asuhan keperawatan klien dengan meningitis

23
ASUHAN KEPERAWATAN DAN HEALTH EDUCATION PADA PATOLOGI NEUROLOGI PADA ANAK (MENINGITIS) Kasus: Seorang An. A berusia 5 th datang ke IRD RS.B dengan keluhan demam tinggi dan kejang. Demam dirasakan 4 hari SMRS, tetap tinggi dengan pemberian obat penurun panas. Akhirnya kx.diberikan antibiotik oleh ibunya yang dibeli di apotek tanpa resep dokter. Kejang dan muntah proyektil sejak tadi pagi SMRS. Setelah dilakukan anamnesa, kx. pernah memiliki riwayat terkena infeksi saluran nafas atas. Ibu dan Kakek kx. memiliki riwayat terkena TB, klien belum mendapatkan imunisasi BCG sejak lahir. Hasil pemeriksaaan fisik : Tax : 39,5°C, HR : 50-60x/menit, RR : 30x/menit, produksi sputum (+), ronchi (+). Kesadaran : somnolen. Tanda rangsang meningeal (+) 1. Jelaskan definisi gangguan neurologis yang dialami oleh klien! Pembahasan: Meningitis adalah peradangan yang terjadi di ruang subarakhnoid dan meningen, dimana meningen itu adalah membran atau selaput yang melapisi otak dan medula spinalis, dapat disebabkan berbagai organisme seperti virus, bakteri ataupun jamur yang menyebar masuk kedalam darah dan berpindah kedalam cairan otak. Meningitis selanjutnya diklasifikasikan sebagai asepsis, sepsis, dan tuberkulosa. Meningitis aseptik mengacu pada salah satu meningitis virus

Upload: yusi-yukiss-finie

Post on 08-Aug-2015

310 views

Category:

Documents


27 download

DESCRIPTION

hasil sgd dengan teman-teman dengan bolak balik buku dan browsingan.

TRANSCRIPT

ASUHAN KEPERAWATAN DAN HEALTH EDUCATION

PADA PATOLOGI NEUROLOGI PADA ANAK

(MENINGITIS)

Kasus:

Seorang An. A berusia 5 th datang ke IRD RS.B dengan keluhan demam tinggi dan kejang.

Demam dirasakan 4 hari SMRS, tetap tinggi dengan pemberian obat penurun panas.

Akhirnya kx.diberikan antibiotik oleh ibunya yang dibeli di apotek tanpa resep dokter.

Kejang dan muntah proyektil sejak tadi pagi SMRS. Setelah dilakukan anamnesa, kx. pernah

memiliki riwayat terkena infeksi saluran nafas atas. Ibu dan Kakek kx. memiliki riwayat

terkena TB, klien belum mendapatkan imunisasi BCG sejak lahir. Hasil pemeriksaaan fisik :

Tax : 39,5°C, HR : 50-60x/menit, RR : 30x/menit, produksi sputum (+), ronchi (+).

Kesadaran : somnolen. Tanda rangsang meningeal (+)

1. Jelaskan definisi gangguan neurologis yang dialami oleh klien!

Pembahasan:

Meningitis adalah peradangan yang terjadi di ruang subarakhnoid dan meningen,

dimana meningen itu adalah membran atau selaput yang melapisi otak dan medula

spinalis, dapat disebabkan berbagai organisme seperti virus, bakteri ataupun jamur yang

menyebar masuk kedalam darah dan berpindah kedalam cairan otak. Meningitis

selanjutnya diklasifikasikan sebagai asepsis, sepsis, dan tuberkulosa. Meningitis aseptik

mengacu pada salah satu meningitis virus atau menyebabkan iritasi meningen yang

disebabkan oleh abses otak, ensefalitis, limfoma, leukimia, atau darah diruang

subarakhnoid. Meningitis sepsis menunjukkan meningitis yang disebabkan oleh

organisme bakteri seperti meningokokus, stafilokokus, atau basilus influenza. Meningitis

tuberkulosa disebabkan oleh basilus tuberkel.

