laporan resmi tensile

27

Click here to load reader

Upload: jancokers

Post on 23-Jun-2015

697 views

Category:

Documents


78 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Resmi Tensile

LAPORAN RESMI

TENSILE TEST

Disusun Oleh :

1. Fondra Luhur K (6208030001)

2. Andri Prasetyo H (6208030005)

3. Albertus M.A.A.P (6208030009)

4. Imam Agung E. (6208030013)

PRODI BANGUNAN KAPAL

JURUSAN TEKNIK BANGUNAN KAPAL

POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

SURABAYA

2010

Page 2: Laporan Resmi Tensile

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Tujuan

1.1.1 Tujuan Umum

Mahasiswa dapat melakukan pengujian tarik (tensile test ) terhadap suatu

material.

1.1.2 Tujuan Khusus

1. Mahasiswa mampu membuat diagram tegangan-regangan teknik dan

sebenarnya berdasarkan diagram beban-pertambahan panjang yang di dapat

dari hasil pengujian.

2. Mahasiswa mampu menjelaskan, menganalisa sifat-sifat mekanik material

yang terdiri dari kekuatan tarik maksimum, kekuatan tarik luluh, reduction of

area, elongation dan modulus elastisitas.

1.2 Dasar Teori

Salah satu sifat mekanik yang sangat penting dan dominan dalam suatu perancangan

konstruksi dan proses manufaktur adalah kekuatan tarik. Kekuatan tarik suatu bahan di

dapat dari hasil uji tarik (tensile test) yang dilaksanakan berdasarkan standar pengujian

yang telah baku seperti ASTM, JIS, DIN dan yang lainnya.

Untuk melakukan pengujian tarik, di buat spesimen dari material yang akan di uji

terlebih dahulu sesuai standart yang di gunakan. Bentuk spesimen sebagaimana di

tunjukkan pada gambar 5.1 sedangkan gambar 5.2 menunjukkan pengambilan spesimen

untuk pengujian hasil pengelasan.

Pada pengujian tarik, spesimen di beri beban uji aksial yang semakin besar secara

kontinyu. Sebagai akibat pembebanan aksial tersebut, spesimen mengalami perubahan

panjang. Perubahan beban (P) dan perubahan panjang ( ) akan tercatat pada mesin uji

tarik berupa grafik yang merupakan fungsi beban dan pertambahan atau lebih di kenal

sebagai grafik P- (gambar 5.3).

Page 3: Laporan Resmi Tensile

Gambar 1.1 Pengambilan spesimen untuk pengujian hasil pengelasan

Gambar 1.2 grafik P- hasil pengujian tarik beberapa logam

Page 4: Laporan Resmi Tensile

Dari gambar 5.3 di atas tampak bahwa sampai titik p, perpanjangan sebanding dengan

pertambahan beban. Pada daerah inilah berlaku hukum Hooke, sedangkan titik p

merupakan batas berlakunya hukum tersebut. Oleh karena itu titik p disebut juga batas

proporsional. Sedikit di atas titik p terdapat titik e yang merupakan batas elastis di mana

bila beban di hilangkan maka belum terjadi pertambahan panjang permanen dan spesimen

kembali ke panjang semula. Daerah di bawah titik e di sebut daerah elastis. Sedangkan di

atasnya di sebut daerah plastis.

Di atas titik e terdapat titik y yang merupakan titik yield (luluh) yakni di mana logam

mengalami pertambahan panjang tanpa pertambahan beban yang berarti. Dengan kata lain

titik yield merupakan keadaan di mana spesimen terdeformasi dengan beban minimum.

Deformasi yang yang di mulai dari titik y ini bersifat permanen sehingga bila beban di

hilangkan masih tersisa deformasi yang berupa pertambahan panjang yang di sebut

deformasi plastis. Pada kenyataannya karena perbedaan antara ke tiga titik p, e dan y

sangat kecil maka untuk perhitungan teknik seringkali keberadaan ke tiga titik tersebut

cukup di wakili dengan titik y saja. Dalam kurva titik y ditunjukkan pada bagian kurva

yang mendatar atau beban relatif tetap. Penampakan titik y ini tidak sama untuk semua

logam. Pada material yang ulet seperti besi murni dan baja karbon rendah, titik y tampak

sangat jelas. Namun pada umumnya penampakan titik y tidak tampak jelas. Untuk kasus

seperti ini cara menentukan titik y dengan menggunakan metode offset. Metode offset di

lakukan dengan cara menarik garis lurus yang sejajar dengan garis miring pada daerah

proporsional dengan jarak 0,2% dari regangan maksimal. Titik y di dapat pada

perpotongan garis tersebut dengan kurva P- (gambar 5.4)

Page 5: Laporan Resmi Tensile

Gambar 1.3 Metode offset untuk menentukan titik yield

Kenaikan beban lebih lanjut akan menyebabkan deformasi yang akan semakin besar

pada keseluruhan volume spesimen. Beban maksimum ditunjukkan dengan puncak kurva

sampai pada beban maksimum ini, deformasi yang terjadi masih homogen sepanjang

spesimen. Pada material yang ulet (ductile), setelahnya beban maksimum akan terjadi

pengecilan penampang setempat (necking), selanjutnya beban turun dan akhirnya

spesimen patah. Sedangkan pada material yang getas (brittle), spesimen akan patah

setelah tercapai beban maksimum.

1.2.1 Grafik Tegangan-Regangan Teknik

Hasil pengujian yang berupa grafik atau kurva tersebut sebenarnya belum

menunjukkan kekuatan material, tetapi hanya menunjukkan kekuatan spesimen saja.

Untuk mendapatkan kekuatan materialnya maka grafik tersebut harus

dikonversikan ke dalam tegangan-regangan teknik (grafik ). Grafik dibuat

dengan asumsi luas penampang spesimen konstan selama pengujian. Oleh karena itu

penggunaan grafik ini terbatas pada konstruksi yang mana deformasi permanen tidak di

perbolehkan terjadi. Berdasarkan asumsi luas penampang konstan tersebut maka

persamaan yang di gunakan adalah :

Page 6: Laporan Resmi Tensile

= P/Ao ………………………………………………………………………..(5.1)

…………………………………………………………….(5.2)

di mana tegangan teknik (kg/mm2)

P = tegangan teknik (kg)

Ao = luas penampang awal spesimen (mm2)

= regangan teknik (%)

= panjang awal spesimen (mm)

= panjang spesimen setelah patah (mm)

= pertambahan panjang (mm)

=

Adapun langkah-langkah untuk mengkonversikan kurva ke dalam grafik

adalah sebagai berikut:

1. Ubahlah kurva menjadi grafik dengan cara menambahkan sumbu

tegak sebagai P dan sumbu mendatar sebagai .

2. Tentukan skala beban (p) dan skala pertambahan panjang pada grafik .

Untuk menentukan skala beban bagilah beban maksimal yang didapat dari mesin

dengan tinggi kurva maksimal, atau bagilah beban yield (bila ada) dengan tinggi

yield pada kurva. Sedangkan untuk menentukan skala pertambahan panjang, bagilah

panjang setelah patah dengan panjang pertambahan plastis pada kurva. Panjang

pertambahan plastis adalah panjang pertambahan total dikurangi panjang

pertambahan elastis (pertambahan panjang sampai titik p atau titik y). Dari

perhitungan tersebut akan didapatkan data:

Skala beban (P) 1mm : ........... kN

Skala pertambahan panjang 1mm : ........... mm

3. Ambillah 3 titik di daerah elastis, 3 titik di sekitar yield ( termasuk y), 3 titik di

sekitar beban maksimal (termasuk u) dan satu titik patah (f). Tentukan besar beban

dan pertambahan panjang ke sepuluh titik tersebut berdasarkan skala yang telah

dibuat di atas. Untuk membuat tampilan yang baik, terutama pada daerah elastis,

tentukan terlebih dahulu kemiringan garis proporsional dengan memakai

persamaan Hooke di bawah ini:

Page 7: Laporan Resmi Tensile

....................................................................................................(5.3)

di mana = tegangan/ stress (kg/mm2, MPA,Psi)

= modulus elastisitas (kg/mm2,MPA,Psi)

ε = regangan/strain (mm/mm, in/in)

Dari persamaan 5.3 di dapatkan :

= ………………………………… ………………………..….(5.4)

4. Konversikan kesepuluh beban (P) tersebut ke tegangan teknik dengan

menggunakan persamaan 5.1 dan konversikan pertambahan panjangnya ke

regangan teknik dengan memakai persamaan 5.2.

5. Buatlah grafik dengan sumbu mendatar dan sumbu tegak berdasarkan ke

sepuluh titik acuan tersebut. Grafik yang terjadi (gambar 2.4) akan mirip dengan

kurva , karena pada dasarnya grafik dengan kurva identik,

hanya besaran sumbu-sumbunya yang berbeda.

