460. displasia tulang dan sendi
TRANSCRIPT
-
8/18/2019 460. Displasia Tulang Dan Sendi
1/5
eeo
e
le
e
n4
u
ee
e
pe
n
u
e
d
t
ss
;
u
e
)
6
;
)
'eaa
e
e
;d
la
e
;o
la
r
e
6
o
)
le
n
q
e
n
uo
e
V
VV
oe
a
t
d
;d
e
;
d
uooa
6
ee
q
a
e
n
e
6
e
'oe
epope
uq
E
n
e
6
o
'nu
o
e
ua
)
rn
e
e
no
oa
)u
lnue
n
r
6
pn
6
n
u
a6
1
6
u
ue
e
6n
q
n
le
6
ue
lp
ne
sN
uqam
'0
d
9
e
;
u
eaa
lnw
6
e
le
n
'a
e
a
6
1
e
eu
qa
0
s
1
e
a
r
E
,1
q
p
q
le
n
)u
'6
u
ep
-
n
u
d
tN
Luea
d
u
|
n
un
u
eu
se
n
1
o
7
r6
9
e
6
'
9
9
6
e
ee
b
NN
eu
INS
N
9N
S
0
-
8/18/2019 460. Displasia Tulang Dan Sendi
2/5
3518 PENYAKITSXETi
:
KLASIFIKASI
Beberapa
klasifikasi
berbeda dari displasia tulang telah
dipublikasikan.
Rubin
mengelompokkan
displasia
tulang
berdasarkan distribusi anatomi dari
perubahan
tulang.
lni merupakan
metode
klasifikasi
yang
paling
sering
dipergunakan.
7
Pada
tahun
1970
disepakati nomenklatur dan
klasifikasi
internasional untuk displasia
tulang.
Kesepakatan ini
didorong
oleh
adanya kenyataan
bahwa
gangguan
tulang
secara
klinis dan
genetis
sangat
heterogen.
Klasifikasi ini
kemudian
terus mengalami
revisi
dari
tahun
1977,1983,
l.
Displasia Epifiseal Hipoplasia Epifiseal
Hiperplasia Epifiseal
Hipoplasia Kartilago
Hiperplasia Kartilago
HipoplasiaMetafiseal
ll. Dysplasia Fiseal
1992, dan
1997.
Setelah
pembentukan
lnternotisqd
Skeletol Dysplosia Society
(ISDS)
tahun 1999,
revisi
Noso@r
telah didelegasikan
ke
sebuah kelompok
ad
hoc
1ery
merepresentasikan
para
ahli
dalam hal klinis,
radiohgf
dan molekular. Tahun 2001,2006 dan
terakhir
tahun
Z0llDl
para
ahli kembali melakukan revisi. Berdasarkan
klasifrtro
terbaru
yang
disepakati
pada
tahun 2010,
terdapatffi
kelainan dan dikelompokkan
menjadi 40 kelon"cn*
besar
berdasarkan kriteria molekular; biokimia dan drur
radiografik. Dari
456
kelainan ini, sebanyak
316
kelarmn
berhubungan
dengan mutasi
pada
satu atau lebih
csm
226
gen
yang
berbeda.6
Kegagalan kartilago artikular; displasia spondilo-epifiseal
Kegagalan
pusat
ossifikasi; displasia epifiseal multipel
Kartilago artikular berlebihan;
displasia epifiseal hemimelika
Kega
galan
prol
iferasi
kartilago;
akond
roplasia
Kegagalan kartilago hipertrofik; disostosis
metafiseal
Proliferasi
kartilago
berlebihan;
hiperkondroplasia
Kartilago
hipertrofik berlebihan;
enkondromatosis
Kegagalan
pembentukan
spongiosa
primer;
hipofosfatasi
Kegagalan absorbsi spongiosa
primer;
osteopetrosis
Kegagalan
absorbsi
spongiosa
sekunder;
displasia kraniometafised
Spongiosa berlebihan; eksostosis
multipel herediter
Kega
galan
pem
bentu ka n tu la n
g
periosteal;
osteogenesis
i mperfulr
Kegagalan
pembentukan
tulang endosteal; osteoporosis
idiopatit
Pembentukan tulang
periosteal
berlebihan;
displasia
diafiseal
pre
gresif
Pembentukan
tu
lan
g
endosteal berlebihan;
hiperfosfatemia
,',,:
',t,
'
'
":
.'
.
fl
Fenotip kondrodisplasia
Akondroplasia,
hipokondroplasia, displasb
tanatoforik
Displasia Kniest,
sind rom Strickle4 akond ro-genesir
tipe
2.
Displasia
diastrofi k,
akondrogenesis
1i.
atelosteogenesis
tipe
2, displasia
epifised
multipel
resesif
Diskondrosteosis,
displasia mesomelik
tipc
Langer
Eksostosis
herediter
multipel
I
i
i
f
6
r
i
lll.