Gangguan neurologis yang dialami oleh An. A adalah Meningitis Bakterial.

Meningitis bakterial merupakan radang pada meningen (membrane yang mengelilingi

otak dan medulla spinalis) yang disebabkan oleh bakteri. An.A dapat diakatakan

mengalami Meningitisi karena pada An.A terdapat gejala berupa demam tinggi yang

merupakan gejala awal dan umumnya tetap ada selama perjalanan penyakit; adanya

kejang yang juga berhubungan dengan meningitis dimana kejang ini terjadi sekunder

akibat area fokal kortikal yang peka; adanya perubahan karakteristik tanda-tanda vital

(Tax: 39,50C [normal: 36-370C], HR: 50-60x/menit [normal:80-120x/menit], muntah dan

somnolen (salah satu dari penurunan tingkat kesadaran) merupakan tanda-tanda

peningkatan TIK sekunder akibat eksudat purulen dan edema serebral; perubahan tingkat

kesadaran juga dihubungkan dengan meningitis bakteri yang perubahannya tergantung

dari beratnya penyakit; adanya tanda rangsang meningeal (+) yang merupakan sejumlah

tanda yang mudah dikenali yang umumnya terlihat pada semua tipe meningitis; serta

adanya farktor predisposisi yaitu kx pernah memiliki riwayat terkena infeksi saluran nafas

atas. (Brunner & Suddarth, 2001;2176)

2. Apakah etiologi dari gangguan neurologis yang dialami oleh An.A?

Pembahasan:

Meningitis yang disebabkan oleh virus umumnya tidak berbahaya, akan pulih

tanpa pengobatan dan perawatan yang spesifik. Namun Meningitis disebabkan oleh

bakteri bisa mengakibatkan kondisi serius, misalnya kerusakan otak, hilangnya

pendengaran, kurangnya kemampuan belajar, bahkan bisa menyebabkan kematian.

Sedangkan Meningitis disebabkan oleh jamur sangat jarang, jenis ini umumnya diderita

orang yang mengalami kerusakan immun (daya tahan tubuh) seperti pada penderita

AIDS.

Bakteri yang dapat mengakibatkan serangan meningitis diantaranya:

a. Streptococcus pneumonia (pneumococcus)

Bakteri ini yang paling umum menyebabkan meningitis pada bayi ataupun anak-anak.

Jenis bakteri ini juga yang bisa menyebabkan infeksi pneumonia, telinga dan rongga

hidung (sinus).

b. Neisseria meningitidis (meningococcus)

Bakteri ini merupakan penyebab kedua terbanyak setelah Streptococcus pneumoniae,

Meningitis terjadi akibat adanya infeksi pada saluran nafas bagian atas yang

kemudian bakterinya masuk kedalam peredaran darah.

c. Haemophilus influenzae (haemophilus)

Haemophilus influenzae type b (Hib) adalah jenis bakteri yang juga dapat

menyebabkan meningitis. Jenis bakteri ini sebagai penyebabnya infeksi pernafasan

bagian atas, telinga bagian dalam dan sinusitis. Pemberian vaksin (Hib vaccine) telah

membuktikan terjadinya angka penurunan pada kasus meningitis yang disebabkan

bakteri jenis ini.

d. Listeria monocytogenes (listeria)

Ini merupakan salah satu jenis bakteri yang juga bisa menyebabkan meningitis.

Bakteri ini dapat ditemukan dibanyak tempat, dalam debu dan dalam makanan yang

terkontaminasi. Makanan ini biasanya yang berjenis keju, hot dog dan daging

sandwich yang mana bakteri ini berasal dari hewan lokal (peliharaan).

e. Bakteri lainnya yang juga dapat menyebabkan meningitis adalah Staphylococcus

aureus dan Mycobacterium tuberculosis.

3. Sebutkan manifestasi klinis yang khas pada gangguan neurologis yang dialami An.A!

Pembahasan:

Manifestasi klinis yang khas pada gangguan neurologis yang dialami An.A, yaitu:

a. Sakit kepala dan demam adalah gejala awal yang sering. Sakit kepala duhubungkan

dengan meningitis yang selalu berat dan sebagai akibat iritasi meningen. Demam

umumnya ada dan tetap tinggi selama perjalanan penyakit.

b. Perubahan pada tingkat kesadaran dihubungkan dengan meningitis bakteri.

