antidandruff shampoo

23
A. LATAR BELAKANG Lebih dari 60 persen populasi di dunia mengalami permasalahan rambut berketombe. Di Indonesia sendiri, angkanya dapat lebih tinggi karena iklim tropis, polusi, kebiasaan hidup, serta penggunaan penutup kepala seperti jilbab maupun helm yang dapat memengaruhi permasalahan kulit kepala selaku media pertumbuhan rambut. Gangguan kulit kepala seperti sensitif, berminyak dan berketombe, yang mengganggu pertumbuhan rambut secara normal seringkali terjadi. Kerontokan rambut pun menjadi permasalahan kulit kepala lebih serius. Kesadaran untuk merawat kulit kepala memang tidak setinggi kesadaran untuk merawat kulit wajah. Sementara itu, problema rambut berawal dari akarnya yakni kulit kepala. Masalah kulit kepala yang paling umum ialah kulit kepala bersisik-sisik halus atau ketombe, dan populasi jamur yang semakin subur jika kondisi kulit kepala terlalu berminyak. Sampo adalah sejenis cairan, seperti sabun, yang berfungsi untuk meningkatkan tegangan permukaan kulit kepala sehingga dapat membersihkan kotoran di kulit kepala. Kegiatan membersihkan kulit kepala dan rambut ini disebut keramas. Dalam pengertian ilmiahnya sampo didefinisikan sebagai sediaan yang mengandung surfaktan dalam bentuk yang cocok dan berguna untuk menghilangkan kotoran dan lemak yang melekat pada rambut dan kulit kepala agar tidak membahayakan rambut, kulit kepala, dan kesehatan si pemakai.

Upload: elbibee

Post on 02-Aug-2015

536 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Antidandruff Shampoo

A. LATAR BELAKANG

Lebih dari 60 persen populasi di dunia mengalami permasalahan rambut

berketombe. Di Indonesia sendiri, angkanya dapat lebih tinggi karena iklim tropis,

polusi, kebiasaan hidup, serta penggunaan penutup kepala seperti jilbab maupun

helm yang dapat memengaruhi permasalahan kulit kepala selaku media

pertumbuhan rambut. Gangguan kulit kepala seperti sensitif, berminyak dan

berketombe, yang mengganggu pertumbuhan rambut secara normal seringkali

terjadi. Kerontokan rambut pun menjadi permasalahan kulit kepala lebih serius.

Kesadaran untuk merawat kulit kepala memang tidak setinggi kesadaran

untuk merawat kulit wajah. Sementara itu, problema rambut berawal dari akarnya

yakni kulit kepala. Masalah kulit kepala yang paling umum ialah kulit kepala bersisik-

sisik halus atau ketombe, dan populasi jamur yang semakin subur jika kondisi kulit

kepala terlalu berminyak.

Sampo adalah sejenis cairan, seperti sabun, yang berfungsi untuk

meningkatkan tegangan permukaan kulit kepala sehingga dapat membersihkan

kotoran di kulit kepala. Kegiatan membersihkan kulit kepala dan rambut ini disebut

keramas. Dalam pengertian ilmiahnya sampo didefinisikan sebagai sediaan yang

mengandung surfaktan dalam bentuk yang cocok dan berguna untuk menghilangkan

kotoran dan lemak yang melekat pada rambut dan kulit kepala agar tidak

membahayakan rambut, kulit kepala, dan kesehatan si pemakai.

Sampo pada umumnya digunakan dengan mencampurkannya dengan air

dengan tujuan untuk melarutkan minyak alami yang dikeluarkan oleh tubuh untuk

melindungi rambut dan membersihkan kotoran yang melekat. Namun tidak semua

sampo berupa cairan atau digunakan dengan campuran air, ada juga sampo kering

berupa serbuk yang tidak menggunakan air. Sampo kering ini selain digunakan oleh

manusia, lebih umum digunakan untuk binatang peliharaan seperti kucing yang tidak

menyukai bersentuhan dengan air ataupun anjing. Beberapa industri yang

memproduksi sampo atau perawatan rambut umumnya juga mengeluarkan produk

kondisioner dengan tujuan untuk mempermudah pengguna sampo menata kembali

rambutnya.

Formulasi untuk sampo harus mengandung bahan-bahan yang berfungsi

sebagai surfaktan, foaming agent dan stabilizer, opacifier, hydrotopes, viscosity

Page 2: Antidandruff Shampoo

modifier, dan pengawet. Bahan-bahan dalam sampo harus aman dan mudah

terdegradasi sebagaimana kosmetik perawatan tubuh lain. Setiap bahan harus

memilki fungsi dan peran yang spesifik (Mottram, 2000)

Ketombe

Pengelupasan kulit kepala yang berlebihan dengan bentuk besar-besar

seperti sisik-sisik, disertai dengan adanya kotoran-kotoran berlemak, rasa gatal, dan

kerontokan rambut dikenal sebagai ketombe (dandruff). Ketombe termasuk penyakit

kulit yang disebut dengan dermatitis seboroik (seborrheic dermatitis) dengan tanda-

tanda inflamasi atau peradangan kulit pada daerah seborea (kulit kepala, alis mata,

bibir, telinga, dan lipat paha), yang disebabkan karena keaktifan dari kelenjar

keringat yang berlebihan (Harahap, 1990)

Berdasarkan jenisnya secara umum dikenal dua macam ketombe, yaitu:

1. Seborrhea sicca

Ketombe jenis ini ditandai dengan kulit kepala yang kering dan bersisik. Pada

keadaan normal, lapisan kulit terluar selalu menghasilkan sel keratin mati yang terus

menerus dalam bentuk keping-keping kecil (sisik). Biasanya pengelupasan ini

seimbang dengan produksi jaringan sel baru oleh lapisan di bawahnya. Jika

keseimbangan ini terganggu akan terjadi pengelupasan sel keratin yang berlebihan.

Dan sel-sel yang terlepas dengan adanya air atau keringat akan melekat satu sama

lain menjadi sisik-sisik besar yang tertimbun pada kulit kepala.

2. Seborrhea oleosa

Seborrhea oleosa adalah jenis ketombe yang disebabkan karena adanya

produksi lemak yang berlebihan, sehingga kulit kepala menjadi sangat berlemak dan

sisik-sisik akan menggumpal dalam massa lemak. Kulit kepala yang berlemak juga

merupakan media yang baik bagi pertumbuhan mikroorganisme, termasuk

mikroorganisme penyebab ketombe. Penyakit ketombe ditandai oleh gejala-gejala

fisik, seperti berikut:

a. Timbulnya sisik-sisik (kering atau basah) dikulit kepala.

b. Adanya bintik-bintik merah seperti bisul kecil, disertai rasa nyeri, gatal

dan dapat diikuti demam.

c. Kulit kepala lecet, basah, bergetah, dan bau.

d. Terjadi kerontokan rambut

Page 3: Antidandruff Shampoo

Penyebab Penyakit Ketombe

Penyebab utama dari seboroik dermatitis dan ketombe yang sering disebut

adalah jamur Malassezia furfur yang dikombinasikan dengan beberapa faktor

eksternal dari penderita. Diantaranya yaitu kecenderungan genetik dan emosi.

Gejala klinik penyakit ini diderita di daerah sekitar kulit kepala yang kaya dengan

kelenjar sebaceous. Luka yang disebabkan jamur ini berwarna kemerahan dan

tertutup oleh kulit kepala yang berminyak dan terasa sangat gatal (Ajello, 1997).

Secara garis besar ketombe dapat disebabkan oleh dua faktor utama, yaitu:

1. Faktor internal, meliputi keseimbangan hormonal terganggu, proses

metabolisme sel tidak sempurna, stres, emosi, dan genetik.

2. Faktor eksternal, meliputi perubahan biokimia pada lapisan epidermis kulit

kepala, peningkatan jumlah dan kerja jamur dan bakteri, serta reaksi kulit

terhadap penggunaan obat-obatan dan kosmetik tertentu yang disebabkan oleh

penggunaan kosmetik dan obat-obatan topikal.

Selain faktor-faktor di atas, ketombe juga disebabkan oleh faktor iklim. Pada

daerah yang iklimnya dingin didapati kasus ketombe yang meningkat (Harahap,

1990).

Pengobatan Ketombe

Berdasarkan faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya ketombe, maka

dapat dikatakan bahwa pengobatan ketombe yang ideal haruslah dengan bahan

yanng mempunyai daya stimulansia, membersihkan kotoran dan lemak yang

berlebihan, bakterisida, fungisida, bakteriostatik, germisida, keratolitik dan dapat

menghilangkan atau mengurangi gatal-gatal dengan pH yang sesuai serta bentuk

perawatan yang sesuai dengan tujuan kosmetika. Umumnya bentuk sediaan yang

digunakan adalah sampo.

