laporan selai dan jelly

25
Laporan Praktikum Tanggal: Senin /12 November 2012 M.K. TPPN PJP : Ambar Asisten : Wira Yani Febi H, Amd PENGOLAHAN DAN UJI HEDONIK SELAI DAN JELLY NANAS Oleh: Kelompok 2/A-P1 Ardantyo Gunawan B J3E111002 Fadillah Hutami J3E111033 Rico Fernando T J3E111044 Aqmila Muthi Rafa J3E111066 Dina Crownia J3E111087 Humaira Rahmah J3E111096

Upload: nurul-ulfah-d

Post on 20-Oct-2015

245 views

Category:

Documents


15 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Selai Dan Jelly

Laporan Praktikum Tanggal: Senin /12 November 2012M.K. TPPN PJP : Ambar

Asisten : Wira Yani Febi H, Amd

PENGOLAHAN DAN UJI HEDONIK SELAI DAN JELLY

NANAS

Oleh:

Kelompok 2/A-P1

Ardantyo Gunawan B J3E111002

Fadillah Hutami J3E111033

Rico Fernando T J3E111044

Aqmila Muthi Rafa J3E111066

Dina Crownia J3E111087

Humaira Rahmah J3E111096

PROGRAM KEAHLIAN SUPERVISOR JAMINAN MUTU PANGAN

DIREKTORAT PROGRAM DIPLOMA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2012

Page 2: Laporan Selai Dan Jelly

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Tujuan

Praktikum kali ini bertujuan untuk mengetahui tahap-tahap proses

pembuatan selai dan jelly dan mengetahui fungsi bahan-bahan yang digunakan

dalam pembuatan roti.

Page 3: Laporan Selai Dan Jelly

BAB II

METODOLOGI

2.1 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah talenan, pisau, blender,

mangkuk stainless, kain saring, nampan, piring plastik, sendok, wajan, timbangan,

dan spatula kayu. Bahan yang digunakan adalah nanas mengkel, nanas matang, gula

pasir, pektin, air, dan asam sitrat.

2.2 Metode

2.2.1 Selai Nanas

Ditimbang satu buah nanas mengkel dan nanas matang

Dikupas hingga bersih

Ditimbang kembali nanas mengkel dan nanas matang yang telah dikupas

Dilakukan kombinasi dengan cara menimbang ½ nanas mengkel dan ½ nanas

matang yang telah dikupas

Setelah ditimbang, nanas dipotong-potong untuk mempermudah proses ekstraksi

Potongan nanas diblender hingga halus

Filtrat yang diperoleh (puree nanas) diukur volumenya (ml)

Puree nanas diukur pHnya (3-4)

Dilakukan penambahan asam sitrat hingga pHnya 3 – 4 (Jika pH diluar kisaran)

Dihitung jumlah gula pasir berdasarkan formulasi yang telah ditentukan

Page 4: Laporan Selai Dan Jelly

Puree nanas dimasukkan ke dalam wajan dan dipanaskan sambil diaduk dengan

api kecil

Dimasukkan gula pasir ke dalam wajan dan aduk hingga merata

Dilakukan penambahan asam sitrat jika rasa selai kurang asam

Dipanaskan dengan api kecil hingga sedang sambil diaduk hingga kental

Setelah selesai, selai nanas dituang ke piring

Dilakukan uji hedonik selai nanas

2.2.2 Jelly Nanas

Ditimbang satu buah nanas mengkel dan nanas matang

Dikupas hingga bersih

Ditimbang kembali nanas mengkel dan nanas matang yang telah dikupas

Dilakukan kombinasi dengan cara menimbang ½ nanas mengkel dan ½ nanas

matang yang telah dikupas

Setelah ditimbang, nanas dipotong-potong untuk mempermudah proses ekstraksi

Potongan nanas diblender hingga halus

Disaring ampas eksrak nanas yang diperoleh

Filtrat yang diperoleh (sari buah nanas) diukur volumenya (ml)

