bab i pendahuluan a. latar belakangrepository.poltekkes-kdi.ac.id/954/2/vina v.pdf · patogen dari...
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Badan Kesehatan Dunia (WHO,2014) menyatakan Salmonella adalah
genus bakteri yang merupakan penyebab utama penyakit bawaan makanan
diseluruh dunia. Sampai saat ini masih terbatasnya studi dilaboratorium, dan
kurangnya penyelidikan Salmonellosis dinegara berkembang membuat resiko
penyakit akibat infeksi Salmonella ini semakin besar.
Salmonella adalah jenis bakteri yang bersifat gram negatif, berbentuk
batang bergerak serta mempunyai tipe metabolisme yang bersifat fakultatif
anaerob (Buckle, 1987 : 76). Bahan pangan yang biasa tercemar oleh bakteri
Salmonella yaitu daging ternak, produk susu mentah, buah-buahan, sayur-
sayuran, makanan siap saji dan telur.
Bakteri Salmonella biasanya ditemukan pada bahan pangan yang
mengandung protein cukup tinggi, dimana protein yang cukup tinggi ini
merupakan media yang baik bagi pertumbuhan mikroorganisme. Salah satu
jenis bahan pangan yang mengandung protein tinggi adalah telur. Dalam
keadaan tertentu atau dalam jumlah yang melebihi batas, mikroorganisme
yang berada dalam telur tersebut dapat menyebabkan keracunan bagi yang
mengkonsumsinya. Kemungkinan keracunan akan lebih tinggi pada
konsumen yang mengkonsumsi telur mentah, misalnya sebagai campuran
jamu, karena mikroorganisme yang berada dalam telur tidak mengalami
proses pematangan (Setiawan,2008).
Hasil Monitoring dan surveilans yang dilakukan oleh Yogaswara dan
Setia (2005) mendapatkan hasil bahwa pada tahun 2003-2004 terdapat 9
kasus cemaran Salmonella pada telur di Indonesia. Keadaan ini tampaknya
sesuai dengan temuan Nugroho (2006) yang melaporkan bahwa cemaran
Salmonella di Sleman Yogyakarta mencapai 1,4% pada telur. Hasil penelitian
juga dilaporkan oleh Rohaeni dan Suryana (2005) bahwa 2 sampel telur
konsumsi di Pasar Albio Kabupaten Hulu Sungai Utara Kalimantan Selatan
ditemukan adanya bakteri Salmonella.
2
Penyakit diare ini terjadi akibat mengkonsumsi bahan pangan yang
terkontaminasi Salmonella, dimana salah satu bahan pangan yang sering
terkontaminasi oleh Salmonella adalah telur, sehingga apabila seseorang
mengkonsumsi bahan pangan tersebut maka seseorang dapat mengalami diare
atau gastroenteritis.
Kasus penyakit diare akibat Salmonella di Sulawesi Tenggara tahun
2012 masih menjadi masalah kesehatan masyarakat, walaupun secara umum
angka kesakitan dan kematian diare yang dilaporkan oleh sarana pelayanan
kesehatan mengalami penurunan, namun demikian diare sering menimbulkan
Kejadian Luar Biasa (KLB) dan berujung pada kematian. Jumlah perkiraan
kasus diare akibat Salmonella di Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2012
berjumlah 96.644 kasus dari total penduduk 2.310.083 jiwa. Total diare yang
ditangani Tahun 2012 sebesar 60.48%.
Berdasarkan hasil observasi yang penulis lakukan di Pasar Kota
Kendari yang terdiri dari Pasar Sentral Kota, Pasar Mandonga, Pasar Lawata,
Pasar Anduonohu, Pasar Panjang dan Pasar Baruga terdapat105 penjual telur,
dimana rata-rata dari penjual telur tersebut masih menjual telur yang
disimpan lebih dari 2 minggu untuk dijual. Lama penyimpanan telur di pasar
yaitu 1-2 minggu, apabila penyimpanannya lebih dari 2 minggu dan
penanganannya tidak dilakukan dengan baik maka, kemungkinan besar telur
dapat terkontaminasi oleh Salmonella dan dapat menyebabkan diare bagi
yang mengkonsumsinya.
Sehingga, dari uraian tersebut penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Identifikasi Bakteri Salmonella Pada Telur Yang
Dijual Di Pasar Kota endari”.
B. Rumusan Masalah
Apakah terdapat Bakteri Salmonella pada Telur Di Pasar Kota Kendari?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengidentifikasi keberadaan bakteri Salmonella pada telur
di Pasar Kota Kendari.
3
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui kekeruhan yang terjadi pada mediaBrain Heart
Infusion Broth(BHIB).
b. Untuk mengetahui koloni pada mediaSalmonella Shigella Agar(SSA).
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi institusi
Untuk menambah referensi bagi akademik dan sebagai acuan bagi
peneliti selanjutnya.
2. Bagi peneliti
Untuk menambah pengetahuan dan pengalaman penulis dalam
mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh selama pendidikan.
3. Bagi masyarakat
Sebagai bahan informasi kepada masyarakat dalam mencegah dan
menanggulangi penyakit yang disebabkan oleh bakteri Salmonella.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tentang Telur
1. Pengertian Telur
Telur merupakan salah satu bahan makanan yang paling praktis
digunakan, karena tidak memerlukan pengolahan yang sulit dan mudah di
dapat. Dari sekian banyak telur yang kita kenal di antaranya adalah telur
ayam ras, telur ayam kampung, telur itik/bebek dan telur puyuh (Dian
Saraswati, 2012).
Telur mempunyai beberapa keunggulan, yakni selain mengandung
zat gizi yang diperlukan oleh tubuh, telur juga memiliki rasa yang enak,
mudah dicerna, dan dapat diolah menjadi berbagai macam produk
makanan. Keunggulan telur ini akan bertahan lama apabila ditunjang oleh
kualitas telur itu sendiri. Menurut Sudaryani (2003 : 12) bahwa “Secara
keseluruhan kualitas telur tergantung pada kualitas telur bagian dalam (isi
telur) dan kualitas telur bagian luar (kulit telur)”. Telur tergolong bahan
yang mudah mengalami kerusakan.
2.Struktur Telur
Telur unggas umumnya memiliki bentuk hampir bulat sampai
lonjong. Perbedaan bentuk itu dapat terjadi karena adanya berbagai faktor
yang mempengaruhi antara lain sifat genetik (keturunan), umur hewan
sewaktu bertelur, sifat-sifat fisiologis waktu bertelur, dan sifat-sifat
fisiologis yang terdapat pada sang induk (Sarwono, 1994 : 5). Selain
bentuk, ukuran telur juga bermacam-macam ada yang telur isinya berat,
adapula yang ringan. Semua jenis telur unggas mempunyai stuktur yang
sama.
Struktur telur terdiri atas kulit telur, lapisan telur (kutikula),
membran kulit telur, putih telur (albumen), kuning telur (yolk), bakal anak
ayam (germ spot), dan kantong udara (Winarno, 2002 : 2). Umumnya
semua jenis telur unggas dan hewan lain yang dalam
5
perkembangbiakkannya dengan cara bertelur mempunyai struktur yang
sama.
a. Kulit Telur
Kulit telur merupakan bagian telur yang paling keras,
permukaannya halus dan juga mempunyai warna kulit yang berbeda-
beda (kulit telur ayam berwarna putih, kuning, sampai coklat, telur itik
berwarna kehijauan dan warna kulit telur burung puyuh ditandai
dengan adanya bercak-bercak dengan warna tertentu). Kulit telur
terdiri dari 4 bagian yaitu lapisan kutikula, lapisan kulit terang, lapisan
mamilaris, dan lapisan membran. Menurut Sarwono (1994 : 8) bahwa
“Lapisan kutikula merupakan lapisan paling luar yang menyelubungi
seluruh permukaan telur”. Kulit telur selain terdiri dari bagian yang
sangat kuat dan kaku, juga kulit telur berfungsi sebagai penghalang
atau penjaga isi telur dari serangan bakteri perusak dari luar. Kulit telur
yang sedikit saja mengalami kerusakan (retak/berlubang), akan
memudahkan mikroba masuk dan dapat membusukkan seluruh isi
telur. Padabagian kulit telur terdapat banyak pori-pori dengan besar
yang berbeda-beda. Menurut Winarno (2002 : 3) bahwa “Jumlah pori-
pori telur bervariasi antara 100-200 buah per cm”. Setiap cm kulit telur
ayam atau bebek terdapat 7500 buah pori dengan penyebaran yang
berbeda-beda. Menurut Mustadi (124 : 125) bahwa “Ukuran pori telur
ayam dan bebek memiliki lebar 9-38 mikron dan panjang 13-54
mikron”. Dengan banyaknya pori-pori dan ukuran bakteri lebih kecil
dari pori menyebabkan bakteri dapat masuk ke dalam bagian telur.
