pendahuluan -...

12
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lahan Kritis adalah lahan yang mengalamai proses kerusakan fisik, kimia, atau biologi yang akhirnya dapat membahayakan fungsi hidrologi serta kehidupan sosial ekonomi (Munandar, 1995). Lahan kritis dapat menyebabkan datangnya berbagai bencana seperti tanah longsor, erosi, banjir, kekeringan, serta sedimentasi yang dapat mengganggu penghidupan masyarakat. Data dari Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian tahun 2005 dalam Petunjuk Pelaksanaan Program Penanganan Lahan Kritis dan Sumber Daya Air Berbasis Masyarakat (PLKSDA-BM) menyebutkan luas lahan kritis yang ada di Indonesia mencapai 52,2 juta ha, dari luasan tersebut 7,1 juta ha merupakan lahan kritis yang ada di Pulau Jawa dan Bali, sedangkan menurut hasil inventarisasi Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Timur menunjukan bahwa luas lahan kritis di Jawa Timur mencapai 780.956 ha. Kabupaten Pacitan merupakan salah satu kabupaten yang daerahnya terdapat lahan kritis seluas 22.400 ha. Kabupaten Pacitan merupakan salah satu kabupaten yang terletak di Jawa Timur dengan kepadatan penduduk yaitu 547.308 jiwa. Luas wilayahnya adalah 1.389,872 km 2 . Kepadatan penduduk di Kabupaten Pacitan masih tergolong rendah, namun karena kondisi fisik lahan mempunyai potensi yang tinggi untuk terjadinya 1

Upload: lamkhanh

Post on 07-Mar-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Lahan Kritis adalah lahan yang mengalamai proses kerusakan fisik, kimia,

atau biologi yang akhirnya dapat membahayakan fungsi hidrologi serta kehidupan

sosial ekonomi (Munandar, 1995). Lahan kritis dapat menyebabkan datangnya

berbagai bencana seperti tanah longsor, erosi, banjir, kekeringan, serta sedimentasi

yang dapat mengganggu penghidupan masyarakat. Data dari Pusat Penelitian Tanah

dan Agroklimat, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian tahun 2005 dalam

Petunjuk Pelaksanaan Program Penanganan Lahan Kritis dan Sumber Daya Air

Berbasis Masyarakat (PLKSDA-BM) menyebutkan luas lahan kritis yang ada di

Indonesia mencapai 52,2 juta ha, dari luasan tersebut 7,1 juta ha merupakan lahan

kritis yang ada di Pulau Jawa dan Bali, sedangkan menurut hasil inventarisasi Dinas

Kehutanan Provinsi Jawa Timur menunjukan bahwa luas lahan kritis di Jawa Timur

mencapai 780.956 ha. Kabupaten Pacitan merupakan salah satu kabupaten yang

daerahnya terdapat lahan kritis seluas 22.400 ha.

Kabupaten Pacitan merupakan salah satu kabupaten yang terletak di Jawa

Timur dengan kepadatan penduduk yaitu 547.308 jiwa. Luas wilayahnya adalah

1.389,872 km2. Kepadatan penduduk di Kabupaten Pacitan masih tergolong rendah,

namun karena kondisi fisik lahan mempunyai potensi yang tinggi untuk terjadinya

1

proses erosi dan tanah longsor, maka sedikit saja kesalahan dalam penggunaan lahan

akan memicu terjadinya proses tanah longsor atau erosi tersebut(BPS, 2010). Salah

satu desa yang terdapat di Kabupaten Pacitan dengan tingkat ancaman bencana erosi

dan tanah longsor cukup besar yakni Desa Jetis Lor. Desa Jetis Lor merupakan salah

satu desa yang berada di daerah tangkapan air DAS Grindulu. Desa Jetis Lor terletak

dibagian utara wilayah Kecamatan Nawangan dan berada ada pada ketinggian 680 -

1100 m dpl dengan luas wilayah 1.518 ha yang terbagi dalam 6 dusun yaitu Krajan,

Dawuhan, Bendar, Guwo, Petung, dan Tamansari. Desa Jetis Lor memiliki topografi

berbukit, dengan luasan lahan kering sebanyak 878,20 ha, luas sawah tadah hujan

105,76 ha, sawah dengan irigasi 176 ha, dan seluas 116,3 ha sisanya adalah

pemukiman dan sarana atau prasarana desa (Data Profil Desa Tahun 2012).

