laporan selai dan jelly
TRANSCRIPT
Laporan Praktikum Tanggal: Senin /12 November 2012M.K. TPPN PJP : Ambar
Asisten : Wira Yani Febi H, Amd
PENGOLAHAN DAN UJI HEDONIK SELAI DAN JELLY
NANAS
Oleh:
Kelompok 2/A-P1
Ardantyo Gunawan B J3E111002
Fadillah Hutami J3E111033
Rico Fernando T J3E111044
Aqmila Muthi Rafa J3E111066
Dina Crownia J3E111087
Humaira Rahmah J3E111096
PROGRAM KEAHLIAN SUPERVISOR JAMINAN MUTU PANGAN
DIREKTORAT PROGRAM DIPLOMA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan
Praktikum kali ini bertujuan untuk mengetahui tahap-tahap proses
pembuatan selai dan jelly dan mengetahui fungsi bahan-bahan yang digunakan
dalam pembuatan roti.
BAB II
METODOLOGI
2.1 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah talenan, pisau, blender,
mangkuk stainless, kain saring, nampan, piring plastik, sendok, wajan, timbangan,
dan spatula kayu. Bahan yang digunakan adalah nanas mengkel, nanas matang, gula
pasir, pektin, air, dan asam sitrat.
2.2 Metode
2.2.1 Selai Nanas
Ditimbang satu buah nanas mengkel dan nanas matang
Dikupas hingga bersih
Ditimbang kembali nanas mengkel dan nanas matang yang telah dikupas
Dilakukan kombinasi dengan cara menimbang ½ nanas mengkel dan ½ nanas
matang yang telah dikupas
Setelah ditimbang, nanas dipotong-potong untuk mempermudah proses ekstraksi
Potongan nanas diblender hingga halus
Filtrat yang diperoleh (puree nanas) diukur volumenya (ml)
Puree nanas diukur pHnya (3-4)
Dilakukan penambahan asam sitrat hingga pHnya 3 – 4 (Jika pH diluar kisaran)
Dihitung jumlah gula pasir berdasarkan formulasi yang telah ditentukan
Puree nanas dimasukkan ke dalam wajan dan dipanaskan sambil diaduk dengan
api kecil
Dimasukkan gula pasir ke dalam wajan dan aduk hingga merata
Dilakukan penambahan asam sitrat jika rasa selai kurang asam
Dipanaskan dengan api kecil hingga sedang sambil diaduk hingga kental
Setelah selesai, selai nanas dituang ke piring
Dilakukan uji hedonik selai nanas
2.2.2 Jelly Nanas
Ditimbang satu buah nanas mengkel dan nanas matang
Dikupas hingga bersih
Ditimbang kembali nanas mengkel dan nanas matang yang telah dikupas
Dilakukan kombinasi dengan cara menimbang ½ nanas mengkel dan ½ nanas
matang yang telah dikupas
Setelah ditimbang, nanas dipotong-potong untuk mempermudah proses ekstraksi
Potongan nanas diblender hingga halus
Disaring ampas eksrak nanas yang diperoleh
Filtrat yang diperoleh (sari buah nanas) diukur volumenya (ml)
Dihitung jumlah gula pasir dan jelly powder (pektin) berdasarkan formulasi yang
telah ditentukan
Ditimbang kebutuhan gula pasir dan jelly powder (pektin)
Gula pasir dan jelly powder (pektin) dicampur menjadi satu
Campuran gula pasir dan jelly powder (pektin) dimasukkan terlebih dahulu ke
dalam wajan lalu diikuti sari buah nanas
Dipanaskan dengan api kecil hingga sedang sambil diaduk hingga terbentuk jelly
Setelah selesai, jelly nanas dimasukkan ke dalam cetakan
Ditunggu hingga agak mendingin lalu dimasukkan ke dalam refrigerator
Dilakukan uji hedonik jelly nanas
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
3.2 Pembahasan
3.2.1 Selai Nanas
Selai buah merupakan salah satu produk pangan semi basah yang cukup
dikenal dan disukai oleh masyarakat. Food & Drug Administration (FDA)
mendifinisikan selai sebagai produk olahan buah-buahan, baik berupa buah segar,
buah beku, buah kaleng maupun campuran ketiganya. Pemanfaatan buah menjadi
produk selai dapat mendatangkan keuntungan yang cukup besar. Selai yang
dihasilkan juga dapat disimpan dalam waktu relatif lama (Fachruddin, 1997).