b. Putih Telur
Putih telur terdapat di antara kulit telur dan kuning telur. Bagian
putih telur ini sering disebut dengan albumin. Pada putih telur ini lebih
banyak mengandung protein. Menurut Sarwono (1994 : 10) bahwa
“Putih telur mengandung lima jenis 13 protein, yakni ovalbumin,
ovomakoid, ovomucin, ovokonalbumin, dan ovoglobulin. Ovolbumin
merupakan zat protein yang paling banyak terdapat pada bagian putih
6
telur, yaitu dapat mencapai sekitar 75%”. Bagian putih telur terdiri atas
tiga lapisan yang berbeda, yaitu lapisan tipis putih telur bagian dalam
(30%), lapisan tebal putih telur (50%), dan lapisan tipis telur luar
(20%). Pada telur segar, lapisan putih telur tebal bagian ujungnya akan
menempel pada kulit telur. Putih telur tebal dekat kuning telur
membentuk struktur seperti label yang disebut kalaza. Di bagian putih
telur juga terdapat protein antimikroba yang disebut lisozim. Fungsi
protein tersebut adalah membantu memperlambat proses kerusakan
telur.
c. Kuning Telur
Kuning telur merupakan bagian yang paling penting pada isi
telur. Kuning telur ini umumnya banyak disukai oleh masyarakat.
Karena mempunyai nilai gizi yang tinggi dan rasanya yang enak.
Menurut Sarwono (1994 : 12) bahwa “Komposisi gizi kuning telur
terdiri dari air, protein, lemak, karbohidrat, mineral, dan vitamin”.
Kuning telur berbatasan dengan putih telur dan dibungkus oleh suatu
lapisan yang disebut membran vitelin. Membran ini tersusun oleh
protein yang disebut keratin. Keratin umumnya kuning telur berbentuk
bulat, berwarna kuning atau orange terletak pada pusat telur dan
bersifat elastis. Warna kuning pada kuning telur disebabkan oleh
kandungan santrofil yang berasal dari makanan ayam. Pigmen lain
yang banyak terdapat di dalamnya adalah pigmen karatenoid. Kuning
telur pada telur segar berbentuk utuh dikelilingi oleh membran vitelin
yang kuat. Sebenarnya, kuning telur tersusun atas dua lapisan yaitu
lapisan 14 putih dari kuning telur dan lapisan kuning dari kuning telur.
Kedua lapisan tersebut memiliki pusat yang sama.
3. Nilai Gizi Telur
Telur merupakan salah satu bahan pangan yang paling lengkap
gizinya. Pada umumnya telur mengandung komponen utama yang terdiri
atas air, protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral. Aryasutami
7
(1994 : 7) menjelaskan bahwa “Telur merupakan sumber protein terbaik
karena mengandung semua unsur asam amino esensial yang dibutuhkan
oleh tubuh”. Asam amino sangat penting untuk tubuh manusia, karena tidak
dapat dibentuk sendiri oleh tubuh, sehingga harus dipenuhi oleh makanan.
Menurut Hariyoto (1996 : 10) bahwa “Kandungan gizi sebutir telur seberat
100 gram terdiri dari protein 12,8 gram, karbohidrat 0,7 gram, lemak 11,5
gram, vitamin dan mineral.
4. Cara Penyimpanan Telur
Secara biologis kerusakan pada telur disebabkan oleh
mikroorganisme diantaranya adalah bakteri. Masuknya bakteri kedalam
telur kedalam telur setelah telur berada diluar tubuh induknya misalnya
berasal dari kotoran yang menempel pada kulit telur. Kotoran tersebut
diantaranya adalah tinja, tanah, atau suatu bahan yang banyak
mengandung bakteri perusak seperti Salmonella. Bakteri ini masuk ke
dalam telur melalui kulit telur yang retak atau menembus kulit setelah
lapisan tipis protein yang menutupi kulit telah rusak dan lubang-lubang
kecil yang terdapat pada permukaan telur yang disebut pori-pori (Pelczar
dan Chan, 2008).
Bakteri Salmonella dapat masuk dan mencemari telur melalui induk
yang terinfeksi, kontaminasi feses dan pembersihan kulit telur dari
kotoran, sistem pengemasan dan pengangkutan yang dapat mengakibatkan
kulit telur retak atau pecah, penyimpanan yang terlalu lama, dan
lingkungan sekitar yang tercemar (Frazier dan Westhoff, 1988; Jekti ,
1990; Purnama dan Yendri , 2007). Telur dapat bertahan selama 30 hari
tetapi harus dalam penyimpanan yang baik agar tidak tercemar oleh
bakteri patogen seperti Salmonella. Untuk mencegah kerusakan telur
diperlukan penyimpanan yang bertujuan untuk mencegah masuknya
patogen dari luar ke dalam isi telur dan menghambat patogen yang
mungkin ada di dalam isi telur untuk tumbuh dan memperbanyak diri.
Usaha mencegah kerusakan pada telur yang disebabkan oleh bakteri
dibutuhkan penanganan yang tepat agar nilai gizi tetap, tidak berubah rasa,
8
tidak berbau busuk. Salah satu cara mempertahankan mutu telur dalam
jangka waktu yang lama adalah dengan pendinginan (Pelczar dan Chan,
1988). Penurunan produksi telur pada suhu lingkungan tinggi dapat
mencapai 25% bila dibandingkan dengan yang dipelihara pada suhu
nyaman.
5. Cara Masuknya Bakteri Salmonella ke Dalam Telur
Menurut Prof. F. G. Winarno, Salmonella dapat masuk ke dalam telur
melalui dua cara, yaitu :
a. Secara langsung (vertikal), melalui kuning telur dan albumen (putih
telur) dari ovarium induk ayam yang terinfeksi Salmonella, dalam hal
ini biasanya terjadi apabila induk ayam terkena penyakit yang
disebabkan oleh bakteri Salmonella dan menghasilkan telur yang
terinfeksi ringan dan menghasilkan anak ayam yang bertahan hidup
dan tumbuh menjadi besar dan terus menerus mengeksresikan
Salmonella yang kemudian menghasilkan telur yang mengandung
Salmonella.
b. Secara Horizontal, dimana Salmonella masuk melalui pori-pori kulit
(cangkang), hal ini biasanya karena kotoran yang menempel pada kulit
telur, namun tidak ada ciri yang menunjukkan bahwa suatu telur telah
terkontaminasi Salmonella, karena Salmonella tidak menimbulkan
kerusakan pada telur.
B. Tinjauan Umum Tentang Bakteri
1. Pengertian bakteri
Bakteri berasal dari bahasa yunani “Bacterion” yang berarti batang
atau tongkat. Bakteri merupakan suatu kelompok mikroorganisme
prokariotik bersel tunggal yaitu tubuhnya terdiri atas sel yang tidak
mempunyai pembungkus inti. Bakteri berkembangbiak dengan membelah
diri, dan karena begitu kecil maka hanya dapat dilihat dengan menggunakan
mikroskop (Dian Saraswati, 2012).
Bakteri adalah salah satu golongan organisme prokariotik (tidak
mempunyai selubung inti), uniseluler, tidak berklorofil, saprofit atau parasit,
9
dan melakukan pembelahan biner. Bakteri sebagai mahluk hidup tentu
memiliki informasi genetik berupa DNA, tapi tidak terlokalisasi dalam
tempat khusus dan tidak ada membran inti (Harti, 2012).
2. Struktur bakteri
Struktur bakteri terdiri dari :
a. Inti/nukleus
Inti/nucleus merupakan badan inti tidak mempunyai dinding
inti/membran inti, di dalamnya terdapat benang DNA yang panjangnya
kira-kira 1 mm.
b. Sitoplasma
Sitoplasma tidak mempunyai mitokondria atau berkloroplas,
sehingga enzim-enzim untuk transport elektron bekerja di memran sel.
c. Membran sitoplasma
Membrane sitoplasma terdiri dari fosfolipid dan protein, berfungsi
sebagai transport bahan makanan, tempat transport elektron, biosintesis
DNA, dan komotaktik.
d. Dinding sel
Dinding sel terdiri dari peptidoglikan, berfungsi untuk menjaga
tekanan osmotik, pembelahan sel, biosintesis, determinan, antigen
permukaan bakteri. Pada bakteri Gram-negatif, salah satu lapisan
dinding sel mempunyai aktivitas endotoksin yang tidak spesifik, yaitu
lipopolisakarida yang bersifat toksik.
e. Kapsul
Kapsul disintesis dari polimer ekstra sel yang berkondensasi dan
menbentuk lapisan sel, sehingga bakteri lebih tahan terhadap efek
fagositosis. Flagel : bentuk seperti benang, yang terdiri dari protein
berukuran 12-30 nanometer. Flagel adalah alat pergerakan, protein flagel
disebut flagelin.
f. Pili/fimriae
Pili/fimriae berperan dalam adesi bakteri dengan sel tubuh hospes
dan konjugasi dua bakteri.
10
g. Endospora
Beberapa genus dapat membuat endospora. Bakteri-bakteri ini
mengadakan diferensiasi membentuk spora bila keadaan lingkungannya
menjadi jelek, misalnya bila medium disekitar kekurangan nutrisi. Spora
bersifat sangat resisten terhadap panas, kekeringan dan zat kimiawi. Bila
kondisi lingkungan telah baik, spora dapat kembali melakukan germinasi
dan memproduksi sel vegetatif (Irianto, 2012).
3. Bentuk Bakteri
Bentuk- bentuk bakteri ada 3 yaitu :
a. Bulat (cocus)
b. Batang (basil)
c. Spirilia(spiral, lengkung atau koma)
Bakteri dapat membentuk kumpulan sel (susunan sel) yaitu:
a. Bulat
Monokokus (sel bakteri kokus tunggal), Diplokokus (dua sel
bakteri kokus berdempetan), stapilokokus (lebih dari empat sel bakteri
kokus berdempetan seperti buah anggur), Streptokokus (lebih dari empat
sel bakteri kokus berdempetan membentuk rantai), tetrakokus (empat sel
bakteri kokus berdempetan membentuk kubus.
b. Batang
Monobasil (sel bakteri basil tunggal), diplobasil (dua sel bakteri basil
berdempetan), streptobasil (sel bakteri basil berdempetan membentuk
rantai).
c. Spirilia
Spiral (bentuk sel bergelombang), spiroseta (bentuk sel seperti
sekrup), vibrio (bentuk sel seperti tanda baca koma).
Bakteri umumnya monomorphic, karena faktor lingkungan (harti,
2012).
Adapun beberapa bakteri berbentuk batang (basil) diantaranya:
Mycobacterium Tuberculosa,Bacillus, dan Salmonella.
11
C. Tinjauan Umum Tentang Bakteri Salmonella
1. Pengertian Bakteri Salmonella
Salmonellaadalahbakteri berbentuk
batanglurus,gramnegatif,tidakberspora,bergerakdenganflagelperitrik,beruk
uran2-4µmx0.5-0,8µm. Salmonellatumbuh cepat dalam media yang
sederhana (Jawet’z, dkk, 2005). Hampirtidak
pernahmemfermentasilaktosadan sukrosa, membentuk asam
dankadanggasdariglukosadanmanosa,biasanya memporoduksi hidrogen
sulfide atau H2S,pada biakan agarkoloninya besarbergaristengah2-8
milimeter,bulatagakcembung,jernih,smooth,padamediaBAP
tidakmenyebabkanhemolisis,padamediaMacConcey koloni
Salmonellatidak memfermentasi laktosa (NLF),
konsistensinyasmooth(WHO,2003).
Salmonella tahan hidup dalam air yang di bekukan dalam waktu yang
lama, bakteri ini resisten terhadap bahan kimia tertentu (brilliant green,
sodium tetrathionat dan sodium deoxycholate) yang menghambat
pertumbuhan bakteri enterik lain (Geo.F Brooks. dkk.2010).
2. Morfologi Bakteri Salmonella
Salmonella memiliki panjang yang bervariasi. Sebagian besar isolate
bersifat motil dengan flagella peritriks. Salmonella mudah tumbuh pada
medium sederhana, tetapi hampir tidak pernah memfermentasi laktosa atau
sukrosa. Bakteri ini membentuk asam dan terkadang membentuk gas dari
glukosa dan manosa. Mereka umumnya menghasilkan H2S. organism ini
dapat bertahan hidup pada air yang beku untuk periode yang lama (Geo.F
Brooks. dkk.2010).
3. Penyebab Adanya Salmonella Pada Telur
Kerusakanpada telur dapatterjadisecara fisik,kimia danbiologis.
Kerusakan telur secara biologis, terjadi karena adanya bakteri pencemar
yang beradapadapermukaankulit telur.
12
Kerusakanteluryangdisebabkanoleh bakteridapatdisebabkanoleh2
faktor utamayaitu faktorinternaldan faktoreksternal.Faktor internaladalah
faktoryang berasaldaridalam,yaitutelurtelahterinfeksipadawaktumasih
berada dalamtubuhinduknya misalnya indukmenderita Salmonellosis
sehinggatelurmengandung bakteriSalmonella.Faktoreksternaladalah
faktoryang berasaldariluarmeliputimasuknya bakteri kedalamteluryang
terjadisetelahtelurkeluardaritubuhinduknyamisalnyayang berasaldari kotoran
kandang, udara,peralatan dan tangan peternak. (Saraswati Dian, 2012)
D. Tinjauan Umum Tentang Media
1. Pengertian Media
Media adalah bahan yang terdiri dari campuran zat-zat makanan
(nutrisi) baik bahan alami maupun bahab buatan, yang diperlukan
mikroorganisme untuk perkembangbiakan di Laboratorium secara invitro.
Mikroorganisme memanfaatkan nutrisi media berupamolekul-molekul
kecil yang dirakit untuk menyusun komponen sel.
2. Syarat Media
Syarat media yang baik yaitu harus mengandung nutrien yang
merupakan substansi dengan berat molekul rendah dan mudah larut dalam
air, nutrien dalam media harus memenuhi kebutuhan dasar
mikroorganisme yang meliputi air, karbon, energy, mineral, dan factor
tumbuh, tidak mengandung zat-zat penghambat dan media harus steril.
3. Tujuan Menggunakan Media
Tujuan menggunakan media yaitu dengan media pertumbuhan dapat
dilakukan isolate mikroorganisme menjadi kultur murni, dapat digunakan
sebagai tempat untuk menyimpan stok mikroorganisme. Mikroorganisme
untuk kehidupannya membutuhkan bahan-bahan organic dan anorganik
dari lingkungannya. Bahan-bahan tersebut disebut Nutrien (zat gizi)
sedangkan proses penyerapannya disebut proses nutrisi. Peran utama
nutrien adalah :
a. Sumber energi,
b. Bahan pembangun sel, dan
13
c. Sebagai aseptor electron dalam reaksi bioenergetik (reaksi
menghasilkan energi).
4.Faktor-faktor Yang Mempengaruhi
PertumbuhanMikroorganisme Pada Media
Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan
mikroorganisme pada media diantaranya :
a. Zat makanan
Pada umumnya media harus mengandung donor dan akseptor
hidrogen sekitar 2 g/L, sumber karbon sekitar 1 g/L, sumber nitrogen
sekitar 1 g/L, sumber mineral, sulfur, dan fosfor masing-masing
sekitar 50 mg/L, dan unsur renik (trace element) masing-masing
sekitar 50 mg/L dan berbagai vitamin masing-masing 0,1-1 mg/L.
b. Konsentrasi ion Hidrogen (pH)
Sebagian besar organisme memiliki kisaran pH optimal yang
cukup sempit, pH optimal harus ditentukan secara empiris untuk
masing-masing spesies. Sebagian besar organisme paling baik
tumbuh pada pH 6,0-8,0. Meskipun beberapa bentuk mempunyai pH
optimal 3,0 dan yang lain mempunyai pH optimal 10,5.
c. Temperatur
Spesies mikroba yang berbeda membutuhkan suhu optimal
yang amat beragam untuk pertumbuhannya, temperatur yang tinggi
dapat membunuh mikroorganisme dan dingin yang berlebihan dapat
membunuh sel mikroba yang biasa disebut syok dingin, bentuk
psikrofilik tumbuh baik pada temperatur rendah 15-C, bentuk
mesofilik tumbuh baik pada suhu 30-C, dan sebagian besar bentuk
termofilik tumbuh paling baik pada suhu 50-C. sebagian besar
organisme adalah mesifilik, yang tumbuh baik pada suhu C atau C.
d. Aerasi
Peran oksigen pada mikroorganisme adalah sebagai akseptor
hidrogan, berdasarkan kebutuhannya terhadap oksigen
mikroorganisme dapat dikelompokkan atas beberapa golongan :
14
a. Aerob obligat, bakteri yang mutlak membutuhkan oksigen untuk
pertumbuhannya.
b. Anaerob obligat, bakteri yang dapat hidup tanpa oksigen.
c. Anaerob fakulfatif, bakteri yang hanya dapat tumbuh dengan atau
tanpa oksigen.
Mikroaerofilik, bakteri yang hanya dapat tumbuh dalam tekanan
oksigen yang rendah dengan kadar karbon dioksida 5-10%.
5. Bentuk-bentuk Media
Perbenihan yang digunakan dilaboratorium dapat dibagi atas
beberapa jenis berdasarkan :
1. Berdasarkan Bentuknya
a. Perbenihan padat (Solid Medium)
b. Perbenihan setengah padat (Semi Solid Medium)
c. Perbenihan cair (Liquid Medium)
2. Berdasarkan Susunan Media
a. Media alami
b. Media sintetis
c. Media semi sintetis
3. Berdasarkan Susunan Kimia
a. Media Anorganik
b. Media Organik
c. Media Sintetik
d. Media Non Sintetik
4. Berdasarkan Fungsinya
a. Perbenihan sederhana / Media umum (Basic medium)
b. Transport media
c. Enrichment media
d. Enrichment exlucive media
e. Selective media
f. Differential media
g. dia pemupuk
15
5. Berdasarkan Cara Pembuatan
a. Media buatan sendiri
b. Media jadi (Komersial)
6. Tahapan Pada Proses Pembuatan Media
Tahapan yang harus dilakukan dengan benar pada waktu proses
pembuatan media adalah :
a. Menyiapkan alat dan bahan
b. Menimbang dan melarutkan
c. Mengatur pH
d. Strerilisasi
e. Penuangan media
f. Penyiapan media
g. Meletakkan media
7. Kesalahan-kesalahan Dalam Pembuatan Media
Kesalahan-kesalahan pada waktu pembuatan media :
1. Terjadi kekeruhan / pengendapan disebabkan :
a. Kualitas aquadest yang tidak baik
b. Wadah yang tercemar
c. Penggunaan air kran sebagai pengganti aquadest
d. Terlalu panas pada proses pembuatan dan terlalu lama disimpan
pada suhu C
e. pH yang tidak sesuai
f. Cara melarutkan yang tidak sempurna
2. Warna media terlalu gelap (kadang-kadang gelap)
a. Pemanasan yang berlebihan
b. Cara melarutkan yang tidak sempurna
c. Perubahan pH disebabkan pemanasan yang berlebihan
3. Agar-agar terlalu lunak
a. Pencampuran yang tidak sempurna
b. Penyimpanan lama pada suhu C
c. Terlalu lama panas pada pH rendah
16
d. Kesalahan penimbangan
4. Pertumbuhan kuman yang jelek / tidak tumbuh
a. Pemanasan media terlalu lama
b. Cara melarutkan tidak sempurna
c. Adanya factor-faktor penghambat dalam air atau wadah
d. Warna media yang lebih gelap
e. Perubahan pH
8. Jenis Media Yang Digunakan Pada Penelitian
1. Brain Heart Infusion Broth (BHIB)
Brain Heart Infusion Broth (BHIB) adalah medium cair
untuk berbagai mikroorganisme baik yang aerob dan anaerob dari
bakteri, jamur, dan ragi. Medium ini mendukung pertumbuhan
mikroorganisme dengan komposisi pada medium ini, yaitu :
a. Brain-Heart Infusion 17,5 gram
b. Enzymatic digest of gelatin 10 gram
c. Dextrose 2 gram
d. Sodium Chloride 5 gram
e. Disodium phosphate 5 gram
Nitrogen, vitamin, dan sumber karbon disediakan oleh Brain-
Heart Infusion dan enzymatic digest dari gelatin di BHI Broth.
Dextrose sebagai sumber karbohidrat, dan natrium klorida yang
mempertahankan lingkungan osmotik serta disodium phosphate
sebagai agen penyangga di media ini.
2. Salmonella Shigella Agar (SSA)
Perbenihan ini mirip dengan MacConcey agar, hanya
penggunaannya lebih khusus lagi untuk basil gram negatif patogen
enteric, sehingga dipakai untuk isolasi dari spesimen tinja terutama
Salmonella dan Shigella yang keduanya memperlihatkan
pertumbuhan koloni yang tidak berwarna. Sebagai bahan
penghambat utama adalah garam empedu dan brilian green yang
17
tidak hanya menghambat bakteri gram positif saja tetapi menekan
pertumbuhan basil pathogen non enterik lainnya.
18
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Dasar Pemikiran
Salmonella adalah genus bakteri yang merupakan penyebab utama
penyakit bawaan makanan diseluruh dunia. Bakteri Salmonella biasanya
ditemukan pada bahan pangan yang mengandung protein cukup tinggi, salah
satu bahan pangan yang memiliki protein tinggi adalah telur. Dalam keadaan
tertentu atau dalam jumlah yang melebihi batas, mikroorganisme yang
berada dalam telur tersebut dapat menyebabkan keracunan bagi yang
mengkonsumsinya. Cemaran Salmonella pada telur dapat terjadi apabila
penanganan telur tidak dilakukan dengan baik, maka kemungkinan
Salmonella dapat mencemari telur.
Untuk mengidentifikasi Salmonella pada telur digunakan media
penyubur (Brain Heart Infusin Broth) yang diinkubasi selama 1 x 24 jam
pada suhu370𝐶, apabila pada sampel menunjukkan ada terbentuknya
kekeruhan maka menandakan media tersebut ditumbuhi bakteri. Namun
apabila tidak ada terbentuknya kekeruhan pada sampel maka media tersebut
tidak ditumbuhi bakteri. Kemudian dilanjutkan pada media selektif
(Salmonella Shigella Agar), media ini digunakan untuk menumbuhkan
bakteri Salmonella yang diinkubasi selama 1 x 24 jam pada suhu 370𝐶,
pada media tersebut akan tumbuh koloni bakteri. Dari proses identifikasi ini
dapat disimpulkan bahwa bila sampel tersebut terdapat bakteri Salmonella,
maka sampel telur tersebut dinyatakan telah terkontaminasi bakteri
Salmonella.
19
B. Bagan Kerangka Pikir
C. Variabel Penelitian
Variabel pada penelitian ini adalah identifikasi bakteri Salmonella pada
telur yang dijual di pasar kota kendari.
D. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif
1. Definisi Operasional
a. Telur Ayam Ras merupakan bahan makanan yang bernilai gizi tinggi
dan relatiif murah dibandingkan sumber protein yang lain, sehingga
mudah dijangkau masyarakat.
b. Bakteri adalah salah satu golongan organisme prokariotik (tidak
mempunyai selubung inti), uniseluler, tidak berklorofil, saprofit atau
parasit, dan melakukan pembelahan biner.
c. Salmonellaadalah bakteri batang lurus, gram negatif, tidak berspora,
bergerak dengan flagel peritrik, berukuran 2-4µm x 0.5-0,8µm.
2. Kriteria Objektif
a. BHIB : Positif, jika terjadi kekeruhan.
b. SSA : Positif, jika ada koloni bakteri.
Telur
Identifikasi
Hasil
Salmonella Bukan
Salmonella
20
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Deskriptif, yaitu
untuk Mengidentifikasi Bakteri Salmonella Pada Telur Yang Dijual di
Pasar Kota Kendari.
B. Waktu dan Tempat Penelitian
1. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 15-17Agustus 2016
2. Tempat Penelitian
Tempat pengambilan sampel penelitian ini yaitu pada penjual
telur di Pasar Kota Kendari. Untuk pemeriksaan sampel di
Laboratorium Yayasan Bina Husada Akademi Analis Kesehatan
Kendari.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi Penelitian
Populasi adalah keseluruhan atau totalitas objek yang diteliti
yang ciri-cirinya akan diduga atau ditaksir (estimated) (Nasir, 2011).
Populasi dalam penelitian ini adalah penjual telur yang berada di
Pasar Kota Kendari. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan
peneliti pada tiap-tiap Pasar seperti Pasar Mandonga dan Pasar Panjang
diperoleh penjual telur sebanyak 172 penjual telur.