Penghidupan petani di Desa Jetis Lor menjadi penting untuk dikaji, karena 96,50 %

masyarakat Jetis Lor adalah petani.

Jenis tanah yang dominan adalah Latosol, Lithosol, Megiteran, serta asosiasi

dari 2-3 jenis tanah tersebut dengan tekstur yaitu Clay (liat), Loam (lempung), dan

Sandy Loam (lempung berpasir). Keadaan topografi yang begitu beragam dan dengan

kemiringan lereng mulai dari 25 % - >85% maka jenis tanah ini rentan terhadap erosi,

hingga tererosi sampai ke lapisan B1 dan bahkan Lapisan C2. Pengamatan di lapangan

1Lapisan B, merupakan lapisan tanah di bagian tengah yang mudah tercucui oleh air, terutama jikatidak ada tumbuhan di permukaannya. Hal ini dapat terjadi karena ketiadaan akar-akar tumbuhan yangbersifat mengikat lapisan tanah A (topsoil). Lapisan B ini miskin materi organik serta berwarnakecoklatan atau kemerahan.Tebal lapisan ini sekitar 30 cm. (lihat www.artikellingkunganhidup.com).

2. Lapisan C (sub soil), merupakan lapisan yang mengandung beberapa batuan yang belum mengalamiperoses pelapukan. Selain itu, lapisan ini kaya akan unsur unsur besi, almunium, dan senyawa mineral

menunjukkan bahwa tingkat erosi yang tertinggi terjadi pada masa transisi antara

musim kemarau dan penghujan, tanah – tanah tersebut mengalami erosi yang bekerja

secara akselerasi. Curah hujan tahunan di wilayah Desa Jetis Lor sekitar 2700 mm

dengan musim kemarau berlangsung antara 4-5 bulan.

Desa Jetis Lor termasuk desa terseleksi dengan luas lahan kritis sebanyak

215,82 ha atau 20,4% dari seluruh luas lahannya atau 6,25 % dari seluruh lahan kritis

di kecamatan Nawangan (LPTP, 2005). Luas lahan kritis di Kabupaten Pacitan seluas

22.400 ha pada tahun 2012). Kondisi yang demikian mengharuskan adanya suatu

program pengendalian erosi untuk upaya penghidupan berkelanjutan masyarakat.

Pada tahun 2002 diadakan suatu program oleh LPTP (Lembaga Pengembangan

Teknologi Pedesaan). Nama program tersebut adalah Program Rencana Konservasi

Tanah Desa (RKTD). Program ini dilakukan di Desa Jetis Lor, Kecamatan

Nawangan, Kabupaten Pacitan yang menjadi salah satu program dengan tujuan untuk

meningkatkan kapasitas masyarakat. Program konservasi ini merupakan program

yang dirancang dan disusun oleh Lembaga Pengembangan Teknologi Pedesaan

(LPTP) bekerjasama dengan PMU Yogyakarta dan Pacitan GGWRM (Uni Eropa).

Secara umum kerusakan lahan terjadi karena ketidaksesuaian antara sistem

penggunaan lahan dengan kelas kemampuan lahan yang bersangkutan. Lahan kritis

merupakan permasalahan utama yang ada di wilayah tersebut. Kejadian tersebut

dipicu oleh beberapa faktor alam dan bencana seperti seringnya erosi dan tanah

lain yang terikat oleh tanah liat. Tebal lapisan ini sekitar 45 cm (lihatwww.artikellingkunganhidup.com).

longsor. Adanya lahan kritis pada beberapa lahan masyarakat sangat berpengaruh

terhadap keberlangsungan sosial ekonomi khususnya, dan penghidupan masyarakat di

Desa Jetis Lor pada umumnya, hal ini dapat terjadi karena sebagian besar masyarakat

mengandalkan lahan baik sawah maupun ladang sebagai sumber penghasilan utama.

