plagiat merupakan tindakan tidak terpuji - core.ac.uk · ii analisis penggunaan antiemetika pada...
TRANSCRIPT
ANALISIS PENGGUNAAN ANTIEMETIKA PADA PASIENKEMOTERAPI ANAK DAN LANSIA DI RSUP Dr. SARDJITO
YOGYAKARTA TAHUN 2010
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu SyaratMemperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)
Program Studi Farmasi
Oleh :
Yohana Arlindayanti
NIM : 088114095
FAKULTAS FARMASIUNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA2012
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
ANALISIS PENGGUNAAN ANTIEMETIKA PADA PASIENKEMOTERAPI ANAK DAN LANSIA DI RSUP Dr. SARDJITO
YOGYAKARTA TAHUN 2010
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu SyaratMemperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)
Program Studi Farmasi
Oleh :
Yohana Arlindayanti
NIM : 088114095
FAKULTAS FARMASIUNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA2012
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
ANALYSIS OF ANTIEMETIC USAGE IN CHILDREN AND ELDERLYCHEMOTHERAPY PATIENTS IN RSUP Dr. SARDJITO YOGYAKARTA
IN 2010
SKRIPSI
Presented as Particial Fulfiment of the Requirementto Obtain Sarjana Farmasi (S.Farm)
In Faculty of Pharmacy
By:
Yohana Arlindayanti
NIM : 088114095
FACULTY OF PHARMACYSANATA DHARMA UNIVERSITY
YOGYAKARTA2012
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
Persetujuan Pembimbing
ANALISIS PENGGUNAAN ANTIEMETIKA PADA PASIENKEMOTERAPI ANAK DAN LANSIA DI RSUP Dr. SARDJITO
YOGYAKARTA TAHUN 2010
Skripsi yang diajukan oleh:
Yohana Arlindayanti
NIM : 088114095
telah disetujui oleh:
Pembimbing Utama
Maria Wisnu Donowati, M.Si., Apt. tanggal 25 Januari 2012
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
Pengesahan Skripsi Berjudul
ANALISIS PENGGUNAAN ANTIEMETIKA PADA PASIEN
KEMOTERAPI ANAK DAN LANSIA DI RSUP Dr. SARDJITO
YOGYAKARTA TAHUN 2010
Oleh :Yohana Arlindayanti
NIM : 088114095
Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji SkripsiFakultas Farmasi
Universitas Sanata DharmaPada tanggal: 24 Januari 2012
MengetahuiFakultas Farmasi
Universitas Sanata DharmaDekan
Ipang Djunarko, M.Sc., Apt.
Panitia Penguji: Tanda Tangan
1. dr. Fenty, M.Kes., Sp.PK. …………………..
2. Phebe Hendra, M.Si., Ph.D., Apt. …………………..
3. Maria Wisnu Donowati, M.Si., Apt. …………………..
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
HALAMAN PERSEMBAHAN
Sebab kamu memerlukan ketekunan, supaya sesudah kamu melakukan
kehendak Allah, kamu memperoleh apa yang dijanjikan itu (Ibrani 10:36)
Skripsi ini kupersembahkan kepada:
Yesus dan Bunda Maria
Kedua orangtuaku
Sahabat terbaikku
Keluargaku
Teman-temanku tercinta
Almameterku
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAHUNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:Nama : Yohana ArlindayantiNomor Mahasiswa : 088114095
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada PerpustakaanUniversitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:“ANALISIS PENGGUNAAN ANTIEMETIKA PADA PASIENKEMOTERAPI ANAK DAN LANSIA DI RSUP Dr. SARDJITOYOGYAKARTA TAHUN 2010”beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikankepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan,mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalandata, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet ataumedia lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari sayaataupun memberi royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama sayasebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal : 25 Januari 2012Yang menyatakan
(Yohana Arlindayanti)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Yesus Kristus dan Bunda
Maria yang telah melimpahkan berkat dan kasih karunia sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Penggunaan Antiemetika pada
Pasien Kemoterapi Anak dan Lansia di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Tahun
2010”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Farmasi (S.Farm) Program Studi Farmasi, Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta.
Keberhasilan penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan serta
dukungan dari berbagai pihak secara langsung maupun tidak langsung. Oleh
karena itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Direktur RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta yang telah memberikan ijin bagi
penulis untuk melakukan penelitian di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta.
2. Staff pegawai di Instalasi Catatan Medis RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta yang
bersedia membantu penulis dalam pengambilan rekam medik selama peneliti
melakukan pengambilan data.
3. Bapak Ipang Djunarko, M.Sc., Apt. selaku dekan Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma.
4. Ibu Maria Wisnu Donowati, M.Si., Apt. selaku dosen pembimbing yang
selalu memberi semangat dan tanpa lelah membimbing penulis dengan sabar
dalam penyusunan skripsi ini.
5. dr. Fenty, M.Kes., Sp.PK. dan Ibu Phebe Hendra, M.Si., Ph.D., Apt. selaku
dosen penguji skripsi yang telah meluangkan waktu untuk menguji,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
memberikan saran, masukan, dan semangat dalam proses penyempurnaan
skripsi ini.
6. Kedua orangtuaku tercinta Yohanes Sudaryana dan Yuliana Setiyanti, S.Ag.
yang selalu memberikan doa, kasih sayang, perhatian, semangat, bantuan
finansial sehingga skripsi ini dapat selesai.
7. Uti (Alm.) dan Akung serta keluarga besar yang selalu memberikan doa dan,
perhatian, kasih sayang, dan dukungan.
8. Sahabat terbaikku yang memberi perhatian, doa, kasih sayang, kesabaran, dan
dukungan yang besar.
9. Teman-temanku dalam skipsi payung: Sari, Ratih, Jefta, Ika, Yuli, Memey,
dan Ayu atas kerjasama dan semangat yang kita rasakan selama ini.
10. Staff Sekretariat Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, terimakasih
atas bantuannya dalam memperlancar administrasi hingga tersusunnya skripsi
ini.
11. Mbak Ju dan Pika atas dukungan dan semangat yang diberikan sehingga
penulis termotivasi untuk menyelesaikan skripsi ini.
12. Teman-teman FKK-A 2008 dan semua teman-teman angkatan 2008 atas
semangat dan kebersamaan kita selama ini.
13. Teman-teman Kost Sekar Ayu, Ratih, Ika, dan Vita atas dukungan dan
pengalaman kita bersama.
14. Semua pihak yang telah membantu dan mendukung penulis yang tidak dapat
penulis sebutkan satu persatu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna dan banyak
kesalahan maupun kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan
saran yang membangun demi penulisan skripsi yang lebih baik. Akhir kata penulis
berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
Yogyakarta, 25 Januari 2012
Penulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Apabila di kemudian hari ditemukan indikasi plagiarisme dalam naskah
ini, maka saya bersedia menanggung segala sanksi sesuai peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
Yogyakarta, 16 Januari 2012
Penulis
Yohana Arlindayanti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
INTISARI
Kemoterapi dilakukan dengan menggunakan obat-obat sitostatika yang dapat
merusak DNA atau bertindak sebagai inhibitor umum pada pembelahan sel. Salah
satu efek samping dari kemoterapi yaitu mual-muntah sehingga dibutuhkan obat
antiemetika. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mengevaluasi
penggunaan antiemetika pada pasien kemoterapi anak dan lansia di RSUP Dr.
Sardjito Yogyakarta tahun 2010.
Penelitian ini termasuk penelitian non eksperimental dengan rancangan
deskriptif evaluatif yang bersifat retrospektif. Bahan penelitian yang digunakan
yaitu data rekam medik pasien yang tercatat mengalami mual muntah yang
mempunyai data serum kreatinin, umur, berat badan, jenis kelamin, dosis, dan
frekuensi obat yang diperoleh. Data dievaluasi menggunakan guideline National
Comprehensive Cancer Network (NCCN).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasien anak yang mengalami mual 30
kasus, muntah 71 kasus, dan mual-muntah 52 kasus. Pada pasien lansia yang
mengalami mual 1 kasus, muntah 1 kasus, dan mual-muntah 9 kasus. Pada pasien
anak terdapat 14 kasus mual, 20 kasus muntah, dan 33 kasus mual-muntah yang
membutuhkan tambahan terapi obat, 4 kasus mual, 14 kasus muntah, dan 7 kasus
mual-muntah yang menerima obat tidak tepat, serta 1 kasus dengan dosis terlalu
rendah, sedangkan pada pasien lansia terdapat 1 kasus mual, 1 kasus muntah, dan
3 kasus mual-muntah yang membutuhkan tambahan terapi obat.
Kata kunci : kemoterapi, kanker, antiemetika, mual-muntah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
ABSTRACT
Chemotherapy is done by using sitostatica drugs that can damage DNA oract as a general inhibitor on cell division. One side effect of chemotherapy isnausea and vomiting that required medication antiemetic. The purpose of thisstudy is to investigate and evaluate of antiemetic usage in children and elderlychemotherapy patients in RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta in 2010.
This research includes non-experimental research design withretrospective descriptive evaluative. Materials research with using the datarecorded medical records of patients who experienced nausea and vomiting thathave data of serum creatinine, age, weight, sex, dose, and frequency ofmedication obtained. Data were evaluated using the guidelines, the NationalComprehensive Cancer Network (NCCN).
The results showed that children patients who experienced nausea 30cases, 71 cases of vomiting, and nausea-vomiting 52 cases. In elderly patientswho experience nausea 1 case, 1 case of vomiting, and nausea-vomiting 9 cases.In children patients there were 14 cases of nausea, 20 cases of vomiting, andnausea-vomiting 33 cases that require additional drug therapy, 4 cases of nausea,vomiting 14 cases, and 7 cases of nausea and vomiting who receivedinappropriate medication, and 1 cases with a dose too low, whereas in elderlypatients there is a cases of nausea, one case of vomiting, and nausea-vomiting 3cases that require additional drug therapy.
Key words: chemotherapy, cancer, antiemetic, nausea-vomiting
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ……………………………………………………........ ii
PAGE TITLE ………………………………………………………………… iii
HALAMAN PERSETUJUAN ……………………………………………….. iv
HALAMAN PENGESAHAN ………………………………………………... v
HALAMAN PERSEMBAHAN …………………………………………….... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ……………....... vii
PRAKATA ………………………………………………………………........ viii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ……………………………………... xi
INTISARI ……………………………………………………………………. xii
ABSTRACT ………………………………………………………………….. xiii
DAFTAR ISI …………………………………………………………………. xiv
DAFTAR TABEL …………………………………………………………..... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………………. xix
BAB I. PENGANTAR ………………………………………………………... 1
A. Latar Belakang …………………………………………………………... 1
1. Perumusan masalah ………………………………………………….. 3
2. Keaslian penelitian ………………………………………………….. 4
3. Manfaat penelitian ………………………………………………….. 6
B. Tujuan Penelitian ……………………………………………………….. 6
1. Tujuan umum ……………………………………………………….. 6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
2. Tujuan khusus ………………………………………………………. 6
BAB II. PENELAHAAN PUSTAKA ……………………………………….. 7
A. Kanker dan Kemoterapi ………………………………………………… 7
B. Mual-Muntah ……………………………………………………………. 13
1. Definisi …………………………………………………………........ 13
2. Mekanisme mual-muntah ………………………………………...... 14
3. Tipe mual-muntah ………………………………………………….. 15
4. Penanganan mual-muntah ………………………………………….. 16
C. Antiemetika ……………………………………………………………... 17
D. Kerasionalan Penggunaan Obat ………………………………………... 26
E. Keterangan Empiris …………………………………………………….. 27
BAB III. METODE PENELITIAN …………………………………………. 28
A. Jenis dan Rancangan Penelitian ……………………………………….. 28
B. Variabel dan Definisi Operasional …………………………………… . 28
C. Bahan Penelitian ……………………………………………………….. 29
D. Tata Cara Penelitian …………………………………………………….. 30
E. Kesulitan Penelitian …………………………………………………….. 30
F. Kelemahan Penelitian …………………………………………………… 31
G. Analisis Hasil …………………………………………………………… 31
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ………………………………........ 31
A. Profil Kasus Peresepan Antiemetika …………………………………. .. 31
B. Kesesuaian Penggunaan Antiemetika pada Pasien Kemoterapi …….. .. 37
BAB V. PENUTUP ………………………………………………………….. 86
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
A. Kesimpulan ……………………………………………………………... 86
B. Saran ………………………………………………………………..…… 87
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………... 88
LAMPIRAN ………………………………………………………………….. 92
BIOGRAFI PENULIS ……………………………………………………….. 130
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel I. Tingkat emetogenik obat-obat kemoterapi antikanker ………..... 12
Tabel II. Penggunaan antiemetika berdasarkan risiko mual-muntah ……. 18
Tabel III. Penggunaan obat sitostatika pada pasien anak berdasarkan efek
emetogenik di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2010 …...... 33
Tabel IV. Risiko mual-muntah vs kasus mual-muntah pada pasien kemoterapi
anak di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2010 .................... 34
Tabel V. Penggunaan obat sitostatika pada pasien lansia berdasarkan efek
emetogenik di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2010 ……... 35
Tabel VI. Risiko mual-muntah vs kasus mual-muntah pada pasien kemoterapi
lansia di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2010 …………… 35
Tabel VII. Kejadian mual-muntah pada pasien kemoterapi anak di RSUP Dr.
Sardjito Yogyakarta tahun 2010 ……………………………….. 36
Tabel VIII. Kejadian mual-muntah pada pasien kemoterapi lansia di RSUP Dr.
Sardjito Yogyakarta tahun 2010 ………………………………... 37
Tabel IX. Jenis antiemetik untuk kasus mual-muntah yang digunakan pada
kelompok anak di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2010 …. 39
Tabel X. Evaluasi penggunaan antiemetika untuk kasus mual pada pasien
kemoterapi anak di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2010…. 40
Tabel XI. Evaluasi penggunaan antiemetika untuk kasus muntah pada pasien
kemoterapi anak di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2010… 47
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xviii
Tabel XII. Evaluasi penggunaan antiemetika untuk kasus mual-muntah pada
pasien kemoterapi anak di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun
2010……………………………………………………………... 60
Tabel XIII. Jenis antiemetik untuk kasus mual-muntah yang digunakan pada
kelompok lansia di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2010 … 80
Tabel XIV. Evaluasi penggunaan antiemetika untuk kasus mual pada pasien
kemoterapi lansia di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2010 .. 80
Tabel XV. Evaluasi penggunaan antiemetika untuk kasus muntah pada pasien
kemoterapi lansia di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2010 .. 81
Tabel XVI. Evaluasi penggunaan antiemetika untuk kasus mual-muntah pada
pasien kemoterapi lansia di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun
2010 …………………………………………………………….. 82
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Data pasien kemoterapi anak pada kasus mual-muntah di RSUP
Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2010 ……………………...... 93
Lampiran 2. Data pasien kemoterapi lansia pada kasus mual-muntah di RSUP
Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2010 ………………………. 123
Lampiran 3. Antiemetika umum dan regimen dosis dewasa …………….. 126
Lampiran 4 Surat pengantar penelitian di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta 127
Lampiran 5 Surat ijin penelitian di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta …….. 128
Lampiran 6 Nota penelitian ……………………………………………… 129
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENGANTAR
A. Latar Belakang
Kanker merupakan penyakit yang terjadi karena adanya sel-sel jaringan
tubuh yang tidak normal. Sel-sel kanker dapat menyebar ke bagian tubuh yang
lain dan setelah berkembang di bagian tubuh lainnya dapat menyebabkan
kematian pada manusia (YKI, 2000). Di Indonesia, kanker menjadi penyumbang
kematian ketiga terbesar setelah penyakit jantung (Anonim, 2012a). Salah satu
cara yang dilakukan untuk menghambat dan membunuh pertumbuhan sel kanker
adalah dengan terapi sistematik, yaitu kemoterapi yang menggunakan obat-obat
anti kanker yang disebut sitostatika (Sukardja, 2000).
Kemoterapi dapat dilakukan sebelum atau sesudah pembedahan dan
kadang bisa disertai dengan radiasi (Rahayu, 2009) yang seringkali digunakan
dalam bentuk kombinasi agar pengobatan lebih efektif, namun hal ini dapat
menyebabkan efek samping kumulatif (Davey, 2006). Efek samping spesifik yang
muncul pada pengobatan sitostatika di saluran pencernaan yaitu berupa mual dan
muntah. Efek samping ini dapat terjadi pada saat praterapi, saat menjalani terapi,
maupun pascaterapi. Obat-obatan sitostatika sudah terbukti dapat mengiduksi
terjadinya mual dan muntah. Berdasarkan survei di Amerika Serikat terdapat 70
sampai 80 % dari semua pasien yang mendapatkan kemoterapi mengalami efek
samping mual dan muntah. Mual muntah ini dapat menyebabkan angka
morbiditas yang signifikan (Navari, 2007).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
Mual dan muntah dapat terjadi karena kerusakan membran mukosa yang
menyebabkan nyeri pada mulut, diare, dan stimulasi zone pemicu kemotaksis
(Davey, 2006). Muntah yang terjadi kadang tidak didahului adanya rangsangan
mual. Respon muntah ini dimulai dengan adanya impuls yang berasal dari otak
(Guyton and Hall, 1997). Apabila muntah ini tidak diobati lebih lanjut pada
penderita kanker maka dapat menyebabkan keadaan penderita menjadi lemah,
nafsu makan dan minum berkurang, status gizi yang kurang baik, dehidrasi,
gangguan elektrolit, dan pneumonia aspirasi (Alsagoff-Hood, 1995).
Kejadian mual dan muntah sangat bervariasi pada kasus kemoterapi.
Oleh karena itu farmasis mempunyai peranan yang penting dalam
penatalaksanaan mual dan muntah. Peran farmasis diperlukan untuk mewujudkan
terapi yang rasional (appopiate, effective, safe, dan convenient) serta
meningkatkan kualitas dan harapan hidup pasien (Rahmah, 2009).
Pada penelitian ini subjek yang digunakan adalah pasien anak dan lansia.
Pasien anak adalah pasien yang berusia antara 1-11 tahun. Beberapa faktor harus
dipertimbangkan dalam mengoptimalkan terapi obat pada anak. Untuk
memastikan kepatuhan farmakoterapi pada pasien anak menimbulkan tantangan
khusus (Dipiro et al., 2008).
Pasien lansia adalah pasien berusia lanjut, untuk Indonesia saat ini adalah
mereka yang berusia 60 tahun ke atas dengan beberapa masalah kesehatan. Ciri-
ciri pasien lansia adalah memiliki beberapa penyakit kronis, gejala penyakit tidak
khas, fungsi organ menurun, tingkat kemandirian berkurang, sering disertai
masalah nutrisi (Anonim, 2012b). Informasi tentang bioavailabilitas,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
farmakokinetik, farmakodinamik, khasiat, dan efek samping antara pasien anak
dan dewasa sangat berbeda karena perbedaan usia, fungsi organ tubuh, dan
keadaan penyakit (Dipiro et al., 2008).
Penelitian ini dilakukan di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta yang berada di
Jalan Kesehatan 01 Sekip Yogyakarta 587333 karena merupakan rumah sakit
rujukan tipe A dan merupakan rumah sakit pendidikan dan mempunyai pelayanan
spesialis kanker terpadu (Sutoto, 2003). Penelitian ini merupakan bagian dari
penelitian payung yang mengkaji tentang analisis laju filtrasi glomerulus pada
pengobatan kemoterapi dan penatalaksanaan kasus kelainan hematologi serta
penggunaan antiemetika pasien kanker anak dan lansia RSUP Dr. Sarjito tahun
2010. Mual dan muntah merupakan efek samping dari kemoterapi pada pasien
kanker. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian tentang analisis penggunaan
antiemetika agar pasien mendapatkan pengobatan yang optimal.
1. Perumusan masalah
Dari uraian di atas, maka permasalahan yang ada dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1) Bagaimana profil kasus peresepan antiemetika pada pasien kemoterapi
anak dan lansia di RSUP Dr. Sardjito tahun 2010?
2) Bagaimana kesesuaian penggunaan antiemetika pada pasien kemoterapi
anak dan lansia dengan literatur National Comprehensive Cancer
Network (NCCN) Clinical Practice Guideline in Oncology Antiemesis
2009?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
2. Keaslian penelitian
Berdasarkan penelusuran pustaka, penelitian mengenai “Analisis
Penggunaan Antiemetika pada Pasien Kemoterapi Anak dan Lansia di RSUP Dr.
Sardjito Yogyakarta tahun 2010” belum pernah dilakukan. Penelitian ini berbeda
dengan penelitian sebelumnya dalam hal subjek penelitian dan waktu penelitian.
Penelitian yang terkait dengan kemoterapi kanker yang telah dilakukan adalah :
1) Kajian penggunaan antiemetika pada pasien kanker dengan terapi
sitostatika di rumah sakit di Yogyakarta tahun 2003. Merupakan
penelitian deskriptif analitik yang bersifat restropektif. Data diperoleh
dari medical record dan dikelompokkan berdasarkan pengobatan
sitostatika dengan efek emetogenik berat, sedang, maupun ringan,
kondisi pasien kanker, dan penggunaan antiemetik sebelum dan setelah
mendapat pengobatan sitostatika. Hasil penelitiannya menunjukkan
bahwa antiemetik yang diberikan pada pasien dengan emetogenik berat,
sedang, dan ringan belum sesuai dengan literatur (Clinical Pharmacy : A
pratical Approach, The Society of Hospital of Australia, Pharmacists of
Australia). Jenis antiemetik yang diberikan sebelum pengobatan
sitostatika belum sesuai dengan literatur yaitu ondansetron dan
metoklopramid, sedangkan antiemetik yang diberikan setelah pengobatan
yang sesuai dengan literatur yaitu metoklopramid (Perwitasari, 2006).
2) Evaluasi penatalaksanaan kasus mual-muntah pada kemoterapi kanker
paru-paru di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2008. Merupakan
penelitian deskriptif yang bersifat restropektif dengan menggunakan data
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
rekam medik pasien kanker paru-paru di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta.
Analisis data secara kualitatif dalam bentuk tabel yang disajikan secara
deskriptif dan dievaluasi berdasarkan Drug Related Problems (DRPs).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kasus kanker paru-paru di RSUP
Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2008 terbanyak pada interval tahun 50 -
<60 tahun (33%), pada stadium III yaitu sebanyak 26%, dengan jumlah
penyakit penyerta terbanyak adalah hipertensi sebanyak 4 kasus. Ada 27
pasien mengalami mual-muntah pada kemoterapi kanker paru-paru. Dari
27 kasus mual-muntah tersebut terdapat 48 episode DRPs yaitu butuh
tambahan terapi obat sebanyak 27 kasus, obat tidak tepat 20 kasus, dan
dosis terlalu tinggi 1 kasus. Presentasi dampak terapi mual-muntah yaitu
41% masih mual dan 59% membaik (Kusumastuti, 2010).
3) Evaluasi penatalaksanaan mual muntah pada pasien kanker ovarium
pascakemoterapi di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2009.
Merupakan penelitian non eksperimental dengan rancangan deskriptif
evaluatif yang bersifat retrospektif. Tujuan umumnya untuk
mengevaluasi penatalaksanaan mual muntah pada pasien kanker ovarium
pascakemoterapi di RSUP. Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2009. Hasil
penelitian menunjukkan jumlah kasus sebanyak 44 dengan kasus yang
paling banyak ditemui yaitu pada kelompok umur 47-52 tahun yaitu
sebesar 10 kasus, pada stadium IV dengan jumlah 11 kasus, dan penyakit
penyerta berupa hipertensi dengan jumlah kasus sebanyak 8 kasus.
Golongan obat antiemetik yang paling banyak digunakan adalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
metoklopramid sebanyak 34 kasus. Dalam evaluasi Drug Related
Problem (DRPs) terdapat 32 kasus yang mengalami DRPs, dengan
rincian 30 kasus butuh tambahan terapi, 1 buah kasus dosis terlalu
rendah, dan 1 buah kasus obat tidak tepat (Puspitasari, 2011).
3. Manfaat penelitian
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi bagi farmasis dan
tenaga kesehatan yang lain untuk memberikan pengobatan antiemetika dengan
tepat serta sebagai bahan pertimbangan dalam upaya peningkatan mutu pelayanan
kesehatan pada kemoterapi kanker.
B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum :
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui dan
mengevaluasi penggunaan antiemetika pada pasien kanker sebelum dan
sesudah melakukan kemoterapi dengan sitostatika di RSUP Dr. Sardjito
Yogyakarta tahun 2010.
2. Tujuan khusus
1) Mengetahui profil kasus peresepan antiemetika pada pasien kemoterapi
anak dan lansia di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2010.
2) Mengetahui kesesuaian penggunaan antiemetika pada pasien kemoterapi
anak dan lansia dengan literatur National Comprehensive Cancer
Network (NCCN) Clinical Practice Guideline in Oncology Antiemesis
2009.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
BAB II
PENELAHAAN PUSTAKA
A. Kanker dan Kemoterapi
Kanker merupakan penyakit dengan multiplikasi yang tidak terkontrol
dan menyebar pada sel-sel tubuh dalam bentuk sel yang abnormal. Karakteristik
dari sel kanker yang membedakannya dengan sel normal ada empat, yaitu:
proliferasi yang tidak terkontrol, dedifferensiasi dan kehilangan fungsinya,
invasif, dan metastatis (Rang, Dale, Ritter, Moore, 2003). Ciri penyakit kanker
yaitu adanya gangguan atau kegagalan sel dalam mekanisme pengaturan
multiplikasi dan fungsi homeostasis lainnya pada organisme multiseluler
(Nafrialdi, 1995).
Kanker dapat terjadi pada berbagai jaringan di setiap organ yang terdapat
di dalam tubuh. Sel kanker dapat berasal dari semua unsur yang membentuk suatu
organ. Sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangbiakannya, sel-sel kanker
membentuk suatu massa dari jaringan yang ganas dan menyusup ke jaringan di
sekitarnya (Junaidi, 2007). Pertumbuhan sel yang tidak normal dan terus menerus
serta tidak terkendali ini dapat menjalar jauh dari asalnya yang disebut metastasis.
Sel kanker bersifat ganas dan dapat menyebabkan kematian pada manusia.
Pertumbuhan ini dapat berasal dari setiap jenis sel di tubuh manusia (DepKes RI,
2009).
Sifat umum dari kanker yaitu pertumbuhannya berlebihan yang
umumnya berbentuk tumor, adanya gangguan diferensiasi dari sel dan jaringan,
bersifat invasif dan metastatik, mempunyai heriditas bawaan (riwayat keluarga),
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
adanya pergeseran metabolisme ke arah pembentukan makro molekul dari
nukleosida dan asam amino, serta peningkatan katabolisme karbohidrat untuk
energi bagi pertumbuhan sel tersebut (Nafrialdi, 1995).
Masyarakat sering mengenal kanker sebagai tumor, padahal tidak semua
tumor merupakan kanker. Tumor merupakan benjolan yang tidak normal dan
dibagi menjadi dua golongan yaitu tumor jinak dan tumor ganas. Pertumbuhan sel
tumor jinak bersifat lambat sehingga tidak cepat membesar, sedangkan
pertumbuhan sel tumor ganas cepat sehingga cepat membesar dan dapat tumbuh
di sekitar jaringan sehat. Oleh karena itu kanker merupakan istilah umum untuk
tumor ganas (YKI, 2000).
Pengobatan kanker dapat dilakukan dengan salah satu atau kombinasi
dari pembedahan, penyinaran, imunoterapi, terapi dengan hormon, atau dengan
menggunakan obat-obat sitostatika yaitu kemoterapi (Rahayu, 2009). Kemoterapi
didefinisikan sebagai obat-obat kimiawi yang digunakan untuk memberantas
penyakit infeksi akibat mikroorganisme seperti bakteri, fungi, virus, dan protozoa
(plasmodium, amoeba, trichomonas, dll), dan juga terhadap infeksi cacing
(Rahardja dan Tjay, 2010). Kemoterapi dilakukan dengan menggunakan obat
sitostatika yang dapat merusak DNA atau bertindak sebagai inhibitor umum pada
pembelahan sel dan dapat dilakukan secara tunggal maupun kombinasi (Prayogo,
2003).
Prinsip dasar kemoterapi yaitu bekerja dengan cara merusak DNA dari
sel-sel yang membelah dengan cepat untuk memicu apoptosis karena dideteksi
oleh jalur p53/Rb, merusak apparatus spindle sel, mencegah terjadinya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
pembelahan sel, dan menghambat sintesis DNA (Nafrialdi, 1995). Tujuan
kemoterapi adalah membasmi seluruh sel kanker sampai ke akar-akarnya, sampai
ke lokasi yang tidak terjangkau oleh pisau bedah, paling tidak untuk mengontrol
sel-sel kanker agar tidak menyebar lebih luas (Rahayu, 2010).
Proses kemoterapi tersebut dilakukan dengan menggunakan obat
antikanker. Obat ini indeks terapinya sempit serta bekerja dengan menekan
pertumbuhan atau proliferasi sel dan menimbulkan toksisitas. Toksisitas terjadi
karena terhambatnya pembelahan sel normal yang proliferasinya cepat misalnya
sumsum tulang, epitel germinativum, mukosa saluran cerna, folikel rambut, dan
jaringan limfosit (Nafrialdi, 1995). Senyawa kemoterapi merupakan senyawa
yang manjur, namun juga berpotensi memberikan efek yang merugikan. Efek
samping yang timbul yaitu kerusakan pada pembelahan sel (Berkery, Cleri, Skarin
2007).
Pemberian obat kemoterapi tidak sama dengan pemberian obat lain.
Obat-obat kemoterapi toksik untuk semua sel sehingga selain untuk membunuh
sel kanker juga dapat mengganggu sel normal. Mekanisme kerja obat kemoterapi
pada umumnya berdasarkan gangguan pada salah satu proses sel yang normal.
Karena tidak ada perbedaan kualitatif antara sel kanker dengan sel normal maka
semua antikanker bersifat mengganggu sel normal (sitotoksik). Kemoterapi
dikatakan berhasil dengan baik jika dosis yang digunakan dapat mematikan sel
tumor yang ganas dan tidak mengganggu sel normal yang berpoliferasi
(Nafrialdi, 1995).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
Hasil penelitian di rumah sakit Dharmais, kombinasi dari tiga atau lebih
obat sitostatika sering digunakan, lazimnya obat dengan mekanisme dan titik kerja
pada siklus pertumbuhan sel tumor yang berlainan sehingga daya kerjanya saling
dipotensiasi dan terjadinya resistensi dihindari atau diperlambat (Rahmah, 2009).
Klasifikasi dan mekanisme kerja obat anti kanker yaitu:
1. Alkilator
Zat-zat ini berkhasiat kuat terhadap sel-sel yang sedang membelah akibat
gugus alkilnya yang reaktif dan dapat menyebabkan cross-lingking antara rantai-
rantai DNA di dalam inti sel sehingga dapat merintangi penggandaan DNA dan
pembelahan sel. Contoh obat golongan ini adalah klorambusil, siklofoafamid,
cisplatin, dan karboplatin.
2. Antimetabolit
Zat-zat ini bekerja dengan mengganggu sintesis DNA dengan jalan
antagonis saingan. Obat menduduki tempat metabolit tersebut dalam sistem enzim
tanpa mengambil alih fungsinya sehingga sintesis DNA atau RNA gagal dan
perbanyakan sel terhenti. Contoh obat golongan ini adalah:
a. Antagonis pirimidin : 5-Fluorourasil, floksubirin, sitarabin
b. Antagonis purin : merkatopurin, tioguanin, pentostatin, azatioprin
c. Antagonis folat : metotreksat
3. Antimikotika
Zat ini menghindari pembelahan sel pada tingkat metafase sehingga
menghalangi pembelahan inti. Contoh obat golongan ini adalah:
a. Alkaloid Vinka : vinkristin dan vinblastin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
b. Taksan : paclitaksel dan doksataksel
c. Epipodofilotoksin : etoposid dan teniposid
d. Kamptotesin : irinotekan dan topotekan
4. Antibiotika
Zat-zat ini bekerja dengan mengikat DNA secara komplek sehingga
dapat menghentikan sintesisnya. Contoh obat golongan ini adalah:
a. Antrasiklin (daunorubisin, doksorubisin, mitramisin) berinteraksi dengan
DNA sehingga fungsi DNA sebagai pertukaran sister chromatid
terganggu dan untai DNA putus.
b. Aktinomisin, bekerja dengan menghambat polimerase RNA yang
dependen terhadap DNA karena terbentuknya kompleks antara obat
dengan DNA.
c. Bleomisin, bersifat sitotoksik yang didasarkan pada kemampuannya
memecah DNA in vitro.
5. Imunomodulator
Zat ini mempengaruhi secara positif reaksi biologis dari tubuh terhadap
tumor. Fungsi sistem imun dapat distimulasi (imunostimulator) maupun disupresi
(imunosupresor) dengan baik olehnya. Contoh obat golongan ini adalah:
a. Imunostimulator : levamisol
b. Imunosupresif : metotreksat, merkaptopurin, dan azatioprin
6. Hormon dan antihormon
Contoh dari zat ini yaitu kortikosteroid yang berkhasiat untuk melarutkan
limfosit dan menekan mitosis di lekosit sehingga berguna dalam pengobatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
leukemia, zat-zat esterogen yang digunakan pada kanker prostat. Antihormon
kelamin merupakan zat-zat yang menghambat hormon di jaringan tujuan sehingga
melawan kerja hormon (Rahardja dan Tjay, 2010).
Efek mual muntah yang dialami pasien berbeda-beda sesuai dengan
tingkatan emetogenisitasnya. Klasifikasi agen kemoterapi berdasarkan
emetogenisitasnya ditunjukkan dalam tabel berikut.
Tabel I. Tingkat emetogenik obat-obat kemoterapi antikankerLevel Emetogenik Agen Dosis (mg/m2)
Tinggi(frekuensi > 90%)
carmustinecisplatincyclophospamidedacarbazinedactinomycinmechlorethaminestreptozotocin
> 1500
Sedang(frekuensi 30% - 90%)
carboplatincytarabincyclophospamidedaunorubicindoxorubicinepirubicinidarubicinifosfamideirinotecanoxaliplatin
> 1000< 1500
Rendah(frekuensi 10% - 30%)
bortezomibcetuximabcytarabindocetaxeletoposidefluorouracilcemcitabinemethotrexatemitomycinmitoxantronepaclitaxelpemetrexedtopotecantrastuzumab
≤ 1000
Minimal(frekuensi < 10%)
bevacizumabbleomycinbusulfan2-chlorodeoxyadenosinefludarabinerituzimabvinblastinevincristinevinorebine
(Dipiro et al., 2008).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
Efek samping kemoterapi timbul karena obat-obat kemoterapi sangat
kuat, dan tidak hanya membunuh sel-sel kanker, tetapi juga menyerang sel-sel
sehat, terutama sel-sel yang membelah dengan cepat. Oleh karena itu efek
samping kemoterapi paling sering muncul pada bagian-bagian tubuh yang sel-
selnya membelah dengan cepat (Rahayu, 2010). Semua jaringan yang membelah
dengan cepat sangat rentan terhadap efek kemoterapi dan efek lanjut seperti
keganasan sekunder yang semakin banyak ditemukan. Semua kemoterapi bersifat
teratogenik. Obat kemoterapi dapat menyebabkan toksisitas yang spesifik
terhadap organ seperti ginjal yang disebabkan oleh cisplatin dan saraf yang
disebabkan oleh vinkristin (Davey, 2006).