2. Sampel Penelitian
Sampel adalah wakil dari populasi yang ciri-cirinya
diungkapkan dan akan digunakan untuk menaksir ciri-ciri populasi
(Nasir, 2011). Teknik pengambilan sampel secara purposive sampling
dimana penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (sugiono,
2011).
a. Kriteria sampel
1. Kriteria inklusi : tidak berbau dan kulit telur dalam keadaan
bersih.
21
2. Kriteria eksklusi : kulit telur yang sudah retak/pecah.
b. Besar Sampel
Jika populasi > 100 maka diambil sampel 15-30% dan jika
besarnya populasi < 100 maka di ambil sampel 25-50%
(Notoatmodjo, 2002).
Besar sampel dalam penelitian ini adalah 34 sampel
ditentukan dengan cara sebagai berikut:
172 ×20
100= 34
D. Prosedur Pengumpulan Data
Prosedur Pengumpulan data pada penelitian ini yaitu telur yang
telah terpilih menjadi sampel penelitian yang kemudian dijadikan sebagai
bahan pengujian dibawa keruang laboratorium untuk dilakukan
identifikasi agar dapat diketahui apakah sampel tersebut terkontaminasi
Bakteri Salmonella atau tidak.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah
lembar ceklis.
F. Prosedur Kerja
Cara kerja pada identifikasi bakteri Salmonella pada penelitian ini,
yaitu:
Pra Analitik
1. Persiapan Alat Dan Bahan Penelitian
1. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
a. Autoclave
b. Batang pengaduk
c. Cawan petri
d. Gelas ukur
e. Gelas kimia
f. Incubator
g. Labu Erlenmeyer
22
h. Lampu spritus
i. Mikroskop
j. Objek glass
k. Ose bulat dan ose lurus
l. Oven
m. Pipet volume
n. Rak tabung
o. Sendok tanduk
p. Tabung reaksi
q. Timbangan analitik
r. Waterbath
2. Bahan penelitian pemeriksaan laboratorium
a. Aquadest
b. Alkohol 96%
c. Carbol fuchsion
d. Gantien violet
e. Lugol
f. Media Salmonella Shigella Agar (SSA)
g. Media Brain Heart Infusion Broth Agar (BHIB)
h. Nacl 0,96%
i. Oil Emersi
j. Sampel (telur)
2. Sterilisasi Alat Penelitian
Di sterilkan dalam oven untuk alat-alat yang terbuat dari kaca
atau logam yang tidak memiliki tingkat skala atau keakuratan tinggi
dengan suhu 180°C selama 24 jam. Dan disterilkan alat-alat yang
terbuat dari kaca yang memiliki tingkat skala dan keakuratan atau
plastik dalam autoclave dengan suhu 121°C selama 15 menit.
23
3. Pembuatan Media Brain Heart Infusion Broth (BHIB)
a. Ditimbang media BHIB sebanyak 11,322 gram
b. Dimasukkan kedalam erlenmeyer 306 mL dan dilarutkan dengan
aquadest sebanyak 60 mL, buat sesuai kebutuhan dan ukur pH
dengan indikator pH 7,4 ±0,2.
c. Kemudian dipanaskan sampai larut dengan baik, setelah itu,
disterilisasi dengan autoclave pada suhu 1210C selama 15 menit.
4. Pembuatan Media Salmonella Shigella Agar (SSA)
a. Ditimbang media SSA 10,2 gram
b. Dimasukkan kedalam erlenmeyer 170 mL dan dilarutkan dengan
aquadest sebanyak 120 mL, buat sesuai kebutuhan dan ukur pH
dengan indicator pH 7,4 ±0,2.
c. Kemudian dipanaskan sampai larut dengan baik, setelah itu,
disterilisasi dengan autoclave pada suhu 1210C selama 15 menit.
5. Pengambilan Sampel
a. Di Siapkan wadah yang steril.
b. Dipilih sampel yang sesuai dengan criteria sampel.
c. Di Masukkan sampel kedalam wadah tersebut.
d. Di Beri label, kemudian dibawa ke laboratorium.
e. Dilakukan pemeriksaan.
Analitik
1. Prosedur Kerja Penanaman Bakteri Pada Media BHIB
a. Siapkan alat dan bahan
b. Sampel telur ayam kampung di homogenkan dan di isolasi
pada media BHIB dengan perbandingan 9:1 dimana 9 ml untuk
media BHIB dan 1 ml untuk sampel telur.
c. Diinkubasi media BHIB tersebut selama 1x24 jam pada suhu
370C di incubator.
d. Observasi Hasil.Jila terjadi kekeruhan pada media BHIB,
dilanjutkan pada media selektif yaitu media SSA.
24
e. Jika tidak terjadi kekeruhan pada media BHIB, tidak di
lanjutkan.
2. Prosedur Kerja Penanaman Bakteri Pada Media SSA
a. Siapkan alat dan bahan
b. Bakteri yang terdapat di media BHIB, Diambil dengan
menggunakan ose yang sudah di fiksasi.
c. Diinukolasikan pada media SSA dengan cara digoreskan.
d. Diinkubasi media SSA tersebut selama 1x24 jam pada suhu
370C di incubator.
e. Observasi Hasil.
f. Jika ada pertumbuhan koloni bakteri Salmonelladapat
dilanjutkan pada pewarnaan gram.
g. Jika tidak ada pertumbuhan koloni bakteri Salmonellatidak
dilanjutkan pada pewarnaan gram.
3. Pewarnaan Gram
a. Disiapkan alat dan bahan
b. Diteteskan 1 tetes Nacl 0,96% di atas objek glass kemudian
diratakan dengan ose.
c. Dikeringkan dengan cara fiksasi di atas nyala api kecil
d. Dilakukan pewarnaan gram
e. Digenangi dengan larutan gentian violet selama 1 menit
f. Dicuci dengan air mengalir
g. Digenangi dengan larutan lugol selama 1 menit
h. Dicuci dengan air mengalir
i. Digenangi dengan larutan alkohol 96% selama 30 detik
j. Dicuci dengan air mengalir
k. Digenangi dengan larutan carbol fuchsion selama 1-3 menit
l. Dicuci dengan air mengalir, lalu keringkan
m. Diamati di bawah mikroskop dengan perbesaran 100x dengan
menggunakan oil emersi
25
Pasca Analitik
1. Interprestasi Hasil
A. Interprestasi Hasil pada media BHIB
1) Positif (+) :adanya kekeruhan pada tabung.
2) Negatif (-) : tidak terjadi kekeruhan pada tabung.
B. Interprestasi hasil pada media SSA
1) Positif (+) Ada pertumbuhan koloni berwarna merah dengan
titik hitam ditengah.
2) Negatif (-) Tidak ada pertumbuhan koloni berwarna merah
dengan titik hitam ditengah.
4. Dokumentasi
5. Pencatatan dan pelaporan hasil
G. Jenis Data
1. DataPrimer
Data primer yaitu sampel telur yang diperoleh dari Pasar Kota
Kendari dan data yang diperoleh langsung dari hasil penelitian di
Laboratorium Jurusan Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Kendari.
2. Data sekunder
Data dikumpulkan dari hasil penelitian terdahulu dan dari buku-
buku yang dipublikasikan kemudian dijadikan landasan teoritis dalam
penulisan karya tulis ilmiah ini.
H. Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan melalui beberapa tahap sebagai berikut:
1. Editing, yaitu mengkaji dan meneliti data yang telah terkumpul.
2. Coding, yaitu kegiatan mengklasifikasikan data menurut spesifikasi
masing-masing untuk memudahkan dalam pengolahan data maka
setiap kategori sampel diberi kode.
3. Scoring, yaitu setelah melakukan pengkodean, maka dilanjutkan
dengan tahap pemberian skor pada masing-masing sampel yang
digunakan dalam bentuk angka.
26
4. Tabulating, yaitu untuk meringkas data yang diperlukan dalam bentuk
tabel yang telah dipersiapkan. Data yang diperoleh kemudian
dikelompokkan dan diproses dengan menggunakan tabel menurut
kategorinya masing-masing.
I. Analisa Data
Data yang telah terkumpul diolah kemudian dianalisa dengan
menggunakan rumus sebagai berikut :
𝑋 =𝐹
𝑛× 𝐾
Keterangan :
F = frekuensi variabel yang diamati
n = jumlah sampel penelitian
K = kostanta (100%)
X = persentase hasil
(Budiarto, 2002)
J. Penyajian Data
Data yang telah dianalisis disajikan dalam bentuk tabel dan kemudian
dijelaskan dalam bentuk narasi.
27
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Pasar Panjang Kota Kendari
1. Sejarah Berdirinya Pasar Panjang
Pasar Panjang Bonggoeya Sebenarnya pasar ini adalah relokasi
dari Pasar Baru Wua-Wua yang terbakar. Meski kios-kios pedagang rata-
rata tidak permanen, tetapi lokasinya yang memanjang di dua ruas jalan
yang saling menyilang di sebuah perempatan membuat pasar ini menjadi
unik. Pasar Panjang Bonggoeya menempatkan lapak-lapak pedagang di
kiri dan kanan jalan sepanjang kurang lebih 2 kilometer.
Pasar panjang ini dibangun oleh Pemerintah Kota Kendari pada
tahun 2011 dan sampai sekarang masih digunakan. Jumlah pelaku dunia
usaha kecil dan menengah (UKM) yang melakukan aktivitas jual beli,
sekitar 1.200 pedagang. Kebanyakan mereka berjualan beras, ikan segar,
ayam potong, tahu, tempe, sayur mayur, pakaian, sepatu, sendal, tas,
buah-buahan dan barang pecah belah.
2. Letak Geografis
Secara geografis, pasar panjang ini berada di Kelurahan
Bonggoeya, Kecamatan Wuawua Kota Kendari. Letaknya memanjang di
jalan Sorumba dan jalan yang menghubungkan jalan by pass dan jalan
Ahmad Yani.
Dari sebelah timur menuju barat atau tepatnya di jalan Sorumba,
panjang pasar mencapai 1.110 Km. Sedangkan dari utara ke selatan atau
jalan Ahmad Yani menuju jalan By Pass, panjangnya 1.100 meter. Bila
ditotal, maka panjangnya 2.210 meter.
B. Gambaran Umum Pasar Mandonga Kota Kendari
Pasar mandonga adalah pasar tradisional yang berada dijantung kota.
Pasar ini terletak dijalan Lasandara, Kelurahan Korumba, Kecamatan
Mandonga, Kabupaten Kota Kendari, Provinsi Sulawesi Tenggara. Letak
pasar mandonga pada sebelah utara pasar merupakan jalan poros Lasandara,
pada bagian timur pasar terdapat sungai Lahundape, dibagian barat pasar
28
merupakan Mall Mandonga, sedangkan pada bagian selatan pasar merupakan
pasar Korem.
Bangunan pasar mandonga terdiri dari tiga lantai, dimana terdapat kios
serta lodz didalamnya. Pada lantai 1 gedung digunakan sebagai tempat
penjualan sayur-sayuran, buah-buahan, dan juga ikan, untuk lantai 2
digunakan sebagai tempat penjualan sembako, obat-obatan, asesoris, jajan-
jajanan, dan juga ikan, sedangkan dilantai 3 digunakan sebagai tempat
penjualan pakaian, sepatu dan juga sendal.
C. Hasil Penelitian
Sampel pemeriksaanpada penelitian diperoleh dari enam Pasar di Kota
Kendari terdiri dari Pasar Mandonga dan Pasar Panjang. Sampel dalam
penelitian ini diambil dari penjual telur di Pasar Kota Kendari sebanyak 21
sampel telur ayam ras dengan teknik pengambilan sampel secara Purposive
Sampling. Pemberian identitas pada sampel yang akan diteliti dilakukan
dengan pemberian kode.
Adapun kode sampel yang diberikan pada masing-masing lokasi
pengambilan sampel, yaitu :
A : Telur Ayam Ras yang dijual di Pasar Mandonga
B : Telur Ayam Ras yang dijual di Pasar Panjang
Tabel sampel penelitian berdasarkan lokasi dan kode sampel dapat
dilihat pada table berikut ini :
Tabel 5.1 Lokasi dan jumlah pengambilan sampel telur ayam ras
No. Lokasi
Kode
Sampel
Jumlah Sampel yang
Diambil (f)
Persentase
(%)
1. Pasar Mandonga A 17 50
2. Pasar Panjang B 17 50
Jumlah 34 100%
29
Berdasarkantabel 5.1 lokasipengambilansampeltelurayam ras di
pasarmandongasebanyak 17 denganpersentase 50% danpasarpanjangsebanyak
17 denganpersentase 50%.
Sampel yang telahdiambilkemudiandibawakelaboratorium,
selanjutnyadilakukanpenanamansampel telur ayam ras pada media Brain
Heart Infusion Broth (BHIB).
Pertumbuhan penanaman sampel telur ayam ras pada media Brain
Heart Infusion Broth (BHIB), dapatdilihatpadatableberikut :
Tabel. 5.2. PertumbuhanBakteri di Media Brain Heart Infusion Broth
(BHIB)
No. KodeSampel Media Brain Heart Infusion Broth (BHIB)
1. A.1 (+) Keruh, aerobfakultatif
2. A.2 (+) Keruh, aerobfakultatif
3. A.3 (+) Keruh, aerobfakultatif
4. A.4 (+) Keruh, aerobfakultatif
5. A.5 (+) Keruh, aerobfakultatif
6. A.6 (+) Keruh, aerobfakultatif
7. A.7 (+) Keruh, aerobfakultatif
8. A.8 (+) Keruh, aerobfakultatif
9. A.9 (+) Keruh, aerobfakultatif
10. A.10 (+) Keruh, aerobfakultatif
11. A.11 (+) Keruh, aerobfakultatif
12. A.12 (+) Keruh, aerobfakultatif
13. A.13 (+) Keruh, aerobfakultatif
30
14. A.14 (+) Keruh, aerobfakultatif
15. A.15 (+) Keruh, aerobfakultatif
16. A.16 (+) Keruh, aerobfakultatif
17. A.17 (+) Keruh, aerobfakultatif
18. B.1 (+) Keruh, aerobfakultatif
19. B.2 (+) Keruh, aerobfakultatif
20. B.3 (+) Keruh, aerobfakultatif
21. B.4 (+) Keruh, aerobfakultatif
22. B.5 (+) Keruh, aerobfakultatif
23. B.6 (+) Keruh, aerobfakultatif
24. B.7 (+) Keruh, aerobfakultatif
25. B.8 (+) Keruh, aerobfakultatif
26. B.9 (+) Keruh, aerobfakultatif
27. B.10 (+) Keruh, aerobfakultatif
28. B.11 (+) Keruh, aerobfakultatif
29. B.12 (+) Keruh, aerobfakultatif
30. B.13 (+) Keruh, aerobfakultatif
31. B.14 (+) Keruh, aerobfakultatif
32. B.15 (+) Keruh, aerobfakultatif
33. B.16 (+) Keruh, aerobfakultatif
34. B.17 (+) Keruh, aerobfakultatif
31
Berdasarkantable5.2.PertumbuhanbakteriPada media Brain Heart
Infusion Broth (BHIB), semuasampelmengalamikekeruhan.
Tabel. 5.3. DistribusifrekuensiPertumbuhanBakteri di Media Brain
Heart Infusion Broth (BHIB)
No. Pertumbuhan Bakteri di
Media BHIB N %
1. Keruh 34 100
2. Jernih 0 0
Jumlah 34 100
Berdasarkantabel 5.3Persentasepertumbuhanbakteripada media Brain
Heart Infusion Broth (BHIB), 100% terjadikekeruhandari 34 sampel.
Dari hasilinokulasiataupenanamansampelpada media Brain Heart
Infusion Broth (BHIB), semuasampelpositif (+) keruh. Selanjutnya di
inokulasipada media Salmonella Shigella Agar (SSA)
untukmengisolasibakteriSalmonella.
Adapun pertumbuhan koloni bakteri Salmonella dapat dilihat pada
tabel berikut :
Tabel 5.4.Pertumbuhan Bakteri Salmonella di Media Salmonella
Shigella Agar (SSA)
No. Kode Sampel Media Salmonella Shigella Agar (SSA)
1. A.1 Tidak ada pertumbuhan
2. A.2 Tidak ada pertumbuhan
3. A.3 Tidak ada pertumbuhan
4. A.4 Tidak ada pertumbuhan
5. A.5 Tidak ada pertumbuhan
32
6. A.6 Tidak ada pertumbuhan
7. A.7 Tidak ada pertumbuhan
8. A.8 Tidak ada pertumbuhan
9. A.9 Tidak ada pertumbuhan
10. A.10 Tidak ada pertumbuhan
11. A.11 Tidak ada pertumbuhan
12. A.12 Tidak ada pertumbuhan
13. A.13 Tidak ada pertumbuhan
14. A.14 Tidak ada pertumbuhan
15. A.15 Tidak ada pertumbuhan
16. A.16 Tidak ada pertumbuhan
17. A.17 Tidak ada pertumbuhan
18. B.1 Tidak ada pertumbuhan
19. B.2 Tidak ada pertumbuhan
20. B.3 Tidak ada pertumbuhan
21. B.4 Tidak ada pertumbuhan
22. B.5 Tidak ada pertumbuhan
23. B.6 Tidak ada pertumbuhan
24. B.7 Tidak ada pertumbuhan
25. B.8 Tidak ada pertumbuhan
26. B.9 Tidak ada pertumbuhan
33
27. B.10 Tidak ada pertumbuhan
28. B.11 Tidak ada pertumbuhan
29. B.12 Tidak ada pertumbuhan
30. B.13 Tidak ada pertumbuhan
31. B.14 Tidak ada pertumbuhan
32. B.15 Tidak ada pertumbuhan
33. B.16 Tidak ada pertumbuhan
34. B.17 Tidak ada pertumbuhan
Berdasarkantabel 5.4PertumbuhanbakteriPada media Salmonella
Shigella Agar (SSA), semuasampeltidakadapertumbuhan.
Tabel 5.5.DistribusifrekuensipertumbuhanbakteriSalmonella di media
SalmonellaShigella Agar (SSA)
No. Koloni Bakteri n %
1. Ada pertumbuhan 0 0
2. Tidak ada pertumbuhan 100 100
Jumlah 34 100
Berdasarkantabel 5.5.PersentasepertumbuhankoloniSalmonellapada
media Salmonella Shigella Agar (SSA), 100% tidakadapertumbuhankolonidari
34 sampel.
Dari tabel
5.5hasilpemeriksaanpertumbuhanbakteriSalmonellapadasampel di media
Salmonella Shigella Agar (SSA)
diperolehhasilsemuasampeltidakadapertumbuhankoloniSalmonella.
34
D. Pembahasan
Penelitian ini dilakukan dengan cara deskriptif yaitu untuk
mengidentifikasi bakteri salmonella pada telur di Pasar Kota Kendari dengan
teknik pengambilan sampel secara purposive sampling, dimana penentuan
sampel dengan pertimbangan tertentu yang memenuhi kriteria inklusi dan
eksklusi sehingga jumlah sampel yang diperlukan terpenuhi. Penelitian ini
dilakukan di Laboratorium Akademi Analis Kesehatan Kota Kendari, dimana
dalam penelitian ini yang menjadi kriteria pemilihan sampel adalah telur yang
tidak berbau dan kulit telur dalam keadaan bersih. Berdasarkan hasil
penelitian terhadap identifikasi bakteri Salmonella pada telur di Pasar Kota
Kendari dengan jumlah sampel 34 yang diperoleh dari Pasar Mandonga dan
Pasar Panjang masing-masing sebanyak 17 sampel telur.
Untuk mengidentifikasi bakteri Salmonella pada telur maka perlu
dilakukan inokulasi bakteri pada media Brain Heart Infusion Broth (BHIB)
yaitu dengan mengamati kekeruhan yang menandakan adanya pertumbuhan
bakteri pada sampel. Bakteri-bakteri yang dapat pada media BHIB yaitu
Enterobacter, Escherichia coli, Klebsiela, Proteus, Salmonella, Seratia,
Yersinia, Vibrio dan Shigella. Pada penelitian ini, dari 34 sampel semua
sampel mengalami kekeruhan. Kemudian, dari sampel (+) keruh pada media
BHIB selanjutnya dilakukan inokulasi bakteri pada media Salmonella Shigella
Agar (SSA) untuk mengetahui adanya pertumbuhan koloni Salmonella yang
berwarna merah dengan inti hitam di tengah. Media Salmonella Shigella Agar
(SSA) merupakan media yang digunakan yang lebih khususnya pada
identifikasi bakteri Salmonella dan Shigella, sehingga bakteri lain tidak dapat
berkembangbiak pada media tersebut. Pada penelitian ini, diperoleh hasil
negatif dari 34 sampel yakni tidak ada pertumbuhan koloni Salmonella pada
media SSA. Sehingga dapat disimpulkan bahwa sampel telur ayam ras pada
penelitian ini dinyatakan tidak terkontaminasi oleh bakteri Salmonella, namun
tidak menutup kemungkinan bakteri lain dapat mengkontaminasi telur ayam
ras karena pada media BHIB terjadi kekeruhan yang artinya ada pertumbuhan
bakteri didalamnya.
35
Pada telur, bakteri Salmonella dapat masuk dan mengkontaminasi
telur melalui induk yang terinfeksi, kontaminasi feses dan pembersihan kulit
telur dari kotoran, sistem pengemasan dan pengangkutan yang dapat
mengakibatkan kulit telur retak atau pecah, penyimpanan yang terlalu lama,
dan lingkungan sekitar yang tercemar. Namun, apabila penanganan telur
dilakukan dengan baik seperti menghindari hal-hal yang dapat mencemari
telur dan dilakukan penyimpanan telur dengan baik maka bakteri salmonella
tidak dapat mencemari telur. Adapun cara penyimpanan telur yang baik yaitu:
jangan berdekatan dengan benda atau barang yang berbau tajam, waktu
penyimpanan telur tidak boleh lebih dari1-2 minggu, dan disimpan pada
suhu10-150C (Jawetz, 2008).
36
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian idenfikasi bakteri salmonella pada telur
yang dijual dipasar Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tanggara tidak terdapat
bakteri salmonella pada sampel telur ayam ras, yang dapat simpulkan sebagai
berikut:
1. Ada pertumbuhan bakteri pada semua 34 sampel telur di media Brain
Heart Infusion Broth (BHIB).
2. Tidak ada pertumbuhan koloni bakteri Salmonella di media Salmonella
Shigella Agar (SSA) pada sampel telur ayam ras .
B. Saran
Berdasarkan hasil Identifikasi Bakteri Salmonella Pada Telur Yang
Dijual Di Pasar Kota Kendari, peneliti menyarankan :
1. Bagi institusi sarana dan prasarana dalam proses penelitian, alat dan bahan
seyogyanya diperlengkap
2. Bagi peneliti selanjutnya agar melakukan penelitian bakteriselain
Salmonellapada telur, sehingga dapat ditemukannya bakteri lain yang dapat
membahayakan konsumen.
3. Bagi masyarakat harus lebih selektif dalam memilih telur yang akan
dikonsumsi agar terhindar dari berbagai penyakit.
37
DAFTAR PUSTAKA
Annisa. 2010. Biomed dan Maksum. 2009. Mikrobiologi Kesehatan. Jakarta :
Swadaya.
Brooks.dkk.2010. Mikrobiologi Kedokteran jawetz, melnick, dan adelberg.Jakarta
: kedokteran EGC.
Hasyimi M.2010 “Mikrobiologi”. Jakarta : TIM
Jaawetz, Melnick, &Adelberg’s. 2008. MikrobiologiKedokteran. Jakarta : EGC
Jawetz.2008.“Medical Microbiology. 23th”. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
Narumi,dkk.2009.Deteksi Pencemaran Bakteri Salmonella Sp Pada Udang Putih
(PenaeusMerguiensis) Segar DiPasar TradisionalKota madya Surabaya.
Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga
Nasir, Abdul., dkk. 2011. Buku Ajar Metodologi Penelitian Kesehatan.
Yogyakarta : NuhaMedika.
