laporan resmi kolesterol
DESCRIPTION
kolesterolTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di Indonesia angka kejadian penyakit kardiovaskular menunjukkan
peningkatan dari tahun ke tahun. Penyakit kardiovaskular mengalami
kenaikan yang cukup pesat dan merupakan penyebab kematian nomor
satu di kawasan Asia Pasifik. Salah satu penyebab terjadinya penyakit
kardiovaskular adalah adanya perubahan pola makan, dimana
kecenderungan masyarakat modern mengkonsumsi makanan yang cepat
saji. Makanan cepat saji ini biasanya kita jumpai dalam bentuk
gorengan. Salah satu penyebab bahaya dari makanan gorengan adalah jika
minyak goreng digunakan berkali-kali untuk menggoreng.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sudarmanto, 2006
menyatakan bahwa konsumsi minyak goreng 27 kali dapat
mempengaruhi fungsi hati, kadar enzim serum transaminase hati, kadar
bilirubin serum dan kadar kolesterol total. Minyak yang dipanaskan
berkali-kali, akan mengalami proses kerusakan dan merupakan toksikan
bagi hati, diantaranya adalah asam lemak siklik, aldehid trigliserida,
trigliserida hidroperoksida, aldehid, keton, akrilamid, heterosiklik
aromatik amin, dan polisiklik aromatik hidrokarbon.
Minyak goreng yang dipanaskan menghasilkan radikal bebas berupa
asam lemak bebas yang terbentuk melalui proses oksidasi dari
pemecahan ikatan rangkap (Ketaren, 1986). Peningkatan jumlah radikal
bebas dapat menyebabkan kerusakan asam nukleat, protein dan membran
lipid sehingga dapat menimbulkan kanker dan kerusakan hati (Usoh,
2005). Hati memegang peranan penting dalam pengangkutan dan
metabolisme lemak, diantaranya produksi getah empedu untuk ekskresi
kolesterol, mempunyai sistem enzim yang dapat mensintesis dan oksidasi
asam lemak, mengubah asam lemak menjadi asam empedu dan
berperan dalam metabolisme lipoprotein (Murray, 1996). Sehingga
1
kerusakan dan toksikan pada hati dapat mengganggu metabolisme dan
ekskresi kolesterol dari dalam tubuh.
Saat ini telah diteliti begitu banyak tanaman yang dapat bermanfaat
sebagai obat. Salah satu tanaman yang belum banyak diteliti khasiatnya
adalah ketan hitam (Oryza sativa Linn. varglutinosa). Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Xia, et al (Xia, 2006), beras merah dan
beras hitam mengandung antioksidan jenis antosianin yang dapat
digunakan dalam terapi hipolipidemik, menstabilkan pembentukan plak
atherosklerosis dan meningkatkan level antioksidan pada kelinci yang
diberi diet tinggi kolesterol.
Beras dan ketan merupakan tanaman yang berada pada famili yang
sama, sehingga diduga memiliki kandungan senyawa kimia yang hampir
sama. Oleh sebab itu akan dilakukan penelitian mengenai : “Aktivitas
ekstrak etanol ketan hitam untuk menurunkan kadar kolesterol total
serum pada mencit”. Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat
meningkatkan nilai manfaat dari ketan hitam serta dapat digunakan
sebagai sumber baru untuk terapi antikolesterol.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana aktivitas ekstrak etanol ketan hitam sebagai
anthihiperlipidemia?
Bagaimana cara memformulasikan ekstrak ketan hitam dalam
sediaan emulsi?
1.3 Tujuan Penelitian
Mengetahui aktivitas ekstrak etanol ketan hitam sebagai
anthihiperlipidemia.
Mengetahui cara memformulasikan ekstrak ketan hitam dalam
sediaan emulsi.
2
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Bagi peneliti
Menambah pengetahuan dan pengalaman tentang pembuatan ekstrak
etanol ketan hitam dalam sediaan emulsi.
2. Bagi mahasiswa
Menambah wawasan tentang manfaat ketan hitam sebagai
antihiperlipidemia dan menambah wawasan tentang cara pembuatan
sediaan emulsi.
3. Bagi kesehatan
Menambah pengetahuan dan informasi baggi mahasiswa yang akan
melakukan penelitian lebih lanjut.
4. Bagi masyarakat
Memberi gambaran dan informasi tentang potensi kulit buah manggis
sebagai antihiperlipidemia dalam sediaan emulsi.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Lipid Plasma
Lipid plasma yang utama yaitu kolesterol, trigliserida, fosfolipid dan asam
lemak bebas yaitu tidak larut dalam cairan plasma. Oleh karena itu sifat lipid yang
susah larut dalam cairan plasma, maka perlu dibuat bentuk yang terlarut. Untuk itu
dibutuhkan suatu zat pelarut yaitu suatu protein yang dikenal dengan nama
apolipoprotein/apoprotein. Pada saat ini dikenal dengan 9 jenis apoprotein yang
diberi nama secara alfabetis (Apo A, Apo B, Apo C, Apo D, Apo E). Senyawa lipid
dan apoprotein ini dikenal dengan nama Lipoprotein, yang bersifat larut dalam air.
Lipoprotein ini bertugas mengangkut lipid dari tempat sintesisnya menuju
tempat penggunaannya. Lipoprotein dibagi menjadi 5 golongan besar, yaitu :
a. Kilomikron
- Dibentuk didalam sel epitel usus. Mengandung Apo A, Apo B, Apo C.
- Komponen terbanyak Trigliserida (80%) dan kolesterol ester (5%).
- Fungsi membawa Trigliserida dari makanan dalam usus ke jaringan lemak, dan
membawa kolesterol dari makanan dalam usus ke hati.
b. Very Low Density Lipoprotein (VLDL)
- Dibentuk dalam sel hati.
- Komponen 60% Trigliserida dan 10-15% kolesterol.
- Mengandung Apo B, Apo C.
- Fungsinya mengangkut Trigliserida ke jaringan perifer.
c. Intermedian Density Lipoprotein (IDL)
- Dibentuk dalam intravaskular.
- Komponen 30% trigliseridadan lebih banyak mengandung kolesterol.
- Mengandung Apo B dan Apo D.
- IDL adalam zat perantara yang terjadi sewaktu VLDL dikatabolisme menjadi
LDL, tidak terdapat dalam jumlah besar kecuali terjadi hambatan konversi lebih
lanjut.
d. Low Density Lipoprotein (LDL)
4
- Dibentuk dalam intravaskuler (sirkuasi darah).
- Komponen paling banyak mengandung kolesterol (50)% dan TG 10%.
- Mengandung Apo B.
- Fungsinya mengandung sebagian besar 70% kolesterol darah dari hati ke
jaringan. Jika LDL tinggi menyebabkan Atherosclorosis.
e. High Density Lipoprotein (HDL)
- Dibentuk dihati dan usus.
- Komponen fosfolipid, kolesterol, sedikit TG.
- Mengandung Apo A dan Apo C.
- Fungsinya mengangkut kelebihan kolesterol dari jaringan periver ke hati.
HDL merupakan lipoprotein protektif yang menurunkan resiko penyakit jantung
koroner (Adam, 2009).
