nyeri pada lansia

Upload: arie-wahyu-pradipta

Post on 03-Apr-2018

234 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/29/2019 Nyeri Pada Lansia

    1/22

    1

    BAB. I

    PENDAHULUAN

    Perubahan karakteristik demografi dari populasi di dunia merupakan

    tantangan kritis bagi para klinisi. Jumlah penduduk berusia 65 tahun semakin

    meningkat dengan rate yang sangat cepat.Definisi lanjut usia (lansia) menurut

    United Nations adalah mereka yang berusia 65 tahun termasuk usia lebih dari 80

    tahun. Di Indonesia yang dimaksud dengan lanjut usia (lansia) adalah mereka

    yang berusia 60 tahun. Di negera berkembang terjadinya peningkatan populasilansia berlangsung sangat cepat. Pada tahun 2050, rasio antara populasi berusia

    65 tahun dibandingkan populasi berusia 15-64 tahun akan menjadi tiga kali lebih

    besar. Pada populasi lansia gangguan ketidakmampuan merupakan keadaan yang

    sering dijumpai.

    Salah satu tolok ukur kemajuan suatu bangsa seringkali dilihat dari

    harapan hidup penduduknya. Demikian juga Indonesia sebagai suatu negara

    berkembang, dengan perkembangan yang cukup baik, makin tinggi harapan

    hidupnya, diproyeksikan dapat mencapai lebih dari 70 tahun pada tahun 2010.

    Pada tahun 2000 jumlah orang lanjut usia sebesar 7,28% dan pada tahun 2020

    diperkirakan mencapai 11,34%. Dari data USA-Bureau of the Census, bahkan

    Indonesia diperkirakan akan mengalami pertambahan warga lansia terbesar di

    seluruh dunia, antara tahun 1990-2025, yaitu sebesar 414%.

    Berdasarkan Survei Kesehatan Nasional 2001 didapatkan bahwa

    prevalensi penyakit sendi pada usia 55 tahun sebesar 40%, dengan keluhan

    utama yang datang ke pusat pelayanan kesehatan (Puskesmas) karena nyeri

    punggung (back pain), pusing, nyeri persendian, nyeri abdomen atau nyeri

    pinggang. Hasil yang tidak berbeda ditunjukkan pada bukti empiris di negara

    maju yang menyatakan ada hubungan bermakna antara rasa nyeri akibat gangguan

    muskuloskeletal dan ketidakmampuan fisik pada lansia.

  • 7/29/2019 Nyeri Pada Lansia

    2/22

    2

    Rasa nyeri merupakan gejala yang sering dirasakan pada seseorang dengan

    penyebab dan gejala beraneka ragam, lokasi, kualitas, durasi rasa nyeri, frekuensi,

    sifat serta gejala penyertanya. Rasa nyeri pada lansia adalah keluhan yang sering

    disampaikan pada saat mereka datang berkunjung ke pelayanan kesehatan.

    Keluhan rasa nyeri yang dirasakan oleh para lansia biasanya bersifat

    multifaktorial dan terkadang menemui banyak kendala dalam penatalaksanaannya.

    Akibat dari penatalaksanaan yang kurang baik pada keluhan rasa nyeri yang

    dialami seseorang akan berdampak pada status kesehatan dan kualitas hidup lansia

    tersebut. Penatalaksanaan yang tidak adekuat dapat berhubungan dengan rasa

    depresi, isolasi hubungan sosial, ketidakmampuan dan dapat pula menyebabkan

    gangguan tidur.

    Rasa nyeri didefinisikan sebagai suatu pengalaman sensorik dan emosional

    yang tidak menyenangkan yang berhubungan dengan suatu potensi kerusakan

    jaringan. Rasa nyeri akut biasanya diikuti adanya suatu injury tetapi dapat pula

    akibat dari degenerasi struktur, infeksi atau perubahan metabolik pada seseorang.

    Penyebab rasa nyeri pada lansia berbeda dengan usia muda, pada lansia rasa nyeribersifat kompleks dan seringkali bersifat tidak reversibel. Nyeri akut dapat

    dibedakan dari nyeri kronik, di mana nyeri akut biasanya timbul secara mendadak

    dengan durasi yang singkat, terbatas dan pada umumnya berhubungan dengan

    suatu lesi yang dapat diidentifikasi. Sedangkan nyeri khronik sifatnya menetap

    dan melampaui batas kesembuhan penyakit dan biasanya tidak ditemukan suatu

    penyakit atau kerusakan jaringan. Nyeri kronik pada lansia dapat menyebabkan

    lansia sangat tergantung pada orang lain, depresi dan kehilangan rasa percaya diri.

    Dengan demikan penatalaksanaan rasa nyeri kronik pada lansia seringkali

    memerlukan upaya yang kompleks dan pendekatan multidisplin.

  • 7/29/2019 Nyeri Pada Lansia

    3/22

    3

    BAB. II

    TINJAUAN PUSTAKA

    II.1 Lanjut Usia

    Lanjut usia adalah tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan

    manusia. Lanjut usia merupakan Proses Penuaan dan Perubahan Fisiologis Akibat

    Penuaan.

    Sedangkan menurut pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No.13 Tahun 1998tentang Kesehatan dikatakan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang telah

    mencapai usia lebih dari 60 tahun.

    Istilah geriatri (geros = usia lanjut, iatreia = merawat/merumat), pertama

    kali digunakan oleh Ignas Leo Vascher, seorang dokter Amerika pada tahun 1909.

    Tetapi ilmu geriatri ini baru dikatakan berkembang dengan nyata pada tahun 1935

    di Inggris oleh seorang dokter wanita, Marjorie Warren dari West-Middlesex

    Hospital yang dianggap sebagai pelopornya.