Beberapa ahli kosmetika mendefinisikan sampo, sebagai berikut :

a. Barnett dan Powers, (menyatakan bahwa sampo yang benar- benar baik harus

menghasilkan rambut yang harum, berkilau dan halus).

b. Waal, (menyatakan suatu sampo yang baik harus dapat membersihkan kotoran

pada rambut dan kulit kepala tanpa menyebabkan iritasi dan tidak terlalu banyak

menghilangkan minyak alami pada rambut).

c. Zussman, (menyatakan bahwa sampo bukan hanya berfungsi sebagai deterjen,

tetapi juga berfungsi sebagai kosmetika yang dapat menghasilkan rambut yang

harum, mengkilat dan mudah diatur).

Page 4: Antidandruff Shampoo

d. Harry, (menyatakan bahwa sampo merupakan suatu sediaan surfaktan dalam

bentuk padat, krim, cairan, dan bentuk lain yang apabila digunakan dapat

menghilangkan kotoran pada rambut, tanpa menimbulkan efek yang jelek pada

pemakainya).

e. Ester, Henkin, dan Lon felow, (menyatakan bahwa sampo harus dapat

membersihkan rambut dengan baik tanpa menghilangkan minyak yang berasal dari

kulit kepala dalam jumlah besar).

Secara umum sampo didefinisikan sebagai deterjen bentuk larutan, krim,

padat atau bentuk-bentuk lain yang cocok untuk mencuci rambut, dikemas dalam

bentuk yang sesuai untuk digunakan, dan berguna untuk menghilangkan kotoran

dan lemak yang melekat pada kulit kepala tanpa mempengaruhi keaslian dan

kesehatan rambut si pemakai, sehingga didapat rambut yang harum, berkilau, halus

dan mudah diatur.

Sediaan sampo yang baik harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

1. Dapat mencuci rambut serta kulit kepala secara keseluruhan.

2. Tidak toksik dan tidak menimbulkan iritasi.

3. Kandungan surfaktannya tidak membuat rambut dan kulit kepala menjadi kering.

4. Memiliki konsistensi yang stabil, dapat menghasilkan busa dengan cepat, lembut,

dan mudah dibilas dengan air.

5. Setelah pencucian rambut harus mudah dikeringkan.

6. Dapat menghasilkan rambut yang halus, mengkilat, tidak kasar, tidak mudah

patah, serta mudah diatur

5. Harga relatif murah (Wilkinson, 1982).

Persyaratan yang harus dipenuhi untuk sampo antiketombe adalah :

1. Dapat membersihkan rambut dan kulit kepala dari ketombe tanpa membuat

rambut menjadi berminyak, kering, atau tidak dapat diatur.

2. Mengandung zat aktif germisida, fungisida, atau zat antiseptika yang dapat

mematikan pertumbuhan bakteri, dan mencegah infeksi setelah pemakaian.

3. Konsentrasi zat aktif yang digunakan tidak meningkatkan sensitivitas kulit kepala.

4. Dapat mengurangi rasa gatal ataupun hal lain yang akan menimbulkan

ketidaknyamanan

Pada umumnya suatu sampo terdiri dari dua kelompok utama, yaitu:

1. Bahan utama, bahan utama yang sering digunakan adalah deterjen, yang

biasanya dapat membentuk busa, dan bersifat membersihkan.

Page 5: Antidandruff Shampoo

a. Mekanisme kerja deterjen:

Deterjen didesain untuk meningkatkan kemampuan air dalam membasahi

kotoran yang melekat, yaitu dengan menurunkan tegangan permukaan air.

Tegangan permukaan air dipengaruhi oleh suhu, semakin tinggi suhu air akan

membuat tegangan permukaan semakin kecil, dan semakin baik air membasahi

benda. Dalam deterjen molekul bagian polar mempunyai daya tarik terhadap

permukaan (rambut) untuk menjadi basah, sehingga molekul deterjen pada

permukaan antara air dan rambut akan menarik air melalui permukaan rambut.

Deterjen akan bergerak dibawah lapisan berminyak dan mengangkatnya dari

permukaan, sehingga lapisan berminyak itu akan menjadi partikel berbentuk bola.

Perbedaan pokok deterjen dengan zat pengemulsi terletak pada kemampuan

kelompok polar dalam deterjen untuk memindahkan minyak dari kotoran.

b. Deterjen dapat dibagi atas :

1. Deterjen anionik

Deterjen yang paling banyak digunakan dalam sampo modern. Deterjen ini

mempunyai daya pencuci yang besar, memberikan busa yang banyak, serta efek

iritasi yang relatif rendah. Deterjen ini mempunyai kelemahan yaitu kelarutannya

dalam air agak kecil serta harganya relatif mahal. Sebagai contoh yang sering

digunakan adalah Natrium lauril sulfat.

2. Deterjen kationik

Deterjen ini tidak banyak digunakan pada pembuatan sampo karena efeknya

yang kurang baik untuk rambut dan kulit kepala dan dapat menyebabkan terjadinya

hemolisis. Contoh deterjen kationik : garam alkil trimetil ammonium, garam alkil

dimetil benzil ammonium, dan garam alkil pirimidin.

3. Deterjen nonionik

Sifat dari deterjen ini adalah mempunyai kelarutan yang cukup besar dalam

air karena adanya rantai oksietilen yang panjang. Deterjen ini tahan terhadap air

sadah maupun air laut dan efektif dalam suasana asam maupun basa. Deterjen ini

mempunyai kelemahan yaitu daya pembusanya hanya sedikit. Sebagai contoh

misalnya derivat polietilenglikol.

2. Bahan Tambahan

Penambahan zat-zat ini dimaksudkan untuk mempertinggi daya kerja sampo

supaya dapat bekerja secara aman pada kulit kepala, tidak menimbulkan

kerontokan, memiliki viskositas yang baik, busa yang cukup, pH yang stabil dan

Page 6: Antidandruff Shampoo

dapat mengoptimalkan kerja deterjen dalam membersihkan kotoran, sehingga

menjadi sediaan sampo yang aman dalam penggunaanya dan sesuai dengan

keinginan konsumen.

Bahan-bahan tambahan yang sering digunakan dalam pembuatan sampo

diantaranya:

a. Opacifying Agent

Zat yang dapat menimbulkan kekeruhan dan penting pada pembuatan sampo

krim atau sampo krim cair. Biasanya merupakan ester alkohol tinggi dan asam

lemak tinggi beserta garam- garamnya. Contoh : setil alkohol, stearil alkohol, glikol

mono dan distearat, magnesium stearat.

b. Clarifying Agent

Zat yang digunakan untuk mencegah kekeruhan pada sampo terutama untuk

sampo yang dibuat dengan sabun. Sangat diperlukan pada pembuatan sampo cair

atau sampo cair jernih. Contoh : butil alkohol, isopropil alkohol, etil alkohol, metilen

glikol, dan EDTA.

c. Finishing Agent

Zat yang berguna untuk melindungi kekurangan minyak yang hilang pada

waktu pencucian rambut, sehingga rambut tidak menjadi kering dan rapuh. Contoh :

lanolin, minyak mineral.

d. Conditioning agent

Merupakan zat-zat berlemak yang berguna agar rambut mudah disisir.

Contoh : lanolin, minyak mineral, telur dan polipeptida.

e. Zat pendispersi

Zat yang berguna untuk mendispersikan sabun Ca dan Mg yang terbentuk

dari air sadah. Contoh : tween 80.

f. Zat pengental

Merupakan zat yang perlu ditambah terutama pada sampo cair jernih dan

sampo krim cair supaya sediaan sampo dapat dituang dengan baik. Penggunaanya

dalam rentang 2– 4%, contoh: gom, tragakan, metil selulosa, dan karboksi metil

selulosa (CMC).

g. Zat pembusa

Digunakan untuk membentuk busa yang cukup banyak, walaupun busa

bukan merupakan suatu ukuran dari sampo, namun adanya busa akan membuat

sediaan sampo menjadi menarik dan sangat disukai oleh para konsumen.

Page 7: Antidandruff Shampoo

Persyaratan tinggi busa pada umumnya yaitu berkisar antara 1,3 – 22 cm. Contoh:

dietanolamin, monoisopropanol amin.

h. Zat pengawet

Zat yang berguna untuk melindungi rusaknya sampo dari pengaruh mikroba

yang dapat menyebabkan rusaknya sediaan, seperti misalnya hilangnya warna,

timbul kekeruhan, atau timbulnya bau. Digunakan dalam rentang 1–2 %, contoh:

formaldehida, hidroksi benzoat, metyl paraben, propil paraben.

i. Zat aktif

Untuk sampo dengan fungsi tertentu atau zat yang ditambahkan ke dalam

sampo dengan maksud untku membunuh bakteri atau mikroorganisme lainnya.

Contoh: Heksaklorofen, Asam salisilat.

j. Zat pewangi, berfungsi untuk memberi keharuman pada sediaan sampo supaya

mempunyai bau yang menarik. Digunakan dengan kadar 1–2%, contoh: Minyak

jeruk, minyak mawar, dan minyak lavender, minyak bunga tanjung.

j. Pewarna

Zat pewarna digunakan untuk memberikan warna yang menarik pada sediaan

sampo. Digunakan dengan kadar 1-2%, contoh : untuk pewarna hijau biasanya

digunakan senyawa klorofil atau ultra marin hijau.

k. Zat tambahan lain

Merupakan zat pada formula sampo yang mempunyai fungsi atau maksud

tertentu, seperti sampo anti ketombe, sampo bayi, sampo antikerontokan, dan

sebagainya. Zat tambahan dapat berupa zat aktif antiketombe, ekstrak tumbuhan,

vitamin, protein, dan lain-lain (Wilkinson, 1982).

Zat antiketombe adalah zat aktif yang ditambahkan ke dalam sampo,

mempunyai sifat keaktifan bakterisida, fungisida, kontrairitan, atau mengurangi dan

menghalangi sekresi kelenjar lemak. Diantara zat-zat aktif yang paling lazim

digunakan dalam sampo antiketombe adalah heksaklorofen, surfaktan kationik,

etanol sebagai antiseptik, camphora, timol, mentol, dan resorsin sebagai kontrairitan.

Selenium sulfida sebagai zat berkhasiat dapat untuk mengurangi sekresi kelenjar

minyak.

Zat aktif yang digunakan dalam sampo antiketombe umumnya merupakan

zat-zat yang menunjukkan keaktifan dermatologi yang digunakan sesuai dengan

kadar yang diperbolehkan, meskipun begitu kemungkinan besar dapat menimbulkan

reaksi kulit yang tidak dikehendaki, seperti timbulnya ruam, pruritus, dan dermatitis.

Page 8: Antidandruff Shampoo

Zat aktif seperti senyawa belerang, selenium sulfida, yang tertimbun dan terserap

oleh folikel rambut, dapat mengakibatkan kerontokan rambut. Selain itu masih

terdapat zat manfaat yang diserap secara perkutan, terutama melalui folikel rambut,

kelenjar keringat, dan kelenjar lemak, yang dapat menyebabkan keracunan, seperti

turunan fenol, terutama heksaklorofen .

Molekul sampo terdiri dari bagian besar hidrokarbon nonpolar yang bersifat

hidrofobik atau tidak suka bercampur dengan air, dan bagian ujung yang lain adalah

ion karboksilat yang bersifat hidrofilik atau dapat larut dengan air. Jika sampo

dilarutkan dalam air, ujung hidrofilik dari molekulnya ditarik ke dalam air dan

melarutkannya, tetapi bagian hidrofobik ditolak oleh molekul air. Akibatnya suatu

lapisan terbentuk di atas permukaan air dan secara drastis menurunkan tegangan

permukaan air. Apabila larutan sampo tersebut mengenai barang yang berlemak

atau berminyak (kebanyakan kotoran merupakan suatu lapisan film atau lapisan tipis

minyak yang melekat), maka bagian molekul sampo langsung terorientasi. Bagian

hidrofobik membalut kotoran yang bersif at minyak, sedangkan bagian hidrofilik tetap

larut dalam fase air. Dengan gerakan mekanik membilas, maka minyak dan lemak

terdispersi menjadi tetesan-tetesan kecil dan molekul sampo tersebut terproyeksi

keluar, permukaan misel menjadi larut dalam air dan terbuang bersama air pencuci.

Proses pembersihan berlangsung dengan menurunkan tegangan permukaan air dan

mengemulsikan kotoran.

Salah satu faktor yang sangat mengganggu dalam penggunaan sampo

adalah adanya ion-ion logam tertentu dalam air sadah. Ion kalsium dan magnesium

membentuk endapan dengan ion karboksilat atau asam lemak. Endapan ini dapat

dilihat contohnya pada tempat mandi (bath up), kerak pada tangki uap. Jika di dalam

air sadah, sampo tidak dapat berbusa karena daya pembersihnya kecil atau harus

menggunakan sampo yang lebih banyak.

Page 9: Antidandruff Shampoo

B. PEMBAHASAN

1. Formulasi

Formula sampo setidaknya harus mengandung bahan-bahan diantaranya

surfaktan, thickeners dan foaming agent, dan conditioning agent. Berikut adalah

contoh formula sampo (Mottram, 2000).

Sodium lauril sulfat merupakan detergent yang berfungsi untuk

membersihkan kotoran dikulit kepala. Mekanisme kerjanya dengan menurunkan

tegangan muka antara lemak dan air yang ada di kulit kepala.

Cocamidopropyl Betaine berperan sebagai surfaktan anionik. Cocamidopropyl

betaine merupakan surfaktan sintetsis turunan dari minyak kelapa dan

dimethylaminopropylamine yang bersifat switer ion.

Tetrasodium EDTA berfungsi sebagai khelating agent atau antioksidan.

Penambahan bahan ini agar senyawa-senyawa yang mudah teroksidasi tetap stabil.

Preservative digunakan sebagai pengawet. Parfume berfungsi untuk memeperbaiki

bau agar harum dan menyenagkan saat dipakai. Colour berfungsi agar tampilan

sampo menjadi lebih bagus dan memberikan warna pada sampo. Asam sitat

berfungsi sebagai pengatur pH. pH perlu diatur agar pH sampo dan pH kulit kepala

sama.

Sodium kloride berfungsi sebagai pengatur viskositas. Pengaturan viskositas

sangat penting karena berpengaruh pada saat pengisian sampo pada kemasan dan

juga saat pemakaian (Mottram, 2000). Water adalah bagian yang tidak dapat

terpisahkan dalam sediaan sampo. Fungsi utama air adalah sebagai bahan pelarut.

Air juga berfungsi untuk mengatur viskositas sampo.

Page 10: Antidandruff Shampoo

2. Cara Pembuatan

Sampo diproduksi dengan cara pencampuran yang sederhana dalam sebuah

wadah disertai dengan penadukan. Kadang-kadang perlu pengaturan suhu atau

suhu dinaikkan untuk mengurangi viskositas dan mempermudah pencampuran.

Wadah yang digunakan harus berlapis stainless steel. Berikut gambar cara

pembuatan sampo (Visvanatan, 2007).

Pembuatan Sediaan Sage Shampoo (Anti-Dandruff shampo)

Formulasi shampoo anti ketombe dari ekstrak sage (Salvia officinalis) :

Bagian I

Sage Extract

TEA 4%

Na Laureth Sulfat 10%

Disodium EDTA 0.2%

Methyl paraben 0.02%

Aquades ad 100

Citric acid pH 6.0

Color blue C.I 61585 q.s

Bagian II

Asam stearat 1%

α-Tokoferol 0.01%

Propylparaben 0.03%

Dimethicone 0.5%

Cyloteric bet-c 30 5%

Sodium cocoyl glutamate 5%

Sage extract merupakan ekstrak etanol dari tanaman Salvia officinalis,

dengan kandungan berupa :

1. Acids Phenolic – caffeic, chlorogenic, ellagic, ferulic, gallic and rosmarinic.(2)

Flavonoids 5-Methoxysalvigenin.

2. Terpenes Monoterpene glycosides. Diterpenes, abietanes termasuk carnosic

acid dan turunan-nya, contoh : . carnasol.

3. Triterpenes, oleanolic acid and derivate-nya.

4. Tannins 3–8%. Hydrolysable and condensed.(2, 3)

Page 11: Antidandruff Shampoo

5. Volatile oil 1–2.8%. Herba yang telah dipotong-potong, (G81, G84)

mengandung komponen utama alfa- and beta-thujones (35– 50%, umumnya

dalam bentuk alfa).

6. Lain-lain, termasuk 1,8-cineole, borneol, camphor, caryophyllene, linalyl

acetate and beberapa jenis terpenes.(4, 5)

Menurut literature cosmetic additives, ekstrak sage, jika dipijatkan ke

kulit kepala, maka akan mengontrol/ mengatasi ketombe.

Natrium Laureth sulfat digunakan sebagai foaming agent.

Pemilihannya karena harga yang relative murah, tidak berwarna, hampir tidak

berbau, sangat stabil pada Ph normal, serta dapat berbusa meskipun pada air

yang mengandung banyak mineral (kalsium). Akan tetapi, sedikit bersifat

irritant (walaupun tidak bersifat sangat mengiritasi seperti Sodium Lauryl

sulfat).

Cycloteric bet-c 30 adalah nama dagang dari cocamidopropyl betaine.

Dapat berperan sebagai pelembab. Membantu mengurangi efek mengiritasi

dari Natrium Laureth sulfat. Juga merupakan agen pembusa yang baik yang

akan meninggalkan rasa menyenangkan di kulit kepala.

TEA digunakan sebagai emulsifier yang menghasilkan emulsi minyak

dalam air dalam konsentrasi 2-4%. Penggunaan dimeticone akan

memberikan efek “mudah di sisir”, setelah penggunaan shampoo.

Page 12: Antidandruff Shampoo

3. Evaluasi Sampo

Setelah sediaan sampo sudah jadi, perlu dilakukan pengujian untuk

penjaminan kualitas sampo tersebut. Beberapa uji yang dilakukan pada sampo

diantaranya adalah :

a. Penampilan fisik

Penampilan fisik sampo haruslah menarik, homogen, tidak pecah, dan

mampu membentuk busa.

b. pH

pH sampo sangat penting untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas

rambut, meminimalkan iritasi pada mata dan menstabilkan keseimbangan ekologis

kulit kepala. Uji pH sampo dapat dilakukan menggunakan pH meter maupun kertas

pH.

c. Viskositas

Uji viskositas sampo dilakukan menggunakan viskosimeter Brookfield.

Viskositas sampo akan berpengaruh pada saat filling ke wadah, proses

pencampuran, dan pada saat pemakaian.

d. Kemapuan dan stabilitas busa

Uji kemampuan dan stabilitas busa dari sampo dilakukan denga metode

cylinder shake. Caranya yaitu dengan memasukkan 50 ml sampo 1% ke dalam

tabung reaksi 250 ml kemudian dikocok kuat selama 10 kali. Total volume dari isi

busa diukur dan diamati penurunan dan stabilitas busanya (Kumar, 2010).

Evaluasi Sediaan Sampo Antiketombe

1. Pengamatan Organoleptis

Analisis organoleptis dilakukan dengan mengamati perubahan-perubahan

bentuk, bau, dan warna sediaan sampo antiketombe yang mengandung berbagai

konsentrasi ekstrak kubis. Pengamatan dilakukan setiap minggu selama 8 minggu

penyimpanan.

2. Pengukuran Tinggi Busa

Sediaan sampo antiketombe yang mengandung berbagai konsentrasi ekstrak

kubis dibuat larutannya 1% dalam air. Kemudian dimasukkan kedalam gelas ukur

bertutup, dan dikocok selama 20 detik dengan cara membalikkan gelas ukur secara

Page 13: Antidandruff Shampoo

beraturan. Kemudian diukur tinggi busa yang terbentuk. Pengukuran dilakukan

setiap minggu selama 8 minggu penyimpanan.

3. Pengukuran pH

Pengukuran pH sediaan sampo antiketombe dengan berbagai konsentrasi

ekstrak kubis dilakukan dengan menggunakan pH meter digital, dengan cara terlebih

dahulu diencerkan dengan air suling dengan perbandingan 1 : 10. Elektroda pada

pH meter digital dicelupkan ke dal am larutan sampai menunjukkan angka yang

stabil. Pengukuran dilakukan seminggu sekali selama 8 minggu penyimpanan.

4. Pengukuran Viskositas

Pengukuran viskositas dilakukan dengan menggunakan alat Brookfield.

Caranya adalah dengan menempatkan sediaan sampo antiketombe yang akan

diperiksa dalam gelas piala (±200 mL), kemudian diletakkan dibawah alat viskometer

Brookfield model LV dengan tongkat pemutar (spindel) yang sesuai. Spindel

dimasukkan ke dalam sediaan sampai terendam. Pengukuran dilakukan setiap

minggu selama 8 minggu penyimpanan.

5. Pengukuran Tegangan Permukaan

Pengukuran Tegangan Permukaan sediaan sampo antiketombe dengan

berbagai konsentrasi ekstrak kubis dilakukan dengan menggunakan alat

Stalagnometer (metode berat tetes), sebagai berikut :

a. Menentukan kerapatan air (sebagai standar) dan kerapatan sediaan sampo

antiketombe dengan berbagai konsentrasi ekstrak kubis menggunakan Piknometer.

b. Memasukkan air ke dalam Stalagnometer.

c. Memasukkan Stalagnometer ke dalam termostat pada temperatur sebesar 250C.

d. Menghitung jumlah tetesan yang jatuh dari Stalagnometer.

e. Pengukuran dilakukan setiap minggu selama 8 minggu penyimpanan.

6. Pengujian Aktivitas Sediaan Sampo Antiketombe

Aktivitas antijamur ekstrak etanol dalam bentuk sediaan sampo diujikan

kembali terhadap jamur M. furfur menggunakan prosedur yang sama seperti pada uji

aktivitas ekstrak etanol kubis.

Uji Keamanan Sediaan Sampo

1. Uji Tempel (Patch Test)

Uji keamanan sediaan sampo antiketombe dengan berbagai konsentrasi

ekstrak kubis dilakukan dengan cara mengoleskan sediaan sampo pada kulit

Page 14: Antidandruff Shampoo

punggung kelinci, bulu dilokasi tersebut dikerok seluas lebih kurang 25 cm. Sediaan

sampo yang akan diuji dibuat menjadi larutan 2% dalam air, kemudian baru

dioleskan ke lokasi lekatan. Lokasi lekatan dibiarkan terbuka selama 24 jam, dan

reaksi kulit yang terjadi diamati. Pengamatan dilakukan setiap hari selama 3 hari

berturut-turut.

2. Uji Iritasi terhadap Mata

Sebagai binatang percobaan digunakan mata kelinci, dan sebagai sediaan uji

adalah larutan sediaan sampo 10% dalam air. Sebanyak 0,1 mL sediaan yang telah

diencerkan, diteteskan ke dalam salah satu kelopak mata kelinci dan kelopak mata

yang satunya lagi digunakan sebagai kontrol. Pengamatan dilakukan dengan

pertolongan lampu senter selama 1 – 7 hari setelah penetesan, meliputi reaksireaksi

yang terjadi pada kornea, iris, dan konjungtiva mata.

Reaksi yang terjadi pada kornea, terlihat dengan adanya kekeruhan pada iris

dan berubahnya ukuran pupil atau bahkan adanya pendarahan pada iris. Sedangkan

reaksi yang terjadi pada konjungtiva adalah timbulnya kemerahan, pembengkakan,

dan penutupan kelopak mata.

Page 15: Antidandruff Shampoo

C. KESIMPULAN

1. Sampo adalah sediaan cair semi padat yang mengandung surfaktan dalam

bentuk yang cocok dan berguna untuk menghilangkan kotoran dan lemak yang

melekat pada rambut dan kulit kepala agar tidak membahayakan rambut, kulit

kepala, dan kesehatan si pemakai.

2. Formula sampo setidaknya mengadung bahan yang berfungsi sebagai detergent

(surfaktan), thickeners dan foaming agent, dan conditioning agent. Selain itu kadang

juga ditambahkan bahan yang berfungsi sebagai pengawet, parfum, pengatur pH,

pengatur viskositas dan antimikroba.

3. Sampo dibuat dengan cara pengadukan yang sederhana, kadang perlu disertai

peningkatan suhu agar mudah tercampur dan menurunkan viskositas sampo pada

saat pencampuran.

4. Evaluasi sampo meliputi evaluasi penampilan fisik, pH, viskositas, dan

kemampuan dan stabilitas busa.

Page 16: Antidandruff Shampoo

Daftar Pustaka

Kumar, Ashok., Mali, Rakesh Roshan., 2010, EVALUATION OF PREPARED

SHAMPOO FORMULATIONS AND TO COMPARE FORMULATED

SHAMPOO WITH MARKETED SHAMPOOS, International Journal of

Pharmaceutical Sciences Review and Research, Volume 3, Issue 1, July –

August 2010; Article 025.

Mottram, F.J., Lees, C.E., 2000, Hair Sampoos in Poucher's Perfumes, Cosmetics

and Soaps, 10th Edn, Butler, H. (ed), Kluwer Academic Publishers. Printed

in Great Britain.

Visvanathan, C., 2007, Shampoo Production, asian institute of technology School of

environment, resources and development Environmental engineering and

management program, Thailand.

Bayo and Kouichi Goka, 2005, Unexpected effects of zinc pyrithione and

imidacloprid on Japanese medaka fish (Oryzias latipes), Matsuda.

Boekhout, T., M. Kamp, and E. Gueho. 1998. Molecular typing of Malassezia

species with PFGE and RAPD. Med Mycol. 36:365-372.

Dalimartha, S., 2000, Atlas Tumbuhan Obat Indonesia, Jilid III, Puspa Swara,

Jakarta. Hlm 70-73.

Harahap, M, 1990. Penyakit kulit. Penerbit: PT Gramedia. Jakarta

Harborne, J. B., 1987, Metode Fitokimia: penuntun cara modern menganalisis

tumbuhan, cetakan ke 2, penerjemah: Iwang Soediro, Penerbit ITB,

Bandung. Hlm 13, 14, 15.

Hutapea, J. R. & Syamsuhidayat, S. S., 1991, Inventaris Tanaman Obat Indonesia,

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan

Republik Indonesia, Jakarta. Hlm 167-168.

Toruan, T. 1989. Ketombe dan Penanggulangannya. Jakarta : Pustaka.

Vincent, Yamaguchi. 1998. Sayuran Dunia 2. Prinsip, Produksi dan Gizi. Edisi 2.

Penerbit ITB. Bandung