tugas paper radiologi
DESCRIPTION
tugasTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
Tuberculosis, merupakan salah satu dari penyakit yang merupakan penyebab
utama kematian di seluruh dunia. Penyakit ini, yang disebabkan oleh bakteri
Mycobacterium tuberculosis, biasanya mempengaruhi paru-paru, walaupun organ
lain juga terlibat pada satu pertiga kasus (Kasper, Dennis L., et al (Editor), 2008).
Mycobacterium Tuberculosistelahmenginfeksisepertigapendudukdunia,
menurut WHO sekitar8jutapendudukduniadiserang T B dengankematian
3jutaorang pertahun (WHO, 1993).DiNegara berkembangkematian ini
merupakan 25%darikematianpenyakit yang
sebenarnyadapatdicegah.Diperkirakan 95%penderita TBberada dinegara-
negara berkembang.Denganmunculnyaepidemic HIVdan
AIDSdiduniajumlahpenderita TBakanterusmeningkat. Kematianwanita karena
TBlebihbanyakdari padakematiankarenakehamilan, persalinan serta
nifas.WHOmencanangkankeadaan darurat global untuk penyakit TB pada tahun
1993 karenadiperkirakansepertigapendudukduniatelahterinfeksikuman TB
(Depkes, 2010).
Di Indonesia TB kembali muncul sebagai penyebabkematian utama
setelah penyakit jantung dan saluran pernafasan.Penyakit TB Paru, masih
menjadimasalah kesehatan masyarakat Datatahun2007menunjukkan bahwa
TBParumenyebabkan 250kematian setiapharinya (Depkes, 2010).
Laporan global WHO tahun 2009 menunjukkan terdapat 528.063 untuk
semua kasus TB baru atau 228/100.000 penduduk dan 236.029 untuk kasus TB
BTA positif atau 102/100.000 penduduk dimana sekitar sepertiga penderita
terdapat di sekitar Puskesmas, sepertiga ditemukan di pelayanan rumah
sakit/klinik pemerintah dan swasta, praktik swasta dan sisanya belum terjangkau
unit pelayanan kesehatan. Sedangkan prevalensi untuk semua kasus TB
diperkirakan sebanyak 565.614 atau 244/100.000 penduduk.Angka kematian
karena TB diperkirakan 91.368 per tahun atau setiap hari 250 orang meninggal
karena TB.
0
Dari hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Tahun 2007 didapatkan data
bahwa prevalensi Tuberkulosis Paru Klinis yang tersebar di seluruh Indonesia
adalah 1,0%. Tujuh belas provinsi diantaranya mempunyai angka prevalensi di
atas angka nasional, yaitu provinsi Nangroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat,
Riau, DKI Jakarta, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Banten, Nusa Tenggara Barat,
Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Tengah,
Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Papua Barat dan Papua. Secara
umum prevalensi yang tertinggi yaitu Papua Barat (2.5%) dan terendah di provinsi
Lampung (0,3%).
Angka Prevalensi, Insidensi, dan Kematian TB Indonesia, 1990 dan
2007
Dalam pemberantasan TB paru, pencarian kasus penting untuk
keberhasilan pelaksanaan program pengobatan.Hal ini ditunjang oleh sarana
diagnostik yang tepat. Diagnosis TB dilakukan dengan cara melakukan
pemeriksaan klinis (dari anamnesis terhadap keluhan pasien dan dari hasil
pemeriksaan fisik penderita), hasil pemeriksaan foto toraks, hasil pemeriksaan
laboratorium dan pemeriksaan penunjang lainnya (Bobby, M, 2009).
1
Pemeriksaan radiologi toraks sendiri merupakan pemeriksaan yang sangat
penting dan merupakan keharusan dalam mendiagnosis TB (Rasad, S.,
2005).Sehingga dengan melihat pentingnya pemeriksaan radiologis dalam kasus
TB, inilah yang melatarbelakangi penyusunan paper TB ini.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI
Tuberkulosis adalah penyakit akibat infeksi kuman Mycobacterium
tuberculosis sistemis sehingga dapat mengenai hampir semua organ tubuh, dengan
lokasi terbanyak di paru yang biasanya merupakan lokasi infeksi primer.Kuman
batang aerobik dan tahan asam ini, dapat merupakan organisme patogen
maupun saprofit.Sifat dari bakteri yang aerob ini menyebabkan otganisme ini
lebih senang hidup pada jaringan yang memiliki kandungan oksigen tinggi seperti
apeks paru (Sudoyo, 2009).
Tempat masuk kuman Mycobacterium tuberculosis adalah saluran
pernapasan, saluran pencernaan (GI), dan luka terbuka pada kulit (Sudoyo,
2009).
EPIDEMIOLOGI
Tuberkulosis (TB) masih menjadi masalah utama kesehatan di Indonesia,
dan sebagian besar negara-negara di dunia.Laporan TB dunia oleh WHO yang
terbaru (2006), masih menempatkan Indonesia sebagai penyumbang TB terbesar
nomor 3 di dunia setelah India dan Cina dengan jumlah kasus baru sekitar
539.000 dan jumlah kematian sekitar 101.000 pertahun. Survei Kesehatan Rumah
Tangga (SKRT) tahun 1995, menempatkan TB sebagai penyebab kematian ketiga
terbesar setelah penyakit kardiovaskuler dan penyakit saluran pernafasan, dan
merupakan nomor satu terbesar dalam kelompok penyakit infeksi3.Baik di
Indonesia maupun di dunia, TB masih tetap menjadi problem kesehatan dunia
yang utama.Walaupun sudah lebih dari seabad sejak penyebabnya ditemukan oleh
ilmuwan Jerman, Robert Koch, pada tahun 1882, TB belum dapat diberantas
bahkan terus berkembang.Peningkatan jumlah kasus TB di berbagai tempat pada
saat ini diduga disebabkan oleh berbagai hal, yaitu (1) diagnosis yang tidak tepat,
(2) pengobatan yang tidak adekuat, (3) program penanggulangan tidak
dilaksanakan dengan tepat, (4) infeksi endemik human immuno-deficiency
3
virus(HIV), (5) migrasi penduduk, (6) mengobati sendiri (self treatment), (7)
meningkatnya kemiskinan, dan (8) pelayanan kesehatan yang kurang memadai
Indonesia sekarang berada pada ranking ketiga negara dengan beban TB
tertinggi didunia.Estimasi prevalensi TB semua kasus adalah sebesar 680,000 dan
estimasi insidensi berjumlah 450,000 kasus baru per tahun.Jumlah kematianakibat
TB diperkirakan 65,000 kematian per tahunnya (WHO, 2012).
Sejumlah 12 provinsi salah satunya Nusa Tenggara Barat (NTB) telah
dinyatakan sebagai daerah prioritas untuk intervensi HIV dan estimasi jumlah
orang dengan HIV/AIDS di Indonesia sekitar 190.000-400.000. Estimasi nasional
prevalensi HIV pada pasien TB baru adalah 2.8%. Angka MDR-TB diperkirakan
sebesar 2% dari seluruh kasus TB baru (lebih rendah dari estimasi di tingkat
regional sebesar 4%) dan 20% dari kasus TB dengan pengobatan ulang.
Diperkirakan terdapat sekitar 6.300 kasus MDR TB setiap tahunnya (Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia, 2011).
4
ETIOLOGI
Penyebab tuberculosis adalah Mycobacterium tuberculosis,
Mycobacterium bovis, sangat jarang disebabkan oleh Mycobacterium avium.
Mycobacterium merupakan kuman batang tahan asam, yang dapat hidup selama
berminggu-minggu dalam keadaan kering, tapi mati dengan suhu 60°C dalam
cairan suspensi selama 15-20 menit. Mycobacterium memiliki ukuran panjang 1-
4/um dan tebal 0,3-0,6/um 1
5
Sebagian besar dinding kuman terdiri atas asam lemak ( Lipid ). Lipid
inilah yang membuat kuman Jebih tahan terhadap asam sehinnga disebut bakteri
tahan asam (BTA) .Kuman dapat tahan hidup pada keadaan kering maupun
dingin, karena kuman berada dlam keadaan dormant.Dari sifat dormant ini kuman
dapat bangkit kembali dan menjadi aktif kembali.
Sifat lain kuman ini adalah aerob. Sifat ini menunjukkan bahwa kuman
lebih menyukai jaringan yang tinggi kandungan oksigennya. Dalam hal ini
tekanan oksigen pada bagian apikal paru-paru lebih tinggi dari bagian lain,
sehingga bagian apikal paru-paru merupakan tempat predileksi tuberkulosis
PATOFISIOLOGI
Tuberkulosis Primer
Penularan tuberkulosis paru terjadi karena kuman dibatukkan atau
dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara sekitar. Partikel infeksi ini
dapat menetap dalam udara bebas selam 1-2 jam, tergantung dengan ada atau
tidaknya sinar ultraviolet, ventilasi yang buruk dan kelembaban. Dalam suasana
lembab dan gelap kuman dapat bertahan berhari-hari bahkan berbulan-bulan. Bila
pertikel infeksi ini terhisap oleh orang sehat, ia akan menempel pada jaringan paru
atau saluran napas. Partikel dapat masuk ke alveolar bila ukuran partikel <5
mikrometer. Kuman pertama kali akan dihadapi oleh neutrofil, kemudian baru
oleh makrofag. Kebanyakan partikel ini akan mati atau dibersihkan oleh makrofag
keluar dari percabangan trakeobronkial bersama gerakan silia dan sekretnya
(Sudoyo, 2009).
Bila kuman menetap di jaringan paru, berkembang biak dalam sitoplasma
makrofag. Disini ia dapat terbawa masuk ke organ tubuh lainnya. Kuman yang
bersarang di jaringan paru akan berbentuk sarang tuberculosis penumonia kecil
dan disebut sarang primer atau efek primer atau sarang (fokus) Ghon. Sarang
primer ini dapat terjadi di setiap bagian jaringan paru. Bila menjalar sampai ke
peura maka akan terjadi efusi pleura. Kuman dapat juga masuk melalui GIT,
jaringan limfe, orofaring, dan kulit, terjadi limfadenopati reginol kemudian bakteri
masuk ke dalam vena dan menjalar ke seluruh organ seperti paru, otak, ginjal,
6
tulang.Bila masuk ke arteri pulmonalis maka terjadi penjalaran ke seluruh organ
paru dan terjadi TB milier (Sudoyo, 2009).
Dari sarang primer akan timbul peradangan saluran getah bening menuju
hilus (limfangitis lokal), dan juga diikuti pembesaran kelenjar getah bening hilus
(limfadenitis regional). Sarang primer limfangitis lokal + limfadenitis regional =
kompleks primer (Ranke). Semua proses ini memakan waktu 3-8 minggu.
Kompleks primer ini selanjutnya dapat menjadi (Sudoyo, 2009):
a. Sembuh sama sekali tanpa meninggalkan cacat, ini yang banyak terjadi.
b. Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas berupa garis-garis fibrotik,
kalsifikasi di hilus, keadaan ini terdapat pada lesi penumonia yang luasnya
> 5 mm dan ± 10% di antaranya dapat terjadi reaktivasi lagi karena kuman
yang dormant.
c. Berkomplikasi dan menyebar secara : a) perkontinuitatum, yakni
menyebar ke sekitarnya, b) secara bronkogen pada paru yang bersangkutan
maupun pada paru sebelahnya. Kuman dapat juga tertelan bersama sputum
dan ludah sehingga menyebar ke usus, c) secara limfogen, ke organ tubuh
lainnya, d) secara hematogen, ke organ tubuh lainnya.
Tuberkulosis Pasca Primer (Tuberkulosis Sekunder)
Kuman yang dormant pada tuberkulosis primer akan muncul bertahun-tahun
kemudian sebagai infeksi endogen menjadi tuberkulosis dewasa (tuberkulosis post
primer = TB pasca primer = TB sekunder). Mayoritas reinfeksi mencapai 90%.
Tuberkulosis sekunder terjadi karena imunitas menurun seperti malnutrisi,
alkohol, penyakit maligna, diabetes, AIDS, gagal ginjal. Tuberculosis pasca
primer ini dimulai dengan sarang dini yang berlokasi di regio atas paru (bagian
apikal-posterior lobus superior atau inferior). Infasinya adalah ke daerah parenkim
paru-paru dan tidak ke nodus hiler paru (Sudoyo, 2009).
Sarang dini ini mula-mula juga berbentuk sarang pneumonia kecil. Dalam 3-
10 minggu sarang ini menjadi tuberkel yaitu suatu granuloma yang terdiri dari sel-
sel Histosit dan sel Datia langhans (sel besar dengan banyak inti) yang dikelilingi
oleh sel-sel limfosit dan berbagai jaringan ikat (Sudoyo, 2009).
7
TB pasca primer juga dapat berasal dari infeksi eksogen dari usia muda
menjadi TB usia tua (elderly tuberculosis). Tergantung dari jumlah kuman,
virulensinya dan imunitas pasien, sarang dini ini dapat menjadi (Sudoyo, 2009):
a. Direabsorbsi kembali dan sembuh tanpa meninggalkan cacat
b. Sarang yang mula-mula meluas, tetapi segera menyembuh dengan
serbukan jaringan fibrosis. Ada yang membungkus diri menjadi keras
menimbulkan perkapuran. Sarang dini yang meluas sebagai granuloma
berkembang menghancurkan jaringan ikat sekitarnya dan bagian
tengahnya mengalami nekrosis, menjadi lembek membentuk jaringan keju.
Bila jaringan keju dibatukkan keluar dan terjadilah kavitas. Kavitas ini
bermla-mula berdinding tipis, lama-lama dindingnya menebal karena
infiltrasi jaringan fibroblas dalam jumlah besar, sehingga menjadi kavitas
sklerotik (kronik). Terjadinya perkejuan dan kavitas adalah kaena
hidrolisis protein lipid dan asam nukleat oleh enzim yang diproduksi oleh
makrofag, dan proses yang berlebihan sitokin dengan TNF-nya. Bentuk
perkejuan lain yang jarang adalah cryptic disseminate TB yang terjadi
pada immunodefisiensi dan usia lanjut.
DIAGNOSA
Diagnosis TB ditegakkan berdasarkan gejala klinis, pemeriksaan fisik,
tuberculin tes, pemenksaan radiologis dan bakteriologis.Diagnosis pasti TB paru
ditegakkan berdasarkan ditemukannya kuman Mycobacterium tuberkulosis.
A. Gejala Klinis
1. Demam
2. Batuk / batuk darah
3. Sesak nafas
4. Nyeri dada
5. Malaise
8
B. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan pertama terhadap keadaan umum pasien mungkin ditemukan
konjungtiva mata atau kulit yang pucat karena anemia, suhu subfebris atau berat
badan menurun.Seringkali pasien tidak menunjukkan suatu kelainan
apapun.Tempat kelainan TB paru yang paling dicurigai adalah bagian apeks paru.
Bila dicuragai adanya infiltrate yang agak luas, maka didapatkan perkusi redup
dan auskulltasi suara nafas bronchial. Akan didapatkan juga suara nafas tambahan
berupa ronki basah, kasar dan nyaring.Tetapi bila infitrat ini diliputi oleh
penebalan pleura, suara nafasnya menjadi vesikuler melemah.Dalam penampilan
klinis, TB sering asimtomatis dan penyakit baru dicurigai dengan didapatkannya
kelainan radiologis dada.
C. Pemeriksaan Radiologis Tuberkulosis Paru
Kelainan pada foto toraks bisa sebagai usul tetapi bukan sebagai diagnosa
utama pada TB. Namun, Foto toraks bisa digunakan untuk menyingkirkan
kemungkinan TB paru pada orang-orang yang dengan hasil tes tuberkulin ( +) dan
tanpa menunjukkan gejala.
1. Bila klinis ditemukan gejala tuberkulosis paru, hampir selalu ditemukan
kelainan pada foto roentgen.
2. Bila klinis ada dugaan terhadap penyakit tuberkulosis paru, tetapi pada foto
roentgen tidak terlihat kelainan, maka ini merupakan tanda yang kuat bukan
tuberkulosis.
3. Sebaliknya, bila tidak ada kelainan pada foto toraks belum berarti tidak ada
tuberkulosis, sebab kelainan pertama pada foto toraks baru terlihat sekurang -
kurangnya 10 minggu setelah infeksi oleh basil tuberkulosis.
4. Sesudah sputum positif pada pemeriksaan bakteriologi, tanda tuberkulosis
yang terpenting adalah bila ada kelainan pada foto toraks.
5. Ditemukannya kelainan pada foto toraks belum berarti bahwa penyakit
tersebut aktif.
9
6. Dari bentuk kelainan pada foto roentgen memang dapat diperoleh kesan
tentang aktivitas penyakit, namun kepastian diagnosis hanya dapat diperoleh
melalui kombinasi dengan hasil pemeriksaan klinis/laboraturis.
7. Pemeriksaan roentgen penting untuk dokumentasi, menentukan lokalisasi,
proses dan tanda perbaikan ataupun perburukan dengan melakukan
perbandingan dengan foto-foto terdahulu.
8. Pemeriksaan roentgen juga penting untuk penilaian hasil tindakan terapi
seperti Pneumotoraks torakoplastik, torakoplastik dsb
9. Pemeriksaan roentgen tuberculosis paru saja tidak cukup dan dewasa ini
bahkan tidak boleh dilakukan hanya dengan fluoroskopi. Pembuatan foto
roentgen adalah suatu keharusan, yaitu foto posterior anterior (PA), bila perlu
disertai proyeksi-proyeksi tambahan seperti foto lateral, foto khusus puncak
AP-lordotik dan tekhnik-tekhnik khusus lainnya.
Ada 3 macam proyeksi pemotretan pada foto toraks pasien yang dicurigai
TB, yaitu :
1. Proyeksi Postero-Anterior (PA)
Pada posisi PA, pengambilaii foto dilakukan pada saat pasien dalam posisi
berdiri, tahan nafas pada akhir inspirasi dalam.Bila terlihat suatu kelainan
pada proyeksi PA, perlu ditambah proyeksi lateral.
2. Proyeksi Lateral
Pada proyeksi lateral, posisi berdiri dengan tangan disilangkan di belakang
kepala.Pengambilan foto dilakukan pada saat pasien tahan napas dan akhir
inspirasi dalam.
3. Proyeksi Top Lordotik
Proyeksi Top Lordotik dibuat bila foto PA menunjukkan kemungkinan
adanya kelainan pada daerah apeks kedua paru.Proyeksi tambahan ini
hendaknya dibuat setelah foto rutin diperiksa dan bila terdapat kesulitan
dalam menginterpretasikan suatu lesi di apeks.Pengambilan foto dilakukan
pada posisi berdiri dengan arah sinar menyudut 35-45 derajat arah
caudocranial, agar gambaran apeks paru tidak berhimpitan dengan
klavikula.
10
Gambaran Radiologis TB
Klasifikasi TB paru berdasarkan gambaran radiologis :
1. Tuberkulosis Primer
Hampir semua infeksi TB primer tidak disertai gejala klinis, sehingga
paling sering didiagnosis dengan tuberkulin test. Pada umumnya menyerang anak,
tetapi bisa terjadi pada orang dewasa dengan daya tahan tubuh yang lemah.Pasien
dengan TB primer sering menunjukkan gambaran foto normal.Pada 15% kasus
tidak ditemukan kelainan, bila infeksi berkelanjutan barulah ditemukan kelainan
pada foto toraks.
Lokasi kelainan biasanya terdapat pada satu lobus, dan paru kanan lebih sering
terkena, terutama di daerah lobus bawah, tengah dan lingula serta segmen anterior
lobus atas. Kelainan foto toraks pada tuberculosis primer ini adalah adalah
limfadenopati, parenchymal disease, miliary disease, dan efusi pleura. . Pada paru
bisa dijumpai infiltrat dan kavitas.Salah satu komplikasi yang mungkin timbul
adalah Pleuritis eksudatif, akibat perluasan infitrat primer ke pleura melalui
penyebaran hematogen. Komplikasi lain adalah atelektasis akibat stenosis bronkus
karena perforasi kelenjar ke dalarn bronkus. Baik pleuritis maupun atelektasis
pada anak-anak mungkin demikian luas sehingga sarang primer tersembunyi
dibelakangnya.
11
12
Tuberculosis dengan komplek primer (hanya hilus kiri membesar). Foto toraks
PA dan lateral
Tuberculosis disertai komplikasi pleuritis eksudativ dan atelektasis - Pleuritis TB
13
2. Tuberkulosis sekunder atau tuberkulosis reinfeksi
Tuberkulosis yang bersifat kronis ini terjadi pada orang dewasa atau
timbul reinfeksi pada seseorang yang semasa kecilnya pernah menderita
tuberculosis primer, tetapi tidak diketahui dan menyembuh sendiri. Kavitas
merupakan ciri dari tuberculosis sekunder7
Tuberculosis dengan cavitas
14
Bercak infiltrat yang terlihat pada foto roentgen biasanya dilapangan atas dan
segmen apikal lobi bawah.Kadang-kadang juga terdapat di bagian basal paru yang
biasanya disertai oleh pleuritis.Pembesaran kelenjar limfe pada tuberkulosis
sekunder jarang dijumpai.
Klasifikasi tuberkulosis sekunder
Klasifikasikasi tuberkulosis sekunder menurut American Tuberculosis
Association ( ATA ).
1. Tuberculosis minimal : luas sarang-sarang yang kelihatan tidak melebihi
daerah yang dibatasi oleh garis median, apeks dan iga 2 depan, sarang-sarang
soliter dapat berada dimana saja. Tidak ditemukan adanya kavitas
2. Tuberkulosis lanjut sedang ( moderately advance tuberculosis ) : Luas sarang -
sarang yang berupa bercak infiltrat tidak melebihi luas satu paru. Sedangkan
bila ada kavitas, diameternya tidak melebihi 4 cm. Kalau bayangan sarang
15
tersebut berupa awan - awan menjelma menjadi daerah konsolidasi yang
homogen, luasnya tidak boleh melebihi 1 lobus paru .
3. Tuberkulosis sangat lanjut (far advanced tuberculosis ) : Luas daerah yang
dihinggapi sarang-sarang lebih dari 1 paru atau bila ada lubang -lubang, maka
diameter semua lubang melebihi 4 cm.
Ada beberapa bentuk kelainan yang dapat dilihat pada foto roentgen, antara
lain :
1. Sarang eksudatif, berbentuk awan atau bercak-bercak yang batasnya tidak
tegas dengan densitas rendah.
2. Sarang produktif, berbentuk butir-butir bulat kecil yang batasnya tegas dan
densitasnya sedang.
3. Sarang induratif atau fibrotik, yaitu berbentuk garis-garis berbatas tegas,
dengan densitas tinggi.
4. Kavitas atau lubang
5. Sarang kapur ( kalsifikasi)
Cara pembagian yang lazim di Amerika Serikat adalah :
16
1. Sarang-sarang berbentuk awan atau bercak infiltrat dengan densitas rendah
hingga sedang dengan batas tidak tegas. Sarang -sarang ini biasanya
menunjukan suatu proses aktif.
2. Lubang ( kavitas ). Berarti proses aktif kecuali bila lubang sudah sangat kecil,
yang dinamakan residual cavity .
3. Sarang-sarang seperti garis ( fibrotik ) atau bintik - bintik kapur ( kalsifikasi,
yang biasanya menunjukkan proses telah tenang ( fibrocalcification)
Tuberculosis dengan cavitas
17
Tuberculosis dengan kalsifikasi
Tuberkuloma
Kelainan ini menyerupai tumor. Bila terdapat di otak, tuberkuloma juga bersifat
suatu lesi yng menempati ruangan ( space occupying lesion / SOL ). Tuberkuloma
adalah suatu sarang keju (caseosa) dan biasanya menunjukkan penyakit yang tidak
begitu virulen bahkan biasanya tuberkuloma bersifat tidak aktif lebih-lebih bila
batasnya licin, tegas dan dipinggirnya ada sarang perkapuran, sesuatu yang dapat
dilihat jelas pada tomogram.
Diagnostik diferensialnya dengan suatu tumor sejati adalah bahwa didekat
tuberkuloma sering ditemukan sarang kapur.
18
Foto Toraks dengan proyeksi PA dan Lateral yang terdapat pada anak -anak
berusia 7 bulan dengan TB Milliar. Terdapat beberapa nodul di seluruh lapangan
keduaparu. Dan terdapat konsolidasi di lobus kanan atas
D. Kemungkinan - kemungkinan kelanjutan suatu sarang tuberkulosis
Penyembuhan
1. Penyembuhan tanpa bekas
Sering terjadi pada anak-anak (tuberkulosis primer dan pada orang dewasa
apabila diberikan pengobatan yang baik.
2. Penyembuhan dengan memninggalkan cacat.
Penyembuhan ini berupa garis - garis berdensitas tinggi / fibrokalsifikasi di
kedua lapangan atas paru dapat mengakibatkan penarikan pembuluh -
pembuluh darah besar di kedua hilli ke atas.Pembuluh darah besar di hilli
terangkat ke atas, seakan-akan menyerupai kantung celana (broekzak
fenomen). Sarang-sarang kapur kecil yang mengelompok di apeks paru
dinamakan Sarang - sarang Simon ( Simon's foci).
Secara roentgenologis, sarang baru dapat dinilai sembuh ( proses tenang ) bila
setelah jangka waktu selama sekurang-kurangnya 3 bulan bentuknya sama.
Sifat bayangan tidak boleh berupa bercak-bercak, awan atau lubang,
melainkan garis-garis atau bintik-bintik kapur.
19
Dan harus didukung oleh hasil pemeriksaan klinik - laboratorium, termasuk
sputum.
Perburukan ( perluasan ) penyakit
1. Pleuritis
Terjadi karena meluasnya infiltrat primer langsung ke pleura atau melalui
penyebaran hematogen. Pada keadaan normal rongga pleura berisi cairan 10-
15 ml. Efusi pleura bias terdeteksi dengan foto toraks PA dengan tanda
meniscus sign/ellis line, apabila jumlahnya 175 ml. Pada foto lateral dekubitus
efusi pleura sudah bias dilihat bila ada penambahan 5 ml dari jumlah normal.
Penebalan pleura di apikal relative biasa pada TB paru atau bekas TB paru.
Pleuritis TB bias terlokalisir dan membentuk empiema. CT Toraks berguna
dalam memperlihatkan aktifitas dari pleuritis TB dan empiema.
2. Penyebaran miliar
Akibat penyebaran hematogen tampak sarang-sarang sebesar l-2mm atau
sebesar kepala jarum (milium), tersebar secara merata di kedua belah
paru.Pada foto toraks, tuberkulosis miliaris ini menyerupai gambaran 'badai
kabut’ (Snow storm apperance).Penyebaran seperti ini juga dapat terjadi pada
Ginjal, Tulang, Sendi, Selaput otak /meningen, dsb.
3. Stenosis bronkus
Stenosis bronkus dengan akibat atelektasis lobus atau segmen paru yang
bersangkutan sering menempati lobus kanan (sindroma lobus medius).
4. Kavitas (lubang)
Timbulnya lubang ini akibat melunaknya sarang keju.Dinding lubang sering
tipis berbatas licin atau tebal berbatas tidak licin.Di dalamnya mungkin terlihat
cairan, yang biasanya sedikit. Lubang kecil dikelilingi oleh jaringan fibrotik
dan bersifat tidak berubah-ubah pada pemeriksaan berkala (follow up)
dinamakan lubang sisa (residual cavity) dan berarti suatu proses lama yang
sudah tenang.
E. Pemeriksaan laboratorium
20
Darah : Leukosit sedikit meninggi dengan hitung jenis pergeseran ke kiri,
jumlah limfosit masih di bawah normal, laju endap darah mulai turun ke arah
normal lagi. Anemia ringan, gama globulin meningkat, kadar natrium darah
menurun
Sputum : ditemukan kuman BTA , diagnosis TB sudah dapat dipastikan.
Tes Tuberkulin. Biasanya dipakai tes Mantoux. Tes tuberculin hanya
menyatakan apakah seseorang sedang atau pernah mengalami infeksi
M.tuberculosae.
F. Diagnosis banding TB paru secara radiologist
i. TB paru primer
i. Pembesaran KGB pada TB paru primer : Limfoma, sarkoidosis Pada
TB paru primer, pembesaran KGB dimulai dari hilus, baru ke
paratrakea, dan pada umumnya unilateral. Sedangkan pada limfoma
biasa dimulai dari paratrakea dan bilateral. Pada sarkoidosis
pembesaran KGB hilus bilateral,
ii. Infiltrat unilateral lapangan bawah paru
TB anak: Pneumonia
Untuk membedakan pneumonia TB dengan pneumonia bukan karena
TB, pada pneumonia bukan TB umumnya tidak disertai pembesaran
KGB dan pada evaluasi foto cepat terjadi resolusi TB
dewasa :pneumonia non TB, karsinoma (bronchioloalveolar cell ca),
sarkoidosis, non tuberculous mycobacteria (NTM)
ii. TB post primer
1. NTM
2. Silikosis
3. Respiratory bronchiolitis interstitial lung disease (RB ILD)
4. Kavitas pada usia tua, kemungkinan karena tumor paru
5. kavitas multiple bisa dijumpai juga pada wegener granulomatosis dan
jamur.
21
iii. Komplikasi
Komplikasi dini: pleuritis , efusi pleura, empiema, laryngitis
Komplikasi lanjut; TB usus, Obstruksi jalan nafas , Fibrosis paru, kor
pulmonal, amiloidosis, karsinoma paru, sindrom gaal nafas dewasa,
meningitis TB
Tuberkulosis pada tulang dan sendi
Basil tuberculosis biasanya menyangkut di spongiosa tulang.Pada tempat
infeksi timbul osteitis, kaseasi dan likuifaksi dengan pembentukan pus yang
kemudian dapat mengalami kalsifikasi.Pada tuberkulosis tulang ada
kecenderungan terjadi perusakan tulang rawan sendi atau diskus intervertebralis.
Tuberkulosis pada tulang panjang
Lesi paling sering terdapat di daerah metafisis
yang pada foto roentgen terlihat sebagai lesi destruktif
berbentuk bulat atau lonjong. Pada permulaan, batas-
batasnya tidak tegas tetaapi pada proses yang sudah
kronis batasnya menjadi tegas. Kadang-kadang
dengan sklerosis pada tepinya.Lesi cepat menyebrangi
epifisis dan selanjutkan mengenai sendi. Proses dapat
bermula pada epifisis tulang panjang.
Tuberkulosis pada tulang belakang
Frekuensi tuberculosis tulang yang paling ting adalah pada tulang
belakang, biasanya di daerah torakal dan lumbal, jarang di daerah servikal. Lesi
biasanya pada korpus vertebra dan proses dapat bermula di 3 tempat
Dekat diskus intervertebra atas atau bawah, disebut tipe marginal
Ditengah korpus, disebut tipe sentral
Di bagian anterior korpus, disebut tipe anterior atau subperiosteal
22
Karena bagian depan korpus vertebra paling banyak mengaiami destruksi
di sertai adanya kolaps, maka korpus vertebra akan berbentuk baji dan pada
tempat tersebut timbul gibbus. Pada tipe sentral, abses timbul pada bagian tengah
korpus vertebra dan diskus lambat terkena proses. Bila lesi meluas ke tepi tulang,
maka proses selanjutnya adalah seperti pada tipe marginal
23
Meningitis Tuberkulosa
Meningitis TB adalah manifestasi dari tuberkulosis SSP, diagnosis dini
sangat penting untukuntuk mengurangi morbiditas dan mortalitas. Penyebarannya
biasanyahematogen.Temuan radiografi yang khas adalah
abnormalenchancement meningeal, biasanya paling menonjolpada sisterna basal.
24
Tuberkulosis Parenkim
Lesi ini dapat soliter, beberapa, ataumiliaria dan dapat dilihat di mana saja
dalamparenkim otak, meskipun paling seringterjadi di dalam lobus
frontal danparietal.
25
Tuberkulosis Abdominal
Perut adalah fokus paling sering pada penyakit tuberkulosis luar paru. CT
adalah andalan untuk menyelidikiTBC perut , namun
pengetahuanmodalitas imaging lainnya, seperti pemeriksaan barium enema, juga
penting untuk menghindari salah diagnosedalam kasus di mana TB awalnya
tidakdicurigai.7
26
27
BAB III
SIMPULAN
Berdasarkan pembahasan di atas yang membahas tentang Tuberkulosis, dapat disimpulkan bahwa :
1. Tuberkulosis merupakan penyakit menular dan endemis yang sampai saat ini
masih menjadi permasalahan kesehatan di dunia. Disebabkan oleh
infeksibakteri Mycobacterium tuberculosis yang terutama menyerang paru,
meskipun bisa pula menyebar dan menyerang organ lain seperti ginjal,
traktus gastrointestinal, tulang, otak bahkan genital.
2. Diagnosis TB dilakukan dengan cara melakukan pemeriksaan klinis (dari
anamnesis terhadap keluhan pasien dan dari hasil pemeriksaan fisik
penderita), hasil pemeriksaan foto toraks, hasil pemeriksaan laboratorium
dan pemeriksaan penunjang lainnya.
3. Pemeriksaan radiologis adalah salah satu modalitas yang sering dipakai
dalam membantu menegakkan diagnosis ke arah kecurigaan Tuberkulosis
diantaranya pemeriksaan rontgen maupun CT-scan yang lebih canggih.
4. Gambaran radiologis yang dicurigai lesi TB aktif :
Bayangan berawan/nodular di segmen apikal dan posterior lobus atas
dan segmen superior lobus bawah paru
Kaviti, terutama lebih dari satu, dikelilingi bayangan opak berawan atau
nodular
Bayangan bercak miliar
Efusi pleura
Gambaran radiologis yang dicurigai TB inaktif :
Fibrotik, terutama pada segmen apikal dan atau posterior lobus atas dan
atau segmen superior lobus bawah
Kalsifikasi
Penebalan pleura
28
5. Tujuan pengobatan tuberkulosis adalah untuk menyembuhkan penderita,
mencegah kematian, mencegah relaps, menurunkan penularan ke orang lain
dan mencegah terjadinya resistensi terhadap OAT.
29
DAFTAR PUSTAKA
Amin Z, Bahar S. Tuberkulosis paru. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi
I ,Simadibrata KM, Setiati S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II, Edisi
IV. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI , 2006:
998-1005, 1045-9
Alsagaff, Hood, et al. 2010. Buku ajar Ilmu Penyakit Paru. Departmen Ilmu
penyakit paru FK UNAIR : Surabaya
Bobby, M. (2009).Peranan Foto Dada Dalam Mendiagnosis Tuberkulosis Paru
Tersangka dengan BTA Negatif di Puskesmas Kodya Medan. FK USU/SMF
Paru RSUP H. Adam Malik: Medan.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2007). Pedoman Nasional
Penanggulangan Tuberkulosis, Available from:
http://www.tbindonesia.or.id/pdf/BUKU_PEDOMAN_NASIONAL.pdf
(Accessed 9 April 2013).
DepKes RI. (2006), Panduan Bagi Petugas Laboratorium Pemeriksaan
Mikroskopis Tuberkulosis, available from:
http://xa.yimg.com/kq/groups/46694515/1060976715/name/bookmikroskopis
.pdf (Accessed 9 April 2013).
Hasan, H., 2010. Tuberkulosis paru. In: M.J. Wibisono, Winariani, S. Hariadi,
eds. 2010. Buku ajar ilmu penyakit paru. Departemen Ilmu Penyakit Paru FK
Unair – RSUD Dr. Soetomo. Surabaya.
Kementerian Kesehatan. (2011), Strategi Nasional Pengendalian TB Di Indonesia
2010-2014, available from:
www.pppl.depkes.go.id/_asset/_regulasi/STRANAS_TB.pdf(Accessed 9
April 2013).
Patel, R. (2007). Tuberkulosis in Lecture Notes Radiologi edisi 2. EMS Erlangga:
Surabaya.
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. 2002. Tuberkulosis pedoman diagnosis dan
penatalaksanaan di Indonesia. Available at http://www.klikpdpi.com/
konsensus/tb/tb.pdf (Accessed 9 April 2013).
30
Price. A,Wilson. L. M. Tuberkulosis Paru. Dalam: Patofisiologi Konsep
KlinisProses-Proses Penyakit, bab 4, Edisi VI. Jakarta
Rasad, S.; Kartolaksono S.,; Ekayuda I. eds. (2005). Radiologi Diagnostik Edisi
II. Jakarta: Penerbit FK UI.
Sembiring, Hilaludin. (2005). Hubungan pemeriksaan Dahak dengan Kelainan
Radiologis pada penderita TBC Paru Dewasa. Available from :
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3446/1/paru-hilaluddin.pdf.
(Accessed 9 April 2013).
Sudoyo, et. al. (2009). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam FKUI. Internal
Publishing: Jakarta
Tani, J., et.al. (2008). Evaluation of Tuberculosis Control Programs in Indonesian
Community Health Centers Using Systemic Approach. Dalam Majalah
Kedokteran Indonesia, Volume: 58, Nomor: 4. Available from:
http://indonesia.digitaljournals.org/index.php/idnmed/article/download/
578/570 (Accessed 9 April 2013).
WHO.(2012). Global Tuberculosis Report 2012.Available from:
http://apps.who.int/iris/bitstream/10665/75938/1/9789241564502_eng.pdf
(Accessed 9 April 2013).
31