pengaruh tingkat pemberian pupuk kascing … · dikonsumsi dalam bentuk olahan roti ... bahwa dari...

59
PENGARUH TINGKAT PEMBERIAN PUPUK KASCING TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAHAN KERING (Sorghum bicolor (L.) Moench) VARIETAS SUPER 1 SKRIPSI SAHRUL I111 13 530 FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2017

Upload: lekiet

Post on 12-Mar-2019

229 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

PENGARUH TINGKAT PEMBERIAN PUPUK KASCING TERHADAP

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAHAN KERING (Sorghum bicolor (L.) Moench) VARIETAS SUPER 1

SKRIPSI

SAHRUL

I111 13 530

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2017

PENGARUH TINGKAT PEMBERIAN PUPUK KASCING TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAHAN KERING

(Sorghum bicolor (L.) Moench) VARIETAS SUPER 1

Oleh :

SAHRUL

I111 13 530

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada

Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin

Makassar

FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2017

PERNYATAAN KEASLIAN

1. Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Sahrul

Nim : I 111 13 530

a. Karya skripsi saya adalah asli

b. Apabila sebagian atau seluruhnya dari skripsi ini, terutama dalam bab

hasil dan pembahasan, tidak asli atau plagiasi, maka saya bersedia

dibatalkan dan dikenakan sanksi akademik yang berlaku.

2. Demikian pernyataan keaslian ini dibuat untuk dapat digunakan

seperlunya.

Makassar, Oktober 2017

SAHRUL

KATA PENGANTAR

Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatu

Alhamdulilahirabbil’alamin, segala puji syukur atas diri-Nya yang telah

mengaruniakan berkah dan kasih sayang-Nya, shalawat beserta salam senantiasa

tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, sehingga penulis dapat menyelesaikan

penyusunan skripsi yang berjudul ” Pengaruh Tingkat Pemberian Pupuk Kascing

Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Bahan Kering Sorgum (Sorgum bicolotr

(L.) Varietas Moench) 1”. Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan

pendidikan jenjang Strata Satu (S1) pada Jurusan Peternakan, Fakultas

Peternakan, Universitas Hasanuddin Makassar.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak menemukan hambatan dan

tantangan, sehingga penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan skripsi ini

masih jauh dari kesempurnaan sebagai suatu karya ilmiah, hal ini disebabkan oleh

faktor keterbatasan penulis sebagai manusia yang masih berada dalam proses

pembelajaran. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan partisipasi aktif dari

semua pihak berupa saran dan kritik yang bersifat membangun demi

penyempurnaan tulisan ini.

Segala hormat dan terima kasih dan sembah sujud kepada Allah SWT

yang telah memberikan segala kekuasaan-Nya dan kemurahan-Nya juga kepada

kedua orang tuaku tercinta Ayahanda H. Caharudding dan Ibunda Hj.

Muhayyang yang telah melahirkan, membesarkan, mendidik dan mengiringi

setiap langkah penulis dengan doa restu yang tulus serta tak henti-hentinya

memberikan dukungan baik secara moril maupun materil. Penulis juga

mengucapkan terima kasih kepada saudara perempuan Sumarni S Kom atas doa

yang tulus dan motivasi selama ini. Tak lupa pula Keluarga Besar penulis yang

selalu ada dalam suka maupun duka.

Pada kesempatan ini penulis menghaturkan banyak terima kasih dan

penghargaan yang sebesar-besarnya kepada:

Dr.Ir.Budiman,MP selaku pembimbing utama yang telah memberikan

nasehat, arahan, petunjuk dan bimbingan serta dengan sabar dan penuh

tanggungjawab meluangkan waktunya mulai dari penyusunan hingga

selesainya skripsi ini.

Dr. Rinduwati, S.Pt., M.Si selaku pembimbing anggota dan pembimbing

seminar judul yang tetap setia membimbing penulis hingga sarjana serta selalu

menasehati dan memberi motivasi kepada penulis untuk selalu percaya diri

dan optimis.

Dr. Syamsuddin Nompo, MP, Dr. Ir Syahriani Syahrir,M.Si dan D r . I r

A n i e A s ri a n i , M . S i selaku pembahas mulai dari seminar proposal

hingga seminar hasil penelitian, terima kasih telah berkenan mengarahkan dan

memberi saran dalam menyelesaikan skripsi ini.

Prof. Dr. Ir. Sudirman Baco, M.Sc selaku penasehat akademik yang sangat

membantu penulis dalam menyelesaikan pendidikan S1.

Prof. Dr. Ir. Jasmal A. Syamsu, M.Si selaku Wakil Dekan III Fakultas

Peternakan Universitas Hasanuddin yang memberikan banyak pengalaman

yang sangat bermanfaat kepada penulis.

Prof. Dr. Dwia Aries Tina Palubuhu, M.A, selaku Rektor Universitas

Hasanuddin.

v

Prof. Dr.Ir. Sudirman Baco, M.Sc, selaku Dekan Fakultas Peternakan

Universitas Hasanuddin.

Dosen Pengajar Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin yang telah

banyak memberi ilmu yang sangat bernilai bagi penulis.

Seluruh Staf dalam lingkungan Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin,

yang selama ini telah banyak membantu dan melayani penulis selama

menjalani kuliah hingga selesai..

Teman-teman LARFA 2013, HIMAPROTEK UNHAS, SEMA FAPET

UH, HMI KOM PETERNAKAN, UKM SEPAK BOLA UNHAS. Terima

kasih atas kenangan yang berawal dari mahasiswa baru hingga kita semua

meraih gelar S.Pt, meskipun kebersamaan ini singkat tapi kita mengawalinya

bersama disini dan akan selamanya menjadi teman.

Teman-Teman Seperjuangan Skripsi, Viergiawan Saputra yang telah banyak

membantu dalam penulisan Skripsi mulai dari Proposal hingga Hasil, Andi

ramdani. Terima kasih atas doa, dukungan, dan masukannya selama ini.

Kalian teman seperjuangan yang luar biasa.

Teman seperjuangan di pondokan yang selalu meminjamkan laptopnya Andi

Jemma terima kasih sebesar-besarnya atas kebaikan anda.

Alumni SD 149 TUNGKE (BONE), MTs NEGERI 1 LAPPARIAJA

(BONE), SMA NEGERI 1 LAPPARIAJA (BONE) terima kasih untuk

setiap kenangannya.

Teman KKN 93 UH Khususnya Kelurahan Pattojo Kecamatan liliriaja

Kabupaten Soppeng yang telah memberi banyak pengalaman dan pelajaran

Semua pihak yang tidak dapat penulis cantumkan satu per satu, terima kasih

atas doanya. Terima kasih sebanyak-banyaknya kepada orang-orang yang

turut bersuka cita atas keberhasilan penulis menyelesaikan Skripsi ini. Semoga

Allah S.W.T membalas budi baik semua yang penulis telah

sebutkan diatas maupun yang belum sempat ditulis. Akhir kata, Harapan Penulis

kiranya skripsi ini dapat memberikan manfaat kepada pembacanya dan diri

pribadi penulis. Amin....

Wassalumualaikum Wr.Wb.

Makassar, Okotober 2017

Sahrul

ABSTRAK

Sahrul (I 111 13 530). Pengaruh Tingkat Pemberian Pupuk Kascing Terhadap

Pertumbuhan Dan Produksi Bahan Kering (Sorghum Bicolor (L.) Moench)

Varietas Super 1. Dibawah Bimbingan Budiman Nohong sebagai Pembimbing Utama dan Rinduwati sebagai Pembimbing Anggota.