Pada praktikum ini, dilakukan pengujian hedonik terhadap warna, rasa,
tekstur, dan sifat olesan sampel selai nanas yang berbeda. Panelis disediakan enam
sampel selai nanas yang telah dibuat oleh semua kelompok dan disajikan secara
acak. Setelah itu panelis diminta untuk menyatakan kesukaaan selai nanas.
Adapun skala hedonik atau skala numerik yang diberikan yaitu sangat suka [3],
suka [2], dan tidak suka [1]. Hal ini bertujuan untuk melihat kesan pertama yang
timbul saat panelis melakukan penilaian terhadap karakteristik mutu yang
diujikan.
3.2.1.1 Warna
Penilaian warna dalam produk pangan memiliki peranan yang
sangat penting. Pada umumnya panelis sebelum mempertimbangkan
paramneter lain terlebih dahulu tertarik dengan warna bahan. Kesan
pertama dalam penilaian bahan pangan adalah warna yang akan
menentukan penerimaan atau penolakan panelis terhadap produk.
Pada praktikum ini, dilakukan pengujian uji hedonik terhadap
warna keenam produk selai nanas dari enam kelompok. Panelis disediakan
enam contoh uji selai nanas dengan kode berbeda yaitu A, B, C, D, E, dan
F. Panelis diminta untuk melihat warnakulit keenam selai nanas tersebut
lalu memberikan penilaian berupa “suka” atau “tidak suka” terhadap
aroma keenam selai nanas tersebut pada kolom respon form uji. Adapun
skala hedonik atau skala numerik yang diberikan yaitu sangat suka [3],
suka [2], dan tidak suka [1].
Uji hedonik selai nanas untuk parameter warna berdasarkan pada
Tabel 1 panelis menyukai sampel Selai nanas A dengan rataan penilaian
kesukaan yang diberikan sebesar 2.28, Selai nanas B dengan rataan
penilaian kesukaan yang diberikan sebesar 2.21, Selai nanas C dengan
rataan penilaian kesukaan yang diberikan sebesar 2.31. Selai nanas D
dengan rataan penilaian kesukaan yang diberikan sebesar 1.83, Selai nanas
E dengan rataan penilaian kesukaan yang diberikan sebesar 2.34, dan Selai
nanas F dengan rataan penilaian kesukaan yang diberikan sebesar 2.24.
Berdasarkan hasil penilaian, dapat dikatakan bahwa dari segi parameter
warnaselai nanas C paling disukai diantara rasa selai nanas yang lain
dengan skala kriteria penilaian antara [suka] dan [sangat suka].
3.2.1.2 Rasa
Pada praktikum ini, dilakukan pengujian uji hedonik terhadap rasa
keenam produk selai nanas dari enam kelompok. Panelis disediakan enam
contoh uji selai nanas dengan kode berbeda yaitu A, B, C, D, E, dan F.
Panelis diminta untuk melihat rasakulit keenam selai nanas tersebut lalu
memberikan penilaian berupa “suka” atau “tidak suka” terhadap aroma
keenam selai nanas tersebut pada kolom respon form uji. Adapun skala
hedonik atau skala numerik yang diberikan yaitu sangat suka [3], suka [2],
dan tidak suka [1].
Uji hedonik selai nanas untuk parameter rasa berdasarkan pada
Tabel 1 panelis menyukai sampel Selai nanas A dengan rataan penilaian
kesukaan yang diberikan sebesar 2.28, Selai nanas B dengan rataan
penilaian kesukaan yang diberikan sebesar 2.14, Selai nanas C dengan
rataan penilaian kesukaan yang diberikan sebesar 2.21. Selai nanas D
dengan rataan penilaian kesukaan yang diberikan sebesar 1.86, Selai nanas
E dengan rataan penilaian kesukaan yang diberikan sebesar 2.24, dan Selai
nanas F dengan rataan penilaian kesukaan yang diberikan sebesar 2.07.
Berdasarkan hasil penilaian, dapat dikatakan bahwa dari segi parameter
rasaselai nanas A paling disukai diantara rasa selai nanas yang lain dengan
skala kriteria penilaian antara [suka] dan [sangat suka].