Disorientasi dan gangguan memori biasanya merupakan awal adanya penyakit.

Perubahan yang terjadi bergantung pada beratnya penyakit,demikian pula respons

individu terhadap proses fisiologik,

c. Iritasi meningen mengakibatkan sejumlah tanda yang mudah dikenali yang umunya

terlihat pada semua tipe meningitis.

d. Kejang dan peningkatan TIK juga berhubungan dengan meningitis. Kejang terjadi

sekunder akibat area fokal kortikal yang peka. Tanda-tanda peningkatan TIK

sekunder akibat esksudat purulen dan edema serebral terdiri dari perubahan

karakteristik tanda-tanda vital, pernafasan tidak teratur, sakit kepala, muntah dan

penurunan tingkat kesadaran.

e. Infeksi luminating terjadi pada sekita 10% pasien dengan meningitis meningokokus,

dengan tanda-tanda septikemia : demam tinggi yang tiba-tiba muncul lesi purpura

yang menyebar, syok dan tanda-tanda kuagulopati intravaskular diseminata (KID).

4. Sebutkan dan jelaskan tanda-tanda rangsang meningeal yang dialami kx!

Pembahasan:

a. Kaku kuduk:

Cara: Pasien tidur telentang tanpa bantal.

Tangan pemeriksa ditempatkan dibawah kepala pasien yang sedang berbaring,

kemudian kepala ditekukan ( fleksi) dan diusahakan agar dagu mencapai dada.

Selama penekukan diperhatikan adanya tahanan. Bila terdapat kaku kuduk kita

dapatkan tahanan dan dagu tidak dapat mencapai dada. Kaku kuduk dapat bersifat

ringan atau berat.

Hasil pemeriksaan:

Leher dapat bergerak dengan mudah, dagu dapat menyentuh sternum, atau fleksi leher

normal.

Adanya regiditas leher dan keterbatasan gerakan fleksi leher kaku kuduk

A.Sewaktu mengangkat kepala, badan ikut terangkat.

B.Gerakan leher kanan atau kiri tidak ada gangguan

C.Gerakan dorsofleksi tidak ada tahanan

b. Brudzinski I:

Car: Pasien berbaring dalam sikap terlentang, dengan tangan yang ditempatkan

dibawah kepala pasien yang sedang berbaring, tangan pemeriksa yang satu lagi

sebaiknya ditempatkan didada pasien untuk mencegah diangkatnya badan kemudian

kepala pasien difleksikan sehingga dagu menyentuh dada.

Hasil Pemeriksaan :

Test ini adalah positif bila gerakan fleksi kepala disusul dengan gerakan fleksi di

sendi lutut dan panggul kedua tungkai secara reflektorik.

c. Kernig:

Pada pemeriksaan ini , pasien yang sedang berbaring difleksikan pahanya pada

persendian panggul sampai membuat sudut 90 derajat. Setelah itu tungkai bawah

diekstensikan pada persendian lutut sampai membentuk sudut lebih dari 135 derajat

terhadap paha. Bila teradapat tahanan dan rasa nyeri sebelum atau kurang dari sudut

135 derajat, maka dikatakan kernig sign positif.

d. Brudzinski II:

Cara: Pasien berbaring terlentang. Tungkai yang akan dirangsang difleksikan pada

sendi lutut, kemudian tungkai atas diekstensikan pada sendi panggul.

