peningkatan kemampuan berhitung penjumlahan bilangan bulat melalui mistar bilangan anak tunarungu...
DESCRIPTION
Jurnal Online Universitas Negeri Surabaya, author : PUNASRI, http://ejournal.unesa.ac.idTRANSCRIPT
PENINGKATAN KEMAMPUAN BERHITUNG PENJUMLAHAN
BILANGAN BULAT MELALUI MISTAR BILANGAN ANAK
TUNARUNGU KELAS D IV SLB PUTRA MANDIRI SIDOARJO
A calculating ability of adding integer number was a child's ability in
operating a mount of numbers in the form of number, i.e. 0 number, positive
number (+) and negative number (-). When the calculating ability got some
deficits it would prevent the ability in doing assignments or daily activities.
Hearing impairment child was an individual who got deficit or loss of
hearing ability as the impact of damage or the malfunction of a part or all auditory
instruments.
The problem formulation of this research was how to enhance the
calculating ability of adding integer number to the D IV class of hearing
impairment children in SLB Putra Mandiri Sidoarjo by using slide rule.
This research was done to the D IV class of hearing impairment children
in SLB Putra Mandiri Sidoarjo who had deficit or loss of hearing ability as the
impact of damage or the malfunction of a part or all auditory instruments,
therefore it required calculating training to know the child's ability and the
calculating training was conveyed through slide rule.
This research used class treatment with MC model design. The data
collection methods in this research were observation, test, and documentation.
The analysis data in this research was done to describe the change of
applying treatment through slide rule in repairing and enhancing the calculating
ability of adding integer number to hearing impairment children.
The analysis data applied in this research was reflection analysis base
cycles.
The finding of research indicated that the hearing impairment children's
calculating ability of adding integer number increased which was showed in cycle
I and cycle II. The score of calculating ability of adding integer number which
was showed in the result of treatment base cycles was found cycle II > cycle I
while the average of calculating ability of adding integer number increased from
37,5% to 13%.
Keywords: Adding integer number ability, slide rule.
Pendidikan merupakan suatu proses upaya sadar dari seseorang yang lebih
dewasa kepada orang yang belum dewasa untuk menuju kearah kedewasaan.
Pengajaran atau latihan dalam hal pendidikan tercantum pada UUD 1945 pasal 31
ayat 1 yang berbunyi setiap warga Negara berhak mendapatkan pengajaran. Pasal
tersebut menjelaskan bahwa seluruh warga Negara tanpa terkecuali anak luar
biasa berhak mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan kemampuan,
bakat, minat dan kebutuhan belajar. Adapun salah satu warga yang memerlukan
layanan pendidikan adalah anak tunarungu.
Menurut Salim, (1984:8) anak tunarungu adalah anak yang mengalami atau
kehilangan kemampuan mendengar yang disebabkan oleh kerusakan atau tidak
berfungsinya sebagian atau seluruh alat pendengarannya sehingga ia mengalami
penghambatan dalam perkembangan pendidikan khusus untuk mencapai
kehidupan lahir batin yang layak.
Biladikaitkan dengan mata pelajaran di sekolah dasar luar biasa, maka
bagian anak tunarungu sebagian besar mengalami kesulitan dalam mata pelajaran
matematika tentang berhitung penjumlahan bilangan bulat. Menurut Alwi, (2003)
kemampuan berhitung penjumlahan bilangan bulat adalah kesanggupan atau
kecakapan dalam mengoperasikan sejumlah bilangan yang berbentuk angka atau
lambing bilangan khususnya bilangan bulat (http://artikelpendidikanblogspot.com
diakses 16 Oktober 2012)
Terkait dengan tujuan kurikulum SLB tunarungu tahun 2006 pada mata
pelajaran matematika, sub pokok bahasan berhitung penjumlahan bilangan bulat
yaitu bertujuan agar anak dapat menjumlahkan bilangan bulat dengan bantuan alat
peraga. Melalui observasi pada tanggal 3 sampai dengan 31 Maret 2012 yang
diadakan di SLB Putra Mandiri Sidoarjo tentang berhitung penjumlahan bilangan
bulat menunjukkan bahwa tingkat kemampuan yang sangat rendah masih di
bawah KKM yaitu 65% yang ditentukan di sekolah. Hal ini terkait pada anak
tunarungu ketika dalam pembelajaran di kelas anak kesulitan dalam berhitung
penjumlahan bilangan bulat.
Berpijak dari permasalahan di atas guru perlu mencari solusi yang dapat
membantu menyelesaikan permasalahan anak tunarungu dalam berhitung
penjumlahan bilangan bulat yang dapat meningkatkan kemampuan berhitung
penjumlahan bagian angka tersebut dengan diberikannya media mistar bilangan.
Menurut Piaget, (2009: dalam scribd com) mistar bilangan adalah alat bantu untuk
berhitung penjumlahan bilangan bulat yang dapat dibuat sendiri dari papan
triplek. Mistar hitung yang akan digunakan terdiri dari dua buah mistar dengan
skala yang sama dan terdiri dari bilangan bulat, yaitu bilangan bulat negatif, nol
dan bilangan bulat positif (-7, -6, -5, -4, -3, -2, -1, 0 , 1 , 2, 3 ,4, 5, 6, 7).
Terkait dengan uraian diatas, kelebihan mistar bilangan adalah membantu
guru dalam memudahkan pemahaman anak terhadap meteri pembelajaran
berhitung penjumlahan bilangan bulatsehingga dapat mengkondisikan anak
belajar secara mandiri dan meningkatkan motivasi belajar.
Oleh karena itu, apabila pembelajaran tentang berhitung penjumlahan
bilangan bulat dengan menggunakan mistar bilangan, maka dapat meningkatkan
kemampuan berhitung penjumlahan bilangan bulat pada anak tunarungukelas D
IV di SLB Putra Mandiri Sidoarjo.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk mengadakan
penelitian dengan judul peningkatan kemampuan berhitung penjumlahan bilangan
bulat melalui mistar bilangan bagi anak tunarungu kelas D IV di SLB Putra
Mandiri Sidoarjo.
METODE
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas dengan mengacu pada
model Penelitian Tindakan Kelas dalam Wiriaatmaja, (2005:13) menjelaskan
bahwa Penelitian Tindakan Kelas merupakan penelitian yang dilakukan oleh
sekelompok guru untuk mengorganisasikan kondisi praktek pembelajaran dan
belajar dari pengalaman mereka sendiri. Mereka dapat mencobakan suatu gagasan
perbaikan dalam praktek pembelajaran dan melihat pengaruh nyata dari upaya
tersebut. Menurut Suharsimi, (2008: 2) mengungkapkan bahawa yang dimaksud
Penelitian Tindakan Kelas adalah suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar
yang berupa sebuah tindakan sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas
secara bersama.
Teknik pengumpulan data yang diguakan adalah observasi, tes, dan
dokumentasi. Rancangan penelitian tindakan kelas ini dalam bentuk siklus terdiri
dari empat tahap yaitu perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Empat
tahapan ini dapat digambarkan dalam desain penelitian tindakan model Kemmis
dan Mc Taggart (dalam Arikunto, 2006).
Penelitian dilakukan di SLB Putra Mandiri dengan alamat Jln. Raya Tarik
KM 1 Kabupaten Sidoarjo. Penelitian ini dilaksanakan di kelas D IV SLB Putra
Mandiri tahun pelajaran 2012-2013.
Pemilihan tempat ini didasarkan pada pertimbangan hasil belajar anak
tunarungu kelas D IV SLB Putra Mandiri tentang berhitung penjumlahan bilangan
bulat yang masih rendah dan merupakan tempat mengajar dan pernah menjadi
tempat penelitian.
Subyek Penelitian ini adalah anak tunarungu kelas D IV yang berjumlah
5anak, terdiri dari 1 anak laki-laki dan 4anak perempuan, dengan kecerdasan di
bawah rata-rata dan nilai mata pelajaran Matematika dalam berhitung
penjumlahan bilangan bulat masih kurang atau rendah.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan desain tindakan kelas
dengan desain penelitian tindakan model Kemmis dan MC Taggart (dalam
Arikunto:2006) berdasarkan siklus-siklus. Sesuai dengan penelitian yang telah
dilaksanakan dan berdasarkan temuan penelitian, penelitian telah melaksanakan
tindakkan sebanyak 2 siklus karena dalam siklus kedua dirasa sudah ada
peningkatan kemampuan berhitung penjumlahan bilangan bulat anak tunarungu di
SLB Putra Mandiri Sidoarjo.
Pada kegiatan ini sebelum memberikan pembelajaran mistar bilangan peneliti
terlebih dahulu memberikan pembelajaran mistar bilangan peneliti terlebih dahulu
memberikan latihan-latihan mengenal bilangan bulat, baik positif (+) maupun
negatif (-). Latihan-latihan tersebut di antaranya adalah anak secara satu-persatu
diminta menyebutkan mana termasuk bilangan positif (+) dan bilangan negatif (-)
kemudian anak diminta membacakan sejumlah bilangan yang ditulis dipapan tulis,
mana yang termasuk bilangan bulat positif (+) dan bilangan bulat negatif (-).
Dilanjutkan dengan menunjukkan satu persatu bilangan bulat positif (+) dan
bilangan bulat negatif (-). Untuk kegiatan belajar mengajar yang terakhir anak
diminta menyelesaikan soal latihan yang berhubungan dengan bilangan bulat.
Adapun hasil penelitian adalah sebagai berikut :
1. Hasil Observasil
a. Tahap Persiapan
Sebelum peneliti memberikan tindakan kepada anak. Melalui mistar
bilangan, terlebih dahulu peneliti mengukur kemampuan awal anak dalam
berhitung penjumlahan bilangan bulat. Hal ini dilakukan untuk
mengetahui seberapa besar kemampuan berhitung penjumlahan bilangan
bulat yang dimiliki anak sebelum diberikan mistar bilangan dan juga
latihan-latihan berhitung penjumlahan bilangan bulat.
Adapun hasil penilaian yang diperoleh masing-masing anak
adalah sebagai berikut, dapat dilihat pada tabel berikut
Rekapitulasi Kemampuan Awal Berhitung Penjumlahan Bilangan Bulat
No Aspek yang dinilaiNilai (%)
YG QR NS BL IR
1. Penjelasan saat guru
menjelaskan materi3 3 2 2 1
2. Keaktifan saat kegiatan
berhitung penjumlahan
bilangan bulat.
3 3 2 2 2
3. Kesungguhan dalam
mengenal, membaca dan
menunjukkan berhitung
penjumlahan bilangan bulat.
2 2 2 2 1
4. Penguasaan materi dalam
berhitung dan penjumlahan
bilangan bulat.
3 2 2 1 2
5. Kemampuan anak dalam
menyelesaikan soal latihan
yang berhubungan dengan
bilangan bulat.
2 2 1 1 2
Jumlah 13 12 9 8 8
Nilai=Ʃ skor yang dicapai( Ʃ item ) x Skor
x 100 %
¿1320
x100 %
= 65
¿1220
x100 %
= 60
¿920
x 100 %
= 45
¿820
x 100 %
= 40
¿820
x 100 %
= 40
b. Pelaksanaan tindakan siklus I pertemuan I
Hasil Penilaian Mistar Bilangan Siklus 1 Pertemuan I
No Aspek yang dinilaiNilai (%)
YG QR NS BL IR
1. Penjelasan saat guru
menjelaskan materi3 3 2 2 1
2. Keaktifan saat kegiatan
berhitung penjumlahan bilangan
bulat.
3 3 2 2 2
3. Kesungguhan dalam mengenal,
membaca dan menunjukkan
berhitung penjumlahan bilangan
bulat.
2 2 2 2 1
4. Penguasaan materi dalam
berhitung dan penjumlahan
bilangan bulat.
3 2 2 1 2
5. Kemampuan anak dalam
menyelesaikan soal latihan yang
berhubungan dengan bilangan
bulat.
2 2 11
2
Jumlah 13 12 9 8 8
Nilai=Ʃ skor yang dicapai( Ʃ item ) x Skor
x
100 %
¿1320
x100 %
= 65
¿1220
x100 %
= 60
¿920
x 100 %
= 45
¿820
x 100 %
= 40
¿820
x 100 %
= 40
c. Pelaksanaan Tindakan Siklus I Pertemuan II
Hasil Penilaian Mistar Bilangan Siklus 1 Pertemuan 2
No Aspek yang dinilaiNilai (%)
YG QR NS BL IR
1. Penjelasan saat guru
menjelaskan materi4 3 3 2 2
2. Keaktifan saat kegiatan
berhitung penjumlahan
bilangan bulat.
3 4 2 2 2
3. Kesungguhan dalam
mengenal, membaca dan
menunjukkan berhitung
penjumlahan bilangan bulat.
2 3 2 2 2
4. Penguasaan materi dalam
berhitung dan penjumlahan
bilangan bulat.
3 2 2 3 2
5. Kemampuan anak dalam
menyelesaikan soal latihan
yang berhubungan dengan
bilangan bulat.
3 2 3 1 1
Jumlah 15 14 11 10 9
Nilai=Ʃ skor yang dicapai( Ʃ item ) x Skor
x
100 %
¿1520
x100 %
= 75
¿1420
x 100 %
= 70
¿1120
x100 %
= 55
¿1020
x100 %
= 50
¿920
x 100 %
= 45
d. Perencanaan Siklus II Pertemuan I
Berdasarkan masalah yang dihadapi anak, peneliti bersama
teman sejawat berkolaborasi merumuskan percanaan bahwa peneliti
tetap menggunakan mistar bilangan untuk meningkatkan kemampuan
berhitung penjumlahan bilangan bulat bagi anak tunarungu. Adapaun
gambaran dan pelaksanaan siklus II ini adalah sebagai berikut :
a) Menyusun rancangan pembelajaran
b) Membuat format tes
c) Menyediakan alat dan bahan yang menunjang proses pembelajaran
1) Proses kegiatan berhitung penjumlahan bilangan.
2) Tindakan Siklus II Pertemuan I
Tindakan ini dilaksanakan 5x pertemuan selama 2x30 menit. Dibawah
ini akan dideskripsikan secara umum tentang siklus II. Kegiatan awal
pembelajaran dimulai dengan pembacaan salam, do’a, absensi, dan appersepsi
tentang meteri yang berhubungan dengan bilangan bulat.
3) Observasi Siklus II Pertemuan I
Hasil Penilaian Mistar Bilangan Siklus 2 Pertemuan 1
No Aspek yang dinilaiNilai (%)
YG QR NS BL IR
1. Penjelasan saat guru
menjelaskan materi3 4 4 4 3
2. Keaktifan saat kegiatan
berhitung penjumlahan
bilangan bulat.
4 4 4 3 3
3. Kesungguhan dalam
mengenal, membaca dan
menunjukkan berhitung
penjumlahan bilangan bulat.
4 3 3 3 2
4. Penguasaan materi dalam
berhitung dan penjumlahan
bilangan bulat.
3 3 2 2 2
5. Kemampuan anak dalam
menyelesaikan soal latihan
yang berhubungan dengan
bilangan bulat.
3 3 2 2 2
Jumlah 17 17 15 14 14
¿1720
x100 %¿1720
x100 %¿1520
x100 %¿1420
x 100 %¿1420
x 100 %
Nilai=Ʃ skor yang dicapai( Ʃ item ) x Skor
x 100 %
= 85 = 85 = 75 = 70 = 70
e. Pelaksanaan Tindakan Siklus II pertemuan II
Hasil Penilaian Mistar Bilangan Siklus 2 Pertemuan 2
No Aspek yang dinilaiNilai (%)
YG QR NS BL IR
1. Penjelasan saat guru
menjelaskan materi4 4 3 3 3
2. Keaktifan saat kegiatan
berhitung penjumlahan
bilangan bulat.
4 3 4 3 3
3. Kesungguhan dalam
mengenal, membaca dan
menunjukkan berhitung
penjumlahan bilangan bulat.
4 4 4 4 3
4. Penguasaan materi dalam
berhitung dan penjumlahan
bilangan bulat.
3 4 3 3 3
5. Kemampuan anak dalam
menyelesaikan soal latihan
yang berhubungan dengan
bilangan bulat.
4 3 3 2 3
Jumlah 19 18 17 15 15
Nilai=Ʃ skor yang dicapai( Ʃ item ) x Skor
x
100 %
¿1920
x100 %
= 95
¿1820
x100 %
= 90
¿1720
x100 %
= 85
¿1520
x100 %
= 75
¿1520
x100 %
= 75
f). Membuat tabel rekapitulasi kemampuan berhitung penjumlahan bilangan
bulat anak tunarungu dan hasil observasi tentang berhitung bilangan bulat
menggunakan mistar bilangan dengan beberapa siklus yang telah
dilaksanakan. Dalam penelitian ini digunakan rekapitulasi sebelum
tindakan dan sesudah tindakan, yang bertujuan untuk meningkatkan
kemampuan menulis berhitung penjumlahan bilangan bulat anak
tunarungu sebelum dan sesudah diberi tindakan secara berulang-ulang.
Keseluruhan rata-rata hasilnya sebagai berikut:
Rekapitulasi Kemampuan Berhitung Penjumlahan Bilangan Bulat Anak
Tunarungu
No Subjek
Skor (%) dalam Kemampuan Berhitung Bilangan Bulat
Prasiklus
Siklus I Siklus II
Pertemuan
I
Pertemuan
IIRata-Rata Pertemuan I
Pertemuan
IIRata-Rata
1. YG 55% 65% 75% 70% 85% 95% 90%
2. QR 50% 60% 70% 65% 85% 90% 87,5%
3. NS 40% 45% 55% 50% 75% 85% 80%
4. BL 35% 40% 50% 42,5% 70% 75% 72,5%
5. IR 35% 40% 45% 42.5% 70% 75% 72,5%
Jumlah rata-rata
Keseluruhan
¿2155
x100 %
= 43 %
¿2805
x100 %
= 56 %
¿402,55
x 100 %
= 80,5 %
Penggunaan mistar bilangan untuk meningkatkan kemampuan berhitung
penjumlahan bilangan bulat diperoleh dari pengalaman langsung. Sesuai dengan
karakteristik anak tunarungu yang memiliki keterbatasan dalam pendengaran,
kesulitan untuk berpikir hal-hal yang abstrak, dan daya ingat yang kurang terasah
untuk mengulang memori yang telah didapatnya. Untuk itu perlunya berbagai
macam media pengajaran yang bervariasi dan menarik dalam proses pembelajaran
khususnya pelajaran matematika dalam mengenalkan berhitung penjumlahan
bilangan bulat pada anak didik. Supraptiningsih (2005:29) menjelaskan bahwa
untuk mencapai hasil belajar yang optimum dari proses belajar mengajar maka
disarankan menggunakan media pengajaran yang cocok dengan materi ajar.
Anak didik dapat memahami berbagai konsep dengan baik jika pengajaran
memberi pengalaman kepada anak tentang konsep yang dipelajarinya mulai dari
konsep yang konkrit, semi konkrit, dan abstrak. Dalam meningkatkan kemampuan
berhitung penjumlahan bilangan bulat dapat menggunakan media pengajaran yang
tepat yaitu mistar bilangan. Meningkatnya kemampuan mengenal berhitung
penjumlahan bilangan bulat dengan menggunakan mistar bilangan anak akan
memfungsikan inderanya untuk memahami materi ajar tersebut.
Dalam melafalkan bilangan bulat secara hafalan terlebih dahulu peneliti
memperlihatkan kepada anak cara pengucapan yang tepat dalam membaca
lambang bilangan. Kemudian peneliti menyuruh anak menirukan ucapan guru.
Dalam hal ini anak memfungsikan indera penglihatannya untuk mengamati
pengucapan peneliti. Tarmansyah (2002:11) menyatakan bahwa dalam kegiatan
mendengar suatu bunyi-bunyian dan menirukan bunyi-bunyian tersebut anak akan
berusaha untuk memproduksi bunyi dengan benar sebagaimana yang didengarnya.
Begitu juga dengan lambang bilangan bulat yang diucapkan peneliti kegiatan ini
menggunakan sisa pendengaran. Jika peneliti menuliskan dan memperlihatkan
cara pengucapannya, anak menirukan maka anak akan melihat lambang bilangan
tersebut.
Untuk memahami lambang bilangan bulat bilangan bulat positif dan
negatif anak juga harus menuliskan lambang bilangan yang ditandai dengan
adanya simbol + untuk bilangan bulat positif dan simbol - untuk bilangan negatif.
Dalam menuliskan lambang bilangan bilangan bulat positif dan negatif ditandai
juga dengan tidak ditulisnya simbol + di depan bilangan bulat positif dan harus
ditulis simbol - di depan bilangan negatif. Mulyono (2003:224) mengemukakan
bahwa menulis adalah kegiatanmengungkapkan bahasa dalam bentuk simbol,
gambar, dan juga merupakan suatu aktifitas yang komplek tercakup di dalamnya
gerakan lengan, jari, dan mata secara integrasi. Dengan kegiatan menulis ini akan
membantu anak dalam mengenal konsep lambang bilangan bulat.
Dalam menunjukkan lambang bilangan bulat peneliti menuliskan di papan
tulis dan memperlihatkan kepada anak bilangan bulat tersebut sesuai dengan jenis
bilangan. Saat menunjukkan lambang bilangan di papan tulis, anak akan
menggunakan indera penglihatannya dan ketika anak disuruh menunjukkan
dengan mistar bilangan anak akan menggunakan indera perabaannya untuk
menunjuk lambang bilangan tersebut. Mulyono (2003: 56) menyatakan bahwa
kemampuan mengenal berbagai objek melalui perabaan, mengidentifikasikan jari
mana yang digunakan untuk meraba dan menggerakkan tangan untuk
menunjukkan bilangan yang sudah ditulis guru. . Kegiatan ini akan mempermudah
anak dalam mengingat apa yang dipelajari.
Membedakan bilangan bulat positif dan negatif ditandai dengan adanya
simbol untuk bilangan bulat positif dan simbol - untuk bilangan negatif. Untuk
lebih memudahkan lagi dalam membedakannya adalah pada bilangan positif
simbol + tidak perlu ditulis di depan bilangan sedangkan pada bilangan negatif
simbol - harus ditulis di depan bilangan. Dengan adanya kegiatan membedakan
lambang ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya gangguan persepsi
visual yang dialami anak. Bila anak tunarungu tidak mengalami gangguan
persepsi visual anak secara cepat anak akan menggunakan indera penglihatan dan
perabaannya.
Konsep menghitung penjumlahan bilangan bulat terdiri dari;bilangan bulat
positif dijumlahkan dengan bilangan bulat positif, bilangan bulat positif
dijumlahkan dengan bilangan bulat negatif, bilangan bulat negatif dijumlahkan
dengan bilangan bulat positif, dan bilangan bulat negatif dijumlahkan dengan
bilangan bulat negatif. Cara mengoperasikannya hanya dengan melihat jenis dari
bilangan bulat itu sendiri. Kalau bilangan bulat itu positif maka bingkai angkai
digeser ke arah kanan, tanda penjumlahan (+) dengan mengubah arah mobil-
mobilan ke arah kanan, sedangkan kalau bilangan bulat itu negatif maka bingkai
angkai digeser ke arah kiri.
Dari hasil peneliti mengadakan proses belajar mengajar menggunakan
mistar mobil-mobilan angka untuk berhitung penjumlahan bilangan bulat anak
tunarungu yang dilakukan dalam beberapa siklus dan pertemuan. Dapat dilihat
peningkatan kemampuan berhitung penjumlahan bilangan bulat anak tunarungu
secara spesifikan. Kemampuan anak tunarungu dalam berhitung bilangan bulat
sebelum diberikan tindakan menggunakan mistar sangatlah minim. Hal ini
ditunjukkan dengan pencapaian nilai yang sangat rendah yaitu 55% untuk YG,
50% untuk QR, 40% untuk NS, 35% untuk BL dan 35% untuk IR. Sedangkan
setelah diberikan tindakan pada siklus I mengalami peningkatan sebesar 70%
untuk YG dan untuk QR sebanyak 65% , 50 % untuk NS, 42,5% untuk BL, dan
42,5 % untuk IR. Dan pada siklus II peningkatan kemampuan anak tunarungu
dalam berhitung bilangan bulat menggunakan mistar sangaat tinggi, yaitu sebesar
90% untuk YG, 87,5% untuk QR, 80% untuk NS, 72,5% untuk BL, dan 72,5%
untuk IR. Dari pencapaian nilai yang didapat dari siklus I dan siklus II rata-rata
peningkatannya dari 56% menjadi 80,5%.
Berdasarkan nilai yang dicapai pada siklus I dan siklus II bahwa
kemampuan berhitungan penjumlahan bilangan bulat anak tunarungu di SLB
Putra Mandiri Sidoarjo dapat meningkat melalui pemberian mistar bilangan.
Peningkatan ini bukanlah untuk selamnya tetapi hanya untuk sementara jika
kemampuan penjumlahan bilangan bulat anak tidak dilatih terus-menerus/continue
karena pemberian latihan pada anak tunarungu harus dilakukan secara berulang-
ulang jika menginginkan hasil yang optimal.
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan permalahan penelitian dan pembahasan penelitian penerapan
mistar bilangan untuk meningkatkan berhitung penjumlahan bilangan bulat anak
tunarungu kelas D IV di SLB Putra Mandiri Sidoarjo, maka dapat disimpulkan
sebagai bahwa, mistar bilangan merupakan salah satu media yang dapat
digunakan untuk meningkatkan kemampuan berhitung penjumlahan bilangan
bulat anak tunarungu (1), Mistar bilangan untuk meningkatkan kemampuan
berhitung penjumlahan bilangan bulat anak tunarungu dapat ditindak lanjuti dan
diaplikasikan di SLB Putra Mandiri Sidoarjo. (2) Tingkat keberhasilan dalam
upaya meningkatkan kemampuan berhitung penjumlahan bilangan bulat anak
tunarungu tergantung pada intensitas pelaksanaan latihan berhitung yang
dilakukan secara berulang-ulang. (3) Dalam penelitian tindakan ini terjadi
peningkatan kemampuan berhitung pada anak yang ditunjukkan dalam siklus I
dan siklus II. Dari hasil rekapitulasi kemampuan berhitung menunjukkan bahwa
kemampuan anak tunarungu dalam berhitung bilangan bulat sebelum diberikan
tindakan menggunakan mistar sangatlah minim. Hal ini ditunjukkan dengan
pencapaian nilai yang sangat rendah yaitu 55% untuk YG, 50% untuk QR, 40%
untuk NS, 35% untuk BL dan 35% untuk IR. Sedangkan setelah diberikan
tindakan pada siklus I mengalami peningkatan sebesar 70% untuk YG dan untuk
QR sebanyak 65% , 50 % untuk NS, 42,5% untuk BL, dan 42,5 % untuk IR. Dan
pada siklus II peningkatan kemampuan anak tunarungu dalam berhitung bilangan
bulat menggunakan mistar sangat tinggi, yaitu sebesar 90% untuk YG, 87,5%
untuk QR, 80% untuk NS, 72,5% untuk BL, dan 72,5% untuk IR.
Berkaitan dengan simpulan penelitian ini, maka ada beberapa saran yang
dapat disampaikan oleh peneliti sebagai berikut: (1) Bagi guru, hasil penelitian ini
dapat digunakan sebagai salah satu alternatif dalam pembelajaran
berhitungpenjumlahanbilanganbulat. (2) Bagi Kepala Sekolah, hasil penelitian ini
dapat digunakan sebagai acuan untuk menyusun program pembelajaran
matematika. (3) Bagi mahasiswa PLB atau peneliti berikut, hasil penelitian ini
dapat digunakan sebagai acuan dalam menyusun penelitian berikut.
DAFTAR ACUAN
AriKunto, Suharsimi, dkk. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Bumi Aksara.
Asrori, Muhammad. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung : CV Wacana Prima.
Asri Budi Ningsih. 2005. Belajar dan Pembelajaran, Jakarta : Rineka Cipta.
Budiyanto (editor), 2010. Modul Pendidikan dan Pelatihan Profesi Guru (PLPG) SDLB. Surabaya : UNESA.
Bunawan. 1982. Karakteristik Anak Tunarungu. Bandung: Angkasa.
Burhan, Mustaqiem. 2008. Ayo Belajar Matematika Kelas IV. Bandung : Departemen Pendidikan Negeri.
Depdiknas. 2006. Kurikulum Satuan Tingkat Pendidikan SDLB Tunarungu (SDLB). Jakarta : Depdiknas.
Direktorat IB, Depdiknas. 2008. Informasi Pendidikan Anak Tunarungu (online), (http:/ditplb.or.id diakses tanggal 10 April 2012).
Dwijosumarto, Andreas. 1990. Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung : PT. Refika Aditama.
Ge Mozaik, Laksmi. 2005. Bagaimana mengajar Matematika yang Benar (online). (http://www.unesa blog spirit.com, diakses tanggal 10 April 2012).
Gunawan, Lani. 2000. Penguasaan Bahasa Anak Tunarungu. Jakarta : Yayasan Santi Rama.
Hasan, Alwi. 2003. Penjumlahan Bilangan Bulat (online). (http://artikelkependidikan blogspot.com diakses 16 Oktober 2012).
Martoyo. 2004. Berhitung Penjumlahan. Bandung: Angkasa.
Muladi. 2008. Manfaat Mistar Bilangan. Jakarta: Rinekacipta
Munawar, Yusuf. 2007. Kemampuan Menghitung (online). (http://www.crayonpedia.org/mw, diakses 16 Oketober 2012).
Nyimas, Aisyah. 2007. Kemampuan Menghitung (online). (http://www.crayonpedia.org/mw, diakses 16 Oketober 2012).
Piaget. Media Mistar Bilangan. (online) (http://yhumtoeteyonaiblogspot.com diakses 16 Oktober 2012).
Rahardja, Djadja, dkk. 2012. Pengantar Pendidikan Luar Biasa (Ortho pedagogik) Surabaya : Universitas Negeri Surabaya.
Rahmadi. 2007. Media Mistar Bilangan. Jakarta: Rajawali.
Salim, Mufti. 1948. Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung : PT. Refika Aditama.
Somad, P. & Hernawati .Tati. 1996. Ortho pedagogik Anak Tunarungu. Bandung: Departeman Pendidikan dan Kebudayaan.
Soemantri, Sutjihati. 2006. Psikologi Anak Luar Biasa. Jakarta : Aditama.
Sukamto. 2003. Penjumlahan Bilangan Bulat. Jakarta: Rajawali.
Sulistyo P. 2010. Penjumlahan Bilangan Bulat (online). (http://artikelkependidikan blogspot.com diakses 16 Oktober 2012).
Tim Penyusun Universitas Negeri Surabaya. 2006. Panduan Penulisan dan Penilaian Skripsi. Surabaya : Universitas Negeri Surabaya.
Warsito. 2004. Rahasia Mempelajari Matematika Dengan Mudah Dan Lengkap. Surabaya : Bintang Usaha Jaya.