faktor yang berhubungan dengan retensio ...repository.helvetia.ac.id/1742/7/lusiana...
TRANSCRIPT
FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN RETENSIO
PLASENTA PADA IBU BERSALIN DI RSUD
SIDIKALANG KABUPATEN DAIRI
TAHUN 2018
SKRIPSI
LUSIANA BERAMPU
1701032465
PROGRAM STUDI D4 KEBIDANAN
FAKULTAS FARMASI DAN KESEHATAN
INSTITUT KESEHATAN HELVETIA
MEDAN
2018
FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN RETENSIO
PLASENTA PADA IBU BERSALIN DI RSUD
SIDIKALANG KABUPATEN DAIRI
TAHUN 2018
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan
Program Studi D4 Kebidanan dan Memperoleh Gelar
Sarjana Terapan Kebidanan (S.Tr.Keb)
Oleh:
LUSIANA BERAMPU
1701032465
PROGRAM STUDI D4 KEBIDANAN
FAKULTAS FARMASI DAN KESEHATAN
INSTITUT KESEHATAN HELVETIA
MEDAN
2018
Telah Di Uji Pada Tanggal : Oktober 2018
PANITIA PENGUJI SKRIPSI
Ketua : Indah Dewi Sari, SST., M.Kes
Anggota : 1. Novalita Oriza, SST., M.Kes
2. Dewi Sartika, SST., M.K.M
i
ii
ABSTRAK
FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN RETENSIO PLASENTA PADA
IBU BERSALIN DI RSUD. SIDIKALANG KABUPATEN DAIRI
TAHUN 2018
LUSIANA BERAMPU
1701032465
Menurut Profil Kesehatan Indonesia tahun 2014 empat penyebab kematian
ibu terbesar yaitu perdarahan 30,3%, hipertensi dalam kehamilan (HDK) 27,1%,
infeksi 7,3%, dan lain-lain yaitu penyebab kematian ibu tidak langsung seperti
kondisi penyakit kanker, ginjal, jantung atau penyakit lain yang diderita ibu
sebesar 35,3%. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui Hubungan Umur, Paritas,
riwayat kehamilan dan persalinan Dengan Retensio Plasenta di RSUD Sidikalang
Kabupaten Dairi Tahun 2018.
Penelitian ini di lakukan dengan desain penelitian survei analitik dengan
pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu
bersalin normal sebanyak 50 orang. Teknik pengambilan sampel menggunakan
total populasi. Analisa data menggunakan analisis univariat menggunakan
distribusi frekuensi dan analisis bivariat menggunakan uji chi square.
Hasil penelitian dapat di ketahui bahwa dari hasil uji chi-square diperoleh
nilai sig p-value 0,003< dari p-value 0,05, yang artinya ada Hubungan Umur
Dengan Retensio Plasenta. Dan hasil uji chi-square diperoleh nilai sig p-value
0,008<0,05, yang berarti ada Hubungan Paritas Dengan Retensio Plasenta, hasil
uji chi-square diperoleh nilai p 0,000< a = 0,05 artinya ada hubunga riwayat
persalinan sebelumnya denga Retensio Plasenta di RSUD Sidikalang Kabupaten
Dairi tahun 2018.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ada Hubungan
Umur, Paritas dan Riwayat kehamilan dan perselinan terdahulu Dengan Retensio
Plasenta di RSUD Sidikalang Kabupaten Dairi tahun2018. Bagi RSUD Sidikalang
Kabupaten Dairi, dengan adanya hasil penelitian ini agar bisa menjadi bahan
informasi khususnya mengenai retensio plasenta. Dan semoga jumlah ibu bersalin
yang mengalami retensio plasenta dapat berkurang seiring bergantinya tahun.
Kata Kunci : Umur, Paritas, Riwayat Kehamilan dan Persalinan, Retensio
Plasenta
Daftar Pustaka : Buku 12 + 7 Jurnal + 1 artikel (2012-2018)
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis Panjatkan Kepada Allah SWT. atas segala berkat
Nikmat dan Karunia-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi penelitian
ini yang berjudul “Faktor yang Berhubungan dengan Retensio plasentapada
Ibu Bersalin di RSUD Sidikalang Kabupaten Dairi Tahun 2018”, yang
merupakan Syarat dalam menyelesaikan Program Pendidikan D4 Kebidanan di
Institut Kesehatan Helvetia Medan.
Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk
mendapatkan gelar Sarjana Terapan Kebidanan (S.Tr.Keb) pada Program Studi
D4 Kebidanan Fakultas Farmasi dan Kesehatan Institut Kesehatan Helvetia.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini tidak dapat diselesaikan tanpa
bantuan berbagai pihat, baik dukungan moril, materil dan sumbangan pemikiran,
untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Dr. dr. Hj. Razia Begum Suroyo, M.Sc, M.Kes selaku Pembina Yayasan
Helvetia Medan.
2. Imam Muhammad, SE., S.Kom., M.Kes selaku Ketua Yayasan Helvetia
Medan.
3. Dr. H. Ismail Effendy, M.Si selaku Rektor Institusi Kesehatan Helvetia.
4. Darwin Syamsul, M.Si., Apt, selaku Dekan Fakultas Farmasi dan Kesehatan
Institut Kesehatan Helvetia.
5. Elvi Era Liesmayani, S.Si.T.M.Keb, selaku Ketua Program Studi D4
Kebidanan Fakultas Farmasi dan Kesehatan Institut Kesehatan Helvetia.
6. Indah Dewi Sari, SST., M.Kes, selaku pembimbing I yang telah meluangkan
waktu dengan sabar membimbing dan mengarahkan penulis dalam
penyusunan Skripsi penelitian ini.
7. Novalita Oriza, SST., M.Kes, selaku pembimbing II yang telah meluangkan
waktu dengan sabar membimbing dan mengarahkan penulis dalam
penyusunan Skripsi penelitian ini.
8. Dewi Sartika, SST., M.K.M, selaku penguji III yang telah memberikan saran
dan masukan demi menyempurnakan skripsi penelitian ini.
iv
9. Seluruh Dosen dan Staf Institut Kesehatan Helvetia Medan yang telah banyak
memberi ilmu pengetahuan dan membimbing penulis selama masa
pendidikan.
10. Teristimewa kepada orang tua tercinta yang telah banyak membantu dan
memberikan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan Skripsi Penelitian
ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi penelitian ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
dari pembaca guna memperbaiki dan memotivasi penulis. Akhir kata penulis
ucapkan dan penulis berharap semoga skripsi penelitian ini dapat memberikan
manfaat khususnya bagi pembaca.
Medan, November 2018
Penulis
Lusiana Berampu
v
vi
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PANITIA PENGUJI
LEMBAR PERNYATAAN
ABSTRACT .................................................................................................. i
ABSTRAK .............................................................................................. ii
KATA PENGANTAR ............................................................................. iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP .............................................................. v
DAFTAR ISI ........................................................................................... vi
DAFTAR TABEL.................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN .................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ............................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ........................................................... 6
1.3. Tujuan Penelitian ........................................................... 6
1.4. Manfaat Penelitian .......................................................... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................... 9
2.1. Tinjauan Peneliti Terdahulu ............................................ 9
2.2. Telaah Teori .................................................................... 10
2.2.1. Defenisi Retensio Plasenta ................................. 10
2.2.2. Jenis-Jenis Retensio Plasenta .............................. 12
2.2.3. Penyebab Retensio Plasenta ................................ 12
2.2.4. Tanda dan Gejala Retensio Plasenta ................... 13
2.2.5. Diagnosa Retensio Plasenta ................................ 14
2.2.6. Faktor yang Berhubungan dengan Retensio
Plasenta ............................................................... 14
2.2.7. Pentalaksanaan Retensio Plasenta....................... 17
2.2.8. Komplikasi Retensio Plasenta ............................ 21
2.2.9. Pencegahan Retensio Plasenta ............................ 21
2.3. Hipotesis .......................................................................... 23
BAB III METODE PENELITIAN....................................................... 24
3.1. Desain Penelitian ............................................................. 24
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian .......................................... 24
3.2.1. Lokasi Penelitian ................................................. 24
3.2.2. Waktu Penelitian ................................................. 24
3.3. Populasi dan Sampel ....................................................... 24
3.3.1. Populasi Penelitian .............................................. 24
3.3.2. Sampel Penelitian ................................................ 25
3.4. Kerangka Konsep ............................................................ 25
vii
3.5. Definisi Operasional........................................................ 25
3.5.1. Definisi Operasional ........................................... 25
3.5.2. Aspek Pengukuran .............................................. 26
3.6. Teknik Pengumpulan Data .............................................. 27
3.6.1. Jenis Data ........................................................... 27
3.6.2. Teknik Pengumpulan Data .................................. 27
3.6.3. Uji Validitas Dan Realibitas ................................ 28
3.7. Metode Pengolahan Data ............................................... 28
3.8 Analisi Data ..................................................................... 28
3.8.1. Analisis Univariat ............................................ 28
3.8.2. Analisis Bivariat ............................................... 28
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN............................................... 30
4.1 Gambaran Umum Lokasi Peneliti .................................. 30
4.1.1. Profil Rumah Sakit Umum Daerah Sidikalang .. 30
4.1.3. Visi, Misi, Rumah Sakit Umum Daerah
Sidikalang ............................................................ 30
4.2 Hasil Penelitian ................................................................. 31
4.2.1. Analisa Univariat ................................................. 31
4.2.2. Analisa Bivariat .................................................. 33
4.3 Pembahasan Hasil Penelitian ............................................ 35
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................... 42
5.1. Kesimpulan ........................................................................ 42
5.2. Saran ............................................................................. 43
5.2.1. Saran Teorotis ........................................................ 43
5.2.2. Saran Praktis............................................................ 43
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 44
LAMPIRAN ............................................................................................ 45
viii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 3.1 Kerangka Konsep .................................................................... 25
ix
DAFTAR TABEL
halaman
Tabel 2.1 Tanda plasenta dan gejala retensio plasenta .............................. 13
Tabel 2.2. Diagnosa Retensio plasentaa .................................................... 14
Tabel 3.2 Aspek Pengukuran ..................................................................... 26
Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Umur Ibu Bersalin di RSUD. Sidikalang
Kabupaten Dairi Tahun 2018 ..................................................... 31
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Paritas Ibu Bersalin di RSUD. Sidikalang
Kabupaten Dairi Tahun 2018 ..................................................... 32
Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Riwayat Kehamilan Dan Persalinan
Terdahulu Ibu Bersalin di RSUD. Sidikalang Kabupaten Dairi
Tahun 2018 ................................................................................ 32
Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Retensio Plasenta Ibu Bersalin di RSUD.
Sidikalang Kabupaten Dairi Tahun 2018 ................................... 32
Tabel 4.5. Tabulasi Silang Antara Umur Ibu Bersalin Dengan Retensio
Plasenta di RSUD Sidikalang Tahun 2018 ............................... 33
Tabel 4.6. Tabulasi Silang Antara Paritas Ibu Bersalin Dengan Retensio
Plasenta di RSUD Sidikalang Tahun 2018 ................................ 34
Tabel 4.7. Tabulasi Silang Antara Riwayat Kehamilan Dan Persalinan
terdahulu Ibu Bersalin Dengan Retensio Plasenta di RSUD
Sidikalang Tahun 2018 .............................................................. 35
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
Lampiran 1 : Master Data Uji Validitas ........................................................ 45
Lampiran 2 : Hasil Out Put Peneliian ............................................................ 47
Lampiran 3 : Surat Survey Awal .................................................................... 52
Lampiran 4 : Surat Balasan Survey Awal ...................................................... 53
Lampiran 5 : Surat Izin Penelitian ................................................................. 54
Lampiran 6 : Surat Balasan Izin Penelitian .................................................... 55
Lampiran 7: Permohonan Pengajuan Judul Skripsi ...................................... .. 56
Lampiran 8: Lembar Revisi Proposal ........................................................... 57
Lampiran 9: Lembar Revisi Skripsi .............................................................. 58
Lampiran 13: Lembar Bimbingan Proposal .................................................... 59
Lampiran 14: Lembar Bimbingan Skripsi ....................................................... 61
Lampiran 15: Dokumentasi ............................................................................. 63
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologi yang normal dalam
kehidupan.Akan tetapi tidak semua persalinan berjalan normal. Salah satunya
adalah terjadinyaretensio plasenta dalam proses persalinan. Retensio plasenta
adalah terlambatnya kelahiran plasenta selama setengah jam setelah persalinan
bayi. (1)
Retensio plasentadapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti paritas,
usia ibu dan faktor uterus (riwayat kehamilan dan persalinan terdahulu) seperti
riwayat retensio plasentaserta riwayat endometritis. Dalam keadaan normal,
decidua basalisterletak di antara myometriumdan plasenta.Lempeng pembelahan
bagi pemisahan plasenta berada dalam lapisan decidua basalisyang mirip
spons.Kondisi yang menyebabkan pada retensio plasenta, karena decidua
basalistidak ada sebagian atau seluruhnya.Sehingga plasenta melekat langsung
pada myometrium.Villi tersebut bisa tetap superficial pada otot uterus atau dapat
menembus lebih dalam.Keadaan ini bukan terjadi karena sifat invasiv trofoblast
yang abnormal melainkan karena adanya defek pada decidua.Pada daerah
superficial myometriumtumbuh sejumlah besar saluran vena di bawah
plasenta.Ruptura sinus-sinus ini yang terjadi ketika plasenta dikeluarkan
secarapaksa akan menimbulkan perdarahandalam jumlah banyak. (2)
Retensio plasenta pada ibu bersalin juga dapat dipengaruhi oleh usia ibu.
Usia kehamilan yang beresiko adalah <20 tahun dan > 35 tahun. Ibu hamil yang
2
berusia kurang dari 20 tahun, organ reproduksi belum tumbuh optimal sehingga
kontraksi uterus menjadi kurang kuat, sedangkan pada usia lebih dari 35 tahun
sudah terjadi penurunan fungsi organ reproduksi seperti menipisnya dinding
rahim sehingga kontraksi uterus menjadi lemah.Faktor umur berpengaruh
terhadap faktor power dan passage dalam kaitannya dengan fungsi dan morfologi
sistem reproduksi. Pada usia dini atau remaja (kurang dari 20 tahun). Hal ini
disebabkan karena pertumbuhan dan perkembangan berbagai organ tubuh,
terutama organ reproduksi belum tercapai secara optimal.Retensio plasenta
disebabkan karena kontraksi uterus kurang kuat untuk melepaskan plasenta
Paritas lebih dari empat mempunyai risiko besar untuk terjadinya
perdarahan pasca persalinan karena pada multipara otot uterus sering diregangkan
sehingga dindingnya menipis dan kontraksinya menjadi lebih lemah. Risiko untuk
terjadinya perdarahan pasca persalinan akan menjadi 4 kali lebih besar pada yang
paritasnya lebih dari atau sama dengan 4 dimana insidennya adalah 2,7%. Paritas
besar pengaruhnya terhadap kejadianretensio plasentapada ibu bersalin, terutama
paritas ≥ 5 kali.menyatakan bahwa ibu yang pernah melahirkan 5 kali atau
lebih(grandemultipara), memiliki rahim yang teregang berlebihan sehingga
menciptakan banyak ruangan kosong yang berisiko terjadi kelainan pada plasenta.
(3)
Perdarahan masih merupakan penyebab kematian ibu yang tertinggi selain
preeklampsia dan infeksi.Perdarahan pascapersalinan merupakan perdarahan
masif yang berasal dari tempat implantasi plasenta, adanya robekan jalan lahir dan
jaringan sekitarnya dan merupakan salah satu penyebab kematian ibu. Perdarahan
3
pasca persalinan yang tidak ditangani dengan baik akan meningkatkanmorbiditas
dan mortalitas ibu. (4)
Perdarahan pasca persalinan adalah perdarahan lebih dari 500 cc yang
terjadi setelah bayi lahir pervaginam atau lebih dari 1000 cc setelah persalinan
abdominal dalam 24 jam dan sebelum 6 minggu setelah persalinan. Berdasarkan
waktu terjadinya perdarahan pasca persalinan dapat dibagi menjadi perdarahan
primer dan perdarahan sekunder. Perdarahan primer adalah perdarahan yang
terjadi dalam 24 jam pertama dan biasanya disebabkan oleh atonia uteri, robekan
jalan lahir, sisa sebagian plasenta dan gangguan pembekuan darah. Perdarahan
sekunder adalahperdarahan yang terjadi setelah 24 jam persalinan. Penyebab
utama perdarahan post partum sekunder biasanya disebabkan oleh adanya sisa
plasenta. (5)
SDG’s (Sustainable Development Goals) 2015-2030 berkomitmen untuk
menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB).
SDGs mempunyai 17 tujuan dan 169 target, tujuan pertama, kedua,dan ketiga
berhubungan dengan kesehatan. Sedangkan tujuan yang berhubungan dengan
penurunan AKI adalah tujuan yang ketiga dengan target penurunan AKI sebesar
70 per 100.000 kelahiran hidup (KH), AKB 12 per 1.000 KH. (6)
Kematian ibu adalah kematian seorang wanita terjadi saat hamil,bersalin
atau 42 hari setelah persalinan dengan penyebab yang berhubungan langsung atau
tidak langsung terhadap persalinan.World Health Organization (WHO)
memperkirakan 800 perempuan meninggal setiap harinya akibat komplikasi
kehamilan dan proses kelahiran. Sekitar 99% dari seluruh kematian ibu terjadi
4
dinegara berkembang. Sekitar 80% kematian maternal merupakan
akibatmeningkatnya komplikasi selama kehamilan, persalinan dan setelah
persalinan.
Berdasarkan hasil Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI)
menunjukkan bahwa secara nasional Angka Kematian Ibu pada tahun 2012 di
Indonesia adalah 359/100.000 kelahiran hidup. Rata-rata kematian ini jauh
melonjak dibanding hasil SDKI 2007 yang mencapai 228/100.000 kelahiran
hidup.
Menurut Profil Kesehatan Indonesia tahun 2014 empat penyebab kematian
ibu terbesar yaitu perdarahan 30,3%, hipertensi dalam kehamilan (HDK) 27,1%,
infeksi 7,3%, dan lain-lain yaitu penyebab kematian ibu tidak langsung seperti
kondisi penyakit kanker, ginjal, jantung atau penyakit lain yang diderita ibu
sebesar 35,3%. Menurut Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Utara penyebab
utama kematian ibu di Sumatera Utara belum ada survei khusus, tetapi secara
nasional disebabkan karena persalinan komplikasi persalinan (45%), Retensio
plasenta (20%), robekan jalan lahir (19%), partus lama (11%), perdarahan dan
eklampsia masing-masing (10%), komplikasi selama nifas (5%), dan demam nifas
(4%). (7)
Berdasarkan data tersebut terdapat bahwa retensio plasenta menempati
urutan kedua penyebab kematian ibu.Faktor–faktor penyebab terjadinya retensio
plasenta adalah usia diatas 35 tahun, Terlalu sering bersalin (jarak antara
kelahiran < 2 tahun ) akan menyebabkan uterus menjadi lemah sehingga kontraksi
uterus kurang baik dan resiko terjadinya retensio meningkat, sedangkan pada jarak
5
kehamilan ≥ 10 tahun, dalam keadaan ini seolah-olah menghadapi persalinan yang
pertama lagi, menyebabkan otot uterus menjadi kaku dan kontraksi uterus jadi
kurang baik sehingga mudah terjadi retensio plasenta. (8)
Faktor penyebab terjadi retensio plasenta adalah plasenta previa, bekas
luka seksio sesarea, pernah kuret berulang, dan paritas. Faktor lain penyebab
terjadinya retensio plasenta adalah, usia, riwayat manual plasenta, anemia,
riwayat pembedahan uterus destruksi endometrium dari infeksi sebelumnya atau
bekas endometritis dan implantasi Corneal. (9) Menurut data World Health
Organization (WHO) dilaporkan pada Tahun 2014bahwa 15-20% kematian ibu
karena retensio plasenta dan insidennya adalah 0,8-1,2% untuk setiap kelahiran.
Penyebab utama kematian ibu di Indonesia adalah perdarahan sebanyak 67%
atonia uteri : 23,88%, sisa plasenta : 19,40%, retensio plasenta : 40,30% dan
persalinan dengan laserasi jalan lahir : 16,42%. Perdarahan terjadi 10 kali lebih
sering pada saat persalinan. (10)
Retensio plasenta adalah penyebab signifikan terjadinya perdarahan yang
menyebabkan kematian maternal dan angka kesakitan diseluruh Negara
berkembang.Kasus ini merupakan penyulit pada 2% dari semua kelahiran hidup
dengan angka kematian mencapai 10% didaerah pedesaan. Menurut studi lain,
insidensi dari retensio plasentaberkisar antara 1-2% dari kelahiran hidup. Pada
studi tersebut retensio plasenta lebih sering muncul pada pasien yang lebih muda
dengan multiparitas. (11)
Berdasarkan survei awal yang dilakukan peneliti di RSUD Sidikalang
Tahun 2017 ibu bersalin sebanyak 800 orang dan yang mengalami retensio
6
plasenta adalah sebanyak 27 kasus dan pada tahun 2018 ibu yang bersalin dari
bulan januari- juni ibu bersalin sebanyak 400 orang dan yang mengalami retensio
plasenta sebanyak 35 orang. Jumlah ibu yang mengalami retensio plasenta dari
bulan Januari-Juni sebanyak 35 orang yang disebabkan oleh usia, paritas dan
riwayat kehamilan dan persalinan terdahulu. Dengan demikian perlu adanya
dilakukan penelitian untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan retensio
plasenta pada ibu bersalin di RSUD Sidikalang Kabupaten Dairi.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk membahas
lebih jauh mengenai “ Faktor yang Berhubungan dengan Retensio plasentapada
Ibu Bersalin di RSUD Sidikalang Kabupaten Dairi Tahun 2018”
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan tersebut maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui “Faktor yang Berhubungan
dengan Retensio plasenta Pada Ibu Bersalin di RSUD Sidikalang tahun 2018”
1.3. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui distribusi frekuensi umur ibubersalin denganretensio
plasenta di RSUD Sidikalang Kabupaten DairiTahun 2018.
2. Untuk mengetahui distribusi frekuensi paritas ibu bersalin dengan retensio
plasenta di RSUD Sidikalang Kabupaten DairiTahun 2018.
3. Untuk mengetahui distribusi frekuensi riwayat kehamilan ibu bersalin dengan
retensio plasenta di persalinan di RSUD Sidikalang Kabupaten Dairi Tahun
2018.
7
4. Untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan retensio plasenta pada
ibu bersalin di RSUD Sidikalang Kabupaten Dairi Tahun 2018.
1.4. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan
pengetahuan yang sangat luas mengenai faktor yang berhubungan dengan retensio
plasenta pada ibu bersalin di RSUD Sidikalang dan sebagai bahan pengembangan
ilmu pengetahuan yang terbaru.
2. Manfaat Praktis
a. Manfaat Bagi Responden
Hasil penelitian ini diharapkandapat memberikan sumbangan pemikiran
tentang faktor yang berhubungan dengan retensio plasenta pada ibu
bersalin.
b. Manfaat bagi pihak rumah sakit
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan informasi dan dapat
memberikan manfaat pendidikan kesehatan pada ibu hamil tentang
retensio plasenta
c. Manfaat bagi institut pendidikan
Penelitian ini diharapkan menambah bahan bacaan perpustakaan Institut
kesehatan Medan yang dapat dijadikan untuk mengembangan ilmu
pengetahuan, serta agar para peneliti dalam hal ini dapat menindak lanjuti
dan lebih menyempurnakan hasil penelitian selanjutnya.
8
d. Manfaat bagi Peneliti selanjutnya
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan
dalam meneliti dalam penerapan ilmu yang diperoleh selama penelitian
khususnya dalam masalah tentangfaktor yang berhubungan dengan
retensio plasentaserta sebagai acuan dan sumber referensi buat peneliti
selanjutnya.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Peneliti Terdahulu
Hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Darmayanti tahun 2014
yang berjudul “Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian retensio
plasenta di RSUD DR.H.Moch.Ansari Saleh Banjarmasin”, menunjukkan bahwa
dari 614 ibu bersalin, 65 orang (10,6%) mengalami retensio plasenta, kategori
umur risiko (< 20 atau 35 tahun) 140 orang (22,8%), kategori paritas risiko (>3)
119 orang (19,4%) dan jarak persalinan risiko 96 orang (15,6%). Hasil uji chi-
square yang memiliki hubungan dengan kejadian retensio plasenta adalah umur
(ρ=0,016) dan paritas (ρ=0,000)sedangkan jarak kehamilan tidak berhubungan
dengan kejadian retensio plasenta (ρ=0,228). Hasil analis multivariable
menyatakan bahwa paritas merupakan faktor dominan terjadinya retensio
plasenta.Kesimpulan penelitian ini, paritas dan umur berhubungan dengan
kejadian retensio plasenta.
Hasil penelitian terdahulu yang dilakukan, oleh Aukurniasari tahun 2015
yang berjudul “Hubungan Graviditas Dan Riwayat Abortus Dengan Kejadian
Retensio plasenta Pada Ibu Bersalin di RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya
Periode Bulan Januari – Maret 2015”,menunjukkan bahwa kategori frekuensi
tertinggi dari graviditas dengan kejadian retensio plasenta pada ibu bersalin di
RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya adalah kategori multigravida sebanyak 95
orang (64,2%). Hasil uji statistik menunjukkan p-value = 0,000 maka keputusan
10
Ho ditolak yang artinya ada hubungan antara graviditas ibu dengan
kejadian retensio plasenta.
Hasil penelitian terdahulu yang dilakukanoleh Mayang Notikaratu tahun
2012 yang berjudul “Hubungan Faktor Risiko Ibu Bersalin Dengan Kejadian
Retensio plasenta”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang
bermakna antara umur yang beresiko tinggi (ρ=0,014, OR=2,158); multipara
(ρ=0,000, OR= 11,00);memiliki riwayat kehamilan dan persalinan terdahulu
dengan retensio plasentaberisiko lebih tinggi mengalami retensio plasenta juga
pada persalinan berikutnya.
2.2. Telaah Teori
2.2.1. Defenisi Retensio plasenta
Retensio plasenta adalah belum lepas dari dinding rahim, plasenta sudah
lepas dan akan tetapi belum dilahirkan disebabkan tidak ada usaha untuk
melahirkan atau penanganan kala tiga yang salah. Kontraksi uterus kurang kuat
untuk melepaskan plasenta yang diharapkan yaitu 30 menit. (9)
Retensio plasenta adalah terlambatnya kelahiran plasenta selama setengah
jam setelah kelahiran bayi. Pada beberapa kasus dapat terjadinya retensio plasenta
(habitual retensio plasenta).Plasenta harus dikeluarkan karena dapat
menimbulkan bahaya perdarahan, infeksi karena sebagai benda mati, dapat terjadi
plasenta inkarserata, dapat terjadi polip plasenta dan dapat terjadi degenerasi
ganas karsinoma.Sewaktu suatu bagian plasenta (satu atau lebih lobus) tertinggal,
maka uterus tidak dapat berkontraksi secara efektif dan keadaan ini dapat
menyembuhkan perdarahan.Gejala dan tanda yang dapat di tandai adalah
11
perdarahan segera, uterus berkontaraksi tetapi tinggi fundus tidak dapat
berkurang.Plasenta tertahan jika tidak dilahirkan dalam waktu 30 menit setelah
janin lahir. Plasenta mungkin terlepas tetapi terperangkap oleh serviks, terlepas
bagian secara patologis melekat (plasenta akreta,inkreta,perkreta). (12)
Retensio plasenta adalah plasenta yang tidak terpisah dan menimbulkan
haemorrhage yang tidak tampak, dan juga didasari pada lamanya waktu yang
berlalu antara kelahiran bayi dan keluarnya plasenta yang diharapkan. Beberapa
ahli klinik menangani selama 5 menit. Kebanyakan bidan akan menunggu satu
setengah jam bagi plasenta untuk keluar sebelum menyebutnya tertahan.
Biasanya setelah janin lahir, beberapa menit kemudian mulailah proses
pelepasan plasenta disertai sedikit perdarahan (kira-kira 100-200 cc). Bila plasenta
sudah lepas dan turun ke bagian bawah rahim, maka uterus akan berkontraksi (his
pengeluaran plasenta untuk mengeluarkan plasenta. Kadang-kadang, plasenta
tidak segera terlepas.Suatu pertanyaan yang belum mendapat jawaban yang pasti
adalah berapa lama waktu berlalu pada keadaan tanpa perdarahan sebelum
plasenta baru dikeluarkan secara manual.Bidang obstetrik secara tradisional
membuat batasan-batasan durasi kala tiga secara agak ketat sebagai upaya untuk
mendefenisikan retensio plasenta (abnormally retained plasenta) sehingga
perdarahan akibat terlalu lambatnya pemisahan plasenta dapat dikurangi. Combs
dan Laros meneliti 12.275 persalinan pervaginam tunggal dan melaporkan median
durasi kala tiga adalah 6 menit, dan 3,3 persen berlangsung lebih dari 30 menit.
Jadi istilah retensio plasenta dipergunakan jika plasenta belum lahir ½ jam
sesudah anak lahir. (11)
12
2.2.2. Jenis-Jenis Retensio plasenta
1) Plasenta Adesiva adalah implantasi yang kuat dari jonjot korion plasenta
sehingga menyebabkan kegagalan mekanisme separasi fisiologis.
2) Plasenta Inkreta adalah implantasi jonjot korion plasenta hingga
mencapai/melewati lapisan miometrium.
3) Plasenta Akreta adalah implantasi jonjot korion plasenta hingga mencapai
sebagian lapisan miometrium.
4) Plasenta Perkreta adalah implantasi jonjot korion plasenta yang menembus
lapisan miometrium hingga mencapai lapisan serosa dinding uterus.
5) Plasenta Inkarserata adalah tertahannya plasenta di dalam kavum uteri,
disebabkan oleh kontriksi uteri. (13)
2.2.3. Penyebab Retensio plasenta
Retensio plasenta tidak diketahui sebelum tindakan. Baberapa penyebab
retensio plasenta adalah:
1. Fungsional
1) His kurang kuat (penyebab terpenting), plasenta sudah lepas tetapi belum
keluar karena atonia uteri dan akan menyebabkan perdarahan yang
banyak. Atau karena adanya lingkaran kontriksi pada bagian bawah
rahim (ostium uteri) akibat kesalahan penangan kala III, yang akan
menghalangi plasenta keluar (plasenta inkreta).
2) Plasenta sukar karena tempatnya (insersi disudut tuba), bentuknya
(plasenta membranasea,plasenta anularis), dan ukurannya (plasenta yang
13
sangat kecil). Plasenta yang sukar karena penyebab ini disebut plasenta
adesiva.
2. Patologi-anatomi
Plasenta belum terlepas dari dinding rahim karena melekat dan tumbuh lebih
dalam. Menurut perlengkatannya dibagi menjadi :
1) Plasenta akreta: vilichorialis berimplantasi menembus desidua basalis dan
nitabuch layer. Pada jenis ini plasenta melekat langsung pada miometrium.
2) Plasenta inkreta: vilichorialis berimplantasi menembus miometrium tapi
tidak menebus serosa uterus.
3) Plasentaperkreta: vilichorialissampai menembus serosa atau perimetrium.
Plasenta akreta ada yang kompleta, yaitu jika seluruh permukaannya
melekat dengan erat pada dinding rahim.Plasenta akreta yang persialis, yaitu jika
hanya beberapa bagian dari permukaannya lebih erat berhubungan dengan dinding
rahim.Plasenta akreta yang kompleta, inkreta, dan perkreta jarang terjadi.
2.2.4. Tanda dan gejala retensio plasenta
Tabel 2.1.Tanda plasenta dan gejala retensio plasenta
Gejala Separasi/ akreta
parsial
Plasenta
inkarserata Plasenta akreta
Konsisten uterus Kenyal Keras Cukup
Tinggi fundus Sepusat 2 jari bawah pusat Sepusat
Bentuk uterus Discoid Agak globuler Discoid
Perdarahan Sedang – banyak Sedang Sedikit /tidak ada
Tali pusat Terjulur sebagian Terjulur Tidak terjulur
Ostium uteri Terbuka Kontriksi Terbuka
Separasi plasenta Lepas sebagian Sudah lepas Melekat
seluruhnya
Syok Sering Jarang Jarang sekali
14
2.2.5. Diagnosa Retensio plasenta
Tabel 2.2.Diagnosa Retensio plasentaa dalah :
Gejala dan Tanda Gejala dan Tanda Lain Diagnosa Kerja
Uterus tidak berkontraksi dan
lembek
Perdarahan segea
setelah anak lahir
Syok
Bekuan darah pada
serviks atau posisi
telentang akan
menghambat aliran
darah keluar
Atonia uteri
Darah segar mengalir segera
setelah bayi lahir
Uterus berkontraksi
dan keras
Plasenta lengkap
Pucat
Lemah
Menggigil
Robekan jalan lahir
Plasenta belum lahir
setelah 30 menit
Perdarahan segera
Uterus berkontraksi dan keras
Tali pusat putus akibat
traksi berlebihan
Retensio plasenta
Plasenta atau sebagian selaput
tidak lengkap
Perdarahan segar
Uterus berkontraksi tetapi tinggi fundus
tidak berkurang
Tertinggalnya sebagian
plasenta atau ketuban
2.3. Faktor Yang Berhubungan Dengan Retensio plasenta
2.3.1. Umur
Umur adalah lama waktu hidup atau sejak dilahirkan.Umur sangat
menentukan suatu kesehatan ibu, ibu dikatakan beresiko tinggi apabila ibu hamil
berusia dibawah 20 tahun dan diatas 35 tahun.Umur berguna untuk
mengantisipasi diagnosa masalah kesehatan dan tindakan yang dilakukan
(KBBI,2008). (14)
15
Resiko kematian pada kelompok umur di < 20 tahun dan kelompok umur
di > 35 tahun adalah tiga kali lebih tinggi dari pada kelompok umur reproduksi
sehat 20-35 tahun.
Usia ibu merupakan faktor terhadap terjadinya retensio plasenta. Usia ibu
lebih dari 35 tahun mempunyai resiko tinggi terjadi komplikasi terjadinya
persalinan dikarenakan otot rahim yang sudah lemah sehingga persalinan akan
berlangsung lama yang salah satunya akan menyebabkan terjadinya retensio
plasenta. (15)
Usia merupakan faktor terjadinya perdarahan yang dapat mengakibatkan
kematian maternal pada wanita dengan meningkatkan usia terjadinya penurunan
yang progresif dari endometrium sehingga untuk mencukupi kebutuhan nutrisi
janin diperlukan pertumbuhan plasenta yang lebih luas, plasenta akan
mengadakan perluasan implantasi dan vilichorialisis akan menembus dinding
uterus lebih dalam lagi sehingga akan terjadi plasenta adhesive dan perkreta. (16)
2.3.2. Paritas
Paritas adalah keadaan wanita berkaitan dengan jumlah anak yang
dilahirkan.Paritas anak kedua dan anak ketiga merupakan paritas paling aman
ditinjau dari sudut kematian maternal lebih tinggi.Maka oleh sebab itu ibu-ibu
yang sedang hamil anak pertama dan lebih dari anak ketiga harus memeriksakan
kehamilan sesering mungkin agar tidak beresiko terhadap kematian meternal.Pada
paritas rendah, ibu –ibu hamil belum begitu mengerti tentang kehamilan dan
pentingnya pemeriksaan kehamilan. (14)
16
Retensio plasenta sering terjadi pada ibu dengan multiparitas. Paritas
mempunyai pengaruh terhadap kejadian perdarahan post partum yang diakibatkan
retensio plasenta karena pada setiap kehamilan dan persalinan terjadi penurunan
sel-sel desidua. Akibat penurunan desidua atau tidak adanya sel desidua basalis
dan kelainan perkembangan lapisan fibrinoid secara parsial dan total, vilus
plasenta melekat pada myometrium (plasenta akreta), benar-benar menginvasi
myometrium (plasenta inkreta), atau menembus myometrium ( plasenta perkreta).
Vaskularisasi endometrium akan berkurang mengakibatkan terjadinya penurunan
suplai darah ke plasentasehingga plasenta akan mengadakan implantasi
jauhkedalam jaringan endometrium sampai menyebabkan kejaringan miometrium.
Implantasi inilah yang dapat mengakibatkan tertahannya plasenta atau tidak dapat
lahirnya plasenta setengah jam setelah janin lahir. (16)
Paritas tinggi mempunyai resiko terjadinya peningkatan jumlah darah pada
kala III dan IV. Jumlah paritas yang mempunyai resiko terjadi peningkatan jumlah
darah pada kala III dan IV adalah diatas lima (grandmultipara). Hal ini
disebabkan oleh karena adanya gangguan elastisitas otot-otot uterus akibat
mengalami peregangan karena kehamilan sehingga terjadi gangguan otot-otot
uterus untuk berkontraksi sesaat setelah kelahiran bayi yang mengakibatan
timbulnya perdarahan. (17)
Terlalu sering bersalin (jarak antara kelahiran < 2 tahun) akan
menyebabkan uterus menjadi lemah sehingga kontraksi uterus kurang baik dan
resiko terjadinya retensio plasenta meningkat, sedangkan jarak kehamilan > 10
tahun, dalam keadaan ini seolah-olah menghadapi persalinan yang pertama lagi,
17
menyebabkan otot polos uterus menjadi kaku dan kontraksi uterus jadi kurang
baik sehingga mudah terjadi retensio plasenta.
2.3.3. Riwayat Kehamilan dan Persalinan terdahulu
Riwayat kehamilan dan persalinan dengan retensio plasenta yang dialami
oleh seorang ibu juga merupakan resiko terjadinya persalinan retensio plasenta
kembali. Cidera dalam alat kandungan atau jalan lahir dapat ditimbulkan oleh
proses kahamilan yang sedang dialami. Ini dapat berupa keguguran, bekas
persalinan berulang dengan jarak pendek, bekas operasi( section caesarea) atau
bekas luka. (17)
Perlengketan plasenta yang abnormal terjadi apabila pembentukan desidua
terganggu. Keadaan yang tercakupyaitu implantasi disegmen bawah uterus, diatas
jaringan parut sectio caesarea atau insisi uterus lainnya atau setelah kuretase
uterus. Hampir separuh plasenta pada wanita dengan riwayat section caesarea
memperlihatkan perlengketan plasenta pada myometrium secara mikrokopis.
2.4. Penatalaksanaan Retensio plasenta
2.4.1. Penanganan Retensio plasenta Menurut Tingkatan
Sebelum melakukan penanganan sebaiknya mengetahui beberapa hal dari
tindakan retensio plasenta :
1. Di tempat bidan yaitu setelah dapat memastikan keadaan umum pasien segera
memasang infus dan memberikan cairan ; merujuk penderita kepusat fasilitas
dengan fasilitas cukup untuk mendapatkan penanganan yang lebih baik;
memberikan tranfusi proteksi dengan antibiotik, mempersiapkan plasenta
menual dengan legeartis dalam pengaruh narkosa.
18
2. Tingkat polindes yaitu penanganan retensio plasenta dari desa sebelum
persiapan donor darah yang tersedia dari warga setempat yang telah dipilih
dan dicocokkan dengan donor darah pasien. Diagnosis yang dilakukan
stabilisasi dan kemudian lakukan plasenta manual untuk kasus adhesive
simpleks berikan uterustonika antibiotik resiko serta rujuk kasus berat.
3. Tingkat Puskesmas yaitu diagnosis lakukan stabilisasi kemudian lakukan
plasenta manual untuk kasus resiko rendah rujuk kasus berat dan berikan
uterustonika antibiotik.
4. Tingkat rumah sakit yaitu diagnosis stabilisasi plasenta manual histerektomi
transfusi uterustonika antibiotik kedaruratan komplikasi.
2.4.2. Penanganan Secara Manual Plasenta.
Plasenta manual adalah tindakan untuk melepaskan plasenta secara manual
(menggunakan tangan) dari tempat implantasi dan melahirkan keluar dari kavum
uteri. (18)
Prosedur melakukan manual plasenta:
1. Persiapan
1) Pasang infus set dan cairan infus
2) Jelaskan pada ibu prosedur dan tujuan tindakan
3) Lanjutkan anastesi verbal atau analgesia per rectal, siapkan dan jelaskan
prosedur pencegahan infeksi
2. Tindakan penetrasi ke dalam kavum uteri
1) Pastikan kandung kemih dalam keadaan kosong
19
2) Jepit tali pusat dengan klem pada jarak 5-10 cm dari vulva tegangkan
dengan satu tangan sejajar lantai.
3) Secara obstetrik dengan memasukkan tangan lainnya (punggung tangan
menghadap kebawah) kedalam vagina dengan menelusuri sisi bawah tali
pusat.
4) Setelah mencapai pembukaan serviks, kemudian minta seorang asisten
atau penolong lainnya untuk meregangkan klem tali pusat kemudian
pindahkan tangan luar untuk menahan fundus uteri.
5) Sambil menahan fundus uteri, masukkan tangan dalam hingga kavum uteri
sehingga mencapai tempat implantasi plasenta.
6) Bentangkan tangan obstetric menjadi datar seperti memberi salam jari
merapat
3. Melepaskan plasenta dari dinding uterus
1) Tentukan implantasi, temukan tepi plasenta paling bawah
2) Setelah ujung-ujung jari masuk di antara plasenta dan dinding uterus maka
perluas pelepasan plasenta dengan jalan menggeserkan tangan kanan dan
kiri sambil menggeserkan ke atas hingga semua perlekatan plasenta
terlepas dari dinding uerus
4. Mengeluarkan plasenta.
1) Sementara satu tangan masih didalam kavum uteri, lakukan eskplorasi
untuk menilai tidak ada sisa plasenta yang tertinggal.
20
2) Pindahkan tangan luar dari fundus ke supra simpisis (tahan segmen bawah
uterus ) kemudian instruksikan asisten atau penolong untuk menarik tali
pusat sambil tangan membawa plasenta keluar.
3) Lakukan penekanan dengan tangan yang menahan suprasimpisis ke arah
dorsokranial, setelah plasenta dilahirkan dan tempatkan plasenta didalam
wadah yang telah disediakan.
5. Pencegahan Infeksi Pasca Tindakan
1) Dekontaminasi sarung tangan (sebelum dilepaskan) dan peralatan lain
yang digunakan
2) Lepaskan dan rendam sarung tangan dan peralatan lainnya didalam larutan
klorin 0,5 % selama 10 menit.
3) Cuci tanga dengan sabun dan air bersih mengalir, keringkan tangan dengan
handuk bersih dan kering.
6. Pemantauan pasca tindakan
1) Periksa kembali tanda vital sign ibu
2) Catat kondisi ibu dan buat laporan tindakan
3) Tuliskan rencana pengobatan, tindakan yang masih diperlukan dari asuhan
lanjutan
4) Beritahu pada ibu dan keluarga tindakan telah selesai tetapi ibu masih
memerlukan pemantauan dan asuhan lanjutan.
5) Lanjutkan pemantauan ibu hingga 2 jam pasca tindakan sebelum
dipindahkan keruang rawat gabung.
21
2.4.3. Secara Kuretase
Seringkali pelepasan sebagian plasenta dapat digunakan dengan manual
plasenta dan kuretase digunakan untuk mengeluarkan sebanyak mungkin jaringan
yang tersisa. Kuretase diperlukan jika perdarahan berlanjut atau pengeluaran
manual tidak lengkap. (8)
2.5. Komplikasi Retensio plasenta
Plasenta yang terlalu melekat, walaupun jarang dijumpai, memiliki makna
klinis yang cukup penting karena morbiditas dan kadang-kadang mortalitas yang
timbulkannya komplikasi meliputi :
1) Perforasi uterus
2) Infeksi
3) Inversion uteri
4) Syok hipovolemik
5) Perdarahan post partum
6) Subinvolution
7) Histerektomi
2.6. Pencegahan Retensio plasenta
Pencegahan retensio plasenta adalah dengan cara mempercepat proses
separasi dan melahirkan plasenta dengan memberikan uterustonika segera setelah
bayi lahir dan melakukan peregangan tali pusat terkedali. Usaha ini disebut juga
penatalaksanaan aktif kala III manajemen aktif kala III.
22
1. Penyuntikan oksitosin
1) Pastikan tidak ada lagi didalam uterus
2) Beritahu ibu ia akan disuntik
3) Segera dalam 1 menit pertama setelah bayi lahir segera suntikan oksitosin
10 unit IM pda 1/3 pagian atas paha bagian luar. Jika oksitosin tidak
tersedia, minta ibu untuk melakukan stimulasi putting susu atau
menganjurkan ibu menyusui segera.
4) Jangan memberikan ergometrin karena menyebabkan kontraksi tonik
uterus yang dapat menghambat ekspulsi plasenta. (19)
2. Melakukan peregangan tali pusat terkendali
1) Pindahkan klem tali pusat sekitar 5-20 cm dari vulva.
2) Letakkan tangan pada abdomen ibu tepat pada simpisis pubis. Gunakan
tangan ini untuk meraba kontraksi uterus pada saat melakukan
penegangan tali pusatdengan tangan satu yang lain menekan uterus
kearah dorsokranial. Lakukan secara hati-hati untuk mencegah terjadinya
inversion uteri.
3) Bila plasenta belum lepas, tunggu hingga uterus berkontraksi kembali
(sekita 2 atau 3 menit berselang) untuk mengulangi penegangan tali pusat
terkendali
4) Saaat mulai kontraksi, tegangkan tali pusat kearah bawah, lakukan
tegangan dorsokranial hingga tali pusat makin menjulur dan korpus uteri
bergerak keatas yang menandakan plasenta telah lepas dan dapat
dilahirkan
23
5) Setelah plasenta terpisah, anjurkan ibu untuk meneran, agar plasenta
terdorong keluar melalui introitus vagina.
6) Saat terlihat introitus, lahirkan plasenta dengan mengangkat tali pusat ke
atas dan menopang plasenta dengan tanga lainnya untuk diletakkan dalam
wadah secara lembut, lalu lahirkan ketuban secara perlahan. Jika plasenta
belum lahir dalam 15 menit, berikan 10 unit oksitosin dosis kedua.
Kosongkan kandung kemih jika teraba penuh.
3. Masase fundus uteri segera setelah bayi lahir.
1) Letakan telapak tangan pada fundus uteri, anjurkan ibu untuk menarik
nafas dalam perlahan serta rileks.
2) Dengan leembut tapi mantap gerakan tangan dengan arah memutar pada
fundus ueri supaya uterus berkontraksi.
2.7. Hipotesis Penelitian.
Hipotesis dalam penelitian adalah merupakan pernyataan tentatif
(sementara) mengenai kemungkinan hasil suatu penelitian.Hipotesis merupakan
jawaban yang sifatnya sementara terhadap permasalahan yang diajukan dalam
penelitian.Tidak semua penelitian kuantitatif yang melibatkan lebih dari satu
variable perlu memunculkan secara eksplisit hipotesisnya.
Hipotesis dalam penelitian ini adalah Ada hubungan faktor yang
berhubungan dengan retension plasenta pada ibu bersalin di RSUD Sidikalang
Kabupaten Dairi.
24
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Desain Penelitian
Jenis penelitian yang menggunakan metode survei yang bersifat analitik
dengan pendekatan Cross Sectional.Dimana data yang mencakup variabel bebas
dengan variabel terikat akan dikumpulkan dan diukur dalam waktu yang
bersamaan untuk mengetahui Faktor yang Berhubungan dengan Retensio plasenta
pada ibu bersalin di RSUD Sidikalang Kabupaten Dairi Tahun 2018.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di RSUD. Sidikalang Tahun 2018. Alasan
pemilihan lokasi penelitian ini karena pada lokasi penelitian ditemukan masih
banyak kasus ibu bersalin yang mengalami retensio plasenta.
3.2.2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian ini dimulai dari pengajuan judul, survey awal pada bulan
Junisampai sidang skripsi pada bulan Oktober Tahun2018.
3.3. Populasi dan Sampel
3.3.1. Populasi
Populasi adalah seluruh objek yang diteliti. Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh ibu bersalindi RSUD Sidikalang pada Tahun 2018 sebanyak 50
orang dari bulan januari-juni.
25
3.3.2. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Sampel dalam
penelitian ini adalah total populasi dimana semua populasi dijadikan sampel.
Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh ibu bersalin sebanyak 50 orang.
3.4. Kerangka Konsep
Kerangka konsep adalah alur penelitian yang memperlihatkan variabel-
variabel yang memengaruhi dan yang dipengaruhi atau dengan kata lain dalam
kerangka konsep akan terlihat faktor-faktor yang terdapat dalam variabel
penelitian.(20)
Adapun kerangka konsep dalam penelitian yang berjudul Faktor-faktor
yang berhubungan dengan Retensio plasenta di RSUD Sidikalang tahun 2018
dapat dilihat pada bagan di bawah ini:
Variabel Independent (X) Variabel Dependent (Y)
Gambar 3.1. Kerangka Konsep
3.5. Definisi Operasional dan AspekPengukuran Variabel
3.5.1. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah batasan yang digunakan untuk mendefinisikan
variabel-variabel atau faktor-faktor yang mempengaruhi. Definisi operasional ini
Retensio plasenta
- Umur
- Paritas
- Riwayat Kehamilan dan
persalinan Terdahulu
26
berguna untuk mengarahkan kepada pengukuran atau pengamatan terhadap
variabel-variabel yang ada dalam penelitian ini dan pengembangan alat ukur.
Definisi operasional dari masing-masing variabel adalahsebagai berikut:
1. Variabel Independen
1) Umur ibu adalah lama waktu hidup atau sejak dilahirkan.yang tercatat saat
ibu masuk rumah sakit dengan kategori beresiko ≤20 dan ≥35 tahun
2) Paritas adalah keadaan wanita berkaitan dengan jumlah anak yang
dilahirkan.
3) Riwayat kehamilan dan persalinan terdahulu pada ibu bersalin.
2. Variabel Dependen
1) Retensio plasenta, Plasenta yang tidak lahir setelah 30 menit bayi lahir.
3.5.2. Aspek Pengukuran
Tabel 3.2.Aspek Pengukuran Variabel Independen (X variabel) dan Dependen (Y
variabel).
No Nama
Variabel
Alat
Ukur Kategori Value Jenis Skala Ukur
1 Variabel X
Umur
Rekam
medik
a. Beresiko
b. Tidak Beresiko
<20->35 Tahun0
(20-35 Tahun(1)
Ordinal
2 Paritas Rekam
medik
a. Beresiko
b. Tidak Beresiko
Sekundi Dan
Multipara (0) Primigravida(1)
Ordinal
3 Riwayat
Kehamilan dan
persalinan
terdahulu
Rekam
medik
a. Beresiko
b. Tidak Beresiko
Sc (0)
Normal (1)
Ordinal
4 Variabel Y
Retensio
plasenta
Rekam
medik
a. Yang
mengalami
retensio
plasenta
b. Tidak
mengalamirete
nsio plasenta
0
1
Ordinal
27
3.6. Metode Pengumpulan Data
3.6.1. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu
data yang diambil dari rekan medik RSUD sidikalang tahun 2018
1. Data sekunder
Data yang diperoleh dari pihak lain, misalnya rekan medik, rekapitulasi nilai
dan data kunjungan pasien
2. Data tersier diperoleh dari berbagai referensi yang sangat valid, seperti: jurnal,
WHO dan SDKI
3.6.2. Teknik Pengumpulan Data
Cara pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti adalah data sekunder
dengan cara mengambil data melalui rekan medik untuk mengetahui faktor yang
berhubungan dengan retensio plasenta pada ibu bersalin di RSUD Sidikalang.
1. Collecting
Mengumpulkan data yang berasal dari kuesioner angket maupun observasi.
2. Checking
Dilakukan dengan memeriksa kelengkapan jawaban kuesioner atau lembar
observasi dengan tujuan agar data diolah secara benar sehingga pengolahan
data memberikan hasil yang valid dan realiabel dan terhindar dari bias.
3. Coding
Pada langkah ini peneliti melakukan pemberian kode pada variabel-variabel
yang diteliti.
28
4. Entering
Data entry, yakni jawaban-jawaban dari masing-masing responden yang masih
dalam bentuk “kode” (angka atau huruf) dimasukkan ke dalam program
komputer yang digunakan peneliti yaitu program SPSS for Windows.
5. Data Processing
Semua data yang telah di input ke dalam aplikasi komputer akan diolah sesuai
dengan kebutuhan dari penelitian. (20)
3.7. Analisis Data
3.7.1. Analisis Univariat
Analisis univariat dilakukan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan
karakteristik setiap variabel penelitian.Bentuk analisis univariat tergantung dari
jenis datanya.Umumnya penelitian ini menghasilkan distribusi frekuensi dan
persentase dari tiap variabel.
3.7.2. Analisis Bivariat
Setelah diketahui karakteristik masing-masing variabel pada penelitian ini
maka analisis akan dilanjutkan pada tingkat bivariat. Untuk mengetahui hubungan
(korelasi) antara variabel bebas (independent variable) dengan variabel terikat
(dependent variable).
Untuk membuktikan adanya hubungan yang signifikan antara variabel
bebas dengan variabel terikat digunakan analisis uji chi-square dengan tingkat
kepercayaan 95% dan pada batas kemaknaan perhitungan statistik p value (0,05).
Apabila hasil perhitungan menunjukkan nilai p <pvalue (0,05) maka
dikatakan (Ho) ditolak, artinya kedua variabel secara statistik mempunyai
29
hubungan yang signifikan. Kemudian untuk menjelaskan adanya asosiasi
(hubungan) antara variabel terikat dengan variabel bebas digunakan analisis
tabulasi silang. (20)
30
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
4.1.1 Profil Rumah Sakit Umum Daerah Sidikalang
Rumah Sakit Umum Daerah Sidikalang (RSUD) Merupakan bagian dari
jajaran Pemerintah Kabupaten Dairi yang melaksanakan pelayanan publik, yang
berlokasi di Jln Rumah Sakit No. 19 Sidikalang Kab. Dairi.
RSUD Sidikalang merupakan satu-satunya rumah sakit milik pemerintah
Kabupaten Dairi yang melaksanakan pelayanan kesehatan bagi seluruh lapisan
masyarakat baik masyarakat umum, peserta BPJS, peserta Askes PNS, peserta
jamkesmas, dan Askes Komersial, berupaya untuk melakukan pembenahan diri
sesuai dengan tuntutan masyarakat Kabupaten Dairi. Rumah Sakit UmumDaerah
Sidikalang adalah rumah sakit negeri kelas C. Rumah sakit ini mampu
memberikan pelayanan kedokeran spesialis terbatas.Rumah sakit ini juga
menampung pelayanan rujukan dari puskesmas.Untuk menyelenggarakan
pelayanan kesehatan di RSUDSidikalang dibantu oleh sumber daya manusia
berjumlah 112 orang, terdiri dari tenaga dokter 25 orang, pegawai
perawatan/Kefarmasian/Kesehatan Masyarakat18 orang, pegawai non Kesehatan
69 orang.
4.1.2 Visi Misi Rumah Sakit Umum Daerah Sidikalang
Rumah Sakit Umum Daerah Sidikalang memiliki visi dan misi untuk
meningkatkan pelayanan yang diberikan, visi dan misi RSUD Sidikalang antara
lain:
31
Visi : “ Menjadi Rumah Sakit Pemerintah Yang Terdepan di Sumatera Utara “
Misi : Misi Rumah Sakit Umum Daerah Sidikalang adalah sebagai berikut :
a) Mewujudkan pelayanan kesehatan yang bermutu, efisien, efektif dan
terjangkau.
b) Tersedianya Sumber Daya (sarana dan prasarana) untuk peningkatan dan
pengembangan pelayanan kesehatan.
c) Terwujudnya Sumber Daya Manusia yang profesional dan berorientasi
pelanggan, di semua unit pelayanan.
d) Meningkatkan kesejahteraan pihak-pihak yang terkait.
4.2. Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dengan judul Faktor
yang berhubungan dengan retensio plasenta di RSUD Sidikalang Kabupaten
Dairi Tahun 2018 dapat dilihat pada tabel distribusi dibawah ini:
4.2.1. Analisa Univariat
1. Umur Responden
TABEL 4.1. Distribusi Frekuensi Umur Ibu Bersalin di RSUD. Sidikalang
Kabupaten Dairi Tahun 2018.
No Umur Ibu Jumlah
F %
1 < 20 - > 35 Tahun 19 38,0
2 20 – 35 Tahun 31 62,0
Total 50 100
Berdasarkan Tabel 4.1. dapat dilihat bahwa dari 50 orang ibu bersalin
berdasarkan umur 20-35 tahun yaitu sebanyak 31 orang (62,0%), umur <20->35
tahun yaitu sebanyak 19 orang (38,0%).
32
2. Paritas
TABEL 4.2. Distribusi Frekuensi Paritas Ibu Bersalin di RSUD. Sidikalang
Kabupaten Dairi Tahun 2018
No Paritas Jumlah
F %
1 Primipara 9 18,0
2 Sekundi dan Multipara 41 82,0
Total 50 100
Berdasarkan Tabel 4.2. dapat dilihat bahwa dari 50 orang ibu bersalin
berdasarkan sekundi dan multipara yaitu sebanyak 41 orang (82,0%), primipara
yaitu sebanyak 9 orang (18,0%).
3. Riwayat kehamilan dan persalinan terdahulu
TABEL 4.3 Distribusi Frekuensi Riwayat Kehamilan Dan Persalinan Terdahulu
Ibu Bersalin di RSUD. Sidikalang Kabupaten Dairi Tahun 2018
No Riwayat Terdahulu Jumlah
F %
1 SC 34 68,0
2 Normal 16 32,0
Total 50 100
Berdasarkan Tabel 4.3. dapat dilihat bahwa dari 50 orang ibu bersalin yang
memiliki riwayat kehamilan dan persalinan terdahulu yang secsio caesar yaitu
sebanyak 34 orang (68,0%), bersalin normal yaitu sebanyak 16 orang (32,0%).
33
4. Retensio Plasenta
TABEL 4.4. Distribusi Frekuensi Retensio Plasenta Ibu Bersalin di RSUD.
Sidikalang Kabupaten Dairi Tahun 2018
No Retensio Plasenta Jumlah
F %
1 Mengalami 35 70,0
2 Tidak Mengalami 15 30,0
Total 50 100
Berdasarkan Tabel 4.4. dapat dilihat bahwa dari 50 orang ibu bersalin
berdasarkan retensio plasenta yang mengalami yaitu sebanyak 35 orang (70,0%),
tidak mengalami yaitu sebanyak 15 orang (30,0%).
4.2.2. Analisa Bivariat
Analisa Bivariat adalah uji statistik yang di pergunakan untuk
menganalisis hubungan antara variabel independent dengan variabel dependent.
Dalam penelitian bivariat ini dilakukan uji statistik Chi-square untuk dapat
menyimpulkan adanya hubungan dua variabel tersebut bermakna atau tidak
bermakna, dengan α = 0,05. Data diolah dengan program computer SPSS versi 17.
TABEL 4.5. Tabulasi Silang Antara Umur Ibu Bersalin Dengan Retensio Plasenta
di RSUD Sidikalang Tahun 2018
No Umur
Retensio Plasenta
Jumlah P –Value Mengalami
Tidak
Mengalami
F % f % F %
1 <20->35 tahun 18 36,0 1 2,0 19 38,0 0,003
2 20-35 tahun 17 34,0 14 28,0 31 62,0
Total 35 70,0 15 30,0 50 100
Berdasarkan Tabel 4.5. menunjukkan bahwa dari 50 responden
berdasarkan umur yang 20-35 tahun sebanyak 31 orang (62,0%) diantaranya yang
mengalami retensio plasenta sebanyak 17 orang (34,0%) dan yang tidak
mengalami retensio plasenta sebanyak 14 orang (28,0%). Responden yang paling
34
sedikit dengan umur < 20- > 35 tahun sebanyak 19 orang (38,0%) diantaranya
yang mengalami retensio plasenta sebanyak 18 orang (36%) dan yang tidak
mengalami retensio plasenta sebanyak 1 orang (2,0%).
Berdasarkan hasil uji chi-square pada tabel 4.5. diperoleh nilai p= 0,003 <
α = 0,05 artinya Ha diterima. Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara
umur dengan retensio plasenta di RSUD Sidikalang Tahun 2018.
TABEL 4.6. Tabulasi Silang Antara Paritas Ibu Bersalin Dengan Retensio
Plasenta di RSUD Sidikalang Tahun 2018.
No Paritas
Retensio Plasenta
Jumlah P-
Value Mengala
mi
Tidak
Mengalami
f % f % F %
1 Primipara 0 0 9 18,0 9 18,0 0,000
2 Sekundi dan multipara 35 70,0 6 12,0 41 82,0
Total 35 70,0 15 30,0 50 100
Berdasarkan Tabel 4.6. menunjukkan bahwa dari 50 orang ibu bersalin
berdasarkan paritas yang beresiko sebanyak 41 orang (82,0%) diantaranya yang
mengalami retensio plasenta sebanyak 35 orang (70,0%) dan yang tidak
mengalami retensio plasenta sebanyak 6 orang (12,0%). Dan paritas Primipara
sebanyak 9 orang (18,0%) diantaranya tidak mengalami retensio plasenta
sebanyak 9 orang (18,0%).
Berdasarkan hasil uji chi-square pada tabel 4.6.diperoleh nilai p= 0,000< α
= 0,05 artinya Ha diterima. Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara
paritas dengan retensio plasenta di RSUD Sidikalang Tahun 2018.
35
TABEL 4.7. Tabulasi Silang Antara Riwayat Kehamilan Dan Persalinan
terdahulu Ibu Bersalin Dengan Retensio Plasenta di RSUD Sidikalang Tahun
2018.
No Riwayat
Terdahulu
Retensio Plasenta
Jumlah P -Value Mengalami
Tidak
Mengalami
f % f % F %
1 SC 34 68,0 0 0 34 68,0 0,000
2 Normal 1 2,0 15 30,0 16 32,0
Total 35 70,0 15 30,0 50 100
Berdasarkan Tabel 4.7. menunjukkan bahwa dari 50 ibu bersalin
berdasarkan riwayat kehamilan dan persalinan yang terdahulu yang Secsio caesar
sebanyak 34 orang (68,0%) diantaranya yang mengalami retensio plasenta
sebanyak 34 orang (68,0%) dan Riwayat kehamilan dan persalinan terdahulu
Normal sebanyak 16 orang (32,0%) diantaranya mengalami retensio plasenta
sebanyak 1 orang (2,0%) dan yang tidak mengalami retensio plasenta sebanyak 15
orang (30,0%).
Berdasarkan hasil uji chi-squarepada tabel 4.6.diperoleh nilai p= 0,000< α
= 0,05 artinya Ha diterima. Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara
riwayat kehamilan dan persalinan terdahulu dengan retensio plasenta di RSUD
Sidikalang Tahun 2018.
4.3. Pembahasan
4.3.1. Hubungan Umur Ibu Bersalin dengan Retensio Plasenta pada Ibu
Bersalin Di RSUD Sidikalang Tahun 2018.
Penelitian ini bisa dilihat bahwa dari 50 responden yang paling banyak
dengan umur 20–35 tahun sebanyak 31 orang (62,0%) diantaranya yang
mengalami retensio plasenta sebanyak 17 orang (34,0%) dan yang tidak
mengalami retensio plasenta sebanyak 14 orang (28,0%). Responden yang paling
36
sedikit dengan umur < 20 - > 35 tahun sebanyak 19 orang (38,0%) diantaranya
yang mengalami retensio plasenta sebanyak 18 orang (36%) dan yang tidak
mengalami retensio plasenta sebanyak 1 orang (2,0%).
Berdasarkan hasil uji statistik chi-square pada tabel 4.5.diperoleh nilai p=
0,003 < α = 0,05 artinya Ha diterima. Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan
antara umur dengan retensio plasenta di RSUD Sidikalang Tahun 2018.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Darmayanti Tahun 2014 yang berjudul “ Faktor- faktor yang Berhubungan
Dengan Kejadian Retensio Plasenta di RSUD Dr.H.Moch.Ansari Salaeh
Banjarmasin”, hasil penelitian dari 614 ibu bersalin, 65 orang (10,6%) mengalami
retensio plasenta, kategori umur resiko (< 20 tahun atau > 35 tahun) 140 orang
(22,8%), kategori paritas resiko (> 3) 199 orang (19,4%) dan jarak persalinan
risiko 96 orang (15,6%). Hasil uji chi-square yang memiliki hubungan dengan
kejadian retensio plasenta adalah umur (p=0,228). Hasil analisis multivariable
menyatakan bahwa paritas merupakan faktor dominan terjadinya retensio
plasenta.Kesimpulan penelitian ini, paritas dan umur berhubungan dengan
kejadian retensio plasenta.
Umur dibawah dari 20 tahun dan kelompok umur diatas 35 tahun adalah
tiga kali lebih tinggi dari kelompok umur reproduksi sehat 20-34 tahun. Umur ibu
lebih dari 35 tahun mempunyai resiko tinggi terjadi komplikasi persalinan
dikarenakan otot-otot rahim yang sudah lemah sehingga akan berlangsung lama
yang salah satunya akan menyebabkan akan terjadinya retensio plasenta. Menurut
37
Monchtar Rustam yang terlihat jelas dalam buku yang berjudul “Sinopsis
Obstetri”.
Menurut Peneliti retensio plasenta pada ibu bersalin dapat dipengaruhi
oleh usia ibu. Usia persalinan yang beresiko adalah < 20 tahun dan > 35 tahun.
Ibu bersalin berusia kurang dari 20 tahun, organ reproduksi belum tumbuh
optimal sehingga kontraksi uterus menjadi lemah dan ibu yang berusia lebih dari
35 tahun bisa terjadi perdarahan dikarenakan sudah lemahnya otot-otot rahim. Itu
yang menyebabkan retensio plasenta karena tidak maksimalnya pelepasan
plasenta.
4.3.2. Hubungan Paritas Ibu Bersalin dengan Retensio Plasenta pada Ibu
Bersalin Di RSUD Sidikalang Tahun 2018.
Penelitian ini bisa dilihat bahwa dari 50 responden yang paling banyak
dengan paritasyang beresiko sebanyak 41 orang (82,0%) diantaranya yang
mengalami retensio plasenta sebanyak 35 orang (70,0%) dan yang tidak
mengalami retensio plasenta sebanyak 6 orang (12,0%). Responden yang paling
sedikit dengan paritas beresiko sebanyak 9 orang (18,0%) diantaranya tidak
mengalami retensio plasenta sebanyak 9 orang (18,0%).
Berdasarkan hasil uji statistikchi-square pada tabel 4.6.diperoleh nilai p=
0,000 < α = 0,05 artinya Ha diterima. Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan
antara paritas dengan retensio plasenta di RSUD Sidikalang Tahun 2018
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelian yang dilakukan oleh
Aukurniasari Tahun 2015 yang berjudul “ Hubungan Gradivitas dan Riwayat
Abortus Dengan Kejadian Retensio Plasenta Pada Ibu Bersalin di RSUD
38
dr..SOEKARDJO Kota Tasikmalaya frekuensi tertinggi adalah kategori
primigravida sebanyak 95 orang (62,2%). Hasil uji statistik menunjukkan p-
value= 0,000 maka keputusan Ho dengan artinya ada hubungan antara gradivitas
ibu dengan kejadian retensio plasenta.
Paritas 1 dan paritas tinggi (>3) mempunyai angka kematian meternal
lebih tinggi, semakin tinggi paritas maka cenderung akan semakin tinggi angka
kematian maternal. Grandemultipara, yaitu ibu dengan jumlah kehamilan dan
persalinan lebih dari 6 kali, masih banyak ditemukan.Resiko tersebut adalah 8 kali
lebih tinggi dari individu dengan angka paritas yang lebih rendah.Menurut
Monhtar Rustam yang terlihat jelas dalam buku yang berjudul “Sinopsis
Obstetri”.
Menurut peneliti paritas besar pengaruhnya terhadap kejadian retensio
plasenta pada ibu bersalin, terutama paritas yang tinggi. Ibu yang pernah
melahirkan 3 (tiga) atau lebih, karena seringnya ibu hamil dan bersalin sehingga
memiliki rahim yang teregang berlebihan sehingga menciptakan banyak ruangan
kosong yang beresiko terjadi kelainan pada retensio plasenta. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa ibu bersalin yang paritasnya beresiko (>4) sebagian besar
mengalami retensi plasenta. Oleh karena itu bidan hendaknya mewasdai
kemungkinan terjadinya retensio plasenta pada ibu bersalin dengan paritas > 4,
agar retensio plasenta dapat terdeteksi lebih dini dan tertangani lebih baik.
39
4.3.3. Hubungan Riwayat Kehamilan Dan Persalinan Terdahulu Ibu
Bersalin dengan Retensio Plasenta pada Ibu Bersalin Di RSUD
Sidikalang Tahun 2018.
Penelitan ini bisa dilihat bahwa dari 50 responden yang paling banyak
dengan riwayat kehamilan dan persalinan yang terdahulu yang beresiko sebanyak
34 orang (68,0%) diantaranya yang mengalami retensio plasenta sebanyak 34
orang (68,0%) Responden yang paling sedikit dengan Riwayat kehamilan dan
persalinan terdahulu tidak beresiko sebanyak 16 orang (32,0%) diantaranya
mengalami retensio plasenta sebanyak 1 orang (2,0%) dan yang tidak mengalami
retensio plasenta sebanyak 15 orang (30,0%).
Berdasarkan hasil uji statistik chi-square pada tabel 4.6. diperoleh nilai p=
0,000< α = 0,05 artinya Ha diterima. Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan
antara riwayat kehamilan dan persalinan terdahulu dengan retensio plasenta di
RSUD Sidikalang Tahun 2018.
Penelitain ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Mayang
Notikaratu Tahun 2012 yang berjudul “Hubungan Faktor Resiko Ibu bersalin
Dengan Retensio Plasenta”, hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat
hubungan yang bermakna antara umur yang beresiko tinggi (p=0,041,
OR=2,247). Kesimpulan ibu bersalin dengan faktor risiko umur ibu, multiparitas
dan riwayat kehamilan dan persalinan terdahulu beresiko lebih tinggi mengalami
retensio plasenta.
Riwayat kehamilan dan persalinan yang dialami oleh seorang ibu juga
merupakan resiko tinggi dalam terjadinya perdarahan. Cedera dalam alat
kandungan atau jalan lahir dapat ditimbulkan oleh proses kehamilan terdahulu dan
40
berakibat buruk pada kehamilan yang sedang dialami.ini dapat berupa keguguran,
bekas persalinan berulang dengan jarak pendek, bekas operasi ( section caesarea)
atau bekas luka. Menurut Sarwono yang terlihat jelas dalam buku yang berjudul “
Ilmu Kandungan”.
Menurut peneliti riwayat kehamilan dan persalinan terdahulu juga
berpengaruh pada retensio plasenta karena apabila ibu sudah pernah mengalami
retensio plasenta atau mengalami placenta previa saat hamil maka kemungkinan
besar kahamilan dan persalinan selanjutnya akan mengalami retensio plasenta,
dan bekas sc dan abortus juga bisa jadi penyebab terjadinya retensio pada ibu
bersalin, karena tempat implantasi plasenta yang sudah tidak maksimal yang
menyebabkan terjadinya retensio plasenta pada ibu bersalin.
41
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dan pembahasan yang telah
diuraikan sebelumnya mengenai “Faktor yang Berhubungan dengan Retensio
Plasenta pada Ibu Bersalin di RSUD Sidikalang Kabupaten Daeri Tahun 2018”,
maka diperoleh suatu kesimpulkan sebagai berikut :
1. Ada hubungan antara umur ibu bersalin dengan retensio plasenta, di
peroleh bahwa nilai p= 0,003 < α =0,05 artinya Ha diterima.
2. Ada hubungan antara paritas ibu bersalin dengan retensio plasenta, di
peroleh bahwa nilai p= 0,000 < α =0,05 artinya Ha diterima
3. Ada hubungan antara riwayat kehamilan dan persalinan terdahulu ibu
bersalin dengan retensio plasenta, di peroleh bahwa nilai p= 0,000 < α
=0,05 artinya Ha diterima
4. Ada hubungan faktor ibu bersalin dengan retensio plasenta di RSUD
Sidikalang Kabupaten Daeri Tahun 2018 dengan hasil uji chi-square
dengan α= 0,05 maka nilai p<α (0,003),p<α (0,000),p<α (0,000)
42
5.2. Saran bagi responden
Saran- saran berdasarkan hasil penelitian ini disampaikan kepada beberapa
pihak yaitu:
1. Saran Teoritis
Sebagai bahan pengembangan keilmuan dan menambah wawasan dan
pengetahuan yang baru mengenai faktor yang berhubungan dengan retensio
plasenta.
2. Bagi Tempat Penelitian
Agar dapat memberikan informasi dan konseling kepada ibu hamil tentang
yang berhubungan dengan Retensio plasenta, terutama faktor umur ibu <20 tahun
dan >35 tahun, faktor paritas ibu >4 anak dan ibu yang riwayat kehamilan dan
persalinan terdahulu, agar berkurangnya ibu yang mengalami retensio plasenta.
3. Bagi Institut Pendidikan
Agar meningkatkan saran dan fasilitas untuk sumber referensi yang terkait
dengan judul penelitian di Akademi Kesehatan Medan.
4. Bagi Peneliti
Agar dapat menambah pengetahuan dan wawasan peneliti khususnya
mengenai Retensio Plasenta yang dipengaruhi oleh beberapa faktor yang lain,
yang menggunakan desain penelitian yang berbeda.
5. Bagi Peneliti Selanjutnya
Agar dapat mengembangkan variabel yang diteliti sesuai dengan
permasalahan yang ada serta menggunakan metode penelitian yang berbeda.
43
DAFTAR PUSTAKA
1. Zau E. Hubungan Antara Umur Dan Paritas Ibu Dengan Kejadian Retensio
Plasenta. Kumpul J Kesehat. 2011;(July).
2. Riyanto R. Faktor Risiko Kejadian Retensio Plasenta Pada Ibu Bersalin Di
RSUD Dr. H. Bob Bazar, Skm Kalianda. J Kesehat METRO SAI WAWAI.
2016;8(1):38–44.
3. Anasari T, Khotijah A. Hubungan Usia Dan Paritas Dengan Kejadian
Retensio Plasenta Pada Ibu Bersalin. Bidan Prada J Publ Kebidanan Akbid
YLPP Purwokerto. 2014;5(1).
4. Brahmana IB. Perdarahan Pascapersalinan oleh Karena Retensi Plasenta
pada P4a0 Postpartum Spontan, Janin Besar, dengan Hipertensi dalam
Kehamilan. Mutiara Med J Kedokt dan Kesehat. 2018;18(1):34–40.
5. Satriyandari Y, Hariyati NR. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kejadian
perdarahan postpartum. J Heal Stud. 2017;1(1):49–64.
6. Kemenkes RI. Angka Kematian Ibu [Internet]. Jakarta; 2018 [cited 2017
Aug 15]. Available from: http://www.depkes.go.id/resources/download/
pusdatin/infodatin/infodatin-ibu.pdf
7. Dinas Kesehatan Kota Medan. Profil Kesehatan Sumatera Utara. Medan;
2017.
8. Darmayanti D. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian
Retensio Plasenta di RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin. An-
Nadaa J Kesehat Masy. 2014;1(2):77–81.
9. Yuliawati Y, Anggraini Y. Hubungan Riwayat Pre Eklamsia, Retensio
Plasenta, Atonia Uteri Dan Laserasi Jalan Lahir Dengan Kejadian
Perdarahan Post Partum Pada Ibu Nifas. J Kesehat. 2016;6(1).
10. Delvia S. Hubungan Usia Dan Paritas Dengan Kejadian Retensio Plasenta
Pada Ibu Bersalin Di RSUD Dr. Ibnu Sutowo Baturaja Kabupaten Ogan
Komering Ulu. Masker Med. 2018;6(1).
11. Lumbanraja SN. Kegawatdaruratan Obstetri. I. Medan: USU Press; 2017.
12. Rukiyah AY. Asuhan Kebidanan IV (Patologi Kebidanan). Revisi. Jakarta:
Trans Info Media (TIM); 2012.
13. Nugroho T. Kasus Emergency Kebidanan untuk Kebidanan dan
Keperawatan. I. Jakarta: Nuha Medika; 2016.
14. Walyani ES. Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan. I. Jakarta: Pustaka Baru;
2015.
15. Maryunani A. Asuhan Kegawatdaruratan dalam Kebidanan. I. Jakarta:
Trans Info Media (TIM); 2016.
16. Prawirohardjo S. Ilmu Kandungan. I. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo; 2016.
17. Fauziyah Y. Obstetri Patologi Untuk Mahasiswa Kebidanan dan
Keperawatan. I. Jakarta: Nuha Medika; 2012.
18. Eniysti & Sholihah A. Asuhan Kebidanan Pada Persalinan Patologi. I.
Jakarta: Pustaka Pelajar; 2013.
44
19. Manuaba IBG. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB Untuk
Pendidikan Bidan. I. Jakarta: Buku Kedokteran EGC; 2010.
20. Iman Muhammad. Karya Tulis Ilmiah Bidang Kesehatan Menggunakan
Metode Ilmiah. I. Bandung: Citapustaka Media Perintis; 2015.
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63