Hasil Pemeriksaan:

Bila timbul gerakan secara reflektorik berupa fleksi tungkai kontralateral pada sendi

lutut dan panggul ini menandakan test ini postif.

e. Opistotonus (+)

Opistotonus yaitu tengkuk kaku dalam sikap kepala tertengadah dan punggung dalam

sikap hiperekstensi.

f. Nyeri punggung (+)

Low Back Pain Abstrak Low Back Pain (LBP) / Nyeri Punggung bawah (NBP)

adalah rasa nyeri yang dirasakan di daerah punggung bawah, yaitu di daerah lumbo

sakral dan sakroiliakal. LBP dapat menyebabkan atau dapat merupakan nyeri lokal

maupun nyeri radikuler maupun keduanya. LBP ini sering disertai dengan penjalaran

nyeri ke arah tungkai dan kaki. Mobilitas pungung bawah sangat tinggi , disamping

itu juga menyangga beban tubuh, dan sekaligus sangat berdekatan dengan jaringan

lain yaitu traktus digestivus dan traktus urinarius. Kedua jaringan atau organ ini jika

megalami perubahan patologik tertentu dapat menimbulkan nyeri yang dirasakan di

daerah punggung bawah. LBP yang lebih dari 6 bulan disebut kronik.

5. Jelaskan patofisiologi sampai timbul manifestasi klinis dari gangguan neurologis yang

dialami An.A!

Pembahasan:

a. Pada meningitis bakteri, bakteri masuk ke meninges melalui aliran darah dan

menyebar melalui CSS, meninges dapat terinfeksi secara langsung melalui trauma

atau bedah neurologi.

b. Patogen bertindak sebagai toksin, menimbulkan respons inflamasi meningeal dan

pelepasan eksudat. Eksudat dapat menutupi pleksus koroid dan menyumbat vili

araknoid, sehingga mengakibatkan hidosefalus.

c. Kongesti vaskular dan inflamasi menyebabkan edema serebral yang dapat

meningkatkan tekanan intrakranial (TIK). Nekrosis sel-sel otak dapat menyebabkan

kerusakan permanen dan kematian.

d. Komplikasi antara lain hidrosefalus obstruktif, trombus pada vena meningeal atau

sinus vena, abses otak, ketulian, kebutaan, dan paralisis.

e. Meningitis meningokokus dapat menyebabkan sepsis meningokokus. Jika keadaannya

parah, mendadak, dan fulminaris disebut sebagai sindrom Waterhouse-Friderichsen

yang disertai karakteristik koagulasi intravaskular desiminata (DIC, disseminated

intravascular coagulation), perdarahan masif adrenal bilateral, dan purpura. Angka

mortalitas yang tinggi hampir 90%.

6. Apakah intervensi keperawatan awal yang harus diberikan saat anak datang dengan

keluhan kejang?

Pembahasan:

Pada waktu kejang pasien dimiringkan untuk mencegah aspirasi ludah atau

muntahan. Jalan napas harus bebas agar oksigennisasi terjami. Perhatikan keadaan vital

seperti kesadaran, tekanan darah, suhu, pernapasan dan fungsi jantung. Suhu tubuh tinggi

diturunkan dengan kompres air dan pemberian antipiretik.

Obat yang paling cepat menghentikan kejangadalah diazepam yang diberikan

intravena atau intrarektal. Dosis diazepam intravena 0,3-0,5 mg/kgBB/kali dengan

kecepatan 1-2 mg/menit dengan dosis maksimal 20 mg.

7. Buatlah asuhan keperawatan untuk klien di atas (analisa data, diagnosa keperawatan,

perencanaan) seseuai dengan NANDA, NIC, NOC!

Konsep Asuhan Keperawatan

a. Pengkajian

- Identitas:

Nama: An. A

Umur: 5 tahun

Jenis kelamin: -

BB/TB: -

- DS:

Ibu kx mengatakan demam 4 hari SMRS

Ibu kx mengatakan dirinya dan kakek kx mempunyai riwayat TB

Ibu kx mengatakan memberikan obat antibiotik

Ibu kx mengatakan kx belum mendapatkan imunisasi BCG sejak lahir

- DO:

Kx memiliki riwayat terkena infeksi saluran nafas atas

Tax: 39,5o C

HR: 50-60x/menit

RR: 30x/menit

Produksi sputum (+), ronchi (+), kesadaran (somnolen), tanda rangsang

meningeal (+)

b. Diagnosa

No Dx Tujuan & KH Intervensi Rasional Evaluasi 1 Hipertermi Setelah dilakukan

asuhan keperawatan selama 1 x 24 jam suhu dalam batas normal, dengan kriteria hasil: NOC label : Thermoregulation-Suhu tubuh dalam

rentang normal : 360C – 37,50 (skala 4)

-Demam kx berkurang (skala 4)

-Tidak terjadi kejang dan muntah (skala 3)

NIC label: Temperature regulation:a. Monitor suhu

minimal tiap 2 jamb. Monitor tekanan

darah, nadi, dan RR

c. Ajarkan indikasi hipertermi dan hipotermi, serta penanganan yang diperlukan

NIC label: Vital sign monitoringa. Monitor tekanan

darah, nadi, suhu, dan RR

b. Monitor Vital Sign saat pasien berbaring, duduk, atau berdiri

c. Identifikasi penyebab dan perubahan vital sign

Temperature regulation:a. Dapat memberi

intervensi dengan cepat dan tepat. Mengidentifikasi perubahan suhu akibat aktivitas.

b. Memberi pedoman untuk penanganan secara mandiri bagi klien

c. Memberi pedoman untuk menangani hipertermi dan hipotermi pada waktu yang tepat

Vital sign monitoringa. Memberi

pedoman untuk penggantian cairan dan mengkaji respon kardiovaskuler.

b. Mengkaji respon dan toleransi klien terhadap

S : Orang tua klien mengatakan sudah tidak merasa demam dan muntah lagiO : suhu tubuh klien normalA : tujuan tercapai sebagian P : lakukan intervensi lanjutan

perubahan aktivitas.

c. Indikator pemberian terapi dengan tepat.

No Dx Tujuan & KH Intervensi Rasional Evaluasi 2 Bersihan

jalan nafas yang tidak efektif berhubungan dengan penyumbatan saluran nafas ditandai dengan produksi sputum dan suara nafas ronchi

Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1 x24jam diharapkan jalan nafas pasien kembali efektif

NOC label : Respiratory Status: Airway PatencyDengan kriteria hasil: - Tingkat

pernapasan klien tidak mengalami penyimpangan dari batas normal (orang dewasa normal : 15-20x/menit) (5)

- Ritme pernapasan klien kembali normal (5)

- Kedalaman inspirasi tidak mengalami gangguan (5)

- Klien mampu untuk membersihakan sekresi (5)

NIC label: Temperature regulation:a. Monitor suhu

minimal tiap 2 jamb. Monitor tekanan

darah, nadi, dan RR

c. Ajarkan indikasi hipertermi dan hipotermi, serta penanganan yang diperlukan

NIC label: Vital sign monitoringa. Monitor tekanan

darah, nadi, suhu, dan RR

b. Monitor Vital Sign saat pasien berbaring, duduk, atau berdiri

c. Identifikasi penyebab dan perubahan vital sign

Temperature regulation:a. Dapat memberi

intervensi dengan cepat dan tepat. Mengidentifikasi perubahan suhu akibat aktivitas.

b. Memberi pedoman untuk penanganan secara mandiri bagi klien

c. Memberi pedoman untuk menangani hipertermi dan hipotermi pada waktu yang tepat

Vital sign monitoringa. Memberi

pedoman untuk penggantian cairan dan mengkaji respon kardiovaskuler.

b. Mengkaji respon dan toleransi klien terhadap perubahan aktivitas.

c. Indikator

S: orang tua klien mengatakan nafas yang lancarO: RR: 16 x/menit, ronchi (-), otot bantu pernafasan (-)

A: Tujuan Tercapai penuhP: Pertahankan kondisi pasien

pemberian terapi dengan tepat.