2.2 Definisi Hiperlipida
Hiperlipidemia adalah peningkatan dari salah satu atau lebih dari
kolesterol, kolesterol ester, fosfolipid, atau trigliserida. Kadar lipid yang
abnormal dapat berkontribusi pada penyakit jantung koroner, pheripherd
vaskuler disease, stroke, dll. Pasien dengan hiperlipidemia juga memiliki
hiperkolesterolemia, hipertrigliseridemia atau gabungan keduannya
(Braundwald, 2001).
Hiperkolesterolemia adalah suatu peningkatan dari total kolesterol (TC)
dengan kadar Trigliserida yang normal. Hal ini biasanya berhubungan dengan
peningkatan kolesterol LDL karena kolesterol LDL membawa ± 65-75% total
kolesterol plasma (Braundwald, 2001).
Hipertrigliseridemia terjadi bila adanya kenaikan trigliserida (TG),
dimana hal ini merupakan faktor resiko independent untuk penyakit jantung
koroner. Walaupun pengobatan untuk hipertrigliseridemia bergantung pada
penyebab kenaikan kenaikan TG dan tingkat keparahannya, tujuan terapi utama
adalah untuk memcapai target kolesterol-LDL yang optimal (Braundwald,
2001).
2.3 Klasifikasi
5
Klasifikasi dislipidemia dapat berdasarkan atas primer yang tidak jelas
penyebabnya dan sekunder yang mempunyai penyakit dasar seperti pada
syndrom nefrotik, DM, hipertioridesme. Selain itu, klasifikasi dislipidemia dapat
juga dibagi berdasarkan profil lipid yang menonjol seperti hiperkolesterolemia,
hipertrigliseridemia, isolated low HDL-cdesterol dan dislipidemia campuran
(Adam, 2009).
Klasifikasi kolesterol total, kolesterol LDL, kolesterol HDL, dan Trigliserida
menurut NCEP ATP III, 2001 (mg/dl).
Kolesterol total
<200 Optimal
200-239 Diinginkan
≥240 Tinggi
Kolesterol LDL
<100 Optimal
100-129 Mendekati optimal
130-159 Diinginkan
160-189 Tinggi
≥190 Sangat tinggi
Kolesterol HDL
<40 Rendah
≥60 Tinggi
Trigliserida
<150 Optimal
150-199 Diinginkan
200-499 Tinggi
≥500 Sangat tinggi
Tabel 2.1 Kadar Lipid Serum Normal
Melalui tabel 2.1 di atas, pasien hiperlipidemia adalah bila terdapat
peningkatan dari salah satu atau lebih dari kolesterol, kolesterol ester, fosfolipid,
atau trigliserid. Kadar lipid yang abnormal dapat berkontribusi pada
6
penyakit jantung koroner, peripheral vascular disease, stroke, dan problem
kesehatan lainnya. Pasien dengan hiperlipidemia juga memiliki
hiperkolesterolemia, hipertrigliseridemia, atau gabungan dari keduanya
(Braundwald, 2001).
2.4 Patofisiologi Hiperlipidemia
Bila adanya defek atau gangguan pada jalur metabolisme (gambar 2.1)
maka dapat terjadi hiperlipoproteinemia. Defek ini dapat disebabkan karena
produksi berlebihan dari hipoprotein atau adanya penurunan katabolisme lipid.
Konsentrasi lipoprotein bergantung pada keseimbangan antara masukan dan
bersihan. Pada kondisi stabil, masukan dan pengeluaran lipoprotein adalah
konstan. Saat terjadi peningkatan dari masukan hipoprotein, terjadi mekanisme
kompensasi untuk mengatasi kenaikan tersebut. Pada beberapa kasus,
kompensasi dapat hamper sempurna dan peningkatan konsentrasi lipoprotein
dapat diminimalkan. Namun, pada kasus lain yang kompensasinya tidak
sempurna bahkan buruk dapat berkembang menjadi hiperlipodemia.
Ketidakseimbangan masukan dan bersihkan itu dapat terjadi bila adanya
penurunan bersihan (clearance LDL), terhambatnya lipolisis adanya Remmant
removel defect dan produksi lipoprotein yang berlebihan (Grundy, 1984).
Gambar 2.1 Tahap utama dalam metabolisme lipid yang mengandung apo B-100
7
2.5 Farmakoterapi Hiperlipidemia
1) Tujuan terapi : penurunan kolestrol total dan LDL untuk mengurangi resiko
pertama, berulang dari infark miokardiak, angia, gagal jantung, stroke iskemia
atau kejadian lain pada penyakit arterial perifer seperti carotid stenosis atau
aneurisme aortic abdominal.
2) Terapi Non-Farmakologis : terapi diet (menurunkan konsumsi lemak total,
lemak jenuh dan kolestrol), pengurangan berat badan dan peningkatan aktifitas
fisik.
3) Terapi Farmakologi :
a. Resin asam empedu
Mekanisme : resin menurunkan kadar kolestrol dengan cara mengikat
asam empedu dalam usus, sehingga pada akhirnya akan menghambat
absorbs kolestrol yang akan di buang bersama tinja serta menurunkan
LDL.
Contoh : Kolestiramin, kolestipol
b. Inhibitor Hmg CoA Reduktase
Mekanisme : statin bekerja dengan cara menghambat sintesis kolestrol
dalam hati dengan mengambat enzim reduktase. Serta peningkatan
jumlah reseptor LDL pada membrane sel hepatosid akan menurunkan
kadar kolestrol lebih besar lagi. Selain LDL, VLDL dan IDL juga
menurunkan, tapi HDL meningkat.
Statin merupakan agen penurunan kolestrol total dan LDL yang paling
poten toleransi paling baik.
Contoh : Atoruastatin, Fluvastatin, Lovastatin, Simvastatin.
c. Niasin
Mekanisme : mengurangi sintetis hepatic VLDL yang akan mengarah
pada pengurangi sintesis LDL.
d. Asam Fibrat
Mekanisme : efektif dalam penurunan VLDL, tetapi akibatnya terjadi
peningkatan LDL dan kadar kolestrol cenderung berubah.
Contoh obat: Gemfibrosil, Fenofibrat, Klofibrat
8
e. Ezetimebe
Mekanisme : menggangu absobsi kolestrol dari membrane fili saluran
cerna.
Contoh obat : Ezetrol
f. Suplemen Minyak Ikan
Makanan tinggi omega 3 asam lemak rantai panjang tidak jenuh (dari
minyak ikan atau lebih dikenal dengan nama asam
ecosapentanoat(EPA)), mengurangi kolestrol, TG, LDL VLDL, serta
meningkatkan kolestrol.
2.6 Ketan Hitam
Gambar Ketab Hitam
Gambar 2.2 Ketan Hitam
Klasifikasi tanaman
Kingdom : Plantae
Division : Spermatophyta
Class : Monocotyledonae
Ordo : poales
Familia : poacea
Genus : Oryza
Spesies : Oryza sativa glutinosa
9
Kandungan Ketan Hitam
No Kandungan Jumlah gram
1 Aminopektin 12,0 gram
2 Kalori 346 gram
3 Protein 7,0 gram
4 Lemak 0,7 gram
5 Serat 3,1 gram
6 Vitamin B1 0,2 gram
7 Vitamin C 1,0 gram
Tabel 2.2 Kandungan Ketan Hitam (Soeharto, Iman 2004:28).