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh level pemberian pupuk kascing terhadap pertumbuhan dan produksi bahan kering (Sorghum Bicolor (L.) Moench) Varietas Super 1. Pada penelitian ini digunakan rancangan acak lengkap (RAL) yang terdiri dari 5 perlakuan yaitu P0 = kontrol, P1 = 5 ton/ha, P2 = 10 ton/ha, P3 = 15 ton/ha, dan P4 = 20 ton/ha. Hasil penelitian memperlihatkan rata-rata tinggi tanaman sorgum yang diberi berbagai level pupuk kasing adalah P0 = 174.72 cm, P1 = 204 cm, P2 = 232,11 cm, P3 = 246,5 cm, dan P4 = 280,33 cm. Sedangkan rata-rata jumlah daun tanaman sorgum yang diberi berbagai level pupuk kasing adalah P0 = 10,66 helai, P1 = 11,00 helai, P2 = 11,00 helai, P3 = 11,00 helai, dan P4 = 280,33 helai, dan rata-rata bahan kering tanaman sorgum yang diberi berbagai level pupuk kasing adalah P0 = 355,46 gr, P1 = 385,73 gr, P2 = 474,66 gr, P3 = 508,40 gr, dan P4 = 792,40 gr. Berdasarkan hasil maka dapat disimpulkan bahwa pemberian pupuk kascing sebanyak 5 - 20 ton/ha pada tanaman sorgum dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi bahan kering.

Kata kunci : sorgum, pupuk kascing, pertumbuhan, dan produk bahan kering

ABSTRAK

Sahrul (I 111 13 530). Influence of level of Granting Fertilizer Kascing Against growth and production of the dry ingredients (Sorghum Bicolor (l.)

Moench) Super Varieties 1. Guided by Budiman Nohong as the primary Supervisor and Rinduwati as Supervising members.

The purpose of this research is to know the influence of level of granting

fertilizer kascing against growth and production of the dry ingredients (Sorghum

Bicolor (l.) Moench) Super Varieties 1. In this study used a randomized complete

design (RAL) consisting of 5 treatments i.e. P0 = control, P1 = 5 tonnes/ha, P2 =

10 tonnes/ha, P3 = 15 tonnes/ha, and P4 = 20 tonnes/ha. Results of the study

showed the average high sorghum plants were given varying levels of fertilizer

case is P0 = 174.72 cm, P1 = P2 = 204 cm, 232.11 cm, P3 = 246.5 cm, and P4 =

280.33 cm. While the average number of sorghum plants leaves are fed various

levels of fertilizer case is P0 = 10.66 strands, P1 = P2 = strands, 11.00 11.00 11.00 = P3 strands, strands, and P4 = 280.33 strands, and the average dry ingredients

plant sorghum fed various levels of fertilizer case is P0 = 355.46 gr, P1 = P2 =

385.73 474.66 gr, gr, P3 = 508.40 gr, and P4 = 792, 40 gr. Based on the results it

can be concluded that the granting of kascing fertilizer by as much as 5-20 ton/ha

on sorghum plants can increase the growth and production of the dry ingredients.

Keywords : Sorgum, Kascing, Growth, and production of dry ingredients

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL ........................................................................................... i

HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i

PERNYATAAN KEASLIAN ............................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iii

KATA PENGANTAR .......................................................................................... iv

ABSTRAK........................................................................................................... viii

DAFTAR ISI ........................................................................................................ xii

DAFTAR TABEL ............................................................................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang ............................................................................................... 1 Tujuan Penelitian ........................................................................................... 2 Kegunaan Penelitian ...................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Gambaran Umum Sorgum Sorgum Varietas 1 .............................................. 3 Pertumbuhan Tanaman Sorgum .................................................................... 5 Produksi Tanaman Sorgum ......................................................................... 10 Pupuk Kascing ............................................................................................. 11 Pengaruh Pemupukan .................................................................................. 13 Hipotesis ...................................................................................................... 15

BAB III MATERI DAN METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu ....................................................................................... 16 Materi Penelitian.......................................................................................... 16 Metode Penelitian ........................................................................................ 16 Pelaksanaan Penelitian ................................................................................ 17 Parameter yang Diamati .............................................................................. 18 Analisis Data................................................................................................ 19

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Tinggi Tanaman ........................................................................................... 20 Jumlah Daun ................................................................................................ 21 Produksi Bahan Kering ................................................................................ 23

BAB V PENUTUP

Kesimpulan .................................................................................................. 24

Saran ............................................................................................................ 24

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP

DAFTAR TABEL

No Halaman

Teks

1. Pengaruh Pemberian Pupuk Kascing Terhadap Pertumbuhan dan Produksi

Bahan Kering Sorgum (Sorgum bicolor (L.) Moench)............. 19

DAFTAR GAMBAR

No Halaman

Teks

1. Tanaman Sorgum ..................................................................................... 3

2. Pupuk Kascing ....................................................................................... 12

DAFTAR LAMPIRAN

No Halaman

Teks

1. Hasil Analisis Pupuk Kascing ................................................................ 28

2. Perhitungan Tinggi Tanaman ................................................................. 30

3. Perhitungan Jumlah Daun ...................................................................... 31

4. Perhitungan Produksi Bahan Kering ...................................................... 32

5. Dokumentasi Penelitian ......................................................................... 34

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sorgum (Sorghum bicolor L. Moench) merupakan tanaman pangan

penting kelima setelah padi, gandum, jagung, dan barley, dan menjadi makanan

utama lebih dari 750 juta orang di daerah tropis setengah kering di Afrika, Asia,

dan Amerika Latin (FSD 2003; Reddy et al., 2007). Di Afrika, biji sorgum

dikonsumsi dalam bentuk olahan roti, bubur, minuman, berondong, dan kripik

(Dicko et al., 2006). Di Indonesia sorgum merupakan tanaman sereal pangan ke

tiga setelah padi dan jagung. Walaupun potensi sorgum di Indonesia cukup besar

dengan beragam varietas, baik lokal maupun introduksi, tetapi pengembangannya

bukan hal mudah.

Menurut Kusumanto (2010), bahwa dari hasil ampas batang sorgum yang

dapat dijadikan paka sapi. Daun dan ampas sorgum merupakan bahan pakan yang

lebih baik dibanding dengan rumput gajah, karena kandungan proteinnya yang

lebih tinggi yang dapat memberikan pertumbuhan daging dan produktifitas daging

yang lebih banyak.

Tanaman sorgum telah lama dikenal di Indonesia.namun pemanfaatannya

belum dimaksimalkan karena pertumbuhannya yang kurang baik. Selama ini

pengembangan sorgum kurang mendapat perhatian juga oleh pemerintah,

sehingga jarang ditemui di lahan petani dan pemanfaatan biji sorgum di

masyarakat masih sebatas untuk pangan olahan tradisonal. Penambahan pupuk

kascing diharapkan mampu untuk memberikan pertumbuhan dan produksi yang

baik terhadap sorgum agar bisa dimanfaatkan sebagai pakan.

Kascing yaitu tanah bekas pemeliharaan cacing merupakan produk

sampingan dari budidaya cacing tanah yang berupapupuk organik sangat cocok

untuk pertumbuhan tanaman karena dapat meningkatkan kesuburan tanah.

Kascing mengandung berbagai bahan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan

tanaman yaitu suatu hormon seperti giberellin, sitokinin dan auxin, serta

mengandung unsur hara (N, P, K, Mg dan Ca) serta Azotobacter sp yang

merupakan bakteri penambat N non-simbiotik yang akan membantu memperkaya

unsur N yang dibutuhkan oleh tanaman. Karena itupenggunaan Kascing

diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman. Dengan pertumbuhan

tanaman yang baik diharapkan dapat meningkatkan produksi tanaman.

Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh level

pemberian pupuk kascing terhadap pertumbuhan dan produksi sorgum varietas

super 1.

Kegunaan

Kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai bahan informasi bagi

masyarakat, khususnya kepada petani peternak tentang penggunaan pupuk kascing

sebagai salah satu usaha untuk memacu pertumbuhan hijauan makanan ternak.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Gambaran Umum Sorgum Varietas Super 1

Tanaman sorgum (Sorghum bicolor L.) (Moench) termasuk famili

Graminae (Poaceae). Tanaman ini telah lama dibudidayakan namun masih dalam

areal yangterbatas. Di Indonesia sorgum dikenal sebagai palawija dengan sebutan

cantel, jagungcantel, dan gandrung. Sorgum merupakan bahan pangan yang juga

mengandung karbohidrat seperti beras, terigu dan jagung. Sorgum adalah salah

satu bahan pangan yang potensial untuk substitusi terigu danberas karena masih

satu famili dengan gandum dan padi, hanya berbeda subfamili,sehingga

karakteristik tepungnya relatif lebih baik dibanding tepung umbi-umbian. Oleh

karena itu sorgum merupakan pengganti karbohidrat alternatif (Ruchjaniningsih,

2008).

Gambar 1. Tanaman Sorgum

Klasifikasi Sorgum menurut USDA (2008) sebagai berikut :

Kingdom : Plantae – Plants

Sub kingdom : Tracheobionta – Vascular plants

Super division : Spermatophyta – Seed plants

Division : Magnoliophyta – Flowering plants

Class : Liliopsida – Monocotyledons

Subclass : Commelinidae

Ordo : Cyperales

Family : Poaceae – Grass family

Genus : Sorghum Moench – Sorghu

Species : Sorghum bicolor (L.) Moench – Sorghum

Menurut Balai Penelitian Serealia (2015) sorgum varietas super 1

merupakan hasil perbaikan populasi Water Hamu Putih hasil koleksi plasma

nutfah Balitseral. Sifat tanaman tidak beranak tetapi dapat diratun, umur panen

105-110 hari, tinggi tanaman rata-rata 204,8 cm, tahan rebah, bentuk mulai

lonjong, panjang mulai 26,7 cm, warna sekam coklat muda, warna biji putih,

ukuran biji panjang 4,37 mm, lebar 4,03 mm, diameter 2,60 mm,bobot 1.000 biji

28,0 g.Potensi hasil varietas ini 5,7 ton/ha dengan rata-rata hasil 2,6 ton/ha, pada

kadar air 10%, potensi etanol 4,3801 1iter/ha potensi biomas 38,7 ton/ha biomas

batang, kadar protein 12,9%, kadar karbohidrat 71,3% kadar gula 13,5% brix, dan

kadar tannin 0,11%. Sorgum varietas super 1 tahan hama aphis, tahan penyakit

antraknose, karat daun dan hawar daun, cocok ditanam pada lahan kering beriklim

kering dan adaptasi pada lingkungan luas, Varietas ini potensi dikembangkan

secara luas untuk produksi bioetanol.

Pertumbuhan Tanaman Sorgum

Tanaman sorgum mempunyai pola pertumbuhan yang sama dengan

jagung, namun interval waktu antara tahap pertumbuhan dan jumlah daun yang

berkembang dapat berbeda. Waktu yang dibutuhkan untuk mencapai setiap tahap

bergantung pada varietas dan lingkungan tumbuh. Faktor lingkungan tersebut

antara lain kelembaban dan kesuburan tanah, hama dan penyakit, cekaman

abiotik, populasi tanaman, dan persaingan gulma. Pertumbuhan tanaman sorgum

dapat dikelompokkan ke dalam tiga tahap yaitu, fase vegetatif, fase reproduktif,

dan pembentukan biji dan masak fisiologis (Du Plessis, 2008).

Fase Vegetatif

Fase vegetatif merupakan fase pembentukan dan perkembangan daun yang

kemudian berfungsi mendukung pembentukan biji. Lamanya fase vegetatif

bergantung pada umur varietas yang ditanam. Varietas yang berumur tua

mempunyai jumlah daun yang lebih banyak dibanding varietas berumur sedang

maupun genjah. Varietas berumur genjah umumnya membentuk daun sampai 15

helai, sedangkan varietas berumur sedang sekitar 17 helai, dan varietas berumur

dalam sampai 19 helai. Pada fase ini, tanaman biasanya toleran terhadap

kekeringan, kelebihan air, dan temperatur rendah. Kondisi yang cerah selama fase

ini dapat merangsang pembentukan anakan pada saat tanaman telah membentuk

4-6 helai daun. Selain itu, jumlah tanaman per lubang yang kurang dari tiga dapat

merangsang pembentukan anakan. Anakan biasanya lambat berbunga dan malai

yang terbentuk lebih kecil dibanding tanaman induknya. Anakan yang terbentuk

dapat digunakan sebagai kompensasi dari populasi tanaman yang kurang (Tabri

dan Zubachtirodin, 2010).

Tanaman sorgum mempunyai biji yang kecil dan pada awal

pertumbuhannya sangat lambat dibanding jagung atau kedelai. Pertumbuhan

lambat ini terjadi sampai tinggi tanaman mencapai sekitar 20 cm, atau setelah

perakarannya mampu mengambil hara lebih banyak dan cepat. Pada varietas

berumur sedang ( + 90 hari setelah tumbuh), hal ini terjadi pada 30-35 hari setelah

tumbuh, yang merupakan periode kritis karena perkembangan tanaman mulai

berubah dari fase vegetatif ke fase pembentukan malai, dan saat itu merupakan

akhir pembentukan jumlah daun (Tabri dan Zubachtirodin, 2010).

Pada fase vegetatif bagian tanaman yang aktif berkembang adalah bagian

bagian vegetatif seperti daun dan tunas/anakan. Fase ini sangat penting bagi

tanaman karena pada fase ini seluruh daun terbentuk sempurna berfungsi

memproduksi fotosintat untuk pertumbuhan dan pembentukan biji. Fase vegetatif

berlangsung pada saat tanaman berumur antara 1 - 30 hari. Tahap-tahap

pertumbuhan pada fase vegetatif meliputi 3 tahap (House 1985; Gerik et al., 2003;

dan Vanderlip, 1993), yaitu:

Tahap 0, saat kecambah muncul di atas permukaan tanah

Tahap ini disebut tahap 0 karena umur tanaman adalah 0 hari setelah

berkecambah (HSB). Pada kondisi yang optimum, tahap ini terjadi antara 3 - 10

hari setelah tanam (HST). Munculnya kecambah dipengaruhi oleh suhu,

kelembaban, kedalaman posisi benih, dan vigor benih. Pada suhu tanah 20 C atau

lebih, tunas pucuk (coleoptile) muncul di atas tanah setelah 3 - 4 HST, dan akan

lebih lama jika suhu semakin rendah. Sedangkan akar skunder akan mulai

berkembang 3-7 HSB. Selama tahap ini, pertumbuhan bergantung pada nutrisi dan

cadangan makanan dari benih (Effendi dkk., 2013). Suhu dingin dengan

kelembaban yang tinggi mendukung pertumbuhan organisme penyakit. Benih

harus mendapatkan perlakuan dengan fungisida sebelum tanam. Penggunaan

herbisida pratumbuh membantu menekan pertumbuhan gulma pada awal

pertumbuhan. Sorgum sangat dianjurkan ditanam pada akhir musim hujan,

sehingga panen bisa dilakukan pada musim kemarau. Hal ini penting karena biji

sorgum mudah tumbuh dan terserang hama jika curah hujan terlalu tinggi

mendekati panen (Vanderlip, 1993).