No Dx Tujuan & KH Intervensi Rasional Evaluasi 3 Resiko

cedera berhubungan dengan kejang

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x24 jam, diharapkan klien tidak mengalami cedera dengan:

NOC label: Risk ControlDengan kriteria hasil:- Klien terbebas

dari cedera- Klien mampu

menjelaskan cara / metode untuk mencegah cedera

- Klien mampu menjelaskan faktor resiko dari lingkungan / perilaku personal

- Klien mampu memodifikasi gaya hidup untuk mencegah cedera

- Klien mampu mengikuti strategi pengendalian resiko yang dipilih

- Klien mampu berpartisipasi dalam skrining untuk masalah kesehatan terkait

- Klien mampu mengenali perubahan status kesehatan

NOC Label : Personal Safety Behaviour

NIC Label: Environmental Management1. Menciptakan

lingkungan yang aman bagi pasien

2. Identifikasi kebutuhan keamanan pasien, sesuai dengan kondisi fisik dan fungsi kognitif pasien dan riwayat penyakit terdahulu pasien

3. Menghindarkan lingkungan yang berbahaya

4. Menyediakan tempat tidur yang nyaman dan bersih

5. Mengurangi rangsangan lingkungan

6. Menganjurkan keluarga untuk menemani pasien

7. Mengontrol lingkungan dari kebisingan

8. Mendidik pasien dan pengunjung tentang perubahan /tindakan pencegahan.

9. Memberikan penjelasan pada pasien dan keluarga atau pengunjung adanya perubahan status kesehatan dan penyebab penyakit.

NIC Label: Environmental Management1. Dapat

memberikan rasa nyaman bagi pasien

2. Dapat menurunkan resiko jatuh / trauma

3. Melindungi pasien jika kejang terjadi

4. Agar pasien merasa aman

5. Agar klien tidak terganggu

6. Meningkatkan perasaan tenang

7. Menurunkan reaksi terhadap stimulasi dari luar, ansietas, respons emosi yang berlebihan / bingung yang berlebihan dan meningkatkan istirahat/ relaksasi.

8. Untk meningkatkan pengetahuan pasien dan keluarga pasien mengenai penyakit meningitis tersebut, sehingga dapat dilakukan tindakan lebih lanjut.

9. Keluarga dapat

S: Keluarga mengatakan klien tidak mengalami kejang lagi

O: - Tidak terjadi

kejang Compos mentis.

- Klien tidak mengalami kejang.

- TTV pasien normal

A: Tujuan asuhan keperawatan tercapaiP: Intervensi dilanjutkan

Dengan criteria hasil

- Klien mampu menggunakan mekanika tubuh yang tepat

- Klien mampu menghindari perilaku beresiko tinggi

- Klien mampu melindungi diri dari cedera

melakukan tindakan ketika kejang terjadi.

No Dx Tujuan & KH Intervensi Rasional Evaluasi

4 Perfusi Jaringan serebral tidak efektif berhubungan dengan hipoksia

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam perfusi jaringan ke serebral klien menjadi efektif, dengan:

NOC label: Acute Confusion Level

Dengan kriteria hasil:

- Tidak mengalami disorientasi waktu

- Tidak mengalami Disorientasi tempat

- Tidak mengalami Disorientasi orang

- Tidak mengalami Gangguan kognitif

- Tidak mengalami Gangguan dalam ingatan

- Tidak mengalami kesulitan dalam mengikuti perintah kompleks

- Tidak mengalami kesulitan dalam mengartikan ucapan

NOC label: Tissue Perfution: Cerebral

NIC label: Intracranial Pressure (ICP)Monitoring1. Bandu dengan

menggunakan insersi alat monitor ICP

2. Sediakan informasi kepada keluarga dan orang yang berarti bagi pasien

3. Monitor tekanan perfusi serebral

4. Catat perubahan respon pasien terhadap rangsangan

5. Monitor tekanan intracranial pasien dan respon neurologis terhadap tindakan keperawatan

6. Monitor intake dan output pasien

7. Monitor area insersi terhadap infeksi

8. Monitor suhu dan jumlah WBC

9. Berikan antibiotic10. Berikan agen

farmakologi untuk mempertahankan ICP pada range

NIC label: Intracranial Pressure (ICP) Monitoring1. Untuk

memudahkan dalam mengetahui dan memonitor tekanan intracranial pasien.

2. Agar keluarga dan orang terdekat klien ikut membantu serta kooperatif selama tindakan keperawatan untuk kesembuhan pasien.