Ketan hitam merupakan salah satu komoditi yang sangat potensial sebagai
sumber karbohidrat, antioksidan, senyawa bioaktif dan serat yang penting bagi
kesehatan (Yanuar, 2009).
Pati merupakan karbohidrat utama pada ketan, pati adalah homopolimer glukosa
dengan ikatan alfa glukosida. Pati terdri dari 2 fraksi yang dapat dipisahkan
dengan air panas dimana fraksi terlarut adalah aminopektin. Perbandingan
komposisi kedua golongan pati ini sangat menentukan warna (transparan/tidak)
dan tekstur nasi (lengket, lunak, keras). Menurut Winarni (1991), didalam beras
biasa sekitar 7-38%. Pati ketan didominasi oleh amilopektin, sehingga ditanah
sangat lengket.
Soemartono (1980) melaporkan bahwa dalam beras ketan hitam terdapat zat
warna yang dapat digunakan sebagai pewarna alami pada makanan. Warna beras
ketan hitam disebabkan oleh sel-sel pada kulit air yang mengadung antosianin.
2.7 Anthosianin
Anthosianin adalah salah satu grup pigmen yang pewarna merah muda sampai
biru/ungu, tersebar luar dalam tanaman dan larut dalam air. Anthosianin ditemui
pada bunga, buah –buahan dan sayur-sayuran (Harborn, 1967).
Molekul anthosianin disusun oleh sebuah aglikon (Antosianidin) yang
tereksterifikasi dengan satu atau lebih glikon (gula). Seluruh senyawa antosianin
merupakan senyawa turunan dari kation flavillium (Efendi W, 1991)
10
Antosianin memiliki manfaat bagi kesehatan dalam mencegah kerusakan akibat
oksidasi, detoksifikasi, meningkatkan sistem imunitas tubuh, menangkap radikal
bebas dan meningkatkan logam berat seperti besi, seng, dan tembaga (Prior RI,
Wux, 2006).
Struktur dasar antosianin
Gambar 2.3 Struktur dasar antosianin
Mekanisme Kerja Antosianin Sebagai Antikolesterol :
Antosianin diduga bekerja dengan cara penghambatan terhadap HMG-CoA
reduktase dan meningkatkan aktivitas Lechitis Cholesterol Acyl Transferase
(LCAT). LCAT adalah enzim yang dapat mengkonversi kolesterol bebas
menjadi ester kolesterol yang lebih hidrofobik sehingga ester kolesterol dapat
berikatan dengan partikel inti lipoprotein untuk membentuk HDL baru. Hal ini
dapat meningkatkan kadar HDL serum. Efek protektif HDL terhadap progresi
aterosklerosis yang disebabkan oleh produk oksidasi dari LDL diduga karena
mengangkut kolesterol dari perifer (jaringan tubuh untuk dimetabolisme dihati
dan menghambat modifikasi oksidatif LDL melalui paraoksonase, suatu protein
antioksidan yang berasosiasi dengan HDL (Suyatna FD, 2007).
2.8 Estraksi Maserasi
Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut
sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan menggunakan suatu
pelarut cair. Senyawa aktif yang terdapat dalam berbagai simplisia dapat
digolongkan kedalam golongan minyak atsiri, alkaloida, flavonoida dan lain-lain.
Dengan diketahuinya senyawa aktif yang dikandung simplisia akan
mempermudah pemilihan pelarut dengan cara ekstraksi yang tepat (Ditjen POM,
2000).
11
Ekstrak adalah sediaan kering, kental atau cair dibuat dengan menyari
simplisia nabati atau hewani menurut cara yang cocok, di luar pengaruh cahaya
matahari langsung (Ditjen POM,1979).
Maserasi adalah proses pengekstraksikan simplisia dengan menggunakan
pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur
ruangan (kamar). Secara teknologi termasuk ekstraksi dengan prinsip metode
pencapaian konsentrasi pada keseimbangan. Maserasi kinetik berarti dilakukan
pengadukan yang kontinu (terus-menerus). Remaserasi berarti dilakukan
pengulangan penambahan pelarut setelah dilakukan penyaringan maserat pertama
dan seterusnya (Ditjen POM, 2000).
2.9 Emulsi
Emulsi adalah sediaan yang mengandung bahan obat cair atau larutan obat,
terdispersi dalam cairan pembawa, distabilkan dengan zat pengemulsi atau surfaktan
yang cocok (FI III, Halaman 9). Emulsi adalah sistem dua fase, yang salah satu
cairannya terdispersi dalam cairan lainnya dalam bentuk tetesan kecil. (FI IV, Halaman
6). Dari beberapa definisi yang tertera dapat disimpulkan bahwa emulsi adalah sistem
dua fase yang salah satu cairannya terdispersi dalam cairan pembawa yang membentuk
butiran-butiran kecil dan distabilkan dengan zat pengemulsi (emulgator)/surfaktan yang
cocok.
Secara farmasetik, proses emulsifikasi memungkinkan ahli farmasi dapat
membuat suatu preparat yang stabil dan rata dari campuran dua cairan yang tidak saling
bercampur. Dalam hal ini obat diberikan dalam bentuk bola – bola kecil bukan dalam
bulk. Untuk emulsi yang diberikan secara oral , tipe emulsi minyak dalam air
memungkinkan pemberian obat yang harus dimakan tersebut mempunyai rasa yang
lebih enak dengan penambahan pemanis dan pemberi rasa pada pembawa airnya ,
sehingga mudah dimakan dan ditelan sampai ke lambung (mengontrol flavour). Selain
itu, alasan pemilihan bentuk emulsi karena dapat mengatur kondisi fisik produk, seperti
tekstur dan tingkat kekentalannya, dapat menekan biaya produksi, dapat mengurangi
resiko penggunaan bahan beracun, misalnya sebagai bahan pencampur insektisida
digunakan air.
12
Kriteria emulsi yang baik adalah:
Stabil baik secara fisik maupun khemis dalam penyimpanan
Merupakan disperse homogen antara minyak dengan air
Fase dalam mempunyai ukuran partikel yang kecil dan sama besar mendekati
ukuran partikel koloid
Tidak terjadi creaming atau craking
Memiliki viskositas yang optimal, sehingga mampu menjaga stabilitas dalam
penyimpanan, serta dapat dituangkan dengan mudah
Dikemas dalam kemasan yang mendukung penggunaan dan stabilitas obat.
Pada umumnya dikenal dua tipe emulsi yaitu :
a) Tipe A/M (Air/Minyak) atau W/O (Water/Oil)
Emulsi ini mengandung air yang merupakan fase internalnya dan minyak
merupakan fase luarnya. Emulsi tipe A/M umumnya mengandung kadar air yang
kurang dari 10 - 25% dan mengandung sebagian besar fase minyak. Emulsi jenis ini
dapat diencerkan atau bercampur dengan minyak, akan tetapi sangat sulit
bercampur/dicuci dengan air.
Pada fase ini bersifat non polar maka molekul – molekul emulsifier tersebut
akan teradsorbsi lebih kuat oleh minyak dibandingkan oleh air. Akibatnya tegangan
permukaan minyak menjadi lebih rendah sehingga mudah menyebar menjadi fase
kontinyu.
b) Tipe M/A (Minyak/Air) atau O/W (Oil/Water)
Merupakan suatu jenis emulsi yang fase terdispersinya berupa minyak yang
terdistribusi dalam bentuk butiran-butiran kecil didalam fase kontinyu yang berupa
air. Emulsi tipe ini umumnya mengandung kadar air yang lebih dari 31 - 41%
sehingga emulsi M/A dapat diencerkan atau bercampur dengan air dan sangat
mudah dicuci.
Pada fase ini bersifat polar maka molekul – molekul emulsifier tersebut
akan teradsorbsi lebih kuat oleh air dibandingkan minyak. Akibatnya tegangan
permukaan air menjadi lebih rendah sehingga mudah menyebar menjadi fase
kontinyu.
13
2.10 Evaluasi Sediaan Emulsi
Evaluasi sediaan emulsi dilakukan untuk mengetahui kestabilan dari suatu sediaan
emulsi pada penyimpanan. Evaluasi ini dapat dilakukan melalui pengamatan secara
organoleptis (rasa, bau, warna, konsistensi), pengamatan secara fisika (rasio pemisahan
fase, viskositas, redispersibilitas, uji tipe emulsi, ukuran globul fase dalam, sifat aliran),
pengamatan secara kimia (pengukuran pH), secara biologi (angka cemaran mikroba).
Pengamatan sediaan meliputi:
1. Pengamatan Organoleptis
Pengamatan organoleptis dilakukan dengan mengamati warna, bau, dan rasa dari
sediaan emulsi pada penyimpanan pada suhu endah 5oC dan tinggi 35oC pada
penyimpanan masing-masing 12 jam.
2. Penentuan viskositas
Dilakukan terhadap emulsi, pengukuran viskositas dilakukan dengna viskometer
brookfield pada 50 putaran permenit (Rpm).
Cara Menghitung Viskositas dengan menggunakan Viscometer Brookfield
(DV.E viscometer) :
a. Tekan tombol on/of yang terdapat dibagiam belakang hingga viscometer
dalam keadaan on,
b. Periksa dahulu kedudukan “mata ikan” penunjuk apakah viscometer sudah
dalam keadaan datar,
c. Tombol pengunci berfungsi agar kotakan tidak dapat turun dan naik saat
kita pakai maka tombol pengunci harus diputar hingga benar – benar
terkunci rapat,
d. Tombol putaran berfungsi untuk menurunkan dan menaikkan spindle ke
dalam cairan
e. Spindle yang besar digunakan pada larutan yang cair/encer dan sebaliknya
f. Sebelum spindle di masukkan dalam cairan, maka harus dipasang dulu
dengan memegang bagian atas kemudian dipasangkan pada viscometer
bagian bawah diputar searah jarum jam. (spindle tidak boleh jatuh, cara
memegangnya pada bagian atas karena bagian bawah sangat sensitif)
14
g. Setelah cairan dimasukkan dalam beker, spindle yang sudah terpasang
dicelupkan dalam cairan dengan tombol putaran sampai ujung bagian bawah
tenggelam dan penyangga mencapai dasar beker.
h. Tekan tombol on pada bagian belakang, kemudian nomor spindle yang
digunakan disesuaikan dengan kekentalan cairan serta kecepatannya di atur
sesuai dengan kecepatan yang diinginkan.
i. Selanjutnya, tekan tombol on pada bagian depan dan baca angka yang
paling lama muncul, catatlah.
j. Jika spindle yang digunakan tidak sesuai dengan kekentalan zat cair maka
data tidak akan dapat terbaca pada layar.
3. Pengukuran pH
Pengukuran pH dilakukan dengan mencelupkan elektroda dari pH-meter digital ke
dalam sampel, yang sebelumnya telah dikalibrasi pada larutan buffer, kemudian
pH-meter dinyalakan dan ditunggu sampai layar pada pH-meter menunjukkan
angka yang stabil.
4. Pengamatan Rasio Pemisahan Fase
Pengamatan rasio pemisahan fase dilakukan dengan membandingkan tinggi fase
air (H1) dengan tinggi emulsi mula -mula (H0) dari sediaan pembanding dan
sediaan uji pada hari ke-1, 3, 7, dst.
5. Uji Redispersibilitas
Uji redispersibilitas dilakukan dengan cara mengocok masing-masing sediaan
pembanding dan sediaan uji , kemudian dihitung jumlah pengocokan yang
diperlukan sam pai sediaan emulsi terdispersi kembali. Pengujian dilakukan hari
ke-1, 3, 7, dst.
6. Uji Tipe Emulsi
Uji tipe emulsi dilakukan dengan menggunakan salah satu metode yaitu metode
pengenceran, caranya dengan menambahkan sejumlah air dan minyak pada sediaan
dan diamati apakah sediaan dapat tercampur dengan air atau dengan minyak,
sehingga dapat diketahui apakah terjadi perubahan tipe emulsi dari m/a menjadi
a/m selama penyimpanan. Pengujian dilakukan pada hari ke-1 dan hari terakhir.
7. Pengamatan Mikroskopik
15
Pengamatan mikroskopik dilakukan dengan cara mengukur diameter dan distribusi
frekuensi globul minyak. Pengukuran dilakukan di bawah mikroskop dengan
menggunakan mikrometer yang telah ditentukan ukuran tiap kotaknya (dikalibrasi)
dengan menggunakan hemositometer.
Diameter globul diukur dengan menggunakan rumus yang diturunkan dari
persamaan Edmunson berikut:
dimana d adalah garis tengah ekivalen, n adalah jumlah partikel dalam satu rentang
ukuran, p adalah indeks ukuran dan f adalah indeks frekuensi.
Oleh karena parameter yang dipakai adalah jumlah globul dan diameter
globul, maka rumus di atas menjadi:
dimana n adalah jumlah globul yang diamati dan d adalah interval dari rentang
ukuran globul.
8. Uji Mikrobiologi
Uji mikrobiologi dilakukan untuk mengetahui angka cemaran mikroba yang
mungkin mengkontaminasi sediaan selama penyimpanan. Uji ini dilakukan dengan
menentukan Angka Lempeng Total (ALT) yaitu penentuan jumlah koloni dari
pertumbuhan bakteri mesofil aerob setelah sampel diinkubasikan dalam media
pembenihan yang cocok selama 24-48 jam pada suhu 35±1ºC.
Prosedur pengujian :
a. Penyiapan alat-alat dan bahan yang telah disterilkan.
b. Homogenisasi sampel, yaitu dengan memipet 1 mL sampel yang
dimasukkan ke dalam wadah lain, yang telah berisi 9 mL larutan pengencer
sehingga diperoleh pengenceran 1:10. Sampel hasil pengenceran ini
kemudian digunakan untuk pengenceran lain apabila diperlukan.
c. Sampel hasil pengenceran dipipet sebanyak 1 mL dan dimasukkan ke dalam
cawan petri steril. Dilakukan sebanyak dua kali (duplo).