Tahap 1, saat pelepah daun ke-3 terlihat

Daun dihitung setelah pelepah daun mulai terlihat atau tidak lagi tertutup

oleh pelepah daun sebelumnya, namun titik tumbuh masih berada di tanah. Laju

pertumbuhan relatif lambat. Tahap ini berlangsung pada umur sekitar 10 hari

setelah berkecambah (HSB). Kecepatan pertumbuhan pada tahap ini bergantung

pada suhu yang hangat (Effendi dkk., 2013). Penyiangan yang baik membantu

tanaman untuk tumbuh secara optimal sehingga mampu memberikan hasil yang

optimal. Namun penyiangan harus hati-hati supaya tidak merusak titik tumbuh,

karena kemampuan sorgum untuk tumbuh kembali tidak sebaik tanaman

(Vanderlip, 1993).

Tahap 2, saat daun ke-5 terlihat

Pada tahap ini tanaman memasuki umur sekitar 20 hari setelah

berkecambah (HSB) dan memasuki fase pertumbuhan cepat. Daun dan sistem

perakaran berkembang dengan cepat (Effendi dkk., 2013). Pertumbuhan yang

cepat memerlukan penyiangan, pupuk, pengairan, dan pengendalian hama dan

penyakit yang optimal. Laju akumulasi bahan kering akan konstan hingga saat

memasuki masak fisiologis bila kondisi pertumbuhan baik. Titik tumbuh masih

berada di bawah permukaan tanah. Pada fase ini, batang belum memanjang, yang

terlihat di permukaan tanah adalah lapisan pelepah daun, namun vigor tanaman

lebih tinggi dibanding pada tahap 1 (Vanderlip, 1993).

Tahap 3, tahap deferensiasi titik tumbuh

Deferensiasi titik tumbuh berlangsung pada saat tanaman berumur sekitar

30 hari setelah berkecambah (HSB) Pada fase ini titik tumbuh mulai membentuk

primordial bunga. Setidaknya sepertiga jumlah daun sudah benar-benar

berkembang, dan total jumlah daun optimal sudah terdeferensiasi (Effendi dkk.,

2013). Batang tumbuh dengan cepat mengikuti pertumbuhan titik tumbuh.

Penyerapan unsur hara secepat pertumbuhan tanaman, sehingga kebutuhan hara

dan air juga cukup tinggi, penambahan pupuk sangat membantu tanaman untuk

tumbuh optimal. Waktu yang diperlukan dari penanaman hingga deferensiasi titik

tumbuh umumnya menghabiskan sepertiga dari umur tanaman (Vanderlip, 1993).

Fase Pertumbuhan Generatif

Fase generatif umumnya berlangsung pada saat tanaman berumur 30-60

HST (Vanderlip, 1993). Pada suhu panas, sorgum akan berbunga lebih cepat, dan

pada kondisi suhu yang lebih rendah pembungaan sedikit lebih lambat (House,

1985). Inisiasi bunga menandai akhir fase vegetatif dan dimulainya fase

reproduktif/generatif. Pada fase ini terbentuk struktur malai (panicle) dan jumlah

biji yang bisa terbentuk dalam satu malai. Fase ini sangat penting bagi produksi

biji karena jumlah biji yang akan diproduksi maksimum 70% dari total bakal biji

yang tumbuh periode ini. Jika pertumbuhan malai terganggu akan menurunkan

jumlah biji yang akan terbentuk (Du Plessis, 2008). Tahap-tahap pertumbuhan

fase generatif meliputi:

Tahap 1, saat munculnya daun bendera

Daun bendera muncul pada saat tanaman berumur sekitar 40 HSB yang

ditandai oleh terlihatnya daun bendera yang masih menggulung. Setelah

diferensiasi titik tumbuh, perpanjangan batang dan daun terjadi secara cepat

bersamaan sampai daun bendera (daun akhir). Pada tahap ini semua daun sudah

terbuka sempurna, kecuali 3-4 daun terakhir. Intersepsi cahaya mendekati

maksimal (Pithaloka, 2014). Memasuki umur 40 - 45 HST, malai mulai

memanjang dalam daun bendera dimana ukuran malai ditentukan pada saat ini.

Pertumbuhan dan serapan hara jauh lebih besar dan lebih 40% kalium sudah

diserap. Laju pertumbuhan dan penyerapan hara cepat, sehingga kecukupan

pasokan nutrisi dan air diperlukan untuk pertumbuhan maksimal. Tanaman

sorgum pada fase ini cukup kompetitif dengan gulma, namun pengendalian gulma

tetap harus diperhatikan. Sekitar seperlima dari total pertumbuhan telah tercapai

(Vanderlip, 1993; Rao et al., 2004).

Tahap 2, menggelembungnya pelepah daun bendera

Pada 6-10 HSB, pelepah daun bendera menggelembung, atau terjadi

padasaat tanaman berumur sekitar 50 HSB. Pada fase ini seluruh daun telah

berkembang sempurna, sehingga luas daun dan intersepsi cahaya mencapai

maksimal. Malai berkembang hampir mencapai ukuran maksimum dan tertutup

dalam pelepah daun bendera, sehingga pelepahdaun bendera menggelembung.

Pertumbuhan batang sudah selesai, kecuali tangkai bunga (peduncle). Tangkai

bunga mulai memanjang dan mendorong malai (panicle) untuk keluar dari

pelepah daun bendera. Ukuran malai telah terdeferensiasi. Stres kelembaban

tinggi dan kerusakan akibat herbisida selama fase pembentukan malai dapat

mencegah malai keluar dari selubung daun bendera. Hal ini dapat mencegah

penyerbukan saat berbunga (House, 1985; Vanderlip, 1993).

Produksi Tanaman Sorgum

Limbah sorgum (daun dan batang segar) dapat dimanfaatkan sebagai

hijauan pakan ternak. Potensi daun sorgum manis sekitar 14−16% dari bobot

segar batang atau sekitar 3 ton daun segar/ha dari total produksi 20 ton/ha.

Soebarinoto dan Hermanto (1996) melaporkan bahwa setiap hektar tanaman

sorgum dapat menghasilkan jerami 2,62 + 0,53 ton bahan kering. Konsumsi rata-

rata setiap ekor sapi adalah 15 kg daun segar/hari (Direktorat Jenderal Perkebunan

1996). Daun sorgum tidak dapat diberikan secara langsung kepada ternak, tetapi

harus dilayukan dahulu sekitar 2 - 3 jam.

Rata-rata produktivitas sorgum tertinggi dicapai di Amerika Serikat, yaitu

3,60 t/ha, bahkan secara individu dapat mencapai 7 ton/ha (Sumarno dan Karsono

1996). Produktivitas yang tinggi ini dapat dicapai dengan menerapkan teknologi

budi daya secara optimal, antara lain penggunaan varietas hibrida, pemupukan

secara optimal, dan pengairan. Sebaliknya di beberapa negara produsen sorgum,

rata-rata produktivitas sorgum masih di bawah 1 ton/ha, yang disebabkan oleh

pengaruh iklim yang kering, penggunaan varietas lokal yang hasilnya rendah,

pemupukan minimal, dan penanaman secara tumpang sari.

Menurut Beti dkk. (1990), luas areal sorgum dunia sekitar 50 juta hektar

setiap tahun dengan total produksi 68,40 juta ton dan rata-rata produktivitas 1,30

t/hautama adalah India, Cina, Nigeria, danAmerika Serikat, sedangkan

Indonesiatermasuk negara yang masih ketinggalan,baik dalam penelitian,

produksi, pengembangan, penggunaan, maupun ekspor sorgum.