Umumnya bahan pangan tidak hanya terdiri dari salah
satu rasa, tetapi gabungan dari berbagai rasa secara terpadu
sehingga menimbulkan cita rasa yang utuh.Gula mememiliki
peranan besar pada penampakan dan cita rasa selai yang
dihasilkan. Menurut istilah umum gula adalah jenis
karbohidrat yang sering digunakan sebagai pemanis
(Lutony,1993). Gula terdapat dalam berbagai bentuk, yakni
sukrosa, glukosa, fruktosa dan dekstrosa. Gula dalam bentuk
sukrosa akan memberikan rasa manis dan juga berfungsi
sebagai pengawet karena dalam konsentrasi tinggi dapat
menghambat pertumbuhan mikroba. Selain itu, Gula berperan
sebagai pengikat komponen flavor, menyempurnakan rasa
asam, dan cita rasa lainnya.
Selain berperan sebagai pengatur keasaman, asam
sitrat digunakan dalam pembentukan dan menimbulkan rasa serta flavor
yang menarik (Tjokoroadikoesmo, 1986). Menurut Winarno et al (1984),
asam sitrat yang termasuk asidulan dapat bertindak sebagai penegas rasa,
warna atau dapat menyelubungi “after taste” yang tidak disukai.
3.2.1.3 Tekstur
Tekstur merupakan sensasi tekanan yang dapat di amati dengan
mulut (pada waktu digigit, dikunyah dan ditelan) ataupun perabaan dengan
jari manis. Penilaian biasanya dilakukan dengan menggosokkan jari dari
bahan yang dinilai diantara kedua jari (Winarno, 1997).
Pada praktikum ini, dilakukan pengujian uji hedonik terhadap
tekstur keenam produk selai nanas dari enam kelompok. Panelis
disediakan enam contoh uji selai nanas dengan kode berbeda yaitu A, B,
C, D, E, dan F. Panelis diminta untuk melihat teksturkulit keenam selai
nanas tersebut lalu memberikan penilaian berupa “suka” atau “tidak suka”
terhadap aroma keenam selai nanas tersebut pada kolom respon form uji.
Adapun skala hedonik atau skala numerik yang diberikan yaitu sangat
suka [3], suka [2], dan tidak suka [1].
Uji hedonik selai nanas untuk parameter tekstur
berdasarkan pada Tabel 1 panelis menyukai sampel Selai
nanas A dengan rataan penilaian kesukaan yang diberikan sebesar 2.17,
Selai nanas B dengan rataan penilaian kesukaan yang diberikan sebesar
2.03, Selai nanas C dengan rataan penilaian kesukaan yang diberikan
sebesar 2.21. Selai nanas D dengan rataan penilaian kesukaan yang
diberikan sebesar 1.72, Selai nanas E dengan rataan penilaian kesukaan
yang diberikan sebesar 2.14, dan Selai nanas F dengan rataan penilaian
kesukaan yang diberikan sebesar 2.03. Berdasarkan hasil penilaian, dapat
dikatakan bahwa dari segi parameter tekstur selai nanas C paling disukai
diantara rasa selai nanas yang lain dengan skala kriteria penilaian antara
[suka] dan [sangat suka].
Menurut Buckle et al (1987) struktur khusus dari produk selai
buah-buahan disebabkan karena terbentuknya kompleks gel pektin-gula-
asam. Mekanisme pembentukan gel dari pektin-gula-asam air adalah
bahwa dalam satu substrat buah-buahan asam, pektin, adalah koloid yang
bermuatan negatif. Gula yang ditambahkan pada proses ini akan
berpengaruh terhadap keseimbangan pektin-air yang ada, juga
menghilangkan kemantapan pektin. Pektin akan mengalami penggumpalan
dan membentuk serabut halus, struktur ini mampu menahan cairan. Kadar
pektin dalam jumlah yang banyak dapat menentukan tingkat kontinuitas
dan kepadatan serabut-serabut yang terbentuk.
Nenas memiliki kadar air 85,3 g/100 g bahan dan kandungan
pektin 0,06-0,16 g/100 g bahan. Buah nanas memperoleh karakteristik
produk pembentuk selai karena mengandung senyawa pektin. Pektin
terdapat hampir dalam semua jenis buah dalam jumlah bervariasi, dalam
bentuk protopektin, pektin, dan asam pektat. Buah yang belum matang
banyak mengandung pektin dalam bentuk protopektin sedangkan buah
matang banyak mengandung soluble pektin yang banyak dimanfaatkan
dalam pembuatan selai. Pektin dapat memperbaiki tekstur dan
meminimalkan sineresis. Senyawa pektin berfungsi sebagai bahan perekat
antara dinding sel yang satu dengan lain. Pektin dapat membentuk gel
dengan gula apabila lebih dari 5% gugus karboksil telah termetilasi
(derajat metilasi 50%). Semakin besar konsentrasi pektin maka gel yang
terbentuk semakin keras. Konsentrasi 1% telah menghasilkan kekerasan
yang cukup baik (Winarno,1997)
Penambahan gula sangat penting untuk memperoleh tekstur. Gula
berperan dalam proses dehidrasi yang membuat ikatan hidrogen pada
pektin menjadi lebih kuat dan membentuk jaringan polisakarida, yaitu
kompleks dimana air terperangkap dalam jaringan tersebut. Kekurangan
gula akan membentuk gel yang kurang kuat pada semua tingkat keasaman
sehingga membutuhkan lebih banyak asam untuk menguatkan strukturnya.