Gambar 1.4 Grafik hasil konversi dari grafik

Page 8: Laporan Resmi Tensile

1.2.2 Grafik Tegangan-Regangan sebenarnya

Grafik tegangan-regangan sebenarnya dibuat dengan kondisi luas penampang

yang terjadi selama pengujian. Penggunaan grafik ini khususnya pada manufaktur dimana

deformasi plastis yang terjadi menjadi perhatian untuk proses pembentukkan. Perbedaan

paling menyolok grafik ini dengan dengan grafik terletak pada keadaan kurva

setelah titik u (beban ultimate). Pada grafik setelah titik u, kurva akan turun sampai

patah di titik f (frakture), sedangkan pada grafik kurva akan terus naik sampai

patah di titik f. Kenaikkan tersebut disebabkan tegangan yang terjadi diperhitungkan

untuk luas penampang sebenarnya sehingga meskipun beban turun namun karena tingkat

pengecilan penampang lebih besar, maka tegangan yang terjadi juga lebih besar.

Adapun langkah-langkah untuk mengkonversikan garfik ke dalam grafik

adalah sebagai berikut:

1. Ambil kembali kesepuluh titik pada grafik yang merupakan konversi dari

grafik . Karena pertambahan luas penampang baru di mulai setelah puncak

kurva, maka nilai tegangan dan regangan sebenarnya dari ke delapan titik (titik 1-8)

tersebut sama dengan nilai tegangan dan regangan teknik. Sedangkan nilai ke dua titik

lainnya (titik 9 dan titik 10) yang berada setelah puncak kurva akan mengalami

perubahan.

2. Konversikan nilai tegangan dan regangan teknik ke dua titik tersebut menjadi

tegangan dan regangan sebenarnya dengan menggunakan persamaan berikut:

....................................................................................................(5.5)

di mana AS = Luas penampang sebenarnya. Untuk titik ke-10, A10 adalah luas

penampang setelah patah, sedangkan untuk titik ke-9, A9 nilainya antara A0

dengan A10.

3. Buatlah grafik dengan sumbu mendatar dan sumbu tegak berdasarkan ke

sepuluh titik acuan tersebut.

Page 9: Laporan Resmi Tensile

Gambar 1.5 Grafik Tegangan dan Regangan sebenarnya

1.2.3. Sifat Mekanik yang di dapat dari uji tarik

1. Tegangan Tarik Yield

………………….………………………………………………...(5.6)

di mana = tegangan yield (kg/mm2)

Py = beban yield (kg)

2. Tegangan Tarik Maksimum/ Ultimate

………………….………………………………………………...(5.7)

di mana = tegangan ultimate (kg/mm2)

pu = beban ultimate (kg)

3. Regangan

.........................................................................................(5,8)

di mana = regangan (%).

= pertambahan panjang (mm)

= panjang awal spesimen (mm)

Regangan tertinggi menunjukkan nilai keuletan suatu material.

4. Modulus Elastisitas (E)

Page 10: Laporan Resmi Tensile

Kalau regangan menunjukkan keuletan, maka modulus elastisitas menunjukkan

kekakuan suatu material. Semakin besar nilai E, menandakan semakin kakunya suatu

material. Harga E ini di turunkan dari persamaan hukum Hooke sebagaimana telah di

uraikan pada persamaan 5.3 dan 5.4.

Dari persamaan tersebut juga nampak bahwa kekakuan suatu material relatif terhadap

yang lain dapat di amati dari sudut kemiringan pada garis proporsional. Semakin

besar , semakin kaku material tersebut.

5. Reduksi Penampang/Reduction of Area (RA )

RA=[(A0-A’)/A0] 100%

di mana A’ = luas penampang setelah patah (mm2)

Reduksi penampang dapat juga di gunakan untuk menetukan keuletan material.

Semakin tinggi nilai RA, semakin ulet material tersebut.

BAB II

METODOLOGI

II.1. Alat dan Bahan

II.1.1Alat

Peralatan-peralatan yang digunakan dalam pengujian ini adalah :

a. Mesin uji tarik.

b. Kikir.

c. Jangka sorong.

d. Ragum.

e. Penitik.

f. Palu.

II.1.2Bahan

a. Spesimen uji tarik plat.

b. Spesimen uji tarik round bar 1.

c. Spesimen uji tarik round bar 2.

d. Kertas milimeter

II.1.3 LANGKAH-LANGKAH KERJA

1. Menyiapkan Spesimen

Page 11: Laporan Resmi Tensile

Ambil spesimen dan jepit pada ragum. Ambil kikir, dan kikir bekas machining pada spesimen yang memungkinkan

menyebabkan salah ukur. Ulangi langkah di atas untuk seluruh spesimen..

2. Pembuatan gauge length

Ambil penitik dan tandai spesimen dengan dua titikan sejuh 50 mm. Posisikan gauge lenght tepat di tengah-tengah spesimen.

Ulangi langkah di atas untuk seluruh spesimen.

3. Pengukuran dimensi

Ambil spesimen dan ukur dimensinya.

Catat jenis spesimen dan data pengukurannya pada lembar kerja.

Ulangi langkah di atas untuk seluruh spesimen.

4. Pengujian pada mesin uji tarik

Catat data mesin pada lembar kerja.

Ambil kertas milimeter dan pasang pada tempatnya.

Ambil spesimen dan letakkan pada tempatnya secara tepat.

Setting beban dan pencatat grafik pada mesin tarik.

Berikan beban secara kontinyu sampai spesimen patah.

Amati dan catat besarnya beban pada saat yield, ultimate dan patah sebagaimana

yang tampak pada monitor beban.

Setelah patah, ambil spesimen dan ukur panjang dan luasan penampang yang patah

Ulangi langkah di atas untuk seluruh spesimen.

Page 12: Laporan Resmi Tensile

BAB III

ANALISA DAN KESIMPULAN

III.1. Data yang Diperoleh

III.1 Analisis hasil pengujian

III Spesimen 1 ( Plat ).

Skala beban = Beban maksimum dari mesin uji tarik Tinggi kurva Maksimum

= 58.82 kN 117 mm

1 mm = 0.502 kN/mm

Skala Δl = Panjang setelah patah spesimen Pertambahan panjang plastis pada kurva

= 18.9 mm / 80.1 mm 1 mm = 0.24 mm/mm

Tabel 5.1 Hasil Pengujian Tarik Spesimen Plat 1

No x y skala X

Skala Y

A0

(mm2)L0

(mm)P (kN)

Δl (mm)

A1

(mm) σ ε σs εs

0 0 0 0.24 0.50 114.68 61.20 0.00 0.00 114.68 0.00 0.00% 0.00 0.001 3 9 0.24 0.50 114.68 61.20 4.49 0.71 113.37 0.04 1.16% 0.04 0.012 7 20 0.24 0.50 114.68 61.20 9.97 1.65 111.67 0.09 2.70% 0.09 0.033 11 45 0.24 0.50 114.68 61.20 22.43 2.60 110.01 0.20 4.24% 0.20 0.044 13 65 0.24 0.50 114.68 61.20 32.40 3.07 109.21 0.28 5.01% 0.30 0.055 16 81 0.24 0.50 114.68 61.20 40.38 3.78 108.02 0.35 6.17% 0.37 0.066 24 100 0.24 0.50 114.68 61.20 49.85 5.66 104.97 0.43 9.25% 0.47 0.097 30 110 0.24 0.50 114.68 61.20 54.83 7.08 102.79 0.48 11.57% 0.53 0.118 47 118 0.24 0.50 114.68 61.20 58.82 11.09 97.09 0.51 18.12% 0.61 0.179 62 105 0.24 0.50 114.68 61.20 52.34 14.63 80.82 0.46 23.90% 0.65 0.35

Page 13: Laporan Resmi Tensile

10 66 85 0.24 0.50 114.68 61.20 42.37 15.57 55.80 0.37 25.45% 0.76 0.72

PLAT (I)

0.000.100.200.300.400.500.600.700.80

0.00% 20.00% 40.00% 60.00% 80.00%

REGANGAN(mm/mm)

TEG

AN

GA

N(K

N/m

m2)

σt-εt σs-εs

Gambar 5.7 Grafik Tegangan Dan Regangan Plat1

Beberapa sifat mekanik yang di dapat dari pengujian tarik pada spesimen uji

tarik roud bar 1 adalah sebagai berikut :

Tegangan tarik yield

sy = Py/A0

= 42.60 kN/ 114.68 mm2

= 0,371 kN/mm2

= 371 MPa

Tegangan tarik maksimum

su = Pu/A0

= 58.82 kN / 114.68 mm2

= 0,512 kN / mm2

= 512 MPa

Regangan maksimum

e = ( ∆L / Lo ) x100%

= (18.90 mm/ 61.20 mm) x 100%

= 30.88 % mm / mm

Page 14: Laporan Resmi Tensile

Reduksi penampang

RA = (A0 – A’)/A0 x 100%

= (114.68 – 101.20) mm / 114.68 mm x 100%

= 11.75 % mm / mm

Modulus elastisitas titik ke-3

E = s/e

= 0.2 kN/mm2 / 0.04 mm/mm

= 5 kN / mm2

5.5.2. Spesimen 2 ( Round Bar 2).

Skala beban = Beban maksimum dari mesin uji tarik Tinggi kurva Maksimum

= 66.77 kN 133 mm

= 0.50 kN / mm

1mm = 0.50 kN

skala Δl = Panjang setelah patah spesimen Pertambahan panjang plastis

= 16.55 mm/ 67.2 mm

1 mm = 0.25 mm / mm

Tabel 5.2. Spesimen Round Bar 2

No x y skala X

Skala Y

A0

(mm2)L0

(mm)P (kN)

Δl (mm)

A1

(mm) σ ε σs εs

0 0 0 0.25 0.50 116.84 50.65 0.00 0.00 116.84 0.00 0.00% 0.00 0.001 3 11 0.25 0.50 116.84 50.65 5.52 0.74 115.16 0.05 1.46% 0.05 0.012 16 40 0.25 0.50 116.84 50.65 20.08 3.94 108.41 0.17 7.78% 0.19 0.073 21 60 0.25 0.50 116.84 50.65 30.12 5.17 106.01 0.26 10.21% 0.28 0.104 25 75 0.25 0.50 116.84 50.65 37.65 6.16 104.18 0.32 12.16% 0.36 0.115 29 92 0.25 0.50 116.84 50.65 46.19 7.14 102.40 0.40 14.10% 0.45 0.136 47 110 0.25 0.50 116.84 50.65 55.22 11.58 95.10 0.47 22.85% 0.58 0.217 70 129 0.25 0.50 116.84 50.65 64.76 17.24 87.17 0.55 34.04% 0.74 0.298 100 133 0.25 0.50 116.84 50.65 66.77 24.63 78.61 0.57 48.62% 0.85 0.409 126 120 0.25 0.50 116.84 50.65 60.24 31.03 70.14 0.52 61.27% 0.86 0.51

10 137 98 0.25 0.50 116.84 50.65 49.20 33.74 55.80 0.42 66.61% 0.88 0.74

Gambar 5.8

Page 15: Laporan Resmi Tensile

ROUNDED BAR (II)

0.00

0.20

0.40

0.60

0.80

1.00

0.00% 20.00% 40.00% 60.00% 80.00%

REGANGAN(mm/mm)

TEG

AN

GA

N(K

N/m

m2)

σt-εt σs-εs

Grafik Tegangan dan Regangan Spesimen Round Bar 2

Beberapa sifat mekanik dari hasil pengujian specimen uji tarik Round bar 2

adalah sebagai berikut:

Tegangan yield

sy = Py/A0

= 45.20 kN/ 116.83 mm2

= 0,386 kN/mm2

= 386 MPa

Tegangan maksimum

su = Pu/A0

= 66.77 kN / 116.83 mm2

= 0,571 kN/mm2

= 571 MPa

Regangan maksimum

emax = ( ΔL / Lo ) x100%

= (16.55 mm / 50.65 mm) x 100%

= 32.67 % mm/mm

Reduksi penampang

Page 16: Laporan Resmi Tensile

RA= (A0 – A’)/A0 x 100%

=(116.84 – 103.81 ) mm / 116.84 mm x 100 %

= 11.15 % mm / mm

Modulus elastisitas titik ke-3

E = s/e

= 0.28 kN / 0.10 mm2

= 2.80 kN/mm2

5.5.3. Spesimen 3 ( silinder/betoneser )

Skala beban = Beban maksimum patah dari mesin uji tarik Tinggi kurva maksimum

= 59.42 kN 126 mm

= 0,47 kN/mm

1 mm = 0,47 kN

skala Δl = Panjang setelah patah spesimen Pertambahan panjang plastis pada kurva

= 15.5mm / 77.5 mm 1 mm = 0,20 mm/mm

Tabel 5.3 Spesimen 3 ( silinder/betoneser )

No x y skala X

Skala Y

A0

(mm2)L0

(mm)P (kN)

Δl (mm)

A1

(mm) σ ε σs εs

0 0 0 0.20 0.47 109.71 62.00 0.00 0.00 109.71 0.00 0.00% 0.00 0.001 1 8 0.20 0.47 109.71 62.00 3.77 0.20 109.36 0.03 0.32% 0.03 0.002 8 29 0.20 0.47 109.71 62.00 13.68 1.60 106.95 0.12 2.58% 0.13 0.033 12 49 0.20 0.47 109.71 62.00 23.11 2.40 105.62 0.21 3.87% 0.22 0.044 15 69 0.20 0.47 109.71 62.00 32.54 3.00 104.65 0.30 4.84% 0.31 0.055 21 82 0.20 0.47 109.71 62.00 38.67 4.20 102.75 0.35 6.77% 0.38 0.076 36 104 0.20 0.47 109.71 62.00 49.05 7.20 98.30 0.45 11.61% 0.50 0.117 55 125 0.20 0.47 109.71 62.00 58.95 11.00 93.18 0.54 17.74% 0.63 0.168 70 126 0.20 0.47 109.71 62.00 59.42 14.00 89.50 0.54 22.58% 0.66 0.209 76 124 0.20 0.47 109.71 62.00 58.48 15.20 87.62 0.53 24.52% 0.67 0.22

10 78 103 0.20 0.47 109.71 62.00 48.57 15.60 67.89 0.44 25.16% 0.72 0.48

Page 17: Laporan Resmi Tensile

BETON NESER (III)

0.00

0.10

0.20

0.30

0.40

0.50

0.60

0.70

0.80

0.00% 10.00% 20.00% 30.00% 40.00% 50.00% 60.00%

REGANGAN(mm/mm)

TEG

AN

GA

N(K

N/m

m2)

σt-εt σs-εs

Gambar 5.9 Grafik Tegangan dan Regangan Spesimen Betoneser 1

Beberapa sifat mekanik yang didapat dari pengujian tarik pada specimen

Betoneser 1 adalah sebagai berikut :

Tegangan yield

sy = Py/A0

= 40.04 kN / 109.71 mm2

= 0,364 kN/mm2

= 364 MPa

Tegangan maksimum

su = Pu/A0

= 59.42 kN / 109.71 mm2

= 0,541 kN/mm2

= 541 MPa

Regangan maksimum

emax = ( ΔL / Lo ) x100%

= (15.50 mm / 62 mm) x 100%

Page 18: Laporan Resmi Tensile

= 25 % mm/mm

Reduksi penampang

RA= (A0 – A’)/A0 x 100%

=(109.71 – 96.68 ) mm / 109.71 mm x 100 %

= 11.87 % mm / mm

Modulus elastisitas titik ke-3

E = s/e

= 0.22 kN / 0.04 mm2

= 5.5 kN/mm2

5.6 Kesimpulan

Dari hasil penghitungan diatas, maka diperoleh data sebagai berikut :

Page 19: Laporan Resmi Tensile

Tabel 5.4 Sifat mekanik

No Spesimen σy(MPa) σu(MPa) E(kN/mm2) (%)ε (mm/mm) (%)RA(mm/mm)1 Plat 1 371 512 5 30.88 11.752 Round Bar 2 386 571 2.80 32.67 11.153 Silinder 364 541 5.50 25 11.87

Dari data yang diperoleh di atas dapat disimpulkan bahwa spesimen 2 (Round Bar

2) mempunyai keuletan paling besar, karena mempunyai regangan paling besar.

Spesimen yang mempunyai kekakuan paling tinggi adalah spesimen 1 ( Plat 1 ), karena

mempunyai nilai Modulus Elastisitas paling tinggi. Sedangkan pada spesimen 3

( Silinder ) mempunyai nilai getas yang sangat besar karena nilai Reduksi

Penampangnya paling tinggi.

5.7 Daftar pustaka

Page 20: Laporan Resmi Tensile

1. Dosen Metallurgi, (1986), Petunjuk Praktikum Logam, Jurusan Teknik Mesin FTI,

ITS

2. Haryono, Dr, Ir & T. Okumura, Dr,(1991) Tecnólogi Pengelasan Logam, PT Pradya

Paramita, Jakarta

3. M.M. Munir, (2000), Modul Praktek Uji Bahan, Vol 1, Jurusan Teknik Bangunan

Kapal, PPNS

4. Prasojo, Budi, ST (2002),Buku Petunjuk Praktek, Jurusan Teknik Permesinan Kapal,

PPNS

5. Wachid Superman, Ir,(1987),Diktat Pengetahuan Bahan, Jurusan Teknik Mesin FTI,

ITS