    Dokter ini mulai menerapkan pelaksanaan pengobatan terpadu yang lebih

    aktif terhadap penderita-penderita lanjut usia dilengkapi dengan latihan fisik dan

    rehabilitatif dengan sistematik, yang ternyata banyak berhasil baik.

    WHO menetapkan batasan-batasan untuk kriteria lansia, yaitu :

    Usia pertengahan (middle age) = kelompok usia 45 sampai 59 tahun Lanjut usia (elderly) = antara 60 dan 74 tahun Lanjut usia tua (old) = antara 75 dan 90 tahun Usia sangat tua (very old) = diatas 90 tahun

    1. Menua (menjadi tua =aging)Menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahanlahan

    kemampuan jaringan untuk memperbaiki dan mempertahankan struktur dan

  • 7/29/2019 Nyeri Pada Lansia

    4/22

    4

    fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi)

    dan memperbaiki kerusakan yang terjadi. Dengan begitu secara progresif akan

    kehilangan daya tahan terhadap infeksi dan akan makin banyak terjadi distorsi

    metabolik dan struktural yang disebut sebagai penyakit degeneratif (seperti

    hipertensi, aterosklerosis, diabetes melitus dan kanker). Sifat penyakit pada usia

    lanjut

    tidaklah sama dengan penyakit dan kesehatan pada golongan populasi usia

    lainnya, yaitu dalam hal:

    Penyakit pada usia lanjut cenderung bersifat multipel, merupakangabungan antara penurunan fisiologik/alamiah dan berbagai proses

    patologik/penyakit.

    Penyakit biasanya berjalan kronis, menimbulkan kecacatan dan secaralambat laun akan menyebabkan kematian.

    Usia lanjut juga sangat rentan terhadap berbagai penyakit akut, yangdiperberat dengan kondisi daya tahan yang menurun.

    Kesehatan usia lanjut juga sangat dipengaruhi oleh faktor psikis, sosial danekonomi.

    Pada usia lanjut seringkali terjadi penyakit iatrogenik, akibat banyak obat-obatan yang dikonsumsi (polifarmasi).

    II.2 Nyeri

    A.Pengertian Nyeri :Nyeri adalah sensasi subjektif rasa tidak nyaman yang biasa nya berkaitan

    dengan kerusakan jaringan aktual atau potensial. Nyeri adalah suatu mekanisme

    protektif bagi tubuh.ia timbul bilamana jaringan sedang rusak dan ia

    menyebabkan individu tersebut bereaksi untuk menghilangkan rangsang nyeri

    tersebut.

  • 7/29/2019 Nyeri Pada Lansia

    5/22

    5

    Nyeri adalah suatu sensori subjektif dan pengalaman emosional yang tidak

    menyenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan yang aktual atau potensial

    atau yang dirasakan dalam kejadian- kejadian dimana terjadi kerusakan.

    Nyeri adalah suatu sensasi yang disebabkan karena rusaknya jaringan, bisa

    dikulit sampai jaringan yang paling dalam. Beberapa penelitian menunjukkan

    bahwa, nyeri sering dijumpai pada penderita lansia biasanya sering diterapi secara

    paliatif, bahkan dengan manajemen yang sering tidak adekuat. Nyeri yang kronis

    biasanya berpengaruh pada fungsi fisiologis berupa bertambahnya penderitaan

    dan menurunnya kualitas hidup.

    B. Klasifikasi Nyeri

    1. Jenis nyeri menurut durasi

    a. Nyeri akut

    Nyeri akut terjadi setelah cedera akut, penyakit atau intervensi bedah dan

    memiliki awitan yang cepat, dengan intensitas yang bervariasi ( ringan sampaiberat) dan berlangsung untuk waktu singkat.

    Nyeri akut adalah nyeri yang berlangsung kurang dari 6 bulan nyeri yang

    mereda setelah intervensi atau penyembuhan. Nyeri akut biasanya mendadak dan

    berkaitan dengan masalah spesifik yang memicu individu untuk segera bertindak

    menghilangkan nyeri dan menghilang apabila faktor internal dan eksternal yang

    merangsang reseptornya di hilangkan.

    Nyeri akut ditandai oleh peningkatan frekuensi jantung, peningkatan

    tanda- tanda vital, wajah meringis, menarik diri, dan menangis. Terjadi dilatasi

    pupil dan pengeluaran keringat. Individu yang mengalami nyeri akut biasanya

    berfokus pada nyerinya.

    b. Nyeri Kronis

    Nyeri kronis adalah Nyeri yang berlangsung lama, intensitasnya bervariasi

    dan biasanya lebih dari 6 bulan. Kata kronis berasal dari kata yunani yang

  • 7/29/2019 Nyeri Pada Lansia

    6/22

    6

    berarti waktu dan di hubungkan dengan rasa nyeri yang menetap dan biasanya

    terus-menerus,bukan yang berlangsung sewaktu-waktu.

    Karakteristik nyeri kronis adalah area nyeri tidak mudah diidentifikasi,

    intensitas nyeri sukar di turunkan, rasa nyerinya biasanya meningkat, sifatnya

    kurang jelas dan kemungkinan kecil untuk sembuh/hilang,biasa terjadi perubahan

    kepribadian dan penurunan berat badan Nyeri kronis dapat di kategorikan menjadi

    dua, yaitu:

    Nyeri kronis malignaNyeri ini dapat digambarkan sebagai nyeri yang berhubungan dengan

    kanker atau penyakit progresif lainnya.

    Nyeri kronis non malignaNyeri ini biasanya dikaitkan dengan nyeri akibat kerusakan jaringan non

    progresif atau telah mengalami penyembuhan.