Pembentukan gel hanya mungkin terjadi pada pH kurang < 3,5. pH
optimum yang dikehendaki dalam pembuatan selai berkisar 3,10 – 3,46.
Penambahan asam sitrat bertujuan menurunkan pH dan menghindari
terjadinya pengkristalan gula. Jumlah asam yang ditambahkan tergantung
dari keasaman buah dan pH akhir selai yang diinginkan. Semakin rendah
nilai pH ketegaran gel yang terbentuk semakin meningkat sehingga
teksturnya akan semakin kuat. Namun, Nilai pH yang terlalu rendah
menyebabkan terjadi sineresis yakni keluarnya air dari gel sehingga
kekentalan selai akan berkurang bahkan sama sekali tidak terbentuk gel
(Fachruddin,1997). Sedangkan pH yang terlalu tinggi akan menyebabkan
gel pecah (lunak).
Waktu pemasakan juga mempengaruhi mutu produk akhir
selai. Pemanasan yang berlebihan akan menyebabkan perubahan yang
merusak kemampuan membentuk gel terutama pada buah yang sangat
asam. Waktu pemanasan yang terlalu lama menyebabkan selai keras dan
kental. Sebaliknya, waktu pemanasan yang kurang akan menghasilkan
selai yang encer. Pada saat pemanasan selai, pengadukan yang terlalu
cepat akan menimbulkan gelembung udara yang akan merusak tekstur dan
penampakan produk akhir.
3.2.1.4 Sifat Olesan
Kenampakan adalah sifat olesan pada selai cakar ayam dan kulit
pisang yang di amati dengan indra peraba. Sifat olesan dapat dilihat dari
halus atau tidaknya olesan tersebut. Jika halus maka selai dapat oleskan
dengan mudah. Penilaian terhadap kenampakan suatu bahan digunakan
dengan ujung jari tangan dan bisanya dilakukan dengan menggosokkan
keduanya, sifat olesan dapat dilihat dari teksturnya bila lebih kental maka
olesannya lebih mudah dibandingkan yang tidak kental.
Pada praktikum ini, dilakukan pengujian uji hedonik terhadap sifat
olesan keenam produk selai nanas dari enam kelompok. Panelis disediakan
enam contoh uji selai nanas dengan kode berbeda yaitu A, B, C, D, E, dan
F. Panelis diminta untuk melihat sifat olesan kulit keenam selai nanas
tersebut lalu memberikan penilaian berupa “suka” atau “tidak suka”
terhadap aroma keenam selai nanas tersebut pada kolom respon form uji.
Adapun skala hedonik atau skala numerik yang diberikan yaitu sangat
suka [3], suka [2], dan tidak suka [1].
Uji hedonik selai nanas untuk parameter sifat olesan
berdasarkan pada Tabel 1 panelis menyukai sampel Selai
nanas A dengan rataan penilaian kesukaan yang diberikan sebesar 2.14,
Selai nanas B dengan rataan penilaian kesukaan yang diberikan sebesar
2.00, Selai nanas C dengan rataan penilaian kesukaan yang diberikan
sebesar 2.14. Selai nanas D dengan rataan penilaian kesukaan yang
diberikan sebesar 1.72, Selai nanas E dengan rataan penilaian kesukaan
yang diberikan sebesar 2.31, dan Selai nanas F dengan rataan penilaian
kesukaan yang diberikan sebesar 1.97. Berdasarkan hasil penilaian, dapat
dikatakan bahwa dari segi parameter sifat olesan selai nanas E paling
disukai diantara rasa selai nanas yang lain dengan skala kriteria penilaian
antara [suka] dan [sangat suka].