Pupuk Kascing

Kascing yaitu tanah bekas pemeliharaan cacing merupakan produk

sampingan dari budidaya cacing tanah yang berupa pupuk organik sangat cocok

untuk pertumbuhan tanaman karena dapat meningkatkan kesuburan tanah.

Kascing mengandung berbagai bahan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan

tanaman yaitu suatu hormon seperti giberellin, sitokinin dan auxin, serta

mengandung unsur hara (N, P, K, Mg dan Ca) serta Azotobacter sp yang

merupakan bakteri penambat N non-simbiotik yang akan membantu memperkaya

unsur N yang dibutuhkan oleh tanaman (Agung, 2007).

Kascing merupakan kotoran cacing yang dapat berguna untuk pupuk,

kascing ini mengandung partikel-partikel partikel kecil dari bahan organik yang

dimakan cacing dan kemudian di keluarkan tergantung pada bahan organik dan

jenis cacingnya. Namun umumnya kascing mengandung unsur hara yang

dibutuhkan tanaman seperti nitrogen, fosfor, mineral, vitamin. Karena

mengandung unsur hara yang lengkap, apalagi nilai C/N nya kurang dari 20 maka

Kascing dapat digunakan sebagai pupuk (Simanungkalit, 2006).

Kascing mengandung hampir semua unsur hara yang dibutuhkan oleh

tanaman. Keberadaannyapun dapat langsung tersedia dan dimanfaatkan sebagai

pupuk. Pengaplikasian kascing sebanyak 3,5 ton per hektar (Hamidah, 2010)

sangat cocok dilakukan pada tanah yang memiliki ketersediaan C-Organik

(karbon organik) rendah seperti pada umumnya tanah-tanah Inceptisol Karawang

karena pada dosis tersebut dapat menjadikan rasio C/N menjadi rendah dan pH

tanh mendekat ratarata 6,8..

Gambar 2. Pupuk Kascing

Parnihadi (2009) kascing dapat membantu mengembalikan kesuburan

tanah karena di dalam kascingterdapat banyak mikroorganisme dan karbon

organik yang mendorong perkembangan ekosistem dan rantai makanan tanah.

Karbon organik dalam kascing menjadi sumber energi bagi biota tanah.

Kandungan nutrisi, ZPT (Zat Pengatur Tumbuh) dan mikroorganisme dalam

kascing bersama-sama meningkatkan ketersediaan dan daya kerja nutrisi yang

terkandung di dalamnya. Komposisi kascing juga meliputi berbagai zat yang

esensial bagi tanaman. Zat ini dibutuhkan dalam jumlah yang sangat kecil tetapi

bila tidak tersedia dapat mengganggu perkembangan dan produksi tanaman yang

diusahakan. Kascing menyediakan nutrisi bagi tanaman dalam waktu yang relatif

lebih lama (longivity) karena nutrisi dilepas secara berangsur oleh mikroba atau

bakteri yang terkandung di dalamnya.

Pengaruh Pemupukan Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Bahan Kering

Sorgum

Satu diantara usaha untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan

serta kualitas hasil adalah dengan memberikan suplai hara yang cukup dan

seimbang melalui pemupukan, unsur hara utama yang dibutuhkan tanaman dalam

jumlah yang cukup besar yaitu unsur hara nitrogen, fospor, dan kalium.

Sebagaimana dikemukakan oleh Bahri (2012) bahwa sumber pupuk berpengaruh

terhadap tinggi tanaman, lebar daun, panjang daun, diameter daun dan hasil

tanaman selada. Hasil tertinggi didapat pada pemberian pupuk NPK Mutiara (16-

16-16-16)+EM-4.

Menurut penelitian Koten dkk (2012), menunjukkan bahwa pemberian

pupuk N berpengaruh pada lama waktu panen tanaman sorgum, karena didaerah

tropik unsur N adalah unsur yang pertama terendah disusul P dan S sedangkan

unsur yang mudah tercuci adalah Co Mg, K dan S.

Menurut Hakim dkk. (1986), unsur nitrogen dibutuhkan tanaman

sepanjang pertumbuhannya sehingga sebaiknya pemupukan nitrogen diberikan

secara bertahap sesuai dengan fase pertumbuhan tanaman. Menurut Wawan

(2007), pemupukan N sangat diperlukan untuk mendapatkan produksi tanaman

yang optimal. Pengelolaan pemupukan N sering dihadapkan pada rendahnya

efisiensi yang disebabkan oleh besarnya kehilangan N melalui pencucian dan

penguapan. Pemberian nitrogen pada tanaman sorgum diharapkan dapat

meningkatkan pembentukan klorofil, dimana klorofil merupakan pigmen di dalam

proses fotosintesis yang berfungsi sebagai absorben cahaya matahari. Apabila

klorofil meningkat maka diharapkan fotosintesis juga meningkat. Sehingga

fotosintat yang dihasilkan dan ditranslokasikan ke bagian vegetatif seperti akar,

batang dan daun juga meningkat. Pertumbuhan vegetatif yang baik akan memacu

pertumbuhan generatif yang baik dan diharapkan dapat meningkatkan produksi.

Menurut Human (2009), paket pemupukan tanaman sorgum hasil riset BATAN

meliputi Urea (120 kg/ha), SP-36 (90 kg/ha) dan KCl (60 kg/ha).

Pemupukan N sangat diperlukan oleh tanaman khusunya tanaman sorgum.

Kebutuhan tanaman pakan akan nitrogen (N) sangat tinggi terutama dari

kelompok rumput-rumputan termasuk sorgum. Nitrogen ini berguna untuk

meningkatkan pertumbuhan, produksi dan 8 kualitas hijauan tanaman serta dapat

memperlambat masaknya biji (memperpanjang masa vegetatif). Kondisi ini

menyebabkan akumulasi hasil fotosintesis dalam tanaman dapat berlangsung lebih

lama sehingga meningkatkan produktivitas tanaman (Soetrisno, 2012).

Hipotesis

Diduga bahwa makin tinggi level pemberian pupuk kascing akan

meningkatkanpertumbuhan dan produksi sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench)

varietas super 1.

BAB III

MATERI DAN METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan pada lahan yang terletak di Perumahan Dosen

UNHAS Tamalanrea dan di Laboratorium Nutrisi Ternak Dasar Fakultas

Peternakan Universitas Hasanuddin Makassar, mulai bulan Mei 2017 sampai Juli

2017.

Materi Penelitian

Penelitian ini menggunakan alat-alat yaitu cangkul, botol, parang, meteran,

tali rapiah, pisau pemotong (cutter), ember, oven, kertas koran, pengilingan

dengan diameter lubang saringan 1 mm, dan timbangan. Bahan-bahan yang

digunakan adalah biji sorgum varietas super 1, air, dan pupuk kascing.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri

dari 5 perlakuan dan 3 ulangan. Adapun susunan perlakuannya sebagai berikut:

P0 = Kontrol = 0 kg kascing/ha = 0 kg kascing/plot

P1 = 5 ton kascing /ha = 5.000 kg kascing/ha = 0,75 kg kascing/plot

P2 = 10 ton kascing /ha = 10.000 kg kascing/ha = 1,5 kg kascing/plot

P3 = 15ton kascing /ha = 15.000 kg kascing/ha = 2,25 kg kascing/plot

P4 = 20 ton kascing /ha = 20.000 kg kascing/ha = 3 kg kascing/plot

Kandungan pupuk kascing :

N : 0,61%

P : 0,22%

K : 0,82%

C organik : 10,26%

Persamaan matematika dari Rancangan Acak Lengkap (RAL) menurut

(Gaspersz, 1991) sebagai berikut :