DisplasiaMetafiseal
IV. DisplasiaDiafiseal
Sumber: Rubin,1964
,.iddril*ij*li*rt
HiperplasiaMetafiseal
HipoplasiaDiafiseal
HiperplasiaDiafiseal
Defek Komponen Molekular
Regulasi
pertumbuhan
kartilago
Protein
struktural
kartilago
Jalur
metabolik kartilago
Faktor
transkripsi
Gen supresi tumor
Gen/Protein
yang
terlibat
Fibroblast
growth
foctor
receptor
3
Kolagen
tipe
ll
Transporter
displasia
diastrofik
Postur
pendek
Eksostosin
'1,
2
Sumber; Sovorirayon
&
Rimoin, 2004
-
8/18/2019 460. Displasia Tulang Dan Sendi
3/5
le
e
e
e
a
r
le
u
o
e
'
SO
e
ua
u
eo
le
snn
o
u
u
u
u
Da
a
e
ee
eoe
a
e
soo
;d
re
;
6
e
dpe
lea
a
;o
sq
u
d
o
e
'ue
u
'e
q
e
e
9
r
n
e
n
eu
n
sa
e
e
e
e
tn
e
'e
n
a
le
q
u
6
r
a
;
d
ue
ee
;a
p
e
la
u
a
r
p
e
's
a
6
o
p
e
6
u
VO
u
n
ueee
e
e
)u
.
e
r
le
n
u
q
a
lp
ee
u
ua
lD
n
u
e
le
Od
ea
1nee
;d
u
le
p
a
u
rn
;
l
q
a
e
r
se
u
;
a
0
r
n
le
e
p
r
ue
a
ue
leo
6
ape
lea
s
o
;
e
sea
s
s
p
r
n
u
e
unua
6
VO
unu
s
q
o
len
e
loo
e
l
eu
J
le
?
e
)
u6
q
ee
e
6
;
ap
u
e
H
u
e
n
4
ao
leo
)u
de
r
sa
u
e
e
r
e
q
e
Je
uu
ee
n
o
a
u1
re
q
e
lpJ
n
n
o
q
lee
e
6
a
e
r
r
nu
en
s
6
en
e
1
r
o
ln
'un
e
e
le
,s
o
e
qe
a
r
e
e
)o
eeeo
u
le
u
;
ne
n
e
a
6
;ea
e
le
se
u
0
e
e
]
q
'eo
r
00
le
lea
ea
,e
n
a
ua
1
>e
1
e
'a
u
e
)u
e
H
u
e
d
la
s
e
g
rn
e
e
q
unu
ua
0
O
d
1
1
e
r
6e
e
e
;
uee
e
ed
,u
6
e
ro
e
l
e
e
o
e
)
n
ru
leo
le
r
e
e
2d
t
u
q
n
pe
p
u
on
lo
ea
e
6
d
-
8/18/2019 460. Displasia Tulang Dan Sendi
4/5
3520
merupakan
penyebab
utama disabilitas
sejak usiarelatif
muda. Kelainan
lain
yang
berkaitan dengan
keterlibatan
spinal
yang
disebabkan
mutasi
gen
COL2A1 adalah
displasia spondiloepimetafiseal
tipe
Strudwick,
yang
dibedakan dari
displasia spondiloepifiseal
kongenital
secara
radiologis
dengan terjadinya
perubahan sklerotik
metafiseal
pada
awal masa kanak-kanak.8
DIAGNOSIS
Dalam
tiap kelainan
genetik,
penting
mengumpulkan
riwayat
keluarga
yang akurat. Displasia
tulang bersifat
heterogen
genetik, dapat diturunkan
secara autosomal
dominan, autosomal
resesif, terkait
kromosom
X resesii
maupun
terkait
kromosom
X
dominan.
Juga
perlu
dicari
onset dari
postur
pendektersebut,
apakah
muncul segera
setelah
lahiratau diketahui
pada
usia 2-3
tahun. Dari sekitar
400 kelainan,
sekitar
100
diantaranya
mempunyai onset
prenatal,
tetapi banyak
penderita yang
tidak
menunjukkan
postur pendek,
disproporsional
dan
ketidaknyamanan
sendi sampai
masa anak-anak.s
Pemeriksaan
fisik
yang
lengkap dapat
mengungkap
diagnosis atau
membantu menentukan
diagnosis
diferensial
dari
kelompok
yang
paling
seusuai.
Postur
tubuh
yang
tidak
proporsional mungkin
tidak
langsung
dikenali
dalam
pemeriksaan
fisik. Diperlukan
pengukuran
antropometrik seperti
rasio
segmen
tubuh atas-bawah
tJit
1 3S
1-fr&
#3
Gambar
1.
Rasio segmen
U/L
pada
anak
8 tahun dengan short
limb dan short trunk.
Anak
di
sebelah
kiri mempunyai short limb dengan
peningkatan
rasio U/1, anak disebelah
kanan mempunyai
short
trunk
dan
penurunan
rasio
U/L Sumber:
Kronenberg,2003
PENYAKIT
(upper/lower
ratio
-
U/L
ratio),
tinggi
badan waktu
dan
rentang tangan ketika dicurigai
adanya
tulang
dan
sendi. Rasio U/L
menunjukkan
apakah
pendek
dan
tidak
proporsional
disebabkan
karena
yang
pendek
(shorttrunk)
dengan
rasio
U/Lyang
atau
ekstremitas
yang
pendek
(short
limb)
dengan
U/L
yang
tinggi. Jika
terdapat ekstremitas
pendelq
ditentukan
segmen
tubuh
yang
terlibat, segmen
(risomelik
-
humerus dan
femur),
segmen
ulna, tibia,
fibula),
atau segmen
distal
(akromelik
-
dan
pedis),
atau
kombinasi dari
beberapa
segmen-s
Anak di sebelah
kiri
mempunyai
short
limb
peningkatan
rasio
U/1,
anak disebelah
kanan
shorttrunk
dan
penurunan
rasio U/LSumber:
2003
Beberapa dismorfisme
kepala
dan
wajah
pada
kelainan
tulang.
lndividu dengan kelainan
ini
mempunyai
kepala
yang
lebar dan
tidak
proporsiold,
Tulang
frontal
yang
menonjol dan septum
nasi
yq
datar
merupakan
karakter
dari akondroplasiaatau
kondi
yang
serupa,
misal
hipokondroplasia.
Celah
palatum
dr
mikrognatia
sering ditemukan
pada
kelainan
kolagrn
tipe
ll,
sedangkan
wajah
yang
mendatar dengan
hidq
yang
menonjol
sering
ditemukan
pada
kondrodispl&
punktata.
lndividu
dengan
displasia
tulang sebaiknp
diperiksa mata
dan
pendengaran, karena
beberap
displasia
tersebut
berhubungan
dengan
kelainan
rnt
dan
penurunan
pendengaran.s
Pemeriksaan
fisis
terhadap
orang
tua
dan saudan
kandung
juga
penting,
hal ini dapat memberikan
infonnd
pola
keturunan.
Banyak
kelainan
yang
tampaknya
munol
spontan
pada
pasien
ternyata
diturunkan dari
orang
tuanya
yang hanya menunjukkan
manifestasi
minirnd
dari
suatu kelainan
karena ekspresi
gen
atau
somatik
dafr
penyakit yang
bervariasi.l
Pemeriksaan radiologi
masih merupakan alat
diagnoeb
utama
dari
displasiatulang.
Pemeriksaan
lengkap
terdini
dari
sisi
anterio[ lateral dan
Towne
dari
tengkorak,
sli
anterior
dan
lateral
dari
seluruh
tulang
belakang,
dan
sLi
anteroposterior dari
pelvis
dan
ekstremitas
serta
telap*
tangan dan
kaki
yang
dilakukan
terutama
setelah
periode
barulahir
(newborn).
Rontgen
tulang
yang
dilakukan
sebelum
pubertas
merupakan
hal
yang
penting
dalam
menegakkan
diagnosis,
sebelum
epifisis
menyatu dengan
metafisis.s
PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan
berbagai
gangguan
ini
membutuhkan
konsekuensi
medis, skeletal
dan
psikososial,
sehingga
dibutuhkan
pendekatan
multidisiplin, meliputi
penyakit
dalam,
pediatrik,
ortopedik,
reumatologis,
otolaringologis,
neurologis, bedah
saraf,
oftalmologis.s
H
:fl
lrl
F
n
ag
ug
ild
Ha
H
d
*
dc
-
d
F
h
ts
I
fr
h
5
h
-
8/18/2019 460. Displasia Tulang Dan Sendi
5/5
.
d
'Z
p
r
uB$
y
'd
,
e
a
J
aqu
C
U
F
'u
r
r
IP4o
0
cw
6
6
{
'soq
a
J
3
q
.
V
U
Iw
w
0
J
'
p
'
A
^
.
1
D
'p
3
{
l
ua
J
qF
E
^
9
a
a
en
ua
a
'6
p
I
1d
a
d
;
'9p
p
U
a
U
C
g
V
t
'gV
V
4
I
w
9
a
J
e
o
'7
a
dq
IaS
ua
o
d
o
"
S
Vn
-
.
I
ru
d
s
'ud
I
r
C
r
6
eeo
e
td
o
s
u
ra
l
do
u
ls
s
n
a
oo
le
eunu
ue
a
e
e
p
>
r
e
s
eu
uu
Le
)
)
n
o
e
a
q
u
le
d
lu
leH
)
ea
ee
u
a
sue
6
re
)
e6
eeen
u
uo
e
e
n
e
e
n
u
-
e
q
le
u
6
n
1
a
s
e
leq
6
J
ne
u
u
r
4
o
r
do
t
r
O