16
d. Sebanyak 12-15 mL nutrient agar yang telah dicairkan dituang ke dalam
masing-masing cawan kemudian cawan digoyangkan perlahan-lahan sampai
sampel tercampur rata dengan nutrient agar, lalu dibiarkan sampai menjadi
padat.
e. Blanko dibuat dengan mencampur air pengencer dengan nutrient agar untuk
masing-masing sampel yang diperiksa.
f. Cawan berisi sampel dimasukkan ke dalam inkubator dalam posisi terbalik
dan diinkubasikan selama 24-48 jam pada suhu 35±1ºC.
g. Pertumbuhan koloni dicatat pada setiap cawan yang mengandung 25-250
koloni setelah 48 jam.
h. Angka lempeng total dihitung dalam 1 gram atau 1 mL sampel dengan
mengalikan jumlah rata-rata koloni pada cawan dengan faktor pengenceran
yang sesuai (SNI 19-2897-1992; Anonim, 1979).
17
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 ALAT DAN BAHAN
Alat dan bahan yang digunakan pada proses pembuatan ekstrak dan uji
antihiperglikrmik :
Alat : gelas ukur, beaker glass, cawan porselen, erlemeyer, kain flanel, kertas
saring, timbangan analitik, corong gelas, mortir dan stamper, sudip, batang
pengaduk, water bath, sonde, dan kolesterol test.
Bahan : serbuk ketan hitam, lemak sapi, CMC Na, etanol 96%,
3.2 METODE PRAKTIKUM
a. Proses Penginduksian Lemak Gajih
Skema 3.1 Proses Penginduksian Lemak Gajih
b. Proses Pembuatan Ekstrak Ketan Hitam
18
Lemak Gajih
Lemak Direbus
Diblender/dihaluskan
Diinduksi pada mencit 3X sehari selama 4-5 hari sebanyak ± 1ml
Ketan hitam yang telah dikeringkan
Diblender
Serbuk/simplisia ketan hitam
Didapatkan
Skema 3.2 Proses Pembuatan Ekstrak Ketan Hitam
c. Penghitungan Dosis Ekstrak Etanol Ketan Hitam
Dosis ekstrak ketan hitam : 1200 mg/kg BB tikus
Konversi dosis ke mencit :
1200mg/kgBB = 1200
1000 gBBtikus =
240 mg200 gBBtikus
Dosis untuk mencit = dosis x faktor konversi
= 240 mg
200 gBBtikus x 0,14
= 33,6 mg/20g mencit
Konversi dosis mencit ke dosis untuk manusia
Dosis untuk manusia = dosis x faktor konversi
= 33,6mg20 gram
x 387,9
= 13033,44 mg/70kgBB manusia
Tabel Faktor Konversi Dosis
Mencit 20gTikus
200g
Marmut
400g
Kelinci
1,2 kg
Kera 4
kg
Anjing
12 kg
Manusia
70 kg
Mencit 20g 1,0 7,0 12,25 27,8 64,1 124,2 387,9
Tikus 200g 0,14 1,0 1,74 3,9 9,2 17,8 56,0
Marmut 400g 0,08 0,57 1,0 2,25 5,2 10,2 31,5
19
Simplisia ketan hitam dimeserasi dengan etanol 96% (1:5) selama 3 hari
Meserat diuapkan dengan waterbath suhu 50°C
Ektrak Kental yang di dapat ditimbang dan dihitung % rendemen
Disaring
Mencit dipuasakan selama 12-18 jam pada hari ke-5
Pada hari ke-5 tikus dikorbankan dengan larutan eter
Lakukan pengambilan darah sebanyak 1-2 mL dari jantung (ventrikel kanan)
Dihitung kadar kolesterol total serumnya
Kelinci 1,2 kg 0,04 0,25 0,44 1,0 2,4 4,5 14,2
Kera 4 kg 0,016 0,11 0,19 0,42 1,0 1,9 6,1
Anjing 12 kg 0,008 0,06 0,10 0,22 0,52 1,0 3,1
Manusia 70 kg 0,0026 0,018 0,031 0,07 0,16 0,32 1
Tabel 3.1 Konversi Antara Jenis Hewan Dengan Manusia (Laurance dan Bacharach, 1964).
d. Proses Pengujian Efek EEKH dalam Menurunkan Kolesterol
Skema 3.3 Proses Pengujian Efek EEKH dalam Menurunkan Kolesterol
e. Formulasi Sediaan Emulsi
Dosis untuk manusia = 13,0334 g/70kgBB
Bobot satu botol = 60 ml
Tabel Formulasi Sediaan Emulsi
Nama Bahan Fungsi Σ bahan
R/ Eks. Ketan hitam Bahan aktif 7,818 g
Gliserin Pemanis 2,2107 ml
Gom arab Emulgator 8,34 g
Nipagin Pengawet 0,078 g
Nipasol Pengawet 0,042 g
Oil menthal pip Currgen 1-2 tetes
Aquadest ad Zat pembawa Ad 60 ml
Mf. Emulsi S 2 dd 30 ml
Catt : Air untuk gom arab = 1,5 x berat gom arab = 1,5 x 8,34 = 12,51 ml
Tabel 3.2 Formulasi Sediaan Emulsi
20
f. Cara Pembuatan Emulsi Ketan Hitam
21
Extrak ketan hitam 7,818 g dituang dimortir
Gom arab 8,34 g didispasikan merata ke dalam minyak
Ditambahkan air sebanyak 12,51 ml ke dalam mortir secara sekaligus
Digerus sampai terbentuk corpus emulsi
Ditambahkan gliserin 2,2ml sambil tetap digerus
Masukan larutan nipagin kedalam mortir
Masukan larutan nipasol ke dalam mortir
Tambahkan aquadest sedikit demi sedikit hingga mencapai volume kira-kira 55 ml
Pindahkan kedalam botol 60ml
Ditambah aquadest ad 60ml
Ditambah dengan oil menthae pip 1-2 tetes
Tutup botol kemudian diberi etiket dan kemasan
Skema 3.4 Cara Pembuatan Emulsi Ketan Hitam
g. Evaluasi Sediaan Emulsi
1. Pengamatan Organoleptis
Cara :
- Emulsi dituang ke dalam BG
- Diamati :
Warna = ..........................
Bau = .........................
Rasa = ........................
2. Uji pH
Cara :
- Emulsi dituang ke dalam BG secukupnya
- Diukur pH nya dengan pH meter
3. Pengamatan Rasio Pemisahan Fase
Cara :
- Emulsi dituang ke pada sebuah gelas ukur 10 ml
- Catat tinggi air (H1)
- Catat tinggi emulsi (H0)
- Bandingkan tinggi fase air dengan tinggi emulsi
Rasio pemisahan fase = H 1Ho
4. Uji Redispersibilitas
Cara :
- Emulsi dituang ke pada sebuah gelas ukur 10 ml
- Dikocok sampai sediaan emulsi terdispersi kembali
- Jumlah pengocokan yang dilakukan dihitung
22
5. Uji Tipe Emulsi
- Metode pengenceran
Cara :
Sejumlah air ditambahkan ke dalam emulsi
Sejumlah minyak ditambahkan ke dalam emulsi
Dilihat apakah sediaan bercampur dengan air atau minyak
- Metode dengan kertas saring
Cara :
Emulsi diteteskan pada kertas saring
Jika kertas saring basah → tipe O/W
Jika kertas saring timbul noda minyak → tipe W/O
6. Uji Viskositas dengan Viskometer Cup & Bub
Cara :
Rangkai alat viskometer sesuai dengan petunjuk.
Pasang rotor pada cup & bahan yang dimasukkan di dalamnya
hingga seluruh permukaan rotor terendam.
Gunakan rotor yang paling besar atau dengan skala terkecil.
Pastikan viskometer terhubung dengan aliran listrik.
Tekan tombol on, rotor akan berputar (rotor tidak boleh terlalu
dekat dengan dinding permukaan cup).
Baca skala yang ditunjuk oleh jarum.
Apabila tidak terbaca (jarum keluar di skala) maka rotor diganti
dengan skala yang lebih besar.
7. Uji Berat Jenis dengan Piknometer
Cara :
Timbang piknometer 25 cc kosong (W1 g)
Isi piknometer dengan solvent & bersihkan kelebihan pada
ujungnya
timbang piknometer + solvent (W1’ g)
Hitung bobot solvent (W1’ g – W1 g) = W2 g
Tuang sebagian solvent 2 – 3 cc ke dalam tabung bersih
Timbang teliti 1 – 1,5 g bahan (W3 g)
23
Masukkan secara kuantitatif bahan tersebut ke dalam
piknometer yang berisi solvent sebagian
Tambahkan solven ke dalam piknometer sampai tanda batas &
timbang (W4 g)
hitung bobot jenis benar dengan rumus sbb :
ρ = W 2 . W 3
[2S {(W 2 + W3) - (W 4 − W1)}]
Catt : bobot piknometer kosong = (W1 g)
bobot piknometer + solvent = (W1’ g)
bobot solvent (W1’ g – W1 g) = W2 g
bobot bahan = (W3 g)
bobot piknometer + solvent + bahan = (W4 g)
8. Uji Homogenitas
Cara :
Ambil sedikit cairan emulsi kemudian diteteskan
didalam objek glass
Ditutup dengan cover glass.
Dilihat homogenitasnya
24
BAB IV
HASIL PRAKTIKUM
4.1 Pembuatan Simpisia Ketan Hitam
a. Proses Penyangraian Ketan Hitam
Ketan hitam disangrai seperti pada pembuatan kopi.
Gambar 4.1 Hasil Penyangraian Ketan Hitam
b. Proses Penggilingan Ketan Hitam
Organoleptis serbuk ketan
hitam :
Bau = Khas Ketan
Rasa = Tidak Berasa
Warna = Abu-abu
Gambar 4.2 Hasil Penggilingan
Ketan Hitam
25
4.2 Ekstraksi Serbuk Ketan Hitam
a. Jumlah serbuk ketan hitam = 560 gram
b. Jumlah ekstrak ketan hitam = 12,99 gram
c. % Rendemen = Berat ekstrak
Berat simplisia x 100%
= 12,99gram560 gram
x 100%
= 2,31 %
Gambar 4.3 Hasil Penguapan Ekstrak Ketan Hitam
4.3 Formulasi Emulsi Ketan Hitam
Gambar 4.4 Sediaan Emulsi Ketan Hitam
26
4.4 Evaluasi Emulsi Ketan Hitam
a. Pengamatan Organoleptis :
Warna = coklat susu
Bau = khas ketan
Rasa = masih terasa seperti minyak (keterangan Gambar 4.4)
b. Uji pH
pH emulsi yang didapat setelah diukur
dengan menggunakan universal
indikator = 6.
Gambar 4.5 Uji pH
c. Pengamatan Rasio Pemisahan Fase
Rasio pemisahan fase =
H1
H0
= 44 = 1 cm
Tidak terjadi pemisahan
27
Gambar 4.6 Uji Rasio
Pemisahan Fase
d. Uji Redispersibilitas
Jumlah pengocokan = 0 kali → karena emulsi yang terbentuk sudah
homogen (tidak pecah).
Gambar 4.7 Uji Redispersibilitas
e. Uji Tipe Emulsi
Metode pengenceran
Hasil yang didapatkan setelah pengenceran sejumlah air ditambahkan ke
dalam emulsi dan sejumlah minyak ditambahkan ke dalam emulsi
hasilnya bercampur dengan air.
28
Gambar 4.8 Uji Tipe Emulsi dengan metode Pengenceran
Metode Dengan Kertas Saring
Hasil yang didapatkan setelah Emulsi diteteskan pada kertas saring
hasilnya kertas saring basah jadi emulsi tipe O/W karena kertas saring
basah.
Gambar 4.9 Uji Tipe Emulsi Dengan Kertas Saring
f. Uji Berat Jenis dengan Piknometer
ρ = W 2 . W 3
[2S {(W 2 + W3) - (W 4 − W1)}]
Hasil Pengamatan :
bobot piknometer kosong(W1 g) = 20,86 g
bobot piknometer + solvent (W1’ g) = 70,62 g
bobot solvent (W1’ g – W1 g) = W2 g = 49,76 g
bobot bahan (W3 g) = 1,5 g
29
bobot piknometer + solvent + bahan (W4 g) = 70,92 g
ρ =
49,75 . 1,5
( 25 (49,76 + 1,5 ) - (70,92 - 20,86 ) )
=
74,6425 (51,26 - 50,06 )
=
74,6430
= 2,488
Gambar 4.10 Uji Berat Jenis dengan Piknometer
g. Uji Homogenitas
Hasil uji homogenitas emulsi ketan hitam adalah emulsi yang homogen.
30
Gambar 4.11 Uji Homogenitas
BAB V
PEMBAHASAN
Hiperkolesterolemia adalah suatu peningkatan dari total kolesterol (TC)
dengan kadar Trigliserida yang normal. Hal ini biasanya berhubungan dengan
peningkatan kolesterol LDL karena kolesterol LDL membawa ± 65-75% total
kolesterol plasma (Braundwald, 2001).
Praktek sediaan herbal antihiperlipida ini menggunakan biji ketan hitam.
Karena ketan hitam merupakan salah satu komoditi yang sangat potensial
sebagai sumber karbohidrat, antioksidan, senyawa bioaktif dan serat yang
penting bagi kesehatan (Yanuar, 2009). Soemartono (1980) melaporkan bahwa
dalam beras ketan hitam terdapat zat warna yang dapat digunakan sebagai
pewarna alami pada makanan. Warna beras ketan hitam disebabkan oleh sel-sel
pada kulit air yang mengadung antosianin.
Antosianin diduga bekerja dengan cara penghambatan terhadap HMG-
CoA reduktase dan meningkatkan aktivitas Lechitis Cholesterol Acyl
Transferase (LCAT). LCAT adalah enzim yang dapat mengkonversi kolesterol
bebas menjadi ester kolesterol yang lebih hidrofobik sehingga ester kolesterol
dapat berikatan dengan partikel inti lipoprotein untuk membentuk HDL baru.
Hal ini dapat meningkatkan kadar HDL serum. Efek protektif HDL terhadap
progresi aterosklerosis yang disebabkan oleh produk oksidasi dari LDL diduga
31
karena mengangkut kolesterol dari perifer (jaringan tubuh untuk dimetabolisme
dihati dan menghambat modifikasi oksidatif LDL melalui paraoksonase, suatu
protein antioksidan yang berasosiasi dengan HDL (Suyatna FD, 2007).
Proses Pembuatan Ekstrak Ketan Hitam
Kami membuat ekstrak etanol ketan hitam dimulai dari penyangraian
ketan hitam agar serbuk yang dihasilkan kering, pada saat proses pengsangraian
tidak boleh menggunakan suhu yang tinggi dikarenakan apabila suhu tinggi
ketan hitam akan hangus. Setelah disangrai ketan hitam di giling menggunakan
mesin giling. Kemudian kami mengekstraksi ketan hitam ini dengan metode
meserasi menggunakan etanol 96% (1:5) selama 3 hari. Pemilihan metode ini
dikarenakan ekstraksi meserasi memiliki kelebihan sebagai berikut : prosesnya
tanpa pemanasan, alat yang sederhana, dan tidak memakan biaya yang tinggi.
Prinsip kerja ekstraksi meserasi : Penyarian zat aktif yang dilakukan
dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari yang sesuai
selama tiga hari pada temperatur kamar terlindung dari cahaya, cairan penyari
akan masuk ke dalam sel melewati dinding sel. Isi sel akan larut karena adanya
perbedaan konsentrasi antara larutan di dalam sel dengan di luar sel. Larutan
yang konsentrasinya tinggi akan terdesak keluar dan diganti oleh cairan penyari
dengan konsentrasi rendah (proses difusi). Peristiwa tersebut berulang sampai
terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel.
Selama proses maserasi dilakukan pengadukan dan penggantian cairan penyari
setiap hari. Endapan yang diperoleh dipisahkan dan filtratnya diuapkan.
Proses penguapan dilakukan dengan menggunakan waterbath dengan
suhu 50°C. Penguapan ini bertujuan agar ekstrak ketan hitam terbebas dari
etanol. Karena etanol bersifat mudah menguap. Proses penguapan ini dilakukan
sampai ekstrak berubah menjadi kental. Dan dihasilnya ekstrak berubah seperti
minyak.
Penghitungan Dosis Ekstrak Etanol Ketan Hitam
Dosis ekstrak ketan hitam yang paliing efektif untuk tikus adalah
1200mg/kgBB. Jadi setelah dihitung dengan faktor konversi dari tikus ke mencit
didapatkan dosis sebesar 33,6 mg/20g mencit. Sedangkan dosis untuk mencit
32
adalah 13033,44 mg/70kgBB manusia. Proses penginduksian lemak gajih pada
mencit 3X sehari sebanyak ± 1ml dilakukan sesuai prosedur. Tetapi pada proses
pengujian ekstrak etanol dalam menurunkan kolesterol, kami tidak melakukan
praktek tersebut. Dikarenakan waktu yang terbatas, alat dan bahan yang kurang
memadahi.
Pembuatan Sediaaan Emulsi Ketan Hitam
Emulsi adalah sistem dua fase yang salah satu cairannya terdispersi
dalam cairan pembawa yang membentuk butiran-butiran kecil dan distabilkan
dengan zat pengemulsi (emulgator)/surfaktan yang cocok. Kami membuat
sediaan kami menjadi sediaan emulsi karena setelah ekstrak etanol ketan hitam
diuapkan hasil yang didapat berupa minyak. Jumlah serbuk ketan hitam yang
diekstraksi sebanyak 560 gram. Setelah diupakan didapatkan ekstrak sebanyak
12,99gram, dengan % rendemen 2,31%.
Proses pembuatan sediaan emulsi ketan hitam, langkah pertama yaitu
ekstrak ketan hitam dimasukan kedalam mortir kemudian ditaburi dengan gom
arab secara merata pada fase minyaknya. Fungsi dari gom arab dapat
meningkatkan stabilitas dengan peningkatan viskositas. Kemudian ditambahkan
dengan air senyak 12,51 ml dan digerus hingga terbentuk corpus emulsi.
Ditambahkan gliserin yang berfungsi sebagai pemanis, masukan larutan Nipagil
dan Nipasol kedalam mortir sambil digerus. Nipagin berfungsi sebagai
pengawet, agar sediaan emulsi terbebas dari pertumbuhan mikroba. Sediaan
emulsi adalah sediaan yang mengandung banyak air, dan air adalah media bagus
untuk pertumbuhan mikroba. Digunakan kombinasi pengawet Nipagin dan
Nipasol bertujuan untuk memperpanjang rentan mikroba, Nipagin adalah
pengawet yang larut dalam air sedangkan Nipasol adalah pengawet yang larut
dalam lemak.
Ditambahkan aquadest sedikit demi sedikit hingga mencapai volume
kira-kira 55 ml. Kemudian dimasukan botol dan di adkan sampai volume 60ml.
Terakhir ditambahkan oil menthaepip 1-2 tetes. Oil menthaepip berfungsi
sebagai Currgen.
Uji Evaluasi Sediaan Emulsi
33
Pengamatan Organoleptis didapatkan warna coklat susu, bau khas ketan
rasa masih terasa seperti minyak dan bau yang tidak sedap, bau ini disebabkan
karena botol yang digunakan sebelumnya adalah bekas dari larutan yang
mengandung pipermint. Pada uji pH sediaan emulsi ini dengan menggunakan
universal indikator didapatkan pH yang didapatkan 6. pH 6 di maksutkan agar
obat nanti akan terabsorsi diusus (obat terionisasi). Karena emulsi adalah
sediaan yang mengandung fase minyak, minyak didalam lambung apabila
dicerna tidak akan berubah bentuk atau terpecah. minyak atau lemak dapat
terpecah didalam usus.
Pengamatan rasio pemisahan fase dengan cara emulsi dituang ke pada
sebuah gelas ukur 10 ml, dilihat tinggi air (H1), dilihat tinggi emulsi (H0)
kemudian dibandingkan tinggi fase air dengan tinggi emulsi, dengan rumus H 1Ho
= 44
= 1 cm hasilnya tidak terjadi pemisahan (gambar 4.6). Hal ini dikarenakan
sediaan emulsi yang kami buat sudah terdispersi secara merata antara fase
minyak dan airnya (homogen). Pada uji redispersibilitas tidak dilakukan
pengocokan, karena emulsi sudah homogen bisa dilihat pada (gambar 4.7).
Pengamatan tipe emulsi dilakukan dengan 2 cara yaitu dengan cara
metode pengenceran dan dengan metode dengan penetesan pada kertas saring.
Hasil yang didapatkan dengan metode pengenceran dengan cara sejumlah air
ditambahkan ke dalam emulsi dan sejumlah minyak ditambahkan ke dalam
emulsi hasilnya bercampur dengan air. Sehingga dapat disimpulkan emulsi yang
kami buat bertipe o/w (oil dalam water) (gambar 4.8). Hasil yang didapatkan
dengan metode penetesan emulsi pada kertas saring hasilnya kertas saring basah
jadi emulsi tipe O/W karena kertas saring basah (gambar 4.9).
Pengamatan uji berat jenis dengan Piknometer didapatkan BJ sebesar
2,488 (gambar 4.10). Dan pada uji homogenitas dengan cara penetesan larutan
emulsi pasa objek glass kemudian ditutup dengan cover glass dapat dilihat hasil
emulsi yang homogen (gambar 4.11).
34
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum yang telah kami lakukan dapat disimpulkan bahwa
sediaan emulsi yang kami buat sudah rumayan bagus, dapat dilihat untuk hasil
%rendemen 2,31%, hasil secara organoleptis emulsi warna coklat, bau khas ketan, dan
rasa yang seperti minyak. pH emulsi yang kami buat adalah 6, sesuai dengan pH yang
kami inginkan. Untuk uji pengamatan fase emulsi hasilnya emulsi tidak mengalami
pemisahan jadi emulsi homogen. Pada uji redispersibilitas setelah pengocokan hasilnya
sama jadi emulsi homogen. Pada uji tipe emulsi dengan metode pengenceran didapatkan
hasil minyak bercampur dengan air, sedangkan dengan metode penetesan pada kertas
saring didapatkan hasil kertas saring basah sehingga dapat disimpulkan dari kedua uji
tipe emulsi, emulsi bertipe o/w. Bj emulsi yang didapat sebesar 2,488 dan pada uji
Homogenitas dilihat emulsi homogen.
Jadi dengang pembuatan sediaan emulsi ketan hitam dengan kandungan
Antosianin diharapkan bisa memberi efek untuk penurunan kadar lipid dalam darah,
kerena untuk uji efektivitas antihiperlipid pada mencit ini belum bisa di lakukan.
6.2 Saran
35
Untuk penelitian selanjutnya perlu dilakukan ketelitian dalam melakukan semua
proses praktikum.
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut pada pengujian efektifitas
antihiperlidemia dari ekstrak ketan hitam.
DAFTAR PUSTAKA
Adam, J. M. F., 2009. Dislipidemia. In: Sudoyo, A.W., Setiyohadi, B., Alwi, I., Simadibrata, M., Setiati, S. (ed.) : Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi V Jilid III. Jakarta : Pusat penerbit IPD FK UI hal: 1984.
Braunwald, E., Hauser, S.L., Fauci, A.S., Longo, D.L., Kasper, D.L., Jameson, J.L. 2001 ed. Harrison's Principles of Internal Medicine. 15 ed. McGraw-Hill: New York.
Ditjen POM. (2000). Metode Analisis PPOM. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Iman,
Fajrin, A.F. 2010, Aktivitas Ekstrak Etanol Ketan Hitam Untuk Menemukan Kadar
Kolesterol, Fakultas Farmasi, UNEJ. Jember.
Hermely, F.et al.2011, Efektifitas Bronelain Kasar dari Batang Nenas (Annas
Comosusl.) sebagai Antiplak dalam pasta gigi.
Ketaren S. Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta: UI Press; 1986. Pustaka, Jakarta.
Murray RL, Granner DK, Mayes PS, Rodwell VW. Biokimia Harper Edisi 24.
1996. Terjemahan oleh Andry Hartono. Jakarta: EGC;1996.
Soeharto, 2004. Serangan Jantung Dan Stroke, Hubungannya Dengan Lemak Dan
Kolesterol. Edisi Kedua. PT Gramedia.
36
Sudarmanto Y. Pengaruh Pemberian Minyak Goreng Bekas Pakai terhadap
Perubahan Sel-Sel Hati dan Kadar Enzim Serum Transaminase Mencit
Jantan Galur Swiss Derived. Skripsi. Jember: Fakultas Kedokteran
Universitas Jember; 2006.
Usoh, Akpan, Etim, Farombi. Antioxidant Actions of Dried Flower Extracts of
Hibiscus sabdariffa L. On Sodium Arsenite-Induced Oxidative Stress in Rats.
Pakistan Journal of Nutrition 2005; 4 (3): 135-141.
Xia, Xiadong, et al. An AnthocyaninRich Extract from Black Rice Enhances
Atherosclerotic Plaque Stabilization in Apolipoprotein EDeficient Mice.
Journal of Nutrition 2006; 136: 2220-2225.
FORMULASI SUSPENSII DARI EKSTRAK KETAN
HITAM Oryza sativa glutinosa SEBAGAI
ANTIHIPERLIPIDA
DISUSUN OLEH :
RIYAS SANJUNG ANDIKA
37
NIM : 10111037
KELOMPOK : 8
PROGRAM STUDI S-1 FARMASI
FAKULTAS FARMASI
INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA
KEDIRI
2014
Lampiran 1. Kemasan dan Etiket
38
39
Lampiran 2 Brosur
40
GLUTINOLIPID Emulsi ® EMULSI EKSTRAK Oryza Sativa Glutinosa (KETAN HITAM)
PENURUN KOLESTEROL TOTAL
KOMPOSISI :Ekstrak Ketan Hitam …………………………………….………… 7,818 g
FARMAKOLOGI :GLUTENOLIPID Emulsi® merupakan suatu obat herbal terstandar dari Ekstrak Ketan Hitam yang memiliki kemampuan untuk menurunkan Kolesterol Total serum pada penderita hiperkolesterolemia primer. Ekstrak Ketan Hitam dengan dosis 1200mg/kgBB dapat menurunkan kadar kolesterol total serum yang tidak berbeda signifikan dengan Simvastatin sebagai control positif.GLUTENOLIPID Emulsi® dapat menurunkan kadar kolesterol total dan LDL dalam plasma, dapat meningkatkan kadar HDL serum, serta dapat berfungsi sebagai antioksidan untuk meningkatkan metabolisme kolesterol menjadi asam empedu, dan meningkatkan ekskresi asam empedu melalui feses.
MEKANISME KERJA:Ekstrak Ketan Hitam memiliki aktivitas antihiperkolesterolemia karena adanya senyawa Antosianin. Antosianin diduga bekerja dengan cara
penghambatan terhadap HMG- CoA reduktase dan meningkatkan aktivitas Lechitin Cholesterol Acyl Transferase (LCAT).Penghambatan terhadap HMG-CoA reduktase menyebabkan penurunan sintesis kolesterol dan meningkatkan jumlah reseptor LDL yang terdapat dalam membran sel hati dan jaringan ekstrahepatik, sehingga kadar kolesterol total dan LDL dalam plasma LCAT merupakan enzim yang dapat mengkonversi kolesterol bebas menjadi ester kolesterol yang lebih hidrofobik, sehingga ester kolesterol dapat berikatan dengan partikel inti lipoprotein untuk membentuk HDL baru. Hal ini akan meningkatkan kadar HDL serum.Aktivitas dari senyawa-senyawa antioksidan dalam ketan hitam dapat mencegah terjadinya oksidasi LDL sehingga dapat meningkatkan metabolisme kolesterol menjadi asam empedu, dan meningkatkan ekskresi asam empedu melalui feses.
INDIKASI :Penurunan kadar kolesterol total pada penderita hiperkolesterolemia primer, jika respon terhadap diet dan tindakan non farmakologis lain tidak memadai.
ATURAN PAKAI:Dewasa : 2 × sehari 30 mL
KOCOK DAHULU SEBELUM DIPAKAI
PENYIMPANAN :Simpan dalam wadah tertutup rapat dalam ditempat sejuk (15o-25oC) dan kering terlindung dari cahaya.
Kemasan :Dus isi 1 botol @ 60 mL.
Kode Produksi : 05140601No. Reg : TR 141600021MFD. : 05 2014