    2. Menurut Tempat

    Periferal Paina. Superfisial pain (nyeri permukaan/ kulit)

    Nyeri kulit berasal dari struktur- struktur superfisial kulit

    dan jaringan subcutis. Stimulus yang efektif untuk menimbulkan

    nyeri di kulit dapat berupa rangsangan mekanis, suhu, kimiawi,

    atau listrik. Jika kulit yang terlibat nyeri dirasakan sebagai

    menyengat, tajam, mengiris,atau seperti terbakar ; tetapi apabila

    pembuluh darah ikut berperan menimbulkan nyeri, sifat nyeri

    menjadi berdenyut.

    Deep Pain ( nyeri somatik dalam)Nyeri somatik dalam mengacu pada nyeri yang berasal dari

    Otot, tendon, ligamentum, tulang, sendi, dan arteri. Struktur-

  • 7/29/2019 Nyeri Pada Lansia

    7/22

    7

    struktur ini memiliki lebih sedikit reseptor nyeri sehingga lokalisasi

    nyeri sering tidak jelas. Nyeri dirasakan lebih difus dari pada nyeri

    kulit dan cenderung menyebar ke daerah di sekitarnya

    Nyeri ViseraNyeri visera mengacu pada nyeri yang berasal dari organ-

    organ tubuh. Reseptor nyeri visera terletak di dinding otot polos

    organorgan berongga ( lambung, kandung empedu, saluran

    empedu, ureter, kandung kemih) dan di kapsul organ- organ padat (

    hati, pankreas, ginjal). Mekanisme utama yang menimbulkan nyeri

    visera adalah peregangan atau distensi abnormal dinding atau

    kapsul organ, iskemia, dan peradangan. Struktur- struktur lain yang

    dapat di regangkan misalnya, kandung empedu, saluran empedu,

    atau ureter,dapat menimbulkan nyeri kolik, sering akibat spasme

    otot polos.

    Nyeri visera di salurkan melalui serat simpatis, danparasimpatis Sistem Saraf Otonom. Aferen visera biasanya adalah

    serat tife C, dan sensasi nyeri yang di hasilkan biasanya memiliki

    kualitas tumpul atau pegal. Impuls nyeri dari visera thorak dan

    abdomen hampir secara eksklusif di hantarkan melalui sistem saraf

    simpatis; impils berjalan di saraf simpatis melalui ganglion

    simpatis tanpa bersinap, dan kemudian mencapai saraf spinal

    melalui ramus komunikans alba dan kemudian ke ganglion akar

    dorsal

    Reffered Pain ( Nyeri Alihan).Nyeri alih di definisikan sebagai nyeri yang berasal dari

    salah satu daerah di tubuh tetapi di rasakan terletak di daerah lain.

    Nyeri visera sering di alihkan ke dermatom( daerah kulit) yang di

    persarafi oleh segmen medula spinalis yang sama dengan viskus

  • 7/29/2019 Nyeri Pada Lansia

    8/22

    8

    yang nyeri tersebut. Teori tentang nyeri alih yaitu teori

    konvergensi/ proyeksi yang menjelaskan tentang dua tife aferen

    yang masuk ke segmen spinal ( dari kulit dan struktur otot dalam

    dan visera) berkovergensi ke sel- sel proyeksi sensorik yang sama (

    misalnya, sel proyeksi spinotalamikus). contoh umum nyeri alih:

    appendicitis acut.

    thoraks

    saraf

    pusar yang di persarafi oleh nervus interkostalis X ( somatik)

    kemudian , nyeri berpindah ke kuadran kanan bawah abdomen(

    tempat apendiks yang meradang yang di persarafi oleh nervus

    torasikus XII dan nervus spinalis lumbalis I ( T12 sampai L1)

    disini nyeri terasa tajam dan memiliki lokalisasi yang jelas di atas

    peritonium yang mengalami iritasi karena impuls langsung melalui

    nervus spinalis ( jalur somatik atau parietal)

    b. Central Pain

    Nyeri yang terjadi karena perangsangan pada susunan saraf pusat, spinal

    cord, batang otak.

    1) Nyeri Neuropatik

    Nyeri yang di sebabkan karena kerusakan atau disfungsi sistem saraf

    perifer. Nyeri ini sering memiliki kualitas seperti terbakar, perih, atau seperti

    sengatan listrik. Pasien dengan nyeri neuropati menderita akibat instabilitas sistem

    saraf otonom. Dengan demikian, nyeri sering bertambah parah oleh stres emosi

    atau fisik ( dingin, kelelahan). Dan mereda setelah relaksasi, karena itu , pasien

    mungkin tidur secara normal walaupun terasa nyeri.

    2) Phantom Limb Pain

  • 7/29/2019 Nyeri Pada Lansia

    9/22

    9

    Sensasi perih, pins and needles ( parestesia), atau yang lebih jarang seperti

    terbakar, atau remuk di ekstermitas yang tidak dimiliki lagi oleh pasien ( karena

    telah di amputasi. Nyeri di karenakan terjepitnya serat nyeri di jaringan parut

    puntung tungkai yang menyebabkan terbentuknya impuls- impuls ektopik.

    3) Psichogenic Pain

    Nyeri yang di rasakan tanpa penyebab organik, tetapi akibat dari

    trauma psikologis.

    C. Etiologi Nyeri

    1. Trauma

    Mekanik : rasa nyeri timbul akibat ujung- unjung saraf bebasmengalami kerusakan. Misalnya akibat benturan, gesekan, luka dan

    lain lain.

    Thermis : nyeri pinggul karena ujung saraf reseptor mendapatrangsangan akibat panas, dingin, misalnya karena api dan air.

    Khemis : timbul karena kontak dengan zat kimia yang bersifatasam atau basa kuat.

    Elektrik : timbul karena pengaruh aliran listrik yang kuat mengenaireseptor rasa nyeri yang menimbulkan kekejangan otot dan luka

    bakar.

    2. Neoplasma

    Jinak Ganas

    3. Peradangan

    Nyeri terjadi karena kerusakan ujung- ujung saraf reseptor akibat adanya

    peradangan atau terjepit oleh pembengkakan, Misanya abses., gangguan sirkulasi

    darah dan kelainan pembuluh darah

  • 7/29/2019 Nyeri Pada Lansia

    10/22

    10

    4. Trauma psikologis

    D. Persepsi Nyeri pada manusia

    Persepsi nyeri pada manusia dapat di bagi menjadi 3 jenis, yaitu :

    Nyeri cepat yang terasa setempat,menusuk,cepat menghilang sepertimisalnya tertusuk jarum.

    Nyeri yang perlahan timbulnya,berlangsung lama,tak jelas lokasinya disertai reaksi autonom dan psikis yang di sebut nyeri membara.

    Nyeri viseral atau nyeri dalam yang timbul karena terangsangnya alat-alatdalam.Nyeri primer yang di ikuti nyeri sekunder dapat di sertai reaksi

    refleks somatis berupa gerakan menarik bagian badan yang nyeri ,rintihan

    ,teriakan.selain itu dapat pula timbul reaksi autonom berupa takikardi,

    hipertensi,hiperpne dan reaksi psikis seperti gelisah, resah, agresi, frustasi.

    E. Mekanisme Nyeri

    1. Fisiologi Nyeri Menurut Torrance & Serginson (1997) Ada tiga jenis sel sarafdalam proses penghantaran nyeri, yaitu:

    sel syaraf aferen atau neuron sensori, serabut konektor atau interneuron

    dan sel saraf eferen atau neuron motorik. Sel-sel syaraf ini mempunyai reseptor

    pada ujung nya yang menyebabkan impuls nyeri dihantarkan ke sum-sum tulang

    belakang dan otak. Reseptor-reseptor ini sangat khusus dan memulai impuls yang

    merespon perubahan fisik dan kimia tubuh. Reseptor-reseptor yang berespon

    terhadap stimulus nyeri disebut nosiseptor.

    Stimulus pada jaringan akan merangsang nosiseptor melepaskan zat-zat

    kimia, yang terdiri dari prostaglandin, histamin, bradikinin, leukotrien, substansi

    p, dan enzim proteolitik. Zat-zat kimia ini akan mensensitasi ujung syaraf dan

    menyampaikan impuls ke otak.

    2. Menurut Smeltzer & Bare (2002)

  • 7/29/2019 Nyeri Pada Lansia

    11/22

    11

    Kornu dorsalis dari medula spinalis dapat dianggap sebagai tempat

    memproses sensori. Serabut perifer berakhir disini dan serabut traktus sensori

    asenden berawal disini. Juga terdapat interkoneksi antara sistem neural desenden

    dan traktus sensori asenden. Traktus asenden berakhir pada otak bagian bawah

    dan bagian tengah dan impuls-impuls dipancarkan ke korteks serebri. Agar nyeri

    dapat diserap secara sadar, neuron pada sistem asenden harus diaktifkan. Aktivasi

    terjadi sebagai akibat input dari reseptor nyeri yang terletak dalam kulit dan organ

    internal. Terdapat interkoneksi neuron dalam kornu dorsalis yang ketika

    diaktifkan, menghambat atau memutuskan taransmisi informasi yang menyakitkan

    atau yang menstimulasi nyeri dalam jaras asenden. Seringkali area ini disebut

    gerbang. Kecenderungan alamiah gerbang adalah membiarkan semua input

    yang menyakitkan dari perifer untuk mengaktifkan jaras asenden dan

    mengaktifkan nyeri. Namun demikian, jika kecendrungan ini berlalu tanpa

    perlawanan, akibatnya sistem yang ada akan menutup gerbang. Stimulasi dari

    neuron inhibitor sistem asenden menutup gerbang untuk input nyeri dan

    mencegah transmisi sensasi nyeri.

    Setelah berada di medula spinalis, sebagian besar serabut nyeri bersinaps

    di neuron pada kornu dorsal dari segmen tempat serabut nyeri masuk. Informasi

    mengenai stimulus nyeri di kirim oleh salah satu dari dua jaras asenden ke otak

    tractus neospinotalamus atau trakrus paleospinotalamus.

    Traktus Neospinotalamus/ Jalur cepat

    sinyal dikirim ke kortek somatosensorik tempat lokasi

    nyeri

    sacara sadar.

    Traktus paleospinotalamus/ jalur Lambat

    otak dan daerah

    hipotalamus

  • 7/29/2019 Nyeri Pada Lansia

    12/22

    12

    mengontrol emosi.

    distres emosional akibat nyeri.

    3. Gating Nyeri di medula spinalis dan otak.

    Gating adalah kemampuan daerah otak bagian atas untuk memengaruhi

    tranmisi nyeri di medula spinalis. Neuron descenden yang mempengaruhi

    transmisi nyeri datang dari kortek serebri, hipotalamus, sistem limbik, dan

    terutama area grisea periakueduktus.

    a. Interpretasi Teori Gerbang

    Menjelaskan mengenai bagaimana harapan personal dan budaya, mood,

    dan rasa takut dapat mempengaruhi persepsi dan toleransi nyeri individu.dengan

    menekankan kemampuan jaras descenden untuk memengaruhi persepsi nyeri

    dengan teknik distraksi atau tehnik relaksasi dapat mengurangi nyeri. ketika

    neuron A besar yang membawa informasi taktil kulit di stimulasi bersamaan

    dengan saat serabut A dan C menyalurkan stimulus nyeri, aktivasi spinal traktus

    neospinotalamikus dan paleospinotalamikus menjadi berkurang yang disebabkan

    oleh inhibisi lateral sel- sel di spina dorsal oleh neuron A yang besar. Contoh

    gating penyaluran stimulasi nyeri adalah pada saat Menggosok kepala atau kulit

    setelah sesuatu cedera menstimulasi serabut A yang besar dan menimbulkan

    beberapa derajat analgesia.

    b. Endorfin, Enkefalin, dan Serotonin

    Respon analgetik terjadi akibat produksi dan pelepasan opiat endogen oleh

    sistem saraf pusat, yaitu ; endorfin dan enkafalin. Serotonin dan neurotranmiter

    lainnya juga berperan menimbulkan analgesia.