Yijk =μ + τi + Ʃij

i = 1, 2, 3, 4, 5 (perlakuan), j = 1, 2, 3 (Ulangan)

Keterangan :

Yijk : Hasil pengamatan peubah pada pemupukan ke-i dengan ulangan ke-j

μ : Rata-rata pengamatan

τi : Pengaruh pemupukan ke-i

Ʃij : Galat percobaan dari galat ke-i pada pengamatan ke-j

Pelaksanaan Penelitian

Tanah yang digunakan mula-mula dibersihkan dari tanaman lain dan

bebatuan. Dibuat plot yang berukuran 100 cm × 75 cm sebanyak 15 plot, jarak

antara plot yaitu 50 cm. Dalam 1 plot dibuatkan 6 lubang dan setiap lubang

ditanami 5 biji sorgum. Biji yang digunakan direndam selama 1 hari, kemudian

dilakukan penanaman. Biji sorgum yang akan ditanam berasal dari

Kabupaten Maros, Provinsi Sulawesi Selatan. Setelah penanaman, dilakukan

penyiraman setiap hari menggunakan air pada setiap plot. Disamping itu

dilakukan pembersihan gulma untuk menghindari persaingan tanaman dalam

penyerapan unsur hara. Setelah tanaman tumbuh dilakukan seleksi, yang

pertumbuhan relatif bagus dipertahankan dan pertumbuhan yang kurang bagus

dikeluarkan/dicabut, dari 5 biji yang ditumbuh disisakan 2 batang. Kemudian

dilakukan pemupukan pada masing-masing plot yang telah ditentukan

level/dosisnya dengan cara menggali tanah mengelilingi tanaman kemudian

ditaburi pupuk lalu tanah ditutupi kembali. Pemupukan dilakukan pada tanaman

berumur 14 hari dan pemupukan dilakukan sekali hingga panen Tanaman

dipelihara selama 80 hari kemudian dilakukan pemanenan untuk mengambil

sampel. Pemotongan tanaman dilakukan pada batang dengan jarak + 5 cm dari

atas tanah. Kemudian tanaman yang telah dipanen ditimbang menggunakan

timbangan analitik. Hijauan yang diperoleh dimasukkan dalam kantong koran

yang telah diketahui beratnya kemudian dikeringkan dalam oven dengan suhu

70°C selama 8 hari hingga mencapai berat konstan untukmengetahui bahan kering

(BK).

Parameter yang Diamati

Parameter yang diukur adalah sebagai berikut:

1. Tinggi tanaman (cm) diukur dari pangkal batang di atas permukaan tanah

sampai titik tumbuh teratas dan diamati sekali seminggu.

2. Jumlah daun, dihitung semua daun yang terbentuk dan mati yang diamati

sekali seminggu.

3. Produksi bahan kering, setelah pemanenan sampel ditimbang kemudian

dioven hingga kering kemudian dilakukan analisis bahan kering (BK)

Analisis Data

Data yang diperoleh dari hasil analisis diolah secara statistik dengan

menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Untuk mengetahui level

pemberian pupuk yang optimal, maka diuji dengan menggunakan Uji Duncan

menggunakan SPSS 16

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tinggi Tanaman

Rata-rata tinggi tanaman Sorgum (Sorghumbicolor (L.) Moenc) yang

diberi berbagai level pupuk kascing dapat di lihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Pengaruh Pemberian Pupuk Kascing Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Bahan Kering Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moenc)

Perlakuan

Parameter

P0 P1 P2 P3 P4

Tinggi Tanaman (cm) 174.72c

204bc

232.11b

246.50ab

280.33a

Jumlah Daun (helai) 10.66b

11.00ab

11.00ab

11.00ab

11.66a

Bahan Kering (gram) 355.46e

385.73d

474.66c

508.40b

792.40a

Sumber : Superskrip yang berbeda pada baris yang sama (a,b), (b,c), (c,d), (d,e), (P<0,05) & (a,c), (c,e) (P<0,01)

Sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian pupuk kascing berpengaruh

sangat nyata (P<0,01) terhadap tinggi tanaman Sorgum. Uji duncan menunjukkan

bahwa perlakuan P4 berbeda nyata (P<0,05) terhadap perlakuan P0 dan nyata

(P<0,05) terhadap P2, sedangkan perlakuan P0 vs P1, P1 vs P2, P2 vs P3, dan P3

vs P4 masing-masing tidak berbeda nyata (P<0,05). Artinya semakin tinggi level

pemberian pupuk kascing dapat meningkatkan pertumbuhan tinggi tanaman. Hal

ini disebabkan oleh adanya peranan pupuk kascing memberikan efek baik bagi

tanaman yaitu ketersedian nitrogen meningkat melalui mineralisasi sehingga

kebutuhan unsur hara bagi tanaman terpenuhi. Menurut Parmelee et al. (1990),

bahwa cacing tanah berperan dalam menurunkan rasio C/N bahan organik dan

mengubah nitrogen tidak tersedia menjadi nitrogen tersedia setelah dikeluarkan

berupa kotoran cacing (Nitrogen) sehingga dapat dimanfaatkan untuk menunjang

pertumbuhan tanaman (Munawar, 2011).

Pemberian pupuk kascing dapat mempercepat pertumbuhan tinggi tanaman

sorgum dari 174.72 cm sampai 280.33 cm. Menurut Parmelee et al. (1990), bahwa

pupuk kascing berperan dalam menurunkan rasio C/N bahan organik dan

mengubah nitrogen tidak tersedia menjadi nitrogen tersedia sehingga dapat

dimanfaatkan untuk menunjang pertumbuhan tanaman. Nitrogen diperlukan

dalam jumlah besar untuk seluruh proses pertumbuhan di dalam tanaman dan

merupakan bagian dari klorofil yang bertanggung jawab terhadap fotosistesis

(Munawar, 2011).

Jumlah Daun

Rata-rata jumlah daun sorgum yang diberi berbagai macam pupuk kascing

disajikan pada Tabel 1. Sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian kombinasi

pupuk kascing tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap jumlah daun. Tabel 1

menunjukkan bahwa jumlah daun pada perlakuan P0 sama banyaknya dengan

perlakuan P4, sedangkan jumlah daun pada perlakuan P1 sama dengan perlakuan

P2 dan P3. Jumlah daun pada perlakuan P0 dan P4 lebih banyak dibandingkan

dengan P1, P2, dan P3.

Hasil pengamatan jumlah daun pada Tabel 1 memperlihatkan bahwa

pemberian pupuk kascing dengan berbagai level dapat meningkatkan jumlah

daun. Hal ini memberikan indikasi bahwa jumlah daun dipengaruhi oleh

peningkatan pemberian pupuk kascing.

Pemberian level pupuk kascing 3 kg kascing/plot meningkatkan jumlah

daun dibanding tanpa menggunakan pupuk kascing. Berbedanya jumlah daun

pada masing-masing perlakuan disebabkan karena tiap perlakuan memiliki respon

yang berbeda terhadap pemupukan. Unsur nitrogen pada pupuk Urea

mempengaruhi pembentukan sel-sel baru dalam pembesaran luas daun, namun

tidak terlalu mempengaruhi jumlah daun. Menurut Gardner dkk. (1991),

pemupukan nitrogen mempunyai pengaruh yang nyata terhadap perluasan daun

terutama pada lebar dan luas daun, namun tidak mempengaruhi jumlah daun.

Jumlah daun tanaman pada penelitian ini lebih dominan dipengaruhi oleh

genetik tanaman, menurut Gardner dkk. (1991), jumlah dan ukuran daun

dipengaruhi oleh genetik tanaman dan lingkungan tempat tumbuh tanaman. Hal

ini juga didukung oleh Goldsworthy dan Fisher (1992) yang menyatakan bahwa

jumlah daun sangat bervariasi tergantung varietasnya.

