

a. Lakukan latihan rentang gerak secara konsisten, diawali dengan pasif

kemudian aktif.

R/ mencegah secara progresif mengencangkan jaringan parut,

kontraktur, meningkatkan pemeliharaan fungsi otot dan sendi dan

menurunkan kehilangan kalsium dan tulang.

b. Instruksikan dan bantu dalam mobilitas, contoh tongkat, walker secara

tepat.

R/ meningkatkan keamanan ambulasi.

c. Dorong dukungan dan bantuan keluarga/orang terdekat pada latihan

rentang gerak.

R/ memampukan keluarga/orang terdekat untuk aktif dalam

perawatan pasien dan memberikan terapi lebih konstan/konsisten.

Page 13: Lp Kontraktur

d. Masukkan aktivitas sehari-hari dalam terapi fisik, hidroterapi, dan

asuhan keperawatan.

R/ komunikasi aktivitas yang menghasilkan perbaikan hasil dengan

meningkatkan efek masing-masing.

e. Dorong partisipasi pasien dalam semua aktivitas sesuai kemampuan

individual.

R/ meningkatkan kemandirian, meningkatkan harga diri, dan

membantu proses perbaikan.

2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan kerusakan permukaan

kulit.

Tujuan :  Menunjukkan penyembuhan tepat waktu.

a. Observasi kemerahan, pucat, ekskoriasi.

R/ area meningkat resikonya untuk kerusakan dan memerlukan

pengobatan lebih intensif.

b. Evaluasi proses penyembuhan. Kaji ulang harapan terhadap

penyembuhan dengan pasien.

R/ penyembuhan mulai dengan segera, tetapi penyembuhan lengkap

memerlukan waktu.

c. Diskusikan pentingnya perubahan posisi sering, perlu untuk

mempertahankan aktivitas.

R/ meningkatkan sirkulasi dan perfusi kulit dengan mencegah tekanan

lama pada jaringan.

d. Dorong mandi tiap 2 hari sekali.

R/ sering mandi membuat kekeringan kulit.

3. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan.

Tujuan :  Berkurangnya ansietas ketingkat yang bisa diatasi.

a. Dorong pasien untuk mengungkapkan kecemasannya, jangan

menyangkal.

R/ menurunkan kecemasan. Penyangkalan dapat memperburuk

mekanisme koping.

Page 14: Lp Kontraktur

b. Evaluasi mekanisme koping/pertahanan yang digunakan untuk

berhadapan dengan perasaan ataupun ancaman yang sesungguhnya.

R/ mungkin dapat menghadapi situasi dengan baik pada waktu itu,

misalnya penolakan dan regresi mungkin dapat mekanisme koping

untuk waktu tertentu.

c. Anjurkan untuk melakukan pendekatan spiritual.

R/ pendekatan spiritual dapat membantu penerimaan pasien terhadap

kondisi yang dialami sehingga mengurangi rasa cemas.

4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan ketidak tahuan tentang proses/

penyembuhan penyakit.

Tujuan : Menyatakan pemahaman proses penyakit/prognosis dan

kebutuhan pengobatan.

a. Kaji ulang prognosis dan harapan yang akan datang.

R/ memberikan dasar pengetahuan dimana pasien dapat membuat

pilihan berdasarkan informasi.

b. Diskusikan harapan pasien untuk kembali ke rumah, bekerja, dan

aktivitas normal.

R/ pasien sering kali mengalami kesulitan memutuskan pulang.

Masalah sering terjadi (contoh gangguan tidur, kesulitan melakukan

aktivitas) yang mempengaruhi keberhasilan menilai tindakan hidup

normal.

c. Kaji ulang perawatan luka, graft kulit dan luka. Identifikasi sumber

yang tepat untuk perawatan pasien rawat jalan.

R/ meningkatkan kemampuan perawatan diri setelah pulang dan

meningkatkan kemandirian.

d. Dorong kesinambungan program latihan dan jadwalkan periode

istirahat.

R/ mempertahankan mobilitas, menurunkan komplikasi, dan

mencegah kelelahan, membantu proses penyembuhan.

Page 15: Lp Kontraktur

D. EVALUASI

1. Klien dapat mempertahankan rentang gerak

2. Klien menunjukan luka sembuh

3. Klien mengungkapkan perasaan lebih santai, Klien memperlihatkan tenang

dan relaks

4. Klien mengungkapkan pemahaman penyakit dan pengobatannya

Page 16: Lp Kontraktur

LAMPIRAN

PENCEGAHAN KONTRAKTUR

Mencegah kontraktur pada leher

Mencegah kontraktur pada leher belakang

Mencegah kontraktur pada telapak tangan

Mencegah kontraktur pada siku

Mencegah kontraktur pada punggung tangan

Posisi mencegah kontraktur pada aksila

Mencegah

kontraktur lutut

belakang

Mencegah kontraktur pada kaki

Page 17: Lp Kontraktur

Mencegah kontraktur pada wajah

DAFTAR PUSTAKA

Adu EJK. (2011). Management of contractures: a five-year experience at komfo anokye

teaching hospital in kumasi. Ghana Medical Journal 45(2):66-72.

Goel A & Shrivastava P. (2010). Post-burn scars and scar contractures. Indian Journal

of Plastic Surgery 43(3):63-71.

Ogawa R & Pribaz JJ. (2010). Diagnosis, assessment, and classification of scar

contractures. Color Atlas of Burn Reconstructive Surgery. Springer

Heidelberg Dordrecht London NewYork.

Pandya AN. (2001). Burn injury. Repair & Recontruction 2(2):1-16.

Perdanakusuma, DS. (2009). Surgical management of contracture in head and neck.

Annual Meeting of Indonesian Symposium on Pediatric Anesthesia &

Critical care, JW Marriot Hotel Surabaya.

Procter F. (2010). Rehabilitation of the burn patient. Indian Journal of Plastic Surgery

43(Suppl):S101-S113.

Schneider JC, Holavanahalli R, Helm, P, Goldstein R, & Kowalske K. (2006).

Contractures in burn injury: defining the problem. Journal of Burn Care

Research 27(4):508-514.

Schwarz RJ. (2007). Management of postburn contractures of the upper extremity.

Journal of Burn Care Research 28:212-219.

Wong VW & Gurtner GC. (2010). Strategies for skin regeneration in burn patients.

Color Atlas of Burn Reconstructive Surgery. Springer Heidelberg Dordrecht

London NewYork.