    1) Enkafalin adalah peptida kecil yang dilepaskan di medula spinalis dari neuron

    yang turun dari area gresia periakueduktus.Enkefalin menyebabkan inhibisi

    prasinaps serabut tipe C dan A di spina untuk mengurangi penyaluran stimulus

    nyeri keluar medulaspinalis. Enkefalin terdapat di sistem limbik dan hipotalamus.

  • 7/29/2019 Nyeri Pada Lansia

    13/22

    13

    2) Endorfin dan Serotonin bekerja sebagai neurotransmiter di otak untuk

    mengurangi penyaluran dan persepsi nyeri. Hipofisis melepaskan endorfin sebagai

    respons terhadap olah raga berat dan selama pengalaman nyeri, misalnya

    persalinan. Endorfin juga mempengaruhi mood, nyeri yang berkepanjangan

    terbukti mengurangi kadar endorfin, sehingga menimbulkan keputusasaan dan

    penderitaan yang terlihat pada individu yang mengalami nyeri kronis. Serotonin di

    hasilkan di otak dan dilepaskan dari serabut descenden yang bersinaps di medula

    spinalis. Obat- obat yang meningkatkan kadar serotonin otak, misalnya

    antidepresan, trisiklik, mengurangi persepsi nyeri.

    Teori tentang terjadinya rangsangan nyeri ( Barbara C.Long,1989), diantaranya :

    a. Teori Pemisahan ( specificity theory)

    kurnodorsalis

    lissur & menyilang di garis

    median ke sisi lainnya dan berakhir dikorteks sensoris tempat rangsangan nyeri

    tersebut di teruskan.

    b. Teori Pola ( Pattern Theory)

    merangsang ke

    menimbulkan persepsi dan

    (persepsi yang dipengaruhi oleh

    modalitas respon dari reaksi sel T )

    c. Teori Pengendalian Gerbang ( Gate Control Theory)

    Nyeri tergantung dari kerja serat saraf- saraf besar & kecil, yang keduanya

    berada dalam akar ganglio dorsalis, rangsangan pada serat saraf besar akan

    meningkatkan aktivitas substansia gelatinosa yang mengakibatkan tertutupnya

    pintu mekanisme sehingga aktivitas sel T terhambat menyebabkan hantaran

    rangsangan itu terhambat. Rangsangan serat besar dapat langsung merangsang

    kortek serebri.hasil persepsi ini akan dikembalikan ke dalam medula spinalis

  • 7/29/2019 Nyeri Pada Lansia

    14/22

    14

    melalui serat eferen dan reaksinya dan mempengaruhi aktivitas sel T. Rangsangan

    pada serat kecil akan mengahmbat aktivitas substansia gelatinosa dan membuka

    pintu mekanisme, sehingga merangsang aktivitas sel T yang selanjutnya akan

    mengahantarkan rangsangan nyeri.

    d. Teori Transmisi dan Inhibisi

    Adanya stimulus pada nosireseptor melalui transmisi impuls-impils saraf,

    sehingga transmisi impuls nyeri menjadi efektif, oleh neuron transmiter yang

    spesifik. Kemudian, inhibisi impuls nyeri menjadi efektif oleh impuls- impuls

    pada serabut- serabut besar yang memblok impuls- impuls pada serabut lamban

    dan endogen opiate sistem supresif.

    C. RASA NYERI dan PROSES PENUAAN (ageing)Rasa nyeri pada lansia dapat dibagi dalam 3 kategori yaitu nosiseptif

    (nociceptive), neuropati dan campuran. Kategori rasa nyeri yang bersifat

    nosiseptif berasal dari kerusakan badan jaringan, lebih jauh lagi dapat dikelompok

    dalam rasa nyeri somatik dan viseral. Contoh rasa nyeri yang dikategorikan

    sebagai nyeri somatik adalah osteoarthritis, rheumatoid arthritis dan

    fibromyalgia, sedangkan rasa nyeri viseral adalah irritable bowel syndrome,

    pancreatitis, noncardiac chest pain dan rasa nyeri abdominal. Distribusi aferen

    nosiseptif tersebar di seluruh tubuh baik kulit, otot, pergelangan, visera maupun

    meningen. Dan terdiri dari serabut bermyelin A delta dengan ukuran medium dan

    kecil yang mengantar konduksi cepat. Serabut C dengan ukuran diameter kecil

    tidak bermyelin mengantar konduksi lamban.

    Rasa nyeri neuropati mencakup kerusakan pada sistem saraf yang

    seringkali menyebabkan rasa nyeri pada saraf dermatom, misalkan sciatica.

    Sedangkan kanker dan nyeri punggung termasuk dalam kategori nyeri yang

    bersifat campuran. Nyeri bersifat sangat subjektif, jadi faktor psiko-kultur dapat

    menyebabkan adanya bias dari laporan rasa nyeri. Lagipula rasa nyeri tidak

    bersifat seragam, pada lansia toleransi rasa nyeri meningkat terhadap nyeri pada

    kulit (cutaneous pain) tetapi menurun terhadap rasa nyeri yang dalam (deep pain).

  • 7/29/2019 Nyeri Pada Lansia

    15/22

    15

    Hal ini berkaitan dengan peneltian yang menunjukkan pada lansia rasa nyeri

    dilaporkan dari asupan serabut C (C-fiber) sedangkan pada usia muda berdasarkan

    asupan dari serabut A delta (Adelta fibers).

    Kelainan muskuloskelatal seringkali terjadi pada lansia dan nyeri

    punggung bawah (low back pain/LBP) merupakan prevalensi terbesar. LBP

    kronik terjadi akibat degenerasi diskus spinalis. Degenerasi diskus ini merupakan

    akibat dari menurunnya produksi matriks extraseluler pada lansia.Selanjutnya

    degenerasi semakin meningkat karena berkurangnya aliran darah yang

    mengakibatkan menurunnya persediaan nutrisi ke dalam sel diskus. Akibatnya

    terjadi nyeri somatik yang meliputi nyeri sekitar sendi, otot, ligamen dan

    kemudian menyebar ke jaringan.

    Pendekatan untuk mengobati LBP kronik harus multidisiplin mencakup

    terapi farmakologik, intervensi pembedahan, terapi fisik dan perilaku. Pendekatan

    ini harus dilakukan sedini mungkin sebelum penyakit menjadi bertambah berat.

    D.PENILAIAN RASA NYERI (pain assessment)

    Pendekatan yang komprehensif diperlukan untuk menilai rasa nyeri kronik

    pada lansia. Penilaian yang tepat untuk rasa nyeri pada lansia merupakan suatu

    tantangan karena tidak ada petanda biologi yang objektif untuk menentukan

    adanya rasa nyeri. Rasa nyeri digambarkan sebagai tanda vital kelima (fifth vital

    sign) dan dokter harus secara teratur menanyakan ada tidaknya rasa nyeri pada

    saat melakukan penilaian. Penilaian rasa nyeri dapat pula berdasarkan laporan

    individu, observasi perilaku atau pengukuran secara psikologi, tergantung pada

    usia dan kemampuan melakukan komunikasi. Mengingat rasa nyeri sangat bersifat

    subjektif dan tidak ada petanda biologi yang dapat digunakan untuk menilai

    serangan rasa nyeri, maka laporan individu (self-report) lebih disukai atau dapat

    digunakan sebagai bukti serangan rasa nyeri dan intensitasnya. Penilaian dapat

    pula dilakukan pada seseorang yang mengalami gangguan kognitif dengan

    mengajukan suatu pertanyaan mudah dan menggunakan indikator penapisan

    (screening tools). Hambatan dalam melakukan penilaian rasa nyeri pada lansia

  • 7/29/2019 Nyeri Pada Lansia

    16/22

    16

    sering terjadi, karena rasa nyeri yang timbul biasanya terjadi pada usia di mana

    mereka sulit untuk mendeskripsikan atau menjelaskan serangan rasa nyeri yang

    dialaminya. Lansia merasa takut untuk melaporkan rasa nyerinya yang dapat

    menjurus ke pemeriksaan atau pengobatan yang lebih lanjut. Gangguan

    komunikasi dan kognitif merupakan hambatan utama yang sering terjadi dalam

    usaha mendeskripsikan serangan rasa nyeri tersebut. Penilaian rasa nyeri yang

    komprehensif meliputi anamnesis tentang intensitas, frekuensi dan lokasi dari rasa

    nyeri yang dialami, pemeriksaan fisik lengkap serta pemeriksaan laboratorium

    maupun prosedur test diagnostik untuk menentukan penyebab rasa nyeri secara

    tepat. Dalam hal ini termasuk pula instrumen penilaian standar yang digunakan

    untuk menilai fungsi, cara berjalan (gait), afeksi dan kognisi dari pasien.

    Komponen penting dalam menilai rasa nyeri pada lansia adalah dengan

    melakukan penilaian berkala, menggunakan instrumen yang standar dan dokumen

    rekam medis yang berkesinambungan. Alat ukur penilaian rasa nyeri

    menggunakan skala analog visual, skala numerik atau pain faces scale akan

    sangat membantu, terlebih lagi apabila instrumen tersebut sensitif terhadap

    terjadinya penurunan fungsi kognitif, bahasa maupun sensorik. Apabila

    memungkinkan,lakukanlah pendekatan secara terpadu antar disiplin berbagai ilmu

    dalam penilaian rasa nyeri pada lansia.

    E. PENATALAKSANAAN RASA NYERI PADA LANSIAWalaupun lansia lebih banyak mengalamirasa nyeri dibandingkan populasi

    lainnya, namun laporan rasa nyeri pada lansia seringkali lebih rendah dan

    pengobatannya tidak adekuat. Keadaan komorbid seringkali terjadi pada lansia.

    Banyak penderita berusia lebih dari 65 tahun menderita penyakit non-reumatik

    seperti penyakit kardiovaskuler, diabetes, hipertensi dan penyakit ginjal yang

    membatasi aktifitas fungsional. Pada tahun 1998, American Geriatrics Society

    mempublikasikan pedoman praktek klinik untuk penatalaksanaan rasa nyeri

    kronik pada lansia. Sejak itu banyak kemajuan penting dalam bidang farmakologi

    dan strategi untuk menilai serta mengelola rasa nyeri pada lansia. Prinsip utama

    pada penatalaksanaan rasa nyeri adalah menghilangkan serangan rasa nyeri.