3.2.2 Jelly Nanas
3.2.2.1 Warna
Pada praktikum ini, dilakukan pengujian uji hedonik terhadap
warna keenam produk jelly dari enam kelompok. Panelis disediakan enam
contoh uji jelly dengan kode berbeda yaitu A, B, C, D, E, dan F. Panelis
diminta untuk melihat warnakulit keenam jelly tersebut lalu memberikan
penilaian berupa “suka” atau “tidak suka” terhadap aroma keenam jelly
tersebut pada kolom respon form uji. Adapun skala hedonik atau skala
numerik yang diberikan yaitu sangat suka [3], suka [2], dan tidak suka [1].
Uji hedonik jelly untuk parameter warna berdasarkan pada Tabel 2
panelis menyukai sampel jelly A dengan rataan penilaian kesukaan yang
diberikan sebesar 2.28, jelly B dengan rataan penilaian kesukaan yang
diberikan sebesar 2.14, jelly C dengan rataan penilaian kesukaan yang
diberikan sebesar 2.24. jelly D dengan rataan penilaian kesukaan yang
diberikan sebesar 1.93, jelly E dengan rataan penilaian kesukaan yang
diberikan sebesar 2.45, dan Jelly F dengan rataan penilaian kesukaan yang
diberikan sebesar 2.24. Berdasarkan hasil penilaian, dapat dikatakan
bahwa dari segi parameter warna jelly E paling disukai diantara rasa jelly
yang lain dengan skala kriteria penilaian antara [suka] dan [sangat suka].
3.2.2.2 Rasa
Pada praktikum ini, dilakukan pengujian uji hedonik terhadap rasa
keenam produk jelly dari enam kelompok. Panelis disediakan enam contoh
uji jelly dengan kode berbeda yaitu A, B, C, D, E, dan F. Panelis diminta
untuk melihat rasakulit keenam jelly tersebut lalu memberikan penilaian
berupa “suka” atau “tidak suka” terhadap aroma keenam jelly tersebut
pada kolom respon form uji. Adapun skala hedonik atau skala numerik
yang diberikan yaitu sangat suka [3], suka [2], dan tidak suka [1].
Uji hedonik jelly untuk parameter rasa berdasarkan pada Tabel 2
panelis menyukai sampel jelly A dengan rataan penilaian kesukaan yang
diberikan sebesar 2.28, jelly B dengan rataan penilaian kesukaan yang
diberikan sebesar 2.10, jelly C dengan rataan penilaian kesukaan yang
diberikan sebesar 2.28. jelly D dengan rataan penilaian kesukaan yang
diberikan sebesar 1.90, jelly E dengan rataan penilaian kesukaan yang
diberikan sebesar 2.28, dan Jelly F dengan rataan penilaian kesukaan yang
diberikan sebesar 2.21. Berdasarkan hasil penilaian, dapat dikatakan
bahwa dari segi parameter rasa jelly A, D, dan E paling disukai diantara
rasa jelly yang lain dengan skala kriteria penilaian antara [suka] dan
[sangat suka].
3.2.2.3 Tekstur
Tekstur merupakan sensasi tekanan yang dapat di amati dengan
mulut (pada waktu digigit, dikunyah dan ditelan) ataupun perabaan dengan
jari manis. Penilaian biasanya dilakukan dengan menggosokkan jari dari
bahan yang dinilai diantara kedua jari (Winarno, 1997).
Pada praktikum ini, dilakukan pengujian uji hedonik terhadap
tekstur keenam produk jelly dari enam kelompok. Panelis disediakan enam
contoh uji jelly dengan kode berbeda yaitu A, B, C, D, E, dan F. Panelis
diminta untuk melihat teksturkulit keenam jelly tersebut lalu memberikan
penilaian berupa “suka” atau “tidak suka” terhadap aroma keenam jelly
tersebut pada kolom respon form uji. Adapun skala hedonik atau skala
numerik yang diberikan yaitu sangat suka [3], suka [2], dan tidak suka [1].
Uji hedonik jelly untuk parameter tekstur berdasarkan pada Tabel
2 panelis menyukai sampel jelly A dengan rataan penilaian kesukaan yang
diberikan sebesar 2.21, jelly B dengan rataan penilaian kesukaan yang
diberikan sebesar 2.10, jelly C dengan rataan penilaian kesukaan yang
diberikan sebesar 2.31. jelly D dengan rataan penilaian kesukaan yang
diberikan sebesar 1.79, jelly E dengan rataan penilaian kesukaan yang
diberikan sebesar 2.00, dan Jelly F dengan rataan penilaian kesukaan yang
diberikan sebesar 2.17. Berdasarkan hasil penilaian, dapat dikatakan
bahwa dari segi parameter tekstur jelly C paling disukai diantara tekstur
jelly yang lain dengan skala kriteria penilaian antara [suka] dan [sangat
suka].