3. Untuk mengetahui dan mengawasi tekanan perfusi serebral pasien.

4. Untuk mengetahui apakah pasien mengalami perubahan rspon tertentu pada rangsangan.

5. Untuk

S: Klien mengatakan tidak mengalami sakit kepala lagi O: - TTV pasien

normalA: Tujuan asuhan keperawatan tercapaiP: Intervensi dihentikan.

Dengan kriteria hasil:

- Tekanan intracranial normal (0-10 mmHg)

- Tekanan darah sistolik normal

- Tekanan darah diastole normal

- Tidak mengalami sakit kepala

- Tidak mengalami muntah

- Tidak mengalami gangguan kognitif

- Tidak mengalami gangguan reflex neurologis

- Tidak mengalami agitasi

normal

NIC label: Neurogical Monitoring1. Monitor ukuran,

bentuk, kesimetrisan, dan reaktivitas pupil

2. Monitor tingkat kesadaran pasien

3. Monitor tingkat orientasi

4. Monitor GCS pasien

5. Monitor status pernafasan : ABC level, denyut oksimetri, kedalaman, pola, laju dan kekuatan

6. Monitor adanya respon Cushing

NIC label: Vital Sign Monitoring1. Monitor tekanan darah, nadi, suhu, dan status pernafasan

mengetahui adanya peningkatan intracranial dan perubahan neurologis.

6. Mengkaji keseimbangan cairan pasien.

7. Untuk mencegah infeksi pada area insersi.

8. Untuk mengetahui adanya tanda-tanda infeksi pada area insersi.

9. Digunakan apabila terdapat tanda-tanda infeksi.

10. Untuk menjaga ICP pada range normal.

NIC label: Neurogical Monitoring1. Untuk

mengetahui keadaan pupil dan respon pupil terhadap rangsangan

2. Untuk mengetahui tingkat kesadaran pasien

3. Untuk mengatahui apakah pasien mengalami disorientasi atau tidak

4. Untuk mengetahui tingkat kesadaran pasien

5. Untuk mengetahui

adanya perubahan status pernasan pasien

6. Untuk mengetahui adanya tanda-tanda peningkatan tekanan intracranial

NIC label: Vital Sign Monitoring1. Untuk

mengetahui tanda-tanda vital pasien meliputi tekanan darah, nadi, suhu dan status pernafasan

KESIMPULAN

Meningitis adalah peradangan yang terjadi di ruang subarakhnoid dan meningen, dimana

meningen itu adalah membran atau selaput yang melapisi otak dan medula spinalis, dapat

disebabkan berbagai organisme seperti virus, bakteri ataupun jamur yang menyebar

masuk kedalam darah dan berpindah kedalam cairan otak. Meningitis disebabkan oleh

bakteri bisa mengakibatkan kondisi serius, misalnya kerusakan otak, hilangnya

pendengaran, kurangnya kemampuan belajar, bahkan bisa menyebabkan kematian.

Sedangkan Meningitis disebabkan oleh jamur sangat jarang, jenis ini umumnya diderita

orang yang mengalami kerusakan immun (daya tahan tubuh) seperti pada penderita

AIDS. Bakteri yang dapat mengakibatkan serangan meningitis diantaranya:

a. Streptococcus pneumonia (pneumococcus)

b. Neisseria meningitidis (meningococcus)

c. Haemophilus influenzae (haemophilus)

d. Listeria monocytogenes (listeria)

e. Bakteri lainnya yang juga dapat menyebabkan meningitis adalah Staphylococcus

aureus dan Mycobacterium tuberculosis.

DAFTAR PUSTAKA

Aquilino, M.L., et al. 2004. Nursing Outcomes Classification (NOC). Fourt Edition.

Missouri: Mosby Elsevier.

Brunner dan Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal-Bedah. Edisi 8. Volume 2. Jakarta: EGC.

McCloskey, J.C. 2004. Nursing Interventions Classification (NIC). Fourth Edition. Missouri:

Mosby Elsevier.

NANDA International. 2010. Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC.