tinjauan teori halusinasi jiwa

28
BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Proses Terjadinya Masalah 1. Pengertian Menurut Cook dan Fontaine (1987) perubahan sensori persepsi adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana klien mengalami perubahan persepsi sensori, seperti merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan, atau penghiduan. Individu menginterpretasikan stressor yang tidak ada stimulus dari lingkungan (Depkes RI, 2000). Kesalahan sensori persepsi dari satu atau lebih indera pendengaran, penglihatan, taktil atau penciuman yang tidak ada stimulus eksternal (Antai, Otong., 1995) Gangguan penyerapan atau persepsi panca indera tanpa adanya rangsangan dari luar. Gangguan ini dapat terjadi pada sistem penginderaan pada saat kesadaran individu tersebut penuh dan baik. Maksudnya rangsangan tersebut terjadi pada saat klien dapat menerima rangsangan dari luar dan dari individu sendiri. Dengan kata lain, klien berespon terhadap rangsangan yang tidak nyata, yang hanya

Upload: siska-maryuliyana

Post on 27-Oct-2015

101 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

halusinasi adalah keadadaan mengkhayal

TRANSCRIPT

Page 1: tinjauan teori halusinasi jiwa

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Proses Terjadinya Masalah

1. Pengertian

Menurut Cook dan Fontaine (1987) perubahan sensori persepsi adalah

salah satu gejala gangguan jiwa dimana klien mengalami perubahan

persepsi sensori, seperti merasakan sensasi palsu berupa suara,

penglihatan, pengecapan, perabaan, atau penghiduan.

Individu menginterpretasikan stressor yang tidak ada stimulus dari

lingkungan (Depkes RI, 2000).

Kesalahan sensori persepsi dari satu atau lebih indera pendengaran,

penglihatan, taktil atau penciuman yang tidak ada stimulus eksternal

(Antai, Otong., 1995)

Gangguan penyerapan atau persepsi panca indera tanpa adanya

rangsangan dari luar. Gangguan ini dapat terjadi pada sistem penginderaan

pada saat kesadaran individu tersebut penuh dan baik. Maksudnya

rangsangan tersebut terjadi pada saat klien dapat menerima rangsangan

dari luar dan dari individu sendiri. Dengan kata lain, klien berespon

terhadap rangsangan yang tidak nyata, yang hanya dirasakan oleh klien

dan tidak dapat dibuktikan (Wilson, 1983).

Halusinasi adalah suatu gejala gangguan jiwa pada individu yang

ditandai dengan perubahan sensori persepsi: merasakan sensasi palsu

berupa suara, penglihatan, perabaan pengecapan dan penghiduan (Keliat,

2009)

Halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan

rangsangan internal (pikiran) dan rangsanag eksternal (dunia luar). Klien

memberi persepsi atau pendapat tentang lingkungan tanpa ada objek

rangsangan yang nyata. Sebagai contoh klien mengatakan mendengar

suara padahal tidaka ada orang yang berbicara (Kusumawati, 2010).

Page 2: tinjauan teori halusinasi jiwa

Dari beberapa pengertian yang dikemukan oleh para ahli mengenai

halusinasi di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa halusinasi adalah

persepsi klien melalui panca indera terhadap lingkungan tanpa ada

stimulus atau rangsangan yang nyata.

2. Teori yang Menjelaskan Halusinasi

a. Teori Biokimia

Terjadi sebagai respon metabolisme terhadap stress yang

mengakibatkan terlepasnya zat halusinogenik neurotic (Buffofenon dan

Dimethytransferase)

b. Teori Psikoanalisis

Respon pertahanan ego untuk melawan rangsangan dari luar yang

mengancam dan ditekan untuk muncul dalam alam sadar.

3. Jenis Halusinasi serta Data Objektif dan Data Subjektif

Jenis

Halusinasi

Data Objektif Data Subjektif

Halusinasi

Dengar (klien

mendengar

suara atau

bunyi yang

tidak ada

hubungannya

dengan

stimulus yang

nyata)

- Berbicara/tertawa

sendiri

- Marah-marah tanpa

sebab

- Mendekatkan telinga

kearah tertentu

- Menutup telinga

- Mendengar

suara-suara atau

kegaduhan

- Mendengar

suara yang

mengajak

bercakap-cakap

- Mendengar

suara yang

menyuruh

melakukan

sesuatu

Halusinasi

penglihatan

(klien melihat

gambaran

- Menunjuk-nunjuk

kearah tertentu

- Ketakutan pada

sesuatu yang tidak

- Melihat

bayangan,

sinar, bentuk

geometris,

Page 3: tinjauan teori halusinasi jiwa

yang

jelas/samar

terhadap

adanya

stimulus yang

nyata dari

lingkungan

dan orang

lain tidak

melihatnya)

jelas kartun, melihat

hantu atau

monster

Halusinasi

Penciuman

(klien

mencium

suatu bau

yang muncul

dari sumber

tertentu tanpa

stimulus yang

nyata)

- Mengendus-endus

sperti sedang

mencium bau-bauan

- Menutu hidung

- Membau-baui

seperti bau

darah, urine,

feses,g bau

tersebut

menyenangkan

bagi klien.

Halusinasi

Pengecapan

(klien

merasakan

sesuatu yang

tidak nyata,

rasa makanan

tidak enak,)

- Sering meludah

- Muntah

- Merasakan

darah, urine,

atau feses

Halusinasi

Perabaan

(klien

- Menggaruk-garuk

permukaan kulit

- Mengatakan

ada serangga

dipermukaan

Page 4: tinjauan teori halusinasi jiwa

merasakan

sesuatu pada

kulitnya

tanpa ada

stimulus yang

nyata)

kulit

- Merasa seperti

tersengat listrik

Halusinasi

Kinestetik

(klien merasa

badannya

bergerak

dalam suatu

ruangan atau

anggota

badannya

bergerak)

- Memegang kakinya

yang dianggap

bergerak sendiri

- Mengatakan

badannya

melayang di

udara

Halusinasi

Viseral

- Memegang badannya

yang dianggap

berubah bentuk dan

tidak normal seprti

biasanya.

- Mengatakan

perutnya

menjadi

mengecil

setelah minum

soft drink

4. Tanda dan Gejala

a. Klien mendengar suara atau bunyi yang tidak berhububgan dengan

stimulus yang nyata dan orang lain tidak mendengarnya

b. Bicara sendiri, senyum dan tertawa sendiri

c. Ekspresi muka tegang dan mudah tersinggung

d. Tidak dapat memusatkan perhatian/konsentrasi

e. Menarik diri dan menghindar dari orang lain

Page 5: tinjauan teori halusinasi jiwa

f. Curiga, bermusuhan, merusak (diri sendiri, orang lain dan lingkungan),

takut

g. Tidak dapat membedakan yang nyata dan yang tidak nyata

5. Faktor Predisposisi

a. Faktor Perkembangan

Tugas perkembangan terganggu dan hubungan interpersonal

mengalami hambatan maka individu akan stress dan cemas.

b. Faktor Sosiokultural

Terdapat beberapa factor di masyarakat yang dapat menyebabkan

seseorang merasa diasingkan sehingga individu merasa diasingkan.

c. Faktor Biokimia

Saat stress berlebihan, tubuh akan mengeluarkan zat halusinogenik

neurotic yaitu buffofenon dan dimethytransferase.

d. Faktor Psikologis

Hubungan interpersonal yang tidak harmonis dan peran ganda yang

bertentangan akan mengakibatkan stress dan cemas tinggi yang berakhir

pada gangguan orientasi realita.

e. Faktor Genetik

Gen yang berpengaruh dalam skizofrenia belum diketahui, namun

hasil studi menunjukkan bahwa factor keluarga memiliki hubungan

yang sangat berpengaruh pada skizofrenia.

6. Faktor Presipitasi

Faktor presipitasi yaitu stimulus yang dipersepsikan oleh individu

sebagai tantangan, ancaman, atau tuntutan yang memerlukan energy ekstra

untuk menghadapinya. Adanya rangsangan dari lingkungan, seperti

partisipasi klien dalam kelompok, terlalu lama tidak diajak berkomunikasi,

objek yang ada dalam lingkungan dan juga suasana sepi atau terisolasi

sering menjadi faktor pencetus halusinasi.

7. Rentang Respon

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Page 6: tinjauan teori halusinasi jiwa

Pikiran Logis Distorsi Pikiran Gangguan proses pikir

Persepsi Akurat Ilusi Halusinasi

Emosi konsisten Reaksi berlebih/ Sulit berespon emosi

dengan pengalaman kurang Perilaku disorganisasi

Perilaku sesuai Perilaku aneh/tidak Isolasi Sosial

Berhubungan sosial biasa

Menarik diri

8. Mekanisme Koping

Mekanisme koping merupakan tiap upaya yang diarahkan pada

pengendalian stress, termasuk upaya penyelesaian masalah secara

langsung dan mekanisme pertahanan lain yang digunakan untuk

melindungi diri.

9. Tahapan Halusinasi

a. Tahap I (Non-psikotik)

Pada tahap ini, halusinasi mampu memberikan rasa nyaman pada klien,

tingkat orientasi sedang. Secara umum pada tahap ini, halusinasi

merupakan hal yang menyenangkan bagi klien.

Karakteristik :

1) Mengalami kecemasan, kesepian, rasa bersalah, dan ketakutan

2) Mencoba berfokus pada pikiran yang dapat menghilangkan

kecemasan

3) Pikiran dan pengalaman sensorik masih ada dalam kontrol kesadaran

Perilaku yang muncul :

1) Tersenyum atau tertawa sendiri

2) Menggerakkan bibir tanpa suara

3) Pergerkan mata yang cepat

4) Respon verbal lambat, diam dan berkonsentrasi

b. Tahap II (Non-psikotik)

Page 7: tinjauan teori halusinasi jiwa

Klien bersikap menyalahkan dan mengalami tingkat kecemasan berat.

Secara umum, halusinasi ini dapat menyebabkan antipasti.

Karakteristik :

1) Pengalaman sensori menakutkan atau merasa dilecehkan oleh

pengalaman tersebut

2) Mulai merasa kehilangan kontrol

3) Menarik diri dari orang lain

Perilaku yang muncul :

1) Terjadi penongkatan denyut jantung, pernapasan dan tekanan darah

2) Perhatian terhadap lingkungan menurun

3) Konsentrasi terhadap pengalaman sensori pun menurun

4) Kehilangan kemampuan membedakan antara halusinasi dan

realitayerah dan menerima pengalaman kontraknya

c. Tahap III (Psikotik)

Biasanya klien tidak dapat mengntrol dirinya sendiri, tingkat kecemasan

berat, dan halusinasi tidak dapat ditolak lagi.

Karakteristik :

1) Klien menyerah dan menerima pengalamn sensorinya

2) Isi halusinasi menjadi atraktif

3) Klien menjadi kesepian bila pengalaman sensori berakhir

Perilaku yang mungkin muncul :

1) Klien menuruti perinyah halusinasi

2) Sulit berhubungan dengan orang lain

3) Perhatian terhadap lingkungan sedikit atau sesaat

4) Tidak mampu mengikuti perintah yang nyata

5) Klien tampak termor dan berkeringat

d. Tahap IV (Psikotik)

Klien terlihat sangat dikuasi oleh halusinasinya dan biasanya klien

terlihat panik.

Perilaku yang muncul :

1) Resiko tinggi menciderai

Page 8: tinjauan teori halusinasi jiwa

2) Agitasi/kataton

3) Tidak mampu merespon rangsangan yang ada

B. Masalah Keperwatan yang Mungkin Muncul

1. Resti Perilaku Kekerasan

DS : klien mengatkan pernah memukul anggota keluarga/orang lain,

merusak alat rumah tangga, marah-marah

2. Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi

DS : klien mendengar suara-suara

DO : berbicara, senyum dan tetawa sendiri, takut terhadap suara yang

didengar

3. Isolasi Sosial

DS : klien menolak berhubungan dengan orang lain, klien memutuskan

percakapan atau pergi jika diajak bercakap-cakap

DO : berdiam diri di kamar, menghindar dari orang lain, tidak

ada/kurang kontak mata

4. Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah

DS : klien mengatakan malu bertemu orang lain

DO : rasa bersalah terhadap diri sendiri, percya diri kurang, lebih suka

menyendiri

C. Diagnosa Keperawatan

Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi

Page 9: tinjauan teori halusinasi jiwa

A. PERENCANAANNO DIAGNOSA

KEPERAWAT

AN

TUJUAN KRITERIA

EVALUASI

INTERVENSI RASIONAL

1 Gangguan

Sensori

Persepsi

Halusinasi

Pasien mampu :

Mengenali

halusinasi

yang di

alaminya

Mengontrol

halusinasinya

Mengikuti

program

pengpbatan

secara

optimal

Setelah 3x

pertemuan pasien

mampu:

Isi, waktu,

frekuensi, situasi

pencetus,

perasaan

Mampu

memperagakan

cara dalam

mengontrol

halusinasi

SP 1

Bantu pasien

mengenal

halusinasi :

1. Isi,

2. Waktu terjadinya

3. Frekuensi

4. Situasi pencetus

5. Perasaan saat

terjadi halusinasi

Latih mengontrol

halusinasi dengan

cara menghardik.

Tahapan

Dengan mengenal

halusinasinya klien mampu

menyadari bahwa halusinasi

itu sesuatu yang tidak nyata

Dengan mengontrol

halusinasi, klien mampu

mengurangi atau

menghentikan halusinasi

Page 10: tinjauan teori halusinasi jiwa

tindakannya

meliputi :

1. Jelaskan cara

menghardik

halusinasi

2. Peragakan cara

menghardik

3. Minta pasien

memperagakan

ulang

4. Pantau

penerapan carta

ini, beri

penguatan

perilaku pasien

5. Masukan dalam

jadwal kegiatan

pasien

Setelah 3x SP 2

Page 11: tinjauan teori halusinasi jiwa

pertemuan pasien

mampu :

Menyebutkan

kegiatan yang

sudah dilakukan

Memperagakan

cara bercakap-

cakap dngan

orang lain

Evaluasi kegiatan

yang lalu (SP1)

Latih berbicara atau

bercakap dengan

orang lain saat

halusinasi muncul

Masukan dalam

jadwal kegiatan

pasien

Evaluasi dapat

mengetahui

perkembangan klien

dapat

Setelah …

pertemuan pasien

mampu :

Menyebutkan

kegiatan yang

sudah dilakukan

Membuat jadwal

kwgiatan sehari-

SP 3

Evaluasi kegiatan

yang lalu (SP 1 dan

2)

Latih kegiatan agar

halusinasi tidak

Page 12: tinjauan teori halusinasi jiwa

hari dan mampu

memperagakann

ya

Setelah ….

Pertemuan pasien

muncul.

Tahapannya :

1. Jelaskan

pentingnya

aktivitas yang

teratur untuk

mengatasi

halusinasi pasien

2. Latih pasien

melakukan

aktivitas

3. Susun jadwal

aktivitas sehari-

hari sesuai dengan

aktivitas yang

telah dilatih (dari

bangun pagi

sampai tidur

Page 13: tinjauan teori halusinasi jiwa

mampu :

Menyebutkan

kegiatan yang

sudah dilakukan

Menyebutkan

manfaat dari

program

pengobatan

malam)

Pantau pelaksanna

jadwal kegiatan,

berikan penguatan

terhadap perilaku

pasien yang positif.

SP 4

Evaluasi kegiatan

yang lalu ( SP 1, 2

dan 3 )

Tanyakan program

pengobatan

Jelaskan pentingnya

penggunaan obat

pada gangguan jiwa

Jelaskan akibat bila

tidak digunakan

Page 14: tinjauan teori halusinasi jiwa

sesuai program

Jelaskan akibat bila

putus obat

Jelaskan cara

mendapatkan obat

atau berobat

Jelaskan pengobatan

(5B)

Latih pasien minum

obat

Masukan dalam

jadwal harian pasien

Sekeluarga

mampu :

merawat pasien

dirumah dan

menjadi sitem

pendukung yang

Setelah …

pertemuan keluarga

mampu menjelaskan

tentang halusinasi

Sp 1

Identifikasi masalh

keluarga dalam

merawat pasien

Jelaskan tentang

Page 15: tinjauan teori halusinasi jiwa

efektif untuk

pasien

halusinasi :

1. Pengertian

halusinasi

2. Jenis halusinasi

yang dialami

pasien

3. Tanda dan gejala

halusinasi

4. Cara merawat

pasien halusinasi (

cara

berkomunikasi

pemberian obat

dan pemberian

aktivitas kepada

pasien )

Sumber-sumber

pelayanan kesehatan

Page 16: tinjauan teori halusinasi jiwa

yang bisa dijangkau

Bnermain peran cara

merawat

Rencana tindak lanjut

keluarga, jadwal

keluarga untuk

merawat pasien

Setelah …

pertemuan keluarga

mampu

Menyelesaikan

kegiatan yang

sudah dilakuakan

Mempergakan

cara merawat

pasien

Sp 2

Evaluasi kemampuan

keluarga (sp 1)

Latih keluaraga

merawat pasien

RTL keluarga /

jkadawal keluarga

untuk merawat pasien

Setelah … Sp 3

Page 17: tinjauan teori halusinasi jiwa

pertemuan keluarga

mampu

Menyebutkan

kegiatan yang

sudah dilakuakan

Memepergakan

cara merawat

pasien serta

mampu membuat

RTL

Evaluasi

kemampuan

keluarga sp 2

Latih keluarga

merawat pasien

RTL keluarga /

jadwal untuk

merawat pasien

Setelah …

pertemuan keluarga

mampu

Menyebutkan

kegiatan yanag

sudah dilakukan

Melakuakn

follow up

Sp 4

Evaluasi

kemampuan

keluarga

Evaluasi

kemampuan

pasien

Page 18: tinjauan teori halusinasi jiwa

RTL keluaraga :

- Follow up

- Rujukan