Dihitung jumlah gula pasir dan jelly powder (pektin) berdasarkan formulasi yang

telah ditentukan

Page 5: Laporan Selai Dan Jelly

Ditimbang kebutuhan gula pasir dan jelly powder (pektin)

Gula pasir dan jelly powder (pektin) dicampur menjadi satu

Campuran gula pasir dan jelly powder (pektin) dimasukkan terlebih dahulu ke

dalam wajan lalu diikuti sari buah nanas

Dipanaskan dengan api kecil hingga sedang sambil diaduk hingga terbentuk jelly

Setelah selesai, jelly nanas dimasukkan ke dalam cetakan

Ditunggu hingga agak mendingin lalu dimasukkan ke dalam refrigerator

Dilakukan uji hedonik jelly nanas

Page 6: Laporan Selai Dan Jelly

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil

3.2 Pembahasan

3.2.1 Selai Nanas

Selai buah merupakan salah satu  produk pangan semi basah yang cukup

dikenal dan disukai oleh masyarakat. Food & Drug Administration (FDA)

mendifinisikan selai sebagai produk olahan buah-buahan, baik berupa buah segar,

buah beku, buah kaleng maupun campuran ketiganya. Pemanfaatan buah menjadi

produk selai dapat mendatangkan keuntungan yang cukup besar. Selai yang

dihasilkan juga dapat disimpan dalam waktu relatif lama (Fachruddin, 1997).

Pada praktikum ini, dilakukan pengujian hedonik terhadap warna, rasa,

tekstur, dan sifat olesan sampel selai nanas yang berbeda. Panelis disediakan enam

sampel selai nanas yang telah dibuat oleh semua kelompok dan disajikan secara

acak. Setelah itu panelis diminta untuk menyatakan kesukaaan selai nanas.

Adapun skala hedonik atau skala numerik yang diberikan yaitu sangat suka [3],

suka [2], dan tidak suka [1]. Hal ini bertujuan untuk melihat kesan pertama yang

timbul saat panelis melakukan penilaian terhadap karakteristik mutu yang

diujikan.

3.2.1.1 Warna

Penilaian warna dalam produk pangan memiliki peranan yang

sangat penting. Pada umumnya panelis sebelum mempertimbangkan

paramneter lain terlebih dahulu tertarik dengan warna bahan. Kesan

pertama dalam penilaian bahan pangan adalah warna yang akan

menentukan penerimaan atau penolakan panelis terhadap produk.

Pada praktikum ini, dilakukan pengujian uji hedonik terhadap

warna keenam produk selai nanas dari enam kelompok. Panelis disediakan

enam contoh uji selai nanas dengan kode berbeda yaitu A, B, C, D, E, dan

F. Panelis diminta untuk melihat warnakulit keenam selai nanas tersebut

lalu memberikan penilaian berupa “suka” atau “tidak suka” terhadap

Page 7: Laporan Selai Dan Jelly

aroma keenam selai nanas tersebut pada kolom respon form uji. Adapun

skala hedonik atau skala numerik yang diberikan yaitu sangat suka [3],

suka [2], dan tidak suka [1].

Uji hedonik selai nanas untuk parameter warna berdasarkan pada

Tabel 1 panelis menyukai sampel Selai nanas A dengan rataan penilaian

kesukaan yang diberikan sebesar 2.28, Selai nanas B dengan rataan

penilaian kesukaan yang diberikan sebesar 2.21, Selai nanas C dengan

rataan penilaian kesukaan yang diberikan sebesar 2.31. Selai nanas D

dengan rataan penilaian kesukaan yang diberikan sebesar 1.83, Selai nanas

E dengan rataan penilaian kesukaan yang diberikan sebesar 2.34, dan Selai

nanas F dengan rataan penilaian kesukaan yang diberikan sebesar 2.24.

Berdasarkan hasil penilaian, dapat dikatakan bahwa dari segi parameter

warnaselai nanas C paling disukai diantara rasa selai nanas yang lain

dengan skala kriteria penilaian antara [suka] dan [sangat suka].

3.2.1.2 Rasa

Pada praktikum ini, dilakukan pengujian uji hedonik terhadap rasa

keenam produk selai nanas dari enam kelompok. Panelis disediakan enam

contoh uji selai nanas dengan kode berbeda yaitu A, B, C, D, E, dan F.

Panelis diminta untuk melihat rasakulit keenam selai nanas tersebut lalu

memberikan penilaian berupa “suka” atau “tidak suka” terhadap aroma

keenam selai nanas tersebut pada kolom respon form uji. Adapun skala

hedonik atau skala numerik yang diberikan yaitu sangat suka [3], suka [2],

dan tidak suka [1].

Uji hedonik selai nanas untuk parameter rasa berdasarkan pada

Tabel 1 panelis menyukai sampel Selai nanas A dengan rataan penilaian

kesukaan yang diberikan sebesar 2.28, Selai nanas B dengan rataan

penilaian kesukaan yang diberikan sebesar 2.14, Selai nanas C dengan

rataan penilaian kesukaan yang diberikan sebesar 2.21. Selai nanas D

dengan rataan penilaian kesukaan yang diberikan sebesar 1.86, Selai nanas

E dengan rataan penilaian kesukaan yang diberikan sebesar 2.24, dan Selai

nanas F dengan rataan penilaian kesukaan yang diberikan sebesar 2.07.

Berdasarkan hasil penilaian, dapat dikatakan bahwa dari segi parameter

Page 8: Laporan Selai Dan Jelly

rasaselai nanas A paling disukai diantara rasa selai nanas yang lain dengan

skala kriteria penilaian antara [suka] dan [sangat suka].

Umumnya bahan pangan tidak hanya terdiri dari salah

satu rasa, tetapi gabungan dari berbagai rasa secara terpadu

sehingga menimbulkan cita rasa yang utuh.Gula mememiliki

peranan besar pada penampakan dan cita rasa selai yang

dihasilkan. Menurut istilah umum gula adalah jenis

karbohidrat yang sering digunakan sebagai pemanis

(Lutony,1993). Gula terdapat dalam berbagai bentuk, yakni

sukrosa, glukosa, fruktosa dan dekstrosa. Gula dalam bentuk

sukrosa akan memberikan rasa manis dan juga berfungsi

sebagai pengawet karena dalam konsentrasi tinggi dapat

menghambat pertumbuhan mikroba. Selain itu, Gula berperan

sebagai pengikat komponen flavor, menyempurnakan rasa

asam, dan cita rasa lainnya.

Selain berperan sebagai pengatur keasaman, asam

sitrat digunakan dalam pembentukan dan menimbulkan rasa serta flavor

yang menarik (Tjokoroadikoesmo, 1986). Menurut Winarno et al (1984),

asam sitrat yang termasuk asidulan dapat bertindak sebagai penegas rasa,

warna atau dapat menyelubungi “after taste” yang tidak disukai.

3.2.1.3 Tekstur

Tekstur merupakan sensasi tekanan yang dapat di amati dengan

mulut (pada waktu digigit, dikunyah dan ditelan) ataupun perabaan dengan

jari manis. Penilaian biasanya dilakukan dengan menggosokkan jari dari

bahan yang dinilai diantara kedua jari (Winarno, 1997).

Pada praktikum ini, dilakukan pengujian uji hedonik terhadap

tekstur keenam produk selai nanas dari enam kelompok. Panelis

disediakan enam contoh uji selai nanas dengan kode berbeda yaitu A, B,

C, D, E, dan F. Panelis diminta untuk melihat teksturkulit keenam selai

nanas tersebut lalu memberikan penilaian berupa “suka” atau “tidak suka”

terhadap aroma keenam selai nanas tersebut pada kolom respon form uji.

Adapun skala hedonik atau skala numerik yang diberikan yaitu sangat

suka [3], suka [2], dan tidak suka [1].

Page 9: Laporan Selai Dan Jelly

Uji hedonik selai nanas untuk parameter tekstur

berdasarkan pada Tabel 1 panelis menyukai sampel Selai

nanas A dengan rataan penilaian kesukaan yang diberikan sebesar 2.17,

Selai nanas B dengan rataan penilaian kesukaan yang diberikan sebesar

2.03, Selai nanas C dengan rataan penilaian kesukaan yang diberikan

sebesar 2.21. Selai nanas D dengan rataan penilaian kesukaan yang

diberikan sebesar 1.72, Selai nanas E dengan rataan penilaian kesukaan

yang diberikan sebesar 2.14, dan Selai nanas F dengan rataan penilaian

kesukaan yang diberikan sebesar 2.03. Berdasarkan hasil penilaian, dapat

dikatakan bahwa dari segi parameter tekstur selai nanas C paling disukai

diantara rasa selai nanas yang lain dengan skala kriteria penilaian antara

[suka] dan [sangat suka].

Menurut Buckle et al (1987) struktur khusus dari produk selai

buah-buahan disebabkan karena terbentuknya kompleks gel pektin-gula-

asam. Mekanisme pembentukan gel dari pektin-gula-asam air adalah

bahwa dalam satu substrat buah-buahan asam, pektin, adalah koloid yang

bermuatan negatif. Gula yang ditambahkan pada proses ini akan

berpengaruh terhadap keseimbangan pektin-air yang ada, juga

menghilangkan kemantapan pektin. Pektin akan mengalami penggumpalan

dan membentuk serabut halus, struktur ini mampu menahan cairan. Kadar

pektin dalam jumlah yang banyak dapat menentukan tingkat kontinuitas

dan kepadatan serabut-serabut yang terbentuk.

Nenas memiliki kadar air 85,3 g/100 g bahan dan kandungan

pektin 0,06-0,16 g/100 g bahan. Buah nanas memperoleh karakteristik

produk pembentuk selai karena mengandung senyawa pektin. Pektin

terdapat hampir dalam semua jenis buah dalam jumlah bervariasi, dalam

bentuk protopektin, pektin, dan asam pektat. Buah yang belum matang

banyak mengandung pektin dalam bentuk protopektin sedangkan buah

matang banyak mengandung soluble pektin yang banyak dimanfaatkan

dalam pembuatan selai. Pektin dapat memperbaiki tekstur dan

meminimalkan sineresis. Senyawa pektin berfungsi sebagai bahan perekat

antara dinding sel yang satu dengan lain. Pektin dapat membentuk gel

Page 10: Laporan Selai Dan Jelly

dengan gula apabila lebih dari 5% gugus karboksil telah termetilasi

(derajat metilasi 50%). Semakin besar konsentrasi pektin maka gel yang

terbentuk semakin keras. Konsentrasi 1% telah menghasilkan kekerasan

yang cukup baik (Winarno,1997)

Penambahan gula sangat penting untuk memperoleh tekstur. Gula

berperan dalam proses dehidrasi yang membuat ikatan hidrogen pada

pektin menjadi lebih kuat dan membentuk jaringan polisakarida, yaitu

kompleks dimana air terperangkap dalam jaringan tersebut. Kekurangan

gula akan membentuk gel yang kurang kuat pada semua tingkat keasaman

sehingga membutuhkan lebih banyak asam untuk menguatkan strukturnya.

Pembentukan gel hanya mungkin terjadi pada pH kurang < 3,5. pH

optimum yang dikehendaki dalam pembuatan selai berkisar 3,10 – 3,46.

Penambahan asam sitrat bertujuan menurunkan pH dan menghindari

terjadinya pengkristalan gula. Jumlah asam yang ditambahkan tergantung

dari keasaman buah dan pH akhir selai yang diinginkan. Semakin rendah

nilai pH ketegaran gel yang terbentuk semakin meningkat sehingga

teksturnya akan semakin kuat. Namun, Nilai pH yang terlalu rendah

menyebabkan terjadi sineresis yakni keluarnya air dari gel sehingga

kekentalan selai akan berkurang bahkan sama sekali tidak terbentuk gel

(Fachruddin,1997). Sedangkan pH yang terlalu tinggi akan menyebabkan

gel pecah (lunak).

Waktu pemasakan juga mempengaruhi mutu produk akhir

selai. Pemanasan yang berlebihan akan menyebabkan perubahan yang

merusak kemampuan membentuk gel terutama pada buah yang sangat

asam. Waktu pemanasan yang terlalu lama menyebabkan selai keras dan

kental. Sebaliknya, waktu pemanasan yang kurang akan menghasilkan

selai yang encer. Pada saat pemanasan selai, pengadukan yang terlalu

cepat akan menimbulkan gelembung udara  yang akan merusak tekstur dan

penampakan produk akhir.

3.2.1.4 Sifat Olesan

Kenampakan adalah sifat olesan pada selai cakar ayam dan kulit

pisang yang di amati dengan indra peraba. Sifat olesan dapat dilihat dari

Page 11: Laporan Selai Dan Jelly

halus atau tidaknya olesan tersebut. Jika halus maka selai dapat oleskan

dengan mudah. Penilaian terhadap kenampakan suatu bahan digunakan

dengan ujung jari tangan dan bisanya dilakukan dengan menggosokkan

keduanya, sifat olesan dapat dilihat dari teksturnya bila lebih kental maka

olesannya lebih mudah dibandingkan yang tidak kental.

Pada praktikum ini, dilakukan pengujian uji hedonik terhadap sifat

olesan keenam produk selai nanas dari enam kelompok. Panelis disediakan

enam contoh uji selai nanas dengan kode berbeda yaitu A, B, C, D, E, dan

F. Panelis diminta untuk melihat sifat olesan kulit keenam selai nanas

tersebut lalu memberikan penilaian berupa “suka” atau “tidak suka”

terhadap aroma keenam selai nanas tersebut pada kolom respon form uji.

Adapun skala hedonik atau skala numerik yang diberikan yaitu sangat

suka [3], suka [2], dan tidak suka [1].

Uji hedonik selai nanas untuk parameter sifat olesan

berdasarkan pada Tabel 1 panelis menyukai sampel Selai

nanas A dengan rataan penilaian kesukaan yang diberikan sebesar 2.14,

Selai nanas B dengan rataan penilaian kesukaan yang diberikan sebesar

2.00, Selai nanas C dengan rataan penilaian kesukaan yang diberikan

sebesar 2.14. Selai nanas D dengan rataan penilaian kesukaan yang

diberikan sebesar 1.72, Selai nanas E dengan rataan penilaian kesukaan

yang diberikan sebesar 2.31, dan Selai nanas F dengan rataan penilaian

kesukaan yang diberikan sebesar 1.97. Berdasarkan hasil penilaian, dapat

dikatakan bahwa dari segi parameter sifat olesan selai nanas E paling

disukai diantara rasa selai nanas yang lain dengan skala kriteria penilaian

antara [suka] dan [sangat suka].

3.2.2 Jelly Nanas

3.2.2.1 Warna

Pada praktikum ini, dilakukan pengujian uji hedonik terhadap

warna keenam produk jelly dari enam kelompok. Panelis disediakan enam

contoh uji jelly dengan kode berbeda yaitu A, B, C, D, E, dan F. Panelis

diminta untuk melihat warnakulit keenam jelly tersebut lalu memberikan

penilaian berupa “suka” atau “tidak suka” terhadap aroma keenam jelly

Page 12: Laporan Selai Dan Jelly

tersebut pada kolom respon form uji. Adapun skala hedonik atau skala

numerik yang diberikan yaitu sangat suka [3], suka [2], dan tidak suka [1].

Uji hedonik jelly untuk parameter warna berdasarkan pada Tabel 2

panelis menyukai sampel jelly A dengan rataan penilaian kesukaan yang

diberikan sebesar 2.28, jelly B dengan rataan penilaian kesukaan yang

diberikan sebesar 2.14, jelly C dengan rataan penilaian kesukaan yang

diberikan sebesar 2.24. jelly D dengan rataan penilaian kesukaan yang

diberikan sebesar 1.93, jelly E dengan rataan penilaian kesukaan yang

diberikan sebesar 2.45, dan Jelly F dengan rataan penilaian kesukaan yang

diberikan sebesar 2.24. Berdasarkan hasil penilaian, dapat dikatakan

bahwa dari segi parameter warna jelly E paling disukai diantara rasa jelly

yang lain dengan skala kriteria penilaian antara [suka] dan [sangat suka].

3.2.2.2 Rasa

Pada praktikum ini, dilakukan pengujian uji hedonik terhadap rasa

keenam produk jelly dari enam kelompok. Panelis disediakan enam contoh

uji jelly dengan kode berbeda yaitu A, B, C, D, E, dan F. Panelis diminta

untuk melihat rasakulit keenam jelly tersebut lalu memberikan penilaian

berupa “suka” atau “tidak suka” terhadap aroma keenam jelly tersebut

pada kolom respon form uji. Adapun skala hedonik atau skala numerik

yang diberikan yaitu sangat suka [3], suka [2], dan tidak suka [1].

Uji hedonik jelly untuk parameter rasa berdasarkan pada Tabel 2

panelis menyukai sampel jelly A dengan rataan penilaian kesukaan yang

diberikan sebesar 2.28, jelly B dengan rataan penilaian kesukaan yang

diberikan sebesar 2.10, jelly C dengan rataan penilaian kesukaan yang

diberikan sebesar 2.28. jelly D dengan rataan penilaian kesukaan yang

diberikan sebesar 1.90, jelly E dengan rataan penilaian kesukaan yang

diberikan sebesar 2.28, dan Jelly F dengan rataan penilaian kesukaan yang

diberikan sebesar 2.21. Berdasarkan hasil penilaian, dapat dikatakan

bahwa dari segi parameter rasa jelly A, D, dan E paling disukai diantara

rasa jelly yang lain dengan skala kriteria penilaian antara [suka] dan

[sangat suka].

Page 13: Laporan Selai Dan Jelly

3.2.2.3 Tekstur

Tekstur merupakan sensasi tekanan yang dapat di amati dengan

mulut (pada waktu digigit, dikunyah dan ditelan) ataupun perabaan dengan

jari manis. Penilaian biasanya dilakukan dengan menggosokkan jari dari

bahan yang dinilai diantara kedua jari (Winarno, 1997).

Pada praktikum ini, dilakukan pengujian uji hedonik terhadap

tekstur keenam produk jelly dari enam kelompok. Panelis disediakan enam

contoh uji jelly dengan kode berbeda yaitu A, B, C, D, E, dan F. Panelis

diminta untuk melihat teksturkulit keenam jelly tersebut lalu memberikan

penilaian berupa “suka” atau “tidak suka” terhadap aroma keenam jelly

tersebut pada kolom respon form uji. Adapun skala hedonik atau skala

numerik yang diberikan yaitu sangat suka [3], suka [2], dan tidak suka [1].

Uji hedonik jelly untuk parameter tekstur berdasarkan pada Tabel

2 panelis menyukai sampel jelly A dengan rataan penilaian kesukaan yang

diberikan sebesar 2.21, jelly B dengan rataan penilaian kesukaan yang

diberikan sebesar 2.10, jelly C dengan rataan penilaian kesukaan yang

diberikan sebesar 2.31. jelly D dengan rataan penilaian kesukaan yang

diberikan sebesar 1.79, jelly E dengan rataan penilaian kesukaan yang

diberikan sebesar 2.00, dan Jelly F dengan rataan penilaian kesukaan yang

diberikan sebesar 2.17. Berdasarkan hasil penilaian, dapat dikatakan

bahwa dari segi parameter tekstur jelly C paling disukai diantara tekstur

jelly yang lain dengan skala kriteria penilaian antara [suka] dan [sangat

suka].

3.2.2.4 Sifat Kekenyalan

Pada praktikum ini, dilakukan pengujian uji hedonik terhadap sifat

kekenyalan keenam produk jelly dari enam kelompok. Panelis disediakan

enam contoh uji jelly dengan kode berbeda yaitu A, B, C, D, E, dan F.

Panelis diminta untuk melihat sifat kekenyalan kulit keenam jelly tersebut

lalu memberikan penilaian berupa “suka” atau “tidak suka” terhadap

Page 14: Laporan Selai Dan Jelly

aroma keenam jelly tersebut pada kolom respon form uji. Adapun skala

hedonik atau skala numerik yang diberikan yaitu sangat suka [3], suka [2],

dan tidak suka [1].

Uji hedonik jelly untuk parameter sifat kekenyalan berdasarkan

pada Tabel 2 panelis menyukai sampel jelly A dengan rataan penilaian

kesukaan yang diberikan sebesar 2.21, jelly B dengan rataan penilaian

kesukaan yang diberikan sebesar 2.07, jelly C dengan rataan penilaian

kesukaan yang diberikan sebesar 2.34. jelly D dengan rataan penilaian

kesukaan yang diberikan sebesar 1.86, jelly E dengan rataan penilaian

kesukaan yang diberikan sebesar 2.38, dan Jelly F dengan rataan penilaian

kesukaan yang diberikan sebesar 2.07. Berdasarkan hasil penilaian, dapat

dikatakan bahwa dari segi parameter sifat kekenyalan jelly E paling

disukai diantara sifat kekenyalan jelly yang lain dengan skala kriteria

penilaian antara [suka] dan [sangat suka].

Page 15: Laporan Selai Dan Jelly

BAB IV

KESIMPULAN

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil praktikum selai dan jelly nanas, pada hasil uji hedonik

selai nanas, selai nanas C memiliki warna selai yang paling disukai. Pada

parameter rasa, selai nanas A memiliki rasa selai yang paling disukai. Pada

parameter tekstur, selai nanas C memiliki tekstur selai yang paling disukai. Pada

parameter sifat olesan, selai nanas D memiliki sifat olesan selai yang paling

disukai.

Pada hasil uji hedonik jelly nanas, jelly D memiliki warna jelly yang paling

disukai. Pada parameter rasa, jelly nanas A, C, dan E memiliki rasa s jelly yang

paling disukai. Pada parameter tekstur, jelly nanas C memiliki tekstur jelly yang

paling disukai. Pada parameter sifat kekenyalan, jelly nanas D memiliki sifat

kekenyalan jelly yang paling disukai.

4.2 Saran

Bahan-bahan yang akan digunakan sebaiknya diperiksa kualitas dan

ketersediaannya terlebih dahulu sehingga selai dan jelly yang dihasilkan bermutu

tinggi. Formula yang akan digunakan harus dibuat berbeda dalam komposisi dan

bahan baku yang akan digunakan agar produk yang didapat lebih beragam.

Sebelum dan sesudah praktikum, praktikan harus menjaga kebersihan ruang

praktikum agar produk tetap terjaga kualitas dan tidak tercemar. Selain itu, selama

proses pengolahan, praktikan harus menjaga sanitasi dan higienitas.

Page 16: Laporan Selai Dan Jelly

DAFTAR PUSTAKA

Winarno, FG. 1997. Pangan Gizi Teknologi dan Konsumen. Jakarta: Gramedia

Pustaka Utama.

Dita. 2010. Pembuatan jam dan selai nanas. http://abidanbita.multiply.com [17

November 2012]

Buckle dkk. 1987. Ilmu Pangan. Penerjemah Hari Purnomo dan Adiono. Jakarta:

Universitas Indonesia Press.

Fachruddin,1997. Membuat Aneka Selai. Yogyakarta: Kanisius.

Apandi, M. 1984. Teknologi Buah dan Sayur. Bandung: Alumni

Page 17: Laporan Selai Dan Jelly

LAMPIRAN

Lampiran 1. Perhitungan Formulasi Selai Nanas

Gula : 75

100x Filtrat =

75100

x275,2 gr = 206, 6 gr

Lampiran 2. Perhitungan Formulasi Jelly Nanas

Gula 17%-20%

Gula : 20

100x Filtrat =

20100

x650 gr = 130 gr

Jelly powder : 15

100x Filtrat =

15100

x650 gr = 13,93 gr

Lampiran 3. SNI 01-3746-1995

Tabel 3. SNI Selai Buah