Tingginya jumlah daun yang dihasilkan pada perlakuan P0 dengan rata-

rata 10,66 %i, P1 11,00 %, P2 11,00 %, P3 11,00 %, P4 11,66% disebabkan oleh

aktivitas dalam dekomposisi bahan-bahan organik sehingga mampu menyediakan

unsur-unsur hara terutama hara N yang dibutuhkan tanaman dalam meningkatkan

jumlah daun. Eisenhauer et al. (2008) menemukan bahwa penyerapan mineral N

dan pertumbuhan tanaman pada rumput tertentu meningkat dengan adanya pupuk

kascing. Rendahnya jumlah daun pada perlakuan tanpa pupuk kascing dengan

10,66 % disebabkan tidak adanya pasokan hara yang tersedia bagi tanaman

sehingga hara yang dibutuhkan tanaman tidak tercukupi akibatnya jumlah daun

yang dihasilkan tidak banyak. Sementara itu, pada perlakuan dengan pemberian

pupuk kascing memberikan hasil yang baik dilihat dari banyaknya jumlah daun.

Produksi bahan kering

Rata-rata produksi bahan kering sorgum yang diberi berbagai macam

pupuk kascing disajikan pada Tabel 1.Sidik ragam menunjukkan bahwa

pemberian pupuk kascing berbeda nyata (P<0,05) terhadap produksi bahan kering.

Uji duncan menunjukkan bahwa perlakuan P4 sangat berbeda nyata (P<0,05)

terhadap perlakuan P0, P1, dan P2 sedangkan perlakuan P4 berpengaruh nyata

(P<0,05) terhadap P3. Perlakuan P3 berbeda nyata (P < 0,05) terhadap perlakuan

P0 dan P1 sedangkan P3 berbeda nyata (P<0.05) terhadap perlakuan P2, perlakuan

P2 berbeda nyata (P<0.05) terhadap perlakuan P0 sedangkan perlakuan P2

berbeda nyata (P<0.05) terhadap perlakuan P1. Perlakuan P1 berbeda nyata

(P<0.05) terhadap perlakuan P0. Artinya semakin tinggi pemberian pupuk

kascing, maka semakin meningkat produksi bahan kering sorgum (Sorghum

bicolor (L.) Moench).

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa

pemberian pupuk kascing sebanyak 20 ton/ha dapat meningkatkan perumbuhan

dan produksi bahan kering

Saran

Perlu penelitian lebih lanjut mengenai penggunaan pupuk kascing dengan

tingkat dosis pemupukan yang lebih tinggi untuk menghasilkan kualitas hijauan

tanaman sorgum yang lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

Agung, A.K. 2007. Pengaruh Pemberian Pupuk Kascing Terhadap PertumbuhanTanaman Kangkung Darat (Ipomea Reptans Poir).

Universitas Muhamadiyah Metro.

Bahri, R.D. 2012. Pengaruh Dosis Pupup NPK 16-16-16 dan Intensitas Cahaya Matahari Terhadap Pertumbuhan Bibit Kakao (Theobroma cacao L.)

(Skripsi). Fakultas Pertanian. Universitas Brawijaya.Malang

Balai penelitian serelialia. 2015. Varietas super-1 (sorgum). Badan penelitian dan pengembangan pertanian. Maros.

Beti, Y.A., A. Ispandi, dan Sudaryono. 1990. Sorgum. Monografi No. 5. Balai Penelitian Tanaman Pangan, Malang. 25 hlm

Dicko, M.H., H. Gruppen, A.S. Traore, A.G.J. Voragen, and W.J.H. van Berkel.

2006. Sorghum grain as human food in Africa, relevance of content of starch and amylase activities. African Journal of Biotechnology 5(5):384-

395.

Direktorat Jenderal Perkebunan. 1996. Sorgum manis komoditi harapan di

propinsi kawasan timur Indonesia. Risalah Simposium Prospek Tanaman

Sorgum untuk Pengembangan Agroindustri, 17- 18 Januari 1995. Edisi

Khusus Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian

No.4-1996: 6- 12.

Du Plessis, J. 2008. Sorghum production. Republic of South Africa Department of Agriculture.

Dwijosepoetro, D. 1984. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Gramedia, Jakarta.

Effendi, R., M. Aqil, dan M. Pabendon. 2013. Evaluasi genotip sorgum manis

(sorghum bicolor (L.) moech) produksi biomas dan daya ratun tinggi. Jurnal tanaman pangan. 32 (2) : 116 – 125.

Eisenhauer N, Scheu S. 2008. Earthworms as drivers of the competition between grasses and legumes. Soil Biol Biochem. 40: 2650–2659

FSD (Food Security Departement). 2003. Sorghum: postharvestoperations. http://www.fao.org./inpho/compend/text/ch07.htm. Diakses 11 Mei 2017.

Gardner, F. P. ; R. B. Pearce dan R. L. Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Terjemahan: Herawati Susilo. UI Press, Jakarta.

Gerik, T., B. Bean, and R.L. Vanderlip. 2003. Sorghum growth and development. Texas Cooperative Extension Service.

Goldsworthy, P.R. dan Fisher N.M. (1992). Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik. Diterjemahkan oleh Tohari. Gadjah Mada University Press. 874 Hal.

Hakim, N., M. Y. Nyakpa., A. M. Lubis., S. G. Nugroho., M. A. Diha., Go Ban Hong., dan H. H. Bailey. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Penerbit

Universitas Lampung. Lampung

Hamidah, M. (http:/hamidahmamur.wordpress.com/perihal/kascing-sebagai-pupuk-organik/) Diakses pada tanggal 12 April 2017.

House, L.R. 1985. A guide to sorghum breeding. 2ndEd. International Crops Research Institute for Semi-Arid Tropics (ICRISAT). India. 206 p.

Human, S. 2009. Prospek dan Potensi Sorgum sebagai Bahan Baku Etanol.

BATAN. Jakarta Selatan. www.bsl-online.com/energi. Diakses tanggal 17

oktober 2012.

Koten, B., R. D. Soetrisno, N. Ngadyono dan B. Suwigno. 2012. Produksi tanaman sorgum (sorgum bicolor (L.) Moech) varietas lokal rote sebagai

hijauan pakan ruminansia pada umur panen dan dosis pupuk urea yang berbeda. Buletin peternakan, 36 (3) : 150 – 155.

Kusumanto, D. 2010. Aren, Sorghum dan Sapi (Sinergi Pangan, Pakan dan

EnergiRamah Lingkungan). www.google. 20 April 2017.

Munawar, A. 2011. Kesuburan Tanah dan Nutrisi Tanaman. IPB press. Bogor.

Parnihadi.2009. Manfaat Kascing. http:/parnihadikascing.blogspot.com/2009/11/ Manfaatkascing.html. Diakses pada tanggal 25 April 2017.

Pithaloka, S.A. 2014. Pengaruh Kerapatan Tanaman Terhadap Pertumbuhan dan

Hasil Beberapa Varietas Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench). Jurusan Agroteknologi. Fakultas Pertanian. Universitas Lampung: Bandar

Lampung. 117 hal. Skripsi.

Rao, S.S., N. Seetharama, K. Kumar K., and R.L. Vanderlip. 2004.

Characterization of sorghum growth stages. National Research Center for

Sorghum. Rajendragar Hyderabad India (Describes Growth Stages and

Management Guide at each Stages of Sorghum Development).

Ruchjaniningsih. 2008. Rejuvenasi dan Karakterisasi Morfologi 225 Aksesi

Sorgum. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan, Sulawesi

Selatan.

Simanungkalit, R.D.M, Dkk. 2006. Pupuk Organik Dan Pupuk Hayati. Balai

Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor, Jawa Barat

Soebarinoto dan Hermanto. 1996. Potensi jerami sorgum sebagai pakan ternak

ruminansia. Risalah Simposium Prospek Tanaman Sorgum untuk

Pengembangan Agroindustri, 17- 18 Januari 1995. Edisi Khusus Balai

Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian No. 4-1996:

217-221.

Soetrisno. 2012. Pertumbuhan DanProduktivitas Tanaman Sorgum (Sorghum

bicolor (L) Moench DanSorghum sudanense (Piper) Stafp) Yang Mendapatkan Kombinasi Pemupukan N, P, K Dan Ca. Seminar Nasional

Teknologi Peternakan dan Veteriner 2012. Balai Penelitian Ternak. Bogor.

Sumarno dan S. Karsono. 1996. Perkembangan produksi sorgum di dunia dan

penggunaannya. Risalah Simposium prospek Tanaman Sorgum untuk

Pengembangan Agroindustri, 17-18 Januari 1995. Edisi Khusus Balai

Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian No. 4-1996: 13-

24.

Tabri, F dan Zubachtirodin. 2010. Budi Daya Tanaman Sorgum. Balai Penelitian Tanaman Serealia.

USDA. 2008. Classification for Kingdom Plantae Down to Species Sorghum

bicolor (L.) Moench (online). Didapat dari :http://plants.usda.gov/java/Classification Servlet? source=display& classid=SORGH2.

Vanderlip, R.L. 1993. How a grain sorghum plant develops. Kansas State

University.

Wawan. 2007. Keseiarasan Penyediaan Nitrogen Dari Pupuk Hijau dan Urea Dengan Pertumbuhan Jagung Pada IncepticolDennaga. Ringkasan

Desertasi Sekolah Pasca Sarjana IPB. Bogor

Lampiran 1. Hasil Analisis Pupuk Kascing

Hasil Analisis Pupuk Kascing

P0 = 0 kg kascing/ha

P1 = 50 kg kascing/ha

P2 = 75 kg kascing/ha

P3 = 100 kg kascing/ha

P4 = 125 kg kascing/ha

P0 = 0 ton kascing/ha = 0 kg kascing/ha

P1 = 5 ton kascing/ha = 5.000 kg kascing/ha

P2 = 10 ton kascing/ha = 10.000 kg kascing/ha

P3 = 15 ton kascing/ha = 15.000 kg kascing/ha

P4 = 20 ton kascing/ha = 20.000 kg kascing/ha

Kebutuhan pupuk per hektar

P0 = 0 ton kascing/ha = 0 kg kascing/ha

P1 = 5 ton kascing/ha = 5.000 kg kascing/ha

N = 0,61/100 x 5.000 kg = 30,5 kgN/ha

P = 0,22/100 x 5.000 kg = 11,0 kgP/ha

K = 0,82/100 x 5.000 kg = 41,0 kgK/ha

P2 = 10 ton kascing/ha = 10.000 kg kascing/ha

N = 0,61/100 x 10.000 kg = 61,0 kgN/ha

P = 0,22/100 x 10.000 kg = 22,0 kgP/ha

K = 0,82/100 x 10.000 kg = 82,0 kgK/ha

P3 = 15 ton kascing/ha = 15.000 kg kascing/ha

N = 0,61/100 x 15.000 kg = 91,5 kgN/ha

P = 0,22/100 x 15.000 kg = 33,0 kgP/ha

K = 0,82/100 x 15.000 kg = 123,0 kgK/ha

P4 = 20 ton kascing/ha = 20.000 kg kascing/ha

N = 0,61/100 x 20.000 kg = 122,0 kgN/ha

P = 0,22/100 x 20.000 kg = 44,0 kgP/ha

K = 0,82/100 x 20.000 kg = 164,0 kgK/ha

Kebutuhan pupuk per tanaman

P0 = 0 ton kascing/ha = 0 kg kascing/ha

P1 = 5 ton kascing/ha = 5.000 kg kascing/ha = 1,5/10.000 x 5.000 = 0,75 kg

kascing/plot = 125 gram/tanaman

P2 = 10 ton kascing/ha = 10.000 kg kascing/ha = 1,5/10.000 x 10.000 = 1,5 kg

kascing/plot = 250 gram/tanaman

P3 = 15 ton kascing/ha = 15.000 kg kascing/ha = 1,5/10.000 x 15.000 = 2,25 kg

kascing/plot = 375 gram/tanaman

P4 = 20 ton kascing/ha = 20.000 kg kascing/ha = 1,5/10.000 x 20.000 = 3

kg kascing/plot = 500 gram/tanaman

Lampiran 2. Perhitungan Tinggi Tanaman

TINGGI TANAMAN

Test of Homogeneity of Variances

Pertumbuhan

Levene

Statistic df1

df

2 Sig.

4.795 4 10 .020

ANOVA

Pertumbuhan

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 19534.174 4 4883.543 9.332 .002

Within Groups 5232.920 10 523.292

Total 24767.093 14

Homogeneous Subsets

Pertumbuhan

Perlakuan N

Subset for alpha =

0.05

1 2 3

P0 3 174.7233

Duncana

P1 3 204.0000 204.0000

P2 3 232.1133

P3 3 246.5033 246.5033

P4 3 280.3333

Sig. .148 .054 .100

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000. Lampiran 3. Perhitungan Jumlah Daun

JUMLAH DAUN

Test of Homogeneity of Variances

Jumalahdaun

Levene

Statistic df1

df

2 Sig.

12.000 4 10 .001

ANOVA

Jumalahdaun

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 1.600 4 .400 3.000 .072

Within Groups 1.333 10 .133

Total 2.933 14

Homogeneous Subsets

Jumalahdaun

Perlakuan N

Subset for alpha =

0.05

1 2

P0 3 10.6667

P1 3 11.0000 11.0000

P2 3 11.0000 11.0000

Duncana

P3 3 11.0000 11.0000

P4 3

11.6667

Sig. .321 .064

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.

Lampiran 4. Perhitungan Produksi Bahan Kering

PRODUKSI BAHAN KERING

Test of Homogeneity of Variances

BK

Levene

Statistic df1

df

2 Sig.

1.045 4 10 .432

ANOVA

BK

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 360303.893 4 90075.973 780.879 .000

Within Groups 1153.520 10 115.352

Total 361457.413 14

Homogeneous Subsets

BK

Perlakuan N Subset for alpha = 0.05

1 2 3 4 5

P0 3 355.4667

P1 3 385.7333

P2 3 474.6667

Duncana

P3 3 508.4000

P4 3 792.4000

Sig. 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.

Lampiran 5. Dokumentasi Penelitian

32

32

RIWAYAT HIDUP

Sahrul, lahir di Amanrang pada tanggal 30 Desember

1995, sebagai anak kedua dari tiga bersaudara dari

pasangan bapak H. Caharudding dan ibu Hj. Muhayyang.

Jenjang pendidikan formal yang pernah ditempuh adalah

TK Amanrang, lulus pada tahun 2001 dan melanjutkan

Sekolah Dasar Negeri 149 Tungke, lulus tahun 2007. Kemudian setelah lulus di

SD, kemudian malanjutkan di MTs Negeri 1 Lappariaja, lulus tahun 2010,

kemudian malanjutkan di Sekolah SMA Negeri 1 Lappariaja, lulus pada tahun

2013, sekarang kuliah pada salah satu Perguruan Tinggi di Makassar, Fakultas

Peternakan Universitas Hasanuddin dengan program Strata Satu (S1) ( 2013 -

sekarang).