Apabila tumpuan masyarakat itu hilang, maka penghidupan masyarakat akan

terganggu atau bahkan dapat terhenti. Kajian mengenai penghidupan pada dasaranya

telah dilakukan oleh para peneliti seperti dalam buku yang berjudul Human

Geography: Culture, Society, and Space. Livelihood (penghidupan) adalah istilah

pembangunan yang menggambarkan kemampuan (capabilities), kepemilikan sumber

daya (sumber daya sosial dan material), dan kegiatan yang dibutuhkan

seseorang/masyarakat untuk menjalani kehidupannya. Penghidupan akan

berkelanjutan (sustainable) jika aset penghidupan yang dimiliki memampukan

orang atau masyarakat untuk menghadapi dan pulih dari tekanan serta guncangan,

memampukan orang/masyarakat untuk mengelola dan menguatkan kemampuan

(capabilities) dan kepemilikan sumber daya (assets) untuk kesejahteraannya atau

masyarakat saat ini (sekarang) maupun masyarakat/kehidupan dimasa mendatang,

serta tidak menurunkan kualitas sumberdaya alam yang ada.

Melihat permasalahan dan uraian yang membahas bagaiman kondisi

ancaman bencana dan kondisi wilayah di Desa Jetis Lor, maka LPTP melalui

beberapa tahap dan perencanaan telah merumuskan satu program untuk kemajuan dan

peningkatan kualitas masyarakat dengan menyusun Rencana Konservasi Tanah Desa.

Program tersebut sifatnya teknis tetapi harus ada advokasi dan intervensi dari

berbagai pihak dalam implementasinya. Program yang ada hanya sebagai piloting

project dimana rancangan atau rumusan mengenai konservasi hanya akan sebagai

dokumen saja apabila pada aplikasinya tidak terlaksana dengan baik. Oleh karena itu,

program yang disusun dan masih berupa rancangan tersebut diserahkan kepada

masyarakat sebagai kebijakan desa untuk melakukan implementasi jangka panjang

sebagai upaya peningkatan kapasitas sumberdaya manusia agar dapat memicu dirinya

sehingga konservasi yang nantinya dijalankan dapat terus berkelanjutan dan

kesejahteraan masyarakat semakin baik.

Rencana Konservasi Tanah Desa dirumuskan untuk dilakukan di Desa Jetis

Lor dengan melihat beberapa pertimbangan berdasarkan berbagai permasalahan yang

ditemui di desa tersebut yaitu sebagai berikut.

a. Semakin berkurangnya luasan lahan usaha tani akibat tanah yang selalu longsor

setiap tahun

b. Tingkat kesuburan tanah yang semakin menurun akibat erosi secara terus

menerus

c. Kekurangan pakan ternak pada musim kemarau

d. Semakin banyaknya hama dan penyakit tanaman

e. Kekurangan air bersih pada musim kemarau

f. Menurunnya daya beli masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya

g. Terbatasnya prasarana (jalan, jembatan, bendungan) dan sarana (pelayanan

kesehatan, pendidikan)

h. Adanya potensi konflik sosial yang dipicu oleh penguasaan dan pengelolaannya

sumberdaya alam seperti: pengambilan air bersih, alih kepemilikan lahan,

pengambilan pakan ternak.

Adanya program tersebut berdampak baik pada Desa Jetis Lor, hal ini

terbukti pada tahun 2012 desa Jetis Lor mendapat Penghargaan Program Kampung

Iklim (Proklim).Penghargaan ini diberikan oleh Kementerian Lingkungan Hidup

(KLH). Berdasarkan uraian dan beberapa terkait dengan penghidupan berkelanjutan

tersebut, maka perlu dilakukan analisis lebih jauh mengenai pengaruh Program

Rencana Konservasi Tanah Desa (RKTD) terhadap Penghidupan Berkelanjutan untuk

kemudian dapat dikaji sejauh mana program yang telah dirancang dan

diimplementasikan dapat memberikan perubahan signifikan terhadap kesejahteraan

masyarakat di masa mendatang.

1.2 Rumusan Masalah

Program Rencana Konservasi Tanah Desa yang dilakukan di Desa Jetis Lor,

Kecamatan Nawangan, Kabupaten Pacitan merupakan salah satu program yang

dilakukan untuk membantu masyarakat ketika permasalahan terkait penghidupan

pasca erosi semakin kompleks. Permasalahan yang timbul akibat adanya erosi tidak

hanya bersifat fisik namun juga masuk pada aspek penghidupan masyarakat. Terkait

dengan hal tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut.

1. Bagaimana proses Implementasi Konservasi Tanah Desa di Desa Jetis Lor,

Kecamatan Nawangan, Kabupaten Pacitan?

2. Bagaimana pengaruh Program Rencana Konservasi Tanah Desa terhadap

penghidupan masyarakat petani lahan ktiris di Desa Jetis Lor, Kecamatan

Nawangan, Kabupaten Pacitan?

3. Bagaimana Pengaruh Program Rencana Konservasi Tanah Desa terhadap

penghidupan berkelanjutan masyarakat petani lahan kritis di Desa Jetis Lor,

Kecamatan Nawangan, Kabupaten Pacitan?

1.3 Keaslian Penelitian

Penelitian yang mengkaji dan menganalisis pengaruh suatu program telah

banyak dilakukan, demikian halnya dengan penelitian yang membahas mengenai

penghidupan juga telah banyak dianalisis sebelumnya. Penelitian yang difokuskan

oleh penulis lebih kepada bagaimana sebuah program dapat dikatakan berhasil dan

memberikan pengaruh terhadap kondisi sosial ekonomi saja, namun dikaji dan

dianalisis apakah program tersebut dapat bersifat terus menerus bagi penghidupan

masyarakat dalam jangka panjang. Program yang ada tidak hanya dianalisis dan

dihubungkan dengan penghidupan, namun akan dikaji juga apakah program yang ada

mampu mencakup aspek penghidupan berkelanjutan yang menjadi aspek penting

ketika terjadi intervensi terhadap aspek penghidupan karena sifatnya tidak hanya

sementara melainkan jangka panjang. Oleh karena itu, pengaruh program terhadap

penghidupan berkelanjutan menjadi fokus utama penelitian. Penelitian-penelitian

yang telah dilakukan sebelumnya digunakan sebagai referensi dalam menyelesaikan

penulisan tesis ini. Penelitian serupa yang dijadikan referensi oleh peneliti disajikan

dalam Tabel 1.1 yaitu sebagai berikut.

Tabel 1.1 Penelitian Terdahulu dengan Topik Serupa

Nama Judul Penelitian Tujuan Metode HasilRinjani,2013

Kajian Penghidupan(Livelihood) MasyarakatAkibat banjir Lahar HujanKaliputih di Desa Sirahan,Kecamatan Salam,Kabupaten Magelang

1. Untuk mengetahui kondisi penghidupan pasca bencana,2. Mengetahui tingkat resiliensi masyarakat akibat

bencana3. Mengetahui ada tidaknya pengaruh antara kondisi

penghidupan dengan tingkat resiliensi

KombinasiantaraKuantitatifdanKualitatif

1. Kondisi masyarakat pasca bencanamengalami perubahan, kondisi asetmengalami penurunan kecuali modalmanusia yang terlihat semakin baik

2. Tingkat resiliensi masyarakat yangrendah, kondisi tersebut dapat terjadikarena faktor resiliensi berkaitan dengankondisi psikologis

Larasati,2012

Pengaruh Program PaguWilayah Kecamatanterhadap Efisiensi UsahaTani dan PendapatanPetani Kopi di KecamatanCandiroto, KabupatenTemanggung

Untuk menganalisis faktor-faktor produksi yangberpengaruh terhadap produksi kopi dan pengaruh PaguWilayahKecamatan candiroto Kabupaten Temanggung

Kuantitatif 1. Luas lahan, tenaga kerja, pupuk urea,pupuk TSP, pupuk KCL dan Pestisidamempunyai pengaruh positif dan nyataterhadap produksi kopi.