  • 7/29/2019 Nyeri Pada Lansia

    17/22

    17

    Penatalaksanaan nyeri yang efektif bagi lansia terdiri dari pendekatan secara

    farmakologik dan non-farmafologik.

    Pendekatan farmakologik

    Lansia sangat rentan untuk mengalami efek samping suatu pengobatan,

    oleh karena itu pada pemberian obat untuk mengobati rasa nyeri perlu

    diperhatikan dosis yang akan diminum. Usia berhubungan erat dengan efek

    metabolisme obat di dalam tubuh, jadi pemberian obat pada lansia harus

    dilakukan dengan hati-hati. WorldHealth Organization (WHO) mengembangkan

    pendekatan secara medikasi untuk mengontrol rasa nyeri pada penderita kanker

    yang ternyata bermanfat pula bagi penderita rasa nyeri lainnya. Protokol WHO

    menganjurkan penatalaksaan rasa nyeri dilakukan secara konservatif dan bertahap

    untuk mengurangi terjadinya efek samping. Selanjutnya pasien diberikan

    pengobatan bila obat yang diberikan pada tahap awal tidak efektif. Pendekatan

    secara tangga analgesik (analgesic ladder) diawali dengan pemberian nonopioid

    analgesik asetaminofen, siklo-oksigenase 2 (CO-2) inhibitor dan obat anti

    inflamatori non steroid (OAINS/nonsteroidal anti-inflammatorydrugs/NSAIDs).

    (Gambar 1) Asetaminofen merupakan pilihan utama untuk mengobati rasa nyeri

    ringan sampai sedang pada lansia dan pemberiannya harus dibatasi. Misalkan

    pemberian asetaminofen 4000 mg sehari (dosis 4 kali 1000mg) dalam jangka lama

    dapat menimbulkan gangguan pada hepar. Penggunaan OAINS jangka panjang

    harus dihindari karena seringkali terjadi efek samping misalnya perdarahan

    gastrointestinal dan gangguan fungsi ginjal.

    Bila diperlukan dapat diberikan pengobatan adjuvan (adjuvant

    medications) untuk mengobati rasa nyeri kronik pada lansia seperti golongan

    steroid, antikonvulsan, anestesi lokal topikal dan antidepresan. Pada tangga

    kedua bila rasa nyeri sedang sampai berat asetaminofen dapat ditambah golongan

    opioid (hidrokodon, oksikodon, kodein) dan tramadol. Tramadol dapat digunakan

    pada lansia yang mengalami gangguan gastrointesital (konstipasi) dan ginjal Bila

    digunakan golongan opioid maka dosis asetaminofen atau oksikodon dapat

    diturunkan. Penatalaksaan rasa nyeri pada lansia yang mengalami rasa nyeri

    neuropatik seringkali memerlukan antikonvulsan (karbamesepin, gabapentin),

  • 7/29/2019 Nyeri Pada Lansia

    18/22

    18

    lidokain topikal 5% atau obat anti-depresan. Golongan anti-depresan trisiklik

    seperti amitriptilin, nortriptilin dan desipramin merupakan mendekatan tradisonal

    untuk mengobati rasa nyeri yang kronik ada lansia. Terutama amitritilin dan

    nortriptilin merupakan obat analgesik yng efektif untuk mengobati rasa nyeri

    neuropatik pada lansia.

    Tangga I (rasa nyeri ringan sampai sedang)

    Asetaminofen, COX-2 spesifik, OAINS

    adjuvan

    Tangga 2 (rasa nyeri sedang sampai berat) Asetaminofen + opioid

    (hidrokodon, oksikodon, kodein); tramadol + adjuvan

    Tangga 3 (rasa nyeri berat) Opiods kuat (morfin, hidromorfon, oksikodon) +

    adjuvan

    Gambar 1. Tangga analgesik pengobatan rasa nyeri pada lansia menurut WHO

    Pengobatan secara topikal dapat pula digunakan untuk mengurangi rasa

    nyeri yang bersifat neuropatik atau sindrome rasa nyeri kompleks regional.

    Lidokain 5% secara topikal sangat bermanfaat untuk mengatasi rasa nyeri yang

    terjadi pada postherpetic neuralgia. Preparat topikal aspirin, kapsaisin,

    antidepresan trisiklik, lidokain, OAINS dan opioids dapat mengurangi rasa nyeri

    terutama gangguan muskuloskeletal. Untuk mengobati rasa nyeri yang berat

    (tangga analgesik ketiga) dapat digunakan obat golongan opioid.

    Sebuah studi di Amerika Serikat tentang strategi untuk mengobati rasa

    nyeri pada lansia menunjukkan penggunaan obat analgesik merupakan strategi

    yang paling banyak digunakan. Obat-obat yang digunakan adalah golongan

    asetaminofen, aspirin, COX-2 inhibitors dan opioids. Beberapa penulis

    menambahkan dan memodifikasi menjadi empat tangga pengobatan yaitu

    dengan prosedur intervensi seperti blok sistem saraf, pembedahan, prosedur

  • 7/29/2019 Nyeri Pada Lansia

    19/22

    19

    operatif, dan pengobatan perilaku kognitif bagi penderita dengan rasa nyeri yang

    tidak dapat dikendalikan.

    Prosedur lain untuk mengurangi rasa nyeri dengan menggunakan neural

    ablation dapat mengurangi atau menghilangkan ketergantungan pada golongan

    analgesik opioid. Termasuk teknikneural ablation adalah dengan menyuntikkan

    alkohol atau fenol, krioanalgesik atau tindakan operatif pada jalur nociceptive.

    Namun penelitian menunjukkan pengobatan operatif dengan blok saraf tidak

    efektif untuk mengobati rasa nyeri kronik pada lansia. Interpretasi dari prosedur

    intervensi ini sudahmenerima banyak kritik dari berbagai studidan perlu dikaji

    lebih lanjut.Polifarmasi dan frekuensi kondisikomorbid pada lansia merupakan

    faktor utama yang harus dipertimbangkan ketika membuat keputusan dalam

    pemberian obat sebagai terapi rasa nyeri. Monitoring harus dilakukan secara

    seksama pada pasien lansia yang memperoleh pengobatan multipel tidak saja

    untuk menilai efektivitas pengobatantetapi juga memonitor kemungkinan muncul

    reaksi efek samping dari pengobatan yangdiperoleh.

    Tabel 1. Penggunaan obat-obatan untuk mengobati rasa nyeri pada lansia menurut

    tangga analgesik dari WHO

  • 7/29/2019 Nyeri Pada Lansia

    20/22

    20

    Pendekatan non-farmakologik

    Walaupun pendekatan secara farmakologik lebih banyak digunakan dalam

    penatalaksaan rasa nyeri, intervensi secara non-farmakologik merupakan strategi

    yang harus dimasukkan pada penatalaksanaan rasa nyeri kronik pada lansia.

    Pendekatan non-farmakalogik merupakan pengobatan yang efektif untuk rasa

    nyeri yang ringan dan sedikit terjadi efek samping. Teknik mengurangi stres

    (stressreduction), konseling psikososial dan terapi fisik/pekerjaan

    (physical/occupational), transcutaneous electric nerve stimulation (TENS),

    akupuntur dan olahraga teratur bermanfaat untuk mengobati rasa nyeri kronik.

    Pengobatan alternatif komplementer (complementary and alternative

    medication/ CAM) dapat pula diberikan, terutama bagi penderita yang

    menyukainya. Pendidikan pada pasien dan pendampingnya dalam

    penatalaksanaan rasa nyeri sangat diperlukan dan efektivitas dari program ini

    dalam meningkatkan penanganan rasa nyeri telah dilaporkan. Pendidikan dapat

    diberikan secara perorangan atau kelompok dengan menggunakan media cetak

    untuk mendorong pasien dan pendampingnya memahami bahwa penanganan rasa

    nyeri meliputi terapi secara farmakologik dan nonfarmakologik. Terapi kognitf-

    perilaku juga bermanfaat untuk meningkatkan ketrampilan dan pencegahan

    timbulnya serangan rasa nyeri. Tujuan dari program pendidikan dalam

    penanganan rasa nyeri adalah untuk meningkatkan fungsi dan menghindari

    ketidak pastian kondisi yang dirasakan lansia.

    Kegagalan untuk mengobati rasa nyeri pada lansia seringkali terjadi bila

    edukasi pada penderita dan pendampingnya tidak cukup memadai. Penderita

    dengan rasa nyeri kronik tidak hanya disarankan untuk meningkatkan kekuatan

    otot dan mencegah terjadinya disfungsi, tetapi diperkenalkan pula penggunaan

    terapi panas, dingin atau mengurut (massage).

  • 7/29/2019 Nyeri Pada Lansia

    21/22

    21

    BAB. III

    KESIMPULAN

    Menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahanlahan

    kemampuan jaringan untuk memperbaiki dan mempertahankan struktur dan

    fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi)

    dan memperbaiki kerusakan yang terjadi.

    Nyeri pada lansia dapat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan, fisik

    dan psikologis. Rasa nyeri pada lansia dibagi dalam 3 kategori yaitu nosiseptif

    (nociceptive), neuropati dan campuran.

    Penilaian yang tepat untuk rasa nyeri pada lansia merupakan suatu

    tantangan karena tidak ada petanda biologi yang objektif untuk menentukan

    adanya rasa nyeri. Rasa nyeri digambarkan sebagai tanda vital kelima (fifth vital

    sign) dan dokter harus secara teratur menanyakan ada tidaknya rasa nyeri pada

    saat melakukan penilaian. Penilaian rasa nyeri dapat pula berdasarkan laporan

    individu, observasi perilaku atau pengukuran secara psikologi, tergantung padausia dan kemampuan melakukan komunikasi. Mengingat rasa nyeri sangat bersifat

    subjektif dan tidak ada petanda biologi yang dapat digunakan untuk menilai

    serangan rasa nyeri, maka laporan individu (self-report) lebih disukai atau dapat

    digunakan sebagai bukti serangan rasa nyeri dan intensitasnya

    Penatalaksanaan yang optimal bagi lansia yang menderita serangan rasa

    nyeri, baik nyeri akut maupun kronik adalah dengan melakukan diagnosis dan

    penilaian yang tepat terhadap sindroma nyeri yang dirasakan. Pemberian terapi

    farmakologik dan non-farmakologik yang sesuai dengan diagnosis sangat efektif

    untuk mengobati rasa nyeri kronik ada lansia.

  • 7/29/2019 Nyeri Pada Lansia

    22/22

    22

    DAFTAR PUSTAKA

    2. World Health Organization. Definition of an older or elderly person.Available at: http://www.who.int/ whosis/mds/mds_definition.

    3. Suharko Kasran. Penatalaksanaan rasa nyeri pada lanjut usia. UniversaMedicina Jurnal, 2006.

    4. Simposium Geriatri Syndrom. Badan Penerbit Universitas Diponegoro.Semarang 2011.

    5. Isselbacher. Prinsip-Prinsip Ilmu penyakit dalam edisi.13.EGC6. Swierzewski, SJ. Pain Rating Scale. Available at

    :http://pain.healthcommunities.com/ pain-scales/index.shtml

    7. Soejono. H.C.H. 2001. Gejala dan Tanda Penyakit pada Lanjut Usia,Geriatri Penyakit Dalam. Jakarta: FKUI