3.2.2.4 Sifat Kekenyalan
Pada praktikum ini, dilakukan pengujian uji hedonik terhadap sifat
kekenyalan keenam produk jelly dari enam kelompok. Panelis disediakan
enam contoh uji jelly dengan kode berbeda yaitu A, B, C, D, E, dan F.
Panelis diminta untuk melihat sifat kekenyalan kulit keenam jelly tersebut
lalu memberikan penilaian berupa “suka” atau “tidak suka” terhadap
aroma keenam jelly tersebut pada kolom respon form uji. Adapun skala
hedonik atau skala numerik yang diberikan yaitu sangat suka [3], suka [2],
dan tidak suka [1].
Uji hedonik jelly untuk parameter sifat kekenyalan berdasarkan
pada Tabel 2 panelis menyukai sampel jelly A dengan rataan penilaian
kesukaan yang diberikan sebesar 2.21, jelly B dengan rataan penilaian
kesukaan yang diberikan sebesar 2.07, jelly C dengan rataan penilaian
kesukaan yang diberikan sebesar 2.34. jelly D dengan rataan penilaian
kesukaan yang diberikan sebesar 1.86, jelly E dengan rataan penilaian
kesukaan yang diberikan sebesar 2.38, dan Jelly F dengan rataan penilaian
kesukaan yang diberikan sebesar 2.07. Berdasarkan hasil penilaian, dapat
dikatakan bahwa dari segi parameter sifat kekenyalan jelly E paling
disukai diantara sifat kekenyalan jelly yang lain dengan skala kriteria
penilaian antara [suka] dan [sangat suka].
BAB IV
KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum selai dan jelly nanas, pada hasil uji hedonik
selai nanas, selai nanas C memiliki warna selai yang paling disukai. Pada
parameter rasa, selai nanas A memiliki rasa selai yang paling disukai. Pada
parameter tekstur, selai nanas C memiliki tekstur selai yang paling disukai. Pada
parameter sifat olesan, selai nanas D memiliki sifat olesan selai yang paling
disukai.
Pada hasil uji hedonik jelly nanas, jelly D memiliki warna jelly yang paling
disukai. Pada parameter rasa, jelly nanas A, C, dan E memiliki rasa s jelly yang
paling disukai. Pada parameter tekstur, jelly nanas C memiliki tekstur jelly yang
paling disukai. Pada parameter sifat kekenyalan, jelly nanas D memiliki sifat
kekenyalan jelly yang paling disukai.
4.2 Saran
Bahan-bahan yang akan digunakan sebaiknya diperiksa kualitas dan
ketersediaannya terlebih dahulu sehingga selai dan jelly yang dihasilkan bermutu
tinggi. Formula yang akan digunakan harus dibuat berbeda dalam komposisi dan
bahan baku yang akan digunakan agar produk yang didapat lebih beragam.
Sebelum dan sesudah praktikum, praktikan harus menjaga kebersihan ruang
praktikum agar produk tetap terjaga kualitas dan tidak tercemar. Selain itu, selama
proses pengolahan, praktikan harus menjaga sanitasi dan higienitas.
DAFTAR PUSTAKA
Winarno, FG. 1997. Pangan Gizi Teknologi dan Konsumen. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
Dita. 2010. Pembuatan jam dan selai nanas. http://abidanbita.multiply.com [17
November 2012]
Buckle dkk. 1987. Ilmu Pangan. Penerjemah Hari Purnomo dan Adiono. Jakarta:
Universitas Indonesia Press.
Fachruddin,1997. Membuat Aneka Selai. Yogyakarta: Kanisius.
Apandi, M. 1984. Teknologi Buah dan Sayur. Bandung: Alumni
LAMPIRAN
Lampiran 1. Perhitungan Formulasi Selai Nanas
Gula : 75
100x Filtrat =
75100
x275,2 gr = 206, 6 gr
Lampiran 2. Perhitungan Formulasi Jelly Nanas
Gula 17%-20%
Gula : 20
100x Filtrat =
20100
x650 gr = 130 gr
Jelly powder : 15
100x Filtrat =
15100
x650 gr = 13,93 gr
Lampiran 3. SNI 01-3746-1995
Tabel 3. SNI Selai Buah