Notoatmodjo, S. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Poeloengan, M. dkk. 2014. Bahaya Salmonella Terhadap Kesehatan. Bogor :
Lokakarya Nasional Penyakit Zoonosis. Balai Penelitian Veteriner
Saraswati Dian. 2012. Uji Bakteri Salmonella Sp Pada Telur Bebek, Telur Puyuh
dan Telur Ayam Kampung. Gorontalo :Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan Dan
Keolahragaan Universitas Negeri Gorontalo
Tim Mikrobiologi. 2007. Petunjuk Pembuatan Media Dan Reagensia. Makassar :
Akademi Analis Kesehatan
Yuswanda Nindya Permata. 2015. Identifikasi Bakteri Salmonella Sp Pada
Makanan Jajanan Di Masjid Fathullah Ciputat Tahun 2015. Fakultas
Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah
Widhi Nugroho, Aryandhito, dkk.2013. “Mikrobiologi Kedokteran”. Jakarta :
EGC
38
39
TABULASI DATA
IDENTIFIKASI BAKTERI SALMONELLA PADA TELUR DI PASAR
KOTA KENDARI TAHUN 2016
No
Kode
Sampel Hasil Inokulasi media BHIB Hasil Inokulasi dan Isolasi media SSA Hasil Identifikasi
1. A.1 ada kekeruhan Tidak ada pertumbuhan koloni Negatif(-)
2. A.2 ada kekeruhan Tidak ada pertumbuhan koloni Negatif(-)
3. A.3 ada kekeruhan Tidak ada pertumbuhan koloni Negatif(-)
4. A.4 ada kekeruhan Tidak ada pertumbuhan koloni Negatif(-)
5. A.5 ada kekeruhan Tidak ada pertumbuhan koloni Negatif(-)
6. A.6 ada kekeruhan Tidak ada pertumbuhan koloni Negatif(-)
7. A.7 ada kekeruhan Tidak ada pertumbuhan koloni Negatif(-)
8. A.8 ada kekeruhan Tidak ada pertumbuhan koloni Negatif(-)
9. A.9 ada kekeruhan Tidak ada pertumbuhan koloni Negatif(-)
10. A.10 ada kekeruhan Tidak ada pertumbuhan koloni Negatif(-)
11. A.11 ada kekeruhan Tidak ada pertumbuhan koloni Negatif(-)
12. A.12 ada kekeruhan Tidak ada pertumbuhan koloni Negatif(-)
13. A.13 ada kekeruhan Tidak ada pertumbuhan koloni Negatif(-)
14. A.14 ada kekeruhan Tidak ada pertumbuhan koloni Negatif(-)
40
15. A.15 ada kekeruhan Tidak ada pertumbuhan koloni Negatif(-)
16. A.16 ada kekeruhan Tidak ada pertumbuhan koloni Negatif(-)
17. A.17 ada kekeruhan Tidak ada pertumbuhan koloni Negatif(-)
18. B.1 ada kekeruhan Tidak ada pertumbuhan koloni Negatif(-)
19. B.2 ada kekeruhan Tidak ada pertumbuhan koloni Negatif(-)
20. B.3 ada kekeruhan Tidak ada pertumbuhan koloni Negatif(-)
21. B.4 ada kekeruhan Tidak ada pertumbuhan koloni Negatif(-)
22. B.5 ada kekeruhan Tidak ada pertumbuhan koloni Negatif(-)
23. B.6 ada kekeruhan Tidak ada pertumbuhan koloni Negatif(-)
24. B.7 ada kekeruhan Tidak ada pertumbuhan koloni Negatif(-)
25. B.8 ada kekeruhan Tidak ada pertumbuhan koloni Negatif(-)
26. B.9 ada kekeruhan Tidak ada pertumbuhan koloni Negatif(-)
27. B.10 ada kekeruhan Tidak ada pertumbuhan koloni Negatif(-)
28. B.11 ada kekeruhan Tidak ada pertumbuhan koloni Negatif(-)
29. B.12 ada kekeruhan Tidak ada pertumbuhan koloni Negatif(-)
30. B.13 ada kekeruhan Tidak ada pertumbuhan koloni Negatif(-)
31. B.14 ada kekeruhan Tidak ada pertumbuhan koloni Negatif(-)
41
32. B.15 ada kekeruhan Tidak ada pertumbuhan koloni Negatif(-)
33. B.16 ada kekeruhan Tidak ada pertumbuhan koloni Negatif(-)
34. B.17 ada kekeruhan Tidak ada pertumbuhan koloni Negatif(-)
42
MASTER TABEL
IDENTIFIKASI BAKTERI SALMONELLA PADA TELUR DI PASAR
KOTA KENDARI TAHUN 2016
No
Kode
Sampel
Pertumbuhan bakteri pada media
BHIB
Pertumbuhan bakteri pada
media SSA
Hasil Identifikasi
Keruh Jernih Ada Koloni
Tidak ada
koloni
1. A.1 √ - - √ Negatif (-)Salmonella sp
2. A.2 √ - - √ Negatif (-)Salmonella sp
3. A.3 √ - - √ Negatif (-)Salmonella sp
4. A.4 √ - - √ Negatif (-)Salmonella sp
5. A.5 √ - - √ Negatif (-)Salmonella sp
6. A.6 √ - - √ Negatif (-)Salmonella sp
7. A.7 √ - - √ Negatif (-)Salmonella sp
8. A.8 √ - - √ Negatif (-)Salmonella sp
9. A.9 √ - - √ Negatif (-)Salmonella sp
10. A.10 √ - - √ Negatif (-)Salmonella sp
11. A.11 √ - - √ Negatif (-)Salmonella sp
12. A.12 √ - - √ Negatif (-)Salmonella sp
13. A.13 √ - - √ Negatif (-)Salmonella sp
14. A.14 √ - - √ Negatif (-)Salmonella sp
15. A.15 √ - - √ Negatif (-)Salmonella sp
16. A.16 √ - - √ Negatif (-)Salmonella sp
17. A.17 √ - - √ Negatif (-)Salmonella sp
43
18. B.1 √ - - √ Negatif (-)Salmonella sp
19. B.2 √ - - √ Negatif (-)Salmonella sp
20. B.3 √ - - √ Negatif (-)Salmonella sp
21. B.4 √ - - √ Negatif (-)Salmonella sp
22. B.5 √ - - √ Negatif (-)Salmonella sp
23. B.6 √ - - √ Negatif (-)Salmonella sp
24. B.7 √ - - √ Negatif (-)Salmonella sp
25. B.8 √ - - √ Negatif (-)Salmonella sp
26. B.9 √ - - √ Negatif (-)Salmonella sp
27. B.10 √ - - √ Negatif (-)Salmonella sp
28. B.11 √ - - √ Negatif (-)Salmonella sp
29. B.12 √ - - √ Negatif (-)Salmonella sp
30. B.13 √ - - √ Negatif (-)Salmonella sp
31. B.14 √ - - √ Negatif (-)Salmonella sp
32. B.15 √ - - √ Negatif (-)Salmonella sp
33. B.16 √ - - √ Negatif (-)Salmonella sp
34. B.17 √ - - √ Negatif (-)Salmonella sp
Jumlah 34 0
0 34
44
45
46
47
48
Lampiran 7 :Proses Penelitian identifikasi bakteri Salmonella pada telur
ayam ras yang dijual di Pasar Kota Kendari Provinsi Sulawesi
Tenggara
A. Pra Analitik
1. Menyiapkan alat dan bahan
a. Alat Penelitian
Autoclave Batang Pengaduk, Pipet,
Sendok Tanduk
Gelas Ukur Gelas Kimia
49
Lampu Spritus Ose Pipet ukur
Rak Tabung Reaksi dan
Tabung Reaksi Karet Penghisap Cawan Porselin
Cawan Petri Inkubator
50
b. Bahan Penelitian
Sampel Telur
Media SSA
Serbuk media BHIB
Serbuk media SSA Media BHIB
Aquades
51
2. Membuat Media Salmonella Shigella Agar (SSA)
Menimbang media Melarutkan media
Menuang Media
52
B. Analitik
1. Inokulasi pada media Brain Heart Infusion Broth (BHIB)
2. Inokulasi sampel dan isolasi bakteri Salmonella pada media Salmonella
Shigella Agar (SSA)
C. Pasca Analitik
1. Interprestasi Hasil pertumbuhan bakteri pada media BHIB
Inokulasi sampel Inkubasi
Melakukan penggoresan Inkubasi
Sampel :
A.1 : Positif (+) Keruh
A.2 : Positif (+) Keruh
A.3 : Positif (+) Keruh
A.4 : Positif (+) Keruh
B.1 : Positif (+) Keruh
B.2 : Positif (+) Keruh
B.3 : Positif (+) Keruh
C.1 : Positif (+)Keruh
C.2 : Positif (+)Keruh
53
A.1 : Ada pertumbuhan koloni
A.2 : Ada pertumbuhan koloni
A.3 : Ada pertumbuhan koloni
B.1 : Ada pertumbuhan koloni
B.3 : Ada pertumbuhan koloni
C.1 : Ada pertumbuhan koloni
C.2 : Ada pertumbuhan koloni
A.4 : Tidak ada
pertumbuhan
B.2 : Tidak ada
pertumbuhan
54