2. Program dana PWK berpengaruh secarapositif dan tidak nyata terhadap produksikopi

Lestari,2011

Pengaruh ProgramPenyertaan Modal KepadaKopdit Pinunjul terhadapPeningkatan PendapatanMasyarakat, studi kasus diKecamatan Samigaluh,Kabupaten Kulonprogo

Untuk mengukur pengaruh penyertaan modalPemerintah Kabupaten Kulonprogo terhadappeningkatan pendapatan masyarakat

Kuantitatif 1. Penelitian ini menunjukan bahwaProgram Penyertaan Modal berpenaruhsignifikan terhadap perubahanpendapatan, dengan daya jelas sebesar48,6 persen

Fakhiri,2010

Pengaruh Program UsahaEkonomi KelurahanSimpan Pinjam (UEK-SP)Terhadap PeningkatanPendapatan dan PenurunanTingkat KemiskinanPeserta Di Kota Dumai

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruhprogram usaha ekonomi kelurahan simpan pinjam(UEK-SP) dalam upaya mengatasi masalah kemiskinan

Kuantitatif 1. Program Usaha Ekonomi KelurahanSimpan Pinjam (UEK-SP) mampumemberikan pengaruh yang signifikanterhadap peningkatan pendapatan danpenurunan kemiskinan

2. Tingkat kemampuan penyerapa tenagakerja yang signifikan namun tidak untuk

jenis usaha perdagangan dan jasa,sedangkan tingkat kelangsungan danayang disalurkan menunjukan hasil yangpositif

Muryanto,2014

Pengaruh ProgramRencana Konservasi TanahDesa terhadapPenghidupanBerkelanjutan Petani diDesa Jetislor, KecamatanNawangan, KabupatenPacitan

1. Menganalisis Proses Implementasi Program RencanaKonservasi Tanah Desa di Desa Jetis Lor, KecamatanNawangan, Kabupaten Pacitan

2. Menganalisis pengaruh Program Rencana KonservasiTanah Desa terhadap penghidupan masyarakat petanilahan kritis di Desa Jetis Lor, Kecamatan Nawangan,Kabupaten Pacitan

3. Menganalisis pengaruh Program Rencana KonservasiTanah Desa terhadap penghidupan berkelanjutanmasyarakat petani lahan ktiris di Desa Jetis Lor,Kecamatan Nawangan, Kabupaten Pacitan.

KuantitatifdanKualitatif

Hipotesis awal menyatakan bahwa;Terjadi pengaruh signifikan antaraProgram Konservasi Tanah Desaterhadap penghidupan berkelanjutanpetani lahan kritis di Desa Jetis Lor,Kecamatan Nawangan, KabupatenPacitan.

Lanjutan Tabel 1.1

1.4 Tujuan Penelitian

Mengacu pada latar belakang dan rumusan masalah yang telah dijabarkan

sebelumnya, maka penelitian ini mempunyai tujuan sebagai berikut.

1. Menganalisis Proses Implementasi Program Rencana Konservasi Tanah Desa di

Desa Jetis Lor, Kecamatan Nawangan, Kabupaten Pacitan

2. Menganalisis pengaruh Program Rencana Konservasi Tanah Desa terhadap

penghidupan masyarakat petani lahan kritis di Desa Jetis Lor, Kecamatan

Nawangan, Kabupaten Pacitan

3. Menganalisis pengaruh Program Rencana Konservasi Tanah Desa terhadap

penghidupan berkelanjutan masyarakat petani lahan ktiris di Desa Jetis Lor,

Kecamatan Nawangan, Kabupaten Pacitan.

1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian mengenai Pengaruh Program Konservasi Tanah Desa terhadap

penghidupan berkelanjutan masyarakat di Desa Jetis Lor, Kecamatan Nawangan,

Kabupaten Pacitan memiliki beberapa manfaat bagi beberapa pihak baik langsung

maupun tidak langsung. Secara rinci, manfaat dari penelitian ini dapat dijabarkan

sebagai berikut.

1. Bagi Pemerintah Kabupaten Pacitan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan rekomendasi

pemerintah daerah agar lebih giat dalam dalam merumuskan dan

mengimplementasikan program terkait kesejahteraan dan mitigasi bencana

agar dapat memberi manfaat secara langsung kepada masyarakat.

2. Bagi Ilmu Pengetahuan

Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai bahan acuan atau pembanding bagi

penelitian atau studi yang berkaitan dengan pengaruh program yang berbasis

masyarakat.

3. Bagi peneliti

Penelitian ini dapat memberikan pengetahuan dan pemahaman yang

mendalam mengenai kondisi masyarakat serta kontribusi suatu program

terhadap perubahan penghidupan ke arah yang lebih baik di masa

mendatang.