B. Mual-Muntah
1. Definisi
Mual merupakan sensasi subyektif (Walker and Edwards, 2003) dan
biasanya didefinsikan sebagai kecenderungan untuk muntah atau sebagai perasaan
di tenggorokan atau di epigastrium yang mengingkatkan pada seseorang bahwa
muntah sudah dekat. Sedangkan muntah didefinisikan sebagai pengusiran isi
lambung melalui mulut (Dipiro et al., 2008). Muntah tidak selalu didahului oleh
mual. Ketika muntah didahului dengan rasa mual, maka ambang muntah dengan
segera tercapai dan menstimulasi muntah (Walker and Edwards, 2003).
Muntah dianggap sebagai suatu cara perlindungan alami dari dalam
tubuh terhadap zat-zat yang merangsang dan beracun yang terdapat di makanan.
Muntah akan berhenti setelah zat-zat tersebut dikeluarkan dari saluran cerna.
Muntah terjadi dengan didahului oleh salvasi dan inspirasi dalam. Sfingter
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
esofagus akan relaksasi, laring dan palatum mole terangkat, dan glotis menutup,
diafragma akan berkontraksi dan menurun, dan dinding perut juga mengalami
kontraksi. Hal ini mengakibatkan suatu tekanan pada lambung sehingga isinya
dimuntahkan (Walsh, 1997).
Mual dan muntah merupakan manifestasi dini yang sering ditemukan dari
toksisitas obat kemoterapi. Pengatasan mual dan muntah berbeda pada berbagai
masalah, hal ini tergantung dari penyebab terjadinya mual muntah tersebut.
Pengatasan mual dan muntah ini dapat dilakukan secara sederhana maupun
kompleks. Mual dan muntah dapat menggambarkan pemberian obat-obatan
tertentu seperti penggunaan kemoterapi kanker (Dipiro et al., 2008). Kejadian
mual muntah yang disebabkan oleh sitostatika dipengaruhi oleh tingkat
emetogenik masing-masing sitostatika (Walker and Edwards, 2003). Penggunaan
obat-obat antimual (antiemetika) dapat mengatasi muntah tersebut (Rahardja dan
Tjay, 2002).
2. Mekanisme mual-muntah
Sensasi mual kadang disertai dengan motilitas lambung dan peningkatan
kontraksi duodenum. Muntah dikendalikan oleh pusat muntah pada dasar
ventrikel otak keempat. Pusat ini terletak di dekat pusat vasomotor, pernafasan,
dan salvasi. Pusat muntah menerima impuls dari chemoreceptor trigger zone
(CTZ), hipotalamus, korteks serebri, dan area vestibular. Pusat muntah
mempunyai peranan yaitu untuk mengkoordinir semua komponen kompleks yang
terlibat dalam proses muntah. Mual biasanya disusul muntah, namun keduanya
tidak selalu harus terjadi bersama-sama. Mual kronik dapat terjadi tanpa adanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
muntah. Pada kasus muntah sentral, muntah terjadi tanpa didahului oleh rasa mual
(Walsh, 1997).
Sitostatika dapat menimbulkan muntah-muntah karena adanya
rangsangan langsung dari Chemoreseptor Trigger Zone (CTZ) dan pelepasan
serotonin (5HT3) di saluran lambung sampai usus. CTZ merupakan suatu daerah
yang mempunyai banyak reseptor yang terletak di dekat vomiting center (pusat
muntah) (Rahardja dan Tjay, 2010). CTZ dan serotonin akan mengirimkan impuls
pada vomiting center yang ada pada medulla oblongata sehingga menyebabkan
mual dan muntah. Reseptor yang dapat menyebabkan mual muntah antara lain
serotonin dan dopamin (Rang et al., 2003).
Prostaglandin mempunyai peranan dalam proses terjadinya mual muntah
akibat kemoterapi yaitu dengan adanya prostaglandin A2 yang dapat memberikan
trauma pada lapisan mukosa gastrointestinal. Kemoterapi ini dapat menyebabkan
trauma pada mukosa gastrointestinal karena menyebabkan pelepasan serotonin,
kemudian menstimulasi reseptor 5HT3 untuk menstimulasi pusat muntah (Burke,
Wilkes, Ingerson, 2001).
3. Tipe mual-muntah
Permasalahan yang sering terjadi yaitu muntah tipe akut dan tipe
tertunda. Mual dan muntah yang terjadi setelah pemberian regimen kemoterapi
dalam kurun waktu 24 jam maka disebut muntah tipe akut (acute emesis). Waktu
yang paling berisiko timbulnya muntah yaitu dari jam pertama hingga jam
keenam setelah kemoterapi dengan berbagai macam agen kemoterapi (Rahmah,
2009), sedangkan muntah yang baru dimulai pada hari kedua sampai keenam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
disebut muntah terlambat (delayed emesis) (Rahardja dan Tjay, 2002). Delayed
emesis ini lebih sering terjadi pada pasien yang menerima cisplatin, carboplatin
(Paraplatin®), atau cyclophospamide (Cytoxan®, Neosar®) (Rahmah, 2009).
Delayed emesis pada beberapa pasien muncul lebih awal dalam kurun
waktu kurang dari 24 jam. Dosis tinggi dari agen kemoterapi cisplatin (≥ 600
mg/m2), carboplatin (≥ 300 mg/m2), cyclophospamide (≥ 600 mg/m2), atau
doxorubicin (≥ 50 mg/m2) dapat menyebabkan delayed emesis (Rahmah, 2009).
Mual muntah antisipatori terjadi pada pasien yang merasa mual atau rasa tidak
enak diperut dan cemas sebelum pasien menerima kemoterapi selanjutnya. Hal ini
dipengaruhi oleh pengalaman buruk dari kemoterapi sebelumnya (NCCN, 2009).
4. Penanganan mual-muntah
Obat yang diindikasikan untuk mencegah mual-muntah yaitu antiemetik.
Antiemetik ini mengontrol mual-muntah dan bekerja dengan memblok sinyal
pada otak penyebab mual-muntah. Antiemetik dapat diberikan dengan dosis dan
rute pemberian yang berbeda-beda. Pemilihan antiemetik didasari oleh penyebab
terjadinya mual-muntah yaitu frekuensi, durasi, serta keparahan mual-muntah
yang terjadi dan kemampuan pasien dalam menerima obat oral, rektal, injeksi,
atau transdermal serta kualitas kerja dari antiemetik yang diberikan (Dipiro et al.,
2008).
Mual muntah dapat ditangani dengan cara pemberian antiemetika atau
obat anti mual muntah. Antiemetik diberikan sebelum kemoterapi. Apabila pasien
setelah kemoterapi mengalami mual muntah maka diberi terapi lanjutan
menggunakan antiemetika (Luther, 2010). Penanganan mual dan muntah pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
pasien yang menjalani kemoterapi juga dapat diatasi dengan terapi non-
farmakologi, yiatu:
a. Makan dan minum sedikit tetapi sering
b. Hindari makan 1-2 jam sebelum dan sesudah kemoterapi
c. Hindari makanan yang berbau, berminyak dan berlemak, pedas, terlalu
manis, panas
d. Sebaiknya makan makanan yang dingin dan tempatkan pasien pada
ruangan yang sejuk
e. Lakukan relaksasi dengan menonton televisi dan membaca
f. Tidur selama periode mual yang hebat dan menjaga kebersihan mulut
serta berolahraga (Sudoyo, 2006).
C. Antiemetika
Obat antiemetika digunakan untuk penanganan mual dan muntah yang
disebabkan oleh kemoterapi. Penggunaan antiemetika didasarkan pada tingkat
emetogenik dari regimen kemoterapi, sedangkan pada penggunaan kombinasi
obat antiemetika didasarkan pada target reseptor yang bervariasi (Walker and
Edwards, 2003). Berdasarkan penelitian di rumah sakit Dharmais, untuk
mencegah terjadinya emesis dengan risiko muntah tinggi digunakan kombinasi
dosis tunggal pre-kemoterapi antara golongan antagonis 5HT3 dan deksametason.
Pemberian antiemetik sebelum kemoterapi umumnya diberikan secara intravena.
Apabila pasien tidak muntah, pemberian antiemetik dapat diberikan secara per
oral. Pada tipe muntah akut, regimen kemoterapi untuk menangani risiko muntah
rendah yaitu dengan menggunakan antiemetik tunggal seperti kortikosteroid atau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
antagonis serotonin ataupun tidak diperlukan antiemetik jika risiko muntah sangat
rendah. Untuk menangani risiko muntah sedang, regimen kemoterapi yang
diperlukan yaitu antagonis serotonin dan deksametason (Rahmah, 2009).
Faktor yang memungkinkan dokter untuk membedakan berbagai pilihan
terapi meliputi:
a. Etiologi gejala yang dicurigai
b. Frekuensi, durasi, dan keparahan dari episode mual muntah
c. Kemampuan pasien untuk penggunaan oral, rektal, obat suntik, atau
transdermal
d. Keberhasilan obat antiemetik sebelumnya (Dipiro et al., 2008).
Penggunaan antiemetika untuk menangani mual-muntah dapat dilakukan
dengan menggunakan obat antiemetika seperti dalam tabel berikut.
Tabel II. Penggunaan antiemetika berdasarkan risiko mual-muntah
Risikomual-muntah
Antiemetika
Rendah a. deksametason 12 mg p.o atau i.vatau
b. proklorperazin 10 mg p.o atau i.v setiap 4-6 jamatau
c. metoklopramide 20-40 mg p.o setiap 4-6 jam 12 mg/kg ivdengan atau tanpa difenhidramineatau
d. lorazepam dengan dosis ± 0,5-2 mg p.o atau i.v atau sublingualsetiap 4-6 jam
Sedang Hari 1a. aprepitan 125 mg p.o
ataub. lorazepam ± 0,5-2 mg p.o atau i.v atau sublingual setiap 4-6
jam 100 mg i.vdan
c. deksametason 12 mg p.o atau i.vdan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
Risikomual-muntah
Antiemetika
Sedang d. antagonis 5HT3:1) palonosetron 0,25 mg i.v2) ondansetron 16-24 mg p.o atau 8-12 mg i.v (maks. 32 mg)3) granisetron 1-2 mg p.o atau 1 mg p.o bid atau 0,01 mg/kg
(maks. 1 mg) i.v4) dolasetron 100 mg p.o atau 1,8 mg/kg i.v atau 100 mg i.v
Hari 2 dan 3a. aprepitan 80 mg p.o ± dexametasone 8 mg p.o or i.v setiap hari
ataub. lorazepam ± 0,5-2 mg p.o atau i.v atau sublingual setiap 4-6
jam 100 mg i.v,dan
c. deksametason 8 mg p.o/i.v atau 4 mg p.o/i.v biddan
d. antagonis 5HT3:1) ondansetron 8 mg p.o bid atau 16 mg p.o atau 8 mg i.v
(maks. 32 mg)2) granisetron 1-2 mg p.o atau 1 mg p.o bid atau 0,01 mg/kg
(maks. 1 mg) i.vdolasetron 100 mg p.o atau 1,8 mg/kg i.v
Tinggi(tipe akut
dan delayed)
a. aprepitan dengan dosis 125 mg p.o pada hari 1 dan dosis 80mg p.o pada hari 2-3,atau
b. lorazepam dengan dosis ± 0,5 – 2 mg p.o atau i.v atausublingual setiap 4-6 jam pada hari 1-4,dan
c. deksametason dengan dosis 12 mg p.o atau iv pada hari 1,dosis 80 mg pada hari 2-4 p.o atau i.v,dan
d. antagonis 5HT3
1) ondansetron dengan dosis 16-24 mg p.o atau 8-12 mg i.v2) granisetron dengan dosis 8 mg p.o atau 1 mg p.o bid atau
0,01 mg/kg (maks. 1 mg i.v)3) dolasetron dengan dosis 100 mg p.o atau 2,8 mg/kg i.v atau
100 mg i.v4) palonosetron dengan dosis 0,25 mg i.v
(NCCN, 2009).
Keuntungan dari terapi kombinasi adalah dapat menggunakan obat-obat
yang memiliki cara kerja yang berbeda terhadap respon emetik. Hal ini dapat
meningkatkan efikasi, memperpanjang durasi dari efek antiemetik, mempunyai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
kemampuan untuk mengkombinasi obat dengan efek utama antinausea dengan
obat yang mempunyai efek utama antiemetik, dan mempunyai kemungkinan
untuk memberikan obat dengan dosis yang lebih kecil dibandingkan dengan
monoterapi (Harijanto, 2010).
Terapi antiemetik pada pencegahan mual-muntah tipe akut diberikan
sebelum kemoterapi dan diulang dalam waktu 24 jam. Antiemetik profilaksis
dberikan sesuai dengan obat kemoterapi yang menyebabkan terjadinya mual-
muntah tinggi, sedang, rendah, atau minimal. Untuk mengatasi mual-muntah tipe
delayed menggunakan terapi pencegahan sebagai pilihan terapi terbaik. Terapi
mual-muntah tipe delayed yang disebabkan karena obat kemoterapi dengan risiko
tinggi adalah dengan melanjutkan terapi profilaksis sebelumnya hingga 2-3 hari
setelah kemoterapi, sedangkan pada mual-muntah dengan risiko sedang diberikan
terapi pencegahan seperti yang digunakan sebelum kemoterapi (Sati, 2007).
Untuk mengatasi mual-muntah tipe anticipatory dapat berikan terapi behavioral
dengan relaksasi, hipnosis, terapi musik, atau akupuntur/akupresur. Dapat pula
diberikan antiemetik aprazolam 0,5-2 mg p.o pada malam hari sebelum
kemoterapi diberikan serta lorazepam pada malam hari sebelum kemoterapi
diberikan dan pagi hari saat kemoterapi (NCCN, 2009).
Obat antiemetik paling sering direkomendasikan untuk pengobatan mual
dan muntah meskipun banyak pendekatan dengan menggunakan terapi non
farmakologi telah disarankan. Terapi farmakologi untuk mengatasi mual dan
muntah dengan menggunakan obat antiemetika yaitu:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
a. Antagonis serotonin
Beberapa antiemetik golongan ini adalah ondansetron, ganisetron, dan
dolasetron yang mempunyai sifat lebih selektif terhadap antagonis reseptor 5HT3
(Padzur, 2001). Mekanismenya dengan memblokade serotonin yang memicu
refleks muntah dari usus halus dan rangsangan terhadap CTZ (Rahardja dan Tjay,
2010). Regimen dosis tunggal yang diberikan sebelum kemoterapi lebih efektif
daripada regimen dosis ganda atau yang digunakan terus-menerus. Keefektifan
agen-agen ini dalam mengontrol mual-muntah pada semua agen kemoterapi
mencapai 70%. Efikasi antagonis serotonin dilaporkan dapat mengontrol muntah
hingga mencapai 30-50% pada pasien yang menerima cisplatin (Padzur, 2001).
Efek samping ondansetron berupa nyeri kepala, obstipasi, rasa panas di muka
(flushes) dan perut bagian atas, jarang sekali gangguan ekstrapiramidal dan reaksi
hipersensitivitas (Raharja dan Tjay, 2010).
b. Antasida
Antasida digunakan untuk pasien yang mengalami mual dan muntah
sederhana. Regimen antasida yang umum untuk menghilangkan mual akut dan
muntah yaitu 15-30 ml dosis tunggal atau ganda dengan bentuk sediaan cair.
Antasida ini mengandung magnesium, aluminium, atau garam kalsium. Antasida
tidak menimbulkan toksisitas yang serius apabila digunakan sesekali untuk
mengatasi mual dan muntah (Dipiro et al., 2008).
c. Antagonis Reseptor H2
Antagonis Reseptor H2 digunakan dalam dosis rendah untuk mengatasi
mual dan muntah sederhana yang terkait dengan adanya refluk gastroesophageal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
Dosis tunggal dari simetidin 200 mg, samotidin 10 mg, nizatidin 10 mg, dan
ranitidine 75 mg dapat digunakan untuk periode singkat. Bentuk sediaan
antiemetik golongan ini adalah tablet. Dosis pemberian masing-masing antiemetik
yaitu 200 mg 2 kali sehari untuk simetidin, 10 mg 2 kali sehari untuk famotidin,
75 mg 2 kali sehari untuk nizatidin dan ranitidine (Dipiro et al., 2008).
d. Obat Antihistamin-Antikolinergik
Obat ini mengganggu berbagai jalur aferen visceral yang merangsang
mual dan muntah. Efek samping yang mungkin muncul pada penggunaan obat ini
adalah mengantuk, bingung, penglihatan kabur, mulut kering, resistensi urin, dan
mungkin mengalami takikardia terutama pada pasien usia lanjut. Obat antiemetik
golongan ini yaitu:
1) siklisin 50 mg dalam bentuk sediaan tablet,
2) dimenhidrinat 50-100 mg dalam bentuk tablet, tablet kunyah, dan kapsul,
3) difenhidramin dosis 25-50 mg dalam bentuk tablet, kapsul, dan cair, dan dosis
10-50 mg dalam bentuk sediaan i.m dan i.v,
4) hidroksisin dosis 25-100 mg dalam bentuk sediaan i.m,
5) meklisin dosis 12,5-25 mg dalam bentuk tablet dan tablet kunyah,
6) skopolamin dosis 1,5 mg dalam bentuk transdermal patch,
7) trimethobensamid dosis 300 mg dalam bentuk kapsul dan dosis 200 mg dalam
bentuk i.m dan suppo (Dipiro et al., 2008).
e. Fenotiasin
Fenotiasin ini bekerja dengan cara memblokir reseptor dopamine,
kemungkinan besar pada CTZ. Antiemetik ini digunakan untuk pasien dewasa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
yang mengalami mual dan muntah sederhana (Dipiro et al., 2008). Efek samping
yang ditimbulkan antara lain mengantuk, hipotensi, dan reaksi distonia (Berkow
dan Fletcher, 1999). Obat antiemetik golongan ini adalah:
1) klorpromasin dosis 10-25 mg dalam bentuk tablet dan cair, dosis 25-50 mg
dalam bentuk i.m dan i.v
2) proklorperasin dosis 5-10 mg dalam bentuk tablet, cair, dan i.m, dosis 2,5-10
mg dalam bentuk i.v, dosis 25 mg dalam bentuk suppo,
3) prometasin dosis 12,5-25 mg dalam bentuk tablet, cair, i.m, i.v, dan suppo,
4) thietilperasin dosis 10 mg dalam bentuk tablet, i.m, dan i.v (Dipiro et al.,
2008).
f. Butirofenon
Dua senyawa yang memiliki aktivitas antiemetik butirofenon adalah
haloperidol dan droperidol yang memblok rangsangan dopaminergik dari CTZ.
Haloperidol tidak dianggap sebagai lini pertama untuk mual dan muntah yang
berat, namun digunakan untuk terapi paliatif. Dosis untuk haloperidol adalah 1-5
mg dalam bentuk tablet, cair, i.m, dan i.v. Dosis untuk droperidol adalah 2,5 mg
dalam bentuk i.m dan i.v (Dipiro et al., 2008).
g. Kortikosteroid
Antiemetik golongan ini yaitu adalah deksametason dan metilprednisolon
yang efektif digunakan untuk mual-muntah akibat sitostatika dan radioterapi
(Rahardja dan Tjay, 2010). Pasien yang mengalami mual dan muntah setelah
menerima prednisone sebagai bagian dari protokol pengobatan kemoterapi dapat
diatasi dengan penggunaan kortikosteroid. Metilprednisolon juga digunakan untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
regimen antiemetik, namun sebagian besar percobaan mengkombinasi dengan
menggunakan deksametason. Deksametason berhasil mengatasi mual dan muntah
pascaoperasi, baik sebagai agen tunggal atau dikombinasi dengan Selective
Serotinin Reuptake Inhibitor (SSRI) (Dipiro et al., 2008). Deksametason efektif
untuk mengatasi muntah akut yang diinduksi oleh pemberian cisplatin dan bila
digunakan dalam dosis tunggal atau kombinasi dapat digunakan untuk mencegah
mual dan muntah yang tertunda akibat kemoterapi dengan risiko emetogenik
sedang (Padzur, 2001). Penggunaan deksametason jangka panjang dapat
mengakibatkan kelemahan otot, mudah terkena infeksi, gangguan keseimbangan
cairan tubuh dan elektrolit, kelainan mata, gangguan sistem endokrin, gangguan
saluran pencernaan, sakit kepala atau atropi kulit (Anonim, 2012c).
h. Metoklopramide
Metoklopramide terbukti aman dan efektif ketika diberikan dalam bentuk
intra vena dosis tinggi (Padzur, 2001). Agen ini bekerja dengan memblokir
reseptor dopaminergik sentral di CTZ. Metoklopramide meningkatkan tonus
sfingter esofagus bawah, membantu pengosongan lambung, dan mempercepat
transit melalui usus kecil, kemungkinan melalui pelepasan asetilkolin.
Metoklopramide tersedia dalam bentuk tablet dengan dosis 20-40 mg (Dipiro et
al., 2008). Efek samping metoklopramide adalah sedasi, gelisah, gangguan
lambung-usus, dan gangguan ekstrapiramidal terutama pada anak-anak kecil
(Rahardja dan Tjay, 2010).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
i. Cannabinoid
Mekanisme aksi antiemetiknya masih belum diketahui, tetapi
cannabinoid dengan reseptor opioid di otak depan dan mungkin secara langsung
mencegah mual-muntah yang disebabkan oleh obat antikanker tertentu (Berkow
dan Fletcher, 1999). Cannabinoid sedikit lebih efektif digunakan pada kemoterapi
dengan potensi emetogenik moderat (sedang). Obat antiemetik golongan ini
adalah dronabinol dengan dosis 5-15 mg/m2 dalam bentuk kapsul dan nabilon
dengan dosis 1-2 mg dalam bentuk kapsul. Efek sampingnya adalah euforia, rasa
kantuk, sedasi, mengantuk, disforia, depresi, halusinasi, dan paranoia (Dipiro et
al., 2008).
j. Antagonis selektif reseptor neurokinin-1 (NK-1)
Aprepritant dapat mengatasi mual dan muntah pada pasien yang
menerima doxorubicin dan cycophosphamide. Regimen tiga obat dari aprepitant,
deksametason, dan ondansetron memberikan perlindungan meningkat agar tidak
muntah selama 5 hari setelah pemberian kemoterapi dibandingkan dengan
kombinasi deksametason dan ondansetron. Dosis deksametason oral harus
dikurangi 50% ketika dipakai bersamaan dengan aprepitant. Aprepitant tidak
disetujui untuk digunakan pada anak-anak. (Dipiro et al., 2008).
k. Selective Serotinin Reuptake Inhibitors (SSRI)
SSRI memblokir reseptor serotonin presinaptik pada serat sensorik vagus
di dinding usus yang secara efektif dapat menghalangi fase akut CINV. Agen ini
tidak sepenuhnya memblokir fase akut CINV dan kurang efektif dalam mencegah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
mual dan muntah tertunda. Efek samping yang paling umum yang terkait dengan
agen ini sembelit, sakit kepala, dan asthenia (Dipiro et al., 2008).
D. Kerasionalan Penggunaan Obat
Pada pengobatan yang rasional, pasien menerima obat yang sesuai
dengan kebutuhan klinisnya, dalam dosis yang sesuai, untuk jangka waktu
pengobatan yang sesuai, dan dengan biaya yang terjangkau. Ketidakrasionalan
penggunaan obat yang sering terjadi adalah polifarmasi, penggunaan antimikroba
yang tidak tepat, penggunaan injeksi secara berlebihan, penulisan resep yang tidak
sesuai dengan pedoman klinis, dan pengobatan sendiri secara tidak tepat. Contoh
penggunaan antimikroba yang tidak tepat misalnya dalam dosis yang tidak
memadai atau diberikan untuk penyakit yang tidak memerlukan antimikroba
(DepKes RI, 2005).
Pemberian obat lebih dari satu macam yang lebih dikenal dengan
polifarmasi ini dapat memperkuat kerja suatu obat, dapat pula mempunyai
mekanisme yang berlawanan (antagonis), ataupun obat sama sekali tidak
menimbulkan efek, mempengaruhi distribusi, dan mengganggu ekskresi obat yang
disebabkan oleh terjadinya interaksi obat. Oleh karena itu, dokter mempunyai
peranan penting dalam pelaksanaan pengobatan melalui pemberian obat kepada
pasien. Penulisan resep yang tidak rasional oleh dokter dapat merugikan dan
menimbulkan bahaya bagi pasien (Harianto, 2008).
Kerasionalan penggunaan obat terdiri dari beberapa aspek, yaitu
ketepatan indikasi, kesesuaian dosis, ada tidaknya kontraindikasi, ada tidaknya
efek samping, serta ada tidaknya polifarmasi. Penggunaan obat bebas dan obat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
bebas terbatas yang sesuai dengan aturan dan kondisi penderita akan mendukung
upaya penggunaan obat yang rasional (Cipolle, Strand, Morley 1998).
Komunikasi, informasi, dan edukasi yang efektif dan terus menerus merupakan
suatu keharusan dalam rangka penggunaan obat yang rasional. Oleh karena itu
apoteker dan tenaga farmasi lainnya memegang peranan yang sangat penting agar
tujuan penggunaan obat secara rasional dapat tercapai (Depkes RI, 2005).
E. Keterangan Empiris
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran dan evaluasi
penggunaan antiemetika pada pasien kanker sebelum dan sesudah kemoterapi di
RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2010.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian mengenai penggunaan antiemetika pada pasien kemoterapi di
RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta pada tahun 2010 merupakan jenis penelitian non
eksperimental dengan rancangan deskriptif evaluatif yang bersifat retrospektif.
Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental karena tidak ada perlakuan
pada subjek uji. Rancangan penelitian ini bersifat deskriptif evaluatif karena
penelitian ini bertujuan melakukan eksplorasi secara deskriptif terhadap fenomena
yang terjadi (Pratiknya, 2001). Penelitian ini bersifat retrospektif karena data yang
digunakan dalam penelitian ini diambil dari penelusuran terhadap dokumen
terdahulu, yaitu data rekam medik pasien kanker tahun 2010.
B. Variabel dan Definisi Operasional
1. Variabel
a. Variabel Utama
a) Variabel bebas : risiko tingkat mual pada pemberian obat sitostatika
b) Variabel tergantung : regimen dosis dan jenis kemoterapi yang
digunakan
b. Variabel Terkendali
a) Umur
c. Variabel Tak Terkendali
a) Kondisi fisiologi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
2. Definisi operasional
1) Kasus yang digunakan dalam penelitian adalah pasien yang mendapatkan
kemoterapi dan menerima obat antiemetika untuk keluhan mual muntahnya di
RSUP Dr.Sardjito tahun 2010. Kriteria inklusi adalah pasien kemoterapi anak dan
lansia di RSUP Dr. Sardjito tahun 2010 yang tercatat mengalami mual muntah
yang mempunyai data serum kreatinin, umur, berat badan, jenis kelamin, dosis,
dan frekuensi obat yang diperoleh.
2) Data rekam medik adalah lembar catatan yang diberikan oleh dokter atau
perawat yang berisi data-data pasien yang mendapatkan kemoterapi dan menerima
obat antiemetika untuk keluhan mual muntahnya di RSUP Dr.Sardjito tahun 2010.
3) Pasien anak adalah pasien kemoterapi berusia 1-11 tahun yang mendapatkan
obat antiemetika pada tahun 2010 dan pasien lansia adalah pasien kemoterapi
berusia diatas 60 tahun yang mendapatkan obat antiemetika pada tahun 2010.
4) Risiko tingkat mual adalah risiko kejadian mual-muntah yang dialami oleh
pasien berdasarkan potensi emetogenik pada pemberian obat sitostatika.
C. Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah dokumen rekam
medik pasien yang mendapatkan kemoterapi dan menerima obat sitostatika,
antihiperurisemia, dan antiemetika di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2010.
Dokumen rekam medik ini berisi data klinis pasien dan juga data-data
laboratorium selama pasien menjalani perawatan di RSUP Dr. Sardjito. Tempat
penelitian ini dilakukan di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Jalan Kesehatan 01
Sekip Yogyakarta 587333, khususnya di bagian Instalasi Catatan Medis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
D. Tatacara Penelitian
1. Analisis situasi
Analisis situasi dengan mengurus perijinan di bagian Diklit dan ICM
untuk melihat data rekam medik pasien yang mendapatkan kemoterapi dan
menerima obat antiemetika untuk keluhan mual muntahnya di RSUP Dr.Sardjito
tahun 2010.
2. Pengambilan data
Tahap pengambilan data dilakukan di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta
bagian rekam medik. Proses pengambilan data dimulai dengan melakukan
penelusuran data tentang kasus mual-muntah pada pasien kanker yang menjalani
kemoterapi. Tahap ini dilakukan dengan mencatat nomor rekam medik, umur
pasien, tanggal masuk, dan keluar rumah sakit, diagnosis utama, riwayat penyakit,
riwayat pengobatan yang meliputi jenis obat, jumlah obat, dosis dan cara
pemakaian obat serta data laboratorium, serta keadaan pasien selama menjalani
kemoterapi hingga pasien keluar dari rumah sakit.
E. Kesulitan Penelitian
Kesulitan yang terjadi pada pembuatan penelitian ini adalah dalam proses
pengambilan data. Hal ini dikarenakan penulis kesulitan dalam membaca rekam
medik pasien dan singkatan-singkatan yang terdapat dalam rekam medik. Penulis
mengalami kesulitan pada awal pengambilan data. Hal tersebut diatasi dengan
bertanya dan membaca literatur. Penulis mulai terbiasa setelah beberapa kali
membaca rekam medik dan tidak mengalami kesulitan yang berarti.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
F. Kelemahan Penelitian
Kelemahan pada penelitian ini adalah penulis tidak melihat kondisi
pasien secara langsung karena penelitian ini dilakukan secara retrospektif. Penulis
tidak dapat mewawancari pasien mengenai mual-muntah yang dialami sehingga
penulis tidak mengetahui kemampuan pasien dalam menahan mual-muntah
tersebut.
G. Analisis Hasil
Analisis hasil dalam penelitian dilakukan secara deskriptif dan disajikan
dalam bentuk tabel.
a. Kasus kemoterapi pasien anak dan lansia yang mengalami mual-muntah atau
menerima obat antiemetika dikelompokkan berdasarkan jenis obat yang
digunakan. Data disajikan menurut tiap golongan obat dan dihitung berdasarkan
jumlah jenis obat yang digunakan dibagi jumlah seluruh kasus pada penelitian
kemudian dikalikan 100%.
b. Evaluasi penatalaksanaan kasus mual dan muntah pada pasien yang
mendapatkan kemoterapi dan menerima obat antiemetik dilakukan dengan
menggunakan guideline National Comprehensive Cancer Network (NCCN) untuk
penanganan mual muntah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Profil Kasus Peresepan Antiemetika
Kasus pasien kemoterapi yang mengalami mual-muntah atau menerima
obat antiemetika dikelompokkan dalam dua kelompok umur, yaitu pasien anak
dan pasien lansia. Kasus yang terjadi pada kelompok anak yang terdapat di RSUP
Dr. Sardjito pada tahun 2010 sebanyak 195 kasus, sedangkan pada kelompok
lansia terdapat 64 kasus. Pengelompokan umur pasien digunakan untuk
menentukan pemberian obat yang akan diberikan kepada pasien.
Kejadian mual dan muntah ini diakibatkan karena penggunaan obat
kemoterapi yang diberikan dalam bentuk tunggal maupun kombinasi. Pemberian
obat kemoterapi dimaksudkan untuk mengobati penyakit kanker, memperpanjang
harapan hidup pasien, dan digunakan sebagai terapi paliatif.
Pada pelaksanaan kemoterapi, penggunaan obat sitostatika ini lebih
banyak diberikan dalam bentuk kombinasi. Penambahan satu atau lebih obat
kemoterapi akan meningkatkan emetogenitas regimen kemoterapi yang lebih
tinggi daripada pada penggunaan obat kemoterapi dalam bentuk tunggal (Dipiro,
2008). Obat sitostatika diberikan dalam bentuk kombinasi dengan tujuan agar
pengobatan yang diberikan lebih efektif. Oleh karena itu, untuk mengatasi efek
emetogenik dari penggunaan obat sitostatika dibutuhkan obat antiemetik.
Penggunaan obat sitostatika pada kemoterapi anak dapat dilihat pada tabel berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
Tabel III. Penggunaan obat sitostatika pada pasien anak berdasarkan efek
emetogenik di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2010
Potensiemetogenik
Obat sitostatika Jumlahpengobatan
Emetogeniktinggi
a. cisplatin + siklofosfamid + etopusid + vinkristinb. cisplatin + bleomisin + vinblastinc. dactinomicin + siklofosfamide + vinkristind. cisplatin + methotrexat + bleomisin + vinkristine. dactinomicin + vinkristinf. cisplatin + etoposida
2384142
Emetogeniksedang
a. doxorubisin + methotrexat + vinkristinb. siklofosfamid + adriamisin + methotrexat +
vinkristinc. daunorubisin + vinkristind. daunorubisin + methotrexat + vinkristine. carboplatin + etopuside + vinkristinf. doxorubising. siklofosfamideh. siklofosfamide + adriamisin + vinkristini. daunorubisin + methotrexatj. siklofosfamide + vinkristink. siklofosfamide + methotrexat + vinkristinl. doxorubisin + methetrexatm. vinkristin + doxorubisinn. siklofosfamide + doxorubisin + methotrexat +
vinkristin
62
51114272191671
Emetogenikrendah
methotrexat + vinkristinmethotrexatetopusidecytarabin + methotrexatcytarabin + methotrexat + vinkristin
25363141
Emetogenikminimal
vinkristin 9
Total 195
Kasus pasien anak yang menjalani kemotrapi dan menerima obat
antiemetika ada 195 kasus, kasus yang memiliki risiko mual-muntah tinggi ada
33 kasus, risiko mual-muntah sedang ada 74 kasus, risiko mual-muntah rendah
ada 79 kasus, dan risiko mual-muntah minimal ada 9 kasus. Penggolongan risiko
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
terjadinya mual-muntah dilakukan dengan melihat potensi obat kemoterapi dalam
menimbulkan mual-muntah.
Tabel IV. Risiko mual-muntah vs kasus mual-muntah pada pasien
kemoterapi anak di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2010
Risiko mual-muntahpada pemberian
sitostatika
Kejadian mual-muntah Persentasekejadian
mual muntahMual Muntah Mual dan
muntahTotalkasus
Tinggi 33 3 9 13 25 75,7Sedang 74 16 30 21 67 90,5Rendah 79 9 31 15 55 69,6Minimal 9 2 1 3 6 66,6Total 195 30 71 52 153 78,5
Pada penelitian ini terdapat 30 kasus yang mengalami mual tanpa disertai
muntah, 71 kasus mengalami muntah saja, dan 52 kasus yang mengalami mual-
muntah. Persentase hasil kejadian mual-muntah pada penelitian ini yaitu 78,5%.
Persentase kejadian mual-muntah ini sesuai dengan data penelitian di Amerika
Serikat yang menyatakan bahwa 70-80% pasien mengalami mual-muntah pada
kemoterapi dengan obat sitostatika. Dengan persentase ini maka dapat dikatakan
bahwa penanganan mual-muntah untuk pasien anak belum terlaksana dengan
baik. Oleh karena itu perlu dilakukan peningkatan kualitas penanganan kasus
mual-muntah pada pasien anak. Penatalaksanaan mual-muntah yang tidak tepat
dapat menurunkan tingkat kepatuhan pasien, menimbulkan gangguan aktivitas
fungsional pasien, dan meningkatkan kebutuhan sumber daya kesehatan (Hesketh,
2006). Hal ini akan mengakibatkan terganggunya proses kemoterapi sehingga
pengobatan yang dilakukan kurang maksimal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
Tabel V. Penggunaan obat sitostatika pada pasien lansia berdasarkan efek
emetogenik di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2010
Potensi emetogenik Obat sitostatika Jumlahpengobatan
Emetogenik tinggi cisplatincisplatin + paclitaxelcisplatin + 5 fluorouracildacarbazinecisplatin + siklofosfamide + doxorubisincisplatin + siklofosfamide + adriamicin
1413142
Emetogenik sedang doxorubisin + siklofosfamide + vinkristindoxorubisin + placitaxelepirubisincarboplatin + 5 fluorouracildoxorubisin + siklofosfamidecarboplatin + placitaxel
17113143
Total 64
Pada kasus pasien lansia yang menjalani kemotrapi dan menerima obat
antiemetika terdapat 64 kasus. Kasus yang memiliki risiko mual-muntah tinggi
ada 25 kasus dan risiko mual-muntah sedang ada 39 kasus. Dalam penelitian ini
untuk kasus mual-muntah pada pasien lansia tidak ditemukan adanya kasus yang
memiliki risiko mual-muntah rendah dan risiko mual-muntah minimal.
Tabel VI. Risiko mual-muntah vs kasus mual-muntah pada pasien
kemoterapi lansia di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2010
Risiko mual-muntahpada pemberian
sitostatika
Kejadian mual-muntah Persentasekejadian
mual muntahMual Muntah Mual dan
muntahTotalkasus
Tinggi 25 - - 9 9 36Sedang 39 1 1 - 2 5,1Total 64 1 1 9 11 17,2
Seperti halnya yang dilakukan pada kelompok anak, penggolongan risiko
terjadinya mual-muntah dilakukan dengan melihat potensi obat kemoterapi dalam
menimbulkan mual-muntah. Pada penelitian ini terdapat 1 kasus yang mengalami
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
mual tanpa disertai muntah, 1 kasus mengalami muntah saja, dan 9 kasus yang
mengalami mual-muntah. Persentase hasil kejadian mual-muntah pada penelitian
ini yaitu 17,2%.
Menurut data penelitian di Amrika Serikat, pasien yang melakukan
kemoterapi dengan menggunakan obat sitostatika terdapat 70-80% pasien
mengalami mual-muntah. Oleh karena itu persentase kejadian mual-muntah ini
tidak sesuai dengan teori dan dapat dikatakan bahwa penanganan mual-muntah
untuk pasien lansia sudah terlaksana dengan baik. Walaupun demikian,
peningkatan kualitas penanganan kasus mual-muntah pada pasien lansia harus
tetap dilakukan agar persentase kejadian mual-muntah dapat berkurang.
Mual, muntah, dan mual-muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah
kemoterapi. Ringkasan tentang kejadian mual, muntah, dan mual-muntah pada
pasien anak dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel VII. Kejadian mual-muntah pada pasien kemoterapi anak di RSUPDr. Sardjito Yogyakarta tahun 2010
Waktu muntah Jumlah kejadianMual Muntah Mual-muntah
Sebelum kemoterapi - 1 1Sesudah kemoterapi 17 24 28Sebelum dan sesudahkemoterapi
2 1 1
Kejadian mual, muntah, maupun mual-muntah yang terjadi sebelum
kemoterapi dapat diakibatkan karena perasaan trauma yang dialami pasien pada
kemoterapi sebelumnya. Mual, muntah, maupun mual-muntah yang terjadi
sebelum kemoterapi dan berlanjut setelah dilakukan kemoterapi menunjukkan
bahwa antiemetik yang diberikan sebelum kemoterapi belum cukup untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
mengatasi mual, muntah, maupun mual-muntah yang dirasakan oleh pasien.
Terjadinya mual, muntah, maupun mual-muntah sesudah kemoterapi dapat
diakibatkan karena pasien tidak diberi antiemetika sebelum maupun sesudah
kemoterapi.
Tabel VIII. Kejadian mual-muntah pada pasien kemoterapi lansia di RSUPDr. Sardjito Yogyakarta tahun 2010
Waktu muntah Jumlah kejadianMual Muntah Mual-muntah
Sebelum kemoterapi - 1 -Sesudah kemoterapi 1 - 5
Kejadian mual, muntah, dan mual muntah juga dialami oleh pasien
lansia. Ada 1 pasien mengalami mual sesudah kemoterapi walapun sudah diberi
antiemetik. Hal ini menunjukkan bahwa antiemetik yang diberikan tidak cukup
untuk mengatasi mual yang dialami oleh pasien. Adapula 1 pasien mengalami
muntah sebelum kemoterapi. Muntah yang dialami pasien ini merupakan perasaan
trauma karena kemoterapi yang dilakukan sebelumnya. Untuk mengatasi muntah
ini pasien diberi antiemetik sebelum kemoterapi sehingga diharapkan pasien tidak
mengalami mual, muntah, atau mual-muntah setelah kemoterapi. Pasien yang
mengalami mual-muntah setelah kemoterapi diakibatkan karena tidak diberi
antiemetik sebelum maupun sesudah kemoterapi.
B. Kesesuaian Penggunaan Antiemetika pada Pasien Kemoterapi
Terapi mual-muntah digunakan untuk mencegah atau mengurangi
kejadian mual-muntah selama atau sesudah proses kemoterapi. Terapi mual-
muntah juga bertujuan mengurangi muntah pada awal kemoterapi sehingga dapat
memberikan rasa nyaman pada pasien sehingga keefektifan kemoterapi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
meningkat. Pencegahan terbaik untuk mual-muntah adalah mengendalikan
langsung dipusatnya (Sati, 2007).
Pemberian obat antiemetika didasarkan pada tingkat emetogenitasnya.
Jika risiko yang terjadi tidak seimbang dengan manfaat yang diperoleh dari
penggunaan obat tertentu, maka dapat dikatakan penggunaan obat ini tidak tepat.
Ondansetron dapat diberikan untuk mengatasi mual-muntah pada pasien yang
menerima obat kemoterapi cisplatin, sedangkan deksametason efektif digunakan
pada kombinasi regimen antiemetika dan digunakan pada pasien yang menerima
kemoterapi dengan risiko emetogenik sedang (Pazdur, 2001). Penggunaan
deksametason dalam bentuk tunggal atau kombinasi digunakan untuk mencegah
mual-muntah tertunda pascakemoterapi dan untuk mencegah mual-muntah akut
setelah pemberian cisplatin, sedangkan untuk terapi profilaksis digunakan
sebelum rejimen risiko emetogenik rendah (Dipiro, 2008).
Untuk mengatasi mual-muntah sederhana atau rendah dapat diberikan
antiemetik golongan antagonis reseptor H2 dalam dosis rendah, misalnya
diberikan ranitidine 75 mg dalam periode yang singkat. Mual-muntah tertunda
dapat diatasi dengan pemberian metoklopramide. Kombinasi antiemetik golongan
kortikosteroid dan SSRI harus diberikan pada anak yang menerima kemoterapi
resiko emetogenik tinggi atau sedang (Dipiro et al., 2008).
Penggunaan metoklopramide pada anak-anak di Belanda dibatasi karena
meningkatnya jumlah laporan gejala ekstrapiramidal akibat penggunaan
metoklopramide pada anak-anak. Metoklopramide hanya digunakan untuk
pengobatan mual-muntah berat yang tidak diketahui penyebabnya atau jika
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
pengobatan dengan obat lain tidak efektif atau tidak memungkinkan. Alternatif
lain yang lebih baik daripada penggunaan metoklopramide untuk menangani
mual-muntah setelah kemoterapi pada anak-anak yaitu golongan 5-HT3, misalnya
ondansetron karena memiliki efikasi yang lebih baik dan kejadian efek samping
lebih sedikit daripada metoklopramide (Berita Meso, 2007).
Tabel IX. Jenis antiemetik untuk kasus mual-muntah yang digunakan padakelompok anak di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2010
Kasus Jenis antiemetik Sebelum
kemoterapi
Setelah
kemoterapi
Sebelum
dan setelah
kemoterapi
Mual deksametason 4 2
deksametason +
ondansetron
2 3
ondansetron 5
tanpa antiemetika 14
Muntah ranitidine 1 4
ondansetron 35
deksametason +
ondansetron
4
domperidon + ondansetron 2
domperidon 1
ondansetron + ranitidine 2
tanpa antiemetika 22
Mual
dan
muntah
deksametason 1
ondansetron 2 15
ranitidine 1
metoklopramid HCl 1
antasida 1
domperidon 1 1
ondansetron + ranitidine 2
tanpa antiemetika 27
Total 10 81 62
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
Persentase kejadian mual-muntah pada anak sebesar 78,5% disebabkan
karena penganganan mual-muntah ini belum maksimal. Hal ini dapat dilihat dari
data di atas yang menunjukkan bahwa dalam mengangani kasus mual, muntah,
atau mual-muntah terdapat 62 kasus yang tidak diberi antiemetik.
Tabel X. Evaluasi penggunaan antiemetika untuk kasus mual pada pasienkemoterapi anak di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2010
Kasus no 3Penatalaksanaan:Pasien diberi deksametason 4-3-3 pada hari 1Pasien diberi terapi kombinasi deksametason 0,5 mg = 4-3-3 dan ondansetron 0,3mg/g BB/x pada hari 2 dan 3Penilaian:
1. Pasien memiliki resiko mengalami mual kelas minimal, rendah, dan sedangyang diakibatkan oleh obat sitostatika yang diterima
2. Pasien mengalami mual tipe tertunda yang terjadi selama 3 hari3. Pasien memerlukan terapi tambahan untuk mengatasi mual pascakemoterapi
pada hari 1, sedangkan pada hari kedua sudah diberi terapi kombinasi4. Menurut guideline, untuk mengatasi mual-muntah tipe sedang memerlukan
terapi kombinasiRekomendasi:Menurut NCCN, pada hari 1 pasien diberi aprepitan 125 mg p.o atau lorazepam ±0,5-2 mg p.o atau i.v atau sublingual setiap 4-6 jam 100 mg i.v, dan deksametason12 mg p.o atau i.v, dan antagonis 5HT3 (palonosetron 0,25 mg i.v, atauondansetron 16-24 mg p.o atau 8-12 mg i.v (maks. 32 mg), atau granisetron 1-2mg p.o atau 1 mg p.o bid atau 0,01 mg/kg (maks. 1 mg) i.v, atau dolasetron 100mg p.o atau 1,8 mg/kg i.v atau 100 mg i.v). Pada hari 2 dan 3 pasien sudah diberiterapi kombinasi.Menurut Dipiro et al., aprepitant tidak dianjurkan untuk pasien anak.Pemerian antiemetik didasarkan pada kebutuhan pasien. Oleh karena itu padapenggunaan antiemetik secara kombinasi harus melihat efek samping yangmungkin terjadi.
Kasus no 8Penatalaksanaan:Pasien diberi ondansetron 4 mg k/pPenilaian:
1. Pasien memiliki resiko mengalami mual kelas rendah yang diakibatkan olehobat sitostatika yang diterima
2. Pasien mengalami mual tipe tertunda3. Ondansetron diberikan untuk resiko emetogenik kelas sedang sampai tinggi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
Kasus no 8Rekomendasi:Untuk menangani mual-muntah resiko rendah diberikan sebelum kemoterapidengan menggunakan antiemetik, yaitu deksametason 12 mg p.o atau i.v,proklorperazin 10 mg p.o atau i.v setiap 4-6 jam, metoklopramide 20-40 mg p.osetiap 4-6 jam 12 mg/kg iv dengan atau tanpa difenhidramine, atau lorazepam±0,5-2 mg p.o atau i.v atau sublingual setiap 4-6 jam
Kasus no 11Penatalaksanaan:Deksametason 6 mg/m2 po =6 mg/hr = 5-4-3½ tab po sebelum kemoterapi padahari 1 dan setelah kemoterapi pada hari 2-3Penilaian:
1. Pasien memiliki resiko mengalami mual kelas minimal, rendah, dan sedangyang diakibatkan oleh obat sitostatika yang diterima
2. Pasien membutuhkan terapi kombinasi pada hari 2 dan 33. Pasien mengalami mual tipe antisipatori pada hari 14. Pasien mengalami mual tipe tertunda pada hari 2-35. Deksametason yang diberikan sebelum kemoterapi dapat mencegah muntahRekomendasi:Menurut NCCN, untuk menangani mual pada hari 1 pasien dapat berikan terapibehavioral dengan relaksasi, hipnosis, terapi musik, atau akupuntur/akupresur ataudiberi antiemetik aprazolam 0,5-2 mg p.o pada malam hari sebelum kemoterapidiberikan serta lorazepam pada malam hari sebelum kemoterapi diberikan danpagi hari saat kemoterapi. Pada hari 2 dan 3 pasien diberi aprepitan 80 mg p.o ±dexametasone 8 mg p.o or i.v setiap hari atau lorazepam ± 0,5-2 mg p.o atau i.vatau sublingual setiap 4-6 jam 100 mg i.v, dan deksametason 8 mg p.o/i.v atau 4mg p.o/i.v bid, dan antagonis 5HT3 (ondansetron 8 mg p.o bid atau 16 mg p.o atau8 mg i.v (maks. 32 mg) atau granisetron 1-2 mg p.o atau 1 mg p.o bid atau 0,01mg/kg (maks. 1 mg) i.v atau dolasetron 100 mg p.o atau 1,8 mg/kg i.v).Menurut Dipiro et al., aprepitant tidak dianjurkan untuk pasien anak.Pemerian antiemetik didasarkan pada kebutuhan pasien. Oleh karena itu padapenggunaan antiemetik secara kombinasi harus melihat efek samping yangmungkin terjadi.
Kasus no 12bPenatalaksanaan:Pasien tidak diberi antiemetikPenilaian:Pasien mengalami mual tipe antisipatori karena mengalami mual walaupun tidakmendapatkan obat sitostatikaRekomendasi:Pasien dapat berikan terapi behavioral dengan relaksasi, hipnosis, terapi musik,atau akupuntur/akupresur atau diberi antiemetik aprazolam 0,5-2 mg p.o padamalam hari sebelum kemoterapi diberikan serta lorazepam pada malam harisebelum kemoterapi diberikan dan pagi hari saat kemoterapi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
Kasus no 13Penatalaksanaan:Pasien diberi deksametason 4 mg/m2 = 2-2-2 dan ondansetron 0,15 mg/x – 0,25mg/xPenilaian:
1. Pasien memiliki resiko mengalami mual kelas minimal, rendah, dan sedangyang diakibatkan oleh obat sitostatika yang diterima
2. Pasien mengalami mual tipe akut3. Pasien sudah diberi terapi kombinasi
Kasus no 15 a dan 15 dPenatalaksanaan:Pasien tidak diberi antiemetikPenilaian:
1. Pasien memiliki resiko mengalami mual kelas minimal, rendah, dan sedangyang diakibatkan oleh obat sitostatika yang diterima
2. Pasien membutuhkan terapi antiemetik secara kombinasi3. Pasien mengalami mual tipe tertundaRekomendasi:Menurut NCCN, pada hari 1 pasien diberi aprepitan 125 mg p.o atau lorazepam ±0,5-2 mg p.o atau i.v atau sublingual setiap 4-6 jam 100 mg i.v, dan deksametason12 mg p.o atau i.v, dan antagonis 5HT3 (palonosetron 0,25 mg i.v, atauondansetron 16-24 mg p.o atau 8-12 mg i.v (maks. 32 mg), atau granisetron 1-2mg p.o atau 1 mg p.o bid atau 0,01 mg/kg (maks. 1 mg) i.v, atau dolasetron 100mg p.o atau 1,8 mg/kg i.v atau 100 mg i.v). Pada hari 2 dan 3 pasien diberiaprepitan 80 mg p.o ± dexametasone 8 mg p.o or i.v setiap hari atau lorazepam ±0,5-2 mg p.o atau i.v atau sublingual setiap 4-6 jam 100 mg i.v, dan deksametason8 mg p.o/i.v atau 4 mg p.o/i.v bid, dan antagonis 5HT3 (ondansetron 8 mg p.o bidatau 16 mg p.o atau 8 mg i.v (maks. 32 mg) atau granisetron 1-2 mg p.o atau 1 mgp.o bid atau 0,01 mg/kg (maks. 1 mg) i.v atau dolasetron 100 mg p.o atau 1,8mg/kg i.v).Menurut Dipiro et al., aprepitant tidak dianjurkan untuk pasien anak.Pemerian antiemetik didasarkan pada kebutuhan pasien. Oleh karena itu padapenggunaan antiemetik secara kombinasi harus melihat efek samping yangmungkin terjadi.
Kasus no 15ePenatalaksanaan:Pasien diberi ondansetron 0,15 mg/kg BB/x = 3 x 3 mg po (30 menit sebelummakan)Penilaian:
1. Pasien memiliki resiko mengalami mual kelas minimal, sedang, dan tinggiyang diakibatkan oleh obat sitostatika yang diterima
2. Pasien mangalami mual tipe tertunda3. Paisen membutuhkan terapi kombinasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
Kasus no 15eRekomendasi:Menurut NCCN, pasien diberi aprepitan dengan dosis 125 mg p.o pada hari 1 dandosis 80 mg p.o pada hari 2-3 atau lorazepam dengan dosis ± 0,5 – 2 mg p.o ataui.v atau sublingual setiap 4-6 jam pada hari 1-4, dan deksametason dengan dosis12 mg p.o atau iv pada hari 1, dosis 80 mg pada hari 2-4 p.o atau i.v, danantagonis 5HT3 (ondansetron dengan dosis 16-24 mg p.o atau 8-12 mg i.v ataugranisetron dengan dosis 8 mg p.o atau 1 mg p.o bid atau 0,01 mg/kg (maks. 1 mgi.v) atau dolasetron dengan dosis 100 mg p.o atau 2,8 mg/kg i.v atau 100 mg i.vatau palonosetron dengan dosis 0,25 mg i.v)Menurut Dipiro et al., aprepitant tidak dianjurkan untuk pasien anak.Pemerian antiemetik didasarkan pada kebutuhan pasien. Oleh karena itu padapenggunaan antiemetik secara kombinasi harus melihat efek samping yangmungkin terjadi.
Kasus no 17Penatalaksanaan:Pasien diberi deksametason 2-1-1Penilaian:
1. Pasien memiliki resiko mengalami mual kelas minimal, rendah, dan sedangyang diakibatkan oleh obat sitostatika yang diterima
2. Pasien mengalami mual tipe tertunda3. Pasien membutuhkan terapi kombinasiRekomendasi:Menurut NCCN, pada hari 1 pasien diberi aprepitan 125 mg p.o atau lorazepam ±0,5-2 mg p.o atau i.v atau sublingual setiap 4-6 jam 100 mg i.v, dan deksametason12 mg p.o atau i.v, dan antagonis 5HT3 (palonosetron 0,25 mg i.v, atauondansetron 16-24 mg p.o atau 8-12 mg i.v (maks. 32 mg), atau granisetron 1-2mg p.o atau 1 mg p.o bid atau 0,01 mg/kg (maks. 1 mg) i.v, atau dolasetron 100mg p.o atau 1,8 mg/kg i.v atau 100 mg i.v). Pada hari 2 dan 3 pasien diberiaprepitan 80 mg p.o ± dexametasone 8 mg p.o or i.v setiap hari atau lorazepam ±0,5-2 mg p.o atau i.v atau sublingual setiap 4-6 jam 100 mg i.v, dan deksametason8 mg p.o/i.v atau 4 mg p.o/i.v bid, dan antagonis 5HT3 (ondansetron 8 mg p.o bidatau 16 mg p.o atau 8 mg i.v (maks. 32 mg) atau granisetron 1-2 mg p.o atau 1 mgp.o bid atau 0,01 mg/kg (maks. 1 mg) i.v atau dolasetron 100 mg p.o atau 1,8mg/kg i.v).Menurut Dipiro et al., aprepitant tidak dianjurkan untuk pasien anak.Pemerian antiemetik didasarkan pada kebutuhan pasien. Oleh karena itu padapenggunaan antiemetik secara kombinasi harus melihat efek samping yangmungkin terjadi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
Kasus no 19Penatalaksanaan:Pasien diberi deksametason 4 mg/hr = 3-3-2Penilaian:
1. Pasien memiliki resiko mengalami mual kelas sedang yang diakibatkan olehobat sitostatika yang diterima
2. Pasien mengalami mual tipe antisipatori3. Antiemetik diberikan sebelum kemoterapiRekomendasi:Pasien dapat berikan terapi behavioral dengan relaksasi, hipnosis, terapi musik,atau akupuntur/akupresur atau diberi antiemetik aprazolam 0,5-2 mg p.o padamalam hari sebelum kemoterapi diberikan serta lorazepam pada malam harisebelum kemoterapi diberikan dan pagi hari saat kemoterapi
Kasus no 23 dan 25Penatalaksanaan:Pasien tidak diberi antiemetikPenilaian:Pasien mengalami mual tipe antisipatori walaupun tidak mendapatkan terapisitostatikaRekomendasi:Pasien dapat berikan terapi behavioral dengan relaksasi, hipnosis, terapi musik,atau akupuntur/akupresur atau diberi antiemetik aprazolam 0,5-2 mg p.o padamalam hari sebelum kemoterapi diberikan serta lorazepam pada malam harisebelum kemoterapi diberikan dan pagi hari saat kemoterapi
Kasus no 28 aPenatalaksanaan:Pasien diberi ondansetron 0,2 mg/kg BB = 3,3 mgPenilaian:
1. Pasien memiliki resiko mengalami mual kelas sedang yang diakibatkan olehobat sitostatika yang diterima
2. Pasien mengalami mual tipe akut3. Pasien membutuhkan kombinasi antiemetikaRekomendasi:Menurut NCCN, pada hari 1 pasien diberi aprepitan 125 mg p.o atau lorazepam ±0,5-2 mg p.o atau i.v atau sublingual setiap 4-6 jam 100 mg i.v, dan deksametason12 mg p.o atau i.v, dan antagonis 5HT3 (palonosetron 0,25 mg i.v, atauondansetron 16-24 mg p.o atau 8-12 mg i.v (maks. 32 mg), atau granisetron 1-2mg p.o atau 1 mg p.o bid atau 0,01 mg/kg (maks. 1 mg) i.v, atau dolasetron 100mg p.o atau 1,8 mg/kg i.v atau 100 mg i.v). Pada hari 2 dan 3 pasien diberiaprepitan 80 mg p.o ± dexametasone 8 mg p.o or i.v setiap hari atau lorazepam ±0,5-2 mg p.o atau i.v atau sublingual setiap 4-6 jam 100 mg i.v, dan deksametason8 mg p.o/i.v atau 4 mg p.o/i.v bid, dan antagonis 5HT3 (ondansetron 8 mg p.o bidatau 16 mg p.o atau 8 mg i.v (maks. 32 mg) atau granisetron 1-2 mg p.o atau 1 mgp.o bid atau 0,01 mg/kg (maks. 1 mg) i.v atau dolasetron 100 mg p.o atau 1,8
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
Kasus no 28 amg/kg i.v).Menurut Dipiro et al., aprepitant tidak dianjurkan untuk pasien anak.Pemerian antiemetik didasarkan pada kebutuhan pasien. Oleh karena itu padapenggunaan antiemetik secara kombinasi harus melihat efek samping yangmungkin terjadi.
Kasus no 30 dPenatalaksanaan:Pasien tidak diberi antiemetikPenilaian:
1. Pasien memiliki resiko mengalami mual kelas minimal dan sedang yangdiakibatkan oleh obat sitostatika yang diterima
2. Pasien membutuhkan antiemetik3. Pasien mengalami mual tipe akut dalam 2 hariRekomendasi:Menurut NCCN, pada hari 1 pasien diberi aprepitan 125 mg p.o atau lorazepam ±0,5-2 mg p.o atau i.v atau sublingual setiap 4-6 jam 100 mg i.v, dan deksametason12 mg p.o atau i.v, dan antagonis 5HT3 (palonosetron 0,25 mg i.v, atauondansetron 16-24 mg p.o atau 8-12 mg i.v (maks. 32 mg), atau granisetron 1-2mg p.o atau 1 mg p.o bid atau 0,01 mg/kg (maks. 1 mg) i.v, atau dolasetron 100mg p.o atau 1,8 mg/kg i.v atau 100 mg i.v). Pada hari 2 dan 3 pasien diberiaprepitan 80 mg p.o ± dexametasone 8 mg p.o or i.v setiap hari atau lorazepam ±0,5-2 mg p.o atau i.v atau sublingual setiap 4-6 jam 100 mg i.v, dan deksametason8 mg p.o/i.v atau 4 mg p.o/i.v bid, dan antagonis 5HT3 (ondansetron 8 mg p.o bidatau 16 mg p.o atau 8 mg i.v (maks. 32 mg) atau granisetron 1-2 mg p.o atau 1 mgp.o bid atau 0,01 mg/kg (maks. 1 mg) i.v atau dolasetron 100 mg p.o atau 1,8mg/kg i.v).Menurut Dipiro et al., aprepitant tidak dianjurkan untuk pasien anak.Pemerian antiemetik didasarkan pada kebutuhan pasien. Oleh karena itu padapenggunaan antiemetik secara kombinasi harus melihat efek samping yangmungkin terjadi.
Kasus no 35 aPenatalaksanaan:Pasien diberi deksametason 2-1-1 dan ondansetron 0,15 mg/kg/x = 3 x 2,5 mg poPenilaian:
1. Pasien memiliki resiko mengalami mual kelas minimal, rendah, dan sedangyang diakibatkan oleh obat sitostatika yang diterima
2. Pasien mengalami mual tipe tertunda selama 2 hari3. Pasien sudah diberi terapi kombinasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
Kasus no 36 a dan 39Penatalaksanaan:Pasien tidak diberi antiemetikPenilaian:Pasien mengalami mual tipe antisipatori karena mengalami mual walaupun tidakmendapatkan obat sitostatikaRekomendasi:Pasien dapat berikan terapi behavioral dengan relaksasi, hipnosis, terapi musik,atau akupuntur/akupresur atau diberi antiemetik aprazolam 0,5-2 mg p.o padamalam hari sebelum kemoterapi diberikan serta lorazepam pada malam harisebelum kemoterapi diberikan dan pagi hari saat kemoterapi
Kasus no 40 cPenatalaksanaan:Pasien tidak diberi antiemetikPenilaian:
1. Pasien memiliki resiko mengalami mual kelas rendah yang diakibatkan olehobat sitostatika yang diterima
2. Pasien mengalami mual tipe akut3. Pasien membutuhkan antiemetikRekomendasi:Untuk menangani mual-muntah resiko rendah diberikan sebelum kemoterapidengan menggunakan antiemetik, yaitu deksametason 12 mg p.o atau i.v,proklorperazin 10 mg p.o atau i.v setiap 4-6 jam, metoklopramide 20-40 mg p.osetiap 4-6 jam 12 mg/kg iv dengan atau tanpa difenhidramine, atau lorazepam±0,5-2 mg p.o atau i.v atau sublingual setiap 4-6 jam
Kasus no 41 bPenatalaksanaan:Pasien diberi ondansetron 3 x 3 mg injeksiPenilaian:
1. Pasien memiliki resiko mengalami mual kelas minimal yang diakibatkan olehobat sitostatika yang diterima
2. Pasien mengalami mual tipe akutRekomendasi:Pada tipe muntah akut, tidak diperlukan antiemetik jika resiko muntah sangatrendah
Kasus no 47 bPenatalaksanaan:Pasien diberi ondansetron 0,2 – 0,4 mg/kg BB/x = 3 x 4 mgPenilaian:Pasien mengalami mual tipe antisipatori karena walaupun tidak diberi obatsitostatika mengalami mual
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
Kasus no 47 bRekomendasi:Dapat berikan terapi behavioral dengan relaksasi, hipnosis, terapi musik, atauakupuntur/akupresur atau diberi antiemetik aprazolam 0,5-2 mg p.o pada malamhari sebelum kemoterapi diberikan serta lorazepam pada malam hari sebelumkemoterapi diberikan dan pagi hari saat kemoterapi
Kasus no 54Penatalaksanaan:Pasien tidak diberi antiemetikPenilaian:
1. Pasien memiliki resiko mengalami mual kelas minimal, sedang, dan tinggiyang diakibatkan oleh obat sitostatika yang diterima
2. Pasien mengalami mual tipe tertunda3. Pasien membutuhkan antiemetikRekomendasi:Menurut NCCN, pasien diberi aprepitan dengan dosis 125 mg p.o pada hari 1 dandosis 80 mg p.o pada hari 2-3 atau lorazepam dengan dosis ± 0,5 – 2 mg p.o ataui.v atau sublingual setiap 4-6 jam pada hari 1-4, dan deksametason dengan dosis12 mg p.o atau iv pada hari 1, dosis 80 mg pada hari 2-4 p.o atau i.v, danantagonis 5HT3 (ondansetron dengan dosis 16-24 mg p.o atau 8-12 mg i.v ataugranisetron dengan dosis 8 mg p.o atau 1 mg p.o bid atau 0,01 mg/kg (maks. 1 mgi.v) atau dolasetron dengan dosis 100 mg p.o atau 2,8 mg/kg i.v atau 100 mg i.vatau palonosetron dengan dosis 0,25 mg i.v).Menurut Dipiro et al., aprepitant tidak dianjurkan untuk pasien anak.Pemerian antiemetik didasarkan pada kebutuhan pasien. Oleh karena itu padapenggunaan antiemetik secara kombinasi harus melihat efek samping yangmungkin terjadi.
Tabel XI. Evaluasi penggunaan antiemetika untuk kasus muntah padapasien kemoterapi anak di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2010
Kasus no 4Penatalaksanaan:Pasien diberi ranitidine 2 x 20 mg iv dan antasida 4 x 1 cth poPenilaian:
1. Pasien memiliki resiko mengalami mual kelas rendah yang diakibatkan olehobat sitostatika yang diterima
2. Pasien mengalami muntah tipe tertundaKasus no 4Rekomendasi:Deksametason 12 mg p.o atau i.v, proklorperazin 10 mg p.o atau i.v setiap 4-6jam, metoklopramide 20-40 mg p.o setiap 4-6 jam 12 mg/kg iv dengan atau tanpadifenhidramine, atau ± lorazepam 0,5-2 mg p.o atau i.v atau sublingual setiap 4-6jam yang diberikan sebelum kemoterapi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
Kasus no 10 dan 12 bPenatalaksanaan:Pasien tidak diberi antiemetikPenilaian:Pasien mangalami muntah tipe antisipatori karena mengalami muntah walaupuntidak diberi obat sitostatikaRekomendasi:Dapat berikan terapi behavioral dengan relaksasi, hipnosis, terapi musik, atauakupuntur/akupresur atau diberi antiemetik aprazolam 0,5-2 mg p.o pada malamhari sebelum kemoterapi diberikan serta lorazepam pada malam hari sebelumkemoterapi diberikan dan pagi hari saat kemoterapi
Kasus no 14Penatalaksanaan:Pasien tidak diberi antiemetikPenilaian:
1. Pasien memiliki resiko mengalami mual kelas minimal, rendah, dan sedangyang diakibatkan oleh obat sitostatika yang diterima
2. Pasien membutuhan terapi antiemetik secara kombinasiRekomendasi:Menurut NCCN, pada hari 1 pasien diberi aprepitan 125 mg p.o atau lorazepam ±0,5-2 mg p.o atau i.v atau sublingual setiap 4-6 jam 100 mg i.v, dan deksametason12 mg p.o atau i.v, dan antagonis 5HT3 (palonosetron 0,25 mg i.v, atauondansetron 16-24 mg p.o atau 8-12 mg i.v (maks. 32 mg), atau granisetron 1-2mg p.o atau 1 mg p.o bid atau 0,01 mg/kg (maks. 1 mg) i.v, atau dolasetron 100mg p.o atau 1,8 mg/kg i.v atau 100 mg i.v). Pada hari 2 dan 3 pasien diberiaprepitan 80 mg p.o ± dexametasone 8 mg p.o or i.v setiap hari atau lorazepam ±0,5-2 mg p.o atau i.v atau sublingual setiap 4-6 jam 100 mg i.v, dan deksametason8 mg p.o/i.v atau 4 mg p.o/i.v bid, dan antagonis 5HT3 (ondansetron 8 mg p.o bidatau 16 mg p.o atau 8 mg i.v (maks. 32 mg) atau granisetron 1-2 mg p.o atau 1 mgp.o bid atau 0,01 mg/kg (maks. 1 mg) i.v atau dolasetron 100 mg p.o atau 1,8mg/kg i.v).Menurut Dipiro et al., aprepitant tidak dianjurkan untuk pasien anak.Pemerian antiemetik didasarkan pada kebutuhan pasien. Oleh karena itu padapenggunaan antiemetik secara kombinasi harus melihat efek samping yangmungkin terjadi.
Kasus no 18Penatalaksanaan:Pasien diberi ranitidine pada hari 1-3Penilaian:Pasien mengalami muntah tipe antisipatori karena mengalami muntah walaupuntanpa pemberian obat sitostatika
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
Kasus no 18Rekomendasi:Dapat berikan terapi behavioral dengan relaksasi, hipnosis, terapi musik, atauakupuntur/akupresur atau diberi antiemetik aprazolam 0,5-2 mg p.o pada malamhari sebelum kemoterapi diberikan serta lorazepam pada malam hari sebelumkemoterapi diberikan dan pagi hari saat kemoterapi
Kasus no 20Penatalaksanaan:Pasien tidak diberi antiemetika pada hari 2-3 dan diberi ondansetron tabelt 2 x ½pada hari 4Penilaian:
1. Pasien memiliki resiko mengalami mual kelas minimal, rendah, dan tinggiyang diakibatkan oleh obat sitostatika yang diterima
2. Pasien mengalami muntah tipe tertunda3. Pasien membutukan antiemetika secara kombinasiRekomendasi:Menurut NCCN, pasien diberi aprepitan dengan dosis 125 mg p.o pada hari 1 dandosis 80 mg p.o pada hari 2-3 atau lorazepam dengan dosis ± 0,5 – 2 mg p.o ataui.v atau sublingual setiap 4-6 jam pada hari 1-4, dan deksametason dengan dosis12 mg p.o atau iv pada hari 1, dosis 80 mg pada hari 2-4 p.o atau i.v, danantagonis 5HT3 (ondansetron dengan dosis 16-24 mg p.o atau 8-12 mg i.v ataugranisetron dengan dosis 8 mg p.o atau 1 mg p.o bid atau 0,01 mg/kg (maks. 1 mgi.v) atau dolasetron dengan dosis 100 mg p.o atau 2,8 mg/kg i.v atau 100 mg i.vatau palonosetron dengan dosis 0,25 mg i.v).Menurut Dipiro et al., aprepitant tidak dianjurkan untuk pasien anak.Pemerian antiemetik didasarkan pada kebutuhan pasien. Oleh karena itu padapenggunaan antiemetik secara kombinasi harus melihat efek samping yangmungkin terjadi.
Kasus no 22 aPenatalaksanaan:Pasien tidak diberi antiemetikPenilaian:Pasien mangalami muntah tipe antisipatori karena walaupun tidak diberi obatsitostatika tetap mengalami muntahRekomendasi:Dapat berikan terapi behavioral dengan relaksasi, hipnosis, terapi musik, atauakupuntur/akupresur atau diberi antiemetik aprazolam 0,5-2 mg p.o pada malamhari sebelum kemoterapi diberikan serta lorazepam pada malam hari sebelumkemoterapi diberikan dan pagi hari saat kemoterapi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
Kasus no 22 bPenatalaksanaan:Pasien diberi ondansetron 3 x 4 mgPenilaian:
1. Pasien memiliki resiko mengalami mual kelas rendah yang diakibatkan olehobat sitostatika yang diterima
2. Pasien mengalami muntah akut dan muntah tertundaKasus no 22 bRekomendasi:Deksametason 12 mg p.o atau i.v, proklorperazin 10 mg p.o atau i.v setiap 4-6jam, metoklopramide 20-40 mg p.o setiap 4-6 jam 12 mg/kg iv dengan atau tanpadifenhidramine, ± lorazepam 0,5-2 mg p.o atau i.v atau sublingual setiap 4-6 jamyang diberikan sebelum kemoterapi
Kasus no 24Penatalaksanaan:Pasien diberi ondansetron 2 x 2 mg dan deksametason 4-3-2 tabletPenilaian:
1. Pasien memiliki resiko mengalami mual kelas rendah dan sedang yangdiakibatkan oleh obat sitostatika yang diterima
2. Pasien mengalami muntah tipe tertunda3. Pasien sudah diberi terapi antiemetik secara kombinasi
Kasus no 29Penatalaksanaan:Pasien diberi domperidon 0,2 mg/kg BB/x dan ondansetron 0,2 mg/kg BB/x = 3 x2 mg iv pada hari 3, serta diberi ondansetron 0,2 mg/kg BB/x = 3 x 2 mg iv padahari 4-7Penilaian:
1. Pasien memiliki resiko mengalami mual kelas minimal dan sedang yangdiakibatkan oleh obat sitostatika yang diterima
2. Pasien mengalami muntah tipe tertunda3. Pasien membutuhkan terapi kombinasiRekomendasi:Menurut NCCN, pada hari 1 pasien diberi aprepitan 125 mg p.o atau lorazepam ±0,5-2 mg p.o atau i.v atau sublingual setiap 4-6 jam 100 mg i.v, dan deksametason12 mg p.o atau i.v, dan antagonis 5HT3 (palonosetron 0,25 mg i.v, atauondansetron 16-24 mg p.o atau 8-12 mg i.v (maks. 32 mg), atau granisetron 1-2mg p.o atau 1 mg p.o bid atau 0,01 mg/kg (maks. 1 mg) i.v, atau dolasetron 100mg p.o atau 1,8 mg/kg i.v atau 100 mg i.v). Pada hari 2 dan 3 pasien diberiaprepitan 80 mg p.o ± dexametasone 8 mg p.o or i.v setiap hari atau lorazepam ±0,5-2 mg p.o atau i.v atau sublingual setiap 4-6 jam 100 mg i.v, dan deksametason8 mg p.o/i.v atau 4 mg p.o/i.v bid, dan antagonis 5HT3 (ondansetron 8 mg p.o bidatau 16 mg p.o atau 8 mg i.v (maks. 32 mg) atau granisetron 1-2 mg p.o atau 1 mgp.o bid atau 0,01 mg/kg (maks. 1 mg) i.v atau dolasetron 100 mg p.o atau 1,8mg/kg i.v).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
Kasus no 29Menurut Dipiro et al., aprepitant tidak dianjurkan untuk pasien anak.Pemerian antiemetik didasarkan pada kebutuhan pasien. Oleh karena itu padapenggunaan antiemetik secara kombinasi harus melihat efek samping yangmungkin terjadi.
Kasus no 31 aPenatalaksanaan:Pasien diberi ondansetron 0,2 mg/kg = 4 mg 3 x 4 mg ivPenilaian:
1. Pasien memiliki resiko mengalami mual kelas minimal, rendah, sedang, dantinggi yang diakibatkan oleh obat sitostatika yang diterima.
2. Pasien mengalami muntah tipe tertunda3. Pasien membutuhkan tambahan terapi dengan antiemetikRekomendasi:Menurut NCCN, pasien diberi aprepitan dengan dosis 125 mg p.o pada hari 1 dandosis 80 mg p.o pada hari 2-3 atau lorazepam dengan dosis ± 0,5 – 2 mg p.o ataui.v atau sublingual setiap 4-6 jam pada hari 1-4, dan deksametason dengan dosis12 mg p.o atau iv pada hari 1, dosis 80 mg pada hari 2-4 p.o atau i.v, danantagonis 5HT3 (ondansetron dengan dosis 16-24 mg p.o atau 8-12 mg i.v ataugranisetron dengan dosis 8 mg p.o atau 1 mg p.o bid atau 0,01 mg/kg (maks. 1 mgi.v) atau dolasetron dengan dosis 100 mg p.o atau 2,8 mg/kg i.v atau 100 mg i.vatau palonosetron dengan dosis 0,25 mg i.v).Menurut Dipiro et al., aprepitant tidak dianjurkan untuk pasien anak.Pemerian antiemetik didasarkan pada kebutuhan pasien. Oleh karena itu padapenggunaan antiemetik secara kombinasi harus melihat efek samping yangmungkin terjadi.
Kasus no 31 bPenatalaksanaan:Pasien tidak diberi antiemetikPenilaian:Pasien mangalami muntah tipe antisipatori karena walaupun tidak diberi obatsitostatika tetap mengalami muntahRekomendasi:Dapat berikan terapi behavioral dengan relaksasi, hipnosis, terapi musik, atauakupuntur/akupresur atau diberi antiemetik aprazolam 0,5-2 mg p.o pada malamhari sebelum kemoterapi diberikan serta lorazepam pada malam hari sebelumkemoterapi diberikan dan pagi hari saat kemoterapi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
Kasus no 33Penatalaksanaan:Pasien diberi ondansetron 3 x 2 mg poPenilaian:Pasien mengalami muntah tipe tertundaRekomendasi:Pasien yang mengalami mual dan muntah setelah menerima prednisone sebagaibagian dari protokol pengobatan kemoterapi dapat diatasi dengan penggunaankortikosteroid
Kasus no 35 bPenatalaksanaan:Pasien tidak diberi antiemetikPenilaian:Pasien mengalami muntah tipe antisipatori selama 3 hari karena mengalamimuntah walaupun tanpa pemberian obat sitostatikaRekomendasi:Dapat berikan terapi behavioral dengan relaksasi, hipnosis, terapi musik, atauakupuntur/akupresur atau diberi antiemetik aprazolam 0,5-2 mg p.o pada malamhari sebelum kemoterapi diberikan serta lorazepam pada malam hari sebelumkemoterapi diberikan dan pagi hari saat kemoterapi
Kasus no 35 dPenatalaksanaan:Pasien tidak diberi antiemetikPenilaian:
1. Pasien memiliki resiko mengalami mual kelas rendah yang diakibatkan olehobat sitostatika yang diterima
2. Pasien mengalami muntah tipe tertunda3. Pasien membutuhkan obat antiemetikRekomendasi:Deksametason 12 mg p.o atau i.v, proklorperazin 10 mg p.o atau i.v setiap 4-6jam, metoklopramide 20-40 mg p.o setiap 4-6 jam 12 mg/kg iv dengan atau tanpadifenhidramine, ± lorazepam 0,5-2 mg p.o atau i.v atau sublingual setiap 4-6 jamyang diberikan sebelum kemoterapi
Kasus no 36 bPenatalaksanaan:Pasien diberi ondansetron 0,2 mg/kg BB = 3,5 mgPenilaian:
1. Pasien memiliki resiko mengalami mual kelas rendah yang diakibatkan olehobat sitostatika yang diterima
2. Pasien mengalami muntah tipe tertunda
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
Kasus no 36 bRekomendasi:Deksametason 12 mg p.o atau i.v, proklorperazin 10 mg p.o atau i.v setiap 4-6jam, metoklopramide 20-40 mg p.o setiap 4-6 jam 12 mg/kg iv dengan atau tanpadifenhidramine, ± lorazepam 0,5-2 mg p.o atau i.v atau sublingual setiap 4-6 jamyang diberikan sebelum kemoterapi
Kasus no 37Penatalaksanaan:Pasien diberi ondansetron 3 x 2 mg iv dan ranitidine 3 x 12,5 mg ivPenilaian:
1. Pasien memiliki resiko mengalami mual kelas rendah dan sedang yangdiakibatkan oleh obat sitostatika yang diterima
2. Pasien mengalami muntah tipe tertundaRekomendasi:Menurut NCCN, pada hari 1 pasien diberi aprepitan 125 mg p.o atau lorazepam ±0,5-2 mg p.o atau i.v atau sublingual setiap 4-6 jam 100 mg i.v, dan deksametason12 mg p.o atau i.v, dan antagonis 5HT3 (palonosetron 0,25 mg i.v, atauondansetron 16-24 mg p.o atau 8-12 mg i.v (maks. 32 mg), atau granisetron 1-2mg p.o atau 1 mg p.o bid atau 0,01 mg/kg (maks. 1 mg) i.v, atau dolasetron 100mg p.o atau 1,8 mg/kg i.v atau 100 mg i.v). Pada hari 2 dan 3 pasien diberiaprepitan 80 mg p.o ± dexametasone 8 mg p.o or i.v setiap hari atau lorazepam ±0,5-2 mg p.o atau i.v atau sublingual setiap 4-6 jam 100 mg i.v, dan deksametason8 mg p.o/i.v atau 4 mg p.o/i.v bid, dan antagonis 5HT3 (ondansetron 8 mg p.o bidatau 16 mg p.o atau 8 mg i.v (maks. 32 mg) atau granisetron 1-2 mg p.o atau 1 mgp.o bid atau 0,01 mg/kg (maks. 1 mg) i.v atau dolasetron 100 mg p.o atau 1,8mg/kg i.v).Menurut Dipiro et al., aprepitant tidak dianjurkan untuk pasien anak.Pemerian antiemetik didasarkan pada kebutuhan pasien. Oleh karena itu padapenggunaan antiemetik secara kombinasi harus melihat efek samping yangmungkin terjadi.
Kasus no 38Penatalakasanaan:Pasien diberi ondansetron 0,15 mg/kg BB/x iv = 4 mg k/p (rutin 3 x 1)Penilaian:
1. Pasien memiliki resiko mengalami mual kelas tinggi yang diakibatkan olehobat sitostatika yang diterima
2. Pasien mengalami muntah tipe tertunda3. Pasien membutuhkan antiemetik dengan terapi kombinasiRekomendasi:Menurut NCCN, pasien diberi aprepitan dengan dosis 125 mg p.o pada hari 1 dandosis 80 mg p.o pada hari 2-3 atau lorazepam dengan dosis ± 0,5 – 2 mg p.o ataui.v atau sublingual setiap 4-6 jam pada hari 1-4, dan deksametason dengan dosis12 mg p.o atau iv pada hari 1, dosis 80 mg pada hari 2-4 p.o atau i.v, danantagonis 5HT3 (ondansetron dengan dosis 16-24 mg p.o atau 8-12 mg i.v atau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
Kasus no 38granisetron dengan dosis 8 mg p.o atau 1 mg p.o bid atau 0,01 mg/kg (maks. 1 mgi.v) atau dolasetron dengan dosis 100 mg p.o atau 2,8 mg/kg i.v atau 100 mg i.vatau palonosetron dengan dosis 0,25 mg i.v).Menurut Dipiro et al., aprepitant tidak dianjurkan untuk pasien anak.Pemerian antiemetik didasarkan pada kebutuhan pasien. Oleh karena itu padapenggunaan antiemetik secara kombinasi harus melihat efek samping yangmungkin terjadi.
Kasus no 40 bPenatalaksanaan:Pasien diberi ondansetron 0,2 mg/kg BB/x = 2 mg k/pPenilaian:
1. Pasien memiliki resiko mengalami mual kelas rendah yang diakibatkan olehobat sitostatika yang diterima
2. Pasien mengalami muntah tipe tertundaRekomendasi:Deksametason 12 mg p.o atau i.v, proklorperazin 10 mg p.o atau i.v setiap 4-6jam, metoklopramide 20-40 mg p.o setiap 4-6 jam 12 mg/kg iv dengan atau tanpadifenhidramine, ± lorazepam 0,5-2 mg p.o atau i.v atau sublingual setiap 4-6 jamyang diberikan sebelum kemoterapi
Kasus no 41 aPenatalaksanaan:Pasien diberi ondansetron 0,15 mg x 23,4 mg = 3,5 mg ivPenilaian:
1. Pasien memiliki resiko mengalami mual kelas minimal yang diakibatkan olehobat sitostatika yang diterima
2. Pasien mengalami muntah tipe tertundaRekomendasi:Tidak diperlukan antiemetik jika resiko muntah sangat rendah
Kasus no 42 aPenatalaksanaan:Pasien tidak diberi antiemetikPenilaian:
1. Pasien memiliki resiko mengalami mual kelas rendah yang diakibatkan olehobat sitostatika yang diterima
2. Pasien mengalami muntah tipe tertunda3. Pasien membutuhkan antiemetikRekomendasi:Deksametason 12 mg p.o atau i.v, proklorperazin 10 mg p.o atau i.v setiap 4-6jam, metoklopramide 20-40 mg p.o setiap 4-6 jam 12 mg/kg iv dengan atau tanpadifenhidramine, ± lorazepam 0,5-2 mg p.o atau i.v atau sublingual setiap 4-6 jamyang diberikan sebelum kemoterapi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
Kasus no 42 bPenatalaksanaan:Pasien diberi Vometa ® 1 cth (30 menit sebelum makan) dan injeksi ondansetron3 x 4 mgPenilaian:
1. Pasien memiliki resiko mengalami mual kelas rendah yang diakibatkan olehobat sitostatika yang diterima
2. Pasien mengalami muntah tipe tertundaRekomendasi:Deksametason 12 mg p.o atau i.v, proklorperazin 10 mg p.o atau i.v setiap 4-6jam, metoklopramide 20-40 mg p.o setiap 4-6 jam 12 mg/kg iv dengan atau tanpadifenhidramine, ± lorazepam 0,5-2 mg p.o atau i.v atau sublingual setiap 4-6 jamyang diberikan sebelum kemoterapi
Kasus no 43 bPenatalaksanaan:Pasien tidak diberi antiemetikPenilaian:Pasien mengalami muntah tipe antisipatori selama 3 hari karena mengalamimuntah walaupun tanpa pemberian obat sitostatikaRekomendasi:Dapat berikan terapi behavioral dengan relaksasi, hipnosis, terapi musik, atauakupuntur/akupresur atau diberi antiemetik aprazolam 0,5-2 mg p.o pada malamhari sebelum kemoterapi diberikan serta lorazepam pada malam hari sebelumkemoterapi diberikan dan pagi hari saat kemoterapi
Kasus no 44Penatalaksanaan:Pasien tidak diberi antiemetikPenilaian:
1. Pasien memiliki resiko mengalami mual kelas rendah dan sedang yangdiakibatkan oleh obat sitostatika yang diterima
2. Pasien mengalami muntah tipe tertunda3. Pasien membutuhkan terapi antiemetika secara kombinasiRekomendasi:Menurut NCCN, pada hari 1 pasien diberi aprepitan 125 mg p.o atau lorazepam ±0,5-2 mg p.o atau i.v atau sublingual setiap 4-6 jam 100 mg i.v, dan deksametason12 mg p.o atau i.v, dan antagonis 5HT3 (palonosetron 0,25 mg i.v, atauondansetron 16-24 mg p.o atau 8-12 mg i.v (maks. 32 mg), atau granisetron 1-2mg p.o atau 1 mg p.o bid atau 0,01 mg/kg (maks. 1 mg) i.v, atau dolasetron 100mg p.o atau 1,8 mg/kg i.v atau 100 mg i.v). Pada hari 2 dan 3 pasien diberiaprepitan 80 mg p.o ± dexametasone 8 mg p.o or i.v setiap hari atau lorazepam ±0,5-2 mg p.o atau i.v atau sublingual setiap 4-6 jam 100 mg i.v, dan deksametason8 mg p.o/i.v atau 4 mg p.o/i.v bid, dan antagonis 5HT3 (ondansetron 8 mg p.o bidatau 16 mg p.o atau 8 mg i.v (maks. 32 mg) atau granisetron 1-2 mg p.o atau 1 mg
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
Kasus no 44p.o bid atau 0,01 mg/kg (maks. 1 mg) i.v atau dolasetron 100 mg p.o atau 1,8mg/kg i.v).Menurut Dipiro et al., aprepitant tidak dianjurkan untuk pasien anak.Pemerian antiemetik didasarkan pada kebutuhan pasien. Oleh karena itu padapenggunaan antiemetik secara kombinasi harus melihat efek samping yangmungkin terjadi.
Kasus no 45 aPenatalaksanaan:Pasien tidak diberi antiemetik pada hari 1 dan diberi ondansetron 0,2 mg/kg BB/x= 2 x 4 mg iv pada hari 2-10Penilaian:
1. Pasien memiliki resiko mengalami mual kelas rendah dan sedang yangdiakibatkan oleh obat sitostatika yang diterima
2. Pasien mengalami muntah tipe tertunda3. Pasien membutuhkan terapi antiemetika secara kombinasiRekomendasi:Menurut NCCN, pada hari 1 pasien diberi aprepitan 125 mg p.o atau lorazepam ±0,5-2 mg p.o atau i.v atau sublingual setiap 4-6 jam 100 mg i.v, dan deksametason12 mg p.o atau i.v, dan antagonis 5HT3 (palonosetron 0,25 mg i.v, atauondansetron 16-24 mg p.o atau 8-12 mg i.v (maks. 32 mg), atau granisetron 1-2mg p.o atau 1 mg p.o bid atau 0,01 mg/kg (maks. 1 mg) i.v, atau dolasetron 100mg p.o atau 1,8 mg/kg i.v atau 100 mg i.v). Pada hari 2 dan 3 pasien diberiaprepitan 80 mg p.o ± dexametasone 8 mg p.o or i.v setiap hari atau lorazepam ±0,5-2 mg p.o atau i.v atau sublingual setiap 4-6 jam 100 mg i.v, dan deksametason8 mg p.o/i.v atau 4 mg p.o/i.v bid, dan antagonis 5HT3 (ondansetron 8 mg p.o bidatau 16 mg p.o atau 8 mg i.v (maks. 32 mg) atau granisetron 1-2 mg p.o atau 1 mgp.o bid atau 0,01 mg/kg (maks. 1 mg) i.v atau dolasetron 100 mg p.o atau 1,8mg/kg i.v).Menurut Dipiro et al., aprepitant tidak dianjurkan untuk pasien anak.Pemerian antiemetik didasarkan pada kebutuhan pasien. Oleh karena itu padapenggunaan antiemetik secara kombinasi harus melihat efek samping yangmungkin terjadi.
Kasus no 45 bPenatalaksanaan:Pasien diberi injeksi ondansetron 0,2 mg/kg BB/x = 1,5 mg iv k/pPenilaian:Pasien mengalami muntah tipe antisipatori selama 3 hari karena mengalamimuntah walaupun tanpa pemberian obat sitostatikaRekomendasi:Dapat berikan terapi behavioral dengan relaksasi, hipnosis, terapi musik, atauakupuntur/akupresur atau diberi antiemetik aprazolam 0,5-2 mg p.o pada malamhari sebelum kemoterapi diberikan serta lorazepam pada malam hari sebelumkemoterapi diberikan dan pagi hari saat kemoterapi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
Kasus no 46 aPenatalaksanaan:Pasien tidak diberi antiemeticPenilaian:
1. Pasien memiliki resiko mengalami mual kelas minimal, rendah, dan sedangyang diakibatkan oleh obat sitostatika yang diterima
2. Pasien mengalami muntah tipe tertunda3. Pasien membutuhkan terapi antiemetika secara kombinasiRekomendasi:Menurut NCCN, pada hari 1 pasien diberi aprepitan 125 mg p.o atau lorazepam ±0,5-2 mg p.o atau i.v atau sublingual setiap 4-6 jam 100 mg i.v, dan deksametason12 mg p.o atau i.v, dan antagonis 5HT3 (palonosetron 0,25 mg i.v, atauondansetron 16-24 mg p.o atau 8-12 mg i.v (maks. 32 mg), atau granisetron 1-2mg p.o atau 1 mg p.o bid atau 0,01 mg/kg (maks. 1 mg) i.v, atau dolasetron 100mg p.o atau 1,8 mg/kg i.v atau 100 mg i.v). Pada hari 2 dan 3 pasien diberiaprepitan 80 mg p.o ± dexametasone 8 mg p.o or i.v setiap hari atau lorazepam ±0,5-2 mg p.o atau i.v atau sublingual setiap 4-6 jam 100 mg i.v, dan deksametason8 mg p.o/i.v atau 4 mg p.o/i.v bid, dan antagonis 5HT3 (ondansetron 8 mg p.o bidatau 16 mg p.o atau 8 mg i.v (maks. 32 mg) atau granisetron 1-2 mg p.o atau 1 mgp.o bid atau 0,01 mg/kg (maks. 1 mg) i.v atau dolasetron 100 mg p.o atau 1,8mg/kg i.v).Menurut Dipiro et al., aprepitant tidak dianjurkan untuk pasien anak.Pemerian antiemetik didasarkan pada kebutuhan pasien. Oleh karena itu padapenggunaan antiemetik secara kombinasi harus melihat efek samping yangmungkin terjadi.
Kasus no 47 aPenatalaksanaan:Ondansetron 1 mg k/p pada hari 2-3, ondansetron 1 mg k/p, ranitidine 3 x 20 mgiv, antasida 3 x 1 cth pada hari 4, ondansetron 3 x 1 mg k/p dan antasida 3 x 1 cthpada hari 5-6Penilaian:
1. Pasien memiliki resiko mengalami mual kelas sedang yang diakibatkan olehobat sitostatika yang diterima
2. Pasien mengalami muntah tipe tertunda3. Pasien sudah diberi terapi antiemetika secara kombinasiRekomendasi:Menurut NCCN, pada hari 1 pasien diberi aprepitan 125 mg p.o atau lorazepam ±0,5-2 mg p.o atau i.v atau sublingual setiap 4-6 jam 100 mg i.v, dan deksametason12 mg p.o atau i.v, dan antagonis 5HT3 (palonosetron 0,25 mg i.v, atauondansetron 16-24 mg p.o atau 8-12 mg i.v (maks. 32 mg), atau granisetron 1-2mg p.o atau 1 mg p.o bid atau 0,01 mg/kg (maks. 1 mg) i.v, atau dolasetron 100mg p.o atau 1,8 mg/kg i.v atau 100 mg i.v). Pada hari 2 dan 3 pasien diberiaprepitan 80 mg p.o ± dexametasone 8 mg p.o or i.v setiap hari atau lorazepam ±0,5-2 mg p.o atau i.v atau sublingual setiap 4-6 jam 100 mg i.v, dan deksametason8 mg p.o/i.v atau 4 mg p.o/i.v bid, dan antagonis 5HT3 (ondansetron 8 mg p.o bid
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
Kasus no 47 aatau 16 mg p.o atau 8 mg i.v (maks. 32 mg) atau granisetron 1-2 mg p.o atau 1 mgp.o bid atau 0,01 mg/kg (maks. 1 mg) i.v atau dolasetron 100 mg p.o atau 1,8mg/kg i.v).Menurut Dipiro et al., aprepitant tidak dianjurkan untuk pasien anak.Pemerian antiemetik didasarkan pada kebutuhan pasien. Oleh karena itu padapenggunaan antiemetik secara kombinasi harus melihat efek samping yangmungkin terjadi.
Kasus no 47 bPenatalaksanaan:Antasida 3 x 1 cth pada hari dan ondansetron 3 x 1 mg k/p pada hari 1-2,ondansetron 3 x 1 mg k/p pada hari 3-5Penilaian:Pasien mengalami muntah tipe antisipatori selama 3 hari karena mengalamimuntah walaupun tanpa pemberian obat sitostatikaRekomendasi:Dapat berikan terapi behavioral dengan relaksasi, hipnosis, terapi musik, atauakupuntur/akupresur atau diberi antiemetik aprazolam 0,5-2 mg p.o pada malamhari sebelum kemoterapi diberikan serta lorazepam pada malam hari sebelumkemoterapi diberikan dan pagi hari saat kemoterapi
Kasus no 48Penatalaksanaan:Deksametason 2-2-1 dan ondansetron 2 x 3 mg iv k/p pada hari 2-4Penilaian:Pasien mengalami muntah tipe antisipatori selama 3 hari karena mengalamimuntah walaupun tanpa pemberian obat sitostatikaRekomendasi:Dapat berikan terapi behavioral dengan relaksasi, hipnosis, terapi musik, atauakupuntur/akupresur atau diberi antiemetik aprazolam 0,5-2 mg p.o pada malamhari sebelum kemoterapi diberikan serta lorazepam pada malam hari sebelumkemoterapi diberikan dan pagi hari saat kemoterapi
Kasus no 49 aPenatalaksanaan:Pasien tidak diberi antiemetikPenilaian:Pasien mengalami muntah tipe antisipatori selama 3 hari karena mengalamimuntah walaupun tanpa pemberian obat sitostatikaRekomendasi:Dapat berikan terapi behavioral dengan relaksasi, hipnosis, terapi musik, atauakupuntur/akupresur atau diberi antiemetik aprazolam 0,5-2 mg p.o pada malamhari sebelum kemoterapi diberikan serta lorazepam pada malam hari sebelumkemoterapi diberikan dan pagi hari saat kemoterapi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
Kasus no 49 bPenatalaksanaan:Ranitidine 4 mg/kg BB/12 jam po = 2 x 60 mgPenilaian:
1. Pasien mengalami muntah tipe tertunda2. Pasien membutuhkan terapi antiemetikRekomendasi:Pasien yang mengalami mual dan muntah setelah menerima prednisone sebagaibagian dari protokol pengobatan kemoterapi dapat diatasi dengan penggunaankortikosteroid, misalnya deksametason atau metilprednisolon
Kasus no 50Penatalaksanaan:Pasien tidak diberi antiemetikPenilaian:
1. Pasien memiliki resiko mual-muntah kelas sedang yang diakibatkan oleh obatsitostatika yang diterima
2. Pasien mengalami muntah tipe tertunda3. Pasien membutuhkan terapi antiemetika secara kombinasiRekomendasi:Menurut NCCN, pada hari 1 pasien diberi aprepitan 125 mg p.o atau lorazepam ±0,5-2 mg p.o atau i.v atau sublingual setiap 4-6 jam 100 mg i.v, dan deksametason12 mg p.o atau i.v, dan antagonis 5HT3 (palonosetron 0,25 mg i.v, atauondansetron 16-24 mg p.o atau 8-12 mg i.v (maks. 32 mg), atau granisetron 1-2mg p.o atau 1 mg p.o bid atau 0,01 mg/kg (maks. 1 mg) i.v, atau dolasetron 100mg p.o atau 1,8 mg/kg i.v atau 100 mg i.v). Pada hari 2 dan 3 pasien diberiaprepitan 80 mg p.o ± dexametasone 8 mg p.o or i.v setiap hari atau lorazepam ±0,5-2 mg p.o atau i.v atau sublingual setiap 4-6 jam 100 mg i.v, dan deksametason8 mg p.o/i.v atau 4 mg p.o/i.v bid, dan antagonis 5HT3 (ondansetron 8 mg p.o bidatau 16 mg p.o atau 8 mg i.v (maks. 32 mg) atau granisetron 1-2 mg p.o atau 1 mgp.o bid atau 0,01 mg/kg (maks. 1 mg) i.v atau dolasetron 100 mg p.o atau 1,8mg/kg i.v).Menurut Dipiro et al., aprepitant tidak dianjurkan untuk pasien anak.Pemerian antiemetik didasarkan pada kebutuhan pasien. Oleh karena itu padapenggunaan antiemetik secara kombinasi harus melihat efek samping yangmungkin terjadi.
Kasus no 52Penatalaksanaan:Pasien tidak diberi antimetikPenilaian:Pasien mengalami muntah tipe antisipatori selama 3 hari karena mengalamimuntah walaupun tanpa pemberian obat sitostatika
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
Kasus no 52Rekomendasi:Dapat berikan terapi behavioral dengan relaksasi, hipnosis, terapi musik, atauakupuntur/akupresur atau diberi antiemetik aprazolam 0,5-2 mg p.o pada malamhari sebelum kemoterapi diberikan serta lorazepam pada malam hari sebelumkemoterapi diberikan dan pagi hari saat kemoterapi
Kasus no 53Penatalaksanaan:Ondansetron 0,3 mg/kg = 3 mg/xPenilaian:
1. Pasien memiliki resiko mengalami mual kelas rendah dan tinggi yangdiakibatkan oleh obat sitostatika yang diterima
2. Pasien mengalamu muntah tipe tertunda3. Pasien membutuhkan tambahan terapi dengan antiemetikRekomendasi:Menurut NCCN, pasien diberi aprepitan dengan dosis 125 mg p.o pada hari 1 dandosis 80 mg p.o pada hari 2-3 atau lorazepam dengan dosis ± 0,5 – 2 mg p.o ataui.v atau sublingual setiap 4-6 jam pada hari 1-4, dan deksametason dengan dosis12 mg p.o atau iv pada hari 1, dosis 80 mg pada hari 2-4 p.o atau i.v, danantagonis 5HT3 (ondansetron dengan dosis 16-24 mg p.o atau 8-12 mg i.v ataugranisetron dengan dosis 8 mg p.o atau 1 mg p.o bid atau 0,01 mg/kg (maks. 1 mgi.v) atau dolasetron dengan dosis 100 mg p.o atau 2,8 mg/kg i.v atau 100 mg i.vatau palonosetron dengan dosis 0,25 mg i.v).Menurut Dipiro et al., aprepitant tidak dianjurkan untuk pasien anak.Pemerian antiemetik didasarkan pada kebutuhan pasien. Oleh karena itu padapenggunaan antiemetik secara kombinasi harus melihat efek samping yangmungkin terjadi.
Tabel XII. Evaluasi penggunaan antiemetika untuk kasus mual-muntah padapasien kemoterapi anak di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2010
Kasus no 1Penatalaksanaan:Pasien diberi deksametason 6 mg/m2 = 6 mg = 5-4-3Penilaian:
1. Pasien memiliki resiko mengalami mual kelas rendah yang diakibatkan olehobat sitostatika yang diterima
2. Pasien mengalami mual-muntah tipe tertunda3. Dosis antiemetik yang diberikan kurangRekomendasi:Deksametason 12 mg p.o atau i.v, proklorperazin 10 mg p.o atau i.v setiap 4-6jam, metoklopramide 20-40 mg p.o setiap 4-6 jam 12 mg/kg iv dengan atau tanpadifenhidramine, ± lorazepam 0,5-2 mg p.o atau i.v atau sublingual setiap 4-6 jamyang diberikan sebelum kemoterapi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
Kasus no 2Penatalaksanaan:Pasien tidak diberi antiemetikPenilaian:
1. Pasien memiliki resiko mengalami mual kelas minimal, rendah, sedang dantinggi yang diakibatkan oleh obat sitostatika yang diterima
2. Pasien mengalami mual-muntah tipe tertunda3. Pasien membutuhkan tambahan terapi dengan antiemetikRekomendasi:Menurut NCCN, pasien diberi aprepitan dengan dosis 125 mg p.o pada hari 1 dandosis 80 mg p.o pada hari 2-3 atau lorazepam dengan dosis ± 0,5 – 2 mg p.o ataui.v atau sublingual setiap 4-6 jam pada hari 1-4, dan deksametason dengan dosis12 mg p.o atau iv pada hari 1, dosis 80 mg pada hari 2-4 p.o atau i.v, danantagonis 5HT3 (ondansetron dengan dosis 16-24 mg p.o atau 8-12 mg i.v ataugranisetron dengan dosis 8 mg p.o atau 1 mg p.o bid atau 0,01 mg/kg (maks. 1 mgi.v) atau dolasetron dengan dosis 100 mg p.o atau 2,8 mg/kg i.v atau 100 mg i.vatau palonosetron dengan dosis 0,25 mg i.v).Menurut Dipiro et al., aprepitant tidak dianjurkan untuk pasien anak.Pemerian antiemetik didasarkan pada kebutuhan pasien. Oleh karena itu padapenggunaan antiemetik secara kombinasi harus melihat efek samping yangmungkin terjadi.
Kasus no 4 aPenatalaksanaan:Pasien tidak diberi antiemetikPenilaian:
1. Pasien memiliki resiko mengalami mual kelas rendah yang diakibatkan olehobat sitostatika yang diterima
2. Pasien mengalami mual-muntah tipe tertunda3. Pasien membutuhkan terapi antiemetikRekomendasi:Deksametason 12 mg p.o atau i.v, proklorperazin 10 mg p.o atau i.v setiap 4-6jam, metoklopramide 20-40 mg p.o setiap 4-6 jam 12 mg/kg iv dengan atau tanpadifenhidramine, ± lorazepam 0,5-2 mg p.o atau i.v atau sublingual setiap 4-6 jamyang diberikan sebelum kemoterapi
Kasus no 5Penatalaksanaan:Pasien diberi ondansetron 0,15 mg/kg = 2 mg k/p ivPenilaian:
1. Pasien memiliki resiko mengalami mual kelas minimal, rendah, dan sedangyang diakibatkan oleh obat sitostatika yang diterima
2. Pasien mengalami mual-muntah tipe tertunda3. Pasien membutuhkan terapi antiemetika secara kombinasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
Kasus no 5Rekomendasi:Menurut NCCN, pada hari 1 pasien diberi aprepitan 125 mg p.o atau lorazepam ±0,5-2 mg p.o atau i.v atau sublingual setiap 4-6 jam 100 mg i.v, dan deksametason12 mg p.o atau i.v, dan antagonis 5HT3 (palonosetron 0,25 mg i.v, atauondansetron 16-24 mg p.o atau 8-12 mg i.v (maks. 32 mg), atau granisetron 1-2mg p.o atau 1 mg p.o bid atau 0,01 mg/kg (maks. 1 mg) i.v, atau dolasetron 100mg p.o atau 1,8 mg/kg i.v atau 100 mg i.v). Pada hari 2 dan 3 pasien diberiaprepitan 80 mg p.o ± dexametasone 8 mg p.o or i.v setiap hari atau lorazepam ±0,5-2 mg p.o atau i.v atau sublingual setiap 4-6 jam 100 mg i.v, dan deksametason8 mg p.o/i.v atau 4 mg p.o/i.v bid, dan antagonis 5HT3 (ondansetron 8 mg p.o bidatau 16 mg p.o atau 8 mg i.v (maks. 32 mg) atau granisetron 1-2 mg p.o atau 1 mgp.o bid atau 0,01 mg/kg (maks. 1 mg) i.v atau dolasetron 100 mg p.o atau 1,8mg/kg i.v).Menurut Dipiro et al., aprepitant tidak dianjurkan untuk pasien anak.Pemerian antiemetik didasarkan pada kebutuhan pasien. Oleh karena itu padapenggunaan antiemetik secara kombinasi harus melihat efek samping yangmungkin terjadi.
Kasus no 6 aPenatalaksanaan:Pasien diberi ondansetron 0,15 mg/kg = 2 mg k/p iv pada hari 2-3Penilaian:
1. Pasien memiliki resiko mengalami mual kelas minimal dan tinggi yangdiakibatkan oleh obat sitostatika yang diterima
2. Pasien mengalami mual-muntah tipe tertunda3. Pasien membutuhkan tambahan terapi dengan antiemetikRekomendasi:Menurut NCCN, pasien diberi aprepitan dengan dosis 125 mg p.o pada hari 1 dandosis 80 mg p.o pada hari 2-3 atau lorazepam dengan dosis ± 0,5 – 2 mg p.o ataui.v atau sublingual setiap 4-6 jam pada hari 1-4, dan deksametason dengan dosis12 mg p.o atau iv pada hari 1, dosis 80 mg pada hari 2-4 p.o atau i.v, danantagonis 5HT3 (ondansetron dengan dosis 16-24 mg p.o atau 8-12 mg i.v ataugranisetron dengan dosis 8 mg p.o atau 1 mg p.o bid atau 0,01 mg/kg (maks. 1 mgi.v) atau dolasetron dengan dosis 100 mg p.o atau 2,8 mg/kg i.v atau 100 mg i.vatau palonosetron dengan dosis 0,25 mg i.v).Menurut Dipiro et al., aprepitant tidak dianjurkan untuk pasien anak.Pemerian antiemetik didasarkan pada kebutuhan pasien. Oleh karena itu padapenggunaan antiemetik secara kombinasi harus melihat efek samping yangmungkin terjadi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
Kasus no 6 bPenatalaksanaan:Pasien diberi ondansetron 0,15 mg/kg BB (iv) = 0,15 x 20 = 3 mg ivPenilaian:
1. Pasien memiliki resiko mengalami mual kelas minimal dan tinggi yangdiakibatkan oleh obat sitostatika yang diterima
2. Pasien mengalami mual-muntah tipe tertunda3. Pasien membutuhkan tambahan terapi dengan antiemetikRekomendasi:Menurut NCCN, pasien diberi aprepitan dengan dosis 125 mg p.o pada hari 1 dandosis 80 mg p.o pada hari 2-3 atau lorazepam dengan dosis ± 0,5 – 2 mg p.o ataui.v atau sublingual setiap 4-6 jam pada hari 1-4, dan deksametason dengan dosis12 mg p.o atau iv pada hari 1, dosis 80 mg pada hari 2-4 p.o atau i.v, danantagonis 5HT3 (ondansetron dengan dosis 16-24 mg p.o atau 8-12 mg i.v ataugranisetron dengan dosis 8 mg p.o atau 1 mg p.o bid atau 0,01 mg/kg (maks. 1 mgi.v) atau dolasetron dengan dosis 100 mg p.o atau 2,8 mg/kg i.v atau 100 mg i.vatau palonosetron dengan dosis 0,25 mg i.v).Menurut Dipiro et al., aprepitant tidak dianjurkan untuk pasien anak.Pemerian antiemetik didasarkan pada kebutuhan pasien. Oleh karena itu padapenggunaan antiemetik secara kombinasi harus melihat efek samping yangmungkin terjadi.
Kasus no 7Penatalaksanaan:Pasien tidak diberi antiemetikPenilaian:Pasien mangalami muntah tipe antisipatori karena walaupun tidak diberi obatsitostatika tetap mengalami muntahRekomendasi:Dapat berikan terapi behavioral dengan relaksasi, hipnosis, terapi musik, atauakupuntur/akupresur atau diberi antiemetik aprazolam 0,5-2 mg p.o pada malamhari sebelum kemoterapi diberikan serta lorazepam pada malam hari sebelumkemoterapi diberikan dan pagi hari saat kemoterapi
Kasus no 8Penatalaksanaan:Pasien diberi ondansetron 0,2 mg/kg BB/x = 3 x 3,5 mgPenilaian:
1. Pasien memiliki resiko mengalami mual kelas rendah yang diakibatkan olehobat sitostatika yang diterima
2. Pasien mengalami mual-muntah tipe tertundaRekomendasi:Deksametason 12 mg p.o atau i.v, proklorperazin 10 mg p.o atau i.v setiap 4-6jam, metoklopramide 20-40 mg p.o setiap 4-6 jam 12 mg/kg iv dengan atau tanpadifenhidramine, ± lorazepam 0,5-2 mg p.o atau i.v atau sublingual setiap 4-6 jamyang diberikan sebelum kemoterapi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
Kasus no 9Penatalaksanaan:Pasien diberi ondansetron 0,2 – 0,4 mg/kg BB = 3 x 4 mg ivPenilaian:Pasien mangalami muntah tipe antisipatori karena walaupun tidak diberi obatsitostatika tetap mengalami muntahRekomendasi:Dapat berikan terapi behavioral dengan relaksasi, hipnosis, terapi musik, atauakupuntur/akupresur atau diberi antiemetik aprazolam 0,5-2 mg p.o pada malamhari sebelum kemoterapi diberikan serta lorazepam pada malam hari sebelumkemoterapi diberikan dan pagi hari saat kemoterapi
Kasus no 12 aPenatalaksanaan:Pasien diberi ranitidine 2 x 11 mgPenilaian:Pasien mangalami muntah tipe antisipatori karena walaupun tidak diberi obatsitostatika tetap mengalami muntahRekomendasi:Dapat berikan terapi behavioral dengan relaksasi, hipnosis, terapi musik, atauakupuntur/akupresur atau diberi antiemetik aprazolam 0,5-2 mg p.o pada malamhari sebelum kemoterapi diberikan serta lorazepam pada malam hari sebelumkemoterapi diberikan dan pagi hari saat kemoterapi
Kasus no 15 aPenatalaksanaan:Pasien tidak diberi antiemetikPenilaian:
1. Pasien memiliki resiko mengalami mual kelas sedang yang diakibatkan olehobat sitostatika yang diterima
2. Pasien mengalami mual-muntah tipe tertunda3. Pasien membutuhkan terapi antiemetika secara kombinasiRekomendasi:Menurut NCCN, pada hari 1 pasien diberi aprepitan 125 mg p.o atau lorazepam ±0,5-2 mg p.o atau i.v atau sublingual setiap 4-6 jam 100 mg i.v, dan deksametason12 mg p.o atau i.v, dan antagonis 5HT3 (palonosetron 0,25 mg i.v, atauondansetron 16-24 mg p.o atau 8-12 mg i.v (maks. 32 mg), atau granisetron 1-2mg p.o atau 1 mg p.o bid atau 0,01 mg/kg (maks. 1 mg) i.v, atau dolasetron 100mg p.o atau 1,8 mg/kg i.v atau 100 mg i.v). Pada hari 2 dan 3 pasien diberiaprepitan 80 mg p.o ± dexametasone 8 mg p.o or i.v setiap hari atau lorazepam ±0,5-2 mg p.o atau i.v atau sublingual setiap 4-6 jam 100 mg i.v, dan deksametason8 mg p.o/i.v atau 4 mg p.o/i.v bid, dan antagonis 5HT3 (ondansetron 8 mg p.o bidatau 16 mg p.o atau 8 mg i.v (maks. 32 mg) atau granisetron 1-2 mg p.o atau 1 mgp.o bid atau 0,01 mg/kg (maks. 1 mg) i.v atau dolasetron 100 mg p.o atau 1,8mg/kg i.v).Menurut Dipiro et al., aprepitant tidak dianjurkan untuk pasien anak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
Kasus no 15 aPemerian antiemetik didasarkan pada kebutuhan pasien. Oleh karena itu padapenggunaan antiemetik secara kombinasi harus melihat efek samping yangmungkin terjadi.
Kasus no 15 bPenatalaksanaan:Pasien tidak diberi antiemetikPenilaian:Pasien mangalami muntah tipe antisipatori karena walaupun tidak diberi obatsitostatika tetap mengalami muntah hari sebelum kemoterapi diberikan sertalorazepam pada malam hari sebelum kemoterapi diberikan dan pagi hari saatkemoterapi
Kasus no 15 cPenatalaksanaan:Pasien tidak menerima antiemetik pada hari 1 dan pada hari kedua diberiPrimperan® syr 3 x cth 1Penilaian:
1. Pasien memiliki resiko mengalami mual kelas sedang yang diakibatkan olehobat sitostatika yang diterima
2. Pasien mengalami mual-muntah tipe tertunda3. Pasien membutuhkan terapi antiemetika secara kombinasiRekomendasi:Menurut NCCN, pada hari 1 pasien diberi aprepitan 125 mg p.o atau lorazepam ±0,5-2 mg p.o atau i.v atau sublingual setiap 4-6 jam 100 mg i.v, dan deksametason12 mg p.o atau i.v, dan antagonis 5HT3 (palonosetron 0,25 mg i.v, atauondansetron 16-24 mg p.o atau 8-12 mg i.v (maks. 32 mg), atau granisetron 1-2mg p.o atau 1 mg p.o bid atau 0,01 mg/kg (maks. 1 mg) i.v, atau dolasetron 100mg p.o atau 1,8 mg/kg i.v atau 100 mg i.v). Pada hari 2 dan 3 pasien diberiaprepitan 80 mg p.o ± dexametasone 8 mg p.o or i.v setiap hari atau lorazepam ±0,5-2 mg p.o atau i.v atau sublingual setiap 4-6 jam 100 mg i.v, dan deksametason8 mg p.o/i.v atau 4 mg p.o/i.v bid, dan antagonis 5HT3 (ondansetron 8 mg p.o bidatau 16 mg p.o atau 8 mg i.v (maks. 32 mg) atau granisetron 1-2 mg p.o atau 1 mgp.o bid atau 0,01 mg/kg (maks. 1 mg) i.v atau dolasetron 100 mg p.o atau 1,8mg/kg i.v).Menurut Dipiro et al., aprepitant tidak dianjurkan untuk pasien anak.Pemerian antiemetik didasarkan pada kebutuhan pasien. Oleh karena itu padapenggunaan antiemetik secara kombinasi harus melihat efek samping yangmungkin terjadi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
Kasus no 15 dPenatalaksanaan:Pasien diberi antasida 3 x 1 cthPenilaian:
1. Pasien memiliki resiko mengalami mual kelas minimal dan sedang yangdiakibatkan oleh obat sitostatika yang diterima
2. Pasien mengalami mual-muntah tipe tertunda3. Pasien membutuhkan terapi antiemetika secara kombinasiRekomendasi:Menurut NCCN, pada hari 1 pasien diberi aprepitan 125 mg p.o atau lorazepam ±0,5-2 mg p.o atau i.v atau sublingual setiap 4-6 jam 100 mg i.v, dan deksametason12 mg p.o atau i.v, dan antagonis 5HT3 (palonosetron 0,25 mg i.v, atauondansetron 16-24 mg p.o atau 8-12 mg i.v (maks. 32 mg), atau granisetron 1-2mg p.o atau 1 mg p.o bid atau 0,01 mg/kg (maks. 1 mg) i.v, atau dolasetron 100mg p.o atau 1,8 mg/kg i.v atau 100 mg i.v). Pada hari 2 dan 3 pasien diberiaprepitan 80 mg p.o ± dexametasone 8 mg p.o or i.v setiap hari atau lorazepam ±0,5-2 mg p.o atau i.v atau sublingual setiap 4-6 jam 100 mg i.v, dan deksametason8 mg p.o/i.v atau 4 mg p.o/i.v bid, dan antagonis 5HT3 (ondansetron 8 mg p.o bidatau 16 mg p.o atau 8 mg i.v (maks. 32 mg) atau granisetron 1-2 mg p.o atau 1 mgp.o bid atau 0,01 mg/kg (maks. 1 mg) i.v atau dolasetron 100 mg p.o atau 1,8mg/kg i.v).Menurut Dipiro et al., aprepitant tidak dianjurkan untuk pasien anak.Pemerian antiemetik didasarkan pada kebutuhan pasien. Oleh karena itu padapenggunaan antiemetik secara kombinasi harus melihat efek samping yangmungkin terjadi.
Kasus no 15 ePenatalaksanaan:Pasien diberi ondansetron 0,15 mg/kg BB/x = 3 x 3 mg po (30 menit sebelummakan)Penilaian:
1. Pasien memiliki resiko mengalami mual kelas minimal, sedang, dan tinggiyang diakibatkan oleh obat sitostatika yang diterima
2. Pasien mengalami mual-muntah tipe tertunda3. Pasien membutuhkan tambahan terapi dengan antiemetikRekomendasi:Menurut NCCN, pasien diberi aprepitan dengan dosis 125 mg p.o pada hari 1 dandosis 80 mg p.o pada hari 2-3 atau lorazepam dengan dosis ± 0,5 – 2 mg p.o ataui.v atau sublingual setiap 4-6 jam pada hari 1-4, dan deksametason dengan dosis12 mg p.o atau iv pada hari 1, dosis 80 mg pada hari 2-4 p.o atau i.v, danantagonis 5HT3 (ondansetron dengan dosis 16-24 mg p.o atau 8-12 mg i.v ataugranisetron dengan dosis 8 mg p.o atau 1 mg p.o bid atau 0,01 mg/kg (maks. 1 mgi.v) atau dolasetron dengan dosis 100 mg p.o atau 2,8 mg/kg i.v atau 100 mg i.vatau palonosetron dengan dosis 0,25 mg i.v)Menurut Dipiro et al., aprepitant tidak dianjurkan untuk pasien anak.Pemerian antiemetik didasarkan pada kebutuhan pasien. Oleh karena itu pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
Kasus no 15 epenggunaan antiemetik secara kombinasi harus melihat efek samping yangmungkin terjadi.
Kasus no 16 aPenatalaksanaan:Pasien tidak diberi antiemetikPenilaian:
1. Pasien memiliki resiko mengalami mual kelas tinggi yang diakibatkan olehobat sitostatika yang diterima
2. Pasien mengalami mual-muntah tipe tertunda3. Pasien membutuhkan tambahan terapi dengan antiemetikRekomendasi:Menurut NCCN, pasien diberi aprepitan dengan dosis 125 mg p.o pada hari 1 dandosis 80 mg p.o pada hari 2-3 atau lorazepam dengan dosis ± 0,5 – 2 mg p.o ataui.v atau sublingual setiap 4-6 jam pada hari 1-4, dan deksametason dengan dosis12 mg p.o atau iv pada hari 1, dosis 80 mg pada hari 2-4 p.o atau i.v, danantagonis 5HT3 (ondansetron dengan dosis 16-24 mg p.o atau 8-12 mg i.v ataugranisetron dengan dosis 8 mg p.o atau 1 mg p.o bid atau 0,01 mg/kg (maks. 1 mgi.v) atau dolasetron dengan dosis 100 mg p.o atau 2,8 mg/kg i.v atau 100 mg i.vatau palonosetron dengan dosis 0,25 mg i.v).Menurut Dipiro et al., aprepitant tidak dianjurkan untuk pasien anak.Pemerian antiemetik didasarkan pada kebutuhan pasien. Oleh karena itu padapenggunaan antiemetik secara kombinasi harus melihat efek samping yangmungkin terjadi.
Kasus no 16 bPenatalaksanaan:Pasien tidak diberi antiemetikPenilaian:Pasien mangalami muntah tipe antisipatori karena walaupun tidak diberi obatsitostatika tetap mengalami muntahRekomendasi:Dapat berikan terapi behavioral dengan relaksasi, hipnosis, terapi musik, atauakupuntur/akupresur atau diberi antiemetik aprazolam 0,5-2 mg p.o pada malamhari sebelum kemoterapi diberikan serta lorazepam pada malam hari sebelumkemoterapi diberikan dan pagi hari saat kemoterapi
Kasus no 20Penatalaksanaan:Pasien tidak diberi antiemetikPenilaian:
1. Pasien memiliki resiko mengalami mual kelas minimal, rendah, dan tinggiyang diakibatkan oleh obat sitostatika yang diterima
2. Pasien mengalami mual-muntah tipe tertunda3. Pasien membutuhkan tambahan terapi dengan antiemetik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
Kasus no 20Rekomendasi:Menurut NCCN, pasien diberi aprepitan dengan dosis 125 mg p.o pada hari 1 dandosis 80 mg p.o pada hari 2-3 atau lorazepam dengan dosis ± 0,5 – 2 mg p.o ataui.v atau sublingual setiap 4-6 jam pada hari 1-4, dan deksametason dengan dosis12 mg p.o atau iv pada hari 1, dosis 80 mg pada hari 2-4 p.o atau i.v, danantagonis 5HT3 (ondansetron dengan dosis 16-24 mg p.o atau 8-12 mg i.v ataugranisetron dengan dosis 8 mg p.o atau 1 mg p.o bid atau 0,01 mg/kg (maks. 1 mgi.v) atau dolasetron dengan dosis 100 mg p.o atau 2,8 mg/kg i.v atau 100 mg i.vatau palonosetron dengan dosis 0,25 mg i.v).Menurut Dipiro et al., aprepitant tidak dianjurkan untuk pasien anak.Pemerian antiemetik didasarkan pada kebutuhan pasien. Oleh karena itu padapenggunaan antiemetik secara kombinasi harus melihat efek samping yangmungkin terjadi.
Kasus no 21Penatalaksanaan:Pasien diberi ondansetron 0,15 mg/kg = 2 mg k/p ivPenilaian:
1. Pasien memiliki resiko mengalami mual kelas sedang yang diakibatkan olehobat sitostatika yang diterima
2. Pasien mengalami mual-muntah tipe tertunda3. Pasien membutuhkan terapi antiemetika secara kombinasiRekomendasi:Menurut NCCN, pada hari 1 pasien diberi aprepitan 125 mg p.o atau lorazepam ±0,5-2 mg p.o atau i.v atau sublingual setiap 4-6 jam 100 mg i.v, dan deksametason12 mg p.o atau i.v, dan antagonis 5HT3 (palonosetron 0,25 mg i.v, atauondansetron 16-24 mg p.o atau 8-12 mg i.v (maks. 32 mg), atau granisetron 1-2mg p.o atau 1 mg p.o bid atau 0,01 mg/kg (maks. 1 mg) i.v, atau dolasetron 100mg p.o atau 1,8 mg/kg i.v atau 100 mg i.v). Pada hari 2 dan 3 pasien diberiaprepitan 80 mg p.o ± dexametasone 8 mg p.o or i.v setiap hari atau lorazepam ±0,5-2 mg p.o atau i.v atau sublingual setiap 4-6 jam 100 mg i.v, dan deksametason8 mg p.o/i.v atau 4 mg p.o/i.v bid, dan antagonis 5HT3 (ondansetron 8 mg p.o bidatau 16 mg p.o atau 8 mg i.v (maks. 32 mg) atau granisetron 1-2 mg p.o atau 1 mgp.o bid atau 0,01 mg/kg (maks. 1 mg) i.v atau dolasetron 100 mg p.o atau 1,8mg/kg i.v).Menurut Dipiro et al., aprepitant tidak dianjurkan untuk pasien anak.Pemerian antiemetik didasarkan pada kebutuhan pasien. Oleh karena itu padapenggunaan antiemetik secara kombinasi harus melihat efek samping yangmungkin terjadi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
Kasus no 25Penatalaksanaan:Pasien diberi ondansetron rutin 3 x 4 mg ivPenilaian:
1. Pasien memiliki resiko mengalami mual kelas rendah yang diakibatkan olehobat sitostatika yang diterima
2. Pasien mengalami mual-muntah tipe tertundaRekomendasi:Deksametason 12 mg p.o atau i.v, proklorperazin 10 mg p.o atau i.v setiap 4-6jam, metoklopramide 20-40 mg p.o setiap 4-6 jam 12 mg/kg iv dengan atau tanpadifenhidramine, ± lorazepam 0,5-2 mg p.o atau i.v atau sublingual setiap 4-6 jamyang diberikan sebelum kemoterapi
Kasus no 26Penatalaksanaan:Pasien tidak diberi antiemetikPenilaian:
1. Pasien memiliki resiko mengalami mual kelas minimal dan sedang yangdiakibatkan oleh obat sitostatika yang diterima
2. Pasien mengalami mual-muntah tipe tertunda3. Pasien membutuhkan terapi antiemetika secara kombinasiRekomendasi:Menurut NCCN, pada hari 1 pasien diberi aprepitan 125 mg p.o atau lorazepam ±0,5-2 mg p.o atau i.v atau sublingual setiap 4-6 jam 100 mg i.v, dan deksametason12 mg p.o atau i.v, dan antagonis 5HT3 (palonosetron 0,25 mg i.v, atauondansetron 16-24 mg p.o atau 8-12 mg i.v (maks. 32 mg), atau granisetron 1-2mg p.o atau 1 mg p.o bid atau 0,01 mg/kg (maks. 1 mg) i.v, atau dolasetron 100mg p.o atau 1,8 mg/kg i.v atau 100 mg i.v). Pada hari 2 dan 3 pasien diberiaprepitan 80 mg p.o ± dexametasone 8 mg p.o or i.v setiap hari atau lorazepam ±0,5-2 mg p.o atau i.v atau sublingual setiap 4-6 jam 100 mg i.v, dan deksametason8 mg p.o/i.v atau 4 mg p.o/i.v bid, dan antagonis 5HT3 (ondansetron 8 mg p.o bidatau 16 mg p.o atau 8 mg i.v (maks. 32 mg) atau granisetron 1-2 mg p.o atau 1 mgp.o bid atau 0,01 mg/kg (maks. 1 mg) i.v atau dolasetron 100 mg p.o atau 1,8mg/kg i.v).Menurut Dipiro et al., aprepitant tidak dianjurkan untuk pasien anak.Pemerian antiemetik didasarkan pada kebutuhan pasien. Oleh karena itu padapenggunaan antiemetik secara kombinasi harus melihat efek samping yangmungkin terjadi.
Kasus no 27Penatalaksanaan:Pasien tidak diberi antiemetikPenilaian:
1. Pasien memiliki resiko mengalami mual kelas minimal, rendah, dan sedangyang diakibatkan oleh obat sitostatika yang diterima
2. Pasien mengalami mual-muntah tipe tertunda
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
Kasus no 273. Pasien membutuhkan terapi antiemetika secara kombinasiRekomendasi:Menurut NCCN, pada hari 1 pasien diberi aprepitan 125 mg p.o atau lorazepam ±0,5-2 mg p.o atau i.v atau sublingual setiap 4-6 jam 100 mg i.v, dan deksametason12 mg p.o atau i.v, dan antagonis 5HT3 (palonosetron 0,25 mg i.v, atauondansetron 16-24 mg p.o atau 8-12 mg i.v (maks. 32 mg), atau granisetron 1-2mg p.o atau 1 mg p.o bid atau 0,01 mg/kg (maks. 1 mg) i.v, atau dolasetron 100mg p.o atau 1,8 mg/kg i.v atau 100 mg i.v). Pada hari 2 dan 3 pasien diberiaprepitan 80 mg p.o ± dexametasone 8 mg p.o or i.v setiap hari atau lorazepam ±0,5-2 mg p.o atau i.v atau sublingual setiap 4-6 jam 100 mg i.v, dan deksametason8 mg p.o/i.v atau 4 mg p.o/i.v bid, dan antagonis 5HT3 (ondansetron 8 mg p.o bidatau 16 mg p.o atau8 mg i.v (maks. 32 mg) atau granisetron 1-2 mg p.o atau 1 mgp.o bid atau 0,01 mg/kg (maks. 1 mg) i.v atau dolasetron 100 mg p.o atau 1,8mg/kg i.v).Menurut Dipiro et al., aprepitant tidak dianjurkan untuk pasien anak.Pemerian antiemetik didasarkan pada kebutuhan pasien. Oleh karena itu padapenggunaan antiemetik secara kombinasi harus melihat efek samping yangmungkin terjadi.
Kasus no 28 bPenatalaksanaan:Pasien diberi ondansetron 0,1 mg/kg BB = 2 mgPenilaian:
1. Pasien memiliki resiko mengalami mual kelas sedang yang diakibatkan olehobat sitostatika yang diterima
2. Pasien mengalami mual-muntah tipe tertunda3. Pasien membutuhkan terapi antiemetika secara kombinasiRekomendasi:Menurut NCCN, pada hari 1 pasien diberi aprepitan 125 mg p.o atau lorazepam ±0,5-2 mg p.o atau i.v atau sublingual setiap 4-6 jam 100 mg i.v, dan deksametason12 mg p.o atau i.v, dan antagonis 5HT3 (palonosetron 0,25 mg i.v, atauondansetron 16-24 mg p.o atau 8-12 mg i.v (maks. 32 mg), atau granisetron 1-2mg p.o atau 1 mg p.o bid atau 0,01 mg/kg (maks. 1 mg) i.v, atau dolasetron 100mg p.o atau 1,8 mg/kg i.v atau 100 mg i.v). Pada hari 2 dan 3 pasien diberiaprepitan 80 mg p.o ± dexametasone 8 mg p.o or i.v setiap hari atau lorazepam ±0,5-2 mg p.o atau i.v atau sublingual setiap 4-6 jam 100 mg i.v, dan deksametason8 mg p.o/i.v atau 4 mg p.o/i.v bid, dan antagonis 5HT3 (ondansetron 8 mg p.o bidatau 16 mg p.o atau 8 mg i.v (maks. 32 mg) atau granisetron 1-2 mg p.o atau 1 mgp.o bid atau 0,01 mg/kg (maks. 1 mg) i.v atau dolasetron 100 mg p.o atau 1,8mg/kg i.v).Menurut Dipiro et al., aprepitant tidak dianjurkan untuk pasien anak.Pemerian antiemetik didasarkan pada kebutuhan pasien. Oleh karena itu padapenggunaan antiemetik secara kombinasi harus melihat efek samping yangmungkin terjadi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
Kasus no 29Penatalaksanaan:Pasien diberi domperidon 0,2 mg/kg BB/x pada hari 2-3Penilaian:
1. Pasien memiliki resiko mengalami mual kelas minimal dan sedang yangdiakibatkan oleh obat sitostatika yang diterima
2. Pasien mengalami mual-muntah tipe tertunda3. Pasien membutuhkan terapi antiemetika secara kombinasiRekomendasi:Menurut NCCN, pada hari 1 pasien diberi aprepitan 125 mg p.o atau lorazepam ±0,5-2 mg p.o atau i.v atau sublingual setiap 4-6 jam 100 mg i.v, dan deksametason12 mg p.o atau i.v, dan antagonis 5HT3 (palonosetron 0,25 mg i.v, atauondansetron 16-24 mg p.o atau 8-12 mg i.v (maks. 32 mg), atau granisetron 1-2mg p.o atau 1 mg p.o bid atau 0,01 mg/kg (maks. 1 mg) i.v, atau dolasetron 100mg p.o atau 1,8 mg/kg i.v atau 100 mg i.v). Pada hari 2 dan 3 pasien diberiaprepitan 80 mg p.o ± dexametasone 8 mg p.o or i.v setiap hari atau lorazepam ±0,5-2 mg p.o atau i.v atau sublingual setiap 4-6 jam 100 mg i.v, dan deksametason8 mg p.o/i.v atau 4 mg p.o/i.v bid, dan antagonis 5HT3 (ondansetron 8 mg p.o bidatau 16 mg p.o atau 8 mg i.v (maks. 32 mg) atau granisetron 1-2 mg p.o atau 1 mgp.o bid atau 0,01 mg/kg (maks. 1 mg) i.v atau dolasetron 100 mg p.o atau 1,8mg/kg i.v).Menurut Dipiro et al., aprepitant tidak dianjurkan untuk pasien anak.Pemerian antiemetik didasarkan pada kebutuhan pasien. Oleh karena itu padapenggunaan antiemetik secara kombinasi harus melihat efek samping yangmungkin terjadi.
Kasus no 30 aPenatalaksanaan:Pasien diberi ondansetron 2 mg k/p ivPenilaian:
1. Pasien memiliki resiko mengalami mual kelas minimal, sedang, dan tinggiyang diakibatkan oleh obat sitostatika yang diterima
2. Pasien mengalami mual-muntah tipe tertunda3. Pasien membutuhkan tambahan terapi dengan antiemetikRekomendasi:Menurut NCCN, pasien diberi aprepitan dengan dosis 125 mg p.o pada hari 1 dandosis 80 mg p.o pada hari 2-3 atau lorazepam dengan dosis ± 0,5 – 2 mg p.o ataui.v atau sublingual setiap 4-6 jam pada hari 1-4, dan deksametason dengan dosis12 mg p.o atau iv pada hari 1, dosis 80 mg pada hari 2-4 p.o atau i.v, danantagonis 5HT3 (ondansetron dengan dosis 16-24 mg p.o atau 8-12 mg i.v ataugranisetron dengan dosis 8 mg p.o atau 1 mg p.o bid atau 0,01 mg/kg (maks. 1 mgi.v) atau dolasetron dengan dosis 100 mg p.o atau 2,8 mg/kg i.v atau 100 mg i.vatau palonosetron dengan dosis 0,25 mg i.v). Menurut Dipiro et al., aprepitanttidak dianjurkan untuk pasien anak. Pemerian antiemetik didasarkan padakebutuhan pasien. Oleh karena itu pada penggunaan antiemetik secara kombinasiharus melihat efek samping yang mungkin terjadi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
Kasus no 30 bPenatalaksanaan:Pasien tidak diberi antiemetikPenilaian:
1. Pasien memiliki resiko mengalami mual kelas minimal, sedang, dan tinggiyang diakibatkan oleh obat sitostatika yang diterima
2. Pasien mengalami mual-muntah tipe tertunda3. Pasien membutuhkan tambahan terapi dengan antiemetikRekomendasi:Menurut NCCN, pasien diberi aprepitan dengan dosis 125 mg p.o pada hari 1 dandosis 80 mg p.o pada hari 2-3 atau lorazepam dengan dosis ± 0,5 – 2 mg p.o ataui.v atau sublingual setiap 4-6 jam pada hari 1-4, dan deksametason dengan dosis12 mg p.o atau iv pada hari 1, dosis 80 mg pada hari 2-4 p.o atau i.v, danantagonis 5HT3 (ondansetron dengan dosis 16-24 mg p.o atau 8-12 mg i.v ataugranisetron dengan dosis 8 mg p.o atau 1 mg p.o bid atau 0,01 mg/kg (maks. 1 mgi.v) atau dolasetron dengan dosis 100 mg p.o atau 2,8 mg/kg i.v atau 100 mg i.vatau palonosetron dengan dosis 0,25 mg i.v).Menurut Dipiro et al., aprepitant tidak dianjurkan untuk pasien anak.Pemerian antiemetik didasarkan pada kebutuhan pasien. Oleh karena itu padapenggunaan antiemetik secara kombinasi harus melihat efek samping yangmungkin terjadi.
Kasus no 30 cPenatalaksanaan:Pasien diberi ondansetron 0,2 mg/kg BB/x = 5 mg k/pPenilaian:
1. Pasien memiliki resiko mengalami mual kelas sedang yang diakibatkan olehobat sitostatika yang diterima
2. Pasien mengalami mual-muntah tipe tertunda3. Pasien membutuhkan terapi antiemetika secara kombinasiRekomendasi:Menurut NCCN, pada hari 1 pasien diberi aprepitan 125 mg p.o atau lorazepam ±0,5-2 mg p.o atau i.v atau sublingual setiap 4-6 jam 100 mg i.v, dan deksametason12 mg p.o atau i.v, dan antagonis 5HT3 (palonosetron 0,25 mg i.v, atauondansetron 16-24 mg p.o atau 8-12 mg i.v (maks. 32 mg), atau granisetron 1-2mg p.o atau 1 mg p.o bid atau 0,01 mg/kg (maks. 1 mg) i.v, atau dolasetron 100mg p.o atau 1,8 mg/kg i.v atau 100 mg i.v). Pada hari 2 dan 3 pasien diberiaprepitan 80 mg p.o ± dexametasone 8 mg p.o or i.v setiap hari atau lorazepam ±0,5-2 mg p.o atau i.v atau sublingual setiap 4-6 jam 100 mg i.v, dan deksametason8 mg p.o/i.v atau 4 mg p.o/i.v bid, dan antagonis 5HT3 (ondansetron 8 mg p.o bidatau 16 mg p.o atau 8 mg i.v (maks. 32 mg) atau granisetron 1-2 mg p.o atau 1 mgp.o bid atau 0,01 mg/kg (maks. 1 mg) i.v atau dolasetron 100 mg p.o atau 1,8mg/kg i.v).Menurut Dipiro et al., aprepitant tidak dianjurkan untuk pasien anak.Pemerian antiemetik didasarkan pada kebutuhan pasien. Oleh karena itu pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
Kasus no 30 cpenggunaan antiemetik secara kombinasi harus melihat efek samping yangmungkin terjadi.
Kasus no 30 dPenatalaksanaan:Pasien tidak diberi antiemetikPenilaian:
1. Pasien memiliki resiko mengalami mual kelas minimal dan sedang yangdiakibatkan oleh obat sitostatika yang diterima
2. Pasien mengalami mual-muntah tipe tertunda3. Pasien membutuhkan terapi antiemetika secara kombinasiRekomendasi:Menurut NCCN, pada hari 1 pasien diberi aprepitan 125 mg p.o atau lorazepam ±0,5-2 mg p.o atau i.v atau sublingual setiap 4-6 jam 100 mg i.v, dan deksametason12 mg p.o atau i.v, dan antagonis 5HT3 (palonosetron 0,25 mg i.v, atauondansetron 16-24 mg p.o atau 8-12 mg i.v (maks. 32 mg), atau granisetron 1-2mg p.o atau 1 mg p.o bid atau 0,01 mg/kg (maks. 1 mg) i.v, atau dolasetron 100mg p.o atau 1,8 mg/kg i.v atau 100 mg i.v). Pada hari 2 dan 3 pasien diberiaprepitan 80 mg p.o ± dexametasone 8 mg p.o or i.v setiap hari atau lorazepam ±0,5-2 mg p.o atau i.v atau sublingual setiap 4-6 jam 100 mg i.v, dan deksametason8 mg p.o/i.v atau 4 mg p.o/i.v bid, dan antagonis 5HT3 (ondansetron 8 mg p.o bidatau 16 mg p.o atau 8 mg i.v (maks. 32 mg) atau granisetron 1-2 mg p.o atau 1 mgp.o bid atau 0,01 mg/kg (maks. 1 mg) i.v atau dolasetron 100 mg p.o atau 1,8mg/kg i.v).Menurut Dipiro et al., aprepitant tidak dianjurkan untuk pasien anak.Pemerian antiemetik didasarkan pada kebutuhan pasien. Oleh karena itu padapenggunaan antiemetik secara kombinasi harus melihat efek samping yangmungkin terjadi.
Kasus no 32Penatalaksanaan:Pasien tidak diberi antiemetikPenilaian:
1. Pasien memiliki resiko mengalami mual kelas rendah yang diakibatkan olehobat sitostatika yang diterima
2. Pasien mengalami mual-muntah tipe tertundaRekomendasi:Deksametason 12 mg p.o atau i.v, proklorperazin 10 mg p.o atau i.v setiap 4-6jam, metoklopramide 20-40 mg p.o setiap 4-6 jam 12 mg/kg iv dengan atau tanpadifenhidramine, ± lorazepam 0,5-2 mg p.o atau i.v atau sublingual setiap 4-6 jamyang diberikan sebelum kemoterapi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
Kasus no 34Penatalaksanaan:Pasien tidak diberi antiemetikPenilaian:
1. Pasien memiliki resiko mengalami mual kelas minimal dan rendah yangdiakibatkan oleh obat sitostatika yang diterima
2. Pasien mengalami mual-muntah tipe tertunda3. Pasien membutuhkan obat antiemetikRekomendasi:Deksametason 12 mg p.o atau i.v, proklorperazin 10 mg p.o atau i.v setiap 4-6jam, metoklopramide 20-40 mg p.o setiap 4-6 jam 12 mg/kg iv dengan atau tanpadifenhidramine, ± lorazepam 0,5-2 mg p.o atau i.v atau sublingual setiap 4-6 jamyang diberikan sebelum kemoterapi
Kasus no 35 cPenatalaksanaan:Pasien tidak diberi antiemetikPenilaian:
1. Pasien memiliki resiko mengalami mual kelas rendah yang diakibatkan olehobat sitostatika yang diterima
2. Pasien mengalami mual-muntah tipe tertunda3. Pasien membutuhkan antiemetikRekomendasi:Deksametason 12 mg p.o atau i.v, proklorperazin 10 mg p.o atau i.v setiap 4-6jam, metoklopramide 20-40 mg p.o setiap 4-6 jam 12 mg/kg iv dengan atau tanpadifenhidramine, ± lorazepam 0,5-2 mg p.o atau i.v atau sublingual setiap 4-6 jamyang diberikan sebelum kemoterapi
Kasus no 36 aPenatalaksanaan:Pasien tidak diberi antiemetikPenilaian:
1. Pasien memiliki resiko mengalami mual kelas minimal yang diakibatkan olehobat sitostatika yang diterima
2. Pasien mengalami mual-muntah tipe tertunda3. Pasien diberi terapi dengan menggunakan prednisoneRekomendasi:Pasien yang mengalami mual dan muntah setelah menerima prednisone sebagaibagian dari protokol pengobatan kemoterapi dapat diatasi dengan penggunaankortikosteroid
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
Kasus no 37Penatalaksanaan:Pasien diberi ondansetron 3 x 2 mg iv dan ranitidine 3 x 12,5 mg iv padahari 2-3Penilaian:
1. Pasien memiliki resiko mengalami mual kelas rendah dan sedang yangdiakibatkan oleh obat sitostatika yang diterima
2. Pasien mengalami mual-muntah tipe tertunda3. Pasien membutuhkan terapi antiemetika secara kombinasiRekomendasi:Menurut NCCN, pada hari 1 pasien diberi aprepitan 125 mg p.o atau lorazepam ±0,5-2 mg p.o atau i.v atau sublingual setiap 4-6 jam 100 mg i.v, dan deksametason12 mg p.o atau i.v, dan antagonis 5HT3 (palonosetron 0,25 mg i.v, atauondansetron 16-24 mg p.o atau 8-12 mg i.v (maks. 32 mg), atau granisetron 1-2mg p.o atau 1 mg p.o bid atau 0,01 mg/kg (maks. 1 mg) i.v, atau dolasetron 100mg p.o atau 1,8 mg/kg i.v atau 100 mg i.v). Pada hari 2 dan 3 pasien diberiaprepitan 80 mg p.o ± dexametasone 8 mg p.o or i.v setiap hari atau lorazepam ±0,5-2 mg p.o atau i.v atau sublingual setiap 4-6 jam 100 mg i.v, dan deksametason8 mg p.o/i.v atau 4 mg p.o/i.v bid, dan antagonis 5HT3 (ondansetron 8 mg p.o bidatau 16 mg p.o atau 8 mg i.v (maks. 32 mg) atau granisetron 1-2 mg p.o atau 1 mgp.o bid atau 0,01 mg/kg (maks. 1 mg) i.v atau dolasetron 100 mg p.o atau 1,8mg/kg i.v).Menurut Dipiro et al., aprepitant tidak dianjurkan untuk pasien anak.Pemerian antiemetik didasarkan pada kebutuhan pasien. Oleh karena itu padapenggunaan antiemetik secara kombinasi harus melihat efek samping yangmungkin terjadi.
Kasus no 40 aPenatalaksanaan:Pasien tidak diberi antiemetikPenilaian:
1. Pasien memiliki resiko mengalami mual kelas rendah dan sedang yangdiakibatkan oleh obat sitostatika yang diterima
2. Pasien mengalami mual-muntah tipe tertunda3. Pasien membutuhkan terapi antiemetika secara kombinasiRekomendasi:Menuru NCCN, pada hari 1 pasien diberi aprepitan 125 mg p.o atau lorazepam ±0,5-2 mg p.o atau i.v atau sublingual setiap 4-6 jam 100 mg i.v, dan deksametason12 mg p.o atau i.v, dan antagonis 5HT3 (palonosetron 0,25 mg i.v, atauondansetron 16-24 mg p.o atau 8-12 mg i.v (maks. 32 mg), atau granisetron 1-2mg p.o atau 1 mg p.o bid atau 0,01 mg/kg (maks. 1 mg) i.v, atau dolasetron 100mg p.o atau 1,8 mg/kg i.v atau 100 mg i.v). Pada hari 2 dan 3 pasien diberiaprepitan 80 mg p.o ± dexametasone 8 mg p.o or i.v setiap hari atau lorazepam ±0,5-2 mg p.o atau i.v atau sublingual setiap 4-6 jam 100 mg i.v, dan deksametason8 mg p.o/i.v atau 4 mg p.o/i.v bid, dan antagonis 5HT3 (ondansetron 8 mg p.o bidatau 16 mg p.o atau 8 mg i.v (maks. 32 mg) atau granisetron 1-2 mg p.o atau 1 mgp.o bid atau 0,01 mg/kg (maks. 1 mg) i.v atau dolasetron 100 mg p.o atau 1,8
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
Kasus no 40 amg/kg i.v).Menurut Dipiro et al., aprepitant tidak dianjurkan untuk pasien anak.Pemerian antiemetik didasarkan pada kebutuhan pasien. Oleh karena itu padapenggunaan antiemetik secara kombinasi harus melihat efek samping yangmungkin terjadi.
Kasus no 40 bPenatalaksanaan:Pasien diberi ondansetronPenilaian:
1. Pasien memiliki resiko mengalami mual kelas sedang dan tinggi yangdiakibatkan oleh obat sitostatika yang diterima
2. Pasien mengalami mual-muntah tipe tertunda3. Pasien membutuhkan tambahan terapi dengan antiemetikRekomendasi:Menurut NCCN, pasien diberi aprepitan dengan dosis 125 mg p.o pada hari 1 dandosis 80 mg p.o pada hari 2-3 atau lorazepam dengan dosis ± 0,5 – 2 mg p.o ataui.v atau sublingual setiap 4-6 jam pada hari 1-4, dan deksametason dengan dosis12 mg p.o atau iv pada hari 1, dosis 80 mg pada hari 2-4 p.o atau i.v, danantagonis 5HT3 (ondansetron dengan dosis 16-24 mg p.o atau 8-12 mg i.v ataugranisetron dengan dosis 8 mg p.o atau 1 mg p.o bid atau 0,01 mg/kg (maks. 1 mgi.v) atau dolasetron dengan dosis 100 mg p.o atau 2,8 mg/kg i.v atau 100 mg i.vatau palonosetron dengan dosis 0,25 mg i.v).Menurut Dipiro et al., aprepitant tidak dianjurkan untuk pasien anak.Pemerian antiemetik didasarkan pada kebutuhan pasien. Oleh karena itu padapenggunaan antiemetik secara kombinasi harus melihat efek samping yangmungkin terjadi.
Kasus no 43 aPenatalaksanaan:Pasien diberi ondansetron 0,3 mg/kg BB/hari = 3 x 3,3 mg iv pada hari 2-3Penilaian:
1. Pasien memiliki resiko mengalami mual kelas minimal yang diakibatkan olehobat sitostatika yang diterima
2. Pasien mengalami mual-muntah tipe tertunda selama 2 hari3. Pasien diberi terapi dengan menggunakan prednisoneRekomendasi:Pasien yang mengalami mual dan muntah setelah menerima prednisone sebagaibagian dari protokol pengobatan kemoterapi dapat diatasi dengan penggunaankortikosteroid
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
Kasus no 43 bPenatalaksanaan:Pasien tidak diberi antiemetikPenilaian:
1. Pasien memiliki resiko mengalami mual kelas rendah yang diakibatkan olehobat sitostatika yang diterima
2. Pasien mengalami mual-muntah tipe tertunda selama 4 hari3. Pasien membutuhkan terapi antiemetikRekomendasi:Deksametason 12 mg p.o atau i.v, proklorperazin 10 mg p.o atau i.v setiap 4-6jam, metoklopramide 20-40 mg p.o setiap 4-6 jam 12 mg/kg iv dengan atau tanpadifenhidramine, ± lorazepam 0,5-2 mg p.o atau i.v atau sublingual setiap 4-6 jamyang diberikan sebelum kemoterapi
Kasus no 46 bPenatalaksanaan:Pasien tidak diberi antiemetikPenilaian:
1. Pasien memiliki resiko mengalami mual kelas rendah dan sedang yangdiakibatkan oleh obat sitostatika yang diterima
2. Pasien mengalami mual-muntah tipe tertunda selama 2 hari3. Pasien membutuhkan terapi antiemetika secara kombinasiRekomendasi:Menurut NCCN, pada hari 1 pasien diberi aprepitan 125 mg p.o atau lorazepam ±0,5-2 mg p.o atau i.v atau sublingual setiap 4-6 jam 100 mg i.v, dan deksametason12 mg p.o atau i.v, dan antagonis 5HT3 (palonosetron 0,25 mg i.v, atauondansetron 16-24 mg p.o atau 8-12 mg i.v (maks. 32 mg), atau granisetron 1-2mg p.o atau 1 mg p.o bid atau 0,01 mg/kg (maks. 1 mg) i.v, atau dolasetron 100mg p.o atau 1,8 mg/kg i.v atau 100 mg i.v). Pada hari 2 dan 3 pasien diberiaprepitan 80 mg p.o ± dexametasone 8 mg p.o or i.v setiap hari atau lorazepam ±0,5-2 mg p.o atau i.v atau sublingual setiap 4-6 jam 100 mg i.v, dan deksametason8 mg p.o/i.v atau 4 mg p.o/i.v bid, dan antagonis 5HT3 (ondansetron 8 mg p.o bidatau 16 mg p.o atau 8 mg i.v (maks. 32 mg) atau granisetron 1-2 mg p.o atau 1 mgp.o bid atau 0,01 mg/kg (maks. 1 mg) i.v atau dolasetron 100 mg p.o atau 1,8mg/kg i.v).Menurut Dipiro et al., aprepitant tidak dianjurkan untuk pasien anak.Pemerian antiemetik didasarkan pada kebutuhan pasien. Oleh karena itu padapenggunaan antiemetik secara kombinasi harus melihat efek samping yangmungkin terjadi.
Kasus no 51 a dan 51 bPenatalaksanaan:Pasien tidak diberi antiemetikPenilaian:
1. Pasien memiliki resiko mengalami mual kelas rendah yang diakibatkan olehobat sitostatika yang diterima
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
Kasus no 51 a dan 51 b2. Pasien mengalami mual-muntah tipe tertunda selama 4 hari3. Pasien membutuhkan terapi antiemetikRekomendasi:Deksametason 12 mg p.o atau i.v, proklorperazin 10 mg p.o atau i.v setiap 4-6jam, metoklopramide 20-40 mg p.o setiap 4-6 jam 12 mg/kg iv dengan atau tanpadifenhidramine, ± lorazepam 0,5-2 mg p.o atau i.v atau sublingual setiap 4-6 jamyang diberikan sebelum kemoterapi
Kasus no 53Penatalaksanaan:Pasien diberi ondansetron 0,3 mg/kg = 3 mg/xPenilaian:
1. Pasien memiliki resiko mengalami mual kelas rendah dan tinggi yangdiakibatkan oleh obat sitostatika yang diterima
2. Pasien mengalami mual-muntah tipe tertunda3. Pasien membutuhkan tambahan terapi dengan antiemetikRekomendasi:Menurut NCCN, pasien diberi aprepitan dengan dosis 125 mg p.o pada hari 1 dandosis 80 mg p.o pada hari 2-3 atau lorazepam dengan dosis ± 0,5 – 2 mg p.o ataui.v atau sublingual setiap 4-6 jam pada hari 1-4, dan deksametason dengan dosis12 mg p.o atau iv pada hari 1, dosis 80 mg pada hari 2-4 p.o atau i.v, danantagonis 5HT3 (ondansetron dengan dosis 16-24 mg p.o atau 8-12 mg i.v ataugranisetron dengan dosis 8 mg p.o atau 1 mg p.o bid atau 0,01 mg/kg (maks. 1 mgi.v) atau dolasetron dengan dosis 100 mg p.o atau 2,8 mg/kg i.v atau 100 mg i.vatau palonosetron dengan dosis 0,25 mg i.v).Menurut Dipiro et al., aprepitant tidak dianjurkan untuk pasien anak.Pemerian antiemetik didasarkan pada kebutuhan pasien. Oleh karena itu padapenggunaan antiemetik secara kombinasi harus melihat efek samping yangmungkin terjadi.
Hasil dari penelitian pada pasien anak menunjukkan bahwa terdapat 14
kasus mual, 20 kasus muntah, dan 33 kasus mual-muntah yang membutuhkan
tambahan terapi obat, terdapat 4 kasus mual, 14 kasus muntah, dan 7 kasus mual-
muntah yang menerima obat tidak tepat, serta 1 kasus mual-muntah dengan dosis
terlalu rendah. Terdapat 2 pasien anak mengalami mual, 1 pasien mengalami
muntah, dan 1 pasien mengalami mual-muntah sebelum kemoterapi dan berlanjut
setelah dilakukan kemoterapi serta 1 pasien mengalami muntah dan 1 pasien
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
mengalami mual-muntah yang terjadi sebelum kemoterapi dan setelah kemoterapi
dilakukan sudah tidak mengalami mual dan muntah.
Penanganan mual-muntah pada pasien anak belum optimal, hal ini
terlihat dari kejadian mual dan muntah yang dialami oleh pasien. Agar kejadian
mual-muntah tidak berlanjut pascakemoterapi, maka perlu dilakukan tindakan
pencegahan yang optimal. Keterangan mengenai dampak mual dan muntah di
dalam rekam medis sangat kurang sehingga peneliti harus melihat dampak terapi
mual dan muntah dari rekam asuhan keperawatan yang dicatat oleh perawat dan
dari data yang ditulis oleh dokter.
Pada pasien anak juga ditemukan kasus mual dan muntah tipe
antisipatori. Kurangnya tindakan preventif yang diberikan kepada pasien untuk
mencegah kejadian mual dan muntah sebelum kemoterapi akan menyebabkan
terjadinya mual dan muntah sebelum dilakukan kemoterapi. Hal ini akan
mengakibatkan pengobatan kemoterapi yang dilakukan menjadi tidak efektif
sehingga menghambat proses kesembuhan pasien. Mual dan muntah tipe
antisipatori ini dapat diakibatkan karena trauma yang dialami olah pasien akibat
penanganan mual dan muntah yang buruk pada seri kemoterapi sebelumnya.
Banyaknya pasien anak yang mengalami mual dan muntah setelah dilakukannya
kemoterapi dapat disebabkan karena terapi dengan antiemetik sebelum kemoterapi
belum optimal.
Pemberian antiemetik ini juga didasarkan oleh kondisi psikologis pasien.
Apabila pasien merasa mampu untuk menerima obat sitostatika tanpa mengalami
mual-muntah maka pasien tidak diberi antiemetik. Pada pemberian antiemetika
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
secara kombinasi harus dipertimbangkan efek samping dari penggunaan
antiemetika tersebut. Oleh karena itu, penanganan mual dan muntah yang tepat
pada kemoterapi seri awal sangat penting untuk mencegah kejadian mual-muntah
pada kemoterapi selanjutnya.
Tabel XIII. Jenis antiemetik untuk kasus mual-muntah yang digunakan padakelompok lansia di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2010
Kasus Jenis antiemetik Sebelumkemoterapi
Setelahkemoterapi
Sebelumdan setelahkemoterapi
Mual deksametason 1Muntah deksametason 1Mualdan
muntah
deksametason +ondansetron + frazon
1
deksametason +ondansetron +difenhidramin
1
tanpa antiemetik 7Total 2 2 7
Meskipun ada 7 kasus mual dan muntah yang tidak diberi antiemetik,
namun persentase kejadian mual-muntah pada geriatri sebesar 17,2%. Hal ini
menunjukkan bahwa penanganan mual-muntah pada kelompok lansia sudah baik,
namun untuk meminimalkan kejadian mual-muntah maka penanganan mual-
muntah ini harus lebih dioptimalkan.
Tabel XIV. Evaluasi penggunaan antiemetika untuk kasus mual pada pasienkemoterapi lansia di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2010
Kasus no 4Penatalaksanaan:Pasien diberi deksametason 2 ampPenilaian:
1. Pasien memiliki resiko mengalami mual kelas tinggi yang diakibatkan olehobat sitostatika yang diterima
2. Pasien mengalami mual tipe tertunda3. Pasien membutuhkan tambahan terapi antiemetik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
Kasus no 4Rekomendasi:Menurut NCCN, pasien diberi aprepitan dengan dosis 125 mg p.o pada hari 1 dandosis 80 mg p.o pada hari 2-3 atau lorazepam dengan dosis ± 0,5 – 2 mg p.o ataui.v atau sublingual setiap 4-6 jam pada hari 1-4, dan deksametason dengan dosis12 mg p.o atau iv pada hari 1, dosis 80 mg pada hari 2-4 p.o atau i.v, danantagonis 5HT3 (ondansetron dengan dosis 16-24 mg p.o atau 8-12 mg i.v ataugranisetron dengan dosis 8 mg p.o atau 1 mg p.o bid atau 0,01 mg/kg (maks. 1 mgi.v) atau dolasetron dengan dosis 100 mg p.o atau 2,8 mg/kg i.v atau 100 mg i.vatau palonosetron dengan dosis 0,25 mg i.v).Pemerian antiemetik didasarkan pada kebutuhan pasien. Oleh karena itu padapenggunaan antiemetik secara kombinasi harus melihat efek samping yangmungkin terjadi.
Tabel XV. Evaluasi penggunaan antiemetika untuk kasus muntah padapasien kemoterapi lansia di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2010
Kasus no 6Penatalaksanaan:Pasien diberi deksametason 4 amp/iv 30 menit sebelum kemoterapiPenilaian:
1. Pasien memiliki resiko mengalami mual kelas sedang yang diakibatkan olehobat sitostatika yang diterima
2. Pasien mengalami muntah tipe tertunda3. Pasien membutuhkan terapi antiemetika secara kombinasiRekomendasi:Menurut NCCN, pada hari 1 pasien diberi aprepitan 125 mg p.o atau lorazepam ±0,5-2 mg p.o atau i.v atau sublingual setiap 4-6 jam 100 mg i.v, dan deksametason12 mg p.o atau i.v, dan antagonis 5HT3 (palonosetron 0,25 mg i.v, atauondansetron 16-24 mg p.o atau 8-12 mg i.v (maks. 32 mg), atau granisetron 1-2mg p.o atau 1 mg p.o bid atau 0,01 mg/kg (maks. 1 mg) i.v, atau dolasetron 100mg p.o atau 1,8 mg/kg i.v atau 100 mg i.v). Pada hari 2 dan 3 pasien diberiaprepitan 80 mg p.o ± dexametasone 8 mg p.o or i.v setiap hari atau lorazepam ±0,5-2 mg p.o atau i.v atau sublingual setiap 4-6 jam 100 mg i.v, dan deksametason8 mg p.o/i.v atau 4 mg p.o/i.v bid, dan antagonis 5HT3 (ondansetron 8 mg p.o bidatau 16 mg p.o atau 8 mg i.v (maks. 32 mg) atau granisetron 1-2 mg p.o atau 1 mgp.o bid atau 0,01 mg/kg (maks. 1 mg) i.v atau dolasetron 100 mg p.o atau 1,8mg/kg i.v).Pemerian antiemetik didasarkan pada kebutuhan pasien. Oleh karena itu padapenggunaan antiemetik secara kombinasi harus melihat efek samping yangmungkin terjadi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
Tabel XVI. Evaluasi penggunaan antiemetika untuk kasus mual-muntahpada pasien kemoterapi lansia di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2010
Kasus no 1 a dan 1 bPenatalaksanaan:Pasien tidak diberi antiemetikPenilaian:
1. Pasien memiliki resiko mengalami mual kelas rendah dan tinggi yangdiakibatkan oleh obat sitostatika yang diterima
2. Pasien mengalami mual-muntah tipe tertunda3. Pasien membutuhkan tambahan terapi dengan antiemetikRekomendasi:Menurut NCCN, pasien diberi aprepitan dengan dosis 125 mg p.o pada hari 1 dandosis 80 mg p.o pada hari 2-3 atau lorazepam dengan dosis ± 0,5 – 2 mg p.o ataui.v atau sublingual setiap 4-6 jam pada hari 1-4, dan deksametason dengan dosis12 mg p.o atau iv pada hari 1, dosis 80 mg pada hari 2-4 p.o atau i.v, danantagonis 5HT3 (ondansetron dengan dosis 16-24 mg p.o atau 8-12 mg i.v ataugranisetron dengan dosis 8 mg p.o atau 1 mg p.o bid atau 0,01 mg/kg (maks. 1 mgi.v) atau dolasetron dengan dosis 100 mg p.o atau 2,8 mg/kg i.v atau 100 mg i.vatau palonosetron dengan dosis 0,25 mg i.v).Pemerian antiemetik didasarkan pada kebutuhan pasien. Oleh karena itu padapenggunaan antiemetik secara kombinasi harus melihat efek samping yangmungkin terjadi.
Kasus no 2Penatalaksanaan:Pasien tidak diberi antiemetikPenilaian:
1. Pasien memiliki resiko mengalami mual kelas rendah dan tinggi yangdiakibatkan oleh obat sitostatika yang diterima
2. Pasien mengalami mual-muntah tipe tertunda3. Pasien membutuhkan tambahan terapi dengan antiemetikRekomendasi:Menurut NCCN, pasien diberi aprepitan dengan dosis 125 mg p.o pada hari 1 dandosis 80 mg p.o pada hari 2-3 atau lorazepam dengan dosis ± 0,5 – 2 mg p.o ataui.v atau sublingual setiap 4-6 jam pada hari 1-4, dan deksametason dengan dosis12 mg p.o atau iv pada hari 1, dosis 80 mg pada hari 2-4 p.o atau i.v, danantagonis 5HT3 (ondansetron dengan dosis 16-24 mg p.o atau 8-12 mg i.v ataugranisetron dengan dosis 8 mg p.o atau 1 mg p.o bid atau 0,01 mg/kg (maks. 1 mgi.v) atau dolasetron dengan dosis 100 mg p.o atau 2,8 mg/kg i.v atau 100 mg i.vatau palonosetron dengan dosis 0,25 mg i.v).Pemerian antiemetik didasarkan pada kebutuhan pasien. Oleh karena itu padapenggunaan antiemetik secara kombinasi harus melihat efek samping yangmungkin terjadi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
Kasus no 3a dan 3 bPenatalaksanaan:Pasien tidak diberi antiemetikPenilaian:
1. Pasien memiliki resiko mengalami mual kelas rendah dan tinggi yangdiakibatkan oleh obat sitostatika yang diterima
2. Pasien mengalami mual-muntah tipe tertunda3. Pasien membutuhkan tambahan terapi dengan antiemetikRekomendasi:Menurut NCCN, pasien diberi aprepitan dengan dosis 125 mg p.o pada hari 1 dandosis 80 mg p.o pada hari 2-3 atau lorazepam dengan dosis ± 0,5 – 2 mg p.o ataui.v atau sublingual setiap 4-6 jam pada hari 1-4, dan deksametason dengan dosis12 mg p.o atau iv pada hari 1, dosis 80 mg pada hari 2-4 p.o atau i.v, danantagonis 5HT3 (ondansetron dengan dosis 16-24 mg p.o atau 8-12 mg i.v ataugranisetron dengan dosis 8 mg p.o atau 1 mg p.o bid atau 0,01 mg/kg (maks. 1 mgi.v) atau dolasetron dengan dosis 100 mg p.o atau 2,8 mg/kg i.v atau 100 mg i.vatau palonosetron dengan dosis 0,25 mg i.v).Pemerian antiemetik didasarkan pada kebutuhan pasien. Oleh karena itu padapenggunaan antiemetik secara kombinasi harus melihat efek samping yangmungkin terjadi.
Kasus no 5Penatalaksanaan:Pasien diberi deksametason 2 amp/24 jam, inj. frazon 8 mg/12 jam, danondansetron 8 mg ivPenilaian:
1. Pasien memiliki resiko mengalami mual kelas rendah dan tinggi yangdiakibatkan oleh obat sitostatika yang diterima
2. Pasien mengalami mual-muntah tipe tertunda3. Pasien sudah diberi terapi antiemetik secara kombinasi
Kasus no 7Penatalaksanaan:Pasien diberi deksametason 2 amp, ondansetron 1 cc,dan difenhidraminPenilaian:
1. Pasien memiliki resiko mengalami mual kelas rendah dan tinggi yangdiakibatkan oleh obat sitostatika yang diterima
2. Pasien mengalami mual-muntah tipe tertunda3. Pasien sudah diberi antiemetik secara kombinasi
Hasil dari penelitian pada pasien lansia menunjukkan bahwa terdapat 1
kasus mual, 1 muntah, dan 3 kasus mual-muntah yang membutuhkan tambahan
terapi antiemetik. Pada kemoterapi lansia, kasus mual terjadi sebelum dilakukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
kemoterapi dan kasus muntah serta kasus mual-muntah terjadi setelah kemoterapi.
Hal ini terjadi karena minimnya tindakan preventif yang dilakukan sebelum
kemoterapi berlangsung. Kejadian mual-muntah ini diakibatkan karena pasien
tidak menerima obat antiemetik untuk mencegah terjadinya mual-muntah.
Pasien lansia yang mengalami mual sebelum kemoterapi tidak berlanjut
setelah kemoterapi dilakukan. Hal ini membuktikan bahwa pemberian antiemetik
pada pasien lansia sudah optimal. Hanya saja masih ada pasien yang tidak diberi
antiemetik untuk mencegah terjadinya mual dan muntah. Keterangan mengenai
dampak mual dan muntah di dalam rekam medis pada pasien lansia juga sangat
kurang, seperti halnya yang terdapat pada rekam medis pasien anak. Penanganan
mual dan muntah pada lansia sudah optimal, hal ini terlihat dari kejadian mual dan
muntah yang dialami oleh pasien.
Walaupun ada 3 pasien lansia dengan 7 kasus yang tidak mendapatkan
obat antiemetik untuk mencegah terjadinya mual dan muntah akibat obat
sitostatika, tetapi persentase kejadian mual, muntah, atau mual-muntah tersebut
lebih sedikit daripada pasien lansia yang mendapatkan antiemetika yaitu 57 kasus.
Seperti pada pasien anak, pemberian antiemetik pada pasien lansia juga
didasarkan oleh kondisi psikologis pasien. Apabila pasien merasa mampu untuk
menerima obat sitostatika tanpa mengalami mual-muntah maka pasien tidak diberi
antiemetik. Pada pemberian antiemetika secara kombinasi harus dipertimbangkan
efek samping dari penggunaan antiemetika tersebut.
Pada penelitian ini, deksametason sering digunakan sebagai terapi
antiemetik untuk mengatasi mual-muntah yang dialami oleh pasien.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
Deksametason menghambat pelepasan prostaglandin (inhibisi pelepasan asam
arachidonat dan modulasi substansi yang berasal dari metabolisme asam
aracchidonat) secara sentral sehingga terjadi penurunan kadar 5HT3 di sistem
saraf pusat dan menghambat pelepasan serotonin di saluran cerna (Fredrikson,
Hursti, Furst, Steineck, Borjeson, Wikblom, Peterson, 1992).
Secara klinis, steroid dapat menurunkan atau menghilangkan episode
mual-muntah dan dapat memperbaiki suasana hati pasien sehingga menghasilkan
rasa euforia. Penggunaan kortikosteroid jangka panjang dapat menyebabkan
morbiditas substansial, yaitu imunosupresi, kelemahan otot proksimal,
pembentukan katarak, hiperglikemia dan eksaserbasi diabetes, iritasi pada saluran
cerna, insomnia, dan kecemasan. Pada penggunaan glukokortikoid jangka pendek
sebagai antiemetik tidak menimbulkan efek negatif (Anonim, 2012d).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pada pasien anak terdapat 30 kasus yang mengalami mual, 71 kasus
mengalami muntah, dan 52 kasus mengalami mual-muntah. Pada pasien
geriatri terdapat 1 kasus yang mengalami mual, 1 kasus mengalami muntah,
dan 9 kasus mengalami mual-muntah.
2. Kesesuaian penggunaan antiemetika dibandingkan dengan guideline NCCN
pada pasien anak yaitu terdapat 14 kasus mual, 20 kasus muntah, dan 33
kasus mual-muntah yang membutuhkan tambahan terapi obat, terdapat 4
kasus mual, 14 kasus muntah, dan 7 kasus mual-muntah yang menerima obat
tidak tepat, serta 1 kasus mual-muntah dengan dosis terlalu rendah.
Kesesuaian penggunaan antiemetika dibandingkan dengan guideline NCCN
pada pasien lansia yaitu terdapat 1 kasus mual, 1 kasus muntah, dan 3 kasus
mual-muntah yang membutuhkan tambahan terapi obat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
B. Saran
1. Penelitian serupa dapat dilakukan namun dengan rancangan penelitian yang
bersifat prospektif sehingga dapat memonitor dan mengamati kondisi pasien
secara langsung terutama dalam pemberian terapi karena obat antiemetik
digunakan secara simptomatis.
2. Penelitian serupa dapat dilakukan namun dievaluasi dengan menggunakan
standar di rumah sakit.
3. Perlu dilakukan penelitian di rumah sakit lain untuk mendapatkan gambaran
tentang penggunaan antiemetika sehingga dapat digunakan sebagai bahan
perbandingan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
DAFTAR PUSTAKA
Anonim 2012a,http://id.wikipedia.org/wiki/Kankerdiakses tanggal 18 Januari 2012
Anonim, 2012b,http://www.rscm.co.id/index.php?bhs=in&id=OUR1000014&head=Rawat%20Jalandiakses tanggal 18 Januari 2012
Anonim, 2012c,http://www.indofarma.co.id/index.php?option=com_product&catid=1&prodid=147&Itemid=133diakses tanggal 19 Januari 2012
Anonim, 2012d,http://www.cancer.gov/cancertopics/pdq/supportivecare/nausea/HealthProfessional/page6diakses tanggal 24 Januari 2012
Alsagoff-Hood, 1995, Kanker Paru dan Terapi Paliatif, Airlangga UniversitasPress, Surabaya, hal. 143-144
Berita Meso, 2007, Informasi Efek Samping Obat Pusat MESO Nasional BadanPengawas Obat dan Makanan,http://www.google.co.id/search?q=artikel+penanganan+mual+muntah+pada+kemoterapi+anak+filetype%3Apdf&hl=id&client=firefox-a&rls=org.mozilla%3Aen-US%3Aofficial&biw=1024&bih=544&num=10&lr=&ft=i&cr=&safe=images,diakses tanggal 22 Desember 2011
Berkery, R , Cleri , L.B., Skarin, A.T, 2007, Oncology Pocket Gidu toChemotherapy, Medical Communication Mosby-Wolfe, London, pp. 251-253
Berkow, R. and Fletcher, A. J., 1999, The Merck Manual of Medical Information,NJ: Merck & Company lnc
Burke, M.B., Wilkes, G.M., Ingwerson, K., 2001, Cancer Chemotherapy: aNursing Process Approach, 3rd edition, Malloy Lithographing, Amerika,pp. 135-139
Cipolle, R. J., Strand, L. M., Morley, P. C., 1998, Pharmaceutical Care Practice,Mc Graw-Hill Companies, New York, pp. 75-76
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
Davey, P., 2006, At a Glance Medicine, diterjemahkan oleh Annisa Rahmalia danCut Novianty, Penerbit Erlangga, Jakarta, pp. 237
DepKes RI, 2005, Kebijakan Obat Nasional, hal. 10,12
DepKes RI, 2009, Pencegahan Kanker Leher Rahim dan Kanker Payudara,Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular, hal. 1
Dipiro, C.V and Taylor, A.T., 2008, Nausea and Vomiting in Dipiro, J.T., Talbert,R.L., Yee, G.C., Matzke, G.R., Wells, B.G., and Posey, L.M.,Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach, 7th ed TheMcGraw_Hill Companies, Inc., USA, pp. 640-648
Fredrikson, M., Hursti, T., Furst, C.J., Steineck, G., Borjeson, S., Wikblom, M.,Peterson, C., 1992,http://www.google.co.id/search?q=Nausea+in+Cancer+Chemotherapyis+Inversely+Related+to+Urinary+Cortisol+Excretion.+Br+J+Cancer&ie=utf-8&oe=utf-8&aq=t&rls=org.mozilla:en-US:official&client=firefox-adiakses tanggal 24 Januari 2012
Guyton, A.C. and Hall, J.E., 1997, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 9, EGC,Jakarta, hal. 1058
Junaidi, I., 2007, Kanker, BIP kelompok Gramedia, Jakarta
Harianto, 2008, Hubungan antara Kualifikasi Dokter dengan KerasionalanPenulisan Resep Obat Oral Kardiovaskuler Pasien Dewasa Ditinjau dariSudut Interaksi Obat *Studi Kasus di Apotek “x” Jakarta Timur,http://www.google.co.id/search?q=kerasionalan+penggunaan+obat&ie=utf-8&oe=utf-8&aq=t&rls=org.mozilla:en-US:official&client=firefox-a,diakses tanggal 22 Desember 2011
Harijanto, E., 2010, Penatalaksanaan Mual-Muntah Pasca Bedah (PONV) :Peran Granisetron, 11-14, Medicinus, Jakarta,http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=medicinus%20operasi%20laparoskopi&source=web&cd=1&ved=0CBwQFjAA&url=http%3A%2F%2Fwww.dexamedica.com%2Fimages%2Fpublication_upload101012305621001286854255FA%2520MEDICINUS%2520Oktober%25202010%2520%2827%2520Sept%29%2520high%2520quality.pdf&ei=obIDT8XFIsqqrAfdh8TSDw&usg=AFQjCNGEMwXkUDvRaSyClufKbiJ7aAudA&sig2=J5cSedqGJJeRtaUnmqZ4Tg&cad=rjadiakses tanggal 20 Oktober 2011
Hesketh , P.J., 2006, Defining the Emetogenicity of Cancer ChemotherapyRegimens: Relevance to Clinical Practice, Oncologist, pp. 4, 191-196
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
Kusumastuti, F. S., 2010, Evaluasi Penatalaksanaan Mual-Muntah padaKemoterapi Paru-paru di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta pada tahun 2008,Skripsi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
Luther, E., 2010, Guidelines for the Management of Nausea and Vomiting inCancer Patients,http://www.cancercare.ns.ca/sitecc/media/cancercare/NauseaVomitingBriefVersion.pdfdiakases pada tanggal 2 April 2011
Nafrialdi, S.G., 1995, Antikanker dan Immunosupresan dan Sulistia, G.G.,Setiabudy, R., Suyatna, F.D., Purwantyastuti, Nafrialdi, (Eds),Farmakologi dan Terapi, edisi IV (dgn perbaikan), Bagian FarmakologiFakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, hal. 686-701
Navari, R.M., 2007, Overview of the updated antiemetic guidelines forchemotherapy-induced nausea and vomiting,http://www.communityoncology.net/journal/articles/0404s103.pdfdiakses tanggal 2 April 2011
NCCN, 2009, http://www.nccn.org/profesionals/physician_gls/pdf/antiemesis.pdfdiakses tanggal 16 Oktober 2011
Padzur, R., 2001, Medical Oncology: A Comprehensive review, Huntington, NewYork, pp. 1238-1247
Perwitasari, D. A., 2006, Kajian Penggunanaan Antiemetika pada Pasien Kankerdengan Terapi Sitostatika di rumah sakit di Yogyakarta, Thesis,Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Pratiknya, A.W., 2001, Dasar – Dasar Metodologi Penelitian Kedokteran danKesehatan, Raja Grafindo Perkasa, Jakarta
Prayogo, N., 2003, Prinsip Pengobatan dan Penatalaksanaan Obat Kemoterapi,dalam Pelatihan Perawatan Pasien Kanker dengan Kemotearpi di RSUPKanker Dharmais, Jakarta
Puspitasari, V. D., 2011, Evaluasi Penatalaksanaan Mual Muntah pada PasienKanker Ovarium Pascakemoterapi di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta padatahun 2009, Skripsi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
Rahardja, K., Tjay, T.H., 2002, Obat-Obat Penting, Edisi kelima, PT Gamedia,Jakarta, pp. 197-224,263-268
Rahardja, K., Tjay, T.H., 2010, Obat-obat Penting, Edisi keenam, PT Gramedia,Jakarta, pp. 56
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
Rahayu, T., 2009, Kemoterapi, Lawan atau Kawan?, http://rumahkanker.com/index.php?option=com_content&task=view&id=19&Itemid=59,diaksestanggal 3 April 2011
Rahayu, T., 2010, Kemoterapi, Kawan atau lawan?, http://rumahkanker.com/index.php?option=com_content&view=article&id=19:kemoterapi-kawan-atau-lawan&catid=15:medis&Itemid=69, diakses tanggal 4 April 2011
Rahmah, D. S., 2009, Evaluasi Penggunaan Obat Antimuntah pada PasienRetinoblastome Anak yang Menjalani Kemoterapi di Rumah Sakit Kanker“Dharmais”,http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=antiemetika%20pada%20kemoterapi%20filetype%3Apdf&source=web&cd=2&ved=0CCUQFjAB&url=http%3A%2F%2Fisjd.pdii.lipi.go.id%2Fadmin%2Fjurnal%2F310914.pdf&ei=UyOgTrv7A8KtiQfhkLi3Bg&usg=AFQjCNEFF-Pa7tpKWiNHD1qHnNdnhyOVrQ&sig2=Hsm7LgCtMPtKGPQ64tCMkw&cad=rjadiakses tanggal 20 Oktober 2011
Rang, H.P., Dale, M.M., Ritter, J.M., Moore, P.K., 2003, Pharmacology, 5th ed.,Churchill Livingstone, New York
Sati, M. E. M., 2007, Evaluasi Penatalaksanaan Mual-Muntah Pasca Kemoterapipada Pasien Kanker Payudara di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta padatahun 2005, Skripsi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
Sudoyo, Aru W., 2006, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, edisi IV,Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Jakarta, hal. 1015-1020
Sukardja, I.D.G., 2000, Ongkologi Klinik, Airlangga Universitas Press, Surabaya,hal. 213, 239
Sutoto, 2003, RS. Dr. Sardjito, http://www.pdspersi.co.id, diakses tanggal 3 April2011
Walsh, D., 1997, Paliative care rounds: intractable nausea and vomiting due togastrointestinal mucosa mucosal metastases relieved bytetrahydrocannabinol (dronabinol), Journal of Pain and Symptommanagement, pp. 14, 311-314
Walker, R., and Edwards, C., 2003, Clinical Pharmacy and Therapeutics, 3rd ed.,Churchill Livingstone, Philadhelphia, pp. 65
YKI, 2000, Informasi Dasar Tentang Kanker, Yayasan Kanker Indonesia,Yogyakarta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
Lampiran 1. Data pasien anak kasus mual-muntah pada kemoterapi di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2010
No. No. RM Tanggal TB(cm)
BB(kg)
Serum kreatinin(mg/dl)
Keluhan Obat
1 01.42.55.65 7/6/2010 121 32 0.41 - MTX it 12 mgVinkristin 1,5 mg/m2 = 1,5 mgDeksametason 6 mg/m2 = 6 mg = 5-4-3
8/6/2010 MualMengalami muntah
MTX it 12 mgVinkristin 1,5 mg/m2 = 1,5 mgDeksametason 6 mg/m2 = 6 mg = 5-4-3
2 01.27.78.91 26/7/2010 111 15 0.05 - Vinkristin 1,5 mg/m2/iv ~ 1 mg ivCyclophospamide 600 mg/m2/iv ~ 408 mg ivCysplatin 60 mg/m2/iv ~ 40 mgEtopuside 150 mg/m2/iv ~ 102 mg
30/7/2010 MualMengalami muntah 1x
-
3 01.18.30.75 8/10/2010 117 19 0.54 - Rencana : transfuse PRC13/10/2010 Mual Deksametason 4-3-3
Metotrexate 12 mg it (besok)Vinkristin 1,2 mg ivDoxorubisin 16 mg ivL-aspar 5000 µ iv (besok)
15/10/2010 Mual Deksametason 0,5 mg 4-3-3 poOndansetron 0,3 mg/g BB/x
16/10/2010 Mual Deksametason 0,5 mg 4-3-3 poOndansetron 0,3 mg/g BB/xL-aspar 5000 µ
4 01.40.00.38 24/9/2010 105 21 0.68 Pelastin 3 x 500 mgMetronidazole 3 x 250 mg ivFlukonazole 1 x 250 mg ivRanitidine 2 x 20 mg ivKotrimoksazole 8 x 330 mg poAmiksin 1 x 250 mg iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
No. No. RM Tanggal TB(cm)
BB(kg)
Serum kreatinin(mg/dl)
Keluhan Obat
4 01.40.00.38 24/9/2010 105 21 0.68 Antasida 4 x 1 cth poParasetamol 250 mg k/p po
26/9/2010 Mengalami muntah 1x Pelastin 3 x 500 mgMetronidazole 3 x 250 mg ivFlukonazole 1 x 250 mg ivRanitidine 2 x 20 mg ivKotrimoksazole 8 x 330 mg poAmiksin 1 x 250 mg ivAntasida 4 x 1 cth poParasetamol 250 mg k/p po
5 01.44.51.46 18/4/2010 85,5 12 0,36 Rencana: Cyclopgospamide 750 mg/m2 = 750/0,5 = 400,3 ~ 400 mg Mezna 60% x 400 mg ~ 240 mg Adriamycin 50 mg/m2 = 50/0,5 = 25 mg Vinkristin 2 mg/m2 = 2/0,5 = 1 mg Metotrexate 10 mg Prednisone 40 mg/m2 = 40 mg/0,5 = 20 mg
21/4/2010 MualMengalami muntah
Prednisone 20 mgAdriamycin 25 mgOndansetron 0,15 mg/kg = 2 mg k/p iv
6a 01.45.12.99 20/1/2010 115 19 0,52 - Rencana:Vinblastin 6,5 mg/m2/iv (kalau tidak ada Vinkristin)Bleomycin 15 mg/m2/ivCysplatin 90 mg/m2/iv
22/1/2010 MualMengalami muntah
Bleomycin 12 mg iv dripOndansetron 3 x 2 mg iv
23/1/2010 MualMengalami muntah
Bleomycin 12 mg iv dripOndansetron 3 x 2 mg iv
6b 10/2/2010 122 10 0,67 - Rencana:Vinblastin 6,5 mg/m2/ivBleomycin 15 mg/m2/iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
No. No. RM Tanggal TB(cm)
BB(kg)
Serum kreatinin(mg/dl)
Keluhan Obat
6b 01.45.12.99 10/2/2010 122 10 0,67 - Cysplatin 90 mg/m2/iv13/2/2010 Mual
Mengalami muntahCysplatin 90 mg/m2/iv = 72 mg ivOndansetron 0,15/kg BB (iv) = 0,15 x 20 = 3 mg ivParasetamol 200 cc/4 jam
7 01.49.25.33 15/9/2010 114 17 0.65 MualMengalami muntah
Cefotaxim 3 x 600 mgGentamisin 2 x 40 mgAllopurinol 1 x 150 mg (200 mg/m2/hr)Furosemid 2 x 10 mg iv (0,5 mg/kg/hr)Parasetamol (k/p) 3 x 200 mgManajemen hiperleukositosisBicrat 4 mg/m2/hr = 700 mg/x = 1½ tab jika pH 6,5
8 01.48.70.68 20/10/2010 107 17 0.39 - Rencana: Cotrimoxazole 20 mg/kg BB = 340 mg = 3 x III cth po MTX it 12 mg dalam 10 cc NaCl 0,9% it HD MTX 1000 mg/m2 = 700 mg
Dengan : Leukovorin 15 mg/m2/dose = 10 mg/dose Salbutamol 0,1 mg/kg BB = 3 x 1 mg po
23/10/2010 MualMengalami muntah
Cotrimoxazole 20 mg/kg BB = 340 mg = 3 x III cth po Salbutamol 0,1 mg/kg BB = 3 x 1 mg po Trifed Prafilos GMP Ondansetron 0,2 mg/kg BB/x = 3 x 3,5 mg
27/10/2010 Mual Cotrimoxazole 20 mg/kg BB = 340 mg = 3 x III cth po Salbutamol 0,1 mg/kg BB = 3 x 1 mg po Trifed Prafilos syr GMP full dose = 50 mg/m2 = 40 mg po Leukovorin = 10 mg dalam 100 cc NaCl 0,9% iv Ondansetron 4 mg k/p
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
No. No. RM Tanggal TB(cm)
BB(kg)
Serum kreatinin(mg/dl)
Keluhan Obat
9 01.49.53.45 11/10/2010 89 10 0.38 - ParasetamolCeftriazoneCandistatinSection nutrisi
13/1/2010 MualMengalami muntah
CandistatinParasetamolOndansetron 0,2-0,4 mg/kg BB ~ 3 x 4 mg iv
10 01.49.62.65 29/10/2010 81 8,5 0.32 Rencana:AntibioticCombicef 3 x 1/3 flacon ivAlostil 2 x 100 mg ivParasetamol cth k/p
30/10/2010 Mengalami muntah AntibioticCombicef 3 x 1/3 flacon ivAlostil 25 mg/kg/hr ~ 2 x 100 mg ivParasetamol cth k/p
11 01.43.77.26 21/6/2010 132 29,5 0.35 - Rencana:L-Aspar 1000 mg iv/m2 = 1000 µCancer pain k/pTransfuse PRC
23/6/2010 Mual Deksametason 6 mg/m2 po = 6 mg/hr = 5-4-3½ tab po Cefotaxime 100 mg/kg BB/hr = 3 x 1 g iv Amikasin (Alostil) 15 mg/kg/hr = 1 x 500 mg Flagyl 15 mg/kg/x = 3 x 500 mg po Septrim 5 mg/kg/x = 2 x160 mg TMP po Cancer pain: Parasetamol 300 mg dan Luminal 30 mg (dibuat 4 x
pulv) Codein 3 x 15 mg po k/p nyeri Vit. B1 3 x 100 mg po Transfuse FFP dan TC MTX it 12 mg
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
No. No. RM Tanggal TB(cm)
BB(kg)
Serum kreatinin(mg/dl)
Keluhan Obat
11 01.43.77.26 24/6/2010 132 29,5 Mual Deksametason 6 mg/m2 po = 6 mg/hr = 5-4-3½ tab po Cefotaxime 100 mg/kg BB/hr = 3 x 1 g iv Amikasin (Alostil) 15 mg/kg/hr = 1 x 500 mg Flagyl 15 mg/kg/x = 3 x 500 mg po Septrim 5 mg/kg/x = 2 x160 mg TMP po Cancer pain: Parasetamol 300 mg dan Luminal 30 mg (dibuat 4 x
pulv) Codein 3 x 15 mg po k/p nyeri Vit. B1 3 x 100 mg po Transfuse FFP dan TC Vinkristin 1,5 mg/m2 iv Daunorubisin 30 mg/m2 iv
25/6/2010 Mual Deksametason 6 mg/m2 po = 6 mg/hr = 5-4-3½ tab po L-asparginase 10000 mg iv/m2 = 10000 µ dalan NaCl 0,9% 400 cc
iv Cefotaxime 100 mg/kg BB/hr = 3 x 1 g iv Amikasin (Alostil) 15 mg/kg/hr = 1 x 500 mg Flagyl 15 mg/kg/x = 3 x 500 mg po Septrim 5 mg/kg/x = 2 x160 mg TMP po Cancer pain: Parasetamol 300 mg dan Luminal 30 mg (dibuat 4 x
pulv) Codein 3 x 15 mg po k/p nyeri Vit. B1 3 x 100 mg po Transfuse FFP dan TCBawa pulang: Cancer pain (Parasetamol 300 mg dan Luminal 30 mg) Deksametason
12a 01.46.78.10 18-21/4/2010
95 11,5 0.39 Inj. Nitromicin 2 x 50 mgInj. Metronidazole 3 x 110 mgInj. Ranitidin 2 x 11 mgInj. Novalgin 3 x 110 mg
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
No. No. RM Tanggal TB(cm)
BB(kg)
Serum kreatinin(mg/dl)
Keluhan Obat
12a 01.46.78.10 18-21/4/2010
95 11,5 0.39 Tgl 21/4/2010 : transfuse albumin
24/4/2010 MualMengalami muntah 2x
Inj. Nitromicin 2 x 50 mgInj. Metronidazole 3 x 110 mgInj. Ranitidin 2 x 11 mgInj. Novalgin 3 x 110 mg
12b 25/4/2010 0.49 - Transfuse albumin26/4/2010 Mual Stop injeksi27/4/2010 Mengalami muntah Pelihara asupan gizi yang baik
13 01.46.47.34 27/3/2010 100 16 0.44 Mual MTX it 12 mgVinkristin 1,5 mg/m2 = 1 mg iv bolusDaunorubisin 30 mg/m2 = 20 mg iv dripDeksametason 4 mg/m2 2-2-2Ondansetron 0,15 mg/x - 0,25 mg/x
14 01.44.78.40 16/8/2010 102 12 0.38 Mengalami muntah 2x Carboplatin 500 mg/m2 ~ 325 mg ivEtopuside 150 mg/m2 ~ 87 mg ivVinkristin 1,5 mg/m2 ~ 0,8 mg iv
15a 01.45.42.50 28/2/2010 127 23,5 0.45 - -2/3/2010 Mual Doxorubisin 55 mg
Cancer pain : Parselet 10 g/kg BB = 250 mg dan Codein 10 mg(tiap 4 jam)
Cetrovel 0,2 mg/kg BB k/p = 3 x 5 mg3/3/2010 Mual
Mengalami muntah Parasetamol 10 mg/kg BB/x dan Codein 0,5 mg/kg BB/x (4 x 1) Cetrovel 0,2 mg/kg BB/x = 3 x 5 mg Ampisilin 100 mg/kg BB/hr = 4 x 500 mg Gentamycin 5 mg/kg BB/hr = 2 x 60 mg iv
15b 01.45.42.50 4/3/2010 127 23,5 0.46 MualMengalami muntah
Parasetamol 10 mg/kg BB/x dan Codein 0,5 mg/kg BB/x (4 x 1) Cetrovel 0,2 mg/kg BB/x = 3 x 5 mg bila mual muntah Ampisilin 100 mg/kg BB/hr = 4 x 500 mg Gentamycin 5 mg/kg BB/hr = 2 x 60 mg iv IVFD D 10 ½ S 18 tpm
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
No. No. RM Tanggal TB(cm)
BB(kg)
Serum kreatinin(mg/dl)
Keluhan Obat
15b 01.45.42.50 5/3/2010 127 23,5 MualMengalami muntah
Parasetamol 10 mg/kg BB/x dan Codein 0,5 mg/kg BB/x (4 x 1) Cetrovel 0,2 mg/kg BB/x = 3 x 5 mg bila mual muntah Ampisilin 100 mg/kg BB/hr = 4 x 500 mg Gentamycin 5 mg/kg BB/hr = 2 x 60 mg iv IVFD D 10 ½ S 18 tpm
6/3/2010 MualMengalami muntah
Parasetamol 10 mg/kg BB/x dan Codein 0,5 mg/kg BB/x (4 x 1) Cetrovel 0,2 mg/kg BB/x = 3 x 5 mg bila mual muntah Ampisilin 100 mg/kg BB/hr = 4 x 500 mg Gentamycin 5 mg/kg BB/hr = 2 x 60 mg iv IVFD D 10 ½ S 18 tpm
15c 22/3/2010 127 23,5 0.59 - -24/3/2010 Mual
Mengalami muntahCyclophospamide 1150 + Mezna 600 cc = 15 tpmStrove 0,2 mg/kg/x = 25 mg = 3 x5 mgInj strove ½ jam sebelum kemoterapi
26/3/2010 MualMengalami muntah
Primperan syr 3 x cth I (bila mual)
15d 13/4/2010 128 23 0.55 Vinkristin 1,4 mgCyclophospamide 1150 mgAdriomycin 60 mg/m2/iv
14/4/2010 MualMengalami muntah
Adriomycin 60 mg/m2/iv = 48 mg ivStrove 0,2 mg/kg BB/x iv = 4,6 mgAntasida 3 x 1 cth
16/4/2010 Mual Parasetamol 10 mg/kg BB/x = 250 mg/x = II cth poStrove 0,2 mg/kg BB/x = 4,6 mg k/p ivOmeprazole 1 x caps 20 g po
15e 01.45.42.50 21/6/2010 135 21,5 0.58 - Vinkristin 1,5 mg/m2 iv = 1,4 mg ivActinomycin D = 2 mg/m2/iv = 1,8 mg ivCyclophospamide 1150 mg + Mezna 670 mg
24/6/2010 MualMengalami muntah
Ondansetron 0,15 mg/kg BB/x ~ 3 x 3 mg po (30 menit sebelummakan)
Cetirizine syr 2 x cth I
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
No. No. RM Tanggal TB(cm)
BB(kg)
Serum kreatinin(mg/dl)
Keluhan Obat
15e 01.45.42.50 25/6/2010 135 21,5 Mual Ondansetron 0,15 mg/kg BB/x ~ 3 x 3 mg po (30 menit sebelummakan)
Cetirizine syr 2 x cth I16a 01.40.35.82 10/6/2010 110 16,5 0.59 - -
12/6/2010 MualMengalami muntah
Cefotaxim 100 mg/kg BB/hr = 3 x 500 mgInj. Amikasin 10 mg/kg BB/hr = 1 x 150 mgCysplatin 60 mg/m2/hr = 450 mg
16b 6/12/2010 0.22 FarmadolNystatinSalbuvenClabat simp 3 x 1 cthDoxorubisinOzen 1½ cth
11/12/2010 MualMengalami muntah 1x
FarmadolNystatinSalbuvenOzen 1½ cthPelastinLeukovorin
17 01.46.73.20 25/4/2010 91 16 0.32 - -MTX it 12 mgVinkristin 1 mg ivDeksametason 2-2-1 4 mg/m2
Daunorubisin iv 19 mg, 30 mg/m2 jam 16.0027/4/2010 Mual Infuse kaen 3 amp 8 tpm
Deksametason 2-2-1L-aspar 3720 µ iv obat habis MTX masuk
18 01.48.98.13 11/10/2010 98 17 0.39 - Combicef 2 x 500 mgAmikasin 1 x 250 mgMicrolax suppo
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
No. No. RM Tanggal TB(cm)
BB(kg)
Serum kreatinin(mg/dl)
Keluhan Obat
18 01.48.98.13 12/10/2010 98 17 Mengalami muntah Combicef 2 x 500 mgAmikasin 1 x 250 mgSanmol 10 mg/kg/hariRanitidinePlantacid
15/10/2010 Mengalami muntah Transfuse PRCCombicef 2 x 500 mgAmikasin 1 x 250 mgSanmol 10 mg/kg/hariRanitidinePlantacidOmeprazole ½ ampProfenial suppoMetronidazole 3 x 250 mg
18/10/2010 Mengalami muntah Inj. Pelastin 3 x 250 mgInj. Farmadol 3 x 250 mgInj. Metronidazol 3 x 250 mgInj. RanitidinProfeniol suppoOmeprazole 1 x 1 sebelum makanSetrovel 2 x ½ ampFartolyn exp syr 3 x ½ sdt (3 hari)
19 01.43.69.64 3/12/2010 101 18 0.79 Transfuse trombosit, PRC9/12/2010 Mual Ceftazidin 100 mg/kg/hr ~ 2 x 900 mg iv
Gentamycin 5 mg/kg/hr ~ 2 x 40 mg ivFarmadol 100 mg/kg/hr ~ 180 mg iv 4-6 jam k/pDeksametason 4 mg/hr ~ 3-3-2Doxorubicin 1,3 mg dalam 300 cc NaCl 0,9%Fisioterapi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
No. No. RM Tanggal TB(cm)
BB(kg)
Serum kreatinin(mg/dl)
Keluhan Obat
20 01.44.17.13 10/2/2010 128,5 19,5 1.27 Plan (sesuai protocol):Vinkristin 1 mg/m2 ivMTX 300 mg/m2
Leukovorin 15 mgBleomycin 15 mgCisplatin 120 mg/m2
Advice: ACC kemoterapi sesuai protocol12/2/2010 Mual
Mengalami muntah 1xLeukovorin 15 mg tiap 12 jam ivInj. Setrovel ½ amp k/p
15/2/2010 Mengalami muntah 4x Setrovel 3 x ½ amp16/2/2010 Mengalami muntah 2x
PagiSetrovel 3 x ½ amp iv2 x 1 tablet B6
17/2/2010 Mengalami muntah12x
B6 2 x 1 tabletSetrovel 3 x ½ ampObat bawa pulang:Anti muntah : Ondansetron tablet 2 x ½
21 01.44.51.46 18/4/2010 85,5 12 0.36 - -21/4/2010 Mual
Mengalami muntahPrednisone 2-1-1 poAdriamycin 25 mgOndansetron 0,15 mg/kg ~ 2 mg k/p iv
22a 01.48.98.49 1/11/2010 109 20,5 0,38 - Transfuse PRCHidrasi pre HD MTX
4/11/2010 Mengalami muntah2x
6 MP po 50 mg/m2 ~ 40 mgLeukovorin 15 mg/m2 ~ 12 mg/x ~ 3 x 12 mg
22b 15/11/2010 20 0.51 - -16/11/2010 Mengalami muntah MTX it 12 mg
HD MTX iv 750 mgUrdafalkOndansetron 3 x 4 mgHidrasi HD MTX = 2500 ml/m2 ~ 1950 ml/24 jam = 490 cc/6 jam =81,25 cc/jam ~ 20 tpm
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
No. No. RM Tanggal TB(cm)
BB(kg)
Serum kreatinin(mg/dl)
Keluhan Obat
22b 01.48.98.49 18/11/2010 109 20 0.51 Mengalami muntah Leukovorin 3 x 11 mgOndansetron 3 x 4 mg
23 01.41.43.73 4/6/2010 84 12 0.42 - Transfuse PRC5/6/2010 Mual Transfuse PRC
24 01.49.83.62 18/11/2010 110 19 0.59 - -MTX it 12 mgDaunorubisin 20 mg dalam NaCl 0,9% 300 mlOndansetron 2 x 2 mgAlinamin F 1 x 1 tablet poThiamin 2 x 100 mg poDeksametason 4-3-2
26/11/2010 Mengalami muntah Ondansetron 2 x 2 mgAlinamin F 1 x 1 tablet poTiamin 2 x 100 mg poL-aspar 4000µDeksametason 4-3-2 tabletFisioterapi
25 01.50.03.64 27/12/2010 105 18 0.47 Ceftazidine 2 x 500 mgGentamycin 2 x 40 mgCotrimoxazole 2 x 200 mgNebulizer rutin
30/12/2010 MualMengalami muntah
Ceftazidine 2 x 500 mg ivCotrimoxazole 2 x 200 mg poNebulizer flexotide ½ resp; Ventolin ½ resp/8 jam6 MP 50 mg/m2 = 1 x 36 mg poHD MTX 1000 mg/m2 ~ 720 mg (sore jam 18.00)Ondansetron rutin 3 x 4 mg iv
31/12/2010 Mual Ceftazidine 2 x 500 mg ivCotrimoxazole 2 x 200 mg poNebulizer flexotide ½ resp; Ventolin ½ resp/8 jam6 MP 50 mg/m2 = 1 x 36 mg po
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
No. No. RM Tanggal TB(cm)
BB(kg)
Serum kreatinin(mg/dl)
Keluhan Obat
25 01.50.03.64 31/12/2010 105 18 Mual Leukovorin 112 mg26 01.32.53.87 12/10/2010 111 22 0.44 - -
13/10/2010 Vincristin 1,1 mg IVCyclofosfamid 880 mg IVMezna 400mg
14/10/2010 MualMengalami muntah
-
27 01.38.08.88 1/3/2010 79 10,2 0.41 - -3/3/2010 Vincristin 0,05 mg/kgBB IV 75%nya = 0,4 mg IV
Methotrexate 7,5 mgDoxorubicin 0,67 mg/kgBB 75%nya= 5 mg IVCyclofosfamid 40 mg/kgBB 75%nya= 300 mg IVMezna 60 mgMidazolam 2 mg
11/3/2010 MualMengalami muntah
Parasetamol 100 mgCefotaxime 100 mg/kg BB/hari 3 x 350 mg ivGentamisin 5 mg/kg BB/hari 2 x 25 mg iv
28a 01.40.81.93 31/8/2010 101 16,5 0.5 - -3/9/2010 Mual Cyclophospamide 500 mg/m2 = 340 mg
Mezna 75 mgPrednisone 40 mg/kg BB = 27,2 mgCaptopril 2 x 6,25 mgKalk 1 x 1 tabletOndansetron 0,2 mg/kg BB = 3,3 mg
28b 2/10/2010 101 17 0.53 - -5/10/2010 Cyclofosfamid 500mg/m2 =350mg
Mezna 70mgPrednison 1 mg/kgBB =17mg
6/10/2010 MualMengalami muntah
Prednisone 1 mg/kg BB = 17 mgOndansetron 0,1 mg/kg BB = 2 mg
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
No. No. RM Tanggal TB(cm)
BB(kg)
Serum kreatinin(mg/dl)
Keluhan Obat
29 01.49.91.54 10/11/2010 77 9,4 0.29 - Transfuse PRCCefixime pulv 2 x 50 mgParasetamol syr 3 x 10 ccInfuse kaen B 1000 cc/24 jamCefotaxim 2 x 500 mgNovalgin 3 x 100 mgRanitidine 3 x 10 mgKalnex 3 x 125 mgTransfuse albumin
27/11/2010 MualMengalami muntah
Ciprofloxasin Parasetamol Domperidon Vinkristin 1,5 mg/m2 ~ 0,7 mg dalam 10 cc NaCl 0,9% Cyclophospamide 67,5 mg Mezna 50 mg dalam 200 cc NaCl 0,9%
29/11/2010 MualMengalami muntah
Ciprofloxasin 5-10 mg/kg BB/x Parasetamol Domperidon 0,2 mg/kg BB/x
30/11/2010 Mengalami muntah 5xWarna kehijauan
Ciprofloxasin 5-10 mg/kg BB/x Parasetamol Domperidon 0,2 mg/kg BB/x Ondansetron 0,2 mg/kg BB/x ~ 3 x 2 mg iv Transfuse PRC
1/12/2010 Mengalami muntah Ciprofloxasin 5-10 mg/kg BB/x Parasetamol Ondansetron 0,2 mg/kg BB/x ~ 3 x 2 mg iv
2/12/2010 Mengalami muntah10xWarna hijau
Ciprofloxasin 5-10 mg/kg BB/x Parasetamol Ondansetron 0,2 mg/kg BB/x ~ 3 x 2 mg iv Rehidrasi plan B 75 cc/kg BB/4 jam per NGT
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
No. No. RM Tanggal TB(cm)
BB(kg)
Serum kreatinin(mg/dl)
Keluhan Obat
29 01.49.91.54 3/12/2010 77 9,4 Mengalami muntah 1x Ciprofloxasin 5-10 mg/kg BB/x Parasetamol Ondansetron 0,2 mg/kg BB/x
Jam 14:30 : Ondansetron diganti Domperidon 0,25 mg/kg BB/8 jam~ 3 x 2,5 mg ~ 3 x ¼ tablet
4/12/2010 Mengalami muntah Ciprofloxasin 5-10 mg/kg BB/x Parasetamol Ondansetron 0,2 mg/kg BB/x
30a 01.48.91.20 23/9/2010 122 18 0.48 - -24/9/2010 VCR 1,5 mg/m2/iv
D-actinomycin 0,3 mg/m2/iv obat tidak adaSiklopospamid 150 mg/m2/iv ≈ 85 mgMezna 50 mg iv
29/9/2010 MualMengalami muntah
Siklopospamide 135 mgMezna 80 mg ivOndansetron 2 mg k/p iv
30b 27/10/2010 124 21 0.52 - -28/10/2010 VCR 1,5 mg/m2 = 1 mg iv
D-actinomycin 0,3 mg/m2/hari ≈ 0,25 mg iv (besok)Cyclophospamide 150 mg/m2/ hari = 125 mg ivMezna 50 mg iv
9/11/2010 MualMengalami muntah
Betadin kumurCandistatin 3 x 1 ml po
30c 29/11/2010 124 22 0.49 - -3/12/2010 Mual
Mengalami muntahSiklopospamide 135 mgMezna 80 mg ivOndansetron 0,2 mg/kg BB/x 5 mg (k/p)
30d 20/12/2010 124 25 0.51 - -22/12/2010 Mual Vinkristin 1,5 mg/m2 = 138 ~ 1,5 mg
Siklopospamide 150 mg/m2 = 138 ~ 140 mg + Mezna 28 ~ 30 mg23/12/2010 Mual Siklopospamide 150 mg/m2/hari = 140 mg + Mezna 20% = 30 mg
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
No. No. RM Tanggal TB(cm)
BB(kg)
Serum kreatinin(mg/dl)
Keluhan Obat
30d 01.48.91.20 28/12/2010 124 25 MualMengalami muntah 1x
-
31a 01.48.46.27 8/10/2010 97 13 0.36 Plan:Vinkristin 1 x 0,9 mg ivSiklopospamide 1 x 350 mg ivCisplatin 1 x 35 mg ivEtopuside 1 x 85 mg iv
12/10/2010 Mengalami muntah 2x Ondansetron 0,2 mg/kg ~ 4 mg = 3 x 4 mg iv31b 29/10/2010 0.44 - -
2/11/2010 Mengalami muntah 1x Cefotaxim 3 x 500 mg iv Gentamisin 2 40 mg iv Etopuside 150 mg/m2 ~ 90 mg dalam NaCl 0,9% 300 cc iv (besok)
32 01.49.24.80 3/12/2010 96 15 0.57 - -9/12/2010 Mual
Mengalami muntah Hidrasi post HD MTX Leukovorin 15 mg/m2 = 9,6 mg dalam 100 cc NaCl 0,9% 6 MP 31,5 mg po
33 01.48.12.18 2/8/2010 117 21 0.58 - Prednisone 60 mg/kg BB ~ 50 mg (5-3-2)Zink 1 x 20 mgCiproheptadin 2 x ½ tablet
25/8/2010 Mengalami muntah 4x Prednisone 60 mg/kg BB ~ 50 mgCiproheptadin 2 x ½ tabletZink 1 x 20 mgCandistatin 4 x 1 ccCefotaxim 100 mg/kg BB ~ 3 x 750 mgGentamicin 5 mg/kg BB ~ 2 x 50 mgKetokonazole 1 x 200Ondansetron 3 x 2 po
34 01.46.44.27 26/5/2010 114 19 0.45 - Prednisone 6 mg/m2 ≈ 4-3-2½27/5/2010 Mual
Mengalami muntahIVFD D5 ½ NS = 120 tpmInj. MTX it 12 mgInj. Vinkristin 1,5 mg dalam 10 cc NaCl 0,9%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
No. No. RM Tanggal TB(cm)
BB(kg)
Serum kreatinin(mg/dl)
Keluhan Obat
34 01.46.44.27 27/5/2010 114 19 MualMengalami muntah
Prednisone tablet 6 mg ~ 5 mg
35a 01.46.98.00 12/5/2010 87 14 0.79 - Deksametason 2-1-1 Doxorubisin 20 mg/m2 ~ 10 mg iv Vinkristin 1,5 mg/m2 ~ 0,9 mg iv MTX it 10 mg Ondansetron 0,15 mg/kg ~ 2 mg sebelum dan sesudah kemoterapi
14/5/2010 Mual Deksametason 2-1-1Ondansetron 0,15 mg/kg/x = 3 x 2,5 mg po
15/5/2010 Mual Deksametason 2-1-1Ondansetron 0,15 mg/kg/x = 3 x 2,5 mg poL-aspar 6000 µ/m2 ~ 3300 µ
35b 9/6/2010 87 15 0.38 - Transfuse PRC10/6/2010 Mengalami muntah 6 MP 50 mg/m2
Cefotaxim 100 mg/kg/hr ~ 3 x 500 mg iv11/6/2010 Mengalami muntah 1x Cefotaxim 100 mg/kg/hr ~ 3 x 500 mg iv
Hidrasi HD MTX 2500 cc/m2/24 jam = 1500 cc/24 jam = 375 cc/6jam
Bicrat 1,5 tablet bila pH urin 6,517/6/2010 Mengalami muntah 1x Cefotaxim 100 mg/kg/hr ~ 3 x 500 mg iv
6 MP 30 mg ~ 1 x ½ tablet Zink 1 x 20 mg Ampicilin 150 mg/kg BB/hari ~ 1500 mg/hari ~ 4 x 350 mg/iv Gentamicin 5 mg/kg BB/hari ~ 75 mg/hari ~ 2 x 40 mg iv
35c 23/6/2010 0.60 Ampicilin 150 mg/kg BB/hari ~ 1500 mg/hari ~ 4 x 350 mg/iv 6 MP 30 mg ~ 1 x ½ tablet po/malam MTX it 10 mg Hidrasi pre HD MTX = 375 cc/6 jam Bicrat 1,5 tablet bila pH urin 6,5
25/6/2010 MualMengalami muntah
6 MP 1 x ½ tablet = 50 mg/m2 ~ 30 mg
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
No. No. RM Tanggal TB(cm)
BB(kg)
Serum kreatinin(mg/dl)
Keluhan Obat
35d 01.46.98.00 7/7/2010 87 15 0.45 - 6 MP 50 mg/m2 = 1 x 25 mg = 0-0-1MTX it 12 mg
12/7/2010 Mengalami muntah 1x 6 MP 50 mg/m2 = 1 x 25 mgLeukovorin 9 mg/8 jam ~ 15 mg/m2/x
36a 01.47.34.43 26/7/2010 92 17 0.48 - -4/8/2010 Prednison 2-2-1
L aspar 6000 u/m2 = 3900 uVCR 1,5 mg/m2/hari = 0,9 ~ 1 mg iv
5/8/2010 MualMengalami muntah 1x
Prednisone 40 mg/m2 = 24 mg ~ 2-2-1
10/8/2010 Mual Prednisone 40 mg/m2 = 24 mg ~ 2-2-111/8/2010 Mual Prednisone 40 mg/m2 = 24 mg ~ 2-2-1
L-aspar 3900 µ iv36b 01.47.34.43 29/8/2010 92 17 0.60 - -
30/8/2010 PCT 10 mg/kg BB/x ~ 170 mg po k/p6 MP 30 mg poHD MTX 650 mg
2/9/2010 Mengalami muntah Parasetamol 10 mg/kg BB/x ~ 170 mg po k/pLeukovorin 10 mg iv/8 jam6 MP 30 mg poOndansetron 0,2 mg/kg BB = 3,5 mgSalbutamol 3 x 2 mg
37 01.45.68.86 10/2/2010 102 13 0.36 - 6 MP 30 mg poCefotaxim 100 mg/kg BB = 3 x 400 mg ivMTX it 12 mg dalam 10 cc NaCl 0,9%Doxorubicin 12 mg dalam NaCl 0,9% 300 cc
2/3/2010 MualMengalami muntah 5x
Puyer INH 10 mg/kg BB/hari ~ 1 x 130 mg po Puyer rifampisin 10 mg/kg BB/hari ~ 1 x 130 mg po Ceftazidime 2 x 500 mg Cancer pain/4 jam (parasetamol 125 mg + Luminal 15 mg) Ondansetron 3 x 2 mg iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
No. No. RM Tanggal TB(cm)
BB(kg)
Serum kreatinin(mg/dl)
Keluhan Obat
37 01.45.68.86 2/3/2010 102 13 MualMengalami muntah 5x
Ketokonazole 2 x 100 mg po Ranitidine 3 x 12,5 mg iv
3/3/2010 MualMengalami muntah 4x
Puyer INH 10 mg/kg BB/hari ~ 1 x 130 mg po Puyer rifampisin 10 mg/kg BB/hari ~ 1 x 130 mg po Ceftazidime 2 x 500 mg Cancer pain/4 jam (parasetamol 125 mg + Luminal 15 mg) Ondansetron 3 x 2 mg iv Ranitidine 3 x 12,5 mg iv Ketokonazole 2 x 100 mg po Asam folat 1 x 1 mg KCl 3 x 800 mg Sanboplex 1 x cth I
4/3/2010 Mengalami muntah 3x Puyer INH 10 mg/kg BB/hari ~ 1 x 130 mg po Puyer rifampisin 10 mg/kg BB/hari ~ 1 x 130 mg po Ceftazidime 2 x 500 mg Cancer pain/4 jam (parasetamol 125 mg + Luminal 15 mg) Ondansetron 3 x 2 mg iv Ranitidine 3 x 12,5 mg iv Ketokonazole 2 x 100 mg po Asam folat 1 x 1 mg KCl 3 x 800 mg Sanboplex 1 x cth I Transfuse trombosit 3 kantong
38 01.49.96.39 1/12/2010 141 26,5 0.62 - -8/12/2010 Mengalami muntah Cisplatin 35 mg dalam 300 cc NaCl 0,9%
Ondansetron 0,15 mg/kg BB/x iv 4 mg k/p (rutin 3 x 1)9/12/2010 Mengalami muntah Cisplatin 35 mg dalam 300 cc NaCl 0,9%
Ondansetron 0,15 mg/kg BB/x iv 4 mg k/p (rutin 3 x 1)10/12/2010 Mengalami muntah -
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
No. No. RM Tanggal TB(cm)
BB(kg)
Serum kreatinin(mg/dl)
Keluhan Obat
39 01.48.38.88 28/7/2010 130 40 0.60 - Inj. Ketorolac 3 x 15 mgInj. Ranitidin 2 x ½ ampCancer pain 3 x 1Transfuse PRC
9/8/2010 Mual Cancer pain (Parasetamol + Luminal) po k/pCefotaxim 100 mg/kg BB/hr ~ 3 x 1250 mg ivGentamycin 5 mg/kg BB/hr ~ 2 x 100 mg iv
10/8/2010 Mual Cancer pain (Parasetamol + Luminal) po k/pCefotaxim 100 mg/kg BB/hr ~ 3 x 1250 mg ivGentamycin 5 mg/kg BB/hr ~ 2 x 100 mg iv
40a 01.46.53.43 21/3/2010 100 14 0.5 - -23/3/2010 PCT
SalbutamolVCR 1,5 mg/m2 = 0,93 mg ivSiklopospamid 600 mg/m2 + 375 mg ivMezna 20% siklo = 75 mg iv
25/3/2010 MualMengalami muntah 1x
ParasetamolSalbutamolCefotaxim 100 mg/kg/hr = 3 x 500 mg ivGentamisin 5 mg/kg/hr = 2 x 40 mg ivFisioterapi
40b 4/5/2010 0.52 - -8/5/2010 Mengalami muntah Etopuside 150 mg/m2 = 93 mg
Parasetamol 10 mg/kg BB/x = 150 mg 4 x 1Ondansetron 0,2 mg/kg BB/x = 2 mg k/p
40c 24/5/2010 0.54 - -29/5/2010 Mual Cefotaxim 100 mg/kg BB/hr = 3 x 500 mg iv
Gentamisin 5 mg/kg BB/hr = 1 x 75 mg ivParasetamol 10 mg/kg BB/x = 150 mg k/pEtopuside 95 mg iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
No. No. RM Tanggal TB(cm)
BB(kg)
Serum kreatinin(mg/dl)
Keluhan Obat
41a 01.47.04.89 12/5/2010 136 23 0.68 CeftazidimeParasetamolCiproheptadin 2 x ½Biolysin syr
20/5/2010 Mengalami muntah 1x ParasetamolVinkristin 1,5 mg/m2/iv ~ 1,4 mg ivOndansetron 0,15 mg x 23,4 mg ~ 3,5 mg iv
41b 4/6/2010 138 24 0.26 - -10/6/2010 Mual Siklopospamide 140 mg iv + Mezna 30 mg iv
Actinomycin 0,3 mg ivAsam folat 1 mgCotrimoxazole 2 x 120 mg (TMP)Cancer pain 3 x 5 k/pOndansetron 3 x 3 mg injeksi
12/6/2010 MualMengalami muntah
Asam folatParasetamolOndansetronCiproheptadin
42a 01.47.96.10 25/8/2010 130 30 0.65 - -31/8/2010 Mevonem 2 x 1 g iv
Alostil Septrim (TMP 20 mg/kg/hr) 3 x 1 tab forte atau 3 x 2 tab (bukan
forte) p.o Diflucon 6 mg/kg/hr 1 x 1 botol/hr iv Mycostatin 2 dd kumur Salbutamol 3 x 2 mg p.o Flagyl HD MTX 1000 mg/m2. 1000 mg iv
2/9/2010 Mengalami muntah 2x Leukovorin 15 mg/xMycostatin kumurLikurmin 2 x 5 cc oral
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
No. No. RM Tanggal TB(cm)
BB(kg)
Serum kreatinin(mg/dl)
Keluhan Obat
42b 01.47.96.10 13/9/2010 131 30 0.54 - Hidrasi pre HD MTX22/9/2010 Mengalami muntah GMP
Vometa 1 cth (30 menit sebelum makan)Mycostatin 3 x 0,5 ccCancer pain/4 jamMevopenem + AmikasinInj. Ondansetron 3 x 4 mgTransfuse FWB + PRC
43a 01.49.23.09 6/10/2010 85 10 0.43 - -7/10/2010 L-Aspar 3000 U
Vinkristin 0,75 mgPrednisone 2-1-1 (40 mg/m2)
15/10/2010 MualMengalami muntah
Prednisone 2-1-1 poOndansetron 0,3 mg/kg BB/hari 3 x 3,3 mg ivL-aspar 3000 U
16/10/2010 MualMengalami muntah
Prednisone 2-1-1 poOndansetron 0,3 mg/kg BB/hari 3 x 3,3 mg iv
43b 9/11/2010 0.38 - -10/11/2010 MTX it 10 mg
GMP 50 mg/m2 25 mg Hidrasi pre HD MTX 1250 cc/24 jam 350 cc/6 jam 15 tpm
4/12/2010 MualMengalami muntah
Cefixim 5 mg/kg BB 2 x 50 mgVentolin expectorant 2 x 1 mg poKetokonazole cream 2 x u.eCotrimoxazole (20 mg/kg BB/hr) 2 x 200 mg (TMP) 2 x 240 mgVisit prof Taryo:Ciprofloxasin iv 10 mg/kg BB/hr 2 x 100 mg ivGentamisin 5 mg/kg BB/hr 2 x 25 mg ivPPL7 albuminPRC 100 mgCotrimoxazole 20 mg/kg BB/hr (TMP) 2 x 240 mg poKetokonazole 5 mg/kg BB/hr 2 x 50 mg po
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
No. No. RM Tanggal TB(cm)
BB(kg)
Serum kreatinin(mg/dl)
Keluhan Obat
43b 01.49.23.09 4/12/2010 85 10 MualMengalami muntah
Metromidazole 15 mg/kg BB/hr 2 x 75 mg po
6/12/2010 MualMengalami muntah 4x
Ciprofloxasin iv 10 mg/kg BB/hr 2 x 100 mg ivGentamisin 5 mg/kg BB/hr 2 x 25 mg ivCotrimoxazole 20 mg/kg BB/hr (TMP) 2 x 240 mg poKetokonazole 5 mg/kg BB/hr 2 x 50 mg poMetromidazole 15 mg/kg BB/hr 2 x 75 mg poParasetamol 10 mg/kg BB/hr 125 mg (1 cth) tiap 4 jam poSalbutamol 0,1 mg/kg BB/hr 2 x 1 mg po
8/12/2010 MualMengalami muntah
Ciprofloxasin iv 10 mg/kg BB/hr 2 x 100 mg ivGentamisin 5 mg/kg BB/hr 2 x 25 mg ivCotrimoxazole 20 mg/kg BB/hr (TMP) 2 x 240 mg poKetokonazole 5 mg/kg BB/hr 2 x 50 mg poMetromidazole 15 mg/kg BB/hr 2 x 75 mg poParasetamol 10 mg/kg BB/hr 125 mg (1 cth) tiap 4 jam poSalbutamol 0,1 mg/kg BB/hr 2 x 1 mg po
9/12/2010 MualMengalami muntah
Ceftazidime 25 mg/kg BB/8 jam 3 x 250 mgGentamisin 5 mg/kg BB/hr 2 x 25 mg ivKetokonazole 5 mg/kg BB/hr 2 x 50 mg poSalbutamol 0,1 mg/kg BB/hr 2 x 1 mg poMetromidazole 15 mg/kg BB/hr 2 x 240 mgOral hygiene : sikat gigi, kumur betadin, kumur nistatin
10/12/201 Mengalami muntah Ceftazidime 25 mg/kg BB/8 jam 3 x 250 mgGentamisin 5 mg/kg BB/hr 2 x 25 mg ivKetokonazole 5 mg/kg BB/hr 2 x 50 mg poSalbutamol 0,1 mg/kg BB/hr 2 x 1 mg poCotrimoxazole 20 mg/kg BB/hr 2 x 240 mgOral hygiene : sikat gigi, kumur betadin, kumur nistatinParasetamol 10 mg/kg BB/hari 120 mg tiap 4 jamUrdafalk 2 x 150 mg
11/12/2010 85 10 Mengalami muntah Ceftazidime 25 mg/kg BB/8 jam 3 x 250 mgKetokonazole 5 mg/kg BB/hr 2 x 50 mg po
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
No. No. RM Tanggal TB(cm)
BB(kg)
Serum kreatinin(mg/dl)
Keluhan Obat
43b 01.49.23.09 11/12/2010 85 10 Mengalami muntah Cotrimoxazole 20 mg/kg BB/hr 2 x 240 mgParasetamol 10 mg/kg BB/hari 120 mg tiap 4 jamSalbutamol 0,1 mg/kg BB/hr 2 x 1 mg poUrdafalk 2 x 150 mg
13/12/2010 Mengalami muntah Ceftazidime 25 mg/kg BB/8 jam 3 x 250 mgCotrimoxazole 20 mg/kg BB/hr 2 x 240 mgParasetamol 10 mg/kg BB/hari 120 mg tiap 4 jamSalbutamol 0,1 mg/kg BB/hr 2 x 1 mg poUrdafalk 2 x 150 mgZink pro 2 x ½ cthSalep bactodemKetokonazole 2 x 50 mg
44 01.32.57.44 18/9/2010 107 21 0.38 - Deksametason 6 mg/m2 4 mg = 4-3-1½ poIbuprofen 3 x 200 mg oral pcDoxorubicin 14 mg ivMTX 12 mg it
3/11/2010 Mengalami muntah Nebulisasi NaCl 0,9% 2 cc/8 jamCotrimoxazole 20 mg/kg BB/hr 480 mg TMP 3 x 960 mgGMP po 40 mgCeftazidime 1 x 500 mgSalbutamol 0,1 mg/kg BB/8 jam 3 x 2 mg poDurante PRC II
45a 01.46.58.97 27/3/2010 86 10 0.45 Mengalami muntah -1/4/2010 Mengalami muntah Diazepam 0,3 mg/kg BB/x = 3 mg k/p
Ondansetron 0,2 mg/kg BB/x = 2 x 2 mg ivDoxorubisin 6,7 mg iv hari 1Luminal 4 mg/kg BB/x = 2 x 20 mg po
3/4/2010 Mengalami muntah 5x Diazepam 0,3 mg/kg BB/x = 3 mg k/pOndansetron 0,2 mg/kg BB/x = 2 x 2 mg ivLuminal 4 mg/kg BB/x = 2 x 20 mg poCefotaxim 100 mg/kg BB/hari = 3 x 350 mgGentamisin 5 mg/kg BB/hari = 2 x 25 mg
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
No. No. RM Tanggal TB(cm)
BB(kg)
Serum kreatinin(mg/dl)
Keluhan Obat
45a 01.46.58.97 3/4/2010 86 10 Mengalami muntah 5x MTX it 12 mgCytarabin 24 mg it
6/4/2010 Mengalami muntah Diazepam 0,3 mg/kg BB/x = 3 mg k/pOndansetron 0,2 mg/kg BB/x = 2 x 2 mg ivLuminal 4 mg/kg BB/x = 2 x 20 mg poCefotaxim 100 mg/kg BB/hari = 3 x 350 mgGentamisin 5 mg/kg BB/hari = 2 x 25 mg
8/4/2010 Mengalami muntah 3x Diazepam 0,3 mg/kg BB/x = 3 mg k/pOndansetron 0,2 mg/kg BB/x = 2 x 2 mg ivLuminal 4 mg/kg BB/x = 2 x 20 mg poCefotaxim 100 mg/kg BB/hari = 3 x 350 mgGentamisin 5 mg/kg BB/hari = 2 x 25 mgDoxorubisin 6,7 mg iv
9/4/2010 Mengalami muntah 1x Diazepam 0,3 mg/kg BB/x = 3 mg k/pOndansetron 0,2 mg/kg BB/x = 2 x 2 mg ivCefotaxim 100 mg/kg BB/hari = 3 x 350 mgDoxorubisin 6,7 mg iv
10/4/2010 Mengalami muntah 5x Diazepam 0,3 mg/kg BB/x = 3 mg k/pOndansetron 0,2 mg/kg BB/x = 2 x 2 mg ivCefotaxim 100 mg/kg BB/hari = 3 x 350 mg
12/4/2010 Mengalami muntah Diazepam 0,3 mg/kg BB/x = 3 mg k/pOndansetron 0,2 mg/kg BB/x = 2 x 4 mg ivCiprofloxasin 5 mg/kg BB/x = 2 x 50 mg
13/4/2010 Mengalami muntah Diazepam 0,3 mg/kg BB/x = 3 mg k/pOndansetron 0,2 mg/kg BB/x = 2 x 4 mg ivCiprofloxasin 5 mg/kg BB/x = 2 x 50 mgParasetamol 10 mg/kg BB/x = 100 mg k/p
14/4/2010 Mengalami muntah 1x Diazepam 0,3 mg/kg BB/x = 3 mg k/pOndansetron 0,2 mg/kg BB/x = 2 x 4 mg ivParasetamol 10 mg/kg BB/x = 4 x 100 mg k/pCeftazidine 50 mg/kg BB/8 jam = 3 x 500 mg iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
No. No. RM Tanggal TB(cm)
BB(kg)
Serum kreatinin(mg/dl)
Keluhan Obat
45a 01.46.58.97 15/4/2010 86 10 Mengalami muntah Diazepam 0,3 mg/kg BB/x = 3 mg k/p (bila kejang)Ondansetron 0,2 mg/kg BB/x = 2 x 4 mg ivParasetamol 10 mg/kg BB/x = 4 x 100 mg k/pCeftazidine 50 mg/kg BB/8 jam = 3 x 500 mg iv
45b 13/5/2010 0.5415/5/2010 Mengalami muntah Amoxicillin syr 1 x 25 mg po
Tremenza syr 2 x ½ cthCandistatin 100000 U/x 4 x 1 cc poInj. Ondansetron 0,2 mg/kg BB/x 1,5 mg iv k/p
46a 01.46.28.88 28/3/2010 79 10 0.44 -29/3/2010 Vinkristin 0,05 mg/kg BB/iv 75 % 0,04 mg
MTX it 10 mg 75 % 7,5 mg Cyclopospamide 40 mg/kg BB/iv 75 % 300 mg + Mezna 40
% = 120 mg besar31/3/2010 Mengalami muntah -
46b 7/4/2010 0.57 MTX it 7,5 mg9/4/2010 Mual
Mengalami muntahDoxorubisin 5 mg ivSetrovel 0,2 mg/kg BB/x 3 x 2 mg
10/4/2010 MualMengalami muntah
Doxorubisin 5 mg ivSetrovel 0,2 mg/kg BB/x 3 x 2 mg
47a 01.48.09.58 14/9/2010 109 12,5 0.4622/9/2010 Cefotaxim 100 mg/kg/hr = 3x400 mg iv
Gentamicin 5 mg/kg/hr = 2x30 mg ivOndansetron 3x1 mgMetilcobalamin 2x1 tabAlinamin 2xcth I poAsam folat 1x1 mgBcomp 1x1 tabCodein 3x20 mg poCyclophosphamid 630 mg iv
25/9/2010 109 12,5 Mengalami muntah Ondansetron 1 mg k/pMetilcobalamin 2 x 1 tablet
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
No. No. RM Tanggal TB(cm)
BB(kg)
Serum kreatinin(mg/dl)
Keluhan Obat
47a 01.48.09.58 25/9/2010 109 12,5 Mengalami muntah Alinamin 2 x 1 cthAsam folat 1 x 1 mg
27/9/2010 Mengalami muntah 2x Ondansetron 1 mg k/pMetilcobalamin 2 x 1 tabletAlinamin 2 x 1 cthAsam folat 1 x 1 mgBcomp 1 x 1 tabletCodein 3 x 20 mg
28/9/2010 Mengalami muntah Ondansteron 1 mg k/pRanitidine 3 x 20 mg ivAlinamin 2 x 1 cthAsam folat 1 x 1 mgVit. C 1 x 50 mgBcomp 1 x 1 tabletCodein 3 x 20 mgAntacid 3 x 1 cth
2/10/2010 Mengalami muntah 1x D5 ½ NS 10 tpmOndansteron 3 x 1 mg k/pCodein 3 x 10 mg poAlinamin 2 x 1 cthAsam folat 1 x 1 mgVit. C 1 x 50 mgAntasida 3 x 1 cthCefotaxim 3 x 400 mgGentamisin 2 x 30 mgDulcolaxAmprah leukokin 50 mcg ic
7/10/2010 Mengalami muntah D5 ½ NS 10 tpmOndansteron 3 x 1 mg k/pCodein 3 x 10 mg poAlinamin 2 x 1 cthAsam folat 1 x 1 mg
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
No. No. RM Tanggal TB(cm)
BB(kg)
Serum kreatinin(mg/dl)
Keluhan Obat
47a 01.48.09.58 7/10/2010 109 12,5 Mengalami muntah Vit. C 1 x 50 mgAntasida 3 x 1 cthCefotaxim 3 x 400 mgBcomp 1 x 1 tablet
47b 8/10/2010 0.43 Mengalami muntah D5 ½ NS 10 tpmOndansteron 3 x 1 mg k/pCodein 3 x 10 mg poAlinamin 2 x 1 cthAsam folat 1 x 1 mgVit. C 1 x 50 mgAntasida 3 x 1 cthCefotaxim 3 x 400 mgBcomp 1 x 1 tablet
9/10/2010 13,4 Mengalami muntah D5 ½ NS 10 tpmOndansteron 3 x 1 mg k/pCodein 3 x 10 mg poAlinamin 2 x 1 cthAsam folat 1 x 1 mgVit. C 1 x 50 mgAntasida 3 x 1 cthCefotaxim 3 x 400 mgBcomp 1 x 1 tabletNovalgin 10 mg/kg BB/x 3 x 125 mg ivVinkristin 1 x 0,9 mg (tunda)Actinomycin D 1 mg (tunda)Zink 1 x 1 (tunda)
12/10/2010 Mengalami muntah 2x D5 ½ NS 10 tpmOndansteron 3 x 1 mg k/pCodein 3 x 10 mg poAlinamin 2 x 1 cthAsam folat 1 x 1 mgVit. C 1 x 50 mg
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
No. No. RM Tanggal TB(cm)
BB(kg)
Serum kreatinin(mg/dl)
Keluhan Obat
47b 01.48.09.58 12/10/2010 109 13,4 Mengalami muntah 2x Bcomp 1 x 1 tabletNovalgin 10 mg/kg BB/x 3 x 125 mg ivZink 1 x 20 mgMerslon 3 x ½ tablet
13/10/2010 Mengalami muntah D5 ½ NS 10 tpmOndansteron 3 x 1 mg k/pCodein 3 x 10 mg poAlinamin 2 x 1 cthAsam folat 1 x 1 mgVit. C 1 x 50 mgBcomp 1 x 1 tabletNovalgin 10 mg/kg BB/x 3 x 125 mg ivZink 1 x 20 mgMerslon 3 x ½ tabletCyclopospamide 500 mg iv + Mezna 300 mgSisa Mezna 100 di drip besok
15/10/2010 Mengalami muntah 2x D5 ½ NS 10 tpmOndansteron 3 x 1 mg k/pCodein 3 x 10 mg poAlinamin 2 x 1 cthAsam folat 1 x 1 mgVit. C 1 x 50 mgBcomp 1 x 1 tabletNovalgin 10 mg/kg BB/x 3 x 125 mg ivZink 1 x 20 mgMerslon 3 x ½ tabletOtopraf 3 x IV gtt ads
16/10/2010 Mual D5 ½ NS 10 tpmOndansteron 0,2 – 0,4 mg/kg BB/x 3 x 4 mgCodein 3 x 10 mg poAlinamin 2 x 1 cthAsam folat 1 x 1 mg
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
No. No. RM Tanggal TB(cm)
BB(kg)
Serum kreatinin(mg/dl)
Keluhan Obat
47b 01.48.09.58 16/10/2010 109 13,4 Mual Vit. C 1 x 50 mgBcomp 1 x 1 tabletZink 1 x 20 mgMerslon 3 x ½ tabletNovalgin 10 mg/kg BB/x 3 x 125 mg ivOtopraf 3 x IV gtt ads
48 01.32.28.88 9/2/2010 105 13 0.29 Mengalami muntah Deksametason 2-2-1Pelastin 15 mg/kg/x 4 x 225 mg ivOndansetron 0,2 mg/kg 3 mg iv k/p
10/2/2010 Mengalami muntah Deksametason 2-2-1Pelastin 15 mg/kg/x 4 x 225 mg ivOndansetron 0,2 mg/kg 2 x 3 mg iv k/pNaCl 3/92 Cl + D5 ½ s 500 cc 18 tpm macro (s/d jam 19.00)
11/2/2010 Mengalami muntah Deksametason 2-2-1Pelastin 15 mg/kg/x 4 x 225 mg ivOndansetron 2 x 3 mg iv k/p
49a 01.50.15.54 6/11/2010 110 15 0.7311/11/2010 Mengalami muntah 2x Ceftazidime 50 mg/kg BB/x 3 x 500 mg
Gentamicin 5 mg/kg BB/x 2 x 40 mgKotrimoxazole 5 mg/kg BB/x 2 x 480 mgMetronidazole 7,5 mg/kg BB/x 3 x 2 cth I poKetokonazole 5 mg/kg BB/x 2 x 75 mgSalbutamol 0,1 mg/kg BB/x 3 x 1,5 mgParasetamol 10 mg/kg BB/x 150 mg/4 jamKebutuhan TC kolf transfusi
49b 2/12/2010 26 0.516/12/2010 Mengalami muntah 1x Ranitidine 4 mg/kg BB/12 jam/po 2 x 60 mg
Prednisone 40 mg/m2/po 2-2-1 tablet50 01.48.40.79 26/7/2010 113 18 0.43
10/8/2010 Mengalami muntah 1x Candistatin tablet 4 x 1Doxorubisin 4-3-2 (6 mg/m2)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
No. No. RM Tanggal TB(cm)
BB(kg)
Serum kreatinin(mg/dl)
Keluhan Obat
51a 01.45.30.45 31/3/2010 131 34 0.62 MualMengalami muntah 1x
-
1/4/2010 MTX it 12 mgLeukoverin 15 mg/m2 = 16,2 mgGMP 50 mg/m2 = 54 mg
51b 5/4/2010 0.61 MualMengalami muntah 2x
-
6/4/2010 MTX it 12 mgLeukoverin 15 mg/m2 = 16,2 mgGMP 50 mg/m2 = 54 mg
52 01.44.27.03 20/1/2010 95 13 0.57 Parasetamol 100 mgLuminal 10 mg 3 x pulv 1Codein 5 mgZink 1 x 20 mgAmpisillin 100 mg/kg BB/hr 4 x 250 mg iv
29/1/2010 Mengalami muntah 1x Parasetamol 10 mg/kg = 3 x 150 mgCefotaxim 100 mg/kg = 3 x 500 mg ivGentamisin 5 mg/kg = 2 x 35 mg iv
53 01.49.58.01 7/10/2010 94 15,5 0.4811/10/2010 Mengalami muntah 1x Ondansetron 0,3 mg/kg = 3 mg/x
Cisplatin 20 mg ivEtoposida 100 mg/iv
12/10/2010 MualMengalami muntah 1x
Ondansetron 0,3 mg/kg = 3 mg/xCandistatin 3 x 1Cancer pain
54 01.41.43.73 4/6/2010 84 12 0.42 Transfuse PRCVinkristin 2 mg/m2 1 mg ivActinomycin 2 mg/m2 1 mg ivCyclophospamide 45 mg/m2 22 mg iv
5/6/2010 Mual Transfuse PRC
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
Lampiran 2. Data pasien lansia kasus mual-muntah pada kemoterapi di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2010
No. No. RM Tanggal TB
(cm)
BB
(kg)
Serum kreatinin
(mg/dl)
Keluhan Obat
1a 01.21.26.19 15/3/2010 154 50 1.06 Mual
Mengalami muntah
Diet TKTP rendah garam
Infuse NaCl 0,9% 30 tpm
Paclitaxel 175 mg/m2
Cisplatin 100 mg/m2
1b 17/3/2010 1.14 Mual
Mengalami muntah
Infuse NaCl 0,9%
HCT 1-0-0
Noperten
2 01.41.07.13 1/2/2010 145 41 0.76
3/2/2010 Mual
Mengalami muntah
Diet TKTP
Infuse NaCl 0,9% 20 tpm
Cisplatin 130 mg/m2
5FU 1300 mg/m2
Inj. Leukokine 1 amp/hari
3a 01.49.32.58 21/12/2010 155 50 0.93 Mual
Mengalami muntah
Diet TKTP
NaCl 0,9% 2000-3000 cc/hari
Cisplatin 100 mg/m2 hari 1
5FU 1000 mg/m2 hari 1-5
27/12/2010 Mual
Mengalami muntah
Diet TKTP
NaCl 0,9% 2000-3000 cc/hari
Noperten 1 x 10 mg
Cisplatin 100 mg/m2 hari 1
5FU 1000 mg/m2 hari 1-5
28/12/2010 Mual
Mengalami muntah
Diet TKTP
NaCl 0,9% 2000-3000 cc/hari
Noperten 1 x 10 mg
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
No. No. RM Tanggal TB
(cm)
BB
(kg)
Serum kreatinin
(mg/dl)
Keluhan Obat
3a 01.49.32.58 28/12/2010 155 50 Mual
Mengalami muntah
Cisplatin 100 mg/m2 hari 15FU 1000 mg/m2 hari 1-5
29/12/2010 Mual
Mengalami muntah
Diet TKTP
NaCl 0,9% 2000-3000 cc/hari
Noperten 1 x 10 mg
Cisplatin 100 mg/m2 hari 1
5FU 1000 mg/m2 hari 1-5
3b 30/12/2010 Mual
Mengalami muntah
Diet TKTP
NaCl 0,9% 2000-3000 cc/hari
Noperten 1 x 10 mg
Cisplatin 100 mg/m2 hari 1
5FU 1000 mg/m2 hari 1-5
4 01.45.32.00 19/1/2010 159 44 0.73 Mual Dacarbazine 400 mg/hari 1-4
Deksametasone 2 amp
5 01.49.89.18 11/12/2010 160 43 0.9 5FU 1000 mg/m2
Cisplatin 100 mg/m2
16/12/2010 Mual
Mengalami muntah
5FU
Deksametasone 2 amp/24 jam
Inj. Frazon 8 mg/12 jam
Ondansetron 8 mg iv
6 01.48.01.00 12/7/2010 139 44 1.08 Mengalami muntah
7 01.44.76.45 10/2/2010 160 60 1.0 Mual
Mengalami muntah
Diet biasa:
Glukosamin 2 x 1
Simvastatin 0-0-1 (hanya malam)
Regimen:
Siklopospamide 600 mg/m2
Doxorubisin 60 mg/m2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
125
No. No. RM Tanggal TB
(cm)
BB
(kg)
Serum kreatinin
(mg/dl)
Keluhan Obat
7 01.44.76.45 10/2/2010 160 60 1.0 Mual
Mengalami muntah
Vinkristin
Prednisone
Diet TKTP
Deksametasone 2 amp
Ondansetron 1 cc
Dipenhidramine
Lasix 1 amp
Siklopospamide 400 mg/m2
Doxorubisin 40 mg/m2
Cisplatin 60 mg/m2
Infuse RL 20 tpm
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
126
Lampiran 3. Antiemetika umum dan regimen dosis dewasa
Obat Regimen Dosis Dewasa Bentuk sediaan/ruteAntasidaAntasida 15-30 ml setiap 2-4 jam pm CairAntagonis Histamine (H2)Simetidin (Tagamet HB)Famotidin (Pepcid AC)Nizatidin (Axid AR)Ranitidine (Zantac 75)
200 mg 2 x sehari pm10 mg 2 x sehari pm75 mg 2 x sehari pm75 mg 2 x sehari pm
TabletTabletTabletTablet
Agen antihistamin-antikolinergikSiklisin (Marezine)
Dimenhidrinat (Dramamine)Difenhidramin (Benadryl)
Hidroksisin (Vistaril,Atarax)Meklisin (Bonine, Antivent)
Skopolamin (TransdermScop)Trimethobensamid (Tigan)
50 mg sebelum berangkat, dapatdiulang dalam 4-6 jam pm50-100 mg setiap 4-6 jam pm25-50 mg setiap 4-6 jam pm10-50 mg setiap 2-4 jam pm25-100 mg setiap 4-6 jam pm
12,5-25 mg 1 jam sebelumperjalanan, diulang setiap 12-24jam pm1,5 mg setiap 72 jam
300 mg 3-4 x sehari200 mg 3-4 x sehari
Tablet
Tablet, Tablet kunyah, KapsulTablet, Kapsul, CairIM, IVIM
Tablet, Tablet kunyah
Transdermal pacth
KapsulIM, Suppositoria
FenotiazinKlorpromasin (Thorazine)
Proklorperasin (Compasin)
Prometasin (Phenergan)
Thietilperasin (Torecan)
10-25 mg setiap 4-6 jam pm25-50 mg setiap 4-6 jam pm5-10 mg 3-4 x sehari pm5-10 mg setiap 3-4 jam pm2,5-10 mg setiap 3-4 jam pm25 mg setiap 2 x sehari pm12,5-25 mg setiap 4-6 jam pm
10 mg 1-6 x sehari pm
Tablet, CairIM, IVTablet, CairIMIVSuppositoriaTablet, Cair, IM, IV,SuppositoriaTablet, IM, IV
CannabinoidsDronabinol (Marinol)Nabilone (Cesamet)
5-15 mg/m2 setiap 2-4 jam pm1-2 mg 2 x sehari
KapsulKapsul
ButirofenonHaloperidol (Haldol)Droperidol (Inapsine)R
1-5 mg setiap 12 jam pm2,5 mg, tambahan 1,25 mgmungkin dapat diberikan
Tablet, Cair, IM, IVIM, IV
BenzodiasepinAlprazolam (Xanax)
Lorazepam (Ativan)
0,5-2 mg 3 x sehari sebelumkemoterapi0,5-2 mg sebelum tidur dan pagisebelum kemoterapi
Tablet
Tablet
Agen miscellaneousMetoklopramid (Reglan),untuk CINV tertunda
20-40 mg 3-4 x sehari Tablet
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
127
Lampiran 4. Surat pengantar permohonan penelitian di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
128
Lampiran 5. Surat ijin penelitian di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
129
Lampiran 6. Nota penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
130
BIOGRAFI PENULIS
Yohana Arlindayanti, anak semata wayang
dari pasangan Yohanes Sudaryana dan Yuliana
Setiyanti, lahir di Bantul 11 Desember 1989.
Penulis mengenal bangku sekolah pada tahun
1994-1996 di Taman Kanak-kanak Indriasana III
Bantul. Pendidikan Sekolah Dasar ditempuh di SD
N I Bantulan, lulus tahun 2002. Jenjang Sekolah
Lanjutan Tingkat Pertama ditempuh di SLTP N I Pandak, Bantul tahun 2002-
2005. Penulis melanjutkan pendidikan di SMA N I Bantul tahun 2005-2008.
Penulis menempuh pendidikan di Universitas Sanata Dharma mulai tahun 2008.
Selama menempuh kuliah di Fakultas Farmasi, penulis menjadi panitia dalam
kegiatan Pekan Agama dan Lingkungan tahun 2010 dan Panitia Dies Natalis
tahun 2010.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI